UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT
BANTU MANAJEMEN DALAM PENGENDALIAN BIAYA
(STUDI KASUS KANWIL PERUM
PEGADAIAN MEDAN)
O LEH:
NAMA
: PUTRI JULIASI LUMBAN GAOL
NIM
: 060503194
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:”Akuntansi
Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya
(Studi Kasus Kanwil Perum Pegadaian Medan)” adalah benar hasil karya saya
sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau
diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data
dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2010
Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya padaMu, Allah Tritunggal, sebab Kau yang layak
dipuji, ku mau bersorak buat anugrah keselamatan yang Tuhan telah percayakan
bagiku. Terima kasih Tuhan buat setiap cinta kasihMu yang menyertai peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada kata yang cukup melukiskan kebaikanMu,
hanya Engkaulah, Allah, penolong yang sejati.
Skripsi ini berjudul ”Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu
Manajemen dalam Pengendalian Biaya (Studi Kasus Kanwil Perum Pegadaian
Medan)”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumetera Utara untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
Peneliti menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, semangat selama proses
penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen
Akuntansi S-1 dan Ibu Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
3. Bapak M. Zainul Bahri Torong, SE, MSi, selaku dosen pembimbing yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dalam proses penyusunan
4. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak dan Drs. Narumondang Bulan Siregar,
MM, Ak selaku dosen penguji dan pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Horas Mulatua Purba selaku Asisten Manajer Treasuri pada Perum
Pegadaian Kanwil Medan, Bapak Lintong, Bapak Indra Jaya Nainggolan dan
Ibu Maria Evikory Nainggolan yang telah banyak membantu saya dalam
melakukan penelitian di Kanwil Perum Pegadaian Medan untuk bahan skripsi
saya.
6. Bapak dan Mama tercinta (Walter Lumban Gaol dan Rosita Nainggolan),
adik-adik saya (Bernardus, Sari dan Michael), dan juga sahabat-sahabat
terbaik saya, terimakasih yang sebesar-besarnya buat doa, kasih sayang,
pengertian, dukungan, materi, yang telah diberikan.
Terimakasih peneliti juga kepada semua pihak-pihak yang terkait yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat menjadi acuan
untuk karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca, bagi pihak yang berkepentingan, serta bagi ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Akuntansi. Terimakasih.
Medan, Juni 2010
Peneliti,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntansi pertanggungjawaban diterapkan pada Perusahaan Umum Pegadaian Medan dan untuk mengetahui bagaimana akuntansi pertanggungjawaban dipakai sebagai alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data dan sumber data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
Akuntansi pertanggungjawaban dapat dipakai sebagai alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya. Maka secara umum berdasarkan pengamatan peneliti meninjau bahwa Perusahaan Umum Pegadaian Medan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban secara baik sehingga manajemen dapat mengendalikan biaya dengan baik.
ABSTRACT
This research
This research was classified as descriptive research. This research used primary and secondary data as the type. Inqury and documentation technique were used as a collecting and analyzing data technique.
aims to determine responsibility accounting is applied on Perusahaan Umum Pegadaian Medan and to know about responsibility accounting is used as a management tool in controlling costs in this company.
Responsibility accounting can be used as a management tool in controlling costs. Therefore, generally based on the observation that researchers review Perusahaan Umum Pegadaian Medan has implemented a good responsibility accounting so that management can control costs better.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN...i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK...iv
ABSTRACT...v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian...6
D. Manfaat Penelitian...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pusat Pertanggungjawaban...7
1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban...7
2. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban...8
3. Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban...11
1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban...13
2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban...15
3. Kondisi-kondisi yang Menunjang Efektivitas Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban...18
4. Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban...19
C. Performance Report sebagai Alat Pertanggungjawaban...19
1. Prinsip Dasar Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Biaya...20
2. Jenis Laporan Pertanggungjawaban Biaya...21
D. Pengendalian Biaya...23
1. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Biaya...23
2. Proses Pengendalian Biaya………...25
3. Penentuan Kontrolabilitas Biaya………..26
E. Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya………...……27
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu……….29
G. Kerangka Konseptual………...31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……..………...33
B. Jenis Data………...34
C. Teknik Pengumpulan Data………….………..34
D. Metode Penganalisaan Data…..………...35
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan umum
Pegadaian Medan...36
a. Sejarah Singkat Perusahaan...36
b. Struktur Organisasi Perusahaan...40
c. Kegiatan Operasi Perusahaan...50
2. Akuntansi Pertanggungjawaban…………...………..53
3. Anggaran Biaya Perusahaan...56
4. Laporan Manajer Pusat Pertanggungjawaban Biaya…….58
B. Pembahasan Hasil Penelitian...61
1. Pertanggungjawaban Biaya Perusahaan……….63
2. Penyusunan Anggaran Biaya Perusahaan………..65
3. Laporan Manajer Pusat Pertanggungjawaban Biaya……..67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...69
B. Saran...70
DAFTAR PUSTAKA...72
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Tabel 2.1 Format Umum Laporan Pertanggungjawaban Biaya...23 Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran i Jadwal dan Lokasi Penelitian……….74 Halaman
Lampiran ii Struktur Organisasi Perum Pegadaian Medan………....75
Lampiran iii Laporan Realisasi Anggaran Triwulan Tahun 2010………..76
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntansi pertanggungjawaban diterapkan pada Perusahaan Umum Pegadaian Medan dan untuk mengetahui bagaimana akuntansi pertanggungjawaban dipakai sebagai alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya pada perusahaan tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data dan sumber data yang dipakai adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
Akuntansi pertanggungjawaban dapat dipakai sebagai alat bantu manajemen dalam pengendalian biaya. Maka secara umum berdasarkan pengamatan peneliti meninjau bahwa Perusahaan Umum Pegadaian Medan telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban secara baik sehingga manajemen dapat mengendalikan biaya dengan baik.
ABSTRACT
This research
This research was classified as descriptive research. This research used primary and secondary data as the type. Inqury and documentation technique were used as a collecting and analyzing data technique.
aims to determine responsibility accounting is applied on Perusahaan Umum Pegadaian Medan and to know about responsibility accounting is used as a management tool in controlling costs in this company.
Responsibility accounting can be used as a management tool in controlling costs. Therefore, generally based on the observation that researchers review Perusahaan Umum Pegadaian Medan has implemented a good responsibility accounting so that management can control costs better.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya perusahaan adalah suatu badan usaha yang diatur dan
dilaksanakan oleh orang-orang yang mempunyai keahlian dan keterampilan
tertentu agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai. Beberapa tujuan
perusahaan adalah untuk: memperoleh laba maksimal dari hasil operasi,
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan
menciptakan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Pertumbuhan dan persaingan
dunia bisnis sekarang ini memaksa setiap perusahaan untuk menentukan
strategi-strategi yang tepat dalam mengelola perusahaannya. Perusahaan perlu
memandang ke depan untuk antisipasi. Maka dari itu, perusahaan perlu informasi
yang tepat untuk antisipasi tersebut, terutama informasi yang bersifat jangka
panjang.
Pada perusahaan kecil, yang berwenang membuat keputusan dan bertindak
sebagai manajernya adalah pemilik perusahaan itu sendiri. Hal ini dikarenakan
transaksi yang terjadi belum begitu banyak dan manajer masih dapat
mengingat-ingat apa yang terjadi dalam perusahaan. Dengan berkembangnya perusahaan
tersebut menjadi perusahaan yang besar, maka aktivitas yang dilakukan pun akan
semakin kompleks sehingga pengambilan keputusan yang penting bagi
perusahaan akan lebih sulit lagi jika dilakukan oleh seorang individu saja karena
keahlian dalam berbagai bidang organisasi yang kompleks tersebut. Oleh karena
itu, keputusan tidak lagi dilakukan oleh direktur utama, melainkan didelegasikan
kepada masing-masing manajer dengan pemberian wewenang akan divisi yang
dibawahinya. Selain itu, perkembangan perusahaan menjadi perusahaan berskala
besar, pastinya akan menimbulkan pemisahan antara pemilik perusahaan dengan
manajer perusahaan. Dengan keadaan seperti ini diperlukan alat
pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, yaitu ”Akuntansi”
terkhusus ”Akuntansi Manajemen”.
Akuntansi manajemen, sebagai salah satu konsep yang ada dalam
akuntansi, mencoba menawarkan alternatif pemecahan masalah untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi satu perusahaan, khususnya informasi yang
berhubungan dengan pengendalian biaya. Menurut Ahmed (2007 : 4), ”Akuntansi
manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan utamanya untuk
menyajikan laporan-laporan suatu satuan usaha atau organisasi tertentu untuk
kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang
meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pengorganisasian dan pengarahan
serta pengendalian”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, akuntansi
manajemen memiliki peranan untuk mendesain suatu sistem akuntansi yang dapat
menyediakan laporan sebagai evaluasi kinerja dari manajer dalam mencapai
tujuan dan rencana organisasi yang merupakan bagiannya. Sistem akuntansi yang
didesain secara khusus untuk pendelegasian wewenang dan tanggungjawab di
dalam perusahaan dikenal dengan akuntansi pertanggungjawaban. Menurut
Akuntansi juga dapat dijadikan sebagai media untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan suatu perusahaan atau lembaga kepada principal (majikan). Dengan adanya akuntansi, sumber-sumber kekayaan yang dikelola dapat ditelusuri, dapat diketahui arus masuk dan keluarnya, serta hasil yang diperoleh dari transaksi yang terjadi beserta posisi masing-masing kekayaan pada suatu tanggal tertentu dan hasil usahanya pada suatu periode. Gambaran ini semua tercakup dalam laporan keuangan yang berfungsi baik sebagai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang disusun
sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan kegiatan perusahaan dengan tujuan agar
masing-masing unit organisasi dapat mempertanggungjawabkan hasil kegiatan
unit yang diawasinya. Setiap unit kerja atau departemen yang diawasi oleh
manajer lebih dikenal dengan pusat pertanggungjawaban. Setiap pusat
pertanggungjawaban memiliki batasan wewenang yang jelas sehingga dapat
diperoleh informasi yang akurat mengenai batasan wewenang di setiap bagian
akuntansi pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan sehingga akan
memudahkan dilakukannya pengendalian biaya. Pengendalian yang dijalankan
manajemen ini merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang
dikembangkan untuk membantu manajemen dalam mengendalikan kegiatan
operasi perusahaan. Pelaksanaan pengendalian yang dilakukan melalui akuntansi
pertanggungjawaban adalah dengan cara mengelompokkan tanggung jawab dan
menggariskan secara jelas hubungan satu bagian dengan bagian lainnya dalam
perusahaan, disertai dengan pertanggungjawaban dari masing-masing tingkatan
secara terinci.
Dalam melakukan pengendalian biaya, laporan pertanggungjawaban yang
anggaran perusahaan. Bila terjadi perbedaan antara laporan yang aktual dengan
yang dianggarkan, maka harus dianalisis penyebabnya sehingga dapat dilakukan
tindakan-tindakan perbaikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban memiliki peranan yang besar dalam memberikan informasi
mengenai pusat-pusat pertanggungjawaban sebagai usaha manajemen dalam
pengendalian biaya, terlebih lagi dengan semakin kompleksnya masalah-masalah
yang dihadapi perusahaan dalam aktivitas sehari-hari.
Penelitian mengenai peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
pengawasan biaya dan pengukuran kinerja pusat biaya pada sebuah perusahaan
manufaktur di kota Medan yang dilakukan oleh Silalahi (2007) menyatakan
akuntansi pertanggungjawaban lebih menekankan kepada penyusunan anggaran
sebagai alat pengendalian dan ditemukan bahwa fungsi anggaran sebagai alat
pengawasan biaya belum terlaksana secara maksimal pada perusahaan tersebut
karena tidak adanya anggaran dari bidang-bidang yang terletak di bawah pusat
pertanggungjawaban biaya. Nasution (2003 : 69) yang melakukan penelitian pada
perusahaan jasa yang bergerak di bidang real estate dan kontraktor menyatakan
“sistem akuntansi pertanggungjawaban di perusahaan yang diteliti telah dilakukan
dengan baik dan menerapkan konsep pengawasan manajemen, yaitu dengan
adanya pusat pertanggungjawaban biaya”. Penelitian mengenai hubungan
akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pengendalian biaya pada lima
hotel di kota Tasikmalaya yang dilakukan oleh Trisnawati (2006) menunjukkan
semakin baik penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan maka
Pada kenyataannya ditemukan hasil yang berbeda-beda pada setiap
perusahaan yang diteliti. Atas dasar itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana
akuntansi pertanggungjawaban melakukan bagiannya pada Perusahaan Umum
Pegadaian. Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian merupakan lembaga kredit
yang mempunyai tugas memberikan pelayanan jasa kredit berupa pinjaman uang
dengan jaminan barang bergerak. Produk-produk yang menjadi penyumbang
pendapatan terbesar bagi perusahan ini adalah Kredit Cepat Aman, Jasa Titipan,
Jasa Taksiran, dan lain-lain. Cukup banyaknya jenis produk yang diproduksi oleh
Perum Pegadaian, pasti menimbulkan biaya untuk memproduksi jenis-jenis
produk tersebut.
Bertitik tolak dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk mempelajari
penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan tersebut melalui
sebuah penelitian dan mencoba membahasnya dalam sebuah skripsi yang berjudul
”Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam
Pengendalian Biaya (Studi Kasus Kanwil Perum Pegadaian Medan)”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah
akuntansi pertanggungjawaban berperan sebagai alat bantu manajemen dalam
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh
akuntansi pertanggungjawaban berperan sebagai alat bantu manajamen pada
perusahaan yang sedang diteliti yaitu Perusahaan Umum Pegadaian Medan dalam
hubungannya dengan pengendalian biaya.
D. Manfaat Penelitian
Selain tujuan, penelitian ini juga memiliki manfaat seperti:
1. bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai akuntansi
pertanggungjawaban terutama pada pusat biaya.
2. bagi manajemen Perum Pegadaian Medan, memberikan sumbangan pemikiran
dalam bidang penerapan akuntansi pertanggungjawaban biaya serta kondisi
yang diperlukan agar penerapan akuntansi pertanggungjawaban biaya dapat
memberikan manfaat yang optimal.
3. bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi untuk melanjutkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pusat Pertanggungjawaban
1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban ialah setiap unit kerja dalam organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab. Suatu pusat
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang mengolah
masukan menjadi keluaran. Hansen (2002 : 818), “Pusat pertanggungjawaban
adalah suatu segmen bisnis yang manajemennya bertanggungjawab terhadap
pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu”. Sedangkan pusat
pertanggungjawaban menurut Anthony (2002 : 111), “Pusat
pertanggungjawaban merupakan organisasi yang dipimpin oleh seorang
manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pusat
pertanggungjawaban dipimpin oleh seorang manajer yang mempunyai
wewenang dan tanggungjawab atas unit yang dipimpinnya sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi yang bersangkutan. Setiap pusat
pertanggungjawaban membutuhkan masukan yang berupa sejumlah bahan
baku, tenaga kerja ataupun jasa-jasa yang akan diproses dalam pusat
pertanggungjawaban. Hasil dari proses tersebut yaitu berupa keluaran yang
2. Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban
Ada empat tipe pusat pertanggungjawaban yang didasarkan kepada
sifat masukan dalam bentuk biaya dan sifat keluaran dalam bentuk pendapatan
ataupun secara bersama-sama,yaitu sebagai berikut.
a. Pusat Pendapatan (Revenue Center)
Pendapatan merupakan sesuatu yang lebih banyak dipengaruhi
oleh faktor eksternal (sentimen, pasar), sehingga upaya untuk
meningkatkannya tidak berbanding lurus dengan pengorbanan atau
biaya yang terjadi. Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban
yang keluarannya diukur dalam rupiah sedangkan masukannya tidak
dihubungkan dengan keluarannya (pendapatannya) karena kedua hal
tersebut memang sulit untuk dihubungkan, sehingga tidak dapat
dihitung labanya. Penilaian prestasi pusat pendapatan dilakukan
dengan cara membandingkan anggaran pendapatan dengan
realisasinya. Pusat pendapatan dinilai efektif, jika jumlah realisasi
pendapatan lebih besar dari pada jumlah pendapatan yang dianggarkan.
b. Pusat Biaya (Cost Center)
Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang
kinerja manajernya diukur atas dasar biayanya, dimana yang oleh
sistem pengendalian manajemen masukannya diukur dalam satuan
moneter. Alasan untuk tidak mengukur keluaran pusat biaya adalah
karena pimpinan pusat biaya tidak bertanggungjawab atas nilai rupiah
pusat tersebut. Supriyono (2001 : 25), “Pusat Biaya adalah suatu pusat
pertanggungjawaban atas suatu unit organisasi dalam suatu organisasi
yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya”. Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kinerja manajer pusat biaya dinilai berdasarkan
atas pengaturannya terhadap biaya yang keluar pada bidangnya,
dimana dengan melihat perbandingan antara anggaran yang telah
disusun sebelumnya dengan realisasi biayanya. Apakah terdapat
penyimpangan anggaran baik itu penyimpangan menguntungkan
maupun panyimpangan yang tidak menguntungkan.
Pengendalian pusat biaya dilakukan melalui anggaran dan
pelaporan. Berdasarkan pengendalian tersebut pusat biaya dibagi dua
yaitu pusat biaya teknis dan pusat biaya kebajikan. Pusat biaya teknis
(engineered expense center) adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dan nyata keluarannya,
dimana manajer pusat biaya teknik bertanggungjawab atas efisiensi
dan efektivitas pusat biaya yang dipimpinnya. Pusat biaya kebijakan
(discretionary expense center) adalah pusat biaya yang sebagian besar
biayanya tidak mempunyai hubungan proporsional atau hubungan fisik
yang nyata dengan keluarannya. Oleh karena masukan dan keluaran
pusat biaya kebijakan tidak mempunyai hubungan fisik yang nyata,
maka pusat biaya kebijakan tidak dapat dinilai efisiensinya.
Pusat laba adalah suatu bagian dalam organisasi dimana
manajernya bertanggungjawab terhadap penghasilan dan biaya yang
terjadi dalam bagiannya. Besar kecilnya laba bagian merupakan ukuran
prestasi manajer pusat laba. Dalam pusat laba, seorang manajer
mempunyai wewenang untuk mengendalikan kebijaksanaan penjualan
dan biaya sekaligus. Pembentukan pusat laba memerlukan perincian
tugas, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab serta dukungan
informasi agar manajer yang bersangkutan dapat merencanakan
kegiatan-kegiatan pada unit kerjanya dengan baik.
d. Pusat Investasi (Investment Center)
Pusat investasi merupakan segmen atau bagian dimana
manajernya bertanggungjawab atas penghasilan, biaya dan investasi.
Yang menjadi pusat utama dalam investasi adalah laba yang
dibandingkan dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
dalam operasionalnya. Dasar yang digunakan untuk mengukur
investasi pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu: • Investasi diukur berdasarkan jumlah aktiva
• Investasi diukur berdasarkan jumlah utang dan modal
• Investasi diukur berdasarkan jumlah modal sendiri
Menurut Supriyono (2001 : 145), penilaian prestasi manajer pusat
investasi dapat diukur dengan menggunakan Return On Investment
3. Hubungan Struktur Organisasi dengan Pusat Pertanggungjawaban
Dalam teori organisasi, pusat pertanggungjawaban dibentuk
berdasarkan struktur organisasi. Struktur organisasi dibentuk untuk
menentukan tanggungjawab serta hubungan antara pimpinan dan bawahan
supaya terdapat koordinasi yang terarah. Melalui struktur organisasi,
manajemen melaksankan pendelegasian wewenang untuk melaksanakan tugas
khusus kepada manajemen yang lebih bawah, agar dapat dicapai pembagian
pekerjaan yang bermanfaat.
Bentuk organisasi dapat dibedakan menjadi berbagai macam. Akan
tetapi yang berkaitan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dibedakan
menjadi dua struktur organisasi, yaitu sebagai berikut.
a. Organisasi Fungsional
Dalam organisasi fungsional, pembagian organisasi didasarkan atas
dasar fungsi, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi
administrasi dan umum. Fungsi produksi merupakan pusat
pertanggungjawaban biaya, fungsi pemasaran merupakan pusat
pendapatan dan pusat biaya, fungsi administrasi dan umum merupakan
pusat biaya. Fungsi pemasaran bukan merupakan pusat laba karena
biaya yang menjadi tanggungjawabnya tidak lengkap. Jika suatu
perusahaan berdiri sendiri (single business unit) dimana manajer
perusahaan berwenang penuh mengambil keputusan investasi, maka
b. Organisasi Divisional
Dalam organisasi divisional, pembagian organisasi didasarkan pada
divisi-divisi penghasil laba. Di bawah setiap divisi dibagi atas dasar
fungsi. Fungsi yang ada di bawah divisi meliputi fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Setiap divisi
merupakan pusat laba dan mungkin sekaligus sebagai pusat investasi.
Fungsi produksi yang ada di bawah divisi merupakan pusat biaya.
Fungsi pemasaran yang ada di bawah divisi merupakan pusat
pendapatan dan pusat biaya.
B. Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban muncul sebagai akibat dari adanya
pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang adalah pemberian wewenang
oleh manajer lebih atas kepada manajer yang lebih rendah untuk melaksanakan
suatu pekerjaan dengan otoritas secara eksplisit dari manajer pemberi wewenang
pada waktu wewenang teersebut akan dilaksanakan. Trisnawati (2006 : 5), ada
tiga alasan mengapa manajer mendelegasikan wewenangnya, yaitu:
a. banyaknya pekerjaan seorang manajer sehingga tidak mungkin dikerjakan oleh manajer tersebut.
b. mengikutsertakan bawahan serta memberikan kesempatan dalam menunjukkan prestasinya di perusahaan.
Walaupun ada tugas dan wewenang yang didelegasikan atasan kepada
bawahan, namun otoritas pimpinan tetap dipertahankan. Sebagai konsekuensi dari
orang yang menerima wewenang, ia harus mempertanggungjawabkan wewenang
tersebut kepada atasannya. Tanggung jawab adalah suatu kewajiban untuk
melaksanakan wewenang yang dilimpahkan, dimana terjadi pelimpahan suatu
peranan perorangan atau dalam kelompok, untuk berperan dalam kegiatan.
1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari
akuntansi manajemen dan merupakan suatu sistem dalam akuntansi yang
dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada
dalam organisasi. Istilah akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah
pada proses akuntansi yang melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer
pusat pertanggungjawaban memimpin, mengatur, mengarahkan pekerjaan
yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan
tanggungjawabnya. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan alat yang
dipakai untuk mengendalikan biaya, karena dalam akuntansi
pertanggungjawaban biaya-biaya diakumulasikan dan dilaporkan dalam suatu
pusat pertanggungjawaban tertentu.
Hansen (2005 : 116), “Akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem
yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk
258), “Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi
yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pertanggungjawaban sesuai
dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat
pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian
manajemen”. Sedangkan pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut
Mulyadi (2001 : 218) adalah sebagai berikut.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikan rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.
Dari pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001 : 218),
ia menyimpulkan bahwa syarat untuk dapat menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban yaitu:
a. struktur organisasi.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur organisasi harus menggambarkan aliran tanggung jawab, wewenang, dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen selain itu harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula. Dengan demikian wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggung jawab adalah sebaliknya.
b. anggaran.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kerjanya. c. penggolongan biaya.
Pemisahan biaya ke dalam biaya terkendalikan dan tidak terkendalikan perlu dilakukan dalam akuntansi pertanggungjawaban. Karena tidak semua biaya yang terjadi di dalam satu bagian dapat dikendalikan oleh seorang manajer, maka hanya biaya-biaya terkendalikan yang harus dipertanggungjawabkan olehnya.
d. sistem akuntansi biaya.
biaya terkendalikan dengan biaya tidak terkendalikan. Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer maka biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi.
e. sistem pelaporan biaya.
Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk setiap pusat-pusat biaya. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya.
Syarat-syarat yang telah diuraikan sebelumnya dalam menerapkan
akuntansi pertanggungjawaban menunjukkan bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban yang baik harus memiliki standar yang telah ditentukan
dan jika ternyata salah satu syarat diatas tidak terpenuhi maka harus ada
perbaikan-perbaikan untuk menyempurnakannya.
2. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli jelaslah bahwa
tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah mengajak para karyawan untuk
melakukan pekerjaan yang benar serta dapat bertanggungjawab atas
penyimpangan biaya maupun penghasilan (pendapatan) perusahaan. Adapun
keuntungan dari akuntansi pertanggungjawaban itu sendiri adalah individu
dalam organisasi ikut berperan serta dalam mencapai sasaran perusahaan
secara efektif dan efisien. Menurut Mulyadi (2001 : 174), informasi akuntansi
pertanggungjawaban yang berupa informasi yang akan datang bermanfaat
untuk penyusunan anggaran. Sedangkan informasi akuntansi
pertanggungjawaban yang berupa informasi masa lalu bermanfaat sebagai
Dari kutipan menurut Mulyadi tersebut, dapat dimukakan tiga manfaat
dari akuntansi pertanggungjawaban, yaitu sebagai berikut.
a. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan
peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses
penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam
melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan
ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran
tersebut untuk memungkinkan melaksanakan perannya. Sumber daya yang
disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha
pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter
standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan
anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi
pertanggungjawaban, yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang
disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian
sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian,
anggaran berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur
nilai sumber daya yangdisediakan selama tahun anggaran bagi manajer
yang diberi peran untuk mencapai sasaran perusahaan.
b. Penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang
penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi,
manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap
manajer untuk merencanakan pendapatan dan/atau biaya yang menjadi
tanggung jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi
pendapatan dan/atau biaya tersebut menurut manajer yang
bertangungjawab. Dengan demikian, informasi akuntansi
pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh setiap manajer
dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan peran
manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.
c. Dapat menjadi media untuk memotivasi manajer agar dapat mencapai
tujuan yang ditetapkan sesuai dengan tanggungjawabnya.
Orang akan memiliki motivasi untuk berusaha jika ia berkeyakinan bahwa
suatu kinerja akan diberi penghargaan. Penilaian kinerja yang memberikan
penghargaan akan berpengaruh langsung pada motivasi manajer untuk
meningkatkan kinerja. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang
berisikan laporan pertanggungjawaban manajer dapat dijadikan sebagai
tolak ukur untuk menilai prestasi manajer yang tentunya secara positif
mendorong manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Maksimalisasi
motivasi manajer dan karyawan berarti membangkitkan dorongan dalam
diri setiap orang untuk mengerahkan semua usahanya dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Motivasi dapat dibangkitkan secara
langsung yaitu dengan memberikan penghargaan berupa bonus dan
tunjangan kesejahteraan karyawan seperti asuransi, honorarium, liburan
atau tunjangan lainnya.
3. Kondisi-kondisi yang Menunjang Efektivitas Penerapan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Menurut Supriyono (2000 : 142) akuntansi pertanggungjawaban dapat
digunakan dengan baik apabila terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut.
a. Luas wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan harus ditentukan dengan baik melalui struktur organisasi.
b. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan tujuan yang digunakan untuk mengukur kinerjanya.
c. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan yang ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjawabannya.
d. Manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas kegiatan pusat pertanggungjawaban yang dapat dikendalikannya.
e. Hanya biaya, pendapatan, laba, dan investasi yang terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan kedalam laporan kinerjanya.
f. Laporan kinerja dan umpan baliknya untuk manajer pusat pertanggungjawaban harus disajikan tepat waktu.
g. Laporan kinerja harus menyajikan secara jelas selisih ang terjadi, tindaan koreksi, dan tindak lanjutnya sehingga memungkinkan diterapkannya prinsip pengecualian.
h. Harus ditentukan dengan jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur balas jasa atau perangsang dalam perusahaan.
i. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan. Selain kinerja keuangan, seorang manajer dapat dinilai kinerjanya atas dasar tingkat kepuasan karyawan, moral, dan sebagainya.
Sebelum sistem akuntansi pertanggungjawaban disusun, harus lebih
dahulu dipelajari garis wewenang dan tanggung jawab pembuatan keputusan
sehingga dapat ditentukan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam
dengan struktur organisasi untuk dapat menyajikan laporan-laporan kinerja
yang berguna dalam menilai sumbangan manajer tingkat tertentu dalam
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
4. Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban
Dari beberapa penjelasan dimuka, terlihat bahwa sistem akuntansi
pertanggungjawaban berfungsi sebagai alat pencatatan, pelaporan dan
pengawasan (pengendalian). Penjelasan menurut Siagian (2004 : 29) sebagai
berikut.
a. Pencatatan
Pusat pertanggungjawaban akan mengumpulkan semua biaya yang terjadi pada pusat pertanggungjawabannya dan melakukan pencatatan terhadap biaya-biaya tersebut.
b. Pelaporan
Setelah kegiatan-kegiatan pada pusat pertanggungjawaban terjadi, pusat pertanggungjawaban akan mempertanggungjawabkan semua aktivitasnya dengan membuat suatu laporan pertanggungjawaban. Tidak semua biaya menjadi tanggungjawab manajer pusat pertanggungjawaban, melainkan hanya biaya-biaya terkendali saja (controllable cost).
c. Pengawasan
Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat pengawasan biaya karena akuntansi pertanggungjawaban mengumpulkan semua informasi akuntansi dari pusat-pusat pertanggungjawaban mengenai biaya maupun pendapatan, baik yang berupa anggaran maupun hasil produksi maupun hasil aktivitas sebenarnya. Dengan akuntansi pertanggungjawaban pimpinan perusahaan dapat melakukan pengawasan biaya secara efisien dari
performance report masing-masing pusat pertanggungjawaban.
C. Performance Report sebagai Alat Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban yang lebih lazim dikenal dengan laporan
pusat pertanggungjawaban yang membandingkan hasil yang sebenarnya dengan
anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengidentifikasi masalah yang
timbul dari selisih yang terjadi. Oleh sebab itu performance report haruslah
disusun sesuai prinsip dasar laporan yang terjadi dan laporan yang efektif.
Menurut Usry (1995 : 467), performance report memiliki dua tujuan,
yaitu:
a. memberi informasi kepada manajer yang mengawasnya mengenai pelaksanaan kerja mereka dalam bidang-bidang yang menjadi pertanggungjawabannya.
b. mendorong para manajernya dan pengawasnya untuk mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna memperbaiki pelaksanaan kerja.
1. Prinsip Dasar Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Langkah pertama dalam sistem pelaporan pertanggungjawaban adalah
pembentukan garis dan bidang pertanggungjwaban. Setiap kotak pada bagan
organisasi mewakili satu segmen (pusat biaya, divisi, departemen, dan
lain-lain) yang membuat laporan dan yang menerima laporan mengenai
fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Mulyadi mengemukakan bahwa
dasar-dasar yang melandasi penyusunan sebuah laporan pertanggungjawaban
biaya adalah sebagai berikut.
a. Jenjang terbawah diberi laporan ini adalah tingkat manajer bagian. b. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya
yang diberi rincian mengenai realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.
c. Manajer jenjang diatasnya diberi laporan mengenai realisasi biaya pusat pertanggungjawaban sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer-manajer yang erada dibawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh wewenang-wewenang manajer yang bersangkutan. d. Semakin ke atas laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin
Sebagai informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan,
laporan yang dihasilkan sistem akuntansi pertanggungjwaban harus
memperhatikan ciri-ciri pokok sebagai berikut.
a. Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi, artinya ditujukan pada pribadi-pribadi pertanggungjawaban mengontrol bidang yang dilaporkan.
b. Bentuk laporan ini harus konsisten setiap kali diterbitkan. c. Laporan harus cepat dan tepat waktu.
d. Laporan harus diterbitkan secara teratur. e. Laporan harus mudah dimengerti.
f. Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan.
g. Laporan harus memberi angka-angka yang dapat dibandingkan (perhitungan antara angka aktual dengan anggaran atau standar yang ditentukan dengan hasil aktual) dan harus menunjukkan varians-varians yang terjadi.
h. Laporan harus bersifat analisis.
i. Laporan manajemen harus dinyatakan baik dalam unit fisik maupun dalam unit uang, sebab dalam informasi dalam nilai uang mungkin tidak relevan bagi pengawas yang tidak mengerti bahasa akuntansi. j. Laporan dapat lebih menonjolkan keefisienan dan tidak keefesienan
dalam departemen-departemen.
2. Jenis Laporan Pertanggungjawaban Biaya
Jika ditinjau dari sudut yang menggunakan informasi, maka laporan
informasi dapat dibagi atas dua jenis laporan, yaitu sebagai:
a. laporan ekstern, yaitu laporan-laporan yang ditujukan pada pihak luar
perusahaan.
b. laporan intern, yaitu laporan-laporan untuk kepentingan manajemen
Bila dilihat dari kedua hal yang sebelumnya, maka laporan
pertanggungjawaban termasuk dalam laporan intern. Laporan intern
perusahaan dapat dikelompokkan dalam dalam 3 kelompok, yaitu:
a. laporan perencanaan (planning report)
b. laporan pengawasan (control report)
c. laporan informasi (information report)
Dari ketiga laporan di atas, laporan dapat diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. laporan prestasi (performance report)
b. laporan informasi (pnformation report)
Dalam hal ini laporan prestasi (performance report) merupakan suatu
laporan yang menampilkan data dari pusat pertanggungjawaban, yang
membandingkan keadaan yang sebenarnya dengan anggaran yang telah dibuat
sebelumnya, dibuat secara berkala dalam bentuk dan format yang tetap.
Menurut Mulyadi (2001 : 195), jenis laporan pertanggungjawaban
biaya digolongkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenjang organisasi,
sebagai berikut.
a. Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer bagian Laporan ini disajikan untuk para manajer bagian
b. Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer departemen Laporan ini disajikan untuk para manajer departemen c. Laporan pertanggungjawaban biaya – direksi
Laporan ini disajikan kepada direktur utama, produksi, pemasaran.
Format umum laporan pertanggungjawaban biaya yang dikemukakan
Tabel 2.1 Format Umum Laporan Pertanggungjawaban Biaya
Bulan Ini Sampai Dengan Bulan Ini
Realisasi Anggaran Penyimpangan Realisasi Anggaran Penyimpangan
Sumber : (Mulyadi, Akuntansi Manajemen Kosep, Manfaat dan rekayasa, Edisi Tiga, Jakarta : PT. Salemba Empat, 2001, hal 195)
D. Pengendalian Biaya
1. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Biaya
1.1 Pengertian Pengendalian Biaya
Pengertian biaya menurut Hansen (2004 : 40) dikemukakan bahwa,
”Biaya adalah kas yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan
datang bagi organisasi”. Dari pengertian biaya diatas dapat disimpulkan
bahwa biaya merupakan pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan
uang atas kepemilikan barang atau jasa untuk suatu tujuan tertentu dan
jangka waktu atau masa manfaat dari pengorbanan tersebut melebihi satu
periode akuntansi. Berdasarkan uraian tersebut, maka biaya adalah
pengorbanan yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1. Merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang terjadi atau yang secara potensial terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
6. Adanya kewajiban yang berakibat pada penurunan ekuitas
Jadi pengorbanan yang mencakup syarat tersebut dapat dianggap sebagai
biaya sedangkan pengorbanan yang tidak menghasilkan manfaat dapat
dianggap sebagai pemborosan (kerugian pada perusahaan). Sedangkan,
pengertian pengendalian menurut Garrison (2003 : 97), ”Pengendalian
dapat didefenisikan sebagai proses penentuan, apa yang dicapai yaitu
standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar”. Menurut pengertian
tersebut, pengendalian merupakan fungsi yang dijalankan manajer untuk
menjamin bahwa organisasi dan tindakan-tindakan anggotanya bergerak
kearah tujuan yang sudah ditetapkan.
Pertama sekali yang dilakukan dalam pengendalian adalah
menetapkan standar kinerja, mengukur kinerja nyata dan
membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan. Jika ternyata
terjadi penyimpangan maka dilakukan tindakan perbaikan. Jadi,
pengendalian biaya adalah untuk membandingkan biaya yang seharusnya
(dianggarkan) dengan biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi dan bila
terjadinya selisih maka selisihnya perlu dianalisis lebih jauh, sehingga
diketahui faktor penyebab penyimpangan yang terjadi sampai pada
1.2 Tujuan Pengendalian Biaya
Pengendalian dilakukan manajemen bertujuan antara lain:
a. untuk mengetahui apakah suatu pelaksanaan itu berjalan sesuai
dengan rencana yang digariskan
b. untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang dilaksanakan sesuai
dengan instruksinya
c. untuk mengetahui kualitas-kualitas dan kelemahan dalam bekerja
d. untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan secara berdaya
guna
e. untuk mencari jalan keluar, bilamana ditemui kesulitan-kesulitan
Pengendalian bukan hanya untuk mencari kesalahan, tetapi berusaha untuk
menghindari terjadinya kesalahan serta memperbaikinya jika terdapat
kesalahan. Jadi, pengendalian biaya dilakukan sebelum proses, saat proses,
setelah proses yakni hingga hasil akhir diketahui.
2. Proses Pengendalian Biaya
Menurut Trisnawati (2006 : 20), proses pengendalian dilakukan secara
bertahap melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. menentukan standar-standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian biaya.
b. mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
c. membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada.
3. Penentuan Pengendalian (Kontrolabilitas) Biaya
Terjadinya biaya pada pusat pertanggungjawaban tidak selalu sebagai
akibat dari keputusan yang diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban
yang bersangkutan. Karena tidak semua biaya yang terjadi dapat dikendalikan
oleh manajer, maka dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat
pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya
tidak terkendalikan. Hanya biaya-biaya yang terkendalikan oleh manajer pusat
pertanggungjawaban, yang disajikan dalam laporan biaya dan dimintakan
pertanggungjawaban daripadanya. Oleh karena itu, akuntansi
pertanggungjawaban biasanya menitikberatkan pada pertanggungjawaban
biaya pusat pertanggungjawaban. Menurut Samryn (2001 : 264) biaya dapat
digolongkan atas dasar pengaruh manajer terhadap biaya, penggolongannya
adalah sebagai berikut:
1. biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.
2. biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan atau pejabat tertentu berdasarkan wewenang yang dimilikinya atau tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pejabat dalan jangka waktu tertentu.
Biaya-biaya yang sepenuhnya tidak dapat dikendalikan tidak akan
memerlukan keputusan dan pertimbangan manajer karena hal itu tidak dapat
mempengaruhi biaya, diabaikan dalam evaluasi manajer. Sebaliknya
biaya-biaya yang dapat dikendalikan memberikan bukti tentang kinerja seorang
manajer, sehingga memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan. Untuk
memisahkan biaya kedalam biaya terkendalikan dan tidak terkendalikan pada
terjadinya menjadi tanggungjawab seseorang. Pedoman untuk menetapkan
apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggungjawab seorang manajer
pusat pertanggungjawaban menurut Larosa (2004 : 26) adalah sebagai berikut.
a. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam perolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Seseorang manajer jelas dapat mempengaruhi jumlah suatu biaya jika ia memiliki wewenang dalam memperoleh dan menggunakan jasa. Manajer pemasaran yang mempunyai wewenang memutuskan media prosmosi dan jumlah biayanya, bertanggungjawab penuh terhadap terjadinya biaya tersebut.
b. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut. Seorang manajer mungkin tidak mempunyai wewenang dalam memutuskan pemerolehan barang atau jasa, baik harga maupun jumlahnya, namun dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah pemakainya. Dalam hal ini, ia dapat dibebani tanggung jawab pemakaian barang atau jasa tersebut.
c. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan dapat mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsingnya sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar ia menaruh perhatian sehingga ia dapat membantu manajer lain yang bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.
Menurut Mulyadi (2001 : 169), biaya tidak terkendalikan dapat diubah
menjadi biaya terkendalikan melalui dua cara yang saling berkaitan.
a. Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebanan
langsung.
b. Dengan mengubah letak tanggung jawab pengambilan keputusan.
E. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam
Pengendalian Biaya
Pada umumnya perusahaan berorientasikan laba. Pencapaian laba yang
akuntansi pertanggungjawaban merupakan alat yang dipakai untuk mengendalikan
biaya, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban biaya-biaya dilaporkan
menurut pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi akuntansi
pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi ini
menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya
tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Pada awal periode (tahun),
setiap manajer harus melaporkan hasil dari perencanaan yang berupa anggaran,
supaya dapat dilakukan pengendalian. Pada akhir periode, setiap manajer juga
harus membuat laporan pertanggungjawaban yang dinamakan performance report
yang berisi tentang perbandingan anggaran dan realisasi yang merupakan alat
bantu pengendalian.
Pada penelitian ini, saya lebih menekankan kepada pengendalian biayanya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya biaya merupakan pengorbanan yang
dapat diukur dengan satuan uang atas kepemilikan barang atau jasa untuk suatu
tujuan tertentu dan jangka waktu atau masa manfaat dari pengorbanan tersebut
melebihi satu periode akuntansi. Dapat disimpulkan biaya sangat mempengaruhi
laba operasi sebuah perusahaan. Oleh karena itu, biaya harus dapat dikendalikan
pengeluarannya, karena tanpa adanya pengendalian terhadap biaya dalam
Salah satu alat untuk mengendalikan penggunaan biaya dalam perusahaan
adalah akuntansi pertanggungjawaban, karena dalam akuntansi
pertanggungjawaban terdapat struktur organisasi perusahaan secara terperinci
sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mendelegasikan wewenang
kepada manajer yang ada dibawahnya Apabila terjadi penyimpangan dalam
penggunaan biaya tersebut maka dapat dengan mudah pimpinan perusahaan untuk
mencari siapa yang bertanggungjawab atas penyimpangan yang terjadi dalam
biaya tersebut. Selain untuk memudahkan pendelegasian wewenang, dalam
akuntansi pertanggungjawaban juga terdapat penyusunan anggaran biaya yang
dilakukan oleh tiap-tiap departemen sehingga pihak departemen dapat
mengendalikan biaya tersebut sesuai dengan anggaran yang telah dibuatnya.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian terdahulu sebagai referensi dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Nasution (2003 : 69) yang melakukan
penelitian pada perusahaan jasa yang bergerak di bidang real estate dan kontraktor
menyatakan “sistem akuntansi pertanggungjawaban di perusahaan yang diteliti
telah dilakukan dengan baik dan menerapkan konsep pengawasan manajemen,
yaitu dengan adanya pusat pertanggungjawaban biaya”. Penelitian mengenai
hubungan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pengendalian biaya
pada lima hotel di kota Tasikmalaya yang dilakukan oleh Trisnawati (2006)
menunjukkan semakin baik penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada
Penelitian mengenai peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
pengawasan biaya dan pengukuran kinerja pusat biaya pada sebuah perusahaan
manufaktur di kota Medan yang dilakukan oleh Silalahi (2007) menyatakan
akuntansi pertanggungjawaban lebih menekankan kepada penyusunan anggaran
sebagai alat pengendalian dan ditemukan bahwa fungsi anggaran sebagai alat
pengawasan biaya belum terlaksana secara maksimal pada perusahaan tersebut
karena tidak adanya anggaran dari bidang-bidang yang terletak di bawah pusat
pertanggungjawaban biaya.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu Tahun
Penelitian Peneliti Judul Hasil Penelitian 2006 Susi (Survei Pada 5 Hotel di Kota
perusahaan. Dimana semakin baik penerapan akuntansi
pertanggungjawaban pada perusahaan maka akan semakin baik pula efektivitas pengendalian biaya. Sedangkan pengendalian biaya yang baik akan memudahkan penerapan akuntansi
2003 Chairunnita telah dilakukan dengan baik dan menerapkan konsep pengawasan manajemen, yaitu dengan adanya pusat pertanggungjawaban biaya. Perusahaan dalam performance
reportnya menyajikan hasil
kegiatan/realisasi yang terjadi pada masing-masing varians, namun alasan timbulnya varians belum dimuat di laporan yang
menyebabkan kesulitan pihak manajemen dalam mengambil keputusan.
Sumber: Hasil olahan peneliti
G. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka konseptual untuk
membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti dibawah ini:
Perum Pegadaian
General (TOP) Manajer
Pusat Biaya
Data Biaya Proses Akuntansi
Pertanggungjawaban Laporan Biaya
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Perusahaan umum (Perum) Pegadaian menganut bentuk organisasi garis dan staff,
dimana terdapat manajer pada masing-masing pusat pertanggungjawaban yang
diberi kepercayaan/wewenang untuk mengelola (kekayaan) perusahaan. Salah
satu kegiatan yang dilakukan manajer dalam mengelola (kekayaan) perusahaan
adalah pengendalian (pusat) biaya. Dalam mengendalikan pusat biaya ini,
dibutuhkan anggaran biaya yang dibuat pada awal periode (tahun) sebagai alat
pengendalinya. Pada setiap akhir periode semua kegiatan yang berhubungan
dengan biaya harus dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini akuntansi
pertanggungjawaban yang merupakan bagian tak terpisahkan dari akuntansi
manajemen membantu manajer dalam membuat sebuah laporan
pertanggungjawaban biaya bagi manajemen puncak (pimpinan tertinggi
perusahaah) yang dinamakan performance report. Laporan biaya ini harus disusun
sedemikian rupa sehingga manajemen dapat segera mengetahui apa yang menjadi
masalah dan dapat segera melakukan tindakan koreksi. Jika terdapat kesalahan
yang fatal, maka manajer yang membawahi pusat pertanggungjawaban tersebut
akan diberi sanksi (punishment), dan sebaliknya, jika kinerja manajer tersebut
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif yang
merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh
peneliti dari subyek berupa: individu, organisasional, industri atau perspektif yang
lain, dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan karakter subyek yang
diteliti, mengkaji beberapa aspek dalam fenomena tertentu dan menawarkan ide
masalah untuk pengujian atau penelitian selanjutnya.
B. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan peneliti adalah:
1. data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau
penelitian, yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak perusahaan yang
berkaitan dengan bagian akuntansi, dan diolah lebih lanjut oleh peneliti.
Misalnya tanya jawab dengan Manajer Pusat Biaya, Asisten Manajer Treasuri,
dan bagian Humas Perusahaan Umum Pegadaian Kanwil Medan.
2. data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek
penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan, misalnya
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah:
1. teknik observasi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian, dalam hal ini Perusahaan Umum Pegadaian
Medan.
2. teknik wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung
dengan pihak perusahaan, khususnya dengan bagian yang berhubungan dengan
objek penelitian. Misalnya:
• tanya jawab dengan Manajer Pusat Biaya Perum Pegadaian Kanwil Medan
sebagai pembuat laporan pertanggungjawaban biaya, untuk mengetahui
apakah laporan pertanggungjawaban yang dibuat telah sesuai dengan teori
yang telah diuraikan sebelumnya.
• tanya jawab dengan Asisten Manajer Treasuri sebagai pemakai laporan
pertanggungjawaban yang dibuat, untuk mengetahui apakah manajer
tersebut bisa membaca laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh
pusat biaya, dan memakai laporan tersebut untuk mengendalikan biaya
yang terjadi di perusahaan.
• wawancara dengan bagian Humas Perum Pegadaian Kanwil Medan untuk
mengetahui struktur organisasi perusahaan beserta pembagian fungsi dan
tugas masing-masing jabatan.
3. teknik dokumentasi, yaitu pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan
dilakukan. Misalnya dokumentasi dalam bentuk foto atas objek penelitian, atau
rekaman wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan.
D. Metode Penganalisaan Data
Analisa data dilakukan dengan:
1. metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana data yang dikumpulkan disusun,
dinterpretasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan bagi
pemecahan permasalahan yang dihadapi.
2. metode komparatif, yaitu membandingkan teori dengan praktek pada
perusahaan. Kemudian mengambil kesimpulan dan memberikan saran dan hasil
perbandingan tersebut sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan Umum Pegadaian Medan
a. Sejarah Singkat Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Medan
Pengenalan usaha pegadaian di Indonesia diawali pada masa awal
masuknya Kolonial Belanda sekitar akhir abad ke-19, yaitu sejak masa VOC
(Verenigde Oost Indesche Compagnie). Sampai dewasa ini pegadaian telah
mengalami 5 (lima) periode permerintahan, yaitu : • periode VOC (1746-1811)
• periode penjajahan Inggris (1811-1816)
• periode penjajahan Belanda (1816-1942)
• pediode penjajahan Jepang (1942-1945)
• periode kemerdekaan
Pegadaian adalah suatu lembaga perkreditan tertua bercorak khusus,
berdiri sejak jaman penjajahan Belanda dan telah dikenal masyarakat sejak
lama, khususnya masyarakat golongan berpenghasilan menengah dan bawah.
Pegadaian mempunyai tugas memberikan pelayanan jasa kredit berupa
pinjaman uang dengan jaminan barang bergerak.
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian dengan usahanya adalah
penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk
a. turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan
menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai
dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan
pinjaman tidak wajar lainnya.
Dengan mengindahkan prinsip–prinsip ekonomi serta terjaminnya
keselamatan kekayaan negara, Perum Pegadaian menyelenggarakan usaha
sebagai berikut.
a. Penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai
b. Penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia (kepercayaan),
pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu
adi serta usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan
tujuan perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan.
Selain penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, Perusahaan
menjalankan usaha jasa simpan syariah (ijaroh), sejak tanggal 10 Januari
2003. Perum Pegadaian berkantor pusat di Jalan Kramat Raya No.162
Jakarta, dengan 13 Kantor Wilayah serta 2.089 Cabang dan Unit Pelayanan
Cabang di seluruh Indonesia (pada tanggal 31 Desember 2008). Salah satu
Kantor Wilayah berada di Medan yang beralamat di Jl.Pegadaian No.112
Visi dan Misi Perum Pegadaian
Setiap perusahaan mempunyai misi dan visi. Demikian juga dengan
Perusahan Umum (Perum) Pegadaian. Misi dan visi Perusahaan Umum
(Perum) Pegadaian adalah :
Visi Perum Pegadaian
Pegadaian menjadi ”Champion” dalam pembiayaan mikro dan kecil
berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
Dalam mengantisipasi hadirnya undang-undang gadai swasta, dimana
persaingan ke depan akan semakin ketat karena siapapun pemilik modal akan
mampu dan mau terjun pada bidang usaha ini. Sebelum para pesaing
memasuki industri gadai, Pegadaian mempersiapkan diri untuk menjadi
pemimpin pasar. Persiapan dimulai dengan membuka sebanyak mungkin
autlet dimana masyarakat akan lebih mudah untuk menggapainya.
Sasarannya adalah untuk memberikan kemudahan bagi pengusaha
mikro dan kecil karena terbukti bahwa pengusaha mikro dan kecil yang dapat
bertahan menghadapi krisis global yang melanda dunia tahun 1997 yang lalu.
Peranan usaha mikro dan kecil lebih ditingkatkan dengan tersedianya
pendanaan yang cepat dan aman yang disediakan Pegadaian.
Visi Pegadaian yang telah ditetapkan di atas sudah dipegang erat,
seluruh daya dan upaya dikerahkan untuk mewujudkannya.
Misi Perum Pegadaian
Perum Pegadaian merumuskan misi perusahaan menyangkut batasan
peningkatan kemanfaatan Perum Pegadaian dinyatakan dengan kalimat
sebagai berikut.
a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat
khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman kepada usaha
skala mikro dan menegah atas dasar hukumg gadai dan fiducia
b. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan
melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik secara konsisten.
c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
Pegadaian adalah perusahaan yang turut serta meningkatkan
perekonomian dengan memberikan dana berdasarkan hukum gadai dan fidusia
kepada usaha menengah, kecil dan masyarakat luas secara mudah dan aman
dan cepat untuk keperluan konsumtif terlebih untuk tujuan produktif sehingga
terhindar dari praktik yang tidak terpuji yang merugikan mereka.
Inovasi produk terus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat luas sehingga lebih memudahkan mereka memperoleh kebutuhan
dana yang mereka inginkan. Beragam keinginan masyarakat yang dapat
dikemas oleh Pegadaian untuk kepentingan perorangan maupun kepentingan
kelompok dimana mereka dapat bersinergi untuk saling
menopang/mendukung dan sekaligus sebagai jaminan pengembalian pinjaman
b. Struktur Organisasi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Medan
Struktur organisasi adalah keseluruhan dari tugas –tugas yang
dikelompokkan dalam fungsi yang ada sehingga merupakan suatu kesatuan
harmonis, yakni diarahkan dan dikembangkan secara terus menerus pada suatu
tujuan kondisi optimal. Struktur suatu organisasi ditunjukkan dalam bentuk
suatu skema organisasi, yaitu suatu lukisan grafis yang menjelaskan berbagai
hubungan antara fungsi-fungsi dalam organisasi, baik vertikal maupun
horizontal, baik antar bagian maupun antar individu.
Berdasarkan hasil penelitian penulis pada Perum Pegadaian dapat
diketahui bahwa perusahaan menganut bentuk organisasi garis dan staff yang
dapat dilihat dalam dalam bagan pada lampiran I.
Fungsi dan tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut.
a) Pimpinan Wilayah
Fungsinya:
kegiatan perusahaan di wilayah terutama dalam bidang operasional
serta membantu fungsi-fungsi kantor pusat sesuai dengan kewenangan
yang dilimpahkan direkasi. Sedangkan fungsi lainnya adalah
membantu dalam menetapkan sewa modal, promosi produk yang
ditawarkan dan juga mewakili pusat dalam hal masalah hukum apabila
jasa yang ditawarkan dan juga mewakili pusat dalam hal masalah
hukum apabila jasa yang ditawarkan mendapat masalah.
• rencana jangka panjang yaitu pembukuan kantor cabang dan juga
promosi jasa baru seperti kreasi dan kresida serta rencana anggaran
kantor wilayah.
• berusaha untuk mengembangkan usaha inti (jasa gadai) jasa lain
(kreasi, kresida dan jasa titipan).
• mengamankan kekayaan perusahaan yang asa di kantor wilayah
dan kantor cabang dan laporan inspektur wilayah yang mengawasi
ke kantor cabang daerah setiap lainnya.
• strategi bisnis di kantor cabang yang menjadi acuan bagi para
manajer cabang dengan cara promosi yang luas kepada masyarakat
baik dengan papan reklame, mengurangi suku bunga/sewa modal. • mengembangkan serta mengendalikan kegiatan evaluasi berkala
terhadap kinerja pasa manajer cabang dan staf yaitu maried system
yang maksudnya disini bahwa setiap bulan Juni dan Desember
pimpinan wilayah mendapatkan laporan dari kantor cabang.
b) Inspektur Wilayah
Fungsinya:
penilaian atas system pengendalian dan pelaksanaan seluruh kegiatan
perusahaan, memberikan saran-saran dan mengatasi kantor wilayah
dan kantor cabang dan menjalankan usahanya.
Tugasnya:
• mengawasi cabang-cabang serta memiliki jadwal rahasia dalam