• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI

PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

TESIS

TIO DORIS SIREGAR

097106001

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS

KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN SUMATERAUTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI

PADA PASIEN GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu

Kedokteran Jiwa / M.Ked (KJ) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

TIO DORIS SIREGAR

097106001

PROGRAM MAGISTER KLINIK-SPESIALIS ILMU KEDOKTERAN

JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien Gangguan Depresif Mayor

Nama Mahasiswa : Tio Doris Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 097106001

Program Magister : Magister Kedokteran Klinis Konsentrasi : Ilmu Kedokteran Jiwa

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) Ketua

Ketua Program Studi Magister Ketua TKP PPDS Kedokteran Klinik

Prof. dr. Chairuddin P. Lubis,DTMH&H,SpA(K) dr. Zainuddin Amir, Sp.P(K) NIP.195406201980111001

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ(K) ………

Anggota:

1. Prof. dr. M. Joesoef Simbolon (K) ……….

2. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ ……….

(5)

PERNYATAAN

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI PADA PASIEN

GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali secara tertulis mengacu dalam naskah ini dan disebutkan di

dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2012

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik

Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Ketua Program Magister

Kedokteran Klinik FK USU, yang telah memberikan kepada saya

kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran

Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ, selaku Ketua Departemen Psikiatri

FK USU dan guru penulis, yang banyak memberikan masukan –

masukan berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

3. dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ, selaku Ketua Program Studi PPDS – I

Psikiatri FK USU, guru dan pembimbing penulis dalam penyusunan

tesis ini, yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian membimbing,

mengkoreksi, dan memberi masukan – masukan berharga kepada

penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.KJ (K), sebagai guru dan pembimbing

penulis dalam penyusunan tesis ini yang penuh kesabaran dan

perhatian telah membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan

dan masukan – masukan yang berharga kepada penulis sehingga

tesis ini dapat diselesaikan.

5. dr. H Harun Thaher Parinduri, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta

pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

(7)

6. Alm. Prof. dr. H. Syamsir BS, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta

pengarahan yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

7. Prof. dr. H. M. Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K), selaku guru penulis, yang

banyak memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan serta

pengarahan yang berharga kepada penulis selama penulis mengikuti

Program magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

8. dr. Vita Camelia, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan

bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-

buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program

Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

9. dr. Muhammad Surya Husada, Sp.KJ, sebagai guru dan senior yang

telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, pengetahuan,

dorongan, dukungan dan buku-buku bacaan yang berharga selama

saya mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

10. dr. Dapot Parulian Gultom, Sp.KJ, sebagai Direktur Badan Layanan

Umum Daerah RSJ Propinsi Sumatera Utara dan guru penulis, yang

telah memberikan izin, kesempatan, fasilitas, dan pengarahan kepada

penulis selama mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik

Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

11. dr. Juskitar, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak memberikan

bimbingan, pengarahan, pengetahuan, dorongan, dukungan dan buku-

buku bacaan yang berharga selama penulis mengikuti Program

Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

12. Dr. Herlina Ginting, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengetahuan serta dorongan selama

penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

13. dr. Mawar Gloria Taringan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak

(8)

penulis mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

14. dr. Freddy S. Nainggolan, Sp.KJ, sebagai guru yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengetahuan, dorongan, serta

literatur-literatur yang berharga selama penulis mengikuti Program Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

15. dr. Donald F. Sitompul, Sp.KJ, dr. Hj. Sulastri Effendi, Sp.KJ, dr

Rosminta Girsang, Sp.KJ, dr. Artina R. Ginting, Sp.KJ, , dr. Mariati,

Sp.KJ, dr. Evawati Siahaan, Sp.KJ, dr. Paskawani siregar, Sp.KJ, dr.

Citra J. Taringan, Sp.KJ, dan dr. Vera RB. Marpaung, Sp.KJ, sebagai

senior yang telah memberikan semangat dan dorongan selama penulis

mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

16. dr. Adhayani Lubis, Sp.KJ dr. Yusak P. Simanjuntak, Sp.KJ, dr. Juwita

Saragih, Sp.KJ, dr. Friendrich Lupini, Sp.KJ, dr. Rudyhard E.

Hutagalung, Sp.KJ, dr. Laila Sari, Sp.KJ, dr. Evalina Perangin-Angin,

Sp.KJ, dr. Victor Eliezer, Sp.KJ, dr. Siti Nurul Hidayati, Sp.KJ, dr.

Lailan Sapinah, Sp.KJ,dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ, sebagai

senior yang banyak memberikan bimbingan, dorongan dan semangat

kepada penulis selama mengikuti program Magister Kedokteran Klinik

Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

17. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, Direktur

Rumah Sakit Tembakau Deli, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Pirngadi Medan atas izin, kesempatan dan dan fasilitas yang diberikan

kepada penulis untuk belajar dan bekerja selama penulis mengikuti

Megister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

18. Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, selaku staf pengajar Ilmu Kesehatan

Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu Kedokteran

Pencegahan FK USU dan konsultan metodologi penelitian dan statistik

penulis dalam penelitian ini, yang banyak meluangkan waktu untuk

(9)

19. Rekan – rekan sejawat peserta PPDS – I Psikiatri FK USU: dr. Herny

Taruli Tambunan, Mked (KJ), Mila Astari, Mked (KJ), dr. Ira Aini Dania,

Mked (KJ), dr. Baginda Harahap, Mked (KJ), dr. Muhammad Yusuf,

Mked (KJ), dr. Ricky Wijaya Tarigan, Mked (KJ), dr. Superida Ginting

Suka, dr. Lenni Crisnawati Sihite, dr. Saulina Dumaria Simanjuntak,

Mked (KJ), dr. Hanip Fahri, Mked (KJ), dr. Ferdinan Leo Sianturi, Mked

(KJ), dr. Andreas Xaverio Bangun, dr .Dian Budianti, dr. Endang Sutry

Rahayu, dr. Duma M. Ratnawati, dr. Nauli Auli Lubis, dr. Nirwan

Abidin, dr. Nanda Sari Nuralita, dr.Wijaya Taufik Tiji, dr. Alfi Syahri

Rangkuti, dr. Agussyah Putra, dr. Rini Gussya Liza, dr. Gusri Girsang,

dr. Dessi Wahyuni, dr. Hendriko Tusandra Putra, dr. Ritha Mariati

Sembiring, dr. Reny Fransiska Barus, dr. Susiati, dr. Annisa Fransiska,

dr. Dessy Mawar Zalia, dr. Nazli Mahdinasari Nasution, dr. Andi

Syahputra Siregar, dr. Nining Gilang Sari, dr. Rosa Yunilda, dr. Arsusy

Widyastuty, yang banyak memberikan masukan berharga kepada

penulis melalui diskusi-diskusi kritis dalam berbagai pertemuan formal

maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang

membangkitkan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

20. Para perawat dan pegawai di berbagai tempat dimana penulis pernah

bertugas selama menjalani pendidikan spesialis ini, serta berbagai

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak membantu penulis dalam menjalani Program Magister

Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

21. Teman-teman di layanan digital perpustakaan USU : Evi Yulifimar,

S.Sos, Yuli Handayani, S.Sos , Diana Hartati, S.Sos, M. Salim A.Md

yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas selama

mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

22. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis hormati dan kasihi Ch.

Siregar dan M. br. Simalango yang telah penuh perjuangan

(10)

pernyertaan doa yang tidak pernah urung serta dukungan penuh

dalam menjalani banyak hal terutama selama penulis menjalani

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

23. Kepada mertua, Bapak Drs. W. Situmorang (†) dan Ibu H br Manulang,

yang banyak memberikan semangat, dorongan dan doa kepada

penulis selama menjalani Program Pendidikan Magister Kedokteran

Klinik Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa.

24. Ketiga saudara kandung saya, Bripka Maruli Tua Siregar, SH, Tiur

Maria Siregar, Briptu. David Siregar yang banyak memberikan

semangat, inspirasi dan doa kepada penulis selama menjalani

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

25. Seluruh ipar saya, Sunggul Situmorang, SE, Magdauli Situmorang,

SPd, Painte Situmorang, SE, Riris Situmorang, SE, Sukses

Situmorang, ST, Tetty Mei Dinar, SE, yang banyak memberikan

semangat, inspirasi dan doa kepada penulis selama menjalani

Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu

Kedokteran Jiwa.

26. Kepada suami tercinta, Sudiwan Situmorang, SP terima kasih atas

segala doa, dukungan, semangat, pengorbanan dan kasih sayang

yang senantiasa diberikan selama penulis menjalani pendidikan

spesialisasi dan menyelesaikan tesis ini. Tanpa semua itu, penulis

tidak akan mampu menyelesaikan pendidikan magister klinis dan tesis

(11)

Akhir kata, semoga Bapa Yang Maha Pengasih membalas semua

jasa dan budi baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih

dalam mewujudkan cita-cita penulis dan kepada handai tolan yang tidak

dapat saya sebutkan satu – persatu, baik secara langsung maupun tidak

langsung yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun

materil, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2012

(12)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Depresif Mayor 5

2.2 Diagnosis 8

2.3 Beck Suicide Intent Scale 12

2.4 Kerangka Konseptual 13

(13)

3.13 Jadwal Penelitian 21

BAB 4. HASIL PENELITIAN 22

BAB 5. PEMBAHASAN 28

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 31

6.2 Saran 33

BAB 7. RINGKASAN 34

DAFTAR RUJUKAN 36

LAMPIRAN 1. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian 39

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) 41 3. Data Subyek Penelitian 42

4. Beck Suicide Intent Scale 43

5. Surat Persetujuan Komite Etik 44

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik demografi berdasarkan umur, jenis kelamin,

status perkawinan, pekerjaan dan pendidikan.

Tabel 4.2 Tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS.

Tabel 4.3 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

kelompok umur

Tabel 4.4 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis

kelamin

Tabel 4.5 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

perkawinan

Tabel 4.6 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

pekerjaan

Tabel 4.7 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BLUD : Badan Layanan Umum Daerah

BSIS : Beck Suicide Intent Scale

DKK : Dan kawan – kawan

DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. Fourth Edition. Text Revised SMP : Sekolah Menengah Pertama

(16)

ABSTRAK

Latar Belakang : Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun. Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat risiko gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berbeda berdasarkan karakteristik demografi.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 62 pasien depresif mayor yang berobat ke BLUD RSJ dan RSUP. H. Adam Malik Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria DSM – IV – TR, kooperatif dan dapat diwawancarai, memiliki gagasan bunuh diri, usia 20 – 50 tahun. Kriteria eksklusi adalah komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya, adanya penggunaan zat dan penggunaan alkohol.

Hasil :

(17)

bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5 %), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%).

Kesimpulan : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tingkat gagasan bunuh diri pada pasien depresi mayor yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi sebanyak 72,5%, dengan kelompok umur 40 – 50 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak kawin, tidak bekerja dan pendidikan SMA.

Kata Kunci : Pasien depresif mayor, bunuh diri, Beck Suicide Intent

(18)

ABSTRAK

Latar Belakang : Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun. Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat risiko gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berbeda berdasarkan karakteristik demografi.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 62 pasien depresif mayor yang berobat ke BLUD RSJ dan RSUP. H. Adam Malik Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria DSM – IV – TR, kooperatif dan dapat diwawancarai, memiliki gagasan bunuh diri, usia 20 – 50 tahun. Kriteria eksklusi adalah komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik lainnya, adanya penggunaan zat dan penggunaan alkohol.

Hasil :

(19)

bunuh diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5 %), distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%).

Kesimpulan : Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tingkat gagasan bunuh diri pada pasien depresi mayor yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi sebanyak 72,5%, dengan kelompok umur 40 – 50 tahun, jenis kelamin perempuan, tidak kawin, tidak bekerja dan pendidikan SMA.

Kata Kunci : Pasien depresif mayor, bunuh diri, Beck Suicide Intent

(20)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh

dunia.1 Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi

atau mengalami penyakit fisik.

Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat

setiap tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali

lebih tinggi dari ini.

2

3

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa

salah satu upaya bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat

satu orang setiap menit yang meninggal karena bunuh diri. Penyebab

bunuh diri merupakan hal yang kompleks. Beberapa orang tampak sangat

rentan untuk bunuh diri ketika menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit

atau kombinasi stressor. Faktor-faktor ini termasuk adanya gangguan

mental sebelumnya atau penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam

keluarga dekat, kekerasan keluarga jenis apa pun, dan adanya

perpisahan atau perceraian. 4,5

Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan

Kessler dan kawan – kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan

bunuh diri sebesar 2,8% - 3,3% dari populasi umum, dan Weissman dkk,

(21)

Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar

terjadinya bunuh diri.7,8

Pada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri

menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa

bersamaan dengan diagnosis psikiatri yaitu sekitar 5% hingga 7%.9 Dari laporan studi klinis menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan

depresif mayor berat memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri.3 Dan adanya data yang menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang

melakukan bunuh diri sebelumnya tidak melakukan percobaan bunuh diri

dan setidaknya ada satu studi tentang percobaan bunuh diri yang

menemukan sekitar 10% akhirnya mati dengan bunuh diri. Dengan

demikian gagasan dan perencanaan bunuh diri merupakan hal yang

serius dibandingkan dengan percobaan bunuh diri.10

Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang

dirawat di rumah sakit pada episode gangguan depresif mayor berat

diperkirakan 15%.11

Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap

207 pasien rawat inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama

periode 5 - 10 tahun, terdapat 14 pasien yang melakukan bunuh diri. Beck

mengamati secara klinis bahwa ketika pasien depresi yakin tidak ada

solusi untuk masalah kehidupan yang serius, mereka memandang bunuh

diri sebagai jalan keluar dari situasi yang tak tertahankan. Menurut

formulasi Beck's, putus asa merupakan karakteristik inti dari depresi dan

berfungsi sebagai penghubung antara depresi dan bunuh diri.

(22)

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran tingkat gagasan bunuh diri pada pasien

gangguan depresif mayor?

2. Berapakah proporsi gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif

mayor berdasarkan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin,

perkawinan, pekerjaan, pendidikan)?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum : Untuk mengetahui gambaran tingkat gagasan

bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor.

1.3.2 Tujuan Khusus : Untuk mengetahui proporsi gagasan bunuh diri

pada pasien gangguan depresif mayor berdasarkan karakteristik

demografi ( umur, jenis kelamin, perkawinan, pekerjaan, pendidikan ).

1.4 Manfaat penelitian

1. Dapat diperoleh gambaran mengenai proporsi dan karakteristik

demografi pasien – pasien dengan gagasan bunuh diri pada

gangguan depresif mayor.

2. Dengan diperolehnya gambaran tingkat keparahan gagasan bunuh

diri maka diharapkan dapat memberikan masukan kepada keluarga

dan tenaga kesehatan untuk dapat mengantisipasi pasien yang

(23)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berlanjut untuk penelitian

selanjutnya atau yang sejenis atau penelitian lain yang memakai

(24)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Depresif Mayor

Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah

gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda – beda pada masing –

masing individu. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

Fourth Edition Text Revision ( DSM – IV – TR ), merupakan salah satu

instrumen yang digunakan untuk menegakkan diagnosis depresif. Menurut

DSM – IV – TR suatu gangguan depresif mayor didefinisikan sebagai satu

atau lebih episode depresif berat tanpa adanya riwayat episode manik,

campuran, atau hipomanik. Suatu episode depresif mayor harus dialami

sekurang-kurangnya 2 minggu, dan secara tipikal seorang pasien

mengalami depresi dan atau kehilangan minat dalam kebanyakan

aktifitas. Seseorang dengan diagnosis episode depresif mayor harus juga

mengalami paling sedikit 4 simtom dari kriteria yang mana termasuk

perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan tidur dan aktifitas,

pengurangan energi, perasaan bersalah, masalah dalam berpikir dan

dalam membuat keputusan, dan pikiran yang berulang tentang kematian

atau bunuh diri.13,14 Usia rata-rata onset gangguan depresif adalah sekitar 40 tahun, dengan 50 persen dari semua pasien depresif dengan onset

usia diantara 20 dan 50.

Penelitian lintas nasional yang dilakukan Matthew KN, dan kawan –

kawan

15

(25)

bunuh diri 3,1%, dan upaya bunuh diri 2,7%. Pada seluruh negara, 60%

mengalami transisi dari gagasan terhadap perencanaan dan percobaan

bunuh diri terjadi dalam tahun pertama setelah onset gagasan. Faktor

risiko yang termasuk adalah perempuan, orang muda, kurang

berpendidikan, tidak menikah dan memiliki gangguan mental.1

Kebanyakan penelitian dari pikiran dan perilaku bunuh diri

dilakukan di negara-negara Barat, pendapatan individu yang tinggi dan

tidak diketahui apakah perkiraan prevalensi dan faktor risiko yang

diidentifikasi dalam studi-studi generalisasi di luar negara-negara tersebut.

Penelitian terbaru di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti

Cina dan India menunjukkan terjadinya perilaku bunuh diri dapat sangat

berbeda dari negara-negara berpenghasilan tinggi.1

Pengalaman keputusasaan sering dikaitkan dengan gagasan

bunuh diri. Gagasan bunuh diri mengacu pada pikiran menyakiti atau

membunuh diri sendiri, dan frekuensi, intensitas, dan durasi pikiran seperti

itu sangat bervariasi. Gagasan bunuh diri merupakan tidak adanya

tindakan yang lebih menonjol dari adanya percobaan atau bunuh diri.6,15 National Comorbidity Survey, sekitar 14% dari populasi Amerika

melaporkan memiliki pikiran tentang bunuh diri, 4% punya rencana, dan

4,6% telah melakukan upaya. Probabilitas kumulatif transasi dari gagasan

ke perencanaan bunuh diri sekitar 34%, 72% dari perencanaan bunuh diri

ke percobaan bunuh diri, dan 26% dari gagasan bunuh diri dengan

percobaan bunuh diri yang tidak direncanakan. Adanya perencanaan dan

(26)

tidak direncanakan dan 60% dari upaya pertama perencanaan bunuh diri

terjadi dalam 1 tahun awal munculnya gagasan.10

Pada penelitian yang dilakukan Isometsa dkk pada tahun 1994,

terhadap semua individu yang melakukan bunuh diri di Finlandia dalam 1

tahun adalah bahwa sebagian besar korban bunuh diri itu merupakan

depresi mayor dan banyak yang tidak menerima pengobatan untuk

depresi. Hanya 3% yang telah menerima antidepresan pada dosis terapi,

dan hanya 7% yang telah menerima psikoterapi setiap minggu. Selain itu,

tidak satu pun dari 24 subyek psikotik telah diberikan perawatan yang

memadai. Isometsa dkk, menyimpulkan bahwa depresi bukan hanya

faktor risiko terjadinya bunuh diri tetapi tidak diberikannya pengobatan

ataupun pengobatan yang tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya

bunuh diri. Di antara pasien dengan gangguan mood, ciri psikotik tidak

menyebabkan peningkatkan yang signifikan risiko bunuh diri.

Suatu penilaian bunuh diri harus dilakukan pada setiap pasien yang

terlihat dalam pengaturan darurat psikiatri, terlepas dari apakah pasien

mengakui adanya gagasan bunuh diri atau telah melakukan percobaan

bunuh diri. Salah satu penelitian menemukan empat pertanyaan berikut

menjadi gambaran sensitif untuk risiko bunuh diri : "Apakah ada jangka

waktu dua minggu di mana Anda memiliki sulit tidur, di mana Anda merasa

tertekan, sedih , atau kehilangan minat dalam berbagai hal; di mana Anda

telah merasa tidak berharga, sederhana atau memiliki rasa bersalah, atau

di mana Anda merasa putus asa untuk jangka waktu yang lama ?” 10,16

(27)

2.2 DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk Gangguan Depresif Mayor :

A. Adanya suatu episode depresif mayor tunggal

B. Episode depresif mayor tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan

skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,

gangguan skizofreniform, gangguan waham atau gangguan psikotik

yang tak tergolongkan

C. Tidak pernah terdapat suatu episode manik, episode campuran

atau episode hipomanik. Catatan : penyingkiran ini tidak berlaku

jika semua episode mirip manik, mirip campuran atau mirip

hipomanik adalah diinduksi oleh zat atau pengobatan atau oleh

efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis umum.

Jika kriteria lengkap memenuhi suatu Episode Depresif Mayor, tentukan

status klinis dan atau gambaran sekarang :

Ringan, sedang, berat tanpa ciri psikotik, berat dengan ciri

psikotik

Kronis

Dengan ciri katatonik

Dengan ciri melankolik

Dengan ciri atipikal

(28)

Jika kriteria lengkap tidak memenuhi suatu Episode Depresif Mayor,

tentukan status klinis dari Gangguan Depresif Mayor sekarang atau

gambaran dari episode paling akhir

Dalam partial Remission, full remission

Kronis

Dengan ciri katatonik

Dengan ciri melankolik

Dengan ciri atipikal

Dengan onset postpartum

Dikutip dari : American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Fourth edition. Text Revision. Washington DC:2000: hal. 375.14

Major Depresive Episode

a) Terdapat lima atau lebih simtom yang ada selama periode 2 minggu

dan terlihat adanya perubahan dari fungsi sebelumnya paling sedikit

satu simtom lainnya, (1) mood depresif, (2) hilangnya minat dan rasa

nyaman.

Catatan: Jangan memasukkan gejala-gejala yang jelas-jelas karena

suatu kondisi medis umum, atau waham atau halusinasi yang tidak

sejalan dengan mood.

1) Mood depresif hampir sepanjang hari, seperti yang

(29)

sedih atau kosong) maupun pengamatan yang dilakukan

oleh orang lain (misalnya tampak sedih atau menangis).

Catatan: Pada anak-anak dan remaja, dapat berupa mood

yang iritabel

2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua

atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap

hari (seperti yang ditunjukkan baik oleh keterangan subjektif

maupun pengamatan yang dilakukan oleh orang lain).

3) Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang

melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya

perubahan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan)

atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir

setiap hari.

Catatan: Pada anak – anak , pertimbangkan kegagalan

mencapai pertambahan berat badan yang diharapkan.

4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati

oleh orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif dari

kegelisahan atau menjadi lamban).

6) Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.

7) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang

berlebihan atau tidak sesuai (yang mungkin bersifat waham)

hampir setiap hari (tidak semata-mata mencela diri sendiri

(30)

8) Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan

perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir

setiap hari (baik oleh keterangan subkjetif maupun yang

teramati oleh orang lain).

9) Pikiran tentang kematian yang berulang (bukan hanya rasa

takut akan kematian), ide bunuh diri yang berulang tanpa

suatu rencana spesifik, atau suatu usaha bunuh diri atau

rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b) Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria untuk episode campuran.

c) Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting

lainnya.

d) Gejala-gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu

kondisi medis umum (misalnya hipotiroidisme).

e) Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu setelah

kehilangan orang yang dicintai, gejala-gejalanya menetap lebih dari 2

bulan atau ditandai oleh hendaya fungsional yang jelas, preokupasi

morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik atau

retardasi psikomotor.

(31)

2.3 Beck Suicide Intent Scale (BSIS)

Beck Suicide Intent Scale merupakan alat ukur yang digunakan

untuk menilai niat / gagasan dan percobaan bunuh diri yang

dikembangkan oleh Aaron T. Beck dan kawan – kawannya di University of

Pennsylvania.18

Beck Suicide Intent Scale ( BSIS) terdiri dari 15 pertanyaan setiap

nomor diberi nilai 0 sampai 2. Total semua nilai adalah antara 0 sampai 30

. Pertanyaan dibagi menjadi dua bagian . Bagian pertama 9 pertanyaan

berhubungan dengan ”keadaan” dan keinginan pasien untuk menyakiti diri

sendiri. Bagian kedua 6 pertanyaan berikutnya adalah laporan diri yang

berdasarkan gambaran, pikiran, perasaan saat mereka akan bertindak

melakukan bunuh diri. Bila total skor < 4 risiko rendah, bila skor 4 – 10

risiko sedang dan skor >10 adalah risiko tinggi untuk usaha melakukan

tindakan bunuh diri.

(32)

2.4 Kerangka Konseptual

Pasien Depresif Mayor

Gagasan Bunuh diri

(Beck Suicide Intent Scale)

Faktor Demografik 1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Status perkawinan

4. Status Pekerjaan

(33)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat penelitian: Poliklinik Psikiatri dan Rawat Inap BLUD Rumah

Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik

Medan.

Waktu penelitian : 1 April 2011 – 1 Juni 2011

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi target : Pasien gangguan depresif mayor.

2. Populasi terjangkau : Pasien gangguan depresif mayor yang

datang berobat ke Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah

Propinsi Sumatera Utara Medan dan RSUP Haji Adam Malik

Medan periode 1 April - 1 Juni tahun 2011

3. Sampel Penelitian : Sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara

(34)

3.4 Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel diukur dengan menggunakan rumus19

n = Zα2 PQ d

Zα = nilai batas awal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada

nilai α yang ditentukan; untuk nilai α = 0,05  Zα = 1,96 2

P = Proporsi gagasan bunuh diri pada gangguan depresif

mayor 80 %

Q = 1 - P = 1 – 0,80 = 0,20

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir = 0,1

n = (1,96)2 .0,80 (0,20) (0,1)2

= 61,4

Dengan menggunakan rumus diatas didapatkan jumlah sampel 62 orang

3.5 Kriteria Inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi

1. Pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria

DSM – IV – TR

2. Kooperatif dan dapat diwawancarai

3. Memiliki gagasan bunuh diri.

(35)

Kriteria eksklusi

1. Komorbiditas penyakit medis umum dan atau gangguan psikiatrik

lainnya.

2. Adanya penggunaan zat dan penggunaan alkohol.

3.6 Persetujuan Setelah Penjelasan / Informed Consent

Semua subjek penelitian akan di minta persetujuan dari

keluarga setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas

untuk ikut serta dalam penelitian.

3.7 Masalah etika

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etika

penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

3.8 Cara kerja

Pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria

inklusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan

penjelasan yang terperinci dan jelas untuk ikut serta dalam

penelitian. Sebelum dilakukan pemeriksaan BSIS terhadap pasien

terlebih dahulu ditanyakan empat pertanyaan yang menjadi

gambaran sensitif risiko bunuh diri : "Apakah ada jangka waktu dua

minggu di mana ditemukan sulit tidur, merasa tertekan, sedih, atau

(36)

atau memiliki rasa bersalah, merasa putus asa untuk jangka waktu

yang lama?” Selanjutnya subyek penelitian akan menjalani

pemeriksaan Beck Suicide Intent Scale yang terdiri dari 15

pertanyaan setiap nomor diberi nilai 0 sampai 2. Total semua nilai

adalah antara 0 sampai 30. Pertanyaan dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama 9 pertanyaan berhubungan dengan ”keadaan” dan

keinginan pasien untuk menyakiti diri sendiri. Bagian kedua 6

pertanyaan berikutnya adalah laporan diri yang berdasarkan

gambaran, pikiran, perasaan saat mereka akan bertindak

melakukan bunuh diri. Bila total skor < 4 risiko rendah, skor 4-10

risiko sedang dan skor >10 adalah risiko tinggi untuk usaha

melakukan tindakan bunuh diri. Kemudian data sampel penelitian

dikumpulkan dan dilihat perbedaannya secara demografi.

(37)

3.9 KERANGKA OPERASIONAL

Jenis kelamin

Usia Perkawinan Pekerjaan Pendidikan

Beck Suicide Intent Scales

(Rendah, sedang, tinggi) Inklusi

Pasien gangguan depresif mayor yang sesuai DSM – IV –TR

Eksklusi Gagasan

(38)

3.10 Identifikasi Variabel

Variabel Penelitian : pasien gangguan depresif mayor, karakteristik

demografi (umur, jenis kelamin, perkawinan,

pekerjaan, pendidikan), BSIS.

3.11 Definisi Operasional

a. Pasien gangguan depresif mayor yang memenuhi kriteria

diagnostik gangguan depresif mayor berdasarkan DSM – IV –

TR

b. Gagasan bunuh diri: ide ataupun pemikiran tentang keinginan

bunuh diri

c. Beck Suicide Intent Scale adalah suatu alat ukur yang dapat

digunakan untuk melihat tingkat keparahan gagasan bunuh diri

pada pasien yang didiagnosis dengan depresif mayor. Terdiri

dari 15 pertanyaan setiap nomor diberi nilai 0 sampai 2. Skor <4

risiko rendah, skor 4-10 risiko sedang dan skor >10 adalah

risiko tinggi untuk usaha melakukan tindakan bunuh diri.

d. Status Perkawinan : kawin, tidak kawin, janda/ duda

e. Pekerjaan : bekerja dan tidak bekerja

f. Usia adalah lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam

(39)

Umur dibagi dalam :

20 –

30 –

40 – 50

g. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan

h. Pendidikan : Jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang

dijalani responden melalui pendidikan formal : SMP, SMA,

Sarjana

3.12 Pengolahan dan Penyajian Data

Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, kemudian di

hitung proporsi gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif

mayor berdasarkan demografi ( umur, jenis kelamin, perkawinan,

(40)

3.12 Jadwal Penelitian

Waktu Kegiatan Maret 2011

1 April – 1

Juni 2011

Juni 2011 Juli 2011

Persiapan

Pelaksanaan

Penyusunan

Laporan

(41)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Sebanyak 62 pasien gangguan depresif mayor di Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Sumatera Utara dan RSUP. H. Adam Malik Medan telah ikut

serta dalam penelitian ini. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

ditetapkan secara non probability sampling jenis consecutive dalam

periode waktu 1 April 2011 - 1 Juni 2011.

Tabel 4.1. Karakteristik demografi berdasarkan umur, jenis kelamin,

status perkawinan, status pekerjaan, dan status pendidikan.

Karakteristik Demografi

Perguruan Tinggi/akademi 17 27

(42)

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok umur 40 – 50 tahun

lebih banyak dijumpai sebanyak 35 sampel (57%), berdasarkan jenis

kelamin yang memiliki paling banyak sampel adalah jenis kelamin

perempuan sebanyak 43 sampel (69%), berdasarkan status perkawinan

yang memiliki paling banyak sampel dijumpai pada mereka yang tidak

kawin sebanyak 41 sampel (66%), berdasarkan status pekerjaan yang

memiliki paling banyak sampel adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel

(61%) dan berdasarkan status pendidikan yang memiliki paling banyak

sampel adalah pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57%).

Tabel 4.2. Tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS

BSIS Jumlah

n %

Rendah 0 0

Sedang 17 27,5

Tinggi 45 72,5

Total 62 100

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri yang

terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%), skor BSIS

sedang sebanyak 17 sampel (27,5%), sedangkan skor BSIS rendah tidak

(43)

Tabel 4.3. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri

berdasarkan kelompok umur yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi

yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel

(64,5%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah pada

kelompok umur 30 – tahun sebanyak 7 sampel (41,2 %).

Tabel 4.4. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis

(44)

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri

berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi

yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel

(73,3%), sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah pada

jenis kelamin perempuan sebanyak 10 sampel (58,8 %).

Tabel 4.5. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status

perkawinan

B S I S

Sedang Tinggi

n % n %

Jenis Kelamin

Kawin 6 35,3 11 24,4

Tidak Kawin 7 41,2 34 75,6

Janda/ Duda 4 23,5 0 0

Total 17 100 45 100

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri

berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS

tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6%),

sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah status tidak

(45)

Tabel 4.6 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri

berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi

yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5%),

sedangkan skor BSIS sedang yang paling banyak adalah status yang

tidak bekerja sebanyak 9 sampel (52,9%).

Tabel 4.7 Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan

(46)

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh diri

berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang

terdapat pada pendidikan SMA sebanyak 24 sampel (53,4%), sedangkan

skor BSIS sedang yang paling banyak adalah pendidikan SMA sebanyak

(47)

BAB 5. PEMBAHASAN

Penelitian “Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada

Pasien Gangguan Depresif Mayor” ini merupakan penelitian deskriptif.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

tingkat gagasan bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor. Tujuan

khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi gagasan

bunuh diri pada pasien gangguan depresif mayor berdasarkan usia, jenis

kelamin, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran tingkat risiko

gagasan bunuh diri yang terbanyak adalah skor BSIS tinggi yaitu 45

sampel ( 72,5%).

Dari data demografi berdasarkan kelompok umur menunjukkan

bahwa kelompok umur 40-50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35

sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak

sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69 %),

berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel

dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%),

berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel adalah

tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan status

pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah pendidikan SMA

sebanyak 35 sampel (57 %).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh

(48)

tinggi yang terdapat pada kelompok umur 40 – 50 tahun sebanyak 29

sampel (64,5%).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh

diri berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi

yang terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 33 sampel (73,3

%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Daniel J.

Healy, dkk pada tahun 2006 yang menemukan bahwa jenis kelamin

perempuan lebih banyak memiliki gagasan bunuh diri dibandingkan laki –

laki. 20 Hal tersebut dapat disebabkan pada umumnya laki – laki lebih cenderung melakukan tindakan/percobaan bunuh diri dibandingkan

ide/gagasan bunuh diri.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh

diri berdasarkan status perkawinan yang paling banyak adalah skor BSIS

tinggi yang terdapat pada status tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6%). 22

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Daniel J. Healy,

dkk pada tahun 2006 yang menemukan status tidak kawin lebih banyak

memiliki gagasan bunuh diri yaitu sebanyak 70%.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh

diri berdasarkan status pekerjaan yang paling banyak adalah skor BSIS

tinggi yang terdapat pada status tidak bekerja sebanyak 29 sampel

(64,5%). Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan

Daniel J. Healy, dkk pada tahun 2006 yang menemukan status yang tidak

bekerja lebih banyak memiliki gagasan bunuh diri yaitu sebanyak 59%. 20

20

(49)

yang disebabkan adanya kesulitan ekonomi dikarenakan tidak adanya

pekerjaan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat gagasan bunuh

diri berdasarkan pendidikan yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi

(50)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terhadap 62 pasien gangguan depresif mayor

yang datang berobat ke Poliklinik Psikiatri BLUD Rumah Sakit Jiwa

Propinsi Sumatera Utara dan RSU.H. Adam Malik Medan dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik demografi berdasarkan kelompok umur menunjukkan

bahwa kelompok umur 40-50 tahun lebih banyak dijumpai sebanyak 35

sampel (57%), berdasarkan jenis kelamin yang memiliki paling banyak

sampel adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 43 sampel (69%),

berdasarkan status perkawinan yang memiliki paling banyak sampel

dijumpai pada mereka yang tidak kawin sebanyak 41 sampel (66%),

berdasarkan status pekerjaan yang memiliki paling banyak sampel

adalah tidak bekerja sebanyak 38 sampel (61%) dan berdasarkan

status pendidikan yang memiliki paling banyak sampel adalah

pendidikan SMA sebanyak 35 sampel (57%).

2. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS yang terbanyak

adalah skor BSIS tinggi yaitu 45 sampel ( 72,5%), skor BSIS sedang

sebanyak 17 sampel (27,5%), sedangkan tingkat BSIS rendah tidak

(51)

3. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan kelompok umur yang

paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada kelompok

umur 40 – 50 tahun sebanyak 29 sampel (64,5%).

4. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan jenis kelamin yang

paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada jenis kelamin

perempuan sebanyak 33 sampel (73,3 %).

5. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status perkawinan

yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status

tidak kawin sebanyak 34 sampel (75,6 %)

6. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status pekerjaan

yang paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada status

tidak bekerja sebanyak 29 sampel (64,5 %).

7. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan pendidikan yang

paling banyak adalah skor BSIS tinggi yang terdapat pada pendidikan

(52)

6.2 SARAN

1. Perlunya dilakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya

percobaan bunuh diri pada pasien depresi mayor dengan

mengetahui adanya gagasan bunuh diri pada pasien.

2. Dan perlunya penatalaksanaan yang baik pada pasien dan

melakukan edukasi pada keluarga sehingga tindakan percobaan

(53)

DAFTAR RUJUKAN

1. Nock MK, Borges G, Bromet EJ, dkk,. Cross-national prevalence and

risk factors for suicidal ideation, plans and attempts. The British

Journal of Psychiatry 2008. hal. 98 – 105

2. Wolfersdorf M. Depression and suicidal behavior. Psychopathological

differences between suicidal and non-suicidal depressive patients.

Departement of Psychiatry I, University of ULM, PLK Weissenau. hal.

1-11

3. Rihmer Z. Suicide. Psychiatric Diagnosis. Challenges and Prospects.

John-Wiley & Sons. 2009. hal 179 – 185

4. Bertolote JM. Preventing suicide a resource for prison officers.Mental

and Behavioural Disorders. Departement of Mental Health World

Health Organization. Geneva 2000. hal. 5 – 12

5. Andrew LB. Depression and suicide. eMedicine Emergency

Medicine. 21 Oktober 2010

6. Mann JJ, Currier D. Suicide and Attempted Suicide. Dalam : The

Medical Basis of Psychiatry. 3rd

7. Practise Guideline for The Treatment of The Patients With Major

Depressive Disorder. 2

edition. Humana Press. 2008. h. 561

– 71

nd

8. Sudak HS. Psychiatric Emergencies. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA,

Kaplan & Sadock

edition. American Psychiatric Association.

2000. hal. 23 – 31

,

9. Sakinofsky I. Suicide and suicidality. Dalam : Psychiatric Clinical

Skills. Mosby Inc. 2006. hal. 145 – 61

s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol IIA.

Edisi ke-8. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2005,

2442-48.

10. Forster PL, Wu LH. Assessment and treatment of suicidal patients in

an emergency setting. Dalam : Emergency Psychiatry. Review of

(54)

11. Kay J, Tasman A. Mood disorders : Depression. Dalam : Essentials

of Psychiatry. John Wiley and Sons. 2006. hal. 533 – 50

12. Beck AT, Steer RA, Kovacs M, Garrison B. Hopelessness and

Eventual Suicide : A 10 - Year Prospective Study of Patients

Hospitalized With Suicidal Ideation. Am J Psychiatry 142:5, May

1985. hal. 559 – 63

13. Amir. N, Aspek Neurobiologi, Diagnosis dan Tatalaksana Depresi,

FK-UI, Jakarta, 2005, hal. 5

14. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual

Disorders. Fourth Edition. Text Revision. Washington DC : 2000. hal.

345-51, 369-76.

15. Sadock BJ, Sadock VA. Mood Disorders. Dalam : Kaplan & Sadock

Synopsis Of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi

10, Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2007. hal : 527 – 33

16. Quiles D, Lopez C, Millan A. Profile of Suicide Attempters Admitted In

An Emergency Unit. Medical Science Campus, University of Puerto

Rico. 2007

17. Blacker D. Psychiatric Rating Scales. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA,

Kaplan & Sadock,

18.

s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Vol IA.

Edisi ke-8. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2005, 944-45.

Harriss L, Hawton K, Zahl D.Value of measuring suicidal intent in the

assessment of people attending hospital following self-poisoning or

self-injury. The British Journal of Psychiatry

19. Dahlan MS. Langkah – langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang

Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medicine Seri 3

Edisi 2. 2009. h. 80-82

(2005) 186: 60-6

20. Healy DJ, Barry K, Blow F, Welsh D, Milner KK. Routine use of the

beck scale for suicide ideation in a psychiatric emergency

department. Dalam: General hospital psychiatry. Elseiver Inc; 2006.

(55)

21. Gelder m, Mayou R, Geddes J. Suicide and deliberate self harm.

Dalam psychiatry. Edisi ke 3. New York: Oxford University press;

2005. h. 171-76.

22. Rohling JF. A gender analysis of sex differences in suicide-related

behaviors : A national (U.S) and International Perspective. University

(56)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT RISIKO GAGASAN BUNUH DIRI PADA PASIEN

GANGGUAN DEPRESIF MAYOR

Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,

Saya sedang meneliti tentang gagasan bunuh diri pada

pasien gangguan depresif mayor. Saat ini bunuh diri sudah menjadi

masalah kesehatan dunia yang serius. Secara global, sekitar satu juta

kematian akibat bunuh diri dicatat setiap tahun, dan jumlah usaha bunuh

diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi dari ini. Organisasi Kesehatan

Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya bunuh diri terjadi setiap

tiga detik, dan

Kemudian saya akan menginformasikan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i hasil

dari penilaian tersebut. Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat

sukarela dan tanpa paksaan maupun tekanan dari pihak manapun.

Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien. Setelah memahami terdapat 1 orang setiap menit yang meninggal karena

bunuh diri. Pada penelitian ini saya akan melakukan pemeriksaan dengan

menggunakan alat bantú penilaian Beck Suicide Intent Scale (BSIS).

Dimana para peserta akan menjawab pertanyaan yang berada didalam

(57)

berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i

yang terpilih sebagai sukarelawan dalam penelitian ini, dapat mengisi

lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang

jelas maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya: dr. Tiodoris Siregar,

Departemen Psikiatri FK-USU, telepon 061-76930204 atau telepon

genggam 08117404533. Terima kasih.

Medan, Maret 2011

Hormat Saya

(58)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai

penelitian “Gambaran Tingkat Risiko Gagasan Bunuh Diri Pada Pasien

Gangguan Depresif Mayor.” dan setelah mendapat kesempatan tanya

jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian

tersebut, termasuk risikonya, maka dengan ini saya secara sukarela dan

tanpa paksaan menyatakan bersedia bahwa pasien diikutkan dalam

penelitian tersebut.

Medan...2011

(59)

DATA PENELITIAN PASIEN

Nomor : Tanggal :

Nomor Medical Record : A. Data Demografik

1. Nama :

2. Umur : / ( Tahun/bulan )

3. Jenis Kelamin : L / P

4. Alamat :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan :

7. Status pernikahan : Kawin/ tidak kawin/janda/duda

(60)

Nama

Jenis Kelamin : L / P

Usia :

Status pekerjaan : Bekerja / tidak bekerja

Status pernikahan : Menikah / tidak menikah / janda / duda

Status pendidikan SMP/SMU/Universitas/lain - lain

Lokasi Penelitian :

Nomer Keadaan yang berhubungan dengan percobaan bunuh diri Skor

1 Isolasi

0. Ada orang lain

1. Ada orang lain di dekatnya ( baik secara visual maupun melalui telepon)

2.Tidak ada seorangpun didekatnya ( baik secara visual maupun melalui

telepon)

3 Tindakan pencegahan pada dirinya jika menghadapi ancaman

0.Tidak ada tindakan pencegahan

1. Tindakan pencegahan/ perhatian secara pasif ( menghindar dari orang lain

tapi tidak

melakukan sesuatu tindakan pencegahan terhadap dirinya misalnya

sendiri di dalam

kamar tetapi tidak mengunci pintu kamar)

2. Aktif melakukan tindakan pencegahan ( mengunci pintu kamar)

4

Bertindak untuk mendapatkan pertolongan selama dan setelah

melakukan usaha percobaan

bunuh diri

0.Berusaha mencoba meminta pertolongan sehubungan dengan usaha

tersebut

1.Berusaha menghubungi tetapi tidak memberikan informasi secara spesifik

kepada penolong

sehubungan dengan usaha tersebut

2.Tidak ada usaha untuk meminta pertolongan atau bantuan

5 Tindakan akhir untuk mengantisipasi kematian

0. Tidak ada

1. persiapan sebagian atau adanya gagasan

2. Telah membuat suatu rencana dan telah melengkapi semua persiapan

(61)

0. Tidak ada

8 Adanya komunikasi yang jelas sebelum melakukan usaha tersebut

0.Tidak ada

2. Untuk menghilangkan dirinya dari lingkungan ( melepaskan diri dan

memecahkan masalah)

Laporan diri

10 Pandangannya tentang tindakan bunuh diri yang bersifat fatal

0. Berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak disukai

1. Berpikir bahwa kematian itu mungkin tapi tidak memungkinkan

2. Berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang yang mungkin dan dapat

dilakukan

11 Konsep metode kematian

0. Pasien sedikit memikirkan tentang kematian

1.Pasien tidak yakin atau yang dia lakukan dan pikirkan dapat mematikan

2.Adanya konsep atau pemikiran yang sama atau melebihi apa yang pasien

pikirkan dapat

menyebabkan kematian

12 Percobaan yang serius

0. Pasien tidak mempertimbangkan tindakan yang dilakukannya adalah

suatu tindakan yang dapat

mengakhiri hidupnya

1. Pasien tidak yakin bahwa tindakannya tersebut dalah tindakan yang serius

yang dapat

mengakhiri hidupnya.

2. Pasien memperimbangkan bahwa tindakannya tersebut adalah suatu

tindakan serius yang

(62)

medis

1. Pasien tidak yakin apakah kematian dapat dicegah dengan bantuan medis

2. Pasien yakin akan kematian bahkan jika mendapat bantuan medis

15 Derajat Persiapan

0. Tidak ada; dorongan kata hati

1. Tindakan bunuh diri sudah direnungkan selama 3 atau kurang dari 3 jam sebelum melakukan usaha bunuh

diri tersebut

2. Tindakan bunuh diri sudah direnungkan selama lebih dari 3 jam sebelum melakukan usaha bunuh diri tersebut

Terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing diberi skor dari 0-2 pertanyaan berisi pikiran pasien dan emosi pasien pada saat akan melakukan percobaan bunuh diri

pertanyaan lainnya tentang keadaan atau situasi pada saat melakukan tindakan percobaan bunuh diri.

bila total skor <4 : risiko rendah skor 4-10 : risiko sedang skor >10 : risiko tinggi

Dikutip dari : Gelder M, Mayou R, Geddes J. Suicide and deliberate self harm. Dalam psychiatry.

(63)
(64)
(65)

Jenis Kelamin (JK) Pekerjaan:

Score BSIS

1 = Laki - laki

1 =

bekerja Sedang = > 4 - 10

2 = Perempuan

2 = tidak

bekerja Tinggi = > 10

Pendidikan Status perkawinan:

SMP = 1 1 = kawin

SMA = 2 2 = Tidak kawin

Perguruan

Tinggi = 3 3= Duda/Janda

(66)
(67)

Lampiran 6.

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama : Tio Doris Siregar

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Serdang, 15 Januari 1979

Agama : Protestan

bidang Ilmu Kedokteran Jiwa di

Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2005 – 2008 : PTT di RSUP. Raden Mattaher Propinsi

Gambar

Tabel 4.1. Karakteristik demografi berdasarkan umur, jenis kelamin,
Tabel 4.2. Tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan BSIS
Tabel 4.3. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan
Tabel 4.5. Distribusi tingkat gagasan bunuh diri berdasarkan status
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bunuh diri merupakan masalah global dimana peningkatan kejadian bunuh diri terutama pada usia remaja sebagai kelompok risiko terjadinya bunuh diri. Faktor risiko bunuh diri pada

Saat ini, perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa di dunia mencapai 450 juta jiwa termasuk di dalamnya skizofrenia (Indrayani &amp; Wahyudi, 2019). Risiko bunuh diri merupakan

Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian ini, yaitu terdapat hubungan antara konsep diri dengan ketidakberdayaan dan risiko bunuh diri pada remaja yang mengalami

27 Berdasarkan hasil tersebut, dapat di- tarik kesimpulan bahwa resiliensi memoderasi risiko depresi dan gejala kecemasan terhadap ide bunuh diri pada pasien

Seorang mahasiswa teknik bersuku Batak Toba dikonfirmasi telah melakukan bunuh diri di kamar kosnya (Tribun Medan, 2016). Hal ini membuktikan bahwa tindakan bunuh

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan ide bunuh diri dan semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi pula ide bunuh

Manajemen terhadap pasien bunuh diri meliputi diagnosis dan penanganan terhadap gangguan psikiatri yang sedang dideritanya, menilai risiko untuk melakukan bunuh

Tarif untuk usaha bunuh diri dihitung dengan menggunakan sampel lengkap episode pengobatan baru. Karena data mortalitas yang tersedia hanya sampai 31 Desember 2002, tingkat