• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kemampuan Membangun Mode Representasi terhadap Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri Terbimbing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kemampuan Membangun Mode Representasi terhadap Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri Terbimbing"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBANGUN MODE REPRESENTASI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH FISIKA DENGAN

MENERAPKAN INKUIRI TERBIMBING

Oleh SANDI MONIKA

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung,

masih banyak siswa yang menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit

karena banyak menggunakan rumus matematis dan banyak pengembangan

konsepnya. Diduga kesulitan siswa disebabkan kemampuan siswa untuk

membangun mode representasi seperti mengoperasikan rumus fisika secara

matematika, membuat grafik dan tabel masih kurang. Materi gerak memiliki

beberapa format representasi seperti persamaan matematis, grafik hubungan antar

variabel, tabel serta penggunaan simbol dan satuan. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemampuan membangun mode

representasi terhadap pemecahan masalah fisika melalui model pembelajaran

inkuiri terbimbing dengan pendekatan multi representasi. Penelitian ini dilakukan

di SMP Negeri 8 Bandar Lampung, menggunakan satu kelas yaitu kelas VIIC

dengan jumlah sampel 24 siswa. Data kemampuan membangun mode representasi

(2)

Sandi Monika

iii masalah diperoleh melalui 7 butir soal yang diberikan pada akhir pembelajaran.

Sebelum dilakukan uji regresi, data kemampuan representasi dan pemecahan

masalah dikenakan uji normalitas dan uji linieritas yang dianalisis dengan bantuan

SPSS 21. Kemudian untuk menguji pengaruh dilakukan uji regresi linear

sederhana antara data kemampuan membangun mode representasi dan data

kemampuan pemecahan masalah.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara kemampuan

membangun mode representasi terhadap pemecahan masalah fisika, dengan

kontribusi sebesar 85,3% yang merupakan nilai koefisien determinasi (R Square).

Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,924 dan persamaan regresinya adalah

Y’ = 9,167 + 0,921 X.

Kata kunci : gerak, inkuiri terbimbing, kemampuan membangun mode

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat, pada Tanggal 8

Desember 1992, sebagai anak kedelapan dari delapan bersaudara dari pasangan

Bapak Rolib Rozali dan Ibu Minarsih.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di SD Negeri 1 Pagar

Iman dan diselesaikan tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 2 Tulang Bawang Tengah (TBT) hingga tahun 2007.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Al-Azhar 3 Bandar

Lampung dan diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis

terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan

MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Lingkungan Pantau, Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatam Balik Bukit, Kabupaten

Lampung Barat, bersamaan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMP Negeri 2 Liwa, Lingkungan Pantau, Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatan

Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat dan pada tahun 2014 penulis

(8)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,

ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

Bati dan Ibu tercinta dengan ketulusan do’a, keringat dan

air mata serta kasih sayang tanpa putus, senantiasa memberikan dorongan

untuk keberhasilan penulis

Kakak-kakakku tersayang

yang selalu memberikan semangat dan menantikan keberhasilan penulis

(9)

MOTO

“Bersyukur itu tidak berhenti pada menerima apa adanya saja, tapi terutama bekerja keras untuk mengadakan yang terbaik”

(Mario Teguh)

“Bekerja keras dan berusaha lakukan yang terbaik, hasilnya biar Tuhan yang tentukan”

(10)

xi SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Membangun Mode Representasi

terhadap Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri Terbimbing”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di

Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan

ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Bapak Wayan Suana, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya

(11)

xii 6. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan dan saran untuk perbaikan skripsi.

7. Bapak Nengah Maharta, Bapak Eko Suyanto, Bapak Undang Rosidin, Ibu

Viyanti, Ibu Kartini Herlina, Bapak Wayan Distrik, Bapak Feriansyah

Sesunan, Bapak Ismu Wahyudi, Bapak I Dewa Putu Nyeneng, Bapak Doni

Andra dan Bapak Antomi Saregar selaku dosen yang telah memberikan ilmu

bagi penulis.

8. Bapak Sudjasman, S.H., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung

beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Ibu Sri Rosmawati, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIIC SMP

Negeri 8 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

10.Seseorang yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis,

Terimakasih atas saran, kritik, do’a dan kebersamaannya.

11.Sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika 2010 Kelas B: Andrian, Heru, Andi,

Tawag, Tofan, Mirza, Dewi, Meitikasari, Vandan, Rosita, Shela, Ismi, Novel,

Rika, Cory, Yunita, Beti, Gusriana, April, Ratri, Nani, Maria, Inayah, Kadek,

Imas, Liza, Novita, Dodo, Didi, Risky, dan Trian.

12.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2010 kelas A yang telah memberikan motivasi

untuk tetap semangat.

13.Adik tingkat P.Fisika angkatan 2011, 2012, dan 2013.

14.Teman-teman KKN dan PPL Pantau: Abi sofyan, Aan Purwanto, Tri Fauzi,

Tiara Putri, Imelda Ayu, Merlyana, Meitika, Dania Evirianti, Heni Gusti,

Dewi Yunita, Silvana Yulanda dan Ully. Terima kasih atas kebersamaannya.

(12)

xiii Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,

serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi ... 7

2. Kemampuan Membangun Mode Representasi ... 10

3. Pemecahan Masalah Fisika dengan Multi Representasi ... 14

4. Inkuiri Terbimbing ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 22

C. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

B. Variabel Penelitian ... 26

(14)

xv

D. Analisis Instrumen ... 27

1. Uji Validitas ... 27

2. Uji Reliabilitas ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 31

1. Analisis Data ... 31

2. Pengujian Hipotesis ... 31

a. Uji Normalitas ... 32

b. Uji Linearitas ... 32

c. Uji Regresi Linier Sederhana ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

a. Data Kemampuan Membangun Mode Representasi ... 46

b. Data Pemecahan Masalah ... 47

4. Hasil Uji Penelitian ... 48

a. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi dan Posttest Pemecahan Masalah ... 48

b. Hasil Uji Linieritas Data Kemampuan Representasi dan Posttest Pemecahan Masalah ... 49

c. Hasil Uji Regresi Data Kemampuan Representasi dan Posttest Pemecahan Masalah ... 50

5. Keputusan Hipotesis ... 51

B. Pembahasan ... 52

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

(15)

xvi LAMPIRAN

1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar ... 65

2. Silabus ... 70

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 77

4. Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 93

5. Kisi-kisi Soal Posttest... 107

6. LP 1 : Lembar Posttest Pemecahan Masalah ... 115

7. Rubrikasi Posttest ... 118

8. LP 2 : Kemampuan Representasi ... 126

9. Kunci Jawaban Kemampuan Representasi ... 132

10.Rubrikasi Kemampuan Representasi ... 140

11.Data Hasil Uji Instrumen Soal Kemampuan Representasi ... 142

12.Data Hasil Uji Instrumen Soal Pemecahan Masalah ... 143

13.Data Posttest Pemecahan Masalah ... 144

14.Data Hasil Rekapitulasi Posttest Pemecahan Masalah ... 145

15.Data Kemampuan Representasi ... 146

16.Data Hasil Rekapitulasi Kemampuan Representasi ... 147

17.Hasil Uji Validitas Soal Posttest Pemecahan Masalah ... 148

18.Hasil Uji Validitas Soal Kemampuan Representasi ... 151

19.Hasil Uji Reliabilitas Soal Posttest Pemecahan Masalah ... 152

20.Hasil Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Representasi ... 153

21.Hasil Uji Normalitas Kemampuan Representasi - Pemecahan Masalah (Posttest) ... 154

22.Hasil Uji Linearitas Kemampuan Representasi - Pemecahan Masalah (Posttest) ... 155

23.Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Kemampuan Representasi -Pemecahan Masalah (Posttest) ... 157

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Rubrik Penilaian Multi Representasi ... 13

4.1 Hasil Uji Validitas Soal ... 36

4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 37

4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi dan Posttest

Pemecahan Masalah ... 49

4.4 Hasil Uji Linearitas Data Kemampuan Representasi dan Posttest

Pemecahan Masalah ... 50

4.5 Hasil Uji Regresi Data Kemampuan Representasi dan Posttest

Pemecahan Masalah ... 50

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Interaksi Timbal Balik Antara Representasi Internal dengan

Representasi Eksternal ... . 9

2.2 Fungsi Taksonomi Multiple Representations menurut Ainsworth ... 11

2.3 Bagan Paradigma Pemikiran ... 24

4.1 Distribusi Kemampuan Mode Representasi ... 46

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk

mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep.

Selain itu representasi juga berperan dalam proses penyelesaian masalah.

Berbagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran, dapat membuat siswa

belajar lebih efektif sehingga memberikan hasil yang berbeda, khususnya

terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan, representasi siswa dari

suatu masalah yang sangat mirip diajukan dalam penyajian berbeda dapat

menghasilkan hasil yang berbeda. Siswa dapat memahami suatu materi

pelajaran tergantung dari format representasi yang digunakan. Apakah itu

representasi verbal (ucapan/perkataan, kata-kata), visual (grafik, gambar,

bagan balok, peta konsep, diagram), persamaan matematika ataupun simulasi

komputer. Kemampuan representasi bukanlah sekedar membuat suatu

gambar, suatu diagram, tabel atau grafik dari suatu masalah tetapi jenis dari

representasi yang dipilih untuk menggambarkan suatu masalah dan

hubungannya dengan komponen-komponen yang terdapat dalam masalah

(19)

2

dalam suatu imajinasi jika menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian

dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil observasi dengan melakukan wawancara terhadap guru

IPA SMP Negeri 8 Bandar Lampung didapatkan informasi bahwa, guru

masih jarang menggunakan grafik, gambar ataupun diagram sebagai bentuk

representasi lain dari sebuah konsep, namun guru cenderung lebih

menggunakan penjelasan verbal dan pembahasan soal-soal latihan, siswa

tidak ditantang untuk menjelaskan konsep yang sama dengan menggunakan

representasi lain. Hal ini sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam

menyelesaikan berbagai masalah fisika dalam pembelajaran. Selain itu, tugas

yang diberikan didominasi oleh tugas untuk mengerjakan LKS yang pada

umumnya hanya terdiri dari soal-soal latihan yang disajikan secara verbal.

Siswa hanya menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang ditanyakan soal

tanpa ada pengembangan jawaban. Khususnya pengembangan representasi

yang lain seperti yang diharapkan dan cenderung memiliki anggapan bahwa

belajar fisika berarti belajar untuk menghafal rumus dan menyelesaikan

masalah secara matematis. Hasil observasi juga menunjukkan, untuk kelas

VII ternyata masih banyak siswa yang belum bisa mencapai Kriteria

Kelulusan Minimal dengan standar nilai 70 yang telah ditetapkan disekolah.

Terutama untuk IPA terpadu khusunya fisika 35% siswa belum mencapai

kriteria kelulusan minimal yang ditetapkan. Data ini diperoleh dari data ujian

(20)

3

Sampai sekarang kebanyakan guru sekolah menengah mengajarkan fisika

dengan metode ceramah, problem solving, dan kadang-kadang praktikum.

Suatu masalah yang rumit akan menjadi lebih sederhana jika menggunakan

representasi yang sesuai dengan permasalahan tersebut, sebaliknya konstruksi

representasi yang keliru membuat masalah lebih sukar untuk dipecahkan.

Untuk memahami konsep-konsep fisika, siswa perlu terampil dalam

merepresentasikan suatu konsep dalam banyak cara, kemampuan multi

representasi yang baik akan mempermudah memecahkan masalah-masalah

fisika yang dihadapi. Siswa akan melakukan pemecahan masalah dengan

menggunakan representasi yang baik, bila selama proses pembelajarannya

pun siswa diberikan representasi-representasi terkait konsep-konsep yang

diberikan. Sehingga siswa akan terbiasa memecahkan masalah dengan multi

representasi.

Materi fisika yang menjadi fokus peneliti dalam penelitian ini adalah gerak,

karakteristik dari materi gerak ini yaitu, terdapat penggunaan simbol-simbol

matematis dan satuan, memiliki grafik berbagai hubungan antar variabel serta

rumus-rumus matematis pada penerapannya. Pemilihan materi tersebut juga

dilakukan karena konsep gerak sangat akrab dengan keseharian siswa SMP,

dan merupakan salah satu konsep dalam fisika yang diperkirakan memiliki

banyak peluang terjadinya miskonsepsi. Di samping itu, umumnya siswa

SMP mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep

yang berkaitan dengan gerak, misalnya dalam menentukan kerangka acuan

bagi benda yang dikatakan sedang bergerak, membedakan antara jarak

(21)

4

kecepatan dan percepatan pada benda yang bergerak beraturan dengan yang

bergerak berubah beraturan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan

pembelajaran yang interaktif dan membangkitkan keaktifan siswa sehingga

menjadikan materi yang disampaikan lebih mudah dipahami dan

meminimalisir terjadinya miskonsepsi.

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka telah dilakukan penelitian

eksperimen untuk melihat seberapa besar pengaruh kemampuan membangun

mode representasi tersebut terhadap pemecahan masalah fisika, dengan judul

“Pengaruh Kemampuan Membangun Mode Representasi terhadap

Pemecahan Masalah Fisika dengan Menerapkan Inkuiri Terbimbing ”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh

kemampuan membangun mode representasi terhadap pemecahan masalah

fisika dengan menerapkan inkuiri terbimbing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kemampuan membangun

mode representasi terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan

(22)

5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah:

1. Dapat meningkatkan kemampuan representasi siswa sehingga dapat

membantu menyelesaikan pemasalahan pada pelajaran fisika.

2. Dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif baru dalam menambah

pengetahuan secara teoritis sehingga dalam kegiatan pembelajaran

dapat dinyatakan berhasil dan tercapainya tujuan pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi

masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk

menemukan solusi dalam pemecahan masalah pada saat pembelajaran

fisika.

2. Kemampuan membangun mode representasi adalah suatu cara yang

dikembangkan untuk menyatakan suatu konsep dalam berbagai cara

dan bentuk. Mode representasi pada penelitian ini dibatasi pada

representasi verbal, visual (grafik, gambar), dan persamaan

matematika.

3. Pemecahan masalah adalah upaya individu atau kelompok untuk

menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki

(23)

6

4. Inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam

pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup

luas kepada siswa.

5. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIIc SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah

siswa 24 orang.

6. Materi fisika yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Gerak dengan submateri Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan

(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Representasi

Menurut Goldin (2002) representasi adalah sebuah kofigurasi (bentuk

atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau

melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi juga merupakan

sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek dan

atau proses (Rosengrant et al., 2007).

Berbagai pakar juga mengungkapkan definisi yang berbeda-beda

tentang representasi seperti yang dikutip Fadillah (2008):

1. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematisa (Jones & Knuth, 1991).

2. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu, untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi (Parmentier dalam Ludlow, 2001:39).

(25)

8

Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

representasi merupakan suatu bentuk pengganti untuk menjelaskan suatu

konsep dari suatu masalah yang digunakan untuk menemukan solusi

dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan interpretasi pikirannya

menjadi lebih bermakna.

Representasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu representasi internal dan

representasi eksternal. Representasi internal dari seseorang sulit untuk

diamati secara langsung karena merupakan aktivitas mental dari

seseorang dalam pikirannya (minds-on). Tetapi reprsentasi internal

seseorang itu dapat disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi

eksternalnya dalam berbagai kondisi misalnya dari pengungkapan

melalui kata-kata (lisan), melalui tulisan berupa simbol, gambar, grafik,

tabel ataupun melalui alat peraga (hands-on) (Fadillah, 2008). Dengan

kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi internal dan

eksternal dari seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu masalah.

Representasi internal tak bisa diamati secara kasat mata, hal ini

dikarenakan hanya masing-masing siswa saja yang tahu sampai mana

pemahaman mereka terhadap suatu materi yang disajikan. Oleh karena

itu, untuk mengetahui representasi internal yang ada dalam diri siswa

maka kita dapat meminta siswa untuk mentrasformasikannya representasi

internal tersebut menjadi reprsentasi eksternal.

Proses interaksi antara representasi internal dan representasi eksternal

(26)

9

Gambar 2.1 Interakasi Timbal Balik antara Reprsentasi Internal dan Representasi Eksternal

Hal ini didukung oleh pernyataan Abdurrahman et al. (2011: 33):

Melalui representasi yang multimodal akan menciptakan suasana pembelajaran dengan peran aktif seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa, mengaktifkan kemampuan belajar (learning ability) siswa baik minds-on maupun hands-on, merupakan faktor yang sering menjadi masalah dalam pembelajaran fisika.

Menurut Yusup (2009: 1) dalam fisika ada beberapa format representasi

yang dapat dimunculkan. Format-format tersebut antara lain:

a. Dekripsi verbal

Untuk memberikan definisi suatu konsep, verbal adalah satu cara yang tepat untuk digunakan.

b. Gambar/diagram

Suatu konsep akan menjadi lebih jelas ketika dapat kita representasikan dalam bentuk gambar. Gambar dapat membantu memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat abstrak. Dalam fisika banyak bentuk diagram yang sering digunakan sesuai konsep, antara lain diagram gerak, diagram benda bebas (free body diagram), diagram garis medan (field line diagram), diagram rangkaian listrik (electrical circuit diagram), diagram sinar (ray diagram), diagram muka gelombang (wave front diagram), diagram keadaan energy (energy state diagram).

c. Grafik

Penjelasan yang panjang terhadap suatu konsep dapat kita representasikan dalam satu bentuk grafik. Oleh karena itu kemampuan membuat dan membaca grafik adalah keterampilan yang sangat diperlukan.

d. Matematis

Untuk menyelesaikan persoalan kuantitatif, representasi

matematis sangat diperlukan. Namun penggunaan representasi kuantitatif ini akan banyak ditentukan keberhasilannya oleh penggunaan representasi kualitatif secara baik. Pada proses Representasi internal Representasi eksternal

iii

(27)

10

itulah tampak bahwa siswa tidak seharusnya menghapalkan semua rumus-rumus atau persamaan-persamaan matematis. e. Simulasi computer

Untuk beberapa masalah, representasi dengan animasi komputer dapat menerangkan situasi siswa dan membantu mereka

memperagakan pemikiran nyata mereka. Representasi ini lebih murah dibandingkan dengan menggunakan alat langsung yang biayanya lebih mahal.

2. Kemampuan Membangun Mode Representasi

Kemampuan membangun mode representasi adalah suatu cara yang

dikembangkan untuk menyatakan suatu konsep dalam berbagai cara dan

bentuk (Multiple Repesentations). Mode representasi merupakan suatu

model atau bentuk pengganti, cara, atau proses yang digunakan

seseorang untuk mengkomunikasikan sesuatu atau pengetahuan yang

disajikan atau diungkapkan melalui berbagai model (verbal, persamaan

matematis, gambar, simulasi, benda nyata dll). Kemampuan

membangun mode representasi dapat dilakukan dengan menggunakan

pendekatan Multiple Repesentations, dimana akan terjadi pengolahan

informasi internal dan eksternal untuk membangun suatu pemahaman

yang lebih dalam mengenai suatu pengetahuan dengan menggabungkan

berbagai format representasi yang berbeda yang digunakan sesuai

dengan konteks permasalahan yang sedang dihadapi. Untuk membantu

siswa dalam merepresentasikan representasi internal menjadi

representasi eksternal menjadi lebih mudah sangat diperlukan

pendekatan multiple representations. Dengan adanya pendekatan

Multiple representations diharapkan siswa dapat lebih mudah

(28)

11

Suatu analisis konseptual tentang pembelajaran Multiple Representations

menurut Ainsworth (1999: 133) bahwa:

Multi representasi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi dan membangun pemahaman. Pertama: Multiple Representations digunakan untuk memberikan presentasi yang berisi informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua: satu representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasikan dalam menggunakan representasi yang lain. Ketiga: dapat digunakan untuk menolong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Ketiga fungsi utama tersebut dapat dibagi dalam bagian-bagian yang lebih rinci seperti ditampilkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Fungsi Taksonomi Multiple Representations menurut Ainsworth (1999: 134)

Fungsi pertama Multiple Representations adalah untuk menggali

perbedaan-perbedaan dalam suatu informasi yang dinyatakan oleh

masing-masing representasi. Multiple Representations cenderung

digunakan untuk tujuan ini baik pada kasus-kasus dimana representasi

(29)

12

tunggal tidak memadai untuk memuat semua informasi tentang suatu

konsep, ataupun pada kasus-kasus dimana upaya untuk menggabungkan

semua informasi yang relevan ke dalam satu representasi akan

mempersulit tugas siswa. Pada setiap kasus, terdapat dua sub bagian

pada kategori ini, (a) dimana setiap representasi menyimbolkan

aspek-aspek yang unik dari suatu konsep dan menyajikan informasi yang

berbeda, dan (b) dimana terdapat tingkat informasi yang berlebihan

dibagi oleh dua informasi yang sama-sama unik.

Fungsi kedua dari Multiple Representations adalah untuk membantu

pembelajar membangun pemahaman yang lebih baik terhadap suatu

konsep dengan menggunakan satu representasi untuk membatasi

interpretasi mereka terhadap representasi yang kedua. Hal ini dapat

dicapai melalui dua cara: pertama, dengan memanfaatkan representasi

yang biasa dikenal untuk mendukung interpretasi dari representasi yang

kurang baisa dikenal atau lebih abstrak. Kedua, dengan menggali

sifat-sifat inheren satu representasi untuk membatasi interpretasi representasi

kedua.

Fungsi ketiga Multiple Representations adalah untuk membangun

pemahaman yang lebih dalam. Pada fungsi ini multi representasi dapat

digunakan untuk meningkatkan abstraksi, mendukung generalisasi, dan

(30)

13

Untuk mengevaluasi skill multi representasi digunakan rubrik dengan 5

tingkat pensekoran. Berikut ini salah satu bentuk rubrik untuk menilai

skill multi representasi siswa menurut Hwang, dkk (2007: 197):

Tabel 2.1 Rubrik Penilaian Multi Representasi

Skor Kriteria

5 Jawaban benar, penjelasan secara matematis dan verbal atau grafik keduanya benar dan lengkap

4 Jawaban benar, penjelasan secara matematis dan verbal atau grafik keduanya benar tetapi kurang lengkap

3 Jawaban benar, penjelasan secara matematis benar tetapi tidak ada penjelasan secara verbal atau grafik

2

Jawaban tidak tepat, alasan secara matematis terlihat baik

namun kurang tepat. Atau, jawaban benar tetapi tidak ada

penjelasan secara matematis

1 Sudah mencoba untuk menyelesaikan permasalahan

Sumber: Hwang, dkk (2007:197)

Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan multi representasi

menurut Yusup (2009: 2) yaitu:

a) Multi kecerdasan (multiple intelligences)

Menurut teori multi kecerdasan, orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda memberikan kesempatan belajar yang optimal dabi setiap jenis kecerdasan.

b) Visualisasi bagi otak

Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasi dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representai konkret.

c) Membantu mengonstruksi representasi tipe lain

Beberapa representasi konkret membantu dalam mengkonstruksi representasi yang lebih abstrak

(31)

14

e) Representasi matematis yang abstrak digunakan untuk penalaran Representasi matematis yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif dimana representasi matematis dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif terhadap soal.

3. Pemecahan Masalah Fisika dengan Multi Representasi

Masalah (problem) berasal dari bahasa Yunani, yaitu problema yang

berarti kendala. Santyasa (2004) menyatakan problem adalah suatu

situasi yang tak jelas jalan pemecahannya yang mengkonfrontasikan

individu atau kelompok untuk menemukan jawaban. Pemecahan masalah

(problem solving) adalah upaya peserta didik untuk menemukan jawaban

masalah yang dihadapi berdasarkan pengetahuan, pemahaman, dan

keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya (Santyasa, 2004).

Khaeruddin et al. (2009) menyatakan kemampuan memecahkan masalah

juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu individu atau kelompok

untuk menemukan jawaban berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki

sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang lumrah.

Kemampuan memecahkan masalah dibangun oleh konsep-konsep materi

dan cara/ langkah untuk memecahkan masalahnya. Dalam hal ini,

konsep-konsep materi berperan penting dalam memecahkan masalah.

Bila siswa memiliki konsep yang kaya akan representasi, maka

kemampuan pemecahan masalah akan baik pula, tidak hanya sebatas

mengingat atau recall task. Empat komponen yang harus diskor dalam

rangka penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah yang

(32)

15

merencanakan solusi, 3) melaksanakan rencana solusi, dan 4)

pengecekan dan evaluasi.

Menurut Santyasa (2011: 2) Gagasan Pengembangan pemahaman

konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika bagi siswa dilandasi

oleh beberapa konsepsi teoritis, yaitu:

a. Konsepsi fisika merupakan subyek yang senantiasa mengalami perubahan (Wenning, 2006).

b. Belajar fisika bukanlah menghafal fakta tetapi tentang komprehensi dan matematika (Zhaoyao, 2002:8) c. Belajar fisika membutuhkan pembelajaran berorientasi

masalah (Oman & Oman, 1997:xvii).

Pada representasi, sebelum siswa bisa menyelesaikan masalah siswa

harus memahami dahulu tahapan tugas kognitif yang terkait dengan

representasi, yaitu:

1. Siswa harus memahami suatu representasi (yaitu: mana yang merupakan bentuk dan operator dari suatu representasi). 2. Siswa harus memahami hubungan antara representasi dan

domainnya.

3. Siswa harus menerjemahkan antar representasi.

4. Jika representasi dirancang mereka sendiri, siswa perlu memilih dan membangun representasi yang sesuai.

(Ainsworth et al., 2001)

Izsak & Sherin (2003) menyatakan bahwa pengajaran dengan melibatkan

multi representasi memberikan konteks yang kaya bagi siswa untuk

memahami suatu konsep. Penggunaan multi representasi dapat

membantu guru dalam mengindentifikasi tiga dimensi pembelajaran yang

(33)

16

1) representasi memberi peluang kepada guru untuk dapat menilai

pemikiran siswa;

2) representasi memberi peluang guru untuk menggunakan teknik

pedagogik yang baru;

3) representasi memudahkan guru untuk menjembatani antara

pendekatan konvensional dan pendekatan modern.

Pembelajaran fisika dengan menggunakan multi representasi dapat

dilakukan dalam dua bentuk, bentuk pertama adalah dalam proses

pembelajaran dan bentuk kedua dalam proses evaluasi. Kedua bentuk

tersebut sebaiknya diterapkan dalam satu kesatuan. Dalam masalah multi

representasi, tes berbentuk uraian terstruktur akan mengarahkan siswa

untuk membuat multi representasi yang diperlukan untuk memecahkan

masalah tersebut. Arahan yang diberikan kepada siswa dalam multi

representasi yang diberikan disesuaikan dengan daftar langkah pemecahan

masalah dalam pembelajaran. Langkah-langkah tersebut disesuaikan

dengan prosedur yang diberikan Van Heuvelen et al. dalam Rosengrant

(2007: 56) yaitu:

1. Menggambar dan menerjemahkan masalah yang ditanyakan. Mendeskripsikan keadaan yang terdapat dalam soal, masukkan semua informasi yang diketahui dari soal tersebut dan memilih sistem dari setiap objek serta membuat daftar interkasi antara objek dengan sistem.

2. Menyederhanakan permasalahan tersebut.

Mengganggap sistem seperti partikel, mengabaikan beberapa interaksi dengan lingkungannya.

3. Menggambarkan bentuk fisisnya.

(34)

17

diagram), diagram muka gelombang (wafe front diagram) dan diagram keadaan energi (energy state diagram)

4. Menggambarkan bentuk matematisnya.

Menggambarkan bentuk matematisnya dengan mengaplikasikan hukum-hukum dalam fisika ke dalam bentuk matematisnya. Dan hitunglah nilainya.

5. Mengevaluasi.

Menyelesaikan jawaban tersebut dengan memberikan satuan untuk setiap jawaban.

Kemampuan representasi sangat berhubungan dengan pemecahan

masalah. Montague (2007) mengatakan bahwa pada dasarnya pemecahan

masalah mempunyai dua langkah, yaitu representasi masalah dan

menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah yang sukses tidak mungkin

tanpa representasi masalah yang sesuai. Representasi masalah yang

sesuai adalah dasar untuk memahami masalah dan membuat suatu

rencana untuk memecahkan masalah. Siswa yang mempunyai kesulitan

dalam merepresentasikan masalah akan memiliki kesulitan dalam

melakukan pemecahan masalah. Dengan demikian seiring dengan

pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika,

maka kemampuan representasi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

pemecahan masalah juga berperan dalam pembelajaran fisika.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam multi

representasi, tujuan memecahkan soal fisika adalah merepresentasi

proses secara fisik melalui berbagai cara; verbal, sketsa, diagram, grafik

dan persamaan-persamaan matematis. Deskripsi verbal yang abstrak

dihubungkan dengan representasi matematis yang abstrak oleh

(35)

18

4. Inkuiri Terbimbing

Menurut Ahmadi (1997: 76), Inkuiri berasal dari kata “inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri

berarti penyelidikan”. Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan

dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk

mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari

suatu gejala.

Wayne Welch dalam Koes (2003: 12-13) berpendapat bahwa, “metode

penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri”. Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan, pengukuran,

eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental.

Syarat-syarat Penerapan Inquiri

Adapun syarat-syarat penerapan model inquiri adalah:

1) Merumuskan topik inquiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa

2) Membentuk kelompok yang seimbangan, baik akademik maupun

sosial

3) Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada

kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.

4) Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi

antarpribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas

5) Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan

kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai

(36)

19

Inkuiri adalah suatu model pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk

mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari

suatu gejala. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu dimana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan

awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif

dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang

kurang berpengalaman belajar dengan pembelajaran inkuiri. Dengan

model pembelajaran ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan

dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep

pelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa akan dihadapkan pada

tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi

kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan

masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Menurut Suryosubroto (2002: 201) yaitu:

(37)

20

terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.

Kelebihan pembelajaran inkuiri terbimbing ini berpusat pada siswa

artinya, siswa terlibat langsung dalam proses belajar dan siswa secara

aktif dalam menemukan sendiri konsep-konsep dengan permasalahan

yang diberikan atau dipilih oleh guru.

Suryosubroto (2002: 201) memberikan beberapa kelemahan dalam

inkuiri, antara lain:

1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini.

2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.

3. Harapan yang ditumpahkan pada model ini mungkin

mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

Kelemahan inkuiri terbimbing ini siswa belum terbiasa untuk

melaksanakan proses pembelajarannya, karena siswa masih terbiasa

mengandalkan guru. Tanpa siswa terlibat langsung dan aktif dalam

proses belajarnya.

Menurut Memes (2000: 42), ada enam langkah yang diperhatikan dalam

(38)

21

Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang

sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan

berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha

mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang

dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran

sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.

Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang

belum berpengalaman belajar dengan pembelajaran inkuiri. Pada

tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa

pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri

arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan

permasalahan yang disodorkan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan

pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga diberikan melalui

pertanyaan yang dibuat dalam LKS. Oleh sebab itu LKS dibuat khusus

untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik

kesimpulan. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), siswa

mengembangkan cara kerja untuk menyelidiki pertanyaan yang diberikan

(39)

22

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas.

Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh

kemampuan membangun mode representasi terhadap pemecahan masalah

fisika materi konsep gerak siswa SMP. Pada penelitian ini terdapat tiga bentuk

variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan membangun mode

representasi (X), variabel moderator dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen berbabasis inkuiri (Z), sedangkan variabel terikatnya adalah

pemecahan masalah fisika (Y).

Karena secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan

menginterpretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai

komunikasi. Baik dalam pembicaraan, bacaan maupun tulisan. Format

representasi yang berbeda tersebut digunakan sesuai dengan materi yang akan

disampaikan dalam pembelajaran, Sebagai contoh, penulisan (writing) cocok

untuk menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian. Demikian pula dengan

grafik, dapat digunakan untuk mengetahui hubungan dari suatu variabel,

dengan verbal, siswa mendapatkan informasi tentang definisi dan penjelasan

sesuatu sehingga menstimulasi siswa untuk menggunakan penalarannya dan

mengambil suatu keputusan dalam menyelesaikan masalahnya. Sedangkan

dengan persamaan matematis dapat membantu menyelesaikan suatu

permasalahan empirik. Representasi-representasi tersebut saling terkait

(40)

23

siswa telah mengembangkan kemampuan berpikir (kognitif dan psikomotor).

Dari berbagai fungsi representasi tersebut maka seseorang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir dan memahami suatu konsep dari

materi sehingga dapat memecahkan permasalahan fisika dengan baik.

Penerapan suatu strategi, model atau metode dalam pembelajaran fisika,

merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa

secara konstruktif dan mengarah pada penguasaan materi, karena itu dalam

proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode

pembelajaran yang tepat, efisien, efektif dan mengena pada tujuan yang

diharapkan. Metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa,

mengembangkan minat serta kemampuan representasi suatu konsep sehingga

tentunya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan berbagai masalah

fisika, salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran

inkuiri terbimbing.

Dalam pelaksanaannya metode inkuiri juga akan menuntut siswa untuk lebih

aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar, karena siswa akan mengalami

banyak tahapan dalam pembelajaran inkuiri mulai tahap persiapan, melakukan

percobaan, dan membuat kesimpulan dalam bentuk laporan atau penyajian.

Dengan banyaknya aktivitas dan kegiatan siswa disekolah maupun diluar

sekolah demikian maka akan meningkatkan kemampuan siswa dalam

memecahkan berbagai permasalahan karena siswa terlibat langsung dalam

(41)

24

Dengan memberikan penjelasan yang lebih kompleks maka siswa dapat

menetukan strategi dan taktik yang tepat digunakan dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Agar memperoleh gambaran yang jelas tentang

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh variabel

moderator terhadap variabel bebas dan terikat, maka dapat dijelaskan dengan

paradigma penelitian seperti berikut:

Gambar 2.3 Bagan Paradigma Pemikiran

Keterangan:

X : Kemampuan membangun mode representasi (variabel bebas)

Q : Metode eksperimen berbasis inkuiri terbimbing (variabel moderator)

Y : Pemecahan masalah fisika (variabel terikat)

RXY : Pengaruh kemampuan membangun mode representasi (X) terhadap

pemecahan masalah fisika (Y)

RQ : Pengaruh metode eksperimen berbasis inkuiri terbimbing (Q) pada

proses pemecahan masalah fisika (Y) dengan penerapan kemampuan

membangun mode representasi (X) RXY

RQ

X Y

(42)

25

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang akan diuji sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh kemampuan membangun mode representasi

terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan inkuiri

terbimbing.

H1 : Terdapat pengaruh kemampuan membangun mode representasi

terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan inkuiri

(43)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 7 SMP Negeri 8

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dengan jumlah siswa 262

orang siswa.

2. Sampel

Dari 11 kelas yang ada hanya diambil satu kelas sebagai sampel yaitu

kelas VIIc. Teknik yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil kelas

sampel yaitu menggunakan teknik random sampling.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga bentuk variabel penelitian yaitu variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah kemampuan membangun mode representasi (X), sedangkan variabel

terikatnya adalah pemecahan masalah fisika SMP (Y), dan variabel moderator

(44)

27

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Soal kemampuan membangun mode representasi menggunakan instrumen

berbentuk uraian. Tes ini dapat mengetahui kemampuan siswa dalam

menganalisis dan menguraikan mode representasi dari sebuah objek.

2. Soal pemecahan masalah fisika menggunakan instrumen berbentuk uraian.

Tes uraian digunakan pada saat posttest di akhir pertemuan. Dari hasil tes

ini dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar yaitu

pemecahan masalahnya.

D. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu instrumen

harus diuji menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan adanya tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang hendak diukur. Artinya, instrumen itu dapat

mengungkap data dari variabel yang dikaji secara tepat. Instrumen yang

valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Setyosari, 2012).

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi produk

(45)

28

� = � − ( )

� 2 ( )2 � 2 ( )2

Keterangan:

� = Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

= Skor butir soal

= Skor total

� = Jumlah sampel

Arikunto (2008: 72)

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta

korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai

validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap

memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. (Sugiyono, 2010: 188)

Berdasarkan kutipan di atas jika korelasi antar butir dengan skor total lebih

dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika

korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen

tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan. Pengujian validitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0 dengan

kriteria uji bila correlated item – total correlation lebih besar

(46)

29

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel sebenarnya mengandung makna bahwa instrumen

tersebut cukup mantap untuk mengambil data penelitian, sehingga mampu

mengungkap data yang dapat dipercaya hasilnya (Setyosari, 2012 : 200).

Maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data

yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen

didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa

untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

�11 = −

1 1− �12

��2

Di mana:

�11 = reliabilitas yang dicari

��2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

��2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen

diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 21.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur

(47)

30

Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), kuesioner dinyatakan reliabel

jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran

kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, soal dapat digunakan apabila

memenuhi kriteria reliabel dan sangat reliabel. kemudian instrumen akan

diujikan kepada sampel penelitian. Skor total setiap siswa diperoleh

dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data kemampuan membangun mode representasi diperoleh dari 5 butir soal

yang diberiakn pada setiap akhir pembelajaran. Begitu pula untuk

pengumpulan data pemecahan masalah diperoleh dari posttest yang terdiri

dari 7 butir soal. Siswa akan memperoleh skor yang besarnya ditentukan dari

banyaknya soal yang dapat dijawab dengan benar sesuai rubrikasi

(48)

31

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Proses analisis untuk data kemampuan membangun mode representasi

siswa dan pemecahan masalah adalah dengan menilai hasil dari jawaban

siswa pada soal yang telah diberikan dengan mengacu pada nilai

pensekoran yang telah dijelaskan di teknik pengumpulan data.

Perhitungan skor rata-rata dari setiap siswa dapat diperoleh

menggunakan rumus:

=

�× 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan.

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut.

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yaitu:

H0 : Tidak terdapat pengaruh kemampuan membangun mode

representasi terhadap pemecahan masalah fisika dengan

menerapkan inkuiri terbimbing.

H1 : Terdapat pengaruh kemampuan membangun mode representasi

terhadap pemecahan masalah fisika dengan menerapkan inkuiri

(49)

32

Hipotesis diuji menggunakan data kemampuan membangun mode

representasi dan pemecahan masalah dianalisis menggunakan uji sebagai

berikut:

a. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi

normal, dilakukan menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu

Kolmogrov-Smirnov menggunakan bantuan program komputer

SPSS 21.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis

pengujiannya yaitu:

� = data terdistribusi secara normal

�1 = data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ≤ 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka

distribusinya adalah normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau

regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program

(50)

33

0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila

signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05; dan jika F hitung > F tabel

maka H0 ditolak dan sebaliknya. Serta jika t hitung > t tabel maka H0

ditolak dan sebaliknya.

(Priyatno, 2010)

c. Uji Regresi Linear Sederhana

Uji regresi merupakan uji yang digunakan untuk meramalkan suatu

variabel terikat (Y) berdasar satu variabel bebas (X) dalam suatu

persamaan linear. Pengamatan pasangan variabel X dan Y digambar

dengan diagram titik dan kemudian titik tersebut dihuubungkan

sehingga membentuk pola garis. Pola garis tersebut secara matematis

dapat didekati dengan suatu garis lurus atau persamaan linear yaitu:

= +

Keterangan:

= variabel terikat

= varibel bebas

= intersep

= koefesien regresi/ slop

Nilai dan dapat ditentukan dengan cara berikut:

= ( )(

2)( )

2 − ( )2

= ( )−( )( )

(51)

34

Untuk mempermudah menganalisis hubungan antar variabel

menggunakan bantuan program komputer SPSS 21.0 dengan uji

Linear Regression. Dengan ketentuan pengujian, jika t hitung mutlak

> t tabel maka H0 ditolak. Jika t hitung mutlak < t tabel maka H0

diterima. Berikut hipotesis untuk uji koefisien a dan b:

 Hipotesis uji koefisien a

H0 = koefisien a tidak signifikan

H1 = koefisien a signifikan

 Hipotesis uji koefisien b

H0 = koefisien b tidak signifikan

H1 = koefisien b signifikan

(52)

59

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

kemampuan membangun mode representasi mempengaruhi pemecahan

masalah fisika bagi siswa SMP. Pengaruh yang ditimbulkan sebesar 85,3%

yang merupakan nilai koefisen determinasi (R Square), dengan persamaan

regresi = 9,167 + 0,921 .

B. Saran

Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan saran

sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kemampuan membangun

mode representasi dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru-guru di

sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam pemecahan masalah.

2. Dalam proses pembelajaran guru harus mampu menggunakan berbagai

jenis format representasi agar setiap jenis kemampuan yang dimiliki siswa

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Liliasari., A. Rusli, & Bruce Waldrip. 2011. Implementasi pembelajaran berbasis multi representasi untuk peningkatan penguasaan konsep fisika kuantum. Jurnal Pendidikan Cakrawala. Yogyakarta: LPM UNY.

Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Ainsworth, S. 1999. The Functions of Multiple Representations. ESRC Centre for Research in Development, Instruction and Training, School of Psychology, University Park, University of Nottingham, Nottingham, NG7 2RD, UK.

Ainsworth, S., Labeke, V.N. & Peevers, G. 2001. Learning with Multiple

Representations. Tersedia dalam: http://www.psychology [Diakses 19 Juni 2013].

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Dufresne, R. J., W. Gerace, & W. Leonard. 1997. Solving Physics Problems with Multiple Representations. Phys. Teach. 35, 270-275.

Fadillah, Syarifah. 2008. Representasi Dalam Pembelajaran Matematik. Tersedia dalam: http://fadillahatick.blogspot.com/2013//07 [Diakses 10 Juli 2013].

Goldin, G. A. 2002. “Representation in Mathematical Learning and Problem Solving. “ Dalam L. D English (Ed). Handbook of International Research in Mathematics Education (IRME). New Jersey : Lawrence Erlbaum

Associates.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hwang, W.-Y., Chen, N.-S., Dung, J.-J., & Yang, Y.-L. 2007. Multiple Representation Skills and Creativity Effects on Mathematical Problem Solving using a Multimedia Whiteboard System. Educational Technology & Society, 10 (2), 191-212.

(54)

Khaeruddin., Nurhayati., & Rahmayanti. 2009. Peranan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan memecahkan masalah fisika pada siswa SMA Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang. JSPF. 9. 43-50. Tersedia dalam http://digilib.unm.ac.id. [Diakses 05 April 2014].

Koes H, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung: JICA.

Kohl, B.P., & Finkelstein, Noah D. 2006. Effect of instructional environment on

physics students’ representational skills. Physical Review Special Topics-Physics Education Research. 2, 010102 – 2006.

Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas.

Montague, M. 2007. Math Problem Solving for Middle School Students with Disabilities. [on-line]. Tersedia dalam:

http://www.k8accesscenter.org/training resources/MathProblemSolving.asp. [Diakses 20 Maret 2014].

Polya, G. 1971. How to solve It. Second Edition. New Jersey: Princeton University Press.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Rosengrant, D., Etkina, E., & Heuvelen, A.V. 2007. An Overview of Recent Research on Multiple Representations. Rutgers, The State University of New Jersey GSE, 10 Seminary Place, New Brunswick NJ, 08904.

Rosengrant, D. 2007. Multiple Representations And Free-Body Diagrams: Do Students Benefit From Using Them?. Dissertation state University of Jersey. Tersedia dalam:

http://science.kennesaw.edu/~drosengr/Rosengrant_Dissertation.pdf [Diakses 10 Juli 2013]

Santyasa, I W. 2004. Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V, tanggal 5-9 Oktober 2004, di Surabaya.

Santyasa, I W. 2011. Pengembangan pemahaman konsep dan kemampuan pemecahan masalah fisika bagi siswa SMA dengan Pemberdayaan Model perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. (online) Journal Tersedia dalam:

http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENGEMBANGAN_PEMAHA MAN_KONSEP.pdf [Diakses 09 Agustus 2013].

(55)

Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik.Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Gambar

Tabel
Gambar 2.2. Fungsi Taksonomi Multiple Representations menurut
Tabel 2.1 Rubrik Penilaian Multi Representasi
Gambar 2.3 Bagan Paradigma Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Manusia berhakekat sebagai makhluk sosial, maka kelompok berperan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lain yang memiliki kesamaan latar

Uzimajući u obzir sve aktivne korisnike, odnosno one koji internetu pristupaju i putem pametnih telefona i podatkovnih kartica, gustoća usluge širokopojasnog pristupa

Di mana hasi l penelit ian i ni mengindi kasikan bahw a ter dapat pengar uh yang signifi kan dan positi f antar a per sepsi kemanfaat an, per sepsi kesenangan,

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

umum terjadi pada tomat ceri segar adalah penurunan kualitas mutu akibat adanya proses respirasi dan transpirasi yang terus berlanjut, perlakuan fisik yang kurang baik,

Dayak dan Daun Mangga Bacang terhadap S. Ini diduga zona hambat yang jernih telah terbentuk di bawah 24 jam waktu inkubasi, kemudian penilaian aktivitas antibakteri

Untuk Hipotesa 2, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistic dari 10 variabel yang diteliti, terdapat 2 (dua) variable yakni ROE ( X1 ) dan BOPO ( X5 ) yang

Atas dasar tersebut penulis mengangkat judul Pembuatan Website Informasi Dunia Wanita Menggunakan Joomla 1.0.15. Dimana website ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai