MEMPELAJARP KONDISI OPERAS1
DAN
KARAKTERISTIK PENGERINGAN BEKU
PASTA
CABE
JAWA
(Piper retrofractunz VultS)
Olell
:WSDIYANI
TEP
97197PROGRAM STUD1 ILMU KETEKNIKAN PERTANIAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANAN BOGOR
-
-
I
sesungguhnya dalam pencipfaan langit dan bumi, silih berganfinya malam da siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang ALLAH turunkan dari langif berupa air, lalu clengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mafi(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi ifu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan ysng dikendaliken anfara langif da
bumi; sungguh ferdapat fanda-fanda keesaaan dan kebesaran ALLAH bagi kaur. yang memikirkan.
(Al-Baqarah (2) : 164)
D a n sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambii peiajaran?
(A/-Qamar
(54)
:
17)
Karya ini kupersembahkan untuk yang tercinta, Ananda Buah hafi, spirif hidup, harapan masa depan,
PANCAR PRIANGGA PUTRA NEGARA dan
PROUDHIA PERKASA P W R A NUSANTARA,
Suami fercinfa; atas cinta, dorongan , mofivasi, dan pengorbanan,
DRS.
AHMAD
&GDM
dan seluruh keluarga besarMEMPELAJARI
KONDISI OPERAS1
DAN
KARAKTERISTIK PENGERINGAN BEKU PASTA
CABE JAWA
(Piper retrofraciurn Valzl)
Oleh :
KISDlYANI
TEP
97197Tesis sebagai salah satu syarat memperoleh
Gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana
lnstitut Pertanian Bogor
\ ,
PROGRAM
STLDI
E M U
KETEKNLKAN PERTANIAnT
PROGRAM
PASCASARJANA
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
MEMPELAJARI KONDlSl OPERAS1 DAN KARAKTERISTIK PENGE-
RINGAN BEKU PASTA CAB€ JAWA ( Piper Retrofractum Vahl.)
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2002
ABSTRAK
Kisdiyani. TEP
97197.
MEMPELAJARI KONDlSl OPERAS1 DANKARAKTERISTIK PENGERINGAN BEKU PASTA CABE JAWA (Piper refrofracfum Vahl). Di bawah bimbingan
DR.
Ir.
ArmansyahH.
Tambunan (Ketua),DR.
Ir.
Sutrisno (Anggota) danDR.
IF. Purwiyatno Hariyadi (Anggota).Untuk memperoleh mutu hasil pengolahan yang baik terhadap tanaman obat, khususnya cabe jawa, digunakan teknik pengeringan beku dalam proses penge- ringan.
Percobaan dilakukan dengan dua perlakuan yaitu 3 tingkat laju pembekuan dan
3 tingkat tekanan untuk mempelajari kondisi operasi dan karakteristik pengeringan beku cabe jawa yang berbentuk pasta.
Asumsi yang digunakan pada analisa data adalah pindah panas dan pindah massa yang terjadi berlangsung satu arah dan bahan dianggap berbentuk lempeng tak hingga.
Proses pengeringan beku diawali dengan proses pembekuan bahan dengan metode lempeng sentuh, dilanjutkan dengan proses pengeringan primer dan pengeringan sekunder.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan dan laju pembe- kuan yang diberikan maka semakin besar nilai konduktivitas bahan. Hal ini rnengakibatkan waktu pengeringan beku semakin cepat. Selanjutnya, diperoleh bahwa sernakin tinggi tekanan yang diberikan maka semakin besar nilai permea- bilitasnya. Sedang peilakuan laju pernbekuan memberikan kecenderungan yang kurang pasti terhadap permeabilitas. Proses sublimasi yang memanfaatkan panas konduksi lebih dari 90% dicapai bila tekanan yang digunakan adalah tinggi.
Dari segi mutu, dengan metode standar Materia Medika Indonesia (MMI) maka pengeringan beku mernberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan metode pengeringan oven dan memenuhi standar MMI. Dengan metode spektrometri massa, pengeringan beku menghasilkan kadar piperin 19% !ebih tinggi dibanding dengan metode pengeringan oven.
Dengan analisa GC-MSD diperoleh bahwa pengeringan beku dengan tekanan
Judul
:
MEMPELAJARI KONDlSl OPERAS1 DAN KARAK-
TERlSTlK PENGERINGAN BEKU PASTA CABE
JAWA
(Piper retrofractum
Vahl)
Oleh
: Kisdiyani
NRP
:
97197Menyetujui,
Ketua Komisi
bimbing
Dr. Ir. Armansyah H Tambunan. MAqr
-
NIP.
131 667 791Dr. Ir.
Sutrisno,
MAnr
Anggota
Ketua Program Studi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan kekuatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan gambaran rnengenai pengeringan beku, pindah panas dan massa, serta mutu hasil pengeringan beku cabe jawa.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, namun semoga karya ini tetap memberi manfaat bagi pembaca.
Dalam kesempatan ini penulis ingin rnenyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. DR. ir. Armansyah H. Tambunan, selaku ketua komisi pembimbing sekaligus dosen penguji atas segala motivasi, pengertian dan semua bantuannya,
2.
DR. Ir. Sutrisno, selaku anggota komisi pembimbing sekaligus dosen penguji atas segala dorongan dan bimbingannya,3. DR. Ir. Purwiyatno Hariyadi, selaku anggota komisi pembimbing sekaligus dosen penguji atas segala bantuan dan bimbingannya,
4. Dewan Riset Nasional RUT
IV
tahun anggaran 1998-2000 danBPPS
Dikti Depdiknas atas bantuan dananya,5. Abdul Kodir, Yenny serta Suandi, we are the best team !!! 6. Prihanani, Arista, Niki dan Tiwi, atas dorongan dan spiritnya,
7. Rekan-rekan TEP '97 : M. Solahudin, Doddy, Yose, Edi J, d m Domma, 8. Rekan-rekan TEP
S3
: Bambang, Momon, Amin, Edwart, Trisasiwi, Wuryani, 9. Muti dan Yuspidallping atas dukungan dan motivasinya,10. Suharto, selaku teknisi di Lab. Pindah Panas dan Massa,
11. Hernani, Bapak Eko dan Tri Tiyaningsih selaku peneliti Balittro,
12. Linda dan Erna, selaku peneliti di Lab. Doping Depkes Jakarta,
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala duku- ngannya.
Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 12 Nopember 1968 dari seorang bapak bernama Parto Raharjo dan ibu bernama Jumirah. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Balapan no 30 Solo pada tahun 1981 dan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 Solo pada tahun 1984. Tahun ajaran 1984- 1985 penulis melanjutkan sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Solo dan sejak tahun ajaran 1985-1988 penulis bersekolah di SMAN 2 Solo sampai lulus pada tahun 1988. Sejak tahun 1988 penulis tercatat sebagai mahasiswa di IPB jurusan Mekanisasi Pertanian dan dinyatakan lulus pada tanggal 11 Januari 1993.
Sejak tahun 1994 penulis bekerja sebagai staf pengajar di Universitas Sahid Jakarta pada Fakultas Teknik sampai saat ini. Pada :shun 1997 penulis berkesempatan menuntut ilmu di Program Pascasarjana IPB pada prograni studi llmu Keteknikan Pertanian dan dinyatakan lulus pada tanggal 15 Februari 2001.
DAFTAR
IS1
Dafiar Isi
...
.
.
...
...
...
. .
. . .
. .
. . . . .. ..
... . .. . . .. . .
...
. .
.
.
..
.
.
.
. . . . ..
...
... .
...
.
. . .
...
.i.
.
.
Daftar Tabel... .
.
. .
.
.
. .
. . .
.
.
.
. . .
,.
.
. . .
.
. . .
.
. . .
.
. . .
.IIIDaftar Gambar
...
...
... ...
iv Daftar Lampiran...
. . .
.
. .
. .
.
.
.
. . .
. . .
. . .
.
. . .
. . .
. . .
.
. . .
.
.
. . .
.
.
.
. . .
. . .
,vi...
Dafiar Simbol..
. . . .
. . .
.. . .
. . .
. . .
. . .
..
.
.
. .
.
. . .
..VIIIPENDAHULUAN
Latar Belakang
...
1 Tujuan Penelitian... ... .. ...
4TINJAUAN PUSTAKA
Cabe Jawa (Piper retrofractum' VAHL.)
... ... . . . .. . ..
... . .... ... ..... .. . . . ...
6 Pengeringan Beku ... 5Proses Pirtdah Panas dan Massa..
.
. . .
...
I 5PENDEKATAN TEORlTlS
Teoritis Pengeringan Beku Model Slab
... ... . . .
. . .
.
. . .
...
19 Aliran Panas Selama Pengeringan Beku...
... ...
... ...
...
...
. .. ... ...
...
22METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
...
...
...
...
25Bahan, Alat dan Metode
...
..
....
... ... .
.
.
...
25 Pengamatan dan Kajian.... . . . .. .
.
.
. . .
.
. . . .
. . .
. .
. .
..
. .
. . .
. .. . . .. . .
. . .
.3 1HAS11 DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Pengeringan Beku
...
..
. .
. . . .
.
. . .
.
. . .
.
. . .
.
.
.
.. .
. . .. . . .
....
38...
Proses Pindah Panas dan Massa 52
Pengaruh Kondisi Operasi Terhadap Nilai Konduktivitas Panas dan
...
Permeabilitas Uap air 53
...
Aliran Panas Selama Pengeringan Beku 58Pengaruh Kondisi Operasi Terhadap Mutu Hasil Kering Beku Pasta Cabe
...
Jawa -63
...
Porositas Bahan Kering Beku 63 Mutu Hasil Pengeringan Beku...
65KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan 69
...
Saran 71
...
DAFTAR PU STAKA
-72
...
DAFTAR TABEL
No Teks Halarnan
1
.
Kisaran Konduktivitas Termal Bahan Hasil Pengeringan Beku...
52
.
Kadar Kandungan Air. Piperin. dan Minyak Atsiri...
93
.
Perbedaan Metode dan Mutu Produk Antara Pengeringan Konven- sional Dan Pengeringan Beku...
164
.
Periakuan yang Diberikan dalarn Penelitian...
30...
5
.
Kondisi Pembekuan Cabe Jawa 416
.
Kondisi Pengeringan Beku Cabe Jawa...
44...
7.
Nilai Konduktivitas Panas dan Perrneabilitas Cabe Jawa 538
.
Efisiensi Energi Selarna Proses Pengeringan Beku...
619
.
Hasil Perhitungan Energi Sublirnasi dan Sensibel Cabe Jawa...
62 10.
Aliran Panas aan Pengaruh Tekanan dan Laju Pernbekuan SelarnaPengeringan Beku
...
6211
.
Ukuran Pori Bahan Kering Beku dan Kering Oven...
6512
.
Hasil Analisa Mutu Cabe Jawa...
66DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
...
1
.
Bentuk Tanaman dan Buah Cabe Jawa 72
.
Hubungan antara Suhu dan Tekanan Uap Air...
13....
3.
Perpindahan Panas & Massa selama Proses Pengeringan Beku 15 4.
Skema Fluks Panas dan Massa Selama Pengeringan Beku pada...
Sampel 19
5
.
Sampel Holder dan Titik Pengukuran Suhu untuk Menganalisa Sifat Konduktivitas Panas dan Permeabilitas Lapisan Kering...
Selarna Pengeringan Beku 26
6
.
lnterpolasi Penentuan L a j ~ Pergerakan Lapisan Kering pada Kondisi...
AwaVAkhir dan Selainnya 33
7
.
Sebaran Suhu Cabe Jawa Selama Pernbekuan ... 39...
8
.
Sebaran Suhu Cabe Jawa Selarna Pengeringan Beku 42...
9
.
Tahapan dalarn Pengeringan Beku 43...
.
10 Pengaruh Tekanan Terhadap Waktu Pengeringan 45
....
.
11 Pengaruh Laju Pembekuan Terhadap Waktu Pengeringan Beku 46
...
12
.
Proses Pengeringan Beku Pada Pasta Cabe Jawa 4713
.
Penurunan Kadar Air Bahan Akibat Berbagai Perlakuan yang...
Diberikan 49
...
14
.
Karakteristik Kuiva Pengeringar, -5015
.
Laju Pengeringan dengan Berbagai Perlakuan yang Diberikan...
5119
.
Pengaruh taju Pembekuan Terhadap Nilai Konduktivitas Panas...
Cabe Jawa -57
20
.
Sebaran Nilai Permeabilitas dengan Tekanan 23.99 Pa...
57 21.
Pengaruh Konduktivitas Panas Bahan Terhadap Waktu Pengeringan...
Beku
-59
...
22
.
Pengaruh Permeabilitas Terhadap Waktu Pengeringan Beku 60 23.
Grafik Panas Radiasi Heater dan Panas Konduksi padaDAFTAR LAMPIRAN
No Te ks Halaman
1. Komposisi Jamu Hasil Survey Wilayah Bogor Kota, Ciawi
Dan Sekitar Kampus IPB Darmaga
...
762. Data Jamu Hasil Survey Selama Persiapan Penelitian
...
773. Alat Pengering Beku Skala Laboratorium dan Wadah Sampel
...
.78...
4. Blender dan Seperangkat Pengukur Kadar Air 79
5. Nilai-Nilai Pustaka yang Digunakan dalam Pengolahan Data..
...
.806. Grafik Sebaran Suhu cabe Jawa Selama Pembekuan Masing-
...
Masing Perlakuan.. ..81
7. Grafik Sebaran Suhu Cabe Jawa Selama Pengeringan Beku
...
Masing-Masing Perlakuan 83
8. Grafik Panas Radiasi Heater dan Panas Konduksi Selama
...
Pengeringan Beku Masing-Masing Perlakuan 85
9. Grafik Penurunan Massa dan Kadar Air Cabe Jawa Selama
Selama Pengeringan Beku Masing-Masing Perlakuan..
...
.8710. Grafik Pergerakan Lapisan Ker'ing dan fraksi Air Selama
Pengeringan Beku Cabe Jawa Masing-Masing Perlakuan
...
89 1 1. Laju Pengeringan Cabe Jawa Selama Pengeringan Beku...
Beku Masing-Masing Perlakuan 91
12. Kromatogram Hasil GC/MSD dengan Perlakuan Tekanan
...
Yang Diberikan .93
13. Grafik Karakteristik Pengeringan Beku Cabe Jawa Masing-
...
Masing Perlakuan.. .97
14. Tabel Nilai Kadar Air Selama Pengeringan Beku Masing-Masing
...
DAFTAR SIMBOL
A, luas permukaan bahan
A,
luas lempeng pemanas (heater)Cp,,
panas jenis bahan awalCp,
panas jenis bahan keringCp,
panas jenis bahan bekuC
, panas spesifik uap air,
pf massa jenis bahan beku
p,,
massa jenis awalpw massa jenis es
p, massa jenis bahan kering
a tetapan Stefan-Boltzrnan
h konduktifdas panas bahan,
V,,,
volume bahane emisivitas
& perubahan ketebalan bahan yang telah kering
Q,,
panas konduksiQ,,
panas radiasiQ,,,
panas sensibelQ,,
panas sublimasi8, suhu permukaan lapisan kering,
h
selang waktu pengukuranH, panas laten sublimasi es,
H ,
panas laten sublimasi bahanK permeabilitas bahan,
k,,
kadar air awalL ketebalan awal bahan,
ma rnassa akhir setelah sublimasi, ma* massa kering mutlak bahan,
rna~i, massa akhir bahan ma, massa yang menyublirn,
ma,, massa awal bahan
rnd rnassa bahan kering,
mf massa es
m, rnassa awal bahan,
m, massa padatan
mt massa bahan pada saat t, mu massa uap air daiam bahan,
M,
berat molekul air,rn, laju pindah massa air bhn,
"1," massa air bahan
K
detik
p
nilai rata-rata sifat pindah massa per periodea nilai rata-rata sifat pindah panas per periode
Pf tekanan kesetimbangan uap es,
P,
tekanan ruang penyering,qsub laju pindah panas sgblimasi ,
R tetapan universal gas, t waktu,
TI suhu lempeng pemanas (heater)
Tz suhu permukaan bahan
X fraksi air tersisa pada bahan,
x(t) tebal lapisan kering bahan,
f
(x,)fungsi selisih suhu lempeng pemanas danpermukaan bahan
PENDAHULUAN
Latar
BelakangTanaman rempah dan obat telah digunakan untuk pengobatan sejak ribuan
tahun yang lalu, dimana bangsa lndonesia mengenal ha1 tersebut sebagai jamu. Akhir-akhir ini penggunaan ramuan obat semakin besar terutama karena mening-
katnya kesadaran akan kesehatan dan aaanya keraguan akan efek samping dari
obat sintetik. Meskipun terjadi revolusi antibiotik dan obat sintetik lainnya pada abad
ke dua puluh, organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80%
populasi dunia masih menggunakan obat tradisional yang bersumber dari tanaman
(Kardono, 1992). Biro Pusat Statistik (1998) mencatat bahwa pada tahun 1996
ekspor obat tradisional lndonesia mencapai 297 102 kg atau senilai US$ 1 506 145.
Jahun berikutnya, baik volume maupun nilai ekspor makin meningkat hingga mencapai 325 654 kg atau senilai US$3 322 565, sedangkan tahun 1998 sebanyak
928 552 kg obat tradisional diekspor dengan nilai sebesar US$ 8 895 107. Meskipun ada peningkatan pemanfaatan ramuan obat, tetapi ha1 tersebut belum
banyak disertai dengan dukungan ilmiah khususnya untuk pembuktian khasiatnya
dan untuk perbaikan proses yang dapat mempertahankan komponen aktif dari tanaman tersebut. Perbaikan proses pasca panen sangat penting karena berbagai
tanaman obat harus diambil dari hutan dan sulit untuk dikembangbiakkan di tempat
lain rneskipun dengan kondisi yang terkendali.
Bumi lndonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan obat, dirnana
ragam tumbuhan obat yang meiimpah ini telah dimanfaatkan oleh nenek moyang
dalam jangka panjang obat tersebut akan mempunyai arti ekonomi yang cukup potensial karena dapat mengurangi impor bahan baku obat yang harus dibeli dengan devisa. Pada sisi lain, dengan perekayasaan menggunakan teknologi yang
tepat diharapkan menghasilkan nilai tarnbah yang lebih besar dan dapat
dimanfaaatkan untuk kepentingan rakyat banyak.
Menurut Sudiarto (1992) cabe jawa termasuk 10 besar simplisia nabati yang diserap oleh industri obat tradisional dan menempati peringkat ke-6 atau sebesar
9,596 dari total sirnplisia yang dikonsumsi industri obat tradisional pada kurun waktu
1983-1988. Dari barbagai sumber yang ada diperoleh data bahwa cabe jawa
merupakan tanaman obat yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan obat dan untuk bumbu dalam makanan. Hal ini didukung oleh survei yang dilakukan terhadap
jenis jamu yang banyak dikonsumsi rnasyarakat di daerah Darmaga, Merdeka dan
Ciawi (diwakili oleh 15 kios jamu) sebagai penelitian pendahuluan dari penelitian ini.
Berdasarkan ha1 tersebut maka cabe jawa dipilih menjadi bahan dalam penelitian.
Karena cabe jawa mengandung piperin dan minyak atsiri yang bersifat volatil,
maka pengeringan cabe jawa perlu mendapat perhatian. Pengeringan cabe jawa
dengan panas pada suhu tinggi dapat merusak komposisi kimia yang ada. Agar
komponen penting yang terdapat dalarn bahan cabe jawa tersebut tidak berkurang
atau hilang selama proses pengeringan, maka rnetode pengeringan beku diduga yang terbaik untuk digunakan. Metode ini akan mengeringkan cabe jawa dengan
suhu bahan tetap rendah karena cabe jawa tersebut terlebih dahulu dibekukan sebe-
lum dilakukan pengeringan. Dengan membuat tekanan vakum dalam ruang pengering, maka kandungan air bahan dalam bentuk es dapat langsung tersublimasi
Pengeringan beku umumnya digunakan untuk bahan pangan bernilai ekonomi tinggi yang sensitif terhadap panas. Pengeringan beku dapat memper-
tahankan hampir seluruh sifat awal prociuk seperti bentuk, cita rasa, aroma, warna
dan aktivitas biologik karena proses pengeringan beku berlangsung di bawah titik tripel air (suhu di bawah 0,016"C dan tekanan di bawah 610 Pa).
Winarno (1993) menyatakan bahwa cara pengeringan yang memiliki daya
pengawetan yang lebih baik adalah pengeringan beku atau freeze drying.
Pengeringan beku menghasilkan produlc dengan kualitas yang paling tinggi
dibandingkan dengan cara pengeringan yang lain. Liapis (1995) menambahkan
bahwa produk hasil pengeringan beku memiliki struktur yang porus, tidak berkerut
dan daya rehidrasinya tinggi.
Widodo dan Tambunan (1996) menyatakan bahwa konduktivitas panas
bagian kering berpori, sebagai akibat proses pengeringan beku, nilainya sangat kecil
sehingga menghambat laju perpindahan panas yang dibutuhkan untuk proses
sublimasi dan pada gilirannya memperlambat laju pengeringan. Pada Tabel 1 dapat
dilihat beberapa nilai konduktivitas panas bahan hasil pengeringan beku yang
diperoleh dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan selama ini. Peningkatan
intensitas pemanasan dapat mengakibatkan terjadinya kolaps pada bahan yang
dikeringkan, disamping peningkatan konsumsi energi dan biaya pengeringan. Oleh sebab itu, penentuan kondisi kerja, dalam ha1 ini siklus tekanan dan pemanasan,
harus dilakukan dengan memperhitungkan status fisik bahan yang akan
dikeringbekukan dan efisiensi energi selama proses pengeringan beku berlangsung. Variabel kontrol yang penting dalam proses pengeringan beku adalah
Tabel I. Kisaran Koflduktivitas Terrnal Bahan Hasil Pengeringan Beku Sumber Ape1 (irisan) Apel (masif) Cellulose gum Durian (tepung) Gelatin Jus tomat Mushrooms Larutan kopi
Larutan tepung jagung Peach
Persik
Tepung kentang Daging dan lkan Albumen telur Daging sapi (irisan) Daging sapi (giling) Salmon
Susu
Catatan : (1) Araki, dkk. (1 998)
Konduktivitas
termal WImK)
Bahan
BuahanlSayuran
Udang
Bahan ObatlFarmasi Collagen
Garam ampicilin sodium Garam cloxacilin sodium Garam cefalosforin sodium I Pasta jahe putih
(2) Diolah dari King, C.J. (1972) dalam Liapis dan Bruttini (1995) Kondisi pengeringan beku
Gas sekeliling Tekanan(Pa)
Uap air Uap air Uap air, udara Uap air Uapair,udara Uap air Udara Uap air Uap air,udara Udara R-12, COz, dl1 Uap air, udara
Uap air Uap air Uap air
(3) Penelitian di Lab. PPM-IPB, tidak dipublikasikan
Uap air Uap air Uap air Uap air Uap air Uap air
(4) Wenur (1 997)
20.0-30.0 20.0-30.0 4.0-101300 7.1-125.0 4.0-101300 53.2-199.5 39.9-101300 6.9-12.4 13.3-1 66 0.13-101300 2.7-101300 4.0-101300 7-1 30 2.7-399 2.7-13.3
(5) Diolah dari Liapis dan Bruttini (1 395)
Uap air
1
20.0Uap air
1
1.33-40.07.0-1 33.0 13.3-53.2 1.33-20.0 1.33-26.6 1.33-20.0 1.33-21.3
(6) Tarnbunan (1999)
0.052-0.1 33 0.022-0.08 1 0.056-0.123 0.068-0.073 0.019-0.055 0.1 19-0.212 0.016-0.042 0.035-0.173 0.010-0.036 0.153-0.277 0.01 4-0.033 0.016-0.043 0.022-0.187 0.009-0.042 0.014-0.042 0.035-0.073 0.131-0.161
kering untuk dilewati oleh uap yang terbentuk selama proses pengeringan
(1 ) (1 ) (2) (3) (2) (2) (2) (1 (2) (2) (2) (2) (2) (2) 0.038-0.086 0.026-0.069 0.021-0.069 0.021 -0.069 0.021-0.029 C.065-0.147
rsebut. Selain tekanan, rnaka suhu plat pernanas dan suhu perrnukaan
(4 j
(5) (5) (5) (5) (6)
kering adalah kondisi lain yang harus dicermati selama proses pengeringan
dikeringkan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui besar kecilnya pori-pori bahan hasil kering beku, maka periakuan terhadap laju pembekuan bahan pada saat bahan
dibekukan harus dilakukan untuk mengetahui pengaruh laju pembekuan terhadap
ukuran pori yang dihasilkan. Pengetahuan yang memadai tentang nilai konduktivitas dan permeabilitas cabe jawa, sebagai parameter pindah panas dan massa, dan
pengkajian tentang efisiensi panas pengeringan selama pengeringan beku sangat
bermanfaat untuk menentukan kondisi optimum pengeringan beku yang mampu
mernberikan hasil yang baik dengan efisiensi yang tinggi.
TUJUAN PENELlTlAN
Penelitian pengeringan beku dengan memilih cabe jawa sebagai sampel ini
bertujuan :
1. Mempelajari karakteristik pengeringan beku dan proses p i ~ d a h panas dan massa selama pengeringan beku pasta cabe jawa
2. Mempelajari pengaruh tekanan dan laju pembekuan terhadap proses pemanasan
TINJAUAN PUSTAKA
Cabe
Jawa (Piper refrofracfum Vahl)Menurut Januwati dar! Dedi (1992) cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.)
termasuk tanaman obat di daerah tropis. Bagian yang dapat digunakan sebagai bahan obat dari tanaman ini adalah daun, akar dan buah.
Cabe jawa adalah salah satu tanaman obat yang dijumpai di Jawa, Bali dan Maluku pada ketinggian 0 m
-
600 m dpl. Pengembangbiakkan cabe jawa dapatdilakukan dengan stek batang dengan ukuran panjang stek 30 cm
-
40 cmsepanjang lebih kurang tiga ruas. Cabe jawa merupakan tumbuhan dengan batang
memanjat, melilit atau melata. Untuk tiang panjatan dipakai tanaman hidup antara lain kelor (Moringa oleifera), gamal (Glyricidia spec), kelapa dan lain-lain. Tanaman
ini perlu dipangkas setinggi 1,5 m dari tanah agar dapat berbunga (Depkes RI,
1977). Sistematika =be jawa adalah divisio : spermatophyta, subdivisio :
angiosperms, kelas : dicofyledonae, ordo : piperales, famili : piperaceae, genus :
piper dan spesies : piper retr~fracturn Vahl.
Steenis-Kruseman (1 953) dalam Sudiarto (1 992) menyatakan bahwa bagian
tanaman yang dipanen dan banyak dipakai dalam industri obat tradisional maupun
*
ekspor adalah buahnya. Buah yang belum masak dipakai dalam campuran obat yang berkhasiat karminatit buah juga digunakan dalam ramuan minuman bandrek.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini rnenurut penga-laman
petani belum ada, baik pada tanaman maupun hasil panen setelah disimpan. Hasil yang baik dari pohon yang sudah menutup penuh pohon panjatan adalah 2 kg
-
3 kgbuah basah per pohon sekali panen. Proses pengeringan umumnya dijemur dan
Timur ada 3 macam yaitu cabe kerbau, cabe kacang dan cabe lenguk. Setijati
(1978) menyatakan bahwa percabangan cabe jawa terjadi pada pangkal batang yang keras dan menyerupai kayu.
Di Jawa Tengah khususnya, pada tahun 1978 tercatat kebutuhan cabe jawa 84 tonlth. Pengembangan budidaya cabe jawa ini patut rnendapat perhatian karena:
tanaman cabe jawa berbuah sepanjang tahun (memberikan tambahan pendapatan), tahan terhadap naungan (dapat mengisi bagian pekarangan yang ternaungi pohon
besarlbuah), mudah pemeliharaannya, serangan hama dan penyakit tergolong
rendah dan penanganan pasca panen mudah. Secara visual tanaman dan buah
[image:155.609.163.324.346.542.2]cabe jawa dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bentuk tanarnan dan buah cabe jawa.
Heyne (1980) menyatakan bahwa sari cabe jawa yang belum tua terdapat
dalam jamu yang digunakan untuk perut kernbung dan peiuruh keringat. Selain itu, sari cabe jawa terdapat pula dalam ramuan jamu pegal linu, rematik, neuralgia dan
mengobati sakit gigi dan air rebusan daunnya untuk berkumur bagi orang yang menderita saki gigi. Orang Bali, Jawa dan Melayu mencampur cabe jawa dengan obat lain untuk menyembuhkan kejang perut dan kena angin (windergheid) serta berbentuk salep untuk beri-beri dan sebagai &at kuat (aphrodisiacum). Menurut
Hasskarl dalam Heyne (1980) cabe jawa yang ditumbuk halus dengan aluin, pulasari dan bangle merupakan obat yang dioleskan pada perut wanita nifas (kraam-
vrouwen).
Nurendah (1983) menyatakan bahwa larutan buah cabe jawa dalam larutan
fyrode dapat menaikkan kontraksi uterus marmut in vitro. Hal ini mendukung pema-
kaian bahan tersebut untuk obat sukar bersalinl jamu pengatur haid. Masih menuru:
Nurendah (1983) kemungkinan terdapat efek abortif dan teratogenik, yang ditunjukkan dengan terjadinya resorpsi janin yaitu hilangnya janin dalam kandungan.
Menurut Lewis (1977) dalam Sa'roni dkk. (1992) bahwa sifat abortif ini disebabkan
oleh piperin yang bersifat toksik seperti nikotin atau mungkin adanya minyak atsiri
yang mempunyai efek melumpuhkan otot uterus atau bersifat stimulan kontraksi otot
uterus. Frazer dalam Sa'roni dkk. (1 992) menambahkan bahwa bahan yang bersifat
abortif tersebut kemungkinan potensial bersifat teratogenik.
Dari penelitian toksisitas akut pada tikus dapat disimpulkan bahwa infus buah
cabe jawa termasuk golong% relatively harmfess atau arnan untuk dikonsum (Dzulkarnain, 1975). Dengan demikian pemakaian buah cabe jawa ini sebagai obat
dalarn bentuk seduhan dapat dikatakan cukup aman.
Hargono (1992) menyatakan bahwa senyawa kimia yang dikandung buah
cabe jawa adalah beberapa jenis alkaloids, senyawa lain dan minyak atsiri.
komponen utama minyak atsiri dengan meng-gunakan teknik kromatografi gas-
cairan (GLC) terdapat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kadar kandungan air, piperin, dan minyak atsiri cabe jawa
1
AirJenis Komponen Cabe Jawa :
Piperin
I
0,75Nilai (%)
I
Minyak atsiri I
I
1,05I 4 I
Sumber : Hargono (1 992)
Pengeringan Beku
Slade (1 967) menyatakan bahwa pengeringan beku rnerupakan suatu teknik
pengeringan pada bahan dalam keadaan beku yang dilakukan pada tekanan
rendah. Berbeda dengan cara pengeringan biasa, dalam pengeringan beku bahan
pangan terlebih dahulu dibekukan dan pada keadaan hampa, air langsung dikelu-
arkan dari bahan secara sublimasi. Proses sublirnasi ini akan terjadi bila suhu dan
tekanan yang digunakan berada di bawah titik friple (0°C dan 610 Pa). King (1971)
menyatakan bahwa pengeringan beku dapat mernpertahankan bentuk kaku (rigid) bahan yang dikeringkan, sehingga menyebabkan bahan berpori dan tidak mengkerut
dalam keadaan kering. Keadaa ini mengakibatkan terjadinya proses rehidrasi yang
cepat dan sempurna bila produk kering ditambahkan air. Juga, selama proses pengeringan berlangsung hampir tidak terdapat cairan, sehingga dapat mencegah
transpor zat-zat yang dapat larut dalam air dan memperkecil terjadinya reaksi degradasi. Sedangkan menurut W~rakartakusumah dkk. (1989) pengeringan beku
menghasilkan produk yang berbentuk seperti spon dan mempunyai ukuran seperti
[image:157.603.128.455.152.250.2]dan aroma. Pengeringan beku dapat mempertahankan hampir seluruh sifat awal
produk seperti bentuk, cita rasa, aroma, warna dan aktivitas biofogik karena proses pengeringan beku berlangsung di bawah titik tripel bahan.
Heldman dan Singh (1981) rnenyatakan bahwa proses pembekuan bahan pada pengeringan beku ini akan menentukan hasil akhir produk yang dikeringkan. Pembekuan cepat akan menghasilkan produk kering beku yang mempunyai pori
lebih kecil sedangkan penibekuan lambat akan menghasilkan produk kering beku
dengan pori yang besar. Menurut Fennema dan Powrie (1964) ada 4 faktor yang mempengaruhi laju pembekuan bahan pangan vaitu (1) beda suhu antara produk dengan medium pendingin, semakin kecil perbedaan suhunya maka semakin cepat
laju pembekuannya (2) cara pindah panas dari dalam produk dan di dalam produk, semakin sederhana cara pindah panasnya rnaka akan semakin cepat laju
pembekuannya (3) ukuran, bentuk dan tipe kemasan, semakin kecil ukuran dan
semakin seder-hana bentuk dan tipe kemasan maka akan semakin cepat laju pembekuannya dan (4) ukuran, bentuk dan sifat terrnofisik bahan yang dibekukan,
semakin kecil ukuran dan sederhana bentuk dan sifat termofisiknya maka akan
semakin cepat laju pembekuannya.
Menurut Everington (1973) dalam Heldman dan Singh (1981) ada 3 metode
r(
pembekuan yang dikenai yaitu (1) air blast freezing, bahan yang dibekukan diielakkan dalam ruangan yang ditiupkan udara beku di dalamnya dengan blower yang kuat, (2) contact plate freezing, bahan yang dibekukan diletakkan diantara
pelat-pelat yang direfrigerasi, (3) immersion freezing, bahan yang dibekukan berada dalam larutan garam (air) yang direfrigerasi. Sedang Brennan dkk. (1974)
menambahkan lagi 2 metode lain yaitu sharp freezing, bahan yang dibekukan
dibekukan disemprot dengan bahan kriogen, rnisalnya
C o p
cair dan Np cair. Darikelima metode tersebut, hanya metode sharp freezing yang berlangsung lambat. Metode cryogenic freezing merupakan metode pembekuan yang mahal dan
biasanya untuk bahan yang bernilai ekonomi tinggi, misalnya udang.
Brennan (1981) menyatakan bahwa proses pembekuan terjadi secara be~tahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada permukaan bahan, pembe-
kuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalarn proses
pembekuan berlangsung lebih lambat. Menurut Holdworth (1968) pada awal proses pembekuan akan terjadi fase precooling dimana suhu bahan diturunkan dari suhu
awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada dalam keadaan cair. Ramaswamy dan Tung (1984) menyatakan bahwa pada hakekatnya
proses pembekuan baru dirnulai pada saat suhu permukaan mencapai sekitar -I0C,
yaitu pada saat dimulainya pembentukan kristal es.
Long (1955) dalam Heldman dan Singh (1981) menggunakan konsep TAR
(Thermal Arrest Time) dalam pengukuran laju pembekuan ikan. Menurut konsep
TAR lajc pembekuan dinyatakan sebagai perbandingan antara ketebalan bahan
terhadap waktu yang dibutuhkan titik yang paling lambat membeku pada bahan
untuk menurunkan suhu dari O°C
*
sampai -5°C.Heldrnan dan Singh (1981) menyatakan laju pembekuan sebagai perban-
dingan antara ketebalan bahan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan
suhu bahan pada titik yang paling lambat rnenjadi beku, dihitung dari saat terca-
painya titik beku awal sampai tercapainya tingkat suhu yang diinginkan di bawah titik
beku bahan.
Lembaga Refrigerasi lnternasional (1971) dalam Heldman dan Singh (1981)
jarak minimal antara permukaan bahan dan titik pusat panas dengan waktu yang diperlukan oleh produk pangan mulai tercapai suhu 0°C pada permukaan bahan sampai tercapai -5°C pada pusat panas bahan. Laju pembekuan dinyatakan dalam
cmljam.
Menurut Ramaswamy dan Tung (1 984) lama pembekuan adalah waktu yang dibutuhkan oleh bahan pangan untuk membeku, dimulai dari saat suhu permukaan
mencapai 0°C sampai pusat bahan mencapai suhu tertentu. Ramaswamy dan Tung (1984) merumuskan laju pembekuan rata-rata sebagai : w = Dl2T dimana w laju
pembekuan rata-rata (cmjjam), D diameter silinder (cm) dan T lama pembekuan
(jam). Proses pernbekuan lambat jika w c 1 cm/jam, pembekuan sedang w antara 1-5 cmljam dan pembekuan cepat jika w > 5 cmljam.
Zaitsev (1962) dalam llyas (1 963) mengklasifikasikan laju pembekuan cepat
sebagai pembekuan yang memiliki laju pembekuan tidak kurang dari 3,3 cmljam.
King (1971) membagi laju pembekuan ke dalam 3 golongan yaitu (1) pembekuan lambat, jika waktu pembekuan adalah 30 menit atau lebih untuk 1 cm tebal bahan
yang dibekukan, (2) pembekuan sedang, jika waktu pembekuan adalah 20
-
30menit untuk I cm tebal bahan yang dibekukan dan (3) pembekuan cepat, jika waktu pembekuannya kurang dari 20 menit untuk 1 cm tebal bahan yang dibekukan.
a
Fadey (1958) dalam Desrosier (1988) menyatakan bahwa jumlah air bahan
yang terbekukan pada pembekuan daging sapi akan mendekati 100% pada suhu
bahan mencapai
-
19,5" C, sedang pada pembekuan jahe, menurut Yudistira (1999)tercapai pada suhu -29°C.
Setelah bahan dibekukan, maka proses selanjutnya pada pengeringan beku
terjadi pada suhu dan tekanan di bawah titik tripel, yaitu pada suhu di bawah 0°C dan tekanan di bawah 610 Pa atau 4,58 mm Hg. Hubungan antara tekanan uap air dengan suhu pada diagram P-T dapat dilihat pada Gambar 2.
[image:161.594.141.448.163.365.2]0 Suhu,
"C
Gambar 2. Hubungan Antara Suhu dan Tekanan Uap Air (Fennema, 1975)
Tujuan sublimasi adalah untuk menurunkan kandungan air bahan pangan
hingga mencapai 5% - 10%. Setelah mencapai kadar air tersebut suhu bahan akan
dinaikkan lebih tinggi untuk mendesorbsi air terikat, sehingga akan diperoleh bahan pangan dengan kadar air di bawah 5% (Considine (1974) dalam Syafridawaty 1991).
Proses sublimasi membutuhkq panas sebesar panas laten sublimasi sekitar 666
kallgram es.
Arsdel dan Copley (1 963) dalam Yudistira (1 999) mengungkapkan bahwa
keberhasilan pengeringan beku sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan tekanan
uap di sekitar substansi yang sangat kering dengan tekanan uap air pada bagian
pangan tersebut. Hal ini mengakibatkan permukaan bahan tetap tegang tanpa terjadinya pengerutan selama proses pengeringan berlangsung. Mellor (1 978)
menyatakan bahwa pergerakan lapisan sublimasi mempunyai ketergantungan yang sangat erat dengan perbedaan tekanan uap bahan, sehingga secara teoritis perbedaan tekanan uap dapat dinyatakan sebagai variasi tekanan di dalam bahan dan berhubungan erat dengan laju sublimasi.
Lama pengeringan beku dipengaruhi oleh kandungan air bahan, ketebalan
bahan, dan suhu yang digunakan. Menurut King (1971) suhu ditentukan berda-
sarkan ketahanan bahan terhadap panas, misalnya kandungan gula, asam, dan
komponen volatilnya dan ukuran produk yang akan dikeringbekukan. Dengan demikian, penggunaan suhu pengeringan ditetapkan pada jangkauan suhu yang
dapat mencegah atau meminimumkan kehilangan kandungan gula, asam dan
komponen volatilnya. Penyubliman es akan berakhir setelah kadar air bahan di
bawah
5%,
saat mana diperoleh sebaran suhu yang konstan dan bersamaandengan itu diperoleh bobot sampel yang konstan.
Terdapat 2 faktor yang mengatur kecepatan pengeringan beku yaitu adanya
sumber panas (heat source) dan penerima uap air (condensor/moisture sink).
Adanya perbedaan suhu karena sumber panas akan nienyebabkan keluarnya uap
*
air yang akan diterima oleh kondensor. Sumber panas menyebabkan adanya perpin-
dahan panas dan kondensor akan menerima sejumlah pindah massa. Untuk lebih
lapisan kehng berpori
Gambar 3. Perpindahan panas (pp) dan massa (pm) selama proses pengeringan beku (King, 1971)
Menuru: Brennan dkk. (1974) kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu kecepatan pergerakan uap air dari permukaan es melaluI lapisan kering
berpori dan kecepatan perpindahan panas ke permukaan es. Pada Tabel 3 dapat
dilihat perbedaar, metode dan mutu produk antara pengeringan konvensional dan
pengeringan beku.
P r o s e s
PindahPanas Dan
MassaPengeringan beku merupakan salah satu metode pengawetan pangan yang melibatkan proses pindah dan massa. Pindah panas yang dominan terjadi
dalam pengeringan beku adalah pindah panas secara radiasi dan konduksi,
sedangkan pindah panas secara konveksi sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Pindah panas secara radiasi terjadi aari
plai
pemanas ke permukaan bahan yang dikeringkan dan pindah panas secara konduksi terjadi pada lapisan kering keTabel 3. Perbedaan metode dan mutu produk antara pengeringan konvensional dan pengeringan beku
I
-hanya berhasii diierapkan pada produk- produk
I
-cubcup memuaskan untuk kebenyakan produk yang1
Pengeringan konvensional Pengeringan beku-tidak memuaskan untuk pengeringan daging
-suhu pengeringan relatif tinggi (37°C-93°C)
1
yang mudah dikeringan, seperti sapr-sapfan dan
biji-bijian
- c u b p memuaskan untuk daging
-suhu pengeringan dibawah tiiik beku produk
biaaanya sulit dikeriqkan dengan mdode
1
pengeringan lainnya
I
I
-aroma produk kering tidak normalI
-aroma produk kering normalI
-berlangsung pada tekanan atmosfir
-penguapan air dari permukaan bahan
-peluang terjadinya kerak pada perrnukaan bahan
relatif besar
-warna produk kering relatif gelap
-produk kering biasanya relatif banyak kehilangan
I
-kehilangan n ~ t r i s i secara besar-besaran dapatI
-proses pada tekanan rendah-sublimasi air dari permukaan bahan
dapat menghindari terladin~a kerak pads permuban
bahan
-warna produk kering mendekati asalnya
(
ndrisi/
dihindariI
-biaya operasional relatif rendahI
-biaya operasional relatif tinggiI
I I
Sumber : Fellow (1 990)
Heldrnan dan Singh (1981) menyebutkan pindah panas radiasi rnerupakan proses pindah panas dimana panas secara langsung dipancarkan dari satu bagian
ke bagian yang lain yang terpisah rnelalui radiasi elektromagnetik. Sedangkan pindah panas konduksi rnerupakan proses pindah panas di dalam suatu bahan
/antara bahan yang satu dengan bahan yang lain karena perubahan energi kinetik
diantara molekul-molekulnya tanpa melibatkan perpindahan molekul tersebut. Selama pengeringan beku, bahan akan terbagi dalam dua lapisan yaitu
lapisan beku yang terdapat pada bagian dalam bahan dan lapisan kering berpori
[image:164.611.136.552.124.431.2]pengeringan beku, permukaan sublimasi akan bergerak ke bagian dalam dan lapisan kering yang berada pada bagian luar akan sernakin tebal.
Pada proses pindah panas konduksi akan terjadi 2 kondisi yaitu kondisi aliran mantap (steady state) dimana suhu pada beberapa titik di dalam bahan pangan (kandungan panas pada bahan) tidak tergantung pada waktu dan sejumlah panas yang masuk dalarn bahan pangan sama dengan jumlah panas yang keluar, dan
kondisi aliran tidak mantap (un-steady sfate) dimana kandungan panas pada bahan
berubah terhadap v~aktu dan panas yang rnasuk tidak sarna dengan panas yang
keluar. Panas yang digunakan untuk sublimasi rnerarnbat rnelewati lapisan kering
berpori menuju perrnukaan sublimasi secara konduksi. Jika suhu lapisan beku dan suhu permukaan bahan tetap, maka laju panas yang masuk ke dalam bahan akan
seirnbang dengan laj~l uap air yang keluar dari bahan. Laju aliran panas yang besar akan dapat rnenaikkan suhu lapisan beku sarnpai tekanan uapnya cukup besar
untuk rneningkatkan aliran uap air keluar sampai ke permukaan lapisan kering.
Pada proses pengeringan dan dehidrasi, pindah panas dan pindah rrlassa terjadi secara sirnultan. Menurut Wirakartakusumah dkk. (1989) pindah massa
adalah suatu perpindahan yang terjadi karena pergerakan molekul meialui suatu lapisan batas dari sistem. Pawah massa dapat terjadi juga karena perbedaan
konsentrasi, dimana massa akan mengalir dari konsentrasi tinggi Ice konsentrasi
yang lebih rendah. Fellow (1990) rnenyatakan bahwa ada 3 faktor yang rnempe- ngaruhi laju pindah massa pada pengeringan beku yaitu tekanan ruang pengering,
suhu kondensor dan suhu es pada permukaan sublimasi. Agar berhasil secara
kornersil, tekanan ruang pengering dan suhu kondensor harus diatur serendah
rnungkin. Tekanan ruang pengering diberikan sekitar 13 Pa dan suhu kondensor
bawah suhu kritis. Yang dimaksud dengan suhu kritis adalah suhu dimana terjadi kesetimbangan tekanan pada permukaan es. Pada suhu yang sarna, perpindahan
uap air dari bahan akan lebih cepat pada tekanan yang lebih rendah.
Pada proses pengeringan bekg digunakan tekanan vakum. Menurut King
(1971) total tekanan untuk rnengontrol perubahan pindah panas sampai terjadinya perubahan pindah massa adalah 1349,45
-
2698,90 Pa untuk daging. Untuk makanan cair yang mengandung padatan terlarut tinggi, diperlukan tekanan yanglebih rendah dengan srlhu pembekuan yang juga harus lebih rendah. Pengeringan
beku juga dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih tinggi, dengan syarat tekanan parsial uap air harus dibuat lebih rendah sehingga memungkinkan terjadinya suatu
pindah massa. Tetapi, pengeringan beku dengan tekanan yang lebih tinggi ini tidak
PENDEKATAN TEORlTlS
Pengeringan Beku Model Lempeng Tak Hingga
Model yang digunakan untuk analisa pindah panas pada penelitian penge- ringan beku ini adalah model infinite slab (lempeng tak hingga). Pindah panas dan
pindah massa hanya berlangsung pada satu arah dengan memberi isolasi panas pada permukaan bawah dan samping bahan yang berbentuk silinder.
Plat Pemanas
Ke recorder n ni
Gambar 4. Skema fltlks panas dan massa selama pengeringau beku pada
sampel (Sagara,
1984). [image:167.594.119.533.314.552.2]Pada Persamaan (1) ini panas jenis uap air (Cp) diasumsikan konstan dan
sebanding dengan jumlah uap air. Bagian kiri Persamaan ( I ) menunjukkan besarnya panas yang rnejalui lapisan kering, sedangkan bagian kanan menunjukkan besarnya
panas yang digur~akan untuk sublimasi es ditarnbah dengan panas yang diserap oleh uap air yang bergerak dari permukaan sublimasi ke permukaan lapisan kering.
Laju pindah panas pada permukaan lapisan kering dapat dinyatakan sebagai perka-
lian antara laju pindah massa dengan panas laten sublimasi sebagai berikut :
Sagara dan Hosokawa (1982) dalam Sagara (1984) rnenyatakan bahwa
fraksi air tersisa dalam bahan selama proses sublimasi pengeringan beku dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :
Sagara (1984) menyatakan bahwa pergerakan lapisan kering bahan selama proses
a
sublimasi diperoleh dengan persamaan berikut :
Dan penentuan laju pindah massa dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
Sedangkan laju pindah massa dihubungkan dengan laju pengeringan ditunjukkan
I.C.T. (1928) dalam Sagara (1984) menyatakan bahwa tekanan kesetimbangan uap air dalam bentuk es dapat dihitung dengan persamaan yang merupakan fungsi dari suhu pada permukaan sublimasi tersebut, yaitu :
Nilai konduktifitas panas dapat dihasilkan dari subsitusi Persamaan (4) ke
Persamaan (1) dan (6) sehingga diperoleh Persamaan (8) berikut :
. . .
dan :
~ , ( e . ~
-e,)
(1-x)=
(10)..(-
$1
j
Penentuan nilai permeabilitas bahan, dihasilkan dari subsitusi Persamaan (4)
ke Persamaan ( 5 ) dan
(6),
s e h w g a diperoleh persamaan berikut:
Aliran Panas Selama Pengeringan Beku
Banyak penelii telah berusaha menganalisa cara pindah panas dan massa dengan menentukan kondisi operasi optimum untuk mengurangi konsumsi energi
selama proses bedangsung. Sagara dan lchiba (1994) menyelidiki metode pengu- kuran nilai sifat transpor dalam lapisan kering kopi. Melalui penelitian tersebut diketahui bahwa lapisan kering menjadi faktor pembatas pindah panas dan massa
selarna proses pengeringan beku. Yunfei dan Chengzhi (1996) mempelajari
interaksi tekanan vakum, ketebalan sampel dan konsentrasi colustrum sapi terhadap
konsumsi energi dan produkiivitasnya. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bah- wa konsentrasi produk pengaruhnya sangat kecil terhadap konsumsi energi.
Konsumsi energi yang digunakan merupakan total energi bukan energi yang benar- benar dimanfaatkan oleh sampel.
Pengetahuan tentang efisiensi energi pada suatu proses sangat penting untuk
dikaji agar diperoleh kondisi optimum suatu perlakuan sehingga dapat menekan
biaya dan mempersingkat waktu proses. Pada proses pengeringan beku ini,
dilakukan pengamatan dan pengolahan data terhadap kebutuhan energi panas
selama proses pengeringan. Energi panas radiasi adalah energi yang dipancarkan oleh heater dan diterima oleh permukaan bahan sedangkan energi panas konduksi
a
adalah energi yang diterima oleh bahan yang dibutuhkan untuk menyublimkan
kristal es dan untuk menaikkan suhu bahan.
Persamaan-persamaan yang digunakan untuk memperoleh efisiensi energi
pada pengeringan beku ini adalah dengan menghitung nilai panas konduksi dan
Qrd
= o e 4(q4
-q4)
...
(15)
Dalam memperhitungkan nilai dTIdx pada panas konduksi dan perubahan suhu pada panas radiasi digunakan rumus Sirnpson sebagai berikut :
sehingga diperoleh persamaan berikut :
Sedangkan panas sublirnasi dicari dengan menggunakan Persamaan (2) diatas. Panas sensibel yang digunakan untuk. menaikkan suhu bahan dihitung dengan
persamaan berikut :
Massa air bahan dalam keadaan beku
mt
dan massa air bahan dalarn keadaanNilai
Cp,,,
dihitung menggunakan persamaan menurut Siebel's (1892) dalamHeldman dan Singh (1981):
...
Cp,,
= 0.837+
0.034
(K,,
%) (23)Untuk menghitung nilai pd dan Cpd digunakan persamaan menurut Dickerson (1869)
dalam Heldman dan Singh (1981):
Panas konduksi yang masuk ke dalam bahan seimbang dengan panas sublimasi
yang digunakan untuk menyublimkan kristal es ditambah dengan panas sensibel
yang digunakan untuk menaikkan suhu bahan, yang dapat dirurnuskan dengan
persamaan berikut
:
A
Dari Persamaan (14) dan (1 5) diatas maka akan diperoleh nilai efisiensi energi pada
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di (1) Laboratorium Pindah Panas dan Pindah
Massa, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor, (2) Balittro Bogor dan (3j Laboratorium Doping Departemen Kesehatan
Jakarta. Pengambilan data dlmulai dari tanggal 14 April 1999 sampai 12
Desember 1999.
Bahan, Alat dan Metode
Bahan
Berdasarkan sumber referensi yang ada dan pengamatan terhadap 15 kios
jamu di sekitar Darrnaga, Bogor dan Ciawi (Lampiran 2), diperoleh data bahwa jarnu
yang banyak dikonsurnsi adalah dari jenis jamu yang merniliki khasiat sebagai obat
kuat (dikonsumsi oleh kaurn pria), jarnu pegal linu serta jamu tolak angin (dikonsumsi oleh kaum pria dan wanita). Cabe jawa (Piper retrofrscfum Vahl)
sebagai salah satu komponen penyusun ramuan jamu pegal linu dengan komposisi
tinggi juga merupakan bagian tanaman obat, dipilih sebagai bahan yang diteliti untuk diberi periakuan dengan knik pengeringan beku karena mengandung minyak
R
atsiri yang sangat sensitif terhadap panas.
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan meliputi
:
1 . Wadah Contoh (sample holder)
Wadah contoh terbuat dari bahan acrylic berbentuk tabung silinder dengan
termokopel secara paralel dengan jarak 0,5 cm yang diberi penyanggah jarum (Gambar 5). Sisi samping dan permukaan bawah wadah contoh diberi isolasi panas secukupnya menggunakan bahan polyurethane agar pindah panas hanya
terjadi ke satu arah saja yaitu ke arah atas. Hal ini dilakukan agar anaiisa pindah panas dan massa dapat diiakukan dengan model lempeng tak-hingga satu dimensi.
-- -
Pemanas radiasi
Termokopel
Ke recorder
<
4
7,5 cm [image:174.601.129.563.254.483.2]A
>
Gambar 5. Sampel holder danAtik pengukuran suhu untuk menganalisa sifat konduktivitas panas dan permeabilitas lspisan kering selama pengeringan beku
2. Parut dan blender
Kedua alat ini digunakan u n t u ~ membuat cabe jawa berubah bentuk rnenjadi
pasta cabe jawa.
3. Gas Chromatography/Mass Selective Detector (GC-MSD)
Analisa mutu dilakukan dengan GCMSD dan spesifikasi alat sebagai berikut :
-MSD : HP 5972
-Gas pembawa : Helium
-Kolom : HP Ultra-2 capillary 17mx200umx0.11 um
-Tekanan kolom : 1.9 psi
-Temperatur inlet : 210°C
-Injection volume : 1.0 pL
-Temperatur awal : 60°C
-Kenaikan temperatur : 3°C sld 180°C
-Temperatur akhir : 180°C
-Energi : 70 eV
GC/MSD digunakan untuk menganalisa piperin, turunan piperidin yang lain, maupun komponen lain yang terkandung pada bahan hasil kering oven dan
hasil pengeringan beku. Hasil analisa GC/MSD selanjutnya akan digunakan untuk kajian mutu dan sebagai bahan pertimbangan terhadap kondisi proses
yang akan dipilih.
4. Alat pengering beku
Alat pengering beku yang digunakan adalah Freeze Dryer RL-5OMBW(S) buatan
Kyowa Vacuum €ngineeri# LTD. Alat pengering beku ini terdiri dari sistern vakum, sistem pendingin, sistem pemanas, timbangan elektronik dan sistem
akuisisi data. Pompa vakum yang digunakan adalah Diavac CPR-500 tipe rotary
dengan kapasitas pemompaan 500 Vmenit yang dapat mencapai tekanan absoiut
0,001 tom. Unit pendinginnya adaiah Sanyo UF-RH1130S yang terdiri dari
UT40(Bs). Tirnbangan elektronik digunakan untuk mengukur perubahan berat contoh setiap saat selama proses pengeringan beku berlangsung.
5. Sistern Akuisisi Data
Sistem akuisisi data dengan menggunakan multiplexer1ADC. Multiplexer adalah alat yang dapat mernilih dan menerima data dari titik pengukuran tertentu secara periodik, sehingga pernbacaan, perekaman dan pengolahan data dari berbagai sumber dapat dilakukan secara berurutan pada selang waktu yang diinginkan.
Multiplexer yang ada di Laboratorium Pindah Panas dan Pindah Massa ini adalah
jenis Green Kit 88 buatan Electronic System Development (ESD) Jepang. Green
Kit 88 ini diltendalikan komputer dengan bahasa pemrograman N88 basic,
sehingga dapat menerima dan merekam data dari alat pengering beku Kyowa
dengan selang pengukuran 10 detik
.
6. Moritex "Scopeman" fiber optic video microscopes
Moritex "scopeman" fiber optic video microscopes digunakan untuk rnengetahui ukuran pori-pori hasil pembekuan dengan berbagai laju pembekuan yang
digunakan. Alat ini memiliki bagian-bagian utama berupa lensa obyektif yang
dapat ditukar-tukar, camera head yang terdiri dari photo-sensor dan kabel
kombinasi !istrik/serat kaca, kotak pemroses dimana ditempatkan sumber cahaya
dan perangkat elektronik untuk pemrosesan gambar dan video monitor untuk
penayangan gambar. Citra yang ditangkap oleh lensa diteruskan ke photo-
sensor, dari photo-sensor ke kotak pemroses dan selanjutnya ke monitor. Gambar yang terlihat di monitor dapat direkam pada pita video, disket video atau
laser video disk dan dicetak pada pencetak gambar video (video color printer)
kursor di layar setelah jarak antara titik kursor atau garis kursor diperoleh dan dapat langsung dibaca di bagian bawah layar.
Metode Penelitian
Prosedur psrtama pengeringan beku ramuan obatan ini adalah mencuci bersih
cabe jawa yang diperoleh dari kebun perwntohan Sukamulya, Sukabumi dengan air kemudian ditiriskan dan diparut. Setelah bahan terparut, dimasukkan kedalam
blender dan ditambah dengan air dalam ukuran yang sudah tertentu kemudian diblender 2 kali selama satu menit.
Sampel yang sudah dalam bentuk pasta dimasukkan ke dalam wadah contoh
dan dibekukan dengan suhu plat pembeku -40°C. Selama proses pembekuan
rekorder dihidupkan dan program dijalankan untuk akuisisi data. Proses pembekuan
ini dihentikan setelah suhu bahan mencapai -30°C.
Setelah proses pembekuan selesai, maka bahan beku dalam wadah contoh
dimasukkan ke dalam gabus insulasi dan dimasukkan ke dalam ruang pengering
dengan meletakkannya di atas timbangan elektronik.
Lalu dilakukan pemvakuman dengan mematikan shelf cooling dan menghi-
dupkan internal cdd trap sampai diperoleh suhu internal cold trap -37°C. Katup-
katup yang berhubungan dengan udara luar dalam posisi tertutup, sedang katup-
katup yang berhubungan dengan pompa vakum dibuka. Kemudian dilakukan
pembacaan dan pengaturan tekanan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.
Pengaturan tekanan dengan rnembuka katup yang berhubungan dengan sensor
dengan 10 twr. Setelah