• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (Kuhp) Dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

1

TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF (KUHP) DAN QANUN NOMOR 13 TAHUN 2003

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

090200178 IRVAN DERIZA

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF (KUHP) DAN QANUN NOMOR 13 TAHUN 2003

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

090200178 IRVAN DERIZA

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Pidana

NIP. 195703261986011001 Dr. M. Hamdan, SH. M.H

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mohammad Ekaputra, SH., M.Hum

NIP. 197110051998011001 NIP. 196005201998021001. Alwan, SH., M.H

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

3

ABSTRAK

TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF (KUHP) DAN QANUN NOMOR 13 TAHUN 2003

*Irvan Deriza

** Muhammad Ekasaputra, SH., M.H *** Alwan, SH., M.H

Perjudian sebagai salah satu yang digolongkan sebagai penyakit masyarakat, tetap saja ada dan dilakukan oleh anggota masyarakat tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang diperkirakan dapat diperoleh melalui judi.bahkan dari hari ke hari terdapat kecenderungan perjudian semakin marak dengan berbagai bentuknya dan yang dilakukan secara terbuka maupun secara terselubung serta tersembunyi, sehingga aparat kesulitan memberantasnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana tindak pidana judi menurut hukum positif. Tindak pidana judi menurut Syariat Islam dan Qanun. Perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Tindak pidana judi menurut hukum positif perjudian merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian ini dimasukkan dalam tindak pidana kesopanan, dan diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian. Tindak pidana judi menurut Syariat Islam dan Qanun. Menurt hukum Islam bahwa tindak pidana perjudian dikenakan hukuman ta’zir. Tindak pidana ta’zir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri). Yang dimaksud dengan ta’zir ialah ta’dib, yaitu memberi pedidikan (pendisiplinan).

Perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun, Sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian tindak pidana perjudian dalam UU No.7 Tahun 1974, serta sanksinya bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1974. UU No. 7 Tahun 1974 adalah peraturan perundang-undangan yang melakukan perubahan terhadap KUHP tetapi secara parsial. Sedangkan qanun Pasal 1 ayat 20 yang berbunyi:Maisir (perjudian) adalah kegiatan dan/ atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapatkan bayaran. Pasal 23 ayat (1) Setiap orang yang melakukan maisir/perjudian, diancam dengan ’uqubat cambuk di depan umum paling banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit 6 (enam) kali. Ayat (2) Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha non instansi pemerintah yang memberikan fasilitas maupun sebagai pelindung prkatik perjudian, diancam dengan ’uqubat atau denda paling banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah), paling sedikit Rp.15.000.000,-(Lima belas juta rupiah).

Kata Kunci : Tindak Pidana Judi KUHP, Qanun

*) Irvan Deriza selaku Mahasiswa Fafultas Hukum USU

(4)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kehadirat Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang ingin menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sehubungan dengan itu, disusun skripsi yang berjudul: TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF (KUHP) DAN QANUN NOMOR 13 TAHUN 2003.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, S.H, MH, DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. H.M. Hamdan, SH., MH, selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

5

7. Bapak Alwan, SH., M.H, selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.

8. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

9. Kepada kedua orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materi serta doa yang tidak putus-putusnya sehingga terselesaikanya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Mei 2015 Hormat Saya

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Keaslian Penulisan ... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 13

1. Pengertian tindak pidana ... 13

2. Pengertian Judi ... 14

3. Pengertian Judi dalam Perspektif Islam ... 15

F. Metode Penulisan ... 16

G. Sistematikan Penulisan ... 17

BAB II TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF... 19

A. Sejarah Perjudian ... 19

B. Bentuk-Bentuk Judi ... 21

C. Dasar Hukum Tindak Pidana Judi ... 26

BAB III TINDAK PIDANA JUDI MENURUT SYARIAT ISLAM DAN QANUN ... 40

(7)

7

B. Tindak Pidana Judi Menurut Syariat Islam ... 47

C. Pengaturan Tindak Pidana Judi Menurut Qanun 13 Tahun 2003 ... 53

BAB IV PERBANDINGAN TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF DAN QANUN ... 55

A. Perbandingan Penerapan Sanksi Pidana Menurut Pasal 33 KUHP dengan Qanun 13 Tahun 2003 ... 55

1. Judi ditinjau dari Hukum Positif ... 55

2. Unsur-unsur penerapan Sanksi Pidana Menurut Qanun ... 60

B. Efektivitas Berlakunya Qanun 13 Tahun 2003 di Aceh ... 75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

(8)

ABSTRAK

TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF (KUHP) DAN QANUN NOMOR 13 TAHUN 2003

*Irvan Deriza

** Muhammad Ekasaputra, SH., M.H *** Alwan, SH., M.H

Perjudian sebagai salah satu yang digolongkan sebagai penyakit masyarakat, tetap saja ada dan dilakukan oleh anggota masyarakat tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang diperkirakan dapat diperoleh melalui judi.bahkan dari hari ke hari terdapat kecenderungan perjudian semakin marak dengan berbagai bentuknya dan yang dilakukan secara terbuka maupun secara terselubung serta tersembunyi, sehingga aparat kesulitan memberantasnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana tindak pidana judi menurut hukum positif. Tindak pidana judi menurut Syariat Islam dan Qanun. Perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Tindak pidana judi menurut hukum positif perjudian merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian ini dimasukkan dalam tindak pidana kesopanan, dan diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian. Tindak pidana judi menurut Syariat Islam dan Qanun. Menurt hukum Islam bahwa tindak pidana perjudian dikenakan hukuman ta’zir. Tindak pidana ta’zir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri). Yang dimaksud dengan ta’zir ialah ta’dib, yaitu memberi pedidikan (pendisiplinan).

Perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun, Sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian tindak pidana perjudian dalam UU No.7 Tahun 1974, serta sanksinya bagi pelaku tindak pidana perjudian dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1974. UU No. 7 Tahun 1974 adalah peraturan perundang-undangan yang melakukan perubahan terhadap KUHP tetapi secara parsial. Sedangkan qanun Pasal 1 ayat 20 yang berbunyi:Maisir (perjudian) adalah kegiatan dan/ atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapatkan bayaran. Pasal 23 ayat (1) Setiap orang yang melakukan maisir/perjudian, diancam dengan ’uqubat cambuk di depan umum paling banyak 12 (dua belas) kali dan paling sedikit 6 (enam) kali. Ayat (2) Setiap orang atau badan hukum atau badan usaha non instansi pemerintah yang memberikan fasilitas maupun sebagai pelindung prkatik perjudian, diancam dengan ’uqubat atau denda paling banyak Rp. 35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah), paling sedikit Rp.15.000.000,-(Lima belas juta rupiah).

Kata Kunci : Tindak Pidana Judi KUHP, Qanun

*) Irvan Deriza selaku Mahasiswa Fafultas Hukum USU

(9)

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(10)

sekitar tempat tinggal. Tidak sedikit masyarakat yang terganggu dalam hal keamanan dan kenyamanannya.Keberadaannya yang mulai merambah dan meresahkan semua lapisan masyarakat ini, membuat para penegak hukum kesulitan dalam menyikapinya.Ini bukan hal yang tabuh lagi bagi masyarakat akibat realita kemiskinan yang ada di Negara Indonesia, sebagai salah satu faktor penyebab makin menjamurnya perjudian.

Meskipun judi dilarang dan diancam dengan hukuman, masih saja banyak yang melakukannya. Hal itu antara lain karena manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, sedangkan di sisi lain tidak setiap orang dapat memenuhi hal itu karena berbagai sebab misalnya karena tidak mempunyai pekerjaan atau mempunyai penghasilan lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau dapat juga mempunyai pekerjaan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Pilihan mereka untuk menambah kekurangan kebutuhan tersebut adalah antara lain pilihannya melakukan judi dan perjudian, judi menjadi alternatif yang terpaksa dilakukan meskipun mereka tahu risikonya, untuk mencukupi kebutuhannya dan keluarganya.

(11)

10

sebagai pedoman hidup dan bagian dari kehidupan masyarakat Aceh. Salah satu penerapan hukum Islam yang berlaku di Aceh. Sebagaimana telah diketahui bahwa penerapan hukum cambuk di Indonesia secara resmi baru di berlakukan Qanun (Perda) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi daerah Aceh, salah satu babnya membahas mengenai pemberlakuan Syari’at Islam bagi daerah Aceh yang tertuang dalam bab XII tentang Mahkamah Syariah pada Pasal 25-26.1

Hukuman cambuk di Aceh relevan dengan kondisi sosio kultur masyarakatnya, karena hukuman tersebut diinginkan oleh mayoritas masyarakatnya dan itu bisa mempengaruhi tingkah laku dan hubungan sosial terhadap hukum itu sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Soerjono Soekamto, bahwa hukum itu harus mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya. Maksudnya sejauh mana hukum itu mempengaruhi tingkah laku sosial dan pengaruh tingkah laku sosial terhadap pembentukkan hukum.

Masyarakat Aceh dalam sejarahnya telah mengenal hukum pidana Islam serta menerapkan hukum tersebut. Sehingga keinginan masyarakat untuk menerapkan syari’at Islam di dukung dengan sejarah tanah kelahiran mereka sendiri. Sejarah pula yang menyebutkan bahwa hukuman cambuk sudah berlaku di Indonesia di Aceh khususnya. Sebelum Indonesia merdea dan mengenal tatanan hukum sendiri.

2

1

Setneg. RI. Co.id UU No.18 tahun 2001 diakses tanggal 1 Maret 2015

2

(12)

Ketika Islam masuk ke dalam kawasan nusantara termasuk Aceh, terbentuklah apa yang disebut “Komunitas Islam” yang kemudian menjelma menjadi kesatuan politis, yang dikenal dengan kerajaan Islam. Hal inilah yang terjadi di Pasai, Malaka, Aceh, Mataram, dan lainnya. Semua kerajaan ini telah berperan secara aktif dalam proses “Islamisasi”. Hal ini dilakukan dengan mengadopsi dan mengadaptasi Islam yang datang dari timur tengah, menjadi sebuah agama yang dianut oleh masyarakat setempat. Dengan kata lain, ketika Islam yang telah diwarnai oleh budaya Arab dan Persia datang ke kawasan ini, masyarakat melakukan penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat.

Jika dicermati secara mendalam, hakikat penerapan Syari’at Islam di Aceh adalah menyangkut proses pengembangan jiwa keagamaan, yang dimulai dengan pengenalan terhadap Tuhan dan Tauhid. Oleh karena itu syari’at Islam di Aceh menyisakan beberapa agenda, menyikapi persoalan simbolisasi dalam bentuk legal formal penegakan syari’at Islam. Tidak dipungkiri, sisi lain dari penegakan aspek personal.3

Pentingnya penelitian ini adalah memberikan penjelasan fenomena seputar penerapan Syari’at Islam di Nanggroe Aceh Darussalam. Ruang lingkup kajian ini adalah legalisasi Syari’at Islam berupa larangan meminum minuman keras dan perjudian yang terdapat dalam qanun. Masih minimnya perhatian dari lingkungan sekitar, dapat membuat kita tumbuh dan berkembang dengan cara yang kurang tepat. Pendidikan moral sangat diperlukan untuk membangun karakter setiap insan

Seperti ibadah shalat, larangan meminum minuman keras dan perjudian.

3

(13)

12

manusia. Ketika berada di lingkungan yang baik, dikelilingi oleh orang yang baik, maka yang terjadi adalah kita akan tertular kebaikannya, atau biasa dikenal dengan istilah‘manjalis jalis’. Karena itu, dari lingkup terkecil, pengaruh baik dan buruk itu pasti berpengaruh bagi hidup.

Memang tidak bisa memilih ingin tinggal di lingkungan yang seperti apa, atau dari keluarga yang bagaimana ketika dilahirkan. Untuk itu, kita harus berusaha membangun karakter diri yang kuat agar tidak mudah terpengaruh oleh hal yang negatif akibat pengaruh dari lingkungan sekitar kita. Salah satu contoh pengaruh negatif yang berasal dari lingkungan sekitar adalah judi. Al qimar / judi adalah permainan yang seorang mengambil dari kawan sepermainnya sesuatu demi sesuatu(berupa material). Al qimar/judi pada masa kini adalah seluruh permainan yang diisyaratkan padanya adanya suatu pemberian (berupa material) bagi pihak yang menang yang diambil dari pihak yang kalah.

Ironisnya sekalipun secara eksplisit hukum menegaskan bahwa segala bentuk “judi” telah dilarang dengan tegas dalam undang-undang, namun segala bentuk praktik perjudian menjadi diperbolehkan jika ada “izin” dari pemerintah. Perlu diketahui masyarakat bahwa Permainan Judi (hazardspel) mengandung unsur ; a) adanya pengharapan untuk menang, b) bersifat untung-untungan saja, c) ada insentif berupa hadiah bagi yang menang, dan d) pengharapan untuk menang semakin bertambah jika ada unsur kepintaran, kecerdasan dan ketangkasan.4

4

Selain merusak moral bangsa, berjudi juga bisa merubah sifat dan sikap seseorang yang terlibat di dalamnya. Ketika si pejudi menang, mungkin hasil yang

(14)

ia dapatkan tersebut tidak akan bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dan keluarganya. Biasanya mereka yang sudah terbiasa, tidak akan pernah puas dan terus bermain judi meskipun sudah menang. Dan kalaupun bisa dipakai untuk kebutuhan keluarga, yang terjadi adalah uang tersebut adalah uang haram, yang berarti tidak akan membawa keberkahan baginya dan keluarganya.

Sementara itu, jika si pejudi kalah, ia akan kehilangan harta yang dipertaruhkannya. Sebenarnya apa yang di pertaruhkannya itu adalah harta milik keluarga dirumah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Setelah kalah, biasanya si pejudi menjadi lebih emosional dan temperamental. Yang menjadi korban dari emosinya akibat kalah berjudi bisa jadi adalah keluarganya dirumah yang tidak bersalah sama sekali. Karenanya, tidak sedikit orang yang sudah ’gila judi’ sering kali melupakan atau bahkan hingga menelantarkan keluarganya. Kejadian seperti inilah yang menimbulkan adanya efek domino yang buruk bagi seluruh lapisan masyarakat kita. Karena itulah berdasarkan cirinya, hukum setidaknya memiliki tiga poin penting, yang pertama berupa perintah dan atau larangan, kedua, larangan dan atau perintah itu harus dipatuhi, dan terakhir terdapat sanksi hukum yang tegas bagi pelanggarnya.5

Tindak kejahatan perjudian ini sudah dilarang keberlangsungannya di Negara kita, berdasarkan UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian yang kemudian menyebutkan bahwa semua tindak pidana perjudian tentu menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kemajuan bangsa pada hakikatnya. Namun faktanya, aturan hukum yang berlaku sampai dengan saat ini masih belum

5

(15)

14

bisa maksimal dalam menertibkan atau mengurangi berlangsungnya tindak kejahatan perjudian di Indonesia. Mengapa? Tentu saja, teori yang baik tidaklah cukup tanpa praktek atau aplikasi yang baik pula. Jadi, antara teori dan aplikasinya harus seimbang.

Untuk itulah pemerintah berupaya untuk menertibkan perjudian, membatasinya sampai lingkungan sekecil-kecilnya, untuk akhirnya menghapusnya sama sekali dari seluruh wilayah Indonesia.(UU RI Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Tindak Perjudian) Pemerintah melarang adanya perjudian melalui beberapa ketentuan dan peraturan yang dikeluarkannya dalam bentuk UU atau peraturan lainnya. Sebagai masyarakat yang baik dan taat hukum, kita harusnya mendukung upaya yang dilakukan pemerintah tersebut untuk memberantas perjudian yang sejatinya, tindak kejahatan tersebut bisa merusak dan merugikan banyak orang.

(16)

sebanyak-banyaknya lima belas juta rupiah. Merubah sebutan Pasal 542 menjadi Pasal 303 bis”.

Pasal 1 UU Nomor 7 tahun 1974, menyatakan bahwa semua tindak pidana perjudian adalah kejahatan. Artinya, dalam bentuk dan istilah apapun, yang terkait dengan tindak pidana perjudian, adalah kejahatan. Dan bagi siapapun yang melakukannya, bisa dikenakan hukuman sebagaimana yang telah ditetapkan. Dalam perspektif yang lebih luas, kecanduan judi adalah jenis perilaku yang menyebabkan gangguan besar dalam segala bidang kehidupan. Satu dapat menderita secara fisik wilayah satu status sosial atau bahkan kejuruan. Ada beberapa sebab mengapa judi bersifat adiktif, yaitu: a) Kelebihan paparan dengan perjudian dalam keadaan tertentu di mana ia dihargai. b) kapasitas yang lebih besar untuk menipu diri sendiri. c) Negara perasaan tak tertahankan seperti depresi, tidak berdaya atau bersalah.6

Pengaturan hukuman terhadap suatu perbuatan pidana di Indonesia tidak selalu sama. Ada wilayah tertentu yang mempunyai ketentuan hukum yang berbeda pengaturannya dari daerah lain. Tentu saja ada alasan dan sebab yang khusus untuk menjelaskan mengapa perbedaan tersebut bisa terjadi. Hal ini biasa dikenal dengan istilah otonomi. Berdasarkan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, Pasal 1 huruf (h) menyebutkan, yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. rah otonom

(17)

16

Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(18)

sumber-sumber ekonomi, menggali dan memberdayakan sumber daya alam dan sumber daya manusia, menumbuh kembangkan prakarsa, kreativitas dan demokrasi, meningkatkan peran serta masyarakat, menggali dan mengimplementasikan tata bermasyarakat yang sesuai dengan nilai luhur kehidupan masyarakat Aceh, memfungsikan secara optimal Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam memajukan penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan mengaplikasikan syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tindak pidana judi menurut hukum positif?

2. Bagaimana tindak pidana judi menurut Syariat Islam dan Qanun?

3. Bagaimana perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Suatu penulisan skripsi, perlu memiliki tujuan didalam penulisannya tersebut, sehingga dapat memberikan arah dan jawaban atas permasalahan yang ada. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui tindak pidana judi menurut hukum positif.

(19)

18

c. Untuk mengetahui perbandingan tindak pidana judi menurut hukum positif dan Qanun

2. Manfaat penulisan a. Manfaat Teoritis

1) Untuk menambah pengetahuan tentang tindak pidana judi.

2) Agar dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang hukum pidana dan hukum acara pidana.

3) Agar dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan tentang tindak pidana judi sehingga diharapkan skripsi ini dapat memperkaya pembendaharaan dan koleksi karya ilmiah yang terkait dengan hal tersebut.

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan kontribusi dalam sosialisasi tentang tindak pidana judi kepada masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan perannya dalam mencegah dan memberantas tindak pidana judi di Indonesia.

2) Memberikan kontribusi pemikiran bagi aparat penegak hukum untuk dapat meningkatkan profesionalisme dan melakukan terobosan serta inovasi-inovasi dalam upaya penegakan hukum dan pemberantasan tindak pidana judi.

(20)

judi agar aparat penegak hukum dan lembaga yang berwenang dapat meningkatkan kinerja dan berupaya penerapan undang-undang tersebut agar lebih efektif.

D. Keaslian Penulisan

Bahwa penulisan skripsi dengan judul “Tindak Pidana Judi Menurut Hukum Positif (KUHP) dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003” telah diperiksa melalui penelusuran kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, hasil penelusuran itu ditemukan skripsi dengan judul “ kajian asas praduga tak bersalah atau presumption of innocence terhadap tembak mati di tempat tersangka pelaku tindak pidana terorisme”,oleh : Gerhat Siagian , NIM : 070200103 dengan topik pembahasannya adalah: Pertama, bagaimana kedudukan asas praduga tak bersalah atau presumption of innocence dalam penegakan hukum pidana Indonesia. Kedua, bagaimana pemberlakuan asas tidak bersalah atau presumption of innocence dalam undang-undang nomor 15 tahun tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme. Ketiga, bagaimana landasan tembak mati pada asas praduga tidak bersalah atau presumption of innocence terhadap tersangka pelaku tindak pidana terorisme sebagai bentuk tembak matidi tempat.

(21)

20

berasal dari peraturan perundangan-undangan, buku-buku hukum, literatur-literatur, dan media elektronik yang berhubungan dengan skripsi ini.

E. Tinjauan Kepustakaan

Pidana berasal dari kata straf (Belanda), yang pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu penderitaan (nestapa) yang sengaja Dikenakan /dijatuhkan kepada seseorang yang telah terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana. Moeljatno dalam Muladi dan Barda Nawawi Arief, istilah hukuman yang berasal dari kata straf, merupakan suatu istilah yang konvensional. Moeljatno menggunakan istilah yang inkonvensional, yaitu pidana7

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah hukum pidana Belanda yaitu “ Strafbaar feit”. Walaupun istilah ini terdapat dalam WvS Belanda dan KUHP, tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaar feit itu. Karena itu para ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu. Tindak pidana dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang-undangan pidana kita. Dalam hampir seluruh peraturan perundang-perundang-undangan menggunakan istilah tindak pidana, seperti UU No. 11/PNPS/1963 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Subversi atau UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.

R. Soesilo menyebutkan bahwa tindak pidana adalah sesuatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh Undang-Undang yang apabila dilakukan atau

7

(22)

diabaikan, maka orang yang melakukan atau mengabaikan itu diancam dengan hukuman.8

a. unsur objektif yang meliputi :

Dalam hal ini tindak pidana juga terdiri dari dua unsur yaitu:

1. Perbuatan manusia yang positif atau negative yang menyebabkan pidana. 2. Akibat perbuatan manusia yang terdiri atas membahayakan kepentingan

hukum yang menurut norma hukum itu perlu agar dapat dihukum.

3. Keadaan di sekitar perbuatan itu, atau bisa jadi keadaan pada waktu melakukan perbuatan.

b. Unsur subjektif yaitu unsur yang ada dalam diri si pelaku yaitu kesalahan dari orang yang melanggar aturan-aturan pidana, artinya pelanggaran itu harus dapat dipertanggung jawabkan kepada si pelanggar.

Suatu perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana apabila perbuatan tersebut :

a. Melawan hukum b. Merugikan masyarakat c. Dilarang oleh aturan pidana

d. Pelakunya diancam dengan hukuman pidana.9 2. Pengertian Judi

Pengertian tindak pidana judi dalam Pasal 303 ayat 3 KUHP, Yang disebut permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang

8

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor: Politea,1998), hlm. 26.

9

(23)

22

keputusan perlombaan atau permainanlain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.10

3. Judi dalam perspektif hukum islam

Kata judi dalam bahasa Indonesianya memiliki arti "permainan dengan memakai uang sebagai taruhan (seperti main dadu dan main kartu).11 Sedang penjudi adalah (orang yang) suka berjudi.12 Kata judi tersebut biasanya dipadankan dengan maysir dalam bahasa Arabnya. Kata maysir berasal dari akar kata al-yasr yang secara bahasa berarti "wajibnya sesuatu bagi pemiliknya". Ia juga bisa berasal dari akar kata al-yusr yang berarti mudah. Akar kata lain adalah al-yasar yang berarti kekayaaan.13

Pengertian judi atau maisir dalam Qanun No. 13 Tahun 2003, dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 20, maisir adalah kegiatan dan/atau perbuatan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih di mana pihak yang menang mendapatkan bayaran.14

10

Hlm 303 ayat 3 KUHP Buku Kedua

11

Departemen P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 367.

12

Ibid.

13

Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh Qurthubiy (selanjutnya disebut al-Qurthubiy), al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, (Kairo: Dar al-Syu'ub, 1372 H), Juz 3, hlm. 53.

1414

(24)

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.15 2. Sifat penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh, mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Tindak pidana judi menurut Hukum Positif (KUHP) dan Qanun Nomor 13 Tahun 2003.

3. Sumber dan pengumpulan data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini meliputi data sekunder. Kemudian diolah dan di analisa dengan mempergunakan tehnik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data dan sifat serta peristiwa hukumnya.

4. Analisis Data

Skripsi ini menggunakan analisis data kualitatif yang berpedoman pada tipe dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Data yang terkumpul dalam penelitian deskriptif diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di

15

(25)

24

lapangan, sehingga analisis data ini merupakan penjelasan terhadap penemuan yang ada di lapangan.

Penelitian kualitatif sama halnya seperti penelitian etnografi yang bertujuan untuk menemukan pila-pola kebudayaan yang membuat hidup menjadi berarti bagi orang atau masyarakat, teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan wawancara tidak berstruktur.16

G. Sistematika Penulisan

Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan terbagi dalam bab-bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang didalamnya terurai tentang latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan keaslian penulisan, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan yang kemudian diakhiri dengan sistematika penulisan.

16

(26)

BAB II TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF

Berisikan tentang sejarah perjudian, bentuk-bentuk judi dan dasar hukum tindak pidana judi

BAB III TINDAK PIDANA JUDI MENURUT SYARIAT ISLAM DAN QANUN

Berisikan tentang sejarah lahirnya qanun di Nanggroe Aceh Darussalam, tindak pidana judi menurut syariat Islam dan Pengaturan Tindak Pidana Judi menurut Qanun 13 Tahun 2003

BAB IV PERBANDINGAN TINDAK PIDANA JUDI MENURUT

HUKUM POSITIF DAN QANUN

Berisikan tentang Perbandingan Penerapan Sanksi Pidana Menurut Pasal 33 KUHP dengan Qanun 13 Tahun 2003 yang terdiri dari Unsur-unsur penerapan Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif dan Unsur-unsur penerapan Sanksi Pidana Menurut Qanun. Efektivitas Berlakunya Qanun 13 Tahun 2003 di Aceh yang terdiri dari Pidana Cambuk Sebagai Upaya Pencegahan Terhadap Tindak Pidana Judi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

26 BAB II

TINDAK PIDANA JUDI MENURUT HUKUM POSITIF

A. Sejarah Perjudian

Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum tentu hasilnya.Perjudian adalah mempertaruhkan uang atau benda berharga, mengharapkan keuntungan dengan dasar spikulasi belaka.Mengharapkan keuntungan atau harapan untuk menang ialah yang merupakan daya tarik bagi setiap perjudian.Perjudian sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu dilakukan oleh masyarakat.

Tindak pidana perjudian merupakan suatu tindak pidana yang sejak dahulu telah ada dan terus berkembang dalam masyarakat dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Permainan judi dalam bahasa asing dikenal dengan istilah

(28)

macam, jenis maupun jumlah atau taruhan disini tidak selalu dalam bentuk uang, dapat juga berupa benda maupun tindakan lain yang bernilai.

Pertaruhan dalam perjudian ini sifatnya murni spekulatif untung-untungan. Konsepsi untung-untungan itu sedikit atau banyak mengandung unsur kepercayaan mistik terhadap kemungkinan peruntungan. Menurut para penjudi, nasib menang atau kalah itu sudah merupakan “suratan”, sudah menjadi nasib. Masyarakat modern, mengembangkan macam-macam permainan yang disertai perjudian, dan menjadikan permainan tadi menjadikan aktivitas khusus yang bisa memberikan kegairahan, kesenangan dan harapan untuk menang. Namun demikian mereka percaya unsur kepercayaan animistik terhadap keberuntungan itu.

Pada perjudian itu ada pengharapan unsur ketegangan yang disebabkan ketidakpastian menang atau kalah. Situasi tidak pasti ini membuat mereka semakin tegang dan makin gembira, menumbuhkan nafsu yang kuat dan rangsangan-rangsangan yang besar untuk betah bermain. Ketegangan akan makin memuncak bila dibarengi dengan kepercayaan animistik pada nasib peruntungan. Kepercayaan semacam ini tampaknya anak hronistik (tidak pada tempatnya) pada masa sekarang, namun tidak urung masih melekat pula pada orang-orang modern zaman sekarang, sehingga nafsu berjudiannya tidak terkendali; dan jadilah mereka penjudi-penjudi profesional yang tidak kenal rasa jerah.

(29)

28

perseorangan-perseorangan ini di lakukan oleh suatu organisai atau perkumpulan dengan jaringan yang luas.

Banyak bentuk permainan yang sulit dan menuntut ketekunan serta ketrampilan dijadikan alat judi. Misalnya pertandingan-pertandingan atletik, badminton, sepakbola, tinju, gulat dan macam-macam olahraga lainnya. Juga pacuan-pacuan misal: pacuan kuda, karapan sapi, dll. Pada peristiwa semacam ini sering terjadi suapan-suapan dengan jumlah uang yang cukup besar untuk merangsang pemain, sehingga ada pemain-pemain yang melakukan kecurangan-kecurangan, atau bahkan bersedia “mengalah” demi keuntungan komersial satu kelompok penjudi atau petaruh tertentu. Uang suap /sogok tersebut menstranformasikan keahlian dan ketrampilan pemain dalam bentuk: kesalahan-kesalahan yang aneh, pemainan kasar dan curang, atau macam-macam hambatan lainnya.

B. Bentuk-Bentuk Perjudian

Perjudian sebagai bentuk kejahatan ada bermacam-macam seperti mainan domino, adu ayam,adu jangkrik, kiu-kiu, cliwik, ceki, remi dan masih banyak lagi permainan permainan yang cukup di gemari. Umtuk menentukan criteria perjudian sebagai suatu kejahatan berdasarkan bentuk-bentuk permainan judi yang telah kita klasifikasikan antara lain:

1) Dari sudut ijin.

(30)

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 tentang pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian, faktor ijin menentukan permainan judi itu sebagai suatu kejahatan atau tidak. Apabila perjudian itu dilakukan dengan memperoleh ijin dari pejabat yang berwenang maka permainan judi itu tidak dikatakan sebagai kejahatan tetapi apabila perjudian itu dilakukan tanpa ijin maka dianggap sebagai kejahatan dan merupakan pelanggaran hukum. Dalam pemberian ijin pada permainan perjudian pada masing-masing daerah berbeda-beda, karena yang berhak untuk memberikan izin itu tidak ada ketentuan yang pasti siapa yang berwenang untuk itu. Akan tetapi setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 perjudian tidak diperbolehkan atau dihapus dan apabila ada perjudian dianggap illegal.

2) Dari sudut ketergantungan pada keahlian dapat dibedakan antara lain:

a. Perjudian yang faktor untung -untungan tergantung pada keahlian. Misalnya: domino, ceki, remi, bridge dan sebagainya semakin pintar/terampil para pemainnya biasanya karena dipelopori dan dibimbinng oleh yang berpengalaman, maka peluang untuk menang semakin besar

b. Perjudian yang mempunyai peluang untuk menang itu tidak tergantung pada orang yang bertaruh atau orang yang bermain, akan tetapi tergantung dari faktor luar dirinya, bentuk ini misalnya dalam peraturan judi dadu, judi bola, adu merpati dan sebagainya.

(31)

Undang-30

Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang penggolongan perjudian disebutkan beberapa bentuk perjudian yang meliputi:

a) Perjudian di kasino, antara lain terdiri dari:

(1) Roulette.

(2) Black jack.

(3) Boccart.

(4) Creps.

(5) Keno.

(6) Tombola.

(7) Super pingpong. (8) Lotto fair. (9) Pauk yu. (10) Sataan. (11) Slot machine. (12) Jie sie wheel.

(13) Chick a luck.

(14) Big sie wheel.

(15) Lempar paser, bulu ayam pada sasaran, atau pada papan nama yang berputar.

(32)

b) Perjudian di tempat keramaian antara lain terdiri dari perjudian dengan:

(1) Lempar paser. (2) Lempar gelang. (3) Lempar koin. (4) Kim.

(5) Pancingan.

(6) Menembak sasaran yang tidak berputar. (7) Lempar bola.

(8) Adu ayam. (9) Adu kerbau. (10)Adu sapi.

(11)Adu domba atau kambing. (12)Pacuan kuda.

(13)Pacuan anjing. (14)Hailai.

(15)Moyang atau mencak. (16)Kerapan sapi.

(17)Erek-erek.

c) Perjudian yang berkaitan dengan alasan-alasan lain, antara perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan-kebiasaan seperti misalnya:

(33)

32

(3) Adu kerbau. (4) Kerapan sapi. (5) Pacuan kuda.

(6) Adu domba atau kambing.

Penjelasan tersebut dikatakan bentuk-bentuk perjudian yang terdapat dalam sub c, di atas seperti adu ayam, adu Sapi sebagainya itu, tidak termasuk perjudian apabila kebiasaan yang bersangkutan berkaitan dengan upacara keagamaan sepanjang hal itu tidak merupakan perjudian. Berbicara mengenai perjudian, disini akan menimbulkan pandangan yang pro dan kontra. Timbulnya pandangan yang berbeda di masyakat itu adalah merupakan suatu gejala sosial atau reaksi sosial mengenai perjudian.Pada umumnya masyaakat memandang perjudian itu adalah bertentangan dengan akhlak manusiawi, disebabkan oleh akses yang ditimbulkan dari perjudian itu. Semua orang ingin dirinya tidak dipengaruhi oleh hal yang bertentangan dengan keadaan masyarakat pada umumnya, mereka berusaha untuk sedapat mungkin menjauhi perbuatan-perbuatan tidak susila. Timbulnya reaksi sosial dari masyarakat itu menandakan bahwa masyarakat tidak ingin disebut sebagai masyarakat yang tidak susila.

(34)

dilakukan dimanapun dengan melalui akses internet.17 Judi dapat diakses melalui

hand phone, notebook, tablet, dan lain sebagainya.18

C. Dasar Hukum Tindak Pidana Judi

Kategori judi inilah yang kini kian marak di kalangan masyarakat, dan dikenal dengan istilah judi online. Lebih lanjut mengenai judi online, pengaturan tindak pidananya diatur dalam UU ITE.

1. Menurut Al-Quran

Kata judi dalam bahasa Indonesianya memiliki arti "permainan dengan memakai uang sebagai taruhan (seperti main dadu dan main kartu). Sedang penjudi adalah (orang yang) suka berjudi. Kata judi tersebut biasanya dipadankan dengan maysir dalam bahasa Arabnya. Kata maysir berasal dari akar kata al-yasr

yang secara bahasa berarti "wajibnya sesuatu bagi pemiliknya". Ia juga bisa berasal dari akar kata al-yusr yang berarti mudah. Akar kata lain adalah al-yasar yang berarti kekayaaan.

Pelarangan pengerjaan apa saja yang dilarang Allah dan di perintahkan oleh-Nya untuk dijauhkan disebut dengan istilah Hudud atau Had.19

17

Sitompul, J. Cyber Space Cyber Crimes Cyber Law. Tinjauan Aspek Hukum Pidana.

(Jakarta: Ghlia Indonesia, 2012) hlm. 164

18

Ibid

19

Abu Bakr Jabir Al Jazairi. Ensiklopedi Muslim, Cet. Ke-6, (Jakarta:Darul Falah, 2003), hlm. 689.

(35)

al-34

azlâm (mengundi nasib dengan menggunakan panah). Penjelasan tersebut dilakukan dengan menggunakan jumlahkhabariyyah dan jumlah insya`iyyah. Dengan penjelasan tersebut, sekaligus al-Qur'an sesungguhnya menetapkan hukum bagi perbuatan-perbuatan yang dijelaskan itu. Di dalamsurat al-Baqaraħ (2) ayat 219 disebutkan sebagai berikut:

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

Sehubungan dengan judi, ayat ini merupakan ayat pertama yang diturunkan untuk menjelaskan keberadaannya secara hukum dalam pandangan Islam. Setelah ayat ini, menurut al-Qurthubiy, kemudian diturunkan ayat yang terdapat di dalam surat al-Ma'idah ayat 91 (tentang khamar ayat ini merupakan penjelasan ketiga setelah surat al-Nisa` ayat 43). Terakhir Allah menegaskan pelarangan judi dan khamar dalam surat al-Ma'idah ayat 90.

Di dalam surat al-Mâ`idaħ (5) ayat 90 dan ayat 91 Allah berfirman sebagai berikut:

(36)

Al-Farâhîdiy mengatakan bahwa kata al-maysir merupakan padanan atau sinonim dari kata al-qimâr yang berarti "setiap sifat (keadaan) dan pekerjaan yang dipertaruhkan atasnya". 20

Mujahid menyebutkan bahwa judi itu adalah taruhan, termasuk semua permainan yang dimainkan oleh anak-anak. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ibn 'Abbas, Ibn 'Umar, Sa'id bin Jubayr, dan al-Sya'biy. 'Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa permainan catur adalah salah satu judi orang-orang Menurut Ibn 'Abidin, kata taruhan berarti "memberikan rungguhan untuk menang". Imam Nawawiy, seperti dikutip oleh Ibn 'Abidin, mengatakan bahwa taruhan berasal dari akar kata al-qamar; bulan). Penamaan bulan dengan al-qamar karena cahaya bulan itu akan bertambah terang kalau ia mengalahkan (semakin kecil ditutupi) matahari dan akan berkurang kalau dikalahkan atau tertutup oleh matahari. Sehubungan dengan judi atau taruhan, kata al-qimâr itu memberikan pemahaman bahwa dengan berjudi seseorang bisa jadi memperoleh keuntungan dan bisa jadi mendapatkan kerugian.

Ketika ditanya tentang judi, al-Qasim bin Muhammad, seperti diriwayatkan oleh Ibn Taymiyyah, mengatakan bahwa judi adalah segala sesuatu yang melalaikan dari mengingat Allah dan shalat. Beliau (Ibn Taymiyah) juga menyebutkan bahwa ulama Sunniy sepakat mengatakan bahwa permainan al-nard; permainan tradisional orang Persia yang menggunakan potongan-potongan tulang sebagai dadu) adalah haram, walaupun permainan itu tidak menggunakan taruhan.

20

(37)

36

non Arab. Lebih jauh, Imam al-Syawkaniy menegaskan bahwa semua permainan yang mengandung kemungkinan keuntungan dan kerugian adalah judi.

Muhammad bin 'Abd al-Wahid al-Siwasiy menjelaskan bahwa perjudian dan yang sejenisnya pada hakikatnya menggantungkan kepemilikan atau hak pada sesuatu yang menyerempet-nyerempet bahaya dan undian. Dalam penggunaan bahasa, terkadang Syari' (Allah dan Rasul) menggunakan suatu kata dalam pengertian yang umum dan terkadang menggunakan dalam pengertian yang khusus. Dalam hal ini, lafal judi dipandang para ulama juga mencakup semua jenis permainan yang memiliki unsur yang sama, seperti permainan catur dan kemiri (yang dilakukan anak kecil; sama dengan permainan kelerang sekarang).21

2. Menurut KUHP

Di samping itu, kata judi itu sendiri juga mencakup makna jual beli gharar yang dilarang Nabi SAW. Oleh karena itu, seperti disebutkan oleh Ibn Taymiyah, substansi makna taruhan dan judi dalam hal ini adalah menguasai harta orang lain dengan cara menyerempet bahaya, yang terkadang memberikan keuntungan lebih dan terkadang membawa kerugian.

Judi pada dasarnya dilarang oleh banyak pihak, terutama di Indonesia juga judi termasuk kategori tindak pidana dimana ketentuan larangan terhadapnya diatur di dalam KUHP Pasal 303 dan 303 bis, juga diatur dalam PP No.9 tahun 1981. Definisi judi merujuk Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian. Sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang

21

(38)

Nomor 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, bahwa semua tindak pidana perjudian adalah kejahatan. Dalam hal ini ditekankan, bahwa semua perjudian adalah kejahatan apabila tidak mendapatkan izin. Sebelum tahun 1974, ada judi yang berbentuk kejahatan (Pasal 303 KUHP) dan ada juga judi yang berbentuk pelanggaran (Pasal 542 KUHP).

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1974 tentang penertiban perjudian, dimana sanksi pidana dalam Pasal 303 ayat (1) KUHP diperberat dan mengubah Pasal 542 KUHP menjadi Pasal 303 bis KUHP. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 303 dan 303 bis tersebut:

Pasal 303

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun atau pidana denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah, barang siapa tanpa mendapat izin: 1. dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk

permainan judi dan menjadikannya sebagai pen- carian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;

2. Dengan sengaja menawarkan atau memberi kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak peduli apakah untuk menggunakan kesempatan adanya sesuatu syarat atau dipenuhinya sesuatu tata-cara; 3. menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai pencarian

(39)

38

(3) Permainan judi adalah tiap-tiap permainan, di mana pada umumnya kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir. Di situ termasuk segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainanlain-lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.

Pasal 303 bis

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sepuluh juta rupiah:

1. Barang siapa menggunakan kesempatan main judi, yang diadakan dengan melanggar ketentuan ;Pasal 303; 2. barang siapa ikut serta main judi di jalan umum atau di pinggir jalan umum atau di tempat yang dapat dikunjungi umum, kecuali kalau ada izin dari penguasa yang berwenang yang telah memberi izin untuk mengadakan perjudian itu.

2. Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat dua tahun sejak ada pemidanaan yang menjadi tetap karena salah satu dari pelanggaran ini, dapat dikenakan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak lima belas juta rupiah.

(40)

judi tersebut. Jadi, juga harus berhati-hati ketika kita berada di suatu tempat dimana sedang berlangsung permainan judi, biarpun tidak turut serta bermain judi bisa saja kita disangka turut serta membantu dalam permainan judi tersebut. Dalam rumusan Pasal 303 KUHP di atas memuat 5 kejahatan mengenai perjudian yang terdapat dalam ayat (1), yaitu:

a. Dalam butir 1, memuat dua kejahatan; b. Butir 2, memuat dua kejahatan;

c. Butir 3, satu macam kejahatan. Sementara dalam ayat (2) memuat tentang dasar pemberatan pidana, dan ayat (3) memuat tentang pengertian judi yang ada dalam ayat (1).

Lima kejahatan yang tersebut di atas mengandung unsur tanpa izin, dalam unsur tanpa izin inilah melekat unsur melawan hukum kelima kejahatan di atas. I. Kejahatan pertama.

Kejahatan ini dimuat dalam butir pertama, yaitu kejahatan yang melarang tanpa izin dengan sengaja memberikan atau menawarkan kesempatan untuk bermain judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian.

Dari uraian tersebut, maka unsur kejahatan ini adalah : 1. Unsur objektif.

a. Perbuatannya : menawarkan dan memberikan kesempatan; b. Objek : untuk bermain judi tanpa izin;

c. Dijadikannya sebagai mata pencaharian. 2. Unsur subjektif.

(41)

40

Kejahatan pertama ini, si Pembuat tidak melakukan perjudian. Dalam kejahatan ini tidak termuat larangan untuk bermain judi, tetapi perbuatan yang dilarang adalah :

a. Menawarkan kesempatan bermain judi; b. Memberikan kesempatan berjudi.

“Menawarkan kesempatan” disini berarti si pembuat melakukan apa saja untuk mengundang atau mengajak orang-orang untuk bermain judi, dengan menyediakan tempat dan waktu tertentu. Dalam hal ini, belum ada orang yang melakukan perjudian.

Sementara itu “memberikan kesempatan” berarti menyediakan peluang sebaik-baiknya dengan menyediakan tempat tertentu untuk bermain judi. Dalam hal ini sudah ada orang yang bermain judi. Perbuatan menawarkan dan memberikan kesempatan haruslah dijadikan sebagai pencaharian, artinya perbuatan itu tidak dilakukan seketika melainkan berlangsung lama, dan dari perbuatan itu si pembuat mendapatkan uang yang dijadikannya sumber pendapatan untuk kehidupannya.

Selain pencaharian, dalam kejahatan pertama ini, juga harus dibarengi dengan unsur tanpa izin dari instansi yang berwenang. Tanpa adanya izin, berarti ada unsur melawan hukumnya.

II. Kejahatan kedua.

(42)

1. Unsur Objektif.

a. Perbuatannya : turut serta;

b. Objek : dalam suatu kegiatan usaha permainan judi tanpa izin. c. Unsur subjektif.

d. Dengan sengaja.

Pada kejahatan perjudian jenis ke 2 ini, perbuatannya adalah turut serta, artinya dia ikut terlibat dalam usaha permainan judi bersama orang lain. Seperti pada bentuk pertama, dalam bentuk kedua ini juga memuat unsur dengan sengaja, akan tetapi kesengajaan ini lebih kepada unsur perbuatan turut serta dalam kegiatan usaha permainan judi, artinya bahwa si pembuat menghendaki untuk melakukan perbuatan turut serta dan didasarinya bahwa keturutsertaannya itu adalah kegiatan permainan judi.

III. Kejahatan ketiga.

Kejahatan perjudian bentuk ketiga ini adalah tanpa izin dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan kepada khalayak umum untuk bermain judi. Unsur-unsurnya adalah :

1. Unsur objektif.

a. Perbuatan : menawarkan atau memberi kesempatan; b. Objek : kepada khalayak umum;

c. Untuk bermain judi tanpa izin. 2. Unsur subjektif.

(43)

42

Kejahatan perjudian ketiga ini sangat mirip dengan kejahatan perjudian bentuk pertama. Persamaannya adalah unsur perbuatan, yaitu menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi. Sementara perbedaannya adalah sebagai berikut :

1. Pada bentuk pertama, perbuatan menawarkan atau memberikan kesempatan tidak disebutkan kepada siapa ditujukan, bisa kepada seseorang atau beberapa orang, sedangkan pada bentuk ketiga perbuatan tersebut ditujukan kepada khalayak umum, jadi tidak berlaku kejahatan bentuk ketiga ini jika hanya ditujukan pada seseorang atau beberapa orang saja;

2. Pada bentuk pertama secara tegas disebutkan bahwa kedua perbuatan itu dijadikan sebaga mata pencaharian, sedangkan pada bentuk ketiga ini tidak terdapat unsur pencaharian.

IV. Kejahatan keempat.

Kejahatan perjudian bentuk keempat dalam Pasal 303 ayat (1) KUHP adalah larangan dengan sengaja turut serta dalam menjalankan kegiatan usaha perjudian tanpa izin, dimana unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Unsur objektif.

a. Perbuatannya : turut serta;

b. Objeknya : dalam kegiatan usaha permainan judi tanpa izin. 2. Unsur subjektif.

(44)

Bentuk keempat ini juga hampir sama dengan bentuk kedua. Perbedaanya terletak pada unsur turut sertanya. Pada bentuk kedua, unsur turut serta ditujukan pada kegiatan usaha perjudian sebaga mata pencaharian, sedangkan dalam bentuk keempat ini, unsur turut sertanya ditujukan bukan untuk mata pencaharian.

V. Kejahatan kelima.

Pada bentuk kelima ini juga terdapat unsur turut serta, namun turut serta dalam bentuk kelima ini bukan lagi mengenai turut serta dalam menawarkan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi, melainkan turut serta dalam permainan judi itu sendiri.

b. Menggunakan kesempatan main judi yang diadakan dengan melanggar Pasal 303 KUHP.

Perjudian yang dimaksud di atas diatur dalam Pasal 303 bis KUHP, ditambah dengan UU No. 7 Tahun 1974 yang rumusannya sebagai berikut :

1) Diancam dengan pidana penjara maksimum empat tahun atau pidana denda maksimum sepuluh juta rupiah;

Ke-1. Barang siapa yang menggunakan kesempatan terbuka sebagaimana tersebut dalam Pasal 303, untuk bermain judi;

Ke-2. Barangsiapa yang turut serta bermain judi di jalan umum atau di suatu tempat terbuka untuk umum, kecuali jika untuk permainan judi tersebut telah diberi ijin oleh penguasa yang berwenang.

(45)

44

ancamannya dapat menjadi pidana penjara maksimum enam tahun, atau denda maksimum lima belas juta rupiah.

Dalam Pasal ini, terdapat dua jenis kejahatan tentang perjudian, jenis kejahatan itu adalah :

a) Bentuk I.

Pada bentuk pertama terdapat unsur-unsur sebagai berikut : 1. Perbuatan : bermain judi;

2. Dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303 KUHP. kejahatan dalam Pasal 303 bis KUHP, tidak berdiri sendiri, melainkan bergantung pada terwujudnya Pasal 303 KUHP. Tanpa terjadinya pelanggaran Pasal 303 KUHP, maka pelanggaran Pasal 303 bis KUHP juga tidak ada.

b) Bentuk II.

Pada bentuk kedua ini unsur-unsurnya sebagai berikut : a. Perbuatan : ikut serta bermain judi;

b. Tempatnya : jalan umum, pinggir jalan, tempat yang dapat dikunjungi umum; c. Perjudian itu tanpa izin dari penguasa yang berwenang.

Dalam PP No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian, perjudian dikategorikan dalam tiga macam, yaitu :

a. Perjudian di Kasino.

(46)

Kie, Big Six Wheel, Chuc a Luck, Lempar paser/bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar, Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-kiu.

b. Perjudian di Tempat Keramaian.

Lempar Gelang, lempar uang, kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam, adu sapi, adu kerbau, adu kambing, pacuan kuda, pacuan anjing, mayong dan erek-erek.

c. Perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan.

Perjudian dalam bentuk ketiga ini termasuk ke dalam perjudian di tempat keramaian, yang membuatnya berbeda adalah untuk yang ketiga ini didasari oleh faktor kebiasaan. 22

3. Menurut Undang-Undang ITE

Khusus mengenai judi online diatur dalam BAB VII Pasal 27 ayat (2) UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai perbuatan yang dilarang. Bunyi Pasal 27 ayat (2) UU ITE sebagai berikut:

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.”

Memperhatikan rumusal Pasal 27 ayat (2) UU ITE maka unsur-unsur Pasal tersebut sebagai berikut:

a. Unsur subjektif adalah setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak. Unsur dengan sengaja dan tanpa hak merupakan satu kesatuan yang harus dibuktikan oleh penegak hukum. Unsur dengan sengaja dan

22

(47)

46

tanpa hak berarti pelaku menghendaki dan mengetahui secara sadar bahwa tindakannya dilakukan tanpa hak. Tanpa hak merupakan unsure melawan hukum.

b. Unsur objektif yaitu: a) Mendistribusikan b) Mentransmisikan

c) Membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian.

Merujuk pada Pasal 27 ayat (2) UU ITE, dimana pelaku yang dapat dijerat berdasarkan Pasal tersebut adalah orang yang mendistribusikan, mentransmisikan dan orang yang membuat dapat diaksesnya informasi atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian. Melihat rumusan Pasal 27 ayat (2) UU ITE, dimana Pasal tersebut tidak merumuskan atau mengkualifikasikan yang mana Bandar dan pemain judi, dan sanksi pidana baik bagi bandar atau orang yang turut serta dan pemain bobotnya sama. Dalam UU ITE dipisahkan rumusan Pasal mengenai perbuatan dan sanksi pidana. Sebagaimana dalam BAB VII Pasal 27 ayat (2) UU ITE dimuat mengenai perbuatan judi online yang dilarang sedangkan sanksi tindak pidana judi online di atur dalam Pasal 45 ayat 1 dan Pasal 52 ayat (4) UU ITE. Pasal 45 ayat 1 UU ITE berbunyi sebagai berikut:

(48)

D. Sejarah Lahirnya Qanun di Nanggroe Aceh Darussalam

Tindakan hukum dengan berdasarkan syariat Islam pelan-pelan mulai dirasakan manfaatnya oleh seluruh elemen masyarakat Aceh maka demi kemaslahatan umat dalam hidup dan kehidupan berbangsa-bernegara, beragama maka syariat Islam secarah khaffah harus di dukung oleh semua pihak baik di daerah maupun di pusat dengan segala konsekuensi dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan berhasilnya perdamaian Aceh antara GAM dengan RI pada tanggal 15 Agustus 2005 yang dikenal dengan MoU Helsinky, pemerintah Aceh dengan kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi daerah maka sistim pemerintahan di Aceh berubah kewenangan demikian luas dan lebih besar urusan yang harus dikerjakan. Dalam proses perdamaian tersebut maka lahirlah Undang-Undang nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh dengan memberi kewenangan yang cukup luas dan khusus serta istimewa guna mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam UU Pemerintahan Aceh inilah pada BAB-XVII di cantumkan syariat islam dan pelaksanaannya sebanyak 3 Pasal dan pada BAB-XVII di cantumkan Mahkamah Syariah sebanyak 10 Pasal dan pada BAB-XIX di cantumkan Majelis Permusyawaratan Ulama sebanyak 3 Pasal.23

Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 1 tahun 1957, Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965, Undang-Undang nomor 5 tahun

23

(49)

48

1974 serta Undang-Undang nomor 22 tahun 1999, tidak ada satu Pasalpun yang menyebutkan tentang Pelaksanaan Syariat Islam di Provinsi Aceh. Baru kemudian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diberikan otoritas oleh Pemerintah RI untuk pelaksanaan syariat Islam yang meliputi Penyelenggaraan kehidupan beragama, Penyelenggaraan kehidupan adat, penyelenggaraan pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan kebijakan daerah24

Peraturan Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam. Seperti yang terdapat di dalam hal Menimbang poin (b): “bahwa dalam rangka penyelenggaraan otonomi, Daerah, dipandang perlu untuk menegaskan hak-hak istimewa yang diberikan kepada Propinsi Daerah Istimewa Aceh berdasarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh untuk dapat diterapkan dalam masyarakat secara luas” dan poin (e): “bahwa untuk terwujudnya kepastian hukum dalam pelaksanaan -hak-hak istimewa sebagai tersebut di atas, perlu diatur pokok-pokok pelaksanaan Syariat - Islam di Propinsi

, sesuai Undang-Undang No.44 tahun 1999 yang dikeluarkan di masa Presiden Habibie. Lalu ditegaskan lagi dengan Undang-Undang No.18 tahun 2001 tentang otonomi khusus provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka hal itu menjadi momentum bagi para penggerak perjuangan untuk penerapan syariat di tingkat nasional, bahkan di berbagai provinsi lain di wilayah Indonesia yang selama ini memperkuat aspirasi masyarakat dan basis dukungan politik mereka untuk menggolkan cita-cita tersebut di berbagai daerah. Dan untuk itu, sesuai dengan harapan masyarakat Aceh maka dibentuklah

24

(50)

Daerah Istimewa. Aceh dengan menetapkan dalam suatu Peraturan Daerah.” Ketentuan tentang Pelaksanaan Syariat Islam yang diatur dalarn PeraturanDaerah ini, bertujuan untuk mengisi di bidang Agama, dengan rnenerapkan Syariat Islam.

Qanun artinya undang-undang. Kata-kata qanun berasal dari bahasa Arab. Sebelum kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, lembaga pemerintahan untuk membuat qanun belum ada atau belum dibuat di Kerajaan Aceh Darussalam. Qanun dibuat berdasarkan saran dan diprakarsai oleh Putroe Phang (Putri Pahang) yang bernama Putri Kamaliyah, beliau adalah istri Sultan Iskandar Muda yang berasal dari Pahang, Malaysia.

Tempo dulu, sebuah kerajaan yang maju dikenal dengan nama kerajaan Brunei, sekarang jadi Brunei Darussalam, sewaktu di perintah oleh Sultan Hasan, beliau mengatakan terus terang bahwa telah meneladani qanun Mahkota Alam Aceh (50 Tahun Aceh Membangun: 23). Ungkapan Sultan Hasan Brunei itu adalah suatu kenyataan. Qanun Aceh adalah aturan yang bernilai tinggi kala itu dan diketahui oleh semua bangsa se-Asia Tenggara, bahkan sampai ke Eropa.System pemerintahan demokrasi federal melekat pada Kerajaan Aceh Darussalam, system inilah yang banyak ditiru oleh kebanyakan kerajaan lain yang masih mempertahankan system Absolut, dimana kekuasaan dan pemerintahan sepenuhnya dipegang oleh raja (sultan). Azas demokrasi tersebut terungkap dalam hadih maja berikut.

(51)

50

Reusam bak Laksamana (Reusam berada di tangan Laksamana) Hukom ngon adat (Hukum dengan adat)

Lagee zat ngon sifeut (Seperti zat dengan air)

Adat adalah pelaksana pemerintahan atau kekuasaan. Hukom adalah pelaksana atau pemegang kekuasaan bidang hukum (Judikatif). Qanun mempunyai arti sebagai undang-undang, yang dirancang atau dibuat dan di musyawarahkan melalui sidang Mahkamah Rakyat (legislative), atau lebih dikenal dengan istilah Dewan Perwakilan Rakyat saat ini. Dan terakhir, Reusam yang berarti Adab. Reusam memiliki tiga unsur, yaitu Diplomasi, Keprotokolan dan Etika. Dalam ketiga unsur itulah terkandung peradaban (adab) suatu bangsa.25

(1) Untuk mewujudkan Keistimewaan Aceh di bidang penyelenggaraan kehidupan beragama, setiap orang atau badan hukum yang berdomisili di Daerah, berkewajiban menjunjung tinggi pelaksanaan Syariat Islam dalam kehidupannya

Dalam praktiknya, sudah ada beberapa jenis Qanun yang berhasil dihasilkan dan sudah diterapkan di Aceh. Biarpun masih banyak kategori dalam syariat Islam sendiri yang belum terbentuk Qanun-nya sebagaimana yang tertera didalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh nomor 5 tahun 2000 Pasal 5 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

(2) Pelaksanaan Syariat Islam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

a. Aqidah;

25

(52)

b. ibadah; c. mu'amalah; d. akhlak ;

e. pendidikan dan dakwah islamiyah/amar ma'ruf nahi mungkar; f. baitulmal;

g. kemasyarakatan; h. syiar Islam ; i. pembelaan Islam ; j. qadha;

k. jinayat; l. munakahat; m. mawaris;

Isi dari ayat 2 dalam Pasal 5 tersebut diatas, mengelompokkan beberapa bentuk pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Dan berikut dibawah ini adalah beberapa jenis Qanun yang ada di Aceh beserta fungsinya:

1. Qanun nomor 3 tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Daerah Istimewa. 2. Qanun nomor 4 tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan dan

Pemberhentian Keuchik di Aceh.

3. Qanun nomor 5 tahun 2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam.

(53)

52

5. Qanun nomor 9 tahun 2003 tentang Hubungan Tata Kerja Majelis Permusyawaratan Ulama dengan Eksekutif, Legislatif dan Instansi Lainnya.

6. Qanun nomor 10 tahun 2002 tentang Peradilan Syariat Islam, yang berfungsi untuk menegaskan peran lembaga peradilan syariat Islam di Aceh.

7. Qanun nomor 11 tahun 2002 tentang Pelaksanaan Syariat Islam Bidang Aqidah, Ibadah, dan Syiar Islam, yang bertujuan untuk:

a. Membina dan memelihara keimanan dan ketaqwaan individu dan masyarakat dari pengaruh ajaran sesat.

b. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ibadah serta penyediaan fasilitasnya;

c. Menghidupkan dan menyemarakkan kegiatan-kegiatan guna menciptakan suasana dan lingkungan yang islami.

8. Qanun nomor 12 tahun 2003 tentang Minuman Khamar dan sejenisnya, bertujuan untuk:

a. Melindungi masyarakat dari berbagai bentuk kegiatan dan atau perbuatan yang merusak akal;

b. Mencegah terjadinya perbuatan atau kegiatan yang timbul akibat minuman khamar dalam masyarakat;

(54)

9. Qanun nomor 13 tahun 2003 tentang Maisir, yang berfungsi untuk: a. Memelihara dan melindungi harta benda / kekayaan;

b. Mencegah anggota masyarakat melakukan perbuatan yang mengarah kepada maisir;

c. Melindungi masyarakat dari pengaruh buruk yang timbul akibat kegiatan dan atau perbuatan maisir;

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan perbuatan maisir.

10.Qanun nomor 14 tahun 2003 tentang Khalwat, tujuanya adalah:

a. Melindungi masyarakat dari dari berbagai bentuk kegiatan dan / atau perbuatan yang merusak kehormatan;

b. Mencegah anggota masyarakat sedini mungkin dari melakukan perbuatan yang mengarah kepada zina;

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan memberantas terjadinya perbuatan khalwat / mesum;

d. Menutup peluang terjadinya kerusakan moral.

(55)

54

tantangan global, dan memiliki tanggung jawab kepada Allah SWT, masyarakat dan negara.

E. Tindak Pidana Judi Menurut Syariat Islam

Agama Islam membolehkan berbagai macam hiburan dan permainan bagi setiap pemeluknya, tetapi Islam menghara mkan setiap permainan yang dicampuri dengan unsur perjudian, yaitu suatu permainan yang mengandung unsur taruhan, baik itu berupa uang, barang, kehormatan dan orang yang menang itu berhak mendapat taruhannya tersebut.

Judi merupakan praktek untung-untungan yang membuat orang bermain berharap akan mendapat keuntungan dengan mudah. Khusus mengenai judi, sebagaimana minuman khamar, Allah melarang main judi sebab bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya. Bahaya main judi tidak kurang dari bahaya minum khamar. Judi cepat sekali menimbulkan permusuhan dan kemarahan, dan tiadk jarang juga menimbulkan pembunuhan. Bahaya itu sudah terbukti sejak dulu sampai sekarang. Bila mana disuatu tempat sudah berjangkit perjudian, maka di tempat itu selalu terjadi perselisihan, permusuhan maupun pembunuhan. Ini disebabkan hilangnya rasa persahabatan dan solidaritas sesama teman karena rasa dendam dan culas untuk saling mengalahkan di dalam berjudi.

(56)

berangan-angan kosong. Dan dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau bekerja mencari rizki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap kalau-kalau mendapat kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang kaya karena berjudi. Malah sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin karena judi, banyak pula rumah tangga yang aman dan bahagia tiba-tiba hancur karena judi.26

1. Karena dengan kedua perbuatan itu syaitan ingin menimbulkan permusuhan dan rasa saling benci di antara sesama manusia.

Di dalam al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 91, Allah menyebutkan alasan mengapa khamar dan judi di haramkan bagi orang-orang muslim. Alasan yang disebutkan dalam ayat ini ada dua macam yaitu:

2. Perbuatan itu akan melalaikan mereka dari mengingat Allah. Pada ayat lain telah disebutkan bahwa minum khamar dan berjudi adalah perbuatan perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Artinya syaitanlah yang membujuk-bujuk manusia untuk melakukannya agar timbul permusuhan dan rasa saling benci di antara mereka.

Timbulnya bahaya-bahaya tersebut pada orang yang suka meminum khamar dan judi tak dapat diingkari lagi. Kenyataan yang dialami oleh orang-orang semacam itu cukup menjadi bukti. Khususnya bagi orang-orang-orang-orang yang suka bermain judi, mereka selalu berharap akan memperoleh kemenangan, oleh sebab itu mereka tidak pernah jera dari perbuatan itu, selagi ia masih mempunyai uang, atau barang yang dipertaruhkannya. Dan pada saat ia kehabisan uang atau barang,

26

(57)

56

ia akan berusaha untuk menambil milik orang lain dengan jalan yang tidak sah. Setelah menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh khamar dan judi, maka Allah SWT. dengan nada bertanya memperingatkan orang-orang mukmin : Maka maukah kalian berhenti (menjalankan perbuatan itu) ?. maksudnya adalah setelah mereka diberitahu tentang bahaya yang demikian besar dari perbuatan-perbuatan itu, maka hendaklah menghentikan dengan segera. Apabila mereka tidak mau menghentikannya setelah diberi tahu bahaya-bahayanya, maka mereka sendirilah yang akan menanggung akibatnya, yaitu kerugian di dunia dan di akhirat.27

Islam mengajarkan umatnya untuk selalu mengambil manfaat yang lebih besar dan menolak kerusakan, sebagaimana dirumuskan dalam kaidah fiqhiyah Artinya : Menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan. Dan apabila berlawanan antara mafsadat dan maslahat, didahulikan menolak yang mafsadat. 28

Walaupun dalam khamar dan judi terdapat kemaslahatan, tetapi kemaslahatanya lebih kecil dibandingkan dengan mafsadatnya. Demikianlah Allah mengharamkan judi, sebab akan membawa kesengsaraan dan kedurhakaan kepada Allah. Bahaya judi tidaklah lebih kecil daripada bahaya khamar. Ia dapat menimbulkan permusuhan dan kemarahan di antara partner sepermainan, menghalangi dzikrullah dan shalat, merusak masyarakat dengan membiasakan

27

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsir, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1983) jilid 3 hlm 20-22

28

(58)

hidup menganggur dan malas, menunggu hasil yang besar tanpa jerih payah dan bersungguh-sungguh, merusak rumah tangga.

Firman Allah29

1. Hendaknya seorang muslim mengikuti sunnatullah dalam bekerja mencari uang, dan mencarinya dengan dimulai dari pendahuluan-pendahuluannya. Masukilah rumah dari pintu-pintunya; dan tunggulah hasil (musabbab) dari sebab-sebabnya. Sedang judi yang di dalamnya termasuk undian dapat menjadikan manusia hanya bergantung kepada pembagian, sedekah dan angan-angan kosong; bukan bergantung kepada usaha, aktivitas dan menghargai cara-cara yang telah ditentukan Allah, serta perintah-perintahNya yang harus diturut.

Artinya : Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Seorang muslim tidak boleh menjadikan permainan judi sebagai sarana hiburan dan mengisi waktu luang, sebagaimana ia juga tidak boleh menjadikannya sebagai sarana mencari nafkah dalam situasi bagaimanapun Yusuf Qardhawi menjelaskan beberapa hikmah dan tujuan dibalik pengharaman judi diantaranya :

2. Islam menjadikan harta manusia sebagai barang berharga yang dilindungi. Oleh karena itu tidak boleh diambilnya begitu saja, kecuali dengan cara tukar-menukar sebagai yang telah disyariatkan, atau dengan jalan hibah dan

29

(59)

5

Referensi

Dokumen terkait

Wasir adalah pembesaran pembuluh darah vena yang menjadi rapuh pada daerah rektum (sisi dalam dari anus) sehingga mudah berdarah1. Buang air besar berdarah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi Operasi pecahan dengan media petak persegi satuan pada siswa kelas V MI Ma’arif

Pembinaan dan peningk atan jumlah kosa kata murid pada semu a jen- jang persekolahan merupakan suatu bag ian ya ng tak terpisahkan dari usaha pembinaan dan

'angger /angger/ teguh; percaya; ya- kin (ttg kekuatan seseorang atau sesuatu): nyak kak temen - Juno , nikeu saya telah yakin akan engkau?. 2

molesta secara melimpah, terutama pada perlakuan 75% dan 100%, kadar oksigennya lebih rendah dan kadar CO2 nya lebih tinggi dibanding- kan dengan kolam-kolam lainnya, Hal ini

Apa yang terjadi di Indonesia khususnya pada Pilkada serentak dengan calon tunggal yang salah satunya dilangsungkan di Kabupaten Blitar adalah salah satu terobosan

Sejalan dengan hal tersebut, penulis menyarankan Perlu adanya kesadaran dari masing-masing pelaku pencurian energi listrik yang dilakukan didesa Gununganyar agar tidak

Permainan ular tangga mengenai pengetahuan dan keterampilan cuci tangan pakai sabun dapat dijadikan alternatif lain sebagai media edukasi pendidikan kesehatan yang