• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh enzim fitase dalam pakan terhadap kecernaan nutrien dan kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias sp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh enzim fitase dalam pakan terhadap kecernaan nutrien dan kinerja pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias sp)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ENZlM FITASE DALAM PAKAN TERHADAP

KECERNMN NUTRIEN DAN KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

LELE

DUMB0

(Clarias

sp)

MOHAMAD AMlN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Enzim Fitase dalam Pakan Terhadap Kecemaan Nutrien dan Kinerja Pertumbuhan lkan Lele D u m b (Clarias

sp) adaiah benar karya saya sendiri dan belum dizjukan dalam bentuk apapun ke Perguruan Tinggi manapun. Sumber inforrnasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan daiam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2007

(3)

1

ABSTRAK

MOHAMAD AMIN. Pengaruh Enzim Fitase dalarn Pakan Terhadap Kecernaan Nutrien dan Kinerja Pertumbuhan lkan Lele Dumbo (Clarias sp). Dibimbing oieh DEDl JUSADI dan ING M

Penelitian ini bertuju engetahui pengaruh pemberian enzim fitase terhadap ketersediaan fos sumber bahan nabati pakan ikan lele, dan pengaruhnya terhadap kinerja pertumbuhan serta limbah P yang dihasilkan. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan yaitu: pakan A sebagai kontrol pakan dengan penambahan P anorganik; pakan 6 pakan tanpa P anorganik dengan penarnbahan enzim fdase; pakan C pakan tanpa P anorganik dengan penambahan enzirn fitase dan asam sitrat; dan pakan D pakan tanpa

P

ariorganik dan tanpa enzim fitase. Pakan uji adalah isoprotein dan isokalori. Jumlah enzim fitase yang ditambahkan sebanyak 50 mg/100 g bahan nabati (bungkil kedelai dan polard). Data diperoleh dianalisis sidik ragam, yang ciilanjutkan dengan uji Jukey. lkan lele sebayak 10 ekor dengan berat 6,3 i 0,05 g, dimasukkan ke dalam akuarium berukuran 50x40~35 cm. Pakan diberikan 3 kali sehari secara at satiafion, selama 60 hari.

Hasil penelitian menunjukkan bahw? penambahan enzim fitase m2mpu meningkatkan kecemaan P dari 68,55% menjadi 86,10%. Kecemaan P pakan B dan C lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan pakan A dan D. Laju pertumbuhan harian pakan B dan C lebih tinggi dibandingkan dengan pakan D, tetapi sama dengan pakan A. Konversi pakan (FCR) pakan A, 6, dan C lebih baik dibanding pakan D. Konsentrasi P dalam tubuh, tulang maupun sserum darah pakan A,B, dan C lebih tinggi dibanding pakan D, tetapi konsetrasi Ca dan Zn baik dalam tubuh, tulang dan serum darah semuanya sama. Limhah P dan N yang dihasilkan lebih rendah 58 %

dan 31 % dibandingkan dengan pakan kontrol (pakan A).

(4)

ABSTRACT

MOHAMAD AMIN. Effects o f , Dietary Phytase Supplementation on Growth Performance and Nutrient Digestibility of African Catfish (Clarias sp). Under direction of DEDl JUSADI and ING MOKOGINTA

This study was conducted to evaluate the effect of dietary phytase supplementation on phosphorus

(P)

bioavailability of the diets and growth performance of catfish (Clarias sp) as well as P loading. Four experimental diets were used in this experiment, namely diets A, 6. C. and D. Diet A, as a control, was supplemented with inorganic P; diet B supplemented with phytase, without Inorganic

P;

diet C supplemented with phytase and citric acid, without inorganic P; and diet D without phytase and inorganic P. Phytase was added to the diet at 50 mg1100 g soy bean meal and pollard. Ten fishes with initial body weight of 6.3

*

0.05 g distributed into an aquarium. Fish fed on the diets for 60 days, there time daiv, at satiation. Results indicated that P digestibility increased from 68.55% to 86.1 % by the addition of phytase. P digestibility in diet B and C was higher than diet A and D. Daily growth rate of fish from diet B and C were significantly higher than that of diet D, but similar with diet A. Food conversion ratio (FCR) of fish from diet A,

B,

and C was better than diet D. P concentration in the whole body, bone, and plasma, of fish from diet A,B, and C was higher than diet D, but the Ca and Zn concentration in the whole body, bone, plasma was the same in all treatments. Nitrogen (N) and P loading by fish fed diet with phytase was 31% and 58% lower than that of the fish fed control diet.
(5)

PENGARUH ENZlM FITASE DALAM PAKAN TERHADAP

KECERNAAN NUTRIEN DAN KINERJA PERTUMBUHAN IKAN

LELE

DUMB0

(Clarias

sp)

MOHAMAD AMlN

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Budidaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Penelitian : Pengaruh Enzim Fitase dalam Pakan Terhadap Kecernaan Nutrien dan Kine rja Pertumbuhan lkan Lele Dumbo (Clarias sp)

Nama : Mohamad Amin

NIM : C151040031

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Dedi Jusadi Ketua

Prof. Dr. Ina Mokoainta Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi llmu Perairan

1

(7)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadhirat Allat SVVT, karena berkat rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Enzim Fitase dalam Pakan Terhadap Kecemaan Nutrien dan Kinerja Pertumbuhan lkan Lele Dumbo (Clarias sp).

Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Dedi Jusadi dan Ibu Prof. Dr. Ing Mokoginta selaku ketua dan anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. juga kepada Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen DIKTI), Departernen

Pendidikan Nasional, yang telah memberikan batuan beasiswa RPPS. Di samping itu ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada ayahanda Munjali dan ibunda Kamisah serta seluruh kakakku beserta keluarganya, juga kepada Bapak Budi Wijaya Adi dan Ibu Sumarsi. Ungkapan terima kasih juga kepada istri tercinta Marini Wijayanti, S.Pi, M.Si dan anak-anakku (Nurfahmia dan Muslih) atas segala doa dan kasih sayangnya.

Akhimya, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2007

(8)

Penulis dilahirkan di Sragen pada tanggal 12 April

3976

sebagai anak ke delapan dari pasapgan Bapak Munjali dan Ibu Kamisah. Pada tahun 1995 penulis menamatkan SMAN 1 Gemolong, Sragen. Pada tahun 1996 penulis diterima di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), lulus tahun 2000. Penulis bekerja sebagai staf pengsjar di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriiijaya, Palembang, Sumatera Selatan sejak tahun 2001. Kesempatan untuk melanjutkan. ke Program Magister paaa Program Studi llmu Perairan Sekolah, Pascasarjana, IPB
(9)

DAFTAR IS1

Halaman

...

...

DAFTAR GAMBAR --

PENDAHULUAN

...

Latar Belakang ... ...-.

Tujuan dan Manfaat ... ... Hipotesis

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur dan Sifat Antinutrisl Asam Fitat ... Peranan Enzim fdase ...

... Peranan Fosfor dalam Pertumbuhan

BAHAN DAN METODA

Pakan Uji ... Pemeliharaan dan Pengumpulan Data ...

... Analisis Kimia

...

Analisis Statistik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 16

Pembahasan ... 21

KESlMPUlAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25

Saran

...

25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 31

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Kandungan fosfor non fitat dan fitat fosfor dalam bahan pakan.. ...

Aktifitas enzim fitase pada berbagai pH ... Komposisi bahan pakan penelitian (glKg pakan) ... Komposisi proksimat, energi, dan P pakan uji (%bobot kering) ... NiJai kecernaan fosfor dan protein serta limbah

P

dan N selama penelitian ...

Limbah P dan N yang terbuang (glkg penambahan bobot ikan)

... ...

melalui feses.

.:.

Komposisi mineral ikan lele selama penelitian ur~tuk semua ... perlakuan..

Rata-rata bobot biomassa awal (BO), bobot biomassa akhir (Bl),

laju pertumbuhan harian (LPH), konsumsi pakan (KP), konversi pakan (FCR) retensi protein (RP), retensi lemak (RL), sintasan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Haiaman

I Prosedur analisis kadar protein (metode Semi Micro Qeldahl) ... 31

2 Prosedur analieis kadar lemak (metode ether ekstraksi) ... 32

3 Prosedur analisis kadar abu pakan dan tubuh ikan ... 33

4 Prosedur analisis serat kasar pakan dan tubuh ikan ... 34

5 Prosedur analisis mineral ... 35

6 Komposisi proksimat bahan pakan (% dalam bobot kering)

...

36

7 Komposisi proksimat tubuh ikan lele awal dan akhir penelitian (% 37

...

bobot basah) 8 Perhitungan laju pertumbuhan harian (LPH). konversi pakan (FCR). 38 ... dan sintasan (SR) 9 Analisis ragam laju pertumbuhan harian (LPH) ... 39

10 Analisis ragam konversi pakan (FCR) ... 39

11 Analisis ragam sintasan (SR)

...

39

12 Analisis ragam retensi protein ... 39

13 Analisis ragam retensi lemak ... 39

14 Perhitungan retensi protein ... 40

15 Perhitungan retensi lemak ... 41

16 Kadar mineral dalam tubuh. tulang. dan serum darah

...

42

17 Analisis ragam P tubuh ... 43

18 Analisis ragam Ca tubuh

...

43

19 Analisis ragam Zn tubuh

...

43

20 Analisis ragam P tulang

...

43

21 Analisis ragam Ca tulang ... 43

22 Analisis mgam Zn tulang ... 44

23 Analisis ragam P dalam serum darah ... 44

24 Analisis ragam Ca dalam serum darah ... 44

25 Analisis ragam Zn dalam serum darah ... 44

26 Nilai kecernaan P dan protein

...

45

27 Analisis ragani kecemaan fosfor

...

45
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tepung ikan merupakan sumber protein utama yang digunakan dalam pembuatan pakan ikan, namun penggunaan tepung ikan akan mengalami masalah terutama pada harga dan ketersediaannya dalam memenuhi kebutuhan untuk budidaya. Saat ini harga tepung ikan terus naik. Harga tepung ikan di pasar internasional meningkat dari semula 600 dollar AS per ton kini menjadi 1500 dollar AS per ton (Wawa 2006). Kenaikan harga tepung ikan otomatis ikut mendorong harga pakan ikan naik, sehingga produk perikanan budidaya menjadi tidak kompetitif. Berbagai usaha telah diupayakan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan mengurangi penggunaan tepung ikan dan menggantinya dengan sumber protein dari bahan nabati. Sumber protein nabati yang umum digunakan setagai bahan pengganti tepung ikan dalam pakan ikan adalah tepung bungkil kedelai. Tepung bungkil kedelai selain mempunyai protein yang tinggi, profil asam aminonya relatif mirip detlgan profil asam amino dari tepung ikan (Hertrampf dan Pascual 2000). Selain itu dalam pembuatan pakan juga dapat ditambahkan bahan baku ~abati yang lain, yaitu tepung polard, tepung biji kapas, corn gluten meal, dedak, terigu, dan tapioka. Bahan-bahan tersebut selain mengandung protein nabati juga rnerupakan sumber karbohidrat.

Beberapa penelitian telah berhasil mengurangi penggunaan tepung ikan dengan cara substitusi menggunakan sumber protein dari bahan nabati. Tepung bungkil kedelai mampu mensubstitusi sebagian tepung ikan dalam pakan ikan mas (Watanabe dan Pongrnaneerat 1993), rainbow trout (Hardy 20021, dan ikan gurami (Suprayudi et al. 2003). Robinson dan Li (2002) rnenggunakan berbagai bahan baku nabati dalam pakan ikan channel catfish yaitu tepung bungkil kedelai, tepung polard, dan tepung biji kapas.

(14)

Semakin tinggi sumber bahan nabati dalam pakan temyata akan berpotensi menimbulkan masalah baru yaitu polusi fosfor. Fosfor yang terkandung dalam bahan baku nabati ternyata tidak mampu dimanfaatkan oleh ikan karena keterbatasan enzim pemecah asam fiat yaitu fdase (Masumoto et al. 2001; Debnath et 81. 2005). Asarn fdat diekskresikan bersama feses ikan akan mengalami degradasi oleh mikroba penghasil fitase dalam air, sehingga fosfor akan dilepaskan ke perairan. Kandungan fosfor yang tinggi di perairan akan memicu proses eutrofikasi yang akan merugikan bagi kelangsungan proses budidaya (Baruah et a/. 2004).

Penambahan enzim fdase dalam pakan dapat rneningkatkan pemanfaatzn P dari sumber bahan baku nabati, sehingga dapat mengurangi pencemaran P ke perairan (Baruah et a/. 2004). Enzim fiase menghidrolisa asam fdat sehingga unsur mineralnya terlepas dari ikatannya. Fiase adalah enzim yang mampu rnengkatalisis hidrolisis asam fdat (rnio-in~sitol heksakisfosfat) menjadi mio-inositol mono, di, tri, tetra dan pentafosfat, serta fosfat organik (Baruah et at. 2004). Slain rnembebasan P dari asam fitat juga akan membebaskan nutrien lain yang mungkin terikat dalam komplek fitat (Ravindran 2000).

Sejumlah penelitian sudah dilakukan untuk mengetahui pengaruh enzim frtase terhadap ketersediaan fosfor dari bahan nabati pakan ikan. Masumoto et a/. (2001) menyatakan bahwa pernberian fnase dengan dosis 50 mgI100 g tepung bungkil kedelai, mampu rneningkatkan ketersediaan P pakan ikan Japanese flounder ukuran 35 g. Yan et a/. (2002) melaporkan bahwa pernberian enzim fdase 1000 unit per kilogram pakan mampu meningkatkan konsentrasi Ca, P, Mg dalam tulang ikan channel catfish ukuran 12 g. Li et a/. (2004) meneliti pengaruh enzim fitase dalam pakan dengan berbagai bahan baku nabati pada ikan channel catfish ukuran fingerling, dimana dosis yang direkomendasikan adalah 500 unit per kilogram pakan berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan dan penurunan limbah P yang dihasilkan. Debnath ef

al.

(2005) melaporkan bahwa penambahan enzim fiase dengan dosis 500 unit per kilogram pakan, mampu meningkatkan pertumbuhan, ikan Pangasius pangasius ukuran fingerling.
(15)

Untuk mendapatkan inforrnasi lebih luas mengenai ha1 ini, maka perlu dilakukan pengkajian pengaruh enzim Rase terhadap kecemaan nutrien dan kineja pertumbuhan pada spesies, ukuran, dan bahan baku yang berbeda.

Salah satu komoditi unggulan budidaya yang dikembangkan adalah ikan lele. lkan lele di samping sebagai salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat, juga merupakan komoditas yang dapat menunjang ekonomi rumah tangga. Berdasarkan penelitian, ikan lele mampu rnemanfaatkan bahan nabati dalam pakan dengan baik. Mayasari (2005) menyatakan tahwa penggunaan bahan nabati sebanyak 80% dalam pakan mampu memberikan kineja pertumbuhan sama dengan pakan kornersial. lnforrnasi menyeluruh yang berhubungan dengan pakan ikan lele sangat diperlukan u n t ~ k meningkatkan produksi perikanan budidaya. Sehubungan dengan ha1 tersebut, maka penelitian tentang pengaruh enzim fdase dalam pakan ikan lele untuk meningkatkan ketersediaan fosfor dari sumber bahan baku nabati dan kineja pertumbuhan serta limbah P yang dihasilkan penting untuk dilakukan. Suplementasi enzim fdase dalam pakan ikan lele ini diharapkan dapat mengurangi penambahan mineral P anorganik dalam pakan, meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi iimbah P ke dalam perairan, sehingga akan tercipta pakan yang ramah lingkungan.

Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh penarnbahan enzim fitase terhadap kecemaan fosfor dari sumber bahan pakan nabati dan kine ja pertumbuhan ikan lele.

2. Mengetahui pengaruh penambahan enzim fnase dalam pakan ikan terhadap limbah P yang dihasilkan.

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah memberikan infonnasi dalam pembuatan ransum pakan ikan lek dumbo (CIarias sp) agar rnemberikan pertumbuhan yang maksimal clan mengurangi limbah P yang dihasilkan.

Hipotesis

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur dan Sifat Antinutrisi Asam Fitat

[image:16.568.149.403.328.533.2]

Asam fitat merupakan zat antinutrisi yang secara alamiah terdapat pada tanaman kacang-kacangan dan tanaman sereal. Mio-inositol heksakisfosfat (C6H18024P6), yang umum disebut asam fitat, mempunyai rumus kimia dan struktur cincinnya mirip dengan glukosa, yang berikatan dengan fosfor untuk membentuk struktur asam fitat (Gambar 1). Asam fitat memiliki struktur kimia yang stabil, mengandung kira-kira 2/3 dari fosfor dalam tanaman sereal dalam bentuk fosfor organik. Pada pH netral atau pH umum dalam makanan, asam fitat memiliki sifat negatii, dimana dalam keadaan ini sangat aktii membentuk ikatan dengan kation atau protein. Kation akan berikatan dengan satu atau lebih fosfat group dari mokkul asam fitat (Ravidran 2000).

Gambar 1 Struktur asam fitat (Ravidran 2000).

(17)
[image:17.574.102.480.99.221.2]

Tabel 1 Kandungan fosfor non fitat dan fosfor fdat dalam bahan pakan

Bahan Pakan % fosfor Non Fitat

Total Fitat Nonfdat ( % Total P)

Jagung 0,28 0,21 0,07 25

Barlev 0.32 0.24 0.08 25

Milo

Wheat middling Dedak Padi Dedak Gandum

Bungkil kedelai 0,74 0'49 0,25 33

Sumber : Pintar et ai. (2004).

Sifat antinutrisi asam fitat didasarkan pada kemampuannya untuk bergabung dengan mineral bewalensi dua. Asam fitat terikat dengan beberapa mineral (Ca, Zn, Mg, Fe) dan membentuk fitat mineral yang tidak larut (Cole

2001). Sifat anti nutrisi yang lain adalah asam fdat berikatan dengan protein, vitamin, dan polisakarida yang mengakibatkan terjadinya gangguan kecernaan protein dan polisakarida, sehingga menurunkan nilai gizi dari biji bijian (Cole

2001). Asam f i t tidak larut pada pH netrai, bentuk kompleks ini resisten dalam proses pencernaan dan absorbsi dalam saluran pencernaan dan berpengaruh pada ketersedisan mineral, sehingga keberadaan asam fdat perlu dipertin~bangkan sebagai antinutrisi. Selain berpengaruh terhadap ketersediaan mineral, asam fitat juga berpengaruh terhadap pernanfaatsn kandungan nutrien pakan (Ravidran 2000).

Aktivitas enzim protease dalarn saluran pencemaan akan menurun dengan adanya protein terikat fitat. Asam fdat mengikat protein dan mineral di dalam pecernaan, sangat potensial untuk menghambat aktivitas enzimenzim pencernaan. Selanjutnya dijelaskan bahwa interaksi antara asam fitat dan protein akan menurunkan bioavailability protein di dalam pakan (Ravidran 2000).

Enzim Fitase

Enzirn fdase (myoinositol heksafosfat fosfohidrolase) merupakan enzim yang mampu mengkatalisis reaksi hidrolisis asam fdat dan menghasilkan ortofosfat anorganik dan senyawa inositol fosfat yang lebih rendah. Eiizim ini terdapat pada jaringan hewan, tanaman dan mikroba (Baruah et a/. 2004). Cole

(18)

memotong asam fdat pada posisi 6. Hidrolisis asam fitat te jadi secara berurutan mulai dari ester fosfor mio-inositol yang lebih rendah, kemudian menurun sesuai dengan nomor asam fosfat. Secara umum reaksi dari enzim fitase terhadap komplek fdat terlihat pada Gambar 2.

Q.Qnawb

Phytase

lnositol Phytat

Miojnositol 1,2,3,4,5,6 heksa dihidrcgen ortophosphat

OH

lnositol monophosphat

Gambar 2 Mekanisme kerja dari enzim frtase (Beruah et a/. 2003).

[image:18.578.134.454.173.389.2]
(19)

Tabel 2 Aktifiias enzim f b s e pada berbagai pH Aktivitas fiase

<I

,O Tidak aktif

1,O Tidak aktif

2,O-3,O Tidak aktif (?)

4,O Aktif

5,o AMif

6,o Aktif

7,o Tidak aktif (?)

8,o Tidak aktif

? : tidak pasti.

Sumber : Sheuerrnann eta/. (1988) dalam Beruah et a/. (2904).

Peranan Enzim Fitase

Hewan-hewan monogastrik temasuk ikan tidak mampu menghidrolisis asam fitat, karena keterbatasan enzim fitase didalam saluran pencemaan. Penambahan enzim fdase dalam pakan bertujuan untuk membantu meningkatkan penggunaan mineral yang ada dalam bahan nabati pakan. Hughes and Soares (1998) menyatakan bahwa penambahan frtase 2400 unit per kilogram pakan ikan striped bass ukuran 160 g dapat meningkatkan kecernaan

P. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh enzim fitase terhadap bioavialability dari fosfor antara lain: Teles et a1 (1998) melaporkan bahwa pemberian enzim fdase dalam pakan mampu meningkatkan kecernaan P dari 63% menjadi 79,8% dan menurunkan limbah P

[image:19.580.168.421.82.233.2]
(20)

per kilogram pakan (Debnath et a/. 2005), serta pada ikan baung (Hemibragus nemums) ukuran 6,9 g dengan dosisi 60 mgI100 g bahan tepung bungkil kedelai (Yu~isman 20C8).

Fosfor dalam pakan berada dalam berbagai bentuk, yaitu fosfor dalam kompleks protein dan lipid. lkan tidak mampu mencerna asam fnat oleh karenanya akan dilepas ke perairan. Asam fitat yang diekskresikan ini selanjutnya akan mengalami degradasi oleh mikroba pengasil fitase dan akan melepaskan fosfor. Fosfor dalam jumlah yang besar masuk ke perairan akan memicu timbulnya alga di perairan (Baruah et a/. 2004).

Baruah et a/. (2004) menyatakan bahwa keuntungan-keuntungan penggunaan enzim fitase dalam pakan ikan adalan:

1. Menghilangkan zat anti nutrien ftat dalam bahan pakan, sehingga akan meningkatkan ketesediaan mineral dalam pakan.

2. Mengurangi limbah P ke perairan, sehingga mengurangi potensi pencemaran P dalam perairan.

Peranan Fosfor dalam Pertumbuhan lkan

Mineral dalam tubuh mempunyai fungsi utama antara lain adalah membentuk struktur tulang, memelihara sistem koloid (tekanan osmotik, viskositas, difusi), dan mengatur keseimbangan asam basa (Lall 2002). Mineral juga merupakan komponen penting dari hormon-hormon dan enzim-enzim serta aktivator enzim (NRC 1993). Mineral fosfor penting sebagai komponen dari fosfolipid, asam-asam nukleat, senyawa berenergi tinggi (ATP). Fosfor berperan penting dalam proses metabolisme karbohidrat, lernak, dan asam amino, juga daiam otot dan jaringan saraf, serta berperan menjaga tekanan osmotik cairan tubuh (La11 2002). Li dan Robinson (2005) menyatakan mineral P merupakan elemen penting untuk mendukung pertumbuhan dan pembentukan tulang. Mineral fosfor tersedia dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik. Daya serap ikan terhadap fosfor dalam bentuk anorganik bergantung pada kelarutan ataupun kekuatan ikatan dari senyawa anorganik tersebut (Watanabe 1988).

(21)

fosfor dalam air sangat kecil, oleh karena itu kebutuhan fosfor ikan sebagian besar dipenut~i dan pakannya (NRC 1993). Penyebaran fosfor dalam tubuh melalui peredaran darah dan cairan antar set, konsentrasi fosfor dalam tubuh selalu dijaga keseimbanganya dengan jalan pertukaran antara senyawa fosfw dalam tulang dan fosfor yang ada dalam makanan (Djodjosubagio 1990).

(22)

BAHAN DAN METODA

Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalarn penelitian ini terdiri dari ernpat rnacarn pakan yang berbeda berdasarkan perlakuan, yaitu: (A) pakan dengan penarnbahan P anorganik, (B) pakan tanpa P anorganik dengan penambahan enzirn fnase, (C) pakan tanpa P anorganik dengan penarnbahan enzirn fitase dan asam sitrat, dan (D) pakan tanpa P anorganik dan tanpa pemberian enzim fitase. Pakan uji untuk setiap perlakuan adalah isoprotein dan isokalori. Enzim fdase yang digunakan adaiah enzim fitase merek Natuphos 5000~. Jurnlah enzim fitase yang ditambahkan adalah 50 mg/100 g bahan nabati (bungkil kedelai dan polard), 50 rng enzim fdase setara dengan 250 unit enzim fitase. Asain sitrat digunakan untuk rnembuat kondisi pH pakan 5,5. Kornposisi pakan uji berdasarkan hasil penelitian Mayasari (2005) yang dirnodifikasi, tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Kornposisi bahan pakan penelitian (glkg pakan)

Bahan pakan Tepung ikan' Tepung kedelai' Tepung polard' Tepung tapioka Minyak kedelai Minyak ikan Bahan additive Vitamin mix

Mineral mix2

Mineral mix bebas P'

Choline chloride Vitamin C

Fitase

Periakuan

Asam sitrat 0 0 8 0

Keterangan:

1. Kandungan protein (bobot kering) tepung ikan 70.93%. tepung bukil kedelai 42.75%. tepung polard 19.86%.

2. Mineral mix g/100g pakan; MgS047Hz0 7,50, NaCl 0,50, NaH2P04,H~o 12.50, KH2P04 16.00, Ca2(P04)3, 6.53, Fe- C i r 1.25, trace eleman mix 1,00, Maizena 13.92 {Takeuchi 1988).

(23)

Proses pembuatan pakan dari 1 kg bahan baku menggunakan metode Cheng dan Hardy (2002). Enzim fitase dicampur dengan bungkil kedelai dan polard, diaduk sampai rata (campuran bahan A). Bahan-bahan yang lain dicampur yang dimulai dari bahan vang jumlahnya sedikii pada wadah yang berbeda diaduk sampai rata (campuran 0). Campuran bahan A dan campuran bahan 6 dicampur dan diaduk sampai rata. Air sebanyak 400 ml ditambahkan ke dalam campuran bahan tersebut, diaduk sampai merata sehingga membentuk adonan. Adonan kemudian dicetak menjadi pellet dan diinkubasi dalam oven pada suhu 37% selama 2 jam, kemudian diangkat dan diletakkan pada ruangan terbuka selama 24 jam, kemudian pellet disimpan dalam

freezer.

Hasil analisis proksimat dari pakan disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Komposisi proksimat, energi dan P pakan uji (% bobot kering)

Pakan Kanilungan

A B C D

Protein 31,34 31,58 31,16 31,35

Lemak 5.77 5,52 5,67 5,69

Kadar abu 937 10,60 8,99 8,97

Serat kasar 6,98 4,42 5,91 6,50

Kadar air 14,81 18,22 17,05 17,34

BETN' 54,27 58,36 57,07 56,68

Total fosfor 1,32 1,16 1,11 1,13

Fosfor terlarut 0,58 0,46 0,49 0,22 Fosfor terlarutltotal P (%) 43,90 39,70 44,lO 19,50 Energi total (GE k k a ~ 1 0 0 ~ ) ~ 380,94 380,73 378,07 380,94 Energi /protein ( kkal GUg protein) 14.26 14,73 14,62 14,70

Keterangan: I. - Bahan ekstrak tanpa nitrogen.

2. Energi total dihitung berdisarkan nilai ekuivalen : protein 5,6 kkaUg, lemak 9,4 kkallg, BETN 4,l kkaVg (Watanabe 1988).

Pemeliharaan lkan dan Pengumpulan Data

Uji Pertumbuhan

lkan yang digucakan dalam penelitian in! adalah ikan lele dengan bobot rata-rata individu 6,3 i 0,05 g. lkan berasal dari sentral pembenihan di Parung,

(24)

menggunakan tricaine methanosutfonate (MS 222) 12 ppm. lkan ditimbang bobotnya, kemudian dimasukkan ke dalam akuarium sebanyak 10 ekorlakuarium. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan tiga kali sehari sekitar pukul 8.00, 13.00 dan 18.00 WIB. Pemberian pakan dilakukan sampai kenyang (at satiation). Untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiponan dan pergantian air sebanyak 30% dari volumenya. Kualitas air selama penelitian adalah sebagai berikut: kandungan oksigen terlarut berkisar 4,1-5,5 pprn, suhu berkisar 28-30 "C, pH berkisar 6,13-6,21, total amoniak 0,012-0,18 ppm dan alkalinitas 28-30 pprn CaC03, yang cukup mendukung pertumbuhan ikan. lkan dipelihara selama 60 hari. lkan yang mati selama pemelinaraan ditimbang untuk dirnasukan dalam pemitungan konversi pakan. Di akhir masa pemeliharaan seluruh ikan yang hidup ditimbang bobotnya. Sebelum dilakukan penimbangan, ikan terlebih dahulu dipuasakan selama 24 jam. lkan kemudian dibus dengan menggunakan MS 222 dengan dosis 72 ppm.

Uji Kecernaan

Uji kecernaan pakan dengan menggunakan indikator kromium oksida (Cr203). Kromium oksida yang ditambahkan dalam pakan sebanyak 0,5%. Uji kecernaan dilakukan secara terpisah dengan uji pertumbuhan. lkan lele yang digunakan dalam uji kecernaan ini berukuran 12

+

1,5 g. Uji kecernaan menggunakan ikan lele yang berbeda dengan yang digunakan untuk uji pertumbuhan, tetapi masih berasal dari sumber yang sama. Wadah pemeiiharaan adalah akuarium sebanyak 12 akuarium dengan ukuran 50x40~35 cm yang dilengkapi degan sisitem resirkulasi. Setiap akuarium diisi dengan 10 ekor ikan. Adaptasi pakan berkromium dilakukan selama 7 hari. Pada hari ke 8, feses mulai dikumpulkan dan pengumpulan feses dilakukan selama 21 hari. Pengumpulan feses dilakukan segera setelah ikan mengeluarkan feses untuk menghindan pencucian feses, dengan cam penyiponan. Kandungan kromium, fosfor, dan protein dalam feses dianalisis untuk menghitung kecernaan berdasarkan prosedur Takeuchi (1 988).

AnaliSis Kimia

(25)

protein menggunakan metode Kjedahl (Lampiran I), analisis lemak menggunakan metode ekstrasi ether (Lampiran 2), kadar abu dengan pemanasan sampel pada suhu 60G°C (Lampiran 4), serat kasar dengan menggunakan metode pelarutan sampel dalam asam dan basa kuat serta pemanasan (Lampiran 5). Analisis mineral fosfor dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer, dan untuk mineral Ca, Zn menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Analisa mineral menggunakan prosedur Reitz et a/. (1 960) (Lampiran 6).

Untuk analisis proksimat dan mineral tubuh ikan, sampel yang digunakan sebanyak 4 ekorlulangan. Analisis proksimat (protein, lemak, serat kasar, abu, dan air) dan mineral P, Ca, dan Zn dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Sampel ikan yang digunakan untuk analisis mineral tulang sebanyak 3 ekorl ulangan. Tulang dipisahkan dari daging dengan cara perendaman air panas, setelah daging empuk kemudian tulang dipisahkan dari daging sampai bersih. Untuk membersihkan lemak dalam tulang, dilakukan perendaman dengan menggunakan alkohol 70% selama 24 jam, kernudian dianalisis kadar mineral P, Ca, dan Zn. Analisis mineral dalam tulang dilakukan pada akhir penelitian.

Untuk analisis mineral dalam serum darah, sampel ikan yang digunakan sebanyak 3 ekorlulangan yang sebelumnya sudah dipuasakan selama 24 jam. Darah diambil dengan menggunakan spuit suntik ukuran 1 ml. Darah diambil di daerah pangkal ekor, terlebih dahulu ikannya dibius dengan menggunakan MS 222 dengan dosis 12 ppm. Sampel darah selanjutnya disentrifiuse selama 10 menit dengan kecepatan 1700 rpm untuk memisahkan serumnya. Serum darah diambil kemudian dianalisis mineral P, Ca, dan Zn. Metode pengambilan darah berdasarkan Hughes dan Soares (1998). Analisis mineral dalam serum darah dilakukan pada akhir penelitian.

Analisis Statistik

Metode yang digunakan adalah eksperimental laboratorium. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4

(26)

Perhitungan peubah-peubah yang diamati pada penelitian ini menggunakan formulasi sebagai berikut:

a. Kecernaan fosforl protein (%) (Takeuchi 1988) :

dimana:

ADC : koefisien daya cema pakan (%) IP : kromiun oksida dalam pakan (%) IF : kromium oksida dalam feses (%) NP : fosfor atau protein dalam pakan (%) NF : fosfor atau protein feses (%)

b. Laju pertumbuhail harian (Huisman 1976):

wr

= &(I

+

0,O la)' dimana:

Wt : bobot rata-rata ikan pada wakiu t (g) Wo : bobot rata-rata ikan awal (g)

a : laju pertumbuhan harian individu t : lama waktu penelitian (hari)

c. Retensi protein (Takeuchi 1988)

dimana:

RP : retensi protein (%)

F : jumlah protein tubuh pada akhir penelitian (g)

I : jumlah protein tubuh pada awal penelitain (g) P : jumlah protein yang dikonsurnsi (g)

d. Konversi pakan (Stefens 1989)

FCR = F

[(W

+

D)

- W0)l

dimana:

FCR : konversi pakan

Wt : bobot akhir tubuh ikan (g)

Wo : bobot awz! tubuh ikan (g)

D : bobot ikan yang rnati selama penelitian (g)

(27)

e. Sintasan (SR)

dimana:

SR : sintasan (%)

N1 : jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) NO : jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

f. Fosfor (P) terbuang melalui feses (g)

P terbuang (g)

:

konsumsi pakan (g)

x

% P pakan

x

(1

00

-

kecernaan) %

g. Nitrogen (N) terbuang melalui feses (g)

konsumsi pakan (g)

x

% protein pakan

x

(1 00- kecernaan)% N terbuang (g) :

6,25

(28)

HASlL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian enzim fitase dalam pakan dengan atau tanpa asam sitrat mampu meningkatkan kecernaan fosfor (P)

pakan secara nyata. Kecernaan P tertinggi diperoleh pada perlakuan B dan C dan terendah pada perlakuan D (Tabel 5). Penambahan enzim fdase dalam pakan mampu meningkatkan kecemaan P dari 68,55% menjadi 86,10%. Nilai kecemaan protein juga meningkat secara nyata akibat penambahan enzim fitase dalam pakan. Kecernaan protein tertinggi diperoleh pada perlakuan I3 dan C, terendah pada perlakuan D (Tabel 5).

-.

label 5 Nilai kecemaan fosfor dan protein serta limbah P dan N selama penelitian

Perlakuan Kornponen

A B C D

Kecernaan fosfor (%) Konsumsi P (g) P tercema (g) P terbuang (g) Kecemaan protein (%) Konsumsi protein (g)

N tercema (g) N terbuang (g)

Keterangan: Ggka yang diikuti humf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05).

Besarnya nilai kecernaan akan berkaitan dengan limbah yang dihasilkan, dimana semakin tinggi nilai kecernaan maka semakin kecil limbah P dan N dalam

(29)

memperlihatkan bahwa pemberian 'enzim fitase dalam pakan mampu mengurangi limbah N yang dihasilkan secara nyata. Limbah N tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi pakan A, dan terendah pada ikan yang diberi pakan B dan

C.

Limbah P dan

N

yang dihitung berdasarkan 1 kg produksi ikan disajikan pada Tabel 6. Untuk menghasilkan 1 kg ikan, dengan penambahan enzim fitase dalam pakan (pakan B dan C), limbah P yang dihasilkan lebih rendah secara nyata dibandingkan pakan kontrol (pakan A). Hasil yang sama juga diperoleh pada limbah N, penambahan enzim fiase dalam pakan (pakan B dan C), mampu menurunkan limbah N yang dihasilkan secara nyata dibandingkan dengan pakan kontrsl (pakan A).

Tabel 6 Limbah P dan N (glkg penambahan bobot ikan) yang terbuang melalui feses

Perlakuan Parameter

A B C D

Limbah P(glkg penambahan bobot) 4,26 i 0 , 1 4 ~ 1,77

*

O , M C 1,82

*

0.03' 4,9

*

0 , 6 ~ Limbah N(g/kg penambahan bobot) 9,86

+

0 , 3 7 ~ 6,77 ?r 0,2eC 6,47 ;t 0,1 lC 11,35

+

0,20a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menu~j,:'?rkkan berbeda nyata (P<0,05).

[image:29.568.98.489.321.391.2]
(30)

Tabel 7 Kornposisi mineral ikan lele selama penelitian untuk semua perlakuan

Parameter Perlakuan

A B C D

Tubuh

Tulang

P (%) 20,47 f 1,2ga 20,65 f 0.65a 20,76 f O,Oga 18,07 f O,Ogb Ca (%) 46,77 f 4,40 a 49,12 f 3,14a 47,59 f 1 ,2aa 45,32 f 4,l la

Zn (%) 0,03 f 0,002a 0,03 f O,OOla 0,03 f O,OOla 0,03 f 0,00Ia Serum darah

Zn (mg1100ml) 3,25 f 0 , 1 7 ~ 2,75 f 0,65a 3,05 f 0,2aa 2,50 f 0,64a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Data bobot biomassa ikan lele awal dan akhir pada setiap perlakuan selama penelitian tertera pada Tabel 8. Penambahan enzim frtase dalam pakan, baik tanpa maupun dengan asam sitrat, monghasilkan laju pertumbuhan yang secat-a nyata lebih tinggi dibanding dengan pakan yang tidak ditambahkan enzirn frtase dan P anorganik (pakan D). Laju pertumbuhan harian ikan yang diberikan pakan dengan penambahan P anorganik (pakan A) memberikan hasil yang sama dengan pakan yang diberikan enzim frtase (pakan B dan C). Penambahan enzim frtase juga menghasilkan retensi protein yang lebih tinggi secara nyata dibanding pakan yang tidak diberikan enzim fitase dan P anorganik (pakan D). lkan yang diberikan pakan dengan penambahan enzim frtase dengan atau tanpa asam sitrat, retensi lemaknya sama dengan ikan pada pakan A, tetapi berbeda dengan ikan yang makar, pakan tanpa P anorganik dan enzim f%ase (pakan D).

[image:30.574.103.479.92.317.2]
(31)

Tabel 8 Rata-rata bobot biomassa awal (BO), bobot biomassa akhir (El), laju pertumbuhan harian (LPH), konsumsi pakan (KP), konversi pakar! (FCR), retensi protein (RP), dan sintasan (SR)

Perlakuan Parameter

A

B

C D

RL(%) 80,O i 4-47" 86,5 i 6,75" 72,8

*

727= 55,2

*

2 , ~ 7 ~

SR 92,5

*

9,5a 9 7 3

*

5,0a 97,5 f. 5,0a 92,5 5,0a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Pembahasan

Penambahan enzim fdase dengan atau tanpa asam sitrat mampu meningkatkan nilai kecernaan P pakan. lkan yang diberi pakan dengan penambahan enzim fdase, kecernaan P lebih tinggi dibanding pakan yang tidak diberi penambahan enzim fdase. Kecemaan P tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi pakan B (86,10%), dan yang paling rendah pada perlakuan D (68,55%). Hal ini rnembuktikan bahwa enzim fdase mampu membebaskan P yang terikat dalam asam fdat yang terdapat pada bungkil kedelai dan polard, sehingga dapat meningkatkan kecernaan P. Hasil yang sama diperoleh Tales et

a/.

(1998) melaporkan bahwa penambahan enzim fitase dalam pakan yang mengandung bahan nabati dapat meningkatkan kecemaan P dari 63% menjadi 79.8% pada ikan seabass (Dicentracus labraks) ukuran juvenile, Papatryphon dan Soares (2001) pada ikan striped bass (Morone saxatilis) dari 59% menjadi

87%,

Cheng dan Hardy (2004) pada ikan rainbow trout ukuran 20 g dari 80% menjadi 89,1%, [image:31.572.104.484.116.286.2]
(32)

Kecemaan P pakan yang diberi penambahan enzim fdase dengan atau tanpa asam sitrat temyata sama, keduanya rnernpunyai kecernaan P yang tinggi. Penambahan asam sitrat bertujuan untuk membuat kondisi pH pakan sebesar 5,5. Pada pH tersebut enzim fdase akan bekerja dengan optimal, sehingga proses pelepasan P dari asam fitat akan maksimal. Masumoto et

a/.

(2001)

menyatakan bahwa umurnnya pH pakan yanG menggunakan bahan nabati bungkil kedelai berada pada kisaran 6,5, dimana pada pH tersebut aktivitas enzim fdase sudah mulai menurun, sehingga perlu ditambahkan asam sitrat untuk membuat kondisi pH berada pada kisaran 5,5. Pakan B yang hanya ditambahkan enzim fitase tanpa pernberian asam sitrat, temyata rnemberikan hasil yang sama terhadap kecemaan P. Proses hidrolisis asam fitat dimulai pada saat seluruh bahan baku pakan sudah tercampur. Pada penelitian ini diperoleh bahwa pH pakan yanq menggunakan bahan nabati bungkil kedelai dan polard pH pakannya sebesar 6,1. Pada pH tersebut enzim fitase ternyata mampu bekerja dengan baik sehingga proses pelepasan P dari asam fdat juga dapat maksimal dilakukan. Sheuerrnann et a/. (1988) dalam Beruah et al. (2004)

menyatakan bahwa enzim fdase aktif bekerja pada rentang pH 4-6,9.

Adanya perbedaan nilai rasio P terlarut/P total (Tabel 4) dan nilai kecernaan P (Tabel 5) mengindikasikan bahwa enzim frtase melepaskan P dari bahan nabati tejadi melalui dua tahap. Pertama pada saat pembuatan pakan: pada saat pakan diinkubasi pada suhu 37 OC, rnaka proses pelepasan P dari

asam fdat te rjadi. Hal ini terlihat dari nilai rasio P terlarutIP total dari pakan tanpa penambahan enzim fitase sebesar 19,5% menjadi 44,1% pada pakan dengan penambahan enzim fdase. Tahap kedua dapat dijelaskan dengan melihat adanya perbedaan nilai rasio P terlarut1P total dari pakan dengan penambahan enzim frtase dengan nilai kecemaannya. Nilai rasio P terlarut/P total yaitu 39,7% pada pakan B dan 44,l pada pakan C, tetapi nilai kecernaan P meningkat menjadi 86,1% untuk pakan B dan 85,05% untuk pakan C. Hal ini menjelaskan bahwa pada saat makanan rnasuk dalam saluran pencemaan, enzirn fitase masih aktii bekerja. Hal ini senada dengan pendapat Masumoto et a/. (2001) bahwa melalui proses inkubasi, pakan yang diberi penambahan enzim fdase 50 mgIlOO g bahan nabati pada suhu 37 OC selama 2 jam memberikan nilai P terlarutlP total sebesar 58,7% dan nilai kecernaan P nya 95,4%.

(33)

tubuh juga berbeda. Nilai konsumsi P yang tinggi dan didukung kecemaan yang tinggi menyebabkan nilai P yang dicema juga tinggi, sehingga konsentrasi P dalam serum darah akan tinggi. Konsentrasi P dalam serum darah menggambarkan hasil absorbsi P yang ditransport. Djodjosubagio (1990) menyatakan bahwa penyebaran fosfor dalam tubuh melalui peredaran darah dan cairan antar sel.

Komposisi mineral P dalam serum darah menunjukkan bahwa pemberian enzim fitase mampu meningkatkan kadar P dalam serum darah. Mineral P yang mempunyai kecernaan tinggi tentunya akzn lebih mudah diserap oleh usus dan selanjutnya oleh darah ditransport ke seluruh tubuh. Hal ini dibuktikan ikan yang diberikan pakan dengan penambahan enzirn fdase yang memiliki kecemaan P tinggi, kandungan mineral dalam serum darah juga lebih tinggi dibanding perlakuan yang tanpa pemberian enzim faase. Masumoto et a/. (2001) melaporkan pemberian enzim fitase pada pakan ikan Japanese flounder, konsentrasi P dalam serum darah lebih tinggi (8,1 mgI100 ml) dibanding pada ikan yang tanpa diberi tambahan enzim fdase (5,9 mg1100 ml).

(34)

dimana pada pakan B dan C retensi proteinnya lebih tinggi dibanding pakan A

dan D, walupun laju pertumbuhan harian antara ikan yang diberi pakan 6 dan C sama dengan pada pakan kontrol (pakan A).

Selain untuk proses sintesa protein mineral P juga sangat berperan dalam pembentukan tulang. Hal ini terfihat pada kandungan mineral P dalam tulang, ikan p n g menggunakan mineral P lebih banyak (B dan C ) kandungan mineral P

dalam tulang lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan Li et a/. (2004) dimana pemberian enzim fnase 500 unit per kilogram pakan ikan channel catfish dapat meningkatkan mineral P pada tulang dari 7,4 % menjadi 9,8%, Hughes dan Soares (1998) pada ikan striped bass (Monorene saxatilis) dari 59,2 mglg menjadi 78,1 mglg. Kekurangan fosfor mengakibatkan rendahnya kandungan fosfor dalam tulang, ha1 ini disebabkan fosfor yang ada, sebagian besar digunakan untuk kebutuhan maintence tubuh sehingga fosfor yang dideposisi pacia tulang menjadi rendah. Distribusi mineral P dalam tubuh tubuh sebagian besar berada di tulang sebanyak 85%, dan sebagian kecil dalam jaringan tubuh sebanyak 15% (Georgievskii 1982). Meningkatnya laju pertumbuhan, tentunya akan meningkatkan konsentrasi P dalam tubuh, ha1 ini terlihat pada kandungan mineral P dalam tubuh dimana ikan yang diberi pakan B dan C kandungan mineral dalam tubuh lebih tinggi dibanding dengan pakan D, karena laju pertumbuhan antara B dan C sama dengan pakan A, maka kandungan mineral P

dalam tubuh juga sama.

(35)

penambahan enzim fitase tidak memberikan peningkatan konsentrasi Zn baik di tubuh, tulang maupun serum darah. Hasil yang sama diperoleh Masumoto et al. (2001) menyatakan bahwa penambahan enzim frtase 50 mg/lOO g bungkil kedelai tidak mempengaruhi konsentrasi Zn dalam serum darah.

Meningkatnya proses metaboiisme dalam tubuh akan mernacu ikan untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak. Semakin banyak pakan yang dikonsumsi dan penggunaan pakan yang efisien maka akan semakin banyak protein yang diretensi, sehingga pertumbuhan akan meningkat. Hal ini dapat dilihat pada ikan ymg diberi pakan B, C dan A, dimana kebutuhan fosfor mencukupi, maka semua proses metabolisme berjalan dengan lancar. Pada keadaan ini ikan akan memanfaatkan pakan dengan efisien, sehingga akan diperoleh nilai retensi protein yang tinggi. Peningkatan nilai retensi protein ini tentunyz akan meningkatkan laju perturnbuhannya. Di sisi lain ikan yang diberikan pakan D, diduga kekurangan P akibatnya penggunaan pakan tidak efisien, reiensi protein yang diperoleh juga rendah maka akan memberikan nilai laju pertumbuhan yang rendah juga. Lall (2002) menyatakan bahwa kekurangan fosfor akan menyebabkan rendahnya efisiensi pakan dan menurunkan laju pertumbuhan. Hasil ini sesuai dengan penelitian dari Li et a1 (2004) pada pemberian enzim fdase 500 unit per kg pakan mampu mengganti pemberian dicalsium fosfat dalam pakan dan mempengaruhi pertumbuhan ikan channel catfish, Debnath et a/. (2005), pada ikan Pangasius pangasius. Keceranaan P yang rendah pada pakan yang tidak diberikan enzirn fdase menyebabkan mineral P yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga proses metabolisme dalam tubuh terganggu dan menyebabkan pertumbuhanya lebih rendah.

Nilai konversi pakan berhubungan erat dengan laju pertumbuhan dan konsumsi pakan. Ketersedian P dalam tubuh yang cukup membuat ikan lebih efisien dalam memanfaatkan pakan, sehingga memberikan nilai konversi pakan yang kecil, ini terlihat pada pakan B dan C dan A. Di sisi lain pada pakan tanpa penambahan enzim fdase nilai konversi pakan paling besar (pakan D). Sssuai dengan penelitian Debnath et a/. (2005) penambahan enzim fitase mampu menghasilkan nilai konversi pakan yang lebih baik dibandingkan pada pakan yang tidak diberikan enzim fitase pada ikan Pangasius pangasius, Yulisman (2006) pada ikan baung (Hemibagrus nemurus).

(36)

P yang terbuang melalui feses. lkan yang diberikan pakan dengan penambahan enzim fitase, jumlah limbah fosfor yang dihasilkan lebih rendah dibanding dengan perlakuan tanpa pemkrian enzirn frtase. Ini membuktikan bahwa dengan penambahan enzim frtase fosfor yang terikat dalam asam fdat rnampu diuraikan sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan. Hasil berbeda pada perlakuan D dan A

dimana fosfor yang terikat dalam asarn fdat tidak dapat cerna oleh ikan sehingga limbah fosfomya tinggi. Hewan-hewan rnonogastrik seperti ikan tidak mampu mencerna asam faat oleh karenanya akan dilepas ke perairan. Asam fitat yang diekskresikan ini selanjutnya akan mengalami degradasi oleh mikroba penghasil Mase dan melepaskan fosfor. Fosfor dalam jumlah yang besar masuk ke prairan akan memicu timbulnya eufrofikasi di perairan (Baruah et a/, 2004).

Penurunan limbah P yang dihasilkan karena penambahan enzim fitase dalam pakan, dapat lebih jelas jika kita mengitungnya berdasarkan 1 kg produksi ikan. Untuk memperoleh 1 kg ikan lele, maka dengan penambahan enzim fdase dalam pakan, limbah P yang dihasilkan hanya 1,7 g, atau lebih rendah sekitar 58 Sb dari pakan kontrol (pakan A). Pemberian enzim frtase dalam pakan ikan lele ternyata juga mampu mengurangi limbah N yang dihasilkan. Dengan ilustrasi yang sama dengan lirnbah P, maka untuk memperoleh 1 kg ikan dengan penambahan enzim frtase dalam pakan, maka limbah N yang dihasilkan dari budidaya ikan tersebut sebesar 6,77 g. Limbsh

N

yang dihasilkan ini lebih rendah 31% dari pakan kontrol (A). Hasil yang sama diperoleh Teies et a/.
(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesim pulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan enzim fitase dalam pakan mampu meningkatkan kecernaan P dari

bahan baku nabati dari 68.55% menjadi 86.10%. dan rnampu memberikan kinerja pertumbuhan yang sama dengan pakan yang diberikan P anorganik (pakan kontrol).

2. Penggunaan enzim ffiase dengn dosis 50 mg11OO g bahan nabati mampu mengurangi limbah fosfor dan limbah N masing-masing sebanyak 58% dan 31 % dari pakan kontrol.

Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Baruah K, Sahu NP, Pal AK and Debnath D. 2004. Dietary phytase: an ideal approach for a cost effective and low-polluting aqua feed. NAGA, World Fish Center Quarterly. 27(3&4): 15-1 9.

Ceng ZJ and Hardy RW. 2002. Effect of microbial phytase on apparent nutrient digestibility of barley, canola meal, wheat and wheat middling, measured in vivo using rainbow trout (Oncorhynchus mykiss). Aquaculture Nutrition. 8: 271 -277.

Ceng ZJ and Hardy RW. 2004. Effects of microbial phytase supplementation in corn distiller's dried grain with solubles on nutrient digestibility and growth performance of rainbow trout, oncorhynchus mykiss. Journal of Applied quaculture. 15: 83-1 00.

Debnath D, Pal AK, Sahu NP, Jain KK, Yengkokpam, and Mukherjee SC. 2005. Effect dietary microbial phytase supplementation on growth and nutrient digestibility of Pangasius pangasius fingerling. Aquaculture Research. 36 (2): 180-1 87.

Djojosoebagio S. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin Volume I. Pusat Antar universitas llmu Hayat IPB. Bogor. 247 ha1

Cole SJ. 2001. Phytase. www.~hytase.net.

Forster IDA, Higgs BS, Dosanjh M, Rowshandeli and Parr J. 1999. Potential for dietary phytase to improve the nutrient value of canola protein concentrate and decrease phosphor~s output in rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) held in 1 1°C fresh water. Aquaculture 179: 109-1

25.

Georgievskii \/I. 1982. Mineral Nutrition of Animal. Butteworths. London. 11-56 PP.

Hardy RW. 2002. Rainbow trout (Oncorhynchus rnykiss) 184-202 pp. in Nutrient Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. Edited Webster CD and Lim C. CBI Publishing. New York.

Hertrampf JW, and Pascual FP. 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. Kluwer Academic Publishers. London. 573 pp.

Hughes KP, aand Soares JH. 1998. Efficacy of phytase on phosphor utilization in practical diets fed to striped bas Morone saxatilis. Aquaculture Nutrition. Blackwell Science. 4: 133-140.

Lall SP. 2002. The mineral. 25-308. In Fish Nutrition third Edition Edited Halver

JE and Hardy RW. Academic Press. New York.

(39)

Li MH and Robinson EH. 2005. Feeding fungal phytase to channel catfish. Aqua feeds: Formulation 8 beyoung (2) Issue I no 13.

Matjik AA dan Made Sumertajaya. 2000. Rancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, IPB Press, Bogor. 326 hal.

Masumoto T, Tamura 8, and Shimeno S. 2001. Effects of phytase on bioavailability of phosphorus in soybean meal-based diet for Japanese flounder Paralichthys olivaceus. Fisheries Science .67: 1075-1 080.

Mayasari N. 2005. Penggunaan metionin dan taurin pada kadar yang bertteda dalam pakan ikan lele dumbo. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan. IPB. Bogor 35 hal.

Mokoginta I dan Suprayudi MA. 1993. Kebutuhan fosfor bagi ikan yang memiliki lambung dan ikan yang tidak memiliki lambung. Laporan Penelitian. PAU. IPB. Bogor. 99 hal.

Nwanna L.C, Fagbenro OA, and Adeyo A.O. 2005. Effects of diffrent treatment of dietary soybean meal and phytase on the growth and mineral deposition in African catfish Clarias gariepenus. Journal of Animal and Veterinary Advances. 4 (12): 980-987.

Page DS.1989. Prinsipprinsip biokimia. Diterjemahkan oleh Soendoro. R. Penerbit Erlangga. Jakarta. 465 hal.

Papatryphon E. and Soares JH. 2001. The effect of phytase on apparent digestibility of four practical plant feedstuffs fed to striped bass (Morone saxatilis). P.quaculture Nutrition. 7: 16 1-1 67.

Pintar J. Homan B. Gazic K, Grbesa D, Sikiric M, Cemy T. 2004. Effects of supplemental phytase on performance and tibia ash of broilers fed different cereals based diets Czech J. Ani,n. Sci. 49 (12): 542-548

Pongmanerat J and Watanbe T .1992. Utilization of soybean meal as protein sources in diet for rainbow trout. Nippon Suisan Gakkaisi

.

58 (10). 1983-1 990.

Ravindran V. 2000. Effect of Natuphos Phytase on the bioavailability of protein and amino acids

-

a review. Monogastric Research Centre Institute of Food, Nutrition and Human Health Massey University, Palmerston North New Zealand. I- I G .

Reitz LL, Smith WH, and Plumlee MP. 1960. Analytical Chemistry. Animal Science Department, West Lafayette, Ind. 1730 pp.

(40)

Suprayudi M A, Mokoginta I, dan Naim M. 2003. Penggantian tepung ikan oleh tepung bungkil kedelai dalam pakan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy). Prosiding Semi Loka Aplikasi Teknologi Pakan dan Peranannya Bag Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Departernen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Sajjadi M and Carter CG. 2004. Dietary phytase supplementation and the utilization of phosphor by Atlantic salmon (Salmo salar L) fed a canola-meal based diet. Aquacutture. 240: 41 7431.

Simons PCM, Versteegh HAJ, Longloed AW, Kemme PA, 60s KD, Wolters WGE, Bcudeker RF and Verschoor GJ. 1990. Improvement of phosphorus availability by microbial phytase in broiler and pigs. J

N~tr. 64: 525-540.

Steffens W. 1989. Principles of Fish Nutrition. Elis Hor~vood Limited. Loncion.384 PP-

Teles AO, Pereira JP, Gouveia A, and Gomes E. 1998. Utilization of diets supplemented with microbial phytase by seabass (Dicentrarchus labrax) juveniles. Aquaculture Living Resours. 1 l(4): 255259. Vielma J, Makinen T, Ekholm P, and Koskela J. 2000. Influence of dietary soy

and phytase level on performance and body composition of large rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) and algal availability of phosphorus load. Aquaculture 183:349-362.

Watanabe T. 1988. Fish Nutrition and Mariculture JlCA Textbook The General Aquaculture Course. Tokyo University of Fisheries. Japan. 232 pp Wawa J E. 2006. Tepung ikan naik 150 persen. Kompas Cyber media Jumat, 18

Agustus 2006. Jakarta.

Yan W. and Reigh

R.C.

2002. Effects of fungal phytase on utilization of dietary protein and minerals, and dephosphorylation of phytic acid in the alimentary tract of channel catfish lctalurus punctatus fed an all- plantprotein diet. J. World Aqua. Soc. 33:10-22.

Yulisman 2006. Peggunaan fitase dalam pakan berbasis tepung bukil kedelai untuk ikan baung (Hemibagrus nemurus) Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB Bogor. 33 hal.

(41)
(42)

Lampiran 1 Prosedur analisis kadar protein (metode Semi Micro Kjeldahl) (Takeuchi 1988)

1. Sample ditimbang seberat 0,5-1,O gram dan dimasukkan kedalam labu Kjeldahl. 2. Katalis berupa K2SOs5H20 dengan rasio 9 : 1 ditimbang sebanyak 3 gram, dan

dirnasukkan ke dalarn labu Kjeldahl.

3. Selanjutnya ditarnbahkan 10 ml H2S04 pekat ke dalam labu tersebut dan kemudian labu dipanaskan selama 3

-

4 jam sarnpai cairan dalam labu berwarna hijau.

4. Larutan didinginkan, lalu ditambahkan air destilasi 30 ml. kemudian masukkan larutan tersebut kedalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sarnpai larutan tersebut rnencapai volume 100 ml (larutan A).

5. Labu erfemeyer diisi 10 ml kf2S04 0,05 N dan ditambahkan 2

-

3 tetes indicator methylen blue atau methyl red (larutan B).

6. Larutan A diambil sebanyak 5 ml dan ditambahkan sebanyak 10 ml NaOH 30% yang dimasukkan ke dalam tabu Kjeldahl. Lalu dilakukan pemanasan dan kondensasi selama 10 rnenit mulai saat tetesan pertama pada larutan B.

7. Larutan dalam labu erlemeyer dititrasi dengan 0,05 N larutan NaOH sarnpai te jadi perubahan warna dari merah muda menjadi hijau muda.

0,0007

*

x (Vb Vs) x F s 6.25

* *

x 20

8. Kadar protein : x 100%

S

Keterangan :

Vs : ml 0,05 N nitran NaOH untuk sample Vb : rnlO,05 N nitran NaOH untuk blanko

F : faktor koreksi dari 0,05 N larutan NaOH S : bobot sample (gram)

: setiap ml0,05 N NaOH ekuivalen dengan 0,0007 gram nitrogen

(43)

Larnpiran 2 Prosedur analisis kadar lemak (metode ether ekstraksi) (Takeuchil988)

1. Labu ekstraksi dipanaskan didalam oven (1 10°C) selama 1 jam kemudian didinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang bobot labu tersebut (X 1 )-

2. Sample ditimbang sebanyak 1-2 gram (A) dan dimasukkan kedalam tabung filter lalu dipanaskan pada suhu 90-100°C selama 2-3 jam.

3. Tabung filter ditempatkan kedalam ekstrzk dari alat soxlet. Kemudian disambungkan kondensor dengan labu ekstraksi yang telah diisi 100 ml petroleum eter.

4. Eter dipanaskan pada labu ekstraksi dengan menggunakan water bath pada suhu 70°C selama 16 jam.

5. Labu ektraksi dipanaskan pada suhu 100°C kemudian ditimbang (X2).

X2

-

X1

kadar lemak : x 100%

(44)

Lampiran 3 Prosedur analisis kadar abu (Takeuchi 1988)

1. Cawan dipanaskan di dalam oven (1 10°C) selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang (XI).

2. Bahan ditimbang

2-3

garam (A).

3. Cawan dan bahan dipanaskan kedalam tanur (600°C) sampai bahan menjadi abu kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit lalu di timbang

ow-

X2 -X1

kadar abu : x 100%

(45)

Larnpiran 4 Prosedur analisis serat kasar (Takeuchi 1988)

I 1. Kertas filter dipanaskan dalarn oven selama 1 jam pada suhu llO°C setelah itu didinginkan dalam eksikator lalu ditimbang (XI).

2. Sample ditimbang sebanyak 0,s gram (A) dan dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml.

3. H2S04 0,3 N sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam erlemeyer kemudian dipanaskan selama 30 menit, setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml dimasukkan kedalam erlemeyer lagi kemudian dipanaskan selama 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah ciipanaskan kemudian disaring dalam corong buchner dan dihubungkan pada vacuum pump untuk mempercepat filtrasi.

5. larutan n bahan yang ada pada corong buchner kemudian dibilas secara berturut-turut dengan 50 ml air panas, H2S04 0,3 N, 50 ml air panas dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan isinya dimasukkan kedalam cawan porselin, lalu dikeringkan selama 1 jam kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (X2).

7. Setelah itu dipanaskan dalam tanur 600°C hingga berwama putih, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (X3).

= - X I -X3

kadar Serat Kasar : x 100%

(46)

Lampiran 5. Prosedur analisis mineral (Reitz et a/. 1960) A. Prosedur Wet Ashing (pengabuan)

I

1. Sampel ditimbang 1 gram dimasukan kedalam erlenmeyer 125 ml.

2. Ditambahkan HNOB 65% sebanyak 59~11, dikejakan diruang asam.

3. Dibiarkan 1 jam tanpa pemanasan diruang asam, kemudian dipanasakan diatas hot plate pada suhu 80 OC selama 4-6 jam.

4. Diakan selama satu malam setelah pemenassan.

5. Tambahkan 0,4 ml H2SO4 pekat, kemudian panaskan kembali sampai larutan mengental sekitar 1 jam.

6. Ditambahkan 2 tetes campuran HN03:HC104 (2:l) sample larutan berubah wama dari coklat menjadi kuning, kemudian pemanasan dilanjutkan selama 15 menit, ditambahkan 0,6 ml HCI dan 2 ml akuades, panaskan kembali selama 15 menit.

7. Dipindahkan ke dalam labu takar kemudian lamtkan rnenjadi 100 ml (dapat dilakuan analisis mineral sesuai yang diinginkan)

B. Analisis Fosfor

1. Dibuat larutan standar P sebanyak 5 deret standart yaitv: 0, 2, 3, 4, dan 5

PPm.

2. Pipet sampel sebayak 1ml kedalam tabung reaksi.

3. Ditambahkan larutan C (campuran 10 ml Amonium Molibdat 10% + 60 ml Aquades+ 5 gram FeS04.7H20+aquades sampai 100ml) sebanyak 2 ml, setelah semua standart dan sampel dipipet dan dijadikan 3ml, kemudian ditambahkan 2 rnl lamtan C sehingga tottalnya menjadi 5 ml, diaduk lalu dibaca dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660nm.

C. Analisis Ca dan Zn

1. Membuat lautan standar untuk Ca : 2, 4, dan 6 ppm, sedangkan untuk

Zn:

0,1, 0,5, 0,75.

2. Kedalam tabung reaksi, sampel yang sudah ada dipreparasi (wet ashing) dipipet sebanyak 0,lml lalu ditambahkan 0,05 ml larutan CI3Li.7 H20 dan aquades sebanyak 4,9 ml kemudian diaduk dan ditutup.

(47)

Lampiran 6 Komposisi proksimat bahan pakan (% dalam bobot kering) Nama bahan

Kandungan

T. lkan T.bungkil T. Polard T. Tapioka Kedelai

Air 9,81 11.01 9 8 9 12,17

Abu

Protein

Lemak

(48)

Lampiran 7 Komposisi proksimat tubuh ikan lele awal dan akhir penelitian (% bobot basah)

Perlakuan Kom~osisi'Ulangan Awal

proksimat A B C D

Protein

Lernak

Abu

2

Serat kasar

3

2

Kadar air

(49)

Lampiran 8 Perhitungan laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (FCR), dan sintasan (SR)

-

Perlakuan Parameter Ulangan

A B C D

Bobot ikan awal (g) 2 3 4

Bobot ikan Akhir(g) 2

3

4

Rata-rata

1

Pakan ikan (g) 2 3

Jumlah ikan mati* 2

3

4 2 0 0 1

1 90 90 100 90

SR(%) 2 100 too 90 100

3 100 100 100 90

4 80 100 100 90

Rata-rata 92,5?9,57 97,50*5,00 97,5*5,00 92,5*5,00

1 1,27 1,12 1,Ol 1 ,4

FCR 2 1,11 1,08 1,24 1,4

3 1,12 1,12 1,12 1,4

4 1,24 1,02 1,15 1 3

Rata-rata 1.2_+0,08 1.1+0,04 1.1_+0.09 1.4_+0,05

1 4,39 4,78 4,91 4,12

Laju pertumbuhan 2 4,76 4,78 439 4,10

harian 3 4,74 4,85 4,78 4,03

4 4,58 4.77 4,82 3 3 6

Rata-rata 4,6*0,17 4,8*0,04 4.8*0,14 4,1*0,07

Keterangan* lkan yang rnati selarna penelitian:

Pedakuan Berat (g)

A1 74,9

A4( 2ekor) 20,6 dan 49,O

B 1 70,O

C2 65,5

D1 22.8

D3 60,7

(50)

Lampiran 9 Analisis ragam laju pertumbuhan harian (LPH)

SK DB JK KT F hitung P

Perlakuan 3 1,4316 0,4772 34,72 0,000

Galat 12 0,1650 0,0137

--

Total 15 1,5965

Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Pc0.05)

Lampiran 10 Analisis ragam konversi pakan

(FCR)

SK DB JK KT F hitung P

Perlakuan 3 0,21939 0,07313 17,32 0,000

Galat 12 0,05065 0,00422

Total 15 0,27004

Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Pc0.05)

Lampiran 11 Analisis ragam sintasan (SR)

SK DB JK KT F hitung P

Perlakuan 3 100 33,3 0,80* 0,517

Galat 12 500 41,7

Total 15 600

* * Tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (P<0,05)

Lampiran 12 Analisis ragam retensi protein

SK DB JK KT F hitung P

Perlakuan 3 533.4 177,8 13,13* 0,OO

Galat 12 162,5 13,5

Total 15 695,9

* Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (P<0,05)

Larnpiran 13 Analisis ragam retensi lernak ikan

SK DB J K KT F hitung P

Perlakuan 3 1641.3 547,l 17,02* 0,001

Total 11 1893

(51)
(52)

Lampiran 15 Perhitungan retensi lemak

Perlakuan Parameter Ulangan

A B C D

Bobot ikan awal (g) Z 3 4

Bobot ikan Akhir(g) 2 3

4 1025.4 1182 1171.9 735.8 Lemak pada ikan

Jumlah lemak 1 1,38 1,30 1,29 1 3 4

tubuh awal (g), 2 1,32 1.36 1,38 1,36

2,15% dari bobot 3 1,38 1,33 1,39 1,37

tubuh 4 1.34 1.38 1.33 1.39

Persentase lemak 1

pada akhir 2

pengamatan 3

4

1 52.77 45,80 60,13 31,63

Jumlah lemak 2 45,05 45,65 40,42 29,59

tubuh akhir 3 50,39 55,73 49,61 27,81

4 51.17 59.10 43,48 26,19

Pakan ikan

1 1 1 15.60 1 183,70 1 157.90 998,50

Konsurnsi pakan

1 Kadar lemak pakan 2 3

4

Jumlah lemak 1

pakan yang 2

dikonsumsi (g) 3 4

(53)

42

Lampiran 16 Kadar mineral dalam tubuh, tulang dan serum darah

Perlakuan Parameter Mineral ; Ulangan

A B C D

1 2,569 2.933 2,695 2,249

2

Fosfor 3

4

Rata-rata

1

Tubuh

ca

4

Rata-rata

1 2 3 4

Rata-rata

1 2

Fosfor 3

4

Rata-rata

I 2

Tulang Ca 3

4

R3ta-rata 1

2

Zn 3

4

Rata-rata

1

2

Serum Ca 3

(54)

Lampiran 17 Analisis ragam P tubuh

SK Dl3 JK KT F hitung P

,

Periakuan 3 0,6201 0,2067 7,87* 0,OO

Galat 12 0,3151 0,0263

Total 15 0,9352

Berbeda nyata pacia tingkat kepercayaan 95% (Pc0,05)

Lampiran 18. Analisis ragam Ca tubuh

SK DB J K KT F hitung P

Perlakuan 3 2,286 0,762 2,,74** 0,09

Galat 12 3,337 0,278

Total 15 5,623

* * Tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (P<0,05)

Lampiran 19 Analisis ragam Zn tubuh

SK DB JK KT F hitung P

Periakuan 3 0.00000042 0,0000014 4.86" 0,019

Total 15 0,00000077

* Tidak b e W a nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Pc0.05)

Lampiran 20 Analisis ragam P tulang

SK DB JK KT F hitung P

Periakuan 3 19.84 6,61 5.90* 0,Ol

Galat 12 13.45 1,12

Total 15 33,28

Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (P<0,05)

Lampiran 21 Analisis ragam Ca tulang

SK DB JK KT F hitung P

Perlakuan 3 30,l 10.0 0,84" 0,497

Galat 12 143,4 12,O

Total 15 173,6

(55)

Lamoiran 22 Analisis ragam Zn tulang

SK D B JK KT F hitung P

1

Perlakuan 3 0,00001 0,000004 1.90" 0,184

Galat 12 0,00002 0,000002

Total 15 0,00003

* Tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Pc0.05)

Lampiran 23 Analisis kadar P dalam serum darah

SK DB J K KT F hitung P

Periakuan 3 33,364 1 1,788 37,76' 0,000

Galat 12 3,746 0,312

Total 15 39,111

* Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Pc0,05)

Lampiran 24 Analisis ragam Ca dalam serum darah

SK DB JK KT F hitung P

Periakuan 3 3,82 1.27 1,05** 0,407

Galat 12 14,60 1.22

Total 15 18,42

Tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95% (Pc0.05)

Lampiran 25 Analisis ragam Zn dalam serum darah

SK DB JK KT F hitung P

Perlakuan 3 0,527 0.176 1.13" 0,376

Galat 12 1,866 0,126

Total 15 2,393

(56)

Lampiran 26 Nilai kecernaan fosfor dan protein

Perlakuan

Kecernaan UIangan ,

Gambar

Gambar 1 Struktur asam fitat (Ravidran 2000).
Tabel 1 Kandungan fosfor non fitat dan fosfor fdat dalam bahan pakan
Gambar 2 Mekanisme kerja dari enzim frtase (Beruah et a/. 2003).
Tabel 2 Aktifiias enzim fbse pada berbagai pH
+4

Referensi

Dokumen terkait

Agama mempengaruhi dan sistem nilai budaya faktor-faktor ekonomi dan sosial (Suseno 2001: 83). Disamping itu menurut beberapa penelitian, agama dinilai berpengaruh terhadap

METODE PENDEKATAN NEURO-SENSO- MOTOR-REFELX INTEGRATION SENSORY INTEGRATION  Merupakan metode yg sangat dasar untuk perbaikan sensory motor untuk meningkatkan kognitif

◦ Larutan tanah (sifatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman) ◦ Bahan organik (mengalami proses perombakan).. ◦ Organisme tanah (komponen

Kondisi modal kerja pada perusahaan sub sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2015 yang dijelaskan pada perputaran kas,

Dalam penelitian ini proses penelusuran data dilakukan dengan cara mengamati data rekam medik pasien. Tahap pertama untuk mengambil sampel dilakukan adalah pemilihan sampel dari

Belat laut dalam dioperasikan sebelum pasang purnama yaitu pada waktu 11 hari bulan sampai 13 hari bulan dan dioperasikan pada saat air pasang tinggi dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman siswa laki-laki tentang rangkaian listrik sederhana sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan metode inkuiri;

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi implementasi apa saja faktor dominan green construction yang dilakukan pengembang yang berpengaruh terhadap