• Tidak ada hasil yang ditemukan

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAK

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN LAMPUNG

SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH KECAMATAN PESISIR UTARA

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh: BINA YUSHA

Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu wilayah yang berada di Provinsi Lampung yang masyarakatnya mayoritas suku Lampung. Pekon ini memiliki beragam kebudayaan yang terus menerus dilaksanakan pada acara tertentu misalnya pada hari raya idul Fitri, hari raya idul adha, perkawinan dan banyak ragam lainnya. Salah satu kebudayaan yang masih sangat kental yaitu tradisi yang dilakukan pada upacara perkawinan, dimana masyarakat sekitar menyebutnya dengan nama Daduwai. Daduwai yang sering disebut dengan tradisi yang dilaksanakan pada upacara perkawinan ini merupakan suatu rangkaian tradisi turun temurun yang ada sejak nenek moyang dahulu. Daduwai ini kerap kali dilakukan tidak lain tujuannya ialah untuk memperkenalkan mempelai perempuan kepada alam dan lingkungan serta kehidupan baru yang akan dijalani.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tata cara pelaksanaan Daduwai pada perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan jelas bagaimanakah tata cara pelaksanaan Daduwai dalam perkawinan ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Uatara Kabupaten Lampung Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui; teknik observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(2)

i

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN

LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH

KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN

LAMPUNG BARAT

( Skripsi)

Oleh :

BINA YUSHA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

iii

DADUWAI DALAM UPACARA PERKAWINAN ULUN

LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH

KECAMATAN PESISIR UTARA KABUPATEN

LAMPUNG BARAT

Oleh:

BINA YUSHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012

Judul Skripsi :DADUWAI DALAM UPACARA

(4)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Provinsi Lampung ... 82

2. Peta Lampung Barat ... 82

3. Prosesi Khegah jak lamban ... 83

4. Prosesi Daduwai ... 83

5. Pembacaan syair daduwai ... 84

(5)

xiii

(6)

xiv 1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

1.1. Sejarah Singkat Pekon Way Beluah ... 34 Tata Cara daduwai dalam Upacara Perkawinan ulun Lampung Saibatin 1.1 Pendahuluan

2. Jalan Beriringan Menuju Terbit dan Terbenamnya Matahari... 52

3. Prosesi Pembacaan Syair Daduwai... 53

(7)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Skema prosesi daduwai ... 65

2. Daftar Istilah ... 66

3. Pedoman Wawancara ... 70

4. Biodata Informan ... 71

5. Daftar Pertanyaan ... 72

6. Rakapitulasi Hasil Wawancara ... 73

7. Surat Izin Penelitian Pendahuluan ke Pekon Way Beluah ... 77

8. Surat Keterangan Penelitian ke Pekon Way Beluah ... 77

9. Surat Keterangan Penelitian dari Pekon Pekon Way Beluah ... 79

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Table 1. Susunan Kepala Desa di Pekon Way Beluah ... 35

Tabel 2. Strukturisasi pekon Way Beluah... 35

Tabel 3. Luas Wilayah Pekon Way Beluah ... 37

Tabel 4. Keadaan Penduduk menurut umur... 38

Table 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 39

Tabel 6. Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian... 40

(9)

viii

MOTTO

(10)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Ali Imron, M.Hum. ...

Sekretaris : Drs. Maskun, M.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. H. Iskandar. Syah, M.H. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si

NIP 19600315 1985031 003

(11)

vi

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Prof. Dr. Ir. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Telp. (0721) 704624

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:

1. Nama : Bina Yusha

(12)

iv

SAIBATIN DI PEKON WAY BELUAH

KECAMATAN PESISIR UTARA

KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa :

Bina Yusha

No. Pokok Mahasiswa : 0813033003

Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ali Imron, M.Hum Drs. Maskun, M.H

NIP. 19570817 198503 1 002 NIP. 19591228 1985031 005

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Prodi. Pend. Sejarah

Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Maskun, M.H

NIP. 19560108 198503 1 002 NIP. 19591228 198503 1

(13)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Gunung Kemala, pada tanggal 01 September 1990 merupakan anak ketiga dari tiga saudara dari pasangan Bapak Yamamoto (Alm) dan Ibu Zanariyah. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :

1.SD Negeri 1 Gunung Kemala Kecamatan Ulu Krui Kabupaten Lampung Barat, selesai pada tahun 2002

2.SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat, selesai pada tahun 2005

3.SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat, selesai pada tahun 2008

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (NON SPMB)

(14)

x

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Daduwai Dalam Upacara Perkawinan Ulun Lampung Saibatin Di Pekon

Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat” pada program

studi pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis menyadari akan keterbatasan dan

kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak petunjuk dan bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. M. Thoha. B.S. Jaya, M.S selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila;

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila;

4. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila,

dan dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS

FKIP Unila, sekaligus Penguji Utama dalam ujian skripsi, yang telah bersedia

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam

proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

(15)

xi

6. Bapak Drs. Maskun, M.H, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing Kedua yang telah

bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, dan nasihat

kepada penulis dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

7. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, selaku dosen pada Program Studi Pendidikan

Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing Akademik

dan Pembimbing Pertama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan

bimbingan, kritik, saran, dan nasihat dalam proses kuliah dan proses

penyelesaian skripsi.

8. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah membimbing

penulis selama menjadi mahasiswa di program studi pendidikan sejarah.

9. Bapak Amirudin selaku kepala desa pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir

Utara Kabupaten Lampung Barat serta para pemangku adat dan tokoh

masyarakat pekon Way Beluah yang telah memberikan masukan dan informasi

tentang adat istiadat yang ada di pekon Way Beluah.

10. Lilih Rahmawati, Anisah, Rina Waryani, Prihatanti, Ni Made Marina Sari,

Resti Ratnawati dan Amerza Fransiska terima kasih atas hari-hari yang indah

dan persahabatan yang sampai saat ini tetap terjaga

11. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2008, Riyan Dwi

Purnomo, Noviandi, Syamsul Setiawan, Anggun (Mbot), Melia Nopitasari,

Benetta Okta Violetta, Diana sisca, Aas, Anggi Meilani, Muslimah, Berta

Safitri, Betri Yuliana, Zainal Abidin, Elly Alfes Jusa, Tahrir Musthofa, Edison

(16)

teman-xii

teman lain yang kiranya tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Terima kasih

karena telah menjadi teman yang baik bagi penulis

12. Terima kasih kepada Toni Afrian yang telah memberikan segenap perhatian

dan dukungannya sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini

13. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih

atas segalanya.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi

yang membaca.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis

(17)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa

yang kaya akan kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda. Dengan adanya

keragaman dan corak tersebut, maka Koentjraningrat membagi kebudayaan

menjadi 3 (tiga) wujud:

1. Kebudayaan serta tatanan kelakuan manusia yang didalam prakteknya bisa berupa cita, norma-norma atau aturan-aturan, pandangan sikap dan lain sebagainya.

2. Kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu sendari biasanya berupa proses aktifitas bersama.

3. Kebudayaan sebagai kelakuan manusia itu yang dalam masyarakat berupa

benda-benda peralatan hidup/perlengkapan hidup sehari-hari serta benda kesenian dan tata cara sebagainya. (koentjaraningrat,1981:189)

Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga

masyarakat pendukungnya yang diperoleh dengan jalan mempelajarinya. Ada tata

cara atau mekanisme tertentu dalam tiap masyarakat yang didalamnya terkandung

norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam tata cara pergaulan

masyarakat yang bersangkutan.

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1964:12) adalah Keseluruhan sistem,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik dari manusia dengan cara belajar. Mengingat kebudayaan adalah

(18)

2

keberadaannya dengan baik di tengah masyarakat. Kalau budaya adalah rasa,

cipta, dan karsa manusia maka untuk hasil dari budaya itulah yang dinamakan

dengan kebudayaan. Disamping itu terdapat 7 unsur kebudayaan menurut

Koentjaraningrat antara lain :

Dari salah satu unsur kebudayaan tersebut, perkawinan masuk kedalam suatu

organisasi sosial dikarenakan pada hakekatnya manusia tidak bisa berkembang

dengan baik dan beradab tanpa proses atau lembaga yang disebut perkawinan.

Melalui perkawinan akan menyebabkan adanya (lahirnya) keturunan yang baik

dan sah, dan keturunan yang baik dan sah dapat menimbulkan terciptanya satu

keluarga yang baik dan sah pula dan kemudian akhirnya berkembang menjadi

kerabat dan masyarakat yang baik dan sah pula (Tolib Setiady, 2008 : 221)

Salah satu suku bangsa di Indonesia adalah suku Lampung yang merupakan suku

asli nusantara yang bertempat tinggal di ujung Selatan Sumatra, memiliki 2

bentuk perkawinan yang berhubungan dengan upacara adatnya. Dua bentuk itu

adalah yang pertama Nayuh Balak dan yang kedua Bedu’a di lamban. Kedua

bentuk adat perkawinan tersebut masyarakat Lampung khususnya Lampung

Saibatin melaksanakannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. (Ali Imron,

(19)

3

Dengan adanya keragaman budaya dalam bentuk upacara perkawinan tersebut

maka kebudayaan yang telah ada harus tetap dijaga dan dikembangkan agar tidak

hilang dengan sendirinya. Salah satu budaya daerah yang hampir hilang tersebut

dan masih dijunjung tinggi oleh Ulun Lampung Saibatin adalah Daduwai.

Daduwai memiliki kata dasar yakni “ Duwai” yang berarti sungai atau air.

Daduwai adalah salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat dengan tujuan

memperkenalkan mempelai wanita kepada semua anggota masyarakat yang

menempati pekon tersebut yang kegiatannya berupa pembacaan syair/lagu

berisikan nasihat di tujukan untuk pihak mempelai wanita.

Dalam setiap pelaksanaan di suatu kegiatan akan terdapat makna yang terkandung

dalam nilai-nilai kegiatan tersebut. Tidak terlepas dari menjaga kelestarian tradisi

daduwai, juga penyampaian pesan moral dan etika bagi yang melaksanakan.

Maka makna yang terkandung dalam suatu kegiatan itu harus ditelaah lebih dalam

agar bisa mendapatkan jawaban seperti yang diharapkan. Namun sebelum itu

kegiatan awal yang harus dilakukan adalah melaksanakan proses daduwai it

sendiri.

Proses daduwai diawali dengan jalan beriringan menuju matahari terbit. Dalam

perjalanan semua kerabat yang mengikuti kegiatan ini melantunkan syair/lagu

berisikan nasihat yang ditujukan untuk mempelai wanita hingga pelaksanaannya

berakhir di ujung pekon atau arah terbenamnya matahari. Namun sebelum

kembali kerumah, mempelai wanita harus menyelesaikan kegiatan akhir yaitu

Siraman terhadap kedua kaki dan tangan yang di lakukan oleh salah satu istri

(20)

4

Begitu juga dengan tata aturan yang diterapkan dalam pelaksanaan daduwai, tidak

boleh membacakan atau melantunkan syair/lagu dengan sembarangan. Menurut

bapak Zetka`en putra ( 25 Oktober 2011, pukul 09.00 WIB ) yang berhak

membacakan syair/lagu adalah kaum hawa dikarenakan dari zaman dahulu hingga

sekarang yang mengikuti prosesi daduwai adalah kaum hawa, maka pembacaan

syair/lagu pun harus menurut kaidah yang berlaku. Syair/lagu tersebut merupakan

lagu adat yang di dapat secara turun temurun, dengan ritme tidak jauh berbeda

dengan Hahiwang dan Mua`yak.

Banyaknya kegiatan yang akan dilaksanakan dalam daduwai ini menunjukkan

bahwa pelaksanaan daduwai adalah sesuatu kegiatan yang penting dalam acara

perkawinan adat Lampung Saibatin. Tujuan pelaksanaan daduwai adalah untuk

mengenalkan mempelai wanita kepada kerabat dekat mempelai pria khususnya

dan umumnya kepada masyarakat dilingkungan tempat tinggal. Selain itu

pelaksanaan daduwai bertujuan agar mempelai wanita peduli dan cinta terhadap

lingkungan dan alam.

Dalam pelaksanaannya Daduwai sudah jarang sekali di terapkan dalam

upacara-upacara perkawinan, mengingat waktu dan persiapan serta pelaksanaan

membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu satu minggu sebelum

dilaksanakannya daduwai, ulun (orang) Lampung setempat sudah mulai

mempersiapkan alat-alat yang akan dibutuhkan dan menghapalkan syair/lagu yang

(21)

5

Observasi awal yang telah dilakukan menunjukkan fakta bahwa tradisi daduwai

hanya dilakukan oleh masyarakat Lampung bagian Pesisir Utara. Sedangkan di

wilayah Pesisir Tengah, Selatan dan Ulu Krui tidak lagi menggunakan tradisi

tersebut. Meskipun demikian tidak semua masyarakat Lampung bagian Pesisir

Utara melakukan tradisi daduwai, tetapi tradisi ini hanya dilakukan khusus oleh

masyarakat yang bersuku Lampung.

Upacara adat perkawinan masyarakat Lampung khusunya Lampung Saibatin

dibagi menjadi dua yaitu nayuh balak dan bedu`a dilamban. Nayuh balak

biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tingkat ekonominya tergolong tinggi

dan atau memiliki gelar kepunyimbangan adat. Bedu`a dilamban biasanya

dilakuan oleh masyarakat yang tingkat ekonominya tergolong menengah kebawah

dan atau tidak memiliki gelar kepunyimbangan. Dalam pelaksanaannya baik

nayuh balak maupun bedu`a dilamban menggunakan tradisi daduwai.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian

untuk mengetahui lebih jauh mengenai “Daduwai Dalam Upacara Perkawinan

Ulun Lampung Saibatin Di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara

(22)

6

B.Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat di identifikasikan

sebagai berikut:

a. Makna Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way

Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat

b. Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin

di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat

c. Tujuan pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di

pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat

2. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas jangkauannya, maka

penulis perlu membatasi permasalahan yag akan dibahas yaitu tentang Tata cara

pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di pekon Way

Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah sebagai

berikut : ”Bagaimanakah tata cara pelaksanaan Daduwai dalam perkawinan Ulun

Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten

(23)

7

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai

oleh penulis dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dengan jelas,

Bagaimanakah Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung

Saibatin di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung

Barat.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

pihak-pihak yang membutuhkan, adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Diharapkan memberikan informasi kepada penulis khususnya dan

masyarakat pada umumnya yang juga meneliti tentang Bagaimanakah Tata

cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan Ulun Lampung Saibatin di

pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.

2. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat, pemuka-

pemuka adat, agar dapat tetap mempertahankan serta mengembangkan

budaya bangsa yang kita miliki khususnya tata cara perkawinan adat yang

(24)

8

3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Subjek Penelitian : Masyarakat pekon Way Beluah Kecamatan pesisir

Utara Kebupaten Lampung Barat

2. Objek Penelitian : Tata cara pelaksanaan Daduwai dalam Perkawinan

Ulun Lampung Saibatin di pekon Way Beluah

Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung

Barat.

3. Tempat Penelitian : Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara

Kabupetan Lampung Barat

4. Waktu Penelitian : Tahun 2011

(25)

9

REFERENSI

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas

Lampung. Halaman 51

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian

Rakyat. Halaman 12

Setiady, Tolib. 2008. Hukum Adat Perkawinan. Bandung : Alfabeta. Halaman 221

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal

yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan

disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau

mengerjakan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang

bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi

sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu

manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Pengertian budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976: 157) adalah

pikiran, akal dan budi. Sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa

manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangan

(27)

11

untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan

untuk manusia.

Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat ( 2006:25) budaya adalah suatu

pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek

budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini

tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diterangkan bawha budaya adalah

suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok

orang dan diwariskan dari generasi ke generasi yang meliputi kegiatan sosial

masyarakat.

2. Konsep Perkawinan

Perkawinan merupakan fitrah manusia yang merupakan anugerah dari Tuhan

Yang Maha Esa. Puncak wujud cinta dari dua insan yang berlainan jenis yang

saling mencintai. Tujuan dari pernikahan diantaranya menyempurnakan separuh

agama, sunah rosul, pemenuhan kebutuhan lahir dan batin dan menlestarikan

keturunan. Pernikahan atau perkawinan tak lepas dari hal manusia sebagai

makhluk sosial yang tidak bisa sendirian dan selalu membutuhkan orang lain.

Begitu juga dengan masyarakat Lampung yang memandang perkawinan adalah

peristiwa sakral. Peristiwa yang menyatukan dua manusia dan dihalalkannya

hal-hal yang sebelumnya haram antar lawan jenis.

Perkawinan tidak hanya menyatukan dua insan berlainan jenis, akan tetapi juga

(28)

12

melibatkan keluarga dan kerabat. Semua orang pasti mengharapkan pernikahan

yang sah, direstui orang tua, sesuai aturan adat terlebih aturan agama.

(http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung)

Menurut Shalaby (2001:12) bahwa perkawinan adalah hukum alam yang tetap dan

luas bidangnya yang mencakup setiap makhluk hidup, hukum tersebut

membahagiakan setiap makhluk hidup dan masing-masing jenis akan memperoleh

bagian, yaitu suatu rahasia yang berbeda dengan rahasia yang di berikan kepada

lawan jenisnya.

Dalam sebuah perkawinan yang didalamnya terdapat upacara adat terdapat sebuah

hukum yang mengatur tentang perkawinan adat itu sendiri. Hilman Hadikusuma

dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perkawinan Adat’’, menyatakan : Hukum

perkawinan adalah hukum masyarakat (hukum rakyat) yang tidak tertulis dalam

bentuk perundang-undangan negara yang mengatur tata tertib perkawinan. Jika

terjadi pelanggaran terhadap hukum perundang-undangan maka yang mengadili

adalah pengadilan agama atau pengadilan negeri, sedang jika terjadi pelanggaran

terhadap hukum adat maka yang mengadili dalam arti menyelesaikan masalah

peradilan adat (peradilan masyarakat keluarga atau kerabat yang bersangkutan)

(Hilman Hadikusuma, 1995:15).

Sehubungan dengan pengertian perkawinan, maka perlu juga memahami

azas-azas perkawinan menurut hukum adat (Undang-Undang No. 1 / 1974) adalah

sebagai berikut :

(29)

13

2. Perkawinan tidak saja harus sah dilakukan menurut hukum agama atau kepercayaan tetapi juga harus mendapat pengakuan dari anggota kerabat 3. Perkawinan dapat dilakukan oleh seorang pria dengan beberapa orang

wanita sebagai istri yang kedudukannya masing-masing ditentukan menurut hukum adat setempat

4. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan orang tua dan anggota kerabat masyarakat adat dapat menolak kedudukan suami istri yang tidak diakui oleh masyarakat adat

5. Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup umur atau masih anak-anak. Begitupula walaupun sudah cukup umur perkawinan harus berdasarkan izin orang tua

6. Perceraian ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak diperbolehkan. Perceraian antara suami istri dapat berakibat pecahnya hubungan kekerabatan antara kedua belah pihak

7. Keseimbangan kedudukan antara suami dan istri-istri berdasarkan ketentuan adat yang berlaku, ada istri yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga dan ada istri yang berkedudukan bukan sebagai ibu rumah tangga, (Hilman Hadikusuma, 1995: 71)

Berdasarkan uraian di atas dapat kita jelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan

antara seorang pria dengan seorang wanita senagai suami istri dimana dalam

ikatan tersebut melibatkan pihak keluarga dan kerabat yang bersangkutan

diharapkan dari perkawinan itu akan mendapat keturunan yang mengikat kedua

belah pihak

3. Konsep Tradisi

Pengertian Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976:157) adalah

segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran yang turun temurun

dari nenek moyang. tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun

yang masih dijalankan di masyarakat.

Tradisi juga merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah

berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek

(30)

14

mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan.

http://mantenhouse.com/blog/tradisi secara umum.

Berdasarkan uraian di atas dapat diterangkan bahwa tradisi adalah suatu prilaku

yang lazim orang lakukan dalam sebuah tatanan masyarakat tertentu secara turun

temurun. Hal ini dilakukan semata-mata karena sifat tradisi adalah kontuinitas

(kelangsungan, berkelanjutan), dilakukan terus menerus sesuai dengan apa yang

dilakukan oleh para pendahulu mereka.

Bagi masyarakat Lampung tradisi yang masih dilaksanakan adalah tradisi

daduwai dalam upacara perkawinan ulun Lampung Saibatin yang didapat secara

turun temurun dan merupakan suatu tradisi yang pelaksanaannya berhubungan

dengan alam dan lingkungan karena daduwai memiliki kata dasar yakni duwai =

sungai

4. Konsep Perkawinan Ulun Lampung

Perkawinan ulun (orang) Lampung pada awal (dasarnya) menganut pola bujujokh.

Pola perkawinan bujujokh ini merupakan pola perkawinan warisan adat dari satu

nenek moyang ulun Lampung yang asli, yaitu ketika semua masyarakat Lampung

masih tinggal atau mendiami wilayah di Sekala Bekhak. Pada perkembangan

selanjutnya terjadi penyebaran masyarakat Lampung yang kemudian penyebaran

itu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu jurai pepadun dan jurai saibatin.

Dalam adat orang Lampung Saibatin, yang menjadi inti dalam penentuan suatu

perkawinan adalah status atau kedudukan perkawinan itu sendiri, karena status

(31)

15

maupun hubungannya dengan tempat tinggal, status keturunan, dan harta waris.

Konsep perkawinan yang ada pada orang Lampung Saibatin hanya ada dua yaitu :

konsep perkawinan bujujogh dan konsep perkawinan semanda. Konsep ini

biasanya tertanam kokoh pada setiap anggota masyarakat Lampung Saibatin.

Dalam pelaksanaan upacara perkawinannya, masyarakat Lampung menggelar

ritual yang dilaksanakan sebelum melaksanakan upacara perkawinan,

ritual-ritual tersebut antara lain :

a. Pemilihan jodoh b. Cara berkenalan c. Tempat pacaran

d. Cara melamar, penentuan mas kawin e. Upacara perkawinan dan

f. Adat menetap setelah menikah ( Ali Imron, 2005:37)

Disamping itu, terdapat pula suatu rangkaian acara yang dilaksanakan pada

sebelum hari H, ataupun acara yang dilaksanakan setelah hari H. seperti yang

dijelaskan diatas bahwa acara perkawinan pada masyarakat Lampung bukanlah

milik kedua mempelai saja melainkan yang mempunyai guwai (kerja) adalah para

kerabat dari keluarga kedua mempelai.

Biasanya tergantung dari pola perkawinan yang dipakai pada acara perkawinan,

apakah menggunakan bujujogh atau semanda. Oleh sebab itu seluruh kerabat yang

mempunyai tugas masing-masing akan mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan pada saat perkawinan berlangsung. Masyarakat pekon Way Beluah

Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat, biasanya menggunakan

(32)

16

Daduwai merupakan suatu rangkaian acara yang terdapat dalam proses

perkawainan bujujogh, dimana mempelai wanita mengikuti langkah suaminya

dalam berumah tangga. Tradisi ini juga merupakan suatu kegiatan sacral yang

memiliki makna bagi yang melaksanakan maupun yang menghadiri acara

tersebut.

5. Konsep Daduwai

Daduwai adalah tradisi yang dilakukan pada upacara perkawinan, yaitu dengan

mengantarkan mempelai wanita kerumah orang tua pihak pria dan setibanya

disana mempelai wanita di arak keliling kampung dengan diikuti para minak

muakhi (sanak Saudara) sambil melantunkan syair/lagu kepada sesama anggota

masyarakat yang telah ditunjuk tugasnya masing-masing.(wawancara kepada

Bapak Amirudin, sebagai kepala desa pekon Way Beluah, 25 November 2011)

Menurut bapak Suwandi yang merupakan salah satu tokoh adat yang memiliki

gelar kepunyimbangan radin, daduwai adalah salah satu tradisi yang dilakukan

masyarakat dengan tujuan memperkenalkan mempelai wanita kepada semua

anggota masyarakat yang menempati pekon tersebut. (wawancara dengan Bapak

Suwandi dengan Adok Radin, 25 November 2011)

Daduwai ini dilakukan pada saat menjelang sore hari yaitu sekitar pukul 14.00

WIB. Pelaksanaannya diawali dengan Khegah Jak Lamban, jalan beriringan

menuju terbit dan terbenamnya matahari, pembacaan syair/lagu daduwai, dan

prosesi terakhir adalah siraman. (wawancara kepada Bapak Mansyur (adok

(33)

17

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka sesuai dengan penelitian kebudayaan

yang ada daduwai adalah salah satu tradisi yang ada di pekon Way Beluah

Kecamatan Pesisir Utara Kabupeten Lampung Barat yang pelaksanaanya

menjelang sore hari dengan tujuan untuk memperkenalkan mempelai wanita

kepada minak muakhi (sanak saudara) mempelai pria dan kepada masyarakat yang

menempati pekon tersebut

6. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan adalah hubungan yang berdasarkan pada model hubungan

yang dipandang berdasarkan seorang ayah dengan anak serta antara seorang ibu

dengan anaknya. ( Ali Imron, 2005:27 ). Kekerabatan memiliki hubungan yang

kuat karena mempunyai nenek moyang yang sama, dan menunjukkan ada

hubungan darah, perkawinan dan keturunan. Kelompok keturunan ini dapat

bersipat patrilineal maupun matrilinier.

Hubungan kekerabatan dapat dilihat pada upacara adat yang dilakukan dengan

cara bersakai sembayan antara keluarga satu dengan keluarga yang lainnya dalam

menghadapi masalah berasama baik dalam suasana senang maupun susah. Pada

masyarakat yang menempati pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara

Kabupaten Lampung Barat ini menganut prinsip system kekerabatan yang ditarik

berdasarkan garis keturunan ayah atau patrilinier.

Dengan struktur kekerabatan seperti ini berpengaruh juga pada system kewarisan

(34)

18

keluarga adalah anak laki-laki tertua yang dikenal dengan nama Pun (gelar

punyimbangan adat), atau Udo bagi rakyat biasa.

Pada pelaksanaan perkawinan, saat inilah terdapat pembagian tugas antara kerabat

satu dengan yang lainnya menurut tingkat pertalian darah. Jika kerabat sekandung,

maka mereka memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dimulai dari

persiapan, pelaksanaan maupun penutup acara perkawinan. Namun kerabat yang

jauh, mereka hanya mendapatkan amanat dan membantu seadanya dari persiapan

hingga akhir acara.

B. Kerangka Pikir

Dalam upacara perkawinan pada Ulun (orang) Lampung Saibatin dapat dibedakan

dalam dua bentuk yang berhubungan dengan upacara adatnya. Dua bentuk itu

adalah yang pertama Nayuh Balak dan yang kedua Bedu’a di lamban. Kedua

bentuk adat perkawinan tersebut masyarakat pekon Way Beluah melaksanakannya

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti halnya dengan Daduwai, yang

sering disebut dengan istilah nge-daduwai. Istilah daduwai sering disebut sebagai

tradisi arak-arakan yakni mengiringi mempelai wanita mengelilingi kampung

halaman di awali dengan Khegah Jak Lamban, Jalan Beriringan Menuju Terbit

dan Terbenamnya Matahari, Pembacaan Syair/lagu, dan yang terakhir yaitu

(35)

19

C. Paradigma

Perkawinan Adat Ulun Lampung Saibatin

Nayuh Balak Bedu`a di Lamban

Daduwai

Pendahuluan : Khegah Jak Lamban

Acara Inti : 1. Jalan beriringan menuju terbit dan

terbenamnya matahari. 2. Pembacaan syair/lagu daduwai

Penutup : Siraman

Keterangan :

Garis Bentuk

(36)

20

REFERENSI

W. J. S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN

Balai Pustaka. Halaman 157

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006.

Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25

Hadikusuma, Hilman. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya

Bakti. Halaman 15

Soejono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. Halaman 20

Wawancara kepada Bapak Amirudin, sebagai kepala desa pekon Way Beluah,

25 November 2011

(http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung)

(37)

21

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode yang Digunakan

Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mnegukur keberhasilan dalam suatu

penelitian. Menurut Maryaeni (2005:58) metode adalah cara yang ditempuh

peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang

diterapkan. Berdasarkan pengertian di atas, maka metode adalah cara untuk

menentukan keberhasilan dari suatu penelitian terhadap obyek yang diteliti.

Salah asatu bentuk penelitian adalah penelitian kebudayaan. Penelitian

kebudayaan adalah suatu kegiatan untuk membentuk dan mengabtrasikan

pemahaman secra rasional empiris dari fenomena kebudayaan, terkait dengan

konsepsi, nilai, kebiasaan, pola interaksi, aspek kesejarahan, pertunjukan, maupun

berbagai bentuk fenomena budaya.

Fenomena budaya dapat berbentuk tulisan, rekaman, lisan, prilaku, pembicaraan

yang membuat konsepsi, pemahaman, pendapat, ungkapan perasaan,

angan-angan, gambaran pengalaman kehidupan dan lebih mengarah pada

fenomena-fenomena yang terjadi di dalam suatu masyarakat ( Maryaeni, 2005:23)

Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

(38)

22

memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan

gejala atau kelompok tertentu.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaiamana adanya. Metode

deskriptif juga memusatkan perhatiannya pada penemuan fatkta-fakta

sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Menurut Muhammad Nazir (1983:162),

menjelaskan metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat

pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan

sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Dengan demikian maka metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan

untuk menggambarkan atau melukiskan suatu kejadian atau pristiwa secara

sistematis, faktual dan akurat berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan

sebagaimana adanya. Hal ini berkaitan dengan masalah yang akan dijelaskan oleh

peneliti yaitu tentang tata cara pelaksanaan Daduwai dalam upacara perkawinan

ulun Lampung Saibatin di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara

Kabupaten Lampung Barat

B.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara

Kabupaten Lampung Barat. Lokasi ini dipilih karena di pekon Way Beluah

mayoritas masyarakatnya adalah suku Lampung, yang dipilih berdasarkan teknik

(39)

23

diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya.

Selain itu pemilihan lokasi penelitian didasari pertimbangan bahwa sebagian besar

masyarakat pekon Way Beluah adalah masyarakat Suku Lampung, disamping itu

lokasi penelitian juga tidak jauh dari pekon kelahiran penulis dengan harapan

penulis akan dapat lebih mudah melakukan penelitian karena secara verbal penulis

dapat berkomunikasi dengan para informan yang rata-rata berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa Lampung.

Pekon Way Beluah terdiri dari tiga dusun, yaitu Dusun 1, Dusun II dan Dusun III.

Sedangkan jumlah penduduknya yaitu berjumlah759 jiwa. Yang terdiri dari380

orang laki-laki dan 379 orang perempuan.

C.Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodelogi

Penelitian (1983; 79) menjelaskan bahwa variabel adalah sesuatu yang akan

menjadi objek yang akan diteliti atau dambil datanya dan menjadi penilaian,

sedangkan menurut Suharsimi Arkunto (1997; 12) adalah hal-hal yang menajdi

objek penelitian, yang ditatap dalm suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan

variasi. Dengan demikian variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian

terhadap data yang diamati. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

variabel tunggal yakni tata cara pelaksanaan Daduwai dalam perkawinan ulun

Lampung Saibatin di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten

(40)

24

D.Definisi Operasional Variabel

Menurut Moh. Ali (1988: 65) “Operasional variabel adalah suatu definisi yang

diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau

menspesifikasikan kegiatan atau untuk memberikan suatu operasionalan yang

diperlukan untuk mengukur variabel tertentu”.

Menurut Masri Singrimbun (1989; 46) operasional variabel adalah unsur

penelitian yang memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur

suatu variabel. Sedangkan menurut Moh. Nazir, 1985: 162, Definisi operasional

adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau konstrak dengan cara

memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu

operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut

Dengan demikian maka definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang

menekankan pada cara mengukur suatu variabel dengan cara memberi arti atau

mendefinisikan kegiatan agar mudah diteliti.

E.Informan

Syarat seorang informan harus jujur, taat pada janji, patuh dalam peraturan, suka

berbicara, tidak masuk dalam kelompok yang bertentangan dengan luar penelitian

dan mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal/peristiwa yang terjadi.

Menurut Moleong, informan adalah orang yang dalam latar penelitian, yang dapat

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang suatu penelitian, seorang

(41)

25

Sedangkan menurut J.S Badudu (1985; 55-56) dalam bukunya Ilmu Bahasa

Lapangan, Syarat-syarat informan adalah:

1. Umur informan harus benar-benar dapat mewakili dari suatu masyarakat

bahasa

2. Mutu kebudayaan dan psikologi seorang informan harus luas dan dapat

berbicara secara relevan

3. Informan hendaknya seorang penutur asli dari bahasa dan dialek yang sedang di pelajari

Berdasarkan pendapat diatas, maka informan dalam penelitian bukan hanya

orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang luas saja, melainkan orang yang

pernah mengalaminya. Jadi Informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

1. Tokoh masyarakat atau tokoh adat

Tokoh adat disini dimaksudkan adalah orang yang dianggap memahami secara mendalam tentang adat istiadat Ulun Lampung.

2. Informan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

3. Dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya. 4. Orang yang memahami objek yang diteliti tentang pelaksanaan Daduwai

5. Informan harus memiliki pengalaman pribadi tentang tata cara

pelaksanaan Daduwai

Narasumber pertama yang ditemui dalam penelitian ini – berdasarkan

rekomendasi dari kepala pekon(peratin) - adalah bapak Zetka`en Putra dengan

gelar adok dalom. Untuk mendapatkan data yang diinginkan bapak Zetka`en Putra

memberikan arahan kepada penulis untuk menemui narasumber lainnya. Antara

lain yaitu bapak Suwandi, M. Ali, Faisol, Zamirkhan, Merah, Mansyur, M. Toni

dan Solihin. Narasumber yang ditunjuk tersebut adalah orang yang memiliki gelar

(42)

26

F. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yag diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis

memakai tehnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi Partisipan

Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati

perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat

dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Observasi adalah pengamatan yang

dilakukan secara senghaja, sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-gejala

psikis untuk kemudian dilakukan penelitian.

Observasi menurut Mardalis ialah tehnik yang digunakan dalam rangka

mengumpulkan data dalam suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa

secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan

tertentu yang diinginkan.

MenurutSuwardi Endraswara (2006:133) observasi adalah suatu penelitian secara

sistematis dengan menggunakan kemampuan indera manusia, pengamatan ini

dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam.

Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah melihat secara langsung mengenai

objek yang akan diteliti.

Tehnik Observasi ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan

data dengan mengadakan observasi langsung terhadap obyek masalah yang

(43)

27

Daduwai dalam upacara perkawinan ulun Lampung Saibatin di pekon Way

Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Barat.

Selain itu peneliti juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh

masyarakat di pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Uatara Kabupaten Lampung

Barat dan melakukan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara

terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang dibantu dengan alat perekam,

dengan harapan data yang terkumpul dapat digambarkan sesuai dengan pandangan

masyarakat di pekon Way Beluah khususnya informan yang telah dipilih.

2. Wawancara

Menurut Moh. Nazir (1985;234) wawancara ialah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara sang

penjawab dan pewawancara dengan menggunakan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Joko Subagyo (1997;39) menjelaskan Wawancara yaitu suatu kegiatan yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden.

Menurut Koentjaraningrat, wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data,

merupakan cara yang digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden

dengan cara bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(44)

28

Teknik ini dilakukan untuk mencari keterangan lengkap, bentuk wawancara yang

dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terarah. Wawancara terarah yaitu

pertanyaan sudah disusun terlebih dahulu dalam bentuk daftar

pertanyaan-pertanyaan. Jawaban yang diharapkan sudah dibatasi dengan yang relevan saja

dan diusahakan agar informan tidak melantur kemana-mana, dengan demikian

dibuatlah suatu panduan wawancara disusun dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. menyusun kisi-kisi panduan wawancara untuk memudahkan

penyusunan pertanyaan sehingga sesuai dengan jenis data yang

dikumpulkan.

b. memilih pertanyaan yang relevan. Butir-butir pertanyaan yang tertuang

dalam kisi-kisi, selanjutnya dipilih mana yang diperlukan dan mana

yang tidak, sehingga tidak terjadi tumpang tindih (dan penghamburan

waktu maupun tenaga dalam pelaksanaan)

c. mencobakan (try out). Daftar pertanyaan yang sudah disusun sebelum

digunakan terlebih dahulu dicobakan, agar dapat diketahui kelemahan

serta efektivitasnya. Hasil percobaan selanjutnya dijadikan dasar untuk

perbaikan atau revisi.

d. membuat panduan wawancara yang siap digunakan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah salah

satu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara si penanya dengan si penjawab (informan), menggunakan panduan

(45)

29

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1989:48), teknik pengumpulan dengan cara

dokumentasi berarti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah,

dokumen peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

Mencatat data alur yang diperoleh data tentang teori yang bersesuai dengan

masalah dalam penelitian, maka digunakanlah teknik kepustakaan ini dilakukan

dengan cara membaca, memahami, dan membuat catatan-catatan teori dari

berbagai buku yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti.

Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1994:58) mengatakan bahwa dokumentasi

adalah cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang

arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah

penyelidikan.

Berdasarkan pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

tehnik analisis data yang akan dipergunakan untuk mendapatkan informasi dan

data tertulis maupun dalam bentuk gambar, photo, catatan, buku, surat kabar dan

lain sebagainya yang memiliki hubungan dengan maslah yang akan diteliti.

G.Tehnik Analisis Data

Setelah data-data berhasil dikumpulkan selanjutnya data-data tersebut dianalisis

untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Pada pokoknya teknik

analisis data ada dua macam, yaitu : teknik analisis data kualitatif dan teknik

analisis data kuantutatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

(46)

30

kasus-kasus, fenomene-fenomena, dan argumen-argumen sehingga memerlukan

pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah.

Analisis data menurut Moleong (1998; 103) adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang di sarankan

oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analitik, yaitu dengan memahami kejadian yang ada mengenai tata cara

daduwai di Pekon Way beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung

Barat.

Data dianalisis terlebih dahulu kemudian di olah dengan cara menginterpretasi

atau menafsirkan hasil isian dari kuesioner yang dibagikan kepada informan. Data

tersebut diklasifikasikan dan di pisahkan sesuai data yang diperoleh di lapangan.

Dilanjutkan dengan menarik suatu kesimpulan induktif, yaitu cara berfikir

didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu

kesimpulan secara umum dan dituangkan alam bentuk tulisan agar mudah untuk

dipahami.

Karena data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi

fenomena-fenomena, sehingga penelitian ini menggunakan teknik analisis

kualitatif. Maka untuk menganalisis data yang telah diperoleh tersebut,

langkah-langkah yang dilakukan menurut Moleong (1998:128) adalah sebagai berikut :

(47)

31

Data dari lapangan berupa sumber lisan maupun tulisan yang kemudian ditulis

direduksi, dirangkum, difokuskan kepada hal yang berhubungan dengan objek

yang akan diteliti yakni Tatacara Pelaksanaan daduwai lalu disusun secara

sistematis. Data yang direduksi memberi gambaran yang tajam tentang hasil

pengamatan peneliti dalam mencari kembali data nyang diperlukan. Dalam

penelitian data yang dikumpulkan merupakan data kualitatif tentang keadaan

sosial masyarakat dari berbagai aspek baik ekonomi, ideologi, politik, dan budaya

masyarakat Pekon Way Beluah Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung

Barat.

2. Display (penyajian data)

Display atau penyajian data , penyajian data digunakan untuk melihat gambaran

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan

membuat deskrifsi secara naratif disertai dengan tabel dan gambar atau poto

tentang kondisi objek penelitian baik berupa kondisi pekon Way Beluah maupun

tatacara pelaksanaan daduwai.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu berusaha mencari penjelasanalur

sebab akibat melalui penambahan data baru yang berkaitan dengan objek

penelitian tentang tatacara pelaksanaan daduwai. Data yang ditambahkan adalah

data yang relevan dari berbagai sumber buku-buku yang berkaitan dengan tatacara

(48)

32

baik tulisan maupun lisan dilakukan pengecekan kembali, kemudian dianalisis

serta ditafsirkan untuk menghasilkan karya berupa tulisan yang lengkap dan jelas.

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengambil kesimpulan

adalah :

1. Mencari data yang relevan dengan penelitian

2. Menyusun data dan menyeleksi data-data yang diperoleh dari sumber yang

disapat dilapangan

3. Setelah semua data diseleksi barulah ditarik kesimpulan dan hasilnya

(49)

33

REFERENSI

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara

Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 162

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 79

Arkunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Hal 12

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survei.

Jakarta:LP3ES. Hal 46

Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Lapangan. Jakarta: Gramedia. Hal 55-56

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Hal 113

Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta: Universitaas

Indonesia. Hal 81

Nawawi, Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Gajah mada: University. Hal 58

Lexi, J. Moleong. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya. Hal 103

Yogyakarta: Pustaka Widya Tama. Halaman 133

Nazir, Muhammad. 1983. Log cit. Halaman 162

Nazir, Muhammad 1985. Log cit. Halaman 234

Arkunto, Suharsimi. 1989. Log cit. Halaman 78

(50)

61

DAFTAR PUSTAKA

Aliana, Zainun Arifin, dkk. 1985/1986. Ragam dan Dialek Bahasa Lampung.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Lapangan. Jakarta: Gramedia. Hal 55-56

Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006.

Bandung:Remaja Rosdakarya. Hal.25

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta

Depdikbud Kanwil Lampung.1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung,

Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Daerah Lampung. Kanwil Prov.

Lampung : Bandar Lampung

Fadrudin, dkk. 1992. Senjata Tradisional Lampung. Jakarta : Penelitian

Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya

Endaswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.

Yogyakarta : Pustaka Widya Tama

Hadari, Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada : University

Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung:

Bandar Maju

. 1995. Hukum Perkawinan Adat. Bandung: Citra Aditya Bakti

Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas

Lampung

Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineke cipta

1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat

(51)

62

Lexi, J Moleong. 1998. Metodelogi penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja

Rosda Karya

Maryaeni. 2005. Metode penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara

Mustopo, M. Habib, dkk. 1983. Manusia dan Budaya, Kumpulan Essay, Ilmu

Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional

Nazir, Muhammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sanusi, A. Efendi. 2006. Tata Bahasa Lampung. Bandar Lampung: Universitas

Lampung

Setiady, Tolib. 2008. Hukum Adat Perkawinan. Bandung : Alfabeta. Halaman 21

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metodelogi Penelitian Survei..

Jakarta:LP3ES

Sumadi. Suryabrata. 1983. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta : Depdikbud

Susanto, Phil. Astrid. S. 1980. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta:

Depdikbud

W. J. S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN

Balai Pustaka. Halaman 157

http://mantenhouse.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-lampung

http://mantenhouse.com/blog/tradisi secara umum.

http://kamusbahasaindonesia.org/tradisional#ixzz1U5DVwvGx

Referensi

Dokumen terkait

Penetrasi bank asing berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank domestik secara parsial, yang artinya bahwa kehadiran bank asing di Indonesia dapat

Pada kesempatan yang berbagia ini, penulis ingin menghaturkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah- Nya yang besarlah, penulis

I didn’t, eat yesterday And I’m going not eat today And I’m not gonna eat tomorrow Cause I’m gonna be a supermodel.. --Lines from the song ˆI wanna be

Sehubungan dengan berita acara penetapan pemenang seleksi pemilihan penyedia jasa konsultansi nomor : 14/ ULP-DINSOS /BAPPS- PENGAWASAN RHL I / 2015 tanggal 13 Juli 2015

Muhsin selaku DPS yang ada BMT Tayu Abadi memberikan penjelasan yang sama seperti informan yang ada di BMT Yaummi Fatimah, ungkapnya: “Upaya Dewan Pengawas

Oktober 19^) berpendapat b^rwa Pusk Bahka (disebut- nya P3B) tidak beigerak apa^pa untuk membebaskan di- rinya dari keterpenjaraan Orde Bam. Pusat Bahasa h£^ bisa tampil

(Fifth ed.), New York: Cambridge University Press. Understanding language classrooms: A guide for teacher initiated action. Great Britain: Prentice Hall International. Approaches

dapat menyelesaikan proposal penelitian tindakan kelas dengan judul “ PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN MODEL INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD