• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA GURU EKONOMI

SMA KOTA TEGAL

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata Satu

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Satria Mulyawan

NIM : 3301405633

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang

panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Margunani, M.P Trisni Suryani, S.E, M.Si

NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

(3)

iii Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Rediana Setiyani, S.Pd, M. Si NIP. 197912082006042002

Anggota I Anggota II

Dra. Margunani, MP Trisni Suryani, S.E, M.Si

NIP. 195703181986012001 NIP. 197804132001122001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011

(5)

v

Orang akan mencapai apa pun jika bersedia melakukan yang dibutuhkan untuk mencapainya (Mirio Teguh).

Persembahan

Rasa syukur atas karya ini, Penulis persembahkan untuk.

 Ayah dan Ibu atas segala doa, kasih sayang, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan.

 Adik-adikku tersayang (Melati dan Intan)

 Seseorang dibalik semangat dan motivasiku.

 Sahabatku dan teman-teman Asnawi Kos

 Teman-teman pendidikan akuntansi angkatan 2005.

(6)

vi

Nya maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat

meraih gelar Sarjana Strata I dalam Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis telah banyak menerima masukan, saran, bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak sehingga semakin menambah wacana dalam Skripsi

ini. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan

banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi yang telah

memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Akuntansi yang telah

memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Dra. Margunani, MP dan Ibu Trisni Suryani S.E M.Si, sebagai Dosen

Pembimbing yang telah dengan sabar menyarankan dan membimbing sampai

selesainya skripsi ini.

5. Ibu Rediana Setiyani S.Pd M.Si sebagai penguji yang telah memberikan saran

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

6. Bapak Kepala Sekolah SMA Kota Tegal yang telah memberikan ijin

(7)

vii

8. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu per satu.

Peneliti berharap semoga karya ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan

khususnya dalam pengembangan pendidikan Akuntasi.

Penulis

(8)

viii

Motivasi Kerja Terhadap kinerja Guru Ekonomi SMA Kota Tegal. Jurusan Pendidikan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi dan Kinerja guru

Keberhasilan guru dalam proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kinerja guru sebagai pendidik. Seorang guru disebut sebagai guru profesional apabila memilki kemampuan dalam mewujudkan kinerja profesi guru dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tugas keprofesionalannya. Agar dapat tercapai keprofesionalannya tersebut bukan hanya dibutuhkan kemampuan intelektual yang tinggi, merencanakn pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran saja tetapi persepsi mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja juga merupakan faktor penting yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru.. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah persepsi guru mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi /akuntansi SMA di Kota Tegal. 2) Apakah Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi SMA di Kota Tegal. 3) Apakah persepsi kepemimpinan kepala sekolah dan Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja guru ekonomi SMA di Kota Tegal.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru ekonomi SMA di Kota Tegal yang berjumlah 34 guru. Variabel yang diteliti terdiri dari kinerja guru (Y) ,persepsi kepemimpinan kepala sekolah (XI) dan Motivasi Kerja (X2). Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan angket/kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif persentase dan analisis regresi berganda.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru, dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

(9)

ix

Motivation Work on the performance of Master of Economics / Accounting high school in Tegal. Accounting Education Programs. Faculty of Economics. State University of Semarang.

Keywords: Principal Leadership, Motivation and Performance teacher.

The success of teachers in the learning process is determined by the performance of teachers as educators. A teacher called a professional teacher when have the ability to realize the performance of the teaching profession with the best in achieving the task of professionalism. In order to achieve the professionalism is not only required a high intellectual ability, learning and implementing learning only but the perception of the leadership of the Head of School and Work Motivation is also an important factor that influence the performance of a teacher. The problem in this research are: 1) Is the perception of teachers regarding principal leadership affect the performance of economic teacher / high school accounting in Tegal. 2) What is the motivation of teachers affect the performance of economic / accounting school in the town of Tegal. 3) Does the perception of principal leadership and motivation of teachers affect the performance of economic / accounting high school in Tegal.

The population in this study is that all teachers of economic / accounting high school in Tegal, amounting to 34 teachers. Variables examined consisted of the perception of principal leadership (XI), Work Motivation (X2), and teacher performance (Y). The instrument used to collect data in this study using a questionnaire. After the data collected and analyzed by descriptive percentage and multiple regression analysis.

Based on the results of the study concluded that the headmaster partially contributed to the performance of teachers by, while work motivation contributes to teacher performance that is equal. Principal Leadership and motivation to work together has positive and significant impact on teacher performance economics / accounting high school in Tegal with.

(10)

x

HALAMAN JUDUL ………. I

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... Ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN………. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. V KATA PENGANTAR……… vi

ABSTRAK…………..……… viii

DAFTAR ISI………... X DAFTAR TABEL………... Xi DAFTAR GAMBAR……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 9 2.1 Kinerja Guru 9 2.2 Tinjauan Persepsi Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah... 18

2.3 Motivasi Kerja... 40

2.4 Kerangka Berpikir ... 46

(11)

xi

3.4 Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ... 54

3.5 Metode Analisis Data……… 58

3.7 Uji Hipotesis ………. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Hasil Penelitian ………...………..……… 64

4.1.1 Deskripsi Kinerja Guru ……… 64

4.1.2 Deskripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah... 65

4.1.3 Deskripsi Motivasi... 67

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 69

4.2.1 Uji Normalitas Data………... 69

4.2.2 Uji Multikolinieritas……… 73

4.2.3 Uji Heteroskedastitas……….………. 73

4.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……..……… 74

4.4 Uji Hipotesis……… 74

4.4.1 Uji Parsial ……… 74

4.4.2 Uji Simultan……….………... 75

BAB V PENUTUP 80 5.1 Simpulan ...………... 80

5.2 Saran……… 80

DAFTAR PUSTAKA………. 82

(12)

xii

Tabel 2.1 Kompetensi Kepala Sekolah... 39

Tabel 3.1 Populasi Penelitian Guru Ekonomi SMA di Kota

Tegal... 51

Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Instrumen ... 55

Tabel 3.3 Output SPSS Cronbach’s Alpha... 57

Tabel 3.4 Kriteria Deskriptif Persentase Kepemimpinan Kepala Sekolah

dan Kinerja Guru……….… 59

Tabel 3.5 Kriteria Deskriptif Persentase Kategori Skor Kinerja Guru ….... 60

Tabel 4.1 Distribusi Variabel Kinerja Guru ……….…… 64

Tabel 4.2 Distribusi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ………...… 66 Tabel 4.3 Distribusi Motivasi Kerja ... 67

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 70

Tabel 4.5 Besaran Nilai Toleransi dan Variance Inflatiator Factor (VIF)…. 71

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ………..………. 73

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan ……….……… 76

(13)

xiii

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ……… 49

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Kinerja Guru ……… 65

Gambar 4.2 Diagram Distribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 66

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Motivasi Kerja ………. 68

Gambar 4.4 Grafik histogram Kurve Uji Normalitas Data ………. 69

Gambar 4.5 P-P Plot Kenormalan Data ……….. 70

(14)

xiv

Lampiran 1 Angket penelitian ... 84

Lampiran 2 Tabel Data Diolah ... 85

Lampiran 3 Daftar Responden Penelitian ………... 90

Lampiran 4 Reliability dan validitas Penelitian……….. 91

Lampiran 5 Deskripsi hasil penelitian ………... 94

Lampiran 6 Tabulasi hasil Peneliian ... 95

Lampiran 7 Charts ... 96

La mpiran 8 Regression... 98

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peran

penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia

pendidikan, figur guru pasti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang

menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal

tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia

kehidupan guru. Sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah

dan di masyarakat (Djamarah, 2000: 105). Guru adalah salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan,

sehingga guru ditantang untuk menciptakan pembelajaran yang menantang,

menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik (Mulyasa, 2005: 125).

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap

memegang peranan penting. Peran tersebut belum dapat diganti atau diambil alih

oleh apapun, hal ini disebabkan masih banyak unsur manusiawi yang tidak dapat

diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling

(16)

penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering

dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri (Wijaya dan

Rusyan, 1994).

Guru sebagai pendidik harus mempunyai kemampuan yang meliputi

penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan,

penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan

tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang

dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif,

dinamis dan dialogis, mempunyai komitmen secara profesional untuk

meningkatkan mutu pendidikan, memberi teladan dan menjaga nama baik

lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan

kepadanya.

Kinerja guru adalah usaha yang harus dicapai guru dalam suatu organisasi

sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar hukum

sesuai dengan moral (Suyanto, 2001: 10). Kepuasan dalam menjalankan tugas

merupakan aspek penting bagi kinerja atau produktivitas seseorang, hal ini

disebabkan karena sebagian besar waktu guru digunakan untuk bekerja. Pada

umumnya pekerjaan guru dibagi dua yakni pekerjaan berhubungan dengan

tugas-tugas mengajar, mendidik dan tugas-tugas-tugas-tugas kemasyarakatan (sosial). Di lingkungan

(17)

guru memberikan pengetahuan (kognitif), sikap dan nilai (afektif), dan

keterampilan (psikomotorik). Guru memiliki tugas dan tanggung jawab moral

yang besar terhadap keberhasilan siswa, namun guru bukanlah satu-satunya faktor

penunjang keberhasilan siswa. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor

perangkat kurikulum, faktor siswa sendiri, faktor dukungan masyarakat dan faktor

orang tua sementara sebagai pendidik, guru harus mendidik siswanya untuk

menjadi manusia dewasa. Guru tidak mungkin dapat mewujudkan kinerjanya

dengan optimal tanpa dukungan dari pihak lain termasuk siswa, orang tua,

pemerintah dan masyarakat luas (Tilaar, 2002: 329).

Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk

meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kepuasan kerjanya,

sebab dengan kepuasan guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk

meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberhasilan

pendidikan akan tercapai. Kepuasan kerja guru itu bisa dilaksanakan dengan

beberapa cara diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah yang baik, bisa

pula kepuasan ditingkatkan menggunakan faktor motivasi terutama motivasi

prestasi guru, karena tugas guru menyangkut keberhasilan siswa yang merupakan

keberhasilan pendidikan.

Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang paling berperan

dalam meningkatkan kualitas pendidikan (Mulyasa, 2004: 24). Kepala Sekolah

diangkat untuk menduduki jabatan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan

(18)

berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan

pembelajaran yang bermutu.

Kepemimpinan Kepala Sekolah memilki peran yang sangat menentukan

bagi keberhasilan sekolah.Kepemimpinan Kepala Sekolah yang baik harus

mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan

tenaga kependidikan. Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus mempunyai

kepribadian atau sifat dan kemampuan untuk memimpin sebuah lembaga

pendidikan. Dalam peranannya sebagai seorang pemimpin, Kepala Sekolah harus

dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga

kinerja guru selalu terjaga. Disamping itu kepala sekoalah juga dituntut untuk

melakukan fungsinya sebagai manajer dalam meningkatkan proses pembelajaran

dengan melakukan supervisi kelas, pembinaan dan memberikan saran-saran

positif kepada guru demi meningkatkan kinerja guru.

Witziers (Hoy, 1997; Vail, 2005) dari University of University of

Minnesota dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan Kepala

Sekolah merupakan faktor yang paling kuat untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai oleh sekolah sehingga tercipta suatu sikap yang positif bagi guru dan

dapat meningkatkan prestasi siswa. Kondisi tersebut sama halnya yang terjadi di

Indonesia bahwa masih banyak penyimpangan yang dilakukan oleh guru seperti

yang telah dijelaskan di atas. Oleh karena itu mereka melakukan penelitian

tentang “Teacher Perceptions of The Influence of Principal Instructional

(19)

Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kinerja guru adalah motivasi.

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya

penggerak”. Motivasi atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu (Sardiman, 2007: 73). Penelitian Bishay (1996) yang

berjudul “Teacher Motivation And Job Satisfaction” yang pokok bahasannya

mengenai kuat dan lemahnya motivasi guru untuk mengajar siswa berpengaruh

terhadap besar kecilnya prestasi yang diraih siswa. Guru sebagai pendidik dituntut

mempunyai motivasi atau dorongan yang tinggi untuk mengajar.

Motivasi merupakan faktor yang dominan mempengaruhi guru untuk

meningkatkan kinerja, karena motivasi merupakan dorongan secara internal

maupun eksternal. Menurut Sardiman (2007:85) motivasi memiliki tiga fungsi

yaitu: mendorong manusia untuk berbuat, menetukan arah perbuatan yaitu kearah

tujuan yang akan tercapai, menyeleksi perbuatan yaitu dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis

terhadap kinerja guru. Guru yang puas dengan kepemimpinan Kepala Sekolah dan

motivasi kerjanya tinggi maka akan bekerja dengan sungguh-sungguh yang

akhirnya membuat produktivitas kerja guru meningkat.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan guru-guru selain guru

ekonomi di SMA Negeri 3 Kota Tegal, SMA Negeri 4 Kota, SMA

(20)

mengajar di kelas dapat dilihat ada beberapa guru yang mempunyai kinerja yang

kurang optimal. Hal ini dikarenakan adanya guru yang tidak mengadakan

persiapan dalam KBM sehingga siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran

dan dalam mengajar ada beberapa guru yang tidak menggunakan media yang

bervariasi sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa dalam menerima

pelajaran. Guru ekonomi belum optimal dalam menggunakan metode pembelajaran yang modern, seperti penggunaan media pembelajaran OHP, Laptop, komputer. Disamping itu, masih ada beberapa guru dalam membuat perencanaan pembelajaran kurang mengadakan koordinasi dengan guru sejenis

sehingga kadang tidak sesuai dengan program kurikulum yang ada.

Raj (2008) dalam jurnal penelitiannya mengatakan bahwa kepemimpinan

Kepala Sekolah yang baik harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi melalui

program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan dan Kepala Sekolah

direkomendasikan harus dapat menguasai kurikulum dan dapat menasehati atau

memberi bantuan kepada guru. Laeli dalam penelitiannya berjudul ”Pengaruh

Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru di SMK

Negeri 1 Purbalingga” menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara

supervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Negeri

1 Purbalingga.

Dari tolak titik di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “PENGARUH PERSEPSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

2. Apakah ada pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru ekonomi SMA

Kota Tegal?

3. Apakah ada pengaruh persepsi guru mengenai kepemimpinan Kepala Sekolah

dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dijabarkan di atas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala

Sekolah terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota Tegal.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja

guru ekonomi SMA Kota Tegal.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh persepsi kepemimpinan Kepala

Sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru ekonomi SMA Kota

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna dalam menerapkan ilmu pengetahuan

dan teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan serta sebagai saran

pengembangan ilmu.

2. Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah agar mampu mengambil

langkah-langkah tepat dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui

kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja guru.

b. Memberi dorongan para guru agar mempunyai motivasi kerja dan

mendukung kepemimpinan Kepala Sekolah yang nantinya dapat

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Guru

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang terhadap

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

kriteria yang telah ditentukan terdahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005:

14). Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata

performance yang artinya adalah prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau

pencapaian kerja atau hasil kerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdikbud, 1990: 503) kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Kinerja menurut Mangkunegara (2000: 67) Kinerja adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(Hasibuan, 2001: 34) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut

Stolovitch and keeps dalam (Rivai, 2005: 14) kinerja merupakan seperangkat hasil

yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan yang

diminta. Sementara Nawawi (1997: 235) menegaskan bahwa kinerja yang

(24)

diistilahkan sebagai karya adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik material

maupun non material.

Dalam kajian yang berkenaan dengan profesi guru, Anwar (1986: 22)

memberikan pengertian kinerja sebagai seperangkat perilaku nyata yang

ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada

siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat dia melaksanakan interaksi

belajar-mengajar dikelas termasuk persiapannya baik dalam bentuk program semester

maupun persiapan mengajar.

Kinerja guru merupakan usaha yang harus dicapai guru dalam suatu

organisasi sekolah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan, tidak melanggar

hukum sesuai dengan moral (Suyanto,2001: 10). Supriadi (1998:45) mengartikan

kinerja guru adalah usaha guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui

pengajaran.

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja guru di atas dapat

disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru

dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan

memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, baik yang berasal

dari dalam maupun dari luar. Menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang

(25)

1. Faktor individual

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: kemampuan, keterampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: persepsi, peran, sikap, kepribadian,

motivasi dan kepuasan kerja.

3. Faktor organisasi

Yaitu faktor-faktor yang meliputi: struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

Menurut Mangkunegara (2005:67) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi kinerja antara lain:

1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri

dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh

karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

keahlihannya.

2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai

dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakkan diri seorang pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk

berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.

Menurut Mathis dan Jackson (2001: 82) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja individu yaitu:

(26)

2. Motivasi.

3. Dukungan yang diterima.

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan.

5. Hubungan mereka dengan organisasi.

2.1.2. Apek-aspek Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan

faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,

karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia

yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi

dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut

maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja guru.

Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk

mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Simamora, 2004: 338).

Menurut Wahyudi (2002: 101) penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang

dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja/jabatan seorang

tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya. Menurut Bernardin dan Russel

(1993: 379) “A way of measuring the contribution of individuals to their organization“. Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.

Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan guru menurut UU RI No.14 tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru

dan dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan program

(27)

a. Merencanakan program pembelajaran.

Menurut Mulyasa (2005: 99) merencanakan pembelajaran adalah

persiapan guru dalam menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan

pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap perencanaan pembelajaran

adalah penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, serta

penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada

pembelajaran.

b. Melaksanakan program pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan sadar dan sengaja dimana pelaksanaannya sesuai dengan apa yang

telah direncanakan dalam rencana pengajaran. Dalam pelaksanaan

pembelajaran ini guru dituntut untuk mempunyai kemampuan agar proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan baik yaitu yang meliputi penguasaan

materi pelajaran, penggunaan metode yang bervariasi, memotivasi siswa

untuk aktif dalam pembelajaran, pengelolaan kelas dan penggunaan media

pembelajaran.

c. Melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Dalam pembelajaran evaluasi dilakukan untuk menggambarkan

perilaku hasil belajar dengan respon peserta didik yang dapat diberikan

berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar (Mulyasa, 2005: 99). Tidak ada

pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan

kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan

(28)

dengan prinsip-prinsip dan teknik yang sesuai dengan tes atau non tes.

Penilaian proses belajar ini dapat dilakukan pada pelajaran yaitu memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada waktu pelajaran dan dengan

melakukan ulangan harian atau semesteran.

2.1.3. Upaya Peningkatan Kinerja Guru

Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam meningkatkan kinerja

tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan

sebagai berikut (Mulyasa, 2004: 100):

a. Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran, untuk menambah wawasan

para guru Kepala Sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada

guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

b. Kepala Sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar

peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemuadian hasilnya diumumkan secara

terbuka.

c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara

mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai

waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkanya secara efektif dan efisien

untuk pembelajaran.

Sedangkan menurut Mitchell (dalam Mulyasa, 2004: 141) mengatakan

upaya yang dapat dilakukan untuk meningktkan kinerja guru adalah dengan:

a. Pembinaan kedisiplinan.

(29)

c. Penghargaan, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan

mengurangi kegiatan yang kurang produktif, melalui penghargaan ini agar

guru dapat meningkatkan kinrja yang positif.

2.1.4. Tujuan Penilaian Kerja

Menurut Alwi (2001: 187) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan

sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development.

1. Tujuan penilaian kinerja yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:

a. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi.

b. Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision.

c. Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi.

2. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan:

a. Prestasi riil yang dicapai individu.

b. Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja.

c. Prestasi-pestasi yang dikembangkan.

Manfaat penilaian kinerja kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu

yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi. Adapun secara

terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

b. Perbaikan kinerja.

c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.

d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,

pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

(30)

f. Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai.

2.1.5. Kinerja Guru Ekonomi

Kinerja guru ekonomi merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran khususnya pada mata diklat secara efektif ekonomi di sekolah. Ini akan dilihat bagaimana guru ekonomi

mempersiapkan program pembelajaran ekonomi, termasuk bagaimana

merumuskan tujuan pembelajaran, mempersiapkan metode dan media

pembelajaran, serta bagaimana mempersiapkan evaluasi pembelajaran ekonomi.

Menilai kinerja guru, digunakan alat penilaian kemampuan guru (APKG).

APKG ini terdiri dari dua perangkat, yaitu APKG I digunakan untuk menilai

kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, sedangkan APKG II

digunakan untuk menilai kemampuan guru dalam melaksankan pembelajaran.

Secara umum, APKG dapat dimanfaatkan untuk menilai kemampuan guru

atau calon guru. APKG ini tidak hanya berupaya untuk menentukan guru dalam

pembelajaran secara kognitif (proses berpikir) tetapi juga menentukan nilai dan

sikap serta ketrampilan.

Penilaian kinerja guru dalam hal perencanaan pembelajaran yang terdapat

dalam APKG I meliputi :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran

2. Mengembangkan dan mengorganisasikan materi, media pembelajaran,dan

sumber belajar

3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran

(31)

5. merencanakan prosedur, jenis dan penyiapan alat penelitian

6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran

APKG II mencakup tujuan komponen dalam pelaksanaan pembelajaran

yaitu :

1. Mengelola ruang, waktu dan fasilitas belajar

2. Menggunakan strategi pembelajaran

3. Mengelola interaksi kelas

4. Bersikap terbuka dan luwes serta membantu mengembangkan sikap positif

peserta didik terhadap belajar

5. Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran mata pelajaran

tertentu

6. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar

7. Kesan umum umum pelaksanaan pembelajaran

Ada empat kompetensi guru dalam hubungannya dengan usaha

meningkatkan proses dan hasil belajar yaitu : (a) merencanakan program belajar

mengajar, (b) melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar

mengajar, (c) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (d) menguasai bahan

pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang

dibinanya (Sudjana 2008 :19).

Dalam UU No 14 Th 2005 BAB IV pasal 20 (a) tentang guru dan dosen

dalam melaksnakan tugas keprofesional guru berkewajiban :

1. Merencanakan pembelajaran

(32)

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

Sedangkan menurut Hasibuan dalam Handayani (2009) mendefinisikan

kinerja guru dapat dilihat dari tugas mengajar guru yang dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu :

1. Tahap sebelum Pengajaran (Preactive)

2. Tahap pengajaran (interactive)

3. Tahap sesudah pengajaran (post active)

Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas maka indikator yang

digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah:

1. Merencanakan pembelajaran

2. Melaksanakan proses pembelajaran

3. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

2.2 Tinjauan Persepsi Guru Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah 2.2.1. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi

ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu

indera penglihatan, pendengar, peraba, perasaan dan penciuman (Slameto, 1995:

105).

Walgito (2004: 89) mengemukakan bahwa, persepsi itu merupakan

pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterimanya,

(33)

dalam diri individu. Persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan

menginteprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi

lingkungan mereka (Robbins, 2008: 175) sedangkan Gibson, dkk (1996) yang

dikutip oleh Pribernadi (Tesis 2002: 14) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu

proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan

pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman

psikologis. Menurut dua pendapat di atas persepsi terjadi karena hal-hal sebagai

berikut: (1) Indera menangkap fakta di sekitar, (2) Fakta-fakta yang tertangkap

diorganisasikan dan ditafsirkan. (3) Kesimpulan yang diperoleh diwujudkan

dengan perilaku tindakan ataupun sikap sebagai respon terhadap lingkungan.

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rahmat, 2003: 51). Menurut badudu (1990: 675) persepsi adalah proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Dalam The

Contemporary English–Indonesia Dictionary, Salim (2002: 184) mengartikan

kata "Perception" (persepsi) sebagai: (1) Perasaan. (2) Daya tangkap.

Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi

merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan

menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman

yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan

(34)

2.2.2. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi menurut walgito yaitu dari objek yang

menimbulkan stimulus, kemudian stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak

(proses tersebut disebut proses fisiologis) kemudian terjadilah di otak sebagai

pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang

didengar, atau diraba. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan

merupakan persepsi sebelumnya.

Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya persepsi

merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman

atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat

indera manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis,

merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat

indera) melalui saraf-saraf sensoris.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik,

merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang

diterima reseptor.

4. Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu

berupa tanggapan dan perilaku.

Lebih luas lagi tentang terjadinya persepsi sebagaimana dipaparkan oleh

(35)

komponen utama dari proses persepsi. Ketiga komponen itu sebagai berikut: (1) Seleksi merupakan proses psikologis yang sangat erat dengan pengamatan atau stimulus yang diterima dari luar. Rangsangan (stimulus) dari luar yang mencapai indera kita terbatas, baik mengenai jenis, maupun mengenai intensitasnya. Namun hanya sebagian kecil stimulus yang mencapai kesadaran kita karena adanya proses penyaringan, disamping faktor intensitas perhatian yang diberikan. (2) Interpretasi

yaitu proses mengorganisasikan infornasi sehingga mempunyai arti bagi seorang,

Interpretasi tergantung kepada berbagai faktor, seperti pengalaman,sistem nilai,

motivasi, kepribadian dan kecerdasan. (3) Interpretasi dari persepsi kemudian

diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut

(Robbins, 2001: 89):

1. Pelaku persepsi, yaitu apabila seorang individu memandang dalam suatu

objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi

persepsi diantaranya: sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa

lalu, dan pengharapan.

2. Target atau objek, target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang

dipersepsikan. Misalnya orang keras suaranya lebih mungkin untuk

(36)

3. Situasi, dimana mempengaruhi seseorang seperti waktu, keadaan atau tempat

kerja dan keadaan social akan mempengaruhi perhatian meskipun pemersepsi

dan target tidak berubah.

Menurut Robbins (2008: 176) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Krech dan Crutcfield dalam Rahmat (2003: 52) faktor yang

menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor

struktural.

Faktor pada pemersepsi : Sikap

Motif Kepentingan Pengalaman Penghargaan

Faktor dalam situasi: Waktu

Keadaan/tempat kerja

Keadaan sosial

Persepsi

Faktor dalam diri target: Sesuatu yang baru Gerakan

Suara Ukuran

(37)

1. Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman

masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor

personal.

2. Faktor struktural adalah faktor yang semata-mata berasal dari sifat stimulus

fisik terhadap obyek-obyek saraf yang ditimbulkan pada saraf individu.

Menurut Teori Geslat, bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya

sebagai suatu keseluruhan,kita tidak melihat bagian-bagiannya lalu

menghimpunnya.

Dalam penelitian ini persepsi guru yang dimaksud adalah proses seorang

guru ekonomi dalam mengordinasikan dan menafsirkan kesan indera mereka

terhadap kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Kota Tegal.

2.2.4. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan (leadership) mempunyai pengertian yang berbeda pada

orang-orang yang berbeda. Kata ini merupakan suatu kata yang diambil dari

kamus umum dan dimasukkan ke dalam kamus teknis sebuah disiplin ilmiah

tanpa didefinisikan dengan tepat. Sebagai konsekuensinya, kata ini mempunyai

konotasi-konotasi yang tidak berhubungan yang menciptakan ambivalensi

pengertian (Janda, 1960).

Beberapa definisi yang dapat dianggap cukup mewakili pengertian

kepemimpinan selama seperempat abad adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin

aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama

(38)

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi

tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu

atau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Wesehler & Massarik, 1961: 24).

3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam

harapan dan interaksi (Stogdill, 1974: 411).

4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan

berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin

organisasi (Katz & Kahn, 1978: 528).

Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi

bahwa kepemimpinan menyangkut segala proses pengaruh sosial yang dalam hal

ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk

menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah

kelompok atau organisasi. Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru

yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses

belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2003: 83).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala

Sekolah adalah bagaimana Kepala Sekolah mampu menolong stafnya untuk

memahami tujuan bersama yang akan dicapai, disamping itu Kepala Sekolah juga

harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi, ia harus menciptakan

suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat dan juga harus

mampu mengembangkan staf untuk tumbuh dalam kepemimpinannya.

(39)

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain.

Kepemimpinan tidak bisa berdiri sendiri tapi harus ada yang terlibat

didalamnya, baik sebagai karyawan atau pengikut yang akan menerima

pengarahkan dari pimpinan.

2. Kepemimpinan mengharuskan distribusi kekuasaan.

Dalam kepemimpinan, seorang pemimpin tidak seharusnya memegang

kekuasaan secara penuh, tetapi ia harus membagi-bagikan kekuasaannya

dengan anggota kelompok di bawahnya. Sekalipun demikian, ia tetap

mempunyai kekuasaan lebih besar daripada yang lainnya.

3. Kepemimpinan harus mempunyai pengaruh.

Tanpa pengaruh, kepemimpinan tidak akan berarti apa-apa. Pemimpin yang

memiliki kemampuan mempengaruhi kemampuan anggota kelompoknya

akan lebih mudah mengarahkan merka ke arah tujuan yang ingin dicapai.

4. Kepemimpinan berkaitan dengan nilai.

Dengan kata lain bahwa seorang pemimpin haruslah bermoral, pemimpin

yang mengenyampingkan aspek moral dalam kepemimpinannya cenderung

akan bersikap melanggar aturan dan etika-etika yang ada.

Sebuah sekolah tidak lepas dari adanya peran seorang pemimpin. Untuk

itu bisa dikatakan suksesnya sebuah sekolah tergantung seberapa besar kapasitas

seorang pemimpinnya. Sekolah akan berkembang jika seorang pemimpin mampu

mewujudkan tujuan sekolah menjadi kenyataan.

2.2.5. Sifat-sifat Pemimpin

(40)

1. Jujur.

2. Percaya diri.

3. Tanggung jawab.

4. Berani mengambil resiko dan keputusan.

5. Berjiwa besar.

6. Emosi yang stabil.

7. Teladan.

Pengetahuan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin

dalam kemampuan:

1. Memahami kondisi tenaga kependidikan.

2. Memahami kondisi dan dan karakteristik peserta didik.

3. Menyusun program pengembangan tenaga kependidikan.

4. Menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk

meningkatkan sekolah.

Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari

kemampuannya untuk:

1. Mengembangkan visi sekolah.

2. Mengembangkan misi sekolah.

3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam

tindakan.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemempuannya

dalam:

(41)

2. Mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah.

3. Mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah.

Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk:

1. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidiakn di sekolah.

2. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

3. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik.

4. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar

lingkungan sekolah.

2.2.6. Fungsi Kepala Sekolah

Dinas Pendidikan telah menetapkan bahwa Kepala Sekolah harus mampu

melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator dan

supervisor. ,Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan perkembangan jaman, Kepala Sekolah harus mampu berperan

sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya.

Mulyasa (2004: 98) fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah sebagai edukator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, Kepala Sekolah harus

memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga

kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,

memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh

tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik,

seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi

(42)

Sumidjo dalam mulyasa (1999: 122) mengemukakan bahwa memahami

arti pendidik tidak cukup berpergang pada konotasi yang terkandung dalam

definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna

pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu

dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha

menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni

pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.

Pembinaan mental yaitu membina para tenaga kependidikan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Dalam hal-hal ini, Kepala Sekolah

harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan

dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proporsional. Pembinaan moral

yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan

tugas masing-masing tenaga kependidikan. Pembinaan fisik yaitu membina para

tenga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau

badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Pembinaan artistik yaitu

membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan

manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan

karyawisata yang bisa dilakukan setiap akhir tahun pelajaran.

Sebagai edukator Kepala Sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan

kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor

pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme Kepala Sekolah,

(43)

terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil

Kepala Sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat

mempengaruhi kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya,

demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya.

2. Kepala Sekolah sebagai manajer

Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi

serta mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya

sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi sebagai berikut:

1. Memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau koopertif

dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga

kependidikan di sekolah, Kepala Sekolah bafus memntingkan kerja sama

dengan tenaga kependidiakan dan pihak lain yang terkait dalam

melaksanakan setiap kegiatan.

2. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan

profesinya, sebagai manajer Kepala Sekolah harus meningkatkan profesi

secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, Kepala Sekolah harus

bersikap demokratis dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga

kependidikan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Misalnya

memberi kesempatan kepada bawahan untukmeningkatkan profesinya

melalui berbagai penataran dan lokakarya sesuai dengan bidangnya

(44)

3. Mendorong keterlibatan seluruh tenagakependidikan, dimaksudkan bahwa

Kepala Sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga

kependidiakan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini

Kepala Sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas

mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban, dan

asas integritas.

3. Kepala Sekolah sebagai administrator

Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat

dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,

penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, Kepala

Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola

administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola

administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan

mengelola administrasi keuangan. Kegiaran tersebut perlu dilakukan secara efektif

dan efisien agar dapat meninjang produktivitas sekolah. Untuk itu, Kepala

Sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas

opersional.

4. Kepala Sekolah sekabagai supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan

tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi

sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh

karena itu, salah satu tugas Kepala Sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu

(45)

starrat (1993) menyatakan bahwa “supervixion is a process designed to help

teacher and supervisor learn more about therir practice; to better able to use

theri knowledge and skills to better serve parrents and schools; and to make the

school a more effective learning community”. Yang artinya bahwa supervisi

merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru

dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat

menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang

lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan

sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.

Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Kepala Sekolah terhadap

tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas

pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Salah supervisi akademik yang

populer adalah supervisi klinis, yaitu memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehinnga inisiatif

tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama

Kepala Sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan

Kepala Sekolah.

4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan

(46)

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbukan secara tatap muka, dan

supercisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru

daripada member saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal,

pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari Kepala Sekolah sebagai

supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positip sebagai hasil

pembinaan.

8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu

keadaan dan memecahkan suatu masalah.

5. Kepala Sekolah sebagai leader

Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan

pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi

dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan

bahwa Kepala Sekolah sebagai leader harus memiliki karakteristik khusus yang

mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional,

serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan Kepala Sekolah yang harus diwujudkan Kepala Sekolah

sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terdadap tenaga

kependidikan, visi dan misi Kepala Sekolah, kemampuan mengambil keputusan,

(47)

6. Kepala Sekolah sebagai inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala

Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang

harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap

kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan

mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

Kepala Sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara ia

melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional

dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.

1. Konstruktif, kepala sekoalah harus berusaha mendorong dan membina

setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam

melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga

kependidikan.

2. Kreatif, Kepala Sekolah harus mencari gagasan dan cara-cara baru dalam

melaksanakan tugasnya.

3. Delegatif, Kepala Sekolah harus barusaha mendelegatifkan tugas kepada

tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta

kemampuan masing-masing.

4. Integratif, Kepala Sekolah harus berusaha mengintergasikan semua

kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan

sekolah secara efektif, efisien dan produktif.

5. Rasional dan objektif, Kepala Sekolah harus bertindak berdasarkan

(48)

6. Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme

tenaga kependidiakn di sekolah, Kepala Sekolah harus berusaha

menetapkan kegiatan atau target berdarsarkan kondisi dan kemampuan

yang dimiliki sekolah.

7. Adaptabel dan fleksibel, Kepala Sekolah harus mampu beradaptasi dan

fleksibel dalam menghadapi situasi baru, sera berusaha menciptakan

situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga

kependidikan untuk berdaptasi dalam melaksanakan tugasnya.

7. Kepala Sekolah sebagai motivator

Sebagai motivator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat

untuk memberikan motivasi pada para tenaga kependidikan dalam melakukan

berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melaluai

pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan,

penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalaui

pengembangan pusat sumber belarar (PSB).

2.2.7. Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Kemampuan kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan faktor penentu

utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses dan produk

pembelajaran. Kepala Sekolah adalah orang yang bertanggung jawab apakah guru

dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur

pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

berinteraksi dengan komunitasnya (Kepala Sekolah, guru, dan staf). Besarnya

(49)

Coombs, dan Thurston (1987) dalam Danim (2003: 197), bahwa Kepala Sekolah

untuk jenjang dan jenis sekolah apapun, merupakan orang yang memiliki

tanggung jawab utama, yaitu apakah guru dan staf dapat bekerja sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya. Tugas-tugas Kepala Sekolah bersifat ganda, yang satu

sama lain memiliki kaitan erat, baik langsung atau tidak langsung. Tugas-tugas

dimaksud adalah mengkoordinasi, mengarahkan, dan mendukung hal-hal yang

berkaitan dengan tugas pokoknya yang sangat kompleks, yaitu:

1. merumuskan tujuan dan sasaran-sasaran sekolah.

2. mengevaluasi kinerja guru.

3. mengevaluasi kinerja staf sekolah.

4. menata dan menyediakan sumber-sumber organisasi sekolah.

5. membangun dan menciptakan iklim psikologis yang baik antar komunitas

sekolah.

6. menjalin hubungan dan ketersentuhan kepedulian terhadap masyarakat.

7. membuat perencanaan bersama staf dan komunitas sekolah.

8. menyusun penjadualan kerja.

9. mengatur masalah-masalah pembukuan.

10.melakukan negosiasi dengan pihak eksternal.

11.memecahkan konflik antarsesama guru dan antarpihak pada komunitas

sekolah.

12.menerima masukan dari guru-guru dan staf sekolah untuk

persoalan-persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan.

(50)

14.melakukan fungsi supervisi pembelajaran atau pembinaan profesional.

15.melaksanakan kegiatan lain yang mendukung operasi sekolah.

(http://smp1rangkasbitung.wordpress.com/2009/04/07/peranan-dan-tugas-kepala-sekolah-dan-guru/)

2.2.8. Dampak Kepala Sekolah Profesional

Menurut Mulyasa (2004: 89) dampak Kepala Sekolah profesional adalah

sebagai berikut:

1. Efektivitas Proses Pendidikan

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan memiliki efektivitas

pendidikan yang tinggi, yang tampak dari sifat pendidikan yang menekankan pada

pemberdayaan peserta didik. Pembelajaran bukan sekedar memorasi dan recall,

bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang

diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada internelisasi tentang apa

yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan kehidupan oleh

peserta didik (etos) bahkan, pembelajaran juga lebih menekankan pada bagaimana

supaya peserta didik mampu belajar dan cara belajar (learning to learn)

2. Tumbuhnya Kepemimpinan Sekolah yang Kuat

Kepala Sekolah mempunyai peran yang kuat dalam mengkoordinasikan,

menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia di

sekolah. Kepemimpinan Kepala Sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat

mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

(51)

3. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif

Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Oleh

karena itu, peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan mulai dari analisis

kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja,

sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang Kepala Sekolah.

4. Budaya Mutu

Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap

perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.

5. Team Work Yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis

Kebersamaan (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh

profesionalisme Kepala Sekolah, karena out put pendidikan merupakan hasil

kolektif waga sekolah, bukan hasil individual.

6. Kemandirian

Kepala Sekolah memiliki kemandirian untuk melakukan yang terbaik bagi

sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja

yang tidak selalu menggantungkan pada atasan.

7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat

Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah memiliki

karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat marupakan bagian

(52)

8. Transparansi Manajemen

Dalam wacana demokrasi pendidikan, transparasi pengelolaan sekolah

merupakan karakteristik sekolah yang harus diwujudkan dalam meningkatakan

profesionalisme tenaga kependidikan.

9. Kemauan untuk Berubah

Perubahan harus menjadi kenikmatan bagi semua warga sekolah menuju

peningkatan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, setiap perubahan harus

menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, demikian halnya mutu

pendidikan di sekolah.

10.Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan

Evaluasi terhadap profesionalisme tenaga kependidikan harus dilakukan

secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan setiap

tenaga kependidikan, tetapi yang terpenting adalah bagaimana menanfaatkan

tenaga kependidikan tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses

pendidikan di sekolah.

11.Tanggap Terhadap Kebutuhan

Sekolah tanggap terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan

mutu, karena selalu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan

tepat, bahkan sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan dan

tuntutan, tetapi juga ikut menciptakan perubahan, dan mengantisipasi hal-hal yang

(53)

12.Akuntanbilitas

Akuntanbilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai baik kepada

pemerintah maupun kepada orang tua peserta didik dan masyarakat.

13.Sustainabilitas

Paradigma baru Kepala Sekolah professional dalam konteks MBS dan

KBK memiliki sustianabilitas yang tinggi karena di sekolah akan terjadi proses

akumulasi peningkatan mutu sumber daya manusia, diversifikasi sumber dana,

pemilikan aset sekolah yang mempu meningkatkan kekayaan sekolah, serta

partisipasi dan dukungan masyarakat yang tinggi terhadap ekstensi sekolah.

Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah,

menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, maka Kepala Sekolah harus

memiliki beberapa kompetensi yang harus dipenuhi. Kompetensi tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kompetensi–kompetensi Kepala Sekolah

NO DIMENSI

KOMPETENSI KOMPETENSI

Kepribadian

Manajerial

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah / madrasah

b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin c. Memiliki keinginan yang kuat dalam

pengembangan diri sebagai Kepala Sekolah / madarasah

d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai Kepala Sekolah

f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan

Gambar

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………………
Tabel Data Diolah ..................................................................
Gambar 2.1  Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Tabel  2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran yang dipadukan. Beberapa mata pelajaran dicari konsep, sikap, dan ketrampilan yang tumpang tindih dipadukan

Isoform 2 subunit alpha (Ampk - α2) banyak diekspresikan pada jarin- gan otot skelet dan hepar yang memiliki peran penting dalam peng- gunaan glukosa oleh otot

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

4.2 Perubahan Sikap Warga Belajar Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias ...154.. Surat Keputusan Direktur Program

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry yang terjadi pada anak kembar yang berbeda jenis kelamin, faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai

Kedua belah pihak bersama-sama telah sepakat mengadakan Addendum pada surat Perjanjian Pekerjaan Pembangunan Sarana Air Minum Sistem sumur gali Nomor :