PEMANFAATAN MEDIA TIK TUTORIAL SEBAGAI SUPLEMEN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN
ALAT UKUR DI SMP
Oleh Junia Yurika
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PEMANFAATAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUTORIAL SEBAGAI SUPLEMEN
EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN ALAT UKUR DI SMP
Oleh Junia Yurika
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMPN 2 Way
Tenong didapatkan bahwa siswa pada pelajaran IPA, khususnya fisika. Pembelajaran
dilakukan hanya dengan menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan materi dan pengerjaaan soal-soal fisika saja. Sehingga proses
belajar siswa tidak maksimal. Pembelajaran fisika yang kurang efektif ini diduga
dapat diatasi dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang akan digunakan sebagai suplemen eksperimen. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui, (1) perbedaan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah
pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajan alat
ukur di SMP; (2) mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa dalam
pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK tutorial sebagai suplemen
eksperimen; (3) mendeskripsikan karakter yang dapat ditumbuhkan pada siswa
ukur dengan pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK tutorial
sebagai suplemen eksperimen; (5) mendeskripsikan sikap siswa terhadap
pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen dalam pembelajaran
alat ukur. Penelitian ini berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 di
SMP Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat. Sampel yang diambil yaitu
kelas VII Dsebagai kelas eksperimen. Pemilihan kelas sampel dengan metode
Random yaitu mengambil satu kelas secara acak dari beberapa kelas. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan hasil
belajar ranah kognitif siswa setelah pemanfaatan media TIK tutorial sebagai
suplemen eksperimen; (2) pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen
eksperimen pada pembelajaran alat ukur di SMP dapat memunculkan KPS;
(3) pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada
pembelajaran alat ukur di SMP dapat membentuk karakter; (4) pemanfaatan media
TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di SMP
dapat meningkatkan aktivitas siswa; (5) pemanfaatan media TIK tutorial sebagai
suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di SMP dapat menumbuhkan
sikap positif bagi siswa pada saat pembelajaran.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
Halaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 7
1. Hasil Belajar ... 7
2. Keterampilan Proses Sains ... 8
3. Karakter Siswa……..………... 13
4. Aktivitas Siswa ... 14
5. Sikap Siswa ... 17
6. Metode Eksperimen ... 19
7. Media Pembelajaran TIK Tutorial ... 21
B. Kerangka Pemikiran ... 24
C. Hipotesis Penelitian ... 25
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 27
B. Sampel Penelitian ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
1. Uji Instrumen Penelitian ... 38
2. Tahap Pelaksanaan ... 39
3. Data Hasil Penelitian ... 41
a. Data Hasil Belajar ranah Kognitif ... 42
b. Data Keterampilan Proses Sains (KPS)... 42
c. Data Karakter Siswa ... 43
d. Data Aktivitas Siswa ... 44
e. Data Sikap Siswa ... 44
4. Pengujian Hipotesis ... 50
B. Pembahasan ... 48
1. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 48
2. Keterampilan Proses Sains Siswa ... 51
3. Karakter Siswa ... 59
4. Aktivitas Siswa ... 62
5. Deskripsi Sikap Siswa Pada Pembelajaran Alat Ukur ... 65
V. KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... ..70
DAFTAR PUSTAKA ... vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep fisika.
Penggunaan metode eksperimen dapat melibatkan siswa secara langsung untuk
menemukan konsep fisika. Penemuan konsep yang terjadi pada saat percobaan
adalah dengan cara setiap siswa mendapatkan alat praktikum untuk membuktikan
sendiri konsep yang dipelajari. Kendala yang terjadi saat praktikum ialah pada
jumlah alat yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah siswa yang akan
melakukan percobaan sehingga membuat pembelajaran kurang efektif dan tidak
optimal. Berawal dari hal ini maka peneliti menganggap perlu adanya media
tambahan atau biasa disebut suplemen yang dirancang untuk dapat memudahkan
siswa dalam memahami pelajaran fisika.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru IPA di SMPN 2 Way
Tenong didapatkan bahwa pelajaran IPA khususnya fisika, pembelajaran
dilakukan hanya dengan menggunakan metode ceramah. Kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan materi dan pengerjaaan soal-soal fisika saja sehingga proses
dapat diatasi dengan memanfaatkan media Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang akan digunakan sebagai suplemen eksperimen.
Suplemen eksperimen adalah penggunaan media sebagai tambahan materi
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan langsung pada saat pembelajaran.
Pemanfaatan ini, diharapkan dapat mengurangi dampak dari kurangnya fasilitas
dan alat-alat praktikum yang kurang memadai saat melakukan percobaan.
Meningkatkan aktivitas siswa pada saat pembelajaran. Sikap siswa lebih
bertanggung jawab pada tugas yang diberikan, lebih lagi dalam proses
pembentukan karakter siswa. Penggunaan media TIK diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar ranah kognitif serta memunculkan Keterampilan
Proses Sains (KPS) dalam proses pembelajaran. Suplemen yang akan digunakan
berupa media TIK tutorial, penggunaan media TIK tutorial diduga dapat membuat
siswa lebih memahami pelajaran fisika. Karena media TIK tutorial dirancang
dengan segala penjelasan yang dapat membantu siswa belajar mandiri.
Uraian latar belakang di atas membuat peneliti menganggap perlu diadakan
penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Teknologi Informasi dan
Komunikasi Tutorial Sebagai Suplemen Eksperimen Pada Pembelajaran Alat
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah
pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada
pembelajaran alat ukur di SMP?
2. Bagaimana Kemampuan Proses Sains (KPS) pada pembelajaran alat ukur di
SMP dengan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen?
3. Bagaimana karakter yang terbentuk pada siswa saat pembelajaran alat ukur di
SMP dengan penggunaan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen?
4. Bagaimana aktifitas siswa dalam pembelajaran alat ukur di SMP dengan
pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen?
5. Bagaimana sikap siswa terhadap pemanfaatan Media TIK tutorial sebagai
suplemen eksperimen dalam pembelajaran alat ukur di SMP?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan perbedaan hasil belajar siswa dengan pemanfaatan media
TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di
SMP.
2. Mendeskripsikan Keterampilan Proses Sains (KPS) selama pembelajaran alat
ukur di SMP menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen
3. Mendeskripsikan karakter siswa SMP yang dapat ditumbuhkan pada
pembelajaran alat ukur dengan pemanfaatan media TIK tutorial sebagai
suplemen eksperimen.
4. Mendeskripsikan aktifitas belajar siswa selama pembelajaran alat ukur di
SMP menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen.
5. Mendeskripsikan sikap siswa pada pembelajaran alat ukur di SMP
menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Siswa dapat menemukan cara belajar yang baik sehingga siswa dapat
meningkatkan hasil belajar.
2. Siswa dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan hasil belajar.
3. Guru dapat menggunakan media TIK secara tepat guna meningkatkan hasil
belajar.
4. Guru dapat memanfaatkan media TIK untuk memunculkan KPS, aktivitas
serta sikap siswa.
5. Peneliti dapat menambah wawasan dalam rangka mengembangkan
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian sebagai berikut:
1. Hasil belajar merupakan salah satu bukti yang dapat dijadikan acuan untuk
mengetahui keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pada penelitian ini
dibatasi pada hasil belajar ranah kognitif.
2. KPS adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para
ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses
pembelajaran. Indikator KPS yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
menggunakan alat ukur, mengukur, membandingkan, membuat data, infering
data dan mengkomunikasikan hasil data.
3. Pendidikan karakter merupakan sesuatu perilaku yang memang dibentuk
dengan sengaja. Indikator karakter yang diteliti adalah tekun dalam bekerja,
teliti dalam membaca hasil pengukuran, tanggung jawab dalam melaksanakan
dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data, percaya diri ketika
menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai pendapat ketika
berdiskusi, kerjasama dalam melaksanakan tugas.
4. Aktivitas belajar menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi
perubahan perilaku tertentu. Indikator yang akan diteliti adalah bertanya,
menjawab, menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat
catatan, berdiskusi dan presentasi.
5. Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam
mengambil tindakan (action). Indikator yang akan diteliti adalah sikap siswa
siswa terhadap pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK
tutorial sebagai suplemen.
6. Media TIK Tutorial alat ukur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
berupa program yang berisi tentang panduan kerja saat percobaan alat ukur
guna membantu siswa pada saat praktikum serta berupa media untuk
memperkaya pengetahuan siswa.
7. Penelitian ini akan melakukan metode eksperimen dengan cara mengukur
dengan menggunakan alat ukur panjang, massa, waktu, suhu dan listrik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam dunia pendidikan selalu dikaitkan dengan perolehan skor
nilai. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar dikarenakan keberhasilan belajar
bukan hanya ditinjau dari besarnya nilai. Pengertian hasil belajar menurut Rusman
(2012:123):
Sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi,
kesenangan, minat-bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan dan harapan.
Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Hamalik (2001:45) yang menyatakan
bahwa “ hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan
perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”. Pemikiran dua ahli mengenai hasil
belajar menerangkan bahwa belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan
saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar
Rusman (2012:125) mengutip klasifikasi taksonomi Bloom yang menjelaskan
tentang tujuan pembelajaran, yaitu:
(a) Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan- kecakapan intelektual berpikir; (b) Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap, dan nilai; (c) Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik. Menurut Bloom ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai, sehingga dapat
menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya dan mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Tipe hasil belajar kognitif lebih domain daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hasil belajar merupakan hasil yang telah
diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini saling
berhubungan dan saling melengkapi satu sama lainnya. Hasil belajar dapat berupa
pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Perubahan dalam diri siswa diperoleh
dari aktivitas dan sikap saat proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, dari tiga
ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah
kognitif.
2. Keterampilan Proses Sains
Fisika merupakan pelajaran yang banyak melakukan aktivitas di Laboratorium
dengan melakukan unjuk kerja. Siswa diharapkan dapat mempunyai suatu
Bahasan keterampilan yang akan dibahas adalah Keterampilan Proses Sains.
Dahar (1985:11) menyatakan:
Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Trihastuti dalam Mahmuddin (2010: 1) juga
berpendapat bahwa:
Keterampilan proses sains yang dielaborasikan dalam pembelajaran sains dapat melibatkan berbagai keterampilan baik yang bersifat intelektual, manual maupun sosial. Dengan terbentuknya produk pengetahuan melalui proses kerja ilmiah ini, maka terbentuklah sikap-sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini penting untuk menjaga kemurnian pengetahuan dan kesinambungan dalam perkembangannya. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan proses sains pada siswa harus terus dilakukan melalui evaluasi dan penilaian yang berkesinambungan.
Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa KPS sangat bermanfaat untuk
pembelajaran sains dikarenakan pada pembelajaran sains harus dibekali dengan
metode ilmiah sebagai bekal dalam pemerolehan ilmu secara menyeluruh. Selain
memperoleh ilmu yang menyeluruh, dalam pembelajaran sains menggunakan
KPS juga dapat membentuk sikap-sikap ilmiah serta terbentuknya produk
pengetahuan. Oleh karena itu KPS penting untuk diajarkan pada proses
Pelaksanaan KPS memiliki tujuan, tujuan KPS menurut Djamarah (2010:88):
Tujuan keterampilan proses adalah mengembangkan kreativitas anak didik dalam belajar, sehingga anak didik secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan-kemampuannya. Lingkup kegiatan bertolak pada kemampuan fisik dan mental yang mendasar sesuai dengan apa yang ada pada pribadi anak didik.
Tujuan keterampilan proses sains di atas dapat dilakukan dengan pendekatan saat
proses pembelajaran. Pendekatan KPS dituturkan oleh Dimiyati dan Mudjiono
(1990:49) sebagai berikut:
Pendekatan keterampilan proses sains lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) penampilan fenomena; (2) apersepsi; (3) Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimilki siswa; (4)
Demonstrasi atau eksperimen; (5) Siswa mengisi lembar kerja; (6) Guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.
Tahapan-tahapan pada pendekatan proses sains yang dikemukakan oleh Dimiyati
dan Mudjiono memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki siswa pada pembelajaran sains di sekolah karena
siswa di tuntun untuk aktif. Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi
KPS menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced. Yang
Tabel 2.1. Klasifikasi KPS (diadaptasi dari Longfield)
Basic Kriteria
Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi.
Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objek/kejadian.
Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.
Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.
Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek
Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.
Intermediate Kriteria
Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang didukung dengan penjelasan yang msuk akal.
Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa
Edvanced Kriteria
Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan
Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis
Menginterpretasikan Data Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.
Hasil belajar dalam proses pembelajaran dikaitkan dengan perubahan tingkah laku
yang terjadi setelah belajar. KPS diharapkan dapat memunculkan perubahan
tingkah laku yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar. Indikator KPS yang
akan dibahas adalah menggunakan alat ukur, mengukur, membandingkan,
membuat data, infering data dan mengkomunikasikan hasil data.
3. Karakter Siswa
Manusia diciptakan dengan beragam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda satu
sama lainnya. Perbedaan ini akan berdampak pada karakter pada masing-masing
individu. Karakter individu sebagai ciri khas yang dimiliki oleh perseorangan
karakter. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran William dalam Elmubarok
(2008:107) yang menyatakan bahwa:
Sekolah mempunyai peran yang amat penting dalam pendidikan karakter anak, terutama jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah.
Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu
berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi di ukur.
Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:
(a) Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan; (b) Koherasi yang memberikan keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak ada koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang; (c) Otonomi. Disitu
seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan serta tekanan dari pihak lain. (d) Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
menginginkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Pendapat kutipan buku di atas dapat dibahas bahwa pembentukan karakter yang
menjadi tujuan pendidikan akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
Pendidikan karakter menjadikan karakter dapat menentukan sikap pribadi dalam
Megawangi (2004) dalam Elmubarok (2008: 110) sebagai pencetus pendidikan
karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayaknya diajarkan
kepada anak, yang kemudian disebut sebagai 9 pilar, yaitu:
(1) Cinta tuhan dan kebenaran; (2) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3)Amanah; (4) Hormat dan santun; (5) Kasih sayang,
kepedulian, dan kerjasama; (6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; (7) Keadilan dan kepemimpinan; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleransi dan cinta damai.
Kesembilan pilar yang telah dicetuskan oleh Megawangi memang nyata dalam
kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah sehingga baik di rumah
dan di sekolah harus tercipta kesembilan pilar tersebut agar pendidikan karakter
dapat terwujud nyata. Pendidikan karakter di rumah amat sangat penting karena
sebagai fondasi awal pendidikan karakter yang nantinya akan mempengaruhi
proses pembelajaran di sekolah. Brooks dan Goble (1997) dalam Elmubarok
(2008:112) menyatakan bahwa:
“ Dalam menjalankan pendidikan karakter terdapat tiga elemen yang
penting untuk diperhatikan yaitu prinsip, proses dan prakteknya dalam pengajaran. Dalam menjalankan prinsip itu maka nilai-nilai yang diajarkan harus termanistasikan dalam kurikulum sehingga semua siswa dalam
sekolah faham benar tentang nilai-nilai tersebut dan mampu menerjemahkan
dalam prilaku nyata”. Dari ketiga elemen yang disampaikan oleh Brooks
dan Goble memiliki keterikatan dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Prinsip seseorang sangat dipengaruhi pada karakter apa yang akan dipilihnya dalam proses pemikiran dan prakteknya dalam tingkah laku sehari-hari.
Pendapat di atas dapat dinyatakan pendidikan karakter merupakan sesuatu
perilaku yang memang dibentuk dengan sengaja yang bertujuan untuk memahami
manusia dan lebih peduli lagi dengan sekitarnya, kemudian guru menjadi teladan
Pernyataan Megawangi (2004) mengenai sembilan pilar dijadikan dasar penilaian
karakter dalam penelitian ini. Karakter yang akan dikembangkan saat melakukan
pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan media TIK tutorial sebagai
sublemen eksperimen yaitu tekun dalam bekerja, teliti dalam membaca hasil
pengukuran, tanggung jawab dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur
dalam menuliskan data, percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil
pengukuran, menghargai pendapat ketika berdiskusi, kerjasama dalam
melaksanakan tugas.
4. Aktivitas Siswa
Pembelajaran fisika di sekolah diharapkan lebih banyak melakukan unjuk kerja.
Tujuannya adalah agar siswa mempunyai pengalaman baru yang akan membantu
untuk munculnya sikap imiah. Unjuk kerja akan terlaksana dengan baik apabila
semua siswa melakukan aktivitasnya dengan maksimal. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rohani dan Ahmadi (1995:6) bahwa:
Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya fasip. Sedang kegiatan psikis nampak bila ia sedang mengamati dengan teliti,
memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dan sebagainya.
Pakar psikologi Piaget Rohadi dan Ahmadi (1995:6) juga berpendapat bahwa :
“Seseorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak
berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktip) ia harus diberi kesempatan untuk
berbuat sendiri”. Berpikir pada taraf verbal baru timbul setelah individu
Belajar akan lebih efektif lagi apabila antara aktivitas fisik dan psikis di
gabungkan. Aktivitas psikis dilakukan ketika seorang guru sedang menjelaskan,
diberikan tugas untuk memecahkan masalah, menanggapi suatu persoalan.
Aktivitas psikis telah dilaksanakan kemudian aktivitas fisik adalah kerja dari
aktivitas psikis dan sebaliknya. Proses pembelajaran yang efektif dengan
perpaduan menggunaka aktivitas fisik dan psikis dapat terjadi apabila ada
perencanaan. Rusman (2012:96) menyatakan:
Aktivitas belajar terjadi dalam satu konteks perencanaan untuk mencapai suatu perubahan tertentu. Aktivitas belajar menggunakan seluruh potensi individu sehingga akan terjadi perubahan perilaku tertentu. Seperti telah dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan sebagai hasil interaksi yang disebut aktivitas belajar. Aktivitas yang termasuk belajar memiliki ciri-ciri tertentu yaitu terjadi secara sadar, bersifat fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan dan terarah serta mencakup seluruh aspek tingkah laku secara utuh.
Guru sangat berperan dalam menumbuhkan aktivitas belajar pada proses
pembelajaran. Tahapan pertama yang akan dilakukan guru adalah tahap
perencanaan. Merencanakan berbagai aktivitas yang erat kaitannya pada proses
pembelajaran. Aktivitas belajar yang berhasil akan terjadi perubahan perilaku
siswa. Aktivitas yang di rancang oleh seorang guru melibatkan aktivitas fisik dan
aktivitas psikis. Dierich dalam Rohani dan Ahmadi ( 1995 : 6) berpendapat
mengenai aktivitas fisik dan psikis, yaitu:
(a)Visual activities: membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dari sebagainya; (b) Oral activities: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya; (c) Listening activities: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya ; (c) Writing activities: menulis cerita,karangan,
laporan, test, angket, menyalin dan sebagainya; (d) Drawing activities:
Mental activities: menganggap, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya; (g) Emotional activities: menaruh minta, merasa bosan, gembira,berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Seorang guru harus mampu mengkombinasikan aktivitas fisik dan aktivitas psikis
sehingga dapat merangsang keaktifan siswa. Menyajikan, mengolah dan
melaksanakan pembelajaran itu sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan
latar belakang peserta didik sehingga aktivitas siswa akan sangat aktif. Lebih
lanjut lagi Hamalik (2008:91) menyebutkan penggunaan asas aktivitas dalam
proses pembelajaran memiliki manfaat, antara lain:
(1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; (2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa; (3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok; (4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual; (5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat; (6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa; (7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme; (8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Manfaat yang telah disebutkan oleh Hamalik pada dasarnya aktivitas dalam
pembelajaran sangat berperan aktif dalam proses pembelajaran, aktivitas juga
dapat menumbuhkan pengalaman belajar yang mengesankan sehingga menjadi
bermakna dan dapat di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas yang
akan diamati dalam penelitian ini adalah bertanya, menjawab, menanggapi,
5. Sikap Siswa
Setiap individu memiliki sifat bawaan, misalnya kecerdasan, temperamen, dan
sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap
(Olson dan Zanna). Masri dalam Elmubarok (2008:45) mengartikan sikap sebagai
kesediaan yang diarahkan untuk menilai atau menanggapi sesuatu. Lebih lanjut
lagi Hernowo dalam Majid (2007:76) menyatakan bahwa bersikap adalah
Wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada kemungkinan ditindak lanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan bernalar. Lebih lanjutnya lagi menurut Kenneth sikap ada beberapa indikator kecakapan yang dapat
dijadikan ukuran yaitu: 1) Penerimaan (receiving); 2) Tanggapan
(responding); 3) Penanaman nilai (valuing); 4) Pengorganisasian nilai-nilai (organization); dan 5) Karakteristik kehidupan (characterization).
Pendapat di atas mengenai sikap dapat dinyatakan bahwa sikap harus
ditindaklanjuti dengan penuh tanggung jawab secara sadar dan berani memilih
untuk mewujudkannya lewat argumentasi yang bertanggung jawab, kukuh dan
bernalar. Pembentukan sikap terdapat model-model yang dapat digunakan.
Model-model ini harus sesuai dengan kepentingan penerapan sikap dalam dunia
pendidikan. Menurut Klausmeir dalam Majid (2007:213), ada tiga model belajar
dalam rangka pembentukan sikap, yaitu:
(a) Mengamati dan meniru, pembelajaran model ini berlangsung
pengamatan dan peniruan melalui model (Learning through modeling); (b)
Dalam buku yang sama Majid (2007:213) menyatakan bahwa:
Secara umum, penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat
dilakukan berkaitan dengan berbagai objek sikap sebagai berikut: (a) Sikap terhadap mata pelajaran; (b) Sikap guru terhadap mata pelajaran; (c) Sikap terhadap proses pembelajaran; (d) Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada; (e) Sikap berhubungan dengan nilai- nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu; (f) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum.
Kutipan yang disampaikan Majid di atas terdapat intisari penting tentang sikap
bahwa manusia mempunyai sifat bawaan yang akan berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan akan membantu mengarahkan sifat bawaan
yang buruk untuk menjadi sikap yang baik dalam kehidupan sehari- hari melalui
proses panjang yang terjadi pada proses pembelajaran baik di kelas dan di luar
kelas. Guru juga sangat berperan penting dalam pembentukan sikap siswa.
Indikator yang akan diteliti adalah memberikan tanggapan, kerjasama antara
kelompok dan sikap siswa terhadap pembelajaran alat ukur dengan memanfaatkan
media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen. Penilaian terhadap sikap yang
telah diperoleh mengenai sikap dapat bermanfaat untuk melakukan upaya-upaya
perbaikan dan peningkatan kualitas pribadi dan kemampuan profesional guru.
6. Metode Ekperimen
Fisika merupakan mata pelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan unjuk
kerja langsung di laboratorium. Siswa akan terbiasa untuk berpikir ilmiah seperti
kritis, kreatif dan mandiri. Metode yang paling cocok digunakan pada saat di
laboratorium adalah dengan menggunakan metode eksperimen. Metode
eksperimen melibatkan siswa langsung dalam proses penemuan atau perhitungan
cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari. Metode eksperimen dapat melibatkan siswa secara langsung untuk
menemukan konsep fisika. Menyesuaikan konsep dan realita yang ada pada saat
percobaan. Pengalaman baru, berpikir kritis dan bersikap ilmiah akan terbentuk
pada saat penggunaan metode eksperimen dipakai. Hal ini juga yang
dikemukakan oleh Roestiyah dalam Djamarah (2000:137) sebagai berikut:
(1) Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya; (2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat; (3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan; (4) Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
Kelebihan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Budiharti (2000: 35)
antara lain:
(1)Siswa terlibat didalamnya, sehingga siswa merasa ikut menemukan serta mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam hidupnya; (2)
Mendorong siswa menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah; (3) Menambah minat siswa dalam belajar.
Melihat kelebihan yang telah dikemukakan di atas, maka metode eksperimen
sangat cocok untuk pembelajaran fisika karena metode eksperimen dapat melatih
siswa untuk berfikir kritis dan bersikap logis. Metode eksperimen juga melatih
siswa untuk dapat melakukan sesuatu secara prosedural sehingga dapat
menumbuhkan sikap yang baik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan
Beberapa kelemahan metode eksperimen menurut Rusyan, (1993:221) kelemahan
dari metode eksperimen adalah:
(1)Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh; (2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; (3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan
menggunakan alat bahan tertentu dari pada guru.
Kekurangan metode eksperimen yang dikemukakan oleh Budiharti (2000: 35)
antara lain:
(1)Memerlukan peralatan percobaan yang komplit; (2)Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama; (3)Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan; (4) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan peserta didik apabila kurang berpengalaman dalam penelitian.
Kelemahan-kelemahan dalam metode eksperimen maka guru haruslah teliti
sebelum akan mengadakan eksperimen. Guru harus melihat apakah eksperimen
tersebut memerlukan fasilitas yang memadai atau tidak, bila tidak memadai maka
eksperimen tidak mencapai tujuan dengan optimal dan siswa juga dituntut harus
mempunyai pengetahuan tentang materi apa yang akan dijalani didalam sebuah
eksperimen tersebut. Meskipun metode eksperimen mempunyai kelemahan,
namun tetap saja metode eksperimen termasuk metode yang efektif karena dapat
memberikan gambaran secara konkret dan siswa dapat terlibat langsung dalam
proses eksperimen. Penelitian ini akan melakukan metode eksperimen dengan
cara mengukur dengan menggunakan alat ukur panjang, massa, waktu, suhu dan
7. Media Pembelajaran TIK Tutorial
Pembelajaran yang berkualitas memerlukan perencanaan dan penciptaan kondisi
pembelajaran yang efektif. Kondisi pembelajaran yang seperti ini yang akan
menarik minat siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan ilmunya.
Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang menarik bukan yang
monoton dan membosankan. Penggunaan media pembelajaran yang akan
membantu agar tercipta pembelajaran yang menarik. Miarso (2004:458)
menyatakan bahwa:
“ Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,perasaan,perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar yang disengaja,bertujuan,dan terkendali”.
Ditambahkan lagi oleh Rusman (2012:162) menyatakan fungsi dari penggunaan
media adalah
(1) Sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran; (2) Sebagai komponen dari sub sistem pembelajaran; (3) Sebagai pengarah dalam pembelajaran; (4) Sebagai permainan atau membangkitkan perhatian dan motivasi siswa; (5) Meningkatkan hasil dan proses pembelajaran; (6) Mengurangi terjadinya verbalisme; (7) Mengatasi keterbatasan ruang,waktu tenaga dan daya indra.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat
membantu dalam penyampaian pesan dan isi pelajaran serta memberikan makna
yang lebih dari proses pembelajaran sehingga memotivasi peserta didik untuk
meningkatkan proses belajarnya. Pemanfaatan media pembelajaran yang berupaya
menggunakan TIK yang di wujudkan dalam bentuk penggunaan komputer. Setiaji
dan Agus dalam Rusman (2012:178) menyatakan:
“ Kegiatan dalam bidang pendidikan yang melibatkan komputer pada saat
itu diantaranya pembuatan media untuk kimia, animasi molekul, analisis data laboratorium, dan penskoran hasil ujian. Program instruksional masih
jauh dari jangkauan.”
Arsyad (2002:54-55) juga menyatakan bahwa:
(a)Komputer dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran; (b) Komputer dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna, dan musik yang dapat menambah realisme; (c) Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya; (d) Kemampuan merekam aktivitas siswa selama menggunakan program pengajaran
memberi kesempatan lebih baik untuk pembelajaran secara perorangan dan perkembangan setiap siswa dapat dipantau; (e) Dapat berhubungan
dengan, dan mengendalikan peralatan lain seperti compact disk, video tape, dan lain-lain dengan program pengendali dari komputer.
Pendapat dan uraian di atas dapat menjelaskan bahwa komputer sudah banyak
dapat membantu dalam proses pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran
dengan menggunakan komputer sangat membantu siswa dalam mempelajari dan
memahami suatu konsep pembelajaran. Tetapi walaupun sudah ada komputer
sebagai sarana untuk penyampaian media pembelajaran, peran guru tetap sangat
berperan dalam proses pembelajaran. Guru dapat berperan sebagai tutor pada saat
pembelajaran menggunakan TIK, menurut Rusman (2012:210) tutor adalah
bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan
motivasi agar para siswa belajar secara efisien dan efektif sehingga dapat
Berangkat dari penjelasan itu, dapat dijelaskan bahwa tutorial adalah bimbingan
dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi agar para siswa
belajar secara efisien dan efektif. Program tutorial merupakan merupakan program
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
software berupa program komputer yang berisi materi pelajaran dan soal-soal
latihan. Perkembangan pembelajaran yang seharusnya yang seharusnya didesain
terutama pada upaya menjadikan ini mampu merekayasa keadaan sesungguhnya.
Penekanannya terletak pada upaya yang berkesinambungan untuk
memaksimalkan aktifitas pembelajaran sebagai interaksi kognitif antara siswa,
materi pelajaran, dan perangkat komputer yang telah diprogram. Selain tutorial
sebagai bentuk pemakaian media TIK juga tidak terlepas dari perkembangan
teknologi yang sangat pesat itu dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan
termasuk di dalamnya untuk pendidikan atau pembelajaran. Siahaan (2002)
menyatakan bahwa:
Sebagai bagian dari pembelajaran, TIK memiliki peran yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap ( komplemen) atau pengganti (subtitusi). Para dosen/guru harus senantiasa
mendorong,menggugah,atau menganjurkan para peserta didik mengakses materi pembelajaran melalui TIK yang telah disediakan.
Penggunaan komputer sebagai media TIK dapat dipakai sebagai suplemen,
komplemen dan substitut. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen menggunakan suplemen bertindak dalam hal memperkaya siswa
dengan materi- materi dari sumber lainnya yang masih berhubungan dengan
materi pokok yang telah disampaikan dapat juga sebagai tambahan dalam latihan
B. Kerangka Pikir
Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran
alat ukur di SMP diharapkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa, dapat
menumbuhkankan keterampilan proses sains yang dilakukan saat eksperimen
berlangsung, membangun karakter siswa dan aktifitas belajar siswa kemudian
dapat juga menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pemanfaatan media TIK.
Berdasarkan uraian di atas kerangka pikir pada penelitian ini digambarkan pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Keterampilan
Proses Sains
Karakter
Aktivitas
Sikap
PRETEST
Materi Alat Ukur
Membentuk Kelompok dan melakukan penggukuran dengan menggunakan alat yang sebenarnya
Mengisi LKS
Siswa melakukan penggukuran dengan menggunakan media TIK Tutorial
sebagai suplemen eksperimen
Siswa mengkomunikasikan hasil pengukuran menggunakan alat ukur
sebenarnya.
POSTTEST Hasil Belajar
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
a. Ho
H1 :
:
Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen pada pembelajaran alat ukur di SMP.
Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media TIK tutorial sebagai suplemen pada pembelajaran alat ukur di SMP.
Penelitian ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar saja yang diteliti melainkan
dapat juga menumbuhkan Keterampilan Proses Sains, menumbuhkan aktivitas
siswa, membangun karakter siswa dan menumbuhkan sikap positif siswa.
Keterampilan Proses Sains, aktivitas, karakter dan sikap siswa dideskripsikan saja
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII di SMPN 2 Way Tenong
pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah kelas VII ada
empat kelas.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Random.
Sampel yang diperoleh adalah satu kelas yang dipilih secara acak. Sampel
penelitian ini adalah kelas VII D berjumlah 28 orang.
C. Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini menggunakan bentuk One shot case study. Pada desain
ini, dilakukan pretest sebelum diberikan perlakuan kemudian diberikan posttest
setelah diberi perlakuan dengan menggunakan media TIK tutorial sebagai
suplemen eksperimen. Desain penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Shot Case Study
Keterangan:
X : perlakuan dengan menggunakan media TIK tutorial.
O : perlakuan dengan tidak menggunakan media TIK tutorial.
(Sugiyono, 2009: 110-111)
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: variabel bebas dan
terikat. Variabel bebas adalah pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen
pada pembelajaran alat ukur, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
ranah kognitif, Keterampilan Proses Sains (KPS), karakter siswa, aktivitas siswa
dan sikap siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Lembar soal tes pada proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar
kognitif siswa pada saat pretest dan posttest.
2. Lembar observasi pada saat melakukan penilaian terhadap aktivitas siswa,
Keterampilan Proses Sains (KPS) dan karakter siswa.
3. Kuesioner: sikap.
4. LKS Alat-alat ukur dan Pengukuran.
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen diuji terlebih dahulu
kevalidan dan reliabelnya dengan menggunakan uji validitas isi dan uji
reliabilitas. Setelah instrumen diuji dan dinyatakan layak untuk dipakai, maka
instrumen digunakan saat penelitian berlangsung.
1. Uji Validitas Isi
Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diteskan (diujikan). Jadi, validitas isi sebenarnya identik dengan pembicaraan
tentang populasi dan sampel. Kegiatan menganalisis validitas isi dilakukan
sebelum tes hasil belajar dilaksanakan.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat
Arikunto (2008:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat
digunakan rumus alpha, yaitu:
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
(Arikunto, 2008:109)
Uji relibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan
untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal
tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan
metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0
sampai 1. Pendapat Arikunto (2008:110), kuesioner dinyatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang
diinterprestasikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Indeks Reliabilitas
No. Indeks Reliabilitas Kriteria
1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat reliabel
2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Reliabel
3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup reliabel
4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Agak reliabel
5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 Kurang reliabel
Setelah diadakan uji kevalidan dan reliabelnya dan hasilnya menyatakan bahwa
instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang
sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap
G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diproleh dari penelitian ini adalah berupa data:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif siswa.
Data tersebut diperoleh dari tes formatif berupa pretest atau uji blok pada
pembelajaran biasa dan posttest setelah dilakukannya pembelajaran ulang
menggunakan media TIK.
2. Data kualitatif
Berikut yang termasuk ke dalam data kualitatif pada penelitian ini adalah:
a) Data keterampilan proses sains dengan sub keterampilan yaitu melakukan
pengukuran, membandingkan, membuat data, infering data,
mengkomunikasikan data hasil pengukuran, diperoleh melalui lembar
observasi yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi KPS ini diisi oleh empat orang observer, untuk setiap kelompok
terdapat satu orang observer. Pengamatan KPS dimulai dari awal sampai
akhir pembelajaran dilakukan setiap sepuluh menit dengan memperhatikan
beberapa indikator KPS dan mengamatri pada saat pengisian LKS
berlangsung.
Pada masing-masing item KPS diberi nilai rentang antara 1 sampai 3.
Prediktor:
K1 : Keterampilan mengukur
1) Menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur
2) Prosedur mengukur sesuai
K2 : Keterampilan membandingkan
1) Memilih alat ukur yang sesuai dari dua alat ukur sejenis yang
disediakan
2) Menentukan ketelitian yang lebih tinggi dari dua hasil pengukuran
3) Menuliskan ketelitian hasil pengukuran
K3 : Keterampilan membuat data
1) Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian besar tidak
lengkap
2) Membuat tabel data hasil pengukuran namun sebagian kecil tidak
lengkap
3) Membuat tabel data hasil pengukuran yang lengkap
K4 : Keterampilan infering data
1) Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun tidak tepat
2) Membuat pernyataan mengenai hasil pengukuran namun kurang tepat
3) Membuat pernyataan yang tepat mengenai hasil pengukuran
K5 : Kemampuan mengomunikasikan
1) Menggambarkan data dengan grafik atau tabel
2) Menulis hasil diskusi dan pembahasan
3) Menjelaskan data secara lisan
Skoring untuk K1, K2, K5 sebagai berikut:
3= Jika 3 atau semua indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan
1= Jika 1 indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan
0= Jika tidak satupun indikator setiap sub keterampilan dilaksanakan
Skoring untuk K3 dan K4 sesuai dengan keterampilan yang ditunjukkan.
Selain itu, data keterampilan proses sains juga diperoleh dari penilaian
Lembar Kerja Siswa(LKS) yang didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan
yang diharapkan dapat memunculkan KPS pada masing-masing siswa.
Instrumen KPS yang digunakan terdapat pada Lampiran 6 halaman 116.
b) Data Karakter Siswa
Data ini diambil menggunakan lembar observasi saat pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi ini akan diisi oleh empat orang observer.
Pengamatan ini berlangsung sejak menit pertama sampai menit ke delapan
puluh yaitu dengan menggunakan teknik penyapuan. Setiap observer pada
masing-masing kelompok memegang satu lembar observasi karakter
siswa. Observer setiap kelompok akan mengamati karakter siswa selama
pembelajaran berlangsung, pada akhir pembelajaran observer memberikan
nilai berdasarkan indikator yang ada pada lembar observasi karakter.
Terdapat tujuh indikator yang akan diteliti sebagai berikut: tekun dalam
bekerja, teliti dalam membaca hasil ukur, tanggung jawab dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas, jujur dalam menuliskan data,
percaya diri ketika menyajikan/melaporkan hasil pengukuran, menghargai
pendapat ketika berdiskusi (terbuka), kerjasama dalam melaksanakan
Tujuh indikator tersebut diberikan skor mulai dari 1 sampai 4 dengan
deskriptor sebagai berikut:
Skor 1: Tidak pernah menunjukan karakter tersebut
Skor 2: Cukup /kadang-kadang menunjukan karakter tersebut
Skor 3: Baik dalam/sering menunjukan karakter tersebut
Skor 4: Sangat baik dalam/selalu menunjukan karakter tersebut
Skor yang diperoleh dituliskan pada tabel observasi kemudian skor dari
setiap indikator dijumlahkan untuk masing-masing siswa. Instrumen
karakter terdapat pada Lampiran 7 halaman 117.
c) Data Aktivitas Siswa
Diperoleh menggunakan lembar observasi pada saat pembelajaran
berlangsung. Ada delapan aktivitas siswa tersebut diamati setiap 10 menit
sekali, lalu menuliskan angka pada tabel setiap ada aktivitas yang
ditunjukkan oleh setiap siswa. Penulis dibantu empat orang observer yang
bertugas mengamati dan menuliskan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh
siswa. Pada setiap kelompok terdapat satu observer yang akan memegang
lembar aktivitas siswa dan mencatat apa saja yang dilakukan siswa pada
setiap sepuluh menitnya. Pengamatan yang dilakukan observer dengan
cara menuliskan apa yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.
Aktivitas yang diamati adalah sebagai berikut: bertanya, menjawab,
menanggapi, memperhatikan, mengerjakan LKS, membuat catatan,
berdiskusi dan presentasi. Instrumen aktivitas siswa terdapat pada
d) Data sikap dan respon siswa, diambil menggunakan kuisioner setelah
pembelajaran remedial dilaksanakan. Siswa diberikan 20 item pernyataan
dan siswa diminta untuk memberikan tanda silang pada pilihan jawaban
yang berada di sebelah kanan pernyataan sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
Instrumen sikap dan respon siswa terdapat pada Lampiran 9 halaman 119.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang dipakai untuk hasil belajar adalah Paired sample
T-Test. Keterampilan Proses Sains, karakter siswa dan aktivitas siswa
menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk sikap siswa menggunakan
angket yang berisi pertanyaan.
I. Teknik Analisis Data Hasil Belajar
Pada penelitian ini hasil belajar yang diteliti ranah kognitif. Hasil belajar ranah
kognitif didapat dari pretest dan posttest. Teknik analisis data dilakukan dengan
uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas pada hasil pretest dan posttest. Setelah
1. Menghitung Skor Gain
Data hasil belajar yang akan dianalisis, ditransformasikan menjadi N-Gain (g)
yang diperoleh dari skor pretest dikurang skor posttest dibagi dengan skor
maksimum dikurang skor pretest. Jika ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
g =� − �
� � − �
Keterangan: g = N-gain Spost = Skor posttes
Spre = Skor pretest
Smax = Skor maksimum
Kategori: Tinggi : 0,7
N-gain
1Sedang : 0,3
N-gain < 0,7Rendah : N-gain < 0,3
Meltzer (2002)
2. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak.
Pada dasarnya uji normalitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan
menggunakan uji statistik parametik (uji frequence atau descriptive), uji
menggunakan statistik nonparametrik ( uji kolmogrov smirnov) dan menggunakan
uji grafik. Pada penelitian ini uji normalitas digunakan dengan uji kolmogrov
smirnov. Dasar pengambilan keputusan uji normalitas, dihitung menggunakan
program SPSS 17,0 dengan metode kolmogrov smirnov berdasarkan pada besaran
probabilitas atau nilai � . �� 2− � , nilai � yang digunakan adalah
0,05 dengan demikian kriteria uji sebagai berikut: (1) jika nilai sig atau signifikan
terdistribusi normal. (2) jika nilai sig atau signifikan atau Probabilitas > 0,05
maka H1 diterima dengan arti bahwa data terdistribusi normal.
3. Uji Paired Sample T-Test
Untuk menguji perbedaan antara dua pengamatan. Uji Pair Sample t-test biasa
dilakukan pada subjek yang diuji pada situasi sebelum dan sesudah proses, atau
subjek yang serupa. Cara menguji hipotesis penelitian ini, yaitu membandingkan
nilai Sig. (2-tailed) pada Pair Sample t-test dengan nilai α (0,05) dengan kriteria
uji sebagai berikut:
1. Jika nilai Sig. (2-tailed)> α (0,05) maka terima Ho
2. Jika nilai Sig. (2-tailed)< α (0,05) maka tolak Ho
Ho
H1 :
:
Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan
media TIK tutorial sebagai suplemen pada
pembelajaran alat ukur di SMP.
Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan media
TIK tutorial sebagai suplemen pada pembelajaran alat ukur di SMP.
4. Teknik Analisis Data Keterampilan Proses Sains
Data keterampilan proses sains berupa lembar observasi yang mencakup
menggunakan alat ukur, mengukur, menuliskan dan mengkomunikasikan hasil
pengukuran. Proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah
a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap
b) Persentase keterampilan proses sains dihitung dengan rumus :
% ��= �ℎ
� � � × 100%
Pengategorian keterampilan proses sains adalah 81 – 100 Sangat baik
61 – 80 Baik 41 – 60 Cukup 21 – 40 Kurang
<20 Sangat Kurang
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa setelah pemanfaatan
media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada pembelajaran alat ukur di
SMP.
2. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada
pembelajaran alat ukur di SMP dapat memunculkan KPS pada proses
pembelajaran.
3. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada
pembelajaran alat ukur di SMP dapat membentuk karakter siswa pada saat
pembelajaran.
4. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada
pembelajaran alat ukur di SMP dapat meningkatkan aktivitas siswa pada proses
pembelajaran.
5. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen pada
pembelajaran alat ukur di SMP dapat menumbuhkan sikap positif bagi siswa pada
B. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga
analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen ini dapat dijadikan
salah satu alternatif bagi guru-guru di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa ranah kognitif, menumbuhkan KPS siswa, membentuk karakter siswa,
meningkatkan aktivitas siswa serta menumbuhkan sikap positif siswa.
2. Sebagai seorang guru sebelum memulai pelajaran hendaknya dapat menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan efektif dengan jumlah waktu yang sedikit.
Suasana yang kondusif dan pembagian waktu yang efektif dapat mempermudah
siswa dalam memahami pembelajaran.
3. Pemanfaatan media TIK tutorial sebagai suplemen eksperimen ini dapat berjalan
secara maksimal apabila sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Yuniar. 2012. Pengaruh Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran
Kooperatif Tipe Search, Solve, Create, And Share (Sscs) Terhadap Hasil Belajar Fisika. Lampung: Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: CV Rajawali.
Budiharti, Rini. 2000. Strategi Belajar dan Mengajar Bidang Studi. Surakarta: UNS Press.
Dahar, R. W. 1985. Kesiapan Guru Mengerjakan sains ditinjau dari segi pengembangan KPS. Bandung: UPI
Dahar, Ratnawilis. 1996 . Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : Rineka Cipta.
Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Penerbit
Alfabeta
Febriyeti, Sarwina. 2012. Hubungan Skill Argumentasi Ilmiah dengan
Keterampilan Proses Sains Pada Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing. Lampung: Universitas Lampung.
Hamalik, Oemar. 2001. Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta : Bumi Aksara
Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains. [On line] tersedia: http://mahmuddin.wordpress.com.
Majid,Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. REMAJA
ROSDAKARYA
Mardiansyah. 2013. Pembuatan Modul Fisika Berbasis TIK Untuk
Mengintegrasikan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Siswa SMAN 10 Padang Kelas X Semester 1. Padang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negri Padang. Diakses pada tanggal 21 Desember 2013 dari
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pfis/article/view/487
Marnasusanti, Ardian. 2007. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Negeri 5 Tegal Kelas XI IPA Dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangnan Kimia Melalui Metode Praktikum. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media
Nurohman, Sabar. 2010. Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya
Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi.1995. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : PT.
RINEKA CIPTA
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung :
Penerbit Alfabeta
Rusyan, A.T. 1993 . Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan
Dasar. Bandung: Bina Budhaya.
Sagala, Syaiful. 2007 . Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung: Alfabeta.
Soenarto, Sunaryo. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Cara Berpikir
Terhadap Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UNY. Diakses pada tanggal 20 Desember 2013 dari http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SA MSUDIN/Publikasi/01PFis_Sunaryo.pdf
SILABUS : BESARAN DAN PENGUKURAN
Satuan pendidikan : SMPN 2 Way Tenong Lampung Barat
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/semester : VII/1
Standar Kompetensi : 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan
Kompetensi
Indikator pencapaian Kompetensi
Penulisan Alokasi
Waktu
Sumber belajar
Media
Tehnik Bentuk
instrumen
Contoh instrumen
1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Alat-alat ukur Memberikan penekanan tentang
pentingnya mempelajari materi alat-alat ukur
Mengkomunikasikan tujuan kognitif produk, kognitif proses, psikomotor dan afektif
Membentuk kelompok menjadi 4 kelompok dengan 1 kelompok terdiri dari 7-8 siswa
Menunjukkan dan menjelaskan cara mengerjakan LKS
Menjelaskan ulang materi alat-alat ukur dimulai dari alat-alat ukur panjang, massa, suhu, waktu, dan listrik.
Melakukan penggukuran dengan mengguinakan alat ukur yang sesungguhnya.
Menggunakan alat ukur dengan bantuan media TIK Tutorial sebagai suplemen eksperimen.
Kognitif :
Produk
1. Menjelaskan manfaat
pengukuran dalam kehidupan sehari-hari 2. Membaca skala pada alat
ukur berdasarkan besaran dalam fisika
3. Membandingkan ketelitian beberapa alat ukur panjang
4. Mengetahui macam-macam
alat ukur massa
Proses
a. Melakukan pengukuran
panjang dengan beberapa alat ukur panjang
b. Melakukan pengukuran
massa dengan menggunakan
neraca O’hauss
c. Melakukan pengukuran
massa dengan menggunakan neraca jarum putar.
d. Melakukan pengukuran
berat suatu benda dengan menggunakan neraca pegas.
e. Melakukan pengukuran
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes tertulis
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja PJ
Buku SMP Jilid 1A,buku reverensi yang relevan
Mengkomunikasikan hasil pengukuran
Memberikan kesimpulan
volume suatu benda dengan menggunakan gelas ukur.
f. Melakukan pengukuran
besar arus listrik.
g. Melakukan pengukuran
besar tegangan.
h. Melakukan pengukuran
besaran suhu dengan menggunakan thermometer.
i. Melakukan pengukuran
besaran waktu dengan menggunakan stopwatch.
j. Mengomunikasikan hasil
pengukuran di depan kelas
Psikomotor:
1. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan meteran, jangka sorong dan mikrometer sekrup
2. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan neraca pegas, neraca ohauss, timbangan kue dan
timbangan berat badan
3. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan termometer dan stopwatch
4. Membuat tabel hasil pengukuran menggunakan amperemeter dan voltmeter
Afektif:
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
Tes Kinerja
1. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: tekun, bekerja teliti, jujur,
bertanggung jawab, berperilaku santun, menghargai pendapat
2. Mengembangkan
keterampilan sosial, meliputi: bekerja sama dalam
kelompok, aktif menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, menanggapi pendapat orang lain dan mengerjakan LKS.
Observasi
Observasi
Lembar Observasi
Lembar Observasi
LP 05
SINTAK PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN MEDIA TIK TUTORIAL
Sintak Pembelajaran Untuk Tutorial Suplemen Eksperimen :
1. Pada kegiatan pertama dilakukan dengan pengerjaan pretest.
2. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
3. Memberikan pengenalan manfaat dan kegunaan alat ukur (motivasi)
4. Memberikan alat ukur satu untuk setiap kelompok.
5. Melakukan pengerjaan LKS.
6. Memberikan penguatan menggunakan media TIK tutorial
7. Memberikan tambahan alat dengan ketelitian atau cara pakai yang berbeda
dengan alat ukur sebenarnya dan yang ditampilkan pada media TIK.
8. Presentasi dilakukan pleh perwakilan kelompok.
9. Guru memberikan kesimpulan dan menutup pertemuan.
Guru Mitra,
Friyanti,S.Pd
NIP 196909061992021009
Way Tenong, 19 Agustus 2013 Guru Peneliti,
Junia Yurika NPM 1013022041
Mengetahui,
Kepala SMPN 2 Way Tenong
SUKARMAN, S.Pd, MM
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas / Semester :VII / Semester I
Alokasi Waktu : 8 jam Pelajaran
A. Standar Kompetensi :
1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan
menggunakan peralatan
B. Kompetensi Dasar :
1.3Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang
sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
C. Indikator Pembelajaran
1. Produk
a. Menjelaskan manfaat pengukuran dalam kehidupan sehari-hari
b. Membaca skala pada alat ukur berdasarkan besaran dalam fisika
c. Membandingkan ketelitian beberapa alat ukur panjang
d. Mengetahui macam-macam alat ukur massa
2. P roses
k. Melakukan pengukuran panjang dengan beberapa alat ukur panjang
l. Melakukan pengukuran massa dengan menggunakan neraca O’hauss
m.Melakukan pengukuran massa dengan menggunakan neraca jarum putar
n. Melakukan pengukuran berat suatu benda dengan menggunakan neraca pegas
o. Melakukan pengukuran volume suatu benda dengan menggunakan gelas ukur
p. Melakukan pengukuran besar arus listrik