STUDI THEORY OF CONSTRAINTS DALAM MANAJEMEN
KONSTRUKSI PADA PROYEK PEMBANGUNAN POP
HOTEL LAMPUNG
Oleh
DEWI YAYU ARFILLIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakutas Teknik Universitas Lampung
FAKUTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
Studi Theory of Constraints dalam Manajemen Konstruksi pada
Proyek Pembangunan Pop Hotel Lampung
oleh
Dewi Yayu Arfillia
Theory of Constraints adalah suatu teori yang memfokuskan perhatian manajer pada kendala yang memperlambat proses produksi. Penelitian dilakukan dengan menerapkan TOC kedalam bidang pelaksanaan konstruksi. Hal ini diawali dengan studi literatur dan dilanjutkan dengan survey yaitu penyebaran kueisioner pada konsultan dan kontraktor pembangunan Pop Hotel Lampung.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kendala-kendala yang terjadi dilapangan pada pelaksanaan konstruksi beserta langkah yang sering dilakukan berdasar langkah-langkah pada TOC.
Hasil analisa mean tertinggi menunjukkan bahwa kendala yang terjadi dan langkah penyelesaian proses konstruksi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang timbul yaitu dengan melakukan perbaikan di bidang manajemen dan jumlah. Kemudian dengan perhitungan regresi linear yang dibantu dengan software statistik menunjukkan bahwa langkah penyelesaian yang dipilih belum tentu dapat menyelesaikan masalah yang ada.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Batasan Penelitian 4
E. Manfaat Penelitian 4
F. Sistematika Penulisan 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Biaya 7
B. Theory of Constraints 9
C. Gambaran Umum Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung 18
D. Industri Konstruksi 20
E. Target Level Manajemen 22
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Studi Literatur 29
B. Metode Pengumpulan Data 29
C. Perencanaan Survey 30
D. Metode Pengolahan Data 32
E. Bagan Alir Penelitian 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 36
B. Kendala- kendala yang terjadi dalam Pelaksanaan Proyek Hotel .... 37
C. Analisa Data Kendala- kendala yang terjadi dalam Pelaksanaan Proyek Hotel ... 39
D. Analisa Data Langkah Penyelesaian dari Kendala yang Ada ... 56
E. Pertanyaan Polling ... . 127
V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 133
B. Saran ... 135 DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan di era globalisasi yang penuh dengan persaingan saat ini sangatlah menuntut ketepatan, keefektifan, efisiensi dan ekonomis. Didalam perkembangan dunia konstruksi sekarang ini banyak sekali hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja baik secara struktur maupun manajerial konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi untuk memenuhi hasil kerja yang ideal dan optimal.
Dalam suatu proses pelaksanaan konstruksi tentunya terdapat berbagai masalah dan halangan yang beraneka ragam serta kondisi yang berbeda antara satu proyek dengan proyek yang lainnya. Keterbatasan-keterbatasan ini disebut “Kendala” (constraint). Seperti halnya sebuah rantai dengan link yang
proses yang dibatasi diperbaiki, link paling lemah yang berikutnya dapat ditujukan dalam suatu pendekatan iterative.
Salah satu tahapan pekerjaan yang terdapat dalam proses konstruksi adalah pekerjaan struktur. Pekerjaan struktur memiliki peranan yang amat vital pada proses konstruksi karena hampir seluruh komponen utama pekerjaan struktur terletak pada jalur kritis pada jadwal proyek yang telah direncanakan. Oleh karena itu, apabila terdapat kendala pada salah satu pekerjaan struktur, akan mempengaruhi pekerjaan lainnya apabila tidak diberikan tindakan penyelesaian.
Theory of Constraints (TOC) merupakan suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dengan memaksimalkan produksinya dan meminimalisasi semua ongkos atau biaya yang relevan seperti biaya simpan, biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya modal. Theory of Constraints (TOC) mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya. Jika hendak memperbaiki kinerjanya, suatu perusahaan harus mengidentifikasi kendala-kendalanya, mengeksploitasi kendalanya dalam jangka pendek dan jangka panjang, kemudian menemukan cara untuk mengatasinya. Theory of Constraints adalah suatu teori yang memfokuskan perhatian manajer pada kendala yang memperlambat proses produksi (Blocher et al, 2000).
dilakukan, sehingga studi lebih lanjut tentang Theory of Constraints dalam dunia konstruksi sangat diperlukan khususnya untuk wilayah Lampung yaitu pada proyek pembangunan Pop Hotel Lampung guna mengatasi masalah yang timbul dalam manajemen terutama dalam menghadapi masalah pada pekerjaan strukturnya.
B. Rumusan Masalah
Kendala dapat membatasi kinerja setiap perusahaan sehingga jika hendak memperbaiki kinerjanya, suatu perusahaan harus mengidentifikasi kendala-kendalanya. Pekerjaan struktur memiliki peranan yang amat vital pada proses konstruksi karena hampir seluruh komponen utama pekerjaan struktur terletak pada jalur kritis pada jadwal proyek yang telah direncanakan. Theory of Constraints merupakan teknik manajemen yang berguna untuk mengatasi masalah yang timbul dalam manajemen. Oleh karena itu, studi lebih lanjut tentang Theory of Constraints sangat diperlukan terutama karena ini merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki kinerja sistem perusahaan khususnya dalam dunia konstruksi.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kendala yang ada dalam pekerjaan struktur pada proyek pembangunan Pop Hotel Lampung dengan berbasiskan Theory of Constraint (TOC) guna meningkatkan kinerja sistem perusahaan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan.
D. Batasan Penelitian
Untuk menghindari hasil penelitian yang kurang akurat yang disebabkan karena terlalu luasnya pembahasan data dan teori yang mendukungnya, maka perlu diadakan pembatasan masalah.
Adapun batasan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Responden dalam penelitian ini yaitu beberapa orang dari pihak konsultan dan kontraktor yang menangani proyek pembangunan Pop Hotel Lampung.
2. Data yang diteliti adalah kendala-kendala internal pada pekerjaan struktur bangunan gedung.
3. Penelitian ini dilakukan terbatas pada langkah - langkah penerapan TOC (Theory Of Constraint).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi manajemen perusahaan, Theory of Constraints dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan kinerja di perusahaannya dalam rangka meningkatkan daya saing perusahaan.
2. Bagi akademis penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai Theory Of Constraint dalam manajemen konstruksi sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai salah satu teknik manajemen kontemporer yang dapat dijadikan pertimbangan dalam meningkatkan kinerja.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan Tugas Akhir ini digunakan sistematika penulisan sebgai berikut :
Bab 1 Pendahuluan
Berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini membahas teori-teori serta rumus-rumus yang digunakan untuk menunjang penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam proses pengolahan data.
Bab ini akan berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan mencakup hasil pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan pembahasan data berdasarkan hasil yang diperoleh dan teori yang ada.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan berisi kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini dan saran mengenai topik dari Tugas Akhir ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Biaya
Pengertian Manajemen Biaya itu sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut (Yudhi Herliansyah, 2007):
1. Filosofi dalam upaya perbaikan terus menerus dalam peningkatan pelayanan dengan biaya rendah,
2. Sikap proaktif/kebiasaan yang mendasarkan bahwa setiap biaya produksi (keluaran) merupakan hasil keputusan manajemen,
3. Teknik/rangkaian teknik dalam menentukan/mencapai tujuan organisasi.
Manfaat manajemen biaya bagi manajemen, yaitu: 1. Perencanaan dan pengendalian
2. Membantu manajemen dalam meningkatkan ketertelusuran biaya
3. Membantu manajemen dalam mengoptimalkan kinerja daur hidup secara total
4. Membantu manajemen dalam pembuatan keputusan 5. Membantu manajemen dalam proses manajemen investasi
6. Membantu manajemen dalam mengintegrasikan kriteria pengukuran kinerja non keuangan ke dalam kinerja keuangan agar terjamin konsistensinya
7. Membantu manajemen dalam mengorganisasi berbagai tingkat otomasi.
Manfaat lain dari manajemen biaya adalah membantu perusahaan dalam menerapkan teknik manajemen baru (kontemporer) seperti Theory of Constraints.
Tabel 1. Perbedaan Sistem Manajemen Biaya (SMB) Tradisional dan Kontemporer
SMB Tradisional SMB Kontemporer
1. Cost driver (pemicu biaya) berdasarkan unit
2. Intensif alokasi
3. Perhitungan biaya produk yang sempit dan kaku
4. Fokus pada pengelolaan biaya 5. Informasi biaya singkat
6. Memaksimumkan kinerja unit individu
7. Menggunakan ukuran kinerja keuangan.
1. Cost driver berdasarkan unit dan non unit
2. Intensif penelusuran
3. Perhitungan biaya produk yang luas dan fleksibel
4. Fokus pada pengelolaan kegiatan 5. Informasi kegiatan yang rinci 6. Memaksimumkan kinerja sistem 7. Menggunakan ukuran kinerja
B. Theory of Constraints
1. Pengertian TOC
“The Theory of constraints recognizes that the performance of any
organization is limited by its constraints. The theory of constraints than
develops a specific approach to manage constraints to support the
objective of continous improvement” (Hansen dan Mowen dalam Andy U
dan Herry P., 2007).
“Theory of constraints is a continual improvement philosophy that
focuses on identification and management of constraints for organizational (global) goal achivement”(Tersine dalam Andy U dan
Herry P., 2007).
Theory of Constraints adalah teknik yang di gunakan untuk menngkatkan kecepatan dalam proses produksi (Marianus dkk, 2011).
The theory of constraints (TOC) is a concept that emphasizes the role of
constraints in limiting the performance of an organization (IMA, 1999).
2. Perkembangan TOC
TOC pertama kali diperkenalkan oleh Eliyahu M. Goldratt dengan nama Optimized Production Technology (OPT), yang mana OPT menekankan pada memaksimumkan throughput dengan membuat schedule dari sumber daya yang mempunyai kendala. Schedule OPT menekankan pada 3 parameter yaitu throughput, persediaan dan biaya operasi (Dilworth dalam Andy U. dan Herry P., 2007).
Tujuan dari OPT untuk memaksimumkan throughput dengan menekan tingkat persediaan dan biaya operasi. Namun Goldratt menolak untuk menjelaskan secara rinci Scheduling Algorithm-nya sehingga suatu perusahaan terpaksa melaksanakan schedule OPT tanpa memahaminya. Kemudian Goldratt menulis sebuah buku yang berjudul The Goal : A process of Ongoing Improvement (1986). Isinya menjelaskan mengenai filosofi yang mendasari schedule OPT ini. Mula-mula istilah yang akan digunakan untuk menyebutkan filosofi Scheduling Algorithm-nya adalah OPT Throughware.
membahas kendala yang tidak terbatas hanya pada kendala internal seperti yang terdapat pada OPT tetapi juga kendala eksternal.
TOC merupakan teori yang menawarkan suatu cara untuk mengatasi kemacetan produksi. TOC bukan hanya sekedar program untuk produksi saja tetapi TOC juga memusatkan perhatian pada peningkatan operasi secara berkesinambungan pada semua tingkat operasi produksi dan berusaha untuk mengendalikan kendala internal dan eksternal (Andy U dan Herry P : 2007).
TOC adalah teknik optimasi jangka pendek yang memandang sumber daya, teknologi, produk, dan permintaan relatif konstan. Dalam jangka panjang tentu saja semua faktor-faktor ini berubah dan dapat dipengaruhi atau dikendalikan sepenuhnya oleh manajer. Tetapi dalam jangka pendek, TOC merupakan pendekatan yang paling hebat dan paling berwawasan untuk berbagai jenis pengambilan keputusan dan tindakan ekonomi (wikipedia : 2006).
3. Konsep dasar TOC
Dasar dari TOC adalah bahwa setiap organisasi mempunyai kendala- kendala yang menghambat pencapaian kinerja (Performance) yang tinggi. Kendala-kendala ini seharusnya diidentifikasi dan diatur untuk memperbaiki kinerja, biasanya jumlah kendala terbatas dan bukan berarti kendala kapasitas. Jika suatu kendala telah terpecahkan, maka kendala berikutnya dapat diidentifikasi dan diperbaharui.
TOC berfokus pada 3 ukuran kinerja organisasi (Hansen dan Mowen dalam Gail B. Wright, 2007), yaitu :
a. Throughput : rate of generating money through sales (hasil produk jadi keseluruhan yang terjual)
b. Inventory (persediaan) : money spent turning materials into throughput
c. Operating expenses (biaya operasional) : money spent turning inventory into throughput
Penerapan TOC lebih berfokus pada pengelolaan operasi yang berkendala sebagai kunci dalam meningkatkan kinerja sistem produksi, nantinya dapat berpengaruh terhadap profitabilitas secara keseluruhan.
4. Jenis-jenis kendala
“Constraint is the limitation of resources or product demand” (Hansen
dan Mowen dalam Gail B.Wright, 2007).
hendak dicapai perusahaan. Oleh sebab itu, diupayakan untuk mencari alternatif produksi untuk menjamin bahwa produksi yang dilakukan adalah produksi yang paling menguntungkan.
Menurut Hansen dan Mowen dalam Marianus (2011), kendala dapat dikelompokkan menjadi :
a. Berdasarkan asalnya
Kendala internal (internalconstraint) adalah faktor-faktor yang
membatasi perusahaan yang berasal dari dalam perusahaan, misalnya keterbatasan jam mesin. Kendala internal harus dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan throughput semaksimal mungkin tanpa meningkatkan persediaan dan biaya operasional.
Kendala eksternal (external constraint) adalah faktor-faktor
yang membatasi perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, misalnya permintaan pasar atau kuantitas bahan baku yang tersedia dari pemasok. Kendala eksternal yang berupa volume produk yang dapat dijual, dapat diatasi dengan menemukan pasar, meningkatkan permintaan pasar ataupun dengan mengembangkan produk baru.
b. Berdasarkan sifatnya
2) Kendala tidak mengikat atau kendur (loose constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang terbatas yang tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Selain itu Kaplan dan Atkinson dalam Marianus (2011), menambahkan pengelompokan kendala dalam tiga bagian, yaitu:
a. Kendala sumberdaya (resource constraint). Kendala ini dapat berupa kemampuan faktor input produksi seperti bahan baku, tenaga kerja dan jam mesin.
b. Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan tingkat minimal dan maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode perencanaan.
c. Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi sebagai produksi dalam siklus produksi.
5. Prinsip-prinsip TOC
Ada sepuluh prinsip TOC (Wikipedia, 2006), yaitu:
1. Seimbangkan aliran produksi, bukan kapasitas produksi.
Diasumsikan perusahaan memiliki kapasitas tidak seimbang dengan jumlah permintaan pasar (demand) karena keseimbangan kapasitas menghambat pencapaian tujuan (goal) perusahaan.
lainnya. Hanya stasiun kerja yang mengalami bottleneck yang perlu dijalankan dengan utilitas 100 %.
3. Aktivitas tidak selalu sama dengan utilitas. Menjalankan non bottleneck dapat mengakibatkan bertumpuknya work in process (buffer) dalam jumlah yang berlebihan.
4. Satu jam kehilangan pada bottleneck merupakan satu jam kehilangan sistem keseluruhan.
5. Satu jam penghematan pada non bottleneck merupakan suatu fatamorgana.
6. Bottleneck mempengaruhi throughput dan inventory.
7. Batch transfer tidak selalu sama jumlahnya dengan batch proses. 8. Batch proses sebaiknya tidak tetap(variabel).
9. Penjadwalan (kapasitas & prioritas) dilakukan dengan memperhatikan semua kendala (constraint) yang ada secara simultan.
10. Jumlah optimum lokal tidak sama dengan optimum keseluruhan (total). Pengukuran performansi dilihat sebagai satu kesatuan berdasarkan pemasukan bahan baku dan hasil produk jadi.
aliran produksi maka Batch transfer seharusnya lebih kecil. (Tersine, 1994)
Dari prinsip-prinsip TOC dapat dijelaskan bahwa proses produksi yang dilakukan tidak ditujukan untuk menyatakan kapasitas sumber daya yang digunakan, melainkan bertujuan untuk melancarkan aliran proses produksi.
6. Langkah-langkah TOC
Dalam mengimplementasikan ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, Goldratt mengembangkan 5 (lima) langkah yang berurutan supaya proses perbaikan lebih fokus dan berakibat lebih baik bagi sistem. Langkah-langkah tersebut adalah :
1) Identifikasi konstrain sistem (identifying the constraint).
Mengidentifikasi bagian system manakah yang paling lemah kemudian melihat kelemahanya apakah kelemahan fisik atau kebijakan. Walaupun mungkin ada banyak kendala dalam suatu waktu, biasanya hanya sedikit kendala yang sesungguhnya dalam sistem itu.
2) Eksploitasi konstrain (exploiting the constraint).
Menentukan cara menghilangkan atau mengelola constraint dengan mempertimbangkan perubahan dengan biaya yang paling rendah. 3) Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining
Setelah menemukan konstrain dan telah diputuskan bagaimana mengelola konstrain tersebut maka harus mengevaluasi apakah kostrain tersebut masih menjadi kostrain pada performansi sistem atau tidak. Jika tidak maka akan menuju ke langkah kelima, tetapi jika ya maka akan menuju ke langkah keempat.
4) Evaluasi konstrain (Elevating the constraint).
Jika langkah ini dilakukan, maka langkah kedua dan ketiga tidak berhasil menangani konstrain. Maka harus ada perubahan besar dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan modal, atau modifikasi substansi system.
5) Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process).
Jika langkah ketiga dan keempat telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi dari langkah pertama. Proses ini akan berputar sebagai siklus. Tetap waspada bahwa suatu solusi dapat menimbulkan konstrain baru perlu dilakukan.
Gambar 1. Flow chart Theory of Constraint (Tersine, 1994)
Identifikasi Constraints
Eksploitasi Constraints
Subordinasiresource
Perbaiki Performansi
constraint constraint
masih aktif?
C. Gambaran Umum Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
1. Definisi Bangunan Gedung Bertingkat
Bangunan gedung bertingkat adalah bangunan gedung berlantai lebih dari 2 (dua). Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung mengartikan bahwa bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Bangunan gedung bertingkat tinggi dapat dibedakan dari luas, besar, dan ketinggian bangunan, serta sistem struktur, dan kelengkapan utilitasnya (Dwi Tangoro, 2006). Perbedaannya antara lain:
a. Bangunan Gedung Bertingkat Rendah
Tinggi bangunan terdiri dari satu sampai dengan lima lantai, sistem strukturnya masih sederhana, tidak menggunakan alat transportasi vertikal, cukup dengan menggunakan tangga sebagai alat penghubung antar lantai.
b. Bangunan Gedung Bertingkat Sedang
c. Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi
Tinggi bangunan lebih dari sepuluh lantai, menggunakan sistem struktur yang beraneka ragam, seperti struktur rangka dipadukan
dengan sistem struktur lain. menggunakan sistem utilitas yang
lengkap seperti alat transportasi vertikal, alat pemadam kebakaran aktif, alat pembersih bangunan gondola, dan lain-lain.
2. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur terbagi atas dua berdasarkan letaknya terhadap tanah yaitu substructure dan upperstructure (Agoes W., 2006).
a. Pekerjaan Substructure
Pekerjaan substructure pada dasarnya adalah pekerjaan struktur yang berada di bawah level permukaan tanah. Pekerjaan ini menuntut
perhatian lebih pada batasan tanah dan air yang ada. Pekerjaan
substructure terdiri dari pekerjaan pondasi dan pekerjaan tanah pendukung pondasi seperti pilecap, tie beam, retaining wall, dan pelat
lantai.
b. Pekerjaan Upperstructure
Pekerjaan upperstructure menuntut perhatian pada siklus pekerjaan
yang tipikal dan bekerja pada ketinggian yang cukup tinggi. Secara
garis besar, pekerjaan upperstructure terdiri dari 3 pekerjaan utama, yaitu pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting, dan proses
pengecoran. Pekerjaan yang termasuk dalam pekerjaan upperstructure
D. Industri Konstruksi
Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri (Hillebrandt dalam Sudarto, 2007).
Beberapa definisi menurut UU 18 Tahun 1999:
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian
kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Usaha Jasa Konstruksi menurut UU 18 Tahun 1999: 1. Jenis usaha
a. usaha perencanaan konstruksi b. usaha pelaksanaan konstruksi c. usaha pengawasan konstruksi 2. Bentuk usaha
a. orang perseorangan b. badan usaha
a. Arsitektural b. Sipil
c. Mekanikal d. Elektrikal e. Tata Lingkungan
Produksi di Konstruksi dan Manufaktur
Manufaktur dan konstruksi adalah suatu proses untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi dengan menggunakan teknologi dan peralatan.Walaupun pengertian dasarnya sama, tetapi karakteristik manufaktur sangat berbeda dengan konstruksi. Berikut adalah perbandingan antara karakteristik manufaktur dengan konstruksi ( M. Natsir, 2009).
Tabel 2. Karakteristik Manufaktur dan Konstruksi N
o
Komponen Proses Manufaktur Konstruksi
1 Sistem Produksi Berbasis Pabrik Berbasis proyek 2 Organisasi Pengelolaan
sistem produksi
Berbasis tetap Bersifat sementara 3 Transaksional Pemenuhan pasar,
jangka panjang
Kontrak ad-hoc, jangka pendek 4 Proses produksi Lebih kontinyu Sesuai permintaan 5 Koridor produk Lebih sempit/ monolit Lebih luas
6 Pemasok Lebih terbuka, sangat
ketat dengan nilai
Dibawa oleh pemasok vokalnya a. Manufaktur:
Gambar 2. Sistem Produksi Manufaktur
b. Konstruksi:
Dalam hal ini, suatu tim kerja atau pekerja akan datang ke lokasi di mana pelaksanaan tugas akan dilakukan. Satu tim kerja dengan tugas spesifik tersebut akan meninggalkan produk setengah jadi hasil tugasnya untuk selanjutnya menjadi lokasi pelaksanaan tugas tim kerja selanjutnya. Setiap tim kerja tetap akan memberikan kontribusi penambahan komponen atau kualitas kepada produk akhir. Dalam parade ini, terlihat bahwa suatu tim kerja akan menyediakan tempat kerja kepada tim kerja selanjutnya. Jika tempat kerja ini tidak ada, karena pekerja sebelumnya belum selesai bekerja atau tidak sempuna melaksanakan tugasnya, maka suatu tim kerja jelas tidak akan dapat menjalankan tugasnya (M. Abduh, 2007).
Gambar 3. Sistem Produksi Konstruksi
E. Target Level Manajemen
bagian atau divisi yang dibawahinya masing-masing dengan tujuan pelaksanaan berjalan dengan optimal dan teratur. Sedangkan dalam dunia konstruksi juga ada pembagian tugas dan peran masing-masing untuk menjaga agar jalannya pelaksanaan konstruksi tetap sesuai rencana dan teratur. Peranan-peranan inilah yang menjadi target dari TOC (Andy Untoyo dan Herry Pelangi, 2007).
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan mulai dari tahap ide sampai dengan tahap pelaksanaan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pihak (Gde Agung Yana, 2009) :
1. Pemilik Proyek/owner
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan membayar biaya pekerjaan tersebut.
Hak dan kewajiban pengguna jasa:
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
b. Meminta Laporan secara periodik mengenai pelaksnaaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.
g. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
h. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikendaki.
Wewenang Pemberi Tugas:
a. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor
b. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahu secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan.
2. Pihak Konsultan (perencana/pengawas)
Pihak atau badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: konsultan perencana dan konsultan pengawas.
a. Konsultan Perencana
maupun bidang lain yang melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan.
Hak dan Kewajiban Konsultan Perencana :
1) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
2) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
3) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat.
4) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan 5) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek
b. Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan.
Hak dan Kewajiban Konsultan Pengawas :
1) Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan 2) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik
dalam pelaksanaan pekerjaan
4) Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya.
6) Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas, serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7) Menerima/menolak material/peralatan yang didatangkan oleh
kontraktor
8) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.
9) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
10) Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau berkurangnya pekerjaan.
3. Pihak Kontraktor (pelaksana)
Hak dan Kewajiban Kontraktor :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
c. Menyediakan alat keselamatan pekerjaan seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan haria, mingguan,
bulanan.
e. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
F. Penelitian yang relevan
Tabel 3. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
No Nama Topik Metode Rekomendasi
1 Andy Untoyo dan Herry Pelangi
Theory of Constraints dalam manajemen konstruksi khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan perumahan di Surabaya
Pengambilan data : Studi literatur dan penelitian lapangan (kueisioner analisa inferensial dapat juga menggunakan analysis of variance dan pengujiannya menggunakan ANOVA.
2 Ryan Ariefasa Faktor penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi bangunan gedung bertingkat yang berpengaruh terhadap perubahan Anggaran Biaya pada pekerjaan struktur
Pengambilan data : Studi literatur, wawancara dengan pakar (proses validasi), dan survey lapangan (kueisioner). Pengolahan data :
- metode statistik deskriptif - uji validitas dan reabilitas - uji analisis non
Berdasarkan hasil validasi tahap ketiga, ditemukan bahwa faktor dominan penyebab keterlambatan pekerjaan struktur dapat dikendalikan dengan menggunakan dua tindakan, yaitu tindakan preventif dan tindakan korektif. Namun perlu dilakukan penelitian yang lebih spesifik mengenai seberapa besar efek dari tindakan preventif dan korektif dalam menanggulangi dampak yang terjadi selama proses konstruksi.
3 Rina M.S. dan M.Fauzan Hamidy
Analisis biaya produksi dengan pendekatan Theory of Constraints untuk meningkatkan Laba (Studi pada PG. Krebet Baru Malang)
Pengambilan data :
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Studi Literatur
Dalam melakukan penelitian ilmiah harus dilakukan teknik penyusunan yang sistematis untuk memudahkan langkah-langkah yang akan diambil. Begitu pula yang dilakukan penulis dalam penelitian ini, langkah pertama yaitu dengan melakukan studi literatur pada buku-buku yang membahas tentang Theory of Constraints, jurnal, dan penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan TOC. Data yang didapat dari studi literatur ini akan digunakan sebagai acuan untuk membuat kueisioner penelitian.
B. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey langsung maupun dari literatur.
Jenis data yang digunakan terdiri dari 2 macam, yaitu: 1. Data primer
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber dari literatur maupun referensi-referensi yang ada. Data sekunder yaitu pada form kueisioner mengenai kendala-kendala yang sering terjadi dalam proyek pembangunan.
C. Perencanaan Survey
Sebelum dilakukan survey, terlebih dahulu ditentukan tujuan dari survey tersebut, dan siapa saja yang akan menjadi responden, serta berapa jumlah responden tersebut.
1. Tujuan survey
Survey ini dibuat untuk mendapatkan opini dari para responden mengenai faktor kendala yang mempengaruhi proses produksi. Identifikasi kendala-kendala yang berbasiskan TOC diharapkan dapat memperbaiki kinerja perusahaan.
2. Responden
Responden pada penelitian ini adalah pihak kontraktor dan konsultan yang menangani proyek pembangunan Pop Hotel Lampung.
3. Sampel
sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.
4. Perencanaan Kueisioner
Kueisioner digunakan sebagai sarana untuk mengumpulkan data dan sebagai pembuktian hipotesis. Kueisioner dibentuk dengan menggunakan kalimat yang jelas dan sesuai dengan konsep yang ada, agar memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam kueisioner. Responden dapat menjawab dengan cara memilih dari jawaban-jawaban yang sudah disediakan. Pada pertanyaan tersebut responden hanya diminta untuk memberikan jawaban sesuai dengan petunjuknya.
Pertanyaan yang terdapat dalam kueisioner antara lain: Data pribadi responden yang meliputi
Nama responden, Alamat, Jabatan, Usia, Jenis kelamin, Pendidikan terakhir, Nama perusahaan, Usia perusahaan, Pengalaman.
Skala penelitian responden
Dalam skala penelitian terhadap responden digunakan skala likert dimana responden diminta untuk memberikan penilaian 5 tingkatan skala. Skala likert yang digunakan adalah :
Selalu terjadi dan selalu dilakukan = poin 1 Sering terjadi dan sering dilakukan = poin 2
Cukup = poin 3
D. Metode Pengolahan Data
Setelah melaksanakan survey dan mendapatkan data-data yang diperoleh dari penyebaran kueisioner, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Pengolahan data bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan analisis data. Teknik analisa data yang digunakan ada 2 macam, yaitu analisa deskriptif dan analisa inferensial. Analisa deskriptif yang digunakan adalah analisa deskriptif mean (rata-rata), median, modus, dan standar deviasi dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel. Sedangkan analisa inferensial yang digunakan adalah regresi linear dengan dua atau lebih variabel independent yaitu metode statistik untuk mengetahui hubungan variabel satu dengan variabel lainnya. Uji regresi linear dengan menggunakan software statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara penyelesaian suatu kendala suatu bidang dengan bidang lainnya.
1. Analisa Deskriptif
Analisa Deskriptif adalah analisa yang berhubungan dengan metode pengelompokan dan peringkasan data sehingga penyajian data akan lebih informatif. Analisa deskriptif yang dipakai adalah analisa mean (rata-rata), median, modus, dan standar deviasi. Penghitungan dan penyajiannya dengan menggunakan Microsoft Excel.
Mean atau rata - rata adalah jumlah semua hasil observasi
Median suatu himpunan N buah bilangan yang tersusun beraturan dari
bawah ke atas atau sebaliknya (naik atau turun) adalah bilangan tengah - tengah himpunan itu jika N ganjil dan merupakan mean dua bilangan tengah jika N genap.
Modus adalah nilai dari bilangan-bilangan yang paling banyak terlihat
atau mempunyai frekuensi terbesar.
Standar deviasi (S) adalah akar kuadrat simpangan
�
=
(Xi−X)²� �=1
�−1
2. Analisa Inferensial
Analisa inferensial dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel satu dengan yang lain kemudian menentukan sebuah kesimpulan terhadap variabel tersebut. Analisa inferensial yang dipakai adalah regresi linear dengan dua atau lebih variabel independent. Analisa perhitungan menggunakan software statistik.
Y= a + b1X1 + b2 X2 + b3X3 + b4X4 Dimana :
Y = variabel dependent
X1, X2, X3,X4 = variabel independent
a = konstanta
b1, b2, b3,b4 = koefisien regresi
Pada regresi ini ada beberapa uji yang harus dilakukan yaitu uji autokorelasi, uji kolinearitas, uji koefisien, uji hipotesis dan uji signifikansi. Uji autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson ( DW ) sebagai berikut :
Deteksi Autokorelasi Positif:
Jika d < dL maka terdapat autokorelasi positif, Jika d > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif,
Jika dL < d < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.
Deteksi Autokorelasi Negatif:
Jika (4 - d) < dL maka terdapat autokorelasi negatif, Jika (4 - d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif,
Jika dL < (4 - d) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan.
Sedang uji kolinearitas adalah uji yang menunjukkan apakah terjadi korelasi yang kuat antara variabel – variabel independentnya.
independent yang mempunyai korelasi paling kuat dengan variabel dependent yang dimasukkan dalam model terlebih dahulu. Selanjutnya disusul oleh variabel lain dengan tetap menguji apakah variabel pertama yang masuk masih tetap dipertahankan pada model. Jika probabilitas variabel pertama masih signifikan dalam model maka variabel tidak dikeluarkan. Jika probabilitas variabel pertama tidak signifikan lagi maka variabel tersebut dikeluarkan dari analisis. Proses ini berhenti bila sudah tidak ada lagi variabel independent yang harus masuk atau dikeluarkan dalam persamaan. Selanjutnya persamaan regresi diuji untuk mengetahui apakah persamaan regresi tersebut berlaku atau tidak.
E. Bagan Alir Penelitian
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian Mulai
Survey di Lapangan
Analisis dan Pembahasan berdasarkan Theory of Constraints
Selesai
Desain Form Kueisioner Studi Literatur
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan konsultan dan kontraktor yang
menangani proyek pembangunan Pop Hotel Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 15 sampel, yang terdiri dari 5 sampel dari konsultan dan 10 sampel dari kontraktor.
3. Berdasarkan uji komparatif responden, dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi responden yang berbeda dari latar belakang jabatan, pengalaman, pendidikan, dan kelompok perusahaan.
4. Berdasarkan analisa deskriptif dari kendala-kendala yang terjadi, hasil mean tertinggi menunjukkan kendala-kendala yang sering muncul dalam pelaksanaan pekerjaan proyek Pop Hotel Lampung diantaranya pernyataan kendala material A9 yaitu total material sisa cukup tinggi dengan nilai mean sebesar 4,0667 ; pernyataan kendala peralatan B5 yaitu mutu mesin dan alat kerja yang dibutuhkan di lapangan sangat rendah dengan nilai mean sebesar 3,4667 ; pernyataan kendala pekerja C3 yaitu tidak ada motivasi kerja tenaga kerja dengan nilai mean sebesar 3,4667 ; dan pernyataan kendala manajemen pelaksanaan D16 yaitu pelaksanaan jarang diawasi dan proses kemajuan berjalan lambat dengan nilai mean sebesar 3,8667.
5. Dari analisa mean terhadap keempat penyelesaian yang disediakan, perbaikan dibidang manajemen dan jumlah lebih sering dilakukan dan dianggap sanggup untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pelaksanaan.
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan berdasarkan hasil penelitian, yaitu: 1. Sebaiknya proses pengambilan keputusan dalam mengatasi kendala yang
terjadi, tidak hanya berfokus pada perbaikan yang paling kritis saja, tetapi langkah perbaikan dibidang lain juga turut mempengaruhi walaupun dengan pengaruh yang lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Ariefasa,Ryan. 2011. Faktor Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat yang Berpengaruh terhadap Perubahan
Anggaran Biaya pada Pekerjaan Struktur. Jakarta.UI-press.
Astina dkk. Analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan pekerjaan proyek
konstruksi di kabupaten tabanan. Jurnal ilmiah elektronik Infrastruktur Teknik
Sipil.Udayana-press.
Dengi, Marianus T. dkk. 2011. Sistem Manajemen Produksi. Yogyakarta. UPN Veteran-press.
Hansen dan Mowen dalam Gail B. Wright. 2007. Management Accounting, 8th ed. USA. International Thompson Publishing.
Herliansyah, Yudhi. 2008. Managerial Accounting and the Business Environment, Manajemen Biaya. Jakarta. Universitas Mercu Buana-press.
http://deden08m.files.wordprees.com/2009/02/materi-1-2-3-m-biaya.pdf. 20 may 2013. 22:15 WIB.
http://file.Upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196012241991011-NANDAN_SUPRIATNA/KB_D-3/Pengantar_bangunan_bertingkat.pdf. 9 juni 2013. 19:55 WIB.
http://pusbinsdi.net/file/1336635742SISTEM%20RANTAI%20PASOK%20MATERIA L%20DAN%20PERALATAN.pdf. 3 juli 2013. 19:38 WIB.
Iriyato, Santje Magdalena. Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pelaksanaan Proyek Konstruksi Jalan di Kabupaten Jayapura. Teknik Sipil USTJ. Jayapura.
IMA. 1999. Theory of Connstraints (TOC) Management System Fundamentals. Canada.
Institute of ManagementAccountants.
Khadafi, Muhammad. Analisis Penggunaan Aplikasi...FT. Jakarta. 2008.
Setyaningrum, Rina Moestika dan Hamidy, Muhammad Fauzan. 2008. Analisis Biaya Produksi Dengan Pendekatan Theory Of Constraintt Untuk Meningkatkan
Laba (Studi pada PG. Krebet Baru Malang). Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 8 No. 1. Yogyakarta . UPN veteran-press.
Sudarto. 2007. Penggunaan Knowledge-base. Depok. UI-press.
Sudjana. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. 2005
Tangoro, Dwi dkk. 2006. Struktur Bangunan Tinggi dan Bentang Lebar. Jakarta. UI-press.
Undang-Undang No. 18 Th. 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Undang-Undang No.28 Th. 2002 tentang Bangunan Gedung.
Untoyo, Andy dan Pelangi, Herry. 2007. Theory of Constraints dalam Manajemen Konstruksi khususnya di bidang Pelaksanaan Pembangunan Perumahan di
Surabaya. Surabaya. Universitas Kristen Petra-press.
Lampiran A
No. Faktor Pernyataan
1 Material
Keterlambatan pengiriman material Kekurangan bahan konstruksi Kualitas bahan yang kurang baik
Kerusakan bahan ditempat penyimpanan
Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi Kelangkaan karena kekhususan
Kenaikan harga material
Keterbatasan tempat penyimpanan bahan/material Total material sisa cukup tinggi
Sering terjadinya kehilangan material di tempat penyimpanan proyek Ketidaktepatan waktu pemesanan
2 Peralatan
Keterlambatan pengiriman /penyediaan peralatan Kerusakan peralatan
Ketersediaan peralatan yang memadai /sesuai kebutuhan Produktifitas peralatan
Mutu mesin dan alat kerja yang dibutuhkan di lapangan sangat rendah Alat berat yang dibutuhkan sudah sesuai tapi tidak bisa bekerja
dengan optimal karena lapangan yang tidak memungkinkan Alat yang dibutuhkan susah untuk didapatkan
Kemampuan mandor atau operator yang kurang dalam mengoperasikan peralatan
3 Pekerja
Kurangnya keahlian tenaga kerja Rendahnya kedisiplinan tenaga kerja Tidak ada motivasi kerja tenaga kerja
Jumlah pekerja yang kurang memadai /sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada
Produktifitas pekerja rendah Pengalaman tenaga kerja kurang Penggantian tenaga kerja baru
Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala tukang/mandor kurang Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji bahan
Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena cacat/tidak benar
Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang disepakati
Adanya banyak(sering) pekerjaan tambah
4 Manajemen Pelaksanaan
Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai Kesulitan pendanaan di kontraktor
Metode konstruksi/ pelaksanaan kerja yang salah atau tidak tepat Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor yang tidak terjadwal Kurangnya komunikasi antara perencana dan pengawas Keadaan permukaan dan dibawah permukaan tanah Kurangnya instruksi dilapangan
Pelaksanaan jarang diawasi dan proses kemajuan berjalan lambat Site manajemen yang ada dirasa kurang baik secara keseluruhan Jumlah pengawas yang ada kurang mencukupi
Lambatnya proses pengambilan keputusan Terjadinya perubahan desain oleh owner Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana
Sumber :
1. Blocher et al (2001), Hansen and Mowen (2000), Garrison and Noreen (2003), dan Tersine (1994) dalam Andy U dan Herry P (2007)
2. Ryan Ariefasa (2011)
3. Findy Kamaruzzaman (2012)
Data Responden :
Nama : ... Alamat : ... Jabatan Anda saat ini : ... Usia Anda saat ini : ... tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan Pendidikan terakhir :
SMA D3 S1 S2
Lainnya (...) Nama Perusahaan : ... Alamat Perusahaan : ... Usia Perusahaan : ... tahun
Pengalaman :
0 - 2 Tahun 2 - 5 Tahun >5 Tahun Lama bekerja :
0 - 2 Tahun 2 - 5 Tahun >5 Tahun
Pernyataan-pernyataan berikut didesain untuk mengetahui tingkat kendala intern yang ada di dalam pekerjaan struktur pada pelaksanaan proyek pembangunan Pop Hotel Lampung. Dalam setiap pernyataan dalam kueisioner ini, berilah jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda sebagai bagian dari tim manajemen yang ikut bertugas mengatur jalannya proyek.
Material
Keterlambatan pengiriman material
Jumlah Kapasitas penyimpanan material diperbesar sehingga dapat menampung material lebih
banyak
Mutu
Melakukan hubungan kerjasama dengan
supplier agar pengiriman bisa lebih lancar
dan tidak terlambat
Kekurangan bahan konstruksi
Manajemen Melakukan perbaikan dibagian logistik Waktu Membuat jadwal pengadaan dan penggunaan
bahan sebelum melaksanakan proyek
Jumlah
Menambahkan pemesanan material + 10 % dari material yang dibutuhkan, namun tetap
harus disesuaikan dengan anggaran proyek Mutu Melakukan pengecekan stok material
(membuat data jenis dan jumlah material)
Kualitas bahan yang kurang baik
Manajemen Menggunakan material/ bahan yang sesuai
dengan spesifikasi
Waktu
Membuat jadwal pengecekan (Quality Control) terhadap material yang akan digunakan dan mendapatkan persetujuan dari
owner dan tim pengawas Jumlah Menambah jumlah pengawas
Mutu Melakukan penyimpanan material yang tepat
Kerusakan bahan ditempat penyimpanan
Manajemen
Meletakkan bahan sesuai dengan jenisnya dan memperhatikan saran cara
penyimpanannya Waktu Menyesuaikan dengan kebutuhan untuk
jangka waktu yang tidak cukup lama
Jumlah Tidak mengadakan material sekaligus
Mutu
Melakukan pengecekan terhadap kondisi
material/ bahan
Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi
Manajemen
Menyesuaikan dengan desain awal namun tetap memperhatikan spesifikasi teknis yang
dapat diterima dari fungsinya Waktu Membuat jadwal pengadaan bahan serta
Kelangkaan karena kekhususan
Manajemen material dengan yang lain namun berfungsi
sama
Waktu Membuat daftar bahan yang akan digunakan Jumlah Mengadakan persediaan material yang lebih
banyak
Mutu Membuat kerjasama dengan produsen
material
Kenaikan harga material
Manajemen Melakukan konsultasi dengan pihak yang
terkait tentang kenaikan harga material
Waktu Mengutamakan pekerjaan yang utama Jumlah Menghemat pengeluaran harga material
dengan belanja cerdas
Mutu
Mencari alternatif material yang harganya masih sesuai dengan anggaran dari material
tersebut dan tetap memperhatikan spesifikasi
Keterbatasan tempat penyimpanan bahan/
material
Manajemen Mengatur site plant penempatan material,
namun tidak jauh dari lokasi pengerjaan Waktu Mengatur waktu penggunaan lokasi untuk
penempatan material
Jumlah
Tidak menumpuk material dan lebih efektif jika material yang datang langsung dapat
digunakan Mutu Menggunakan tempat penyimpanan yang ada
seefektif mungkin
Total material sisa cukup tinggi
Manajemen Memakai kembali sisa material yang masih
dapat digunakan
Waktu Memperbaiki jadwal pengadaan material
Jumlah
Melakukan perhitungan kebutuhan material
Ketidaktepatan waktu pemesanan
Manajemen Melakukan briefing/ rapat kordinasi
mengenai pemesanan material
Waktu Mempercepat jadwal pengadaan bahan
Jumlah Melebihkan jumlah bahan/ material
Mutu
Melakukan hubungan kerjasama dengan
supplier agar pengiriman bisa lebih lancar untuk menuju lokasi proyek agar pengiriman
peralatan bisa lebih mudah dan lancar Waktu Jadwal mobilisasi peralatan dilakukan lebih
awal sebelum proyek dimulai Jumlah Melebihkan jumlah pengiriman (overhead
quantity)
Mutu
Melakukan hubungan kerjasama dengan
supplier agar pengiriman bisa lebih lancar
dan tidak terlambat
Kerusakan peralatan
Manajemen
Melakukan rapat kordinasi untuk
memperbaiki peralatan yang rusak Jumlah Melebihkan jumlah peralatan pada daftar
peralatan yang akan digunakan
Mutu
Melakukan kerja sama dengan supplier yang mampu menyediakan peralatan yang
dibutuhkan
Manajemen
Mencari operator yang bertanggungjawab dan mempunyai pengalaman serta kemampuan untuk memaksimalkan
Mutu
Peralatan disesuaikan dengan fungsi dan
kegunaannya
Mutu mesin dan alat kerja yang dibutuhkan
di lapangan sangat rendah
Manajemen Mempersiapkan perencanaan alat dengan
baik agar tidak terjadi kesalahan Waktu Mengatur jadwal penggunaan mesin dengan
lebih terencana Jumlah Menambah jumlah mesin yang dibutuhkan
untuk mempersingkat pekerjaan
Mutu
Menjaga kondisi mesin dan alat kerja yang dibutuhkan agar kondisi tetap terawat dan
siap digunakan kapanpun
Alat berat yang dibutuhkan sudah sesuai tapi tidak bisa bekerja dengan optimal karena
lapangan yang tidak memungkinkan
Manajemen Mengatur kondisi lapangan dengan baik
Waktu Mempercepat persiapan lahan Jumlah Menambah jumlah peralatan agar persiapan
lahan lebih cepat
Mutu Mengutamakan pekerjaan yang efektif
Alat yang dibutuhkan susah untuk
didapatkan
Manajemen Mencari alternatif alat lain tetapi tetap sama
fungsi dan kegunaannya
Waktu Mengatur waktu pemesanan alat dengan baik
Jumlah Menambah jumlah peralatan Mutu Melakukan kerja sama dengan supplier yang
mampu menyediakan alat tersebut
Kemampuan mandor atau operator yang
kurang dalam mengoperasikan peralatan
Manajemen Melakukan training/ pelatihan kepada
operator
Waktu Mengatur waktu istirahat yang cukup untuk
operator
Jumlah Menambah jumlah operator yang
berpengalaman
Mutu
Memilih mandor/ operator yang telah berpengalaman dan bila perlu telah memiliki
sertifikat
Kurangnya keahlian tenaga kerja Manajemen
Melakukan job training/ pelatihan sesuai keahliannya agar pekerja mempunyai skill
Pekerja
Rendahnya kedisiplinan tenaga kerja
Manajemen Memberi peringatan kepada pekerja yang
tidak disiplin
Waktu
Memperjelas waktu masuk, istirahat dan
pulang
Jumlah pekerja yang kurang memadai/ sesuai
dengan aktifitas pekerjaan yang ada
Manajemen Mengalihkan pekerja ke item pekerjaan yang
lain agar pekerjaan lebih efektif Waktu Membuat analisis kebutuhan pekerja perhari
setiap item pekerjaan
Jumlah Menambah tenaga kerja yang dibutuhkan
Mutu Meningkatkan pengawasan terhadap pekerja
Produktifitas pekerja rendah
Manajemen Pekerja disesuaikan dengan keahlian di
bidangnya dan kebutuhan dalam pelaksanaan
Manajemen Menyediakan pelaksana yang mampu
tidak menggangu pekerjaan yang telah
berjalan
Jumlah Membatasi jumlah penggantian tenaga kerja/
mengganti sesuai kebutuhan
Mutu Menggunakan tenaga yang ahli di bidangnya
Komunikasi antara tenaga kerja dan kepala
tukang/ mandor kurang
Manajemen
Melakukan briefing/ rapat kordinasi antara mandor, kepala tukang dan pekerja sebelum
bekerja dan evaluasi setelah bekerja
Waktu
Menambah waktu pertemuan agar lebih sering ada komunikasi antara tenaga kerja
dan mandor
Keterlambatan proses pemeriksaan dan uji
bahan
Manajemen Melakukan briefing/ rapat kordinasi antara
pengawas, kontraktor dan penguji bahan Waktu Membuat jadwal pemeriksaan dan uji bahan
oleh kontraktor
Jumlah Menambah jumlah sumber bahan Mutu Menggunakan sumber bahan yang sesuai
spesifikasi
Banyak hasil pekerjaan yang harus
diperbaiki/ diulang karena cacat/ tidak benar
Manajemen
Melakukan briefing/ rapat kordinasi antara pengawas dan pelaksana tentang pekerjaan
yang cacat dan harus diperbaiki
Waktu Melakukan pengecekan secara berkala
Jumlah Menambah tenaga kerja yang ahli Mutu Meningkatkan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan
Proses dan tata cara evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama dan lewat jadwal yang
disepakati
Manajemen Melakukan briefing/ rapat kordinasi tentang
evaluasi kemajuan pekerjaan Waktu Mempercepat pembuatan laporan
harian,mingguan dan bulanan
Jumlah Menambah jumlah tenaga ahli
Adanya banyak (sering) pekerjaan tambah
Manajemen Melakukan briefing/ rapat kordinasi antara
perencana, pengawas dan pelaksana
Waktu Mempercepat desain kerja Jumlah Menambah tenaga yang ahli di bidang
perencanaan Mutu Melakukan pengecekan ulang terhadap
desain yang telah dibuat
Perubahan lingkup pekerjaan pada waktu
pelaksanaan
Manajemen
Melakukan briefing/ rapat kordinasi antara
owner dan pelaksana tentang perubahan
lingkup pekerjaan Waktu Membuat dokumentasi perencanaan ruang
lingkup proyek
Jumlah Menambah jumlah tenaga ahli Mutu Melakukan kontrol terhadap perubahan
ruang lingkup agar tidak meluas
Rencana urutan kerja yang tidak tersusun
dengan baik/ terpadu
Manajemen Membuat time schedule
Waktu Melakukan pekerjaan berdasarkan urutan
waktu yang sudah ditentukan
Jumlah Menambah jumlah tenaga ahli Mutu Meningkatkan pengawasan terhadap
pekerjaan
Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan
yang telah selesai
Manajemen
Melakukan briefing/ kordinasi antara pengawas dan pelaksana tentang perubahan
pekerjaan Waktu Melakukan pekerjaan berdasarkan urutan
waktu yang sudah ditentukan
Jumlah Menambah jumlah tenaga ahli Mutu Meningkatkan pengawasan terhadap
Jumlah Menyediakan dana cadangan dalam setiap
pengajuan anggaran
Mutu Menggunakan kontraktor yang tepat
Metode konstruksi/ pelaksanaan kerja yang
salah atau tidak tepat
Manajemen
Melakukan briefing/ rapat kordinasi tentang metode konstruksi setiap pelaksanaan
pekerjaan
Manajemen Melakukan briefing / rapat kordinasi untuk
menyatukan jadwal
Waktu Membuat jadwal yang sesuai
Jumlah Menambah tenaga ahli
Mutu Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
Pengajuan contoh bahan oleh kontraktor
yang tidak terjadwal
Manajemen Melakukan rapat kordinasi antara pengawas,
pelaksana dan penguji bahan Waktu Membuat jadwal pengajuan contoh bahan
oleh kontraktor
Jumlah Menambah jumlah sumber bahan Mutu Menggunakan sumber bahan yang sesuai
spesifikasi
Kurangnya komunikasi antara perencana dan
pengawas
Manajemen
Diadakan rapat dengan seluruh staff
perencana dan pengawas agar tidak terjadi
misscommunication di lapangan Waktu Menambah waktu pertemuan Jumlah Menambah pengawas yang diikutkan dalam
bagian kontraktor Mutu Mencari pengawas yang kompeten sehingga
dapat sepikiran dengan perencana
Keadaan permukaan dan dibawah permukaan
tanah
Manajemen Melakukan rapat kordinasi untuk membahas
mengenai kontur tanah
Kurangnya instruksi dilapangan
Manajemen Melakukan briefing/ rapat kordinasi antara
kontraktor dan pengawas Waktu Lebih sering melakukan pengawasan/
instruksi kerja
Jumlah Menambah jumlah pengawas
Mutu Mencari pengawas yang kompeten
Pelaksanaan jarang diawasi dan proses
kemajuan berjalan lambat
Manajemen Meningkatkan kinerja pengawasan dan
pelaksanaan pekerjaan
Waktu Memberlakukan waktu kerja lembur
Jumlah Menambah jumlah pengawas
Mutu Mencari pengawas yang kompeten
Site manajemen yang ada dirasa kurang baik
secara keseluruhan
Manajemen Menggunakan site seefektif mungkin Waktu Mengatur jadwal penggunaan site
Jumlah
Melengkapi fasilitas dalam site agar para
staff nyaman dalam melaksanakan
pekerjaannya Mutu Pembuatan site didasarkan fungsi dan
kebutuhannya
Jumlah pengawas yang ada kurang
mencukupi
Manajemen Memaksimalkan kinerja pengawasan dengan
personil yang ada
Melakukan rapat kordinasi guna membahas tentang permasalahan proyek agar dalam pengambilan keputusan oleh owner tidak
mengalami keterlambatan
Waktu Pengawas harus lebih komunikatif
Jumlah Menambah pengawas
Terjadinya perubahan desain oleh owner Waktu Keputusan desain dipercepat
Jumlah Menambah jumlah tenaga ahli Mutu Menyesuaikan desain dengan kondisi
lapangan
Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana
Manajemen
Melaksanakan rapat kordinasi sebelum memulai pelaksanaan oleh owner untuk
membahas masalah perencanaan
Waktu Keputusan desain dipercepat
Jumlah Menambah jumlah tenaga ahli Mutu Menyesuaikan desain dengan kondisi
lapangan
Keterangan:
SlT = Selalu Terjadi TD = Tidak pernah dilakukan SrT = Sering Terjadi JT = Jarang dilakukan
C = Cukup C = Cukup
Pertanyaan-pertanyaan polling di bawah ini untuk mengetahui persepsi dari responden mengenai beberapa pertanyaan yang memiliki hubungan dengan kendala yang terjadi pada proses pekerjaan struktur gedung.
1. Pada bagian pekerjaan struktur manakah yang Anda temui mengalami kendala dalam pengerjaannya?
a. Pondasi b. Kolom c. Balok d. Pelat e. Shearwall f. Tangga
2. Pada proses pekerjaan pondasi (bored pile), pekerjaan mana yang paling banyak ditemui kendala ?
a. Pekerjaan tanah dan urugan b. Pekerjaan beton
c. Pekerjaan pembesian d. Pekerjaan lain-lain
3. Pada proses pekerjaan kolom, bagian manakah yang paling banyak ditemui kendala? a. Penulangan
b. Perancah c. Pengecoran
4. Pada proses pekerjaan balok, bagian manakah yang paling banyak ditemui kendala? a. Penulangan
b. Perancah c. Pengecoran
5. Pada proses pekerjaan pelat, bagian manakah yang paling banyak ditemui kendala? a. Penulangan
kendala? a. Penulangan b. Perancah c. Pengecoran
7. Pada proses pekerjaan tangga, bagian manakah yang paling banyak ditemui kendala? a. Penulangan
b. Perancah c. Pengecoran
8. Berapa persenkah pengaruh dari kendala yang ada pada pekerjaan struktur bangunan gedung terhadap schedule proyek secara keseluruhan?
CM
Suharsono
Admin
Yenni
Deputi Tehnik/Kontrak Progress
Nasril Sunjoto
Tehnik Kontrak
Sutikno Sunjoto
Kepala Sipil Kepala MEP
Sunjoto Teguh
Site Engineer Inspektor
Project Manager
SUWOTO
Adm / Cashier
SUCI MARISKA
Site Engineer MEP
SYAMSUL
QA – QC
RIDWAN
Subcont
MEP
K3
POPOH
Mekanik
ABIDIN
Surveyor
RAMTO
Supervisor
KARSITO SUPRIYADI
QS / BBS
ANDRE
Pelaksana perencana
DHANI
Gudang
UNTUNG MUSLIMIN
Keamanan
ZAMRONI
Site Engineer
272 0,0996 0,1185 0,1405 0,1554 0,1977
273 0,0994 0,1183 0,1402 0,1551 0,1974
274 0,0992 0,1181 0,1400 0,1548 0,1970
275 0,0990 0,1179 0,1397 0,1545 0,1967
276 0,0989 0,1177 0,1395 0,1543 0,1963
277 0,0987 0,1175 0,1392 0,1540 0,1960
278 0,0985 0,1173 0,1390 0,1537 0,1956
279 0,0983 0,1170 0,1387 0,1534 0,1953
280 0,0981 0,1168 0,1385 0,1532 0,1949
281 0,0980 0,1166 0,1382 0,1529 0,1946
282 0,0978 0,1164 0,1380 0,1526 0,1943
283 0,0976 0,1162 0,1377 0,1524 0,1939
284 0,0975 0,1160 0,1375 0,1521 0,1936
285 0,0973 0,1158 0,1373 0,1518 0,1932
286 0,0971 0,1156 0,1370 0,1516 0,1929
287 0,0969 0,1154 0,1368 0,1513 0,1926
288 0,0968 0,1152 0,1366 0,1510 0,1923
Lampiran B
37 2 2 2 3 3 4 5 4 4 3 4 3 3 3 3
38 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 2 2 2 2
39 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 1 1 3 3
40 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3
41 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 4 4
42 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3
43 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
44 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4
45 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 2 2 3 3
46 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 3
47 4 4 4 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2