• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PRODUK DUKU LAMPUNG MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PRODUK DUKU LAMPUNG MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Firham Ramadinata

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran duku Lampung : (1) dilihat dari fungsi yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan dan (2) dilihat dari producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin. Penelitian dilakukan di

Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, sebagai sentra produksi duku terbesar di Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2013. Penentuan sampel dilakukan dengan metode alur pemasaran,terdiri dari 50 orang petani produsen, 12 orang pedagang pengumpul, 5 orang pedagang besar dan 5 orang pedagang pengecer. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif (pendekatan serba fungsi) dan kuantitatif (producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran duku Lampung, dilihat dari pendekatan serba fungsi, sudah efisien, tetapi berdasarkan producer share (< 50%), marjin pemasaran (cenderung besar, bahkan lebih dari 2 kali lipat harga jual petani), dan ratio profit margin di antara lembaga pemasaran (tidak merata) tidak efisien.

(2)

EFFICIENCY THROUGH MULTIFUNCTION APPROACH IN SOUTH LAMPUNG DISTRICT

By

Firham Ramadinata

The objectives of this research were to find out Lampung duku marketing efficiency viewed from: (1) functions served by each of marketing agencies in Katibung Sub-district of South Lampung District; (2) producer share, marketing margin and margin profit ratio. This research was conducted in Katibung Sub- district as the production center and the biggest production site of Lampung duku in Lampung. The location was selected purposively. Data were collected from May to June 2013. Consist to taken by marketing channel method. Samples were 50 farmers, 12 small collector traders, 5 big traders, and 5 groceries. Data were analyzed using descriptive qualitative method (with multifunction approach) and quantitative method (producer share, marketing margin and margin profit ratio). The results showed that: Based of approach multifunction, Lampung duku marketing was efficient; Based of producer share < 50%, marketing margin was so high, that over 2 times average of farmer selling price, and the margin profit ratio of each marketing agency showed various and uneven values, so that unefficient.

(3)

Oleh

FIRHAM RAMADINATA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 30 Maret 1991 sebagai anak kedua

dari dua bersaudara, pasangan Bapak Idar Darmana dan Ibu Karnela Wahyuni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Taruna Jaya

pada tahun1997, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar 2 pada tahun

2003, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 9 Bandar

Lampung pada tahun 2006, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SMA Utama 2 Bandar Lampung pada tahun 2009. Penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada

tahun 2009 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) pada tahun 2012 selama 30 hari di

PT. Indokom Samudra Persada. Pada tahun yang sama penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Way Suluh Kecamatan Krui

Selatan Kabupaten Lampung Barat. Pada semester Genap 2013/2014, penulis

(5)

vii SANWACANA

Allhamdulilahirobbil’alamin, puji syukur bagi Allah SWT atas rahmat dan

hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita, Rasulullah

Muhammad SAW, teladan seluruh umat manusia. Dalam penyelesaian skripsi

yang berjudul “ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PRODUK DUKU

LAMPUNG MELALUI PENDEKATAN SERBA FUNGSI DI

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN” tidak terlepas dari adanya dukungan, partisipasi, bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama, atas segala bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan dalam membantu

menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Kedua, atas segala

bimbingan, bantuan, saran, nasihat dan pengarahan yang telah diberikan

dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

3. Ir. Eka Kasymir, M.Si., selaku Dosen Pembahas, atas segala saran, kritik, dan pengarahan yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik, yang telah

memberikan nasehat dan masukan yang berharga selama penulis menjalani

(6)

viii 6. Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

7. Seluruh Dosen di Fakultas Pertanian, atas ilmu dan nasehat yang diberikan

selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf administrasi Jurusan Agribisnis, Mbak Iin, Mas Boim, Pak

Margono, Mas Kardi, Mbak Aii, dan Mas Bukhori, atas bantuan yang telah

diberikan.

9. Bapak-bapak dan ibu-ibu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar serta

pedagang pengecer duku Lampung di Kecamatan Katibung Kabupaten

Lampung Selatan, atas ketersediaanya menjadi sampel dan responden dalam

penelitian saya, serta atas bantuan informasi dan berbagi pengalaman selama

melakukan penelitian.

10. Kedua orang tua saya : Ayahanda Idar Darmana dan Ibunda Karnela Wahyuni

tercinta, yang mendoakan, mendukung, dan selalu mengorbankan segalanya,

membimbing dengan penuh ketabahan dan kasih sayang demi keberhasilan

penulis, serta kakak terkasih Listya Darmala Resti yang selalu menjadi teman

berdiskusi dan memberikan motivasi.

11. Seluruh keluarga besar, atas doa dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi

ini.

12. Queen Tia Mona Agusta, S.P., yang telah mengisi hari-hari saya, susah

(7)

ix Yesica, S.P., Aris, S.P., Novi, S.P., Eka,S.P., Rendi, Feli, S.P., Riska, S.P.,

Desty, S.P., Maftuha, atas bantuan, kerjasama, dan persahabatan selama ini.

14. Teman-teman 2009, terimakasih atas kerjasama dan kebersamaan selama ini,

semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.

15. Seluruh teman-teman Agribisnis, abang-abang, mbak-mbak, adik-adik serta

rekan-rekan Fakultas Pertanian Unila, terima kasih atas kerjasamanya.

16. No Idea Art Team, Elephant Street Bike, Avanza Xenia Organization, Avanza

Xenia Indonesia Club Cabang Lampung dan Manchester City Supporter Club

Indonesia Branch Lampung, terima kasih atas kebersamaannya selama ini

telah menjadi tempat saya untuk berkreatifitas, menjalin persahabatan,

persaudaraan bahkan keluarga.

17. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga seluruh amal baik yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab

itu penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dan kepada Allah penulis

memohon ampun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak serta almamater tercinta. Amin ya Robbal’alamin.

Bandar Lampung, Juli 2014

(8)

x DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 12

C. Kegunaan Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Produk Duku ... 14

2. Teori Pemasaran ... 17

a. Fungsi Pemasaran ... 17

b. Lembaga Pemasaran ... 19

c. Efisiensi Pemasaran ... 20

3. Kajian Penelitian Terdahulu ... 25

B. Kerangka Pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 33

B. Penentuan Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ... 40

C. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis Data ... 42

1. Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran ... 42

2. Struktur Pasar ... 45

3. Perilaku Pasar ... 45

4. Keragaan Pasar ... 46

(9)

xi

F. Kondisi Umum Pasca Panen dan Perdagangan Duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan ... 58

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Responden Penelitian ... 60

B. Karakteristik Duku ... 60

C. Karakteristik Pemasaran Duku Lampung ... 61

(10)

xii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku,

2010 – 2011 (Milyar Rupiah) ... 2

2. Luas panen dan produksi duku di Indonesia, 2006 – 2011 ... 5

3. Produksi duku menurut kabupaten di Provinsi Lampung, 2006 – 2010 (ton) ... 5

4. Produksi buah-buahan terpopuler menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan 2011 (ton) ... 7

5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 25

6. Jenis dan luas penggunaan lahan lahan Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ... 51

7. Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Katibung, 2011 ... 52

8. Sebaran petani responden berdasarkan kelompok umur, 2012 ... 62

9. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan, 2012 ... 62

10. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan, 2012 ... 63

11. Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusaha tani, 2012 ... 64

12. Jumlah tanggungan setiap keluarga petani responden, 2012 ... 64

13. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan responden pedagang pengumpul (pedagang kecil) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 66

14. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan pedagang Pengumpul (pedagang kecil) ke luar daerah Lampung, 2012 ... 68

15. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan pedagang besar responden di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 70

16. Sebaran usia, pengalaman dan pendidikan pedagang pengecer di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 71

(11)

xiii

18. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran duku Lampung, 2012 ... 80

19. Pangsa produsen pada saluran pemasaran duku di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 94

20. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran I (petani – pedagang pengumpul/pedagang kecil – pedagang besar) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 95

21. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran II (petani – pedagang pengumpul/pedagang kecil ke luar daerah) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 97

22. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran III (petani - pedagang besar ke luar daerah) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 98

23. Analisis marjin pemasaran duku pada saluran IV (petani – pengecer) di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan, 2012 ... 99

24. Identitas responden petani ... 107

25. Identitas responden pedagang pengumpul (ped. kecil) ... 110

26. Identitas responden pedagang besar ... 111

27. Identitas responden pedagang pengecer ... 112

28. Volume dan tempat penjualan serta harga jual duku petani ke pedagang pengumpul (ped. kecil) ... 113

29. Volume dan tempat penjualan serta harga jual duku petani ke

32. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang pengumpul (ped. kecil) ke luar daerah ... 116

33. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang besar ke luar daerah ... 116

34. Volume dan tempat penjualan serta harga duku pedagang pengecer ke konsumen ... 116

(12)

xiv

36. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang pengumpul (ped. kecil) dari petani ... 118

37. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang pengumpul (ped. kecil) ke luar daerah dari petani ... 119

38. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang besar ... 120

39. Volume pembelian dan biaya pemasaran pedagang pengecer ... 122

40. Marjin pemasaran duku dan share saluran pertama ... 123

41. Marjin pemasaran duku dan share saluran kedua ... 123

42. Marjin pemasaran duku dan share saluran ketiga ... 124

(13)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran analisis efisiensi pemasaran produk duku Lampung melalui pendekatan serba fungsi di Kabupaten Lampung

Selatan, 2012 ... 32 2. Saluran pemasaran duku di Kecamatan Katibung Kabupaten

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kepulauan daratan yang luas

sehingga sebagian besar penduduknya memilih bekerja pada sektor pertanian. Selain

itu, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai

penopang pembangunan dan sebagai sumber mata pencaharian penduduknya.

Pembangunan sangat mengandalkan sektor pertanian karena memiliki peranan penting

dan merupakan penopang perekonomian. Dapat dikatakan bahwa sektor pertanian

memiliki proporsi yang sangat besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan sehingga

menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan juga sebagai penghasil devisa negara.

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sektor, antara lain tanaman bahan makanan,

tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan.

Sektor tanaman bahan makanan adalah salah satu yang memiliki peran penting dalam

menyumbang devisa negara khususnya pada Produk Domestik Bruto Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) tanaman

bahan makanan pada tahun 2011 tumbuh sebesar 10,00% dari Rp 482.377,10Milyar

pada tahun 2010 menjadi Rp 530.603,70 Milyar pada tahun 2011 (Badan Pusat

(15)

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku, 2010 – 2011 3. Industri Pengolahan 1.595.779,40 24,79 1.803.486,30 24,28 13,02 4. Listrik, Gas, dan Air Total 6.436.270,80 100,00 7.427.086,10 100,00 15,39

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011

Salah satu kegiatan usaha di subsektor bahan makanan yang sekarang mengalami

perkembangan pesat adalah tanaman bahan makanan hortikultura, khususnya

buah-buahan. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas yang cukup banyak dikomsumsi

dan mempunyai peranan besar dalam pemenuhan gizi dan kesehatan tubuh.

Buah-buahan merupakan sumber utama vitamin dan mineral serta berbagai zat penting

lainnya yang berperan sebagai zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Beberapa

(16)

penyebaran sel kanker, menyembuhkan luka lambung dan sebagai antibiotik (Astawan,

2007).

Di Indonesia buah mempunyai nilai ekonomi yang sangat baik, termasuk di dalamnya

buah duku. Buah duku merupakan salah satu buah yang tumbuh di daerah tropis dan

sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Buah duku termasuk salah satu jenis

buah unggulan di Indonesia. Tanaman duku pada umumnya ditanam oleh para petani

Indonesia di sekitar halaman rumah dan pekarangan atau dapat juga diperoleh di hutan.

Akan tetapi ada juga petani yang sudah melakukan penanaman secara intensif.

Duku memiliki nama latin (Lansium domesticum Corr) merupakan buah tropika yang berasal dari Asia Tenggara. Pohon duku banyak tersebar di negara Malaysia, Indonesia

dan Thailand. Tanaman duku telah dikenal dan ditanam oleh penduduk Indonesia sejak

ratusan tahun yang lalu. Supriatna dan Suparwoto (2009) menjelaskan bahwa sentra

produksi duku di Indonesia berada di Sumatera Selatan (Ogan Komering, Gunung

Megang, Muara Enim dan Prabumulih), Sumatera Barat (Sijunjung dan Air Haji),

Sumatera Utara (Rantau Prapat dan Padang Sidempuan), Riau (Bangkinang), Jambi

(Jambi), Lampung (Katibung, Padang Cermin, Krui, Merbau Mataram), DKI Jakarta

(Pasar Minggu), Jawa Tengah (Lebaksiu, Branti, Kaligondang, Mrebet, Kejombang,

Kutosari, Sigaluh, Sleman, Kaligesing, Matesih), Jawa Timur (Singosari) dan Sulawesi

Utara (Aermadidi, Tondano, Pinaleng, Bolaang Mongondow). Sedikitnya ada lima

jenis duku komersial di tanah air. Kelimanya adalah duku Palembang, duku Matesih,

(17)

Duku Palembang adalah salah satu jenis duku yang terkenal di kalangan masyarakat

luas. Di Palembang, tanaman duku banyak tersebar di Kabupaten Lahat, Muba, Mura

dan Bangka. Sentra terluas dan yang terbaik jenisnya berasal dari Ogan Komering Ilir,

Ogan Komering Ulu dan Muaraenim. Oleh karena itu, duku Palembang sering juga

disebut dengan duku Komering (Anonim, 2013).

Buah duku banyak kita temui di pasar sekitar bulan Febuari – April setiap tahunnya dan

hampir selalu habis berapa pun banyaknya, diduga disebabkan oleh buah duku banyak

penggemarnya karena rasanya yang manis dan aromanya tidak menyengat atau tidak

menusuk di hidung, juga tidak perlu memakai alat bantu khusus tertentu dalam

mengkonsumsinya. Selain itu, diduga penawarannya masih lebih kecil (sedikit)

daripada permintaannya. Permintaan duku terus meningkat, namun produksinya justru

menurun karena tanaman banyak yang telah tua, ada yang berumur lebih dari 100 tahun

karena tanaman duku sudah turun temurun dan petani hanya merawat yang sudah ada

saja (Supriatna dan Suparwoto, 2009).

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa perkembangan luas panen dan produksi duku di

Indonesia berfluktuasi. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa produktivitas pada tahun

(18)

Tabel 2. Luas panen dan produksi duku di Indonesia, 2006-2011

Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas

(ha) r (%) (ton) r (%) (ton/ha) r (%)

2006 13.656 - 157.655 - 11,54 -

2007 22.021 61,26 178.026 12,92 8,08 -29,97 2008 19.041 -13,53 158.649 -10,88 8,33 3,06 2009 20.547 7,91 195.364 23,14 9,51 14,12 2010 28.283 37,65 228.816 17,12 8,09 -14,91 2011 21.282 -24,75 171.113 -25,22 8,04 -0,62 Ket : r = pertumbuhan

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2011

Tanaman duku terdapat di beberapa provinsi di Indonesia, dengan luas dan produksi

yang bervariasi, salah satunya terdapat di Provinsi Lampung dan juga merupakan salah

satu sentra produksi duku di Indonesia. Sentra duku tersebar di berbagai kabupaten di

Lampung, sebagai sentra tanaman duku dengan produksi yang baik, seperti disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi duku menurut kabupaten di Provinsi Lampung, 2006-2010 (ton)

Lokasi 2006 2007 2008 2009 2010 Lampung Barat 687 9.423 2.639 3.172 4.416 Tanggamus 1.131 4.881 2.667 23.650 11.443

Lampung Selatan 17.201 11.025 10.696 4.797 12.153

Lampung Timur 2.982 3.799 8.358 1.992 8.262 Lampung Tengah 467 751 939 316 550 Lampung Utara 4.628 5.876 9.069 5.062 16.880 Way Kanan 1.396 7.927 8.254 4.740 4.457 Tulang Bawang 78 153 47 19 11 Bandar Lampung 489 334 2.229 1.190 440 Metro 0 1 1 0 0

(19)

Produksi duku Lampung lebih banyak di Lampung Selatan, dimana pada tahun 2009

produksi duku Lampung Selatan adalah 4.797 ton dan meningkat menjadi 12.153 ton

pada tahun 2010, ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi duku di

Lampung Selatan. Lampung Selatan tidak mengalami adanya musim peralihan

(pancaroba) antara musim kemarau dan musim hujan. Iklim yang demikian menjadikan

Lampung Selatan sangat cocok untuk berkebun ataupun bertani, sehingga Lampung

Selatan adalah penghasil duku terbesar di Lampung pada tahun 2006 sampai tahun

2008. Duku dari Lampung Selatan memiliki sebutan ‘ Duku Lampung’ yang tak asing

di telinga masyarakat dan tak kalah dari duku Sumatera Selatan di pasar nasional

dengan sebutan ‘Duku Palembang’ atau di pasar lokal dengan sebutan ‘Duku Komering’.

Dari informasi yang diperoleh pada saat pra survey diketahui bahwa duku Lampung

sudah dikenal khususnya di Provinsi Lampung sendiri. Masyarakat mengenal duku ini

dengan sebutan duku Lampung. Menurut Bapak Roni (selaku tokoh pertanian sekaligus

sebagai salah satu pedagang pengumpul buah duku di Kecamatan Katibung Kabupaten

Lampung Selatan, 2013), wilayah pemasaran duku Lampung sudah sampai di pasar

Pulau Jawa, seperti Jakarta, Tangerang, Cirebon dan Bandung. Duku Lampung

mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sehingga menjadikannya

sebagai komoditi yang potensial sebagai sumber penghasilan penduduk. Selanjutnya,

Tabel 4 menunjukkan bahwa Kecamatan Katibung merupakan penghasil terbesar

(20)

Tabel 4. Produksi buah-buahan terpopuler menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2011

Kecamatan Katibung memiliki kondisi iklim yang cocok bagi tanaman duku tersebut,

sehingga tanaman duku dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Tanaman duku

dapat tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari yang tinggi. Kelembaban udara

yang tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan tanaman duku. Sebaliknya, jika

kelembaban udara rendah, maka dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku. Angin

tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman duku, tetapi duku tidak dapat tumbuh

optimal di daerah yang kecepatan anginnya tinggi. Umumnya tanaman duku dapat

tumbuh di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman

duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim basah sampai agak basah, dengan

(21)

Hasil pra survey juga menunjukkan bahwa duku di Lampung memiliki produksi yang

baik dan tidak kalah populer dengan duku Palembang. Produk duku Lampung memiliki

nilai ekonomi yang baik dan menyumbang pendapatan bagi daerah Lampung. Produk

duku Lampung telah mendapat perhatian dari pemerintah maupun para pengamat

perekonomian. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa masih sulit untuk mendapatkan

data mengenai produk duku Lampung serta belum banyak penelitian terkait komoditi ini

di Lampung. Sistem usahatani duku di Lampung masih tradisional. Tanaman duku

tumbuh secara alami, sebagian besar petani hanya melakukan pemeliharaan, seperti

memberi pupuk, walaupun dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan pohon dan

dilakukan sesekali saja. Selain itu, petani juga melakukan kegiatan membasmi hama

yang mengganggu tanaman duku.

Umur simpan buah duku adalah pendek. Terjadi pencoklatan kulit buah duku pada dua

sampai tiga hari pasca panen, menyebabkan penampilan buah duku tidak menarik dan

harga menjadi turun. Umur simpan duku yang pendek menjadi kendala dalam sistem

pemasarannya. Selain itu, posisi tawar petani rendah, karena produksi buah duku

musiman dan tidak ada kepastian produksinya, bahkan beberapa tahun pohon duku

tidak berproduksi atau produksinya sangat rendah, sedangkan jarak antara kebun dan

pasar cukup jauh (Roni, 2013).

Penurunan produksi duku disebabkan oleh terjadinya penurunan luas panen di lapangan

sebagai akibat dari pengalihan fungsi lahan dari komoditi hortikultura ke komoditi

lainnya dan cuaca yang sulit untuk diprediksi. Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi

(22)

2010 produksi mencapai 228.816 ton dengan persentase penurunan produksi pada tahun

2011 mencapai 25,22 %. Penurunan luas lahan pun terjadi pada tahun 2011 menjadi 21.282 ha sedangkan pada tahun sebelumnya mencapai 28.283 ha dengan persentase

terjadinya penurunan luas lahan pada 2011 mencapai 24,75 %. Penurunan produktivitas ini terjadi karena ada beberapa gelombang proses pembuahan, sebagian ada yang sudah

masak, namun ada juga yang masih mentah. Penyebab utama dari permasalahan ini

adalah kondisi cuaca yang tidak menentu sehingga buah duku juga sulit diprediksi

(Widyastuti dan Kristiawati, 2000). Para petani duku di Kecamatan Katibung hanya

merawat, memelihara dan memanen saja, karena tanaman duku di sana sudah turun

temurun dan tidak ada lagi keinginan para petani untuk membuka lahan baru untuk

menanam tanaman duku yang baru.

Bila dipetakan secara umum mulai dari mata rantai produksi hingga pemasaran, posisi

petani amat rentan mengalami berbagai kesulitan. Di rantai produksi, mereka harus

membeli pupuk dan obat pembasmi hama. Harga-harga input tersebut membuat petani

mengeluarkan biaya yang tidak sedikit serta kerapkali terjadi kelangkaan input tersebut

pada masa tertentu akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut

semakin memperburuk posisi usaha tani yang dimiliki oleh para petani, selama ini peran

petani kebanyakan hanya berada dalam proses produksi saja, hanya sebagian kecil saja

yang sampai mengambil peran pada proses pengolahan dan grading apalagi pemasaran

(Anonim, 2010a).

Dengan anggapan bahwa peningkatan produksi secara tidak langsung akan

(23)

bantuan penyuluhan dan pendampingan tentang bagaimana cara bercocok-tanam yang

paling baik, sedangkan proses pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian

diserahkan ke lembaga pemasaran selain petani atau produsen, karena pembagian kerja

seperti itu seringkali merugikan petani. Pada umumnya petani kurang memiliki daya

tawar dalam menjual hasil produksi mereka. Secara tidak langsung pembagian kerja

tersebut sesungguhnya telah mendiskriminasi petani dari pendapatan yang layak.

Akibatnya petani duku hanya menjadi kuli di kebunnya sendiri, sehingga tidak dapat

dipungkiri lagi bahwa berbagai data masih menunjukkan sebagian petani di pedesaan

berada dalam atau mendekati jurang kemiskinan (Anonim, 2010b).

Dalam kenyataannya, harga jual duku selalu berfluktuasi. Fluktuasi tersebut terjadi di

tingkat lokal karena permainan harga yang dilakukan tengkulak dan pedagang. Kondisi

tersebut menyebabkan petani duku berada pada posisi kesejahteraan yang tidak

menentu, sebab pendapatan mereka ditentukan oleh keadaan pasar secara menyeluruh

yang aksesnya sama sekali tidak terjangkau oleh petani duku. Selain itu, fluktuasi

harga juga terjadi pada saat duku sedang mengalami panen, karena di sana terjadi

permainan harga, yaitu harga yang diterima oleh para petani tidak cukup ideal dengan

harga lebih rendah dari harga potensialnya yang seharusnya diterima oleh mereka.

Akibat dari harga yang rendah, keuntungan yang diterima petani lebih sedikit

dibandingkan dengan lembaga sistem pemasaran lainnya pada rantai pemasaran yang

ada, karena harga yang terjadi di tingkat konsumen jauh lebih tinggi (Anonim, 2010b).

(24)

Lembaga pemasaran berperan dalam memasarkan komoditas pertanian hortikultura

yang dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir dan

pedagang pengecer. Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura

antara lain adalah kegiatan pemasaran yang belum berjalan efisien (Mubyarto, 1994),

dalam artian belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada

konsumen dengan biaya yang murah dan belum mampu mengadakan pembagian balas

jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut

serta di dalam kegiatan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang adil

dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai

kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan sangat penting dan

menjadi perhatian dalam sistem pemasaran yang efisien adalah bagaimana

masing-masing lembaga niaga yang terlibat memperoleh imbalan yang adil. Dengan demikian

hubungan antara harga, produksi dan pemasaran mempunyai kaitan yang erat, di mana

petani sebagai produsen dan lembaga perantara pemasaran dengan fungsi pemasaran

yang dilakukannya masing-masing mempunyai peranan yang menentukan dan saling

mempengaruhi (Setyawati, et al,. 1990).

Efisensi pemasaran dapat dilihat melalui pendekatan serba fungsi yang terdapat dalam

sistem pemasaran tersebut. Fungsi-fungsi tersebut terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi

fisik, fungsi fasilitas. Dengan demikian, efisiensi sistem pemasaran dapat dianalisis

melalui fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga dalam saluran pemasaran duku

(25)

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan, yaitu :

1. Bagaimanakah efisiensi pemasaran duku dilihat dari fungsi yang dilakukan oleh

masing-masing lembaga pemasaran di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung

Selatan?

2. Bagaimanakah efisiensi pemasaran duku dilihat dari keragaan pasar melalui

producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah, maka penelitian bertujuan untuk

mengetahui :

1. efisiensi pemasaran duku dilihat dari fungsi yang dilakukan oleh masing-masing

lembaga pemasaran di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

2. efisiensi pemasaran duku dipandang dari keragaan pasar melalui producer share, marjin pemasaran dan ratio profit margin di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memperoleh fakta yang bermanfaat sebagai :

1. Penambah informasi bagi pelaku pemasaran duku Lampung pada tiap lembaga

pemasaran yang ada.

2. Informasi bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan untuk

(26)

3. Peneliti lain, diharapkan dapat menjadikan penelitian sebagai pengembangan ilmu

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Produk Duku

Duku merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang

populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara. Selain itu, ada

yang menyebutkan bahwa duku berasal dari Asia Tenggara bagian Barat, Semenanjung

Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan di sebelah Timur. Jenis ini masih

dijumpai tumbuh dengan bebas atau masih liar di wilayah tersebut dan merupakan salah

satu buah-buahan unggulan (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2000).

Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku

komering, duku metesih dan duku condet. Manfaat utama tanaman duku sebagai

makanan buah segar atau makanan olahan lainnya. Bagian lain yang bermanfaat adalah

kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan lama, digunakan untuk tiang

rumah, gagang perabotan dan sebagainya. Kulit buah dan bijinya dapat pula

dimanfaatkan sebagai obat anti diare dan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit

kayunya yang rasanya sepet digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung

(28)

Duku termasuk tanaman tahunan (parennial crop) yang masa hidupnya dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Tanamannya berbentuk pohon, rindang, berukuran

sedang. Pohon duku berbatang kuat dan besar, dengan penampang 30-40 cm, dapat

mencapai tinggi 15-20 meter. Batang bercabang, kulit batang tipis berwarna coklat

kehijauan atau keabuan dan agak sukar dilepas dari kayunya. Batang menghasilkan

cairan seperti susu, sepanjang kulit batang terdapat celah-celah dangkal yang

memanjang. Mahkota tanaman terbuka, teratur dan atau tidak teratur, berbentuk bulat

(Departemen Pertanian, 2000).

Daun tanaman duku berselang-seling bersirip ganjil dengan 5-7 anak daun. Panjang

rakhis 30-50 cm, dengan pangkal yang membesar. Helaian daun bertangkai berbentuk

elips, bulat panjang atau lonjong. Pangkal daun sempit, agak meruncing dan agak

miring (tidak simetris). Warna helaian daun sisi atas hijau tua dan mengkilat sedangkan

sisi bawah daun tidak mengkilat berwarna hijau muda. Kedua permukaan daun licin.

Panjang helaian daun 12-15 cm dan lebar daun 7-12,5 cm. Panjang tangkai daun

0,8-1,2 cm dan membesar pada pangkalnya (Anonim, 2011).

Duku biasa diperbanyak dengan biji, yang sengaja disemaikan atau dengan

mengumpulkan cabutan semai yang tumbuh spontan di bawah pohon induknya. Akan

tetapi menunggu hingga pohon baru ini menghasilkan, memakan waktu yang lama (20–

25 tahun) dan belum pasti pula kualitasnya sama dengan induknya. Cara lain yang juga

populer adalah dengan mencangkoknya. Meskipun proses mencangkok ini memakan

waktu yang relatif lama (8-9 bulan, akar keluar setelah 134 hari) namun pohon baru

hasil cangkokan sudah dapat berbuah pada umur sekitar dua tahun. Lagi pula

(29)

dilakukan adalah dengan sambung pucuk (grafting). Teknik ini memungkinkan

sifat-sifat genetik batang atas anakan yang dihasilkan sama dengan induknya, sementara

waktu tunggunya dipersingkat menjadi 5–6 tahun. Anakan hasil sambung pucuk ini

juga lebih kuat perakarannya daripada anakan hasil cangkokan (Anonim, 2011).

Kebun dan pertanaman duku umumnya merupakan tanaman tradisional hasil warisan.

menunjukkan bahwa pohon-pohon duku yang ada saat ini berasal dari biji dan telah

berumur rata-rata 40-60 tahun, bahkan beberapa sudah berumur 80 tahun atau lebih.

Petani duku pada umumnya tidak melakukan pemeliharaan terhadap pohon-pohon duku

mereka, kecuali pembersihan sekeliling tegakan pohon pada saat menjelang panen.

Selain itu, teknologi budidaya, mulai dari pembibitan, pemeliharaan (yang meliputi

pemupukan, pengairan, pemangkasan dan pengendalian organisme pengganggu) belum

banyak dilakukan, sehingga pohon-pohon duku tidak berbuah setiap tahun. Tidak

jarang pohon berbuah berselang tiga tahun (Deroes, 2003).

Waktu panen berbeda antar sentra produksi. Selain itu, pergeseran musim panen juga

terjadi bila keadaan cuaca berubah, seperti pergeseran musim hujan. Cara panen yang

dilakukan petani mempengaruhi umur simpan buah duku. Buah-buah yang dipanen

hanya dapat bertahan tetap segar dalam waktu tiga hari, setelah itu warna kulit buah

duku mulai berubah kecoklatan. Metoda panen juga mempengaruhi kualitas buah duku.

Buah duku yang dipanen dengan tangkainya mempunyai daya simpan yang lebih

panjang daripada buah duku yang dipanen tanpa tangkai. Kondisi yang diuraikan di

atas merupakan kendala-kendala yang berdampak pada proses pemasaran buah duku

(30)

Silitonga (1994) mengemukakan bahwa masalah yang paling kronis dalam pemasaran

hasil pertanian, khususnya buah-buahan adalah ketidakadilan (unfairness) antara harga yang diterima petani dan harga yang harus dibayar konsumen. Ketidakadilan tersebut

antara lain, disebabkan oleh posisi tawar petani yang rendah dan belum adanya

kelembagaan petani yang kuat dalam proses pemasaran.

2. Teori Pemasaran

(a) Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan kegiatan pokok yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan proses pemasaran. Proses pemasaran meliputi beberapa fungsi yang

harus dilaksanakan oleh produsen dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam mata

rantai pemasaran. Fungsi pemasaran ini harus diakomodasikan oleh produsen dan

rantai saluran barang dan jasa, lembaga-lembaga lain yang berperan dalam proses

pemasaran (Hasyim, 2012).

Hasyim (2012) mengemukakan bahwa secara teoritis, fungsi-fungsi tataniaga itu

dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu fungsi pertukaran (exchange functional), fungsi fisik (physical functional) dan fungsi fasilitas(facilitating functional). Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan adalah proses pemasaran yang telah berubah dari orientasi produksi

ke orientasi penjualan. Produsen bukan lagi yang menentukan apa yang harus dijual,

melainkan penjualan yang menentukan apa yang harus diproduksi. Penjualan

(31)

permintaan konsumen (pelanggan) dari produk yang dihasilkan. Fungsi pembelian

adalah merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemindahan dan atau pemilikan

sejumlah barang untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

Selanjutnya Hasyim (2012) menyatakan bahwa fungsi fisik meliputi penyimpanan,

pengolahan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan adalah menahan barang-barang

selama jangka waktu antara dihasilkan atau diterima sampai dengan dijual. Dengan

demikian penyimpanan menciptakan kegunaan waktu, disamping bertendensi

meratakan harga. Fungsi penyimpanan juga dimaksudkan untuk menyeimbangkan periode panen dan periode paceklik.

Fungsi pengolahan diperlukan untuk mengelola produk terutama untuk

produk-produk pertanian sangat strategis. Hal ini dapat meningkatkan nilai guna karena

perubahan bentuk (form utility) akan memberikan keuntungan dan manfaat, sedangkan fungsi pengangkutan dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk

berguna dengan memindahkan produk-produk pertanian dari daerah produsen ke

konsumen.

Fungsi fasilitas meliputi fungsi standarisasi dan grading, standarisasi adalah

justifikasi kualitas yang seragam antara penjual dan pembeli, antar tempat, dan antar

waktu. Artinya penentuan atau penetapan standar golongan (kelas atau derajat)

untuk komoditas pemasaran. Grading berarti memilah dan memilih produk-produk untuk dikelompokkan ke dalam satuan atau unit atau kelas atau derajat tertentu yang

(32)

menyederhanakan dan mempermudah serta meringankan biaya pemindahan

komoditas melalui saluran pemasaran.

Risiko diartikan sebagai ketidakpastian dalam hubungannya dengan biaya.

Sepanjang pergerakan produk-produk pertanian dari sentra produksi ke sentra

konsumen senentiasa menghadapi kerusakan, kerugian, kehilangan, dan risiko-risiko

lainya. Risiko ini pada dasarnya digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : (a) risiko

karena sifat fisik, (b) risiko karena perubahan kondisi pasar dan (c) risiko karena

alam, manusia, dan pemerintah. Pembiayaan merupakan bagian dari fungsi fasilitas

yang tugasnya adalah memperlancar kegiatan fungsi-fungsi lain dalam proses

pemasaran. Fungsi informasi pasar dimaksudkan untuk menginformasikan ke

konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah permintaan atas suatu

produk. Sebagai suatu sistem, informasi pasar adalah serangkaian fasilitas informasi

dan desain prosedur untuk memberikan informasi tentang pasar, lingkungan dan

kinerja yang telah dicapai kepada manajemen perusahaan.

(b) Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha

dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen

melalui penjualan (Limbong dan Sitorus,1987). Lembaga tataniaga sebagai suatu

lembaga perantara yang berperan dalam kegiatan penyaluran barang dan jasa dari

produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran

barang mulai dari titik produsen sampai titik konsumen dikelompokkan menjadi

(33)

pertukaran seperti pengecer, grosir, pedagang pengumpul, tengkulak dan lembaga

perantara lainnya, (b) lembaga pemasaran yang melakukan kegiatan fisik seperti

pengolahan, pengangkutan dan penggudangan dan (c) lembaga pemasaran yang

menyediakan fasilitas-fasilitas pemasaran seperti informasi pasar, Kredit Desa, KUD,

Bank Unit Desa dan lain-lain (Limbong dan Sitorus, 1987).

(c) Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah maksimisasi dari ratio input dan output. Input

merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat

dalam memasarkan hasil pertanian, sedangkan output adalah kepuasan dari

konsumen. Perubahan yang mengurangi biaya input tanpa mengurangi kepuasan

konsumen akan meningkatkan efisiensi, sedangkan perubahan yang mengurangi

biaya input tetapi mengurangi kepuasan konsumen akan menurunkan efisiensi

pemasaran. Beberapa perusahaan telah membentuk jabatan pengontrol pemasaran

untuk membantu staf pemasaran meningkatkan efisiensi pemasaran. Pengontrol

pemasaran bekerja di luar kantor pengontrol dan berspesialisasi dalam bidang

pemasaran perusahaan (Kotler, 2002).

Kohl dan Uhl (1990) dalam Nalurita (2008) menjelaskan bahwa efisiensi merupakan

rasio antara output dan input. Dengan demikian, efisiensi pemasaran berarti

maksimisasi rasio input dan output dari kegiatan pemasaran. Input pemasaran

meliputi sumberdaya (tenaga kerja, mesin, energi, dll) yang digunakan dalam fungsi

pemasaran. Output pemasaran meliputi kegunaan waktu, kegunaan bentuk,

(34)

Dengan kata lain, sumberdaya merupakan biaya dan kegunaan merupakan

keuntungan dari pemasaran yang diperhitungkan dalam efisiensi rasio.

Struktur pasar

Struktur pasar sangat diperlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui

analisis struktur pasar, secara otomatis akan menjelaskan bagaimana perilaku

partisipan yang terlibat dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari

struktur dan perilaku pasar yang ada dalam pemasaran tersebut. Struktur pasar

merupakan karakteristik dari produk maupun institusi atau lembaga yang terlibat

pada pasar tersebut yang mempengaruhi marketconduct (perilaku pasar) dan market performance (keragaan pasar). Struktur pasar juga dapat diartikan sebagai tipe atau jenis-jenis pasar (Kotler, 1989).

Struktur pasar adalah karakteristik organisasi dari suatu pasar, yang untuk

prakteknya, adalah karakteristik yang menentukan hubungan antara para pembeli dan

para penjual, antara penjual satu dengan lainnya dan hubungan antara penjual di

pasar dengan para penjual yang lain dan hubungan antara penjual di pasar dengan

para penjual potensial yang masuk ke dalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat

konsentrasi, diferensiasi produk dan rintangan masuk pasar (Hasyim, 2012).

Stuktur pasar paling banyak digunakan dalam menganalisis sistem pemasaran,

karena melalui analisis struktur pasar maka secara otomatis akan dapat dijelaskan

bagaimana perilaku lembaga yang terlibat dan akhirnya akan menunjukkan keragaan

yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran

(35)

Perilaku pasar

Dahl dan Hammond (1977) dalam Nalurita (2008) menyatakan bahwa perilaku pasar

merupakan pola atau tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan

dengan struktur pasar di mana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan

pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam

menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar mengarah pada strategi yang

dilakukan perusahaan dalam menyesuaikan dengan pasar yang dihadapi. Perilaku

pasar menyangkut proses dalam menentukan harga dan jumlah produk, keputusan

untuk meningkatkan penjualan, keputusan untuk mengubah sifat produk yang dijual,

serta berbagai strategi penjualan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pasar

tertentu.

Perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur dari harga, biaya,

marjin pemasaran dan jumlah barang yang diperdagangkan. Perilaku pasar dapat

diketahui melalui pengamatan terhadap penjualan dan pembelian yang dilakukan

oleh setiap lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta

kerjasama di antara berbagai lembaga pemasaran. Perilaku pasar juga menentukan

strategi yang dilakukan oleh para pelaku pasar dalam menghadapi pesaing. Pelaku

pasar harus memahami penampilan pasar agar dapat mengetahui secara jelas

(36)

Keragaan pasar

Hammond dan Dahl (1977) dalam Widiyanti (2008) menyatakan bahwa keragaan

pasar merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur pasar dan perilaku pasar dalam

kenyataan yang ditunjukan dengan harga, biaya dan volume produksi, yang pada

akhirnya akan memberikan baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Keragaan

pasar adalah hasil akhir yang dicapai sebagai akibat dari penyesuaian pasar yang

dilakukan oleh lembaga pemasaran. Deskripsi keragaan pasar dapat dilihat dari

tingkat harga dan bentuk-bentuk harga, penyebarannya di tingkat produsen dan

tingkat konsumen, persaingan, margin pemasaran dan penyebarannya pada setiap

tingkat pasar.

Saluran pemasaran

Arus barang yang melalui lembaga-lembaga yang menjadi perantara pemasaran akan

membentuk saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga

yang melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status

kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Perbedaan saluran pemasaran yang

dilalui oleh suatu jenis barang akan berpengaruh pada bagian pendapatan yang di

terima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat didalamnya. Hal ini

berarti bahwa saluran pemasaran yang berbeda akan memberikan keuntungan yang

berbeda pula kepada masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan

pemasaran tersebut. Saluran pemasaran dari suatu komoditas perlu diketahui untuk

dapat menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan jalur-jalur

(37)

mencari besarnya marjin pemasaran yang diterima tiap lembaga yang terlibat (Kotler,

1989).

Pangsa produsen (Producer share)

Marjin pemasaran bukanlah satu-satunya indikator yang menentukan efisiensi

pemasaran suatu komoditas. Salah satu indikator lain adalah dengan

membandingkan harga yang dibayar oleh konsumen akhir atau yang biasa disebut

dengan Producer share (bagian harga yang diterima produsen) dan sering dinyatakan dalam suatu persentase. Producer share mempunyai hubungan yang negatif dengan marjin pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang

akan diperoleh produsen akan semakin rendah. Producer share digunakan untuk mengetahui bagian-bagian harga yang telah diterima produsen, yang telah dinyatakan

dalam suatu presentase. Semakin tinggi suatu pangsa produsen, maka kinerja pasar

semakin baik dari sisi produsen (Limbong dan Sitorus, 1987).

Marjin pemasaran

Secara umum yang dimaksudkan dengan marjin pemasaran adalah perbedaan

harga-harga pada berbagai tingkat sistem pemasaran atau dengan perkataan lain marjin

pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem

pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang

(38)

Azzaino (1982) mengemukakan bahwa alat-alat untuk mempelajari efisensi sistem

tataniaga dalam struktur pasar tertentu dapat dipakai konsep-konsep statistik

sederhana, di antaranya analisa biaya dan marjin pemasaran. Informasi marjin dan

biaya tataniaga secara tidak langsung dapat memberi petunjuk apakah struktur pasar

komoditi tertentu berada pada pasar persaingan sempurna atau persaingan tidak

sempurna. Perbedaan perlakuan atau kegiatan pemasaran suatu komoditi oleh setiap

lembaga pemasaran akan menyebabkan perbedaan harga jual. Semakin banyak

lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran suatu komoditi dari titik

konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik

produsen dengan harga yang dibayar konsumen. indikator lain untuk menilai

efisiensi sistem pemasaran Ratio Profit Margin (RPM) atau marjin keuntungan masing-masing lembaga pemasaran adalah perbandingan antara tingkat keuntungan

lembaga pemasaran dengan biaya yang telah dikeluarkan.

3. Penelitian Terdahulu

Analisis efisiensi pemasaran duku Lampung di Kecamatan Katibung Kabupaten

Lampung Selatan merujuk pada penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kajian penelitian terdahulu

(39)
(40)
(41)
(42)

keuntungan biaya.

terhadap informasi pasar, yaitu harga jual karet setiap harinya. 3. Untuk mengatasi permasalahan ini, pada satu sisi, petani

sebaiknya meningkatkan kualitas sesuai dengan permintaan

pasar agar mendapatkan harga yang lebih tinggi.

B. Kerangka Pemikiran

Tanaman perkebunan memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDB pertanian

Indonesia sebagai sektor utama karena merupakan negara agraris. Salah satu komoditi

yang berasal dari Asia Tenggara adalah duku. Duku merupakan komoditi yang

potensial karena memiliki nilai ekonomi yang dapat menunjang pendapatan masyarakat.

Sentra produksi duku terbesar yang ada di Indonesia adalah Sumatera Selatan dengan

nama komersial ‘Duku Komering’. Selain di Sumatera Selatan, terdapat juga sentra

duku lainnya di Indonesia yang tidak kalah besar produksinya, salah satunya adalah

Provinsi Lampung. Duku yang berasal dari Provinsi Lampung dikenal dengan ‘Duku

Lampung’.

Sebelumnya, tanaman duku Lampung kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan

pengamat ekonomi, sehingga produk ini kalah populer dengan duku komering. Padahal

daerah pemasaran duku Lampung sudah mencapai luar Sumatera, yaitu Jakarta,

Tangerang, Cirebon dan Bandung. Melihat adanya pangsa pasar yang baik, maka

pemerintah Provinsi Lampung terus mendukung kegiatan pemasaran dalam

(43)

penghasil duku di Lampung. Pengenalan produk duku Lampung di pasaran tidak

terlepas dari campur tangan para pelaku pemasaran, seperti petani, pedagang pengumpul

(pedagang kecil), pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pelaku pemasaran harus

selalu memperhatikan sistem proses pemasaran duku hingga ke tangan konsumen, yaitu

bagaimana pemasaran duku yang terjadi di pasar, yang melibatkan sejumlah lembaga.

Penetapan harga pada tiap lembaga berbeda-beda, baik dari petani, pedagang

pengumpul, pedagang besar maupun pedagang pengecer. Perbedaan penetapan harga

umumnya merugikan petani sebagai produsen duku karena posisi tawarnya yang lemah.

Bentuk perilaku dari masing-masing lembaga yang berinteraksi dalam proses pemasaran

membentuk sebuah sistem yang biasa disebut saluran pemasaran.

Dari saluran pemasaran tersebut dapat dilakukan analisis efisiensi pemasaran. Analisis

Analisis pemasaran terdiri dari beberapa pendekatan, seperti pendekatan serba fungsi,

lembaga, produk, dan teori ekonomi. Penelitian ini hanya menganalisis efisiensi

pemasaran yang ada dari dua pendekatan saja, yaitu pendekatan serba fungsi diimbangi

dengan teori ekonomi. Telah banyak penelitian terkait dengan pemasaran melalui

pendekatan teori ekonomi untuk melihat seberapa adil balas jasa yang diterima oleh tiap

pelaku pemasaran, namun penelitian ini mencoba melihat fenomena pemasaran dari

fungsi pemasaran apa saja yang telah dilakukan. Fungsi pemasaran yang ada secara

tidak langsung akan menambah nilai jual produk yang diperdagangkan. Fungsi-fungsi

pemasaran tersebut terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

Fungsi pertukaran merupakan semua kegiatan yang memperlancar perpindahan produk

duku dari petani ke konsumen melalui pedagang perantara. Fungsi pertukaran terdiri

(44)

secara fisik terhadap produk duku meliputi pengangkutan, pengolahan dan

penyimpanan. Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan

kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dengan konsumen. Fungsi fasilitas

terdiri dari pembiayaan, penanggungan resiko, standardisasi & grading dan informasi

pasar.

Analisis efisiensi pemasaran juga berhubungan langsung dengan struktur pasar, perilaku

pasar dan keragaan pasar. Struktur pasar dapat menggambarkan hubungan antara

penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi

produk dan kondisi keluar masuk pasar. Stuktur pemasaran paling banyak digunakan

dalam menganalisis sistem pemasaran, karena melalui analisis struktur pasar, secara

langsung akan dapat dijelaskan bagaimana karakteristik bentuk pasar yang ada.

Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran dalam

melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk

keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar yang ada pada sistem

pemasaran duku di Lampung Selatan.

Analisis efisiensi pemasaran melalui keragaan pasar dapat dianalisis secara kuantitatif

yang meliputi aspek pangsa produsen, marjin pemasaran, dan ratio profit margin. Analisis pangsa produsen digunakan untuk mengetahui persentase bagian harga

konsumen yang diterima oleh petani, semakin tinggi pangsa produsen maka kinerja

pasar semakin baik dari sisi produsen. Marjin pemasaran merupakan suatu metode

analisis dengan memperhitungkan selisih harga yang terjadi pada setiap lembaga

pemasaran akibat dari perilaku pemasaran yang terjadi. Nilai RPM merupakan nilai

(45)

lembaga pemasaran. Jika RPM antar lembaga pemasaran tidak sama dengan nol, maka

sistem pemasaran tidak efisien. Kerangka pemikiran penelitian diringkas dalam bentuk

bagan seperti disajikan pada Gambar 1.

Ket : = bagian dari pemasaran yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis efisiensi pemasaran produk duku Lampung melalui pendekatan serba fungsi di Kabupaten Lampung Selatan, 2012

Pendekatan

Pelaku pemasaran, terdiri dari : - Petani

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

menggunakan metode sensus. Pengertian sensus dalam penelitian ini adalah meneliti

setiap anggota atau setiap individu yang terdapat dalam populasinya dan digunakan

sebagai sumber informasi. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka

penelitian ini akan mengemukakan analisis efisiensi pemasaran produk (duku) melalui

pendekatan analisis serba fungsi di Kabupaten Lampung Selatan. Konsep dasar dan

batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data

yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian, mencakup :

Usahatani duku adalah usaha dengan melakukan kegiatan bercocok tanam pada suatu

wilayah tertentu dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada yaitu perkebun

duku guna meningkatkan pendapatan rumah tangga petani.

Petani duku adalah individu atau kelompok yang melakukan kegiatan usahatani duku

untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya dengan pendapatan

yang diperoleh dari hasil usahataninya.

Luas lahan garapan adalah luas lahan duku yang dipelihara oleh petani dan digunakan

(47)

Produksi duku adalah jumlah produksi duku pada satu periode produksi (Kg).

Produktivitas adalah hasil produksi duku per hektar, yang diukur dalam satuan kilogram

per hektar (Kg/ha), dihitung per tahun, yang terdiri dari sekali musim panen dalam satu

tahun.

Harga duku di tingkat petani adalah nilai tukar duku di tingkat petani (Rp/Kg).

Penerimaan Petani adalah jumlah produksi total duku dikalikan dengan harga duku di

tingkat petani selama musim panen per tahun (Rp/tahun).

Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang berusaha dalam

bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen melalui

penjualan.

Saluran pemasaran merupakan sistem untuk menyampaikan produk yang dihasilkan

oleh produsen kepada konsumen.

Pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah individu atau kelompok yang melakukan

kegiatan pembelian produk hanya dari petani, dan memberikan harga jual yang paling

rendah di tingkat petani. Pedagang pengumpul (pedagang kecil) terdiri dari pedagang

pengumpul (pedagang kecil) yang menjual produk duku ke pedagang besar, dan

pedagang pengumpul (pedagang kecil) yang menjual produk duku ke luar daerah.

Volume pembelian pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah jumlah duku yang

dibeli pedagang pengumpul (pedagang kecil) dari petani dalam satu tahun, diukur dalam

(48)

Volume penjualan pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah jumlah duku yang

dijual pedagang pengumpul (pedagang kecil) ke pedagang besar maupun ke luar daerah

dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Kehilangan di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah selisih volume

penjualan dan volume pembelian di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil). Hal

ini disebabkan oleh kondisi produk duku yang rusak, busuk, atau mentah pada saat

penyortiran di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil). Terdapat juga kehilangan

di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) ke luar daerah, yang disebabkan oleh

jatuhnya produk duku pada saat pengangkutan, dan pencurian selama perjalanan, diukur

dalam satuan kg/tahun.

Harga duku di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah nilai tukar duku di

tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil), diukur dalam satuan Rp/Kg.

Penerimaan pedagang pengumpul (pedagang kecil) adalah volume penjualan produk

duku dikali dengan harga duku di tingkat pedagang pengumpul (pedagang kecil)

selama musim panen per tahun, diukur dalam satuan Rp/tahun.

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli duku, baik dari petani maupun dari

pedagang pengumpul (pedagang kecil), dengan volume perdagangan yang lebih besar

dan harga beli yang lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya.

Pedagang besar melakukan penjualan ke luar daerah.

Volume pembelian pedagang besar adalah jumlah duku yang dibeli pedagang besar dari

petani dan pedagang pengumpul (pedagang kecil) dalam satu tahun, diukur dalam

(49)

Volume penjualan pedagang besar adalah jumlah duku yang dijual pedagang besar ke

luar daerah dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Kehilangan di tingkat pedagang besar adalah selisih volume penjualan dan volume

pembelian di tingkat pedagang besar. Hal ini disebabkan oleh kondisi produk duku

yang rusak, busuk, atau mentah pada saat penyortiran, serta jatuhnya produk duku pada

saat pengangkutan, dan pencurian selama perjalanan, diukur dalam satuan kg/tahun.

Harga duku di tingkat pedagang besar adalah nilai tukar duku di tingkat pedagang besar,

diukur dalam satuan Rp/Kg.

Penerimaan pedagang besar adalah volume penjualan produk duku dikali dengan harga

duku di tingkat pedagang besar selama musim panen per tahun, diukur dalam satuan

Rp/tahun.

Pedagang pengecer adalah individu atau kelompok yang melakukan kegiatan pembelian

produk duku dari pengumpul. Pedagang pengecer duku berasal dari daerah Kecamatan

Katibung, yang pangsa pasarnya adalah konsumen akhir di daerah tersebut (lokal).

Volume penjualan pedagang pengecer relatif rendah dan terbatas karena dijual per

satuan kilogram.

Volume pembelian pedagang pengecer adalah jumlah duku yang dibeli pedagang

pengecer dari petani dalam satu tahun, diukur dalam satuan kg/tahun.

Volume penjualan pedagang pengecer adalah jumlah duku yang dijual pedagang besar

(50)

Kehilangan di tingkat pedagang pengecer adalah selisih volume penjualan dan volume

pembelian di tingkat pedagang pengecer. Hal ini disebabkan oleh kondisi produk duku

yang rusak saat penyortiran, dan busuk sebelum laku terjual dalam satu tahun, diukur

dalam satuan kg/tahun.

Harga duku di tingkat pedagang pengecer adalah nilai tukar duku di tingkat pedagang

pengecer, diukur dalam satuan Rp/Kg.

Penerimaan pedagang pengecer adalah volume penjualan produk duku dikali dengan

harga duku di tingkat pedagang pengecer selama musim panen per tahun, diukur dalam

satuan Rp/tahun.

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga

pemasaran pada saluran pemasaran duku dalam pengelolaan produk sebelum sampai ke

tangan konsumen. Hal ini terkait dengan fungsi-fungsi yang diterapkan pada tiap

lembaga.

Fungsi pemasaran adalah fungsi-fungsi yang diusahakan oleh padagang perantara agar

pembeli atau konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada kegunaan bentuk,

kegunaan tempat, kegunaan waktu dan harga yang tepat.

Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik dari

produk duku yang dipasarkan. Fungsi pertukaran berkaitan erat dengan fungsi

(51)

Fungsi penjualan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengusahakan agar

mendapatkan pembeli sehingga terjadi permintaan pasar terhadap produk duku yang

cukup menguntungkan di tingkat harga yang berlaku.

Fungsi pembelian adalah suatu kegiatan pembelian produk duku pada lembaga

pemasaran tertentu untuk diolah dan dijual kembali kepada lembaga pemasaran

berikutnya pada saluran pemasaran.

Fungsi fisik adalah semua kegiatan atau tindakan pada saluran pemasaran duku

sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu pada

produk duku. Fungsi fisik meliputi fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan dan

fungsi pengolahan.

Fungsi pengangkutan adalah fungsi yang dilakukan tiap lembaga pemasaran untuk

menyediakan produk duku ke daerah tujuan konsumen berada sesuai dengan kebutuhan

konsumen, baik menurut waktu, jumlah dan kualitas.

Fungsi penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan produk duku yang dilakukan oleh

pelaku pemasaran sebelum diolah, dikirim maupun dijual ke pelaku pemasaran

selanjutnya atau konsumen akhir.

Fungsi pengolahan adalah kegiatan perubahan bentuk produk sehingga dapat

meningkatkan nilai guna.

Fungsi fasilitas adalah semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran

yang terjadi antara produsen dengan konsumen untuk memperlancar penyediaan produk

(52)

Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi pembiayaan, fungsi penanggungan resiko, fungsi

informasi pasar, fungsi standardisasi dan grading.

Fungsi pembiayaan adalah penyediaan sejumlah dana untuk keperluan transaksi jual

beli produk duku meliputi pembelian barang atau jasa dan penyediaan kredit bagi para

pelaku pemasaran.

Fungsi penanggungan resiko adalah strategi dalam menghadapi banyaknya resiko yang

dihadapi oleh para produsen maupun lembaga perantara pada saluran pemasaran duku.

Fungsi standardisasi adalah ukuran atau penentuan mutu suatu barang dengan

menggunakan berbagai ukuran seperti warna, bentuk, ketahanan, tingkat kematangan,

dan rasa pada buah duku yang akan dipasarkan.

Fungsi grading adalah tindakan klasifikasi produk duku menurut standar yang

diinginkan untuk mempermudah proses jual beli, mengurangi biaya pemasaran dan

menekan resiko dalam pengangkutan serta memperluas pasaran duku.

Fungsi informasi pasar merupakan kegiatan pengumpulan informasi pasar serta

menafsirkan data mengenai produk duku yang diperlukan meliputi perkembangan

harga, jenis dan kualitas duku pada setiap lembaga pemasaran yang diinginkan

konsumen. Selain itu informasi lain yang membantu pemasaran seperti lokasi produksi,

lokasi konsumen, waktu dan jumlah barang yang diinginkan konsumen dan informasi

(53)

Struktur pasar merupakan karakteristik pasar duku yang menggambarkan hubungan

antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran,

diferensiasi produk duku dan kondisi pedagang untuk keluar masuk pasar.

Perilaku pasar merupakan tingkah laku lembaga pemasaran pada saluran pemasaran

duku dalam menghadapi struktur pasar tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya.

Keragaan pasar merupakan keadaan dimana akibat dari struktur pasar dan perilaku pasar

dalam kenyataan yang ditunjukkan dengan harga, biaya dan volume produksi duku.

Pada akhirnya akan memberikan baik atau tidaknya suatu sistem pemasaran. Keragaan

pasar berhubungan dengan saluran pemasaran, producer share, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin.

Producer share adalah bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani duku sebagai produsen dan diukur dalam satuan persentase (%).

Marjin pemasaran adalah perbedaan harga pada tingkat produsen atau petani duku

dengan harga di tingkat eceran (pengumpul dan pedagang) sampai konsumen, diukur

dalam satuan Rp/Kg.

Nilai Ratio Profit Margin adalah nilai perbandingan keuntungan pada masing-masing lembaga dengan biaya-biaya pemasaran yang dikeluarkan pada lembaga tersebut, diukur

(54)

B. Penentuan Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat bahwa Kecamatan Katibung merupakan sentral produksi duku di Kabupaten Lampung Selatan

dengan produksi sebesar 396,0 ton pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lampung Selatan, 2011). Kecamatan Katibung memiliki 12 desa, dari 12 desa di

Kecamatan Katibung dipilih dua desa sebagai lokasi penelitian, yaitu : Desa Babatan

dan Desa Pardasuka. Desa tersebut dipilih karena memiliki produksi dan luas lahan

areal duku terluas di Kecamatan Katibung (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung

Selatan, 2011).

Responden penelitian adalah petani duku dan pedagang duku dalam berbagai tingkatan.

Dari informasi prasurvey diketahui bahwa jumlah petani duku di Desa Babatan dan

Desa Pardasuka adalah 50 petani duku, informasi ini didapatkan dari hasil wawancara

dengan tokoh pertanian sekaligus sebagai salah satu pedagang pengumpul buah duku di

Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya, untuk lembaga

pemasaran yang diambil adalah yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pemasaran

duku di dua desa penelitian. Cara pengambilan sampel pedagang mengikuti alur

pemasaran walaupun informasi didapatkan dari antar pedagang. Dalam pelaksanaannya

dilakukan wawancara terhadap (pedagang duku), selanjutnya yang bersangkutan

diminta untuk menyebutkan calon responden lainnya (petani). Hal ini dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu rantai pemasaran. Pengumpulan data

(55)

C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh dengan cara pengumpulan data-data melalui wawancara dengan

menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya, hasil

pengamatan langsung di lapangan dan sumber data primer adalah petani responden dan

pedagang responden. Data sekunder diperoleh dari literatur pada berbagai

lembaga/instansi yang terkait, di antaranya Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian,

kantor kecamatan dan desa, hasil penelitian terdahulu dan sumber pustaka yang relevan.

D.Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif. Analisis

kualitatif (deskriptif) digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan kedua. Tujuan

pertama dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsi-fungsi lembaga pemasaran,

sedangkan tujuan kedua dianalisis secara kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif, melalui

pendekatan organisasi pasar. Analisis kualitatif (deskriptif) digunakan untuk

mengetahui struktur pasar dan perilaku pasar, sedangkan analisis kuantitatif digunakan

untuk mengetahui efisiensi pemasaran melalui analisis producer share, marjin pemasaran dan ratio profit marjin (merupakan bagian dari keragaan pasar).

1. Fungsi-Fungsi Lembaga Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan pengusahakan agar pembeli atau konsumen memperoleh

barang yang diinginkan pada tempat, waktu dan harga yang tepat. Penelaahan

Gambar

Tabel 1.  Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku, 2010 – 2011 (Milyar Rupiah)
Tabel 2.  Luas panen dan produksi duku di Indonesia, 2006-2011
Tabel 4.  Produksi buah-buahan terpopuler menurut kecamatan di Kabupaten Lampung  Selatan, 2011 (ton)
Tabel 5.  Kajian penelitian terdahulu
+4

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa aspek perwajahan Al-Qur’an cetak batu Singapura abad ke-19 yang ada di Indonesia antara lain menggunakan bahan kertas Eropa; tinta merah (awal surah) dan

[r]

Pengertian ‘Allah tidak membutuhkan bantuan makhluk lain’ tercantum dalam surat ….. Allah tidak mungkin rusak/binasa karena Allah

Normal P-P Plot of Unstandardized Residual..

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proporsi pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai buruh di PT Gula Putih Mataram terhadap pendapatan total rumah tangga

Begitupun juga dalam memberikan materi PAI khususnya dalam bab ibadah shalat, seorang guru harus pandai-pandai menarik perhatian peserta didik, sabar, ikhlas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara: 1) kreativitas guru PAI terhadap peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti , 2)