• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUTORIAL SEBAGAI SUPLEMEN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUTORIAL SEBAGAI SUPLEMEN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MEDIA TIK TUTORIAL SEBAGAI SUPLEMEN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN

ALAT UKUR DI SMP

Oleh Junia Yurika

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PEMANFAATAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUTORIAL SEBAGAI SUPLEMEN

EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP

Oleh Junia Yurika

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMPN 2 Way

Tenong didapatkan bahwa siswa pada pelajaran IPA, khususnya fisika. Pembelajaran

dilakukan hanya dengan menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutkan

dengan penjelasan materi dan pengerjaaan soal-soal fisika saja. Sehingga proses

belajar siswa tidak maksimal. Pembelajaran fisika yang kurang efektif ini diduga

dapat diatasi dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) yang akan digunakan sebagai suplemen eksperimen. Tujuan penelitian ini

untuk mengetahui, (1) perbedaan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah

pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajan alat

ukur di SMP; (2) mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa dalam

pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK tutorial sebagai suplemen

eksperimen; (3) mendeskripsikan karakter yang dapat ditumbuhkan pada siswa

(3)

ukur dengan pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK tutorial

sebagai suplemen eksperimen; (5) mendeskripsikan sikap siswa terhadap

pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen dalam pembelajaran

alat ukur. Penelitian ini berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di

SMP Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat. Sampel yang diambil yaitu

kelas VII Dsebagai kelas eksperimen. Pemilihan kelas sampel dengan metode

Random yaitu mengambil satu kelas secara acak dari beberapa kelas. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan hasil

belajar ranah kognitif siswa setelah pemanfaatan media TIK tutorial sebagai

suplemen eksperimen; (2) pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen

eksperimen pada pembelajaran alat ukur di SMP dapat memunculkan KPS;

(3) pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada

pembelajaran alat ukur di SMP dapat membentuk karakter; (4) pemanfaatan media

TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di SMP

dapat meningkatkan aktivitas siswa; (5) pemanfaatan media TIK tutorial sebagai

suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di SMP dapat menumbuhkan

sikap positif bagi siswa pada saat pembelajaran.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

Halaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 7

1. Hasil Belajar ... 7

2. Keterampilan Proses Sains ... 8

3. Karakter Siswa……..………... 13

4. Aktivitas Siswa ... 14

5. Sikap Siswa ... 17

6. Metode Eksperimen ... 19

7. Media Pembelajaran TIK Tutorial ... 21

B. Kerangka Pemikiran ... 24

C. Hipotesis Penelitian ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 27

B. Sampel Penelitian ... 27

(8)

E. Instrumen Penelitian ... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

1. Uji Instrumen Penelitian ... 38

2. Tahap Pelaksanaan ... 39

3. Data Hasil Penelitian ... 41

a. Data Hasil Belajar ranah Kognitif ... 42

b. Data Keterampilan Proses Sains (KPS)... 42

c. Data Karakter Siswa ... 43

d. Data Aktivitas Siswa ... 44

e. Data Sikap Siswa ... 44

4. Pengujian Hipotesis ... 50

B. Pembahasan ... 48

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 48

2. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 51

3. Karakter Siswa ... 59

4. Aktivitas Siswa ... 62

5. Deskripsi Sikap Siswa Pada Pembelajaran Alat Ukur ... 65

V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... ..70

DAFTAR PUSTAKA ... vi

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.

Penggunaan metode eksperimen dapat melibatkan siswa secara langsung untuk

menemukan konsep fisika. Penemuan konsep yang terjadi pada saat percobaan

adalah dengan cara setiap siswa mendapatkan alat praktikum untuk membuktikan

sendiri konsep yang dipelajari. Kendala yang terjadi saat praktikum ialah pada

jumlah alat yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah siswa yang akan

melakukan percobaan sehingga membuat pembelajaran kurang efektif dan tidak

optimal. Berawal dari hal ini maka peneliti menganggap perlu adanya media

tambahan atau biasa disebut suplemen yang dirancang untuk dapat memudahkan

siswa dalam memahami pelajaran fisika.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMPN 2 Way

Tenong didapatkan bahwa pelajaran IPA khususnya fisika, pembelajaran

dilakukan hanya dengan menggunakan metode ceramah. Kemudian dilanjutkan

dengan penjelasan materi dan pengerjaaan soal-soal fisika saja sehingga proses

(10)

dapat diatasi dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) yang akan digunakan sebagai suplemen eksperimen.

Suplemen eksperimen adalah penggunaan media sebagai tambahan materi

pembelajaran yang dapat dimanfaatkan langsung pada saat pembelajaran.

Pemanfaatan ini, diharapkan dapat mengurangi dampak dari kurangnya fasilitas

dan alat-alat praktikum yang kurang memadai saat melakukan percobaan.

Meningkatkan aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Sikap siswa lebih

bertanggung jawab pada tugas yang diberikan, lebih lagi dalam proses

pembentukan karakter siswa. Penggunaan media TIK diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar ranah kognitif serta memunculkan Keterampilan

Proses Sains (KPS) dalam proses pembelajaran. Suplemen yang akan digunakan

berupa media TIK tutorial, penggunaan media TIK tutorial diduga dapat membuat

siswa lebih memahami pelajaran fisika. Karena media TIK tutorial dirancang

dengan segala penjelasan yang dapat membantu siswa belajar mandiri.

Uraian latar belakang di atas membuat peneliti menganggap perlu diadakan

penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Teknologi Informasi dan

Komunikasi Tutorial Sebagai Suplemen Eksperimen Pada Pembelajaran Alat

(11)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah

pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada

pembelajaran alat ukur di SMP?

2. Bagaimana Kemampuan Proses Sains (KPS) pada pembelajaran alat ukur di

SMP dengan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen?

3. Bagaimana karakter yang terbentuk pada siswa saat pembelajaran alat ukur di

SMP dengan penggunaan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen?

4. Bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran alat ukur di SMP dengan

pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen?

5. Bagaimana sikap siswa terhadap pemanfaatan Media TIK tutorial sebagai

suplemen eksperimen dalam pembelajaran alat ukur di SMP?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa dengan pemanfaatan media

TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di

SMP.

2. Mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains (KPS) selama pembelajaran alat

ukur di SMP menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen

(12)

3. Mendeskripsikan karakter siswa SMP yang dapat ditumbuhkan pada

pembelajaran alat ukur dengan pemanfaatan media TIK tutorial sebagai

suplemen eksperimen.

4. Mendeskripsikan aktifitas belajar siswa selama pembelajaran alat ukur di

SMP menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen.

5. Mendeskripsikan sikap siswa pada pembelajaran alat ukur di SMP

menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Siswa dapat menemukan cara belajar yang baik sehingga siswa dapat

meningkatkan hasil belajar.

2. Siswa dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil belajar.

3. Guru dapat menggunakan media TIK secara tepat guna meningkatkan hasil

belajar.

4. Guru dapat memanfaatkan media TIK untuk memunculkan KPS, aktivitas

serta sikap siswa.

5. Peneliti dapat menambah wawasan dalam rangka mengembangkan

(13)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian sebagai berikut:

1. Hasil belajar merupakan salah satu bukti yang dapat dijadikan acuan untuk

mengetahui keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pada penelitian ini

dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif.

2. KPS adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para

ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses

pembelajaran. Indikator KPS yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

menggunakan alat ukur, mengukur, membandingkan, membuat data, infering

data dan mengkomunikasikan hasil data.

3. Pendidikan karakter merupakan sesuatu perilaku yang memang dibentuk

dengan sengaja. Indikator karakter yang diteliti adalah tekun dalam bekerja,

teliti dalam membaca hasil pengukuran, tanggung jawab dalam melaksanakan

dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika

menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai pendapat ketika

berdiskusi, kerjasama dalam melaksanakan tugas.

4. Aktivitas belajar menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi

perubahan perilaku tertentu. Indikator yang akan diteliti adalah bertanya,

menjawab, menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat

catatan, berdiskusi dan presentasi.

5. Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam

mengambil tindakan (action). Indikator yang akan diteliti adalah sikap siswa

(14)

siswa terhadap pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK

tutorial sebagai suplemen.

6. Media TIK Tutorial alat ukur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

berupa program yang berisi tentang panduan kerja saat percobaan alat ukur

guna membantu siswa pada saat praktikum serta berupa media untuk

memperkaya pengetahuan siswa.

7. Penelitian ini akan melakukan metode eksperimen dengan cara mengukur

dengan menggunakan alat ukur panjang, massa, waktu, suhu dan listrik.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam dunia pendidikan selalu dikaitkan dengan perolehan skor

nilai. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar dikarenakan keberhasilan belajar

bukan hanya ditinjau dari besarnya nilai. Pengertian hasil belajar menurut Rusman

(2012:123):

Sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi,

kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.

Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Hamalik (2001:45) yang menyatakan

bahwa “ hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan

perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”. Pemikiran dua ahli mengenai hasil

belajar menerangkan bahwa belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan

saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar

(16)

Rusman (2012:125) mengutip klasifikasi taksonomi Bloom yang menjelaskan

tentang tujuan pembelajaran, yaitu:

(a) Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan- kecakapan intelektual berpikir; (b) Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai; (c) Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik. Menurut Bloom ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai, sehingga dapat

menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya dan mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Tipe hasil belajar kognitif lebih domain daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hasil belajar merupakan hasil yang telah

diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup

tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini saling

berhubungan dan saling melengkapi satu sama lainnya. Hasil belajar dapat berupa

pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Perubahan dalam diri siswa diperoleh

dari aktivitas dan sikap saat proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, dari tiga

ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah

kognitif.

2. Keterampilan Proses Sains

Fisika merupakan pelajaran yang banyak melakukan aktivitas di Laboratorium

dengan melakukan unjuk kerja. Siswa diharapkan dapat mempunyai suatu

(17)

Bahasan keterampilan yang akan dibahas adalah Keterampilan Proses Sains.

Dahar (1985:11) menyatakan:

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Trihastuti dalam Mahmuddin (2010: 1) juga

berpendapat bahwa:

Keterampilan proses sains yang dielaborasikan dalam pembelajaran sains dapat melibatkan berbagai keterampilan baik yang bersifat intelektual, manual maupun sosial. Dengan terbentuknya produk pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan.

Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa KPS sangat bermanfaat untuk

pembelajaran sains dikarenakan pada pembelajaran sains harus dibekali dengan

metode ilmiah sebagai bekal dalam pemerolehan ilmu secara menyeluruh. Selain

memperoleh ilmu yang menyeluruh, dalam pembelajaran sains menggunakan

KPS juga dapat membentuk sikap-sikap ilmiah serta terbentuknya produk

pengetahuan. Oleh karena itu KPS penting untuk diajarkan pada proses

(18)

Pelaksanaan KPS memiliki tujuan, tujuan KPS menurut Djamarah (2010:88):

Tujuan keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas anak didik dalam belajar, sehingga anak didik secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan-kemampuannya. Lingkup kegiatan bertolak pada kemampuan fisik dan mental yang mendasar sesuai dengan apa yang ada pada pribadi anak didik.

Tujuan keterampilan proses sains di atas dapat dilakukan dengan pendekatan saat

proses pembelajaran. Pendekatan KPS dituturkan oleh Dimiyati dan Mudjiono

(1990:49) sebagai berikut:

Pendekatan keterampilan proses sains lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) penampilan fenomena; (2) apersepsi; (3) Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimilki siswa; (4)

Demonstrasi atau eksperimen; (5) Siswa mengisi lembar kerja; (6) Guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Tahapan-tahapan pada pendekatan proses sains yang dikemukakan oleh Dimiyati

dan Mudjiono memungkinkan siswa untuk mengembangkan

kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki siswa pada pembelajaran sains di sekolah karena

siswa di tuntun untuk aktif. Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi

KPS menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced. Yang

(19)

Tabel 2.1. Klasifikasi KPS (diadaptasi dari Longfield)

Basic Kriteria

Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.

Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.

Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.

Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai

Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.

Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek

Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.

Intermediate Kriteria

Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.

Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa

Edvanced Kriteria

Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan

Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis

Menginterpretasikan Data Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.

Hasil belajar dalam proses pembelajaran dikaitkan dengan perubahan tingkah laku

yang terjadi setelah belajar. KPS diharapkan dapat memunculkan perubahan

tingkah laku yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar. Indikator KPS yang

akan dibahas adalah menggunakan alat ukur, mengukur, membandingkan,

membuat data, infering data dan mengkomunikasikan hasil data.

3. Karakter Siswa

Manusia diciptakan dengan beragam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda satu

sama lainnya. Perbedaan ini akan berdampak pada karakter pada masing-masing

individu. Karakter individu sebagai ciri khas yang dimiliki oleh perseorangan

(20)

karakter. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran William dalam Elmubarok

(2008:107) yang menyatakan bahwa:

Sekolah mempunyai peran yang amat penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah.

Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu

berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi di ukur.

Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:

(a) Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan; (b) Koherasi yang memberikan keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak ada koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang; (c) Otonomi. Disitu

seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan serta tekanan dari pihak lain. (d) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna

menginginkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Pendapat kutipan buku di atas dapat dibahas bahwa pembentukan karakter yang

menjadi tujuan pendidikan akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.

Pendidikan karakter menjadikan karakter dapat menentukan sikap pribadi dalam

(21)

Megawangi (2004) dalam Elmubarok (2008: 110) sebagai pencetus pendidikan

karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan

kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar, yaitu:

(1) Cinta tuhan dan kebenaran; (2) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3)Amanah; (4) Hormat dan santun; (5) Kasih sayang,

kepedulian, dan kerjasama; (6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; (7) Keadilan dan kepemimpinan; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleransi dan cinta damai.

Kesembilan pilar yang telah dicetuskan oleh Megawangi memang nyata dalam

kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah sehingga baik di rumah

dan di sekolah harus tercipta kesembilan pilar tersebut agar pendidikan karakter

dapat terwujud nyata. Pendidikan karakter di rumah amat sangat penting karena

sebagai fondasi awal pendidikan karakter yang nantinya akan mempengaruhi

proses pembelajaran di sekolah. Brooks dan Goble (1997) dalam Elmubarok

(2008:112) menyatakan bahwa:

“ Dalam menjalankan pendidikan karakter terdapat tiga elemen yang

penting untuk diperhatikan yaitu prinsip, proses dan prakteknya dalam pengajaran. Dalam menjalankan prinsip itu maka nilai-nilai yang diajarkan harus termanistasikan dalam kurikulum sehingga semua siswa dalam

sekolah faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menerjemahkan

dalam prilaku nyata”. Dari ketiga elemen yang disampaikan oleh Brooks

dan Goble memiliki keterikatan dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Prinsip seseorang sangat dipengaruhi pada karakter apa yang akan dipilihnya dalam proses pemikiran dan prakteknya dalam tingkah laku sehari-hari.

Pendapat di atas dapat dinyatakan pendidikan karakter merupakan sesuatu

perilaku yang memang dibentuk dengan sengaja yang bertujuan untuk memahami

manusia dan lebih peduli lagi dengan sekitarnya, kemudian guru menjadi teladan

(22)

Pernyataan Megawangi (2004) mengenai sembilan pilar dijadikan dasar penilaian

karakter dalam penelitian ini. Karakter yang akan dikembangkan saat melakukan

pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK tutorial sebagai

sublemen eksperimen yaitu tekun dalam bekerja, teliti dalam membaca hasil

pengukuran, tanggung jawab dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur

dalam menuliskan data, percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil

pengukuran, menghargai pendapat ketika berdiskusi, kerjasama dalam

melaksanakan tugas.

4. Aktivitas Siswa

Pembelajaran fisika di sekolah diharapkan lebih banyak melakukan unjuk kerja.

Tujuannya adalah agar siswa mempunyai pengalaman baru yang akan membantu

untuk munculnya sikap imiah. Unjuk kerja akan terlaksana dengan baik apabila

semua siswa melakukan aktivitasnya dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan

pendapat Rohani dan Ahmadi (1995:6) bahwa:

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya fasip. Sedang kegiatan psikis nampak bila ia sedang mengamati dengan teliti,

memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dan sebagainya.

Pakar psikologi Piaget Rohadi dan Ahmadi (1995:6) juga berpendapat bahwa :

“Seseorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak

berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktip) ia harus diberi kesempatan untuk

berbuat sendiri”. Berpikir pada taraf verbal baru timbul setelah individu

(23)

Belajar akan lebih efektif lagi apabila antara aktivitas fisik dan psikis di

gabungkan. Aktivitas psikis dilakukan ketika seorang guru sedang menjelaskan,

diberikan tugas untuk memecahkan masalah, menanggapi suatu persoalan.

Aktivitas psikis telah dilaksanakan kemudian aktivitas fisik adalah kerja dari

aktivitas psikis dan sebaliknya. Proses pembelajaran yang efektif dengan

perpaduan menggunaka aktivitas fisik dan psikis dapat terjadi apabila ada

perencanaan. Rusman (2012:96) menyatakan:

Aktivitas belajar terjadi dalam satu konteks perencanaan untuk mencapai suatu perubahan tertentu. Aktivitas belajar menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi perubahan perilaku tertentu. Seperti telah dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan sebagai hasil interaksi yang disebut aktivitas belajar. Aktivitas yang termasuk belajar memiliki ciri-ciri tertentu yaitu terjadi secara sadar, bersifat fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan dan terarah serta mencakup seluruh aspek tingkah laku secara utuh.

Guru sangat berperan dalam menumbuhkan aktivitas belajar pada proses

pembelajaran. Tahapan pertama yang akan dilakukan guru adalah tahap

perencanaan. Merencanakan berbagai aktivitas yang erat kaitannya pada proses

pembelajaran. Aktivitas belajar yang berhasil akan terjadi perubahan perilaku

siswa. Aktivitas yang di rancang oleh seorang guru melibatkan aktivitas fisik dan

aktivitas psikis. Dierich dalam Rohani dan Ahmadi ( 1995 : 6) berpendapat

mengenai aktivitas fisik dan psikis, yaitu:

(a)Visual activities: membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dari sebagainya; (b) Oral activities: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya; (c) Listening activities: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya ; (c) Writing activities: menulis cerita,karangan,

laporan, test, angket, menyalin dan sebagainya; (d) Drawing activities:

(24)

Mental activities: menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya; (g) Emotional activities: menaruh minta, merasa bosan, gembira,berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Seorang guru harus mampu mengkombinasikan aktivitas fisik dan aktivitas psikis

sehingga dapat merangsang keaktifan siswa. Menyajikan, mengolah dan

melaksanakan pembelajaran itu sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan

latar belakang peserta didik sehingga aktivitas siswa akan sangat aktif. Lebih

lanjut lagi Hamalik (2008:91) menyebutkan penggunaan asas aktivitas dalam

proses pembelajaran memiliki manfaat, antara lain:

(1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa; (3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok; (4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual; (5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat; (6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa; (7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme; (8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Manfaat yang telah disebutkan oleh Hamalik pada dasarnya aktivitas dalam

pembelajaran sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran, aktivitas juga

dapat menumbuhkan pengalaman belajar yang mengesankan sehingga menjadi

bermakna dan dapat di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas yang

akan diamati dalam penelitian ini adalah bertanya, menjawab, menanggapi,

(25)

5. Sikap Siswa

Setiap individu memiliki sifat bawaan, misalnya kecerdasan, temperamen, dan

sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap

(Olson dan Zanna). Masri dalam Elmubarok (2008:45) mengartikan sikap sebagai

kesediaan yang diarahkan untuk menilai atau menanggapi sesuatu. Lebih lanjut

lagi Hernowo dalam Majid (2007:76) menyatakan bahwa bersikap adalah

Wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada kemungkinan ditindak lanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar. Lebih lanjutnya lagi menurut Kenneth sikap ada beberapa indikator kecakapan yang dapat

dijadikan ukuran yaitu: 1) Penerimaan (receiving); 2) Tanggapan

(responding); 3) Penanaman nilai (valuing); 4) Pengorganisasian nilai-nilai (organization); dan 5) Karakteristik kehidupan (characterization).

Pendapat di atas mengenai sikap dapat dinyatakan bahwa sikap harus

ditindaklanjuti dengan penuh tanggung jawab secara sadar dan berani memilih

untuk mewujudkannya lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan

bernalar. Pembentukan sikap terdapat model-model yang dapat digunakan.

Model-model ini harus sesuai dengan kepentingan penerapan sikap dalam dunia

pendidikan. Menurut Klausmeir dalam Majid (2007:213), ada tiga model belajar

dalam rangka pembentukan sikap, yaitu:

(a) Mengamati dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung

pengamatan dan peniruan melalui model (Learning through modeling); (b)

(26)

Dalam buku yang sama Majid (2007:213) menyatakan bahwa:

Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat

dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut: (a) Sikap terhadap mata pelajaran; (b) Sikap guru terhadap mata pelajaran; (c) Sikap terhadap proses pembelajaran; (d) Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada; (e) Sikap berhubungan dengan nilai- nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu; (f) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum.

Kutipan yang disampaikan Majid di atas terdapat intisari penting tentang sikap

bahwa manusia mempunyai sifat bawaan yang akan berpengaruh dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan akan membantu mengarahkan sifat bawaan

yang buruk untuk menjadi sikap yang baik dalam kehidupan sehari- hari melalui

proses panjang yang terjadi pada proses pembelajaran baik di kelas dan di luar

kelas. Guru juga sangat berperan penting dalam pembentukan sikap siswa.

Indikator yang akan diteliti adalah memberikan tanggapan, kerjasama antara

kelompok dan sikap siswa terhadap pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan

media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen. Penilaian terhadap sikap yang

telah diperoleh mengenai sikap dapat bermanfaat untuk melakukan upaya-upaya

perbaikan dan peningkatan kualitas pribadi dan kemampuan profesional guru.

6. Metode Ekperimen

Fisika merupakan mata pelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan unjuk

kerja langsung di laboratorium. Siswa akan terbiasa untuk berpikir ilmiah seperti

kritis, kreatif dan mandiri. Metode yang paling cocok digunakan pada saat di

laboratorium adalah dengan menggunakan metode eksperimen. Metode

eksperimen melibatkan siswa langsung dalam proses penemuan atau perhitungan

(27)

cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang

dipelajari. Metode eksperimen dapat melibatkan siswa secara langsung untuk

menemukan konsep fisika. Menyesuaikan konsep dan realita yang ada pada saat

percobaan. Pengalaman baru, berpikir kritis dan bersikap ilmiah akan terbentuk

pada saat penggunaan metode eksperimen dipakai. Hal ini juga yang

dikemukakan oleh Roestiyah dalam Djamarah (2000:137) sebagai berikut:

(1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya; (2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; (3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan; (4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

Kelebihan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Budiharti (2000: 35)

antara lain:

(1)Siswa terlibat didalamnya, sehingga siswa merasa ikut menemukan serta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya; (2)

Mendorong siswa menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah; (3) Menambah minat siswa dalam belajar.

Melihat kelebihan yang telah dikemukakan di atas, maka metode eksperimen

sangat cocok untuk pembelajaran fisika karena metode eksperimen dapat melatih

siswa untuk berfikir kritis dan bersikap logis. Metode eksperimen juga melatih

siswa untuk dapat melakukan sesuatu secara prosedural sehingga dapat

menumbuhkan sikap yang baik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan

(28)

Beberapa kelemahan metode eksperimen menurut Rusyan, (1993:221) kelemahan

dari metode eksperimen adalah:

(1)Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh; (2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; (3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan

menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.

Kekurangan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Budiharti (2000: 35)

antara lain:

(1)Memerlukan peralatan percobaan yang komplit; (2)Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama; (3)Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan; (4) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian.

Kelemahan-kelemahan dalam metode eksperimen maka guru haruslah teliti

sebelum akan mengadakan eksperimen. Guru harus melihat apakah eksperimen

tersebut memerlukan fasilitas yang memadai atau tidak, bila tidak memadai maka

eksperimen tidak mencapai tujuan dengan optimal dan siswa juga dituntut harus

mempunyai pengetahuan tentang materi apa yang akan dijalani didalam sebuah

eksperimen tersebut. Meskipun metode eksperimen mempunyai kelemahan,

namun tetap saja metode eksperimen termasuk metode yang efektif karena dapat

memberikan gambaran secara konkret dan siswa dapat terlibat langsung dalam

proses eksperimen. Penelitian ini akan melakukan metode eksperimen dengan

cara mengukur dengan menggunakan alat ukur panjang, massa, waktu, suhu dan

(29)

7. Media Pembelajaran TIK Tutorial

Pembelajaran yang berkualitas memerlukan perencanaan dan penciptaan kondisi

pembelajaran yang efektif. Kondisi pembelajaran yang seperti ini yang akan

menarik minat siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan ilmunya.

Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang menarik bukan yang

monoton dan membosankan. Penggunaan media pembelajaran yang akan

membantu agar tercipta pembelajaran yang menarik. Miarso (2004:458)

menyatakan bahwa:

“ Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,perasaan,perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

belajar yang disengaja,bertujuan,dan terkendali”.

Ditambahkan lagi oleh Rusman (2012:162) menyatakan fungsi dari penggunaan

media adalah

(1) Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran; (2) Sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran; (3) Sebagai pengarah dalam pembelajaran; (4) Sebagai permainan atau membangkitkan perhatian dan motivasi siswa; (5) Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran; (6) Mengurangi terjadinya verbalisme; (7) Mengatasi keterbatasan ruang,waktu tenaga dan daya indra.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat

membantu dalam penyampaian pesan dan isi pelajaran serta memberikan makna

yang lebih dari proses pembelajaran sehingga memotivasi peserta didik untuk

meningkatkan proses belajarnya. Pemanfaatan media pembelajaran yang berupaya

(30)

menggunakan TIK yang di wujudkan dalam bentuk penggunaan komputer. Setiaji

dan Agus dalam Rusman (2012:178) menyatakan:

“ Kegiatan dalam bidang pendidikan yang melibatkan komputer pada saat

itu diantaranya pembuatan media untuk kimia, animasi molekul, analisis data laboratorium, dan penskoran hasil ujian. Program instruksional masih

jauh dari jangkauan.”

Arsyad (2002:54-55) juga menyatakan bahwa:

(a)Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran; (b) Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna, dan musik yang dapat menambah realisme; (c) Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya; (d) Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan program pengajaran

memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa dapat dipantau; (e) Dapat berhubungan

dengan, dan mengendalikan peralatan lain seperti compact disk, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari komputer.

Pendapat dan uraian di atas dapat menjelaskan bahwa komputer sudah banyak

dapat membantu dalam proses pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran

dengan menggunakan komputer sangat membantu siswa dalam mempelajari dan

memahami suatu konsep pembelajaran. Tetapi walaupun sudah ada komputer

sebagai sarana untuk penyampaian media pembelajaran, peran guru tetap sangat

berperan dalam proses pembelajaran. Guru dapat berperan sebagai tutor pada saat

pembelajaran menggunakan TIK, menurut Rusman (2012:210) tutor adalah

bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan

motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif sehingga dapat

(31)

Berangkat dari penjelasan itu, dapat dijelaskan bahwa tutorial adalah bimbingan

dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi agar para siswa

belajar secara efisien dan efektif. Program tutorial merupakan merupakan program

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

software berupa program komputer yang berisi materi pelajaran dan soal-soal

latihan. Perkembangan pembelajaran yang seharusnya yang seharusnya didesain

terutama pada upaya menjadikan ini mampu merekayasa keadaan sesungguhnya.

Penekanannya terletak pada upaya yang berkesinambungan untuk

memaksimalkan aktifitas pembelajaran sebagai interaksi kognitif antara siswa,

materi pelajaran, dan perangkat komputer yang telah diprogram. Selain tutorial

sebagai bentuk pemakaian media TIK juga tidak terlepas dari perkembangan

teknologi yang sangat pesat itu dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan

termasuk di dalamnya untuk pendidikan atau pembelajaran. Siahaan (2002)

menyatakan bahwa:

Sebagai bagian dari pembelajaran, TIK memiliki peran yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap ( komplemen) atau pengganti (subtitusi). Para dosen/guru harus senantiasa

mendorong,menggugah,atau menganjurkan para peserta didik mengakses materi pembelajaran melalui TIK yang telah disediakan.

Penggunaan komputer sebagai media TIK dapat dipakai sebagai suplemen,

komplemen dan substitut. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode

eksperimen menggunakan suplemen bertindak dalam hal memperkaya siswa

dengan materi- materi dari sumber lainnya yang masih berhubungan dengan

materi pokok yang telah disampaikan dapat juga sebagai tambahan dalam latihan

(32)

B. Kerangka Pikir

Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran

alat ukur di SMP diharapkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa, dapat

menumbuhkankan keterampilan proses sains yang dilakukan saat eksperimen

berlangsung, membangun karakter siswa dan aktifitas belajar siswa kemudian

dapat juga menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pemanfaatan media TIK.

Berdasarkan uraian di atas kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Keterampilan

Proses Sains

Karakter

Aktivitas

Sikap

PRETEST

Materi Alat Ukur

Membentuk Kelompok dan melakukan penggukuran dengan menggunakan alat yang sebenarnya

Mengisi LKS

Siswa melakukan penggukuran dengan menggunakan media TIK Tutorial

sebagai suplemen eksperimen

Siswa mengkomunikasikan hasil pengukuran menggunakan alat ukur

sebenarnya.

POSTTEST Hasil Belajar

(33)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

a. Ho

H1 :

:

Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen pada pembelajaran alat ukur di SMP.

Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen pada pembelajaran alat ukur di SMP.

Penelitian ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar saja yang diteliti melainkan

dapat juga menumbuhkan Keterampilan Proses Sains, menumbuhkan aktivitas

siswa, membangun karakter siswa dan menumbuhkan sikap positif siswa.

Keterampilan Proses Sains, aktivitas, karakter dan sikap siswa dideskripsikan saja

(34)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII di SMPN 2 Way Tenong

pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah kelas VII ada

empat kelas.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random.

Sampel yang diperoleh adalah satu kelas yang dipilih secara acak. Sampel

penelitian ini adalah kelas VII D berjumlah 28 orang.

C. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini menggunakan bentuk One shot case study. Pada desain

ini, dilakukan pretest sebelum diberikan perlakuan kemudian diberikan posttest

setelah diberi perlakuan dengan menggunakan media TIK tutorial sebagai

suplemen eksperimen. Desain penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study

(35)

Keterangan:

X : perlakuan dengan menggunakan media TIK tutorial.

O : perlakuan dengan tidak menggunakan media TIK tutorial.

(Sugiyono, 2009: 110-111)

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: variabel bebas dan

terikat. Variabel bebas adalah pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen

pada pembelajaran alat ukur, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

ranah kognitif, Keterampilan Proses Sains (KPS), karakter siswa, aktivitas siswa

dan sikap siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Lembar soal tes pada proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar

kognitif siswa pada saat pretest dan posttest.

2. Lembar observasi pada saat melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa,

Keterampilan Proses Sains (KPS) dan karakter siswa.

3. Kuesioner: sikap.

4. LKS Alat-alat ukur dan Pengukuran.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

(36)

F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen diuji terlebih dahulu

kevalidan dan reliabelnya dengan menggunakan uji validitas isi dan uji

reliabilitas. Setelah instrumen diuji dan dinyatakan layak untuk dipakai, maka

instrumen digunakan saat penelitian berlangsung.

1. Uji Validitas Isi

Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat

pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara

representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya

diteskan (diujikan). Jadi, validitas isi sebenarnya identik dengan pembicaraan

tentang populasi dan sampel. Kegiatan menganalisis validitas isi dilakukan

sebelum tes hasil belajar dilaksanakan.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat

Arikunto (2008:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat

digunakan rumus alpha, yaitu:

(37)

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

(Arikunto, 2008:109)

Uji relibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan

untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal

tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan

metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0

sampai 1. Pendapat Arikunto (2008:110), kuesioner dinyatakan reliabel jika

mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang

diinterprestasikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Indeks Reliabilitas

No. Indeks Reliabilitas Kriteria

1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat reliabel

2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Reliabel

3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup reliabel

4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Agak reliabel

5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 Kurang reliabel

Setelah diadakan uji kevalidan dan reliabelnya dan hasilnya menyatakan bahwa

instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang

sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap

(38)

G. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diproleh dari penelitian ini adalah berupa data:

1. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif siswa.

Data tersebut diperoleh dari tes formatif berupa pretest atau uji blok pada

pembelajaran biasa dan posttest setelah dilakukannya pembelajaran ulang

menggunakan media TIK.

2. Data kualitatif

Berikut yang termasuk ke dalam data kualitatif pada penelitian ini adalah:

a) Data keterampilan proses sains dengan sub keterampilan yaitu melakukan

pengukuran, membandingkan, membuat data, infering data,

mengkomunikasikan data hasil pengukuran, diperoleh melalui lembar

observasi yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar

observasi KPS ini diisi oleh empat orang observer, untuk setiap kelompok

terdapat satu orang observer. Pengamatan KPS dimulai dari awal sampai

akhir pembelajaran dilakukan setiap sepuluh menit dengan memperhatikan

beberapa indikator KPS dan mengamatri pada saat pengisian LKS

berlangsung.

Pada masing-masing item KPS diberi nilai rentang antara 1 sampai 3.

Prediktor:

K1 : Keterampilan mengukur

1) Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur

2) Prosedur mengukur sesuai

(39)

K2 : Keterampilan membandingkan

1) Memilih alat ukur yang sesuai dari dua alat ukur sejenis yang

disediakan

2) Menentukan ketelitian yang lebih tinggi dari dua hasil pengukuran

3) Menuliskan ketelitian hasil pengukuran

K3 : Keterampilan membuat data

1) Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian besar tidak

lengkap

2) Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian kecil tidak

lengkap

3) Membuat tabel data hasil pengukuran yang lengkap

K4 : Keterampilan infering data

1) Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun tidak tepat

2) Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun kurang tepat

3) Membuat pernyataan yang tepat mengenai hasil pengukuran

K5 : Kemampuan mengomunikasikan

1) Menggambarkan data dengan grafik atau tabel

2) Menulis hasil diskusi dan pembahasan

3) Menjelaskan data secara lisan

Skoring untuk K1, K2, K5 sebagai berikut:

3= Jika 3 atau semua indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

(40)

1= Jika 1 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

0= Jika tidak satupun indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan

Skoring untuk K3 dan K4 sesuai dengan keterampilan yang ditunjukkan.

Selain itu, data keterampilan proses sains juga diperoleh dari penilaian

Lembar Kerja Siswa(LKS) yang didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan

yang diharapkan dapat memunculkan KPS pada masing-masing siswa.

Instrumen KPS yang digunakan terdapat pada Lampiran 6 halaman 116.

b) Data Karakter Siswa

Data ini diambil menggunakan lembar observasi saat pembelajaran

berlangsung. Lembar observasi ini akan diisi oleh empat orang observer.

Pengamatan ini berlangsung sejak menit pertama sampai menit ke delapan

puluh yaitu dengan menggunakan teknik penyapuan. Setiap observer pada

masing-masing kelompok memegang satu lembar observasi karakter

siswa. Observer setiap kelompok akan mengamati karakter siswa selama

pembelajaran berlangsung, pada akhir pembelajaran observer memberikan

nilai berdasarkan indikator yang ada pada lembar observasi karakter.

Terdapat tujuh indikator yang akan diteliti sebagai berikut: tekun dalam

bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur, tanggung jawab dalam

melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data,

percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai

pendapat ketika berdiskusi (terbuka), kerjasama dalam melaksanakan

(41)

Tujuh indikator tersebut diberikan skor mulai dari 1 sampai 4 dengan

deskriptor sebagai berikut:

Skor 1: Tidak pernah menunjukan karakter tersebut

Skor 2: Cukup /kadang-kadang menunjukan karakter tersebut

Skor 3: Baik dalam/sering menunjukan karakter tersebut

Skor 4: Sangat baik dalam/selalu menunjukan karakter tersebut

Skor yang diperoleh dituliskan pada tabel observasi kemudian skor dari

setiap indikator dijumlahkan untuk masing-masing siswa. Instrumen

karakter terdapat pada Lampiran 7 halaman 117.

c) Data Aktivitas Siswa

Diperoleh menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran

berlangsung. Ada delapan aktivitas siswa tersebut diamati setiap 10 menit

sekali, lalu menuliskan angka pada tabel setiap ada aktivitas yang

ditunjukkan oleh setiap siswa. Penulis dibantu empat orang observer yang

bertugas mengamati dan menuliskan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh

siswa. Pada setiap kelompok terdapat satu observer yang akan memegang

lembar aktivitas siswa dan mencatat apa saja yang dilakukan siswa pada

setiap sepuluh menitnya. Pengamatan yang dilakukan observer dengan

cara menuliskan apa yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

Aktivitas yang diamati adalah sebagai berikut: bertanya, menjawab,

menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat catatan,

berdiskusi dan presentasi. Instrumen aktivitas siswa terdapat pada

(42)

d) Data sikap dan respon siswa, diambil menggunakan kuisioner setelah

pembelajaran remedial dilaksanakan. Siswa diberikan 20 item pernyataan

dan siswa diminta untuk memberikan tanda silang pada pilihan jawaban

yang berada di sebelah kanan pernyataan sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS= Sangat Tidak Setuju

Instrumen sikap dan respon siswa terdapat pada Lampiran 9 halaman 119.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang dipakai untuk hasil belajar adalah Paired sample

T-Test. Keterampilan Proses Sains, karakter siswa dan aktivitas siswa

menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk sikap siswa menggunakan

angket yang berisi pertanyaan.

I. Teknik Analisis Data Hasil Belajar

Pada penelitian ini hasil belajar yang diteliti ranah kognitif. Hasil belajar ranah

kognitif didapat dari pretest dan posttest. Teknik analisis data dilakukan dengan

uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas pada hasil pretest dan posttest. Setelah

(43)

1. Menghitung Skor Gain

Data hasil belajar yang akan dianalisis, ditransformasikan menjadi N-Gain (g)

yang diperoleh dari skor pretest dikurang skor posttest dibagi dengan skor

maksimum dikurang skor pretest. Jika ditulis dalam persamaan sebagai berikut:

g =� − �

� � − �

Keterangan: g = N-gain Spost = Skor posttes

Spre = Skor pretest

Smax = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7

N-gain

1

Sedang : 0,3

N-gain < 0,7

Rendah : N-gain < 0,3

Meltzer (2002)

2. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak.

Pada dasarnya uji normalitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan

menggunakan uji statistik parametik (uji frequence atau descriptive), uji

menggunakan statistik nonparametrik ( uji kolmogrov smirnov) dan menggunakan

uji grafik. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogrov

smirnov. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan

program SPSS 17,0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran

probabilitas atau nilai � . �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah

0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau signifikan

(44)

terdistribusi normal. (2) jika nilai sig atau signifikan atau Probabilitas > 0,05

maka H1 diterima dengan arti bahwa data terdistribusi normal.

3. Uji Paired Sample T-Test

Untuk menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji Pair Sample t-test biasa

dilakukan pada subjek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau

subjek yang serupa. Cara menguji hipotesis penelitian ini, yaitu membandingkan

nilai Sig. (2-tailed) pada Pair Sample t-test dengan nilai α (0,05) dengan kriteria

uji sebagai berikut:

1. Jika nilai Sig. (2-tailed)> α (0,05) maka terima Ho

2. Jika nilai Sig. (2-tailed)< α (0,05) maka tolak Ho

Ho

H1 :

:

Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan

media TIK tutorial sebagai suplemen pada

pembelajaran alat ukur di SMP.

Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media

TIK tutorial sebagai suplemen pada pembelajaran alat ukur di SMP.

4. Teknik Analisis Data Keterampilan Proses Sains

Data keterampilan proses sains berupa lembar observasi yang mencakup

menggunakan alat ukur, mengukur, menuliskan dan mengkomunikasikan hasil

pengukuran. Proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah

a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap

(45)

b) Persentase keterampilan proses sains dihitung dengan rumus :

% ��= �ℎ

� � � × 100%

Pengategorian keterampilan proses sains adalah 81 – 100 Sangat baik

61 – 80 Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang

<20 Sangat Kurang

(46)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah pemanfaatan

media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di

SMP.

2. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada

pembelajaran alat ukur di SMP dapat memunculkan KPS pada proses

pembelajaran.

3. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada

pembelajaran alat ukur di SMP dapat membentuk karakter siswa pada saat

pembelajaran.

4. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada

pembelajaran alat ukur di SMP dapat meningkatkan aktivitas siswa pada proses

pembelajaran.

5. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada

pembelajaran alat ukur di SMP dapat menumbuhkan sikap positif bagi siswa pada

(47)

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga

analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen ini dapat dijadikan

salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa ranah kognitif, menumbuhkan KPS siswa, membentuk karakter siswa,

meningkatkan aktivitas siswa serta menumbuhkan sikap positif siswa.

2. Sebagai seorang guru sebelum memulai pelajaran hendaknya dapat menciptakan

suasana belajar yang kondusif dan efektif dengan jumlah waktu yang sedikit.

Suasana yang kondusif dan pembagian waktu yang efektif dapat mempermudah

siswa dalam memahami pembelajaran.

3. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen ini dapat berjalan

secara maksimal apabila sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Yuniar. 2012. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran

Kooperatif Tipe Search, Solve, Create, And Share (Sscs) Terhadap Hasil Belajar Fisika. Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali.

Budiharti, Rini. 2000. Strategi Belajar dan Mengajar Bidang Studi. Surakarta: UNS Press.

Dahar, R. W. 1985. Kesiapan Guru Mengerjakan sains ditinjau dari segi pengembangan KPS. Bandung: UPI

Dahar, Ratnawilis. 1996 . Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah dan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.

Jakarta : Rineka Cipta.

Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Penerbit

Alfabeta

Febriyeti, Sarwina. 2012. Hubungan Skill Argumentasi Ilmiah dengan

Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing. Lampung: Universitas Lampung.

Hamalik, Oemar. 2001. Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta : Bumi Aksara

(49)

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://mahmuddin.wordpress.com.

Majid,Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. REMAJA

ROSDAKARYA

Mardiansyah. 2013. Pembuatan Modul Fisika Berbasis TIK Untuk

Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Siswa SMAN 10 Padang Kelas X Semester 1. Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negri Padang. Diakses pada tanggal 21 Desember 2013 dari

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/view/487

Marnasusanti, Ardian. 2007. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA

Negeri 5 Tegal Kelas XI IPA Dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangnan Kimia Melalui Metode Praktikum. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:

Prenada Media

Nurohman, Sabar. 2010. Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya

Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi.1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT.

RINEKA CIPTA

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung :

Penerbit Alfabeta

Rusyan, A.T. 1993 . Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan

Dasar. Bandung: Bina Budhaya.

Sagala, Syaiful. 2007 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta.

Soenarto, Sunaryo. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Cara Berpikir

Terhadap Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UNY. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SA MSUDIN/Publikasi/01PFis_Sunaryo.pdf

(50)

SILABUS : BESARAN DAN PENGUKURAN

Satuan pendidikan : SMPN 2 Way Tenong Lampung Barat

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/semester : VII/1

Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan

Kompetensi

Indikator pencapaian Kompetensi

Penulisan Alokasi

Waktu

Sumber belajar

Media

Tehnik Bentuk

instrumen

Contoh instrumen

1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari

Alat-alat ukur Memberikan penekanan tentang

pentingnya mempelajari materi alat-alat ukur

Mengkomunikasikan tujuan kognitif produk, kognitif proses, psikomotor dan afektif

Membentuk kelompok menjadi 4 kelompok dengan 1 kelompok terdiri dari 7-8 siswa

Menunjukkan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS

Menjelaskan ulang materi alat-alat ukur dimulai dari alat-alat ukur panjang, massa, suhu, waktu, dan listrik.

Melakukan penggukuran dengan mengguinakan alat ukur yang sesungguhnya.

Menggunakan alat ukur dengan bantuan media TIK Tutorial sebagai suplemen eksperimen.

Kognitif :

Produk

1. Menjelaskan manfaat

pengukuran dalam kehidupan sehari-hari 2. Membaca skala pada alat

ukur berdasarkan besaran dalam fisika

3. Membandingkan ketelitian beberapa alat ukur panjang

4. Mengetahui macam-macam

alat ukur massa

Proses

a. Melakukan pengukuran

panjang dengan beberapa alat ukur panjang

b. Melakukan pengukuran

massa dengan menggunakan

neraca O’hauss

c. Melakukan pengukuran

massa dengan menggunakan neraca jarum putar.

d. Melakukan pengukuran

berat suatu benda dengan menggunakan neraca pegas.

e. Melakukan pengukuran

Tes tertulis

Tes tertulis

Tes tertulis

Tes tertulis

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja PJ

Buku SMP Jilid 1A,buku reverensi yang relevan

(51)

Mengkomunikasikan hasil pengukuran

Memberikan kesimpulan

volume suatu benda dengan menggunakan gelas ukur.

f. Melakukan pengukuran

besar arus listrik.

g. Melakukan pengukuran

besar tegangan.

h. Melakukan pengukuran

besaran suhu dengan menggunakan thermometer.

i. Melakukan pengukuran

besaran waktu dengan menggunakan stopwatch.

j. Mengomunikasikan hasil

pengukuran di depan kelas

Psikomotor:

1. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan meteran, jangka sorong dan mikrometer sekrup

2. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan neraca pegas, neraca ohauss, timbangan kue dan

timbangan berat badan

3. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan termometer dan stopwatch

4. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan amperemeter dan voltmeter

Afektif:

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

Tes Kinerja

(52)

1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, bekerja teliti, jujur,

bertanggung jawab, berperilaku santun, menghargai pendapat

2. Mengembangkan

keterampilan sosial, meliputi: bekerja sama dalam

kelompok, aktif menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, menanggapi pendapat orang lain dan mengerjakan LKS.

Observasi

Observasi

Lembar Observasi

Lembar Observasi

LP 05

(53)

SINTAK PEMBELAJARAN

MENGGUNAKAN MEDIA TIK TUTORIAL

Sintak Pembelajaran Untuk Tutorial Suplemen Eksperimen :

1. Pada kegiatan pertama dilakukan dengan pengerjaan pretest.

2. Mempersiapkan siswa untuk belajar.

3. Memberikan pengenalan manfaat dan kegunaan alat ukur (motivasi)

4. Memberikan alat ukur satu untuk setiap kelompok.

5. Melakukan pengerjaan LKS.

6. Memberikan penguatan menggunakan media TIK tutorial

7. Memberikan tambahan alat dengan ketelitian atau cara pakai yang berbeda

dengan alat ukur sebenarnya dan yang ditampilkan pada media TIK.

8. Presentasi dilakukan pleh perwakilan kelompok.

9. Guru memberikan kesimpulan dan menutup pertemuan.

Guru Mitra,

Friyanti,S.Pd

NIP 196909061992021009

Way Tenong, 19 Agustus 2013 Guru Peneliti,

Junia Yurika NPM 1013022041

Mengetahui,

Kepala SMPN 2 Way Tenong

SUKARMAN, S.Pd, MM

(54)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas / Semester :VII / Semester I

Alokasi Waktu : 8 jam Pelajaran

A. Standar Kompetensi :

1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan

menggunakan peralatan

B. Kompetensi Dasar :

1.3Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang

sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari

C. Indikator Pembelajaran

1. Produk

a. Menjelaskan manfaat pengukuran dalam kehidupan sehari-hari

b. Membaca skala pada alat ukur berdasarkan besaran dalam fisika

c. Membandingkan ketelitian beberapa alat ukur panjang

d. Mengetahui macam-macam alat ukur massa

2. P roses

k. Melakukan pengukuran panjang dengan beberapa alat ukur panjang

l. Melakukan pengukuran massa dengan menggunakan neraca O’hauss

m.Melakukan pengukuran massa dengan menggunakan neraca jarum putar

n. Melakukan pengukuran berat suatu benda dengan menggunakan neraca pegas

o. Melakukan pengukuran volume suatu benda dengan menggunakan gelas ukur

p. Melakukan pengukuran besar arus listrik

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi KPS (diadaptasi dari Longfield)
Gambar 2.1.
Tabel 3.1 Indeks Reliabilitas
Gambar 1. Kemudian ditimbang di dalam air,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di Desa Kuripansari ini saya dan teman-teman KKN yang ada di desa kuripansari ini kami memiliki beberapa program kerja yang pertama kita memberikan penyuluhan dan

Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi penerapan standar akuntansi yang berbeda dengan stan- dar akuntansi entitas bisnis konvensional seperti telah

Dari tabel diatas terlihat bahwa responden di kecamatan Medan Baru yang memilih menyelesaikan sengketa waris lewat pengadilan yaitu 1 responden (3%), dengan alasan penyelesaian

“Pengaruh Arus Kas, Leverage , dan Modal Kerja Terhadap Keputusan Investasi AKtiva Tetap Pada Perusahaan Financial Constrains ”... Aneka

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Januari 2016 kepada 10 Ibu yang mempunyai Balita diketahui bahwa 6 orang dari 10 Ibu Balita (60%) tidak

probability event regresi logistik ganda di atas dapat diartikan bahwa pada saat peristiwa KLB campak terjadi bila anak usia sekolah dasar tidak mempunyai riwayat

Target : 1 Perbup tentang penjabaran perubahan APBD Belanja Pegawai 49.000.000,00

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “: