• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DENGAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI

DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

JEANI NURDIANA SARI 1401412170

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Membangkitkan minat dan mengobarkan semangat adalah cara efektif untuk melakukan pekerjaan dengan mudah dan sukses. (Tyron Edwards)

PERSEMBAHAN

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul “Hubungan antara Minat Baca dengan Hasil Belajar IPS Siswa

Kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Semarang”dengan lancar.

Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu dengan hormat diucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu sampai selesai. 2. Prof. Dr. Fakhrudin, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan kesempatan izin penelitian.

3. Dra. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.

4. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Sukarjo, S.Pd., M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah bersedia menguji skripsi dan memberikan masukan dalam dalam penulisan skripsi ini. 7. Segenap dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah membekali ilmu yang

bermanfaat.

(7)

vii

9. Guru Kelas V SDN Tambangan 01 dan seluruh guru Kelas V di SDN Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pembelajaran di SD.

Semarang, September 2016

(8)

viii

ABSTRAK

Sari, Jeani Nurdiana. 2016. Hubungan antara Minat Baca dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang.

Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd. dan Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd.

Salah satu proses belajar yang efektif adalah membaca. Kegiatan membaca harus didasari dengan minat baca. Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) adakah hubungan yang signifikan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang?, (2) Seberapa besar persentase hubungan antara antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di kecamatan Mijen Kota Semarang?. Tujuan penelitian ini, yaitu: (1) untuk menguji hubungan yang signifikan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang, (2) untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di kecamatan Mijen Kota Semarang.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Sampel penelitian yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Mijen Semarang yang berjumlah 100 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik

proportionate random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan

angket/kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Pengujian hipotesis menggunakan uji product moment dengan bantuan program SPSS versi 22.

Hasil penelitian menunjukkan besarnya nilai korelasi minat baca dan hasil belajar IPS adalah 0,633 dengan tingkat korelasi kuat (rhitung 0,633 > rtabel 0,195).

Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang. Besarnya persentase hubungan minat baca dan hasil belajar IPS yaitu 40,06%.

Simpulan penelitian ini, yaitu (1) ada hubungan yang signifikan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang, (2) Hubungan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang sebesar 40,06%. Saran penelitian ini, bagi: (1) guru, hendaknya memberikan motivasi siswa untuk membiasakan diri dengan membaca, (2) siswa, hendaknya siswa menambah intensitas membaca dengan membuat jadwal kegiatan membaca.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Hakikat Minat Baca ... 9

2.1.1.1 Pengertian Minat ... 9

2.1.1.2 Ciri-ciri Minat ... 11

2.1.1.3 Jenis-jenis Minat ... 13

2.1.1.4 Pengertian Membaca ... 12

2.1.1.5 Pengertian Minat Baca ... 16

2.1.1.6 Faktor yang mempengaruhi Minat Baca ... 17

2.1.1.7 Cara menumbuhkan Minat Baca ... 19

2.1.1.8 Indikator Pengukuran Minat Baca ... 23

(10)

x

2.1.2.1 Pengertian Belajar ... 26

2.1.2.2 Tujuan Belajar ... 27

2.1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar ... 27

2.1.2.4 Pengertian Pembelajaran ... 29

2.1.2.5 Ciri-ciri Pembelajaran ... 29

2.1.3 Hakikat Hasil Belajar ... 30

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar ... 30

2.1.3.2 Ranah Hasil Belajar ... 32

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 34

2.1.4 Hakikat IPS di SD ... 35

2.1.4.1 Pengertian IPS ... 35

2.1.4.2 Tujuan IPS ... 37

2.1.4.3 Ruang Lingkup IPS ... 38

2.1.4.4 Pembelajaran IPS di SD ... 39

2.1.5 Hakikat Asesmen Pembelajaran ... 41

2.1.5.1 Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran ... 41

2.1.5.2 Prinsip-prinsip Asesmen Pembelajaran ... 42

2.1.5.3 Jenis-jenis Jenis Asesmen Pembelajaran ... 43

2.1.5.4 Asesmen Pembelajaran IPS di SD ... 45

2.1.6 Hubungan antara Minat Baca dengan Hasil Belajar IPS ... 48

2.2 Kajian Empiris ... 49

2.3 Kerangka Berpikir ... 51

2.4 Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 54

3.2 Prosedur Penelitian ... 54

3.3 Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 55

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 56

3.4.1 Populasi Penelitian ... 56

3.4.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 57

(11)

xi

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 59

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.8 Uji Coba Instrumen, Validitas , dan Reliabilitas ... 62

3.9 Analisis Data ... 67

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 67

3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 73

4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 73

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Variabel Minat Baca ... 82

4.2.1.2 Analisis Deskriptif Variabel Hasil Belajar IPS ... 76

4.2.2 Pengujian Hipotesis ... 84

4.2.2.1 Uji Analisis Akhir ... 86

4.3 Pembahasan... 89

4.3.1 Pemaknaan Temuan ... 89

4.3.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 98

4.3.2.1 Implikasi Teoretis ... 98

4.3.2.2 Implikasi Praktis ... 98

4.3.2.3 Implikasi Pedagogis ... 99

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 100

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan

Kecamatan Mijen Kota Semarang... 56

Tabel 3.2 Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 58

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Item Instrumen ... 63

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Angket Minat Baca... 65

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Angket Minat Baca ... 67

Tabel 3.6 Kriteria Variabel Minat Baca ... 68

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Hasil Belajar... 69

Tabel 3.8 Kriteria Variabel Hasil Belajar IPS ... 69

Tabel 3.9 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 66

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Minat Baca Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang... 74

Tabel 4.2 Skor Rata-rata Per Indikator Minat Baca Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 76

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Indikator Kesenangan Membaca ... 77

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Dorongan untuk Membaca ... 78

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Kesadaran akan Manfaat Membaca ... 79

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Frekuensi dan Ketersediaan Waktu untuk Membaca ... 80

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Kuantitas Sumber Bacaan ... 81

(13)

xiii

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas... 84

Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas ... 86

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi ... 88

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Desain Kerangka Berfikir ... 53 Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Variabel Minat Baca Siswa Kelas V

Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang .. 74 Gambar 4.2 Diagram Presentasi Minat Baca Siswa Kelas V Gugus

Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 75 Gambar 4.3 Diagram Frekuensi Variabel Hasil Belajar IPS Siswa

Kelas V SD Negeri di Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 83 Gambar 4.4 Diagram Presentase Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi Angket Uji Coba Minat Baca ... 106

Lampiran 2 Angket Uji Coba Minat Baca ... 107

Lampiran 3 Lembar Angket Uji Coba Minat Baca Siswa ... 110

Lampiran 4 Tabulasi Data Uji Coba Angket Minat Baca ... 112

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba Minat Baca ... 113

Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas Angket Uji Coba Minat Baca ... 114

Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Penelitian Minat Baca ... 115

Lampiran 8 Angket Penelitian Minat Baca ... 116

Lampiran 9 Lembar Angket Penelitian Minat Baca Siswa ... 119

Lampiran 10 Hasil Analisis Deskriptif Minat Baca Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 121

Lampiran 11 Hasil Analisis Deskriptif Minat Baca Per Indikator Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 124

Lampiran 12 Kisi-Kisi Wawancara Guru dan Siswa ... 126

Lampiran 13 Lembar Wawancara Guru ... 127

Lampiran 14 Lembar Wawancara Siswa ... 128

Lampiran 15 Lembar Hasil Wawancara Guru dan Siswa ... 129

Lampiran 16 Hasil Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 131

Lampiran 17 Hubungan antara Minat Baca dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang ... 134

Lampiran 18 Hasil Uji Normalitas ... 137

(16)

xvi

Lampiran 20 Hasil Uji Korelasi ... 139

Lampiran 21 Daftar Responden Uji Coba Angket Minat Baca ... 140

Lampiran 22 Daftar Responden Sampel Penelitian ... 141

Lampiran 23 Hasil Wawancara Pra Penelitian ... 144

Lampiran 24 Surat Keputusan... 146

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 147

Lampiran 26 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 153

(17)

1

1.1

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas 2011:3).

Proses pendidikan di Indonesia tercakup dalam satu kesatuan yaitu Pendidikan Nasional. Sesuai dengan UU nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (Sisdiknas 2011:7).

(18)

manusia, tempat, dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP 2006:175-176).

Susanto (2013:148), pendidikan IPS di sekolah dasar bertujuan untuk memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global untuk mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat serta mampu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk berperan sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik. Pendidikan IPS di SD berlangsung melalui kegiatan pembelajaran yang mengarah pada hasil belajar. Susanto (2013:5), hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Keberhasilan belajar siswa dapat tercapai melalui proses belajar yang efektif.

(19)

Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan sosial dapat dilakukan dengan memperbanyak frekuensi membaca. Pada dasarnya ilmu pengetahuan sosial merupakan pelajaran yang dinamis dalam arti selalu berkembang, sehingga mengharuskan siswa untuk mengikuti perkembangan tersebut dengan memperbanyak membaca. Namun, kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang sangat ditentukan oleh minat yaitu minat baca.

Sudarsana dan Bastiano (2010:4.24), minat membaca merupakan kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca supaya mau membaca dengan kemauan sendiri. Anak yang mempunyai minat dan perhatian yang tinggi terhadap suatu bacaan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bacaan yang terkait. Adanya minat baca, akan membuat anak tertarik terhadap kegiatan membaca dan buku bacaan. Anak yang sudah terbiasa membaca akan gemar membaca buku dan menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan hidup yang tiada hari tanpa membaca.

(20)

Kajian PIRLS (Progress in Internasional Reading Literacy Study) tahun 2011 tentang Studi Internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh IEA menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan siswa Indonesia dengan skor 51,7, dibawah Filipina (skor 52,6); Thailand (skor 65,1); Singapura (74,0); dan Hongkong (skor 75,5). Kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah yaitu 30% saja dari materi bacaan karena mereka mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran (Pusat Penilaian Badan Penelitian Kemendikbud).

Berdasarkan Naskah Akademik Kajian Kurikulum mata pelajaran IPS (BSNP 2007:5-7), ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan standart isi mata pelajaran IPS seperti guru masih berorientasi pada buku teks, alokasi waktu yang diberikan cukup singkat sedangkan materi yang harus diberikan cukup banyak, sumber belajar yang masih kurang, dan lain-lain. Hal ini didukung dengan hasil laporan PISA (Programme for International Student Assessment)

tahun 2012 menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar di Indonesia lebih rendah dibanding negara lain, termasuk mata pelajaran IPS.

(21)

SD Negeri Jatisari menunjukkan bahwa seluruh siswa kelas V mempunyai minat baca yang berbeda-beda. Hal tersebut ditunjukkan dengan kegiatan membaca siswa yang dilakukan di sekolah. Sebagain besar siswa masih ada yang bermain-main sendiri ketika mendapatkan perintah dari guru untuk membaca materi pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial. Ada beberapa siswa yang mau membaca materi pelajaran, ketika hari berikutnya ada ulangan harian SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang sudah dilengkapi fasilitas perpustakaan yang memadai meliputi kelengkapan buku bacaan. Pada saat kunjungan perpustakaan, ada siswa yang membaca atau meminjam buku, ada yang hanya membolak balik buku yang di pilih, ada yang bermain-main sendiri.

Diduga perbedaan minat baca siswa akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sosial. Dilihat dari nilai ulangan akhir semester satu mata pelajaran IPS, terdapat 92 siswa (37,8%) masih belum memenuhi KKM (67) dan sisanya 151 siswa (62,2%) mendapatkan nilai diatas KKM. Hasil belajar IPS tersebut menunjukkan perbedaan yang cukup besar antara siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Mengingat pentingnya peranan minat baca dalam kegiatan belajar, maka harus dilakukan peningkatan minat baca untuk menunjang keberhasilan belajar siswa.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Ade Irma Nursalina dan Tri Esti Budiningsih tahun 2014, berjudul “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Minat

(22)

positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan minat membaca pada anak kelas V SD Negeri 1 Doplang. Tingginya motivasi berprestasi siswa diikuti dengan tingginya minat membaca pada anak tersebut dan sebaliknya. Tingkat motivasi berprestasi siswa berada pada kriteria rendah yaitu sebesar 53,1% dan tingkat minat membaca berada pada kriteria rendah yaitu 56,2%.

Penelitian lain dilakukan oleh Endarwati tahun 2013, berjudul “Hubungan antara Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas VI SD Negeri Gugus Diponegoro Batuwarno Wonogiri”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif yang signifikan antara minat membaca dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri; (2) ada hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro kecamatan Batuwarno kabupaten Wonogiri yaitu semakin baik penguasaan kosakata siswa semakin baik pula keterampilan berbicaranya; (3) ada hubungan positif yang signifikan antara minat membaca, penguasaan kosakata dengan keterampilan berbicara pada siswa kelas VI SD Negeri di Gugus Diponegoro kecamatan Batuwarno kabupaten Wonogiri.

Penelitian dari Hery Hidayat dan Siti Aisah tahun 2013, berjudul “Read

Interest Co-Relational with Student Study Performance In IPS Subject Grade IV

(23)

(2) kinerja belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPS juga sudah cukup baik, terlihat dari variasi skor kinerja belajar sebesar 48,6%. Data tersebut menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara minat baca dengan kinerja belajar siswa di kelas IV SDN 01 Pagerwangi Lembang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian korelasional dengan judul “Hubungan antara Minat Baca dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang”.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian yaitu:

a. Adakah hubungan yang signifikan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di kecamatan Mijen Kota Semarang?

b. Seberapa besar hubungan antara minat baca dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di kecamatan Mijen Kota Semarang?

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yaitu: a. Untuk menguji hubungan yang signifikan antara minat baca dengan hasil

belajar IPS siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Mijen Kota Semarang. b. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara minat baca dengan hasil

(24)

1.4

MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini, yaitu

1) memberikan kontribusi bagi pendidikan khususnya di Indonesia.

2) memberikan khasanah pengetahuan tentang hubungan antara minat baca dengan hasil belajar IPS.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis, bagi:

1) peneliti : memperdalam pengetahuan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam praktik belajar yang sesungguhnya. 2) guru : memberikan gambaran kepada guru tentang hubungan minat baca dengan hasil belajar IPS sebagai pedoman untuk meningkatkan minat baca dan hasil belajar IPS siswa.

(25)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Minat Baca 2.1.1.1 Pengertian Minat

Suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sangat ditentukan oleh minat terhadap aktivitas tersebut. Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Susanto (2013:58) menyatakan bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasaan dalam dirinya.

(26)

Sardiman (2011:76) menyatakan bahwa minat sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Minat timbul tidak secara tiba-tiba melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar atau bekerja. Minat akan selalu berkaitan dengan kebutuhan atau keinginan.

Menurut Sobur (2013:246) seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan lebih mudah mempelajari bidang tersebut. Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat memengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Minat atau keinginan ini erat kaitannya dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian yang ada akan menimbulkan kehendak pada seseorang. Kehendak atau kemauan tersebut berhubungan erat dengan kondisi fisik seseorang yaitu keadaan sakit, lelah, lesu, atau sehat dan segar, selain itu erat hubungannya pula dengan kondisi psikis seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah, dan seterusnya. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

(27)

suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, yaitu melalui partisipasi dalam suatu aktivitas tertentu. Untuk memperjelas pengertian dari minat, ada beberapa ciri-ciri tentang minat. 2.1.1.2Ciri-ciri Minat

Hurlock (dalam Susanto 2013:62) menyebutkan ada tujuh ciri-ciri minat yaitu sebagai berikut:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

Minat pada semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental, misalnya perubahan minat dalam hubungannya dengan perubahan usia. b. Minat tergantung pada kegiatan belajar

Kebiasaan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat seseorang.

c. Minat tergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga bagi setiap orang yang dapat memperoleh kesempatan untuk belajar.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

Keterbatasan minat disebabkan keadaan fisik yang tidak memungkinkan. e. Minat dipengaruhi oleh budaya

Budaya sangat memengaruhi minat, karena budaya yang semakin luntur akan melunturkan minat pula.

f. Minat berbobot emosional

(28)

g. Minat berbobot egosentris

Jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

2.1.1.3 Jenis-jenis Minat

Rosyidah (dalam Susanto 2013:60), pada prinsipnya minat yang timbul dalam diri seseorang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (1) minat yang timbul dari pembawaan, timbul dengan sendirinya yang dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat ilmiah; (2) minat yang timbul karena pengaruh dari luar, timbul seiring dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.

Pengelompokan jenis-jenis minat menjadi sepuluh macam menurut Kuder (dalam Susanto 2013:61), yaitu:

a. Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang, dan tumbuhan.

b. Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaanyang bertalian dengan mesin-mesin atau alat mekanik.

c. Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang membutuhkan perhitungan.

d. Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk menemukan fakta-fakta baru dan pemecahan masalah.

(29)

f. Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian,kerajian, dan kreasi tangan

g. Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan masalah-masalah membaca dan menulis berbagai karangan.

h. Minat musik, yaitu minat terhadap masalah-masalah musik, seperti menonton konser dan memainkan alat-alat musik.

i. Minat layanan sosial, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan untuk membantu orang lain.

j. Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan administratif. Slameto (2010:180) menyatakan bahwa minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh dengan belajar. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Minat terhadap sesuatu hal atau kegiatan akan membantu seseorang mempelajari hal tersebut. Susanto (2013:148) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah satu hal atau kegiatan seseorang yang harus didasari dengan minat adalah membaca.

2.1.1.4 Pengertian Membaca

(30)

suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata / bahasa tulis, oleh karena itu membaca merupakan salah satu bagian penting dari kemampuan berbahasa yang perlu ditumbuhkan minatnya.

Somadayo (2011:4), membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Membaca semakin penting dalam kehidupan masayarakat yang semakin kompleks karena setiap aspek melibatkan kegiatan membaca. Dalman (2014:5) membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Membaca sebagai proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Sejalan dengan hal itu, Rahim (2011:3) mengemukakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka membaca merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memahami dan memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan yang terdapat dari suatu bacaan. Seseorang yang membaca akan bisa mengenal kata-kata, gambar-gambar, mengetahui dan menghayati ide yang dikemukakan oleh pengarang yang terdapat dalam suatu bacaan, sehingga membaca merupakan suatu proses dan membaca membutuhkan suatu sumber yaitu sumber bacaan.

(31)

memperoleh pesan atau memahami makna melalui bacaan. Tujuan membaca merupakan sesuatu yang ingin dicapai atau didapatkan oleh pembaca dari proses membaca yang dilakukannya. Haryadi (2012:16) menyatakan bahwa tujuan membaca dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang selalu dicanangkan oleh pembaca sewaktu membaca. Seringnya tujuan yang diinginkan oleh pembaca bisa dilihat statusnya dan kegemarannya. Tujuan khusus adalah tujuan yang dicanangkan pembaca pada saat tertentu sesuai situasi dan kondisi. Misal, membaca untuk mengisi waktu luang.

Kegiatan membaca memberikan banyak manfaat, salah satunya bermanfaat untuk mencari informasi dan memperluas cakrawala pengetahuan. Haryadi (2012: 18) menyebutkan manfaat membaca yaitu guna, faedah, atau sesuatu yang diperoleh dari kegiatan membaca. Jika tujuan membaca ditentukan sebelum membaca dan saat membaca, maka akan diperoleh manfaat setelah kegiatan membaca. Adapun manfaat membaca antara lain:

a. Menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis.

b. Mengajak seseorang untuk berinstropeksi atau melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain.

c. Membaca memicu imajinasi, karena dengan membaca seseorang dapat menangkap sebanyak mungkin pengetahuan dan pengalaman dari orang lai. d. Membaca dapat bermanfaat dalam mengikuti laju perkembangan zaman yang

serba cepat dalam bidang informasi dan komunikasi.

(32)

untuk memperoleh manfaat-manfaat tersebut. Kegiatan membaca yang dilakukan sangat ditentukan oleh minat yaitu minat baca.

2.1.1.5Pengertian Minat Baca

Dalman (2013:142) minat baca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri sendiri untuk menemukan makna tulisan dan menemukan informasi untuk mengembangkan intelektualitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan perasaan senang yang timbul dari dirinya. Menurut Rahim (2011:28) minat baca adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Seseorang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.

Sudarsana dan Bastiano (2010:4.24) menyatakan bahwa minat membaca adalah `kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau membaca dengan kemauan sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, Purwanto (2012:116) menyatakan bahwa minat membaca merupakan disposisi yang tidak tampak tapi dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak yaitu: mengunjungi perpustakaan, belanja buku, jumlah buku koleksi pribadi, jumlah jam membaca tiap hari dan sebagainya.

(33)

untuk mendapatkan bahan bacaan untuk dibaca atas kesadaran sendiri. Semakin tinggi minat baca seseorang, maka semakin kuat keinginan untuk membaca. Anak yang sudah terbiasa membaca akan gemar membaca dan menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan hidup yang tiada hari tanpa membaca. Minat baca yang ada dalam diri seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya faktor yang mempengaruhi meliputi faktor dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2.1.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca

Bunata (dalam Dalman 2013:142) menyebutkan bahwa minat baca sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor lingkungan keluarga

Orang tua memegang peran penting dalam keluarga untuk mendidik anak-anak yaitu ditengah kesibukan sebaiknya orang tua dapat meluangkan waktunya untuk menemani anaknya membaca buku. Orang tua dapat memberikan contoh yang baik dalam meningkatkan kreativitas membaca anak.

b. Faktor kurikulum dan pendidikan sekolah yang kurang kondusif

(34)

c. Faktor infrastruktur yang kurang mendukung peningkatan minat baca

Kurangnya minat baca masayarakat ini bisa dilihat dari kebiasaan sehari-hari. Sebagian besar masayarakat lebih suka pergi ke tempat hiburan daripada pergi ke toko buku.

d. Faktor keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan

Bahan bacaan yang masih susah untuk ditemui untuk pemerintah daerah mengadakan program perpustakaan keliling atau perspustakaan daerah.

Menurut Yulia (2005:3), tantangan atau hambatan dalam menumbuhkan minat baca anatara lain, (1) budaya membaca rendah; (2) pengaruh televisi; (3) buku bukan prioritas; (4) kurangnya fasilitas; (5) Keluarga. Sejpendapat dengan hal tersebut, Dalman (2014:143) mengemukakan bahwa peranan keluarga sangat penting untuk menimbulkan minat baca dalam diri seorang anak dengan bantuan peranan pendidikan berkualitas dan infrastruktur masyarakat yang akan meningkatkan budaya membaca.

(35)

ditumbuhkan dan dikembangkan sedini mungkin. Banyak cara yang dilakukan orang tua atau guru untuk menumbuhkan minat baca anak.

2.1.1.7 Cara menumbuhkan Minat Baca

Dalman (2013:143) menyebutkan bahwa ada beberapa cara untuk menumbuhkan minat baca pada anak sebagai berikut:

a. Bacakan buku sejak lahir

Pada masa 0-2 tahun perkembangan otak manusia sangat pesat dan reseptif (gampang menyerap isi bacaan dengan memori yang kuat). Jika anak dikenalkan dengan membaca sejak dini, maka akan memiliki minat baca yang tinggi.

b. Dorong anak bercerita tentang apa yang telah didengar atau dibaca

Bahan bacaan akan menjadi akan menjadi suatu kebutuhan oleh anak untuk menginterpretasikan suatu bacaan yang menuntut anak untuk memahami suatu bacaan dan membaca buku secara berulang-ulang.

c. Ajak anak ke toko buku atau perpustakaan

Perpustakaan akan memperkenalkan anak pada keanekaragaman bahan-bahan bacaan yang menimbulkan rasa keingintahuan yang besar untuk membaca bahan bacaan. Ketersediaan bahan bacaan memungkinkan anak memilih bahan bacaan sesuai minat dan keinginannya untuk menumbuhkan minat bacanya.

d. Beli buku yang menarik minat anak

(36)

e. Sisihkan uang untuk membeli buku

Ketersediaan bahan bacaan yang dibeli akan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya membaca.

f. Nonton filmnya dan belikan bukunya

Hal ini dilakukan agar anak menciptakan kebiasaan membaca buku dengan menonton film dari bukunya juga.

g. Ciptakan perpustakaan keluarga

Ketersediaan bahan bacaan yang beragam akan menciptakan kondisi mengonsumsi buku-buku setiap sebagai kebutuhan pokok dalam hidup keseharian. Keluarga menjadi hal utama yang secara langsung berperan untuk menumbuhkan minat baca anak dengan menyediakan sumber bacaan yang variatif di rumah.

h. Tukar buku dengan buku teman

Cara ini akan menimbulkan rasa ketertarikan dengan bahan bacaan yang lainnya. Jadi, kebiasaan anak untuk membaca akan membuat merekan saling bertukar sumber bacaan yang variatif.

i. Hilangkan penghambat seperti televisi atau playstation

(37)

j. Hadiah (reward) yang memperbesar semangat membaca

Hadiah merupakan salah satu stimulus untuk menimbulkan respons pada anak untuk lebih giat membaca sehingga pemberian hadiah dapat menimbulkan dorongan bagi anak untuk rajin membaca.

k. Jadikan buku sebagai hadiah (reward) untuk anak.

Seseorang akan beranggapan hadiah merupakan pemberian yang sangat penting, maka penerimaan hadiah pun dituntut untuk menghargai pembelian atau hadiah dari orang lain.

l. Jadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan setiap hari.

Seseorang yang senang dengan membaca akan menjadikan kegiatan membaca suatu kebutuhan yang harus dilakukan tiap hari. Membiasakan setiap hari anak membaca, meskipun hanya sebentar untuk membaca buku dengan baik.

m. Dramatisi buku yang anda baca.

Melihat kembali buku yang telah dibaca, tanpa disadari mendramatisir sudah melakukan pengulangan dalam membaca.

n. Peningkatan minat baca

Peningkatan minat baca dengan cara menyesuaikan bahan bacaan dengan kebutuhan masing-masing anak dan memilih bahan bacaan yang baik bagi anak.

o. Memiliki kesadaran dan minat yang tinggi terhadap membaca.

(38)

p. Menyediakan waktu untuk membaca.

Menyediakan waktu dalam membaca sangat penting untuk menumbuhkan suatu kegiatan membaca yang teratur di tengah kesibukan sehari-hari.

Tarigan (2008:108) menjelaskan bahwa untuk meningkatkan minat membaca yaitu dengan cara:

1) Menyediakan waktu untuk membaca.

Alasan yang umum untuk tidak membaca adalah karena kekurangan waktu. Para pembaca yang berpengalaman selalu menyediakan beberapa buku atau majalah yang dapat dibaca segera bila ada kesempatan. Bahkan para pelajar dan mahasiswa yang berat dengan tugas kelas sekalipun dapat menyediakan waktu melanjutkan bacaan mereka kalau mereka memperoleh penerangan-penerangan yang bijaksana dan ramah. Usaha yang paling efisien untuk mengetahui segala kejadian penting di dunia modern sekarang ini adalah dengan membaca, sehingga menyediakan waktu untuk membaca akan meningkatkan minat baca anak.

2) Memilih bahan bacaan yang baik.

(39)

Minat baca seseorang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, namun membutuhkan peranan orang lain serta dorongan atau upaya lain yang menjadikan anak terangsang untuk membaca. Untuk mengetahui seseorang memiliki minat baca yang tinggi atau masih rendah dapat diketahui dengan melihat indikator-indikator dari minat baca.

2.1.1.8 Indikator Pengukuran Minat Baca

Dalman (2013:144) menyatakan bahwa indikator-indikator untuk mengetahui seseorang memiliki minat baca yang tinggi atau masih rendah sebagai berikut :

a. Frekuensi dan kuantitas membaca

Frekuensi dan kuantitas membaca dalam hal ini diartikan sebagai intensitas banyaknya waktu yang digunakan seseorang untuk membaca. seseorang yang mempunyai minat baca, akan banyak melakukan kegiatan membaca.

b. Kuantitas sumber bacaan

Sumber bacaan dalam hal ini merupakan banyaknya buku yang dibaca oleh pembaca. Orang yang memiliki minat baca akan berusaha membaca bacaan yang variatif artinya tidak hanya membaca bacaan yang mereka butuhkan dan dianggap penting. Edward Kimman (dalam Dalman 2014:145) menyatakan bahwa bahan bacaan yang dibaca oleh masyarakat Indonesia dibagi menjadi empat ketegori yaitu:

(40)

2) membaca sekedar menacri hiburan atau kesenangan seperti komik,cerpen, novel, dan bacaan yang menghibur.

3) membaca karenan dorongan oleh kebutuhan untuk memperoleh informasi seperti membaca majalah, koran, buku, ilmu pengetahuan lainnya

4) membaca karena kebutuhan dalam hidupnya, kelompok ini biasanya mengangap bacaan sebagai penunjang dalam hidupnya.

Sudarsana dan Bastiano (2010:4.27) menyebutkan ada empat aspek yang dapat digunakan untuk mengetahui untuk menentukan minat baca seseorang tinggi atau rendah, yaitu (1) kesenangan membaca; (2) kesadaran akan manfaat membaca; (3) frekuensi membaca, (4) jumlah buku bacaan yang pernah dibaca.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka indikator dalam pengukuran minat baca anak adalah sebagai berikut:

a. Kesenangan membaca

Perhatian terhadap kegiatan membaca akan menimbulkan ketertarikan pada kegiatan membaca. Ketertarikan siswa terhadap kegiatan membaca akan diekspresikan perasaan senang dalam membaca. Semakin tinggi ketertarikan siswa dengan kegiatan membaca, maka siswa semakin senang dengan kegiatan membaca. Kesenangan membaca siswa dipengaruhi oleh minat baca. b. Dorongan untuk membaca

(41)

adanya fasilitas seperti perpustakaan sekolah akan menunjang minat baca siswa. Oleh karena itu, siswa yang mempunyai minat baca yang tinggi akan selalu berkunjung ke perpustakaan untuk membaca atau meminjam buku. c. Kesadaran akan manfaat membaca

Kesadaran mengenai pentingnya membaca dan manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadikan anak untuk menjadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan. Kebiasaan membaca tersebut yang akan menimbulkan minat baca anak. Semakin sadar akan pentingnya kegiatan membaca, maka semakin besar minat baca seseorang.

d. Frekuensi dan ketersediaan waktu untuk membaca

Frekuensi (keseringan) dan waktu yang digunakan seseorang untuk membaca, karena seseorang yang mempunyai minat baca akan banyak melakukan aktivitas membaca baik pada waktu belajar maupun waktu luang.

e. Kuantitas sumber bacaan

Orang yang mempunyai minat baca akan berusaha membaca bacaan yang variatif yaitu sumber bacaan yang tidak hanya dibutuhkan. Seseorang yang suka membaca akan mempunyai koleksi buku bacaan yang banyak.

(42)

2.1.2 Hakikat Belajar dan Pembelajaran 2.1.2.1Pengertian Belajar

Minat merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Belajar merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan yang bertujuan tercapainya perubahan tingkah laku melalui proses pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut dengan kognitif, efektif, dan psikomotorik.

Pengertian tersebut diperkuat dengan pendapat Daryanto (2012:2) yang bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Hamdani (2011:71) menyatakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

(43)

2.1.2.2 Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut Sardiman (2011:25-28) adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan pengetahuan yang ditandai dengan kemampuan berpikir

yaitu pemikiran pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. b. Penanaman konsep dan keterampilan yaitu penanaman konsep atau

merumusakan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/ penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Ketrampilan rohani lebih rumit yaitu lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan,dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dengan merumuskan suatu masalah atau konsep.

c. Pembentukan sikap yaitu menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Tujuan dari belajar dapat terwujud dengan baik karena adanya pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

2.1.2.3Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

(44)

a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan,siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan.

b. Belajar memerlukan latihan, dengan cara relearning, recalling, dan reviewing

agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.

c. Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapat kepuasannya.

d. Siswa yang berlajar perlu mengertahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.

e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar,karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

f. Pengalaman masa lampau dengan pengertian-pengertian yang telah dimilki oleh siswa

g. Faktor kesiapan belajar.

h. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat.

i. Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.

(45)

2.1.2.4 Pengertian Pembelajaran

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat dengan pendapat para ahli yaitu Winataputra (2008:1.18) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawali, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri siswa.

Huda (2014:6) menyatakan pembelajaran merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pembelajaran merupakan rekontruksi dari pengalaman masa lalu yang berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas seseorang atau kelompok. Menurut Hamdani (2011:71) pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru yang membuat tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Sependapat dengan hal tersebut, Suprihatiningrum (2016:75) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang tersusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dapat diketahui dengan beberapa ciri-ciri dari pembelajaran.

2.1.2.5 Ciri-ciri Pembelajaran

(46)

perhatian dan menantang siswa; (d) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik; (e) pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa; (f) pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi; (g) pembelajaran menekankan keaktifan siswa; (h) serta pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Kegiatan pembelajaran mempunyai tujuan, yaitu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah, kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku ini meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi untuk mengendalikan sikap dan perilaku siswa. Wujud keberhasilan dari proses belajar dan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

2.1.3 Hakikat Hasil Belajar 2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Proses pendidikan berlangsung di sekolah pada umumnya melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengarah pada hasil belajar yang dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran. Menurut

Rifa’i (2009: 85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

(47)

Susanto (2013:5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Sudjana (2013:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar didapat dari akhir suatu pembelajaran.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah melakukan aktivitas pembelajaran yang diwujudkan dengan tiga aspek kemampuan yaitu kemampuan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik untuk menentukan keberhasilan belajar mengajar siswa dan kualitas sistem pendidikan yang diterapkan pada umumnya.

(48)

2.1.3.2 Ranah Hasil Belajar

Krawthwohl, Bloom, dan Maisa (dalam Suprihatiningrum 2016:38), hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran. Adapun rinciannya sebagai berikut:

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan pikiran, pengetahuan, dan pemecahan masalah seperti pengetahuan komprehensifik, aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif. Ranah kognitif dalam dua dimensi, yaitu

the knowledge dimension (dimensi pengetahuan) dan the cognitive process

dimension (dimensi proses kognitif).

1. the knowledge dimension (pengetahuan fakta)

a) Factual knowledge (dimensi pengetahuan), meliputi pengetahuan tentang

istilah dan pengetahuan tentang unsur-unsur khusus dan detail.

b) Conceptual knowlwdge (pengetahuan dan konsep), meliputi pengetahuan

tentang penggolongan dan kategori, prinsip dan generalisasi, dan teori, model, dan struktur.

c) Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur), meliputi

(49)

d) Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif), meliputi pengetahuan tentang strategi , tugas kognitif , termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai.

2. the cognitive process dimension (dimensi proses kognitif)

Dimensi proses kognitif antara lain: kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3), kemampuan menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Uno (dalam Suprihatiningrum 2016:41-43), ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemampuan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian. Krathwohl, Bloom, dan Masia (dalam Suprihatiningrum 2016: 43-44), ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu (1) receiving (penerimaan), responding (partisipasi), (3) valuing

(penilaian/penentuan sikap), (4) organization (organisasi), (5)

characterization by value complex (pembentukan pola hidup).

c. Ranah Psikomotorik

(50)

1) Persepsi yaitu kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik-fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

2) Kesiapan yaitu kemampuan untuk mendapatkan dirinya dalam keadaan atau melalui suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan Terbimbing yaitu kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan.

4) Gerakan yang terbiasa yaitu kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena dilatih secukupnya tanapa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

5) Gerakan yang kompleks yaitu kemampuan untuk melakukan suatu ketrampilan, yaitu terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.

6) Penyesuaian pada gerakan yaitu kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat. 7) Kreativitas yaitu kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik

yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Untuk mencapai keberhasilan belajar ketiga aspek dari hasil belajar terebut harus diperoleh hasil yang optimal. Keberhasilan belajar yang dicapai oleh siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam maupun luar. 2.1.3.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

(51)

baik faktor internal maupun eksternal. Penjelasan mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Rusffendi (dalam Susanto 2013:14) yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: kecerdasan, kesiapan, bakat anak, kemauan belajar, kompetensi guru,dan kondisi masyarakat. Faktor-faktor utama yang berasal dari siswa yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak. Faktor yang berasal dari guru, yaitu: kemampuan (kompetensi), suasana belajar, dan kepribadian guru. Keberhasilan belajar siswa tergantung pada faktor dari dalam siswa dan faktor dari luar siswa. Hasil belajar digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Salah satunya tolak ukur keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

2.1.4 Hakikat IPS di SD 2.1.4.1 Pengertian IPS

(52)

dasar dan menengah. Taneo (2010:1.5) menyebutkan bahwa IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial berupa integrasi dari berbagai cabang ilmu-cabang ilmu sosial antara lain: sosiologi, antropologi budaya, sejarah, psikologi sosial, geografi, ekonomi, politik dan ekologi.

Somantri (dalam Hidayati, Mujinem, dan Senen, 2008:1-3) mendefinisikan IPS sebagai program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklaktur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosia, maupun ilmu pendidikan.

Gunawan (2013:49-50) menjelaskan bahwa pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan suatu kajian yang terpadu dari penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan ketrampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi,dan ekonomi.harus memperhatikan karakt eristik anak yang berusia antara 6-12 tahun. Mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar.

Wesley (dalam Soewarso dan Susila, 2010:1) menyatakan bahwa IPS sebagai bagian dari nilai-nilai sosial yang dipilih untuk tujuan pendidikan.

National Council for Social Studies (NCSS) mendefinisikan IPS sebagai berikut:

Social studies is the integrated study of the science and

humanities to promote civic competence. Whitin the school program,

socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such

disciplines as anthropology, economics, geography, history, law,

philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well

as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural

sciences. The primary purpose of social studies is to help young people

develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an

(53)

Simpulan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian atau perpaduan dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu yang lain yang telah disederhanakan, diadaptasi, diseleksi, dipilih, dan diorganisasikan secara praktis sesuai dengan prinsip pedagogis, psikologi, sesuai karakteristik dan kebutuhan siswa SD dan sebagai bahan ajar di sekolah.

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran IPS

Susanto (2013:138), tujuan utama pembelajaran IPS yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Sapriya (2015:8) menyebutkan tujuan IPS yaitu memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang memungkinkan mereka dapat menjadi warga negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat.

Gunawan (2013:51) menyebutkan bahwa dalam kurikulum KTSP mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-niali sosial dan

(54)

d. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang manjemuk, ditingkat lokal,nasional, dan global.

Hasil pencapaian tujuan pembelajaran IPS yaitu mempersiapkan diri siswa untuk terjun di dunia masyarakat, membentuk diri siswa sebagai anggota masyarakat yang baik dengan menaati aturan yang berlaku, dan bermanfaat pula untuk mengembangkan pendidikan siswa ke jenjang yang lebih tinggi.

2.1.4.3 Ruang Lingkup IPS

Gunawan (2013:51) menyebutkan beberapa ruang lingkup mata pelajaran IPS dalam struktur KTSP sekolah dasar yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan b. Wakttu, keberlanjutan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

e. IPS SD sebagai pendidikan global (Global Education), yaitu: mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya,dan peradaban di dunia; menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan

(55)

memahami materi mata pelajaran IPS dengan rajin membaca, sehingga diperlukan adanya minat baca untuk mendorong siswa rajin membaca tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Minat baca berhubungan langsung dengan hasil belajar IPS diperoleh siswa.

2.1.4.4 Pembelajaran IPS di SD

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat 1 Kurikulum pendidikan dasar dan menengah salah satunya wajib memuat Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjelaskan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (BNSP, 2006: 175).

Gunawan (2013:50) manyatakan bahwa pendidikan IPS di SD disajikan dalam bentuk synthetic science karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasidi dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan peneliti dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi,dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis.

(56)

perkembangan kemampuan intelektual pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai sesuatu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah masa sekarang (konkret), bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal materi IPS di SD penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan, arah mata angin, lingkungan, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang harus diajarkan kepada siswa sekolah dasar.

Gunawan (2013:52) menjelaskan secara keseluruhan tujuan pendidikan IPS di SD sebagai berikut:

a. Membekali pengetahuan sosial sebagai bekal untuk kehidupan di masyarakat. b. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis,

dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

c. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian. d. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental positif dan

ketrampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

(57)

Sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia yang handal dalam bidang akademik maupun dalam aspek moral. Tujuan yang harus dicapai oleh siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan taraf perkembangannya, dimulai dari pengenalan dan pemahaman lingkungan sekitar menuju lingkungan masyarakat yang lebih luas. Untuk menentukan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPS di lakukan melalui asesmen pembelajaran.

2.1.5 Hakikat Asesmen Pembelajaran 2.1.5.1 Konsep Dasar Asesmen Pembelajaran

(58)

Pelaksanaan asesmen pembelajaran diawali dengan menyusun alat ukur dalam bentuk tes atau non tes. Hasil pengukuran berupa angka dilanjutkan dengan proses penilaian dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria yang telah ditentukan. Manfaat asesmen pembelajaran yaitu: (a) memberikan penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran; (b) memilih teknik asesmen untuk kebutuhan masing-masing siswa; (c) memilih teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran. Pelaksanaan asesmen pembelajaran harus mengacu pada prinsip-prinsip asesmen pembelajaran.

2.1.5.2 Prinsip-prinsip Asesmen Pembelajaran

Prinsip adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman. Prinsip asesmen berbasis kelas sebagai pedoman guru untuk melakukan hasil dan proses pembelajaran. Terdapat enam prinsip dasar asesmen hasil belajar yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran (Depdiknas, 2004 dan 2006) yaitu:

a. Prinsip Validitas

Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan

penilaian hatus “menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang

digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi”

b. Prinsip Reliablitas

(59)

c. Terfokus pada kompetensi

Dalam pelaksaan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).

d. Prinsip Komprehensif

Penilaian harus menyeluruh mencakup semua domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan alat penilaian yang dapat menggambarkan kemampuan siswa.

e. Prinsip Objektivitas

Obyektif dalam konteks penilaian di kelas yaitu proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif dari penilai.

f. Prinsip Mendidik

Proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik untuk dapat memberikan umpan balik dan motivasi agar lebih giat belajar.

2.1.5.3Jenis-jenis Asesmen Pembelajaran

(60)

(mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan); 2) manupulations of materials or objects (meresapi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk); 3) neuromuscular

coordinations (mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng,

memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan).

Asesmen sebagai dasar evaluasi terbagi menjadi beberapa jenis evaluasi yang selalu dikaitkan dengan fungsi dan tujuan evaluasi. Jenis-jenis asesmen sebagai dasar evaluasi, antara lain:

a. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pokok bahasan tertentu.

b. Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir suatu program tertentu (catur wulan, semester, atau tahun ajaran), dengan tujuan untuk melihat prestasi yang dicapai oleh siswa selama satu program.

c. Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan untuk melihat kelemahan siswa dan faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab, serta pemberian bimbingan belajar dan pengajaran remidial.

d. Evaluasi Penempatan, yaitu penilaian yang ditujukan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan.

(61)

2.1.5.4Asesmen Pembelajaran IPS di SD

Pedoman penilaian hasil belajar pada Kurikulum Berbasis Kompetensi serta Implementasi dari standar penilaian dari BSNP (Depdiknas 2006), untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.

Untuk melakukan asesmen pembelajaran IPS di sekolah dasar, terdapat langkah-langkah pokok yang harus dilaksanakan (Anderson dan Sudijono dalam Poerwanti, dkk., 2008:3-4), yaitu:

a. Menyusun rencana asesmen

Dalam menyusun rencana asesmen terdapat tujuh hal yanng harus dilakukan, yaitu: 1) merumuskan tujuan asesmen; 2) menetapkan aspek-aspek yang akan dinilai; 3) memilih dan menentukan teknik asesmen yang akan digunakan; 4) menyusun instrumen yang akan digunakan untuk asesmen; 5) menentukan metode penskoran jawaban siswa; 6) menentukan frekuensi dan durasi kegiatan asesmen; 7) melihat kembali tugas-tugas asesmen.

b. Menghimpun data

Dalam menghimpun data, guru dapat menggunakan teknik tes (melakukan tes), maupun teknik non tes (wawancara, angket, observasi). c. Melakukan verifikasi data

(62)

d. Mengolah dan menganalisis data

Tujuan mengolah dan menganalisis data yaitu memberikan makna terhadap data yang sudah dihimpun dengan menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non statistik.

e. Melakukan penafsiran atau interpretasi dan menarik kesimpulan

Kegiatan ini merupakan proses verbalisasi yang terkandung pada data yang telah diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan.

f. Menyimpan instrumen asesmen dan hasil asesmen

Penyimpanan instrumen dan hasil dilakukan agar lebih mudah jika sewaktu-waktu instrumen tersebut dibutuhkan untuk memperbaiki instrumen pada tahun-tahun selanjutnya.

g. Menindaklanjuti hasil evaluasi berupa hasil belajar siswa.

Penilaian pembelajaran IPS di SD yaitu hasil belajar siswa yang berfokus penguasaan siswa terhadap kompetensi bahan ajar yang diperoleh selam satu periode (satu semester). Pencapaian hasil belajar diwujudkan dalam bentuk nilai rapor. Nilai rapor bersumber dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, tugas/PR, ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas yang dirata-rata menjadi nilai akhir atau nilai rapor. Secara rinci teknik penilaian yang digunakan yaitu:

a. Ulangan Harian

Nilai ulangan harian meliputi dari nilai secara tertulis, lisan, dan praktik. 1) Tes tertulis dilakukan dengan memberikan soal dalam bentuk tertulis dan

(63)

2) Tes lisan dilakukan dengan membrikan pertanyaan maupun jawaban dalam bentuk lisan. Tes lisan sebagai pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

3) Tes unjuk kerja (praktik)

Pada tes ini siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

b. Ulangan Tengah Semester (UTS)

Ulangan tengah semester merupakan bentuk tes sumatif untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa selama setengah semester. Item tes sumatif menekankan hasil pengajaran yang mencakup seluruh materi yang telah disampaikan. Item tes ini dalam bentuk tes objektif dan tes esei.

c. Tugas/PR

Kumpulan dari tugas-tugas atau karya-karya siswa dikumpulkan menjadi portofolio. Penilaian portofolio merupakan penilaian yang berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dapat menilai perkembangan k

Gambar

Gambar 3.1  Desain Kerangka Berpikir
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar IPS melalui penggunaan strategi Bamboo Dancing siswa kelas IV SD Negeri 1 Gagaksipat Kecamatan Ngemplak

Setelah membahas permasalahan-permasalahan yang diteliti, diperoleh kesimpulan bahwa minat baca cerpen anak oleh siswa kelas V SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan

Handayani, Erna Dwi. Peningkatan Keterampilan Membaca Puisi Siswa Kelas V dengan Menggunakan Video Pembelajaran di SD Negeri 03 Ngadirgo Mijen Semarang. Jurusan Pendidikan

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Singkar UPT Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul sebanyak 20 orang siswa, pengumpulan data untuk minat baca diambil

Untuk meningkatkan minat belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 1 Batursari Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo digunakan model pembelajaran snowball throwing sebagai

Sesuai dengan teori di atas bahwa minat baca pada buku sosiologi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Pontianak adalah adanya sikap ketertarikan dalam

Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berarti antara minat baca dengan hasil belajar siswa kelas 5 SD.. Dengan demikian dapat ditarik simpulan dengan hipotesis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan minat baca terhadap kompetensi pengetahuan IPS pada siswa