• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Sari Wortel (daucus carota l.) Yang Dipekatkan Dalam Sediaan Krim Pelembab.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Sari Wortel (daucus carota l.) Yang Dipekatkan Dalam Sediaan Krim Pelembab."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) YANG DIPEKATKAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Oleh:

MIMIL RATNAMILA NIM: 060804067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGGUNAAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) YANG DIPEKATKAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

MIMIL RATNAMILA NIM: 060804067

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI WORTEL (Daucus carota L.) YANG DIPEKATKAN DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Oleh:

MIMIL RATNAMILA NIM: 060804067

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Februari 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt NIP 196005111989022001 NIP 195807101986012001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya,Apt. NIP 195107031977102001 NIP 130672239

Dekan Fakultas Farmasi,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP. 195311281983031002

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat beriring salam kepada Nabi

Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada ayahanda H.Dahlius dan ibunda Hj.Rohminalyati, kakak dan

adik-adik saya Kak Ipit, Enda, Dian, Adin, bang Hary, nenek tercinta

Hj.Syamsimar, dan Rico atas doa tulus dan dukungan moril maupun materil serta

cinta dan kasih yang diberikan kepada penulis dalam menghantarkan penulis

meraih cita-cita

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. yang telah membimbing penulis dengan sabar sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,

yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan.

3. Bapak Drs. Wiryanto, M.Si., Apt. selaku penasehat akademik yang telah

memberikan nasehat dan arahan kepada penulis serta seluruh staf pengajar

Fakultas Farmasi USU atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan

(5)

4. Ibu Dra. Saodah, M.Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Farmasetika

Dasar yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama melakukan

penelitian.

5. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, ibu Dra. Anayanti Arianto,

M.Si., Apt, dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt sebagai tim penguji

yang sangat banyak memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.

6. Teman baik penulis Jek, Fika, Cici, Siti, Cha, Kiki, Yola dan seluruh

mahasiswa Farmasi stambuk 2006 serta kakak-kakak maupun adik-adik

mahasiswa Farmasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas

segala bantuan dan motivasinya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam manyelesaikan

skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Wassalam, Penulis

(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap sari wortel (Daucus carota L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari wortel yang digunakan adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 10% dan blanko.

Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari wortel 2% dan 4% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari wortel dengan konsentrasi 6% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 12 minggu, krim sari wortel dengan konsentrasi 8% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, dan krim sari wortel dengan konsentrasi 10% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,5-6,4, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

(7)

ABSTRACT

A research has been done to the carrot extract (Daucus carota L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of carrot extract used were 2%, 4%, 6%, 10%, and then they were compared with preparation containing 10% glycerine and blank preparation.

Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with carrot extract concentration of 2% and 4% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of carrot extract with a concentration of 6% experienced changes in color and smell in the storage of 12 weeks, cream of carrot extract with a concentration of 8% experienced changes in color and smell in the storage of 8 weeks, and cream of carrot extract with a concentration of 10% experienced changes in color and smell in the storage 8 weeks. Having a pH of 5,5 – 6,4 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of carrot extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesa ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...5

2.1. Tanaman wortel ...5

2.2. Kulit...7

2.3. Emulsi...11

2.4. Krim...12

2.5. Kosmetika pelembab...13

(9)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 16

2.1. Alat-alat... 16

2.2. Bahan-bahan ... 16

2.3. Sukarelawan ... 16

2.4. Prosedur kerja ... 17

2.4.1. Pembuatan sari wortel ... 17

2.4.2. Formula dasar krim ... 17

2.4.3. Pembuatan sediaan krim ... 18

2.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 19

2.5.1. Uji homogenitas ... 19

2.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 19

2.5.3. Penentuan pH sediaan ... 19

2.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 20

2.7. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 20

2.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ...20

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

3.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 22

3.1.1. Uji homogenitas ... 22

3.1.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 23

3.1.3. Penentuan pH sediaan ... 25

3.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27

3.3. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 28

(10)

Penguapan Air Dari Kulit ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

4.1. Kesimpulan ... 33

4.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Sediaan Krim ...18

Tabel 2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat

Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 23

Tabel 3. Data Pengukuran pH Sediaan ... 25

Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu...26

Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27

Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 28

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Formula sediaan krim ... 36

Gambar 2. Wortel .. ... 36

Gambar 3. Uji tipe emulsi ...37

Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37

Gambar 5. Alat freezee dryer...38

Gambar 6. pH meter...38

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar sediaan formula krim dari wortel ...36

Lampiran 2. Gambar wortel ... 36

Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi ...37

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu...37

Lampiran 5. Gambar alat yang digunakan...38

Lampiran 6. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 39

Lampiran 7. Perhitungan ... 40

Lampiran 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan I ... 41

Lampiran 9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan II ... 41

Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan III ... 41

Lampiran 11. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan IV ... 42

Lampiran 12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan V ... 42

Lampiran 13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VI ... 42

Lampiran 14. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VII ... 43

Lampiran 15. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan VIII ... 43

Lampiran 16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan IX ... 43

(14)

Lampiran 18. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Sukarelawan XI ... 44

(15)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap sari wortel (Daucus carota L.) dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi sari wortel yang digunakan adalah 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 10% dan blanko.

Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Tetapi hanya krim dengan konsentrasi sari wortel 2% dan 4% yang stabil atau tidak mengalami perubahan pada penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar. Sedangkan krim sari wortel dengan konsentrasi 6% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 12 minggu, krim sari wortel dengan konsentrasi 8% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, dan krim sari wortel dengan konsentrasi 10% mengalami perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 5,5-6,4, sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

(16)

ABSTRACT

A research has been done to the carrot extract (Daucus carota L.) in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of carrot extract used were 2%, 4%, 6%, 10%, and then they were compared with preparation containing 10% glycerine and blank preparation.

Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. But only cream with carrot extract concentration of 2% and 4% are stable or no change in storage 1, 4, 8 and 12 weeks at room temperature. While the cream of carrot extract with a concentration of 6% experienced changes in color and smell in the storage of 12 weeks, cream of carrot extract with a concentration of 8% experienced changes in color and smell in the storage of 8 weeks, and cream of carrot extract with a concentration of 10% experienced changes in color and smell in the storage 8 weeks. Having a pH of 5,5 – 6,4 produced the cream is a type of emulsion o/w ( oil/water ), does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of carrot extract were added into the cream preparation the greater the ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun

sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur,

arang, air, embun, pasir atau sinar matahari. Penggunaan susu, akar, daun, kulit

pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi

hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Hal ini dapat diketahui

melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papirus atau dipahat pada dinding

piramid (Wasitaatmadja, 1997).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan oleh

manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga saat meninggalkan

dunia ini. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh

tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang

terdapat di lingkungan hidup kita. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun

dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara

kering, kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit

kulit maupun penyakit dalam tubuh. Karena faktor-faktor tersebut dapat terjadi

penguapan yang berlebihan pada epidermis kulit sehingga menyebabkan kulit

(18)

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai

penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air

sehingga kulit menjadi lebih kering.

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan

dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan

sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi

sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah

tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan

non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit.

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak

hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam

stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters

lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam

kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa

vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik

yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari

(19)

Berbagai bahan alami seperti bengkoang, alpukat, dan mentimun telah

banyak digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan seperti masker,

pelembab, body lotion, dan sebagainya.

Wortel atau carrots (Daucus carota L.) merupakan salah satu jenis sayuran

yang banyak terdapat di Indonesia. Bagian utama yang dikonsumsi masyarakat

dari wortel adalah umbinya yang dapat dilalap mentah atau di masak. Disamping

itu wortel dapat bermanfaat menyembuhkan beberapa jenis penyakit dan juga

digunakan untuk kesehatan kulit (Rukmana,R., 1995).

Wortel mengandung gula alami, beta karoten, vitamin A, B kompleks, C,

D, E, K, antioksidan dan fitokimia. Kandungan gula alami pada wortel dapat di

gunakan sebagai pelembab kulit. Dan dengan adanya vitamin-vitamin pada wortel

berfungsi sebagai penyokong sehingga kemampuan melembabkan kulit dari

wortel lebih besar lagi. Dengan alasan ini penulis meneliti pengaruh dari wortel

dalam krim pelembab (Rukmana,R., 1995).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah sari wortel dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan

tipe emulsi m/a.

2. Apakah sari wortel mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau

melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.3 Hipotesis

1. Sari wortel dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dengan tipe

(20)

2. Sari wortel mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau

melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah sari wortel dapat diformulasikan dalam sediaan

krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui kemampuan sari wortel mengurangi penguapan air dari

kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.

1.5Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil guna dari wortel.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Wortel 2.1.1 Wortel (Daucus carota L.)

Wortel atau carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,

melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang. Menurut sejarahnya,

tanaman wortel berasal dari Asia Timur dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan

tumbuh liar sekitar 6500 tahun yang lalu (Rukmana,R., 1995).

Pada awalnya budidaya wortel terjadi di daerah sekitar laut tengah.

Lambat laun budidaya wortel menyebar luas ke daerah Asia, Eropa, Afrika dan

seluruh dunia yang telah terkenal dengan daerah pertaniannya. Tidak hanya di

negara beriklim sedang saja, penanaman wortel menyebar juga ke negara-negara

beriklim panas termasuk di Indonesia. Walaupun pada awalnya hanya di tanam di

daerah Lembang dan Cipanas (Jawa Barat). Namun, dalam perkembangannya

menyebar ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan luar Jawa (Rukmana,R.,

1995).

Wortel termasuk sayur-sayuran yang paling luas dikenal manusia. Manusia

mulai mengkonsumsi wortel setelah mengetahui beberapa manfaat kesehatan yang

terkandung di dalamnya. Konon, orang-orang Yunani dan Romawi yang pertama

kali mempublikasikan manfaat wortel ini. Dan informasi mengenai manfaat

wortel ini didapat dalam buku-buku mereka yang telah ditulis sejak 230 tahun

(22)

Wortel termasuk tanaman tak berkayu, hidup semusim, tinggi mencapai 1

meter, dapat hidup dengan baik di daerah dingin, atau dataran tinggi. Batangnya

pendek, basah, merupakan sekumpulan tangkai daun yang keluar dari ujung umbi

bagian atas. Daun majemuk, tangkai melebar, ujung meruncing, pangkal berlekuk.

Bunga membentuk seperti payung, memiliki mahkota berbentuk bintang,

berwarna putih. Biji kecil, bulat, lonjong, warna putih. Akarnya akar tunggang

menjadi besar berbentuk umbi, berdaging, warna kuning kemerahan (Sunanto,

2002).

Wortel lebih dikenal sebagai tanaman sayuran, tetapi juga bermanfaat

sebagai tanaman berkhasiat obat yang dapat digunakan untuk mengobati beberapa

jenis penyakit, tidak hanya itu wortel juga dapat di gunakan untuk kecantikan

(Sunanto, 2002).

2.1.2 Taksonomi wortel (Daucus Carota L.)

Menurut Rukmana,R (1995) dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae

Genus : Daucus

(23)

2.1.3 Kandungan wortel (Daucus Carota L.)

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa tanaman wortel memiliki

kandungan senyawa aktif, yaitu: protein, karbohidrat, lemak, serat, gula alamiah,

pektin, glutatin, asparaginin, beta karoten, geraniol, flavonoida, pinena, dan

limonena. Wortel ini juga kaya akan vitamin A, B kompleks, C, D, E, K, dan

antioksidan (Sunanto, 2002).

2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.

(Djuanda,A., 2007).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai

berikut:

− Fungsi proteksi.

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis. Misalnya

tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimia

terutama yang bersifat iritan; gangguan yang bersifat panas, misalnya

sengatan matahari; gangguan infeksi luar terutama kuman atau bakteri

(24)

− Fungsi adsorpsi (penyerapan)

Kemampuan adsorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, dan

kelembaban kulit. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel,

menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar,tetapi

penyerapan lebih banyak terjadi melalui sel-sel epidermis dari pada yang

melalui muara kelenjar.

− Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa

metabolisme dalam tubuh berupa keringat.

− Fungsi persepsi

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar, seperti

dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera

memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut.

− Fungsi pengaturan suhu tubuh

Disebut memiliki fungsi pengatur suhu tubuh, karena adanya kelenjar

keringat dan pembuluh darah kulit. Jika udara sedang panas, keringat akan

keluar dan menguap. Akibatnya, panas tubuh terserap sehingga udara terasa

sejuk. Sebaliknya jika udara dingin, pembuluh darah menguncup agar panas

tubuh tidak banyak keluar atau tertahan, sehingga tubuh secara otomatis bisa

mengatasi persoalan udara dingin (Djuanda,A., 2007).

2.2.2 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda. Ketiga

lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis

(25)

a. Lapisan Epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri

dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng

yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi

keratin (zat tanduk).

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng

tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang

disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

− Lapisan butir (stratum granulosum)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar

dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya

berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

− Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada

pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan

tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang

(26)

b. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan

elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2

bagian:

1.Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung

serabut saraf dan pembuluh darah.

2.Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,

bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut

kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,

berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu

membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas

tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan

berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan

memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Djuanda,A.,

2007).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian :

1. Kulit Normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan

(27)

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit

lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun

sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan

(Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak

tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi

butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini

bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi

dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting

agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan

membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan

film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan

dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe

M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase

intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase

dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase

(28)

dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase

minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut

kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian

besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah

menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan

diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit

4. Bersifat lembut

5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri

dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau

alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di

tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak

(29)

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O

b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan

dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini

(Lachman, 1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena

memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak

serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung

air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,

propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w

untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).

2.5 Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit

maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit

menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan

dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan

sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi

sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah

(30)

non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit

(Wasitaatmadja, 1997).

2.6 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,

zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari

lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang berfungsi sebagai pelembab kulit. Berbagai

macam humektan digunakan dalam kosmetik termasuk alkohol polihidrat

seperti gliserin, propilen glikol, dan sorbitol. Humektan memainkan peran

penting dalam kosmetik, yaitu untuk mempertahankan kadar air pada kulit

dan

d. Zat pengemulsi

mampu menarik air dari udara serta menahan air agar tidak menguap

(Mitsui.T., 1997).

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua

bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,

trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka

(31)

bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas

mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat

antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan

atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari

parfum menambah daya tarik dari konsumen untk memilih produk yang

(32)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik, pH meter, mikroskop, freezee dryer, juicer, lumpang

porselen, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa,

penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, natrium tetra borat, TEA, metil paraben, natrium meta

bisulfit, gliserin, silika gel, sari wortel, air suling, parfum oleum rose, metil biru,

larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan

kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12

orang dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-25 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

(33)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pembuatan Sari Wortel

Buah wortel segar seberat 2 kg dicuci bersih, kemudian di juice,di dapat

sari wortel seberat 1,08 kg yang kedalamnya di tambahkan Natrium metabisulfit

1,08 g, di freezee dryer selama 24 jam pada suhu -40o

A. Formula dasar krim (Formularium Indonesia, tahun 1979)

dengan tekanan 2 atm.

Formula Dasar Krim

R/ Asam stearat 142

Gliserin 100

Natrium tetraborat 2,5

Trietanolamin 10

Air suling ad 1000

Nipagin secukupnya.

B. Formula yang dibuat

R/ Asam stearat 56,8

Natrium tetraborat 1

Trietanolamin 4

Sari wortel qs

Nipagin 0,4

(34)

3.4.3 Cara Pembuatan krim A. Cara Pembuatan Dasar krim

Asam stearat 56,8 g dilebur di dalam cawan penguap (massa I). TEA 4 g,

Natrium tetra borat 1 g dan nipagin 0,4 g dilarutkan dalam air panas (massa II).

Massa I dicampur dengan massa II di dalam lumpang panas, digerus sampai

terbentuk massa krim. Kemudian tambahkan 2 tetes oleum rose sebagai pewangi,

gerus sampai homogen.

Kemudian timbang dasar krim dan sari wortel seperti pada tabel:

Tabel 1. Formula sediaan krim

No Formula Wortel (g) Gliserin (g) Dasar krim (g)

1 A - - 50

2 B 1 - 49

3 C 2 - 48

4 D 3 - 47

5 E 4 - 46

6 F 5 - 45

7 G - 5 45

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin)

Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4%

Formula D : Konsentrasi sari wortel 6%

Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

(35)

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10%

(sebagai pembanding)

B. Cara Pembuatan Sediaan Krim dengan Zat Aktif

Sampel di gerus dalam lumpang, ditambahkan dasar krim sedikit demi

sedikit sambil di gerus sampai sampel tercampur rata dengan dasar krim.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan

Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml,

ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada

saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan

pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi,

perpisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

(36)

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan

elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga

pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan

(Rawlins, 2003).

3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1

tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan

diamati dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan

tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan

tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:

kosmetika sebanyak 500 mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm,

kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi

pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).

3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm

(37)

Cara :

Sediaan ditimbang sebanyak 1 g. Pada bagian lengan bawah sukarelawan

diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup

pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum

dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,

kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi

ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa

sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah

plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan

menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian

bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik

diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar

wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh

udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan

sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel

selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang

kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan

yang menggunakan gliserin , dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa diolesi

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Freezee dryer

Hasil freezee dryer yang di peroleh yaitu sari wortel yang menyerupai

ekstrak kental sebanyak 58,6 g.

4.2. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1. Homogenitas Sedíaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak

diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen.

Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula

A dan G, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran

(39)
[image:39.595.112.518.168.498.2]

4.2.2. Stabilitas Sediaan

Tabel 2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan

Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 mingguss

No Formula

Pengamatan setelah

Selesai

dibuat

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu

x Y z x Y Z X y z x y z x y z

1 A - - - -

2 B - - - -

3 C - - - -

4 D - - - √ √ -

5 E - - - √ √ - √ √ -

6 F - - - √ √ - √ √ -

7 G - - - -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin)

Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4%

Formula D : Konsentrasi sari wortel 6%

Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10%

(sebagai pembanding)

(40)

y : Perubahan bau

z : Pecahnya emulsi

- : Tidak ada perubahan

√ : Terjadi perubahan

Menurut Ansel (1989) suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik,

apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukan massa

krim keatas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat

jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukan

massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar

dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung

bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan

perubahan bau.

Dari data di atas di dapat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 10%,dan

krim sari wortel konsentrasi 2% dan 4% stabil pada penyimpanan selama 12

minggu, sedangkan pada sediaan krim sari wortel pada konsentrasi 6% mengalami

perubahan warna dan bau pada penyimpanan 12 minggu, krim sari wortel

konsentrasi 8% dan krim sari wotel dengan konsentrasi 10% mengalami

perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8 minggu, hal ini disebabkan oleh

karena wortel mengandung beta karoten yang mudah teroksidasi. Perubahan yang

terjadi adalah perubahan warna krim yang hanya kelihatan pada wadah bagian

atas dan bagian terluar dari wadah saja. Kemungkinan ini terjadi karena sediaan

krim di simpan pada wadah yang transparan sehingga terjadi oksidasi langsung

(41)

bau busuk, hal ini kemungkinan karena pengawet yang digunakan kurang

sehingga perlu ditambahkan pengawet dengan konsentrasi yang lebih banyak lagi.

4.2.3. pH Sedíaan

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan

[image:41.595.111.514.250.508.2]

yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 6,2 6,4 6,4 6,33

2 B 6,1 6,3 6,3 6,23

3 C 5,7 5,9 6,0 5,87

4 D 5,5 5,9 6,0 5,80

5 E 5,7 5,9 6,0 5,87

6 F 5,5 5,7 5,8 5,67

(42)

Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin)

Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4%

Formula D : Konsentrasi sari wortel 6%

Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10%

(sebagai pembanding)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan

bahwa pH dari formula A: 6,33 ; formula B: 6,23 ; formula C: 5,87 ; formula D:

5,80 ; formula E: 5,87 ; formula F: 5,67 ; formula G : 6,33.

Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, , didapatkan

bahwa pH dari formula A: 6,33 ; formula B: 6,23 ; formula C: 5,87 ; formula D:

5,80 ; formula E: 5,87 ; formula F: 5,67 ; formula G : 6,33.

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 6,4 6,2 6,4 6,33

2 B 6,1 6,3 6,3 6,23

3 C 5,7 5,9 6,0 5,87

4 D 5,9 5,7 5,8 5,80

5 E 6,0 5,8 5,8 5,87

6 F 5,8 5,5 5,7 5,67

(43)

Dimana pH sediaan ini sesuai untuk pH kulit (4,5-7,0) sehingga aman

digunakan dan tidak menyebabkan iritasi.

4.2.4. Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan

[image:43.595.111.520.249.494.2]

biru metil adalah:

Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1 A √ -

2 B √ -

3 C √ -

4 D √ -

5 E √ -

6 F √ -

7 G √ -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin)

Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4%

Formula D : Konsentrasi sari wortel 6%

Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10%

(44)

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat

dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk

maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 4 diatas, formula

krim dengan konsentrasi sari wortel 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, gliserin 10% dan

blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian

larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang

dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

4.2.5. Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

N o

Pernyataa n

Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 Iritasi

pada kulit

- - - -

2 Gatal pada kulit

- - - -

3 Kulit menjadi

kasar

- - - -

Keterangan :

+ : Terjadi iritasi

(45)

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui

terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah

lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel

diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau

pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.2.6. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-25 tahun

yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari

Kulit

(46)

Formula

A B C D E F G

1 I 10,00% 13,33% 20,00% 26,67% 36,67% 46,67% 46,67% 2 II 5,26% 10,53% 23,68% 28,95% 39,47% 44,74% 47,37% 3 III 7,69% 12,82% 23,08% 30,77% 35,90% 46,15% 46,15% 4 IV 7,32% 12,19% 21,95% 26,83% 36,58% 43,90% 46,34% 5 V 9,76% 14,63% 21,95% 29,27% 39,02% 46,34% 41,46% 6 VI 7,50% 12,50% 22,50% 32,50% 37,50% 45,00% 45,00% 7 VII 5,40% 13,51% 24,32% 32,43% 37,84% 45,95% 45,95% 8 VIII 7,14% 14,29% 21,43% 28,57% 38,09% 45,24% 45,24% 9 IX 5,56% 13,89% 25,00% 33,33% 38,89% 44,44% 47,22% 10 X 5,71% 14,29% 22,86% 28,57% 34,29% 45,71% 45,71% 11 XI 8,11% 13,51% 21,62% 29,73% 35,13% 43,24% 43,24%

12 XII 6,25% 12,50% 21,87% 28,12% 34,37% 43,75% 43,75%

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa gliserin)

Formula B : Konsentrasi sari wortel 2%

Formula C : Konsentrasi sari wortel 4%

Formula D : Konsentrasi sari wortel 6%

Formula E : Konsentrasi sari wortel 8%

Formula F : Konsentrasi sari wortel 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 10%

(sebagai pembanding)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari wortel dengan konsentrasi

(47)

untuk konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar

20,00% sampai 25,00%, untuk konsentrasi 6% mampu mengurangi penguapan air

sebesar 26,67% sampai 33,33% sedangkan untuk konsentrasi 8% mampu

mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 34,37% sampai 39,47%, untuk

konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 43,24%

sampai 46,34%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung

gliserin konsentrasi 10% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan

gliserin konsentrasi 10% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar

41,46% hingga 47,37% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan

air sebesar 5,26% hingga 10,00%

Dari data yang diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari

wortel yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula

kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.

Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari

wortel konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 10% yaitu pada 8

sukarelawan memberikan hasil yang sama , pada 3 sukarelawan memberikan hasil

bahwa krim gliserin konsentrasi 10% lebih bagus dari pada krim sari wortel 10%,

dan pada 1 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim sari wortel konsentrasi

10% lebih bagus dari pada krim gliserin konsentrasi 10%. Perbedaan nilai

persentase dari tiap sukarelawan ini di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat

pengujian, dan tiap individu menghasilkan keringat yang tidak sama banyaknya

karena tiap sukarelawan melakukan aktivitas yang berbeda-beda sehingga hasil uji

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

(49)

1. Sari wortel ( Daucus carota L) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan

krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya

homogen, tapi pada sediaan sari wortel konsentrasi 6% setelah

penyimpanan selama 12 minggu terjadi perubahan warna dan bau, pada

sediaan sari wortel konsentrasi 8% setelah penyimpanan selama 8 minggu

terjadi perubahan warna dan bau, dan pada sediaan sari wortel dengan

konsentrasi 10% terjadi perubahan warna dan bau pada penyimpanan 8

minggu, selain itu untuk sediaan krim blanko, sediaan sari wortel

konsentrasi 2%, 4% dan gliserin konsentrasi 10% stabil pada penyimpanan

selama 12 minggu, sediaan krim mempunyai pH 5,5-6,4, serta tidak

mengiritasi kulit.

2. Penambahan sari wortel kedalam sediaan krim dapat mengurangi

penguapan air pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi sari wortel yang ditambahkan pada

sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut

mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan sediaan yang

mengandung gliserin 10%, ternyata kemampuan sari wortel dengan

konsentrasi sari wortel 10% untuk mengurangi penguapan air dari kulit

hampir sama dengan sediaan yang mengandung gliserin 10%.

5.2. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memformulasikan sari wortel

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada Univerity Press. Hal. 132.

(51)

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 3-6.

Lachman, L., Liberman, A. H, Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 1118.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Firts Edition. Amsterdam: Elsevier Science B.V. Page 134.

Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

ed. London:

Rukmana, R. (1995). Bertanam Wortel. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 11, 14,17.

Sunanto, H. (2009). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 28-29.

Tranggono, R. I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 3, 62-63, 111-112.

Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.

LAMPIRAN

(52)
[image:52.595.115.505.83.249.2]

Gambar 1. Gambar sediaan krim

Lampiran 2. Gambar wortel

Gambar 2. Gambar wortel

[image:52.595.113.492.314.529.2]
(53)
[image:53.595.115.512.82.280.2]

Gambar 3. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu

Gambar 4. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu

[image:53.595.115.478.377.586.2]
(54)

Gambar 5. Alat freezee dryer

(55)

Lampiran 6. Gambar Rangkaian alat yang di gunakan pada Pengujian Penguapan

Air pada Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik

[image:55.595.122.485.542.672.2]
(56)

Lampiran 7. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada

sukarelawan.

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal

Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,27 g

Pertambahan berat = 260 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 300 mg

Pertambahan berat sediaan = 260 mg

Persentase pengurangan penguapan = 13,33%

pertambahan berat sediaan

(57)

Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit Lampiran 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan I

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,30 300 0,00%

2 A 10,00 10,27 270 10,00%

3 B 10,01 10,27 260 13,33%

4 C 10,04 10,28 240 20,00%

5 D 10,08 10,30 220 26,67%

6 E 10,08 10,27 190 36,67%

7 F 10,00 10,16 160 46,67%

8 G 10,01 10,17 160 46,67%

Lampiran 9. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan II

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,38 380 0,00%

2 A 10,00 10,36 360 5,25%

3 B 10,00 10,34 340 10,53%

4 C 10,01 10,30 290 23,68%

5 D 10,02 10,29 270 28,95%

6 E 10,09 10,31 230 39,47%

7 F 10,11 10,30 210 44,74%

8 G 10,00 10,20 200 47,37%

Lampiran 10. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan III

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,39 390 0,00%

2 A 10,11 10,47 360 7,69%

3 B 10,00 10,34 340 12,82%

4 C 10,05 10,35 300 23,08%

5 D 10,10 10,37 270 30,77%

6 E 10,00 10,25 250 35,90%

7 F 10,00 10,21 210 46,15%

(58)

Lampiran 11. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan IV

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,01 10,42 410 0,00%

2 A 10,07 10,45 380 7,32%

3 B 10,03 10,39 360 12,19%

4 C 10,15 10,47 320 21,95%

5 D 10,05 10,35 300 26,83%

6 E 10,02 10,28 260 36,58%

7 F 10,10 10,33 230 43,90%

8 G 10,16 10,38 220 46,34%

Lampiran 12. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan V

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,41 410 0,00%

2 A 10,03 10,40 370 9,76%

3 B 10,00 10,35 350 14,63%

4 C 10,02 10,34 320 21,95%

5 D 10,06 10,35 290 29,27%

6 E 10,09 10,34 250 39,02%

7 F 10,08 10,30 220 46,34%

8 G 10,14 10,38 240 41,46%

Lampiran 13. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VI

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,40 400 0,00%

2 A 10,13 10,50 370 7,50%

3 B 10,10 10,45 350 12,50%

4 C 10,09 10,40 310 22,50%

5 D 10,12 10,39 270 32,50%

6 E 10,17 10,42 250 37,50%

7 F 10,03 10,25 220 45,00%

(59)

Lampiran 14. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VII

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,05 10,42 370 0,00%

2 A 10,06 10,41 350 5,40%

3 B 10,01 10,33 320 13,51%

4 C 10,07 10,35 280 24,32%

5 D 10,12 10,37 250 32,43%

6 E 10,05 10,28 230 37,84%

7 F 10,07 10,27 200 45,95%

8 G 10,06 10,26 200 45,95%

Lampiran 15. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan VIII

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,10 10,52 420 0,00%

2 A 10,05 10,44 390 7,14%

3 B 10,01 10,37 360 14,29%

4 C 10,01 10,34 330 21,43%

5 D 10,05 10,35 300 28,57%

6 E 10,00 10,26 260 38,89%

7 F 10,00 10,23 230 45,24%

8 G 10,04 10,27 230 45,24%

Lampiran 16. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan IX

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,03 10,39 360 0,00%

2 A 10,01 10,35 340 5,56%

3 B 10,03 10,34 310 13,89%

4 C 10,07 10,34 270 25,00%

5 D 10,01 10,25 240 33,33%

6 E 10,04 10,26 220 38,89%

7 F 10,02 10,22 200 44,44%

(60)

Lampiran 17. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan X

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,05 10,40 350 0,00%

2 A 10,01 10,34 330 5,71%

3 B 10,01 10,31 300 14,29%

4 C 10,07 10,34 270 22,86%

5 D 10,09 10,34 250 28,57%

6 E 10.05 10,28 230 34,29%

7 F 10,03 10,22 190 45,71%

8 G 10,02 10,21 190 45,71%

Lampiran 18. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan XI

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,00 10,37 370 0,00%

2 A 10,00 10,34 340 8,11%

3 B 10,15 10,47 320 13,51%

4 C 10,13 10,42 290 21,62%

5 D 10,03 10,29 260 29,73%

6 E 10,10 10,34 240 35,13%

7 F 10,07 10,28 210 43,24%

8 G 10,01 10,22 210 43,24%

Lampiran 19. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Pada Sukarelawan XII

No Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa sediaan 10,11 10,43 320 0,00

2 A 10,15 10,45 300 6,25%

3 B 10,01 10,29 280 12,50%

4 C 10,13 10,38 250 21,87%

5 D 10,12 10,35 230 28,12%

6 E 10,02 10,23 210 34,37%

7 F 10,04 10,22 180 43,75%

Gambar

Tabel 2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan
Tabel 3. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Gambar 1. Gambar sediaan krim
+3

Referensi

Dokumen terkait

comprehension questions technique and students who were taught using

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi sifat kimia, seperti pH, kandungan bakteri asam laktat, dan kadar laktosa dalam yogurt yang difermentasi dengan ragi

Sampel yang telah digiling di analisa menggunakan analisis proksimat meliputi kuantifikasi nutrisi seperti air, abu, serat kasar, protein kasar, lemak, dan bahan ekstrak

setiap hari yang diakibatkan oleh semua jenis cedera. Cedera mewakili sekitar 12% dari beban keseluruhan penyakit, sehingga cedera penyebab penting ketiga kematian secara

Yeast di dalam me- dia tumbuh merupakan sumber nitrogen yang sangat diperlukan oleh sebagian besar jamur entomopatogen untuk mempertinggi laju per- tumbuhan konidia dan

Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang tanggung jawab bank, salah satu diantaranya “Tanggung Jawab Bank Mutiara Dalam Kewajiban Ganti Rugi Dana Nasabah Bank

Warna kontras umumnya digunakan untuk sebagai navigasi, headings, link dan body text, kita dapat menggunakan warna yang lebih menyaru untuk menandakan sesuatu

dengan fasilitas e-Banking (Kartu Debit Mandiri, SMS Banking Mandiri, Internet Banking Mandiri dan Call Mandiri) adalah rekening yang hanya memiliki 1 (satu)