• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAJU PERTUMBUHAN MANTANGAN (Merremia peltata (L.) Merr.) YANG TUMBUH MELALUI REGENERASI VEGETATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAJU PERTUMBUHAN MANTANGAN (Merremia peltata (L.) Merr.) YANG TUMBUH MELALUI REGENERASI VEGETATIF"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN

LAJU PERTUMBUHAN MANTANGAN (Merremia peltata (L.) Merr.) YANG TUMBUH MELALUI REGENERASI VEGETATIF

Oleh Timor Pengembara

Merremia peltata merupakan tumbuhan liana yang berasal dari suku

Convolvulaceae yang telah dinyatakan sebagai tanaman invasif yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan di berbagai negara termasuk benua Asia. Penelitian dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan M. peltata yang tumbuh melalui regenerasi vegetatif dan mengetahui kelulushidupan M. peltata yang ditanam dengan metode stek batang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2013 di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Parameter yang digunakan dalam menentukan laju pertumbuhan adalah pertambahan panjang tunas, pertambahan diameter tunas, dan pertambahan daun pada tunas batang M.

peltata. Rata-rata pertambahan panjang tunas, rata-rata pertambahan diameter

tunas, dan rata-rata pertambahan daun tertinggi terdapat pada batang berdiameter < 1 cm berturut-turut sebesar 6,82 cm/minggu, 0,05 cm/minggu, dan 0,92

helai/minggu. Kelulushidupan tertinggi M. peltata yang ditanam dengan stek batang adalah sebesar 20 %.

(2)

LAJU PERTUMBUHAN MANTANGAN (Merremia peltata (L.) Merr.) YANG TUMBUH MELALUI REGENERASI VEGETATIF

Oleh

Timor Pengembara

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

LAJU PERTUMBUHAN MANTANGAN (Merremia peltata (L.) Merr.) YANG TUMBUH MELALUI REGENERASI VEGETATIF

(Skripsi)

Oleh

TIMOR PENGEMBARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kresno Widodo, Pesawaran pada tanggal 12 Februari 1991. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara buah hati

pasangan Bapak Bunasir Budi dan Ibu Wagiati. Pada tahun 1997 penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Sinar Laga, Mesuji dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Simpang Pematang, Mesuji dan

melanjutkan ke SMAN 2 Menggala, Tulang Bawang dan diselesaikan pada tahun 2009. Kemudian penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada tahun 2009.

(7)

v

Tahun 2012 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kibang Budi Kencana Kec. Lambu Kibang, Tulang Bawang Barat. Pada tahun 2013 penulis melakukan Kerja Praktek (KP) di Laboratorium Varietas, Research and

(8)

"Sesungguhnya Allah tidak melihat

kepada bentuk tubuh dan harta kalian,

akan tetapi Allah melihat pada hati

dan amal-

amal kalian” (HR

. Muslim)

“Barangsiapa menempuh suatu jalan

untuk menuntut ilmu, niscaya Allah

memudahkan baginya dengan (ilmu)

itu

jalan menuju surga” (HR. Muslim)

“Kejujuran adalah mata uang yang

berlaku dimana saja dan tidak ada

batas untuk masa berlakunya”

(Anonim)

“Orang yang tidak mematuhi

aturan adalah sampah, tapi orang

yang tidak peduli terhadap

temannya lebih rendah dari

sampah” (Kakashi Hatake)

Seberapa banyak anda mendapatkan

penderitaan, maka akan sebanyak itu

(9)

viii

SANWACANA

AssalamualaikumWr. Wb.

Alhamdulillahirobbilalamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Laju Pertumbuhan Mantangan (Merremia peltata (L.) Merr.) yang Tumbuh melalui Regenerasi Vegetatif”

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak dan Ibuku tercinta Bunasir Budi dan Wagiyati yang selalu mendoakan, memberikan semangat serta mencurahkan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.

2. Kedua adikku tersayang Leni Larasati dan Puspita Utari yang selalu

memberikan doa kesuksesan, semangat, canda tawa, dan senyum ceria kepada penulis.

3. Bapak Jani Master, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan ilmu, kritik, saran, dan perbaikan selama penulisan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Yulianty, M. Si., selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan

(10)

ix

5. Ibu Elly L. Rustiati, M.Sc., selaku pembahas yang telah memberikan pengarahan, kritik, saran dan pengkoreksian selama penulisan skripsi. 6. Center for Conservation and Rehabilitation Research and Development

(CCRRD), Ministry of Forestry, and Forest Research and Development Agency, yang telah memberikan dana dan mendukung penuh penelitian ini. 7. Ibu Dr. Titiek Setyawati dan Bapak Ir. Atok Subiakto, M.Sc., atas bantuan

dan dukungan selama pelaksanaan hingga selesainya skripsi ini.

8. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Lampung, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Bapak Prof. Suharso, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

10. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

11. Bapak Drs. Achmad Nugraha, M. Si., selaku Pembimbing Akademik, terimaksih atas bimbingan dan bantuannya yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa Biologi.

12. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, atas ilmu, bimbingan serta bantuan kepada penulis. 13. Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan beserta jajarannya

atas izin dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian.

(11)

x

15. Teman-teman Tim IAS Sumarji, Febri Julian Wirayanto, Mukhlis Irfani, Dedi Sulistiono, salam lestari dan semangat tiada henti atas tiap jangkah rimba raya yang telah kita lalui bersama.

16. Teman-teman Biologi 2009 Erangga Julio, Andesba, Ari Kusuma, Aris Munandar, Eka Fitri Wulansari, Mustika Apriliani, Septiya Reni, Feni Ismiyati, Fatimah Fitriati, Kurniawati Achmad, Tia Wida Eka Putri, Septi Amelia, Garnis Widiastuti, Supini Edogawa, Riska Arifianti, Akmalia Rahmani, Wida Witriani, Selvi Marcellia, Heti, Serly Widiasti, Melani Pakhpahan, Anisa Agata, Monica Sapitri, Siti Nur Eka Rahmawati, Chintya Rahmawati, Fajar Pramudyastuti, Bertha Wina, Dita Mardania Putri, Indah Putri Perdana RH, Indah Mayang Ika, Arini Pradita Roselien, Dwitaria Puspitasari atas kebersamaan, suka duka, dan semangat yang tetap tercipta selama ini.

17. Bapak Tulus sekeluarga atas seluruh kebaikan dan bantuan selama melaksanakan penelitian.

18. Teman-teman di Resort Pemerihan Mas Hendi, Mas Fajar, Andi Agus, Chandra, Mas Rahman, Mas Janji, Pakde Bonyamin, Mas Jayus, Mas Gawik, atas bantuan dan pengalaman selama berada di lokasi penelitian.

19. Kanda yunda angkatan 2006-2008, yang telah memberikan contoh dan arahan selama berada di kampus tercinta.

(12)

xi

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberkan, dan semoga ilmu yang kita dapatkan akan menuntun kita kepada kebaikan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiiin.

WassalamualaikumWr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis

(13)

Kupersembahkan karya

kecilku ini :

Kepada Bapak dan Ibuku tercinta

untuk doa, kasih sayang dan berjuta

pengorbanan yang terus diberikan

Adik-adikku tersayang Leni Larasti

dan Puspita Utari yang selalu

memberikan senyuman, semangat dan

dukungan terbaiknya

Bapak dan Ibu dosen atas bimbingan

dan ilmu yang diberikan

Sahabat-sahabat terbaikku yang telah merajut

persahabatan, persaudaraan, cinta dan cita

bersama

Seseorang yang telah memotivasi selama ini

(14)

iv A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ... 6

B. Spesies Asing Invansif ... 7

C. Merremia peltata ... 9

(15)

iv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kemampuan Tumbuh kembali Batang M. peltata setelah pemangkasan ... 17

B. Laju pertumbuhan M. peltata ... 19

1. Pertambahan panjang tunas batang M. peltata ... 19

2. Pertambahan diameter tunas batang M. peltata ... 20

3. Pertambahan daun pada tunas batang M. peltata ... 22

C. Kelulushidupan batang M. peltata yang ditanam dengan stek batang ... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 28

B. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(16)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kemampuan tumbuh kembali pada batang M. peltata setelah

pemangkasanberdasarkan perbedaan diameter batang. ... 17

Tabel 2. Kemampuan tumbuh kembali batang M. peltata setelah pemangkasanberdasarkan perbedaan ruas batang ... 18

Tabel 3. Rerata pertambahan panjang tunas batang M. peltata. ... 19

Tabel 4. Rerata pertambahan diameter tunas batang M. peltata. ... 20

Tabel 5. Rerata pertambahan jumlah daun pada tunas batang M. peltata. 22 Tabel 6. Kelulushidupan stek batang M. peltata. ... 25

Tabel 7. Pertambahan Panjang tunas batang M. peltata. ... 32

Tabel 8. Pertambahan Diameter tunas batang M. peltata. ... 32

Tabel 9. Pertambahan jumlah daun pada tunas batang M. peltata. ... 33

Tabel 10. Kemampuan tumbuh kembali M. peltata berdasarkan perbedaan diameter. ... 34

(17)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Merremia peltata ... 11

A. Pohon yang telah ditutupi M. peltata... 11

B. Bunga yang sedang kuncup dan yang telah mekar ... 11

C. Biji yang telah pecah ... 11

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) merupakan kawasan lindung yang memiliki luas mencapai 356.800 ha. Kawasan ini juga telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh United Nations Educational,

Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sejak tahun 2004.

Kawasan ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora, fauna, dan mikroorganisme (Gaveaua et al., 2007). Akan tetapi, saat ini kekayaan flora dan fauna di kawasan ini terganggu dengan adanya spesies tumbuhan asing atau lebih populer dengan sebutan IAS (Invasive Alien Species) yang

tumbuh sangat cepat di kawasan tersebut. Terdapat beberapa jenis

tumbuhan di TNBBS, salah satunya adalah mantangan (Merremia peltata). Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang mampu menjalar sangat cepat dan sudah menutupi lahan taman nasional sekitar tujuh ribu hektar dari total luas daratannya (Master et al., 2013).

(19)

2

Lantana camara di Taman Nasional Meru Betiri, Eichornia crassipes di

Taman Nasional Wasur, dan M. peltata di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Purwono dkk., 2002).

Permasalahan invasi dan introduksi tumbuhan eksotis ke daerah yang bukan daerah alaminya bukan merupakan permasalahan yang baru. Akan tetapi, karena semakin meningkatnya populasi manusia dan perdagangan liar, pergerakan lintas batas dari spesies-spesies eksotis ke daerah baru telah meningkat dengan cepat dan diperkirakan akan semakin meningkat dalam beberapa dekade mendatang. Ancaman IAS terhadap keanekaragaman hayati merupakan yang paling berbahaya kedua setelah hilangnya habitat dan lebih berbahaya dari ancaman polusi. Hal itu karena IAS

mempengaruhi ekosistem asli dengan mengubah siklus hidrologi dan siklus nutrisi (Kohli et al., 2009).

M. peltata merupakan tumbuhan liana yang berasal dari suku

(20)

3

buku-buku batangnya. Sehingga diduga bahwa M. peltata juga dapat menyebar melalui pertumbuhan vegetatif. Namun kecepatan laju

pertumbuhan M. peltata, terutama yang tumbuh melalui regenerasi vegetatif hingga saat ini belum tercatat dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai laju pertumbuhan M. peltata yang tumbuh malalui regenerasi vegetatif.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Mengetahui laju pertumbuhan M. peltata yang tumbuh melalui regenerasi vegetatif.

2. Membandingkan laju pertumbuhan M. peltata dengan diameter batang berbeda.

3. Mengetahui kemampuan tumbuh kembali dari M. peltata yang dipotong pada batangnya dan kelulushidupan M. peltata yang ditanam melalui stek batang.

C. Manfaat Penelitian

(21)

4

D. Kerangka Pemikiran

Tumbuhan mantangan (M. peltata) merupakan salah satu tumbuhan invasif yang tumbuh di kawasan TNBBS yang dapat mengganggu tumbuhan dan kehidupan organisme lain yang ada di taman nasional tersebut. Selain itu,

M. peltata juga memiliki kemampuan untuk merambat dan membelit

tumbuhan lain kemudian tumbuh dengan baik di atasnya. Daunnya yang lebar sangat memungkinkan untuk menutupi tumbuhan lain hingga mati akibat tidak memperoleh cahaya untuk fotosintesis.

Pada tahun 2008, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah terinvasi M.

peltata yang luasnya mencapai 7.008 ha. Spesies ini biasanya menyebar

dengan dibantu oleh angin, burung, atau kelelawar, melalui bijinya sehingga penyebarannya sangat luas dan cepat. Bahkan pada daerah yang dulunya belum terinvasi M. peltata, saat ini dilaporkan telah tumbuh M. peltata dan secara cepat telah menyebar pada daerah tersebut. Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa bagian batang dari M. peltata yang telah terpotong, ada kemungkinan dapat memunculkan tunas baru dan tumbuh kembali. Dengan demikian diduga bahwa M. peltata juga dapat menyebar melalui pertumbuhan vegetatif.

Dilihat dari luasnya daerah yang telah terinvasi, menunjukkan bahwa M.

peltata memiliki suatu kemampuan pertahanan hidup yang sangat baik.

(22)

5

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) terletak di pulau Sumatera yang merupakan kawasan lindung terbesar ketiga di pulau tersebut. Kawasan yang memiliki luas 356.800 ha ini membentang di dua propinsi yaitu Propinsi Bengkulu hingga ujung Selatan Propinsi Lampung. Secara administratif TNBBS termasuk dalam Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesisir Barat dan Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung serta Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu dengan koordinat geografis 4o31’ – 5o57’ LS dan 103o34’ – 104o43’ BT (Gaveaua et al., 2007).

(24)

7

dengan luas 256.620 ha. Sebelum menjadi taman nasional, TNBBS telah mengalami tekanan berupa perambahan hutan baik dalam bentuk pembalakan liar hingga perladangan oleh masyarakat sekitar (Gaveaua et. al., 2007)

Tipe ekosistem yang dimiliki oleh TNBBS antara lain mencakup hutan bakau, hutan pantai, hingga hutan pegunungan. Hutan pantai memiliki luas 3.568 ha, pada ketinggian 0-500 mdpl yaitu hutan hujan dataran rendah seluas 160.560 ha, pada ketinggian 500 – 1.000 mdpl yaitu hutan hujan bukit seluas 121.312 ha sementara untuk ketinggian di atas 1.000 mdpl terdiri atas hutan hujan pegunungan bawah seluas 60.656 ha dan hutan hujan pegunungan tinggi seluas 10.704 ha (BTNBBS, 1999).

Sebanyak 98 jenis tumbuhan bawah dan 471 jenis pohon telah teridentifikasi di kawasan TNBBS. Jenis yang mendominasi berasal dari suku Annonaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Lauraceae, Meliaceae, dan Myrtaceae. Tipe vegetasi utama di dalam kawasan tersebut adalah hutan hujan tropis dengan jenis-jenis dari suku Zingiberaceae (jahe-jahean), tumbuhan rotan (Callamus sp.), meranti (Shorea sp.), dan keruing

(Dipterocarpus sp.) (BTNBBS, 1999).

B. Spesies Asing Invasif

(25)

8

menyebabkan kerugian dalam bidang ekologi, ekonomi, lingkungan yaitu kerusakan pada manusia, hewan, dan kesehatan tanaman. Spesies asing yang dipelihara atau dibudidayakan dan berada di bawah kendali manusia, tidak dapat dikatakan sebagai spesies invasif. Biasanya IAS akan cenderung menyebabkan kerugian ekonomi, lingkungan serta dapat membahayakan manusia, hewan, atau tanaman lainnya. Sehingga spesies yang dianggap invasif, akan memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya (ISAC, 2006).

Menurut Haryanto (1997), tidak selalu benar bahwa kerusakan pada suatu ekosistem tidak akan terjadi hanya karena ekosistem tersebut dibiarkan bebas dari campur tangan manusia, hal ini dapat dimungkinkan terjadi karena adanya beberapa jenis yang bersifat invasif yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati pada ekosistem tersebut. Selain itu, Hejda et al. (2009) juga mengungkapkan bahwa keanekaragaman jenis dapat mengalami penurunan hingga 90% akibat adanya jenis tumbuhan invasif.

(26)

9

terdiri atas 96 jenis invasif asing, 65 jenis invasif lokal, dan sisanya belum diketahui secara pasti apakah merupakan spesies asing atau lokal

(IUCN/SSC/ISSG, 2004).

Schlaepfer et al. (2009) menyatakan bahwa sebagian besar spesies juga

dapat menjadi invasif atau tumbuhan berbahaya di daerah alaminya.

Sifat-sifat spesies lokal yang menunjukkan aktifitas pertumbuhan dan

perkembangan yang tidak seperti biasanya di habitat alaminya, dapat

dikategorikan sebagai awal dari munculnya sifat invasif pada tanaman

tersebut. Akan tetapi, invasif atau tidaknya suatu spesies tergantung pada

penilaian manusia sendiri. Suatu spesies dapat dikatakan sebagai spesies yang invasif di suatu daerah dan di daerah lain dianggap biasa atau bahkan

dapat menguntungkan (ISAC, 2006)

.

C. Merremia peltata

Klasifikasi ilmiah M. peltata menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

(27)

10

Marga : Merremia

Jenis : Merremia peltata (L.) Merr.

M. peltata memiliki bunga yang berbentuk corong, dengan jumlah bunga

dalam satu tangkai mencapai 20 bunga atau lebih. Mahkota bunga berwarna putih atau kuning dengan panjang sekitar 5 –6 cm. Sepal berjumlah 5 konkaf, berwarna hijau kehitaman atau hijau keabu-abuan. Sepal bagian luar lebih panjang dibandingkan dengan sepal bagian dalam. Sepal bagian luar

berjumlah 2 dengan panjang antara 2,15-2,3 cm dan lebar antara 1,8-2,1 cm. Sedangkan sepal bagian dalam berjumlah 3 dengan panjang antara 1,9-2,2 cm dan lebar antara 1,1-1,7 cm. Biji berbentuk seperti gada dan berwarna coklat redup apabila sudah tua (Fosberg and Sachet, 1977; Rahmadani, 2013).

M. peltata telah dikenal di kepulauan Samudra Pasifik sejak ratusan tahun

yang lalu, namun pada dekade terakhir spesies ini menjadi sangat invasif pada lokasi tersebut (Kirkham, 2005). M. peltata dikenal sebagai spesies invasif di beberapa negara kepulauan Samudra Pasifik termasuk Australia, Malaysia, dan Indonesia.

(28)

11

Gambar 1. Merremia peltata. A. M. peltata yang menutupi pohon. B. bunga yang sedang kuncup dan yang telah mekar. C. biji yang telah pecah. D. Batang yang dipotong (dalam lingkaran)

Seperti liana pada umumnya, M. peltata selalu dipandang negatif oleh para pengelola hutan konservasi karena dapat merambati pohon-pohon yang dapat menyebabkan kematian pada pohon yang dirambati, serta karena

pertumbuhannya yang cepat. Menurut Alvira et al., 2004, M. peltata belum

diketahui secara jelas kegunaannya.

D. Pertumbuhan vegetatif

Pertumbuhan secara vegetatif merupakan proses pertumbuhan yang terjadi tanpa melalui peleburan dua sel gamet (Isahi, 2012). Tumbuhan dapat

B

A

(29)

12

melakukan perkembangbiakan melalui dua cara yaitu secara generatif dan vegetatif. Periode fase vegetatif pada setiap tumbuhan selalu berbeda-beda dan berjalan pada periode tertentu (Nopriastor, 2012).

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Resort Pemerihan TNBBS, dari bulan Juli hingga Desember 2013. Penelitian ini merupakan bagian dari program Removing Barriers to Invasive Species Management in Production and

Protection Forests in South East Asia (FORIS) – Indonesian yang didanai

oleh GEF-UNEP melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

B. Alat dan Bahan

(31)

14

C. Metode Penelitian 1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk menentukan posisi plot. Dalam orientasi lapangan dilakukan perencanaan untuk menentukan lokasi pengambilan data dengan menggambarkan rencana posisi plot. Lokasi yang dipilih adalah lokasi dengan jumlah invasi M.

peltata cukup banyak. Lokasi ini digunakan untuk pengamatan

pertumbuhan M. peltata yang ada pada kondisi alaminya.

2. Penanaman Batang M. peltata

Batang M. peltata diambil dari kawasan TNBBS dengan memilih kriteria berdasarkan besarnya diameter batang. Diameter yang dipilih meliputi diameter 1 cm, 3 cm, dan 5 cm dengan tujuan untuk membedakan batang yang diperkirakan telah mampu untuk melakukan pertumbuhan secara vegetatif. Masing-masing batang ditanam pada media tanah pada lahan yang ada di lokasi TNBBS dengan cara meletakkan batangnya secara horisontal dan sedikit membenamkannya ke dalam tanah.

3. Pengambilan Data

 Laju pertumbuhan tunas

M. peltata yang ada di lokasi pengamatan dipotong batangnya dan

diberi penanda berupa nomor urut pada masing-masing batang. Lalu diamati munculnya tunas baru dan pertambahan panjang tunas

(32)

15

delapan. Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong dengan cara meletakkan batang pada bagian pengukur jangka sorong,

kemudian memutar jangka sorong sejauh 360° agar didapat diameter batang secara utuh. Jumlah daun dihitung secara manual dari pangkal batang hingga daun muda yang telah membuka. Pada batang tempat munculnya daun ditandai dengan tali, hal ini supaya seluruh daun tetap dapat terhitung meskipun daunnya telah gugur.

 Pertumbuhan Stek Batang

Penanaman batang M. peltata dilaksanakan di Resort Pemerihan TNBBS. Ditanam sebanyak 5 batang setiap diameter yang dipilih dengan panjang batang masing-masing 40 cm. Batang diletakkan di atas tanah dengan posisi horisontal. Pengamatan dilakukan mulai hari pertama munculnya tunas baru. Kemudian dilakukan

pengukuran karakteristik morfologinya, yaitu panjang batang, diameter batang, dan jumlah daun seperti yang dilakukan pada pengamatan laju pertumbuhan tunas.

4. Analisis data

a. Laju pertumbuhan

Untuk mengukur laju pertumbuhan M. peltata, setiap parameter dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

(33)

16

Keterangan : L = Pertambahan parameter yang diamati P = Parameter yang diamati

t = Waktu pengamatan (minggu) n = Pengamatan minggu ke-

b. Kemampuan menghasilkan tunas kembali

Kemampuan menghasilkan tunas kembali pada tunas batang M.

peltata berdasarkan diameter digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : K= Kemampuan tumbuh kembali

a = jumlah batang yang mampu hidup tiap diameter b = jumlah batang yang diamati tiap diameter

Sedangkan kemampuan menghasilkan tunas kembali yang dibedakan berdasarkan ruas digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : K= Kemampuan tumbuh kembali

a = jumlah batang yang mampu hidup dari salah satu ruas

(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang telah didapatkan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Batang M. peltata yang telah dipangkas mampu tumbuh kembali dengan persentase sebesar 46,67% dan dapat menjadi individu baru. 2. Sisa potongan batang M. peltata yang jatuh ke tanah masih dapat

tumbuh kembali dengan kelulushidupan yang mencapai 20%.

3. Rata-rata pertambahan panjang tunas batang M. peltata mencapai 6,82 cm/minggu, dengan rata-rata pertambahan ukuran diameter tunas batang sebesar 0,05 cm/minggu, dan rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 0,92 helai/minggu.

B. Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan mengamati laju pertumbuhan

M. peltata dengan diameter batang yang lebih besar dan laju pertumbuhan M.

(35)

29

DAFTAR PUSTAKA

Alvira, Diana, Francis E. Putz, and Todd S. Fredericksen. 2004. Liana loads and post logging liana densities after liana cutting in a lowland forest in Bolivia. Forest Ecology and Management 190: 73-86.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Prakiraan Musim

Hujan 2013/2014. Jakarta : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

[BTNBBS] Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 1999. Rencana

Pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Buku II. Kota

Agung, Lampung. Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Campbell N. A., Reece J. B., and Mitchell L. G. 2003. Biologi. Jilid1. Terjemahan dari Biology (oleh Prof. Dr. Ir. Wasmen Manalu). Erlangga, Jakarta. Fosberg F. R., and Sachet M. H. 1977. Flora of Micronesia. Part 3.

Convolvulaceae. Smithsonian Contrib. Bot. 36: 1-34.

Gaveaua D.L.A., Wandono H, Setiabudi F. 2007. Three decades of deforestation in southwest Sumatera: Have protected areas halted forest loss and

logging, and promoted re-growth. Biological Conservation 134: 495-504. Haryanto. 1997. Invasi Langkap (Arenga obtusifolia) dan dampaknya terhadap

keanekaragaman hayati di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat.

Media Konservasi. Edisi khusus 1997: 95-100.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies and R.L. Geneve. 1997. Plant

propagation: principles and practices (edition VI). Prentice Hall.

Englewood Cliffs. New Jersey.

Hejda M., Pysek P., and Jarosik V. 2009. Impact of invasive plants on the species richness, diversity and composition of invaded communities. Journal of

Ecology 97: 393-403.

[ISAC] Invasive Species Advisory Committe. 2006. Invasive Species Definition Clarification and Guidance White Paper Submitted by the Definitions

Subcommittee of the Invasive Species Advisory Committee (ISAC). The

(36)

30

Irawati H., Setiari N. 2009.Pertumbuhan Tunas Lateral Tanaman Nilam

(Pogostemon cablin Benth.) Setelah Dilakukan Pemangkasan Pucuk pada

Ruas yang Berbeda. Jurnal Anatomi Fisiologi, XVII (2). pp. 11-21. ISSN 0854-5367

Irianto R., dan Tjitrosoedirdjo S. 2010. Invasi Merremia peltata (L.) Merr., Convolvulaceae di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Indonesia.

Jurnal Gulma dan Tumbuhan Invasi Tropika 1:65-70.

Irvantia W., Indriyanto, dan Melya R. 2014. Pengaruh Jumlah Ruas Cabang terhadap Pertumbuhan Setek Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolacea).

Jurnal Silva Lestari 2 (1): (59-66)

Isahi D.S. 2012. Reproduksi Vegetatif pada Tumbuhan.

http://biologimediacentre.com/reproduksi-vegetatif-pada-tumbuhan/comment-page-1/#comments. Diakses tanggal 16 Juni 2013. Pukul 22:10 WIB.

IUCN/SSC/ISSG Global Invasive Species Database, IUCN – The World Conservation Union Species Survival Commission, Invasive Species Specialist Group. 2004. 100 of the World's Worst Invasive Alien Species. http://www.issg.org/database/welcome/. Diakses tanggal 24 Mei 2013. Pukul 10:00 WIB.

Kirkham W.S., 2005. Valuing invasives: understanding the Merremia peltata

invasion in Post-Colonial Samoa [dissertation]. The University of Texas at

Austin, USA.

Kohli, R.K. Jose, S. Singh, H.P. and Batish, D.R. 2009. Invasive plants and Forest Ecosystems. CRC Press, Taylor and Francis Pub. USA. 400 pp. (This book is an outcome of decision of IUFRO 8.02.08 Meeting during Forestry Congress held in Malaysia). http://www.iufro.org/science/. Diakses tanggal 16 Juni 2013. Pukul 22:15 WIB.

Master J., 2012. Invasi Meremmia peltata (L.) Merrill dan Dampaknya

Terhadap Keanekaragaman Tumbuhan Di Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan [thesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Master J., Tjitrosoedirdjo Sri S., Qayim I., and Tjitrosoedirdjo S. 2013. Ecological

Impact of Merremia peltata (L.) Merrill Invasion on Plant Diversity at

Bukit Barisan Selatan National Park. Biotropia 20 (1): 29 - 37

Nopriastor. 2012.Dasar-Dasar Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. http://nopriastor.wordpress.com/2012/06/12/dasar-dasar-perbanyakan-tanaman-secara-vegetatif/. Diakses tanggal 6 Mei 2013. Pukul 12:02 WIB. Purwono B., Wardhana B.S., Wijanarko K., Setyowati E., dan Kurniawati D.S.

(37)

31

Jakarta: Kantor Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan The Nature Consevancy.

Rahmadani, H. 2013. Merremia Dennstedt ex Endlicher (Convolvulaceae) In

Sumatra [thesis]. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Volume 1, 2, 3. Terjemahan dari Plant Physiology (oleh Lukman, D.R. dan Sumaryono). ITB Press, Bandung.

Santo, S.S and H. Mori. 2001. Control of Outgrowth and Dormancy In Axillary Bud. http://www.plantphysiol.org. Diaakses pada 15 September 2013. Pukul 14:33 WIB.

Schlaepfer, D. R., Melanie Glattli, Markus Fischer, and Mark van Kleunen. 2009. A multi-species experiment in their native range indicates pre-adaptation of invasive alien plant species. New Phytologist.14 : 1-12

Stone BC. 1970. The Flora of Guam. Micronesica 6:1-659.

Tekei. K., H. Sakakibara, and T. Sugiyama. 2001. Identification of Genes Encoding Adenylate Isopentenyltransferase, A Cytokinin Biosyntesis Enzime, In Arabidopsis thaliana. http://www.jbc.org/. Diakses tanggal 15 September 2013. Pukul 15:00 WIB.

Whistler, W. Arthur. 2002. The Samoan Rainforest. A Guide to the Vegetation of

the Samoan Archipelago. Honolulu: Isle Botanica.

Gambar

Gambar 1.  Merremia peltata. A.  M. peltata yang menutupi pohon.  B.  bunga yang sedang kuncup dan yang telah mekar

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Kulit

Puji syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena berkat rahmat dan hidayah-nya, skripsi yang berjudul &#34; PENGARUH LARUTAN SUKROSA TERHADAP

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ UPAYA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang