• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak ekonomi pariwisata internasional pada perekonomian Indonesia suatu pendekatan ekonometrika dan analisis input output

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak ekonomi pariwisata internasional pada perekonomian Indonesia suatu pendekatan ekonometrika dan analisis input output"

Copied!
374
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PEREKONOMIAN INDONESIA:

SUATU PENDEKATAN EKONOMETRIKA DAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT

DISERTASI

Oleh:

ADI LUMAKSONO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul ”DAMPAK EKONOMI PARIWISATA

INTERNASIONAL PADA PEREKONOMIAN INDONESIA: SUATU

PENDEKATAN EKONOMETRIKA DAN ANALISIS INPUT-OUTPUT”

merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi sendiri dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan dengan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program yang sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2011

(3)

ADI LUMAKSONO. The Economic Impact of International Tourism in Indonesian Economy: An Econometric and Input-Output Analysis Approach. D.S. PRIYARSONO, as Chairman; KUNTJORO and RUSMAN HERIAWAN, as Members of the Advisory Committee

Tourism has played an important role in the Indonesian economy especially inbound tourists which give foreign exchange earnings. On the other hand, outbound tourists bring dollars outside Indonesia. It will have an impact on tourism balance which is still surplus in the case of Indonesia. In this study found that the surplus of tourism balance tends to decrease where the increase of outbound tourists and their expenditure was faster than the increase of inbound tourist and their expenditure.

By using econometric models, this study will also identify the variables which influence inbound and outbound tourists both the number of arrival/departure and their average expenditure per visit. GDP was the most influenced variable beside Indonesian tourism price and neighbour countries’ tourism price as competitors of Indonesian tourism.

Simulation will be applied to know the impact of economic growth and monetary policy on the flow of foreign exchange through international tourism. The results of this simulation will be used to know the economic impact of inbound tourists such as tourism balance, added value, indirect tax, and wages & salaries as well as employment by using Input-Output Model. It shows that economic growth of tourists’ country of origin will give a higher impact to the Indonesian economy compared to the both exchange rate and monetary policy.

(4)

ADI LUMAKSONO. Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Ekonometrika dan Analisis Input-Output. D.S.PRIYARSONO, sebagai ketua; KUNTJORO dan RUSMAN HERIAWAN, sebagai anggota komisi pembimbing.

Pariwisata telah berperan penting dalam perekonomian Indonesia khususnya karena wisatawan mancanegara yang membawa devisa dari luar negeri. Di sisi lain penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri juga membelanjakan uangnya di luar negeri. Ini akan mempengaruhi neraca pariwisata yang selama ini masih surplus. Penelitian ini menunjukkan bahwa surplus neraca pariwisata cenderung menurun di mana peningkatan jumlah penduduk yang pergi ke luar negeri beserta pengeluarannya lebih cepat jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah wisman yang masuk ke Indonesia beserta uang yang mereka belanjakan.

Dengan menggunakan model ekonometrika penelitian ini juga mengidentifikasi variable-variabel yang mempengaruhi jumlah wisman datang ke Indonesia maupun penduduk yang pergi ke luar negeri beserta uang yang mereka belanjakan. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) adalah salah satu variabel penting yang mempengaruhi pariwisata internasional di Indonesia selain harga pariwisata Indonesia maupun harga pariwisata negara tetangga sebagai pesaing Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia memicu jumlah penduduk Indonesia untuk melakukan perjalanan ke luar negeri. Di sisi lain pertumbuhan ekonomi ini akan menguatkan nilai mata uang rupiah terhadap US$ sehingga harga pariwisata Indonesia menjadi lebih mahal di mata wisatawan mancanegara yang pada giliran berikutnya akan mengurangi minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Keadaan ini jika terus menerus terjadi, neraca pariwisata yang selama ini selalu mengalami surplus akan menjadi defisit di mana jumlah devisa yang diterima melalui wisman lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia ke luar negeri.

(5)

simulasi ini digunakan untuk mengetahui dampak ekonomi pariwisata dalam neraca pariwisata, produk domestik bruto, penerimaan pemerintah melalui pajak tak langsung, dan upah gaji serta jumlah tenaga kerja yang terserap karena aktifitas wisatawan mancanegara di Indonesia. Hasil ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara asal wisatawan memberikan dampak yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai tukar mata uang mereka maupun kebijakan moneter yang terjadi di Indonesia. Adanya travel warning dari negara asal wisatawan terhadap Indonesia karena faktor keamanan sangat memperpuruk pariwisata Indonesia khususnya dari sisi wisatawan mancanegara.

(6)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

ADI LUMAKSONO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

EKONOMETRIKA DAN ANALISIS INPUT-OUTPUT Nama Mahasiswa : Adi Lumaksono

Nomor Pokok : A.161040234

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. D.S. Priyarsono, MS. Ketua

Prof. Dr. Ir. Kuntjoro Dr. Rusman Heriawan, SE, MS.

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana-IPB Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof.Dr.Ir. Bonar M. Sinaga, MA. Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(9)
(10)

atas selesainya penyusunan disertasi ini. Judul yang dipilih adalah: Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Ekonometrika dan Analisis Input-Output.

Pariwisata Indonesia saat ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan dari sisi kunjungan, baik oleh wisatawan mancanegara (wisman/inbound), wisatawan nusantara (wisnus), maupun wisatawan Indonesia

(outbound) yang pergi ke luar negeri. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi negara asal wisman maupun pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu berbagai kemudahan penduduk di berbagai negara untuk melakukan perjalanan di dalam negeri maupun ke luar negeri semakin terbuka dengan diberikannya beberapa fasilitas bebas visa kunjungan singkat maupun visa saat kedatangan (visa

on arrival) bagi beberapa warga negara asing untuk berkunjung ke Indonesia dan

kemudahan warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dibebaskannya biaya fiskal. Namun demikian penguatan nilai rupiah akan memicu harga pariwisata Indonesia menjadi mahal di mata wisman sehingga minat wisman untuk berkunjung ke Indonesia beserta pengeluarannya akan mengalami penurunan. Di sisi lain menguatnya nilai rupiah terhadap mata uang US$ akan meningkatkan daya beli penduduk Indonesia terhadap barang dan jasa di luar negeri sehingga jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri akan mengalami peningkatan.

Pariwisata merupakan salah sektor yang saat ini diyakini telah memberikan kontribusi positif dalam perekonomian Indonesia. Pariwisata internasional, dalam hal ini wisatawan mancanegara (wisman), mendatangkan devisa dari luar negeri melalui pengeluaran mereka selama berada di Indonesia seperti untuk keperluan makan, minum, dan menginap maupun belanja untuk souvenir. Semakin banyak wisman membelanjakan uangnya akan semakin banyak devisa yang mengalir ke Indonesia yang berdampak langsung pada penerimaan perusahaan atau usaha yang melayani wisman, seperti: hotel, restoran, biro perjalanan, dan penjual souvenir. Selain itu aktifitas pariwisata ini juga memberikan dampak tidak langsung kepada sektor lainnya, seperti sektor pertanian yang memasok produk sektor ini kepada restoran sebagai salah satu bahan baku untuk makanan.

Topik penelitian dalam disertasi ini sudah mulai penulis rancang sejak awal memasuki perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Ilmi Ekonomi Pertanian sehingga tugas-tugas paper dari berbagai mata kuliah sudah penulis arahkan untuk menjadi bagian dalam penelitian. Ketertarikan penulis pada pariwisata karena sejak lulus dari Akedemi Ilmu Statistik pada tahun 1982 bekerja pada Badan Pusat Statistik, Bagian Statistik Niaga dan Jasa di mana salah satu pekerjaannya adalah mengumpulkan data pariwisata. Selanjutnya sampai dengan saat ini penulis masih berkecimpung dengan statistik pariwisata sebagai Kepala Direktorat Statistik Keuangan, Teknologi Informasi, dan Pariwisata.

(11)

kesalahan yang mungkin terjadi tetapi semua itu menjadi tanggung jawab penulis. Harapannya hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada para pembimbing, yaitu: Dr. D.S. Priyarsono sebagai ketua komisi pembimbing, Prof. Dr. Ir. Kuntjoro dan Dr.Rusman Heriawan, SE, MS. sebagai anggota komisi pembimbing. Banyak arahan dan masukan yang telah diberikan oleh para pembimbing kepada penulis selama melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Dr. Sapta Nirwanda; Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA; Prof. Dr. Mangara Tambunan, MSc.; dan Dr.Yusman Syaukat, MSc., sebagai penguji yang telah memberikan kritik dan saran perbaikan sehingga menjadikan disertasi ini lebih sempurna. Tak lupa juga penulis sampaikan kepada para dosen di program studi EPN-IPB yang telah memberikan kuliah selama penulis menjadi mahasiswa IPB.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pimpinan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah memberikan ijin belajar untuk mengikuti kuliah di IPB, dan kepada Ahmad Tantowi, SSi. MS, MSc, yang telah membantu penulis dengan tekun dan teliti dalam mengolah data. Demikian juga kepada rekan-rekan penulis di BPS maupun di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang selalu mendorong dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan studinya.

Kepada rekan-rekan penulis seangkatan di EPN Khusus Angkatan Kedua kami sampaikan ucapan terima kasih atas saran dan masukannya serta dorongan semangat untuk menuntaskan disertasi ini dengan saling mengingatkan antara satu dengan yang lain.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada istri (Suci Prihastuti) dan kedua anak (Ina Travelia dan Reza Hidayat) yang telah dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam memberikan doa dan dukungannya selama penulis menjalani hari-hari yang penuh dengan kesibukan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Tanpa dukungan istri dan anak, niscaya penulis bisa menyelesaikan disertasi ini.

Penulis sadari bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak yang tidak penulis sebutkan satau per satu, disertasi ini tidak akan diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada mereka yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam memberikan masukan selama penulis melakukan penelitian. Mudah-mudahan Tuhan akan memberikan keberkahan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi.

(12)

Penulis lahir kota Magelang Jawa Tengah pada tanggal 31 Agustus 1960 merupakan anak kedua dari delapan bersaudara dari pasangan orang tua H. G. Suyitno dan Hj. Sriyati (almarhumah) yang beristerikan Suci Prihastuti dan telah dikaruniai dua orang anak, Ina Travelia dan Reza Hidayat.

Pada tahun 1982 penulis menamatkan pendidikannya di Akademi Ilmu Statistik (AIS) di Jakarta yang merupakan perguruan tinggi kedinasan di bawah Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karena itu sejak menamatkan pendidikan di AIS dengan gelar Bachelor of Statistics (B.St.) penulis langsung bekerja di BPS. Pada bulan September tahun 1989 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui program beasiswa bank dunia yaitu Overseas Fellowship Program (OFP) di Institute of Social Studies (ISS) di Den Haag Belanda. Tujuh bulan kemudian penulis menyelesaikan pendidikannya pada jenjang Post Graduate Diploma pada jurusan Development Planning

Techniques (DPT). Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

pendidikan master degree dengan pemberi beasiswa dan lembaga pendidikan yang sama ketika menempuh pendidikan program Post Graduate Diploma. Pada tahun 1991 penulis menamatkan pendidikan master degree dengan gelar Master of Arts

(MA) pada jurusan Economic Policy and Planning (EPP).

(13)

penulis kembali dipercaya memegang jabatan sebagai Kepala Seksi Statistik Wisatawan dan enam tahun berikutnya diberi kepercayaan untuk memegang jabatan yang lebih tinggi sebagai Kepala Bagian Statistik Pariwisata.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikannya ke program doktor (S3) pada Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Ekonomi Pertanian (EPN) fakultas pertanian.

Selama bekerja di BPS penulis banyak memberikan kontribusi dalam penyusunan program dan pengembangan kepariwisataan di Indonesia melalui berbagai penelitian yang dilakukan atas kerjasama BPS dengan Kementerian Kebudayaan Pariwisata maupun dengan lembaga penelitian lainnya. Salah satu hasil penelitian yang selama ini masih relevan dan terus dikembangkan adalah penyusunan Neraca Satelit Pariwisata Nasional/Nesparnas (Tourism Satellite

Accounts) yang merupakan rekomendasi dari United Nation World Tourism

Organization (UNWTO). Penyusunan Nesparnas dimulai pada tahun 2001 dan

setiap tahunnya selalu di-update data maupun metodologinya.

Berbagai workshop maupun seminar yang berkaitan dengan pariwisata telah diikuti oleh penulis baik sebagai narasumber ataupun pembicara pada tingkat nasional maupun internasional.

(14)

DAFTAR TABEL . . . 2.1.1. Pariwisata dari Sisi Penawaran ... 2.1.2. Pariwisata dari Sisi Permintaan ... 2.1.3. Neraca Perjalanan Wisata ... 2.2. Penelitian yang Pernah Dilakukan ……....………... 2.3. Dampak Kebijakan ……….. 2.3.1. Dampak Travel Warning………... 2.3.2. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter ……...……. 2.3.3. Dampak Biaya Fiskal ………... 2.3.4. Dampak Nilai Tukar Rupiah ...

(15)

3.4. Model Ekonometrika ....………... 3.4.1. Persamaan Struktural dan Identitas ………....

3.4.1.1. Blok Penerimaan Devisa ... 3.5.1. Kontribusi terhadap Output ……….. 3.5.2. Kontribusi terhadap Nilai Tambah Bruto ….…….... 3.5.3. Kontribusi terhadap Upah/Gaji dan Pajak Tak

Langsung …... 3.5.4. Kontribusi terhadap Kesempatan Kerja …………...

52 IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA DUNIA ...

4.1. Pariwisata Dunia ... 4.2. Pariwisata Internasional di Indonesia ... 4.2.1. Wisatawan Mancanegara Singapura ... 4.2.2. Wisatawan Mancanegara Malaysia ... 4.2.3. Wisatawan Mancanegara Jepang ... 4.2.4. Wisatawan Mancanegara Australia ... 4.2.5. Wisatawan Mancanegara Amerika Serikat ... 4.2.6. Wisatawan Mancanegara Inggris ... 5.1. Penerimaan Devisa dari Singapura ...

(16)

xv

5.2. Penerimaan Devisa dari Malaysia ... 5.3. Penerimaan Devisa dari Jepang ... 5.4. Penerimaan Devisa dari Australia ... 5.5. Penerimaan Devisa dari Amerika Serikat ... 5.6. Penerimaan Devisa dari Inggris ... 5.7. Penerimaan Devisa dari Negara Lainnya ... 5.8. Pengeluaran Devisa Penduduk Indonesia yang Pergi ke Luar Negeri ... VI. SIMULASI KEBIJAKAN DAN PEMBAHASAN ...

6.1. Validasi Model ... 6.2. Simulasi Dasar ... 6.3. Gross Domestic Product Enam Negara Asal Wisman Naik

2 Persen ... 6.4. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen ... 6.5. Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 6.6. Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Naik 2 Persen dan Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen ... 6.7. Gross Domestic Product Negara Asal Wisman Naik 2

Persen dan Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 6.8. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen dan

Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 6.9. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen dan

Suku Bunga Indonesia Turun 25 Basis Poin ... 6.10. Diterapkannya Travel Warning ... 6.11. Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan ... 6.12. Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan dan Inflasi Indonesia Sebesar 5 Persen ...

177 7.2. Analisis Dampak Ekonomi Wisatawan Mancanegara ... 7.2.1. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan. ...

(17)

7.2.2. Dampak Ekonomi Pengeluaran Wisatawan

Mancanegara ... 7.2.2.1. Grosss Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Meningkat 2 Persen ... 7.2.2.2. Gross Domestic Product Indonesia

Meningkat 6.5 Persen ... 7.2.2.3. Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 7.2.2.4. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan

Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen ... 7.2.2.5. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 7.2.2.6. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 7.2.2.7. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 7.2.2.8. Travel Warning ... 7.2.2.9. Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 7.2.2.10. Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara dan Inflasi di Indonesia

Sebesar 5 Persen ... 7.2.3. Dampak Sektoral Pengeluaran Wisatawan

Mancanegara ... 7.2.3.1. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisman Meningkat 2 Persen ... 7.2.3.2. Gross Domestic Product Indonesia

Meningkat 6.5 Persen ... 7.2.3.3. Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ...

(18)

xvii

7.2.3.4. Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan

Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen ... 7.2.3.5. Gross Domestic Product Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Naik 25 Basis Poin ... 7.2.3.6. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 7.2.3.7. Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5

Persen dan Tingkat Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 7.2.3.8. Travel Warning ... 7.2.3.9. Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 7.2.3.10.Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen

Terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara dan Inflasi Indonesia Sebesar 5 Persen ... 7.2.4. Dampak Ekonomi Pengeluaran Penduduk Indonesia

yang Pergi ke Luar Negeri dan Jemaah Haji ...

252

255

258

261 264

267

269

272 VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ...

8.1. Kesimpulan ... 8.2. Implikasi Kebijakan ...

(19)

Nomor Halaman

1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibanding dengan Komoditi Ekspor

Lainnya Tahun 2006 – 2008 ... 3

2. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Singapura ... 60

3. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Malaysia ... 63

4. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Jepang ... 67

5. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Australia ... 70

6. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa Amerika Serikat ... 73

7. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa dari Inggris ... 77

8. Harapan Besaran Koefisien Blok Penerimaan Devisa Negara Lainnya ... 78

9. Harapan Besaran Koefisien Blok Pengeluaran Devisa ... 81

10. Input-Output Untuk Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi... 89

11. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Singapura, Tahun 1984-2008 ... 128

12. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia, Tahun 1984-2008 ... 135

13. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Jepang, Tahun 1984-2008 ... 142

14. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Australia, Tahun 1984-2008 ... 149

15. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Asal Amerika Serikat, Tahun 1984-2008 ... 154

16 Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Wisatawan Mancanegara Asal Inggris, Tahun 1984-2008 ... 161

(20)

xix

18. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Penduduk Indonesia yang Pergi ke

Luar Negeri, Tahun 1984-2008 ... 172 19. Distribusi Persamaan Menurut Klasifikasi Nilai RMSPE dan U-Theil ... 177 20. Hasil Simulasi Dasar Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan

Penerimaan Devisa, Tahun 2012 ... 179 21. Hasil Simulasi Dasar Penduduk Indonesia Yang Pergi ke Luar Negeri dan

Pengeluaran Devisanya, Tahun 2012 ... 179 22. Hasil Simulasi Saat Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Macanegara Naik 2 Persen ... 181 23. Hasil Simulasi Saat Gross Domestic Product Indonesia Naik 6.5 Persen... 184 24. Hasil Simulasi Outbound Ketika Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen ... 185 25. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Suku Bunga Naik 25 Basis

Poin ... 187 26. Hasil Simulasi Outbound dan Haji Saat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin 189 27. Hasil Simulasi Saat Gross Domestic Product Enam Negara Asal

Wisatawan Mancanegara Naik 2 Persen dan Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen ... 191 28. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Gross Domestic Product

Enam Negara Asal Wisman Naik 2 Persen dan Suku Bunga Indonesia

Naik 25 Basis Poin ... 194 29. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen dan Suku Bunga Indonesia Naik 25 Basis Poin. 196 30. Hasil Simulasi Outbound Ketika Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen dan Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 199 31. Hasil Simulasi Wisatawan Mancanegara Saat Gross Domestic Product

Indonesia Naik 6.5 Persen dan Suku Bunga Indonesia Turun 25 Basis

Poin ... 203 32. Hasil Simulasi Outbound Ketika Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen dan Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 205 33. Hasil Simulasi Ketika Travel Warning Diterapkan oleh Enam Negara

(21)

34. Hasil Simulasi Ketika Nilai Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata

Uang Enam Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 210 35. Hasil Simulasi Outbound Ketika Nilai Rupiah Menguat 10 Persen

terhadap Mata Uang Amerika Serikat ... 213 36. Hasil Simulasi Ketika Nilai Rupiah Menguat 10 Persen terhadap Mata

Uang Enam Negara Asal Wisatawan Mancanegara dan Inflasi 5 Persen di

Indonesia ... 215 37. Hasil Simulasi Gross Domestic Product Indonesia Meningkat 6.5 Persen 219 38. Hasil Simulasi Tingkat Suku Bunga Meningkat 25 Basis Poin ... 220 39. Hasil Simulasi Gross Domestic Product Indonesia Meningkat 6.5 Persen

dan Tingkat Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 221 40. Hasil Simulasi Gross Domestic Product Indonesia Meningkat 6.5 Persen

dan Tingkat Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 222 41. Hasil Simulasi Penguatan Nilai Rupiah Sebesar 10 Persen terhadap Mata

Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara ... 223 42. Hasil Simulasi Inflasi Indonesia Sebesar 5 Persen dan Penguatan Nilai

Rupiah Sebesar 10 Persen terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan

Mancanegara ... 224 43. Sepuluh Sektor dengan Indeks Daya Penyebaran Tertinggi ... 227 44. Sepuluh Sektor dengan Indeks Derajat Kepekaan Tertinggi ... 228 45. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 2 Persen Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 245 46. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Sebesar 6.5 Persen

Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 248 47. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Tingkat Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Menurut

Sektor/Subsektor (Persen) ... 250 48 Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 2 Persen dan Gross Domestic Product Indonesia

(22)

xxi

49. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga Naik Sebesar 25

Basis Poin Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 256 50. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Sebesar 6.5 Persen dan Peningkatan Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Menurut

Sektor/Subsektor (Persen) ... 259 51. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia Sebesar 6.5 Persen dan Penurunan Tingkat Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Menurut

Sektor/Subsektor (Persen) ... 262 52. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Diterapkannya Travel Warning Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 266 53. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Menguatnya Nilai Rupiah terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Sebesar 10 Persen Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 268 54. Dampak Wisatawan Mancanegara dalam Perekonomian Indonesia Akibat

Menguatnya Nilai Rupiah terhadap Mata Uang Negara Asal Wisatawan Mancanegara Sebesar 10 Persen dan Inflasi di Indonesia Sebesar 5 Persen

Menurut Sektor/Subsektor (Persen) ... 270 55. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Gross Domestic Product Sebesar 6.5 Persen Jika Dibelanjakan di

Indonesia, Menurut Komponen Ekonomi ... 272 56. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Suku Bunga Sebesar 25 Basis Poin Jika Dibelanjakan di Indonesia,

Menurut Komponen Ekonomi ... 273 57. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Penguatan

Mata Uang Rupiah Sebesar 10 Persen terhadap US$ Jika Dibelanjakan di

Indonesia, Menurut Komponen Ekonomi ... 274 58. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Gross Domestic Product Sebesar 6.5 Persen dan Peningkatan Suku Bunga

25 Basis Poin Jika Dibelanjakan di Indonesia, Menurut Komponen

Ekonomi ... 275 59. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Peningkatan

Gross Domestic Product Sebesar 6.5 Persen dan Penurunan Suku Bunga

25 Basis Poin Jika Dibelanjakan di Indonesia, Menurut Komponen

(23)

60. Dampak Outbound dalam Perekonomian Indonesia Akibat Penguatan Nilai Rupiah Terhadap US$ Sebesar 10 Persen Jika Dibelanjakan di

(24)

1. Distribusi Penerimaan Devisa Menurut Komoditi Tahun 2008 ... 1 2. Neraca Perjalanan Pariwisata di Indonesia Tahun 1993 – 2008 ... 6 3. Form of Tourism ... 18 4. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan ... 20 5. Dampak Travel Warning ... 38 6. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Output ... 40 7. Dampak Biaya Fiskal ... 42 8. Dampak Kebijakan terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Neraca Pariwisata .. 46 9. Kerangka Pikir ... 50 10. Model Penerimaan Devisa Pariwisata ... 82 11. Model Pengeluaran Devisa oleh Penduduk Indonesia ... 83 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dunia Menurut Area, Tahun

1995-2008 ... 93 13. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Singapura, Tahun 1996-2008 ... 107 14. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Singapura Per

Kunjungan, Tahun 1996 – 2008 ... 108 15. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia, Tahun 1996 – 2008 ... 109 16. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Malaysia Per

Kunjungan, Tahun 1996 – 2008 ... 111 17. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Jepang, Tahun 1996 – 2008 ... 113 18. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Australia, Tahun 1996 – 2008 ... 115 19. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Australia Per

Kunjungan, Tahun 1996 – 2008 ... 117 20. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Amerika Serikat, Tahun 1996 –

2008 ... 120 21. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Amerika Serikat Per

(25)

22. Kunjungan Wisatawan Mancanegara Asal Inggris, Tahun 1996 – 2008 .... 124 23. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Asal Inggris Per

Kunjungan, Tahun 1996 -2008 ... 125 24. Dampak Ekonomi Pertumbuhan Gross Domestic Product Enam Negara

Utama Asal Wisatawan Mancanegara Sebesar 2 Persen ... 230 25. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5

Persen ... 231 26. Dampak Ekonomi Peningkatan Suku Bunga 25 Basis Poin ... 233 27. Dampak Ekonomi Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Naik 2 Persen dan Gross Domestic Product Indonesia Naik

6.5 Persen ... 235 28. Dampak Ekonomi Gross Domestic Product Negara Asal Wisatawan

Mancanegara Naik 2 Persen dan Tingkat Suku Bunga di Indonesia Naik 25

Basis Poin ... 236 29. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5

Persen dan Suku Bunga Naik 25 Basis Poin ... 238 30. Dampak Ekonomi Peningkatan Gross Domestic Product Indonesia 6.5

Persen dan Suku Bunga Turun 25 Basis Poin ... 240 31. Dampak Diterapkannya Travel Warning ... 241 32. Dampak Ekonomi Penguatan Nilai Rupiah terhadap Mata Uang

Negara Asal Wisatawn Mancanegara Sebesar 10 Persen ... 242 33. Dampak Ekonomi Penguatan Nilai Rupiah terhadap Mata Uang Negara

Asal Wisatawan Mancanegara Sebesar 10 Persen dan Inflasi di Indonesia

(26)

1.1.Latar Belakang

Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam perolehan devisa negara. Seperti diungkapkan oleh presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dalam Rakortas di Tampak Siring, Bali pada tahun 2005 yang lalu bahwa selain pendapatan pajak, bea cukai, BUMN, dan Migas, pariwisata juga menjadi andalan pendapatan negara.

Bahan kimia 3.3%

Kertas dan barang dari kertas

4.5%

Kayu olahan 3.3%

Tekstil 4.9%

Alat listrik 6.2%

Pakaian jadi 7.2%

Pariwisata 8.8%

Karet olahan 9.0%

Minyak klp sawit 14.7%

Minyak & gas bumi 34.5% Makanan olahan

3.6%

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 (diolah)

Gambar 1. Distribusi Penerimaan Devisa Menurut Komoditi Tahun 2008

(27)

kembali pertumbuhan dunia usaha di Indonesia. Selama ini sektor pariwisata masuk dalam kelompok sepuluh besar penyumbang ekspor di Indonesia.

(28)
(29)

Kinerja sektor pariwisata sebagai penghasil devisa ditentukan oleh kemampuan kita untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia. Oleh karena itu, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sangat berpengaruh terhadap besarnya devisa yang diperoleh dari sektor pariwisata. Semakin besar jumlah wisatawan mancanegara, maka secara total akan semakin besar uang yang dibelanjakan oleh wisatawan.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia memiliki pergerakan positif dari tahun ke tahun. Tetapi sejak tahun 1998 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mengalami pergerakan naik turun yang tidak menentu. Begitu juga dengan devisa dari sektor pariwisata, karena devisa sektor pariwisata sangat tergantung jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Bahkan penurunan devisa sudah tampak sejak tahun 1997.

Di masa mendatang, sektor pariwisata ini diharapkan akan lebih memainkan peran yang semakin kuat terutama dalam menghadapi berlangsungnya revolusi 3T (Transportation, Telecomunication, and Tourism). Keberhasilan dalam revolusi 3T ini ditunjukkan melalui beberapa indikator, seperti semakin berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi, volume perdagangan serta jumlah manusia yang melakukan perjalanan, yang hampir merata di seluruh dunia. Untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi, dibutuhkan adanya suatu kajian kuantitatif untuk menunjang rencana yang matang agar kebijakan pemerintah di bidang pariwisata lebih terarah sehingga pembangunan pariwisata Indonesia dapat lebih berkembang secara pesat di masa yang akan datang.

(30)

hiburan lainnya, yang dilakukan baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara, memberikan penghasilan pada sektor-sektor terkait. Di samping itu permintaan wisatawan akan barang dan jasa akan merangsang pertumbuhan produksi dan pendapatan nasional/regional, baik langsung maupun tidak langsung.

Di sisi lain pengeluaran penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di luar negeri untuk rekreasi, menginap di hotel, serta penggunaan fasilitas jasa-jasa hiburan lainnya di luar Indonesia akan mengurangi penerimaan devisa negara, termasuk di dalamnya perjalanan ibadah haji dan umroh. Hal ini akan berpengaruh dalam neraca pembayaran luar negeri.

Neraca pembayaran luar negeri (Balance of Payment/BOP) mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia, yang sistem ekonominya terbuka dan transaksi eksternalnya makin terus membesar. Total perdagangan luar negeri (jumlah ekspor) berkembang sangat pesat dari US$100,798.6 juta menjadi US$137 020.4 juta dalam kurun waktu 2006 - 2008.

(31)

Peran BOP di masa depan dalam era globalisasi dan perdagangan bebas akan makin bertambah penting dengan makin berkembangnya perdagangan dan investasi luar negeri. Sementara itu peran pariwisata dalam BOP sangat positip, karena menyumbang "surplus" dalam perolehan devisa. Sedang neraca jasa secara keseluruhan masih selalu defisit. Namun demikian surplus neraca perjalanan ini ada kecenderungan yang terus semakin menurun.

Pada tahun 1993 sampai dengan 1996 terjadi peningkatan penerimaan devisa dari sektor pariwisata, sementara pengeluaran devisa pariwisata masih lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan penerimaannya sehingga neraca pariwisatanya masih menunjukkan pertumbuhan yang positip seperti terlihat dalam Gambar 2.

-6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

Tahun

M

il

ia

r

U

S

$

Inbound 3.99 4.79 5.23 6.31 5.32 4.33 4.71 5.75 5.43 4.5 4.04 4.8 4.52 4.45 5.35 7.35

Outbound -1.54 -1.9 -2.17 -2.4 -2.41 -2.1 -2.35 -3.2 -2.35 -2.96 -3.19 -3.39 -2.81 -3.86 -4.33 -5.25

Balance 2.45 2.89 3.06 3.91 2.91 2.23 2.36 2.55 3.08 1.53 0.85 1.41 1.71 0.59 1.02 2.1

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 (diolah)

(32)

Sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan 1997 telah mengakibatkan neraca perjalanan ini mengalami penurunan walaupun jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri juga menurun tetapi penurunan jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia jauh lebih banyak. Hal ini semata-mata tidak disebabkan oleh jatuhnya nilai rupiah terhadap semata-mata uang US$ yang mestinya akan lebih meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia karena harga barang di Indonesia menjadi murah di mata asing, akan tetapi terjadinya krisis multidimensi di Indonesia menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah kunjungan wisman, terutama yang berkaitan dengan masalah keamanan.

Untuk mengatisipasi fluktuasi penerimaan devisa di sektor pariwisata perlu adanya metode estimasi yang secara statistik bisa dipertanggung-jawabkan agar supaya arah kebijakan nasional di sektor ini menjadi lebih terarah. Sampai dengan saat ini masih terbatas adanya kajian tentang model ekonometrika untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi neraca pariwisata. Dengan model ekonometrika bisa dilakukan simulasi untuk melihat fluktuasi penerimaan maupun pengeluaran devisa pariwisata jika faktor yang mempengaruhinya terjadi perubahan.

1.2. Rumusan Masalah

(33)

kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara (inbound) maupun wisatawan Indonesia yang pergi ke luar negeri (outbound).

Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat saat ini memudahkan seseorang untuk memperoleh informasi secara cepat dan mudah. Mudahnya memperoleh informasi ini sejalan dengan era globalisasi dan terjadinya liberalisasi sektor ekonomi di berbagai negara, merupakan tantangan besar bagi segenap negara di dunia pada abad 21 ini. Liberalisasi dan globalisasi tentu saja menempatkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, pada posisi yang harus menghadapi tantangan semakin kompleks untuk menuju pada langkah kompetitif dan tetap dapat berpartisipasi dalam persaingan global.

Pariwisata seperti halnya sektor perekonomian lainnya, memiliki peluang semakin berkembang yang cukup besar, dengan adanya liberalisasi. Hal tersebut disebabkan oleh karena semakin mudahnya akses sarana transportasi antarnegara serta semakin terbukanya penduduk melakukan perjalanan antarnegara, meningkatnya volume perdagangan internasional, dan masuknya/ keluarnya investasi dari/ke luar negeri.

Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi pada periode tahun 1991-1994, di mana pada tahun 1991 Indonesia mencanangkan program Visit Indonesia Year

(34)

Terjadinya krisis ekonomi global pada bulan Juli 1997 menjadi salah satu pemicu turunnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Pada tahun tersebut pertumbuhan jumlah wisatawan mancanegara hanya mencapai 2.99 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana 7 tahun sebelumnya selalu mengalami pertumbuhan 2 dijit. Pada tahun berikutnya terjadi krisis multidemensi yang memperparah imej Indonesia di mata dunia dengan terjadinya kerusuhan yang melanda di hampir semua kota-kota besar Indonesia. Tingkat keamanan inilah yang menjadi pemicu turunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia di mana pada tahun 1998 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman sebesar 11.16 persen. Di sisi lain jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri meningkat cukup signifikan.

Upaya pemulihan untuk keluar dari krisis multidemensi sudah mulai nampak hasilnya di awal tahun 2002. Namun demikian pada tahun 2002 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menurun 2.33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai gejolak, khususnya faktor keamanan seperti tragedi peledakan Bom 14 Oktober 2002 di Bali yang sangat mempengaruhi pertumbuhan pariwisata secara signifikan, khususnya wisatawan mancanegara. Kondisi stagnasi pariwisata Indonesia tentu saja memerlukan pemikiran kembali dari berbagai pijakan pengembangannya dan terobosan-terobosan baru sangat diperlukan sebagai salah satu langkah untuk mengangkat citra pariwisata nasional.

(35)

sendiri bagi dunia pariwisata Indonesia yang didukung oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari luar negeri. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan perjalanan, termasuk wisatawan mancanegara. Selain faktor keamanan di negara yang akan dikunjungi wisatawan seperti yang telah diuraikan di atas, faktor pendapatan, harga tiket penerbangan, dan lain sebagainya juga akan berpengaruh terhadap minat sesorang untuk melakukan perjalanan wisata.

Di satu sisi pariwisata sebagai industri yang tengah berada dalam lingkungan kompetisi dunia yang sangat ketat memerlukan inovasi dan strategi bersaing dalam memposisikan produk dan pasarnya. Keterkaitan lintas sektoral pariwisata akan menjadi mata rantai pendukung bagi gerak ke depan (moving

forward) pembangunan nasional. Tingginya efek multiganda dari pendapatan di

sektor pariwisata akan sangat banyak memberikan kontribusi dan dampak berantai terhadap berbagai sektor dalam pendapatan nasional maupun regional.

Industri pariwisata banyak memiliki keterkaitan dengan berbagai isu yang populer di dunia. Sebagai salah satu sektor yang bergerak pada bidang jasa, isu-isu yang ada memiliki pengaruh besar terhadap keyakinan konsumen, yaitu wisatawan terutama dalam kaitannya dengan motivasi perjalanan pada suatu daerah tujuan wisata. Isu yang negatif akan cenderung berakibat negatif terhadap penilaian konsumen, sementara isu-isu yang positif juga akan berdampak pada penilaian yang positif dari wisatawan.

(36)

erat, dan dalam hal ini Indonesia masuk sebagai salah satu kawasan yang rawan terhadap isu-isu tersebut.

Pasca peristiwa WTC (World Trade Center) 11 September 2001 isu mengenai terorisme terus berkembang dan meluas di berbagai negara. Sikap anti terorisme yang kemudian berkembang menjadi isu SARA terutama terhadap agama Islam, di mana kemudian muncul berbagai reaksi dan memiliki dampak yang kurang baik terhadap kaum muslimin. Dalam konsekuensi yang lebih besar isu ini kemudian berkembang menjadi sikap anti muslim, yang berdampak pada citra negatif negara-negara Islam, termasuk Indonesia. Keadaan demikian secara tidak langsung telah menjadi hambatan bagi pihak-pihak yang ingin mengadakan perjalanan ke negara-negara Islam, termasuk wisatawan.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Banyaknya faktor yang mempengaruhi penduduk untuk melakukan perjalanan internasional berbeda-beda untuk setiap negara. Demikian juga halnya dengan pengeluaran mereka selama dalam perjalanan yang merupakan lalu-lintas devisa antarnegara. Oleh karena itu salah satu rumusan masalah dalam disertasi ini adalah: faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan devisa yang dibawa oleh wisatawan mancanegara dan pengeluaran devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia ke luar negeri?

2. Bagaimana dampak inbound dan outbound serta lalu lintas devisa yang masuk dan keluar Indonesia saat terjadi shock di dalam negeri?

(37)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan devisa yang dibawa oleh wisman dan pengeluaran devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia ke luar negeri.

2. Melakukan estimasi jumlah kunjungan wisman dan penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri serta berapa banyaknya devisa yang masuk dan ke luar Indonesia dengan menggunakan model ekonometrika serta melakukan simulasi kebijakan untuk mengetahui dampaknya terhadap inbound dan

outboud serta lalu lintas devisanya

3. Mengukur dan menganalisis dampak ekonomi dari devisa yang dibawa oleh wisman.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Sebagai bahan masukan pemerintah dalam merumuskan kebijakan di bidang pariwisata dalam upaya meningkatkan penerimaan devisa melalui wisman serta pengeluaran devisa melalui penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri.

2. Sebagai bahan rencana pengembangan usaha oleh penyedia jasa pariwisata dengan melihat peluang dan prospek meningkatnya lalu lintas penduduk antarnegara.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan

(38)

dengan menggunakan model ekonometrika untuk mengetahui peran masing-masing faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan mancanegara serta penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini:

1. Data pergerakan manusia antar negara selama ini pencatatannya dilakukan oleh imigrasi, sehingga mereka yang melakukan perjalanan secara ilegal (tidak melalui pintu imigrasi) maka tidak akan dicatat dalam statistik inbound dan

outbound.

2. Data penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri dari imigrasi hanya bisa diketahui jumlahnya, sementara tujuan negara mereka pergi ke luar negeri tidak dicatat oleh imigrasi. Di sisi lain wisatawan mancanegara bisa diketahui asal negaranya maupun kebangsaaannya.

3. Lalu lintas devisa yang dihitung tidak bisa langsung dilakukan secara bersamaan dan terus menerus seperti pencatatan ekspor-impor barupa barang yang dilakukan oleh bea cukai. Sehingga data lalu lintas devisanya dihitung berdasarkan perkalian jumlah orang yang berkunjung dengan rata-rata pengeluarannya yang diperoleh melalui survei secara terpisah.

4. Survei rata-rata pengeluaran wisman (inbound) maupun penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri (outbound) yang dilakukan setahun dua kali, yaitu pada masa low dan peak, belum sepenuhnya mewakili pengeluaran inbound

(39)
(40)

2.1.1. Pariwisata dari Sisi Penawaran

Pariwisata dapat di lihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, usaha pariwisata terdiri dari 13 jenis usaha, yaitu:

1. Usaha daya tarik wisata, yaitu usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan manusia.

2. Usaha kawasan pariwisata, yaitu usaha yang kegiatannya membangun dan atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

3. Usaha jasa transportasi wisata, yaitu usaha khusus yang menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum.

(41)

5. Usaha jasa makanan dan minuman, yaitu usaha jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, dapat berupa restoran, kafe, jasa boga, dan bar/kedai minum. 6. Usaha penyediaan akomodasi, yaitu usaha yang menyediakan pelayanan

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Usaha penyediaan akomodasi bisa berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan pariwisata.

7. Usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, yaitu usaha yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, bioskop, sertakegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.

8. Usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, yaitu usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.

9. Usaha jasa informasi pariwisata, yaitu usaha yang menyediakan data, berita,

feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang

disebarluaskan dalam bentuk bahan cetak dan atau elektronik.

(42)

11. Usaha jasa pramuwisata, yaitu usaha yang menyediakan dan atau mengoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan atau kebutuhan biro perjalanan wisata.

12. Usaha wisata tirta, yaitu usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.

13. Usaha spa, yaitu usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan budaya bangsa.

2.1.2. Pariwisata dari Sisi Permintaan

Berdasarkan rekomendasi tentang statistik pariwisata yang diadopsi dari

World Tourism Organization oleh United Nations Statistical Commission pada

tahun 1993 bahwa pariwisata dari sisi permintaan dapat dibedakan menjadi tiga

jenis (Gambar 3), yaitu:

1. Domestic tourism1, yaitu penduduk suatu negara yang melakukan perjalanan

dalam wilayah terotori negara dimana mereka tinggal

2. Inbound tourism, yaitu penduduk luar negeri yang melakukan perjalanan ke

suatu negara

1

(43)

3. Outbound tourism, yaitu penduduk yang melakukan perjalanan ke luar negeri.

Sumber: Recommendation of Tourism Statistics, World Tourism Organization, 1994

Gambar 3. Form of Tourism

Dari tiga klasifikasi seperti yang terlihat pada Gambar 3 dapat dilakukan redefinisi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Internal tourism, yang terdiri dari inbound tourism dan domestic tourism di mana aktivitas pariwisata terjadi dalam wilayah teritori suatu negara baik yang dilakukan oleh penduduk yang ada di negara tersebut maupun penduduk luar negeri

2. National tourism, terdiri dari domestic tourism dan outbound tourism adalah

aktivitas pariwisata yang dilakukan oleh penduduk suatu negara baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Domestic

Outbound

Inbound

International

Inte rna

l Nationa

l

(44)

3. International tourism, yaitu aktivitas pariwisata internasional yang melibatkan

penduduk suatu negara di luar negeri dan penduduk luar negeri di negara yang

bersangkutan.

Pokok bahasan dalam tulisan ini adalah international tourism yang berkaitan

dengan inbound (wisatawan mancanegara) dan outbound (penduduk Indonesia yang pergi ke luarnegeri).

Batasan wisatawan mancanegara (wisman) atau inbound adalah setiap

orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat

yang dikunjungi. Wisatawan mancanegara pada dasarnya dibagi dalam dua golongan (Gambar 4).

1. Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung yang tinggal di negara yang dituju

paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam)2 bulan, dengan

tujuan: (1) berlibur, rekreasi dan olah raga; (2) bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan

kesehatan, belajar, dan keagamaan.

2. Pelancong (excursionist), yaitu pengunjung yang tinggal di negara yang dituju

kurang dari 24 jam, termasuk cruise passanger (penumpang kapal pesiar)yang berkunjung ke suatu negara dengan kapal pesiar untuk tujuan wisata, lebih

atau kurang dari 24 jam tetapi tetap menginap di kapal bersangkutan.

2

(45)

Orang yg Melakukan

Sumber: Recommenation on Tourism Statistics, World Tourism Organization, 1993

(46)

Konsep wisatawan Indonesia yang pergi ke luar negeri (outbound) adalah kebalikan dari inbound, yaitu penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri bukan untuk bekerja atau memperoleh penghasilan di luar negeri dan tinggal tidak lebih dari 6 bulan3 berturut-turut dengan maksud kunjungan untuk: (1) Berlibur, (2) Pekerjaan/bisnis, (3) Kesehatan, (4) Pendidikan, (5) Misi/pertemuan/kongres, (6) Mengunjungi teman/keluarga, (7) Keagamaan, (8) Olahraga, dan (9) Lainnya. Sehingga dalam klasifikasi ini termasuk penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan untuk ibadah haji dan umroh.

2.1.3. Neraca Perjalanan Wisata

Wisatawan mancanegara yang membelanjakan uangnya selama mereka di Indonesia akan berdampak secara nasional maupun lokal di daerah yang mereka kunjungi. Pengeluaran 4 mereka untuk akomodasi, makan, transportasi lokal (domestic transport), souvenir dan lain-lain adalah merupakan pemasukan devisa melalui konsumsi barang dan jasa seperti tersebut di atas yang mereka nikmati selama mereka di Indonesia maupun yang mereka bawa pulang ke negeri asalnya.

Dalam konteks balance of payment (neraca pembayaran), pariwisata merupakan bagian daritravel balance (neraca perjalanan)dalam neraca jasa-jasayang didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan devisa dari luar negeri yang dibawa oleh wisatawan mancanegara (inbound) dengan pengeluaran devisa

3

Berdasarkan konsep WTO adalah 1 (satu) tahun. Namun disesuaikan dengan konsep kependudukan Indonesia, apabila mereka tinggal sudah lebih dari 6 (enam) bulan di luar negeri secara berturut-turut meraka tidak dianggap sebagai penduduk Indonesia. Dalam menghitung jumlah outbound di sini menurut IMF termasuk mereka yang tinggal lebih dari satu tahun di luar negeri dengan tujuan untuk belajar (student) dan berobat (medical patient)

4

(47)

ke luar negeri yang dibawa oleh penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri (outbound). Perjalanan dalam hal ini adalah perjalanan di luar lingkungan kesehariannya kurang dari enam bulan berturut-turut dan bukan untuk memperoleh penghasilan di tempat (negara) yang dikunjungi. Dalam neraca jasa sektor pariwisata ini sering juga disebut sebagai “invisible” ekspor dan impor

karena keunikan proses terjadinya perdagangan,di mana wisatawan sebagai konsumen mengkonsumsi jasa/barang di negara asal jasa/barang.

Penghitungan devisa pariwisata ini tidak seperti penghitungan ekspor-impor barang yang dicatat melalui bea cukai. Devisa pariwisata yang diterima dihitung melalui estimasi berdasarkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dikalikan dengan rata-rata pengeluaran mereka selama berada di Indonesia yang diperoleh dari hasil “Passangers’ Exit Survey” (PES) yang

dilakukan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Sementara hal yang sama juga dilakukan untuk menghitung jumlah devisa yang dibawa oleh penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri, yaitu merupakan perkalian antara jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri dengan rata-rata pengeluaran mereka selama berada di luar negeri yang diperoleh melalui

Survey Outbound yang dilakukan oleh instansi yang sama.

2.2. Penelitian yang Pernah Dilakukan

(48)

perdagangan jasa menjadi kurang yakin. Lipsey (2006) mencoba untuk mendiskripsikan tentang perdagangan jasa (export dan import) dengan menggunakan beberapa contoh angka dari beberapa negara, antara lain Amerika Serikat. Berdasarkan data terakhir perdagangan jasa di dunia ini mencapai seperempat dari total perdagangan barang. Dari tahun ke tahun pertumbuhan perdagangan jasa ini terus meningkat, khususnya sejak tahun 1975. Ini dikarenakan sudah mulai banyak negara yang menghitung perdagangan jasa secara cermat, di mana pada tahun tahun sebelumnya masih sekedar diperkirakan dengan hasil yang masih underestimate.

Di Amerika sendiri, menurut Lepsey (2006), ekspor jasa, termasuk pariwisata telah mencapai 40 persen dari total ekspor barang, sementara impor jasanya mencapai 20 persen dari total impor jasa. Namun peningkatan impor jasa ini meningkat lebih cepat jika dibandingkan dengan peningkatan impor barang dalam lima tahun terakhir ini. Dibandingkan dengan output barang dan jasa, ekspor dan impor jasa ini jauh lebih kecil dari pada ekspor dan impor barang.

Untuk menghitung nilai ekspor dan impor jasa pariwisata ini berbeda dengan cara menghitung ekspor dan impor barang, di mana ekspor jasa dikonsumsi oleh bukan penduduk suatu negara (non-resident) sementara impor jasa dikonsumsi oleh penduduk suatu negara (resident) atas produk luar negeri di negara yang mereka kunjungi. Dalam hal ini jasa yang diekspor atau diimpor tidak melalui pencatatan oleh bea cukai (custom) yang bertugas untuk mencatat semua keluar-masuk barang dari dalam dan ke luar negeri. Kesulitan muncul saat jasa pendidikan di Amerika Serikat yang menerima mahasiswa dari luar negeri sebagai

(49)

menjadi tidak benar karena pada hakekatnya tidak terjadi ekspor. Dan perdagangan jasa yang terjadi adalah perdagangan domestik karena jasa tersebut dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri sendiri. Namun berdasarkan Balance of

Payment Manual edisi kelima oleh IMF (1993) dinyatakan bahwa khusus untuk

pasien rumah sakit (medical patients) dan mahasiswa (students) tetap sebagai

non-resident walaupun masa tinggalnya lebih dari satu tahun. Secara umum apabila

penduduk tinggal di suatu negara lebih dari satu tahun tanpa melihat kewarganegaraanya dianggap sebagai resident.

Perbedaan antara data statistik dengan Balance of Payment dalam pencatatan perdagangan barang dan jasa terletak pada perpindahan kepemilikan barang bukan pada perpindahan fisik lokasi barang. Barang dan jasa yang dibeli dalam suatu negara oleh non-resident dicatat sebagai transaksi domestik untuk data statistik sementara dalam BOP dicatat sebagai ekspor jasa karena kepemilikannya telah berpindah dari produk negara tersebut ke non-resident. Sebaliknya, penduduk suatu negara yang pergi ke luar negeri dan mengkonsumsi barang/jasa di luar negeri, tidak akan dicatat dalam data statistik. Namun dalam BOP transaksi ini dicatat sebagai impor jasa karena adanya perpindahan kepemilikan dari barang/jasa produk luar negeri ke penduduk suatu negara.

Ada dua lembaga dunia yang menaungi aktivitas pariwisata yaitu WTO

(World Trade Organization) dan UNWTO (United Nation World Tourism

Organization). Pemahaman pariwisata dari kedua lembaga tersebut berbeda.

Dalam WTO pengertian pariwisata hanya terbatas pada hotel, restoran, biro perjalanan dan pemandu wisata. Definisi ini mengacu pada General Agreement on

(50)

luas selain mencakup yang didefinisikan oleh WTO juga meliputi semua usaha yang melayani wisatawan (Roe et al., 2004).

Dalam menghadapi era globalisasi ini, negara berkembang, seperti Indonesia, menghadapi tantangan eksternal yang terus menekan laju pertumbuhan ekonomi yaitu meningkatnya harga minyak dunia dan gejolak nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Selain itu tantangan eksternal yang dihadapi adalah komitmen Indonesia untuk melakukan liberalisasi perdagangan sesuai kesepakatan AFTA dan WTO. Di sisi lain tantangan internal juga menjadi hambatan tersendiri dalam mengatasinya seperti masalah kesempatan kerja (pengangguran yang meningkat), defisit neraca pembayaran yang kronis dan terus meningkat, hutang luar negeri yang terus meningkat dan kesenjangan yang semakin lebar dalam distribusi pendapatan (Gonarsyah etal., 2002).

Attanayake (1983) mengatakan, seperti aktivitas ekonomi lainnya, pariwisata internasional (inbound dan outbound) juga dipengaruhi oleh perekonomian dunia yang dinamis serta perubahan sosial ekonomi masyarakat. Kenaikan harga minyak dunia, isu terorisme serta situasi sosial politik dunia berdampak terhadap aktivitas perjalanan penduduk dunia. Namun tidak diragukan lagi bahwa pariwisata akan terus berkembang menjadi industri utama dunia.

(51)

LM unit root test guna menentukan data series yang digunakan apakah stasioner atau tidak stasioner. Dari hasil uji hipotesa dengan level of significant sebesar 10persen untuk Mesir dan 1 persen untuk Israel menolak null hipotesa bahwa data series yang diuji ternyata stasioner artinya bahwa shock yang terjadi secara tidak langsung hanya bersifat sementara terhadap kunjungan wisatawan yang ada di kedua negara tersebut. Dalam tulisan tersebut juga dijelaskan bahwa terorisme yang terjadi di Mesir sebagian besar ditujukan kepada wisatawan dan daerah tujuan wisata, namun tidak demikian halnya yang terjadi di Israel. Dari data series yang dipakai untuk uji hipotesa menyatakan bahwa pada tahun 1991 terjadi shock

yang sangat significant terhadap perkembangan pariwisata di Timur Tengah saat terjadinya perang teluk.

Pariwisata memiliki dampak yang cukup signifikan dalam perekonomian suatu negara yaitu penerimaan devisa dari luar negeri serta penciptaan lapangan kerja sehingga tidak mengherankan bahwa pariwisata adalah merupakan kegiatan ekonomi yang ikut menggerakkan perekonomian dunia (Katafano, 2004).

(52)

SelanjutnyaChase dan McKee (2003) mengukur dampak ekonomi pariwisata kapal pesiar di Jamaica menggunakan model Keynesian dengan tiga persamaan regresi masing-masing untuk melihat dampak terhadap pengeluaran pemerintah, import, dan investasi. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pariwisata kapal pesiar tidak berdampak terhadap pengeluaran pemerintah. Namun multiplier dalam persamaan investasi menunjukkan bahwa pariwisata kapal pesiar ini akan meningkatkan investasi di Jamaica. Demikian juga halnya dalam persamaan impor, jenis pariwisata ini memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Ini menunjukkan bahwa devisa yang dibawa oleh wisatawan ke Jamaica oleh wisatawan, sebagian akan mengalir kembali ke luar negeri dalam bentuk impor makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh wisatawan.

Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan dalam neraca pembayaran dan sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positipnya dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang mempunyai dampak multidimensi (Aly, 2002).

Menurut Roe et tal. (2004), pariwisata sebagai sektor tumbuh begitu pesat di negara berkembang. Pada tahun 2004 sumbangan kegiatan pariwisata dan perjalanan sebesar 11 persen terhadap GDP dunia sementara ekpor pariwisata

(inbound) mencapai 6-7 persen dari total ekspor barang dan jasa. Pada tahun 1980

(53)

Sebagai contoh lain di salah satu negara maju, penerimaan devisa pariwisata di Canada pada tahun 2002 mencapai 51.8 juta US$ dan pariwisata ini memberikan sumbangan terhadap GDP sebesar 2.3 persen. Menurut Organization

for Economics Cooperation and Development (OECD) pariwisata adalah

merupakan industri jasa yang paling besar dan paling dinamis di negara anggota OECD termasuk negara-negara berkembang yang diharapkan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Kegiatan pariwisata bisa menciptakan lapangan kerja untuk penduduk tua maupun muda dengan keahlian yang sangat bervariasi mulai dari daerah perkotaan sampai ke perdesaan. Di Canada tenaga kerja di bidang pariwisata baik laki-laki maupun perempuan memberikan sumbangan hampir 4 persen terhadap total angkatan kerja (Tourism Count, 2004).

Dampak ekonomi pariwisata ini juga dinyatakan oleh Attanayake (2004) bahwa dampak ini muncul ketika wisatawan datang ke tempat tujuan menjadi konsumen barang dan jasa di tempat yang dikunjungi. Pengeluaran mereka biasanya lebih besar jika dibandingkan dengan pengeluaran di tempat tinggalnya. Dari sisi wisatawan, barang dan jasa yang mereka konsumsi adalah merupakan produk pariwisata seperti akomodasi, makanan dan minuman, angkutan, hiburan dan sebagainya. Semua produk tersebut adalah intangible, sementara yang lainnya

tangible. Ini adalah alasan mengapa pariwisata dikategorikan sebagai invisible

export dalam neraca pembayaran. Karakteristik penting lainnya dari produk

pariwisata adalah tetap dalam waktu dan ruang karena tidak bisa disimpan maupun dipindahkan.

(54)

sampai pekerja tradisional (unskilled labor) sehingga pariwisata bisa sebagai salah satu sektor yang bisa ikut mengentaskan kemiskinan masyarakat yang berada di sekitar daerah tujuan wisata.

Chao et al. (2005) menggunakan framework dynamic general

equilibrium dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pariwisata terhadap

tenaga kerja, akumulasi kapital dan kesejahteraan penduduk untuk negara small

open economy yang belum mencapai tingkat full employment (ada pengangguran).

Dengan menggunakan model ECM (Error Correction Modelling), Tang (2010) meneliti hubungan antara pariwisata dengan pertumbuhan ekonomi di Malaysia. Dari hasil penelitian wisatawan yang berkunjung ke Malaysia dari 12 negara menunjukkan bahwa tidak semua pasar pariwisata Malaysia bisa memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Malaysia. Hanya ada 5 negara yang memberikan kontribusi dalam bertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan hanya 6 negara dalam jangka pendek. Oleh karena itu identifikasi untuk pasar pariwisata potensial menjadi penting agar kebijakan pemasaran pariwisata menjadi lebih efektif.

(55)

Pariwisata merupakan kegiatan yang bersifat padat karya maka perluasan usaha pariwisata akan memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak (Tse, 2001). Namun perluasan di sektor pariwisata ini akan menjadikan kontra produktif terhadap sektor lainnya yaitu akan mengurangi akumulasi kapital, jika non-traded

sektor pariwisata adalah padat karya dibandingkan dengan traded sektor lainnya. Dan jika traded sektor tidak terlalu padat modal, penurunan dalam kapital tidak akan mengurangi perbaikan tingkat kesejahteraan. Namun demikian jika traded

sektor lebih padat modal maka penurunan kapital merupakan faktor yang dominan dalam menurunnya tingkat kesejahteraan. Chao et al. (2005) mencoba simulasi modelnya dengan menggunakan data dari negara Jerman.

Menurut Ashley (2002), pariwisata juga bisa dipakai dalam pengentasan kemiskinan. Ada 3 keuntungan dalam pengembangan pariwisata, yaitu keuntungan dari sisi ekonomi, keuntungan pola hidup masyarakat sekitar (perbaikan sosial budaya penduduk), dan keuntungan partisipasi penduduk dalam pengembangan pariwisata. Fokus pengembangan pariwisata untuk lebih bisa meningkatkan keuntungan secara ekonomi meliputi penggunaaan pekerja lokal dan memberikan kesempatan kepada penduduk lokal untuk berusaha di bidang pariwisata baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam melayani wisatawan. Melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, serta memberikan informasi yang benar kepada masyarakat tentang rencana pengembangan pariwisata yang akan dilakukan bisa memberikan manfaat yang cukup signifikan terhadap masyarakat di sekitar daerah tujuan wisata.

Gambar

Gambar 2. Neraca Perjalanan Pariwisata di Indonesia, Tahun 1993 - 2008
Gambar 3. Form of Tourism
Gambar 5. Dampak Travel Warning
Gambar 6. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap Output
+7

Referensi

Dokumen terkait

Risiko cedera terkait kondisi cedera kepala berat ditandai dengan penurunan kesadaran, tingkat kesadaran koma, dan perdarahan pada kepala dan wajah.. Apa rencana keperawatan

Langkah-langkah yang digunakan dalam penghitungan banyaknya graf sederhana yang tidak isomorfik yaitu: (1) mengidentifikasi banyaknya titik yang akan dihitung, (2)

NGO dapat berperan dalam memperluas (baik secara finansial maupun teknis) serta sekaligus memperkuat dalam program pemberdayaan kapabilitas`masyarakat dalam rehabilitasi

Tiga topic utama yang akan disampaikan dalam mata kuliah ini adalah dasar-dasar teori jaringan komputer (review), perancangan dan arsitektur aplikasi jaringan

sementara BBNB dan bahan teriradiasi. Rak penyimpanan BBNB yang terdapat pada KH-IPSB3 ditunjukkan pada Gambar 1. Rak Penyimpanan BBNB dalam kolam KH-IPSB3[1] Reaktor Serba

TTS (%) Persentase cendana terhadap PAD Dishutbun Kab. Pengelolaan cendana yang dilakukan masyarakat selama ini masih menggandalkan terubusan akar, menanam langsung dengan

Informasi genetik yang diperoleh dari empat populasi udang windu yang digunakan dalam program domestikasi diharapkan dapat digunakan sebagai landasan keberlanjutan program

Mean harga yang dihasilkan analisis MACD sama dan signifikan dengan mean harga penutupan (terendah maupun tertinggi terdekat sebelum harga yang dihasilkan oleh analisis