• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN PRESTRESS TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN PRESTRESS TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN PRESTRESS

TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER

Oleh

MUHAMMAD ICHSAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN PRESTRESS

TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER

Oleh

MUHAMMAD ICHSAN

Seiring berkembangnya suatu daerah yang diindikasikan dengan semakin

banyaknya jalan layang yang dibangun, keamanan pengendara pengguna jembatan

harus jadi perhatian yang diutamakan. Salah satu yang dapat mempengaruhi

keamanan tersebut adalah kekuatan girder yang terpasang, dalam hal ini adalah

balok girder prestress.

Penelitian ini difokuskan untuk menghitung besarnya gaya prategang

efektif yang bekerja pada girder prestress dan kemiringan maksimum dari tiap

variasi bentang yang dilakukan.

Proses analisis yang dilakukan mengikuti langkah pengerjaan yang

dilakukan oleh Ir. M. Noer Ilham.

Gaya prategang efektif yang terjadi pada bentang 30 m sebesar 6091,8035

kN, pada bentang 35 m sebesar 7172,5224 kN, dan pada bentang 40 m sebesar

7860,2638 kN. Kemiringan maksimum girder yang terjadi pada bentang 30 m

sebesar 49,3562 %, pada bentang 35 m sebesar 57,8581

%, dan pada bentang 40

m sebesar 68,5936

%.

Hasil ini dapat menjadi informasi dan masukan bagi perencana dan

pelaksana pekerjaan jembatan, khususnya jembatan prestress.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR NOTASI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 2

C.

Tujuan Penelitian ... 2

D.

Batasan Masalah ... 3

E.

Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A.

Jembatan ... 5

B.

Pembebanan Jembatan ... 5

1. Beban Mati/ Sendiri ... 5

(7)

3. Gaya Rem ... 10

4. Beban Angin ... 11

5. Beban Akibat Gaya Gempa ... 12

6. Beban Terfaktor ... 12

C.

Stressing

(Pemberian Gaya Prategang) ... 12

D.

Beton Bertulang ... 13

E.

Girder ... 13

1.

Strand ...

13

2.

Anchor Head ... 14

3.

Wedges ... 14

4.

Casting ... 14

5.

Bursting Steel ... 15

6.

Duct/ Sheat (Selongsong) ... 15

7.

Grout Vent ... 15

8.

Dead End ... 15

9.

Diafragma ... 16

F.

Kuat Tekan Beton ... 16

G.

Modulus Elastik Beton ... 17

H.

Nilai perbandingan modulus elastik plat dan balok ... 17

I.

Tegangan Izin ... 17

J.

Penentuan Lebar Efektif Pelat ... 18

K.

Modulus Elastic Balok Beton Prategang (Ec Balok Prategang) ... 18

L.

Modulus Geser ... 19

M.

Section Properties ... 19

(8)

O.

Eksentrisitas Tendon...20

P.

Gaya momen dan gaya geser ... 20

Q.

Gaya Prategang ... 21

R.

Penulangan Balok ... 22

S.

Perhitungan Posisi tendon ... 22

T.

Loss Of Prestress (Kehilangan Gaya Prategang) ... 25

U.

Tegangan Yang Terjadi Pada Balok ... 27

V.

Lendutan ... 30

W.

Gaya Jacking ... 30

X.

Prategang Efektif ... 30

Y.

Transfer ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

A.

Pengumpulan Data ... 33

B.

Deskripsi Metode Pengujian Manual ... 33

C.

Deskripsi Metode Pengujian Numerik ... 34

D.

Analisis Hasil Penelitian ... 34

E.

Deskripsi Diagram Alir Penelitian ... 35

BAB IV. PEMBAHASAN ... 36

A.

Perhitungan Gaya-Gaya Dalam Manual ... 36

B.

Perhitungan Gaya-Gaya Dalam Numerik (SAP 2000) ... 51

C.

Perbandingan Gaya-Gaya Dalam ... 51

(9)

E.

Perhitungan Penulangan Balok (Bentang 30 m) ... 57

F.

Perhitungan Posisi Tendon (Bentang 30 m) ... 59

G.

Perhitungan Kehilangan Gaya Prategang (Loss Of Prestress)

(Bentang 30 m) ... 69

H.

Perhitungan Lendutan (Bentang 30 m) ...82

I.

Gaya Momen dan Gaya Normal Kondisi Miring ...85

J.

Kemiringan Maksimum (Bentang 30 m) ...89

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...93

A.

Simpulan ...93

B.

Saran ...95

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem transportasi merupakan suatu rangkaian sistem dimana kelancaran

transportasi suatu daerah akan menjadi tumpuan bagi daerah itu sendiri. Hal

tersebut mengharuskan terciptanya sistem transportasi yang baik sehingga

mendukung terwujudnya tujuan pembangunan daerah.

Pembangunan sarana dan prasarana transportasi harus terus ditingkatkan

untuk memperbaiki sistem transportasi yang telah ada. Terutama sistem

transportasi darat, karena transportasi darat merupakan sarana penghubung

utama antar daerah yang ada di Indonesia saat ini, dan salah satu sarana

perhubungan darat selain jalan raya dan jalan kereta api adalah jembatan

layang (

Fly Over

).

(11)

apakah berpengaruh terhadap nilai gaya prategang dan jumlah tendon yang

akan diberikan pada balok girder prestress. Selain itu juga akan dilakukan

analisis untuk mengetahui sejauh apa pengaruh kenaikan nilai kemiringan

terhadap jumlah tulangan yang terpasang pada girder.

B. Rumusan Masalah

Setelah mengalami kenaikan nilai kemiringan, balok girder prestress akan

mengalami perubahan gaya prategang yang diberikan pada balok itu sendiri.

Untuk itu akan dilakukan analisis pengaruh kemiringan jembatan terhadap

gaya prategang yang diberikan pada balok girder prestress tersebut.

Dari peraturan Desain Geometrik dan Bangunan Atas yang dikeluarkan oleh

Departemen Pekerjaan Umum sudah ditentukan bahwa batas kemiringan

maksimum yang boleh diberikan pada balok jembatan layang adalah sebesar

5 %. Untuk itu akan dilakukan analisis terkait gaya prategang yang bekerja

pada balok prestress apabila kemiringan yang diberikan melebihi 5 %, apakah

balok prestress tersebut masih dalam kategori aman atau tidak.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, antara lain :

1.

Mengetahui pengaruh kemiringan terhadap gaya prategang yang diberikan

pada girder.

(12)

3.

Mengetahui apakah balok prestress masih dalam keadaan aman untuk

digunakan apabila kemiringan yang diberikan melebihi batas maksimum

yaitu 5 %.

D. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian kali ini dibatasi pada analisa pengaruh kemiringan

yang diberikan terhadap gaya prategang, kebutuhan tendon, dan kebutuhan

tulangan pada balok girder prestress menggunakan metode manual dengan

menggunakan Microsoft Excel dan metode numerik dengan menggunakan

SAP 2000. Beberapa batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.

Analisis yang dilakukan terhadap kemiringan girder prestress jembatan

terbatas pada nominal kemiringan standar sebesar 0 %, 2,5 %, 5 %, serta

7,5 %. Untuk panjang bentang balok divariasi menjadi 30 m, 35 m, dan 40

m.

(13)

Balok Prategang keluaran Wijaya Karya Beton sebagai acuan nilai dimensi

balok pratekan yang akan dipakai pada proses analisis, serta peraturan

Desain Geometrik dan Bangunan Atas yang dikeluarkan oleh Departemen

Pekerjaan Umum untuk mengetahui batas maksimum kemiringan yang

akan diberikan pada balok prestress.

3.

Proses stressing dilakukan dengan mengasumsikan balok dalam kondisi

datar.

4.

Analisis akan dilakukan melalui metode manual menggunakan Microsoft

Excel dan metode numeric menggunakan SAP 2000.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1.

Memberi referensi dalam menganalisis nilai gaya prategang yang harus

diberikan pada balok girder prestress.

2.

Memberi referensi dalam menganalisis jumlah kebutuhan tendon pada

balok, khususnya pada balok girder prestress.

3.

Memberi referensi dalam menganalisis jumlah tulangan pada balok,

khususnya pada balok girder prestress.

4.

Memberi referensi dalam menganalisis pengaruh kemiringan yang

diberikan kepada balok girder prestress terhadap gaya prategang girder.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Jembatan

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

melalui suatu rintangan yang lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain

berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam, alur sungai

saluran irigasi dan pembuang (Veen, 1990).

B.

Pembebanan Jembatan

1.

Beban Mati

(15)

Tabel 2.1. Berat isi bahan

bahan bangunan

No.

Bahan

Berat/Satuan Isi

Kerapatan Massa

(kN/m

3

)

(kg/m

3

)

1

Campuran Aluminium

26,7

2720

2

Lapisan permukaan beraspal

22

2240

3

Besi Tuang

71

7200

4

Timbunan tanah dipadatkan

17,2

1760

5

Kerikil dipadatkan

18,8 - 22,7

1920

2320

6

Aspal beton

22

2240

7

Beton ringan

12,25 - 19,6

1250

2000

8

Beton

22 - 25

2240

2560

9

Beton prategang

25 - 26

2560

2640

10 Beton bertulang

23,5 - 25,5

2400

2600

11 Timbal

111

11400

12 Lempung lepas

12,5

1280

13 Batu pasangan

23,5

2400

14 Neoprin

11,3

1150

15 Pasir kering

15,7 - 17,2

1600

1760

16 Pasir basah

18 - 18,8

1840

1920

17 Pasir Lunak

17,2

1760

18 Baja

77

7850

19 Kayu (ringan)

7,8

800

20 Kayu (keras)

11

1120

21 Air murni

9,8

1000

22 Air garam

10

1025

23 Besi tempa

75,5

7680

2.

Beban Lalu Lintas

(16)

Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan

menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu

iring

iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D"

yang bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri.

Beban “D” didasarkan pada karakteristik jembatan yang memiliki lajur

lalu lintas rencana dimana jumlah maksimum lajur lalu lintas untuk

berbagai lebar lalu lintas ditentukan pada

Tabel 2.2

.

(17)

Intensitas beban lajur “D” terdiri dari beban tersebar merata (BTR) yang

digabung dengan beban garis (BGT) seperti pada

Gambar 2

.

Gambar 2.1.

Intensitas beban lajur “D”

Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya

q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut:

a)

Bila L ≤ 30 m; q = 9 kPa

b)

Bila L > 30 m; q = 9 (0,5 + (15/L)) kPa

dengan pengertian:

q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang

jembatan; L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter).

(18)

identik harus ditempatkan pada posisi dalam arah melintang jembatan

pada bentang lainnya.

Penyebaran beban "D" harus disusun pada arah melintang sedemikian

rupa sehingga menimbulkan momen maksimum. Penyusunan

komponen-komponen BTR dan BGT dari beban "D" pada arah melintang harus

sama. Penempatan beban ini dilakukan dengan ketentuan adalah sebagai

berikut :

a.

Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m,

maka beban "D" harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan

intensitas 100 % .

b.

Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban "D" harus

ditempatkan pada jumlah lajur lalu lintas rencana (nl) yang

berdekatan, dengan intensitas 100 %. Hasilnya adalah beban garis

ekuivalen sebesar nl x 2,75 q kN/m dan beban terpusat ekuivalen

sebesar nl x 2,75 p kN, kedua

duanya bekerja berupa

strip

pada

jalur selebar nl x 2,75 m;

c.

Lajur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan

dimana saja pada jalur jembatan. Beban "D" tambahan harus

ditempatkan pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas

sebesar 50 %.

(19)

simulasi pengaruh roda kendaraan berat. Ketentuan satu truk "T"

diterapkan per lajur lalu lintas rencana seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.2

.

Berat dari masing

masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama

besar yang merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan

lantai. Jarak antara 2 as tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai

9,0 m untuk mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang

jembatan.

Gambar 2.2.

Ketentuan beban “T”

pada jembatan jalan raya

3.

Gaya Rem

Pengaruh gaya

gaya dalam arah memanjang jembatan akibat gaya rem,

harus ditinjau. Pengaruh ini diperhitungkan senilai dengan pengaruh

gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut yang

(20)

Gaya rem tersebut dianggap berkerja horizontal dalam arah sumbu

jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 meter di atas permukaan

lantai kendaraan (Supriyadi, dkk., 2007).

4.

Beban Angin

Angin harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas.

Apabila suatu kendaraan sedang ada diatas jembatan, beban garis merata

tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti

diberikan dengan rumus :

Tew = 0,0012 x Cw x Vw

2

(kN/m)

………

... (2.1)

dengan :

Tew = beban garis akibat beban angin (kN/m)

Cw = koefisien seret

Vw = kecepatan rencana angin (m/s)

Untuk koefisien seret dan kecepatan rencana angin dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

(21)

Tabel 2.4. Kecepatan rencana angin

5.

Beban Akibat Gempa Bumi

Pengaruh-pengaruh gempa bumi pada jembatan dihitung senilai dengan

pengaruh suatu gaya horizontal pada konstruksi yang ditinjau dan perlu

ditinjau pula gaya

gaya lain yang berpengaruh seperti gaya gesek pada

perletakan, tekanan hidro

dinamik akibat gempa, tekanan tanah akibat

gempa dan gaya angkat apabila pondasi yang direncanakan merupakan

pondasi terapung/pondasi langsung (Supriyadi, dkk., 2007).

6.

Beban terfaktor

Beban kerja yang merupakan yang telah dikalikan dengan factor beban

yang sesuai. (Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan)

C.

Stressing

(Pemberian Gaya Prategang)

(22)

lain juga dikatakan,

stressing

merupakan proses penarikan kabel tendon yang

ada di dalam girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang.

D.

Beton Bertulang

Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan

yang tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa

prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material

bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI

03-2847-2002).

Beton memiliki sifat utama yaitu kuat terhadap beban tekan, maka untuk

mengetahui mutu beton, pada umumnya ditinjau terhadap kuat beton tersebut.

E.

Girder

Girder merupakan balok yang terpasang pada jembatan. Balok yang

digunakan pada pembangunan jembatan dibangun sesuai kebutuhan jembatan

itu sendiri. Untuk jembatan yang memiliki panjang bentang maksimal 25 m,

biasanya hanya menggunakan balok bertulang biasa. Namun apabila panjang

bentang sudah melebihi dari 25 m, jembatan tersebut harus menggunakan

balok prategang atau balok prestress. Pada girder atau balok prestress itu ada

beberapa bahan yang terpasang di dalam dan di luar dari girder itu sendiri,

bahan-bahan itu adalah sebagai berikut :

1. Strand

Strand

merupakan kabel yang akan ditarik oleh

hiydraulic jack

pada proses

(23)

kawat.

Strand

yang dipakai biasanya memiliki nominal diameter sebesar

12,7 mm dan luas penampang efektif sebesar 100 mm

2

. Kuat tarik ultimate

dari

strands

jenis ini sebesar 1840 MPa dan tegangan putus sebesar 184 kN.

2. Anchor Head (Angker Hidup)

Bagian dari angker yang berfungsi untuk mengikat atau mengunci baja

strands setelah dilakukan stressing. Ukuran angker hidup ini bervariasi

sesuai dengan gaya yang ditahan, ukuran dan mutu baja strands yang

digunakan. Kombinasi lubang angker yaitu 7 dan 12 dengan ukuran 0.5’’

dan 0.6’’.

(Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

3.

Wedges

Terdiri dari sepasang baji yang bentuknya hampir menyerupai seperti

bentuk kerucut dan bagian dalamnya bergerigi. Berfungsi sebagai penjepit

kabel

strand

yang sudah terlebih dahulu terpasang pada

wedges plate

, agar

kabel

strand

tidak mengalami pergerakan saat dilaksanakan

stressing

.

(Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

4.

Casting

(24)

5.

Bursting Steel

Berupa rangkaian tulangan besi dipasang dan tertanam di belakang

casting. Berfungsi sebagai perkuatan untuk menahan penyebaran gaya

arah radial yang terjadi akibat gaya prategang yang bekerja pada casting.

(Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

6.

Duct/ Sheat (Kelongsong)

Berbentuk seperti pipa, berfungsi sebagai tempat kedudukan baja prestress

sehingga posisi sesuai dengan yang direncanakan setelah beton dicor, juga

untuk menjaga baja prestress agar bebas dari ikatan dengan beton.

Diameter duct yang biasa digunakan 51, 66, 84, dan 105 mm. (Standar

Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga)

7.

Grout Vent

Pipa untuk lubang memasukkan bahan grout atau dapat juga sebagai

lubang ventilasi pada saat pekerjaan grouting dilakukan. Biasanya

dipasang pada posisi tertinggi dan terendah. (Standar Bangunan Atas

Jembatan, Dirjen Bina Marga

8.

Dead End (Angkur Mati)

(25)

9.

Diafragma

Diafragma adalah balok yang berada diantara dua girder yang berfungsi

sebagai pengikat antar girder dan penyebaran beban hidup. Tebal

diafragma untuk semua bentang adalah 200 mm. Pada diafragma ini dapat

dipilih dengan menggunakan kabel atau tulangan saja yang detailnya bias

dilihat dalam gambar kerja. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen

Bina Marga)

F.

Kuat tekan beton

Kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur (benda uji

berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), untuk dipakai dalam

perencanaan struktur beton, dinyatakan dalam satuan mpa. Bila nilai

f’c

di

dalam tanda akar, maka hanya nilai numerik dalam tanda akar saja yang

dipakai, dan hasilnya tetap mempunyai satuan

MPa (SNI-03-2847-2002).

Nilai f’c bi

sa didapat dengan rumus sebagai berikut :

f'c = 0,83 x K/10

………. (

2.2)

dengan:

(26)

G.

Modulus Elastik Beton (Ec)

Rasio tegangan normal tarik atau tekan terhadap regangan yang timbul akibat

tegangan tersebut. Nilai rasio ini berlaku untuk tegangan di bawah batas

proporsional material (SNI-03-2847-2002).

Nilai modulus elastisitas bisa didapat dengan rumus sebagai berikut :

Ec = 4700 x

…………...………. (

2.3)

dengan:

Ec = Modulus elastik beton (MPa)

f’c

= Kuat tekan beton sampel silinder (MPa)

H.

Nilai perbandingan modulus elastik plat dan balok

n = Ec pelat / Ec balok prategang

………... (

2.4)

dengan:

Ec pelat = modulus elastik pelat (MPa)

Ec balok prategang = modulus elastik balok prategang (MPa)

I.

Tegangan izin

1.

Kuat Tekan Beton pada keadaan awal (saat transfer)

(fci’) :

fci’

= 0.80 x f’c

………

.. (2.5)

2.

Tegangan ijin beton saat penarikan :

Tegangan ijin tekan

= 0,6 x fci’

……….

(2.6)

Tegangan ijin tarik = 0,5 x

………

(2.7)

3.

Tegangan ijin beton pada keadaan akhir :

(27)

dengan :

f’c

= kuat tekan beton (MPa)

fci’

= kuat tekan beton saat transfer (MPa)

(Sumber : SNI-03-2847-2002)

J.

Penentuan lebar efektif pelat (be)

Nilai lebar efektif didapat dari rumus- rumus berikut ini :

be

=

………...…

. (2.10)

be = S

………

.... (2.11)

be = 12 x ho

……….

.. (2.12)

Setelah didapat nilai dari masing- masing persamaan, nilai lebar efektif

diambil dari nilai yang terkecil.

dengan :

be = lebar efektif pelat (m)

L = panjang bentang balok (m)

S = jarak antar girder (m)

ho = tebal pelat (m)

K.

Modulus elastik balok beton prategang (Ec balok prategang)

Nilai modulus elastic untuk balok beton prategang bias didapat dari rumus

sebagai berikut :

Ec = 0.043 x wc

1.5

x

………...

(2.13)

dengan :

Ec = modulus elastik beton prategang (MPa)

wc = berat volume bahan beton prategang (kN/m

3

)

f’c

= kuat tekan beton (Mpa)

(28)

L.

Modulus Geser

G =

………..

(2.14)

dengan :

G = modulus geser (MPa)

Ec = modulus elastik beton (MPa)

υ = angka poisson

M.

Section properties

1.

Letak titik berat :

yb

= ∑A x y / ∑A ...

... (2.15)

ya = h

yb

………

... (2.16)

2.

Momen inersia terhadap alas balok (Ib) :

Ib

= ∑A x y

2

+ ∑ I

xo

………

... (2.17)

3.

Momen inersia terhadap titik berat balok (Ix) :

Ix = Ib

A x yb

2

………..

(2.18)

4.

Tahanan momen (W)

Tahanan momen sisi atas (Wa) :

Wa = Ix / ya

……….

(2.19)

Tahanan momen sisi bawah (Wb) :

Wb = Ix / yb

………

. (2.20)

dengan:

ya = jarak dari titik berat balok ke serat teratas balok (m)

yb = jarak dari titik berat balok ke serat terbawah balok (m)

h = tinggi balok (m)

Ib = momen inersia terhadap alas balok (m

4

)

Ixo = momen inersia penampang (m

4

)

Ix = momen inersia terhadap titik berat balok (m

4

)

Wa,Wb = tahanan momen (m

3

)

(29)

N.

Perhitungan pembebanan

Berat balok (Q):

W = A x L x wc

………

...

……. (

2.21)

Q = W / L

………

...

… (

2.22)

dengan :

W = berat balok (kN)

A = luas peampang balok (m

2

)

L = panjang balok (m)

wc = berat volume beton (kN/m

3

)

Q = berat balok permeter panjang (kN/m)

O.

Eksentrisitas tendon (es)

Nilai eksentrisitas bisa didapat dari rumus sebagai berikut :

es = yb

zo

……….

. (2.23)

dengan :

es = eksentrisitas tendon (m)

yb = jarak titik berat ke sisi bawah balok (m)

zo = jarak dari alas ke lintasan inti tendon pada tengah bentang 0,1375 (m)

P.

Gaya Momen dan Gaya Geser

M = 1/8 x Q x L

……….

(2.24)

V = ½ x Q x L

………

(2.25)

dengan :

M = Gaya momen (kNm)

V = Gaya geser (kN)

(30)

Q.

Gaya prategang

1.

Gaya prategang awal (Pt)

Pt = Mbalok / (es - Wa/A)

…...………..

(2.26)

Pt = (0.6 x fci' x Wb + Mbalok) / (Wb / A + es)

………..

(2.27)

Dari dua persamaan diatas diambil nilai yang terkecil untuk

menentukan nilai gaya prategang awal yang dipakai.

dengan :

Pt = Gaya prategang awal (kN)

Mbalok = Momen maksimum akibat beban balok (kNm)

es = eksentrisitas tendon (m)

Wa,Wb = tahanan momen (m

3

)

A = luas penampang balok (m

2

)

2.

Gaya prategang saat jacking (Pj)

Untuk gaya prategang saat jacking, secara umum nilainya bisa kita

dapatkan dari urutan rumus-rumus berikut ini :

Pj = Pt / 0,85

……….

(2.28)

Pj = 0,8 x Pb1 x nt

……….………..

(2.29)

Kemudian dari persamaan kedua rumus diatas didapat jumlah tendon

dan jumlah strand:

nt = Pt / (0,85 x 0,8 x Pb1)

………..

(2.30)

ns = Pt / (0,85 x 0,8 x Pbs)

………..

(2.31)

Persentase tegangan leleh:

po = Pt / ( 0,85 x ns x Pbs) x 100%

………

(2.32)

Gaya prategang yang terjadi akibat jacking:

(31)

dengan :

Pt = gaya prategang awal (kN)

Pj = gaya prategang saat jacking (kN)

po = persentase tegangan leleh yang timbul pada baja (%)

nt = jumlah tendon

ns = jumlah strand

Pbs = beban putus minimal satu strand (kN)

Pb1 = beban putus satu tendon (kN)

R.

Penulangan Balok

As

= π/4 x D

2

………

... (2.34)

As total = 0,5 % x A

………

... (2.35)

Jumlah tulangan =

………

. (2.36)

dengan :

As = luas penampang satu tulangan (m

2

)

As total = luas tulangan total yang dibutuhkan (m

2

)

S.

Perhitungan posisi tendon

1. Posisi tendon di tengah bentang

Jarak 22ertical antara as ke as tendon:

Yd= ns total x (zo

a) / ns

…...

... (2.37)

dengan :

yd = jarak vertikal antara as ke as tendon (m)

ns total = jumlah strand seluruh

zo = jarak dari alas ke lintasan inti tendon pada tengah bentang (m)

a

= jarak dari alas balok ke as baris tendon ke 1 pada bagian tengah

bentang balok (m)

2. Posisi tendon di tumpuan

(32)

ye = yb - a'

………

...

(2.39)

yd’

= ye / (ye / yd')

………

... (2.40)

zo = a' + ye = yb ... (2.41)

dengan :

ye = letak titik berat girder terhadap pusat tendon terbawah (m)

yb = jarak dari titik berat balok ke serat atas terbawah balok (m)

yd’

= jarak as ke as tendon pada bagian tumpuan (m)

ns = jumlah kawat untaian strand yang diperlukan (m)

a’

= jarak dari alas balok ke baris tendon ke 4 pada bagian tumpuan (m)

zo = jarak dari alas ke lintasan inti tendon pada tengah bentang (m)

3. Eksentrisitas masing-masing tendon

zi = a’ + yd’

………

(2.42)

dengan :

zi

= jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada

bagian tengah bentang (m)

a’

= jarak dari alas balok ke baris tendon ke 4 pada bagian tumpuan (m)

yd’

= jarak as ke as tendon pada bagian tumpuan (m)

Perhitungan nilai xi :

xi

= zi’ –

zi

………

...

.. (2.43)

dengan :

xi = selisih antara jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap

barisnya pada bagian tumpuan dan bagian tengah bentang (m)

zi’

= jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada bagian

tumpuan (m)

zi = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada

bagian tengah bentang (m)

4. Lintasan inti tendon

Y = 4 x es x X / L

2

x (L - X)

………

(2.44)

dengan :

Y = lintasan inti tendon (m)

es = eksentrisitas tendon (m)

(33)

Sudut lintasan inti tendon :

L/2 + xo

……….

(2.45)

es + eo

………..

.. (2.46)

θ

=

………

(2.47)

dengan :

L = panjang balok (m)

es = eksentrisitas tendon (m)

eo = jarak antara pusat angkur ke pusat titik berat balok (m)

xo = jarak horizontal dari posisi angkur ke titik pertemuan antara titik berat

balok dan lintasan inti tendon (m)

θ

= sudut lintasan tendon dari ujung ke tengah

5. Sudut angkur masing-masing tendon

dY/dX = 4 x xi /L

………...

... (2.48)

θ

= ATAN (dY/dX)

………

... (2.49)

dengan:

xi = selisih antara jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya

pada bagian tumpuan dan bagian tengah bentang (m)

L = panjang balok (m)

θ

= sudut masing-masing angkur

6. Posisi masing masing tendon

zi = zi' - 4 x xi x X / L^2 x (L - X)

………

.. (2.50)

dengan :

zi = jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada bagian

tengah bentang (m)

zi’

= jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap barisnya pada bagian

tumpuan (m)

xi = selisih antara jarak alas ke as masing-masing tendon di setiap

barisnya pada bagian tumpuan dan bagian tengah bentang (m)

(34)

T.

Loss of prestress (kehilangan gaya prategang)

Secara umum kehilangan gaya prategang pada balok terbagi menjadi dua,

yaitu jangka pendek dan jangka panjang.

1.

Loss of prestress jangka pendek

a.

Akibat gesekan angkur (Anchorage Friction)

Dalam penelitian ini, kehilangan gaya akibat gesekan angkur

diperhitungkan sebesar 3 % dari gaya prategang akibat jacking.

Po = 97 % x Pj

………

(2.51)

dengan :

Po = Gaya prategang akibat gesekan angkur (kN)

Pj = Gaya prategang saat jacking (kN)

b.

Akibat gesekan kabel saat jacking (Jack Friction)

Loss of prestress akibat gesekan kabel saat jacking bisa didapat

dari rumus berikut ini :

Px = Po x e

(-μ x (θ+β x Lx))

………...

(2.52)

dengan :

Px = Gaya prategang akibat gesekan saat jacking (kN)

Po = Gaya prategang akibat gesekan angkur (kN)

e = bilangan natural (2,7183)

μ

= koefisien gesek (NAASRA Bridge Design Spesification)

θ

= sudut lintasan tendon (rad)

β

= koefisien wobble (NAASRA Bridge Design Spesification)

Lx = Panjang bentang balok (m)

c.

Akibat Pemendekan Elastis (Elastic Shortening)

Kehilangan tegangan pada baja oleh regangan elastik dengan

memperhitungkan pengaruh berat sendiri :

(35)

dengan :

Δpe

= kehilangan tegangan akibat pemendekan elastic (kN)

Δ pe

= Kehilangan tegangan pada baja oleh regangan elastik

tanpa pengaruh berat sendiri (kPa)

At = luas tampang tendon baja prategang (m

2

)

d.

Akibat pengangkuran (Anchoring)

Nilai akhir gaya prategang akibat pengangkuran bisa didapat dari

rumus berikut ini :

P max = P' max

Δpe

……….

(2.54)

dengan :

P max = gaya prategang akibat pengangkuran (kN)

P’ max

= nilai hitungan sebelumnya (kN)

Δpe

= kehilangan tegangan akibat pemendekan elastic (kN)

2.

Loss of prestress jangka panjang

a.

Pengaruh susut (Shrinkage)

Loss of prestress akibat pengaruh susut bisa didapat dengan rumus

sebagai berikut :

sh = Δ su x Es

………...

.... (2.55)

dengan :

sh

= tegangan akibat susut (kPa)

Δ su

=

b x kb x ke x kp

(koefisien pengali)

Es = Modulus elastis baja prategang (kPa)

b.

Pengaruh rangkak (creep)

Loss of prestress akibat pengaruh rangkak bisa didapat dengan

rumus sebagai berikut :

pi = Pi /At

………

(2.56)

dengan :

pi

= tegangan akibat rangkak (kPa)

Pi = P initial saat transfer (kN)

(36)

U.

Tegangan yang terjadi pada balok

1.

Tegangan Yang Terjadi Pada Penampang Balok

a.

Keadaan Awal (Saat Transfer)

Tegangan yang terjadi pada keadaan awal saat transfer bisa

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

fc = - Pt / A + Pt x es / W - Mbalok / W

………

(2.57)

dengan :

fc = tegangan pada kondisi awal saat transfer (kPa)

Pt = prategang awal saat transfer (kN)

A = luas penampang balok (m

2

)

es = eksentrisitas tendon (m)

W = tahanan momen (m

3

)

M

balok

= momen maksimum akibat beban balok (kNm)

b.

Keadaan Setelah Loss Of Prestress

Tegangan yang terjadi setelah loss of prestress dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

f = - Peff / A + Peff x es / W + Mbalok / W

……….

(2.58)

dengan :

f = tegangan setelah loss of prestress (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

A = luas penampang balok (m

2

)

es = eksentrisitas tendon (m)

W = tahanan momen (m

3

)

Mbalok = momen maksimum akibat beban balok (kNm)

c.

Keadaan Setelah Plat Lantai Selesai Dicor

Tegangan yang terjadi setelah plat lantai selesai dicor dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(37)

dengan :

f = tegangan setelah pelat lantai selesai dicor (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

A = luas penampang balok (m

2

)

es = eksentrisitas tendon (m)

W = tahanan momen (m

3

)

M

balok+pelat

= momen maksimum akibat beban balok dan beba pelat

(kNm)

d.

Keadaan Setelah Plat Dan Balok Menjadi Komposit

Tegangan yang terjadi setelah plat dan balok menjadi komposit

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

f = - Peff / Ac + Peff x es / Wc + Mbalok+pelat / Wc

…...

... (2.60)

dengan :

f = tegangan setelah pelat lantai selesai dicor (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

Ac = luas penampang balok komposit (m

2

)

es = eksentrisitas tendon (m)

Wc = tahanan momen komposit (m

3

)

Mbalok+pelat = momen maksimum akibat beban balok dan beba pelat

(kNm)

2.

Tegangan Yang Terjadi Pada Balok Komposit

Tegangan akibat pembebanan pada balok secara umum dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

f = ± M / Wc

……….

(2.61)

dengan :

f = tegangan akibat pembebanan (kPa)

M = Momen akibat beban (kNm)

(38)

3.

Tegangan akibat susut dan rangkak beton

a.

Tegangan Akibat Susut Beton (Shrinkage)

Tegangan akibat susut beton dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

fc = Ps / Ac - Ps x e' / Wc

………...

(2.62)

dengan :

fc = tegangan akibat susut beton (kPa)

Ps = gaya internal yang timbul akibat susut (kN)

e’

= eksentrisitas tendon (m)

Ac = luas penampang komposit (m

2

)

Wc = tahanan momen penampang komposit (m

3

)

b.

Tegangan Akibat Rangkak Beton (Creep)

Tegangan sebelum loss of prestress :

fa = - Pi / Ac + Pi x e's / Wc + Mbalok+pelat / Wc

……….

(2.63)

Tegangan sebelum loss of prestress :

fa = - Peff / Ac + Peff x e's / Wc + M

balok+pelat

/ Wc

………..

(2.64)

dengan :

fa = tegangan akibat rangkak (kPa)

Pi = prategang initial (kN)

Peff = prategang efektif (kN)

e’s

= eksentrisitas (m)

Ac = luas penampang komposit (m

2

)

Wc = tahanan momen penampang komposit (m

3

)

4.

Tegangan Akibat Prategang (PR)

Nilai tegangan akibat prategang dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

(39)

dengan :

fc = tegangan akibat prategang (kPa)

Peff = prategang efektif (kN)

e’s

= eksentrisitas (m)

Ac = luas penampang komposit (m

2

)

Wc = tahanan momen penampang komposit (m

3

)

V.

Lendutan

Nilai lendutan bisa didapatkan dengan rumus sebagai berikut :

δ = 5/384 x Q x (L

4

/ (Ebalok x Ixc))

……….

(2.66)

dengan :

δ

= lendutan balok (m)

Q = beban merata per meter pada balok (kN/m)

L = panjang balok (m)

E

balok

= Modulus elastisitas balok (kPa)

Ixc

= inersia penampang komposit (m

4

)

W.

Gaya Jacking

Gaya sementara yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya

tarik pada tendon di dalam beto prategang. (Perencanaan Struktur Beton

Pratekan Untuk Jembatan)

X.

Prategang Efektif

(40)

Y.

Transfer

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini akan dibahas metode-metode yang terkait dengan analisis yang

akan dilakukan yaitu metode pengujian manual menggunakan Microsoft Excel

dan metode numerik dengan menggunakan SAP 2000.

Pada metode pengujian manual menggunakan Microsoft Excel, akan dihitung

terlebih dahulu pembebanan yang bekerja pada balok yang berada pada posisi

kemiringan 0 %, dengan variasi panjang bentang balok masing-masing 30 m, 35

m, dan 40 m. Pada akhirnya menghitung gaya prategang, jumlah tendon, dan

kebutuhan tulangan menggunakan pembebanan yang telah dihitung sebelumnya

dari setiap variasi panjang bentang. Setelah itu baru menghitung pengaruh

kemiringan yang diberikan sebesar 2,5 %, 5 %, dan 7,5 % terhadap gaya

prategang melalui kontrol tegangan.

(42)

Setelah didapatkan hasil dari masing-masing metode, membandingkan hasil dari

masing-masing metode. Hasil yang dibandingkan lebih dikhususkan pada

gaya-gaya dalam balok jembatan terhadap beban.

A.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan agar proses analisis pengaruh kemiringan

jembatan prestress terhadap gaya prategang girder dapat dilakukan. Data yang

digunakan dalam analisis berupa data sekunder. Data sekunder diambil dari

hasil analisis jembatan suatu proyek, penelitian tentang balok prestress,

peraturan terkait jembatan dll. Pada penelitian ini akan dibahas

metode-metode yang terkait dengan analisis.

B.

Deskripsi Metode Pengujian Manual

Pada pengujian manual yang dilakukan sebagai berikut:

1.

Penentuan data umum jembatan seperti panjang balok prategang, jarak

antar balok prategang, tebal plat dll.

2.

Menentukan specific gravity bahan.

3.

Menentukan dimensi balok yang akan dihitung.

4.

Menentukan mutu beton prategang, strand, dan baja tulangan yang akan

dipakai.

5.

Penentuan lebar plat efektif lantai.

6.

Menghitung section properties balok prategang.

(43)

8.

Menghitung pembebanan yang diterima oleh balok prategang.

9.

Meresume kembali gaya geser dan gaya momen yang terjadi pada balok

prategang.

10.

Menghitung kebutuhan tulangan, gaya prategang, eksentrisitas, dan

jumlah tendon.

11.

Menghitung kehilangan gaya prategang (loss of prestress).

12.

Kontrol tegangan akibat balok yang dimiringkan.

C.

Deskripsi Metode Pengujian Numerik

Pada metode numerik dengan SAP 2000 dilakukan sebagai berikut:

1.

Pendefinisian struktur jembatan.

2.

Menentukan pembebanan sesuai perhitungan pada pengujian manual

berdasarkan RSNI T-02-2005 tentang pembebanan untuk jembatan.

3.

Proses analisis.

4.

Membahas hasil analisis berupa gaya-gaya dalam yaitu gaya momen dan

gaya normal.

D.

Analisis Hasil Penelitian

(44)

E. Diagram Alir Penelitian

[image:44.595.134.497.153.642.2]

Diagram Alir Proses Analisis Penelitian :

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

ANALISIS

MANUAL

(Ms. Excel)

PROGRAM

(SAP 2000)

GAYA-GAYA DALAM

PEMBAHASAN DAN

KESIMPULAN

PERHITUNGAN

STRUKTUR GIRDER

MULAI

GAYA-GAYA DALAM

(45)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Dari penelitian

ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN

PRESTRESS TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER

” yang telah

dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1.

Hasil perhitungan lendutan masing-masing bentang sebagai berikut :

a.

Bentang 30 m

No

Kondisi

Lendutan (δ)

M

1

Awal keadaan transfer

-0,0314

2

Setelah loss of prestress

-0,0242

3

Setelah plat selesai dicor

-0,0106

4

Setelah balok menjadi komposit

-0,0170

b.

Bentang 35 m

No

Kondisi

Lendutan (δ)

M

1

Awal keadaan transfer

-0,0345

2

Setelah loss of prestress

-0,0288

(46)

c.

Bentang 40 m

No

Kondisi

Lendutan (δ)

M

1

Awal keadaan transfer

-0,0411

2

Setelah loss of prestress

-0,0343

3

Setelah plat selesai dicor

-0,0147

4

Setelah balok menjadi komposit

-0,0251

2.

Gaya prategang efektif masing-masing bentang sebagai berikut :

a.

Bentang 30 m → Peff

= 6091,8035 kN

b.

Bentang 35 m → Peff

= 7172,5224 kN

c.

Bentang 40 m → Peff

= 7860,2638 kN

3.

Kemiringan Maksimum yang didapatkan dari masing- masing bentang

adalah sebagai berikut :

a.

Bentang 30 m →

49, 3562 %

b.

Bentang 35 m →

57,8581 %

c.

Bentang 40 m → 68,5936 %

(47)

B.

Saran

Dari penelitian

ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN

PRESTRESS TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER

” yang telah

dilakukan, dapat diberikan saran sebagai berikut :

1.

Dapat dilakukan penelitian serupa pada PC-U girder maupun Box girder.

2.

Dapat dilakukan penelitian serupa dengan penerapan metode yang

berbeda, seperti yang diterapkan T.Y. Lien dll.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002. ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

(SNI 03-2847-

2002)”. Badan Standarisasi Nasional.

Anonim, 2005. ”Pembebanan Un

tuk Jembatan (RSNI T-02-

2005)”.

Badan

Standarisasi Nasional.

Anonim, 1989.

”Spesifikasi Konstruksi Jembatan Tipe Balok T Untuk BM

100”.Departemen Pekerjaan Umum

Anonim,

1993

. “

Standar

Bangunan

Atas

Jembatan

Gelagar

Beton

Pratekan

”.Departemen Pekerjaan Umum

Supriyadi, B., dan Muntohar, A.S..

2007. “Jembatan”. Edisi pertama.

Penerbit: Beta

Offset

Struyk, H.J., and Van Der Veen.

1990. ”

Jembatan

”.

PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Anonim, 2002. ”Desain Geometrik dan Bangunan Atas (Survey dan Desain

Jembatan)”. Departemen Pekerjaan Umum

Anonim, 2011. ”Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan”.Jakarta.

Direktorat Jendral Bina Marga

Ilham, M. Noer. 2008. ”Perhitungan Balok Prategang (PC

-

I Girder)”.Yogyakarta.

Universitas Lampung. 201

2. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas

(49)
(50)
(51)
(52)
(53)

Microsoft

Page 5 of 56

Table: Element Forces - Frames, Part 2 of 2

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

1 0.00000 Brt. Balok 1.819E-12 1-1 0.00000

1 0.50000 Brt. Balok 124.2134 1-1 0.50000

1 1.00000 Brt. Balok 244.2163 1-1 1.00000

1 1.50000 Brt. Balok 360.0084 1-1 1.50000

1 2.00000 Brt. Balok 471.5900 1-1 2.00000

1 2.50000 Brt. Balok 578.9609 1-1 2.50000

1 3.00000 Brt. Balok 682.1213 1-1 3.00000

1 3.50000 Brt. Balok 781.0709 1-1 3.50000

1 4.00000 Brt. Balok 875.8100 1-1 4.00000

1 4.50000 Brt. Balok 966.3384 1-1 4.50000

1 5.00000 Brt. Balok 1052.6563 1-1 5.00000

2 0.00000 Brt. Balok 1052.6563 2-1 0.00000

2 0.50000 Brt. Balok 1134.7634 2-1 0.50000

2 1.00000 Brt. Balok 1212.6600 2-1 1.00000

2 1.50000 Brt. Balok 1286.3459 2-1 1.50000

2 2.00000 Brt. Balok 1355.8213 2-1 2.00000

2 2.50000 Brt. Balok 1421.0859 2-1 2.50000

2 3.00000 Brt. Balok 1482.1400 2-1 3.00000

2 3.50000 Brt. Balok 1538.9834 2-1 3.50000

2 4.00000 Brt. Balok 1591.6163 2-1 4.00000

2 4.50000 Brt. Balok 1640.0384 2-1 4.50000

2 5.00000 Brt. Balok 1684.2500 2-1 5.00000

3 0.00000 Brt. Balok 1684.2500 3-1 0.00000

3 0.50000 Brt. Balok 1724.2509 3-1 0.50000

3 1.00000 Brt. Balok 1760.0413 3-1 1.00000

3 1.50000 Brt. Balok 1791.6209 3-1 1.50000

3 2.00000 Brt. Balok 1818.9900 3-1 2.00000

3 2.50000 Brt. Balok 1842.1484 3-1 2.50000

3 3.00000 Brt. Balok 1861.0963 3-1 3.00000

3 3.50000 Brt. Balok 1875.8334 3-1 3.50000

3 4.00000 Brt. Balok 1886.3600 3-1 4.00000

3 4.50000 Brt. Balok 1892.6759 3-1 4.50000

3 5.00000 Brt. Balok 1894.7813 3-1 5.00000

4 0.00000 Brt. Balok 1894.7813 4-1 0.00000

4 0.50000 Brt. Balok 1892.6759 4-1 0.50000

4 1.00000 Brt. Balok 1886.3600 4-1 1.00000

4 1.50000 Brt. Balok 1875.8334 4-1 1.50000

4 2.00000 Brt. Balok 1861.0963 4-1 2.00000

4 2.50000 Brt. Balok 1842.1484 4-1 2.50000

4 3.00000 Brt. Balok 1818.9900 4-1 3.00000

4 3.50000 Brt. Balok 1791.6209 4-1 3.50000

4 4.00000 Brt. Balok 1760.0413 4-1 4.00000

4 4.50000 Brt. Balok 1724.2509 4-1 4.50000

4 5.00000 Brt. Balok 1684.2500 4-1 5.00000

5 0.00000 Brt. Balok 1684.2500 5-1 0.00000

5 0.50000 Brt. Balok 1640.0384 5-1 0.50000

5 1.00000 Brt. Balok 1591.6163 5-1 1.00000

5 1.50000 Brt. Balok 1538.9834 5-1 1.50000

5 2.00000 Brt. Balok 1482.1400 5-1 2.00000

5 2.50000 Brt. Balok 1421.0859 5-1 2.50000

5 3.00000 Brt. Balok 1355.8213 5-1 3.00000

5 3.50000 Brt. Balok 1286.3459 5-1 3.50000

[image:53.612.64.400.102.720.2]
(54)

Microsoft

Page 6 of 56

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

5 4.50000 Brt. Balok 1134.7634 5-1 4.50000

5 5.00000 Brt. Balok 1052.6563 5-1 5.00000

6 0.00000 Brt. Balok 1052.6563 6-1 0.00000

6 0.50000 Brt. Balok 966.3384 6-1 0.50000

6 1.00000 Brt. Balok 875.8100 6-1 1.00000

6 1.50000 Brt. Balok 781.0709 6-1 1.50000

6 2.00000 Brt. Balok 682.1213 6-1 2.00000

6 2.50000 Brt. Balok 578.9609 6-1 2.50000

6 3.00000 Brt. Balok 471.5900 6-1 3.00000

6 3.50000 Brt. Balok 360.0084 6-1 3.50000

6 4.00000 Brt. Balok 244.2163 6-1 4.00000

6 4.50000 Brt. Balok 124.2134 6-1 4.50000

6 5.00000 Brt. Balok -2.078E-12 6-1 5.00000

7 0.00000 Brt. Balok 0.0000 7-1 0.00000

7 0.50000 Brt. Balok 124.2134 7-1 0.50000

7 1.00000 Brt. Balok 244.2163 7-1 1.00000

7 1.50000 Brt. Balok 360.0084 7-1 1.50000

7 2.00000 Brt. Balok 471.5900 7-1 2.00000

7 2.50000 Brt. Balok 578.9609 7-1 2.50000

7 3.00000 Brt. Balok 682.1213 7-1 3.00000

7 3.50000 Brt. Balok 781.0709 7-1 3.50000

7 4.00000 Brt. Balok 875.8100 7-1 4.00000

7 4.50000 Brt. Balok 966.3384 7-1 4.50000

7 5.00000 Brt. Balok 1052.6563 7-1 5.00000

8 0.00000 Brt. Balok 1052.6563 8-1 0.00000

8 0.50000 Brt. Balok 1134.7634 8-1 0.50000

8 1.00000 Brt. Balok 1212.6600 8-1 1.00000

8 1.50000 Brt. Balok 1286.3459 8-1 1.50000

8 2.00000 Brt. Balok 1355.8213 8-1 2.00000

8 2.50000 Brt. Balok 1421.0859 8-1 2.50000

8 3.00000 Brt. Balok 1482.1400 8-1 3.00000

8 3.50000 Brt. Balok 1538.9834 8-1 3.50000

8 4.00000 Brt. Balok 1591.6163 8-1 4.00000

8 4.50000 Brt. Balok 1640.0384 8-1 4.50000

8 5.00000 Brt. Balok 1684.2500 8-1 5.00000

9 0.00000 Brt. Balok 1684.2500 9-1 0.00000

9 0.50000 Brt. Balok 1724.2509 9-1 0.50000

9 1.00000 Brt. Balok 1760.0413 9-1 1.00000

9 1.50000 Brt. Balok 1791.6209 9-1 1.50000

9 2.00000 Brt. Balok 1818.9900 9-1 2.00000

9 2.50000 Brt. Balok 1842.1484 9-1 2.50000

9 3.00000 Brt. Balok 1861.0963 9-1 3.00000

9 3.50000 Brt. Balok 1875.8334 9-1 3.50000

9 4.00000 Brt. Balok 1886.3600 9-1 4.00000

9 4.50000 Brt. Balok 1892.6759 9-1 4.50000

9 5.00000 Brt. Balok 1894.7813 9-1 5.00000

10 0.00000 Brt. Balok 1894.7813 10-1 0.00000

10 0.50000 Brt. Balok 1892.6759 10-1 0.50000

10 1.00000 Brt. Balok 1886.3600 10-1 1.00000

10 1.50000 Brt. Balok 1875.8334 10-1 1.50000

10 2.00000 Brt. Balok 1861.0963 10-1 2.00000

10 2.50000 Brt. Balok 1842.1484 10-1 2.50000

10 3.00000 Brt. Balok 1818.9900 10-1 3.00000

[image:54.612.62.399.87.710.2]
(55)

Microsoft

Page 7 of 56

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

10 4.00000 Brt. Balok 1760.0413 10-1 4.00000

10 4.50000 Brt. Balok 1724.2509 10-1 4.50000

10 5.00000 Brt. Balok 1684.2500 10-1 5.00000

11 0.00000 Brt. Balok 1684.2500 11-1 0.00000

11 0.50000 Brt. Balok 1640.0384 11-1 0.50000

11 1.00000 Brt. Balok 1591.6163 11-1 1.00000

11 1.50000 Brt. Balok 1538.9834 11-1 1.50000

11 2.00000 Brt. Balok 1482.1400 11-1 2.00000

11 2.50000 Brt. Balok 1421.0859 11-1 2.50000

11 3.00000 Brt. Balok 1355.8213 11-1 3.00000

11 3.50000 Brt. Balok 1286.3459 11-1 3.50000

11 4.00000 Brt. Balok 1212.6600 11-1 4.00000

11 4.50000 Brt. Balok 1134.7634 11-1 4.50000

11 5.00000 Brt. Balok 1052.6563 11-1 5.00000

12 0.00000 Brt. Balok 1052.6563 12-1 0.00000

12 0.50000 Brt. Balok 966.3384 12-1 0.50000

12 1.00000 Brt. Balok 875.8100 12-1 1.00000

12 1.50000 Brt. Balok 781.0709 12-1 1.50000

12 2.00000 Brt. Balok 682.1213 12-1 2.00000

12 2.50000 Brt. Balok 578.9609 12-1 2.50000

12 3.00000 Brt. Balok 471.5900 12-1 3.00000

12 3.50000 Brt. Balok 360.0084 12-1 3.50000

12 4.00000 Brt. Balok 244.2163 12-1 4.00000

12 4.50000 Brt. Balok 124.2134 12-1 4.50000

12 5.00000 Brt. Balok 3.379E-12 12-1 5.00000

13 0.00000 Brt. Balok 3.638E-12 13-1 0.00000

13 0.50000 Brt. Balok 124.2134 13-1 0.50000

13 1.00000 Brt. Balok 244.2163 13-1 1.00000

13 1.50000 Brt. Balok 360.0084 13-1 1.50000

13 2.00000 Brt. Balok 471.5900 13-1 2.00000

13 2.50000 Brt. Balok 578.9609 13-1 2.50000

13 3.00000 Brt. Balok 682.1213 13-1 3.00000

13 3.50000 Brt. Balok 781.0709 13-1 3.50000

13 4.00000 Brt. Balok 875.8100 13-1 4.00000

13 4.50000 Brt. Balok 966.3384 13-1 4.50000

13 5.00000 Brt. Balok 1052.6563 13-1 5.00000

14 0.00000 Brt. Balok 1052.6563 14-1 0.00000

14 0.50000 Brt. Balok 1134.7634 14-1 0.50000

14 1.00000 Brt. Balok 1212.6600 14-1 1.00000

14 1.50000 Brt. Balok 1286.3459 14-1 1.50000

14 2.00000 Brt. Balok 1355.8213 14-1 2.00000

14 2.50000 Brt. Balok 1421.0859 14-1 2.50000

14 3.00000 Brt. Balok 1482.1400 14-1 3.00000

14 3.50000 Brt. Balok 1538.9834 14-1 3.50000

14 4.00000 Brt. Balok 1591.6163 14-1 4.00000

14 4.50000 Brt. Balok 1640.0384 14-1 4.50000

14 5.00000 Brt. Balok 1684.2500 14-1 5.00000

15 0.00000 Brt. Balok 1684.2500 15-1 0.00000

15 0.50000 Brt. Balok 1724.2509 15-1 0.50000

15 1.00000 Brt. Balok 1760.0413 15-1 1.00000

15 1.50000 Brt. Balok 1791.6209 15-1 1.50000

15 2.00000 Brt. Balok 1818.9900 15-1 2.00000

15 2.50000 Brt. Balok 1842.1484 15-1 2.50000

[image:55.612.63.399.87.711.2]
(56)

Microsoft

Page 8 of 56

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

15 3.50000 Brt. Balok 1875.8334 15-1 3.50000

15 4.00000 Brt. Balok 1886.3600 15-1 4.00000

15 4.50000 Brt. Balok 1892.6759 15-1 4.50000

15 5.00000 Brt. Balok 1894.7813 15-1 5.00000

16 0.00000 Brt. Balok 1894.7813 16-1 0.00000

16 0.50000 Brt. Balok 1892.6759 16-1 0.50000

16 1.00000 Brt. Balok 1886.3600 16-1 1.00000

16 1.50000 Brt. Balok 1875.8334 16-1 1.50000

16 2.00000 Brt. Balok 1861.0963 16-1 2.00000

16 2.50000 Brt. Balok 1842.1484 16-1 2.50000

16 3.00000 Brt. Balok 1818.9900 16-1 3.00000

16 3.50000 Brt. Balok 1791.6209 16-1 3.50000

16 4.00000 Brt. Balok 1760.0413 16-1 4.00000

16 4.50000 Brt. Balok 1724.2509 16-1 4.50000

16 5.00000 Brt. Balok 1684.2500 16-1 5.00000

17 0.00000 Brt. Balok 1684.2500 17-1 0.00000

17 0.50000 Brt. Balok 1640.0384 17-1 0.50000

17 1.00000 Brt. Balok 1591.6163 17-1 1.00000

17 1.50000 Brt. Balok 1538.9834 17-1 1.50000

17 2.00000 Brt. Balok 1482.1400 17-1 2.00000

17 2.50000 Brt. Balok 1421.0859 17-1 2.50000

17 3.00000 Brt. Balok 1355.8213 17-1 3.00000

17 3.50000 Brt. Balok 1286.3459 17-1 3.50000

17 4.00000 Brt. Balok 1212.6600 17-1 4.00000

17 4.50000 Brt. Balok 1134.7634 17-1 4.50000

17 5.00000 Brt. Balok 1052.6563 17-1 5.00000

18 0.00000 Brt. Balok 1052.6563 18-1 0.00000

18 0.50000 Brt. Balok 966.3384 18-1 0.50000

18 1.00000 Brt. Balok 875.8100 18-1 1.00000

18 1.50000 Brt. Balok 781.0709 18-1 1.50000

18 2.00000 Brt. Balok 682.1213 18-1 2.00000

18 2.50000 Brt. Balok 578.9609 18-1 2.50000

18 3.00000 Brt. Balok 471.5900 18-1 3.00000

18 3.50000 Brt. Balok 360.0084 18-1 3.50000

18 4.00000 Brt. Balok 244.2163 18-1 4.00000

18 4.50000 Brt. Balok 124.2134 18-1 4.50000

18 5.00000 Brt. Balok -2.593E-13 18-1 5.00000

19 0.00000 Brt. Balok 0.0000 19-1 0.00000

19 0.46000 Brt. Balok 0.0000 19-1 0.46000

19 0.92000 Brt. Balok 0.0000 19-1 0.92000

19 1.38000 Brt. Balok 0.0000 19-1 1.38000

19 1.84000 Brt. Balok 0.0000 19-1 1.84000

19 2.30000 Brt. Balok 0.0000 19-1 2.30000

20 0.00000 Brt. Balok 0.0000 20-1 0.00000

20 0.46000 Brt. Balok 0.0000 20-1 0.46000

20 0.92000 Brt. Balok 0.0000 20-1 0.92000

20 1.38000 Brt. Balok 0.0000 20-1 1.38000

20 1.84000 Brt. Balok 0.0000 20-1 1.84000

20 2.30000 Brt. Balok 0.0000 20-1 2.30000

21 0.00000 Brt. Balok 2.728E-12 21-1 0.00000

21 0.46000 Brt. Balok 1.892E-12 21-1 0.46000

21 0.92000 Brt. Balok 1.055E-12 21-1 0.92000

21 1.38000 Brt. Balok 2.183E-13 21-1 1.38000

[image:56.612.62.399.86.710.2]
(57)

Microsoft

Page 9 of 56

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

21 2.30000 Brt. Balok -1.455E-12 21-1 2.30000

22 0.00000 Brt. Balok -1.819E-12 22-1 0.00000

22 0.46000 Brt. Balok -1.401E-12 22-1 0.46000

22 0.92000 Brt. Balok -9.823E-13 22-1 0.92000

22 1.38000 Brt. Balok -5.639E-13 22-1 1.38000

22 1.84000 Brt. Balok -1.455E-13 22-1 1.84000

22 2.30000 Brt. Balok 2.728E-13 22-1 2.30000

23 0.00000 Brt. Balok 1.819E-12 23-1 0.00000

23 0.46000 Brt. Balok 9.823E-13 23-1 0.46000

23 0.92000 Brt. Balok 1.455E-13 23-1 0.92000

23 1.38000 Brt. Balok -6.912E-13 23-1 1.38000

23 1.84000 Brt. Balok -1.528E-12 23-1 1.84000

23 2.30000 Brt. Balok -2.365E-12 23-1 2.30000

24 0.00000 Brt. Balok 0.0000 24-1 0.00000

24 0.46000 Brt. Balok 0.0000 24-1 0.46000

24 0.92000 Brt. Balok 0.0000 24-1 0.92000

24 1.38000 Brt. Balok 0.0000 24-1 1.38000

24 1.84000 Brt. Balok 0.0000 24-1 1.84000

24 2.30000 Brt. Balok 0.0000 24-1 2.30000

25 0.00000 Brt. Balok 5.457E-12 25-1 0.00000

25 0.46000 Brt. Balok 2.947E-12 25-1 0.46000

25 0.92000 Brt. Balok 4.366E-13 25-1 0.92000

25 1.38000 Brt. Balok -2.074E-12 25-1 1.38000

25 1.84000 Brt. Balok -4.584E-12 25-1 1.84000

25 2.30000 Brt. Balok -7.094E-12 25-1 2.30000

26 0.00000 Brt. Balok 0.0000 26-1 0.00000

26 0.46000 Brt. Balok 0.0000 26-1 0.46000

26 0.92000 Brt. Balok 0.0000 26-1 0.92000

26 1.38000 Brt. Balok 0.0000 26-1 1.38000

26 1.84000 Brt. Balok 0.0000 26-1 1.84000

26 2.30000 Brt. Balok 0.0000 26-1 2.30000

27 0.00000 Brt. Balok 0.0000 27-1 0.00000

27 0.46000 Brt. Balok 0.0000 27-1 0.46000

27 0.92000 Brt. Balok 0.0000 27-1 0.92000

27 1.38000 Brt. Balok 0.0000 27-1 1.38000

27 1.84000 Brt. Balok 0.0000 27-1 1.84000

27 2.30000 Brt. Balok 0.0000 27-1 2.30000

28 0.00000 Brt. Balok 0.0000 28-1 0.00000

28 0.46000 Brt. Balok 0.0000 28-1 0.46000

28 0.92000 Brt. Balok 0.0000 28-1 0.92000

28 1.38000 Brt. Balok 0.0000 28-1 1.38000

28 1.84000 Brt. Balok 0.0000 28-1 1.84000

28 2.30000 Brt. Balok 0.0000 28-1 2.30000

29 0.00000 Brt. Balok 9.095E-13 29-1 0.00000

29 0.46000 Brt. Balok 7.276E-14 29-1 0.46000

29 0.92000 Brt. Balok -7.640E-13 29-1 0.92000

29 1.38000 Brt. Balok -1.601E-12 29-1 1.38000

29 1.84000 Brt. Balok -2.437E-12 29-1 1.84000

29 2.30000 Brt. Balok -3.274E-12 29-1 2.30000

30 0.00000 Brt. Balok 0.0000 30-1 0.00000

30 0.46000 Brt. Balok 0.0000 30-1 0.46000

30 0.92000 Brt. Balok 0.0000 30-1 0.92000

30 1.38000 Brt. Balok 0.0000 30-1 1.38000

[image:57.612.62.398.82.718.2]
(58)

Microsoft

Page 10 of 56

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

30 2.30000 Brt. Balok 0.0000 30-1 2.30000

31 0.00000 Brt. Balok 0.0000 31-1 0.00000

31 0.46000 Brt. Balok 0.0000 31-1 0.46000

31 0.92000 Brt. Balok 0.0000 31-1 0.92000

31 1.38000 Brt. Balok 0.0000 31-1 1.38000

31 1.84000 Brt. Balok 0.0000 31-1 1.84000

31 2.30000 Brt. Balok 0.0000 31-1 2.30000

32 0.00000 Brt. Balok 0.0000 32-1 0.00000

32 0.46000 Brt. Balok 0.0000 32-1 0.46000

32 0.92000 Brt. Balok 0.0000 32-1 0.92000

32 1.38000 Brt. Balok 0.0000 32-1 1.38000

32 1.84000 Brt. Balok 0.0000 32-1 1.84000

(59)

Microsoft

Page 11 of 56

Table: Element Forces - Frames, Part 2 of 2

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

1 0.00000 Beban Angin 1.137E-13 1-1 0.00000

1 0.50000 Beban Angin 7.4340 1-1 0.50000

1 1.00000 Beban Angin 14.6160 1-1 1.00000

1 1.50000 Beban Angin 21.5460 1-1 1.50000

1 2.00000 Beban Angin 28.2240 1-1 2.00000

1 2.50000 Beban Angin 34.6500 1-1 2.50000

1 3.00000 Beban Angin 40.8240 1-1 3.00000

1 3.50000 Beban Angin 46.7460 1-1 3.50000

1 4.00000 Beban Angin 52.4160 1-1 4.00000

1 4.50000 Beban Angin 57.8340 1-1 4.50000

1 5.00000 Beban Angin 63.0000 1-1 5.00000

2 0.00000 Beban Angin 63.0000 2-1 0.00000

2 0.50000 Beban Angin 67.9140 2-1 0.50000

2 1.00000 Beban Angin 72.5760 2-1 1.00000

2 1.50000 Beban Angin 76.9860 2-1 1.50000

2 2.00000 Beban Angin 81.1440 2-1 2.00000

2 2.50000 Beban Angin 85.0500 2-1 2.50000

2 3.00000 Beban Angin 88.7040 2-1 3.00000

2 3.50000 Beban Angin 92.1060 2-1 3.50000

2 4.00000 Beban Angin 95.2560 2-1 4.00000

2 4.50000 Beban Angin 98.1540 2-1 4.50000

2 5.00000 Beban Angin 100.8000 2-1 5.00000

3 0.00000 Beban Angin 100.8000 3-1 0.00000

3 0.50000 Beban Angin 103.1940 3-1 0.50000

3 1.00000 Beban Angin 105.3360 3-1 1.00000

3 1.50000 Beban Angin 107.2260 3-1 1.50000

3 2.00000 Beban Angin 108.8640 3-1 2.00000

3 2.50000 Beban Angin 110.2500 3-1 2.50000

3 3.00000 Beban Angin 111.3840 3-1 3.00000

3 3.50000 Beban Angin 112.2660 3-1 3.50000

3 4.00000 Beban Angin 112.8960 3-1 4.00000

3 4.50000 Beban Angin 113.2740 3-1 4.50000

3 5.00000 Beban Angin 113.4000 3-1 5.00000

4 0.00000 Beban Angin 113.4000 4-1 0.00000

4 0.50000 Beban Angin 113.2740 4-1 0.50000

4 1.00000 Beban Angin 112.8960 4-1 1.00000

4 1.50000 Beban Angin 112.2660 4-1 1.50000

4 2.00000 Beban Angin 111.3840 4-1 2.00000

4 2.50000 Beban Angin 110.2500 4-1 2.50000

4 3.00000 Beban Angin 108.8640 4-1 3.00000

4 3.50000 Beban Angin 107.2260 4-1 3.50000

4 4.00000 Beban Angin 105.3360 4-1 4.00000

4 4.50000 Beban Angin 103.1940 4-1 4.50000

4 5.00000 Beban Angin 100.8000 4-1 5.00000

5 0.00000 Beban Angin 100.8000 5-1 0.00000

5 0.50000 Beban Angin 98.1540 5-1 0.50000

5 1.00000 Beban Angin 95.2560 5-1 1.00000

5 1.50000 Beban Angin 92.1060 5-1 1.50000

5 2.00000 Beban Angin 88.7040 5-1 2.00000

5 2.50000 Beban Angin 85.0500 5-1 2.50000

5 3.00000 Beban Angin 81.1440 5-1 3.00000

5 3.50000 Beban Angin 76.9860 5-1 3.50000

[image:59.612.63.401.99.719.2]
(60)

Microsoft

Page 12 of 56

Frame Station OutputCase M3 FrameElem ElemStation

m KN-m m

5 4.50000 Beban Angin 67.9140 5-1 4.50000

5 5.00000 Beban Angin 63.0000 5-1 5.00000

6 0.00000 Beban Angin 63.0000 6-1 0.00000

6 0.50000 Beban Angin 57.8340 6-1 0.50000

6 1.00000 Beban Angin 52.4160 6-1 1.00000

6 1.50000 Beban Angin 46.7460 6-1 1.50000

6 2.00000 Beban Angin 40.8240 6-1 2.00000

6 2.50000 Beban Angin 34.6500 6-1 2.50000

6 3.00000 Beban Angin 28.2240 6-1 3.00000

6 3.50000 Beban Angin 21.5460 6-1 3.50000

6 4.00000 Beban Angin 14.6160 6-1 4.00000

6 4.50000 Beban Angin 7.4340 6-1 4.50000

6 5.00000 Beban Angin 2.019E-13 6-1 5.00000

7 0.00000 Beban Angin 1.137E-13 7-1 0.00000

7 0.50000 Beban Angin 7.4340 7-1 0.50000

7 1.00000 Beban Angin 14.6160 7-1 1.00000

7 1.50000 Beban Angin 21.5460 7-1 1.50000

7 2.00000 Beban Angin 28.2240 7-1 2.00000

7 2.50000 Beban Angin 34.6500 7-1 2.50000

7 3.00000 Beban Angin 40.8240 7-1 3.00000

7 3.50000 Beban Angin 46.7460 7-1 3.50000

7 4.00000 Beban Angin 52.4160 7-1 4.00000

7 4.50000 Beban Angin 57.8340 7-1 4.50000

7 5.00000 Beban Angin 63.0000 7-1 5.00000

8 0.00000 Beban Angin 63.0000 8-1 0.00000

8 0.50000 Beban Angin 67.9140 8-1 0.50000

8 1.00000 Beban Angin 72.5760 8-1 1.00000

8 1.50000 Beban Angin 76.9860 8-1 1.50000

8 2.00000 Beban Angin 81.1440 8-1 2.00000

8 2.50000 Beban Angin 85.0500 8-1 2.50000

8 3.00000 Beban Angin 88.7040 8-1 3.00000

8 3.50000 Beban Angin 92.1060 8-1 3.50000

8 4.00000 Beban Angin 95.2560 8-1 4.00000

8 4.50000 Beban Angin 98.1540 8-1 4.50000

8 5.00000 Beban Angin 100.8000 8-1 5.00000

9 0.00000 Beban Angin 100.8000 9-1 0.00000

9 0.50000 Beban Angin 103.1940 9-1 0.50000

9 1.00000 Beban Angin 105.3360 9-1 1.00000

9 1.50000 Beban Angin 107.2260 9-1 1.50000

9 2.00000 Beban Angin 108.8640 9-1 2.00000

9 2.50000 Beban Angin 110.2500 9-1 2.50000

9 3.00000 Beban Angin 111.3840 9-1 3.00000

9 3.50000 Beban Angin 112.2660 9-1 3.50000

9 4.00000 Beban Angin 112.8960 9-1 4.00000

9 4.50000 Beban Angin 113.2740 9-1 4.50000

9 5.00000 Beban Angin 113.4000 9-1 5.00000

10 0.00000 Beban Angin 113

Gambar

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian
Table:  Element Forces - Frames, Part 2 of 2
Table:  Element Forces - Frames, Part 2 of 2
Table:  Element Forces - Frames, Part 2 of 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh dimensi minimum dari gelagar memanjang jembatan yang memikul berat sendiri dan tekanan sumbu kenderaan di atasnya serta dimensi dan

Pada tugas akhir ini, penulis merencanakan balok prategang pada jembatan dengan penampang yang berbeda-beda yaitu penampang persegi, I girder, dan penampang T dengan dua perletakan

Dalam pengujian di laboratorium penambahan prategang tipe segitiga pada model jembatan rangka untuk mendapatkan nilai gaya prategang optimum perlu adanya peninjauan

Maksud dari Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisi dan mengetahui dimensi balok dan kolom yang dapat digunakan untuk mendirikan sebuah struktur bangunan yang mampu menahan

Dalam pengujian di laboratorium penambahan prategang tipe segitiga pada model jembatan rangka untuk mendapatkan nilai gaya prategang optimum perlu adanya peninjauan

Pada tugas akhir ini, penulis merencanakan balok prategang pada jembatan dengan penampang yang berbeda-beda yaitu penampang persegi, I girder, dan penampang T dengan dua perletakan

Tegangan akibat beban mati pada balok pracetak dapat dikurangi dengan memberi. tahanan ketika

Dalam pengujian di laboratorium penambahan prategang tipe segitiga pada model jembatan rangka untuk mendapatkan nilai gaya prategang optimum perlu adanya peninjauan