• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NPP dan Aqua-MODIS di Perairan Selatan Pulau Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NPP dan Aqua-MODIS di Perairan Selatan Pulau Jawa"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI PENDUGAAN SUHU PERMUKAAN LAUT

MENGGUNAKAN CITRA SATELIT NPP DAN AQUA-MODIS

DI PERAIRAN SELATAN PULAU JAWA

BUDI UTAMI HANJANI PUTRI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NPP dan Aqua-MODIS Di Perairan Selatan Pulau Jawa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Budi Utami Hanjani Putri

(4)

ABSTRAK

BUDI UTAMI HANJANI PUTRI. Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit Npp Dan Aqua-Modis Di Perairan Selatan Pulau Jawa. Dibimbing oleh JONSON LUMBAN GAOL dan ROSSI HAMZAH.

Sensor Visible/Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) yang terdapat pada satelit Suomi NPP (National Polar-orbiting Partnership) memiliki kinerja yang sama dengan sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer

(MODIS) pada satelit Terra/Aqua dalam mendeteksi suhu permukaan laut (SPL) dalam sistem penginderaan jauh termal. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai SPL dari citra satelit NPP pada bulan September 2012 sampai Agustus 2013 di perairan selatan Jawa, kemudian dibandingkan dengan nilai SPL hasil satelit Aqua-MODIS dan data in situ yang dihasilkan oleh Argo Float. Perbandingan nilai SPL hasil satelit NPP dan Aqua-MODIS dilakukan dengan analisis regresi yang membandingkan dengan data in situ serta membandingkan secara spasial pada bulan Agustus. Pendekatan algoritma SPL yang digunakan oleh sensor VIIRS maupun MODIS adalah Non-Linear Multi Channel SST (NLSST). Nilai rata-rata SPL tertinggi terdapat pada bulan Februari yaitu sebesar 29.866°C dan rata-rata SPL terendah terdapat pada bulan Agustus yaitu sebesar 26.521°C. Hasil perbandingan satelit NPP dengan Aqua-MODIS menunjukkan koefisien determinasi (R2) satelit NPP lebih mendekati 1 daripada Aqua-MODIS.

Kata kunci: Aqua-MODIS, Argo Float, NPP, Suhu Permukaan Laut, VIIRS

ABSTRACT

BUDI UTAMI HANJANI PUTRI. Comparison of Sea Surface Temperature Estimation in South Waters of Java Island with NPP Satellite and Aqua-MODIS Imagery. Supervised by JONSON LUMBAN GAOL andROSSI HAMZAH.

Visible / Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) instrument onboard Suomi NPP (National Polar-orbiting Partnership) satellite has the same performance as the Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) intrument on the Terra/Aqua satellite that used to detect sea surface temperatures (SST) in the thermal remote sensing. This study aims to estimate the SST of the NPP satellite imagery from September 2012 to August 2013 in the south of Java waters, then compared with the SST results from Aqua-MODIS satellite data and in situ generated by Argo Float. A regression analysis were used to compare SST value retrieve from NPP satellite and Aqua-MODIS with the in situ data. The SST algorithm that used by VIIRS and MODIS instrument is Non-Linear Multi Channel SST (NLSST). The highest average SST values were found in February which is 29.866 °C and the lowest average SST values were found in August which is 26.521 C. The comparison with the NPP satellite Aqua-MODIS shows the coefficient of determination ( R2 ) NPP satellite is closer to 1 than the Aqua-MODIS.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

KOMPARASI PENDUGAAN SUHU PERMUKAAN LAUT

MENGGUNAKAN CITRA SATELIT NPP DAN AQUA-MODIS

DI PERAIRAN SELATAN PULAU JAWA

BUDI UTAMI HANJANI PUTRI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NPP dan Aqua-MODIS di Perairan Selatan Pulau Jawa Nama : Budi Utami Hanjani Putri

NIM : C54090056

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh

Dr Ir Jonson L. Gaol, M.Si Pembimbing I

Rossi Hamzah, S.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NPP dan Aqua-MODIS di Perairan Selatan Pulau Jawa” ini dapat diseleasikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Intitut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulisa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Jonson L. Gaol, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Rossi Hamzah, Ssi selaku pembimbing II;

2. Dr. Ir.Vincentius P.Siregar, DEA selaku dosen penguji;

3. Bapak Teguh Prayogo, S.T, M.Si dan Ibu Dra. Maryani Hartuti, M.Sc dari Bidang Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh – LAPAN;

4. Kedua orang tua saya, Bapak Achmad Subagio dan Ibu Ade T. Christianti serta Kakak Budi Bowo Laksono yang telah memberikan dukungan dan doanya;

5. Rayhan Nuris dan Muhammad Riandy atas bantuannya dalam pengolahan data;

6. Teman-teman seperjuangan ITK 46 atas semangat, doa, dan dukungannya selama penulis menyelesaikan penelitian ini;

7. Keluarga kecil berkaki empat saya Bujel, Bucil, dan Becil yang selalu menemani, dan memberikan semangatnya;

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa depan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 2

Bahan ... 3

Alat ... 3

Pengolahan Data SPL dari Citra Satelit ... 3

Pengolahan Data SPL dari Data Argo Float ... 4

Prosedur Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

Hasil Pengolahan Data NPP ... 5

Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Selatan Jawa ... 6

Musim Barat ... 7

Musim Peralihan I ... 9

Musim Timur ... 10

Musim Peralihan II ... 12

Perbandingan Hasil Citra NPP dan Aqua-MODIS dengan In situ ... 13

Perbandingan NPP-VIIRS dan Aqua-MODIS Secara Spasial ... 15

SIMPULAN DAN SARAN ... 17

Simpulan ... 17

Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian ... 2

Gambar 2. Contoh kedua scene dari lintasan satelit NPP tanggal 1 Agustus 2013 ... 6

Gambar 3. Hasil penggabungan scene citra tanggal 1 Agustus 2013 ... 6

Gambar 4. Nilai rata-rata SPL pada perairan Selatan pulau Jawa periode September 2012 sampai Agustus 2013 ... 7

Gambar 5. Sebaran SPL pada Bulan Desember 2012 ... 8

Gambar 6. Sebaran SPL pada Bulan Januari 2013 ... 8

Gambar 7. Sebaran SPL pada Bulan Februari 2013 ... 9

Gambar 8. Sebaran SPL pada Bulan Maret 2013 ... 9

Gambar 9. Sebaran SPL pada Bulan April 2013 ... 10

Gambar 10.Sebaran SPL pada Bulan Mei 2013 ... 10

Gambar 11. Sebaran SPL pada Bulan Juni 2013 ... 11

Gambar 12. Sebaran SPL pada Bulan Juli 2013 ... 11

Gambar 13. Sebaran SPL pada Bulan Agustus 2013... 12

Gambar 14. Sebaran SPL pada Bulan September 2012 ... 12

Gambar 15. Sebaran SPL pada Bulan Oktober 2012 ... 13

Gambar 16. Sebaran SPL pada Bulan November 2012 ... 13

Gambar 17. Perbandingan nilai SPL sensor VIIRS dan MODIS dengan in situ ... 14

Gambar 18. Scatter plot antara NPP-VIIRS (°C) dengan insitu ... 14

Gambar 19. Scatter plot antara Aqua-MODIS (°C) dengan insitu ... 15

Gambar 20. Contoh sebaran SPL harian dari citra NPP-VIIRS (kiri) dan Aqua-MODIS (kanan) ... 16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kanal pada instrument VIIRS ... 19

Lampiran 2. Spesifikasi Satelit Suomi NPP ... 19

Lampiran 3. Tools Mosaic pada perangkat lunak SeaDAS 7.0 ... 20

Lampiran 4. Contoh data SPL pada citra NPP yang diunduh dari CLASS NOAA ... 20

Lampiran 5. Rata-rata SPL selama setahun ... 21

Lampiran 6. Perbandingan SPL in situ dengan SPL citra... 22

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suhu Permukaan Laut (SPL) adalah salah satu parameter oseanografi yang penting karena berkaitan dengan fenomena laut seperti upwelling, front, arus laut, dan lain-lain. Menurut Barton (2001), secara vertikal suhu laut dibagi menjadi 3 lapisan yaitu Suhu Permukaan Laut (skin sea surface temperature), suhu bagian bawah permukaan (bulk sea surface temperature), dan suhu lapisan campuran (mixed layer sea surface temperature). Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi alam yang mempengaruhi perairan tersebut. Perubahan tersebut terjadi secara harian, musiman, tahunan maupun jangka panjang (puluhan tahun). Variasi harian terjadi terutama pada lapisan permukaan. Variasi harian SPL di daerah tropis tidak terlalu besar yaitu berkisar 0.2 - 0.3 °C (Gross, 1990 dalam Karif, 2011). Variasi tahunan suhu air laut di perairan Indonesia tergolong kecil yaitu sekitar 2°C. Hal ini disebabkan oleh posisimatahari dan massa air dari wilayah yang memiliki posisi lintang yang lebih tinggi.

Suhu permukaan laut dapat diamati menggunakan teknologi penginderaan jauh termal dengan menggunakan saluran radiasi inframerah yang terdapat pada beberapa satelit, seperti sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometers

(MODIS) dalam Aqua dan Terra, sensor Advanced Very High Resolution Radiometer (AVHRR), satelit Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER), dan lain-lain. Estimasi SPL dengan penginderaan jauh dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti atmosfer, sensor, proses kalibrasi, algoritma, dan prosedur pengolahan data. Pengamatan SPL dengan menggunakan citra satelit ini memiliki tingkat keakurasian yang berbeda-beda. Tingkat akurasi ini dipengaruhi oleh kanal yang terdapat pada satelit maupun algoritma yang digunakan, misalnya pada citra satelit MODIS band yang memiliki akurasi SPL paling tinggi adalah band 31 dan 32, pada citra satelit ASTER band 12 memiliki akurasi paling tinggi, dan pada citra satelit AVHRR band 4 dan 5 memiliki akurasi paling tinggi, karena itu dibutuhkan juga pengamatan laut secara in situ sebagai pembanding seperti pengamatan dengan oleh Argo Float.

Argo Float merupakan instrumen yang bergerak mengikuti arus bawah laut yang akan muncul ke permukaan setiap 10 hari dan akan mengirimkan data ke satelit komunkikasi. Argo Float sudah tersebar luas di lautan terbuka dengan resolusi spasial kira-kira 300 km. Semua data Argo Float disediakan oleh

National Argo Data Center secara real-time dan dapat diakses lewat internet. Misi pengamatan SPL dari satelit telah dilanjutkan oleh satelit Suomi NPP yang baru diluncurkan pada bulan Oktober 2011. Satelit Suomi NPP (National Polar-orbiting Partnership) adalah satelit yang dirancang untuk misi tiga satelit lingkungan yang ada saat ini, yaitu satelit observasi bumi Terra, Aqua, dan Aura milik NASA, satelit Polar Operational Environmental Satellite (POES) milik

(13)

2

berbeda untuk merekam lingkungan di permukaan bumi dan iklim planet. Sensor terbesar yang terdapat pada Suomi NPP adalah Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS). Sensor ini memiliki 22 kanal dengan 5 kanal resolusi tinggi (high resolution imagery channels), 16 kanal resolusi sedang (moderate resolution imagery channels), dan 1 kanal siang dan malam (day/night band). Sensor VIIRS memiliki kesamaan dengan sensor MODIS yang terdapat pada satelit Terra dan Aqua, tetapi memiliki resolusi spasial yang lebih baik yaitu 375 meter dan 750 meter (Lampiran 1).

Tujuan Penelitian

1. Menduga nilai SPL perairan selatan Pulau Jawa menggunakan citra satelit NPP.

2. Membandingkan hasil dugaan SPL dari citra satelit NPP dan Aqua-MODIS dengan SPL dari data Argo Float (in situ).

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2013 bertempat di Bidang Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut, Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh – LAPAN dan Laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian terletak pada koordinat 5 - 20 oLS dan 105 - 115 oBT. . Titik-titik pada Gambar 1 menunjukkan lokasi pengambilan data in situ.

(14)

3 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah citra harian satelit NPP-VIIRS tipe Environmental Data Records (EDR), citra harian satelit Aqua-MODIS Level 2, dan data Argo Float pada bulan September 2012 sampai Agustus 2013. Citra yang digunakan berlokasi di perairan selatan Jawa dan sekitarnya dengan koordinat 5 - 20 oLS dan 105 - 115 oBT. Data citra NPP-VIIRS yang digunakan diunduh dari situs Comprehensive Large Array-data Stewardship System

(CLASS) NOAA dengan mendaftar terlebih dahulu. Data citra Aqua MODIS diunduh dari situs Ocean Color NASA. Data Argo Float dapat diunduh dari situs Coriolis Operational Oceanography.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pengolahan citra, yaitu SeaDAS 7.0 (Windows), Global Mapper 8, ERMapper 6.4, Ocean Data View 4, ArcGIS 10 dan Microsoft Excel 2010.

Pengolahan Data SPL dari Citra Satelit

Data NPP dalam wilayah penelitian merupakan gabungan dari beberapa

scene. Proses penggabungan scene ini dilakukan menggunakan program mosaic

pada perangkat lunak SeaDAS 7.0 (Windows) (Lampiran 3). Program ini juga dapat melakukan pemilihan daerah sesuai dengan daerah kajian penelitian dengan melakukan pemotongan hasil gabungan sesuai dengan daerah yang diinginkan serta memilih informasi yang terkandung dalam scene untuk tetap ada dalam citra hasil gabungan (bujur, lintang dan nilai SPL).

Data yang terdapat pada citra NPP-VIIRS memiliki tipe data 16-bit unsigned integer yang memiliki faktor skala masing-masing (Seaman, 2013). Faktor skala untuk SPL sebesar 0.000839 dan nilai minimum untuk data yang valid setelah dihilangkan faktor skalanya adalah 265. Sehingga untuk mendapatkan nilai SPL yang valid perlu dilakukan perhitungan kembali dengan rumus:

Setelah didapatkan nilai SPL dengan satuan kelvin, dilakukan konversi dari kelvin ke celcius dengan cara dikurangi 273. Kemudian dilakukan pemisahan wilayah daratan dan tutupan awan (masking) dan dieksport ke dalam format *csv.

Proses selanjutnya adalah konversi format *.csv menjadi *.xyz dan diimport ke dalam bentuk *.ers. Kemudian dilakukan penyaringan data (quality control) untuk menghilangkan data ekstrim tinggi dan data ekstrim rendah yang didiuga bukan nilai SPL yang sebenarnya. Selanjutnya data diakumulasikan menjadi data rata-rata bulanan menggunakan perangkat lunak ER Mapper 6.4. Citra sebaran SPL rata-rata bulanan divisualisasikan menggunakan perangkat lunak Ocean Data View 4.

Proses merata-ratakan SPL bulanan dilakukan dengan memotong citra yang sudah terkomposit bulanan dengan perangkat lunak ER Mapper 6.4. Citra yang

(15)

4

sudah terpotong hanya mencakup perairan selatan Jawa kemudian diexport ke dalam bentuk *.txt dan dirata-ratakan dengan perangkat lunak Ms. Excel 2010.

Pengolahan data SPL Aqua-MODIS level 2 yang diunduh dari situs Ocean Color NASA secara umum sama dengan pengolahan data SPL NPP. Perbedaan dari pengolahan SPL Aqua-MODIS hanya nilai SPL yang terkandung dalam citra sudah berbentuk suhu dengan satuan celcius dan sudah dilakukan pemisahan daratan dan tutupan awan (masking). Kemudian dilakukan penggabungan scene

dan cropping dengan menggunakan program mosaic pada perangkat lunak SeaDAS 7.0. Proses selanjutnya sama dengan proses pengolahan SPL pada NPP.

Algoritma pengolahan data SPL pada NPP berdasarkan metode regresi statistik. Pendekatan yang digunakan adalah Non-Linear Multi Channel SST

(NLSST). Algoritma pengolahan data SPL pada Aqua-MODIS juga menggunakan NLSST. Algoritma NLSST dikembangkan dari algoritma cross-product SST

(CPSST) yang menjadi basis pengolahan SPL dari citra AVHRR. Suhu kecerahan yang dipakai pada algoritma ini menggunakan panjang gelombang pada 11 μm (VIIRS kanal M15 dan MODIS kanal 31) dan 12 μm (VIIRS kanal M16 dan MODIS kanal 32) Algoritma NLSST dapat dilihat pada persamaan berikut:

dimana:

a0, a1, a2, a3 = koefisien yang diperoleh dari analisis regresi

T11 = suhu kecerahan pada 11 μm

T12 = suhu kecerahan pada 12 μm

RSST = prediksi nilai SPL pertama berdasarkan National Centers for Environmental Prediction (NCEP)

z = sudut zenith sensor

Pengolahan Data SPL dari Data Argo Float

Data Argo Float yang diunduh merupakan data profil temperatur sampai kedalaman 2000 meter. Berdasarkan profil temperatur tersebut, nilai suhu permukaan laut didapat dari nilai suhu pada lapisan sampai kedalaman 4 meter. Kemudian kisaran suhu dari citra NPP-VIIRS dan Aqua-MODIS yang berada di sekitar titik koordinat Argo Float diekstrak ke dalam bentuk *.csv. Hasil ekstraksi ini dibuka dalam perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dan dibandingkan dengan data in situ.

Prosedur Analisis Data

Analisa dilakukan secara spasial dan temporal dengan melihat sebaran SPL dari citra NPP pada musim barat (Desember 2012 - Februari 2013), musim peralihan I (Maret - Mei 2013), musim timur (Juni - Agustus 2013), dan musim peralihan II (September - November 2012) dengan rentang data satu tahun dari September 2012 sampai dengan Agustus 2013. Informasi nilai SPL di perairan selatan Jawa setiap musim diwakili oleh citra-citra satelit pada kurun waktu tersebut. Analisis perbandingan nilai SPL yang dihasilkan dari satelit NPP dan Aqua-MODIS secara spasial dilakukan menggunakan citra sebaran SPL pada bulan Agustus 2013.

(16)

5 Perbandingan antara SPL dari citra satelit NPP dengan SPL dari citra MODIS menggunakan data SPL dari citra NPP-VIIRS dengan tipe EDR dan SPL dari citra MODIS level 2. Kedua citra ini dibandingkan dengan data SPL in situ

dari Argo Float. Instrumen Argo Float hanya merekam data profil suhu setiap 10 hari. Oleh karena itu, data SPL dari kedua sensor dipilih tanggal sesuai dengan data SPL Argo Float yang memiliki waktu perekaman pada saat satelit melintas di atas wilayah kajian. Kemudian dilakukan analisis regresi untuk melihat pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Analisis regresi digunakan pada data SPL dari citra satelit dan data SPL in situ. Model regresi yang digunakan adalah regresi linier dengan rumus sebagai berikut:

dimana:

y = SPL dugaan dari citra x = SPL in situ

a = intersep b = slope

Koefisien determinasi (R2) merupakan kriteria kecocokan model, dengan semakin besarnya nilai R2 maka model dugaan semakin baik pula.Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 sehingga R2 semakin mendekati satu, ini menunjukan bahwa model yang dibangun semakin bagus. (Tarigan, 2009). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 – 1. Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1 menunjukkan kesesuaian hubungan antar SPL citra dengan SPL in situ yang semakin besar. Nilai R2 identik dengan RMSE (Root Mean Square Error). RMSE adalah seberapa jauh suatu titik di atas atau di bawah garis regresi. RMSE bertujuan untuk mengurangi perbedaan nilai SPL antara satelit dan hasil pengukuran (Mc.Clain, 1985). Semakin kecil RMSE, maka semakin bagus model hubungan tersebut. Rumus RMSE yang digunakan adalah sebagai berikut:

RMSE = √∑( ) ………(4)

Data NPP-VIIRS dalam wilayah penelitian merupakan gabungan dari beberapa scene. Contoh salah satu scene dapat dilihat pada Gambar 2. Bentuk citra masih berupa scene dengan panjang granule 3040 x 738 km. Daerah yang berwarna abu-abu pada citra merupakan daratan dan tutupan awan, sedangkan warna selain abu-abu merupakan perairan dengan kandungan nilai suhu permukaan laut. Contoh hasil penggabungan scene citra menjadi daerah kajian penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

(17)

6

Gambar 2. Contoh kedua scene dari lintasan satelit NPP tanggal 1 Agustus 2013

Gambar 3. Hasil penggabungan scene citra tanggal 1 Agustus 2013 Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Selatan Jawa

SPL di perairan selatan Jawa umumnya berkisar antara 27,5 - 30,0 °C pada musim barat dan 25,0-29,0 °C pada musim timur. SPL yang lebih rendah pada musim timur diakibatkan oleh terjadinya proses upwelling. Menurut Hendiarti (2004), indikasi adanya fenomena upwelling ditandai dengan SPL dibawah 28°C. Peristiwa upwelling adalah pergerakan massa air dari lapisan yang lebih dalam ke lapisan permukaan yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan kaya unsur-unsur hara seperti fosfat dan nitrat.. Fenomena upwelling di perairan selatan Jawa terjadi pada saat angin muson tenggara bertiup (bulan Juni sampai September). Rata-rata nilai SPL pada perairan selatan Jawa selama setahun dapat dilihat pada Gambar 4.

(18)

7

Gambar 4. Nilai rata-rata SPL pada perairan Selatan pulau Jawa periode September 2012 sampai Agustus 2013

Musim Barat dan Musim Peralihan I memiliki nilai rata-rata SPLyang tinggi. Nilai rata-rata SPL yang tinggi ditemukan pada bulan Februari sampai Juni yang memiliki rata-rata nilai SPL diatas 29 °C. Hal ini disebabkan pada akhir Musim Barat sampai Musim Peralihan I matahari akan bergerak mendekati wilayah equator, sehingga panas yang diterima oleh perairan akan lebih besar (Fatma, 2006). Nilai rata-rata yang terendah pada Musim Timur dan Musim Peralihan II diduga akibat fenomena upwelling pada perairan selatan Jawa. Nilai rata-rata SPL perairan selatan Jawa selama setahun dapat dilihat pada Lampiran 5. Musim Barat

Musim Barat di Indonesia terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Pada Musim Barat posisi matahari berada di bagian selatan bumi. Hal ini menyebabkan suhu dingin di benua Asia (tekanan udara tinggi) dan suhu panas di benua Australia (tekanan udara rendah). Perbedaan tekanan udara ini menyebabkan angin muson barat daya di Indonesia yang bergerak dari Asia menuju Australia. Angin muson barat daya membawa membawa banyak uap air saat melewati Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan sehingga menyebabkan curah hujan yang tinggi dan timbulnya perawanan dan hujan di wilayah Indonesia. Sehingga tutupan awan bahkan mencapai hingga lebih dari 50% (Suprapto dan Kustiyo, 1999 dalam Gaol, 2003). Oleh karena itu citra harian yang dipilih untuk mewakili Musim Barat hanya 7 citra karena banyaknya tutupan awan pada citra di bulan-bulan tersebut. Citra yang mewakili sebaran SPL pada Musim Barat ialah citra pada tanggal 8, 9 dan 20 Desember 2012; 27 dan 30 Januari 2013; 1, 10, dan 11 Februari 2013.

Nilai SPL pada bulan Desember (Gambar 5) didominasi oleh kisaran 28-30 °C. Terdapat daerah yang memiliki SPL kisaran 26-27°C yang merupakan daerah yang tertutup awan. Penutupan awan di bagian barat dan tengah perairan selatan Jawa cukup tinggi sehingga menyebabkan terdapat daerah yang memiliki suhu lebih rendah. Sebaran SPL akan semakin hangat pada perairan laut lepas yang ditandai dengan kisaran 30-31 °C

(19)

8

Gambar 5. Sebaran SPL pada Bulan Desember 2012

. Nilai SPL pada bulan Januari (Gambar 6) didominasi oleh kisaran 28-30 °C. Bagian pesisir didominasi oleh nilai SPL kisaran 26-28°C. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari daratan yang sedang mengalami musim hujan pada bulan ini. Pada bagian barat terdapat SPL dengan kisaran 30-31°C yang akan mengalami penurunan semakin menuju bagian timur.

Gambar 6. Sebaran SPL pada Bulan Januari 2013

(20)

9

Gambar 7. Sebaran SPL pada Bulan Februari 2013 Musim Peralihan I

Musim Peralihan I terjadi pada bulan Maret, April, hingga Mei. Musim Peralihan I ini sering pula disebut dengan musim pancaroba awal tahun. Pada musim ini, matahari bergerak melintasi khatulistiwa, sehingga angin menjadi lemah dan arahnya tidak menentu. Pada bulan April dan Mei angin muson tenggara sudah berhembus sehingga menyebabkan curah hujan mulai berkurang bila dibandingkan dengan musim barat (Wrytki, 1961 dalam Gaol, 2003). Citra yang mewakili musim peralihan I antara lain citra tanggal 8, 13, dan 21 Maret 2013; 1, 27, dan 28 April 2013; serta 1, 2, 3, 11, 12, dan 17 Mei 2013.

Nilai SPL pada bulan Maret (Gambar 8) berkisar antara 28-30 °C dengan suhu yang lebih hangat pada wilayah pesisir. Wilayah pesisir bagian timur memiliki suhu yang lebih tinggi daripada bagian barat dan tengah yang didominasi oleh suhu 30 °C.

Gambar 8. Sebaran SPL pada Bulan Maret 2013

(21)

10

Gambar 9. Sebaran SPL pada Bulan April 2013

Nilai SPL pada bulan Mei (Gambar 10) menurun dibandingkan bulan Maret dan April. Hal ini disebabkan pada bulan Mei angin muson tenggara sudah mulai berhembus di wilayah perairan Indonesia. Kisaran suhu 28-29°C mendominasi perairan selatan Jawa. Pada wilayah pesisir terdapat kisaran suhu 29-30 °C. Pengaruh daratan yang mengalami musim kemarau mempengaruhi nilai SPL pada wilayah pesisir menjadi lebih tinggi daripada laut lepas.

Gambar 10.Sebaran SPL pada Bulan Mei 2013 Musim Timur

Menurut Purba et al. (1992) dalam Fatma (2006) fenomena upwelling

(22)

11 mewakili musim timur adalah tanggal 1, 23, 24, 25 Juni 2013; 19, 22, 25, 27, 30 Juli 2013; dan 1, 10, 17, 22, 26, 27, 31 Agustus 2013.

Nilai SPL pada bulan Juni (Gambar 11) mulai mengalami penurunan yang ditandai dengan kisaran suhu 26-27 °C yang terlihat pada laut lepas. Nilai SPL pada wilayah pesisir bagian barat sampai timur didominasi oleh suhu 28-29 °C. Suhu akan menurun semakin menuju laut lepas sampai kisaran 25-27 °C. Peristiwa upwelling pada bulan Juni mulai terlihat pada laut lepas.

Gambar 11. Sebaran SPL pada Bulan Juni 2013

Nilai SPL pada bulan Juli (Gambar 12) sudah mengalami penurunan sampai 26-28 °C yang mendominasi perairan selatan Jawa. Pada wilayah pesisir bagian timur nilai SPL berkisar antara 26-27°C yang akan semakin hangat pada bagian barat. Hal tersebut diakibatkan Angin Muson Tenggara yang berhembus ke arah barat. Peristiwa upwelling di perairan selatan Jawa mulai terjadi dalam wilayah yang luas pada bulan Juli.

Gambar 12. Sebaran SPL pada Bulan Juli 2013

(23)

12

timur mulai meluas sampai ke bagian tengah. Semakin ke barat SPL mengalami peningkatan SPL sampai kisaran 27-28 °C. Bulan Agustus merupakan puncak terjadinya peristiwa upwelling pada musim timur.

Gambar 13. Sebaran SPL pada Bulan Agustus 2013 Musim Peralihan II

Musim peralihan II ini merupakan musim transisi dari Musim Timur ke Musim Barat. Musim ini sering pula disebut musim pancaroba akhir tahun yang terjadi pada bulan September, Oktober dan November. Pada musim ini berhembus Angin Muson Tenggara pada bulan September dan Oktober dan Angin Muson Barat Daya pada bulan November. Hal ini menyebabkan nilai SPL rendah masih terlihat pada musim peralihan II. Citra harian yang digunakan untuk mewakili sebaran SPL musim peralihan II ialah citra tanggal 3, 4, 5, dan 29 September 2012; tanggal 2, 6, dan 12 Oktober 2012; tanggal 11, 17, 18, dan 29 November 2012.

Nilai SPL pada Bulan September (Gambar 14) memiliki kisaran 25-27 °C. Secara spasial, nilai SPL pada bagian barat lebih rendah daripada bagian timur yang memiliki suhu 25-26 °C.

(24)

13 Nilai SPL pada bulan Oktober (Gambar 15) berkisar antara 26-27 °C. Secara spasial SPL pada wilayah pesisir bagian tengah dan timur memiliki SPL yang lebih tinggi dari bagian barat yaitu sekitar 27-28 °C. Suhu yang rendah ini dapat menandakan pada bulan Oktober masih terjadi peristiwa upwelling di perairan selatan Jawa.

Gambar 15. Sebaran SPL pada Bulan Oktober 2012

Nilai SPL pada Bulan November (Gambar 16) memiliki kisaran 26-30 °C. Secara spasial nilai SPL akan meningkat semakin menuju bagian timur. Nilai SPL pada bagian barat dan tengah didominasi oleh suhu 28 °C dan semakin meningkat pada laut lepas bagian timur yang memiliki suhu berkisar antara 29-30 °C.

Gambar 16. Sebaran SPL pada Bulan November 2012 Perbandingan Hasil Citra NPP dan Aqua-MODIS dengan In situ

(25)

14

dibandingkan SPL citra satelit, walaupun terdapat beberapa tanggal nilai SPL citra lebih tinggi dibandingkan SPL in situ.

Perbandingan SPL satelit NPP dan MODIS terhadap in situ dapat dilihat pada scatter plot data SPL citra NPP dengan in situ pada Gambar 18 dan scatter plot data SPL citra MODIS dengan in situ pada Gambar 19. Hubungan antara SPL citra NPP dengan in situ ditunjukkan dengan persamaan y = 1.0554x - 1.8194 dan nilai koefisien determinasi (R²) 0.835. Kemudian hubungan antara SPL citra MODIS dengan SPL in situ ditunjukkan dengan persamaan y = 1.0363x - 1.2533 dan nilai koefisien determinasi (R²) 0.7596. Nilai koefisien determinasi (R²) dari SPL citra NPP lebih mendekati 1 dibandingkan nilai koefisien determinasi (R²) dari SPL citra MODIS. Hal ini menunjukkan bahwa nilai SPL yang dihasilkan oleh citra NPP lebih mendekati SPL in situ daripada nilai SPL yang dhasilkan oleh citra MODIS.

Gambar 17. Perbandingan nilai SPL sensor VIIRS dan MODIS dengan in situ

Gambar 18. Scatter plot antara NPP-VIIRS (°C) dengan insitu

20.0

24.00 25.00 26.00 27.00 28.00 29.00 30.00 31.00

(26)

15

Gambar 19. Scatter plot antara Aqua-MODIS (°C) dengan insitu

Nilai RMSE pada SPL citra NPP dengan SPL in situ adalah sebesar 0.796, sedangkan nilai RMSE pada SPL citra Aqua-MODIS dengan SPL in situ adalah sebesar 0.955. Hal ini menunjukkan model hubungan antara SPL citra NPP dengan in situ lebih baik dibandingkan model hubungan antara SPL citra Aqua-MODIS dengan in situ.

Pengukuran SPL sensor VIIRS dibandingkan dengan data in situ di Samudera Pasifik dari awal Februari hingga akhir Oktober 2012 telah dilakukan oleh Minnet et al (2013). SPL dari sensor VIIRS menggunakan algoritma 3-kanal pada malam hari dengan menggunakan koreksi atmosferik dari Universitas Miami. Hasil yang didapat sangat memuaskan yaitu standar deviasi sebesar 0.416 K.

Penelitian yang dilakukan Minnet et al (2013) menunjukkan algoritma koreksi atmosferik standar pada VIIRS tidak optimal untuk idetifikasi pixel bebas awan pada perairan terbuka. Kasus ini juga ditemukan pada koreksi atmosferik standar pada MODIS. Oleh karena itu, dikembangkan algoritma identifikasi awan didasarkan pada pendekatan yang dikembangkan untuk program AVHRR

Pathfinder untuk kasus MODIS (Kilpatrick dalam Minnet, 2013). Kemudian berdasarkan pengalaman tersebut, serangkaian alternatif dan tes efisien dikembangkan untuk VIIRS untuk meningkatkan jumlah pixel bebas awan dan statistik ketidakpastian SPL.

Menurut Ignatov et al, (2012) VIIRS adalah sensor yang baik untuk mendeteksi SPL dengan radiansi stabil dan konsisten seperti AVHRR dibandingkan dengan radiansi MODIS yang memiliki bias tinggi. Sensor VIIRS sebanding atau bahkan melebihi MODIS dalam hal citra, striping, maupun noise. Hasil yang didapatkan oleh Cao et al (2013) menunjukkan sensor VIIRS memiliki

noise rendah dan Signal to Noise Ratio (SNR) yang tinggi. Operasional kalibrasi yang telah dilakukan memiliki dampak yang sangat besar dalam kualitas data yang dihasilkan oleh sensor VIIRS.

Perbandingan NPP-VIIRS dan Aqua-MODIS Secara Spasial

Contoh perbandingan sebaran SPL citra harian NPP dengan Aqua-MODIS pada bulan Agustus 2013 tertera pada Gambar 20. Bulan Agustus 2013 dipilih karena tutupan awan pada bulan tersebut tidak terlalu banyak sehingga tanggal yang dipilih untuk mewakili rata-rata lebih banyak daripada bulan lainnya.

y = 1.0363x - 1.2533

24.000 25.000 26.000 27.000 28.000 29.000 30.000 31.000

(27)

16

Tanggal yang dipilih untuk mewakili bulan Agustus adalah tanggal 1, 10, 17, dan 22.

Perbandingan citra NPP dan Aqua-MODIS pada Gambar 20 sekilas tidak terlihat jelas perbedaan antara nilai suhu yang dihasilkan citra NPP dengan Aqua-MODIS. Perbedaan yang paling terlihat adalah pada citra Aqua-MODIS terdapat daerah yang memiliki suhu sngat rendah yang disebabkan oleh banyaknya tutupan awan yang direkam oleh sensor MODIS. Secara keseluruhan masking awan pada MODIS dan VIIRS serupa, tetapi algoritma koreksi atmosferik VIIRS mengidentifikasi awan lebih sedikit dari MODIS (Key, 2013).

1 Agustus 2013

10 Agustus 2013

17 Agustus 2013

22 Agustus 2013

(28)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kisaran rata-rata SPL di selatan Jawa hasil dugaan satelit NPP pada September 2012 sampai Agustus 2013 adalah 26.521 – 29.866 °C. SPL tertinggi terjadi pada bulan Februari dan terendah terjadi pada bulan Agustus. Rendahnya nilai SPL pada bulan Agustus diakibatkan oleh fenomena upwelling pada musim timur. Tingginya nilai SPL pada bulan Februari diakibatkan oleh penyinaran maksimum pada bulan Februari.

Koefisien determinasi (R²) antara SPL in situ dengan citra NPP-VIIIS adalah sebesar 0.84 dengan RMSE sebesar 0.79 dan SPL in situ dengan citra Aqua-MODIS adalah sebesar 0.77 dengan RMSE sebesar 0.95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai SPL yang dihasilkan oleh citra NPP lebih mendekati SPL in situ daripada nilai SPL yang dhasilkan oleh citra MODIS.

Saran

Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan citra NPP yang sudah terkoreksi atmosferik lebih optimal. Pengambilan data SPL in situ

secara langsung dapat dilakukan pada beberapa titik dalam hari yang sama untuk menghindari wilayah yang tertutup awan pada citra satelit.

DAFTAR PUSTAKA

Cao C, DeLuccia F, Xiong X, Wolfe R, Weng F. 2013. Early On-orbit Performance of the Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) onboard the Suomi National Polar-orbiting Partnership (S-NPP) Satellite. IEEE Transactions on Geoscience and Remote Sensing 2013, siap terbit. Ekayanti NW, Wija DM, As-syakur AR. 2012.Penggunaan Data Penginderaan

Jauh Untuk Analisis Spasial Temporal Anomali Hujan Dan Suhu Permukaan Laut Di Indonesia. Lingkungan Tropis, 6(1): 1–10.

Fatma E. 2006. Pendugaan Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Selatan Jawa Menggunakan Citra Satelit Terra MODIS (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gaol JL. 2003. Kajian Karakter Oseanografi Samudra Hindia Bagian Timur dengan Menggunakan Multi Sensor Satelit dan Hubunganya dengan Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar (disertasi). Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Haq N. 2007. Analisis Ketelitian Estimasi Suhu Permukaan Laut Dari Sensor AVHRR Satelit NOAA Di Perairan Barat Sumatera Dan Selatan Jawa (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hendiarti N, Siegel , Ohde T. 2004. Investigation of Different Coastal Processes in Indonesian Waters Using SeaWIFS Data. Deep-Sea Research II, 51:85-97. Ignatov S, Minnet P, Evans B, May D, LeBorgne P, Arnone B, Jackson S. 2012.

(29)

18

Karif IV. 2011. Variabilitas Suhu Permukaan Laut Di Laut Jawa Dari Citra Satelit Aqua MODIS dan Terra MODIS (skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Key J. 2013. VIIRS Cloud Mask (VCM) Issues Cryosphere Team. NOAA/NESDIS. Madison, Wisconsin.

Kunarso S, Hadi NS, Ningsih MS, Baskoro. 2011.Variabilitas Suhu dan Klorofil-a di Daerah Upwelling pada VariasiKejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor. Ilmu Kelautan, 16(3): 171–180.

Latumeten GA, Purwanti F, Hartoko A. 2013. Analisis Hubungan Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a Data Satelit MODIS dan Sub-Surface Temperature Data Argo Float Terhadap Hasil Tangkapan Tuna Di Samudera Hindia. Management Of Aquatic Resources Journal, 2(2): 1-8. Minnett PJ, Evans RH. 2013. Assessment of Suomi-NPP VIIRS Sea Surface

Temperature Retrieval. Miami (US): University of Miami.

NASA. 2011. JPSS Common Data Format Control BookExternalVolume IV Part 3 - Land and Ocean/Water EDRs. Goddard Space Flight CenterGreenbelt. Maryland.

NASA. 2011. NPP Press Kit. [Internet] (diunduh tanggal 6 Mei 2013). Tersedia dari: http://npp.gsfc.nasa.gov/index.html/

NASA. 2011. VIIRS Sea Surface TemperatureAlgorithm Theoretical Basis Document(ATBD). Goddard Space Flight CenterGreenbelt. Maryland Seaman C. 2013. Beginner’s Guide to VIIRS Imagery Data. Colorado State

University.

Tarigan MS. 2009. Aplikasi Satelit Aqua MODIS untuk Memprediksi Model Pemetaan Kecerahan Air Laut di Perairan Teluk Lada, Banten. Ilmu Kelautan, 14(3): 126–131.

Trishchenko AP. 2012.VIIRS on Suomi NPP Satellite: New Capabilities for Cloud and Surface Mapping in the Artic.National Resources Canada.

Tubulawony S, Kusmanto E, Muhadjirin. 2012. Suhu Dan Salinitas Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai Respon Terhadap Angin Muson Tenggara Di Perairan Bagian Utara Laut Sawu. Ilmu Kelautan, 17(4): 226– 239.

(30)

19 Lampiran 1 Kanal pada instrument VIIRS

VIIRS bands

band Primary Parameter Wave length (μm)

Spatial resolution

Lampiran 2. Spesifikasi Satelit Suomi NPP

Orbit satelit : 824 km circular, sun-synchronous

Lebar sapuan : ~3040 km

(31)

20

Lampiran 3. Tools Mosaic pada perangkat lunak SeaDAS 7.0

Lampiran 4. Contoh data SPL pada citra NPP yang diunduh dari CLASS NOAA Latitude Longitude BulkSST SkinSST

-4.999602 104.99411 65535 65535

-4.998225 105.04797 65535 65535

-4.9980426 105.09447 65535 65535 -4.99665 105.14877 65535 65535 -4.9964447 105.19566 65535 65535 -4.9962406 105.242714 65535 65535 -4.99482 105.29768 65535 65535 -4.99459 105.34518 65535 65535 -4.9943466 105.392914 65535 65535

-4.992898 105.44863 65535 65535

-4.992645 105.496796 65535 65535 -4.9994507 105.546295 65535 65535 -4.9987917 105.594666 65535 65535 -4.998303 105.643425 65535 65535 -4.9978056 105.69242 65535 65535 -4.9968343 107.29409 40407 40205 -4.9968624 107.34381 40871 40668

-4.996881 107.39387 37723 37521

-4.9968786 107.444275 43432 43230

-4.996887 107.49502 43779 43576

-4.9933243 108.1439 42854 42652

-4.9945545 108.18888 43788 43586

(32)

21

-4.9938617 108.2873 65535 65535

-4.993533 108.34056 43220 43018

-4.9931784 108.39428 43864 43661 -4.9940486 108.440865 65535 65535 -4.9936643 108.49539 65535 65535 -4.9945335 108.54267 43589 43387

-4.994124 108.59805 43791 43589

-4.993706 108.65388 38635 38432

-4.9958186 108.694435 41305 41102 -4.996659 108.743164 65535 65535

-4.997497 108.79226 41351 41148

-4.998325 108.84172 43948 43745

-4.9935164 109.0422 43720 43518

-4.9939313 109.09346 43668 43466

-4.994329 109.14514 43401 43198

-4.9947214 109.19722 42737 42535 -4.9965043 109.24119 43823 43620

-4.996889 109.29405 65535 65535

-4.9972544 109.34736 43284 43082

-4.999043 109.39235 43363 43161

-4.999394 109.44647 43907 43704

-5.0011754 109.49218 43692 43489 -5.0015078 109.54719 44000 43797 -4.9915705 109.64516 43860 43658 -4.9929705 109.69218 41936 41734 -4.9943533 109.73955 65535 65535 -4.9941983 109.79658 39280 39077

-4.995585 109.84475 40656 40453

(33)

22

Lampiran 6. Perbandingan SPL in situ dengan SPL citra

Tanggal Waktu

Lampiran 7. Perbandingan kanal VIIRS dengan kanal MODIS

VIIRS MODIS

Kanal Resolusi Spasial (m) Wavelength (nm) Wavelength (nm) Resolusi Spasial (m) Kanal

(34)

23

M1 750 402 - 422 405 - 420 1000 8

M2 750 436 - 454 438 - 448 1000 9

M3 750 478 - 498 459 - 479 500 3

459 - 479 500 10

M4 750 545 - 565 545 - 565 500 4

546 - 556 1000 12

I1 375 600 - 680 620 - 670 250 1

M5 750 662 - 682 662 - 672 1000 13

673 - 683 1000 14

M6 750 739 - 754 743 - 753 1000 15

I2 375 846 - 885 841 - 876 250 2

M7 750 846 - 885 862 - 877 1000 16

M8 750 1230 - 1250 1230 - 1250 500 5

M9 750 1371 - 1386 1.360 - 1.390 1000 26

I3 375 1580 - 1640

1628 - 1652 500 6

M10 750 1580 - 1640

M11 750 2225 - 2275 2105 - 2155 500 7

I4 375 3550 - 3930

3.660 - 3.840 1000 20

M12 750 3660 - 3840

M13 750 3973 - 4128

3.929 - 3.989 1000 21

3.929 - 3.989 1000 22

4.020 - 4.080 1000 23

M14 750 8400 - 8700 8.400 - 8.700 1000 29

M15 750 10263 - 11263 10.780 - 11.280 1000 31

I5 375 10500 - 12400 10.780 - 11.280 1000 31

11.770 - 12.270 1000 32

(35)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 1991 dari ayah yang bernama Achmad Subagio dan ibu Ade Titi Christianti. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Labschool Rawamangun pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI).

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Penginderaan Jauh Kelautan periode 2012-2013 dan asisten mata kuliah Penginderaan Jauh Kelautan periode 2013-2014. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) IPB periode 2012-2013 sebagai Sekretaris Divisi Hubungan Luar dan Komunikasi. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, seperti Konsurv 2011 sebagai anggota, Konsurv 2012 sebagai ketua divisi Publikasi dan Dokumentasi.

Dalam rangka penyelesaian studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Komparasi Pendugaan Suhu Permukaan Laut Menggunakan Citra Satelit NPP dan Aqua-MODIS di Perairan Selatan Pulau Jawa”.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi Penelitian
Gambar 2. Contoh  kedua   scene dari lintasan satelit NPP tanggal 1 Agustus 2013
Gambar 4. Nilai rata-rata SPL pada perairan Selatan pulau Jawa periode September 2012 sampai Agustus 2013
Gambar 6. Sebaran SPL pada Bulan Januari 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada keadaan yang demikian tanaman akan mampu mengekstrak air dari volume tanah yang lebih dalam dan luas, sehingga mampu menyediaan air lebih banyak untuk mendukung

Materi 1- 7 3X50 Menit 10 Setela h memp elajari bagia n ini Maha siswa dihara pkan mamp u mema hami dan menje laska n Strate gi Bersai ng Pada Pemahaman materi tentang

Berdasarkan hasil analisis data pengembangan produk yaitu validasi ahli materi dan media, maka worksheet IPBA berbasis sains lokal yang telah dikembangkan dinyatakan

Setelah melalui penelitian mengenai pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) bagi anak berkebutuhan khusus di tiga Sekolah

Mengeja perkataan –perkataan yang terdapat dalam word maze.. Buku rekod aktiviti

Bahan aktif yaitu semen dan air~ sedangkan bahan pasif adalah pasir dan kerikil atau biasa disebut agregat halus dan agregat kasar.. Kelompok yang aktif sebagai

Wawan Gunawan dan Ibu Hj Herayani terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan karena telah mendidik penulis dari kecil hingga sekarang dan tiada henti

Saran dalam penelitian ini adalah seluruh dinas yang ada di pemerintah daerah Kabupaten Batang harus meningkatkan kejelasan sasaran anggaran, pengawasan fungsional,