• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Monooleilgliserol Dan Dioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol menggunakan katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Monooleilgliserol Dan Dioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol menggunakan katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abro, S., Pouilloux, Y. & Barrault, J. 1997. Selective synthesis of monoglycerides from glycerol and oleic acid in the presence of solid catalysts. Stud. Surf. Sci. Catal. 108: 539-546.

Allen, R., Marvin,W., Krishnamurthy.,R.,1982. Bailey’s Industrial Oil And Fat. Fourth Edition. New York : John Wiley and Sons .

Awang, R., Ahmad, S., Grazmah, G., 2001. Properties Of Sodium Soap Derived From Palm-Based Dihidroxystrearic Acid, Journal of Oil Palm Research, Vol 13.33, Malaysia

Awang,R., Ahmad,S., Ibrahim,M., Yunus,W., 2004 .Synthesis Of Monoglycerides From Dihidroxystearic Acid:Effect Of ReactionParameters. Malaysia : Journal Of Chemistry.Vol 6.No.1. 13-19

Bangun, N., Manullang, W., Panggabean, L., Sembiring, S. B., Simangunsong, R., Bali, P., Panjaitan, F., 2015. Performance of Tetraphenylsulfonato

Disilane in Catalttic Transesterification of Crude Palm Oil and Esterification of Fatty Acids with Secondary Alcohols. Procedia Chemistry, 14 : 295 – 300

Basumatary, S. 2013. Transesterification with Heterogenous Catalyst in Production of Biodiesel : A Review. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 5(1):1-7.

Bossaert, W.D., De Vos, D.E., Van Rhijn, W.M., Bullen, J., Grobet, P.J. & Jacobs, P.A. 1999. Mesoporous sulfonic acids as selective heterogeneous catalysts for the synthesis of monoglycerides. J. Catal. 182: 156-164.

Bonnardeaux, J., 2006. Glycerin Overview.Department Of Agriculture and Food. Australia.

Endalew, A. 2011. Inorganic Heterogenous Catalyst for Biodiesel Production From Vegetable Oils.Biomass And Bioenergy;35;3787-3809Fang Lin, 2013. Carbon-coated Mesoporous Silica Functionalized With Sulfonic Acid Groups and its Application to Acetalization.Dalian Institute of Chemical Physics, Chinese Academy of Sciences. Published by Elsevier B.V.;34:932-941

Ferretti, C. 2007. Monoglyceride synthesis by glycerolysis of methyl oleate on MgO: Catalytic and DFT study of the active site , Ind. Eng. Chem. Res. 48

(3)

Gates, B. 1991. Catalytic Chemistry. USA. John Wiley & Sons

Guan, G., K. Kusakabe, N. Sakurai, dan K. Moriyama. 2009. Transesterification of Vegetable Oil to Biodisel Fuel Using Acid Catalyst in the presence of Dimehyl Ether. Volume 88.

Guner, F.S., Sirkecioglu, A., Ydmaz, S., Erciyes, A.T. & Erdem-Senatalar, A. 1996. Esterification of oleic acid with glycerol in the presence of sulfated iron oxide catalyst. Journal of American Oil Chemist’s Society 73(3): 347-351.

Gunstone, F.D. 2004. The Chemistry of Oils and Fats. Australia: Blackwell Publishing Company Ltd.

Heykants, E., Verrelst, W.H., Parton, R.F. & Jacobs, P.A. 1997. Shape-selective zeolite catalysed synthesis of monoglycerides by esterification of fatty acids with glycerol. Stud. Surf. Sci. Catal. 105: 1277-1284.

Helwani, Z. 2009. Solid Heterogenous Catalysts for Transesterification of Trigliserides With Methanol: A Review. Appl Catal A:363:1-10

Kang, S. 2013. Recent Advances in Carbon-Based Sulfonated Catalyst : Preparation and Application. International Review of Chemical Engineering. Vol 5, N.2; 133-144

Kaewthong W, (2005), “Continuous Production of Monoacylglycerols by Glycerolysis of Palm Olein with Immobilized Lipase”, Journal of Process Biochemistry, Elsevier, vol 40 hal 1525 1530.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Tehknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Kimmel T., (2004), “Kinetic Investigation of The Base-Catalyzed Glyserolysis of Fatty Acid Methyl Ester”, Genehmigte Dissertation. Technischen Universitat Berlin, Berlin

Lawson.H.,1985. Standards For Fat And Oil. Wesport : The Avi Publishing Company.Inc

Leach, B. E. 1983. Applied Industrial Catalysist. Volume 2. New York. Academic Press

(4)

Mostafa, N.A, Maher, A, Abdelmoez, W. 2013. Production of mono-, di-, and triglycerides from Waste Fatty Acids through Esterification with Glycerol. Advances in Bioscience and Biotechnology, 4: 900 - 907

Noureddini H. Medikonduru, (1997), “Glycerolysis of Fats and Methyl Esters”, Journal of Biomaterials, University of Nebraska, Lincoln

Otera, J. 2013. Esterification: Methods, Reaction and application. Weinheim. Wiley- VCH Verlag GmbH & Co.KgaA.

Shriver, D. & Atkins, P. 1999. Inorganic Chemistry. Third Edition. New York. Oxford University Press.

Sleight, H. W. 1983. Catalyst Design And Section, Applied, Industry Catalyst. New York : Academic press.

Suhardjo dan Kusharto, C.M. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Voort, P., Muylaert, I., Verbeckmoes, A., Spileers, J., Demuynck, A., Peng, Li, Clippel, F., Sels, B. 2013.Synthesis of Sulfonated Mesoporous Phenolic Resins and Their Application in Esterification and Asymmetric Aldol Reactions.Material Chemistry and Physics.138 (2013) 131-139.

Wang, Z., Wang, Z., Bai, Y., Fu, B., Liu, H., Song, A., Zhang, Z., Zhang, M. 2012. Sulfonated Polyethersulfone Directly Sinthesized Through Sulfonic Monomer As A New Stable Solid Acid Catalyst for Esterification.Catalyst Communications. 27 (2012) 164-168.

Watanabe, T., Shimizu, M., Sugiura, M., Sato, M., Kohori, J., Yamada, N., Nakanishi, K., 2003. Optimization of reaction conditions for the production of DAG using immobilized

(5)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat

- Spektrofotometer FT-IR Shimadzu

- Kromatografi Gas

- Corong Pisah 250 ml Pyrex

- Neraca Analitis Mettler

- Hotplate Stirrer Cimarec

- Pengaduk Magnet

- Termo Control

- Pompa Vakum (Vacuum Pump)

- Labu Erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Termometer 3600C Boeco

- Gelas Beaker 100 ml Pyrex

- Gelas Ukur 25 ml Pyrex

(6)

3.2. Bahan

- Asam Oleat 93% PT Wilmart

- Normal Heksan Bratachem

- Gliserol PT Baristan

- 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenildisilane p.a Marck

- Dichloromethane p.a Merck

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 2 : 1 Reaksi Esterifikasi dilakukan dalam autoclave satinless steel dengan mencampurkan

3,04 gram asam oleat, 1 gram gliserol,0,1 gram katalis

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana dengan pelarut n-heksana dan dimasukkan pengaduk

magnet. Reaksi berlangsung pada suhu 120oC selama 10 jam sambil diaduk. Setelah 10 jam reaksi, campuran hasil reaksi diekstraksi dengan n-heksan dan akuades. Fraksi

yang larut dalam akuades dicuci berulang – ulang dengan n-heksan, dikeringkan dan

divakum. Fraksi yang larut dalam n-heksan dikeringkan lalu divakum. Produk

berupa cairan kuning kecoklatan kemudian ditimbang. Kemudian dikarakterisasi

(7)

3.3.2. Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 1 Reaksi Esterifikasi dilakukan dalam autoclave satinless steel dengan mencampurkan

6,09 gram asam oleat, 1 gram gliserol, 0,1 gram katalis

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana dengan pelarut n-heksana dan dimasukkan pengaduk

magnet. Reaksi berlangsung pada suhu 140oC selama 10 jam sambil diaduk. Setelah 10 jam reaksi, campuran hasil reaksi diekstraksi dengan n-heksan dan akuades. Fraksi

yang larut dalam akuades dicuci berulang – ulang dengan n-heksan, dikeringkan dan

divakum. Fraksi yang larut dalam n-heksan dikeringkan lalu divakum. Produk

berupa cairan kuning kecoklatan lalu ditimbang. Kemudian dikarakterisasi dengan

FT-IR dan Kromatografi Gas. Hal yang sama dilakukan untuk reaksi esterifikasi asam

(8)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 2 : 1

6,09 gram Asam Oleat

dimasukkan kedalam autoclave stainless steel

ditambahkan 1 gram gliserol dan 0,1 gram katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2 tetrafenilsulfonatodisilana

dimasukkan magnetic bar

dipanaskan pada suhu 140oC selama 10 jam sambil diaduk dan divakum

Campuran Hasil Reaksi

ditambahkan n-heksan

fraksi n-heksan fraksi

akuades

dikeringkan

divakum

ditimbang

hasil dianalisa dengan GC, FT-IR

dicuci dengan n-heksan berulang-ulang dikeringkan

divakum

katalis ditambahkan akuades

(9)

3.4.2. Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 1

3.04 gram Asam Oleat

dimasukkan kedalam autoclave stainless steel ditambahkan 1 gram gliserol dan 0,1 gram katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2 tetrafenilsulfonatodisilana

dimasukkan magnetic bar

dipanaskan pada suhu 120oC selama 10 jam sambil diaduk dan divakum

Campuran Hasil Reaksi

ditambahkan n-heksan

fraksi n-heksan fraksi akuades dikeringkan

divakum ditimbang

hasil dianalisa dengan GC, FT-IR

dicuci dengan n-heksan berulang-ulang dikeringkan divakum

katalis ditambahkan akuades

diekstraksi

Catatan : Dilakukan prosedur yang sama untuk perbandingan asam oleat dengan

(10)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk membuat monooleilgliserol dan dioleilgliserol

dari reaksi antara asam oleat dengan gliserol dalam pelarut n-heksana menggunakan

katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana (DMTFS). Perbandingan asam

oleat dengan gliserol dibuat tiga macam yaitu, 2 : 1, 1 : 1, 1 : 2. Hasil reaksi

esterifikasi pada perbandingan 1 : 1, yang paling banyak terbentuk adalah digliserida

sedangkan monogliserida masih sedikit, hal ini disebabkan gugus OH pada posisi 1

dan 3 pada gliserol adalah sama sifatnya. Dengan mengurangi konsentrasi asam oleat

dapat meningkatkan kadar monogliserida. Sehingga dilakukan reaksi esterifikasi

dengan perbandingan asam oleat dengan gliserol yaitu 1 : 2. Dibawah ini akan

diuraikan pembuatan dioleilgliserol dan monooleilgliserol.

4.1. Pembuatan Dioleilgliserol Perbandingan Mol Asam Oleat : Gliserol 2 : 1

Reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol dalam pelarut n-heksana dengan

perbandingan mol asam oleat : gliserol yaitu 2 : 1 yang berlangsung pada suhu

140oC selama 10 jam dengan menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana (DMTFS) menghasilkan campuran monogliserida dan

(11)

Persamaan reaksi esterifikasi ditunjukkan pada Gambar 4.1.

H

2

C

HC

H

2

C

OH

OH

OH

2 C

17

H

33

-COOH

Gliserol

Asam Oleat

DMTFS

t = 140

o

C

H

2

C

HC

H

2

C

O

O

O

C

OH

OH

C

17

H

33

MG (3,34%)

O

H

2

C

HC

H

2

C

O

O

O

C

OH

C

O

C

17

H

33

C

17

H

33

DG (72,09%)

O

H

2

O

Gambar 4.1. Reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol perbandingan 2 : 1 membentuk campuran monogliserida dan digliserida

Kromatogram produk reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol dengan

perbandingan mol 2 : 1 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Dari kromatogram produk reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada

(12)

terbentuk dioleilgliserol sebanyak 72.09 % dan hasil sampingnya monooleilgliserol

sebanyak 3.34 % dan trigliserida tidak terbentuk.

Gambar 4.2. Kromatogram produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada suhu 140oC perbandingan mol 2 : 1

(13)

Spektrum FT-IR dari produk esterifikasi ditunjukkan pada Gambar 4.3. Pita serapan

pada bilangan gelombang 2924 cm-1 dan 2855 cm-1 diberikan oleh υC-H alifatik dari

rantai oleat, υC=O dari karbonil asam karboksilat pada bilangan gelombang 1721 cm-1

dan pita serapan pada bilangan gelombang 1737 cm-1 menunjukkan regangan υC=O

dari ester. Ini menunjukkan bahwa ester telah terbentuk. Pita serapan ini bergeser

sebesar 28 cm-1 dari 1079 cm-1 pada asam oleat (Lampiran 1) menjadi 1737 cm-1 pada ester dan didukung juga dengan pita serapan pada bilangan gelombang 1117

cm-1 dan 1169 cm-1 diberikan oleh υC-O ester(Silverstein,1981)

Gambar 4.3. Spektrum FT-IR produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada suhu 140oC dengan perbandingan mol 2 : 1

4.2. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 1

Pada reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol perbandingan 2 : 1 pada suhu

140oC ternyata menghasilkan MG hanya 3.34 % dan DG 72.09 %. MG yang dihasilkan masih sangat kecil, ini mungkin disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi

dan jumlah asam oleat yang terlalu banyak. Oleh karena itu untuk menaikkan

υ

C=O

υ

C-O
(14)

perolehan MG, maka pada reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol diturunkan

suhunya menjadi 120oC dan perbandingan asam oleat : gliserol = 1 : 1. Reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol dalam pelarut n-heksana dengan

perbandingan mol asam oleat : gliserol adalah 1 : 1 pada suhu 120oC selama 10 jam dengan menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

(DMTFS) menghasilkan campuran monogliserida dan digliserida berupa cairan

kental berwarna kuning. Kromatogram produk reaksi esterifikasi asam oleat dengan

gliserol dengan perbandingan mol 2 : 1 dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Kromatogram produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada suhu 120oC perbandingan mol 1 : 1

(15)

Dari kromatogram produk reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada

suhu 120OC selama 10 jam dengan perbandingan 1 : 1 hanya dapat mengkonversi gliserol sebanyak 75.98 % dan 24.01 % masih belum bereaksi. Dari yang 75.98 %

gliserol yang terkonversi, terbentuk monooleilgliserol sebanyak 70.17 % dan

dioleilgliserol sebanyak 5.76 % dan trigliserida tidak terbentuk.

Spektrum FT-IR dari produk esterifikasi yang diperoleh ditunjukkan pada

Gambar 4.5. Pita serapan pada bilangan gelombang 2924 cm-1 dan 2855 cm-1 diberikan oleh υC-H alifatik dari asam oleat, υC=O dari karbonil asam karboksilat pada

bilangan gelombang 1721 cm-1 dan pita serapan pada bilangan gelombang 1737 cm-1 menunjukkan regangan υC=O dari ester. Ini menunjukkan bahwa ester telah terbentuk..

Pita serapan ini bergeser sebesar 28 cm-1 dari 1709 cm-1 pada asam oleat(Lampiran 1) menjadi 1737 cm-1 pada υC=O pada ester dan didukung juga dengan pita serapan pada

bilangan gelombang 1117 cm-1 dan 1169 cm-1 diberikan oleh υC-O ester (Silverstein,

1981).

Gambar 4.5. Spektrum FT-IR produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada suhu 120oC perbandingan mol 1 : 1

Monogliserida yang diperoleh pada reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol

pada rasio mol 1 : 1 masih sedikit yaitu 5.76 %, hal ini dikarenakan gugus OH posisi

(16)

Dengan mengurangi konsentrasi asam oleat dapat meningkatkan kadar monogliserida.

Sehingga dicoba untuk melakukan reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol

dengan rasio mol 1 : 2.

4.3. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 2

Reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol dalam pelarut n-heksana dengan

perbandingan mol asam oleat : gliserol yaitu 1 : 2 yang berlangsung pada suhu

120oC selama 10 jam dengan menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana (DMTFS) menghasilkan campuran monogliserida dan

digliserida berupa cairan kental berwarna kuning. Kromatogram produk reaksi dapat

dilihat pada gambar 4.6

Gambar 4.6. Data kromatografi Gas campuran produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol perbandingan mol 1 : 2

Gliserol Sisa

Monooleilgliserol Dioleilgliserol

(17)

Dari Kromatogram produk reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada

suhu 120oC selama 10 jam dapat mengkonversikan 100 % gliserol. Dari 100 % yang terkonversi, monooleilgliserol yang terbentuk meningkat dari 5.76 % menjadi 18.37

% dan dioleilgliserol juga meningkat dari 70.17 % menjadi 79.78 %.

Spektrum FT-IR dari produk yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 4.7.

Pita serapan pada bilangan gelombang 2924 cm-1 dan 2855 cm-1 diberikan oleh υC-H

alifatik dari asam oleat, υC=O dari karbonil asam karboksilat pada bilangan

gelombang 1721 cm-1 dan pita serapan pada bilangan gelombang 1737 cm-1 menunjukkan regangan υC=O dari ester. Ini menunjukkan bahwa ester telah terbentuk..

Pita serapan ini bergeser sebesar 28 cm-1 dari 1709 cm-1 pada asam oleat(Lampiran 1) menjadi 1737 cm-1 υC=O pada ester dan didukung juga dengan pita serapan pada

bilangan gelombang 1117 cm-1 dan 1169 cm-1 diberikan oleh υC-O ester. (Silverstein,

1981).

(18)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol dalam pelarut n-heksana

dengan perbandingan mol 2 : 1 dilakukan pada suhu 140oC selama 10 jam menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana(DMTFS)

menghasilkan monooleilgliserol sebesar 3.34 %, dioleilgliserol sebanyak

72.098 %, dengan perbandingan mol 1 : 1 dilakukan pada suhu 120oC selama 10 jam menghasilkan monooleilgliserol sebanyak 5.76 %, Dioleilgliserol

70.17 %, dengan perbandingan mol 1 : 2 dilakukan pada suhu 120oC selama 10 jam menghasilkan monooleilgliserol sebanyak 18.37 %, dioleilgliserol

sebanyak 79.78 %. Jelas terlihat bahwa dengan mengurangi konsentrasi asam

oleat dapat meningkatkan jumlah monogliserida yang terbentuk.

- Dari hasil reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol, digliserida adalah

produk yang paling banyak terbentuk. Hal ini disebabkan Gugus OH pada

posisi 1 dan 3 memiliki sifat yang sama. Sehingga monogliserida yang

terbentuk menjadi sedikit.

5.2. Saran

Reaksi esterifikasi diduga dipengaruhi oleh waktu reaksi, oleh sebab itu diharapkan

kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan reaksi ini dengan waktu reaksi yang

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Katalis

Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi

Gibbs yang lebih rendah (Shriver. D, dkk, 1999). Katalis tidak mengubah posisi

keseimbangan. Katalis semata – mata menurunkan halangan energy aktivasi diantara

pereaksi dengan produk sehingga keseimbangan dapat dicapai lebih cepat

dibandingkan dengan tanpa katalis (Leach, 1983).

Katalis yang berada pada fase yang sama dengan reaktan disebut sebagai

katalis homogen. Sedangkan katalis yang berada pada fase yang berbeda dengan

reaktannya (dapat berupa padatan, cairan yang tidak daapat bercampur) disebut

katalis heterogen ( Helwani, 2009 ).

Suatu katalis biasanya bekerja dengan membentuk ikatan kimia ke satu atau

lebih pereaksi yang kemudian dapat memfasilitasi konversi dari pereaksi menjadi

produk. Katalis tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Penjelasan kimia dari

proses katalisis secara kualitatif mengambil bentuk berupa mekanisme reaksi (Gates,

(20)

2.1.1. Katalis Homogen

Katalis homogen terdiri atas dua jenis yaitu katalis asam homogen dan katalis basa

homogen. Katalis basa yang umum digunakan adalah KOH dan NaOH. Penggunaan

katalis ini menimbulkan masalah yaitu sulit dipisahkan dari hasil reaksi. Katalis

asam homogen yang sering digunakan adalah H2SO4, HCl dan H3PO4. Akan tetapi

penggunaan katalis ini memerlukan waktu reaksi yang lama, dapat menyebabkan

korosi pada reactor yang digunakan (Helwani, 2009).

Penggunaan katalis asam homogen seperti asam sulfat umumnya memerlukan

waktu reaksi yang lebih lama karena dilakukan pada suhu rendah. Katalis ini juga

cenderung sangat sulit untik dipisahkan. Dalam pengembangan kearah kimia hijau

telah membawa kemajuan terhadap perkembangan katalis asam fase padat, dimana

material ini dapat menggantikan cairan asam yang bersifat korosif yang banyak

digunakan dalam industri (Guan. G, dkk, 2009).

2.1.2 Katalis Heterogen

Katalis heterogen juga terdiri atas dua jenis yaitu katalis heterogen yang bersifat basa

dan katalis heterogen yang bersifat asam. Beberapa katalis heterogen telah disintesis

baik yang bersifat asam maupun basa. Katalis heterogen basa yang paling umum

digunakan adalah senyawa-senyawa oksida logam seperti oksida logam alkali dan

oksidaa logam alkali tanah seperti MgO, CaO, SrO dan BaO (Endalew, 2011).

Keuntungan menggunakan katalis heterogen adalah mudah dipisahkan dari produk

yang terlarut dalam medium reaksi (Sleight, H. W. 1983)

Selain katalis heterogen basa, katalis heterogen asam juga telah banyak

(21)

katalis yang paling diminati saat ini karena memiliki gugus –SO3H dengan kerangka

karbon yang stabil sehingga mudah dipisahkan dari sistem reaksi (Kang, 2013).

Katalis heterogen asam berbasis sulfonat disintesis melalui reaksi sulfonasi.

Reaksi sulfonasi adalah suatu reaksi kimia yang dilakukan untuk memodifikasi

senyawa kimia dengan memasukkan gugus sulfonat (-SO3H) pad cincin aromatis

sebagai rantai utamanya. Sulfonasi merupakan salah satu reaksi elektofilik. Reaksi

sulfonasi dari senyawa polimer aromatis dapat menjadi reaksi yang sangat kompleks

karena sifat reversibilitas dari reaksi tersebut. Senyawa seperti H2SO4 dan SO3 adalah

bahan pensulfonasi yang paling umum digunakan untuk berbagai senyawa polimer

yang mengandung cincin aromatis misalnya polistirena (Wang. Z, 2012).

2.2 Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak merupakan senyawa yang sangat melimpah dialam dalam bentuk

lipida. Minyak dan lemak berbentuk triester dari reaksi kondensasi antara tiga

molekul asam lemak dengan sebuah molekul gliserol. Triester tersebut umumnya

dikenal dengan trigliserida.

Lemak dan minyak yang dijumpai dialam terdiri dari trigliserida campuran

yang merupakan ester dari asam lemak rantai panjang. Trigeliserida dapat berwujud

cair atau padat. Pada umumnya minyak berwujud cair pada suhu kamar karena

mengandung sejumlah besar asam lemak tak jenuh seperti oleat, linoleat, dan

linolenat. Sedangkan lemak umumnya berwujud padat pada suhu kamar karena

mengandung sejumlah besar asam lemak jenuh seperti stearat, palmitat, dan laurat.

Minyak dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dan lemak dapat diperoleh dari

(22)

Minyak dan lemak yang diperdagangkan merupakan campuran-campuran dari

lipid, mayoritas tersusun atas triasilglisrerol bersama dengan diasilgliserol,

monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Kebanyakn minyak dan lemak biasanya

dinamai berdasarkan sumber biologisnya (seperti minyak kedelai) tetapi

masing-masing minyak dan lemak memiliki rentang parameter fisika, kimia, dan

komposisinya sehingga dapat dikenali (Gunstone, 2004).

2.3. Asam Lemak

Asam lemak terbagi dua yaitu asam lemak jenuh dan tak jenuh. Dalam bahan pangan,

asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan adalah asam palmitat, yaitu 15% -

50% dari seluruh asam lemak yang ada, sedangkan asam stearat paling banyak pada

lemak atau minyak dari biji-bijian. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid), di

datangkan dari luar tubuh, umumnya tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh. Asam

jenis ini biasa dikenal dengan asam lemak esensial, misalnya asam oleat, linoleat,

dan linolenat, yang banyak terdapat pada minyak sayur, minyak jagung, minyak

kacang, kedelai, dan alpukat. Asam lemak esensial ini berfungsi untuk membantu

proses pertumbuhan, selain itu dapat mempertahankan kesehatan kulit terutama

mencegah terjadinya peradangan kulit (Marsetyo, 1991).

2.4 Asam Oleat

Asam lemak ini memiliki struktur sebagai berikut :

(23)

Asam Oleat pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau

kuning kecokelatan. Asam ini memiliki aroma yang khas. Beberapa sifat asam oleat

dapat dilihat sebagai berikut :

1. Massa molar : 282,4614 gr/mol

2. Densitas : 0,895 gr/ml

3. titik leburnya 15.3 °C

4. Titik Didih : 3600C (633 K) 5. Tidak larut dalam air

6. Larut dalam methanol (CH3OH)

Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak terkandung dalam minyak

nabati. Kandungan terbesar asam oleat adalah pada minyak zaitun (55-80%), pada

kelapa sawit mencapai 30-45% . Dalam bidang kesehatan, asam oleat bermanfaat

untuk menjaga kesehatan kulit. Selain itu juga asam oleat, dengan satu ikatan

rangkap, bersifat netral terhadap LDL (tidak menurunkan atau menaikkan), tetapi

dapat meningkatkan lipoprotein HDL (Suhardjo , dkk, 1992).

2.5 Gliserol

Gliserol memiliki rumus kimia C3H5(OH)3. Gliserol merupakan trihidrat alkohol,

dimana mempunyai dua gugus hidroksil primer dan satu gugus hidroksil sekunder.

2HC

HC

H

2

C

OH

OH

OH

(24)

H

2

C

HC

H

2

C

O

O

O

C

C

C

O

O

O

R

R

R

3H

2

O

2HC

HC

H

2

C

OH

OH

OH

3R - COOH

Trigliserida

Air

Gliserol

Asam Lemak

[H

+

]

Gliserol mimiliki titik lebur 18,2oC dan titik didihnya 290 oC yang diikuti dengan adanya dekomposisi (Bonnardeaux, J., 2006). Gliserol alami merupakan hasil

samping proses konversi lemak dan minyak. Dari proses splitting lemak dapat

diperoleh 15– 20 % larutan gliserol dalam air. Proses transesterifikasi menghasilkan

75 – 90 % gliserol dalam alkohol. Proses ini tergantung pada perbandingan jumlah

alkohol dan lemak ataupun minyak dan konsentrasi katalis. (Noureddini, H., 1997)

Fungsi utama dari gliserol adalah sebagai humectant (suatu zat yang berfungsi

untuk menjaga kelembutan dan kelambaban). Gliserol juga dapat digunakan sebagai

pelarut, pemanis, pangawet dalam makanan serta sebagai zat emollient dalam

kosmetik. Berdasarkan sifatnya, gliserol banyak digunakan sebagai zat pemplastis

(plasticizer) dan minyak pelumas dalam mesin pengolahan makanan dan minuman.

Hal ini disebabkan karena gliserol tidak beracun. Gliserol juga digunakan dalam

industri resin alkil untuk menjaga sifat kelarutan. Resin alkil merupakan suatu bahan

pengikat dalam cat dan tinta. Dalam penggunaannya secara keseluruhan, baik sebagai

zat aditif, sifat gliserol yang tidak beracun dan aman selalu menjadi suatu hal yang

menguntungkan (Bonnardeaux, J., 2006).

(25)

2.6. Gliserida

Gliserida disebut juga asilgliserol merupakan senyawa ester antara gliserol dan asam

lemak. Gliserida yang bersifat padat pada suhu kamar disebut lemak sedangkan yang

bersifat cair disebut minyak. Gliserida dengan 1,2, dan 3 rantai asam lemak, maka

masing-masing disebut mono, di dan triasilgliserol (trigliserida). (Wirahadikusumah,

1985).

2.6.1. Monogliserida

Monogliserida pertama sekali disintesis pada tahun 1853, dan baru pada tahun 1960

dibuat dalam skala industri melalui reaksi gliserolisis trigliserida.

H

2

C

HC

H

2

C

O

OH

OH

C

R

O

Gambar 2.4. Struktur Monogliserida (Awang, R. 2004)

Monogliserida dapat dihasilkan melalui reaksi antara berbagai substrat dengan

gliserol. Berdasarkan jenis substratnya, monogliserida dapat dibuat melalui reaksi

esterifikasi langsung antara asam lemak dengan gliserol, reaksi transesterifikasi

trigliserida dengan gliserol, reaksi transesterifikasi metil ester asam lemak dengan

gliserol, reaksi hidrolisis trigliserida atau lemak dan reaksi kondensasi asam lemak

(26)

Monogliserida sangat penting sebagai bahan pencampuran dalam pembuatan

kue dan juga penting sebagai shortening (termasuk cairan dalam susu dan telur).

Monogliserida yang ditambahkan sebagai shortening sangat penting untuk

memberikan sifat emulsifikasi dalam pembuatan kue yang berkualitas tinggi, juga

dalam pembuatan es dan ragi. Emulsifier ini juga bertindak sebagai pelembut dalam

roti (Lawson,H., 1985).

2.6.2 Digliserida

Digliserida adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan kimia antara gliserol

dengan 2 buah asam lemak bebas.

H

2

C

HC

H

2

C

O

OH

O

C

C

O

R

R

O

Gambar 2.5. Struktur Molekul 1,3-digliserida (Watanabe,dkk, 2003)

Digliserida dapat dihasilkan dari asam lemak melalui proses esterifikasi

dengan gliserol. Selain itu, dapat juga dihasilkan dari berbagai macam minyak nabati

melalui pengolahan trigliserida yang terkandung dalam minyak nabati dalam jumlah

yang besar. Digliserida dapat disintesis dari trigliserida melalui berbagai proses,

antara lain melalui reaksi gliserolisis, hidrolisis dan dengan menggunakan reagen

Grignard melalui proses deasilasi kimia (Fennema, 1996). Selain itu, digliserida juga

dapat disintesis dengan menggunakan bantuan enzim lipase seperti 1,3-regioselektif

lipase terkekang yang mampu mensintesis 1,3-digliserida dari gliserol dan asam

(27)

2.7 Esterifikasi

Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk menghasilkan

ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari asam karboksilat.

Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah

ester

jenis. Esterifikasi juga dapat diartikan sebagai transformasi asam karboksilat atau

turunannya menjadi ester. Reaksi langsung antara alkohol dan asam karboksilat

secara umum dibantu dengan katalis asam. Reaksi ini dapat berlangsung baik jika

dilakukan pada suhu tinggi (Otera, J. 2003).

Reaksi esterifikasi gliserol dengan asam oleat diperkirakan berlangsung secara

bolak-balik (reversible) yang menghasilkan produk samping adalah air. Air akan

menyebabkan reaksi berbalik kearah kiri (reaksi hidrolisa) akan menjadi besar,

dengan demikian pengendalian terhadap jalannya reaksi adalah sangat penting.

Produk gliserol monooleat akan maksimum diperoleh bila kesetimbangan reaksi

dipertahankan bergeser ke kanan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengambilan

produk gliserol monooleat atau air, dan menggunakan salah satu reaktan berlebih.

Salah satu cara yang paling mudah adalah mengambil produk sampingnya yaitu air,

yakni dengan mengkondensasikannya atau menggunakan vakum. Pengurangan

produk air sekaligus dapat mengurangi resiko terjadinya reaksi hidrolisa (reaksi

balik). Reaksi esterifikasi akan berjalan lambat jika dilakukan tanpa menggunakan

katalis. Untuk mendapatkan konversi yang tinggi dengan waktu yang relatif singkat

perlu adanya bantuan katalis. Reaksi dapat dijalankan dengan adanya katalis asam,

katalis basa maupun enzimatik (Kimmel, 2004). Reaksi umum esterifikasi asam oleat

(28)

2HC

HC

H2C

OH

OH

OH

2R - COOH

2HC

HC

H2C O OH OH C O R

2H2O

2HC

HC

H2C O OH OH C O R

2R - COOH

2HC

HC

H2C O O OH C O R C O

R 2H2O

2HC

HC

H2C O O OH C O R C O

R 2R - COOH

2HC

HC

H2C O O O C O R C O R C O R

2H2O

Gliserol Asam Lemak Monogliserida Air

Monogliserida Asam Lemak Digliserida Air

Digliserida Asam Lemak Trigliserida Air

Gambar 2.6. Reaksi Umum Esterifikasi antara Gliserol dan Asam Lemak

2.8. Reaksi Gliserolisis

Gliserolisis adalah reaksi penting antara gliserol dengan minyak atau lemak unruk

memproduksi mono dan Di-Asil Gliserol. Reaksi gliserolisis akan berjalan lambat

jika dilakukan tanpa menggunakan katalis. Untuk mendapatkan konversi yang tinggi

dengan waktu yang relative singkat perlu adanya bantuan katalis. Reaksi dapat

(29)

yang biasa digunakan dalam gliserolisis ini adalah NaOH. Persamaan reaksinya

sebagai berikut:

H2C-OH H2C-OH

| |

H C-OH + NaOH HC-OH + H2O

| |

H2C-OH H2C-ONa

Natrium Gliserolat

H2C-O-CO-R1 H2C-OH H2C-O-CO-R1 H2C-OH

| | | |

H C-O-CO-R2 + HC-OH HC-O-CO-R2 + HC-OH

| | | |

H2C-O-CO-R3 H2C-ONa H2C-O-Na H2C-OCO-R3

Natrium Diasil Gliserida Monogliserida

Kelemahan reaksi gliserolisis dengan menggunakan katalis logam alkali

adalah suhu reaksi cukup tinggi yaitu 220-250 0C. Temperatur yang tinggi ini menyebabkan produk yang dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak

diinginkan (Noureddini, H, 1997). Selain menggunakan katalis sodium gliserolat,

reaksi gliserolisis bisa juga dilakukan dengan menggunakan katalis enzim. Enzim

yang sering dipakai adalah enzim lipase. Temperatur yang digunakan reaksi

gliserolisis dengan katalis enzim sekitar 300C. Hal ini disebabkan katalis enzim tidak bias bekerja atau akan mati pada suhu yang tinggi. Oleh karena temperature yang

digunakan rendah, reaksi gliserolisis dengan katalis enzim membutuhkan energy yang

rendah. Kelemahan dari penggunaan enzim sebagai katalis adalah mahalnya harga

enzim (Kaewthong, W. 2005).

Gliserolisis dilakukan di industri untuk menghasilkan monogliserida dari

gliserol dan trigliserida. Reaksi antara trigliserida dengan gliserol untuk

(30)

sehingga dapat meningkatkan kelarutan gliserol pada fasa minyak dimana kelarutan

gliserol dalam minyak hanya sekitar 4 % pada temperatur kamar. Katalis basa seperti

NaOH, KOH dan Ca(OH)2 digunakan untuk mempercepat proses tersebut. Pada akhir

reaksi, katalis dinetralisasi dan campuran reaksi didinginkan dengan cepat. Langkah

ini sangat penting untuk meminimalkan kesetimbangan reaksi. Produk yang

dihasilkan dari proses tersebut adalah campuran monogliserida, digliserida,

trigliserida juga asam lemak bebas.

Dalam gliserolisis untuk mengurangi terbentuknya kembali trigliserida maka

dapat ditambahkan gliserol berlebih ke dalam campuran reaksi. Dengan penambahan

gliserol ini maka trigliserida akan mengalami gliserolisis untuk membentuk

monogliserida. Hanya saja terbentuknya digliserida dari campuran monogliserida

tidak dapat dihindarkan karena adanya reaksi interesterifikasi antara trigliserida dan

(31)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Monogliserida dan digliserida merupakan senyawa kimia penting yang dapat

diaplikasikan di dalam berbagai bidang seperti industri makanan, kosmetik, farmasi,

pelumas dan bahan emulsifier dalam proses produksi bahan pangan berlemak

misalnya margarine, mentega kacang, roti, biskuit dan es krim. Hal ini dikarenakan

monogliserida dan digliserida memiliki gugus karboksil yang bersifat lipofilik dan

gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik(Watanabe, dkk, 2004).

Untuk memperoleh senyawa Monogliserida dan digliserida tersebut dapat

dilakukan dengan tiga cara yakni; yang pertama, melalui reaksi esterifikasi langsung

antara asam lemak dengan gliserol, yang kedua, melalui reaksi transesterifikasi

trigliserida dengan gliserol, dan yang ketiga,melalui reaksi transesterifikasi metil ester

asam lemak dengan gliserol (Awang,R. dkk ,2004). Cara esterifikasi langsung antara

asam lemak dengan gliserol adalah cara yang paling tepat untuk menghasilkan

monogliserida dan digliserida dikarenakan asam lemak bebas dapat terlebih dahulu

terikat didalam pembentukan monogliserida (Guner, F. S, dkk,1996) sedangkan cara

transesterifikasi trigliserida dengan gliserol memiliki kelemahan yaitu suhu reaksi

yang tinggi yaitu 220-2500C. Temperatur yang tinggi ini menyebabkan produk yang dihasilkan berwarna gelap dan terbentuk bau yang tidak diinginkan (Noureddini, H,

(32)

Beberapa peneliti terdahulu yang berhasil membuat senyawa monogliserida

dan digliserida yaitu diantaranya melalui reaksi transesterifikasi terhadap metil

palmitat dengan gliserol dengan katalis KOH dalam pelarut metanol pada suhu

215-2200C memberikan hasil sebesar 50,6 % (Allen, R. 1982). Esterifikasi antara gliserol dan asam palmitat pada suhu 195oC dengan menggunakan katalis ZnCl2 (Mostafa,

N.A, 2013).

Demikian juga melalui reaksi gliserolisis metil oleat dengan gliserol untuk

membentuk monooleil gliserol dan dioleil gliserol dengan menggunakan katalis MgO

pada suhu 2200C (Farretti, C. 2007) dan pembuatan monooleilgliserol dan dioleilgliserol melalui proses esterifikasi langsung antara asam oleat dengan gliserol

dengan menggunakan katalis clipnoptilolite yang direaksikan pada suhu 1700C (Gunner, dkk, 1996).

Dalam reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam laurat dan asam oleat

banyak digunakan katalis heterogen seperti, katalis resin kation padat (Abro , S,

1997), Molecular Sieve Zeolit (Heykants, dkk, 1997), Sulfated iron oxide (Gunner,

dkk, 1996), Mesoporus material (Bossaert, dkk, 1999).

Umumnya pada reaksi esterifikasi digunakan katalis asam sulfat, namun

katalis ini dapat menimbulkan korosi pada reaktor, pencemaran lingkungan dan

tidak dapat digunakan kembali sehingga harga produk lebih mahal (Basumatary,

2013). Dan kebanyakan peneliti – peneliti terdahulu melakukan reaksi esterifikasi

untuk membentuk monogliserida dan digliserida pada suhu yang sangat tinggi. Oleh

karena itu, sangat menarik jika digunakan katalis berbasis sulfonat yang tahan pada

suhu tinggi, salah satunya yaitu katalis sulfonato disilana. Penggunaan katalis padat

dengan gugus fungsi asam sulfonat telah banyak dikembangkan untuk mengatasi

kelemahan – kelemahan tersebut, dimana telah dketahui bahwa semakin banyak

gugus sulfonat yang terikat maka reaksi akan berlangsung dengan baik dan juga

katalis dengan gugus sulfonat memiliki aktivitas katalitik yang tinggi dan tahan pada

(33)

Bangun, N dkk, 2015 telah mensintesis katalis asam berbasis disilana

sulfonat. Katalis ini disintesis dengan mensulfonasi senyawa

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenildisilana. Katalis ini telah digunakan untuk transesterifikasi CPO berkadar

asam lemak bebas tinggi yaitu 8% pada suhu 160 oC dan didapatkan yield 96% untuk menghasilkan biodiesel, dan juga telah digunakan untuk esterifikasi asam stearat dan

palmitat dengan alkohol sekunder dan memberikan hasil yang baik. Dari penelitian

yang dilakukan oleh Bangun, N dkk, katalis sulfonatodisilana ini memiliki kestabilan

termal yang sangat baik sehingga dapat digunakan pada suhu tinggi dan bersifat

reusable.

Dari uraian diatas, diketahui bahwa katalis

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana dapat mengkatalisis dengan baik reaksi esterifikasi asam

lemak rantai panjang dengan alkohol primer dan sekunder dan juga reaksi

transesterifikasi CPO untuk menghasilkan biodisel. Sehingga menarik jika katalis

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana (DMTFS) yang digunakan oleh

Bangun, N dkk dicoba untuk membuat monooleilgliserol dan dioleilgliserol.

1.2. Permasalahan

- Dalam menghasilkan monogliserida, sangat sulit untuk memproteksi gugus

OH yang ketiga sehingga lebih banyak digliserida yang dihasilkan. Oleh

karena itu dilakukan reaksi esterifikasi dengan mengurangi konsentrasi asam

oleat

- Umumnya pada reaksi esterifikasi digunakan katalis yang tidak tahan pada

suhu tinggi sehingga dalam penelitian ini akan digunakan katalis yang tahan

(34)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh monooleilgliserol dan dioleilgliserol dari reaksi esterifikasi asam

oleat dengan gliserol menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2

tetrafenilsulfonatodisilana

1.4. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi ilmiah terhadap penggunaan katalis asam heterogen

berbasis sulfonat pada reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol

menghasilkan monogliserida dan digliserida.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA USU Medan.

Analisa Kromatografi Gas dilakukan di PT WBI (Wilmar Bioenergi Indonesia)

Dumai. Karakterisasi produk dengan spektroskopi FT-IR dilakukan di PT Soci ,

Medan.

1.6. Metodologi Penelitian

- Reaksi esterifikasi dilakukan di dalam autoclave stainless steel dengan

mencampurkan asam oleat, gliserol, dan katalis

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana(DMTFS) dengan pelarut n-heksana dan

(35)

gliserol yaitu 2 : 1. Reaksi esterifikasi dilakukan pada suhu 1400C selama 10 jam sambil diaduk. Setelah 10 jam, reaksi dihentikan kemudian Campuran

hasil reaksi diekstraksi dengan n-heksan dan air dan akan terbentuk dua fraksi.

Fraksi n-heksan di uapkan untuk memisahkan produk dari pelarutnya

kemudian dikeringkan dan divakum sedangkan fraksi air yang merupakan

katalis dikeringkan kemudian divakum. Hasil esterifikasi yang diperoleh

dianalisa dengan Kromatografi Gas dan FT-IR.

- Reaksi esterifikasi dilakukan di dalam autoclave stainless steel dengan

mencampurkan asam oleat, gliserol, dan katalis

1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana(DMTFS) dengan pelarut n-heksana dan

dimasukkan pengaduk magnet dengan perbandingan asam oleat dengan

gliserol yaitu 1 : 1 . Reaksi esterifikasi dilakukan pada suhu 1200C selama 10 jam sambil diaduk. Setelah 10 jam, reaksi dihentikan kemudian Campuran

hasil reaksi diekstraksi dengan n-heksan dan air dan akan terbentuk dua fraksi.

Fraksi n-heksan di uapkan untuk memisahkan produk dari pelarutnya

kemudian dikeringkan dan divakum sedangkan fraksi air yang merupakan

katalis dikeringkan kemudian divakum. Hasil esterifikasi yang diperoleh

dianalisa dengan Kromatografi Gas dan FT-IR. Hal yang sama dilakukan

(36)

PEMBUATAN MONOOLEILGLISEROL DAN DIOLEILGLISEROL DARI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DENGAN GLISEROL

MENGGUNAKAN KATALIS 1,2,-DIMETIL-1,1,2,2,-TETRAFENILSULFONATODISILANA

ABSTRAK

Reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol dengan menngunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana telah menghasilkan monooleilgliserol dan dioleilgliserol. Pengujian hasil esterifikasi dilakukan dengan spektroskopi FT-IR dan Kromatografi Gas. Reaksi esterifikasi dilakukan dalam autoclave stainless steel pada suhu 140oC selama 10 jam dengan rasio mol asam oleat : gliserol = 2 : 1 menghasilkan MG 3.34 %, DG 72.09 % untuk rasio mol asam oleat : gliserol = 1 : 1 dilakukan pada suhu 120oC selama 10 jam Menghasilkan MG 5.76 %, DG 70.17 %, dan untuk rasio mol asam oleat dengan gliserol = 1 : 2 dilakukan pada suhu 120oC selama 10 jam menghasilkan MG 18.37 % dan DG 79.78 % .

(37)

PRODUCTION OF MONOOLEYLGLYCEROL AND DIOLEYLGLYCEROL FROM ESTERIFICATION OF OLEIC ACID AND GLYCEROL USING

1,2-DIMETHYL-1,1,2,2-TETRAPHENYLSULFONATODISILANE AS CATALYST

ABSTRACT

The esterification of oleic acid with glycerol using 1,2-dimethyl-1,1,2,2-tetraphenylsulfonatodisilane as catalyst have given monooleylglycerol and dioleylglycerol. Obtained product from both reaction were characterized by FT-IR and gas chromatography. The esterification was carried in autoclave stainless steel at 140oC for 10 hours with molar ratio of oleic acid to glycerol was 2 : 1 producing MG 3.34 %, DG 72.09 %, for molar ratio of oleic acid to glycerol was 1 : 1 at 120oC for 10 hours producing MG 5.76 %, DG 70.17 %, and for molar ratio of oleic acid to glycerol was 1 : 2 at 120oC for 10 hours producing MG 18.37 % dan DG 79.78 % .

(38)

PEMBUATAN MONOOLEILGLISEROL DAN DIOLEILGLISEROL DARI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DENGAN GLISEROL

MENGGUNAKAN KATALIS 1,2, -DIMETIL-1,1,2,2, TETRAFENILSULFONATODISILANA

SKRIPSI

DANIEL SIANTURI 110802026

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(39)

PEMBUATAN MONOOLEILGLISEROL DAN DIOLEILGLISEROL DARI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DENGAN GLISEROL

MENGGUNAKAN KATALIS 1,2, -DIMETIL-1,1,2,2,-TETRAFENILSULFONATODISILANA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DANIEL SIANTURI 110802026

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

PERSETUJUAN

Judul :

Kategori : Skripsi

Nama : Daniel Sianturi

Nomor Induk Mahasiswa : 110802026

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Departemen : Kimia

Fakultas :

Disetujui di

Medan, Oktober 2015

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Prof.Dr. Seri Bima Sembiring, M.Sc Dr. Nimpan Bangun, M.Sc NIP 194907181976031001 NIP 195012221980031002

Diketahui/Disetujui oleh:

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan,MS NIP: 195408301985032001

Pembuatan Monooleilgliserol Dan Dioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol menggunakan katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana

(41)

PERNYATAAN

PEMBUATAN MONOOLEILGLISEROL DAN DIOLEILGLISEROL DARI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DENGAN GLISEROL

MENGGUNAKAN KATALIS 1,2, -DIMETIL-1,1,2,2,- TETRAFENIL SULFONATODISILANA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2015

DANIEL SIANTURI

(42)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus sumber segala kasih sebab atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nimpan Bangun, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan kepala laboratorium Kimia Anorganik yang telah banyak memberikan arahan serta dukungan dana dalam menyelesaikan penelitian hingga penulisan skripsi ini dan kepada Bapak Prof. Dr. Seri Bima Sembiring, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi, wawasan ilmu kimia, mengajarkan keterampilan kerja maupun penulisan laporan hasil penelitian.Terima kasih kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Dr. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian skripsi ini, kepada Ibu Dra. Tirena Siregar ST, M.Eng selaku dosen pembimbing akademik, staf dosen Lab. Kimia Anorganik serta seluruh dosen dan staf pegawai yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayah dan ibu tercinta N. Sianturi dan N. Pakpahan yang telah memberikan semangat dan dukungan selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan masa studi serta Kakak, Abang dan Adik tercinta.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada orang-orang yang telah banyak membantu asisten Lab. Kimia Anorganik Bg Rizal, Bg Paulus, Bg Fantoso, K’ Lois, Bg Mars, K’Tio, K’ Nabila, K’Rahel, K’Wiwi, Anita, Juwita, Suryati, Baron, Freddy, Rendi, Claresta, Lince, Sahabat-sahabatku stambuk 2011 terutama teman seperjuangan Lianta dan Fernando. Juga kepada teman-teman Kos 35 Fernandes dan Sutan serta teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kiranya Tuhan yang akan membalas semua kebaikan yang telah dilakukan untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan kiranya dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya demi kemajuan ilmu pengetahuan terutama daalam bidang kimia.

(43)

PEMBUATAN MONOOLEILGLISEROL DAN DIOLEILGLISEROL DARI ESTERIFIKASI ASAM OLEAT DENGAN GLISEROL

MENGGUNAKAN KATALIS 1,2,-DIMETIL-1,1,2,2,-TETRAFENILSULFONATODISILANA

ABSTRAK

Reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan gliserol dengan menngunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana telah menghasilkan monooleilgliserol dan dioleilgliserol. Pengujian hasil esterifikasi dilakukan dengan spektroskopi FT-IR dan Kromatografi Gas. Reaksi esterifikasi dilakukan dalam autoclave stainless steel pada suhu 140oC selama 10 jam dengan rasio mol asam oleat : gliserol = 2 : 1 menghasilkan MG 3.34 %, DG 72.09 % untuk rasio mol asam oleat : gliserol = 1 : 1 dilakukan pada suhu 120oC selama 10 jam Menghasilkan MG 5.76 %, DG 70.17 %, dan untuk rasio mol asam oleat dengan gliserol = 1 : 2 dilakukan pada suhu 120oC selama 10 jam menghasilkan MG 18.37 % dan DG 79.78 % .

(44)

PRODUCTION OF MONOOLEYLGLYCEROL AND DIOLEYLGLYCEROL FROM ESTERIFICATION OF OLEIC ACID AND GLYCEROL USING

1,2-DIMETHYL-1,1,2,2-TETRAPHENYLSULFONATODISILANE AS CATALYST

ABSTRACT

The esterification of oleic acid with glycerol using 1,2-dimethyl-1,1,2,2-tetraphenylsulfonatodisilane as catalyst have given monooleylglycerol and dioleylglycerol. Obtained product from both reaction were characterized by FT-IR and gas chromatography. The esterification was carried in autoclave stainless steel at 140oC for 10 hours with molar ratio of oleic acid to glycerol was 2 : 1 producing MG 3.34 %, DG 72.09 %, for molar ratio of oleic acid to glycerol was 1 : 1 at 120oC for 10 hours producing MG 5.76 %, DG 70.17 %, and for molar ratio of oleic acid to glycerol was 1 : 2 at 120oC for 10 hours producing MG 18.37 % dan DG 79.78 % .

(45)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Singkatan ix

Daftar Lampiran x

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Permasalahan 3

Pembatasan Masalah 4

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Lokasi Penelitian 4

Metodologi Penelitian 4

Bab 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis 6

2.1.1. Katalis Homogen 7

2.1.2. Katalis Heterogen 7

2.2. Minyak dan Lemak 8

2.3. Asam Lemak 9

2.4. Asam Oleat 9

2.5. Gliserol 10

2.6. Gliserida 12

2.6.1. Monogliserida 12

2.6.2. Digliserida 13

2.7. Esterifikasi 14

2.8. Gliserolisis 15

Bab 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alat 18

3.2. Bahan 19

(46)

3.3.2. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol

Perbandingan mol 1 : 1 20

3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Esterifikasi Asam Oleat dengan gliserol Perbandingan Mol 2 : 1 21

3.4.2. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 1 22

Bab 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 2 : 1 23

4.2. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 1 26

4.3. Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Perbandingan Mol 1 : 2 29

Bab 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

Daftar Pustaka 32

(47)

DAFTAR GAMBAR

[image:47.612.122.509.182.536.2]

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1. Struktur Asam Oleat 9

2.2. Struktur Gliserol 10

2.3. Reaksi umum pembentukan gliserol 11

2.4. Struktur Monogliserida 12

2.5. Struktur 1,3-digliserida 13

2.6. Reaksi umum esterifikasi antara gliserol dan dengan asam lemak 15

3.4.1. Bagan esterifikasi asam oleat dengan gliserol Perbandingan mol 1 : 1 21

3.4.2. Bagan esterifikasi asam oleat dengan gliserol Perbandingan mol 2 : 1 22

4.1. Reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol Perbandingan mol 2 : 1 24

4.2. Data Kromatogram produk esterifikasi perbandingan mol 2 : 1 25

4.3. Spektrum FT-IR produk esterifikasi perbandingan mol 2 : 1 26

4.4. Data Kromatografi Gas produk esterifikasi perbandingan mol 1 : 1 27

4.5. Spektrum FT-IR produk esterifikasi perbandingan 28

mol 1 : 1 4.6. Data Kromatogram produk esterifikasi perbandingan 29

(48)

DAFTAR SINGKATAN

FT-IR = Fourier Transform – Infra Red

GC = Gas Chromatography

CPO = Crude Palm Oil

WBI = Wilmar Bionergi Indonesia

(49)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

Gambar

Gambar 4.1. Reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol perbandingan 2 : 1
Gambar 4.2.  Kromatogram   produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada
Gambar 4.3. Spektrum FT-IR produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada
Gambar 4.4. Kromatogram   produk esterifikasi asam oleat dengan gliserol pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Hasil dari negosiasi biaya yang mencakup aspek – aspek kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya, volume kegiatan dan jenis pengeluaran biaya

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W4, 2015 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Rencana pengelolaan aspek produksi adalah meliputi kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan pengelolaan hutan sebagai komunitas tegakan kayu jati dan rimba

In the W¨urzburg Residence an iSpace sensor frame is also mounted on top of the laser scanner.. iSpace is a high-precision position and tracking system from Nikon

Cara kerja dan tahapan pekerjaan utama tidak diuraikan dengan lengkap sesuai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang secara teknis dapat dilaksanakan, dan cara kerja dari

Figure 10: 3D surface model of the exterior walls (left) and the interior area (right) of the fortress Al Zubarah with and without texture generated with Autodesk web service

Lingkup pekerjaan : Pengeboran sumur dalam, pengadaan dan pemasangan Pompa Submersible, jaringan Pipa air minum, sambungan listrik baru dengan semua asesorisnya

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-3/W2, 2015 PIA15+HRIGI15 – Joint ISPRS conference 2015, 25–27 March