MARKUS CRISTOFEEL SITUMORANG
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
EFEK FUMIGAN MINYAK ATSIRI KULIT BUAH
LEMON (
Citrus limonum
), DAUN
MINT
(
Mentha piperita
),
DAN SERAI WANGI (
Cymbopogon nardus
) TERHADAP
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Fumigan Minyak Atsiri Kulit Buah Lemon (Citrus limonum), Daun Mint (Mentha piperita), dan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) terhadap Callosobruchus maculatus (Coleoptera: Bruchidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
ABSTRAK
MARKUS CRISTOFEEL SITUMORANG. Efek Fumigan Minyak Atsiri Kulit Buah Lemon (Citrus limonum), Daun Mint (Mentha piperita), dan Serai Wangi
(Cymbopogon nardus) terhadap Callosobruchus maculatus (Coleoptera:
Bruchidae). Dibimbing oleh IDHAM SAKTI HARAHAP.
Kacang hijau merupakan komoditas pascapanen yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang hijau yang telah dikeringkan umumnya disimpan di dalam gudang dan rentan serangan hama gudang. Callosobruchus
maculatus adalah salah satu hama gudang yang menyerang kacang-kacangan di
tempat penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek fumigan minyak atsiri kulit buah lemon, daun mint, dan serai wangi terhadap C. maculatus. Kertas saring direkatkan terlebih dahulu pada permukaan bagian dalam tutup cawan petri kemudian masing-masing minyak atsiri diteteskan kemudian dikeringanginkan. Sebanyak 20 serangga uji dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian direkatkan menggunakan plastisin agar kedap udara dan diinkubasi selama 72 jam. Minyak kulit buah lemon menyebabkan mortalitas serangga uji sebesar 91.67% pada dosis 0.1 ml/L udara, minyak atsiri daun mint menyebabkan mortalitas sebesar 96.67% pada dosis 0.04 ml/L udara, dan minyak atsiri serai wangi menyebabkan mortalitas serangga uji sebesar 93.3% pada dosis 0.18 ml/L udara .
Kata kunci: Callosobruchus maculatus, fumigan, minyak atsiri.
ABSTRACT
MARKUS CRISTOFEEL SITUMORANG. Fumigant Effect of Essential Oils of Lemon Peel (Citrus limonum), Mint Leaves (Mentha piperita), and Citronella
(Cymbopogon nardus) against Callosobruchus maculatus (Coleoptera:
Bruchidae). Supervised by IDHAM SAKTI HARAHAP.
Mungbean is common stored product consumed by Indonesian people. Dried mungbeans stored in a storage are vurnerable to stored product pest attack.
Callosobruchus maculatus is one of warehouse pest that attack stored beans in
storage. This research was aimed to examine the fumigant effect of essential oil distilled from lemon peel, mint leaves, and citronella against C. maculatus. Filter paper glued first on the inner surface of petridish lid then each essential oil is dripped on it and air dried. Twenty tested insects were introduced into petridish then sealed with plasticine to make it airtight and incubated for 72 hours. Lemon peel oil caused mortality by 91.67% at a dose of 0.1 ml/L of air, mint leaves oil caused mortality by 96.67% at a dose of 0.4 ml/L of air, and citronella oil caused mortality by 93.3% at a dose 0.18 ml/L of air.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.
MARKUS CRISTOFEEL SITUMORANG
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
EFEK FUMIGAN MINYAK ATSIRI KULIT BUAH
LEMON (
Citrus limonum
), DAUN
MINT
(
Mentha piperita
),
DAN SERAI Wangi (
Cymbopogon nardus
) TERHADAP
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Efek Fumigan Minyak Atsiri Kulit Buah Lemon (Citrus limonum), Daun Mint (Mentha
piperita), dan Serai Wangi (Cymbopogon nardus) terhadap Callosobruchus
maculatus (Coleoptera: Bruchidae) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pada Departemen Proteksi Tanaman. Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, dan memberikan banyak pengetahuan, arahan, dan saran.
2. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat kepada penulis.
3. Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti, MAgr selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan.
4. Kedua orang tua Pdt. Ir. Sahat Haodjahan Situmorang dan Dra. Rosmawaty Lumban Tobing, Apt yang tak henti memberikan doa, kasih sayang, cinta, dan dukungan kepada penulis.
5. Bang Oyas, Bang Anes, Bang Andrew, Kak Tina, Kak Gaby, Kak Kendra, Uda Mardame, Inanguda Ganda beserta seluruh keluarga besar atas kasih sayang, perhatian, dan bantuan doa.
6. SEAMEO BIOTROP atas kesediannya menerima penulis untuk melakukan penelitian dan segala fasilitas yang diberikan.
7. Ir. Sri Widayanti selaku supervisor Laboratorium Entomologi dan Bang Heriyanto selaku teknisi Laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP yang selalu memberikan bantuan kepada penulis.
8. Saudara terkasih Bibi Laura, Bang Tom, Rony, Edwin, Aftian, Dito, Samaja, Icha, Thasia, Bebet, Wikhen, Susi, Buntang, Johanes, Alm. Formen, Samuel, Pepi, Melati, Nova atas doa dan dukungan selama ini.
9. Kak Cici, Kak Wiwi, Euis, Bang Ihsan, Nadia, dan teman-teman PTN47 dan PTN48 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
BAHAN DAN METODE 3
Tempat dan Waktu 3
Alat dan Bahan 3
Metode Penelitian 3
Perbanyakan Serangga Uji 3
Uji Efek Fumigan 3
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Efek Fumigan Minyak Atsiri Kulit Buah Lemon 6
Efek Fumigan Minyak Atsiri Daun Mint 7
Efek Fumigan Minyak Atsiri Serai Wangi 9
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata persentase mortalitas imago Callosobruchus maculatus setelah aplikasi 72 jam pada berbagai perlakuan minyak atsiri kulit buah lemon 6 2 Rata-rata persentase mortalitas imago Callosobruchus maculatus setelah
aplikasi 72 jam pada berbagai perlakuan minyak atsiri daun mint 7 3 Rata-rata persentase mortalitas imago Callosobruchus maculatus setelah
aplikasi 72 jam pada berbagai perlakuan minyak atsiri serai wangi 9
DAFTAR GAMBAR
1 Rangkaian tahapan penelitian 4
2 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri kulit buah lemon terhadap
mortalitas Callosobruchus maculatus 7
3 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri daun mint terhadap
mortalitas Callosobruchus maculatus 9
4 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri serai wangi terhadap
mortalitas Callosobruchus maculatus 10
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang hijau merupakan komoditas pascapanen yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang hijau yang baru dipanen dan telah dijemur umumnya disimpan terlebih dahulu di dalam gudang sebagai cadangan makanan untuk digunakan ketika diperlukan. Penyimpanan di dalam gudang dapat menyebabkan gangguan dari berbagai hama gudang. Beberapa hama gudang berasal dari ordo Coleoptera, salah satunya adalah Callosobruchus maculatus.
Callosobruchus maculatus atau yang biasa disebut kumbang penggerek biji
kacangan adalah salah satu serangga yang menyerang jenis kacang-kacangan di tempat penyimpanan. Betina serangga ini dapat menghasilkan telur sebanyak 50-150 butir dan diletakkan satu per satu pada permukaan biji kacang hijau (Sudarmo 1991). Fase larva serangga ini merupakan fase yang paling merusak karena memakan bagian dalam kacang yang dapat menyebabkan hilangnya berat, turunnya potensi perkecambahan, nutrisi, dan kualitas benih (Umar dan Turaki 2014).
C. maculatus merupakan serangga yang dapat berkembang biak dengan
cepat dan membutuhkan waktu 30-35 hari (Devi dan Devi 2014). Infestasi serangga ini pada penyimpanan biji kacang-kacangan dapat mencapai 50% dalam waktu 3-4 bulan dan dapat menyebabkan kerusakan (Pasqual-Villalobos dan Ballesta-Acosta 2003). Untuk mencegah semakin meningkatnya jumlah kerusakan yang disebabkan oleh hama gudang, maka diperlukan pengendalian. Cara pengendalian yang umum digunakan adalah menggunakan insektisida sintetik, seperti piretroid sintetik dan fumigasi metil bromida karena mudah dan efisien dalam aplikasinya. Namun, pengendalian dengan cara seperti ini dapat menimbulkan efek samping seperti resistensi, resurjensi, penurunan kualitas komoditas, dan keracunan pada manusia jika tidak bijak dalam penggunaannya. Salah satu alternatif mengurangi efek samping tersebut adalah dengan menggunakan minyak atsiri sebagai bahan fumigan alami karena minyak ini merupakan senyawa organik yang tidak berbahaya.
Minyak atsiri atau yang biasa disebut sebagai minyak esensial merupakan minyak aromatik yang disuling dari bagian tanaman, misalnya daun, bunga ataupun biji tanaman tersebut (Tongnuanchan dan Benjakul 2014). Minyak kulit buah lemon (Citrus limonum), daun mint (Mentha piperita.), dan serai wangi
(Cymbopogon nardus) termasuk jenis minyak atsiri yang umum digunakan untuk
mengendalikan serangga.
Kulit buah lemon biasanya hanya dibuang sebagai sampah tetapi jika diolah dapat menghasilkan produk yang bernilai tinggi, yaitu minyak atsiri. Selain sebagai parfum ataupun pengharum ruangan, minyak ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan serangga. Menurut Moravvej et al. (2010) minyak kulit buah lemon dapat menyebabkan kematian sebesar 98% pada imago C. maculatus dengan dosis 0.1 ml/L udara dalam 24 jam setelah perlakuan.
2
menyatakan minyak daun mint menyebabkan kematian imago Sitophilus oryzae sebesar 97% dengan dosis 0.37 ml/L dalam 72 jam setelah perlakuan.
Minyak serai wangi merupakan salah satu minyak atsiri komersial Indonesia dan dilaporkan bahwa Indonesia adalah produsen minyak serai terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Minyak ini dapat diaplikasikan dalam berbagai industri, salah satunya adalah sebagai produk lotion penolak nyamuk yang murah, efektif, aman dan praktis. Koul et al. (2008) menyatakan bahwa minyak serai wangi dapat digunakan untuk mengendalikan ulat Spodoptera litura dan lalat Musca domestica dengan LD50 berkisar antara 66.0-111.2 µg/serangga.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek fumigan minyak kulit buah lemon (Citrus limonum), daun mint (Mentha piperita), dan serai wangi
(Cymbopogon nardus) terhadap imago C. maculatus.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang potensi minyak kulit buah lemon (C. limonum), daun mint (M. piperita), dan serai wangi (C.
nardus) sebagai bahan alternatif yang ramah lingkungan untuk pengendalian
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi, Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO BIOTROP), Bogor dari bulan Januari sampai Juni 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah cawan petri, pipet Mohr, kertas saring berdiameter 7 cm, plastisin, alat tulis, stoples, label, kain kasa ukuran 12x12 cm dan kamera digital. Bahan yang digunakan adalah serangga uji C. maculatus yang diperoleh dari koleksi laboratorium Entomologi SEAMEO BIOTROP, aseton, lem, kacang hijau, minyak kulit buah lemon, minyak mint, dan minyak serai wangi
Metode Penelitian Perbanyakan Serangga Uji
Serangga uji yang digunakan adalah C. maculatus yang diperoleh dari koleksi laboratorium Entomologi BIOTROP. Serangga tersebut diambil sebanyak 600 imago dan dimasukkan kedalam stoples yang berisi kacang hijau. Setelah seminggu kemudian semua imago dikeluarkan dan serangga yang terdapat di stoples diinkubasi selama 2 minggu. Pengembangbiakan dilakukan agar menghasilkan generasi F1 yang berumur seragam.
Uji Efek Fumigan
Pengujian efek fumigan minyak atsiri dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan. Pada uji pendahuluan, minyak atsiri kulit buah lemon, daun mint, dan serai wangi diuji pada dosis 0.1, 0.05, 0.01, 0.005, dan 0.001 (v/v). Setiap minyak atsiri tersebut diteteskan sebanyak 0.5 ml secara merata pada kertas saring dengan diameter 7 cm yang telah direkatkan pada permukaan bagian dalam tutup cawan petri dan menggunakan pipet Mohr 1 ml. Perlakuan kontrol hanya menggunakan aseton yang diteteskan pada kertas saring. Setelah diberi perlakuan, tutup cawan petri dibiarkan sedikit terbuka selama ± 30 detik agar pelarut aseton dalam kertas saring perlakuan dan kontrol menguap. Sebanyak 20 imago C. maculatus dimasukkan kedalam cawan petri yang berisi kertas saring perlakuan dan kontrol. Sebelum cawan ditutup, bagian dasar tutup cawan petri ditutup menggunakan kain kassa agar tidak terjadi kontak antara serangga dengan kertas saring. Celah diantara bagian tutup dan dasar cawan petri disekat dengan plastisin untuk mencegah terjadinya kebocoran uap minyak atsiri tersebut. Mortalitas serangga diamati dan dihitung pada 72 jam setelah perlakuan (JSP) (Arifin 2013).
4
sebesar 0.1 ml/L udara dan LD95 sebesar 0.18 ml/L udara. Sehingga dosis yang digunakan untuk uji lanjut minyak atsiri kulit buah lemon adalah 0.02, 0.04, 0.06, 0.08, dan 0.1 ml/L udara, minyak atsiri daun mint diuji pada dosis 0.006, 0.008, 0.01, 0.02, dan 0.04 ml/L udara, dan minyak atsiri serai wangi pada dosis 0.1, 0.12, 0.14, 0.16, dan 0.18 ml/L udara. Perlakuan dan pengamatan yang dilakukan pada uji lanjut sama dengan uji pendahuluan. Mortalitas serangga uji pada 72 JSP diolah dengan analisis probit menggunakan program POLO-PC (LeOra Software 1987).
5
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efek Fumigan Minyak Atsiri Kulit Buah Lemon
Fumigasi menggunakan minyak atsiri kulit buah lemon memiliki pengaruh terhadap mortalitas imago C. maculatus. Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa persentase mortalitas tertinggi sebanyak 91.67% dicapai saat pemberian dosis tertinggi yaitu 0.1 ml/L udara, sedangkan persentase mortalitas terendah sebanyak 53.3% dicapai saat pemberian dosis terendah yaitu 0.02 ml/L udara. Kematian C.
maculatus pada kontrol berbeda nyata terhadap semua perlakuan dosis.
Tabel 1 Rata-rata persentase mortalitas imago Callosobruchus maculatus setelah aplikasi 72 jam pada berbagai perlakuan minyak atsiri kulit buah lemon
Dosis (ml/L udara) Mortalitas (%)
0 5 e
Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf nyata 5%
Pengujian fumigasi menggunakan minyak atsiri kulit buah lemon (Citrus
limonum) efektif terhadap serangga uji C. maculatus. Hal ini dapat terlihat dari
dosis tertinggi sebesar 0.1 ml/L udara menyebabkan mortalitas sebesar 91.67% dan akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya dosis.
Lemon adalah tanaman asli Asia yang berasal dari famili Rutaceae. Tanaman lemon dapat tumbuh 10-20 kaki dengan daun yang berwarna hijau gelap dan tersusun secara berseling. Bunga dari tanaman ini berwarna putih, memiliki lima kelopak dan aroma yang sedap. Beberapa buah memiliki ujung yang runcing sedangkan buah lemon memiliki ujung yang bulat (Mohanapriya et al. 2013).
Minyak atsiri kulit buah lemon mengandung senyawa limonen yang cara kerjanya sama seperti piretrin, yaitu mengganggu sistem syaraf dan kemudian dapat mematikan serangga. Selain limonen, minyak atsiri kulit buah lemon juga mengandung geranial, neral, geranil asetat, geraniol, β-caryophyllene, nerol,
citronellal, dan neril asetat yang dapat menjadi anti bakteri dan anti jamur (Chutia
et al. 2008).
Toksisitas minyak atsiri kulit buah lemon dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Perlakuan dengan minyak kulit buah lemon pada dosis 0.1 ml/L dengan metode yang sama dapat mengakibatkan kematian sebesar 98% dalam 24 jam perlakuan (Moravvej et al. 2010). Moravvej dan Abbar (2008) juga menyatakan bahwa minyak atsiri kulit buah lemon dapat menyebabkan mortalitas pada C. maculatus sebesar 91.25% dengan dosis 0.55 ml/L udara. Perbedaan kemungkinan disebabkan kandungan senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri.
7
dosis 0.02 ml/L udara dan LD95 pada dosis 0.1 ml/L udara. Gambar 2 menunjukkan kurva persamaan regresi linier minyak atsiri kulit buah lemon terhadap mortalitas C. maculatus.
Gambar 2 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri kulit buah lemon terhadap mortalitas Callosobruchus maculatus
Perlakuan menggunakan minyak atsiri kulit buah lemon menghasilkan persamaan regresi y= 2.195 + 1.309x dan diperoleh nilai R2 sebesar 0.8464 yang artinya pengaruh minyak atsiri kulit buah lemon terhadap mortalitas C. maculatus sebesar 84.64% sehingga semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin tinggi juga mortalitas serangga tersebut.
Efek Fumigan Minyak Atsiri Daun Mint
Fumigasi menggunakan minyak atsiri daun mint memiliki pengaruh terhadap mortalitas serangga uji C. maculatus. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pada dosis 0.04 ml/L udara menyebabkan mortalitas tertinggi serangga uji sebanyak 96.67% dan sebaliknya perlakuan pada dosis 0.006 ml/L udara menyebabkan mortalitas terendah serangga uji sebanyak 53.3%.
Tabel 2 Rata-rata persentase mortalitas imago Callosobruchus maculatus setelah aplikasi 72 jam pada berbagai perlakuan minyak atsiri daun mint
Dosis (ml/L udara) Mortalitas (%)
0 6.67 d
8
Pengujian minyak atsiri daun mint pada kontrol berbeda nyata terhadap semua perlakuan dosis yaitu sebesar 6.67%. Perlakuan pada dosis 0.01 dan 0.02 ml/L udara tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat dari pesentase masing-masing mortalitas serangga uji yaitu 76.67% dan 81.67% pada 72 JSP.
Mint atau tanaman mentha adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang mengandung mentol. M. piperita (peppermint oil), M. arvensis (cornmint), dan M. spicata (spearmint) adalah tiga jenis tanaman mint yang banyak diperdagangkan. Budidaya M. piperita dapat dijumpai di Garut, Cianjur, dan Sukabumi. Sementara itu, spesies M. arvensis terdapat di daerah Jombang dan Tulungagung. Secara umum budidaya mint di Indonesia masih terkendala karena singkatnya mendapat sinar matahari sehingga sulit berbunga. Tanaman mint membutuhkan sebanyak 14-16 jam, sedangkan di Indonesia hanya 12 jam dan untuk menambah kekurangan sinar matahari dapat menggunakan lampu neon (Yuliani dan Satuhu 2012).
Tanaman mint yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari ini mengandung senyawa mentol. Senyawa ini dilaporkan dapat digunakan sebagai antibakteri, antijamur, dan antitungau. Mentol digunakan sebagai pengendali tungau Acarapis woodi pada pemeliharaan lebah di Kanada (OECD 2003). Lee et al. (2002) menyatakan bahwa kandungan dari minyak atsiri umumnya adalah senyawa monoterpenoid yang merupakan senyawa volatil dan lipofilik. Senyawa ini dapat melakukan penetrasi ke tubuh serangga dan mengganggu fungsi fisiologis serangga tersebut. Minyak daun mint adalah salah satu monoterpen yang berbahaya yang dapat melakukan penetrasi melalui spirakel kemudian diedarkan ke seluruh tubuh dan merusak sistem pernafasan serangga.
Penelitian efek fumigan minyak atsiri daun mint terhadap C. maculatus belum pernah dilakukan sebelumnya tetapi sudah dilakukan pengujian terhadap serangga lain. Hasil penelitian dari Khani et al. (2012) menyatakan minyak daun mint menyebabkan kematian imago Sitophilus oryzae sebesar 97% dengan dosis 0.37 ml/L udara dalam 72 jam setelah perlakuan. Choi et al. (2003) juga menyatakan bahwa minyak daun mint menyebabkan mortalitas pada Trialeurodes
vaporarorium sebesar 83% dengan dosis 9.3 x 10-4 ml/L udara. Hasil yang
berbeda tersebut kemungkinan disebabkan perbedaan cara serangga yang digunakan merespon fumigan tersebut.
Hasil analisis probit minyak atsiri daun mint setelah uji lanjut terhadap serangga uji C. maculatus pada 72 JSP menunjukkan nilai LD50 pada dosis 0.006 ml/L udara dan LD95 pada dosis 0.04 ml/L udara. Gambar 3 menunjukkan kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri daun mint terhadap mortalitas C.
9
Gambar 3 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri daun mint terhadap mortalitas Callosobruchus maculatus
Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 4.055 + 1.884x dengan nilai R2 sebesar 0.6456 yang artinya pengaruh minyak atsiri daun mint terhadap mortalitas serangga uji sebesar 64.56% dan sebesar 35.44% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dirangkum dalam analisis ini.
Efek Fumigan Minyak Atsiri Serai Wangi
Fumigasi menggunakan minyak atsiri serai wangi berpengaruh terhadap mortalitas serangga uji C. maculatus. Tabel 3 menunjukkan persentase mortalitas tertinggi sebanyak 93.3% disebabkan oleh perlakuan dengan dosis 0.18 ml/L udara sedangkan persentase terendah sebanyak 55% disebabkan oleh perlakuan dengan dosis 0.1%. Kematian C. maculatus pada kontrol berbeda nyata terhadap semua perlakuan dosis dengan mortalitas sebesar 3.3%.
Tabel 3 Rata-rata persentase mortalitas imago Callosobruchus maculatus setelah aplikasi 72 jam pada berbagai perlakuan minyak atsiri serai wangi
Dosis (ml/L udara) Mortalitas (%)
0 3.3 d
Angka mortalitas yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan pada taraf nyata 5%
10
pada 72 JSP menunjukkan nilai LD50 pada dosis 0.1 ml/L udara dan LD95 pada dosis 0.18 ml/L udara. Perlakuan pada dosis 0.1 dan 0.12 ml/L udara tidak berbeda nyata dengan mortalitas masing-masing 55 dan 61.67% pada 72 JSP.
Serai wangi adalah salah satu komoditi minyak atsiri yang sangat prospektif. Komoditas ini berperan besar sebagai sumber devisa negara. Indonesia merupakan negara pengekspor kedua terbesar di dunia. Daerah-daerah yang menghasilkan miinyak serai wangi yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung dengan total luas areal mencapai 3 492 hektar pada tahun 2004 (Idawanni 2015).
Minyak atsiri mengandung senyawa sitronelal yang bersifat racun dehidrasi sehingga uap dari minyak atsiri tersebut akan masuk kedalam tubuh serangga melalui spirakel, dan kemudian diedarkan ke seluruh tubuh dan menyebabkan serangga akan kehilangan cairan secara terus menerus hingga mati. Selain sitronelal, minyak serai wangi juga mengandung sitronelol dan geraniol yang tinggi (Muryati et al. 2012). Senyawa ini merupakan senyawa monoterpen yang merupakan alternatif fumigan yang menjanjikan dan menyebabkan efek pada parameter biologis seperti tingkat pertumbuhan, rentang hidup, dan reproduksi serangga (Sivakumar et al. 2010).
Toksisitas minyak atsiri serai wangi pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Sivakumar et al. (2010) menyatakan bahwa minyak atsiri serai wangi dapat mengendalikan C. maculatus dengan LD50 sebesar 0.16 ml/L udara. Selain itu, minyak atsiri serai wangi diketahui sebagai bahan aktif dalam
lotion penolak nyamuk dan banyak digunakan oleh masyarakat.
Gambar 4 Kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri serai wangi terhadap mortalitas Callosobruchus maculatus
Gambar 4 menunjukkan kurva persamaan regresi linier pada minyak atsiri serai wangi terhadap mortalitas C. maculatus. Persamaan yang diperoleh adalah y= 4.871 + 5.290x dan nilai R2 sebesar 0.9964 yang artinya pengaruh minyak atsiri serai wangi terhadap mortalitas serangga uji C. maculatus sebesar 99.64%.
11
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Minyak atsiri kulit buah lemon dengan dosis sebesar 0.1 ml/L udara dapat menyebabkan mortalitas C. maculatus sebesar 91.67%. Minyak atsiri daun mint dengan dosis sebesar 0.04 ml/L udara dapat menyebabkan mortalitas C. maculatus sebesar 96.67%. Minyak atsiri serai wangi dengan dosis sebesar 0.18 ml/L udara dapat menyebabkan mortalitas C. maculatus sebesar 93.3%.
Ketiga minyak tersebut dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengendalian serangga C. maculatus.
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Arifin MC. 2013. Toksisitas kontak dan efek fumigan minyak atsiri Cinnamomum spp. (Lauraceae) terhadap Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera: Tenebrionidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Choi WI, Lee EH, Choi BR, Park HM, Ahn JY. 2003. Toxicity of plant essential oils to Trialeurodes vaporarorium (Homoptera: Aleyrodidae). Journal od
Economic Entomology. 96(5): 1479-1484
Chutia M, Bhuyan PD, Pathak MG, Sarma TC, Boruah P. 2008. Antifungal activity and chemical composition of Citrus reticulata blanco essential oil against phytopathogens from North East India. LWT – Food Science and
Technology. 42(2009):777-780
Devi MB, Devi NV. 2014. Biology and morphometric measurement of cowpea weevil, Callosobruchus maculatus fabr. (Coleoptera: Chrysomelidae) in green gram. Journal of Entomology and Zoology Studies. 2(3):74-76
Idawanni. 2015. Serai Wangi, Tanaman Penghasil Atsiri yang Potensial [Internet]. Aceh (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. [diunduh 2015 Sept 22]. Tersedia pada: http://nad.litbang.pertanian.go.id
Khani M, Awang MR, Omar D. 2012. Insecticidal effects of peppermint and black pepper essential oils against rice weevil, Sitophilus oryzae L. and rice moth, Corcyra cephalonica (St). Journal of Medicinal Plants. 11(43):97-110
Koul O, Walia S, Dhaliwal GS. 2008. Essentials oils as green pesticidess: potential and constraints. Biopesticides International. 4(1):63-84
Lee S, Peterson CJ, Coats JR. 2002. Fumigation toxicity of monoterpenoides to several stored product insects. Journal of Stored Products Research. 39(1)77-85
LeOra Software. 1987. POLO-PC User’s Guide. Petaluma (US): LeOra Software. Mohanapriya M, Ramaswamy L, Rajendran R. 2013. Health and medicinal properties of lemon (Citrus limonum). International Journal of Ayurdevic
and Herbal Medicine. 3(1):1095-1100
Moravvej G, Abbar S. 2008. Fumigant toxicity of citrus oils against cowpea seed beetle Callosobruchus maculatus (F.) (Coleoptera: Bruchidae). Pakistan
Journal of Biological Sciences. 11(1):48-54
Moravvej G, Hassanzadeh-khayyat M, Abbar S. 2010. Vapor activity of essential oil extracted from fruit peels of two citrus species against adults of
Callosobruchus maculatus (Fabricius, 1775) (Coleoptera: Bruchidae).
Türkiye Entomoloji Dergisi. 34(3):279-288
Muryati, Trisyono YA, Witjaksono, Wahyono. 2012. Effects of citronella grass extract on the oviposition behavior of carambola fruit fly (Bactrocera
carambolae) in mango. ARPN Journal of Agricultural and Biological
Science. 7(9):672-679
13
Pasqual-Villalobos MJ, Ballesta-Acosta MC. 2003. Chemical variation in an
Ocium bacilicum germplasm collection and activity of the essential oils on
Callosobruchus maculatus. Biochemical Systematics and Ecology.
31(7):673-679
Sivakumar C, Chandrasekaran S, Vijayaraghavan C, Selvaraj S. 2010. Fumigant toxicity of essential oils against pulse beetle, Callosobruchus maculatus (F.) (Coleoptera: Bruchidae). Journal of Biopesticides. 3(1):317-319 Sudarmo M. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Umar A, Turaki JM. 2014. Comparative studies on the biology of Callosobruchus
maculatus (F.) on soya beans and bambara groundnut. Journal of
Entomology and Zoology Studies. 2(4):58-61
14
15
Lampiran 1 Tabel uji anova perlakuan minyak kulit buah lemon terhadap C. maculatus
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 14044.44444 2808.88889 31.11 <.0001
Error 12 1083.33333 90.277778 Corected Total 17 15127.77778
Lampiran 2 Tabel uji anova perlakuan minyak mint terhadap C. maculatus Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 5 14811.11111 2962.22222 41.82 <.0001
Error 12 850.00000 70.83333
Corected Total 17 15661.11111
Lampiran 3 Tabel uji anova perlakuan minyak serai wangi terhadap C. maculatus Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 15523.61111 3104.72222 25.99 <.0001
16
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Markus Cristofeel Situmorang, lahir di Tarutung pada tanggal 19 Mei 1993 dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Pdt. Ir. Sahat Haodjahan Situmorang dan Ibu Dra. Rosmawaty Lumban Tobing, Apt.. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004 di SD Kaisarea Medan. Tahun 2007 penulis lulus dari sekolah menengah pertama di SMP Dharma Pancasila Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun 2010 di SMAN 17 Medan, pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah dan diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.