• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Kemasakan, Periode After Ripening, Pelnatahan Dorlnansi Secara Buatan, dan Media Perkecambahan terhadap Dormansi Benih Terong Kopek (Solanzmz inelongena L.) Varietas Dadali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tingkat Kemasakan, Periode After Ripening, Pelnatahan Dorlnansi Secara Buatan, dan Media Perkecambahan terhadap Dormansi Benih Terong Kopek (Solanzmz inelongena L.) Varietas Dadali"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

OS+

PENGARUH PERBEDAAN TINGIL4T IUZMASAIUN,

PERIODE

AFTER RIPENING,

?EMATAHAN DOIIMANSI,

DAN MEDIA PERICECAMBAHAN TERHADAP DORMANSI

':

BENIH TERONG KOPEK

(Solnrzur~z

melorzgerzn

L.) VARIETAS DADALI

Olel1: Aasy Aisya11 Fitria

A03497006

JURUSAN UUDI DAYA I'ERTANIAN FAI<UL'1'AS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT KEMASAKAN,

PERIODE AFTER RIPENING, PEMATAHAN DORMANSI,

DAN MEDIA PERKECAMBAHAN TERHADAP DORMANSI

BENIH TERONG KOPEK

(Solnnunz melorzgerzn

L.) VARIETAS DADALI

Sltripsi sebagai salah satu syarat untulc memperoleh gefar Sarjana Pertanian pada Faltultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

AASY AISYAH FITRIA A03497006

JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Lembar Pengesahan

JUDUL : PENGARUH PERBEDAAN TINCrKAT KEMASAKAN, PERIODE AFTER RIPENING, PEMATAHAN DORMANSI, DAN MEDIA PERKECAMBAHAN TERHADAP DORMANSI BENIH TERONG KOPEK (Solantmz melor?gena L.) VARIETAS DADALI

NAMA : AASY AISYAH FITRIA

NRP : A03497006

Menyetujui, Pembimbing

/Jl&p

-

Dr Ir Satriyas Ilyas, MS

NIP. 131 124 822

(5)

RINGKASAN

AASY AISYAH FITRIA. Pengaruh Tingkat Kemasakan, Periode After

Ripening, Pelnatahan Dorlnansi Secara Buatan, dan Media Perkecambahan

terhadap Dormansi Benih Terong Kopek (Solanzmz inelongena L.) Varietas Dadali (dibawah bimbingan Sntriyns IIyns).

Penelitia~i ini dilakukan untuk rnelnpelajari pengamh perbedaan tingkat kemasakan, periode after ripening, pematahan dortnansi secara buatan, dan media perltecambahan terliadap dormansi benih terong kopek (Solarium melongenn L.) varietas Dadali.

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan, mmah kawat dan Laboratorium Illnu dali Teknologi Benih, Leuwikopo, mulai November 2000 sampai dengan Juli 200 1.

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama menggunakan rancangan acak lengkap dengall dua faktor. Faktor pertama adalah tingkat kemasakan benih yang terdiri dari empat taraf yaitu buah yang dipanen pada 52- 54 (MI), 55-57 (M2), 58-60 (M3) dan 61-63 hari setelah berbunga (M4). Faldor yang kedua adalah periode afier ripening pada suhu 3 0 ' ~ yang lnelnpunyai sembilan tarac yaitu 0 (Al), 1 (AZ), 2 (A3), 3 (A4), 4 (A5), 5 (A6), 6 (A7), 7 (AX), dan S (A9) minggu setelah panen. Setiap ltolnbinasi perlakuan diulalig e~npat kali sehingga terdapat 144 satuan percobaan.

Percobaan kedua dilaksanakan pada saat periode after ripening 6 minggu dan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga faktor. Faktor pertama adalah tingkat kemasakan dengall empat taraf, yaitu benih M1, M2, M3, dan M4. Faktor kedua adalah pematahan dormansi secara buatan dengan elnpat taraf, yaitu benih kontrol rnerupaltan benih kering (BI), benili direndam dalam aquades selama 24 jam (B2), benih direndam dalam larutan KN03 0.04% selalna 24 jam (B3), dan benih direndam dalaln larutan 100 ppm GA3 sela~na 24 jam (B4). Faktor ketiga adalah media perkecambahan dengan tiga taraf. yaitu media kertas llierang (D I), ke~tas saring (D2), dan arang sekan~ (D3). Seluruh perlakuan diulang elnpat kali, sehingga terdapat 192 satuan percobaan.

(6)

(DB) dan potensial tumbuh maksimum (PTM). Setiap tolok ukur diulang empat kali dan tiap ulangan terdiri dari 50 butir benih.

Semua perlakuan yang diberikan pada percobaan 1 dan percobaan 2 berpengamh sangat nyata terhadap viabilitas dan vigor benih.

Tingkat kemasakan empat (MS) meinpunyai nilai DB, KCT, dan PTM tertinggi, kenludian diikuti M3, M2, dan MI, kecuali pada tolok ukur PTM, nilai PTM M2 tidak berbeda riyata dengan M4.

Benih M4 mulai berkecambah normal pada lninggu ke-5 after ripening, sedangkan benih MI, M2, dan M3 baru pada minggu ke-6, dan nilainya terus meningkat sampai dengan minggu ke-8. lnteraksi yang menghasikan viabilitas dan vigor paling baik adalah antara M4 dengan offer ripening 8 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa benih yang paling responsif terhadap perlakuan crjier

ubening adalah benih M4.

Benih terong kopek varietas Dadali mengalami dormansi yang belum dapat dipatahkan dengan after ripening selama 8 minggu, namun perlakuan after

ripening dapat rneningkatkan perkecalnbahan yang diindikasikan dengall adanya

kecendenlngan peningkatan nilai DB, I&, dan PTM seiring dengan pertambahan periode after ripening.

Interaksi antara pematahan dormansi dengan GA3 dall media perkecambahan arang sekam rnempakan kombinasi perlakuan yang terbaik, terlihat dari tingginya rata-rata nilai tolok ukur yang diamati pada senlua tingltat kemasakan. I<ombinasi perlakuan tersebut dapat mematahkan dormansi dan memberikan hasil yang paling baik pada benih tingkat kemasakan 2 (M2), M3. dan M4 untuk tolok ukur DB dan I<u, tetapi hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata pada setiap media perkecambahan untuk tolok ukur PTM.

(7)

Penulis merupakan anak ke empat dari pasangan Drs. H. Abdullah Ahid dan Hj. Tia Fatimah. Penulis dilahirkan di Bandung, tanggal 22 Agustus 1979.

Talun 1991 penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN IPK VIII Cicalengka, Kab. Bandung. Selanjutnya pada tahun 1994 penulis menyelesaikan studi di SMPN I Cicalengka dan pada tahun 1997 lulus dari SMUN I Cicalenglta.

Penulis diterima di Program Studi Ilniu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 1997.

Sejak SD penulis telah aktif di berbagai kegiatan ekstra kurikuler, diantaranya Pramuka dan Karawitan Sunda. Kegiatan yang sama penulis tekuni di SMP. Penulis menjadi anggota PASKIBRA se-Icecamatan Cicalengka tahun 199411995, Selain itu di SMU penulis merupakan pengurus OSIS I99411995 dan 199511996, dan aktif dalam kegiatan Majalah Dinding, Buletin Sekolah dan remaja masjid. Penulis pernah mesaih prestasi juara I1 penulisan karya tulis keagamaan se- Kabupaten Bandung. Di IPB, pen~~lis menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu dan Teknologi Benih tahun pelajaran 199811999 dan

(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Skripsi ini berjudul Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan, Periode Afier liipening, Peniatahan Dor~iiansi, dan Media Perkecambahan terhadap Dormansi Benih Terong Kopek (Solnn~uit ttieloiigetin L.) Varietas Dadali, merupakan syarat untuk tnendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

Penulis ~nenyampaikan terinia kasih kepada:

1. Dr Ir Satriyas Ilyas, MS, sebagai pembimbing skripsi 2. Dr Tatiek Kartika S, MS, sebagai pembimbing akademik

3. Dr Ir Faiza C. Suwamo, MS dan Dr Ir hlemen Suraliman, MSc, sebagai dosen penguji

4. Mamah, Bapa, dan seluruh keluarga yang telah memberikan semangat dan kasih sayangnya

5 . Bapak Bambang, Bapak Sardju, Ibu Eli, dan seluruh pegawai Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benili atas bantuannya selama penelitian

6. Rekan-rekan Tekben Angkatan 34 atas setiiangatnya, d a ~ i juga kepada seniua pihak yang telah tneniberikan bantuannya.

Semoga tulisan ini dapat bernianfaat.

Bogor, Agustus 2001

(9)

Halaman

... PENDAHULUAN

Latar Belakang

...

Tujuan Percobaan

...

.

.

.

...

...

Hipotesis

...

TINJAUAN PUSTAKA

... AJei l?ipening

Dormansi

...

.

.

.

...

Kemasakan Benih

...

.

.

...

Media Perkecambahan ...

BAHAN DAN METODE

...

.

.

.

.

... 7

H A S L DAN PEMBAHASAN ... 16 Pengaruh Interaksi antara Tingkat Kemasakan dengan Periode Affel

.

...

Xipening terhadap Viabilitas dan Vigor Benih 17

Pengaruh Interaksi antara Tingkat Kemasakan, Pematahan Dorniansi, ...

dan Media Perkecambahan terlladap Viabilitas dan Vigor Benih 21 I ( E s ' ~ ~ T u L A N DAN SARAN 28

...

(10)

DAFTAR TABEL

Nolnor Halanlan

Teks

I . Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat ICemasakan

dan Periode After Rbening terhadap DB, 1CcT dan PTM

...

16

2.

Il'ekapitulasi Sidik Ragam Pengaruli PerbedaanTingkat ICemasakan, Pematahan Dormansi, dan Media Perkecarnbahan terhadap DB, Tso,

I&, dan PTM

...

16

3. Pengaruh Interaksi antara Tingkat Kemasakan dengan Periode

After Ripening terhadap DB, KCT, dan PTM

...

1 S

4. Pengaruh Ji~teraksi antara Media Perkecarnbahan, Pematahan

Dormansi, dan Media Perkecambahan terlladap Viabilitas d a n Vigor Benih Terong Kopek yang Telah Mengalami Enain Minggu

...

After Ripening 22

1. Pengaruh Perbedaan Tingkat Kenlasaltan terhadap DB,

KcT, dan PTM

...

31

2. Pengaruh Perbedaan Periode AJer Ripening terhadap DB,

I<c.l., clan PTM

...

...

...

3 1

3. Pengaruh Perbedaan Tingkat ICemasalcan terhadap Viabilitas

dan Vigor Benih Terong yaug Tclah Mengalanli

G

Minggu

...

After Ripening 3 1

4. Pengaruh Perlakuali Pematahan Dornmnsi terhadap Viabilitas

dan Vigor Benih Terong yang Telah Mengalami G Minggu

...

After Ripening 32

5 . Pengartill Perbedaan Media terliadap Viabilitas

dan Vigor Benih Terong yang Telah Mengalan~i 6 Minggu

Affer Ripening

...

32

6. Pengaruh Interaksi Ti~igkat Kemasakan dengan Pemntahan Dorlnansi

terhadap DB

...

32

7. Pengaruh Interaksi Tingkat ICemasaltan dengan Media Perkecambahan

terhadap DB

...

.;.

...

3 3

S. Pengarull Interaksi Pematahan Dormansi dengall Media

(11)

9. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pematahan Dormansi terhadap T5o

...

.

.

.

... 10. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan

terhadap T5o

1 1 . Pengaruh Interaksi Peniatahan Dormansi dengan Media Perkecambahan terhadap Ts

12. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pernatahan Domiansi terhadap KCT

...

... 13. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan

terhadap KCT ...

14. Pengaruh Interaksi Pematahan Dormansi dengan Media

Perkecarnbahan terhadap KCT ... 15. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pematahan Dormansi

terhadap PTM

16. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan terhadap PTM

...

17. Pengaruli Interaksi Pematahan Donnansi dengan Media

Perkecambahan terhadap PTM

18. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan

dan Periode After Ripening terhadap DB

...

.

.

... 19. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan

dan Periode After Ril~ening terhadap PTM

... .

.

..,,,.,,,,,,,,,,,

20. Sidik Ragarn Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan

dan Periode After Ripening terhadap KCT

...

21. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan, Pe~natahan Dormansi, dan Media Perkecambahan terhadap DB

...

22. Sidik Ragaln Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan,

Pematahan Dormansi, dan Media Perkecambahan terhadap Tso ... 23. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan,

Pematahan Dormansi, dan Media Perkecambahan terhadap KcT... 24. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan,

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halailla~l Teks

...

1. Kedudukail Putik 11

...

2. Icegiatan Ekstraksi sampai dengan 1'eng:l.ingan Benih 12

...

3. Alat Pengecambah Benih II'B 73-2AIB 13

4.

Pengarull Interaksi ailtara Tingkat I<emasakai~ dellgall Periode

Ajter R@eniizg terlladap (a) Poteilsi Tumbuh Maksiinum, (b) Daya

Berkecambah, (c) Kecepatan Tumbuh

...

21 5. Pellgaruh Perbedaan Media Perkecambaha~l terhadap Perkecambahan

Benil1 Teroilg Kopek yang Telal~ Mei~galal~li Ellaill Millggu

After Ripening

...

24

6 . Pengaruh Cara Pematahaa Dori~latlsi Benih Tero~lg Kopek terl~adap

...

(13)

PENDAHULUAN

Lntar Belaknng v'

Tanaman sayuran mengandung nilai gizi tinggi yang dibutuhkan oleh manusia. Gizi sayuran meningkatkan daya cerna ~netabolisme serta menimbulkan daya tahan terhadap gangguan penyakit atau kelemahan jasmani lainnya. Di beberapa negara produk sayuran juga dimanfaatltan sebagai substitusi bahan pangan saat terjadi paceklik (Ashari, 1995).

Menurut Soetasad dan Muryanti (1999), terong sebagai salah satu sayuran memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, yaitu belturut-turut untuk energi, protein, lemak dan karbohidrat adalah 24 kal, 1.1 g, 0.2 g, dan 5.5 g untuk setiap 100 g bahan. Buah terong juga mengandung kalsium 15.0 mg, fosfor 37.0 mg, besi 0.4 mg, vitamin A 4.0 SI, vitamin C 5.0 mg, vitamin B 0.04 ing, dan air 92.7 g. Terong juga mempunyai nilai ekoliomis yang cukup tinggi. IComoditas ini tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

Berbagai varietas terong kopek yang ditanam adalah Dadali, Caringin, Mustang, dan Banteng, baik menggunakan benih bersertifikat maupun benih yang dihasilkan sendiri. Karena masih terbatasnya produksi benih sayuran maka kebanyakan petani me~~ggunakail benih produksi sendiri.

Pada benih terong kopek sering dijumpai benih yang disemai memerlukan waktu yang cukup panjang untuk berkecambah sehingga terjadi ketidakserempakan tumbuh. Hal ini dapat menghambat pemindahan bibit ke lapang dan mengakibatkan ketidakseragaman pertanaman. Pada beberapa benih sayuran ha1 ini dapat diatasi dengan perlakuan invigorasi (I<han, 1992).

Hasil penelitian Cecilia (1990) menunjukkan bahwa benih terong kopek yang baru saja dipanen meliunjukkan innnfe u'orninr~cy yang intensitasnya cenderung rneningkat dengan meningkatnya kemasakan buah. ICeadaan ini juga terjadi pada benih tomat. Menurut Yongqing el nl. (1996) persentase benih

(14)

sayuran terjadi pematahan dormansi setelah benih disimpan selalna satu sampai dua bulan.

Xebanyakan tanaman sayuran niemiliki periode pernbungaan dan pemasakan yang relatif panjang. Permukaan ltulit benili memperlihatkan gejala penampakan yang masak sebelu~ii waktunya, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam penentuan waktu pernanenan ( Saisawat el at., 1988).

Menurut Saisawat eta/. (1988), untuk konsumsi segar buah dipanen ketika 113 sampai 213 buahnya masak, yaitu ketika kulitnya masih segar dan berwarna ungu. Tetapi untuk produksi benih buah dapat dipanen ketika kulitnya menjadi kusam dan benvarna coklat. Jika buah dipanen pada tingkat masak yang lebih muda, benih dalam buah akan terus mengalami pemasakan sebelum dikeluarkan dari buahnya untuk beberapa hari.

Rendahnya daya tumbuh dan terjadinya ketidakserempakan tumbuh pada terong kopek diduga karena benih terong mengalami dormansi. Benih terong lnalnpu menyerap air secara cepat tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama ~ ~ n t u k pemuncularl radikulanya dan lial ini tidak terjadi dengan serempak.

T r ~ j II:III P ~ I . C O ~ : I ; I I I

I'enelitian ini dilakultan untuk mempelajari pengaruh perbedaan tingkat masak, periode after ripening, pematahan dor~~iansi, dan media perkecambahan terhadap dormansi benili terong kopek (Solanilm ~nelongena L.) varietas Dadali.

FIipotesis

1. Perbedaan tingkat masak dan periode nfiel. rbening berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih terong.

2. Terdapat interaksi antara perbedaan tingkat masak- dengan periode afier ripening dalam pematallan dormansi benili terong.

(15)

TINJAUAN PUSTAIL4

After Ripetzitzg

After riperzi?ig dikenal sebagai perubahaii yang terjadi pada benih yang kering dan dormaii setelah benili lepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih tersebut akan hilang setelah benih disimpan pada suhu tertentu. Benih deilgan suhu spesikk dibutulikan uiituk perkecambahan. Rata-rata kehilangan donnansi selama a$er ripening meningkat sejalan dengan me~iingkatnya subu (Murdoch dan Ellis, 199 1)

Hilangnya dorinansi pada benih kering terjadi pada sul~u ruang berbeda- beda tergantung spesiesnya. Icebanyakan benili serealia yang disimpan selaina satu sampai dua bulan pada su11u 1 5 - 2 0 ' ~ perkecambahanr~ya menjadi maksinium. Pada benih Phleunz arennriunz, peningkatan periode a)er ripening

tidak hanya meningkatkan perkecambahan tetapi juga menjadikan kisaran suhu yang lebih luas untuk perkecambahan (Copeland dan McDonald, 1995).

Menurut Klaaser (1982), ineskip~~n buali terong terniasuk tipe buah basah tetapi mengalami qier ripttritrg. Benili yang berada dala~n buali yang telah dipanen nltati nielalijutkan pemasakaluiya selaina beberapa hal-i.

Icebanyakan benili yang melalui a$er ripening selatna penyimpanaii kering juga responsif terhadap stratifikasi dalam pematahan dorniansi. Lagi pula, perlakuan benih kering tanpa aJer ripetling dengan GA3 dapat memi~idalikan blok dormansi pada kebanyakan benih serealia dan rumput-runll~utan (Sinlpson (1990) dalanz Copeland dan McDonald, 1995). Avena fafzia, sebagai contoh, menunjukkaii sifat ini. Meskipun benih-benih ini kering, aktivitas inetnbolisinenya dapat diukur. Naylor dan Siinpson (1961) dalanz Copeland d:m McDonald (1995) tnenambahkan pada A. faizm, fiksasi C02 dan sintesis protein telah diperlihatkan.

(16)

Dormansi

Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dimana benih tidak dapat berkecambah meskipun dalaln kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan untuk perkecambahan. Beberapa mekanisme fisik dan fisiologi dormansi, termasuk dormansi primer dan sekunder terjadi dalam benih.

Penyebab dorrnansi bisa berbeda-beda pada setiap tanaman. Misalnya pada tomat, hari panjang bisa menyebabkan dormansi. Pada tomat, Cherlopodizrm albzinz, dan Porfzilacn olemcea utnur tanaman induk pada saat induksi pembungaan juga rnempengaruhi dormansi. Dorlnansi pada benih dari tanaman Amaranthus retrofexus (ICigel et al. (1979) dalam Copel~nd and McDonald, 1995) dan Oldelandia corymbosa (Do Cao et al. (1978) dalam Copeland and McDonald, 1995) meningkat seiring dengan peningkatan umur tanaman. Sadjad (1980) mengelnukakan bahwa zat yang merintangi pertu~nbuhan juga menjadi penyebab dormansi. Benih-benili yang hams rnelalui after ripening sebelum perkecambahannya digolongkan juga sebagai benih dorman.

Dormansi benih bisa juga terjadi karena adanya inhibitor dalam benih tersebut. Menurut I<arssen (1995) inhibitor asam absisat (ABA) merupakan faktor penting dalam induksi dormansi selama perkembangan benih. Ilesidu AB.\ dapat tertinggal dalam benih masak. Pada kascs 'dormansi embrio', uniumnya residu dapat mencapai tingkat yang dapat menghambat perkecambahan.

Menurut Icermode (1995) pada benih dorman proses perkecambahan dibloudihambat yang ditandai dengan tertahannya pernunculan radikula pada benih yang telah berimbibisi penuh. Selanjutnya, dormansi biasanya dapat terlepas bila benih menerima/memperoleh stimulan tertentu seperti cahaya, dan pada beberapa benih dapat hilang setelah rnelalui waktu penyimpanan kering (after ripening).

Dorlnansi fisiologis dapat dipatahkan dengan penyirnpanan keriny, prechilling, preheating, cahaya, kalium nitrat (I<N03), asam giberelat (GA,), dan

polyethylene (ISTA, 1999).

(17)

efektif bila dikombinasikan dengan pemanasan pada suhu 5 0 ' ~ selama 48 jam, cara ini dapat mematalikan dormansi secara efektif pada beberapa varietas padi.

Peningkatan perkecambahan dari dormansi yang rendah berhubungan dengan kondisi lingkungan selama perkembangan benih, yaitu telnperatur tinggi, hari pendek, cahaya merah, musirn kering, dan tingginya pemupukan nitrogen (Fenner, 1991).

Menurut Wahab (1990) dalam kasus benih terong kopek faktor kemasakan buah dan cara pengeringan benih setelah panen berpengamh terhadap perkecambahan dan dormansi benih tersebut. Faktor tirlgkat kemasakan buah dan benih berhubungan dengan kesinambungan promotor dan inhibitor serta penyempurnaan pembentukan kulit benih. Sedangkan pengeringan benih dapat menyebabkan 'case hardening' yang dapat menimbulkan dormansi.

Persentase perkecambahan pada benih terong kopek varietas Dadali dapat ditingkatkan dengan perlakuan skarifikasi fisik (pemotongan endosperma dan testa yang berada di ujung radikula), pemberian 100 ppm GA3, 1 000 ppm GA3, dan perendaman benih dalam 100 000 ppm CCC selama 6 hari (Mitropi, 1996).

K e m a s a l z n ~ ~ Benih

Oluocli dan Welbaum (1996) rnengemukakan bahwa benih melon h a n ~ s dipanen pada tahap perkembangan yang tepat untuk mendapatkan viabilitas dan vigor maksimum. Benih dari buah yang dipanen pada 30-35 hari setelah anthesis (HSA) perkecambahannya rendah, sedangkan dari 45-60 HSA benih berkecambah penuh saat panen dan setelah penyin~panan. Pengeritlgan dan perlakuan after ripening selama dua bulan pada benih dari buah yang dipanen 30-35 HSA dapat meningkatkan perkecambahan lebih dari 90 %. Selain itu, perlakua~i suhu juga berpengamh terhadap perkecambalian. Benih yang diberi perlakuan after ripening

pada suhu 2 5 ' ~ dan 3 0 ' ~ mempunyai viabilitas dan vigor yang lebih tinggi daripada perlakuan suhu 2 0 ' ~ .

(18)

~nasak yaitu 60-65 HSP. Setelah disimpan selama lima bulan keadaan menjadi terbalik, benih yang dorman lebih banyak ditemukan pada lot benih yang kurang masak (kurang dari 50 HSP).

Media Perl~ecambahan

Media yang digunakali dalam pengujian perkecambahan benih adalah bahan kertas, pasir, tanah, dan air (ISTA, 1999). Pengujian benilt terong menggunakan media kertas dengan metode top paper dan befween paper. Kertas yang biasa digunakan adalah $lter paper, blotter, atau towels. Jenis kertas lain dapat digunakan tetapi hams memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. IComposisi kertas hams berasal dari kayu, kapas, atau serat alami sayuran lainnya

2. Kertas hams bebas dari fungi, bakteri, dan bahan toksik yang dapat menghambat pertumbuhan atau pengujian perkecambahan

3 . Icertas hams porous dan dapat menumbuhkari akar

4. Icertas harus cukup kuat dan bertahan sampai akhir pengamatan 5. ICertas harus mernpunyai kernampuan menahan air yang baik

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan, rumah kawat dan Laboratoriurn Ilmu dan Teknologi Benih, Leuwikopo, mulai November 2000 sampai dengan Juli 200 1.

Bahaxi dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih terong varietas Dadali, pupuk (urea, SP-36, dan ICCI), kornpos, kapur (CaC03), Gandasil-B, Furadan 3-G, aquades, ICN03, dan GA3.

Alat yang digunakan adalah alat penanaman, timbangan, oven, alat pengecambah benih IPB 73-2A/B, kertas merang, kertas saring, arang sekam, cawan petri, botol film, box plastik, plastik, saringan, gelas ukur, dan label.

Metode Percobaan 1

Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Faktor pertuna adalah tingkat kernasakan benili yang terdiri &dri empat taraf yaitu buah yang dipanen pada 52-54 (MI), 55-57 (M2), 58-60 (M3) dan 61-63 hari setelah berbunga (M4). Faktor yang lcedua adalah periode after ripening pada suhu 3 0 ' ~ yang mempunyai semnbilan taraf, yaitu selama 0 (Al), 1 (A?-), 2 (A3), 3 (A4), 4 (AS), 5 (A6), 6 (A7), 7 (AS), dan 8 (A9) rninggu setelah panen. Setiap kombinasi perlakuan diulang empat kali sehingga terdapat 144 satuan percobaan. Model rancangan yang digunakan adalah :

~\

Yijk = Respell perlakuan M ke-i, A ke-j, dan ulangan Ice-k

(20)

(MA)ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan M taraf ke-i, dan perlakuarl A taraf ke-j

Eijk = Galat yang ditimbulkan karena perlakuan M ke-i, A ke-j, dan Ulangan ke-k

Uji statistik yang digunakan adalah analisis sidik ragam. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan terhadap perlakuan yang berpengaruh.

Percobaan 2

Percobaan ini dilaksanakan pada saat periode nfler ripening 6 minggu dan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga faktor. Faktor pertama adalah tingkat kemasakan dengan empat taraf, yaitu benih M1, M2, M3, dan M4. Faktor kedua adalah pematahan dormansi dengall empat taraf, yaitu benih kontrol mempakan benih kering (Bl), benih direndam dalam aquades selama 24 jam (B2), benih direndatn dalam larutan KN03 0.04% selama 24 jam (B3), dan benih direndam dalam larutan 100 ppm GA3 selama 24 jam (B4). Faktor ketiga adalah media perkecambahan dengan tiga taraf, yaitu media kertas merang (Dl), kertas saring (D2), dan arang sekam (D3). Seluruh perlalcuan diulang elnpat kali, sehingga terdapat 192 satuan percobaan.

Model rancangan yang digunakan adalah:

Yijk = Respon perlakuan M ke-i, B Ice-j, D Ice-k dan ulangan ke-I P = Nilai rataan umurn

Mi = Tingkat masak benih ke-i Bj = Rematahan dormansi ke-j Dk = Media perkecambahan ke-k

= Pengaruh interaksi antara perlakuan M taraf ke-i, dan perlakuan B

taraf ke-j

(21)

(BDIjk = Pengaruh interaksi atltara perlakuan B taraf ke-j, dan perlakuail D taraf ke-k

(MBD)ijk= Pengaruh interalcsi alitara perlaleuan M taraf ke-i, perlakuan B taraf ke-j, dan D taraf ke-k

Eijkl = Galat yang ditimbulkan karena perlakuail

M

ke-i, B ke-j, D ke-k dan ulallgatl ke-l

Uji statistik yang digunakan adalah analisis sidik ragam. Selanjutnya dilakukatl uji lanjut Dunca~l terhadap perlakuan yang berpengaruh.

I'elnksanann Pesen~aian

Penanatnail benih terong dilakukail dengall rnenye~naika~l terlebih dahulu benih terong tersebut di teinpat pembibitan. Benih disenlai di polybng berdiaineter

12 cnl sebanyak 670 butir, tiappolybclg disenlai 1 butir benih.

Saat peselnaian terjadi ketidakserenlpaka~l pertumb~~l~an. Unlulnnya benih dapat berkecambali pada ulnur 10 hari setelah semai, tetapi ada yang sangat la~nbat pe~~tumbuhaiu~ya. Benih yang mengalaini permasalahan dalam perkecambahanya disebabkan karena kotiledon sulit melepaskan diri dari testa. Apabila keadaau ini menyebabkan plunl~~la tidalc dapat muncul malca lama- kelanlaail bibit aka11 mati.

Transplanting

Setelall tinggi bibit 12

-

15 cnl (48 hari setelah pembibitan) dilakukan transplalltiug pada petak seluas 100 ill2 yang sebelurnnya telah diolah. Pada saat
(22)

Pemupukan

Dosis pupuk urea, SP-36, dan KC1 berturut turut adalah 20.8 dtanaman, 25.6 g/tanaman, dan 9.4 g/tanaman. Pupuk SP-36 dan KC1 diberikan dua ktli, yaitu pada saat tanam dan pada umur 2 minggu setelab transplanting (MST:,. Pupuk urea diberikan tiga kali, yaitu dua kali bersamaan dengan pemberian pupuk SP-36 dan KC1 dan yang terakhir pada umur 3 MST. Pada saat tanam juga diberikan furadan 3-G yang bertujuan untuk mencegah serangan rayap. Untuk mendorong pembungaan diberikan Gandasil B pada saat tanaman mema:;uki fase generatif

Pemeliharaan

Penyiangan dilakukan mulai umur 2 MST. Pembumbunan dilakukan pada waktu penyiangan pertama dan selanjutnya setiap minggu. Perempelan mulai dilakukan pada umur 3 MST. Perempelan dilakukan untuk mendorong pe~tumbuhan ke atas, yaitu dengan cara membuang 3 - 4 daun bagian bawah.

Saat pertanaman terdapat serangan hama dan penyakit tanaman. Hama yang menyerang tanaman adalah belalang, kumbang tot01 hitam, belalang sembah, ulat, kutu daun hitam, dan tikus yang tnenyerang menjelang panen. Penyakit layu bakteri menyerang tanaman menjelang panen atau saat umur tanaman 86 hari setelah transplanting, sehingga untuk memproduksi benih terong kopek pernanenan tidak dapat ditunda setelah masak fisiologi tercapai.

Untuk mengendalikan hama dan penyakit tersebut dilakukan pengendalian secara alami, karena penyemprotan menggunakan pestisida tidak dimungkinkan akibat hujan yang turun bampir setiap hari.

Pemanenan

(23)

penyerb~~kati putik terus berkenibang dan memanjang yang menyebabltan posisi putik ad:l di atas benang sari (Gambar I).

(A) (B) (C)

(ianibar 1. Kedudukan Putik (A) di bawali bcnang sari, (B) sejajar benang sari, (C) di atas bcnang sari, (a) putik, (b) benang sari

Masing-masing taliap penlanetian dilakukan satu kali sebanyak 20-30 buah. P.311jang rata-rata buah iliasing-masing tingkat ke~nasakan tidak berbeda yaitu 26 cni, tetapi bobot rata-rata buah niasing-masing tingkat kemasaltan bcrbeda dan terjadi peningkatan seiring dengan peningkatan tingkat kemasakan. Bobot ~xta-rata masing-masing buah M I , M2, M3, dan M4 berturut-turut adalah 0.300 kglbttah, 0.336 kglbuali, 0.348 kglbuah, dan 0.364 kglbuali. Buali dari ~~i:~si~~g-~n:isiiig tingkat kcniasakan ~ncnliliki warn2 lkulit bcnill yang bcrhctla. Pacla buah M I , 11iasiIi terdapat wama ungu dan wartia ungu ini terus me~igalami cicgrada:;i pada benih M2. Pada bagian patigkal buah M3 masih terdapat wama putill. sedangkan pada buah M4 seluruh kulit bnah berwatna Ituning kecoklatan.

I3~1ali dari tiap pemancnan diekstraltsi secasa rnan~~al tlcngan mcmijit atnu niclaliuhan t~ollitig pada bualt sehingga daging buah mcnjadi lunalt. Setelah claging buah l u ~ ~ a k , buah dibelah dcngan pisau iteinudian dibuka dan dibenamkan dalani air saml~ai benih-benih yang masili nielekat pada claging buah tenggelam. Benih dicuci dan dibilas dengan air untuk mengurangi lendir yang melekat pada lctrlit bcnill. Kemudian dikeringkan dcngan pcngeringan matahari, dcngan suht~ lantai penjemtlran 48 - 5 4 ' ~ sampai mencapai kadar air 10 %. Berturut-turut wakttl

[image:23.602.113.474.126.246.2]
(24)
(25)

Setelah itu dilakukan percobaan 1, benih masing-masing kombinasi perlakuan tingkat kemasakan dengan periode rrfier ripet~it~g dimasukkan ke dalam plastik kedap, kemudian benih dengan tingkat kemasakan berbeda ditempatkan di dalam toples plastik yang berbeda dan selanjutnya disimpan di dalam ruangan pada s ~ h u rata-rata 3 0 ' ~ selama 0, 1, 2, 3, 4, 5 , 6, 7, dan 8 minggu, untuk rnengetahui periode after rij)etiitlg. Benih dikecambahkan pada petri dish dengan media kertas merang di dalam alat pengecambah IPB 73-2AlB. Pada periode enam ~ n i n g g ~ ~ (A7) dilakukan percobaan 2. Benih kontrol dari masing-masing tingkat kemasakan langsung dikecambahkan pada tiga media yang berbeda, yaitu petri dish dengan kertas merang, petri dish dengan kertas saring, dan boks plastik dengall media arang sekam. Benih yang dikecambahkan pada media petri dish dengall kertas merang dan petri dish dengan kertas saring ditempatkan di dalam alat pengecambah IPB 73-2NB, sedangkan benih yang dikecambahkan pada media boks plastik dengan arang sekam ditempatkan di dalam rumah kawat. Benih selain kontrol sebelum dikecambahkan ditempatkan pada botol film sebanyak dua ratus butir per botol, kemudian diberi perlakuan pematahan dormalsi.

(26)

Pengamatan

Tolok ukur vigor yang digunakan yaitu kecepatan tumbuh (KC=) dan Tso, sedang.kan parameter viahilitas potensial digunakan tolok ukur daya berkecambah (DB) (Ian potensial tumbuh maksimum (FTM). Setiap tolok ukur diulang empat kali dan tiap ulangan terdiri dari 50 butir benih.

I . Daya Berkecambah (DB)

Pengamatan dilakukan dua kali yaitu hari ke-7 dan hari ke-14. Daya berkecambah dihitung berdasarkan persentase kecambah normal pada dua pengarnatan tersebut.

DB = C K N I + C K N I I x 1 0 0 % C benih yang diikecambahkan

Keterangan :

C KN I = jumlah kecambah normal hitungan pertama C KNII= jumlah kecambah normal hitungan kedua

2. Kecepatan Tumbuh (KcT)

Kecepatan tumbuh merupakan total pertumhuhan kecambah normal setiap hari atas dasar jumlah benih yang ditanam selama waktu yang ditentukan, diamati setiap hari sampai 14 hari setelah dikecambahkan.

t

"

K c l = C Nlt

0

Keterangan: t = waktu pengamatan

N = persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan t, = waktu akhir pengamatan

Kc.,= % KNIetmal

3 .

.rsll

(27)

4. ~otensial Turnbuh Maksimum (PTM)

PTM diukur berdasarkan persentase benih yang tumbuh sa.mpai hari terakhir pengamatan.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa faktor tunggal perbedaan tingkat kemase.kan, periode after ripe?ii?ig dan interaksinya berpengamh sangat nyata terhadap semua tolok ukur yang diamati, yaitu DB (%), KCT (%KN/etmal), dan PTM (?A). Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan 1 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengamh Perbedaan Tingkat Kemasakan dan Periode After Ripening terhadap DB, KCT dan PTM

Sumber Keraaaman

-

Tolok Ukur

DB (%) Kcr (%KN/etmal) PTM (%)

.

,

..

,

.

.

..

. . . .. . .. ...

..

.

..

,

. ... ...

..

, ... .. ... ..

... ...

...

.. . ... . ... .. ... ,

..

,

..

.

..

... . ... . .. ... .. . .. . .. .. . .. ...

...

.. . .. . ..

. .. .

.

.. ... ... . ... .. ... . .. . ...

..

.

.. ..

. ..

.. . .. .. . .. ... ... .. . .. . .. . .. . ..

.

.

..

...

.. . ..

Tinakat Kemasakan

(M)

* *

* *

*

*

~ e r i o r l e After ~ i ~ e n i n g ( ~ ) R

*

rt

*

* *

Interaksi MXA

* *

**

* *

Keterangan:

**

berpr:ngaruh nyata pada taraf 1 %

Rekapitulasi sidik ragam hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa viabilitas dan vigor benih terong kopek varietas Dadali yang ditunjukkan oleh tolok ukur DB (%), K ~ T (%KN/etmal), TSO (hari), dan PTM (%) sangat nyata dipengamhi oleh fkktor tunggal tingkat kemasakan, pematahan dormansi secara buatan, dan media perkecambahan serta interaksinya (Tabel 2)

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengamh PerbedaanTingkat Kemasakan, Pematahan Dormansi, dan Media Perkecambahan terhadap DB, TSO, KCT, dan PTM

-

Sumt~er Keragaman DB (%) Tso (hari) KcT (%KN/etmal) PTM(%) Tingkat kemasakan (M)

**

* *

* *

**

Pematahan dormansi(B)

* *

**

* *

* *

Media

Perkecambahan (D)

* *

*

*

* *

* *

Interiiksi MXE3

* *

* *

*

*

* *

Interaksi MXD

**

* *

* *

* *

Interaksi BXD

**

**

**

**

Interi~ksi MXBXD

* *

* *

* *

*

*

-

Keteral~gan:

[image:28.602.118.519.263.349.2] [image:28.602.117.519.485.678.2]
(29)

Pengaruh Interaksi antara Tingkat Kemasakan dengan Periode After

R+cni.ng terhadap Viabilitas dan Vigor benih.

Perlakuan after ripening 7 - 8 minggu dapat meningkatkan viabilitas dan vigor henih pada semua tingkat kemasakan. Interaksi antara tingkat kemasakan benih yang dipanen saat 61-63 HSB dengan periode after ripening 8 minggu memberikan viabilitas dan vigor yang paling tinggi yang diindikasikan dengan tingginya nilai PTM yang sangat berbeda nyata dan nilai DB dan KCT yang paling tinggi, walaupun tidak berbeda nyata dengan interaksi antara benih tingkat kemasakan 3 dengan periode after ripening 8 minggu pada tolok ukur DB dan KCT (Tabel 3).

Benih M4 mulai dapat memunculkan kecambah normal pada periode after ripeni1;g 5 minggu, sedangkan pada ketiga tingkat kemasakan lainnya, pemun,:ulan kecambah normal baru terjadi pada periode after ripening 7 minggu. Hal ini. menunjukkan bahwa benih M4 merupakan benih yang paling responsif terhadap perlakuan after ripening dilihat dari pemunculan kecambah normal yang terus lneningkat dengan bertambahnya periode offer ripening dan rendahnya viabilitas awal yang diindikasikan oleh rendahnya nilai PTM tanpa perlakuan after ripening.

Benih M4 berasal dari buah yang paling lama berada di tanaman induk (62

- 64 HSB). Makin lama buah berada di tanaman induk, kecenderungan intensitas dormansi semakin menurun. Bradford (1995) mengemukakan bahwa pada benih Bra.s.si~:a ~iaptrs yang dipanen pada 27, 33, dan 42 HSB terjadi peningkatan perkecambahan seiring dengan meningkatnya tingkat kemasakan yang ditandai oleh ragam populasi menurun dan sebaran median tekanan matrik semakin negatif: Hal ini menunjukkan bahwa keseragaman antar benih meningkat selama kemas:ikan dan hambatan terhadap perkecambahan menurun.

Interaksi antara tingkat kemasakan dengan after ripening 0 minggu menghasilkan viabilitas dan vigor yang sangat rendah, yang tidak berbeda nyata dengan interaksi antara tingkat kemasakan dengan after ripening 1 sampai 5

(30)
[image:30.842.88.681.127.374.2]

Tabel 3. Pengaruh Interaksi antara Tingkat Kemasakan dengan Periode After Ripening terhadap DB,

K n ,

dan PTM

Tingkat Periode After Ripening (rninggu)

Keinasakan U 1 2 3 4 5 6 7 8

. . . DB ...

M 1 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 7.00de 3.00fgh M2 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 7.50d 20.50b M3 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 3.50fg 45.50a M4 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 3.50fg 4.50f 10.50~ 45.50a

---Kcy ...

M1 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.74de 0.28gh M2 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.53f 1.88b M3 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.18hi 4.06ab M4 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.OOi 0.14hi 0.46fg 0.76d 4.16a

. . . p M ...

M1 3 . 0 0 0 ~ 3.500~ 3 . 0 0 0 ~ 4 . 0 0 0 ~ 5 . 0 0 0 ~ 13.00rnn 46.00hi 55.00fg 36.25kl M2 6 . 0 0 0 ~ 2 . 0 0 0 ~ 3 . 0 0 0 ~ 4 . 0 0 0 ~ 5 . 5 0 0 ~ 15.00rn 57.OOf 77.50bc 69.00e M3 5 . 0 0 0 ~ 6.000~ 4 . 0 0 0 ~ 6.50nop 5 . 5 0 0 ~ 8.50m-p 45.50hij 46.5011 76.50bcd M4 2 . 0 0 ~ 6.50nop 5 . 0 0 0 ~ 6.50nop 5.00op 9.50mno 36.50k 82.50b 92.50a

Keterangan:

Nilai merupakan rata-rata dari empat ulangan

(31)

10 - 15%) yang dorman mengalami aktivitas biokimia dan fisiologi yang sangat

rendah seperti respirasi, aktivitas enzim dan konversi fitokrom. Aktivitas respirasi akan rneningkat jika telah terjadi imbibisi. Asani keto (seperti a-ketoglutarat, pyruvat) intermediet yang penting pada lintas repirasi secara kimia tidak stabil dan tidak tcrdapat pada benih kering (Bewley and Black, 1985).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih terong kopek varietas Dadali tnengalarni dorrnansi yang belum dapat dipatahkan dengan ~fler rij1er7ir7g selama 8 minggu. Hal ini terlihat dari rata-rata DB yang salnpai periode ?per riper1i17fi 8 minggu belum mencapai 80%. Menurut Waliab (1990) benih terong kopek dikata1:an patah dormansinya bila DB benili lnencapai 80%, demikian lialnya dengar1 benih padi gogo (Diarni, 1997). Tetapi apabila dilihat dari tolok ukur PTM, benih M4 dapat patah dorrnansinya pada periode nfier riper7ir7g 7 minggu dengar) rata-rata nilai PTM yang dicapai benih M4 adalah 82.5%.

Pada setiap jenis benih waktu yang dibutuhkan untuk pernatahan dormansi berbeda-beda tergantung dari intensitas dormansinya. Pada umumnya benih sayuran akan berkecambah setelah mengalami penyimpanan kering selama satu sampa dua bulan (Justice dan Bass, 1994). Benih I'hlerinl nrermmirin7 mencapai perkecambahan maksimum setelah disimpan selama 6 sampai 13 bulan pada suhu 15 - 2 0 ' ~ (Copeland dan McDonald, 1992).

Patahnya dormansi juga dipengamhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu, zahaya, dan ltadar air. Olouch dan Welbau~n (1995), mengemukakan bahwa pada benili nielon terjadi peningkatan perkecambahan atau penurunan derajat dormansi seiring dengan rnetiingkatnya suhu penyimpanan kcring. Suhu dan caliay;~ akan rnctnpcngar~llii sensitivitas bcnili tcl-liadap G A (I<arsscn, 1995). Patla benih Arnbidopsis thnlinrm sensitivitas terhadap GA dipengaruhi oleh suhu tanpa peran cahaya. Pada benih S. oJfficirmle suhu menyebabkan pembahan dalam sensitivitas terhadap Pfr dan nitrat karena adanya perubalian yang terjadi pada rcscptor dan sclanjutnya akan mendorong terjadinya perkcca~iibalian.

(32)

yang diketahui dari percobaan 2 memberikan nilai rata-rata tolok ukur yang diamati paling rendah.

Tingkat dormansi yang tinggi ditandai dengan masih terdapat benih segar sampai akhir pengamatan pada periode after riyeniffg 8 minggu. Benih segar memp~ikan benih berpotensi untuk berkecambah normal namun membutuhkan waktu yang lebih lama, ditandai dengan adanya daerah basah dan penambahan ukuran benih. Benih tersebut mengalami fase 11 imbibisi tetapi tidak mampu memasuki fase I11 untuk perkecambahan. Benih dorman dapat mencapai fase 11, tetapi hanya benih yang berkecambah yang mencapai fase 111 yang disertai dengan peman angan radikula (Bewley dan Black, 1985).

Meskipun sampai akhir penelitian dormansi benih tidak dapat dipatahkan (berdasarkan tolok ukur DB), namun perlakuan qper r.i~~etiitlg dapat meningkatkan perkecambahan yang diindikasikan dengan adanya kecendemngan peningkatan nilai I)B, K c r , dan PTM seiring dengan pertarnbahan periode c7fler r,i>enit~g ((iarnt~ar 4). Karssen (1995) mengemukakan bahwa qfter. r.iper7itfg dapat illcninj:katkan kapasitas sintesis GAS, dan dapat ~nengakibatkan perkembangan dalarn sistem responsif GA. Studi pematahan dormansi pada benih Arnbidop.sis

~lirrlinirn menunjukkan peningkatan sensitivitas terhadap GA3 selama periode

(33)

0 1 2 3 4 5 6 7 6

Periode Affer Ripening

iminggui

~ ~ ~~ ~~ - - ~ ~ - - ~

I

I

Periode A f l e r R i p e n i n g Periode After Ripening

1

I (minggu) (minggui

(Gainbar

4.

Pengaruh Interaksi ailtara Tingkat Kemasakan dengan Periode Af,er R i p e i l i i ~ g terhadap (a) Potensi Tumbuh Maksirnuin,

(b) Daya Berkecambali, (c) Icecepatan Tumbuh

I'cl~ga~.lih Illteraltsi alltnrn Tingltnt l<cmas;~linn, Pe~iiatalian Dorrnnnsi, (1211 R'letli:~ I'crltec:rnlbahn~~ lel.h;tdal~ V i ~ ~ b i l i t n s d n l ~ Vigor Dei~ill T e r o ~ ~ g I<opelc

interaksi antara media perkecainbalian arang sekam, pematahan dorina~isi

de11ga11 100 ppln GA3 memberikan hasil yang paling baik pada benili tingkat ke~iiasa:tan 2 (M2), M3, dali M4 ~ i i l t ~ ~ k tolok i ~ l i ~ ~ r DL3 dan I<cI-, tetapi hasil yang

dipel-ol(:il tidak berbeda nyala uiltuk setiap media perkecambahan pada tolok ulii~r

(34)
(35)

Tingginya hasil yang diperoleli dari interaksi antara pematahan dormansi dengan GA3 dan media perkecambahan arang sekam menunjukkan bahwa perlakuan tersebut merupakan perlakuan yang paling baik dan secara efektif dapat mernatahkan dormansi pada benih M2, M3, dan M4. Terlepasnya dormansi merupakan peningkatan sensitivitas terhadap faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkecambahan seperti azide, nitrat, dan GA (Karssen, 1995).

Berdasarkan tolok ukur DB, pada benih M4 DB dapat mencapai > 84% dengan perlakuan aquades, KN03 atau GA3 apabila dikecambahkan pada arang sekam. Benih M2 dan M3 dapat mencapai DB masing-masing 86.5% dan 97% setelah diberi perlakuan GAB, sedangkan pada benih MI ketiga perlakuan pematahan dormansi kurang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa benih M4 merupakan benih yang paling responsif terhadap ketiga perlakuan pematahan dormarlsi. Keadaan ini bertolakbelakang dengan benih M I , semua perlakuan tidak dapat mematahkan dormansi. Dari hasil percobaan 1 diketahui adanya kcccnderungan penurunan intensitas dormansi sciring dengan meningkatnya tingkat kemasakan. Menurut Sponsel (1995) benih yang matang mengalami peningltatan ukuran dan saat itu terjadi fase kedua biosntesis GA yang lebih banyak dibandingkan dengan fase pertama biosintesis GA saat antesis telah bcl-lang,sung, sehingga menghasilkan akumulasi GAS yang lebih bcsar.

Perlakuan KN03 dapat mematahkan dormansi benih M4 dan memberikan hasil 1t:bih baik dibandingkan dengan perlakuan yang dikombinasikan dengan ko~itro. atau aquades pada ketiga tingkat liemasakan lainnya. Hal ini menunjukkan bahiva penggunaan ICNO? dapat di.jadikan alternatif ~ l n t ~ l k meninskatkan p c ~ . k ~ ~ i ~ ~ ~ i l ) i l l ~ a n hcnill. KNO, yi~ng tcrli~l.t~t ( l i ~ l i i ~ i i iiir ilkat) ~crul-ai ~iic~i~jatli I<' (la11

NOj'.

Iicwlcy diul ljlilck (19x5) 111~11yi1t:lki111 sepcl.ii i ~ i y o l s i g c ~ , ~ C I I C I - ~ I I ~ ~

(36)
[image:36.595.123.495.382.692.2]

Berdasarkan tolok ukur PTM, benih M I , M3, dan M4 yang telah mengalami 6 minggu rifler rbenir~g dapat diyatahkan dormansinya tanpa perlakcan pelnatahan dormansi apabila dikecambahkan pada media arang sekam, sedaligkan benih M2 memerlukan KO3 atau GA, untuk mematahkan dormansinya. Apabila dikecambahkan pada media kertas saring, hanya benih M3 dan M4 yang dapat patah dormansinya tanpa perlakuan pematahan dormansi, sedangkan pada media kertas merang, benih bam dapat dipatahkan dormansinya setelah diberi perlakuan pematahan dormansi. Ucnill MI dan M3 telah dapat dipatahkan dormansinya setelah diberi perlakuan aquades. Perkecambahan benih tersebut akan semakin meningkat setelah diberi perlakuan KNO3 atau GA3. Perlakuan KN03 atau GA3 tidak hanya dapat mematahkan dormansi pada benih M1 dan M3, tetapi juga M2 dan M4. Perlakuan GA3 memberikan hasil yang paling tinggi dibandingkan kedua perlakuan pematahan dormansi lainnya pada semua tingkat kemasakan. Perbedaan hasil tiap media perkecambahan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengamh Perbedaan Media Perkecambahan terhadap

(37)

Dibandingkan dengan perlakuan yang dikombinasikan dengan kontrol, interak:;i antara tingkat kemasakan, media perkecambahan, dan pematahan dortnarsi dengan menggunakan aquades menghasilkan vigor dan viabilitas yang Icbih bxik. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai DB, KCT, PTM yang lebih tinggi dan waktu yang diperlukan untuk lnencapai 50% perkecambahan lebih cepat. Pcrkecilmbahan benih yang lebili baik pada benih-benih tersebut diduga karena proses imbibisi yang terjadi lebih cepat. Pada benih kering proses metabolik berjalati sangat lambat. Setelah benih dimasukkan ke dalam air terjadi aktivitas metabc.lik yang sangat cepat selama imbibisi, setelah air memasuki sel-sel. Kemudian terjadi pembentukan kembali asani amino oleh deaminasi dan reaksi transanlinasi (Bewley dan Black, 1985).

Bewley dan Black (1985) juga mengemukakan pada embrio dan poros enlbrio yang viabel peningkatan aktivitas dan integritas mitokondria berkorelasi positif dengan bertambahnya waktu setelah imbibisi. Selain itu produksi ATP dan konsurnsi oksigen juga lebih efisien. Produksi ATP dalam jumlah yang cukup menyebabkan terjadinya proses metabolik.

Semua perlakuan yang dikombinasikan dengan perlakuan B4, y a i t ~ ~ peniatahan dormansi rnenggunakan GA:I mernberikan hasil yang paling baik. Menurut Grunzweig el 01. (2000) penggunaan larutan 0.1 mg.1.' GA3 dapat meningkatkan viabilitas benih yang ditandai dengan peningkatan berat kering akar, t~ipokotil, epikotil, kotiledon, daun, dan berat kering total pada benih tomat. Viabilitas benih L n c t ~ ~ c n snliiu cv. Grand Rapids rneningkat sampai 78% dengan induksi 500 mg.l" GA3 pada kondisi gelap (Thornton e l nl., 1999).

Adanya GA menyebabkan nilai potensial matrik terdapat pada sebaran <O MPa, sehingga semua benih dapat berkecambah. Nilai potensial matrik yang lebih rendakt lagi menyebabkan perkecambahan yang lebih cepat (Bradford, 1995). Bewley dan Black (1995) mengemukakan GA3 dapat menginduksi sintesis a-

amylase yang diperlukan untuk perombakan polysakarida.

(38)

bahwa seinua perlakuan tlapat menunlbuhkan benih, tetapi hanya kombinasi perlakuan tertentu saja yang mampu menjadikannya kecambah normal.

h a n g sekam dapat memberikan hasil yang terbaik karena memiliki aerasi dan drriinase yang baik. Mastalerz (1976) dalarn Budiarto (1997) menyatakan arang sekam padi biasa digunakan sebagai fraksi organik pada carnpuran tanah. Setelah terjadi dekomposisi, balian ini mernberikan kontribusi penambahan hara.

(39)
[image:39.595.153.512.69.618.2]
(40)

KESIMPULAN 13AN SARAN

13erdasarkan tolok ukur daya berkecambali (>SO%), dorwansi benili terong kopek varietas Dadali dari senlua tingkat kemasakan (52-54 NSB, 55-57 HSB, 58- 60 fHSB., 61-63 HSB) belum dapat dipatahkan secara alami selama periode qfler

ril~errirrg 8 minggu dengan media perkecambahan kertas merang. Tetapi

berdasxkan tolok ukur potensi turnbuh maksimum, benih yang dipanen 61-63

HSB dapat patah dormansinya pada periode qfler ~.ipetlillg 7 minggu.

3enih yang dipanen 61-63 HSB mempunyai viabilitas dan vigor yang paling tinggi dibandingkan dengan ketiga tingkat kemasakan lainnya, dan juga mempu-iyai respon paling positif terliadap seluruli perlakuan (periode qfler r.i/~c,r~ir~>:, pe~natalian dormansi, dan media perkecambahan).

.Benil1 yang diberi perlakuan pematalian dormansi dengan perendaman dalarn I00 ppln GA3 sela~na 24 jam dan kemudian dikecambahkan pada arang sekam mempunyai viabilitas dan vigor yang paling tinggi. Pada benili yang dipanen 55-57 HSB, 58-60 HSB, dan 61-63 HSB, kombinasi kedua perlakuan tcrscbir~ sccara cfckLif dapal mc~iialallka~l tiornlensi. 13c1lih yanz tlipanc~i 61-63 HSB juga dapat dipatahkan dengan perendaman sclarna 24 jam dala~n I<N03

0.04% atau aquades.

S a r a n

Disarankan untuk dilakukan peng~rjiari lchili l a ~ i i ~ l t u n t ~ ~ k ~nerigetaliui Innin waktu periode q ~ e r riperiirrg pada benili terong kopek varietas Dadali apabila dikccarnbalika~i pada media arang sekam. Selain i t u , perlu dilakukan pcrcobaa~i yang serupa dengan menibandingkan beberapa varietas terong kopek. Perlu jugs

(41)

DAPTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Budiarto. 1997. Pengamh Beberapa Media Tanam terhadap Pertumbuhan

Tanaman Tapak Dara (Vilfca rosen L.) di Pembibitan. Skripsi. IPB. Bogor. 33 ha].

Bradford. 1995. Water relations in seed germination. p. 372-377. 111 Kigel, A. J. and G. Galili (eds.). Seed Development and Germination. Marcel Dekker, liic. New York, Basel, Hongkong.

Bewley, J. D. dan M. Black. 1985. Seed Physiology of Development and C;ermination. Plenum Pess. New York and London. 367p.

Cecilia. 1990. Studi Dormansi pada Benih Terong Kopek dan Berbagai Cara Pematahannya. Skripsi. IPB. Bogor. 63 hal.

Copelarid, L. 0. and Mc Donald, M. B. 1995. Principles of Seed Science and Technology. Chapman and Hall. New York. p. 127-146.

Egley, (;miit I-I. Seed germitlation in soil: tlor~iiancy cyclcs. p. 529-540. 111 Kigel, A . J . and G. Galili (eds.). Seed Development and Germination. Marcel Cekker, Inc. New York, Basel, Hongkong.

Fenner, M. 1991. The effects of the parent environnient on seed germinability. S-ed Sci. Res. 1 : 75-84.

Giunzw:ig, J. M. 2000. Invovement of endogenous gibberellins in the regulations oi; increased tomato shoot growth in solarized soil. Pant Growth Regulation. 30(3): 233-239. Kluwer Academic Publishers. The Netherlands.

ISTA, 1999. Rules, International rules for seed testing. Seed Science and T,:chnology. International Seed Testing Association. Zurich, Switzerland. 2'7: 163-164.

Justice, 13. L. and Bass, L. N. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. IIT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 11.

K,

<lrs\en, .

...

C. M. 1995. Hormonal regulation of seed development, dormancy,and gc:rn~iiiatio~~ studied by genetic control. p. 333-347. In ICigel, A. J . and G. G3lili (eds.). Seed Developmetit and Germination. Marcel Dekker, Inc. l u ' w York, Basel, Hongkong.

I \ A. 1992. Preplan{ physiological sccC conditioning, p. 131-i75. iir Wilcy

anci Sons lnc (eti.). Hoit Rev. New York.

K l ~ s s c r G. 1982. Harvesting ant1 tlircsbing. 111 Inicrnational Coursc on Sccd '1'c:chnology fol- Vegetable Crops. Univ. Philippines, Los Banos. Pfiilipoines.

(42)

Murdoch, A. J . and R. H. Ellis. 1992. Dormancy. p. 193-229. 117 M. Fenner (ed).

Seeds : Tlie Ecology of Regeneration in Plant Communities. CAB Internatiotlal. United Icingdorn.

Oluoch, M. 0. and Welbaum, G. E. 1996. Effect of postharvest washing and post- storage priming 011 viability atld vigour of six-yeat--old muskmelon

(Qrcrrn~is nleko L.) seeds from eight stages of development. Seed Sci. and l'echnol. 24: 195-209.

Il~~k~iiai?a, R. 1997. Ubi Kayu, Budi Daya dnn Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta 82p.

Sadjad. S. 1980. Panduan pe~nbinaan mutu benih tatia~nan keliutanan di Indonesia. L.etiibaga Afiliasi. IPB. Boyor.

Saisawat, A. Setiawan, dan A. Qadir. 1948. Vegetable Seed Production. IPB. Bogor. 38p.

Sl~ot~sel, V. M. T'lie biosyntllesis and tnetabolistn of gibberelins in higher plant. p.66-97. In P. J. Davies (ed.). Plant Hormones. Kluwer Academyc P~rblishers. The Netherlands.

Soejadi, I<. dan Y. I<oesandhriani. 1992. Beberapa metode efektif untuk pf:matahan dormansi benili padi. Keluarga Benih. 3(2)17:24.

Soetasad, A. A. dan S. Muryanti. 1999. .Budidaya Terung Lokal dan T e n ~ n g Jepang. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 p.

Thorntcn, M. A,, T. H. Thomas dan N . C. B. Peters. 1999. Tlie protnotive effect of combution products fro111 plant vegetation on the release of seed dormancy. Plant Growth Regulation. 28(2): 129-132. Kluwer Academic Publisliers. The Netlierlans.

Wahab, M. 1. 1990. Pengaruh Ukuran, Tingkat Icetnasakan, dan Lama Penundaan Ekstt-aksi Buah terhadap Viabilitas Benih Tero~ig. Skripsi. IPB. Bogor. 48

I1;1l.

(43)
[image:43.595.113.512.298.444.2]

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan terhadap DB, KCT, dan PTM

Tingkit Kemasakan (M) DB (%) KU (%KN/etmal) PTM(%)

M1 1 . l l l l d 0.11283~ 18.7500'

Nilai mempakan rata-rata dari empat ulangan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf0.05 uji

DMRT

MI = 52-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 HSB, M4 = 61-63 HSB

Tabel Lampiran 2. Pengaruh Perbedaan Periode After Ripening terhadap DB, KCT, dan PTM

Periocle After Ripening (minggu) DB (%) KCT (%KN/etmal) PTM (%)

0 O.OOOOC 0.0000~ 4.0000e

1 O.OOOOC 0.0000~ 4.1250e

2 0.0000" 0.0000" 3.750OC

3 O.OOOOC 0.0000~ 5.2500'

4 O.OCOOc 0.0000" 5.2500"

5 0.6250' 0.0060"~ 11.5000~

6 1.125Oc 0.1 145" 46.2500'

7 6.8750~ 0.5534~ 65.3750~

Nilai m~:mpakan rata-rata dari empat ulangan

Angka pada kolom yang sama dan diikuti hurufyang sama tidak berbeda nyata pada taraf0.05 uji

DMRT

Tabel Lampiran 3. Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Terong yang Telah Mengalami 6 Minggu AJer Ripening

-

Tingkat Kemasakan DB (%) Tso (hari) KCT (%KN/etmal) PTM (%)

MI 22.063' 6.9503a 2.1603~ 88.542"

M2 30.583~ 6.7870' 3.5361' 79.625'

M3 32.625b 5.6794b 4.2074~ 90,250"

M4

-

40.417* 4.9477C 5.4782" 8 2 . 9 5 ~ ~

Keteran~an:

Nilai mcmpakan rata-rata dari empat ulangan

Angka pada kololn yang sama dan diikuti humf yang salna tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji

DMRT

(44)

Tabel Lampirail 4. Pengaruh Perlakuan Penlatahan Dormansi terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Terong yang Telah Mengalami 6 Minggu

After Xiperling

Pemat 3han Dormansi DB (%) Tzo (hari) Kc.r -- (%KN/etmal) PTM(%) B1 2 0 . 5 0 0 ~ 8.9626" 2.2322d 6 9 . 1 6 7 ~ B2 25.458" 7.2444h 3.0242' 7 9 . 9 1 7 ~ B3 35.667" 4.7047' 4.1962" 95.125" B4 44.063" 3.4527d 5.9294" 97.167"

Kc1cranf:an:

Nilai mcrupakan rata-rata dari cellpat ulangan

Angka plda kolocii yang saiiia dan diikuti liurufyang sama tidak berbcda clyata pada taraf 0.05 tcji

DMRT

B1 = kor~trol, B2 = aquades, B3 = KNO,. B4 =GA,

Bcnili di kecanlbalikan pada liicdia kertas merang, kertas saring. dan arang sckam

Tabel Lampiran 5. Pengaruh Perbedaan Media terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Terong yang Telah Mengalami 6 Minggu A j e r Rijxriirig

Media Perkecambahan DB (%) Tm (hari) ICc.1. (%KN/etmal) PTM (%) D 1 13.172' 7.3595" 1.5446' 73.250'

0 2 16.750" 4.8734' 1.9356~ 92.656" D3 64.344" 6 . 0 4 0 3 ~ 8.0563" 9 0 . 1 2 5 ~

Keterangan:

Nilai ciicrupakan rata-rata dari clnpat ulangan

Angkc pod;^ kolocii yang sama d ; ~ n diikuti Iinn~fyang salna tid:~k bcrbcda nyata pada tarsf0.05 i!ji

DMRT

D l = kc-tas merang, D2 = kertas saring, dan D3 = arang sekacil

Tabel Lampiran 6. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pematahan Dormansi terhadap DB

'l'iligkat Keniasakan I'c~na~aliaei Uor~iiansi

.... B 1 B2 B3 B4

!dl 5.667d 15.667d 3 0 . 6 6 7 ~ 36.250b 142 2 3 . 5 0 0 ~ 2 3 . 8 3 3 ~ 39.000b 36.000b Id3 2 7 . 5 0 0 ~ 2 8 . 0 0 0 ~ 2 9 . 8 3 3 ~ 45.167b Id4 25.333b 34.333b 43.167b 58.833a

Kc1cran:an:

Nilni m~:ncpakln rata-rata dari cmpat ulangan

Angka yang diikuti hurufyang sama tidak berbcda nyata pada t;lraf0.05 uji DMRT M l = 5::-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 ESB. M4 = 61-63 HSB

(45)
[image:45.595.111.514.131.217.2]

Tabel L.ampiran 7. Pengamh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan terhadap DB

Tingk;it Kemasakan Media Perkecambahan

. ..

IvI2 6.250efg 16.875de 68.625b

Iv[3 10.625defg 7.625efg 79.625a

Iv14 19.750cd 20.625cd 80.875a

Kctcrangan:

Nilai mempakan rata-rata dari elnpat ulangan

Angka !rang diikuti hudyang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT M1 = 52-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 HSB, M4 = 61-63 HSB

D 1 = keitas merang, D2 = kertas saring, D3 = arang sekam

Tabel Lampiran 8. Pengamh Interaksi Pematahan Dormansi dengan Media Perkecambahan terhadap DB

Pematahan Dormansi Media Perkecambahan

B,2 4.500hG 10.500fgh 61.375bc

E;3 19.375def 17.750defg 69.875ab

E:4 27.687de 29.000d 75.500a

Kcteran::an:

Nilai mc:mpakan rata-rata dari empat ulangan

A~igka :yang diikuti l~umf yang sama tidak bcrbcda nyata padn taraf 0.05 uji DMRT

B I = kontrol, B2 = aquades, B3 = KN03, 8 4 = GA3

D 1 = kertas merang, D2 = kertas saring, D3 = arang sekam

Tabel Lampiran 9. Pengamh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pematahan Dormansi terhadap TSO

Tingkat Kemasakan Pematahan Dormansi

B1 B2 B3 B4

1\41 10.685a 9.194abd 4.510ghij 3.470j RX2 9.220ab 8 . l l l b c d e 5.769fgh 4.048ij Ed3 9.050bcd 6.029fg 4.384ghij 3.254j Rd4

-

6.895ef 5.643fghi 4.215hij 3.038j Keterangan: -

Nilai m,:mpakan rata-rata dari empat ulangan

Angka yang diikuti hudyang sama tidak berbedr nyata pada taraf 0.05 uji DMRT MI = 52-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 HSB, M4 = 61-63 HSB

(46)
[image:46.599.116.516.133.222.2] [image:46.599.115.516.322.407.2] [image:46.599.117.516.515.603.2]

Tabel Lampiran 10. Pengaruh lnteraksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan terhadap Tso

-

-

Tingkat Kemasakan h?edia Perkecambahan

h42 8.442a 5.638bc 6.28b

h43 6.871b 3.917d 6.25b

h44

7 5.406bcd 4.120cd 5.317bcd

lictcrangan:

Nilai 1n1:mpakan rata-rata dari ellipat ulangan

Angka yang diikuti hurufyang salna tidak bcrbcda nyata pada laraf0.05 uji DMRT M I = 5:!-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 HSB, M I = 61-63 HSB

Dl = kertas merang, D2 = kertas saring, D3 = arang sckam

Tabel Lampiran 11. Pengaruh Interaksi Pemataban Dormansi dengan Media Perkecambahan Terhadap Tso

7

Pemtitahan Dormansi Media Perkecambahan

D 1 U2 D3

-

B I 1 1.084a 7.982b 7.821bc

E12 10.105a 4.948e 6.680bcd

El3 5.152de 4.061ef 4.901e

E14 3.097fg 2.502s 4.759e

Kclerangan:

Nilai 1nl:mpakan rata-rata dari empat ulangan

Angka yang diikuti hurufyang sama tidak berbeda ny~lta pada taraf 0.05 uji DMRT BI = kontrol, B2 = aquades, B3 = KN03, B4 = GA3

D l = kertas merang, D2 = kertas saring, D3 = arang scka~n

Tabel Lampiran 12. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pernatahan Dorrnansi terhadap I < c ~

Tingkat Kemasakan

-

Pematahan Dormansi

B1 B2 B3 B4

. , . . .

..

. . . , .. . . .. .. . .. . . .. . . .. . . . .. . . .. . ... .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. . . , .. . . .. . . . .. . . .. . . . .. . . , . . . ,. .. . .

..

. .. ... . .. .. . . .. . .

hfl 0.551i 1.395hi 3.120efg 3.575efg

Nilai m&upakan rata-rata dari empat ulangan

Angka yang diikuti hurufyang sama tidak berbeda nyata pada taraf0.05 uji DMRT M1 = 5::-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 HSB, M4 = 61-63 HSB

(47)
[image:47.595.114.514.130.215.2] [image:47.595.117.512.320.405.2]

Tabel Lampiran 13. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan terhadap KCT

Tingkat Kemasakan Media Perkecambahan

. - . D 1 -- D2 D3

h l l 1.451cdef 2.054cdef 2.975cd

h$2 0.594f 1.576cdef 8.438b

h43 1.476cdef 1.081ef 10.065a

h44 2.657cde 3 . 0 3 1 ~ 10.746a

Kclcr;~ng:~n:

Nil;ii in~:rup;~kan rata-rata dari cinpat ulangan

Angka yang diikuti 11uruf yang saina tidak bcrbcda npata pada taraf 0.05 uji DMRT M l = 5:!-54 HSB. M2 = 55-57 HSB, M3 = 58-60 HSB. M4 = 61-63 HSB

D I = kcrt;~s incrang. D2 = kcrtas saring. D3 = :]rang sckain

Tabel lampiran 14. Pengaruh lnteraksi Pematahan Dormansi dengan Media Perkecambahan terhadap Kcl.

Pematahan Dormansi Media Perltecambahan

- ~

E%2 0.488ghi 1.063ghi 7 . 5 2 1 ~

E13 2.071fg 1.854fgh 8.662b

E14

-

3.504ef 3.812e 10.472a

Kctcrangan:

Nilai iiim~pakan r;ita-rata dari cmpat ulangan

Angka yang diikuti l~unif yang salna tidak bcrbctla nyata pada taraf0.05 uji DMRT B I = kontrol. 8 2 = aquadcs, B3 = KNO.,. 8 4 = GA3

D l = kc:rt;~s incrang, D2 = kcrtas saring. D3 = arang sckam

Tabel Lampiran 15. Pengaruh Interaksi Tingkat Kemasakan dengan Pematahan Dormansi terhadap PTM

-

Tingkat Kemasakan Pematahan Dormansi

1vi2 66.167bc 6 5 . 1 6 7 ~ 91.500a 95.670a fd3 75.830b 94.000a 93.167a 98.000a 144

-

68.833bc 68.333bc 98.500a 95.667a

Kcterangan:

Nilai lnenipakan rata-rata dari empat ulangan

Angka yang diikuti huruf yang salna tidak bcrbcda nyata pada taral0.05 uji DMRT M I = 52-54 HSB. M2 = 55-57 HSB. M3 = 58-60 HSB, M4 = 61-63 HSB

[image:47.595.117.514.515.602.2]
(48)

Tabcl [.ampiran 16. Pengart~h lriteraksi Tingkat Kemasakan dengan Media Perkecambahan terhadap PTM

Tingkat Kemasakan Media Perkecambahan

Kclcrangan:

Nilni 1nc:nipakan rata-rata dari clilpal ulangan

Allgk:~ :!:111g diikuli llunlfyang Sam;) tid:ik bcrbcd;~ nyala pad;^ l;~r;lTO.Oj uji DMRT

MI = 52-54 HSB, M2 = 55-57 HSB, M 3 = 58-60 IHSB, M 4 = 61-63 HSB

[image:48.595.114.510.130.218.2] [image:48.595.112.513.509.619.2]

D l = kcitas incrang, D2 = kert;~s saring. D3 = arang sckam

Tabel Lampiran 17. Pengaruh Interaksi Pematahan Dormansi dengan Media Perkecambahan terhaclap P T M

Pemalahan Dormansi Media Perkecambahan

8 4 97.250ab 98.875a 95.375ab

Kclcran1:an:

N i h i mcmpak~n rata-rata dari clllpal ulangai~

Angka :fang diikuti lluruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT B1 = ko:ntrol? B2 = aquades, B3 = KN03, B4 = GA3

D 1 = kertas merang, D2 = kertas saring, D3 = arang sekalil

Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan dan Periode Afler RQellitlg terhadap DB

S u m b ( : ~ a m a i i db Junilali Kuadrat Kundrar T c n ~ a h F-hitun$ PI > F

-

Pcrlakuan 3 5 16805 22 4x0 I5 223 52 0 0001-

Tir~gkat keniasakan (M) 3 714.11 238.04 110.81 0.0001

Pcriode 8 11426.22 1428.28 664.89 0.0001

Ajier ripening (A)

M:<A 24 44664 89 194.37 90.48 0.0001

Galat 108 232.00 2.15

(49)
[image:49.599.114.521.130.235.2] [image:49.599.115.517.289.400.2]

Tabel Lampiran 19. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan dan Periode Af/er Ripe~erli~ig terhadap P T M

Sumber Kcragmian db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr > F

Pcrlaki~m 35 111521.58 3186.33 195.44 0.0001

Tinskat kemasakan (M) 3 1701.69 567.23 34.79 0.0001

Periode 8 100108.89 12513.61 767.55 0.0001

A,?,?? ripening (A)

MXA 24 497 1 1 .OO 404.62 24.82 0.0001

Galat 108 1760.75 16.30

Total 143 113282.33

kk = 16.38%

Tabel [.ampiran 20. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan dan Periode Afler R$~ening terhadap K ~ T

Sumber Kcragaman db Junilali Kuadrat Kuadrat T c n ~ a h F-hitung Pr > F

. . .

..

..

.

. .

.

.

.

. . . .. .

..

. .. . .. . . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . .. , . . . ... .. . . .. . . . .. . .. . .. . .. .. . . .. .. . . .

Pcrlak.~an 35 136.89 3.91 281.86 0.0001

Tingkat kemasakan (M) 3 5.45 I .82 130.84 0.0001

PCI iodc 8 93.28 1 1.66 840.25 0.0001

Aft,sr ripening (A)

MICA 24 38.16 1.59 114.59 0.0001

Galat 108 1.50 0.01

Total 143 138.39

[image:49.599.114.516.438.618.2]

kk = 31.90%

Tabel Lampiran 21. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan, Pematahan Dormansi, dan Media Perkecambahan terhadap

DB

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr > F . . .. .. . .. .. .. .. . .. .. .

..

.. . ..

...

.. . . . .. . . .. . .. . .. . ... . .. ... ...

..

.

.

..

... .

.. .. . ... . .. . . .. . .. . ... .. . .. . .. .. .. . .. .. . .. . . .. . .. . ... .. . ... . .. . .. . . ... . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. . .. . .. .. ... . .. ... . ... . ... . ..

...

... . .. . ..

Perlakuan 47 162460.08 3456.59 63.39 0.0001

Tingkat kcmasakan (M) 3

Panatahan dormansi (B) 3

Me:dia 2

Perkeeanibahan (D)

MXB 9

MXD 6

BXD 6

MXBXD 18

Galat 144

Total 191 170312.83

(50)
[image:50.602.111.511.103.423.2] [image:50.602.110.516.364.524.2]

Tabel Lampiran 22. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan, Pematahan Dormansi, dan Media Perkecambahari terhadap T5o

Sumbcr Kcrapman db Jumlnh Kuadrat Kuadrat Tc~ignli F-hituns Pr > F

.. . .

.

.

. . . .

. . . .. . .

..

. . .

.

. . . .. .

..

. . . .. . . .. . . .. ..

.

..

.

..

.

. . ,

.

. .. . .. , . . .

..

.

. . .

.

.

, . . .

.

. .

Perlakuan 47 1586.46 33.75 32.:!5 0.000 1

Tingkat kemasakan (M) 3 129.57 43.19 41.27 0.0001 Pematahan dormansi (B) 3 886.02 295.34 282.19 0.0001 Media 2 198.03 99.01 94.61 0.0001 Perkecambahan

(D)

MXB 9 86.62 9.62 9.:!0 0.0001

MXD 6 42.2 1 7.03 6.72 0.0001

BXD 6 184.85 30.81 29.44 0.0001

MXBXD 18 59.16 3.29 3.14 0.0001

Galat 144 150.71 1.05

Total 191 1737.17

kk = 16.79%

Tabel Lampiran 23. Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Tingkat Kernasilkan, Pematahan Dormansi, dan Media Perkecambahan terhadap

KCT

Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tcngah F-hilung Pr -- > F Perlakuan 47 2939.28 62.54 57.01 0.00

Gambar

Gambar 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengamh PerbedaanTingkat Kemasakan,
Tabel 3. Pengaruh Interaksi antara Tingkat Kemasakan dengan Periode After Ripening terhadap DB, Kn, dan PTM
Gambar 5. Pengamh Perbedaan Media Perkecambahan terhadap Perkecambahan Benih Terong Kopek yang Telah Mengalami Enam Minggu Afler Ril>etlirlg (a) kertas merang, (b) kertas Kertas saring, (c) arang sekam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan dua metode pada data mining untuk mengetahui algoritma mana yang lebih unggul kinerjanya dalam mengidentifikasi tumbuh

Syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini dengan judul “Peran Asuransi Jiwa Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Tentang Pentingnya

Dari gambar di atas dapat di lihat pada kedalaman 0-6 m yang berjarak 30-40 m terdapat penyebaran lapisan breksi vulkanik dengan nilai resistivitas yang

Status kepemilikan tanah warisan dapat beralih menjadi tanah pelaba pura dalam masyarakat hukum adat di Bali karena Beralih agama menghilangkan status seseorang

[r]

Dalam perancangan promosi penjualan toko Honda Radja Motor ini warna yang dipakai dominan Merah gelap (R=149, G=15, B=16), karna diambil dari warna produk khusus

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ampas kedelai dan onggok terfermentasi Rhizopus sp dalam konsentrat domba merino dapat meningkatkan

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 angka 16 secara yuridis telah mengatur hubungan bank dengan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa bank,