ABSTRAK
PENGARUH KEMAMPUAN MEMBANGUN MODE REPRESENTASI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH FISIKA DENGAN
MENERAPKAN INKUIRI TERBIMBING
Oleh SANDI MONIKA
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung,
masih banyak siswa yang menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit
karena banyak menggunakan rumus matematis dan banyak pengembangan
konsepnya. Diduga kesulitan siswa disebabkan kemampuan siswa untuk
membangun mode representasi seperti mengoperasikan rumus fisika secara
matematika, membuat grafik dan tabel masih kurang. Materi gerak memiliki
beberapa format representasi seperti persamaan matematis, grafik hubungan antar
variabel, tabel serta penggunaan simbol dan satuan. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemampuan membangun mode
representasi terhadap pemecahan masalah fisika melalui model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan pendekatan multi representasi. Penelitian ini dilakukan
di SMP Negeri 8 Bandar Lampung, menggunakan satu kelas yaitu kelas VIIC
dengan jumlah sampel 24 siswa. Data kemampuan membangun mode representasi
Sandi Monika
iii masalah diperoleh melalui 7 butir soal yang diberikan pada akhir pembelajaran.
Sebelum dilakukan uji regresi, data kemampuan representasi dan pemecahan
masalah dikenakan uji normalitas dan uji linieritas yang dianalisis dengan bantuan
SPSS 21. Kemudian untuk menguji pengaruh dilakukan uji regresi linear
sederhana antara data kemampuan membangun mode representasi dan data
kemampuan pemecahan masalah.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara kemampuan
membangun mode representasi terhadap pemecahan masalah fisika, dengan
kontribusi sebesar 85,3% yang merupakan nilai koefisien determinasi (R Square).
Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,924 dan persamaan regresinya adalah
Y’ = 9,167 + 0,921 X.
Kata kunci : gerak, inkuiri terbimbing, kemampuan membangun mode
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat, pada Tanggal 8
Desember 1992, sebagai anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan
Bapak Rolib Rozali dan Ibu Minarsih.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di SD Negeri 1 Pagar
Iman dan diselesaikan tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 2 Tulang Bawang Tengah (TBT) hingga tahun 2007.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Al-Azhar 3 Bandar
Lampung dan diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan
MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Lingkungan Pantau, Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatam Balik Bukit, Kabupaten
Lampung Barat, bersamaan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Negeri 2 Liwa, Lingkungan Pantau, Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatan
Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dan pada tahun 2014 penulis
PERSEMBAHAN
Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,
ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:
Bati dan Ibu tercinta dengan ketulusan do’a, keringat dan
air mata serta kasih sayang tanpa putus, senantiasa memberikan dorongan
untuk keberhasilan penulis
Kakak-kakakku tersayang
yang selalu memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis
MOTO
“Bersyukur itu tidak berhenti pada menerima apa adanya saja, tapi terutama bekerja keras untuk mengadakan yang terbaik”
(Mario Teguh)
“Bekerja keras dan berusaha lakukan yang terbaik, hasilnya biar Tuhan yang tentukan”
xi SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Membangun Mode Representasi
terhadap Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri Terbimbing”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di
Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya
xii 6. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaan dan
keikhlasannya memberikan bimbingan dan saran untuk perbaikan skripsi.
7. Bapak Nengah Maharta, Bapak Eko Suyanto, Bapak Undang Rosidin, Ibu
Viyanti, Ibu Kartini Herlina, Bapak Wayan Distrik, Bapak Feriansyah
Sesunan, Bapak Ismu Wahyudi, Bapak I Dewa Putu Nyeneng, Bapak Doni
Andra dan Bapak Antomi Saregar selaku dosen yang telah memberikan ilmu
bagi penulis.
8. Bapak Sudjasman, S.H., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung
beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Sri Rosmawati, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIIC SMP
Negeri 8 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.
10.Seseorang yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis,
Terimakasih atas saran, kritik, do’a dan kebersamaannya.
11.Sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika 2010 Kelas B: Andrian, Heru, Andi,
Tawag, Tofan, Mirza, Dewi, Meitikasari, Vandan, Rosita, Shela, Ismi, Novel,
Rika, Cory, Yunita, Beti, Gusriana, April, Ratri, Nani, Maria, Inayah, Kadek,
Imas, Liza, Novita, Dodo, Didi, Risky, dan Trian.
12.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2010 kelas A yang telah memberikan motivasi
untuk tetap semangat.
13.Adik tingkat P.Fisika angkatan 2011, 2012, dan 2013.
14.Teman-teman KKN dan PPL Pantau: Abi sofyan, Aan Purwanto, Tri Fauzi,
Tiara Putri, Imelda Ayu, Merlyana, Meitika, Dania Evirianti, Heni Gusti,
Dewi Yunita, Silvana Yulanda dan Ully. Terima kasih atas kebersamaannya.
xiii Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Juli 2014
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi ... 7
2. Kemampuan Membangun Mode Representasi ... 10
3. Pemecahan Masalah Fisika dengan Multi Representasi ... 14
4. Inkuiri Terbimbing ... 18
B. Kerangka Pemikiran ... 22
C. Hipotesis ... 25
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
B. Variabel Penelitian ... 26
xv
D. Analisis Instrumen ... 27
1. Uji Validitas ... 27
2. Uji Reliabilitas ... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 31
1. Analisis Data ... 31
2. Pengujian Hipotesis ... 31
a. Uji Normalitas ... 32
b. Uji Linearitas ... 32
c. Uji Regresi Linier Sederhana ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35
a. Data Kemampuan Membangun Mode Representasi ... 46
b. Data Pemecahan Masalah ... 47
4. Hasil Uji Penelitian ... 48
a. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi dan Posttest Pemecahan Masalah ... 48
b. Hasil Uji Linieritas Data Kemampuan Representasi dan Posttest Pemecahan Masalah ... 49
c. Hasil Uji Regresi Data Kemampuan Representasi dan Posttest Pemecahan Masalah ... 50
5. Keputusan Hipotesis ... 51
B. Pembahasan ... 52
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
xvi LAMPIRAN
1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar ... 65
2. Silabus ... 70
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 77
4. Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 93
5. Kisi-kisi Soal Posttest... 107
6. LP 1 : Lembar Posttest Pemecahan Masalah ... 115
7. Rubrikasi Posttest ... 118
8. LP 2 : Kemampuan Representasi ... 126
9. Kunci Jawaban Kemampuan Representasi ... 132
10.Rubrikasi Kemampuan Representasi ... 140
11.Data Hasil Uji Instrumen Soal Kemampuan Representasi ... 142
12.Data Hasil Uji Instrumen Soal Pemecahan Masalah ... 143
13.Data Posttest Pemecahan Masalah ... 144
14.Data Hasil Rekapitulasi Posttest Pemecahan Masalah ... 145
15.Data Kemampuan Representasi ... 146
16.Data Hasil Rekapitulasi Kemampuan Representasi ... 147
17.Hasil Uji Validitas Soal Posttest Pemecahan Masalah ... 148
18.Hasil Uji Validitas Soal Kemampuan Representasi ... 151
19.Hasil Uji Reliabilitas Soal Posttest Pemecahan Masalah ... 152
20.Hasil Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi ... 153
21.Hasil Uji Normalitas Kemampuan Representasi - Pemecahan Masalah (Posttest) ... 154
22.Hasil Uji Linearitas Kemampuan Representasi - Pemecahan Masalah (Posttest) ... 155
23.Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Kemampuan Representasi -Pemecahan Masalah (Posttest) ... 157
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Rubrik Penilaian Multi Representasi ... 13
4.1 Hasil Uji Validitas Soal ... 36
4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 37
4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi dan Posttest
Pemecahan Masalah ... 49
4.4 Hasil Uji Linearitas Data Kemampuan Representasi dan Posttest
Pemecahan Masalah ... 50
4.5 Hasil Uji Regresi Data Kemampuan Representasi dan Posttest
Pemecahan Masalah ... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Interaksi Timbal Balik Antara Representasi Internal dengan
Representasi Eksternal ... . 9
2.2 Fungsi Taksonomi Multiple Representations menurut Ainsworth ... 11
2.3 Bagan Paradigma Pemikiran ... 24
4.1 Distribusi Kemampuan Mode Representasi ... 46
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan
pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk
mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep.
Selain itu representasi juga berperan dalam proses penyelesaian masalah.
Berbagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran, dapat membuat siswa
belajar lebih efektif sehingga memberikan hasil yang berbeda, khususnya
terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan, representasi siswa dari
suatu masalah yang sangat mirip diajukan dalam penyajian berbeda dapat
menghasilkan hasil yang berbeda. Siswa dapat memahami suatu materi
pelajaran tergantung dari format representasi yang digunakan. Apakah itu
representasi verbal (ucapan/perkataan, kata-kata), visual (grafik, gambar,
bagan balok, peta konsep, diagram), persamaan matematika ataupun simulasi
komputer. Kemampuan representasi bukanlah sekedar membuat suatu
gambar, suatu diagram, tabel atau grafik dari suatu masalah tetapi jenis dari
representasi yang dipilih untuk menggambarkan suatu masalah dan
hubungannya dengan komponen-komponen yang terdapat dalam masalah
2
dalam suatu imajinasi jika menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil observasi dengan melakukan wawancara terhadap guru
IPA SMP Negeri 8 Bandar Lampung didapatkan informasi bahwa, guru
masih jarang menggunakan grafik, gambar ataupun diagram sebagai bentuk
representasi lain dari sebuah konsep, namun guru cenderung lebih
menggunakan penjelasan verbal dan pembahasan soal-soal latihan, siswa
tidak ditantang untuk menjelaskan konsep yang sama dengan menggunakan
representasi lain. Hal ini sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyelesaikan berbagai masalah fisika dalam pembelajaran. Selain itu, tugas
yang diberikan didominasi oleh tugas untuk mengerjakan LKS yang pada
umumnya hanya terdiri dari soal-soal latihan yang disajikan secara verbal.
Siswa hanya menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ditanyakan soal
tanpa ada pengembangan jawaban. Khususnya pengembangan representasi
yang lain seperti yang diharapkan dan cenderung memiliki anggapan bahwa
belajar fisika berarti belajar untuk menghafal rumus dan menyelesaikan
masalah secara matematis. Hasil observasi juga menunjukkan, untuk kelas
VII ternyata masih banyak siswa yang belum bisa mencapai Kriteria
Kelulusan Minimal dengan standar nilai 70 yang telah ditetapkan disekolah.
Terutama untuk IPA terpadu khusunya fisika 35% siswa belum mencapai
kriteria kelulusan minimal yang ditetapkan. Data ini diperoleh dari data ujian
3
Sampai sekarang kebanyakan guru sekolah menengah mengajarkan fisika
dengan metode ceramah, problem solving, dan kadang-kadang praktikum.
Suatu masalah yang rumit akan menjadi lebih sederhana jika menggunakan
representasi yang sesuai dengan permasalahan tersebut, sebaliknya konstruksi
representasi yang keliru membuat masalah lebih sukar untuk dipecahkan.
Untuk memahami konsep-konsep fisika, siswa perlu terampil dalam
merepresentasikan suatu konsep dalam banyak cara, kemampuan multi
representasi yang baik akan mempermudah memecahkan masalah-masalah
fisika yang dihadapi. Siswa akan melakukan pemecahan masalah dengan
menggunakan representasi yang baik, bila selama proses pembelajarannya
pun siswa diberikan representasi-representasi terkait konsep-konsep yang
diberikan. Sehingga siswa akan terbiasa memecahkan masalah dengan multi
representasi.
Materi fisika yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah gerak,
karakteristik dari materi gerak ini yaitu, terdapat penggunaan simbol-simbol
matematis dan satuan, memiliki grafik berbagai hubungan antar variabel serta
rumus-rumus matematis pada penerapannya. Pemilihan materi tersebut juga
dilakukan karena konsep gerak sangat akrab dengan keseharian siswa SMP,
dan merupakan salah satu konsep dalam fisika yang diperkirakan memiliki
banyak peluang terjadinya miskonsepsi. Di samping itu, umumnya siswa
SMP mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep
yang berkaitan dengan gerak, misalnya dalam menentukan kerangka acuan
bagi benda yang dikatakan sedang bergerak, membedakan antara jarak
4
kecepatan dan percepatan pada benda yang bergerak beraturan dengan yang
bergerak berubah beraturan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan
pembelajaran yang interaktif dan membangkitkan keaktifan siswa sehingga
menjadikan materi yang disampaikan lebih mudah dipahami dan
meminimalisir terjadinya miskonsepsi.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian
eksperimen untuk melihat seberapa besar pengaruh kemampuan membangun
mode representasi tersebut terhadap pemecahan masalah fisika, dengan judul
“Pengaruh Kemampuan Membangun Mode Representasi terhadap
Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri Terbimbing ”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh
kemampuan membangun mode representasi terhadap pemecahan masalah
fisika dengan menerapkan inkuiri terbimbing?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kemampuan membangun
mode representasi terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:
1. Dapat meningkatkan kemampuan representasi siswa sehingga dapat
membantu menyelesaikan pemasalahan pada pelajaran fisika.
2. Dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif baru dalam menambah
pengetahuan secara teoritis sehingga dalam kegiatan pembelajaran
dapat dinyatakan berhasil dan tercapainya tujuan pembelajaran.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi
masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk
menemukan solusi dalam pemecahan masalah pada saat pembelajaran
fisika.
2. Kemampuan membangun mode representasi adalah suatu cara yang
dikembangkan untuk menyatakan suatu konsep dalam berbagai cara
dan bentuk. Mode representasi pada penelitian ini dibatasi pada
representasi verbal, visual (grafik, gambar), dan persamaan
matematika.
3. Pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk
menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki
6
4. Inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup
luas kepada siswa.
5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIc SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah
siswa 24 orang.
6. Materi fisika yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Gerak dengan submateri Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Representasi
Menurut Goldin (2002) representasi adalah sebuah kofigurasi (bentuk
atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau
melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi juga merupakan
sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek dan
atau proses (Rosengrant et al., 2007).
Berbagai pakar juga mengungkapkan definisi yang berbeda-beda
tentang representasi seperti yang dikutip Fadillah (2008):
1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematisa (Jones & Knuth, 1991).
2. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi (Parmentier dalam Ludlow, 2001:39).
8
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
representasi merupakan suatu bentuk pengganti untuk menjelaskan suatu
konsep dari suatu masalah yang digunakan untuk menemukan solusi
dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan interpretasi pikirannya
menjadi lebih bermakna.
Representasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu representasi internal dan
representasi eksternal. Representasi internal dari seseorang sulit untuk
diamati secara langsung karena merupakan aktivitas mental dari
seseorang dalam pikirannya (minds-on). Tetapi reprsentasi internal
seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi
eksternalnya dalam berbagai kondisi misalnya dari pengungkapan
melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan berupa simbol, gambar, grafik,
tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on) (Fadillah, 2008). Dengan
kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan
eksternal dari seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah.
Representasi internal tak bisa diamati secara kasat mata, hal ini
dikarenakan hanya masing-masing siswa saja yang tahu sampai mana
pemahaman mereka terhadap suatu materi yang disajikan. Oleh karena
itu, untuk mengetahui representasi internal yang ada dalam diri siswa
maka kita dapat meminta siswa untuk mentrasformasikannya representasi
internal tersebut menjadi reprsentasi eksternal.
Proses interaksi antara representasi internal dan representasi eksternal
9
Gambar 2.1 Interakasi Timbal Balik antara Reprsentasi Internal dan Representasi Eksternal
Hal ini didukung oleh pernyataan Abdurrahman et al. (2011: 33):
Melalui representasi yang multimodal akan menciptakan suasana pembelajaran dengan peran aktif seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa, mengaktifkan kemampuan belajar (learning ability) siswa baik minds-on maupun hands-on, merupakan faktor yang sering menjadi masalah dalam pembelajaran fisika.
Menurut Yusup (2009: 1) dalam fisika ada beberapa format representasi
yang dapat dimunculkan. Format-format tersebut antara lain:
a. Dekripsi verbal
Untuk memberikan definisi suatu konsep, verbal adalah satu cara yang tepat untuk digunakan.
b. Gambar/diagram
Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita representasikan dalam bentuk gambar. Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika banyak bentuk diagram yang sering digunakan sesuai konsep, antara lain diagram gerak, diagram benda bebas (free body diagram), diagram garis medan (field line diagram), diagram rangkaian listrik (electrical circuit diagram), diagram sinar (ray diagram), diagram muka gelombang (wave front diagram), diagram keadaan energy (energy state diagram).
c. Grafik
Penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat kita representasikan dalam satu bentuk grafik. Oleh karena itu kemampuan membuat dan membaca grafik adalah keterampilan yang sangat diperlukan.
d. Matematis
Untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi
matematis sangat diperlukan. Namun penggunaan representasi kuantitatif ini akan banyak ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif secara baik. Pada proses Representasi internal Representasi eksternal
iii
10
itulah tampak bahwa siswa tidak seharusnya menghapalkan semua rumus-rumus atau persamaan-persamaan matematis. e. Simulasi computer
Untuk beberapa masalah, representasi dengan animasi komputer dapat menerangkan situasi siswa dan membantu mereka
memperagakan pemikiran nyata mereka. Representasi ini lebih murah dibandingkan dengan menggunakan alat langsung yang biayanya lebih mahal.
2. Kemampuan Membangun Mode Representasi
Kemampuan membangun mode representasi adalah suatu cara yang
dikembangkan untuk menyatakan suatu konsep dalam berbagai cara dan
bentuk (Multiple Repesentations). Mode representasi merupakan suatu
model atau bentuk pengganti, cara, atau proses yang digunakan
seseorang untuk mengkomunikasikan sesuatu atau pengetahuan yang
disajikan atau diungkapkan melalui berbagai model (verbal, persamaan
matematis, gambar, simulasi, benda nyata dll). Kemampuan
membangun mode representasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan Multiple Repesentations, dimana akan terjadi pengolahan
informasi internal dan eksternal untuk membangun suatu pemahaman
yang lebih dalam mengenai suatu pengetahuan dengan menggabungkan
berbagai format representasi yang berbeda yang digunakan sesuai
dengan konteks permasalahan yang sedang dihadapi. Untuk membantu
siswa dalam merepresentasikan representasi internal menjadi
representasi eksternal menjadi lebih mudah sangat diperlukan
pendekatan multiple representations. Dengan adanya pendekatan
Multiple representations diharapkan siswa dapat lebih mudah
11
Suatu analisis konseptual tentang pembelajaran Multiple Representations
menurut Ainsworth (1999: 133) bahwa:
Multi representasi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi dan membangun pemahaman. Pertama: Multiple Representations digunakan untuk memberikan presentasi yang berisi informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua: satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasikan dalam menggunakan representasi yang lain. Ketiga: dapat digunakan untuk menolong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Ketiga fungsi utama tersebut dapat dibagi dalam bagian-bagian yang lebih rinci seperti ditampilkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Fungsi Taksonomi Multiple Representations menurut Ainsworth (1999: 134)
Fungsi pertama Multiple Representations adalah untuk menggali
perbedaan-perbedaan dalam suatu informasi yang dinyatakan oleh
masing-masing representasi. Multiple Representations cenderung
digunakan untuk tujuan ini baik pada kasus-kasus dimana representasi
12
tunggal tidak memadai untuk memuat semua informasi tentang suatu
konsep, ataupun pada kasus-kasus dimana upaya untuk menggabungkan
semua informasi yang relevan ke dalam satu representasi akan
mempersulit tugas siswa. Pada setiap kasus, terdapat dua sub bagian
pada kategori ini, (a) dimana setiap representasi menyimbolkan
aspek-aspek yang unik dari suatu konsep dan menyajikan informasi yang
berbeda, dan (b) dimana terdapat tingkat informasi yang berlebihan
dibagi oleh dua informasi yang sama-sama unik.
Fungsi kedua dari Multiple Representations adalah untuk membantu
pembelajar membangun pemahaman yang lebih baik terhadap suatu
konsep dengan menggunakan satu representasi untuk membatasi
interpretasi mereka terhadap representasi yang kedua. Hal ini dapat
dicapai melalui dua cara: pertama, dengan memanfaatkan representasi
yang biasa dikenal untuk mendukung interpretasi dari representasi yang
kurang baisa dikenal atau lebih abstrak. Kedua, dengan menggali
sifat-sifat inheren satu representasi untuk membatasi interpretasi representasi
kedua.
Fungsi ketiga Multiple Representations adalah untuk membangun
pemahaman yang lebih dalam. Pada fungsi ini multi representasi dapat
digunakan untuk meningkatkan abstraksi, mendukung generalisasi, dan
13
Untuk mengevaluasi skill multi representasi digunakan rubrik dengan 5
tingkat pensekoran. Berikut ini salah satu bentuk rubrik untuk menilai
skill multi representasi siswa menurut Hwang, dkk (2007: 197):
Tabel 2.1 Rubrik Penilaian Multi Representasi
Skor Kriteria
5 Jawaban benar, penjelasan secara matematis dan verbal atau grafik keduanya benar dan lengkap
4 Jawaban benar, penjelasan secara matematis dan verbal atau grafik keduanya benar tetapi kurang lengkap
3 Jawaban benar, penjelasan secara matematis benar tetapi tidak ada penjelasan secara verbal atau grafik
2
Jawaban tidak tepat, alasan secara matematis terlihat baik
namun kurang tepat. Atau, jawaban benar tetapi tidak ada
penjelasan secara matematis
1 Sudah mencoba untuk menyelesaikan permasalahan
Sumber: Hwang, dkk (2007:197)
Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan multi representasi
menurut Yusup (2009: 2) yaitu:
a) Multi kecerdasan (multiple intelligences)
Menurut teori multi kecerdasan, orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda memberikan kesempatan belajar yang optimal dabi setiap jenis kecerdasan.
b) Visualisasi bagi otak
Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representai konkret.
c) Membantu mengonstruksi representasi tipe lain
Beberapa representasi konkret membantu dalam mengkonstruksi representasi yang lebih abstrak
14
e) Representasi matematis yang abstrak digunakan untuk penalaran Representasi matematis yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif dimana representasi matematis dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif terhadap soal.
3. Pemecahan Masalah Fisika dengan Multi Representasi
Masalah (problem) berasal dari bahasa Yunani, yaitu problema yang
berarti kendala. Santyasa (2004) menyatakan problem adalah suatu
situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan
individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Pemecahan masalah
(problem solving) adalah upaya peserta didik untuk menemukan jawaban
masalah yang dihadapi berdasarkan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya (Santyasa, 2004).
Khaeruddin et al. (2009) menyatakan kemampuan memecahkan masalah
juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu individu atau kelompok
untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki
sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang lumrah.
Kemampuan memecahkan masalah dibangun oleh konsep-konsep materi
dan cara/ langkah untuk memecahkan masalahnya. Dalam hal ini,
konsep-konsep materi berperan penting dalam memecahkan masalah.
Bila siswa memiliki konsep yang kaya akan representasi, maka
kemampuan pemecahan masalah akan baik pula, tidak hanya sebatas
mengingat atau recall task. Empat komponen yang harus diskor dalam
rangka penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah yang
15
merencanakan solusi, 3) melaksanakan rencana solusi, dan 4)
pengecekan dan evaluasi.
Menurut Santyasa (2011: 2) Gagasan Pengembangan pemahaman
konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika bagi siswa dilandasi
oleh beberapa konsepsi teoritis, yaitu:
a. Konsepsi fisika merupakan subyek yang senantiasa mengalami perubahan (Wenning, 2006).
b. Belajar fisika bukanlah menghafal fakta tetapi tentang komprehensi dan matematika (Zhaoyao, 2002:8) c. Belajar fisika membutuhkan pembelajaran berorientasi
masalah (Oman & Oman, 1997:xvii).
Pada representasi, sebelum siswa bisa menyelesaikan masalah siswa
harus memahami dahulu tahapan tugas kognitif yang terkait dengan
representasi, yaitu:
1. Siswa harus memahami suatu representasi (yaitu: mana yang merupakan bentuk dan operator dari suatu representasi). 2. Siswa harus memahami hubungan antara representasi dan
domainnya.
3. Siswa harus menerjemahkan antar representasi.
4. Jika representasi dirancang mereka sendiri, siswa perlu memilih dan membangun representasi yang sesuai.
(Ainsworth et al., 2001)
Izsak & Sherin (2003) menyatakan bahwa pengajaran dengan melibatkan
multi representasi memberikan konteks yang kaya bagi siswa untuk
memahami suatu konsep. Penggunaan multi representasi dapat
membantu guru dalam mengindentifikasi tiga dimensi pembelajaran yang
16
1) representasi memberi peluang kepada guru untuk dapat menilai
pemikiran siswa;
2) representasi memberi peluang guru untuk menggunakan teknik
pedagogik yang baru;
3) representasi memudahkan guru untuk menjembatani antara
pendekatan konvensional dan pendekatan modern.
Pembelajaran fisika dengan menggunakan multi representasi dapat
dilakukan dalam dua bentuk, bentuk pertama adalah dalam proses
pembelajaran dan bentuk kedua dalam proses evaluasi. Kedua bentuk
tersebut sebaiknya diterapkan dalam satu kesatuan. Dalam masalah multi
representasi, tes berbentuk uraian terstruktur akan mengarahkan siswa
untuk membuat multi representasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut. Arahan yang diberikan kepada siswa dalam multi
representasi yang diberikan disesuaikan dengan daftar langkah pemecahan
masalah dalam pembelajaran. Langkah-langkah tersebut disesuaikan
dengan prosedur yang diberikan Van Heuvelen et al. dalam Rosengrant
(2007: 56) yaitu:
1. Menggambar dan menerjemahkan masalah yang ditanyakan. Mendeskripsikan keadaan yang terdapat dalam soal, masukkan semua informasi yang diketahui dari soal tersebut dan memilih sistem dari setiap objek serta membuat daftar interkasi antara objek dengan sistem.
2. Menyederhanakan permasalahan tersebut.
Mengganggap sistem seperti partikel, mengabaikan beberapa interaksi dengan lingkungannya.
3. Menggambarkan bentuk fisisnya.
17
diagram), diagram muka gelombang (wafe front diagram) dan diagram keadaan energi (energy state diagram)
4. Menggambarkan bentuk matematisnya.
Menggambarkan bentuk matematisnya dengan mengaplikasikan hukum-hukum dalam fisika ke dalam bentuk matematisnya. Dan hitunglah nilainya.
5. Mengevaluasi.
Menyelesaikan jawaban tersebut dengan memberikan satuan untuk setiap jawaban.
Kemampuan representasi sangat berhubungan dengan pemecahan
masalah. Montague (2007) mengatakan bahwa pada dasarnya pemecahan
masalah mempunyai dua langkah, yaitu representasi masalah dan
menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah yang sukses tidak mungkin
tanpa representasi masalah yang sesuai. Representasi masalah yang
sesuai adalah dasar untuk memahami masalah dan membuat suatu
rencana untuk memecahkan masalah. Siswa yang mempunyai kesulitan
dalam merepresentasikan masalah akan memiliki kesulitan dalam
melakukan pemecahan masalah. Dengan demikian seiring dengan
pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika,
maka kemampuan representasi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
pemecahan masalah juga berperan dalam pembelajaran fisika.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam multi
representasi, tujuan memecahkan soal fisika adalah merepresentasi
proses secara fisik melalui berbagai cara; verbal, sketsa, diagram, grafik
dan persamaan-persamaan matematis. Deskripsi verbal yang abstrak
dihubungkan dengan representasi matematis yang abstrak oleh
18
4. Inkuiri Terbimbing
Menurut Ahmadi (1997: 76), Inkuiri berasal dari kata “inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri
berarti penyelidikan”. Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan
dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk
mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari
suatu gejala.
Wayne Welch dalam Koes (2003: 12-13) berpendapat bahwa, “metode
penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri”. Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan, pengukuran,
eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental.
Syarat-syarat Penerapan Inquiri
Adapun syarat-syarat penerapan model inquiri adalah:
1) Merumuskan topik inquiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa
2) Membentuk kelompok yang seimbangan, baik akademik maupun
sosial
3) Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada
kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.
4) Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi
antarpribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas
5) Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan
kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai
19
Inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk
mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari
suatu gejala. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu dimana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan
awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif
dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang
kurang berpengalaman belajar dengan pembelajaran inkuiri. Dengan
model pembelajaran ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan
dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep
pelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa akan dihadapkan pada
tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi
kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan
masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Menurut Suryosubroto (2002: 201) yaitu:
20
terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.
Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa
artinya, siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa secara
aktif dalam menemukan sendiri konsep-konsep dengan permasalahan
yang diberikan atau dipilih oleh guru.
Suryosubroto (2002: 201) memberikan beberapa kelemahan dalam
inkuiri, antara lain:
1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini.
2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
3. Harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin
mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.
Kelemahan inkuiri terbimbing ini siswa belum terbiasa untuk
melaksanakan proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa
mengandalkan guru. Tanpa siswa terlibat langsung dan aktif dalam
proses belajarnya.
Menurut Memes (2000: 42), ada enam langkah yang diperhatikan dalam
21
Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan
berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha
mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran
sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.
Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang
belum berpengalaman belajar dengan pembelajaran inkuiri. Pada
tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa
pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri
arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan
permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan
pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui
pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus
untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik
kesimpulan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), siswa
mengembangkan cara kerja untuk menyelidiki pertanyaan yang diberikan
22
B. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh
kemampuan membangun mode representasi terhadap pemecahan masalah
fisika materi konsep gerak siswa SMP. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk
variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan membangun mode
representasi (X), variabel moderator dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen berbabasis inkuiri (Z), sedangkan variabel terikatnya adalah
pemecahan masalah fisika (Y).
Karena secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan
menginterpretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai
komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan maupun tulisan. Format
representasi yang berbeda tersebut digunakan sesuai dengan materi yang akan
disampaikan dalam pembelajaran, Sebagai contoh, penulisan (writing) cocok
untuk menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian. Demikian pula dengan
grafik, dapat digunakan untuk mengetahui hubungan dari suatu variabel,
dengan verbal, siswa mendapatkan informasi tentang definisi dan penjelasan
sesuatu sehingga menstimulasi siswa untuk menggunakan penalarannya dan
mengambil suatu keputusan dalam menyelesaikan masalahnya. Sedangkan
dengan persamaan matematis dapat membantu menyelesaikan suatu
permasalahan empirik. Representasi-representasi tersebut saling terkait
23
siswa telah mengembangkan kemampuan berpikir (kognitif dan psikomotor).
Dari berbagai fungsi representasi tersebut maka seseorang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir dan memahami suatu konsep dari
materi sehingga dapat memecahkan permasalahan fisika dengan baik.
Penerapan suatu strategi, model atau metode dalam pembelajaran fisika,
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa
secara konstruktif dan mengarah pada penguasaan materi, karena itu dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode
pembelajaran yang tepat, efisien, efektif dan mengena pada tujuan yang
diharapkan. Metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa,
mengembangkan minat serta kemampuan representasi suatu konsep sehingga
tentunya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan berbagai masalah
fisika, salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing.
Dalam pelaksanaannya metode inkuiri juga akan menuntut siswa untuk lebih
aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar, karena siswa akan mengalami
banyak tahapan dalam pembelajaran inkuiri mulai tahap persiapan, melakukan
percobaan, dan membuat kesimpulan dalam bentuk laporan atau penyajian.
Dengan banyaknya aktivitas dan kegiatan siswa disekolah maupun diluar
sekolah demikian maka akan meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan karena siswa terlibat langsung dalam
24
Dengan memberikan penjelasan yang lebih kompleks maka siswa dapat
menetukan strategi dan taktik yang tepat digunakan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh variabel
moderator terhadap variabel bebas dan terikat, maka dapat dijelaskan dengan
paradigma penelitian seperti berikut:
Gambar 2.3 Bagan Paradigma Pemikiran
Keterangan:
X : Kemampuan membangun mode representasi (variabel bebas)
Q : Metode eksperimen berbasis inkuiri terbimbing (variabel moderator)
Y : Pemecahan masalah fisika (variabel terikat)
RXY : Pengaruh kemampuan membangun mode representasi (X) terhadap
pemecahan masalah fisika (Y)
RQ : Pengaruh metode eksperimen berbasis inkuiri terbimbing (Q) pada
proses pemecahan masalah fisika (Y) dengan penerapan kemampuan
membangun mode representasi (X) RXY
RQ
X Y
25
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang akan diuji sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat pengaruh kemampuan membangun mode representasi
terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan inkuiri
terbimbing.
H1 : Terdapat pengaruh kemampuan membangun mode representasi
terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan inkuiri
26
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7 SMP Negeri 8
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 262
orang siswa.
2. Sampel
Dari 11 kelas yang ada hanya diambil satu kelas sebagai sampel yaitu
kelas VIIc. Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil kelas
sampel yaitu menggunakan teknik random sampling.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga bentuk variabel penelitian yaitu variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kemampuan membangun mode representasi (X), sedangkan variabel
terikatnya adalah pemecahan masalah fisika SMP (Y), dan variabel moderator
27
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Soal kemampuan membangun mode representasi menggunakan instrumen
berbentuk uraian. Tes ini dapat mengetahui kemampuan siswa dalam
menganalisis dan menguraikan mode representasi dari sebuah objek.
2. Soal pemecahan masalah fisika menggunakan instrumen berbentuk uraian.
Tes uraian digunakan pada saat posttest di akhir pertemuan. Dari hasil tes
ini dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar yaitu
pemecahan masalahnya.
D. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu instrumen
harus diuji menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang hendak diukur. Artinya, instrumen itu dapat
mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang
valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Setyosari, 2012).
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi produk
28
� = � − ( )
� 2− ( )2 � 2− ( )2
Keterangan:
� = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas
= Skor butir soal
= Skor total
� = Jumlah sampel
Arikunto (2008: 72)
Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap
memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Sugiyono, 2010: 188)
Berdasarkan kutipan di atas jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Pengujian validitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0 dengan
kriteria uji bila correlated item – total correlation lebih besar
29
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen
tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu
mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya (Setyosari, 2012 : 200).
Maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen
didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa
untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
�11 = −
1 1− �12
��2
Di mana:
�11 = reliabilitas yang dicari
��2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
��2 = varians total
(Arikunto, 2008: 109)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 21.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur
30
Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel
jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran
kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
Setelah instrumen valid dan reliabel, soal dapat digunakan apabila
memenuhi kriteria reliabel dan sangat reliabel. kemudian instrumen akan
diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh
dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data kemampuan membangun mode representasi diperoleh dari 5 butir soal
yang diberiakn pada setiap akhir pembelajaran. Begitu pula untuk
pengumpulan data pemecahan masalah diperoleh dari posttest yang terdiri
dari 7 butir soal. Siswa akan memperoleh skor yang besarnya ditentukan dari
banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar sesuai rubrikasi
31
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Proses analisis untuk data kemampuan membangun mode representasi
siswa dan pemecahan masalah adalah dengan menilai hasil dari jawaban
siswa pada soal yang telah diberikan dengan mengacu pada nilai
pensekoran yang telah dijelaskan di teknik pengumpulan data.
Perhitungan skor rata-rata dari setiap siswa dapat diperoleh
menggunakan rumus:
=
�× 100
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan.
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.
N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yaitu:
H0 : Tidak terdapat pengaruh kemampuan membangun mode
representasi terhadap pemecahan masalah fisika dengan
menerapkan inkuiri terbimbing.
H1 : Terdapat pengaruh kemampuan membangun mode representasi
terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan inkuiri
32
Hipotesis diuji menggunakan data kemampuan membangun mode
representasi dan pemecahan masalah dianalisis menggunakan uji sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dilakukan menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu
Kolmogrov-Smirnov menggunakan bantuan program komputer
SPSS 21.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis
pengujiannya yaitu:
� = data terdistribusi secara normal
�1 = data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ≤ 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka
distribusinya adalah normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program
33
0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila
signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05; dan jika F hitung > F tabel
maka H0 ditolak dan sebaliknya. Serta jika t hitung > t tabel maka H0
ditolak dan sebaliknya.
(Priyatno, 2010)
c. Uji Regresi Linear Sederhana
Uji regresi merupakan uji yang digunakan untuk meramalkan suatu
variabel terikat (Y) berdasar satu variabel bebas (X) dalam suatu
persamaan linear. Pengamatan pasangan variabel X dan Y digambar
dengan diagram titik dan kemudian titik tersebut dihuubungkan
sehingga membentuk pola garis. Pola garis tersebut secara matematis
dapat didekati dengan suatu garis lurus atau persamaan linear yaitu:
= +
Keterangan:
= variabel terikat
= varibel bebas
= intersep
= koefesien regresi/ slop
Nilai dan dapat ditentukan dengan cara berikut:
= ( )(
2)− ( )
2 − ( )2
= ( )−( )( )
34
Untuk mempermudah menganalisis hubungan antar variabel
menggunakan bantuan program komputer SPSS 21.0 dengan uji
Linear Regression. Dengan ketentuan pengujian, jika t hitung mutlak
> t tabel maka H0 ditolak. Jika t hitung mutlak < t tabel maka H0
diterima. Berikut hipotesis untuk uji koefisien a dan b:
Hipotesis uji koefisien a
H0 = koefisien a tidak signifikan
H1 = koefisien a signifikan
Hipotesis uji koefisien b
H0 = koefisien b tidak signifikan
H1 = koefisien b signifikan
59
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membangun mode representasi mempengaruhi pemecahan
masalah fisika bagi siswa SMP. Pengaruh yang ditimbulkan sebesar 85,3%
yang merupakan nilai koefisen determinasi (R Square), dengan persamaan
regresi = 9,167 + 0,921 .
B. Saran
Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kemampuan membangun
mode representasi dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di
sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah.
2. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggunakan berbagai
jenis format representasi agar setiap jenis kemampuan yang dimiliki siswa
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Liliasari., A. Rusli, & Bruce Waldrip. 2011. Implementasi pembelajaran berbasis multi representasi untuk peningkatan penguasaan konsep fisika kuantum. Jurnal Pendidikan Cakrawala. Yogyakarta: LPM UNY.
Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Ainsworth, S. 1999. The Functions of Multiple Representations. ESRC Centre for Research in Development, Instruction and Training, School of Psychology, University Park, University of Nottingham, Nottingham, NG7 2RD, UK.
Ainsworth, S., Labeke, V.N. & Peevers, G. 2001. Learning with Multiple
Representations. Tersedia dalam: http://www.psychology [Diakses 19 Juni 2013].
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dufresne, R. J., W. Gerace, & W. Leonard. 1997. Solving Physics Problems with Multiple Representations. Phys. Teach. 35, 270-275.
Fadillah, Syarifah. 2008. Representasi Dalam Pembelajaran Matematik. Tersedia dalam: http://fadillahatick.blogspot.com/2013//07 [Diakses 10 Juli 2013].
Goldin, G. A. 2002. “Representation in Mathematical Learning and Problem Solving. “ Dalam L. D English (Ed). Handbook of International Research in Mathematics Education (IRME). New Jersey : Lawrence Erlbaum
Associates.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hwang, W.-Y., Chen, N.-S., Dung, J.-J., & Yang, Y.-L. 2007. Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society, 10 (2), 191-212.
Khaeruddin., Nurhayati., & Rahmayanti. 2009. Peranan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa SMA Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang. JSPF. 9. 43-50. Tersedia dalam http://digilib.unm.ac.id. [Diakses 05 April 2014].
Koes H, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung: JICA.
Kohl, B.P., & Finkelstein, Noah D. 2006. Effect of instructional environment on
physics students’ representational skills. Physical Review Special Topics-Physics Education Research. 2, 010102 – 2006.
Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.
Montague, M. 2007. Math Problem Solving for Middle School Students with Disabilities. [on-line]. Tersedia dalam:
http://www.k8accesscenter.org/training resources/MathProblemSolving.asp. [Diakses 20 Maret 2014].
Polya, G. 1971. How to solve It. Second Edition. New Jersey: Princeton University Press.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.
Rosengrant, D., Etkina, E., & Heuvelen, A.V. 2007. An Overview of Recent Research on Multiple Representations. Rutgers, The State University of New Jersey GSE, 10 Seminary Place, New Brunswick NJ, 08904.
Rosengrant, D. 2007. Multiple Representations And Free-Body Diagrams: Do Students Benefit From Using Them?. Dissertation state University of Jersey. Tersedia dalam:
http://science.kennesaw.edu/~drosengr/Rosengrant_Dissertation.pdf [Diakses 10 Juli 2013]
Santyasa, I W. 2004. Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V, tanggal 5-9 Oktober 2004, di Surabaya.
Santyasa, I W. 2011. Pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika bagi siswa SMA dengan Pemberdayaan Model perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. (online) Journal Tersedia dalam:
http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENGEMBANGAN_PEMAHA MAN_KONSEP.pdf [Diakses 09 Agustus 2013].
Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik.Yogyakarta : C.V Andi Offset.