• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL DARAH MERAH AYAM BROILER YANG DIBERI

JAMU BAGAS WARAS (JAHE, KENCUR, DAN KUNYIT)

MELALUI AIR MINUM

ZULFITRA UTAMI PUTRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Zulfitra Utami Putri

(4)

ABSTRAK

ZULFITRA UTAMI PUTRI. Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan ABADI SUTISNA.

Jamu bagas waras terdiri atas kombinasi jahe (Zingiber officinale), kencur (Kaempferia galanga), dan kunyit (Curcuma domestica). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian jamu bagas waras yang diberikan melalui air minum terhadap profil darah merah ayam broiler. Sebanyak 20 ekor ayam broiler dibagi menjadi 4 perlakuan yang terdiri atas 5 ulangan. Ayam tanpa pemberian jamu bagas waras digunakan sebagai kontrol dan ayam dengan penambahan jamu bagas waras dengan dosis 0.1, 1, dan 10 mL/L air minum digunakan sebagai kelompok perlakuan. Pemberian jamu bagas waras dimulai pada hari ke-7 pemeliharaan. Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-7, 21, dan 35 pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jamu bagas waras dengan dosis 1 dan 10 mL/L pada hari ke-21 meningkatkan jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (p<0.05) dan meningkatkan nilai hematokrit secara deskriptif. Pada hari ke-35, penambahan jamu bagas waras secara deskriptif meningkatkan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit pada semua dosis dan jumlah sel darah merah pada dosis 10 mL/L. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian jamu bagas waras meningkatkan jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam broiler.

Kata kunci: broiler, hematokrit, hemoglobin, jamu bagas waras, sel darah merah

ABSTRACT

ZULFITRA UTAMI PUTRI. Red Blood Cell Profile of Broiler with Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) Administration through Drinking Water. Supervised by ANDRIYANTO and ABADI SUTISNA.

Jamu bagas waras consists of jahe (Zingiber officinale), kencur

(Kaempferia galanga), and kunyit (Curcuma domestica). This research was conducted to study of effect jamu bagas waras administration orally through drinking water in broiler red blood profile. Twenty broilers were divided into 4 groups and 5 replications. Experimental broilers without jamu bagas waras administration were control group and treatment groups were experimental broilers with administration of jamu bagas waras orally a dose of 0.1, 1, and 10 mL/L. The administration of jamu bagas waras was begun on 7th day post DOC. Blood sampling was conducted on 7th, 21st, 35th day post DOC. The results of this research showed that the administration of jamu bagas waras at a dose of 1 and 10 mL/L on 21st day post DOC increased total of red blood cell and haemoglobin concentration (p<0.05) and enhanced hematocrit concentration descriptively. On 35th day post DOC, the administration of jamu bagas waras increased haemoglobin and hematocrit concentration in all a dose and total of red blood cell only at a dose of 10 mL/L descriptively. It was concluded that the administration of jamu bagas waras improved red blood profile in broiler.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PROFIL DARAH MERAH AYAM BROILER YANG DIBERI

JAMU BAGAS WARAS (JAHE, KENCUR, DAN KUNYIT)

MELALUI AIR MINUM

ZULFITRA UTAMI PUTRI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Proil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum

Nama NIM

: Zulitra Utami Putri

: B04100074

Drh MSi

Pembimbing I

Tanggal Lulus: 0 1 SEP 7014'

Disetujui oleh

PhD APVet

FH IPB

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Judul karya ilmiah ini ialah Profil Darah Merah Ayam Broiler yang Diberi Jamu Bagas Waras (Jahe, Kencur, dan Kunyit) melalui Air Minum.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drh Andriyanto, MSi dan Bapak Drh Abadi Sutisna, MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr Dra Hj Ietje Wientarsih, Apt MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Drh Aulia Andi Mustika, MSi beserta staf Unit Pengelola Hewan Laboratorium dan staf Laboratorium Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Zulfiadi Ahmad, Ibunda Yandefita, adik-adik (Rahmat Abdillah dan Zahra Zulfia Ananta), keluarga besar Ahmad Zulkarnain, kak Diah, kak Edwin, kak Ridi, dan teman-teman atas segala doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan untuk penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Penyusun Jamu Bagas Waras 2

Sel Darah Merah 3

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 4

Tahap Persiapan 5

Tahap Perlakuan 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Jumlah Sel Darah Merah 7

Nilai Hematokrit 8

Kadar Hemoglobin 9

SIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rataan jumlah sel darah merah (×106 /mm3) ayam broiler yang diberi

jamu bagas waras melalui air minum 7

2 Rataan nilai hematokrit (%) ayam broiler yang diberi jamu bagas waras

melalui air minum 8

3 Rataan kadar hemoglobin (g%) ayam broiler yang diberi jamu bagas

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daging ayam adalah salah satu bahan pangan asal hewan yang sangat diminati oleh masyarakat. Berdasarkan data BPS (2013), konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia meningkat signifikan dari tahun 2011 sampai 2013. Hal ini disebabkan oleh daging ayam yang mudah diolah dan memiliki harga yang lebih murah. Selain itu, daging ayam juga mengandung bahan-bahan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Akan tetapi, tidak semua daging ayam memiliki kandungan gizi yang optimal, tergantung pada kualitas daging ayam yang dihasilkan (Satyaningtijas et al. 2010). Daging yang berkualitas berkaitan erat dengan manajemen pemeliharaan, kualitas pakan, dan air minum yang diberikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya peningkatan kualitas daging melalui peningkatan efektivitas pakan dan air minum yang diberikan.

Peningkatan kualitas daging ayam telah banyak dilakukan di antaranya melalui pemberian imbuhan pakan baik bahan sintetik ataupun alami. Imbuhan pakan tersebut digunakan untuk memacu pertumbuhan, meningkatkan efisiensi pakan, bobot badan, dan keuntungan peternak (Daud et al. 2007; Muhammad dan Bintang 2007; Moorthy et al. 2009). Penggunaan bahan sintetik dalam jangka panjang biasanya dapat menimbulkan efek toksik. Oleh karena itu, beberapa tahun terakhir banyak dilakukan eksplorasi imbuhan pakan yang berasal dari bahan alami. Salah satu contohnya adalah penggunaan bahan alami asal tumbuhan seperti temulawak, kunyit, kencur, dan jahe. Kunyit, kencur, dan jahe merupakan bahan obat tradisional dan telah banyak diteliti.

Penelitian Erniasih dan Saraswati (2006) melaporkan bahwa kurkumin dan minyak atsiri yang terkandung dalam kunyit dapat merangsang pengeluaran cairan empedu dan mengatur sekresi asam lambung. Sementara itu, minyak atsiri yang terkandung dalam jahe berkhasiat sebagai pembantu enzim pencernaan dalam meningkatkan laju metabolisme pakan (Setyanto et al. 2012). Selain itu, minyak atsiri juga terkandung dalam kencur yang bermanfaat untuk mendukung kesehatan ayam broiler. Natta et al. (2008) melaporkan bahwa minyak atsiri dalam kencur berperan dalam meningkatkan kerja sistem imun dan antioksidan.

Peningkatan metabolisme berpengaruh terhadap transportasi berbagai komponen di dalam tubuh, seperti nutrisi, oksigen, karbon dioksida, hormon, dan sistem kekebalan tubuh. Kondisi tersebut dapat dilihat melalui pemeriksaan gambaran darah yang merupakan salah satu parameter penting dari status kesehatan hewan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian jamu bagas waras (jahe, kencur, dan kunyit) terhadap profil sel darah merah ayam broiler.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data ilmiah tentang pemberian jamu bagas waras melalui air minum terhadap gambaran jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam broiler sehingga dapat dijadikan sebagai acuan pada penelitian ayam broiler selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Penyusun Jamu Bagas Waras

Kunyit

Kunyit (Curcuma domestica) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia. Chattopadhyay et al. (2004) melaporkan bahwa kunyit mengandung protein, lemak, mineral, karbohidrat, dan air. Selain itu, rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksi-kurkumin, dammar, dan gom (Khumaini et al. 2012). Kurkumin dilaporkan dapat merangsang sekresi cairan empedu dan berperan sebagai gastroprotektan (Chattopadhyay et al. 2004). Sementara itu, minyak atsiri dilaporkan berperan dalam mengatur keluarnya asam lambung. Sekresi cairan empedu dan asam lambung yang teratur memengaruhi proses metabolisme nutrisi dalam saluran pencernaan (Erniasih dan Saraswati 2006). Selain itu, kurkumin juga berkahasiat sebagai antibakteri (Chattopadhyay et al. 2004; Sinurat et al. 2009; Wientarsih et al. 2013), imunomodulator (Widhyari et al. 2009), dan antioksidan (Chattopadhyay et al. 2004; Sinurat et al.2009).

Kencur

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu komoditas herbal yang dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kanjanapothi et al.

(2003) menyatakan bahwa kencur banyak mengandung minyak atsiri dibandingkan dengan kandungan lain seperti pati dan resin (Ramadhan 2006). Kandungan minyak atsiri dalam kencur diantaranya terdiri atas, borneol, 3-carene, camphene, cineol, etil sinnamat, kaempferol, carvone, kaempferide, eukaliptol, cinnamaldehyde, α-pinene, asam p-metoksisinnaamic, etil p-metoksisinamat, metilsinnamate, benzene, dan pentadecan (Kanjanapothi et al. 2003; Tewtrakul et al. 2005; Ridtitid et al. 2008). Etil p-metoksisinamat merupakan zat paling bermanfaat dibandingkan dengan zat lain yang terkandung dalam minyak atsiri dari kencur. Etil p-metoksisinamat dilaporkan berkhasiat sebagai antioksidan (Tewtrakul et al. 2005; Chan et al. 2008; Natta et al. 2008; Wan-Ibrahim et al.

(13)

3

Jahe

Jahe (Zingiber officinale) juga merupakan salah satu komoditas herbal andalan yang banyak ditemukan di Indonesia. Menurut El-Baroty et al. (2010) jahe mengandung senyawa-senyawa bioaktif seperti fenolik (shogaol dan gingerol) dan minyak atsiri. Minyak atsiri dalam jahe antara lain mengandung bisapolen, gingerlicolipid, zingiberol, curcurmen, 6-dehydrogingerdion, dan zingiber. Minyak atsiri berkhasiat sebagai pembantu enzim pencernaan dalam meningkatkan laju metabolisme pakan. Laju metabolisme meningkat disebabkan oleh adanya ransangan terhadap selaput lendir usus, sehingga nafsu makan meningkat akibat lambung lebih cepat kosong (Setyanto et al. 2012). Selain itu, kandungan minyak atsiri dalam jahe juga berkhasit sebagai antioksidan, antibakterial (El-Baroty et al. 2010; Supriyanto dan Cahyono 2012), dan antifungi (Gholib 2008).

Sel Darah Merah

Eritrosit

Eritrosit merupakan salah satu komponen utama penyusun darah selain leukosit dan platelet. Dibandingkan dengan leukosit dan platelet, eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen penyusun darah paling banyak. Eritrosit dapat mencapai 5 juta sel di dalam darah. Proses pembentukan eritrosit disebut dengan eritropoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang (Guyton dan Hall 2006). Menurut Meyer dan Harvey (2004) umur eritrosit unggas lebih pendek dari mamalia yaitu berumur antara 28-45 hari. Selain itu, eritrosit unggas berbentuk oval, berinti, dan berukuran lebih besar dibandingkan dengan eritrosit mamalia. Fungsi utama eritrosit adalah sebagai pembawa oksigen dari paru-paru menuju jaringan dan pembawa karbon dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain hormon eritropoietin dan hemolisis. Hormon eritropoietin berfungsi merangsang eritropoiesis dengan cara memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang.

Hematokrit

(14)

4

mengindikasikan terjadinya beberapa kelainan seperti anemia, kerusakan sumsum tulang, hemoragi, kerusakan eritrosit, malnutrisi, myeloma, dan arthritis. Menurut Kusnadi (2008) nilai hematokrit pada ayam (khususnya ayam broiler) sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) adalah pigmen eritrosit yang terdiri atas kompleks protein terkonjugasi dan mengandung besi. Sintesis hemoglobin di darah dimulai dalam proeritroblas yang kemudian dilanjutkan sedikit dalam retikulosit. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat dan pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin memiliki daya gabung (afinitas) terhadap oksigen yang membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah dan oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh (Evelyn dan Pearce 2009). Kadar hemoglobin bervariasi untuk setiap spesies. Kadar hemoglobin pada unggas normal berkisar antara 7-13 g/dL dan menempati sepertiga dari volume sel darah merah (Apsari dan Arta 2010).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan April 2014 di kandang unggas Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL) dan Laboratorium Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi FKH IPB. Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler.

Alat dan Bahan

(15)

5

Tahap Persiapan

Persiapan Kandang dan Pembuatan Jamu Bagas Waras

Persiapan kandang dimulai dari membersihkan kandang, tempat pakan, dan tempat minum yang digunakan. Pembersihan ini dilakukan 1 minggu sebelum ayam masuk ke kandang. Lantai dan dinding kandang yang telah dibersihkan, diberi kapur (CaCO3) untuk mengurangi kejadian penyakit dan penularan penyakit

yang ada sebelumnya. Lantai kandang dilapisi dengan sekam kering dan disemprot dengan disinfektan.

Pembuatan jamu bagas waras dilakukan 1 hari sebelum dilakukan perlakuan pada ayam. Jamu bagas waras terbuat dari campuran jahe, kencur, dan kunyit dengan pelarut air dengan perbandingan tertentu. Jahe, kencur, dan kunyit segar diparut sampai halus. Kemudian, parutan jahe, kencur, dan kunyit dicampur lalu ditambahkan air dengan perbandingan tertentu. Selanjutnya, campuran tersebut dipanaskan hingga suhu 60 °C dan diulang sebanyak 3 kali. Setelah dingin, campuran jahe, kencur, dan kunyit (jamu bagas waras) disaring dan ditambahkan alkohol 70% dengan dosis 0.003% (sebagai antijamur). Kemudian, jamu dimasukkan ke dalam botol dan disimpan di dalam refrigerator bersuhu 4 °C.

Tahap Perlakuan

Pemeliharaan Ayam

Hari pertama, ayam dimasukkan ke dalam kandang, kemudian diberi air gula dan multivitaminuntuk meminimalisasi terjadinya stres. Vaksinasi dilakukan pada hari ke-3, 11, dan 18. Adapun vaksin yang diberikan tersebut secara berturut-turut adalah vaksin ND IB, vaksin gumboro, dan vaksin ND La Sota.

Selama pemeliharaan, ayam diberi pakan dan air minum secara ad libitum. Pemberian pakan disesuaikan dengan standar yang telah umum diterapkan di peternakan ayam komersial. Air minum yang diberikan dicampur dengan jamu bagas waras sesuai dengan rancangan percobaan.

Rancangan Percobaan

Sebanyak 20 ekor ayam broiler dibagi menjadi 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas 5 ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam broiler yang tidak diberi jamu bagas waras melalui air minum dengan dosis 0 mL/L (kontrol), ayam broiler yang diberi jamu bagas waras melalui air minum dengan dosis 0.1 mL/L (perlakuan 1), 1 mL/L (perlakuan 2), dan 10 mL/L (perlakuan 3).

(16)

6

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan selama perlakuan yaitu pada hari ke-7, 21, dan 35. Sampel darah diambil melalui vena jugularis menggunakan syringe 3 mL. Kemudian, darah dimasukkan ke dalam tabung yang telah berisi antikoagulan EDTA. Tabung ditutup menggunakan sumbat karet dan diberi label sesuai dengan kode perlakuan. Sampel darah tersebut langsung dimasukkan ke dalam ice box

dan dibawa ke Laboratorium Fisiologi untuk dilakukan pemeriksaan darah merah.

Perhitungan Eritrosit

Perhitungan eritrosit dilakukan dengan menggunakan hemositometer. Darah dihisap menggunakan pipet pengencer eritrosit yang telah dibersihkan sampai batas tera 0.5. Ujung pipet yang telah terhubung dengan aspirator dimasukkan ke dalam larutan pengencer Rees dan Ecker dan dihisap hingga batas tera 101. Ujung pipet dibersihkan dengan tisu dan dihomogenkan dengan membuat gerakan memutar menyerupai angka 8. Setelah larutan homogen, cairan yang terdapat dalam pipet dibuang sekitar 2-3 tetes untuk mendapatkan bagian yang benar-benar homogen. Hasil pengenceran diteteskan ke dalam kamar hitung dengan cara menyentuhkan ujung pipet pada tepi kaca penutup kamar hitung. Kamar hitung didiamkan beberapa menit agar darah mengendap sempurna. Kamar hitung diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan dengan menghitung butir darah merah yang terdapat di dalam 5 kotak kecil yang terletak di tengah kamar hitung. Kotak-kotak tersebut yaitu 4 kotak yang terdapat di sudut dan 1 kotak yang terdapat di tengah. Penentuan jumlah eritrosit per mm3 yaitu dengan mengalikan jumlah eritrosit dari 5 kotak yang dihitung dengan 10 000/mm3.

Perhitungan Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit dihitung menggunakan metode mikrohematokrit. Darah diambil dengan cara menempelkan bagian pipa kapiler yang tidak bertanda ke dalam darah. Darah dibiarkan mengalir hingga mengisi 4/5 bagian pipa kapiler. Bagian ujung pipa kapiler yang bertanda merah disumbat dengan menggunakan jari telunjuk dan bagian yang lainnya disumbat menggunakan crestaseal. Pipa kapiler disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 12 000 rpm, dengan bagian bertanda merah mengarah ke pusat sentrifius. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah menggunakan

microcapillary hematocrit reader.

Perhitungan Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin dihitung menggunakan metode cyanomethemoglobin.

Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan 10 μL darah ke dalam 25 mL

(17)

7

pada panjang gelombang 540 nm. Kadar hemoglobin diperoleh dengan membaca absorbansi yang terdapat pada alat spektrofotometer dan dikalikan dengan 36.8 g Hb/100 mL.

Variabel yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Sel Darah Merah

Ayam broiler diberi jamu bagas waras dengan dosis 0, 0.1, 1, dan 10 mL/L air minum (dosis bertingkat). Pemeriksaan darah dilakukan pada awal (hari ke-7), pertengahan (hari ke-21), dan akhir perlakuan (hari ke-35). Data peningkatan jumlah sel darah merah ayam broiler disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rataan jumlah sel darah merah (×106 /mm3) ayam broiler yang diberi jamu bagas waras melalui air minum

Pengambilan darah pada

Dosis jamu bagas waras (mL/L air minum) p 0 0.1 1 10

Hari ke-7 1.93±0.14bc 2.05±0.06ab 1.69±0.18c 2.36±0.24a 0.001 Hari ke-21 2.19±0.23b 2.18±0.12b 2.50±0.29a 2.58±0.04a 0.021 Hari ke-35 2.60±0.31a 2.59±0.18a 2.32±0.08a 2.65±0.10a 0.144 Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata (p<0.05).

(18)

8

peningkatan dosis pemberian kunyit secara linear dapat meningkatkan jumlah sel darah merah ayam broiler.

Peningkatan jumlah sel darah merah diduga disebabkan oleh optimalisasi kerja zat aktif yang terkandung di dalam jamu bagas waras. Zat aktif tersebut adalah kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin dilaporkan berkhasiat sebagai pelindung mukosa lambung dengan meningkatkan sekresi musin sehingga proses pencernaan dan penyerapan nutrisi tidak terganggu (Chattopadhyay et al. 2004). Kandungan lain yang juga diduga berpengaruh terhadap pencernaan dan penyerapan nutrisi adalah minyak atsiri. Minyak atsiri dilaporkan oleh Widhyari

et al. (2009) berfungsi dalam memperbaiki proses pencernaan dengan mengurangi gerak peristaltik usus sehingga waktu transit intestinal bahan makanan menjadi lebih lama. Oleh karena itu, penyerapan dan ketersediaan bahan pembentuk sel darah merah dalam tubuh akan terpenuhi secara optimal.

Secara langsung, senyawa kurkumin dan minyak atsiri juga dilaporkan berfungsi sebagai antioksidan sel darah merah (Sinurat et al. 2009; Wan-Ibrahim

et al. 2010; Supriyanto dan Cahyono 2012). Kurkumin dapat melindungi eritrosit dari reaksi oksidasi dengan bertindak sebagai scavenger radikal bebas (Chattopadhyay et al. 2004). Hal ini menyebabkan sel dan jaringan menerima cukup oksigen dari darah. Kondisi ini menyebabkan penurunan konsentrasi eritropoietin dan memperlambat produksi eritrosit sehingga eritrosit akan berada dalam sirkulasi lebih lama (Campbell et al. 2004).

Nilai Hematokrit

Pemberian jamu bagas waras tidak menunjukkan terjadinya perubahan nilai hematokrit pada ayam (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian jamu bagas waras melalui air minum belum mampu meningkatkan nilai hematokrit ayam broiler. Data nilai hematokrit ayam broiler disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan nilai hematokrit (%) ayam broiler yang diberi jamu bagas waras melalui air minum

Pengambilan darah pada

Dosis jamu bagas waras (mL/Liter air minum) p 0 0.1 1 10

Hari ke-7 18.99±2.43a 19.75±1.27a 20.06±2.19a 21.52±1.20a 0.291 Hari ke-21 24.28±0.08a 25.39±1.83a 26.39±1.96a 25.91±0.62a 0.277 Hari ke-35 24.77±1.54a 26.00±0.35a 26.59±2.42a 26.40±2.16a 0.343 Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata (p<0.05).

(19)

9

pada dosis 1 dan 10 mL/L air minum sebanding dengan peningkatan jumlah sel darah merah dari kedua kelompok tersebut. Akan tetapi, peningkatan nilai hematokrit pada pengambilan darah hari ke-35 tidak sebanding dengan peningkatan jumlah sel darah merah pada pengambilan darah hari yang sama. Perbedaan tersebut diduga disebabkan oleh adanya perubahan pada ukuran sel darah merah dan volume darah (Wientarsih et al. 2013). Perubahan pada ukuran sel darah merah memengaruhi persentase jumlah sel darah merah dan konsentrasi plasma darah.

Pemberian jamu bagas waras tidak mengubah nilai hematokrit ayam broiler secara signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian jamu bagas waras dengan dosis yang berbeda aman bagi ayam broiler. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Satyaningtijas et al. (2010) yang melaporkan bahwa pemberian suplemen kunyit tidak memengaruhi nilai hematokrit ayam broiler. Hal tersebut dilihat dari rata-rata nilai hematokrit ayam broiler yang secara keseluruhan masih berada dalam kisaran normal yaitu 19.93-25.33% (Widhyari et al. 2009).

Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin menunjukkan kandungan oksigen dalam darah. Kadar hemoglobin berkaitan erat dengan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit. Kadar hemoglobin menempati sepertiga dari volume sel darah merah. Data kadar hemoglobin ayam broiler disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan kadar hemoglobin (g%) ayam broiler yang diberi jamu bagas waras melalui air minum

Pengambilan darah pada

Dosis jamu bagas waras (mL/Liter air minum) p

0 0.1 1 10

Hari ke-7 6.59±0.40a 6.41±0.65a 5.89±0.23a 6.62±0.30a 0.305 Hari ke-21 8.39±0.99b 8.38±1.12b 9.34±0.02a 8.81±1.04a 0.014 Hari ke-35 9.37±1.52a 9.66±0.71a 10.22±0.85a 9.93±0.66a 0.956 Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang

berbeda nyata (p<0.05).

Kadar hemoglobin pada pengambilan darah hari ke-21 menunjukkan peningkatan yang signifikan (p<0.05). Kadar hemoglobin yang menunjukkan peningkatan paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain adalah ayam yang diberi jamu bagas waras dengan dosis 1 mL/L air minum. Sementara itu, pada pengambilan darah hari ke-35 pemberian jamu bagas waras dengan dosis 1 mL/ L air minum juga menunjukkan peningkatan secara deskriptif dibandingkan dengan kelompok lain.

(20)

10

terjadi peningkatan penyerapan nutrisi. Nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh diserap dengan baik di usus, termasuk asam amino yang sangat berperan penting dalam proses pembentukan hemoglobin (Erniasih dan Saraswati 2006). Selain itu, kukumin dan minyak atsiri juga dilaporkan dapat melindungi hemoglobin dari oksidasi (Sinurat et al. 2009; Wan-Ibrahim et al. 2010; Supriyanto dan Cahyono 2012). Kurkumin dan minyak atsiri dilaporkan berfungsi sebagai pengikat radikal bebas (Chan et al. 2008).

Peningkatan metabolisme menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan nutrisi dalam tubuh. Protein dan mineral (khususnya Fe) merupakan nutrisi yang penting diperlukan tubuh untuk sintesis hemoglobin dan eritropoiesis. Protein dirombak menjadi asam amino seperti glisin dan globulin. Glisin berperan dalam proses pembentukan hemoglobin dan penyusunan plasma darah. Sementara itu, globulin berperan dalam pembuatan hormon eritropoietin yang berguna untuk merangsang proses eritropoiesis. Oleh sebab itu, kadar hemoglobin sangat berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Erniasih dan Saraswati 2006). Hemoglobin merupakan pigmen penyebab warna merah pada darah (heme) yang berfungsi untuk mengangkut oksigen. Hemoglobin berikatan dengan oksigen dan membentuk oksihemoglobin yang nantinya melepaskan oksigen pada sel dan jaringan (Ali et al. 2013). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan jumlah sel darah merah berbanding lurus dengan peningkatan kadar hemoglobin.

SIMPULAN

Jamu bagas waras terbukti dapat meningkatkan jumlah sel darah merah, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Peningkatan parameter sel darah merah tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan pencernaan dan penyerapan nutrisi. Pemberian jamu bagas waras dengan dosis 1 dan 10 mL/L air minum dinyatakan mampu memperbaiki profil darah merah dengan tidak mengubah status fisiologis ayam broiler.

DAFTAR PUSTAKA

Ali AS, Ismoyowati, Indrasanti D. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan probiotik dalam ransum. JIP. 1(3):1001-1013.

Apsari IAP, Arta IMS. 2010. Gambaran darah merah ayam buras yang terinfeksi leucocytozoon. J Vet. 11 (2):114-118.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Konsumsi rata-rata per kapita setahun beberapa bahan makanan di Indonesia 2009-2013. Jakarta (ID): BPS. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Biologi Jilid 3. Edi Ke-5. Jakarta

(21)

11

Chan EWC, Lim YY, Wong LF, Lianto FS, Wong SK, Lim KK, Joe CE, Lim TY. 2008. Antioxidant and tyrosinase inhibition properties of leaves and rhizomes of ginger species. Sci Direct Food Chem. 109(2008):477–483. Chattopadhyay I, Biswas K, Bandyopadhyay U, Banerjee RK. 2004. Turmeric

and curcumin: biological actions and medicinal applications. Current Sci. 87(1):44-53. antioxidant and antimicrobial compounds of cinnamon and ginger essential oils. Afr J Biochem Res. 4(6):167-174.

Erniasih I, Saraswati TR. 2006. Penambahan limbah padat kunyit (Curcuma domestica) pada ransum ayam dan pengaruhnya terhadap status darah dan hepar ayam (Gallus sp). Buletin Anatomi dan Fisiologi. 14(2):1-6.

Evelyn C, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Gholib D. 2008. Uji daya hambat ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan jahe putih (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap

Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans. Di dalam:

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2008; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): hlm 827-830.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Texbook of Medical Physiology. Ed Ke-11. Philadelphia (US): Elsevier Inc.

Kanjanapothi D, Panthong A, Lertprasertsuke N, Taesotikul T, Rujjanawate C, Kaewpinit D, Sudthayakorn R, Choochote W, Chaithong U, Jitpakdi A et al.

2003. Toxicity of crude rhizome extract of Kaempferia galanga L. (Proh Hom). J Ethnophar. 90(2004):359–365.

Khumaini A, Mudawaroch RE, Hanung DA. 2012. Pengaruh penambahan sari kunyit (Curcuma domestica Val) dalam air minum terhadap konsumsi pakan dan konsumsi air minum ayam broiler. Surya Agritama. 1(2):85-93. Kusnadi E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan

komponen darah ayam broiler. J Indones Trop Anim Agric. 33(3):197-202. Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and

Diagnosis. Ed Ke-3. St. Louis (US): WB Saunders.

Moorthy M, Ravi S, Ravikumar M, Viswanathan K, Edwin SC. 2009. Ginger, pepper and curry leaf powder as feed additives in broiler diet. Int J Poult Sci. 8(8):779-782.

Muhammad Z, Bintang IAK. 2007. Mencapai bobot badan siap pasar melalui penggunaan bawang putih (Allium sativum L.) pada ransum komersial untuk ayam broiler. J Indones Trop Anim Agric. 32(3):167-172.

Natta L, Orapin K, Krittika N, Pantip B. 2008. Essential oil from five Zingiberaceae for anti food-borne bacteria. JInt Food Research. 15(3):1-10. Ramadhan A. 2006. Motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) jantan

setelah perlakuan dengan infusa rimpang kencur (Kaempferia galangal L.).

(22)

12

Ridtitid W, Sae-wonga C, Reanmongkol W, Wongnawa M. 2008. Antinociceptive activity of the methanolic extract of Kaempferia galanga Linn. in experimental animals. J Ethnophar. 118(2008):225–230.

Satyaningtijas AS, Widhyari SD, Natalia RD. 2010. Jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin ayam pedaging umur 6 minggu dengan pakan tambahan. JKH. 4(2):69-73.

Setyanto A, Atmomarsono U, Muryani R. 2012. Pengaruh penggunaan tepung jahe emprit (Zingiber officinale var amarum) dalam ransum terhadap laju pakan dan kecernaan pakan ayam kampung umur 12 minggu. JAnim Agric. 1(1):711 – 720.

Sinurat AP, Purwadaria T, Bintang IAK, Ketaren PP, Bermawie N, Raharjo M, Rizal M. 2009. Pemanfatan kunyit dan temulawak sebagai imbuhan pakan untuk ayam broiler. JITV. 14(2):90-96.

Supriyanto, Cahyono B. 2012. Perbandingan kandungan minyak atsiri antara jahe segar dan jahe kering. Chem Prog.5(2):81-85.

Tewtrakul S, Yuenyongsawad S, Kummee S, Atsawajaruwan L. 2005. Chemical components and biological activities of volatile oil of Kaempferia galanga

Linn. Songklanakarin J Sci Techno. 27(2):503-507.

Wan-Ibrahim WI, Sidik K, Kuppusamy UR. 2010. A high antioxidant level in edible plants is associated with genotoxic properties. Sci Direct Food Chem. 122(2010):1139–1144.

Widhyari SD, Wientarsih I, Soehartono H, Kompiang IP, Winarsih W. 2009. Efektivitas pemberian kombinasi mineral zinc dan herbal sebagai imunomodulator. JIPI. 14(1):30-40.

(23)

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Zulfitra Utami Putri. Penulis dilahirkan di Suliki pada tanggal 14 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Zulfiadi Ahmad dan Ibu Yandefita. Penulis dibesarkan di Kanagarian Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat bersama Rahmat Abdillah, Rifky Jum’atul Sya’ban (Alm), dan Zahra Zulfia Ananta.

Penulis telah menjalani jenjang pendidikan formal yaitu lulus dari SD Negeri 2 Pandam Gadang pada tahun 2004, lulus dari MTs Negeri Dangung-dangung pada tahun 2007, dan lulus dari SMA Negeri 1 Kecamatan Suliki pada tahun 2010. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selain mengikuti kegiatan akademik penulis juga aktif sebagai sekretaris di Komunitas Seni Steril FKH IPB (2011-2013) dan staf divisi pendidikan Himpunan Profesi Ruminansia (2011-2013).

Referensi

Dokumen terkait

Ekowisata adalah bagian kecil dari kegiatan pariwisata berkelanjutan ( sustainable tourism) dan merupakan kegiatan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

[r]

Data nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia, data inflasi diperoleh dari Statistik Ekonomi dan

oleh karena itu, setiap perusahaan perlu memikirkan bagai mana cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia agar dapat mendorong kemajuan

Berdasarkan kajian terhadap kebijakan fiskal pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat me- mainkan peranan yang sangat pen- ting untuk mencapai tujuan kebijak- an

Tipe budaya organisasi perusahaan adalah clan sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh calon suksesor telah sesuai dengan budaya perusahaan

Maria menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Representasi Sensualitas Perempuan dalam Video Game, disadari atau tidak pandangan terhadap perempuan memang tengah

Begitu juga dengan sebaliknya, mahasiswa yang mempunyai kecerdasan spiritual yang rendah akan mengurangi motivasi dalam belajar yang terjadi yaitu melaksanakan segala cara agar