• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS SELULASE ISOLAT BAKTERI USUS ITIK (Anas domestica) SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS SELULASE ISOLAT BAKTERI USUS ITIK (Anas domestica) SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAKTERI USUS ITIK (Anas domestica) SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK

Oleh

Aris Indriawan

Bakteri selulolitik dalam melakukan aktivitas enzim selulase dipengaruhi suhu lingkungan. Suhu tubuh itik dapat berpengaruh terhadap aktivitas enzim selulase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim selulase bakteri usus itik. Metode yang digunakan dalam peneltian ini terdiri dari dua tahap, yaitu karakterisasi isolat bakteri dari usus itik dan uji aktivitas enzim selulase. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Kelompok (RALK) dengan tiga ulangan sebagai kelompok. Faktor pertama adalah jenis isolat bakteri. Faktor kedua adalah suhu inkubasi terhadap aktivitas enzim selulase, yaitu 35°C, 40°C, 45°C dan 50°C. Data aktivitas enzim selulase yang diperoleh diolah menggunakan Analisis Ragam (Anara). Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) dan Polinomial Ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri dari usus itik yang ditemukan adalahLactobacillus. Jenis isolat bakteri dan suhu inkubasi berpengaruh terhadap aktivitas enzim selulase. Aktivitas enzim selulase ketiga Lactobacillus dipengaruhi suhu yang berbeda. Isolat bakteri Oc15 memiliki aktivitas enzim selulase tertinggi pada suhu 45°C dan terendah pada suhu 50°C, sedangkan isolat bakteri Oc14 dan Oi30 memiliki aktivitas enzim selulase tertinggi pada suhu 35°C dan terendah pada suhu 50°C. Aktivitas enzim selulase tertinggi pada isolat bakteri Oc15.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang di lahirkan

dari pasangan Bapak Mukhtar dan Ibu Suliyah. Penulis dilahirkan

di Gaya Baru VIII, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten

Lampung Tengah pada tanggal 2 Agustus 1992.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak di TK Aisiyah pada tahun 1998,

Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Srikaton pada tahun 2004, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) di MTs Ma’arif 12 Manbaul Ulum pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Seputih Surabaya pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universita Lampung melalui jalur

SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di bidang Himpunan

Mahasiswa Biologi (HIMBIO), Rois FMIPA dan UKM Penelitian. Penulis

pernah menjadi asisten dosen Mikrobiologi Umum untuk mahasiswa Biologi

FMIPA dan FKIP, mahasiswa STIKES UMITRA, dan Asisten Mikologi untuk

mahasiswa Biologi FMIPA. Penulis pernah melaksanakan Kerja Praktik (KP) di

Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) Jakarta

(7)

Keberhasilan seseorang bukan dilihat dari hasilnya melainkan dari

sebuah proses menuju keberhasilan tersebut

Better late than never

Jangan pernah membenci seseorang yang telah menyakitimu walaupun

sudah menghancurkan hidupmu

Gold will not buy everything

Umur bukan menjadi pembatas seseorang untuk memperkaya ilmu dan

cakrawala

(8)

PERSEMBAHAN

✁✂ ✄ ☎✆ ✝✁ ✞✁ ✁ ✄✂✞✟ ✠✡ ✡ ✞✁ ✄✁ ✄ ☎ ✞☛, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati dengan segala

cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk

orang-orang yang berarti dan berharga dalam hidupku.

Bapak dan mamak, seseorang yang sangat mulia yang telah

membesarkanku, mendidikku, menyayangiku dan mendoakanku dengan

setulus hati tanpa pamrih dan tanpa batas.

Para pendidikku, atas bimbingan, motivasi, saran, kritik dan ajarannya

sehingga aku bisa menghadapi dunia dengan bijaksana dan arif.

(9)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menulis skripsi

ini sebagai tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Sains Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dengan

judul“Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Selulase Isolat Bakteri Usus Itik (Anas

domestica) Sebagai Kandidat Probiotik” yang dilaksanakan pada bulan Januari

sampai dengan April 2014.

Penelitian ini merupakan bagian dari proyek yang dilaksanakan oleh Dr. Ir. Rudy

Sutrisna, M.S. yang sepenuhnya didanai oleh Dirjen DIKTI Kementrian

Pendidikan Nasional melalui hibah bersaing pada tahun 2013.

Penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan yang penulis dapatkan selama

menyelesaikan skripsi ini. Dengan terselesaikan skripsi ini penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. C. N. Ekowati, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar

memberi saran, ide, motivasi, kritik dan berbagi ilmu serta membimbing

(10)

2. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S., selaku Pembimbing II yang telah dengan

sabar membimbing, memberi motivasi, saran-saran, kritik dan berbagi ilmu

serta membantu penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku Pembahas yang selalu memberi motivasi,

saran-saran, kritik, serta koreksinya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Ibu Dra. Elly L. Rustiati, M.Sc., selaku koordinator Seminar Usul.

5. Bapak Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku koordinator Seminar Hasil.

6. Bapak Drs. M. Kanedy, M.Si., selaku koordinator Skripsi.

7. Ibu Dra. Yulianty, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi

saran, bantuan, motivasi, ide dan kasih saying selama penulis menuntut ilmu

dikampus.

8. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Lampung.

9. Bapak Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Lampung.

10. Bapak dan mamak tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi baik

materi dan moral selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Kedua saudariku, mbak Maria Ulfa dan adikku Umi Fatimatuz Zahra yang

selalu memberikan kasih sayang, motivasi, bantuan, semangat dan doanya

selama ini.

12. Sahabat-sahabat seperjuangan mikroholic khususnya Ana Sulastri Sirait,

Novaria Situmorang, Aulia Murti Novita Sari, Shofia Rodiah, Nurul Maulida,

Lestari dan Rizki Fajri Moro Handayani yang telah memberikan dukungan

(11)

dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

13. Ibu Kusuma Handayani, M.Si., atas segala ilmu, saran, motivasi dan canda

tawa selama ini.

14. Segenap dosen yang telah mendidik, memberikan ilmu dan motivasi yang

bermanfaat kepada pemulis selama menuntut ilmu dikampus.

15. Seluruh Staff dan karyawan FMIPA Unila atas bantuan dan kerjasamanya

selama proses perkuliahan.

16. Pak Imron, Pak Hambali, Pak Sutris, Mbak Nunung, Mbak Ida atas bantuan

yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.

17. Sahabat-sahabatku Biologi 2010, Nyimas Farisa Nadhilla, Sonia Malinda,

Khusnul Lestari, Dwi Oktarina, Linda Wati, Rita Asmara, Devi Gusneta

Mala, Eka Rahmawati, Billi Andreas, Dewi Chusniasih, Arinjani Dwi H,

Rodhi Lestari, Meita Mahardianti, Rika Erviana, Ismalia Husna, Yunita

Lestari, Anggia Putri, Siti Latifa Sonia, Annisa Mulia Anasis, Windi Astika

Sari, Yusrina Avianti, Suci Nathalia, Andhara Ratna Maharani, Pipin

Yuliana, Elisa Nur Fitriana, Wikke Febryaeldi, Citra Oktrine Saragih, Desima

Putri, Dimas Djuli Handoko, Elga Octavianata, Eko Budiono, Adi Ilhan

Nuari, Avy R., Sutanto Pindias Putra dan Faisal Rais, terimakasih atas

kebersamaannya selama ini yang telah memberikan semangat, motivasi dan

berbagi ilmu.

18. Sahabat-sahabatku Kak Ngudi Waluyo, Kak David, Fahri, Hariz, Faradilla

(12)

Putri, Muhammad Haikal, Hanna Ade Pertiwi, Lusi Maulida, Erliyanto, Arif

Wuriyanto, Mega Khusnul, Harsa, Dio Alif Aditya, Rana Andriana, Amanda

Samurti Pertiwi, Oki, Dimash Adi Putra Septian, Mbak Ria, Mbak Mei

Rukmana, Mbak Istifanda (Ista), Kak Odo, Betty, Tito, Awalia, Maretha,

Mellin, Elisa, Ute, Nina, Franz Wolfeneck, Hafeez dan Rick terimakasih atas

kebersamaannya selama ini yang telah memberikan semangat, motivasi dan

berbagi ilmu.

19. Teman-teman kerja praktik di laboratorium mikrobiologi BBP2HP Jakarta

Timur khususnya Ina Sawitri dan Anisa Aulia Akbar.

20. Teman-teman dormitory BKIPM Jakarta Timur khususnya Habib, Mega, Ari,

Ega, Febbi dan dewi yang sudah banyak membantu di dormitory BKIPM.

21. Ibu Ety Kurniawati, M.Si. dan Pak Sulhan selaku pembimbing kerja praktik

di Laboratorium Mikrobiologi BBP2HP Jakarta Timur.

22. Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan, motivasi dan bantuan

yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, saran dan kritik yang bersifat

membangun dari setiap pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

kita semua.

Bandar Lampung, 15 Juli 2014

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Pikir ... 4

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Selulolitik ... 6

B. Probiotik ... 8

C. Selulosa ... 10

D. Enzim Selulase ... 12

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

B. Alat dan Bahan ... 17

C. Metode Penelitian ... 18

D. Analisis Data ... 19

E. Cara Kerja ... 19

1. Peremajaan ... 19

2. Karakterisasi Bakteri Selulolitik Secara Mikroskopik ... 19

3. Uji Katalase ... 19

4. Uji Motilitas ... 20

5. Uji Gelatin ... 20

6. Uji Fermentasi Gula ... 20

(14)

ii

8. Pembuatan Suspensi Isolat Bakteri ... 21

9. Produksi Enzim Selulase ... 22

10. Penyiapan Enzim Selulase Kasar ... 22

11. Penentuan Aktivitas Enzim Selulase ... 22

12. Penentuan Kurva Standar Glukosa ... 24

F. Prosedur Kerja ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Secara Morfologi dan Fisiologi Isolat Bakteri dari Usus Itik ... 26

B. Uji Selulolitik Kualitatif Isolat Bakteri dari Usus Itik ... 28

C. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Selulase Isolat Bakteri dari Usus Itik... 31

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil karakterisasi secara morfologi isolat bakteri dari usus itik ... 26

2. Hasil karakterisasi secara fisiologi isolat bakteri dari usus itik... 27

3. Uji BNT indeks selulolitik dari kelima isolat bakteri... 30

4. Aktivitas enzim selulase ketiga isolat bakteri terhadap pengaruh suhu ... 32

5. Hasil perhitungan nilai indeks selulolitik ... 55

6. Hasil perhitungan rata-rata indeks selulolitik... 56

7. Perhitungan analisis ragam indeks selulolitik dari kelima isolat bakteri.. 57

8. Analisis ragam indeks selulolitik dari kelima isolat bakteri... 59

9. Nilai absorbansi standar glukosa ... 60

10. Hasil pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer... 62

11. Nilai aktivitas enzim selulase dari ketiga isolat bakteri dari usus itik... 71

12. Analisis ragam aktivitas enzim selulase ketiga isolat bakteri dari usus itik 76 13. Analisis ragam aktivitas enzim selulase pada isolat Oc14 ... 78

14. Uji BNT aktivitas enzim selulase pada isolat Oc14 ... 79

15. Analisis ragam aktivitas enzim selulase pada isolat Oc15 ... 84

16. Uji BNT aktivitas enzim selulase pada isolat Oc15 ... 85

17. Analisis ragam aktivitas enzim selulase pada isolat Oi30... 90

(16)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus kimia β-glukosa, β-selobiosa dan rantai selulosa... 11

2. Mekanisme kerja enzim selulase ... 13

1 3. Diagram alir penelitian ... 25

4. Histogram indeks selulolitik isolat bakteri dari usus itik ... 28

5. Pengaruh suhu terhadap aktivitasenzim selulase isolat bakteri Oc14 ... 33

6. Pengaruh suhu terhadap aktivitasenzim selulase isolat bakteri Oc15 ... 33

7. Pengaruh suhu terhadap aktivitasenzim selulase isolat bakteri Oi30 ... 34

8. Uji katalase isolat bakteri dari usus itik... 46

9. Uji fermentasi galaktosa isolat bakteri dari usus itik... 46

10. Uji Fermentasi glukosa isolat bakteri dari usus itik ... 47

11. Uji Fermentasi sukrosa isolat bakteri dari usus itik... 47

12. Uji Fermentasi laktosa isolat bakteri dari usus itik... 47

13. Uji Motilitas isolat bakteri dari usus itik ... 48

14. Uji Gelatin isolat bakteri dari usus itik... 49

15. Morfologi isolat bakteri dari usus itik ... 50

16. Pewarnaan gram isolat bakteri dari usus itik ... 51

17. Pewarnaan spora isolat bakteri dari usus itik... 52

(17)

19. Produksi enzim selulase isolat bakteri dari usus itik ... 54

20. Pengujian aktivitas enzim selulase isolat bakteri dari usus itik... 54

(18)

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pakan merupakan kebutuhan utama dalam usaha pemeliharaan ternak itik,

karena pakan berfungsi sebagai penghasil energi. Jenis pakan yang biasa

digunakan oleh peternak itik adalah bekatul, jagung, singkong, bekicot dan

bahan pakan lain yang dapat digunakan dalam kadar tertentu seperti tongkol

jagung, kulit buah kakao dan eceng gondok. Bahan pakan ini banyak

mengandung serat kasar salah satunya adalah selulosa. Menurut Irawadi

(1990) bekatul dan tongkol jagung mengandung selulosa (40-60%),

hemiselulosa (20-30%) dan lignin (15-30%). Kulit buah kako mengandung

36,23% selulosa, 1,14% hemiselulosa dan 20-27,95% lignin (Ammirroenas,

1990), singkong mengandung 43,60% selulosa, 10% hemiselulosa dan 7%

lignin (Artiyani, 2011), eceng gondok mengandung 64,51% selulosa dan

7,69% lignin (Roechyati, 1983).

Bahan pakan juga mengandung protein, lemak, abu dan air. Oleh karena itu

bahan pakan ini dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, sebagai sumber

energi dan sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme (Ardiansyah,

2010) yang terdapat dalam saluran pencernaan itik. Di dalam saluran

(19)

Lactobacillussp. danBacillussp. merupakan mikroorganisme yang

menguntungkan (Martin, 1995) danEscherichia coli, Salmonellasp. dan

Staphylococcus aureusmerupakan mikroorganisme yang merugikan (Fuller,

1992).

Lactobacillussp. danBacillussp. merupakan mikroorganisme yang dapat

menghasilkan berbagai enzim, salah satunya adalah enzim selulase (Khabbah,

2007; Moat dan Foster, 1988). Bakteri selulolitik menghasilkan enzim

selulase yang dapat menguraikan selulosa menjadi glukosa. Dalam penelitian

Khabbah (2007),Lactobacillus collinoidesdapat menghasilkan aktivitas

enzim selulase sebesar 3,300 x 10-3± 0,0002 µmol mL-1.

Itik tidak dapat menghasilkan enzim selulase. Oleh karena itu, diperlukan

bakteri selulolitik yang ditambahkan sebagai bakteri probiotik dalam pakan

itik. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup beserta substansinya yang

mampu mendukung keseimbangan mikro-flora dalam saluran pencernaan

(Fuller, 1992). Salah satu bakteri probiotik adalahLactobacillus. Dalam

penelitian Gunawanet al.(2003), penambahanLactobacillus acidophilus

sebanyak 2% dan 4% dalam ransum ayam mampu meningkatkan produksi

telur, menurunkan kolesterol dan menekan konversi ransum. Hal ini

disebabkan olehLactobacillusdapat meningkatkan kandungan gizi dalam

usus dengan membantu proses pencernaannya. Salah satunya dengan

menghasilkan enzim ekstraseluler, yaitu enzim selulase, sehingga dapat

(20)

3

Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat yang berasal

dari usus itik. Isolat ini dapat tumbuh pada media yang mengandung selulosa

dan bersifat selulolitik karena dapat membentuk zona bening pada ujicongo

redtetapi belum dilakukan karakterisasi enzim selulasenya.

Pada umumnya enzim mempunyai suhu optimum dalam melakukan

aktivitasnya. Kecepatan reaksi enzim sangat ditentukan oleh perubahan suhu

(Hastowo dan Lay, 1994). Austin (1988) menyatakan bahwa degradasi

maksimum diperkirakan terjadi pada suhu 25-37°C, suhu inkubasi sangat

berpengaruh terhadap aktivitas enzim, yaitu pada suhu rendah enzim akan

bekerja lambat dan meningkat sampai suhu 45°C. Kecepatan rekasi enzim

meningkat 100% dengan kenaikan suhu 10°C sampai batas tertentu.

Itik memiliki suhu tubuh 38,9-41,9°C (Oluyemi dan Roberts, 1979). Salah

satu persyaratan bakteri dapat dijadikan probiotik, aktivitas enzimnya harus

cukup baik pada suhu tubuh itik. Oleh karena itu, perlu diteliti aktivitas

enzim selulase isolat bakteri dari usus itik pada suhu inkubasi yang sesuai

dengan suhu tubuh itik.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap

(21)

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang ilmiah bagi

peneliti dan masyarakat, khususnya tentang bakteri selulolitik dari usus itik

dan kemampuan aktivitas enzim selulase isolat bakteri selulolitik tersebut

yang dapat digunakan sebagai kandidat probiotik pakan ternak dan untuk

usaha pengembangan industri enzim selulase di masa mendatang.

D. Kerangka Pikir

Bakteri selulolitik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan untuk

menguraikan polimer selulosa menjadi senyawa-senyawa yang lebih

sederhana berupa glukosa. Bakteri ini mempunyai enzim selulase yang dapat

menghidrolisis selulosa menjadi struktur molekul yang lebih sederhana untuk

keperluan proses metabolisme bakteri tersebut dan organisme lain yang

memerlukan (Ibrahim dan El-diwany, 2007)

Kemampuan bakteri dalam memproduksi enzim sangat dipengaruhi oleh

faktor gen dan lingkungan. Faktor gen dapat mempengaruhi tingkat

kemampuan enzimatik karena enzim disintesis di sitoplasma. Di dalam inti

sel terdapat DNA yang disusun oleh beberapa gen-gen yang dapat mengkode

pembentukan selulase yang berfungsi untuk menguraikan selulosa yang

terdapat di dalam substrat. Namun, ekspresinya juga dipengaruhi oleh

lingkungan, salah satunya adalah suhu (Pelczaret al., 1993).

Suhu dapat mempengaruhi kerja enzim, karena enzim terdiri atas protein.

(22)

5

gugus reaktif terhambat dalam bereaksi dengan substrat. Enzim selulase dapat

melakukan aktivitasnya pada kisaran suhu 25-45°C. Semakin tinggi suhu

kecepatan reaksi kimia enzim akan semakin cepat, akan tetapi enzim akan

mengalami perubahan konformasi jika terlalu di atas suhu optimum

(Sutiamiharja, 2008).

Itik memiliki suhu tubuh 38,9-41,9 °C, pada suhu ini berpengaruh terhadap

aktivitas enzim selulase pada tubuh itik.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah perbedaan suhu inkubasi

berpengaruh terhadap aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh isolat

(23)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteri Selulolitik

Sebagian besar bakteri selulolitik berbentukcoccusyang memperlihatkan tipe

struktur dinding sel Gram-positif dan berbentukbacillyang memperlihatkan

tipe struktur dinding sel Gram-negatif (Ogimoto dan Imai, 1981). Struktur

dinding sel bakteri memeliki peran khusus dalam integritas selular, bentuk dan

stabilitas fisiologis. Sel bakteri Gram-positif mempunyai dinding tebal yang

terdiri dari suatu jaringan multilayer peptidoglikan (sekitar 30-70% dari bobot

total dinding sel) yang terikat oleh membran bagian dalam. Sel bakteri

Gram-negatif mempunyai dinding relatif tipis dari peptidoglikan yang terisi diantara

dua membran (<10% dari bobot totol dinding sel). Membran luar terdiri dari

lipoprotein dan liposakarida. Kedua tipe Gram mempunyai membran bagian

dalam dengan tipikal struktur dua lapis potein/lemak dari membran

sitoplasmik (Ling, 1990).

Bakteri selulolitik merupakan bakteri yang dapat menghidrolisis kompleks

selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa.

Glukosa tersebut digunakan sebagai sumber nutrisi dan karbon bagi

pertumbuhan organisme ini. Bakteri selulolitik mensintesis seperangkat

(24)

7

selulase. Mikroba mensintesis enzim selulse selama tumbuh pada media

selulosa (Ibrahim dan El-diwany, 2007).

Mikroba yang dapat menghidrolisis selulosa kristal dapat mensekresikan

kompleks selulase (Shinmadaet al,1994). Selulase dihasilkan karena adanya

respon terhadap selulosa pada lingkungannya. Proses ini berlangsung apabila

sel bakteri berkontak langsung pada permukaan selulosa (Bustoet al, 1995).

Kemampuan biosintesis selulase dapat dimiliki oleh banyak mikroba (Raza

dan shafiq-Ur-Rehman, 2008).

Beberapa bakteri selulolitik yang berhasil diisolasi dari rumen ternak adalah

kelompok bakteri dariFibrobacter succinogenes, Butirivibrio fibrisolendan

Ruminococcus albus (Madigan, 1997; Weimer, 1999), sedangkan dari usus

ayam petelur ditemukan kelompok bakteri selulolitik dariBacillus

laterosporus, Bacillus coagulans, Bacillus circulansdanBacillus alvei

(Sjofjan, 2007). Bakteri ini dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa

karena memiliki enzim selulase. Selain itu, bakteri ini menghasilkan suksinat,

asetat, format dan butirat.

Secara alami, bakteri mampu menghidrolisis selulosa baik secara anaerob

maupun aerob. Bakteri selulolitik dapat mendegradasi senyawa selulosa dan

akan menghasilkan air dan karbondioksida pada kondisi aerob, sedangkan

pada kondisi anaerob akan menghasilkan molekul hidrogen dan senyawa

methan. Bakteri selulolitik anaerob hanya dapat tumbuh pada sumber selulosa

dan produk selulolitiknya. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada oligosakarida,

(25)

(Lyndet al, 2002). Bakteri selulolitik aerob dapat menggunakan sumber

karbon lain di samping glukosa. Bakteri selulolitik digolongkan menjadi dua

berdasarkan akan kebutuhan oksigen, yaitu kelompok bakteri aerob dan

anaerob. Bakteri selulolitik aerob meliputi bakteriPseudomonas, Cellvibrio,

Cellulomonas, Bacillus, Actinommycetes(Streptomyces, Microbispora,

Thermomonospora) danAcidothermus,sedangkan bakteri selulolitik anaerob

meliputiRuminococcus, Clostridium, Caldocellum, Bacteroidesdan

Acetivibrio(Fogarty dan Kelly, 1990).

Bakteri selulolitik anaerob dapat diklasifikasikan menjadi bakteri mesofil

pembentuk spora, bakeri mesofil bukan pembentuk spora dengan bentukbacill

ataucoccusdan bakteri termofil yang menghasilkan spora. Bakteri anaerob

banyak ditemukan di alam adalah anggota genusClostridium. Sebagian jenis

bakteri anaerob dapat memecah selulosa pada temperatur 60-65°C. Mikroba

ini terdistribusi secara luas di alam dan dapat ditemukan dalam intestinum

binatang, sungai dan tanah lumpur (Salle, 1974).

B. Probiotik

Fuller (1992) menyatakan bahwa bahan probiotik adalah makanan tambahan

(feed suplement) berupa jasad hidup yang mempunyai pengaruh

menguntungkan bagi ternak induk semangnya. Mikroorganisme yang dapat

dimanfaatkan sebagai probiotik antara lain tidak toksik, mampu bertahan pada

suasana asam dan cairan empedu, dapat berkoloni dan melakukan kegiatan

metabolisme di dalam usus, dapat tumbuh lama dan menghambat mikroba

(26)

9

Pernyataan ini kemudian diperbaharui oleh Salminenet al.(1999) probiotik

yaitu sediaan sel mikroba atau komponen dari sel mikroba yang mempunyai

pengaruh menguntungkan pada kesehatan dan kehidupan inangnya.

Menurut Fuller (1991) bakteri probiotik harus memiliki persyaratan yaitu

memberikan efek yang menguntungkan pada host, tidak patogenik dan tidak

toksik, mengandung sejumlah besar sel hidup, mampu bertahan dalam kondisi

yang tidak menguntungkan dan melakukan kegiatan metabolisme dalam usus,

tetap hidup selama dalam penyimpanan sampai waktu digunakan, mempunyai

sifat sensori yang baik, diisolasi darihost.

Menurut Mujiasih (2001) mikroorganisme yang sering digunakan sebagai

probiotik adalahBacillus coagulans, B. lentis, B.pumilus, B. brevis, B. alvei,

B. circulans, Bifidobacterium adolescentis, B. animalis, B. bifidum, B.

infantis, B. longum, B. thermopilus, Bacteroides amylophilus, B. ruminicola,

Lactobacillus acidophilus, L. brevis, Streptococcus oremoris, S. faecium, S.

lactis, S. thermophilus, Leiconostoc mesenteroidesdanPediococcus

acidolacticii. Penggunaan probiotik pada ternak unggas bertujuan untuk

memperbaiki saluran pencernaan dengan cara: (1) menekan reaksi

pembentukan racun dan metabolit yang bersifat karsinogenik (penyebab

kanker), (2) merangsang reaksi enzim yang dapat menetralisir senyawa

beracun yang tertelan atau dihasilkan oleh saluran pencernaan, (3) merangsang

produksi enzim (enzim selulase, protease dan alfa-amilase) yang digunakan

untuk mencerna pakan, (4) memproduksi vitamin dan zat zat yang tidak

(27)

penggunaan probiotik dapat memperbaiki performa ayam broiler meliputi

rataan bobot hidup, konversi pakan dan menurunkan mortalitas.

C. Selulosa

Selulosa merupakan komponen struktural tumbuhan yang tidak dapat dicerna

oleh manusia dengan rumus molekul (C6H10O5)n. Salah satu jenis

polisakarida karbohidrat dari β-glukosa adalah selulosa. Tumbuhan berkayu

dan berserat yang sangat melimpah di alam banyak mengandung selulosa.

Karbohidrat utama yang disintesis oleh tanaman adalah selulosa dan

menempati hampir 60% komponen penyusun struktur tanaman (Salma dan

Gunarto,1999). Ujung polimer (eksoselulase) atau kepingan polimer selulase

dapat memecah molekul glukosa menjadi molekul yang lebih kecil melalui

pencernaan internal (endoselulase).

Selulosa di alam banyak ditemukan sebagai selulosa natif yang masih

berikatan dengan senyawa lainnya seperti lignin dan selulosa. Selulosa dapat

dijadikan serbuk bahkan dimurnikan dengan derajat kristalinitas tinggi seperti

avisel. Avisel merupakan selulosa mikrokristal yang banyak dimanfaatkan

dalam industri farmasi terutama sebagai pengikat pada proses pembuatan

tablet cetak langsung. Avisel bersifat sukar larut dibandingkan dengan serbuk

selulosa. Selulosa adalah suatu homopolimer rantai lurus yang disusun oleh

unitβ-glukosa, dua molekul β-glukosa digabungkan melalui suatu ikatan 1,4

untuk membentuk β3-selobiosa. Molekul selulosa adalah polimer sederhana

rantai lurus yang terdiri dari 1000-10.000 unit selobiosa yang saling

(28)

11

1990). Rumus β-glukosa dan β-selobiosa serta rantai selulosa

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Rumus kimia β-glukosa, β-selobiosa dan rantai selulosa (Salle,

1974).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis selulosa, yaitu

tipe substrat, suhu, waktu, pH, konsentrasi substrat, pemanfaatan enzim

kembali dan tipe reaktan, banyak dari faktor-faktor tersebut saling

ketergantungan sehingga menjadikan keseluruhan proses benar-benar lengkap

(Linko, 1975).

Laju metabolisme selulosa dapat diatur oleh beberapa pengaruh, yaitu

lingkungan, karakteristik fisik dan kimia tanah yang bervariasi memiliki

kapasitas selulolitik yang berbeda. Faktor lingkungan utama yang

mempengaruhi transformasi tersebut, yaitu suhu, aerasi, kelembapan, pH,

tingkat kesediaan nitrogen, keberadaan karbohidrat lainnya dan proporsi

(29)

D. Enzim Selulase

Selulase merupakan enzim yang mampu menguraikan selulosa menjadi

menjadi senyawa yang lebih serdehana, yaitu glukosa (Schlecel dan Schmidt,

1994). Struktur selulase terdiri atas satu pusat katalitik, daerah pengikat

selulosa dan rantai terglikolisasi. Enzim selulase adalah enzim ekstraseluler

yang dihasilkan oleh bakteri selulolitik jika di dalam media hidupnya terdapat

selulosa sebagai sumber karbon dan energi (Rahayu, 1991). Selulosa berperan

sebagai induser dalam sintesis selulase yang memiliki dua fungsi, yaitu

sebagai induser pada sintesis enzim dan sebagai sumber karbon untuk

pertumbuhan sel (Gong dan Tsao, 1979).

Enzim selulase merupakan suatu protein yang terdiri dari 434 residu asam

amino. Enzim ini memiliki beberapa sisi aktif yang terletak di beberapa

bagian pada rantai protein tersebut. Sisi aktif enzim selulase antara lain pada

glutamat 212, aspartat 214, glutamat 217, histidin 228, glutamat 295

(Winarno, 1986).

Selulase terdiri dari tiga komponen enzim, yaitu endo-β-1,4-glukanase,

ekso-β-1,4-glukanase dan β-glukosidase. Ketiga komponen enzim ini bekerjasama

dalam menghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu

glukosa (Schlecel dan Schmidt, 1994).

Mekanisme kerja enzim selulase dimulai dari proses hidrolisis selulosa yang

(30)
[image:30.595.144.473.96.303.2]

13

Gambar 2. Mekanisme kerja enzim selulase (Whithers, 1995).

Mekanisme di atas adalah proses hidrolisis selulosa oleh bakteri yang

dilakukan dengan bantuan enzim ekstraseluler, yaituendo β-1,4-glukanase,

ekso β-1,4-glukanase dan β-glukosidase. Enzim endo β-1,4-glukanase

menghirdrolisis polimer secara acak dan menghasilkan molekul selulosa

sederhana. Selulosa sederhana atau dua subunit glukosa dihidrolisis oleh ekso

β-1,4-glukanase pada bagian ujung sehingga menghasilkan selobiosa

disakarida. Selanjutnya selobiosa dihidrolisis oleh enzim β-glukosidase

menjadi glukosa. Enzim mempunyai kekhasan dalam mengenali dan mengikat

substrat, karena enzim mempunyai sisi aktif yang digunakan untuk mengikat

substrat, sisi aktif enzim yang dimiliki sangat spesifik. Enzim selulase

mempunyai gugus aktif–COOH yang merupakan gugus aktif dari asam amino

jenis asam aspartat (Whithers, 1995).

Enzim merupakan protein yang terdapat di dalam sel hidup sehingga

(31)

mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu suhu, pH, sinar ultraviolet, konsentrasi

substrat dan enzim, senyawa pengaktif (activator) dan senyawa penghambat

(inhibitor) (Salle, 1974).

Suhu dapat mempengaruhi terhadap aktivitas enzim, pertumbuhan dan

metabolisme bakteri. Enzim dapat berfungsi dengan baik sebagai katalisator

pada suhu optimum, jika suhu menyimpang dari suhu optimum maka aktivitas

enzim akan menurun (Hastowo dan Lay, 1994). Kecepatan reaksi suatu enzim

seiring dengan peningkatan suhu. Suhu memiliki dua pengaruh yang saling

berlawanan terhadap aktivitas enzim, yaitu meningkatnya suhu akan

meningkatkan aktivitas enzim tetapi sebaliknya juga mendenaturasi enzim

(Martoharsono, 1993). Menurunnya aktivitas mengikuti meningkatnya suhu

di atas optimum biasanya disebabkan oleh kerusakan enzim. Sebagian besar

enzim mempunyai aktivitas optimum pada suhu antara 30°C dan 40°C (Volk

dan Wheeler, 1988).

Shabib (1992) menyatakan bahwa peningkatan suhu di atas suhu optimum

menyebabkan rusaknya enzim karena enzim mengalami denaturasi.

Kecepatan reaksi enzim sangat ditentukan oleh perubahan suhu. Sensitifitas

enzim terhadap perubahan suhu ini dikenal dengan kestabilan enzim atau

kestabilan panas (heat stability). Kestabilan panas berarti sampai berapa

derajat pengaruh suhu tersebut terhadap kestabilan enzim (Zey, 1996). Suhu

rendah dapat menyebabkan laju aktifitas enzim sangat lambat tetapi pada suhu

tinggi laju aktifitas enzim sangat cepat sehingga reaksi enzimatik praktis

(32)

15

Perbedaan sumber enzim menyebabkan perbedaan daya tahan panas. Istilah

yang digunakan untuk menyatakan pengaruh suhu terhadap laju reaksi enzim

adalah koefisien suhu (Q10) yang biasanya bernilai sekitar 2,0. Hal ini berarti

bahwa laju reaksi akan mencapai dua kali lipat untuk peningkatan suhu 10°C

sampai denaturasi terjadi (Martoharsono, 1993). Setiap enzim mempunyai

suhu optimum,maksimum dan minimum (Salle, 1974). Karakteristik suhu

tersebut dipengaruhioleh sejumlah faktor seperti misalnya konsentrasi enzim,

sifat dasar dan konsentrasi substrat, pH dan keberadaan senyawa pengaktif

dan penghambat. Pada umumnya enzim memiliki aktifitas optimum pada

suhu optimum yang sama dengan suhu optimum untuk pertumbuhan sel

bakteri (Rodwell, 1985).

Enzim merupakan protein yang tersusun atas asam amino, oleh karena itu

pengaruh pH berhubungan erat dengan sifat asam-basa yang dimiliki oleh

protein. Umumnya enzim menunjukkan titik optimum aktifitas pada pH

tertentu (Martoharsono, 1993). Volk dan Wheeler (1988) menyatakan bahwa

konsentrasi ion hidrogen, yaitu keasaman atau kebasaan larutan sangat

mempengaruhi aktifitas suatu enzim. Hal ini disebabkan karena asam amino

yang merupakan pusat aktif enzim harus berada dalam keadaan ionisasi yang

tepat agar menjadi aktif. Setiap enzim memiliki pH maksimum, optimum dan

minimum. Nilai-nilai pH tersebut bervariasi dengan suhu, tipe dan

konsentrasi substrat, tipe larutan penyangga (buffer), ada atau tidak adanya

senyawa penghambat atau pengaktif dan waktu yang dibutuhkan enzim

(33)

Efek sinar ultraviolet salah satunya adalah merusak dan memodifikasi kerja

enzim. Kecepatan perusakan itu secara praktis tidak tergantung pada suhu

tetapi dipengaruhi oleh pH dan kondisi lingkungan yang lain. Enzim yang

murni lebih mudah rusak oleh sinar ultraviolet daripada enzim yang sama

dalam preparasi yang kurang murni. Enzim, seperti halnya bakteri dan sel

hidup lainnya paling sensitif pada panjang gelombang yang sama dari sinar

UV, yaitu di sekitar 2650 Å (Salle, 1974).

Menurut Salle (1974), semakin tinggi konsentrasi substrat mungkin dapat

meningkatkan atau mengurangi kecepatan suatu reaksi enzimatik, jika

konsentrasi substrat jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah enzim maka

suatu peningkatan kandungan substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi.

Laju aktivitas enzim akan meningkat dengan meningkatnya kadar substrat

sampai suatu titik tertentu. Sekali enzim jenuh dengan substrat, penambahan

kadar substrat tidak akan berpengaruh pada kecepatan reaksi. Makin rendah

kadar substrat yang akan menghasilkan aktivitas maksimum, yaitu

menjenuhkan enzim maka makin besar hubungan yang dimiliki enzim dengan

substratnya (Volk dan Wheeler, 1988).

Beberapa substansi yang dapat memulihkan aktivitas enzim disebut dengan

aktifator, sedangkan substansi lain yang dapat menghambat aktivitas enzim

disebut dengan inhibitor. Substansi-substansi tersebut mungkin salah satunya

bersifat spesifik atau non-spesifik, yaitu meliputi senyawa asam, logam berat,

(34)

17

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminarair flow

cabinet, autoclave,neraca analitik, inkubator, oven, jarum ose,

erlenmeyer, kompor listrik,vortex mixter,micropipette, pipet tips,

spektrofotometer, cawan petri, kapas, tabung reaksi,alumunium foil,

batang pengaduk, botol, bunsen, water bath shaker, gelas ukur, pinset

dan mikroskop.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 isolat bakteri

selulolitik koleksi Sutrisna, Liman dan Ekowati (2012), MRSAgar(De

Man Rogosa and Sharpe Agar), MRSBroth(De Man Rogosa and

Sharpe Broth), Agar Bacteriological,Nutrien Agar, gelatin, CMC

(Carboxy Methyl Cellulose), aquades, garam fisiologis, laktosa, sukrosa,

(35)

indikatorcongo red0,1%, indikatorphenol red, alkohol 70% dan

spirtus.

C. Metode Penelitian

Pada penelitian ini digunakan 5 isolat bakteri dari usus itik koleksi Sutrisna,

Liman dan Ekowati (2012) yang telah diremajakan. Koloni bakteri diberi

kode huruf dan angka. Huruf O dan K menunjukkan asal bakteri dari usus

itik yang diberi perlakuan bahan pakan dalam ransum berupa onggok (O) dan

kakao (K). Huruf i dan c menunjukkan asal bakteri dari usus itik yang

diambil dari bagianileum(i) dancolon(c), sedangkan angka untuk

membedakan antara bakteri satu dengan bakteri yang lainnya. Isolat bakteri

di uji indeks selulolitik secara kualitatif berdasarkan zona jernih yang

terbentuk dengan metode titik. Hasil dari uji indeks selulolitik dilakukan

analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil)

dengan taraf 5% untuk menentukan isolat bakteri yang memiliki aktivitas

enzim selulase terbaik. Tiga isolat bakteri yang memiliki indeks selulolitik

tertinggi di uji aktivitas enzimnya. Uji aktivitas enzim selulolitik isolat

bakteri disusun dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

dengan 3 ulangan sebagai kelompok. Untuk menentukan perbedaan aktifitas

enzim selulase, dilakukan dengan Rancangan Perlakuan Faktorial 3 x 4, yaitu

jenis isolat bakteri (Oc14, Oc15 dan Oi30) dan suhu inkubasi (suhu 35°C,

40°C, 45°C dan 50°C). Aktivitas selulase ditentukan berdasarkan kadar

glukosa yang terbentuk dengan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) sebagai

(36)

19

absorbansinya dibaca dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 540 nm (Hafnirsa, 2007).

D. Analisis Data

Data aktivitas enzim selulase yang diperoleh diolah menggunakan Analisis

Ragam (Anara) dan dilanjutkan dengan menggunakan BNT (Beda Nyata

Terkecil) dan Polinomial Ortogonal.

E. Cara Kerja

1. Peremajaan

Isolat (Oi27, Oi30, Ki2, Oc14, Oc15) bakteri dari usus itik koleksi

Sutrisna, Liman dan Ekowati (2012), diremajakan pada tabung reaksi

yang berisi media MRSAgarpadat miring, kemudian di inkubasi selama

48 jam di dalamanaerobic jarpada suhu kamar.

2. Karakterisasi Bakteri Selulolitik Secara Mikroskopik

Karakterisasi mikroskopik yang diamati meliputi bentuk sel, sifat bakteri

Gram dan ada tidaknya spora (Salle, 1974).

3. Uji Katalase

Uji katalase, masing-masing isolat bakteri umur 48 jam di ambil satu ose

dan diletakkan di atasobject glassyang telah diberi dua ose akuades,

(37)

menandakan bahwa bakteri bersifat katalase positif (Hastowo dan Lay,

1994).

4. Uji Motilitas

Uji motilitas, masing-masing isolat bakteri umur 48 jam di ambil satu

ose dan di tusukkan secara lurus atau vertikal pada media NA (Nutrien

Agar) padat yang telah disiapkan pada tabung reaksi, kemudian

diinkubasi pada suhu kamar selama 48 jam dalamanaerobic jar.

Dikatakan motil jika pertumbuhan koloni bakteri menyebar, sedangkan

nonmotil jika pertumbuhan koloni bakteri tidak menyebar.

5. Uji Gelatin

Uji gelatin, masing-masing isolat bakteri umur 48 jam di ambil satu ose

dan diinokulasikan pada medium nutrien gelatin yang telah disiapkan

pada tabung reaksi, kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 48

jam dalam anaerobic jar. Kemudian kultur diletakkan pada pendingin

dengan suhu 4°C selama 30 menit. Indikator pengamatan reaksi positif

jika medium gelatin tetap menjadi cair, dan negatif jika medium gelatin

menjadi padat (Lay, 1994).

6 Uji Fermentasi Gula

Uji fermentasi gula, masing-masing isolat bakteri umur 48 jam di ambil

satu ose dan diinokulasikan pada media uji (glukosa, galaktosa, laktosa

(38)

21

diinkubasi pada suhu kamar selama 48 jam dalamanaerobic jar.

Setelah waktu inkubasi selesai, diamati perubahan warna pada media

dan terbentuknya gelembung udara pada tabung durham. Perubahan

warna media menjadi kuning menunjukkan adanya fermentasi

sedangkan terbentuknya gelembung udara pada tabung Durham

menunjukkan bahwa bakteri menghasilkan gas pada proses

metabolismenya.

7. Uji Selulolitik Kualitatif

Uji selulolitik kualitatif, masing-masing isolat bakteri umur 48 jam di

ambil satu ose dan diinokulasikan pada media MRSAgar+ CMC 1%.

Kemudian isolat bakteri dititikkan pada permukaan media, lalu

diinkubasi selama 48 jam pada suhu kamar. Koloni yang telah tumbuh

kemudian ditetesi dengan indikatorcongo red0,1 %, didiamkan selama

10 menit, kemudian dibilas dengan NaCl 1%. Zona bening yang

terbentuk di sekitar bakteri mengindikasikan adanya aktivitas enzim

selulase. Kemudian indeks selulolitik dapat diukur dengan cara

membandingkan antara diameter zona bening dengan diameter koloni

yang terbentuk (Nurkanto, 2007).

8. Pembuatan Suspensi Isolat Bakteri

Isolat bakteri selulolitik yang sudah diremajakan pada media MRS Agar

(39)

yang berisi 50 ml media MRS Broth+ CMC 1%, kemudian diinkubasi

selama 48 jam di dalamanaerobic jarpada suhu kamar.

9. Produksi Enzim Selulase

Stater bakteri selulolitik diinokulasikan sebanyak 10% ke dalam 50 ml

media MRSBroth+ CMC 1%. Lalu diinkubasi padaanaerobic jar

selama 48 jam pada suhu kamar (Martien, 2000).

10. Penyiapan Enzim Selulase Kasar

Kultur bakteri yang telah tumbuh selama 48 jam tersebut dikocok

denganwater bath shakeryang didinginkan dengan es (suhu± 10°C)

pada kecepatan 120 rpm selama 2 jam. Setelah itu disentrifugasi dengan

kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, selanjutnya supernatan (filtrate

enzim) yang didapat dianalisi aktivitas enzim (Yani dan Djajasukma,

1991; Saskiawan dan Sastraatmadja, 1991).

11. Penentuan Aktivasi Enzim Selulase

Penentuan aktivitas enzim selulase dilakukan berdasarkan kadar glukosa

yang dihasilkan. Kadar glukosa di ukur dengan menggunakan metode

DNS (Miller, 1995). Supernatan diambil sebanyak 0,5 ml, lalu

diencerkan dengan menggunakan buffer sitrat pH 6,0 sebanyak 2 ml.

Kemudian dihomogenkan dan diambil larutannya sebanyak 0,75 ml,

dicampurkan dengan CMC 0,5% dalam buffer sitrat sebanyak 0,75 ml

(40)

23

sedangkan campuran enzim dan larutan CMC 0,5% yang langsung

dipanaskan tanpa diinkubasi selama 30 menit yang digunakan sebagai

kontrol, ke dalam campuran tersebut ditambahkan 1,5 ml

3,5-dinitrosaliclic acid. Dihomogenkan dan dipanaskan dengan air

mendidih selama 15 menit. Kemudian didinginkan dengan air dingin

selama 20 menit selanjutnya diukur absorbansinya dengan menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm. Absorbansi yang

diperoleh digunakan untuk menentukan kadar gula dengan rumus

persamaan regresi linier Y = a + bx. a dan b diperoleh dari perhitungan

gula standar, Y merupakan nilai absorbansi pada panjang gelombang

540 nm dan x adalah kadar glukosa yang dihasilan. Satu unit dari

aktivitas selulase diartikan sebagai jumlah dari enzim yang melepaskan

µmol glukosa dalam satu menit pada kondisi pengujian.

Penentuan aktivitas enzim selulase per unit dapat ditentukan dengan rumus:

Aktivitas enzim =

( )

Keterangan:

Faktor pengenceran : 5 kali

Berat molekul glukosa : 180 gr/mol

Waktu inkubasi : 30 menit

Aktivitas enzim pun dapat dikonversikan ke dalam satuan nkat. 1 unit =

(41)

jumlah dari enzim yang melepaskan nmol glukosa dalam satu detik pada

kondisi pengujian.

12. Pembuatan Kurva Standar Glukosa

Larutan standar yang digunakan adalah glukosa dengan interval

konsentrasi 0-200 µg yaitu 0 µg, 25 µg, 50 µg, 75 µg, 100 µg, 125 µg,

150 µg, 175 µg, 200 µg masing-masing larutan diambil sebanyak 0,75

ml, ditambahkan 0,75 ml larutan buffer sitrat CMC 0,5% sebagai

substrat dan 1,5 ml larutan DNS sebagai pereaksi. Kemudian

dihomogenkan, lalu dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit.

Selanjutnya didinginkan dalam air dingin selama 20 menit. Pengukuran

absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer dengan

(42)

25

F. Prosedur Kerja

[image:42.595.118.511.153.707.2]

Diagram alir penelitian adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Diagram alir penelitian

Isolat

Kultur murni Identifikasi

Assay enzim selulase

Assay enzim selulase

Assay enzim Assay gula standar glukosa

Kualitatif Kuantitatif

Zona bening Kadar glukosa

Indeks selulolitik Data absorbansi

Persamaan regresi linier

(43)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan.

1. Kelima isolat bakteri dari usus itik mempunyai kemampuan menguraikan

selulosa dan berasal dari genusLactobacillus.

2. Isolat bakteri Oc15 memiliki aktivitas enzim selulase tertinggi pada suhu

inkubasi 45°C, sedangkan terendah pada suhu inkubasi 50°C.

3. Isolat bakteri Oc14 dan Oi30 memiliki aktivitas enzim selulase tertinggi

pada suhu inkubasi 35°C, sedangkan suhu terendah pada suhu inkubasi

50°C.

4. Isolat bakteri Oc15 memiliki aktivitas enzim selulase tertinggi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan bahwa

isolat bakteri Oc15 dapat dijadikan sabagai probiotik untuk pakan tambahan

ransum itik, karena aktivitas enzim selulasenya masih dapat bekerja dengan

(44)

38

DAFTAR PUSTAKA

Ammirroenas, D.E. 1990. Mutu ransum berbentuk pellet dengan bahan serat biomassa pod cokelat (Theobroma cacaoL) untuk pertumbuhan sapi perah jantan (Tesis). Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 121 hlm.

Ardiansyah. 2010. Sehat dengan Mengkonsumsi Bekatul. Suara Pembaruan 23 Agustus 2010.

Artiyani, A. 2011. Bioetanol Dari Limbah Kulit Singkong Melali Proses Hidrolisis dan Fermentasi denganSaccharomyces cerevisiae. ITS. Surabaya.

Atlas, R. M. dan R. Barta. 1998. Microbial ecology: Fundamental and Aplications. Menlo Park.: Benjamin/Summings Science Publishing.

Austin, B. 1988. Metode-metode untuk Bakteriologi Akuatik(terjemahan Ratna Hadioetomo). PAU IPB. Bogor. p: 125-133.

Busto MD, Ortega N, Perez-Mateos M. 1995. Induction of β–glukosidase in

fungal and soil bacterial cultures. Soil Biol Biochem27:949-954.

Campbell, Neil A., Jane B. dan Reece. 2002. Biologi I, Edisi Kelima Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Chou LS, Weimer B. 1999. Isolation and characterization of acid and bile tolerant isolates from strains ofLactobacillus acidophilus. Journal Dairy Science. 62:23-31.

Dybker, R. 2001. Unit “Katal” for Catalytic Activity (IUPAC Technical Support). Pure Appl. Chem. 73:927-931.

Ernawati. 2008. Prosedur Pemeriksaan Bakteri Lab. Bakteriologi Balai Karantina Ikan Kelas I. Sultan Mahmud Bdarudin II.

(45)

Fuller, R. 1991. Probiotic The Scientific Basis. Chapman and Hall. London. P:1-8

Fuller R. 1992. History and development of probiotics. In:ProbioticThe Scientific BasisR. Fuller (ed). Chapman and Hall, London. P:1-8

Girindra, A. 1992. Biokimia I. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.

Gong, C.S dan G.T Tsao. 1979. Cellulase and Biosynthesis Regulation. Di dalam D. Perlman [ed] Annual Report of Fermentation process. Academic Press. New York.

Gunawan dan M. M. S. Sundari. 2003. Pengaruh Penggunaan Probiotik dalam Ransum Terhadap Produktivitas Ayam (Jurnal). IPB. Bogor.

Khabbah, N. 2007. Penetuan Kondisi Optimum Aktivitas Selulase Hasil IsolatL. collinoides(Skripsi). FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.

Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.

Hafnirsa. 2007. Uji Aktifitas Enzim Selulase dari Isolat Mikrofungi Saprofit Perkebunan Kopi Sumberjaya, Lampung Barat(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hastowo, S dan B. W. Lay. 1994. Analisis Mikrobia di Laboratorium. PT. Rajawali Press. Jakarta. p: 167-169.

Holt, J.G., N.R. Kreig, P.H.A. Sneath, J.T. Staley, & S.T. Williams. 2000. Bergey’s Manual ofDetermina tive Bacteriology. Ninth Edition. Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia. 787 pages.

Ibrahim, A. S. S & El-diwany AI. 2007. Isolation and identification of new cellulases producing thermophilic bacteria from an Egyptian hot spring and some properties of the crude enzyme. J Appl Sci1:473-478.

Irawadi, T. T. 1990. Selulase. IPB PAU Bioteknologi. Bogor.

Lay,B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta : 168 hlm.

(46)

40

Linko, M. 1975. An Evaluation of Enzymatic Hydrolysis of Cellulosic Materials. Technical Research Centre of Finland. Biotechnical Laboratory. Helsinki. Finland. p: 27-45.

Lynd LR, Weimer PJ, Zyl WH, Pretorius I. 2002. Microbiol cellulose utilization: fundamentals and biotechnology. Microbiol Mol Biol Rev66:506-793.

Madigan, M.T dan J.M. Martinko. 1997. Brock; Biology of Microorganisms. 8th edition. Pearson Prentice Hall. USA.

Madigan, M.T., J.M.Martinko dan J. Parker. 2000. Biology of Microorganisms. 9th edition. Prentice Hall International, Inc. New Jersey.

Martien, R. 2000. Isolasi dan identifikasi Bakteri Selulolitik serta

Kemampuannnya dalam Memproduksi Enzim Selulase dengan Waktu Inkubasi yang Berbeda dari Hutan Mangrove Tegakan Rhizophora sp. di Desa Kemujan, Karimunjawa(Skripsi). Jurusan Biologi FMIPA Undip. Semarang.

Martoharsono, S. 1993. Biokimia. Cetakan ke-14. UGM Press. Yogyakarta.

Martin, A. 1977. Intoduction of Soil Microbiology. 2ndEdition. John Wiley & Sons. USA.

Martin R. G. 1995. Using yeast culture and lactic acid bacteria in broiler breeder diets. In:Biotechnology in The feed industry. TP. Lyons & KA

Jacques (Eds). Proc. Alltech s Eleventh Annual Symp. pp. 371-378.

Meryandini, Anja, Wahyu Widosari, Besty Maranatha, Titi Candra Sunarti, Nisa Rachmania dan Hasrul. 2009. Isolasi Bakteri Selulolitik dan

Karakterisasi Enzimnya (Jurnal). IPB. Bogor.

Miller, G. L. 1959. Use of Dinitrosalicylacid Reagen for Determination of Reducing Sugar. Anal Chemistry; 426-428.

Moat, A. G. & Foster J. W. 1988. Microbial Physiology 2nd Ed. John Wiley and Sons. New York.

Mujiasih. 2001. Performan ayam broiler yang diberi antibiotik zinc bacitracin, probioticBacillussp. Dan berbagai levelSaccharomyces

cerevisiaedalam ransumnya (Skripsi). Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(47)

Nurkanto, Arif. 2007. Identifikasi Aktinomistes Tanah Hutan Pasca Kebakaran Bukit Bangkirai Kalimantan Timur dan Potensinya Sebagai

Pendegradasi Selulosa dan Pelarut Posfat. Pusat Biologi (LIPI).

Ogimoto, K. dan S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Scientific Societies Press. Tokyo.

Oluyemi, J. A. dan F. A. Roberts. 1979. Poultry Production in Warm Wet Climates. The MacMillan Press. Hongkong.

Pelczar, M. J., Chzn, E.C.S.and Krieg, N.R. 1993. Microbiology Concept and Applications. International edition. Micraw-Hill, Inc. United State of America, 947 pages.

Pelczar, M. J., Jr dan E. C. S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Rahayu, W. P.. 1990. Teknologi Fermentasi Umbi-umbian dan

Biji-bijian. Depdikbud. IPB. Bogor.

Raza AM, Shafiq-Ur-Rehman. 2008. Production and characterization of endo-β-1,4-glukanase from thermofilic fungus. J Biotechnol8: 3297-3302.

Rodwell. 1985. Biokimia Harper. Edisi 20. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

Roechyati, R. 1983. Kandungan kimia eceng gondok;Surabaya. Salamah, S. 2001. Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dengan Perlakuan Karbonat; Prosiding SeminarNasional “Kejuangan” Teknik

Kimia, Yogyakarta; Yogyakarta.

Salle, A. J. 1974. Fundamental Principles of Bacteriology. 7thEdition. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi. p: 807-809.

Salma dan Gunarto. 1999. Enzim Selulase Dari Trichoderma spp. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Vol. 2, No.2.

Salminen S, A. Ouwehand, Y. Benno, Y. K. Lee. 1999. Probiotic: how should they be defined. Trends food Sci techol10:107-110

Sari, R. 2012. Karakterisasi Bakteri Probiotik yang Berasal dari Saluran Pencernaan Ayam Pedaging (Skripsi). Universitas Hasanuddin. Makassar.

(48)

42

Saskiawan, I dan Sastraatmadja. 1991. Produksi Enzim Selulase Biak-Biak Aspergillus sp. pada Medium Campuran Serbuk Gergaji dan Dedak. Prosiding Hasil Penelitian Litbang SDH. LIPI. Bogor. p: 199-203.

Schlecel, Hans. G. dan Karin Schmidt. 1994. MikrobiologiUmum. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Scott, M. L., M. C. Nesheim dan R. J. Young. 1982. Nutritions of The Chicken. Second Ed. M. L. Scoot and Associates Ithaca. New York.

Seifert, H. S. H & F Gessler. 1997. Continous oral application of probiotic B.cereusan alternative to prevention of enteroxamia. Anim Res and Dev. 46: 30-38.

Shabib, N. 1992. Pemahaman Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim. PT. Citra Adutya Bakti. Bandung. p:89.

Shinmada K, Karita S, Sakka K, Ohmiya K. 1994. Cellulase, Xylanase, and Their Genes from Bacteria. Marcel Dekker Inc. New York.

Sjofjan, O. 2007. Isolasi dan IdentifikasiBacillusspp. Dari Usus Ayam Petelur Sebagai Sumber Probiotik (Jurnal). Universitas Brawijaya. Malang.

Suharto. 1999. Pengolahan BekicotUntuk Pakan Ternak. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Sumardi, Cristina Nugroho Ekowati dan Dwi Haryani. 2010. IsolasiBacillus Penghasil Selulase dari Saluran Pencernaan Ayam Kampung (Jurnal). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Surono, I. S. 2004. Probiotik Susu Feremntasi dan Kesehatan. Tri Cipta Karya. Jakarta.

Susilowati, D. N., Rosmimik, Saraswati R., Simanungkalit R. D. M. dan Gunarto L. 2008. Koleksi, Karakterisasi, dan Preservasi Mikroba Penyubur Tanah dan Perombah Bahan Organik. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

www.indobiogen.or.id/terbitan/pdf/warta_23_desember_2003.pdf

Sutiamiharja, N. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Amilase kasar

Termofilik dari Sumber Air Panas Gurukinayan Karo Sumatera Utara. USU Repository. Sumatera Utara.

Sutrisna, R., Liman, dan CN Ekowati. 2012. Pola Simbiotik Non-starch Polysaccharidese Limbah Agroindustri dan Campuran Bakteri

(49)

Volk, W.A. dan M. F. Wheeler, 1993. Mikrobiologi Dasarjilid I hal. 184-185. Erlangga. Jakarta. 396 hlm.

Weimer P.J.et.al. 1999. Effect of Diet on Population of Three Species of Ruminal Cellulolytic Bacteria in Lactating Dairy Cows. Journal of Dairy Science. Vol. 82.

Whither, S.G. dan R. Aebersold. 1995. Approaches to Labelling and Identification of Active Site Residues in Glucosidases. Jurnal of Protein Science4: 361-372.

Winarno, F. G.. 1986. Enzim Pangan. Cetakan Kedua. PT. Gramedia. Jakarta.

Yani, A. I. dan E. Djajasukma. 1991. Produksi Enzim Selulase dari Sepuluh Biak Kapang Aspergillus pada Media Singkong. Prosiding Hasil Penelitian Litbang SDH. LIPI. Bogor. p: 195-198.

Yuwanta, T., Zuprizal, Endang Sutriswati Rahayu dan Rudy Sutrisno. 2003. Konstribusi Pencernaan Fermentasi Itik yang Menggunakan Limbah Industri Pertanian Sebagai Sumber Serat Kasar Dalam Ransum (Karya Ilmiah Hasil Penelitian). Lembaga Penelitian UGM. Yogyakarta.

Zey, A.. 1996. Pengaruh Beberapa Ion Logam, pH dan Temperatur Terhadap Aktivitas Enzim D-glukosa Oksidase. Majalah BPPT: Kajian

Gambar

Gambar 1.  Rumus kimia β-glukosa, β-selobiosa dan rantai selulosa (Salle,1974).
Gambar 2. Mekanisme kerja enzim selulase (Whithers, 1995).
Gambar 3.   Diagram alir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD se-Provinsi Riau dengan motivasi, pelimpahan wewenang dan

[r]

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kandungan Lemak Babi pada Formulasi Krim

Pabrik ini berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilalrukan baik dari segi teknis dari segi ekonomi maupun dari segi keamanan produk

Penulis jurnal tersebut hanya menerangkan bagaiman menurut hukum Islam transaksi yang dilakukan melalui aplikasi Go-Jek dengan layanan Go-Food, yaitu transaksi layanan jual

Dalam konteks praktek pemesanan makanan via Go-Food yang merupakan salah satu bentuk praktek dari multi akad/ hybrid contract atau dalam istilah fiqihnya adalah

Sebaliaknya, jika sistem perpajakan tidak berjalan dengan baik maka wajib pajak semakin tidak beretika dan akan meningkatkan penggelapan pajak.. H2 : sistem perpajakan

Akhirnya, shalat dikemas dengan baju hukum (fikih) oleh para ulama’ pasca Nabi. Dalam perspektif antropologi, ritual dikreasi oleh manusia dan dirumuskan sesuai