ABSTRAK
THE INFLUENCE OF HOUSEHOLD INCOME OVER EXPENDITURE LUNCH : A CASE STUDY UNIVERSITY EMPLOYEES LAMPUNG
Oleh
Hasni Novi Jannati
The growth of woman employees has been increasing since 1980. Consequently, they do not have time for preparing food in their households. Mean while, food stalls selling lunch for employees in office areas have been growing rapidly. These conditions causes many employees easier to find out the plans to eat lunch outside. The research questions are how much money that employees spent for buying lunch outside and what factors affect it. Other this study aims to answer these questions. There are 94 sampels who are employees of the university of lampung. The data are analyzed by the multiple regression. One of the result was that the average expenditure of eating lunch outside was Rp95,500/month/person. This result showed factors that influenced on the expenditure of lunch outside were empoyees income and the number of household members.
ABSTRAK
PENGARUH PENGADAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG DI LUAR RUMAH: STUDI KASUS
PADA KARYAWAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
Hasni Novi Jannati
Pertumbuhan angkatan kerja wanita mengalami peningkatan sejak 1980. Hal ini mengakibatkan, mereka tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makan di rumah tangga, sementara itu, warung makan menjual makanan siang untuk karyawan di area kantor mengalami pertumbuhan pesat. Kondisi ini mendorong banyak karyawan memilih makan siang di luar rumah menjadi pertanyaan adalah berapa besar pengeluaran para karyawan untuk makan siang di luar dan apakah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja di Universitas Lampung. Terdapat 94 sampel yang merupakan karyawan Universitas Lampung yang diambil dengan cara acak perfakultas. Data dianalisis menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran karyawan untuk makan siang di luar sebesar Rp95.500/bulan/orang. Pendapatan karyawan berpengaruh terhadap pengeluaran makan siang di luar rumah. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pengeluaran makan siang di luar rumah adalah jumlah anggota rumah tangga.
PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG DI LUAR RUMAH: STUDI KASUS
PADA KARYAWAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
Hasni Novi Jannati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG DI LUAR RUMAH: STUDI KASUS
PADA KARYAWAN UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)
Hasni Novi Jannati
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kurva Indifference………... 13
2. Garis Anggaran…….………... 14
3. Kurva anggaran dan perubahan anggaran………. 14
4. Kurva Indefference Tingkat Kepuasan yang Sama... 15
5. Barang Normal………. 15
6. Kurva BarangInferior……….. 16
7. Bagan Penelitian……….. 23
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang………... 1
B. Rumusan Masalah... 2
C. Tujuan Penelitian……... 2
D. Manfaat Penelitian………. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 4
A. Pengertian Kuliner... 4
B. Kuliner di Indonesia…... 4
C. Teori Konsumsi………. 7
D. Kajian Terdahulu………... 17
E. Kerangka Pemikiran……….. 21
F. Hipotesis……… 24
III. METODE PENELITIAN... 25
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional... 25
B. Lokasi, Waktu, dan Pengumpulan Data Penelitian... 26
C. Prosedur Penelitian………... 29
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data... 30
E. Metode Analisis Data……… 30
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian………..…. 36 B. Karakteristik Responden………. 38 C. Pengeluaran Makan Siang Di Luar Rumah………
D. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran makan Siang di Luar Rumah………..
45 46
V. KESIMPULAN……….
DAFTAR PUSTAKA...
52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah karyawan Universitas Lampung………. 27 2. Hasil Sampel 3 karyawan Universitas Lampung………. 28 3. Sebaran responden menurut golongan dan fakultas di Universitas
Lampung……… 37 4. Sebaran responden menurut karakteristik ……… 40 5. Pendapatan responden dan keluarga…..………... 41 6. Sebaran Responden Menurut golongan, jarak rumah dan asisten rumah tangga pada karyawan Universitas Lampung………...……….. 43
7. Pengeluaran makan siang di luar……….………..……….. 44 8. Jumlah frekuensi makan siang di luar……..……….. 45 9. Hasil regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan siang di
PERSEMBAHAN
Dengan Memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Atas Semua
Anugerah Yang Telah Diberikan Padaku, Kartya Tulis Ini
Kupersembahkan Kepada Kedua Orang Tuaku, Keluargaku Dan
Orang-Orang Yang Telah Membantuku Segenap Hati Serta Ketulusan
Almamaterku Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis Angkatan 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 18 November 1991, sebagai
anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari Bapak Suhaili dan Ibu
Hinduwati, A.Ma. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah: (1) Taman
Kanak-Kanak (TK) DWI Tunggal Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun
1998, (2) Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Gunung Sulah Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2004, (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP)
Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan (4) Sekolah
Menengah Atas (SMA) YP UNILA Bandar Lampung yang diselesaikan pada
tahun 2010.
Tahun 2010 penulis diterima di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri), pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum
(PU) di PTPN VII Way Berulu pesawaran, dan pada tahun 2014 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sendang Rejo Lampung Tengah.
Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan keorganisasian
kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(HIMASEPERTA) sebagai anggota bidang IV (Kewirausahaan) periode
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proyeksi Produksi dan Konsumsi Telur
Ayam Ras di Provinsi Lampung”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Agus Hudoyo, M. Sc. dan Dr. Ir, Yaktiworo Indriani, M. Sc. selaku
pembimbing pertama dan kedua yang telah banyak memberikan pengarahan,
ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas
bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi ini.
2. Ir. Eka Kasymir, M. Si selaku pembahas yang telah memberikan kritik,
nasehat dan saran demi perbaikan skripsi.
3. Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi M.Si. selaku Pembimbing Akademik atas
motivasi dan dukungannya selama kuliah dan dalam penulisan skripsi.
4. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M. P. selaku Ketua Jurusan atas motivasi,
Bantuan dan dukungannya selama menulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
dan Universitas Lampung atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan
6. Pemimpin dan staf Fakultas Pertanian dan Universitas Lampung atas semua
bantuan dan beasiswa yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswi
di Universitas Lampung.
7. Keluarga tercinta, Bapak Suhaili dan Mamak Hinduwati, A.Ma sebagai orang
tua yang senantiasa dengan kesabaran telah membesarkan, mendidik,
memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan, baik moril maupun
materil kepada penulis selama ini. Kakak-kakakku tercinta Syahri Laili dan
Qodri Ismail S.T serta Adikku tercinta Legika Firmansyah yang juga turut
memberi dukungan moral dan tenaga.
8. Terima kasih juga M Jisqi Sinaya yang telah memeberikan semangat dan
motivasi selama penulis menulis skripsi, terima kasih juga keluarga SINAYA.
Mohammad Husin S.E, Erhaya S.E, Tensia Sinaya yang telah memberikan
motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat-sahabatku tersayang:Astri Iliyin Saputri, Ellisa Restiana. Terimakasih
atas kerjasama, bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada
penulis.
10. Teman seperjuangan: Tri Yunita Sari S.P dan Asih Mityas Lestari S.P.
Terimakasih atas bantuan, saran, kritik dan dukungan moril kepada penulis.
11. Teman-teman angkatan 2010, Adelia S.P, Tania S.P, Tri Yunita S.P, Fitri S.P,
Marcel, Maulina S.P,Ervina, Reza,Kholis S.P,Danny Imam,danny P, Dhimas
S.P,Wida S.P, Septa, Aya S.P,Tiyas S.P,Hanny, Sinta S.P, Dwi Rizky S.P,
RIzki P, Rizki Ramdhan S.P ,Lindi,yoan S.P,Deby, Iwayan S.P, Seta,. Iqbal
S.P, Ludi S.P, Meita, Neno S.P, Nita S.P, Novita S.P, Ova, Rhamat, Riyando,
12. Karyawan–karyawan Universitas lampung yang telah membantu penulis
dalam menyeesaikan data skripsi.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga ALLAH SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang
diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.
Amin.
Bandar Lampung, September 2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hasil sensus penduduk Indonesia tahun 1980 tenaga kerja wanita
mencapai sekitar 33 persen. Jumlah ini mengalami kenaikan pada tahun
1990 menjadi 34,5 persen dan pada tahun 2000 mencapai 40 persen.
Jumlah ini mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 menjadi 39,5
persen. Pada umumnya wanita yang bekerja adalah untuk membantu
memenuhi kebutuhan keluarga selain kebutuhan aktualisasi dirinya.(BPS
2013; Henny 2008).
Jumlah tenaga kerja wanita meningkat yang mengindikasikan banyak wanita
yang menghabiskan waktu makan siang di luar rumah. Rumah tangga
sekarang banyak yang memiliki istri bekerja sehingga banyak yang
melakukan makan siang di luar rumah. Makan di luar bukan lagi hanya
sekedar untuk memenuhi kebutuhan, namun sebagai gaya hidup. Oleh
sebab itu, saat ini makan di luar rumah menjadi salah satu pilihan bagi
masyarakat perkotaan yang sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak
sempat memasak. Kondisi ini menyebabkan semakin banyak usaha restoran
2
Usaha restoran, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif pesat
terbukti semakin banyaknya restoran yang siap saji merambah di Kota
Bandar Lampung. Hal tersebut mengidikasikan pekerja menjadi banyak
pilihan untuk makan siang di luar saat jam kerja.
Fenomena ini yang menarik untuk dikaji adalah pengeluaran makan siang di
luar rumah termasuk mengidentifikasi tempat-tempat makan siang di luar
rumah. Selain itu, menarik pula untuk diidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan difokuskan sebagai
berikut.
1. untuk mengetahui pengeluaran makan siang di luar rumah
2. faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. untuk mengetahui pengeluaran makan siang di luar rumah
2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang
di luar rumah
D. Manfaat Penelitian
3
1. sebagai pertimbangan bagi para pembisnis terutama dibidang makanan
terkait pengembangan suatu rumah makan di area kampus Universitas
Lampung, dan
2. memberikan tambahan pengalaman penelitian kepada peneliti dan
karyawan Universitas Lampung yang terlibat dalam penelitian serta
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Pengertian Kuliner
Dari berbagai buku termasuk buku Larousse Gastronomique The World’s
Greatest Cookerry Encyclopedia, tidak ditemukan arti Culinaire atau Culinary
secara tepat. Kuliner disebut juga sebagai the art of cuisine. Buku-buku
textbook mengenai kuliner dimanfaatkan oleh para professional supaya bias
mengendalikan dapur restoran dalam hal teknik memasak. Teori dasar
terampilan memasak mencakup manajemennya, pemilihan bahan, persiapan
bahan sebelum diolah, penyimpanan bahan, pengaturan menu, pengolahan
makanan, pemanfaatan sisa makanan, pemanfaatan alat masak, tata
penampilan makanan, dan pengaturan tenaga kerja (Soenardi, 2013)
B. Kuliner di Indonesia
Seperti juga Negara-negara lain yang mempunyai sejarah dan tradisi budaya
kuliner yang tetap dipertahankan dan dikembangkan sebagai kebanggaan
Indonesia pun demikian yaitu ingin mempertahankan warisan dan budaya
makanan serta mengangkat makanan dari berbagai daerah yang ada di
Indonesia. Mengingat makanan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia
sangat banyak jenis dan ragamnya sesuai dengan kondisi dan hasil pangan
5
berbagai daerah ke daerah lain. Dalam kurun waktu beberapa tahun dan
upaya memperkenalkan makanan tradisional maka sekarang di berbagai
daerah sudah banyak yang membuka usaha makanan dari berbagai daerah
lain. Sebelumnya setiap daerah hanya menampilkan makanan daerahnya saja
seperti Padang. Contohnya sebelum makanan daerah membaur ke berbagai
daerah, di Padang tidak ada yang namanya restoran Padang karena semua
restoran hanya menjual makanan padang. Sekarang sudah berubah sehingga
para wisatawan yang tinggal lama di satu daerah seperti di Padang kalau
bosan dengan makanan padang, ada juga makanan daerah lain ( Soenardi,
2013)
Demikian pula di Bali, sekarang sudah menjamur makanan dari berbagai
daerah meskipun dominannya adalah makanan Bali. Sebetulnya makanan
tradisional Indonesia ini perlu digali dari sisi kuliner seperti apa budaya
makanan di daerah itu, bagaimana memadu bumbu, sehingga terjadi satu
resep dengan nama masakan yang diunggulkan, contohnya nama masakan
untuk pepes semua daerah mempunyai Resep pepes meskipun dari bahan dan
bumbu yang berbeda, bagaimana sejarah dari pepes dibawa dari asal daerah
mana meskipun kadang-kadang bumbu mirip atau berbeda dan memberi rasa
yang berbeda. Ini yang memberi unik makanan tradisional Indonesia (
Soenardi, 2013)
Demikian juga nama hidangan yang sama dari berbagai daerah, tetapi
6
Sumatera bagian utara sangat kental rasa santan dan bumbunya, namun makin
keselatan makin lebih encer dan ringan sampai ke Pulau Jawa, mirip tapi
rasanya lebih ringan. Hal-hal ini sangat unik kalau bisa diteliti, demikian
juga contoh lain, misalnya kue di Jawa ada yang bernama Iwel-iwel dibuat
dari bahan tepung ketan dan kelapa parut, diisi gula merah, dibungkus daun
pisang, kue yang sama bahannya dimanado disebut Koyabu, hanya
bungkusannya daun pandan. Juga di Banjarmasin, Kalimantan, kue yang
sama bentuk dan membungkusnya berbeda dari bungkus daun pisang disebut
Gagauk. Hal ini pasti ada riwayatnya, kue-kue tradisional hampir mirip di
berbagai daerah namun ada beberapa kue yang khas daerah tersebut. Bila
dikumpulkan banyak sekali jenisnya bahkan ada beberapa jenis mirip kue
yang ada di Thailand ( Soenardi, 2013)
Sumber karbohiderat arang selain beras seperti singkong, ubi, ganyong,
sukun, tales, dan jagung dengan perkembangan tekologi telah dibuat sebagai
tepung dengan proses teknologi moderen oleh para ahli. Hal ini membuat
bertambahnya jenis pangan baru yang bisa diandalkan sebagai tambahan
pangan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat kita.
Bersama dengan peningkatan jenis pangan lokal perlu dilakukan sosialisasi
resep melalui gizi dan kuliner untuk bisa memasyarakatkan produk industri
pangan lokal ini. Telah diupayakan membuat buku panduan resep-resep
untuk masyarakat melalui gizi kuliner yang diharapkan melalui PKK bisa
disosialisasikan agar bisa dimanfaatkan dan dikenal masyarakat.( Susanto,
7
Kuliner Indonesia sudah mulai disosialisasikan ke manca Negara. Semoga
terus berkembang seperti kuliner Thailand yang sudah mendapat tempat di
manca Negara untuk bisa diminati oleh segala bangsa. Perkembangan kuliner
Indonesia terus diupayakan agar bisa menjadi tuan rumah di Negara sendiri
dan bisa melangkah maju ke ajang kuliner internasional dengan
meningkatkan profesionalisme di bidang kulinernya (Soenardi, 2013)
C. Teori Konsumsi
Dalam ekonomi mikro manfaat(utility)yang diterima konsumen dari
mengkonsumsi barang dan jasa disepakati akan memberikan kepuasan kepada
konsumen tersebut. Oleh sebab itu kepuasan konsumen dapat dikatakan
merupakan fungsi dari barang dan jasa yang dikonsumsi. Pola perubahan
jumlah suatu jenis barang dan jasa yang dikonsumsi dengan perubahan
kepuasaan konsumen mengikuti hukum pertambahan manfaat yang semakin
berkurang(the law of diminishing of marginal utility). Hukum ini
menyatakan bahwa jika sesuatu barang dan jasa dikonsumsi secara
berlebihan, maka tambahan manfaat yang diperoleh dari barang dan jasa
tersebut akan semakin berkurang bisa mencapai nol bahkan negative. Secara
grafik hukum pertambahan manfaat yang semakin berkurang (Soekirno,
2005)
1. Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi
a. Pendapatan rumah tangga(Household income), semakin besar
8
b. Kekayaan rumah tangga(Household wealth),semakin besar kekayaan,
tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan
misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.
c. Prakiran masa depan(Household expectations), bila masyarakat
memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka
mereka akan lebih banyak membeli atau belanja barang-barang.
d. Tingkat bunga(Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi atau
naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung
daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat
konsumsi memepunyai korelasi negatif.
e. Pajak(Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan
disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan
konsumsinya.
f. Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan
memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk
yang didominasi penduduk usia produktif atau usia kerja (15-64 tahun)
akan memperbesar tingkat konsumsi.
g. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok
masyarakat lain yang dianggap lebih moderen. Contohnya adalah
berubahnya kebiasaan orang Indonesia berbelanja dari pasar tradisional
ke pasar swalayan(super market).
2. Kurva Indefferent
9
Teori kurva indeferensi dikembangkan oleh Francis Ysidro
Edgeworth, Vilfredo Pareto, dan kawan-kawan di awal abad ke-20.
Teori ini diturunkan dari teori utilitas ordinal, yang mengasumsikan
bahwa setiap orang selalu dapat mengurutkan preferensinya dengan
kata lain, seseorang selalu dapat menentukan bahwa ia lebih menyukai
barang A dibanding barang B, dan lebih suka barang B dibanding
barang C, lebih suka barang C daripada barang D dan seterusnya
(Gorman, 2009)
b. Asumsi
1. a, b dan c menjadi kumpulan dari barang, seperti kombinasi (x, y)
di atas, di mana kemungkinan adanya perbedaan jumlah dari tiap
barang dalam kumpulan yang berbeda. Asumsi pertama adalah
kebutuhan untuk sebuah presentasi yang dibuat dengan baik dari
selera stabil untuk para konsumen sebagai agen ekonomi, asumsi
kedua disesuaikan.
2. Rasionalitas (dalam hubungannya dalam konteks matematik yang
umum): Keterselesaian + transtifitas. Untuk rangking pemberian
prefrensi, konsumen bisa memilih kumpulan yang terbaik
antara a, b dan c dari terbawah ke tertinggi.
3. Kontinuitas: Ini berarti bisa memilih untuk mengonsumsi
berapapun jumlah barang. Contohnya, saya bisa minum 11 mL
10
meminum dua liter atau tidak sama sekali, lihat juga fungsi
kontinuitas dalam matematik.
c. Peta dan ciri dari kurva indiferensi
Sebuah grafik dari kurva indiferensi untuk seorang konsumen
dihubungkan dengan tingkat utilitas atau kepuasan berbeda disebut
dengan peta indiferensi. Titik kembalinya tingkat kepuasan yang
berbeda setiap unitnya dihubungkan dengan kurva indiferensi yang
berbeda satu sama lain. Sebuah kurva indiferensi menjabarkan sebuah
himpunan preferensi pribadi dan bisa berbeda pada orang satu dan
lainnya.
Kurva indiferensi biasanya dijelaskan menjadi (Gorman, 2009)
1. Dijabarkan hanya pada kuadran positif (+, +) dari komoditas
berdasarkan kuantitas.
2. Melengkung secara negatif. Sebagai Kuantitas yang dikonsumsi
dari satu barang (x) meningkat, kepuasan total akan naik jika tidak
di kompensasikan oleh sebuah penurunan dalam kuantitas yang
dikonsumsi pada barang lain (y). Sama dengan kekenyangan,
dimana lebih dari barang (atau keduanya) sama derajatnya di
prefrensikan untuk tidak ditingkatkan, tidak diikut sertakan. (jika
utilitas U=f(x, y), U, dalam dimensi ke tiga, tidak memiliki sebuah
maksimum lokal untuk semua x dan y.)
3. Lengkap, seperti semua titik dalam kurva indiferen dirangking
sama besar dalam hal selera dan dirangking baik lebih atau kurang
11
Jadi, dengan (2), tidak ada dua kurva yang akan bersilangan (selain
non-satiasi akan dilanggar).
4. Transitif dengan hubungan ke titik dalam kurva indiferen yang
berbeda. Itu terjadi, jika tiap titik dalam I2 adalah selera (yang
terbatas) pada tiap titik dalam I1, dan tiap titik
dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I2, tiap titik
dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I1. Sebuah lengkungan
negatif dan transitifitas tidak dimasukan persilangan kurva
indiferen, karena garis lurus dari kedua sisi tersebut bersilangan
akan memberi rangking yang tidak satu sisi dan intransitive
5. (secara terbatas) convex (dijatuhkan dari bawah). Dengan
(2), preferensi convex menyebabkan sebuah pemunculan dari asal
kurva indiferen. Sebagai konsumen menurunkan konsumsi dari satu
barang dalam unit suksesif, jumlah besar dari barang lainnya akan
dibutuhkan untuk mempertahankan kepuasan tidak berubah, efek
substitusi.
d. Sifat-sifat Kurva Indiferensi
1. Semakin jauh kurva indiferensi dan titik origin, semakin tinggi
tingkat kepuasannya.Kumpulan kurva indiferensi hanya
mengatakan makin kekanan atas tingkat kepuasannya makin tinggi
tapi tidak dapat menyatakan berapa kali lipat.
2. Kurva indiferensi menurun dari kiri atas kekanan bawah. Berarti
mempunyai lereng yang negatif, mempunyai makna supaya
12
berkurangnya jumlah konsumsi suatu barang harus diimbangi
dengan bertambahnya konsumsi barang lain.
3. Kurva indiferensi cembung terhadap titik origin. Bahwa
sebagai akibat tingkat substitusi marjinal dan barang X2 Untuk
barang X1 terus menurun dengan meningkatnya konsumsi barang
X1
4. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan dan merupakan fungsi
kontinu. Meskipun kurva indiferensi tidak perlu sejajar satu dengan
yang lainnya, akan tetapi kurva indiferensi tidak
5. Kegunaan Kurva indiferens dapat digunakan setiap saat jika Anda
mencoba untuk menganalisis pilihan antara dua barang. Dengan
memberi batasan bahwa suatu barang adalah “segala sesuatu”, maka
cara ini dapat diterapkan di dalam permasalahan pilihan konsumen
yang sangat luas. Misalnya jika Anda menghadapi
suatupermasalahan: “Analisis Pengaruh Program XXX Terhadap
Konsumsi Barang Y,” Anda seyogyanya memperhatikan penerapan
kurva indiferens ini
13
3. Garis Anggaran (Budget Line)
Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukan jumlah barang
yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu,pada
tingkat harga tertentu.Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang
yang terletak pada atau sebelah kiri garis anggaran.Titik-titik pada sebelah
kiri garis anggaran tersebut menunjukan tingkat pengeluaran yang lebih
rendah.
Garis anggaran ini ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 2. Kurva Garis anggaran (Aris, 1987)
Dengan U sebagai fungsi linier terhadap T, intercept sebesar A/Pu dan
kemiringannya adalah -PT/Pu. Daerah di bawah garis anggaran,
menunjukkan kombinasi produk T dan U yaagdapat diraih oleh seorang
konsumen; seperti titik V. Berbagai kombinasi T dan U di atas garis
anggaran menunjukkan kombinasi yang tidak bisa diraih oleh
konsumen dengan anggaran yang tersedia, misalnya titik W Garis anggaran
dan pilihan tersedia A/Pu dan ini menjadi titik potong garis anggaran
dengan sumbu horisontal. Jika konsumen ini menghabiskan
14
yang dapat dibeli adalah U=A/P, dan ini menjadi titik potong garis
anggaran dengan sumbu vertikal. Kemiringan garis anggaran – PT /
PUmenunjukkan tingkat institusi pasar (TSP) antara produk T dengan
produk U.
Kurva Anggaran dan Perubahan Anggaran
Gambar 3. kurva anggaran dan perubahan anggaran (Aris, 1987)
Pilihan konsumen diantara sejumlah konsumsi akan dijelaskan melalui
kurva indiferen.Kurva indiferen memperlihatkan berbagai kemungkinan
kombinasi yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Konsumen
akan memperoleh kepuasan yang sama kalau ia menikmati beberapa
kombinasi konsumsi yang misalkan dilambangkan oleh beberapa titik,
15
Kurva 4 Kurva Indiferen tingkat kepuasaan yang sama (Aris, 1987)
4. Barang Normal
Dalam ilmu ekonomi,barang normaladalah semua barang yang
permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat bertambah
yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan
positif. Istilahnormaltidak merujuk pada kualitas barang tersebut.
Gambar 5. Kurva Barang Normal (Aris, 1987)
Menurut kurva indiferensi, jumlah permintaan suatu barang bisa
16
5. Barang Inferior
Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya akan turun
seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu contoh
barang inferior adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat
rendah, tingkat permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun
ketika tingkat pendapat masyarakat meningkat, permintaan atas barang
tersebut akan turun karena masyarakat meninggalkannya dan memilih
untuk membeli sandal lain yang lebih berkualitas meskipun dengan harga
yang lebih mahal.
Gambar 6. Kurva Barang Inferior (Aris, 1987)
Menurut kurva indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah,
berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah.
Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal
karena jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring
17
inferiorkarena jumlah barang yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika
pendapatan masyarakat bertambah.
D. Kajian Terdahulu
Mufidah (2006) pola konsumsi masyarakat perkotaan: pemanfaatan food
court oleh Keluarga, menyatakan bahwa masa sekarang ini dengan
kesibukan yang luar biasa pada masing-masing anggota keluarganya
terutama yang memiliki ibu pekerja, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pola konsumsi yaitu: gensi, gaya hidup, sensasi kesenangan,
pandangan, penilaian, perasaan, lingkungan, asisten pengurus rumah
tangga. Alasan yang mendasari mengapa orang datang berkunjung ke
foodcourtTunjungan Plaza walaupun hanya sekedar untuk nongkrong
adalah fasilitas yang lengkap sepertifreeWiFi dan tempat yang luas serta
nyaman dibandingkanfoodcourtdi tempat lain serta banyaknya variasi
menu yang ditawarkan. Selain itu, bagi para orang tua datang di sana bisa
dijadikan sebagai tempat berkumpulnya teman kerja maupun relasi kerja
baik untuk membicarakan masalah pekerjaan atau hanya sekedar arisan.
Sambil makan dan ngobrol mereka bisa mengawasi anaknya yang sedang
bermain di arena wahanastinger’syang lokasinya berdekatan dengan
foodcourt.
Murwani (2010) meneliti tentang Eating out’makanan khas daerah:
18
mempengaruhi kegiataneating outmakanan khas daerah dan strategi
dengan merekonstruksi kekhasan rasa, penyajian, suasana dan tempat yang
unik dengan pengalaman konsumen .
Andrarini (2004) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi tiwul di pedesaan dan perkotaan di kabupaten
gunung kidul provinsi daerah ibukota Yogyakarta, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen tiwul. Faktor-faktor-faktor yang diteliti
adalah besar keluarga, pendidikan, dan pengetahuan gizi, pendapatan, dan
kebiasaan makan. Hasil analisis secara kualitatif, faktor budaya meliputi
pemilihan bahan pangan pokok apabila pendapatan meningkat, untuk
tamu, untuk pesta, ternyata sangat memberikan pengaruh terhadap
pembentukan kebiasaan makan tiwul masyarakat. Pada contoh didesa,
tidak ditemukan hubungan antara faktor sosial ekonomi, pengetahuan gizi
dengan konsumsi tiwul. Hasil analisis regresi terhadap contoh di kota
menunjukkan bahwa jenjang pendidikan ibu berpengaruh negatif dan
pendapatan per kapita memberikan pengaruh negative terhadap konsumsi
tiwul.
Widyasari (2007) menguji tentang perilaku konsumen rumah tangga dalam
mengkonsumsi sarden kaleng di Kota Bandar Lampung. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 60 rumah tangga. Analisis yang digunakan adalah
analisis conjoin, analisis deskriptif. Kombinasi stimuli atribut yang cukup
19
tomat dan cabe, aroma amis tidak tajam, bentuk ikan utuh, kemasan yang
lumayan besar. Sebanyak 32 responden membeli sarden 4 sampai 5 kali
dalam satu bulan. Merek yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah
tangga sampel adalah Gaga.
Gwan (2002) meneliti tentang analisis demografi konsumenfast fooddi
Yogyakarta. Jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 120 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penentuan sampel dengan cara sampel acak sederhana (simple
random sampling). Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mendapatkan gambaran secara diskriptif tentang segmen
pasarfast fooddi Yogyakarta secara demografis. Kemudian unsur-unsur
apa saja yang memotivasi konsumen untuk makan di restoran fast food.
Pengukuran variabel dilakukan dengan analisis indeks sikap dan
analisischi squareterhadap variabel-variabel dalam faktor demografi dan
psikografi konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah
sampel yang dipergunakan, dominan pasarfast fooddi Yogyakarta
tersegmentasi pada kelompok remaja dan dewasa. Minat atau dorongan
untuk mengkonsumsifast fooddominan disebabkan karena pengaruh
keputusan emosional yang didasarkan atas preferensi kerabat dekat.
Marsidin (2002) meneliti tentang determinan pengeluaran konsumsi rumah
tangga berstatus buruh atau karyawan di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran
20
atau upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik demografi, pendidikan
dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial dengan model regresi
double logdiketahui bahwa elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran
konsumsi tergantung kepada tingkat pendidikan, usia dan tempat tinggal.
Pratiwi (2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi
masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode ECM (Error
Corection Model). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa
dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan nasional, penerimaan pajak, inflasi dan
suku bunga deposito, sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh
terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian.
Siregar (2009) menganalisis determinan konsumsi masyarakat
di Indonesia dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).
Hasil analisis dari penelitian menyebutkan bahwa variabel pendapatan
nasional, suku bunga deposito dan inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia, sedangkan jumlah
uang kuasi memiliki efek multikolinieritas dengan pendapatan nasional
21
E. Kerangka Pemikiran
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan di luar bagi
rumah tangga yaitu : pendapatan rumah tangga, sumber pendapatan,
jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga .
Pada hakikatnya semakin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsi
terhadap barang dan jasa pun meningkat. Pendapatan berpengaruh
terhadap pola makan di luar. Bagi rumah tangga golongan menengah ke
atas semakin tinggi pendapatan maka semakain tinggi pula pola makan di
luar. Akan tetapi mungkin bagi rumah tangga golongan menengah ke
bawah, semakin rendah pendapatan yang diperoleh maka semakin
berkurang untuk makan di luar.
Sumber pendapatan dengan pola makan di luar memiliki hubungan yang
positif, semakin banyak yang bekerja makan pendapatan yang diperoleh
semakin tinggi untuk memperkuat pola makan di luar.
Jumlah anggota rumah tangga yang banyak sangat mempengaruhi pola
makan di luar dimana jika anggota rumah tangga lebih banyak pengeluaran
makan di luar juga akan lebih banyak yang sangat mempengaruhi persen
pengeluaran makan di luar terhadap pendaptan yang didapat setiap
22
Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai pendapatan
yang lebih tinggi. Pendidikan yang rendah mempengaruhi pendapatan
yang rendah juga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi
Gambar 7. Kerangka Pemikiran
Sumber Pendapatan
-
Single/ tunggal
-
Double/ ganda
Pendapatan Rumah
Tangga
Makan Di Rumah
Non Pangan
Pengeluaran Total Rumah
Kondisi Rumah Tangga
Lainnya
- Jumlah Anggota
Rumah Tangga
- Tingkat Pendidikan
Pangan
Pengeluaran Rumah Tangga Untuk
24
F. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah diduga bahwa
pendapatan rumah tangga, sumber pendapatan, jumlah anggota rumah
tangga, tingkat pendidikan, pangan dan non pangan mempengaruhi pola
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Variabel-variabel penelitian ini didefinisikan dan diukur sebagai berikut :
Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah uang yang diterima oleh rumah
tangga responden dalam satu bulan, yang terdiri dari pendapatan suami
ditambah pendapatan istri jika istri bekerja (Rp/bulan).
Sumber pendapatan adalah pendapatan yang didapat setiap bulannya baik
dari suami atau istri dan kedua-duanya.
Jumlah anggota rumah tangga adalah jumlah anggota dalam rumah tangga
yang menjadi satu tanggungan. Besarnya anggota rumah tangga diukur
dalam satuan jiwa.
Pola makan adalah gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan
makanan atau nonmakanan yang dikonsumsi merupakan ciri khas pada
suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan dalam penelitian ini di
antaranya adalah makan di luar dan makan di rumah Pengeluaran rumah
6
rumah tangga yang terdiri dari makan di luar dan makan di rumah, yang
diukur dalam satuan rupiah per bulan
Makan di luar adalah suatu kebiasaan seseorang atau kelompok masyarakat
dalam mengkonsumsi makanan yang siap saji.
Makan siang adalah waktu untuk makan di tengah hari, banyak warung
makan di daerah area kampus yang dijadikan tempat makan siang karyawan
Rumah tangga adalah pegawai universitas lampung yang sering makan di
luar rumah baik bersama keluarga atau teman. Karyawan Universitas
Lampung yang termasuk dalam responden penelitian ini adalah karyawan
golongan I,II,III,IV dan tenaga honorer.
Karyawan Universitas Lampung adalah orang yang bekerja dibawah
naungan Universitas Lampung yang terdiri dari golongan I, II, III ,IV dan
Honorer
B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Pengambilan Data Penelitian
Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja (purposive) yaitu di
Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi survei,wawancara dan
pemberian kuisioner yang berkaitan dengan pola makan siang di luar
27
dalam bentuk akhir berupa skripsi. Pengambilan rasponden ini dilakukan
dengan metode surveil.
E = Tingkat kepercayaan (90 %)
Berdasarkan Rumus tersebut didapat hasil sampel adalah :
n =
+ ( . )
n = 96
Sampel. Dari hasil tersebut diambil 100 sampel 4 untuk cadanganTabel 1.Jumlah karyawan Universitas Lampung
No Nama Fakultas Gol. 1 Jumlah
dan 2
Gol.3
dan 4 Honorer
1 Fakultas Ekonomi 29 20 34 83
2 FISIP 12 10 19 41
3 FKIP 35 30 3 68
4 Fakultas
Kedokteran 10 8 19 37 5 Fakultas Teknik 58 23 7 88 6 Fakultas Pertanian 32 30 36 98 7 Fakultas MIPA 29 25 4 58
Jumlah 205 146 122 473
Sumber : Data Kepegawaian dan Honorer Universitas Lampung
Untuk menentukan jumlah sampel setiap fakultas yaitu dengan rumus
sebagai berikut
28
Keterangan :
A = Jumlah Sampel
B = Jumlah Pegawai Setiap Fakultas
C = Jumlah Sampel Yang Akan diteliti
N = Jumlah Populasi
Berdasarkan rumus tersebut didapat jumlah sampel 100 sampel dengan
rumus proposional sampling
Proposional sampling adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan
dengan menyeleksi setiap unit sampling yang sesuai dengan unit sampling.
Tabel 2. Hasil sampel karyawan Universitas Lampung
No Nama Fakultas
1 Fakultas Ekonomi 6 5 7 18
2 FISIP 3 2 4 9
3 FKIP 7 6 1 14
4 Fakultas
Kedokteran 2 2 4 8
5 Fakultas Teknik 12 5 2 19 6 Fakultas Pertanian 7 6 7 20 7 Fakultas MIPA 6 5 1 12
Jumlah 43 31 26 100
Keuntungannya ialah aspek representatifnya lebih meyakinkan sesuai
dengan sifat-sifat yang membentuk dasar unit-unit yang mengklasifikasinya,
sehingga mengurangi keanekaragamannya. Karakteristik masing-masing
stara dapat diestimasikan sehingga dapat dibuat perbandingan. Kerugiannya
ialah membutuhkan informasi yang akurat pada proporsi populasi untuk
29
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada dasarnya sama dengan penelitian lainnya, yaitu
memilih dan merumuskan masalah, memilih subyek dan instrument
pengukuran, memilih desain penelitian, melaksanakan prosedur,
menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan. Adapun diagram prosedur
penelitian yaitu :
Gambar 8. Prosedur penelitian Meregresi hasil dari data turun lapang
Menentukan teknik sampling
Membuat kerangka sampel
Menghitung jumlah sampel
Melakukan random sampling
Menghitung hasil persentase dari makan siang di luar
Menginput data
30
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer berupa
data yang didapat dari hasil wawancara dan pemberian kuisioner kepada
para pegawai Universitas Lampung sebagai kepala keluarga yang bertujuan
untuk mengetahui pola makan di luar. Selain itu, data pelengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian menggunakan data sekunder yaitu berupa data
yang berasal dari Badan Pusat Statistika Indonesia, Badan Pusat Statistika
Kota Bandar Lampung.
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah metode
ekonometrika. data pola makan siang di luar yang akan dianalisis secara
kuantitatif.
Menurut Riat, (2009) Ekonometrika merupakan salah satu bidang ilmu
ekonomi yang bersangkutan dengan masalah-masalah pengukuran
hubungan ekonomi. Ekonometrika adalah ilmu yang mencakup teori
ekonomi, matematika, dan statistika dalam satu kesatuan yang system yang
bulat, sehingga ekonometri merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Dalam
konsep ekonometrika tidak hanya dipelajari bagaimana menentukan dan
menghitung suatu persamaan, akan tetapi lebih ditekankan pada pemberian
alasan penggunaan metode kuantitatif, asumsi-asumsi yang digunakan, serta
31
Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pendapatan rumah
tangga terhadap total pengeluaran makan siang adalah pengeluaran makan
di luar dikalikan frekuensi makan di luar di bagi pendapatan setiap
bulannya.
1. pengeluaran untuk makan siang di luar rumah
Berdasarkan hasil penelitian didapat rumus sebagai berikut :
Pengeluaran makan siang di luar rumah =Frekuensi x Biaya yang dikeluarkan dalam satu kali makan siang di luar rumah
Porsi Pengeluaran = makan siang di luar / pendapatan rumah tangga X 100
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pola makan di luar adalah metode regresi sederhana.
Metode ini untuk melakukan peramalan ataupun prediksi tentang
karakteristik kualitas maupun Kuantitas Pola makan di luar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan siang di luar rumah
Pola makan di luar secara umum memiliki banyak faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti : pendapatan, sumber pendapatan, pendidikan,
jumlah anggota rumah tangga, pangan dan non pangan serta variabel
dependen yang dibutuhkan hanya variable pola makan di luar terhadap
32
pendapatan rumah tangga terhadap pengeluaran makan siang dapat
dituliskan persamaan sebagai berikut :
Ln PML
=a
+ β
1x
1+ β
2x
2+ β
3x
3+
β
4X
4+ β
5D
1+ β
6D
2+ ei
Keterangan :
PML = total pengeluaran makan siang di luar rumah a = Konstanta
β1– β6 = Koefisien Regresi
X1 = Pendapatan adalah didapat dari pendapatan suami
dan istri atau salah satunya D1 = Sumber Pendapatan
= 0 : Jika Singel/ Tunggal =1 : Jika Double / Ganda D2 = Asisten Rumah Tangga
= 0 : mempunyai Asisten = 1 : Tidak Mempunyai Asisten X2 = Pendidikan Kepala Rumah Tangga
X3 =∑ Anggota Rumah Tangga ( Jiwa )
X4 = Jarak Rumah
ei = standard eror (kesalahan prediksi)
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengeluaran makan
siang di luar rumah terhadap total pengeluaran makan siang adalah metode
regresi sederhana. Metode ini untuk melakukan peramalan ataupun
prediksi tentang karakteristik kualitas maupun Kuantitas Pola makan siang
di luar rumah
Konsep dasar tersebut mengidentifikasi bahwa fungsi permintaan konsumsi
merupakan suatu sistem dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya atau
makan di luar dengan makan dirumah mempunyai keterkaitan yang erat dan
33
suatu pola perilaku konsumen dalam rumah tangga yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor ekonomi meliputi (selera harga barang itu
sendiri, harga barang lainnya dan pendapatan), sosial, topologi maupun
karakteristik dari rumah tangga itu sendiri (Nurfarma, 2005)
Variabel pendapatan (X1) dimasukan sesuai dengan teori ekonomi yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu, selera,harga barang itu
sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Dimana harga barang tidak dapat
dimasukan karena harga barang tidak dapat diteliti.
Variabel jarak rumah (D1) dimasukkan yaitu mengikuti penelitian terdahulu
menurut Marsidin, (2002) meneliti tentang determinan pengeluaran
konsumsi rumah tangga berstatus buruh atau karyawan di Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel
ekonomi (gaji atau upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik
demografi, pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial
dengan model regresidouble logdiketahui bahwa elastisitas pendapatan
terhadap pengeluaran konsumsi tergantung kepada tingkat pendidikan, usia
dan tempat tinggal.
Pengaruh variabel Asisten rumah tangga yang dimasukkan menjadi variabel
yaitu mengikuti penelitian terdahulu yang sangat berpengaruh pada pola
34
pemanfaatan food court oleh Keluarga, menyatakan bahwa masa sekarang
ini dengan kesibukan yang luar biasa pada masing-masing anggota
keluarganya terutama yang memiliki ibu pekerja, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pola konsumsi yaitu: gensi, gaya hidup, sensasi
kesenangan, pandangan, penilaian, perasaan, lingkungan, asisten pengurus
rumah tangga. Alasan yang mendasari mengapa orang datang berkunjung
kefoodcourtTunjungan Plaza walaupun hanya sekedar untuk nongkrong
adalah fasilitas yang lengkap sepertifreeWiFi dan tempat yang luas serta
nyaman dibandingkanfoodcourtdi tempat lain serta banyaknya variasi
menu yang ditawarkan. Selain itu, bagi para orang tua datang di sana bisa
dijadikan sebagai tempat berkumpulnya teman kerja maupun relasi kerja
baik untuk membicarakan masalah pekerjaan atau hanya sekedar arisan.
Sambil makan dan ngobrol mereka bisa mengawasi anaknya yang sedang
bermain di arena wahanastinger’syang lokasinya berdekatan dengan
foodcourt.
Pada penelitian ini terdapat 6 responden yang dihilangkan saat meregresikan
model. Hal itu karena kondisi rumah tangga responden tersebut bertolak
belakang dengan rumah tangga responden pada umumnya. Sebagai contoh
responden yang dihilangkan memiliki pendapatan tinggi tetapi tidak pernah
makan di luar. Sebaliknya terdapat responden yang berpendapatan rendah
tetapi lebih sering makan di luar. Oleh karena itu, data ke 6 responden
35
pengeluaran makan siang di luar rumah terhadap total pendapatan rumah
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut :
1. Selama satu bulan terakhir responden karyawan Universitas Lampung
rata-rata total pengeluaran makan siang karyawan menggeluarkan
Rp95.500/bulan
2. Faktor–faktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar
rumah pada karyawan Universitas Lampun, pertama yaitu pendapatan
yang terdiri dari pendapatan keluarga, ke dua yaitu jumlah anggota
rumah tangga kedua variabel ini sangat berpengaruh terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, Aris. 1987. Landasan Ekonometrika. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2013. Lampung Dalam Angka Tahun
2013. BPS. Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistika Indonesia 2013. Indonesia Dalam Angka Tahun 2013.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.
Henny et al. 2008. Pengalaman perempuan bekerja dalam melaksanakan tugas
kesehatan keluarga di wilayah Jakarta,bogor,tanggerang,bekasi. Jurnal
keperawatan Indonesia
Karim, A. A. (2003). Ekonomi Mikro Islam . Jakarta: The International Institute
Of Islamic Thought Indonesia dan Karim Business Consultant.
Lazuardi Saga, Lintan (2008) “Lifestyle pola makan dalam individu & keluarga,”
Makalah, Surabaya:
Mankiw, GN. 1999. Teori Makroekonomi. Edisi ke-4. PT. Erlangga. Jakarta
Mufidah, L.N.2006. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan : Deskriptif
Pemanfaatan Food Court Oleh Keluarga. Jurnal FISIP. Universitas Sri
✁ ✂
Murwani, E. 2013. Eating Out Makanan Khas Daerah : Komuditas Gaya Hidup
Masyarakat Urban. Jurnal Agribisnis. Universitas Multimedia Nusantara
Nanga, M. 2001. Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Novitasari, E. 2012. Perbandingan Model Pengeluaran Rumah Tangga Di Batam
Dan Karimun Menggunakan Regresi Dengan Dummy Variabel. Jurnal
Ekonomi. BPS Provinsi Kepulauan Riau.
Safitri, A. 2013. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Niat Mengkonsumsi
Daging Halal Studi Pada Konsumen Muslim Semarang. Jurnal Manajemen.
Universitas Semarang
Samuelson, P. A. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. P T Media Global Edukasi. New
York
Soekirno, S. 2005. Mikro Ekonomi : Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Soenardi, T. 2013. Teori Dasar Kuliner. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Buikling
Suliyanto. 2011. Ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan
spss.andi.yogyakarta
Susanto, M . 2006. Kontribusi Pola Konsumsi Makan, Pendidikan Ibu Dan
Tanggapan Pada Media Massa Terhadap Status Gizi Balita Di Surakarta.
Skripsi . Jurusan MIPA. Universitas Sebelas Maret.
✄ ☎
Yunawati, D. 2008. Analisis Pendapatan Dan System Pembagian Hasil Nelayan
Bermotor < 5 GT Dan 5-9 GT Di Kecamatan Datuk Bandar Dan Kecamatan
Teluk Nibung Kota Madya Tanjung Balai. Provinsi Sumatera Utara. Skripsi