• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Lengkuas Di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani Lengkuas Di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

NIM H34124030

1

(4)

TOMI AGUSTIAN. Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Lengkuas merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di Desa Bojong Nangka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani lengkuas dengan menggunakan analisis struktur biaya, analisis pendapatan dan R/C rasio. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara dengan 17 petani responden, serta diskusi dengan pihak6pihak terkait. Metode yang digunakan dalam mengolah data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis struktur biaya menganalisis input6input yang digunakan dan biaya6biaya yang beruhubungan dengan kegiata usahatani, dan analisis pendapatan dihitung dengan menggunakan

ukuran pendapatan usahatani seperti ,

dan . Hasil penelitian menunjukkan bahwa

usahatani lengkuas menghasilkan nilai rata6rata pendapatan total yang positif baik pada pendapatan terhadap biaya tunai maupun pendapatan terhadap biaya total, sehingga menghasilkan R/C rasio lebih dari 1. Oleh karena itu usahatani lengkuas dapat terus dijalankan oleh petani di Desa Bojong Nangka.

Kata kunci: biaya, efisiensi, lengkuas, pendapatan, usahatani

TOMI AGUSTIAN.

! " # $ Supervised by

WAHYU BUDI PRIATNA.

% & %

& $ % '

% !() $ * %

% % % & & # # +,

% % % # % $ - % %

% & % & $ ) %

' % % # % # & %

%

% $ %

% & & &

. % & !()

+$ $

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(6)
(7)
(8)
(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah # / atas segala karunia6Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 ini ialah usahatani, dengan judul Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Bapak Feryanto, SP, M.Si selaku dosen penguji serta Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator kolokium atas saran dalam perbaikan skripsi ini. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Amur selaku pengurus Gapoktan Maju Jaya dan para petani lengkuas di Desa Bojong Nangka atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data di lokasi penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, nenek, istri, anak, adik serta seluruh keluarga, atas segala doa, , motivasi dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih juga kepada rekan6rekan yang telah membantu memberikan masukan dalam proses penyelesaian penelitian ini, serta seluruh sahabat6sahabat Alih Jenis Agribisnis terutama Angkatan 3.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)
(11)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Struktur Biaya Usahatani Tanaman Obat 7

Pendapatan Petani Tanaman Obat 7

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritik 8

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 14

Jenis dan Sumber Data 15

Metode Pengumpulan Data 15

Metode Pengolahan dan Analisis Data 16

Definisi Operasional 19

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Keadaan Umum dan Kondisi Geografis 19

Karakteristik Petani Responden 20

Keragaan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka 23

Alur Pemasaran Lengkuas 27

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Produksi Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka 28

Penerimaan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka 29

Analisis Struktur Biaya Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka 30

Analisis Pendapatan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka 32

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

(12)

1 Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia tahun 2009 – 2013 2

2 Jumlah produksi lengkuas di Provinsi Jawa Barat (kg) 3

3 Pengelompokan dan perhitungan komponen biaya tunai dan non tunai 16

4 Perhitungan pendapatan usahatani lengkuas 18

5 Sebaran usia petani responden 21

6 Jumlah petani berdasarkan pengalaman bertani 22

7 Jumlah petani berdasarkan luasan lahan 22

8 Rata6rata produksi lengkuas di Desa Bojong Nangka 29

9 Penerimaan rata6rata usahatani lengkuas per Ha 30

10 Rata6rata biaya usahatani lengkuas per periode tanam per hektar 31

11 Analisis pendapatan usahatani lengkuas 34

1 Bagan alur kerangka pemikiran operasional 14

2 Lahan siap tanam untuk penanaman lengkuas 24

3 Tanaman lengkuas berumur sekitar 3 minggu 25

4 Tanaman lengkuas berumur sekitar 8 bulan 26

5 Rimpang lengkuas setelah dipanen 27

6 Rimpang lengkuas yang telah dicuci dan dibersihkan 27

(13)

! " #$

Sektor pertanian saat ini masih menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat di Indonesia. Peranan sektor pertanian terhadap keberlangsungan sektor6sektor non pertanian juga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan industri. Oleh karena itu, produk usahatani yang berkualitas dan berkelanjutan yang dihasilkan pada sektor pertanian harus terus dijaga dan ditingkatkan. Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi yang signifikan terhadap produk pertanian telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari pemerintah, akademisi maupun pihak swasta. Hal ini untuk menutupi kebutuhan pangan nasional yang sampai saat ini belum bisa dipenuhi secara nasional oleh petani. Sektor pertanian meliputi beberapa subsektor yaitu subsektor hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Hortikultura memiliki peranan yang penting dalam pertanian karena merupakan subsektor yang menjadi penghasil kebutuhan pangan pelengkap di masyarakat. Tanaman yang termasuk kedalam hortikultura yaitu tanaman obat/biofarmaka, tanaman hias, sayur6sayuran, dan buah6buahan.

Masyarakat Indonesia mengenal lengkuas sebagai campuran bumbu masak atau dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisonal. Sebagai tanaman obat, lengkuas dapat digunakan untuk mengobati panu, membunuh bakteri, menghangatkan badan, menambah nafsu makan, mengobati perut kembung, mengencerkan dahak, merangsang otot (keseleo) dan sebagai pelancar haid (Priyono 2010). Berbagai senyawa terkandung dalam Lengkuas, diantaranya minyak atsiri, kamfer, seskueterfen, kadien, resin, heksabidrokadalen hidrat dan amilum (Priyono 2010). Berbagai kandungan senyawa yang terdapat pada lengkuas yang telah disebutkan tersebut membuat masyarakat menggunakan lengkuas sebagai bahan obat tradisional, bahkan industri6industri biofarmaka baik industri di dalam negerai maupun di luar negeri membutuhkan lengkuas sebagai salah satu bahan produksinya. Lengkuas untuk kebutuhan rumah tangga dipasarkan dalam bentuk lengkuas basah, sedangkan untuk kebutuhan biofarmaka, produsen industri biofarmaka membutuhkan lengkuas kering. Dibutuhkan 365 kg lengkuas basah untuk menghasilkan satu kg lengkuas kering.

(14)

Tabel 1 Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia tahun 2009 – 2013

% %&%'( )

%'*")( + $, *&-*. #

+/,

0 1 2 1

1 Jahe 122 181 084 107 734 608 94 743 139 114 537 658 155 286 288 35.58

#$"* ) 30 11 1 1 34 0 455 36 6 545 34 4 544 0 61 0 0745

3 Kencur 43 635 311 29 638 127 34 016 850 42 626 207 41 343 456 63.01

4 Kunyit 124 047 450 107 375 347 84 803 466 96 979 119 120 726 111 24.49

5 Lempuyang 8 804 375 8 520 161 8 717 497 7 296 025 11 407 985 56.36

6 Temulawak 36 826 340 26 671 149 24 105 870 44 085 151 35 664 756 619.10

7 Temuireng 7 584 022 7 140 926 7 920 573 6 112 765 9 583 670 56.78

8 Temukunci 4 701 570 4 358 236 3 951 932 4 307 318 8 829 437 104.99

9 Dringo 1 074 901 754 551 611 608 526 090 634 330 20.57

(&8 #$ 5 4 46 1 13 35 050 1 36 5 0 165 3 4 531 5 706

10 Kapulaga 25 178 901 28 550 282 47 231 297 42 973 264 54 171 417 26.06

11 Mengkudu 16 267 057 14 613 481 14 411 737 8 967 750 8 432 119 65.97

12 Mahkota Dewa 12 066 850 15 072 118 12 072 154 11 236 881 11 795 760 4.97

13 Kejibeling 943 721 1 139 223 949 017 834 472 963 585 15.47

14 Sambiloto 4 334 768 3 845 063 3 286 262 964 888 2 257 368 133.95

15 Lidah Buaya 5 884 352 4 308 519 3 958 741 9 812 622 10 599 502 8.02

56 4 1 3 5 4 41 13 104 54 6 550 55 04 35 5 3 463 756

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2015)

Produksi lengkuas di Jawa Barat selalu mengalami fluktuasi. Jumlah produksi lengkuas untuk wilayah Kabupaten Bogor selalu mengalami fluktuasi. Produksi lengkuas petani di wilayah Provinsi Jawa Barat pada periode 201062014 dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tahun 2012 dan tahun 2013, total produksi lengkuas di Kabupaten Bogor mengalami penurunan dari total produksi tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun 2014 total produksi lengkuas di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari 1 860 642 kg pada tahun 2013 menjadi 5 291 153 kg pada tahun 2014. Petani dapat memanen sebanyak 60 sampai dengan 100 ton lengkuas basah dari satu hektar lahan lengkuas.

(15)

Kecamatan Gunung Putri adalah 56 Km2 dengan jumlah penduduk mencapai 242 460 jiwa (BPS Indonesia, 2010).

Tabel 2 Jumlah produksi lengkuas di Provinsi Jawa Barat (kg)

% % 9 -*8 # .*#

1 5

%$% 43 5 1 3 1 40 61 50 4 5 3 0 31

2 Sukabumi 1 163 929 238 815 512 917 118 875 56 016 3 Cianjur 562 611 1 661 570 2 573 755 3 392 594 697 705 4 Bandung 66 837 49 008 79 059 101 729 489 199 5 Garut 58 888 28 567 101 008 160 760 154 379 6 Tasikmalaya 149 962 219 043 19 122 232 621 132 569 7 Ciamis 521 205 288 915 748 460 259 230 83 734 8 Kuningan 143 499 296 819 295 296 241 654 165 427 9 Cirebon 23 935 70 630 12 307 34 914 400 10 Majalengka 170 225 341 046 59 152 69 930 196 570 11 Sumedang 242 346 159 977 108 745 70 017 73 415 12 Indramayu 223 403 67 508 23 622 26 091 38 978 13 Subang 347 620 102 806 208 342 355 181 243 989 14 Purwakarta 338 680 461 011 212 635 233 162 142 080 15 Karawang 349 272 640 859 481 639 316 376 1 055 422 16 Bekasi 147 583 170 579 242 042 133 143 80 759 17 Bandung barat 473 035 619 431 212 011 255 222 262 766 18 Kota Bogor 101 400 172 800 82 650 20 520 12 860 19 Kota Sukabumi 45 760 27 660 0 0 0 20 Kota Bandung 218 524 1 025 200 135 21 Kota Cirebon 17 836 6 658 1 548 2 209 588 22 Kota Bekasi 328 819 251 891 56 572 22 533 53 849 23 Kota Depok 1 225 806 1 198 033 1 039 403 478 030 200 592 24 Kota Cimahi 1 950 1 800 27 685 44 770 43 605 25 Kota Tasikmalaya 2 621 3 340 2 787 2 597 3 905 26 Kota Banjar 68 338 39 500 7 716 36 733 2 248 Jumlah 8 460 992 10 621 979 8 469 733 9 482 343 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia 201062014

Pada kondisi di lapangan, banyak yang berpendapat bahwa petani mayoritas memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal ini menyebabkan profesi sebagai petani semakin banyak ditinggalkan. Lahan milik pribadi banyak dijual ke pihak lain dan dialihfungsikan kegunaannya sehingga menyebabkan semakin berkurangnya lahan perkebunan/persawahan. Petani yang masih aktif sampai saat ini banyak yang hanya memiliki lahan garapan yang bukan milik pribadi. Kepemilikan tanah akan mempengaruhi pendapatan petani karena petani harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk sewa tanah.

(16)

dengan usahatani skala besar, pendapatan usahatani pada usahatani skala kecil sangat berkaitan dengan rumah tangga. Pendapatan usahatani dapat menjadi salah satu faktor untuk menilai keberhasilan suatu usahatani.

*&*) # ) ! .

Kecamatan Gunung Putri memiliki lahan yang luas sebagai sumber produksi lengkuas. Lengkuas merupakan salah satu tanaman obat yang dapat tumbuh di segala kondisi tanah. Lahan pertanian di Kecamatan Gunung Putri lebih banyak ditanami dengan tanaman perkebunan seperti singkong, jagung dan Lengkuas. Sebanyak 65 hektar dari total lahan tanam untuk tanaman lengkuas terdapat di Desa Bojong Nangka. Harga lengkuas di tingkat petani mengalami fluktuasi, harga lengkuas ditingkat petani berkisar antara Rp1 500 – Rp3 000 per kilogram. Kebutuhan lengkuas saat ini didominasi dari permintaan rumah tangga untuk campuran bumbu masak. Berdasarkan gaya hidup sehat yang mulai menjamur saat ini, industri biofarmaka mulai mengalami peningkatan. Berbagai kandungan yang kompleks di dalamnya, lengkuas mulai dilirik sebagai salah satu bahan untuk industry biofarmaka, namun pengetahuan petani akan saluran distribusi untuk industri biofarmaka ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, sampai saat ini petani masih terbatas memasarkan produk segar lengkuas berupa rimpang basah ke pengepul atau langsung ke pasar sebagai salah satu konsumsi pelengkap bumbu masak.

Alasan umum dari para petani lengkuas di wilayah Desa Bojong Nangka memilih lengkuas sebagai komoditas utamanya adalah karena usahatani lengkuas sudah dilakukan secara turun temurun dan mudah untuk dibudidayakan, serta pemeliharaannya yang tidak terlalu kompleks. Petani lengkuas di Desa Bojong Nangka mengalami kesulitan jika harus mengganti komoditas utamanya, karena sudah sangat memahami cara usahatani lengkuas dan pasar lengkuas yang sudah tetap. Banyaknya petani yang melakukan usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka memicu munculnya petani6petani baru yang melakukan usahatani lengkuas. Lahan6lahan dekat rumah milik masyarakat yang berprofesi utama bukan sebagai petani pun banyak yang ditanami dengan lengkuas.

Analisis terhadap usahatani yang dipengaruhi oleh harga jual komoditas dan biaya produksi lengkuas dibutuhkan untuk menilai keberhasilan usahatani yang dilakukan. Analisis dilakukan untuk mengetahui peran usahatani lengkuas dalam memberikan pendapatan bagi petani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Perbandingan besaran jumlah biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani lengkuas dengan pendapatan yang dihasilkan dibutuhkan untuk menilai keberhasilan serta efektifitas usahatani lengkuas. Analisis terhadap biaya produksi sangat diperlukan karena harga jual lengkuas saat ini relatif murah. Analisis bertujuan untuk mengetahui besaran keuntungan yang didapatkan petani dari usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya biaya produksi adalah penggunaan sumberdaya, modal dan tenaga kerja. Proses produksi yang dilakukan oleh petani perlu dinilai efisiensi penggunaan faktor produksinya dalam usahatani lengkuas agar biaya produksi tidak semakin membesar dan bisa digunakan secara lebih optimal.

(17)

yang dimiliki oleh perseorangan atau pemerintah. Secara umum, wilayah Desa Bojong Nangka merupakan perladangan dan pemukiman. Saat ini, banyak sekali lahan pertanian yang mulai dialihfungsikan kegunaannya terutama menjadi wilayah pemukiman. Artinya petani harus siap jika lahan tersebut akan dialihfungsikan kegunaannya. Ketidakpastian kepemilikan lahan usahatani ini menjadi salah satu permasalahan yang banyak dialami oleh petani kecil di Indonesia. Akibatnya adalah semakin berkurangnya luas lahan pertanian dan semakin berkurangnya jumlah petani akibat pendapatan yang tidak dapat menutupi kebutuhan hidup.

Analisis terhadap pendapatan petani dibutuhkan untuk menilai keberhasilan petani dalam usahatani lengkuas. Pendapatan usahatani adalah selisih antara biaya yang dikeluarkan saat produksi dengan penerimaan usahatani. Analisis pendapatan petani secara tunai, dibutuhkan berbagai informasi mengenai penghasilan petani yang didapatkan dari harga jual komoditas serta biaya6biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya usahatani dibedakan menjadi 2 jenis yaitu biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai sedangkan biaya non tunai adalah biaya yang tidak diperhitungkan. Biaya6biaya yang dikeluarkan selama produksi dapat menunjukkan bagaimanan efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Pendapatan total petani dari usahatani lengkuas diperlukan untuk menganalisis efisiensi usahatani. Analisis efisiensi usahatani digunakan untuk menilai apakah usahatani lengkuas yang dijalankan menguntungkan secara ekonomi bagi petani di Desa Bojong Nangka.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana struktur biaya tunai dan non tunai serta penerimaan usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka?

2. Bagaimana besar pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani lengkuas di Desa Bojong Nangka?

3. Bagaimana efisiensi usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka?

*:* # # !( ( #

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian antara lain:

1. Menganalisis struktur biaya tunai dan non tunai serta penerimaan usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka.

2. Menganalisis pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani lengkuas di Desa Bojong Nangka.

3. Menganalisis efisiensi usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka.

#; # !( ( #

Manfaat dari penelitian yang dilakukan antara lain:

(18)

2. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak6pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat dalam pengembangan maupun kebijakan yang terkait dengan produksi lengkuas.

3. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petani dan instansi penyuluh pertanian dalam mengembangkan dan memperbaiki usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka.

* #$ (#$"*8 # !( ( #

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usahatani lengkuas yang dilakukan oleh petani lengkuas. Lokasi penelitian dibatasi di wilayah Kecamatan Gunung Putri, terutama dipusatkan di desa Bojong Nangka karena hampir 69 % lahan pertanian lengkuas terdapat di desa ini. Lokasi penelitian termasuk dalam wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Gunung Putri Kabupaten Bogor. Petani yang menjadi sasaran penelitian adalah petani di wilayah Desa Bojong Nangka. Data primer berupa hasil observasi lapang dan wawancara dengan pihak petani. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi pada musim tanam bulan. Komoditas yang akan dikaji yaitu lengkuas. Analisis dilakukan untuk menilai pendapatan petani dari usahatani lengkuas dengan menilai pendapatan usahatani dan dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga petani. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan usahatani lengkuas bagi petani.

Lengkuas merupakan salah satu tanaman obat yang dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. Lengkuas banyak digunakan sebagai salah satu bahan tambahan bumbu masak. Manfaat lain dari lengkuas adalah dimanfaatkan sebagai salah satu bahan campuran obat tradisional. Lengkuas dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah maupun tinggi sampai dengan 1200 mdpl, dengan suhu ideal 19˚629˚ C. Agar tumbuh subur, tanaman lengkuas membutuhkan sinar matahari yang banyak dengan kelembaban udara yang sedang (Priyono 2010).

(19)

*" * ( < ) . #( # & #

-Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto (2004) mengenai Studi Agribisnis Tanaman Obat di Jawa Tengah menghasilkan bahwa biaya usahatani tanaman obat terbesar yang dikeluarkan dengan pola tanam tumpangsari adalah untuk biaya tenaga kerja yang mencapai Rp5 181 250 atau 39.71 % dari biaya total. Biaya terbesar kedua yaitu biaya bibit yang mencapai Rp3 075 200 atau 23.39 % dan biaya pupuk merupakan biaya terbesar ketiga yang mencapai 21.86 % (Rp2 873 725). Berbeda dengan penelitian Nugraha (2008) yang dilakukan pada jenis tanaman obat yang berbeda yaitu lidah buaya, menyebutkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan untuk usahatani tanaman obat lidah buaya adalah biaya pupuk organik yaitu 19.48%. Tetapi struktur biaya pada penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2008) sama dengan penelitian Ekaningtias (2011), biaya tunai yang mempunyai persentase terbesar adalah pupuk kandang yaitu 14.69 %. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan pola tanam serta berbedanya komoditi yang ditanam

Ermiati (2010) pada penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan dan kendala pengembangan usahatani Jahe putih kecil menyimpulkan bahwa biaya usahatani jahe putih kecil sebagian besar adalah untuk biaya tenaga kerja yang mencapai 62.37 % dari biaya total. Biaya tenaga kerja tersebut termasuk biaya tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian Priyono (2010), dalam perhitungan analisis usahatani kunyit dan lengkuas yang dilakukannya sebesar 55.86 % dari total biaya merupakan biaya tenaga kerja termasuk didalamnya tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Berbeda dengan penelitian efisiensi usahatani jahe yang dilakukan oleh Waridin (2007), biaya terbesar digunakan untuk membeli bibit, yaitu Rp8 990 801 atau 39.92% dari biaya total. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bibit yang digunakan berkisar dua6tiga ton, sedangkan masa panen jahe berkisar 9611 bulan.

#' 8 # #( # & #

(20)

Diperkuat oleh penelitian Priyono (2010) bahwa produksi tanaman obat yang ditelitinya yaitu kunyit dan lengkuas masih relatif rendah dan penanamannya masih berifat tradisional serta banyak yang subsisten sehingga kontinuitas hasil produksinya masih relatif rendah dan berfluktuasi. Hal ini menyebabkan rendahnya nilai perdagangan internasional tanaman obat Indonesia. Ironis sekali dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia dengan memiliki kurang lebih 7000 jenis tanaman obat. Pengembangan tanaman obat perlu dilakukan baik secara ekstensif maupun intensif (segi kuantitas dan kualitas SDM serta teknologi) dengan proses pasca panen dan pemasaran yang efektif melalui sistem agribisnis yang dapat dilakukan oleh semua pihak (individu, kelompok, industriawan serta pemerintah) sehingga dapat meningkatkan pendapatan di tingkat petani, bahkan dapat meningkatkan pendapatan (devisa) negara.

Hasil penelitian Balqis (2015) menyimpulkan bahwa pendapatan

merupakan selisih antara penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama kegiatan usahatani. Jumlah pendapatan yang diperoleh dari 16 petani jahe putih di Kelurahan Sempaja Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda adalah sebesar Rp28 547 500 per musim tanam dan rata6rata pendapatan satu petani sebesar Rp1 784 218 per musim tanam dengan rata6rata luas lahan yang digunakan 0.34 hektar. Pada penelitian Waridin (2007) diperoleh pendapatan rata6rata usahatani sebesar Rp18 375 963 per hektar dalam kurun waktu 10611 bulan. Hasil penelitian Nartopo (2009) tentang usahatani jahe, total pendapatan yang diperoleh petani dari berusahatani selama satu musim tanam jahe sebesar Rp11 019 967. Pada dasarnya usahatani jahe menguntungkan karena nilai R/C rasionya sebesar 1.59 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1.59. Pendapatan usahatani akan sangat dirasa ketika suatu komoditas yang diusahakan mampu menghasilkan jumlah produksi yang melimpah dengan harga jual yang tinggi dan frekuensi panen dalam 1 tahun semakin banyak (masa panen singkat).

#$" &("( # % ( ("

%#) 8 ) . #( ' # #( =(!

(21)

Menurut Rifai (1980) di % Sukisti (2010), usahatani dapat didefinisikan sebagai “Setiap organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian, ketatalaksanaan organisasi ini berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang6orang segolongan sosial baik yang berikatan genelogis maupun territorial sebagai laksanawannya”. Unsur6 unsur pokok dalam usahatani yaitu lahan, tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen. Lahan yang dikelola untuk usahatani lengkuas di Gunung Putri mencapai 95 hektar. Unsur6unsur penting yang harus diperhatikan dalam usahatani menurut Tjakrawilaksana (1996) % Assary (2001) antara lain; karakteristik petani pengelola, teknik budidaya, ketersediaan saran, produksi, modal serta pendapatan dan tingkat penerimaan.

Ciri petani kecil dipandang dari segi ekonomi adalah terbatasnya sumberdaya, petani hanya menguasai sebidang lahan kecil dan dapat disertai ketidakpastian dalam pengelolaannya (Soekartawi , 2011). Berdasarkan status kepemilikan lahan, petani lengkuas di Gunung Putri kebanyakan hanya berstatus sebagai petani penggarap lahan. Artinya lahan yang mereka tanami lengkuas bukan milik pribadi atau hanya berstatus sewa.

Lengkuas dipasarkan masih dalam jumlah dan bentuk yang terbatas. Untuk pasar dalam negeri, lengkuas dipasarkan dalam bentuk rimpang dan sebagai olahan obat tradisional/jamu. Sedangkan untuk pasar ekspor, lengkuas dipasarkan dalam bentuk minuman, obat tradisional/jamu dan minyak atsiri ke negara Jepang, Timur Tengah, Eropa, afrika, Kanada dan Amerika Serikat (Priyono, 2010).

Soekartawi (2011) memaparkan beberapa faktor yang berpengaruh dalam usahatani, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Faktor Alam

Faktor alam dalam usahatani merupakan faktor penting, sehingga dalam batas tertentu petani sebagai pelaku usahatani harus menyesuaikan kegiatan usahataninya dengan kondisi alam. Hal ini disebabkan oleh karakteristik usaha pertanian yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Faktor alam dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan alam sekitarnya dan faktor tanah. Faktor alam sekitar yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air, suhu dan lain sebagainya. Iklim menjadi faktor penentu komoditas yang ditanam di suatu daerah karena setiap komoditas pertanian memiliki spesifikasi yang berbeda untuk dapat tumbuh, salah satunya kecocokan dengan iklim di lokasi usahtani. Selain itu, iklim juga berpengaruh terhadap cara mengusahakan serta teknologi yang akan digunakan. Faktor alam yang lain adalah tanah. Tanah juga merupakan faktor produksi yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani keseluruhannya. Jenis6jenis tanah yang terkait dengan kesuburan, lokasi, luas, dan kemiringan akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Tentu saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya.

2. Faktor Tenaga Kerja

(22)

dikarenakan selain mahal, juga terdapat hal6hal tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja manusia dan tidak dapat digantikan oleh teknologi.

3. Faktor Modal dan Peralatan

Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu dengan modal dan peralatan, penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.

4. Faktor Manajemen

Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam sekitarnya, tenaga kerja, modal, serta peralatan. Akan tetapi, harus ada yang mengatur penggunaan faktor6faktor produksi tersebut agar dapat bersinergi dengan baik sehingga mencapai tujuan usahatani. Manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja dan petani merupakan pihak yang berperan sebagai manajer. Untuk meraih keberhasilan usahatani sangat ditentukan oleh pengambilan keputusan yang berdasarkan pada tujuan6tujuan usahatani, permasalahan, serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, kemampuan, pengetahuan sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu,dengan modal dan peralatan, penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.

%#) 8 *" * ( < ) . #(

Penggunaan input produksi akan berpengaruh pada besar kecilnya biaya usahatani. Menurut Soekartawi (2011), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap ( . % ) dan biaya variabel (& ). Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak ataupun sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak bergantung padabesar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain pajak, sewa tanah, alat pertanian, iuran irigasi dan listrik. Biaya variabel merupakan biaya yang besar6kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biasanya komponen yang termasuk biaya variabel adalah sarana produksi, upah tenaga kerja dan biaya angkut. Jika biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan maka akan didapatkan biaya total.

Dikenal adanya dua macam biaya dalam usahatani yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan/non tunai. Biaya tunai adalah semua biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani, sedangkan biaya diperhitungkan/non tunai adalah semua biaya yang tidak dikeluarkan tapi dihitung secara ekonomi (Soekartawi 2011). Biaya tunai meliputi pembelian bibit, pembelian peralatan, pembelian pupuk, sewa lahan, biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), serta biaya6biaya

lain yang dikeluarkan selama proses produksi. Sedangkan biaya

(23)

Biaya tersebut perlu diketahui karena dalam usahatani terkadang petani tidak memperhitungkan besarnya biaya non tunai, seperti halnya tenaga kerja dalam keluarga, sehingga keuntungan yang diterimanya menjadi besar. Padahal dalam usahatani skala kecil, biasanya aktivitas6aktivitas produksinya masih dikerjakan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Begitu juga halnya dalam usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Usahatani ini masih tergolong usahatani kecil, sehingga sebagian besar aktivitas produksi masih dikerjakan oleh petani pemiliknya sendiri. Untuk dapat mengetahui besarnya keuntungan dari usaha tersebut, perlu untuk diperhitungkan nilai kerja dalam keluarga.

%#) 8 # (& # ' # #' 8 # ) . #(

Penerimaan usahatani merupakan jumlah produk (volume produk) yang dihasilkan dari usahatani dikalikan dengan tingkat harga produk tersebut. Penerimaan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung pendapatan yang diperoleh petani. Pendapatan usahatani yang didapatkan akan mendorong petani untuk dapat mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan atau keperluan petani itu sendiri, misalnya biaya produksi periode selanjutnya, tabungan, dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Hernanto 1996 dalam Situmeang 2012).

Menurut Soekartawi (2011), pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern usahatani. Faktor intern usahatani meliputi kesuburan tanah, luas tanah garapan, ketersediaan tenaga kerja keluarga, ketersediaan modal, penggunaan teknologi, pola tanam, lokasi tanaman, fragmentasi lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi penggunaan input serta tingkat pengetahuan dan keterampilan (petani dan tenaga kerja). Sedangkan faktor ekstern usahatani meliputi sarana transportasi, sistem tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat serta kebijakan pemerintah.

Beberapa definisi dikemukakan oleh Soekartawi (2011) berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan yaitu:

1. Penerimaan tunai usahatani ( ) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.

2. Pengeluaran tunai ( ) adalah jumalh biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, dan tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.

3. Pendapatan tunai usahatani ( #) adalah selisih antara

penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani.

4. Penerimaan total usahatani ( & ) adalah penerimaan dari

semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.

5. Pengeluaran total usahatani ( . & ) adalah semua biaya6biaya

(24)

Analisis pendapatan pada kegiatan usahatani dilakukan untuk menilai dua hal, yaitu untuk menggambarkan keadaaan yang terjadi saat ini serta menggambarkan keadaan di masa datang pada usahatani yang dijalankan. Pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan usahatani yang dijalankan (Soekartawi, 2011). Pendapatan usahatani merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor6faktor produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan pengelolaan). Sedangkan keuntungan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran atau biaya produksi usahatani. Penerimaan usahatani didapatkan melalui nilai produk yang dijual serta kenaikan nilai inventaris. Sedangkan Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel), biaya tunai, biaya diperhitungkan, penurunan nilai inventaris dan bunga modal.

Penggunaan faktor6faktor produksi dalam usahatani lengkuas juga akan berpengaruh pada pendapatan petani. Pendapatan kotor dalam usahatani lengkuas

( ) adalah nilai output total usahatani lengkuas dalam jangka

waktu satu tahun atau satu periode tanam, baik yang dijual maupun tidak dijual.

Pendapatan bersih ( ) adalah pendapatan kotor yang diterima

petani dikurangi dengan biaya dalam usaha tersebut baik tunai maupun non tunai. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur balas jasa atau imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor6faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani lengkuas.

Petani yang menjalankan usahatani lengkuas tentu telah memilih untuk mengalokasikan sumberdaya milik keluarganya untuk kelangsungan usaha tersebut, sehingga akan ada balas jasa atas penggunaan sumberdaya tersebut yang

dinyatakan dalam penghasilan bersih usahatani ( ). Penghasilan

itulah yang akan digunakan oleh keluarga untuk pemenuhan kebutuhan keluarga petani. Namun tidak semua petani menggantungkan penghasilannya dari usahatani lengkuas. Tidak semua petani menjadikan usaha ini sebagai mata pencaharian utama mereka, tetapi mereka juga berkerja diluar usaha ini. Penghasilan yang petani terima tidak hanya dari usahatani lengkuas melainkan dari usaha yang lainnya yang memang dijalankan oleh petani tersebut. Total penghasilan (

) yang diterima oleh petani adalah penghasilan bersih dari usahatani lengkuas dan pendapatan dari luar usahatani lengkuas baik dalam bentuk uang atau benda.

Bentuk dan jumlah pendapatan yang diperoleh petani memiliki manfaat yang sama, yakni untuk memenuhi kebutuhan sehari6hari serta sebagai pembentukan modal usahatani. Apabila pendapatan yang diperoleh seorang petani semakin besar, maka menggambarkan usahatani yang dijalankan semakin baik. Modal merupakan faktor produksi yang digunakan petani dalam usahatani lengkuas. Seluruh modal dalam usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka berasal dari modal sendiri, sehingga akan ada balas jasa terhadap modal, baik

modal total ( ) maupun modal sendiri (

). Selain modal, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tenaga kerja dalam keluarga perlu diperhitungkan dalam usahatani, karena berpengaruh pada besarnya keuntungan dari usaha tersebut. Disamping itu, agar dapat diketahui besarnya pendapatan petani sebagai tenaga kerja dalam usahatani

(25)

;()( #)( ) . #(

Selain menilai pendapatan tunai berupa nilai nominal, analisis pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan mengukur nilai efisiensi. Untuk mengukur efisiensi biaya usahatani dapat menggunakan rasio R/C. Semakin besar nilai R/C maka semakin efisien usaha yang dilakukan. Rasio antara besar penerimaan dengan total biaya (R/C) dalam usahatani bisa digunakan untuk melihat apakah

kegiatan usahatani menguntungkan ( ) atau tidak. Nilai R/C dapat

menunjukkan besaran penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran satu satuan biaya (Idani, 2012). Jika nilai R/C >1, menunjukkan penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, artinya usahatani tersebut efisien dan menguntungkan. Nilai R/C =1, menunjukkan penerimaan dan biaya terjadi impas, sehingga usahatani tidak memperoleh pendapatan. Sedangkan jika nilai R/C <1, menunjukkan biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan yang diperoleh, artinya usahatani tersebut tidak efisien dan tidak menguntungkan.

#$" &("( # 8 )(%# !

Desa Bojong Nangka secara umum didominasi oleh lahan pemukiman dan perladangan. Berdasarkan observasi langsung di wilayah Desa Bojong Nangka, mayoritas petani memilih lengkuas sebagai komoditas utama yang diusahakannya. Luas lahan yang ditanami lengkuas di Desa Bojong Nangka berdasarkan informasi dari BP3K wilayah Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor mencapai 95 hektar. Pemilihan komoditas lengkuas sebagai pilihan utama petani di Desa Bojong Nangka didasarkan atas tradisi dari orang tua yang sejak dulu sudah melakukan usahatani lengkuas. Selain alasan tradisi, alasan petani membudidayakan lengkuas antara lain teknik budidaya yang cukup mudah, dan sudah adanya pelanggan tetap untuk pemasaran hasil usahataninya. Bagan alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat di Gambar 1.

Lengkuas saat ini banyak dipasarkan dalam bentuk rimpang segar untuk kebutuhan rumah tangga sebagai bahan tambahan bumbu masak. Setiap harinya sekitar 1 ton lengkuas segar bisa dipanen oleh petani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Petani lengkuas di Desa Bojong Nangka menjual hasil usahatani lengkuasnya hanya dalam bentuk rimpang lengkuas segar/basah, sedangkan harga jual lengkuas dalam bentuk rimpang segar dipasaran masih relatif murah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan usahatani lengkuas yang dilakukan oleh masing6masing petani dengan menggunakan analisis deskriptif yang meliputi identifikasi input6input produksi, lalu dilakukan analisis struktur biaya untuk mengidentifikasi dan menghitung biaya yang digunakan dalam kegiatan usahatani lengkuas. Analisis struktur biaya digunakan untuk menghitung biaya tunai dan non tunai yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk menghitung pendapatan yang diperoleh petani dan analisis efisiensi usahatani dilakukan dengan menggunakan rasio R/C. Analisis pendapatan dilakukan untuk mengukur pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total usahatani lengkuas. Pendapatan usahatani yang dilihat

pada besarnya dan

(26)

rekomendasi yang bisa disampaikan kepada para petani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Hal ini diharapkan dapat mengevaluasi dan mengembangkan usahatani lengkuas yang dilakukan oleh para petani lengkuas di Desa Bojong Nangka.

Gambar 1 Bagan alur kerangka pemikiran operasional

%" )( ' # " * # !( ( #

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

( & ) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu

penghasil tanaman obat khususnya lengkuas yang potensial dan berkelanjutan di Kabupaten Bogor. Obyek yang diteliti, yaitu petani yang melakukan kegiatan usahatani lengkuas di Desa Bojong NangkaKecamatan Gunung Putri, Kabupaten

Bogor berdasarkan data dari BP3K Gunung Putri,serta dari yang

dipilih dalam penelitian ini. Sebagian besar lahan pertanian di Kecamatan Gunung Putri dimanfaatkan oleh petaninya untuk kegiatan usahatani lengkuas. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 hingga September 2015.

Analisis Penerimaan dan

Struktur Biaya Usahatani

Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis Efisiensi Usahatani

1. ! 2. !

3. !

R/C rasio

Rekomendasi Pengembangan Usahatani Lengkuas di Desa Bojong Nangka

6 Sebagian besar lahan pertanian di Desa Bojong Nangka dimanfaatkan untuk usahatani lengkuas.

6 Penjualan hasil usahatani lengkuas oleh petani hanya dalam bentuk rimpang basah/segar.

(27)

#() ' # *&-

Pendekatan deskriptif digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan dengan dukungan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, khususnya berkaitan dengan kegiatan usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka. Data yang akan digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung di lokasi penelitian melalui pengamatan secara langsung (observasi) dan wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner, serta diskusi dengan anggota atau kepala BP3K yang memiliki tugas sebagai penyuluh pertanian di Kecamatan Gunung Putri. Data primer yang akan digunakan meliputi data karakteristik petani dan usahatani lengkuas. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk mendukung data6data yang akan diteliti. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber referensi yang relevan dengan topik penelitian dan diperoleh melalui beberapa instansi, antara lain Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Badan Penyuluh Pertanian, dan internet.

Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus yaitu peneliti melakukan penyelidikan untuk memperoleh data yang faktual pada responden yang mengusahakan lengkuas. Jumlah petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 17 petani dari jumlah 60 petani pada Gapoktan Maju Jaya, dengan kriteria responden yaitu petani yang melakukan penanaman lengkuas pada musim tanam Oktober 2014 dan September 2015.

%' #$*&8*! #

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis disesuaikan dengan metode pengumpulan data menurut Soekartawi (2011) yaitu pengamatan langsung, wawancara dengan responden, dan catatan yang dimiliki responden. Pengamatan langsung merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Pengamatan langsung yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengamati organisme pengganggu tanaman, kegiatan budidaya seperti mulai dari proses pengolahan lahan, proses pemeliharaan tanaman (pengendalian organisme pengganggu tanaman pada tanaman lengkuas) sampai dengan proses pemanenan, dan penaksiran produktivitas. Metode wawancara dengan responden merupakan penggalian informasi dengan tanya jawab kepada responden secara tatap muka langsung. Wawancara dilakukan dengan mendatangi responden satu per satu dirumah ataupun di lahan usahatani mereka. Tujuan mendatangi petani satu per satu yaitu agar informasi yang diinginkan lebih akurat, terperinci dan sesuai dengan pengalaman atau pengetahuan petani (tidak dipengaruhi orang lain) dan kegiatan usahatani dilapangan.

(28)

%' #$%! . # ' # # !()()

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk melihat keragaan usahatani tanaman obat lengkuas di daerah penelitian, yang dikemukakan secara deskriptif dalam bentuk uraian yang dibantu dengan tabel. Analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis struktur biaya usahatani, analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C ! untuk melihat efisiensi terhadap biaya usahatani tanaman obat lengkuas yang diolah

dengan menggunakan # komputer * . .

# !()() ( < ) . #(

Analisis struktur biaya pada penelitian ini akan membahas biaya tunai dan biaya non tunai yang berkaitan dengan pengadaan input6input produksi. Pengelompokan komponen biaya tunai dan non tunai berdasarkan cara pembayaran pengadaan input produksi (seperti yang telah dijelaskan pada kerangka teori struktur biaya sebelumnya). Input6input yang termasuk dalam biaya tunai pada penelitian ini yaitu bibit, pupuk, kapur pertanian, tenaga kerja luar keluarga (TKLK), dan biaya lain6lain (iuran desa dan PBB). Sedangkan komponen biaya non tunai meliputi biaya penyusutan, tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan sewa lahan. Sistematika perhitungan biaya tunai dan non tunai dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengelompokan dan perhitungan komponen biaya tunai dan non tunai

%7 #() ( < (! ( + 8, ) # ) +/,

1 Biaya tunai

6 Bibit xxx xxx

6 Pupuk xxx xxx

6 Kapur pertanian xxx xxx

6 TKLK xxx xxx

6 Biaya lain6lain xxx xxx

6 *- % ! >>> xxx

2 6 Biaya non tunai xxx

6 Penyusutan xxx xxx

6 TKDK xxx xxx

6 Sewa lahan xxx xxx

6 *- % ! >>> >>>

6 % ! -( < + ? , >>> >>>

Nilai investasi suatu barang/peralatan yang digunakan dalam usahatani perlu diperhitungkan nilai pemakaiannya pada tiap tahunnya atau diproporsikan pada tiap periode tanam. Nilai investasi tersebut dimasukkan ke dalam biaya penyusutan. Biaya penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus, yaitu nilai beli produk dikurangi estimasi nilai sisa kemudian dibagi dengan kisaran umur ekonomis barang/peralatan tersebut. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

(29)

# !()() # (& # ) . #(

Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara total produk yang diperoleh dengan harga jual persatuan produk, atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

@ A > < Dimana:

TR = Penerimaan total usahatani (Rp)

Q = Total hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (kg) P = Harga jual produk per unit (Rp/kg).

# !()() #' 8 # ) . #(

Pendapatan adalah balas jasa terhadap penggunaan faktor6faktor produksi (lahan, modal, tenaga kerja dan pengelolaan). Pendapatan usahatani dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari6hari keluarga petani dan untuk kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya, sehingga pendapatan usahatani merupakan ukuran keberhasilan dari kegiatan usahatani. Dalam penelitian ini yang akan diukur imbalan/balas jasanya adalah modal, dan tenaga kerja. Analisis pendapatan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur pendapatan dan keuntungan usahatani lengkuas. Untuk mengukur keuntungan usahatani dilakukan

perhitungan pendapatan bersih usahatani ( ) yaitu dengan cara

mengurangkan pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.

Menurut Soekartawi (2011) ada beberapa ukuran dalam menilai

pendapatan usahatani yaitu:

1. Pendapatan bersih usahatani ( ). Merupakan selisih antara

pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total. Pendapatan bersiih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor6faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

2. Penghasilan bersih usahatani ( ). Perhitungan penghasilan ini

diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dikurangkan dengan bunga yang dibayarkan terhadap modal pinjaman.

3. Imbalan kepada seluruh modal ( ). Dihitung dengan

mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Untuk ukuran ini, kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah yang berlaku. Hasilnya biasanya dinyatakan dalam persen terhadap seluruh modal.

4. Imbalan kepada modal petani ( ). Diperoleh

dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini biasanya juga dinyatakan dalam bentuk persen.

5. Imbalan kepada tenaga kerja keluarga ( ). Dihitung dari

penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbalan ini dapat dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan terhadap setiap orang. Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja luar usahatani.

(30)

Tabel 4 Perhitungan pendapatan usahatani lengkuas

No Komponen Perhitungan

1 Total Penerimaan Kotor ( ! ) Jumlah Produksi (kg) x harga 2 Biaya Tunai Biaya Saprodi + TKLK

3 Biaya Non Tunai/diperhitungkan Penyusutan + TKDK + sewa lahan Penyusutan

Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Total biaya non tunai (tanpa TKDK)

4 Total Pengeluaran Usahatani/ . 2 + 3 5 Pendapatan Bersih Usahatani/ 1 – 4

6 Bunga Modal Pinjaman % bunga pinajam x modal pinjaman 7 Bunga Modal Sendiri % bunga deposito x total total biaya 8 Penghasilan Bersih Usahatani/ 5 – 6

9 Pendapatan Luar Usahatani Pendapatan sampingan 10 Penghasilan Keluarga/ 8+9

11 ! ) 5 – TKDK

12 ! 1 ) 8 – TKDK

13 ! 2 8 – bunga modal petani

Sumber: Soekartawi 2011

# !()() ;()( #)(

Analisis efisiensi pada penelitian ini menggunakan rasio penerimaan atas

biaya atau disebut R/C rasio ( ). Analisis R/C rasio merupakan

perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dapat dibandingkan dalam bentuk biaya tunai maupun biaya total. Sehingga R/C rasio yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. R/C rasio atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

R/C rasio atas biaya tunai =

Biaya Tunai

R/C rasio atas biaya total = $ Dimana :

TR = Penerimaan Total (Rp)

TC = Biaya Total (Rp), jumlah biaya tunai dengan biaya non tunai

(31)

;(#()( 8 )(%# !

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Usahatani lengkuas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petani untuk menghasilkan lengkuas yang siap dipasarkan untuk dikonsumsi sebagai bahan tambahan bumbu masak ataupun bahan baku produksi perusahaan tanaman obat

2. Petani lengkuas adalah orang yang bekerja melakukan kegiatan usahatani lengkuas di ladang pertanian dan merupakan kegiatan utama maupun sampingan dalam memperoleh pendapatan

3. Produksi adalah jumlah produksi lengkuas yang dihasilkan oleh petani di Desa Bojong Nangka, diukur dalam kilogram (Kg)

4. Jumlah bibit adalah jumlah bibit lengkuas yang digunakan dalam usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka

5. Jumlah pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani lengkuas yang diukur dengan satuan kilogram (Kg)

6. Tenaga kerja adalah kebutuhan tenaga kerja pria dan wanita yang digunakan dalam usahatani lengkuas diukur dalam hari orang kerja (HOK) 7. Biaya produksi adalah seluruh pengeluaran yang digunakan untuk

membiayai semua proses produksi lengkuas baik tunai maupun non tunai yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)

8. Harga lengkuas adalah harga penjualan lengkuas yang diterima oleh petani lengkuas, dinyatakan dalam rupiah/kg dan dihitung berdasarkan harga rata6rata dalam satu tahun (2015)

9. Penerimaan usahatani lengkuas adalah nilai output dari usahatani lengkuas yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Penerimaan petani = jumlah produksi (kg) dikalikan harga jual/kg

10. Pendapatan adalah balas jasa terhadap penggunaan faktor6faktor produksi, modal, dan tenaga kerja

11. Efisiensi adalah perbandingan antara besarnya penerimaan dan biaya yang dapat dibandingkan dalam bentuk biaya tunai maupun biaya total

' # &*& ' # %#'()( %$ ;()

(32)

6.5 Ha pemakaman dan 36 Ha fasilitas umum. Oleh karena Desa Bojong Nangka memiliki lahan yang cukup luas untuk tanah perladangan, maka desa ini memiliki potensi pengembangan sektor pertanian yang cukup besar. Aksesibilitas di Desa Bojong Nangka cukup mudah dan relatif dekat dengan pusat6pusat pemerintahan. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan sejauh tujuh km, jarak dari ibukota Kabupaten sejauh 20 km, jarak dari ibukota propinsi sejauh 170 km, dan jarak dari ibukota negara sejauh 30 km. Hal ini memudahkan para perangkat Desa melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dan juga pemerintah daerah dapat memantau perkembangan (mengontrol) program6program yang telah di6

% # ke Desa Bojong Nangka

Desa Bojong Nangka berada pada ketinggian 246 meter di atas permukaan laut dengan rata6rata curah hujan pada 10 tahun terakhir yaitu 1 053.11 mm per tahun, jumlah bulan basah tiga bulan, jumlah bulan lembab empat bulan, dan bulan kering lima bulan. Suhu udara pada daerah ini berkisar 28632 0C. Karakteristik tanah yaitu memiliki kandungan pH yang asam berkisar antara 4.56 5.5; dengan kemiringan tanahnya 15% datar, 70% bergelombang, 15% miring. Jenis tanah di Desa Bojong Nangka secara umum podsolid merah kuning yaitu tanah yang terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah serta tingkat kesuburan yang relatif rendah.

" () (" #( )8%#' #

Petani yang dijadikan responden merupakan petani yang mengusahakan lengkuas. Keseluruhan petani responden merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani dan merupakan anggota aktif di Desa Bojong Nangka. Jumlah kelompok tani pada Gapoktan Maju Jaya di Desa Bojong Nangka sebanyak tiga kelompok tani dengan jumlah total anggota sebanyak 60 petani. Petani yang menjadi responden merupakan petani yang melakukan penanaman lengkuas pada periode tanam Oktober 2014 dan Oktober 2015. Jumlah petani yang menanam lengkuas setiap tahunnya dari 60 petani hanya 17 orang petani. Dengan demikian 17 orang petani tersebut dijadikan responden.

Karakteristik petani lengkuas di Desa Bojong Nangka yang dijadikan responden dalam penelitian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jenis pekerjaan, luas lahan pertanian, kepemilikan lahan pertanian, dan sumber modal usahatani.

#() ! &(# ' # )( #(

Petani lengkuas pada penelitian ini seluruhnya berjenis kelamin laki6laki. Tidak ada satu orangpun petani lengkuas yang berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar kegiatan usahatani dilakukan oleh laki6laki karena secara umum kegiatan usahatani membutuhkan tenaga yang relatif besar sehingga hanya sebagian kecil kegiatan yang melibatkan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja perempuan biasanya diikutsertakan pada kegiatan perawatan tanaman seperti penyiangan atau pencabutan tanaman pengganggu.

(33)

dan lebih besar dari 50 tahun (>50 tahun). Sebaran usia petani responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran usia petani responden

Kelompok usia petani Jumlah petani (orang) Persentase (%)

≤35 tahun 1 5.88

36650 tahun 12 70.59

>50 tahun 4 23.53

Total 17 100

Berdasarkan diagram Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa petani responden sebagian besar berusia >35 tahun 6 ≤50 tahun sebanyak 12 orang atau 70.59 persen, kemudian dibawahnya petani berusia >50 tahun sebanyak empat orang atau 23.53 persen, dan kategori petani yang memiliki jumlah paling sedikit adalah berusia ≤35 tahun yaitu sebanyak satu orang atau 5.88 persen. Dari sebaran petani responden di dapat bahwa petani yang memiliki usia paling muda adalah 32 tahun, sedangkan yang berusia paling tua adalah 55 tahun.

(#$" #'('(" # ' # #$ ! & # #(

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola berfikir petani dalam merencanakan dan mengelola usahataninya guna mewujudkan pendapatan yang mereka inginkan. Tingkat pendidikan menjadi salah satu modal yang penting bagi petani dalam keberhasilan usahataninya meskipun tingkat pendidikan tidak berpengaruh langsung terhadap kegiatan usahatani. Tidak dapat dipastikan bahwa petani yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan serta merta mampu berhasil mengelola usahataninya dengan baik. Banyak petani yang berpendidikan rendah dapat sukses berusahatani, akan tetapi tidak sedikit juga petani sukses yang mempunyai pendidikan yang tinggi.

Tingkat pendidikan akan sangat cocok sekali jika dikomparasikan dengan pengalaman bertani seorang petani. Pemikiran yang cerdas dikombinasikan dengan skil yang mumpuni, akan memperbesar peluang berhasilnya usahatani. Pengalaman bertani secara otomatis menambah pengetahuan petani. Petani di Desa Bojong Nangka selain mempunyai pengalaman otodidak yang cukup banyak tentang ilmu bertani terutama sayuran, petani memperoleh tambahan ilmu6ilmu baru dari pembimbingan/pelatihan yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dan perusahaan pertanian. Pembimbingan biasanya dilakukan ketika ada program6 program baru dari pemerintah, promosi produk baru dari perusahaan pertanian, evaluasi kinerja usahatani, dan teknologi terbaru.

(34)

memperoleh kunci keberhasilan dalam berusahatani lengkuas. Jumlah petani berdasarkan pengalaman bertani dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah petani berdasarkan pengalaman bertani

Kategori Pengalaman Bertani Jumlah petani (orang) Persentase (%)

≤ 10 tahun 3 17.65

>10 tahun 6 ≤20 tahun 8 47.06

>20 tahun 6 35.29

Total 17 100

* ) . #

Lahan merupakan salah satu bagian dari modal utama dalam melakukan usahatani. Luasan lahan menggambarkan seberapa luas suatu lahan pertanian yang dikelola petani untuk melakukan kegiatan usahataninya baik itu lahan garapan, lahan sewa ataupun lahan milik sendiri. Luas lahan erat hubungannya dengan skala usahatani yang dijalankan petani. Pada umumnya, semakin luas lahan yang digunakan maka akan lebih banyak populasi tanaman yang diusahakan sehingga mempengaruhi jumlah produksi usahatani. Luas lahan juga mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan petani, contohnya kebutuhan biaya untuk pengolahan lahan, untuk melakukan pemupukan dasar, biaya bibit, dan lain6lain. Luasan lahan juga mempengaruhi keputusan petani untuk menanam menggunakan monokultur ataupun polikultur. Di Desa Bojong Nangka, petani yang mengusahakan komoditas lengkuas umumnya melakukan teknik monokultur yaitu satu jenis tanaman. Hal ini dilakukan karena dalam usahatani lengkuas tidak memerlukan kegiatan perawatan tanaman secaran intensif.

Luas lahan yang dimiliki oleh petani responden berbeda6beda sehingga untuk memudahkan mengidentifikasinya, perlu dilakukan pengelompokan. Luas lahan petani responden dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu lahan sempit (< 0.2 Ha), lahan menengah (≥ 0.2 6 < 0.5 Ha) dan lahan luas (≥ 0.5 Ha). Jumlah petani berdasarkan luasan lahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah petani berdasarkan luasan lahan

Kategori luas lahan Jumlah petani (orang) Persentase (%)

Sempit (<0.2 Ha) 8 47.06

Menengah (0.260.49 Ha) 7 41.18

Luas (≥0.5 Ha) 2 11.76

Total 17 100

(35)

8 &(!(" # . #

Kepemilikan lahan dapat mempengaruhi biaya usahatani. Baik petani yang memiliki lahan sendiri maupun petani yang melakukan sewa lahan, perlu mengeluarkan biaya lahan meskipun nilai biaya keduanya tidak sama. Petani yang memiliki lahan sendiri harus membayar pajak wajib setiap tahunnya, sedangkan petani yang melakukan sewa lahan harus membayar uang sewa baik setiap musim ataupun dalam periode tertentu. Status kepemilikan lahan pada petani responden adalah lahan pakai/garapan. Petani menggunakan lahan atas izin dari pemilik lahan.

*&- %' ! ) . #(

Sumber modal usahatani disini berkaitan dengan sumber modal berupa uang. Pada usahatani lengkuas yang sudah dijalankan cukup lama oleh petani yang sudah berpengalaman, sumber modal berkaitan dengan pembentukan modal petani dari usahatani yang telah dijalankan sebelumnya. Banyaknya modal yang terbentuk dipengaruhi oleh kebutuhan rumah tangga petani. Meskipun nilai pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani lengkuas cukup besar, tidak serta merta petani langsung mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk modal usahatani lengkuas pada musim tanam selanjutnya. Sebagian dari pendapatan yang diterima petani dari hasil usahatani lengkuas digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Status kepemilikan modal usahatani lengkuas di Desa Bojong Nangka adalah modal sendiri. Jarang petani melakukan pinjaman untuk melakukan kegiatan usahatni lengkuas.

Iklim pengusahaan pertanian lengkuas di Desa Bojong Nangka kental sekali dengan nuansa spekulasi. Hal ini terjadi hampir semua petani yang mengusahakan lengkuas. Petani yang memutuskan untuk menanam lengkuas telah siap dengan segala risiko ketidakpastian yang sewaktu6waktu bisa merugikan petani. Misalnya pada periode tertentu lengkuas mengalami fluktuasi harga yang relatif sangat dinamis sehingga petani tidak dapat memastikan berapa pendapatan yang akan mereka peroleh pada musim tertentu. Akan tetapi berdasarkan pengalaman yang mereka punya dan belajar dari pengalaman petani lainnya, para petani masih menaruh harapan sewaktu6waktu harga lengkuas yang mereka usahakan relatif tinggi dengan hasil panen yang cukup baik pula.

$ # ) . #( #$"* ) '( ) %:%#$ #$"

Komoditas lengkuas menjadi komoditas prioritas untuk dibudidayakan di Desa Bojong Nangka sepanjang tahun, baik pada musim penghujan maupun musim kemarau. Budaya menanam lengkuas yang telah diturunkan oleh orang tua para petani menjadi sesuatu yang bukan hanya diorientasikan menjadi komoditas komersial, akan tetapi sudah menjadi bagian dari hidup mereka yang senantiasa harus dilakukan. Setiap anggota keluarga petani memiliki kemampuan turunan untuk bercocok tanam yang sudah diajarkan sejak kecil.

(36)

risiko kerugian yang kemungkinan mereka dapatkan. Dikarenakan pertanian sudah menjadi pekerjaan utama yang membudaya, maka untuk mempercepat peningkatan pendapatan petani, mereka gigih untuk terus membudidayakan dan mengembangkan lenkuas. Meskipun mayoritas petani mahir di segala kegiatan budidaya lengkuas, mereka masih membutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga untuk beberapa pekerjaan. Upah pekerja rata6rata yang berlaku di Desa Bojong Nangka saat ini yaitu Rp 80 000.00 per HOK.

)( 8 # . #

Persiapan lahan merupakan tahap awal dalam setiap kegiatan budidaya lengkuas. Persiapan lahan yaitu kegiatan mengelola lahan sedemikian rupa sehingga layak dan siap untuk menjadi media tanam. Baik atau tidaknya perkembangan tanaman pada tanam nantinya, dapat ditentukan oleh

petani dalam persiapan lahan. Di dalam persiapan lahan pada budidaya lengkuas, ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan yaitu pengolahan tanah, pengapuran, pemupukan dasar, dan pembuatan guludan. Kegiatan pengolahan tanah di Desa Bojong Nangka umumnya dilakukan dengan tanpa menggunakan bantuan mesin. Tujuan dari pengolahan tanah antara lain untuk menekan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) pada tanah, membantu masuknya oksigen ke dalam tanah, dan membantu mempercepat racun yang merugikan tanaman untuk menguap. Gambar lahan yang telah diolah dan siap untuk ditanami lengkuas dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Lahan siap tanam untuk penanaman lengkuas

# # & #

(37)

Gambar 3 Tanaman lengkuas berumur sekitar 3 minggu

& !(. #

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan dengan cara penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, dan penyiraman.

1. Penyulaman

Sekitar 263 minggu setelah tanam, harus dilakukan pengecekan untuk melihat rimpang yang mati. Bila terdapat rimpang yang mati, harus segera digantikan dengan bibit yang baru agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan tanaman lain. Oleh karena itu, pemilihan bibit harus dilakukan dengan baik serta pemeliharaan yang benar.

2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan tanaman gulma yang tumbuh di sekitar tanaman lengkuas. Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman berumur 264 minggu kemudian dilanjutkan 366 minggu sekali, tergantung pada kondisi tanaman pengganggu yang tumbuh. Namun setelah berumur 667 bulan, tidak dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpang sudah mulai tumbuh besar.

3. Pembubunan

Tanaman memerlukan tanah dengan peredaran udara dan air yang dapat berjalan dengan baik. Untuk menjaga kondisi tanah tetap baik maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang yang kadang6kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem pengairan yang berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air. 4. Pemupukan lanjutan

(38)

bulan, 4–6 bulan, dan 8–10 bulan. Dosis pupuk lanjutan diberikan sebanyak 2– 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.

Sedangkan pemupukan konvensional dilakukan dengan memberikan pupuk organik serta pupuk buatan dalam proses pertumbuhan tanaman. Pemupukan lanjutan yang digunakan yaitu pupuk dan pupuk buatan (pupuk NPK, urea dan KCL) diberikan pada saat tanaman berumur dua bulan dan empat bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela6sela tanaman.

5. Pengairan dan penyiraman

Tanaman lengkuas tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September dan oktober. Tanaman lengkuas yang sudah tumbuh subur dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Tanaman lengkuas berumur sekitar 8 bulan # #

Waktu panen rimpang lengkuas ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif seperti daun menunjukkan gejala kelayuan secara fisiologis. Pada keadaan ini rimpang telah berukuran optimal dan umur lengkuas sudah mencapai 8612 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan garpu atau cagkul secara hati6hati agar tidak terluka atau rusak. Tanah yang menempel pada rimpang di bersihkan dengan cara di pukul pelan6pelan sehingga tanah terlepas. Kegiatan panen lengkuas di Desa Bojong Nangka hampir seluruhnya tidak dilakukan oleh petani. Kegiatan panen dilakukan oleh tengkulak yang membeli hasil budidaya lengkuas. Oleh karena pembeli yang melakukan kegiatan panen, harga lengkuas ditentukan oleh pembeli.

(39)

Gambar 5 Rimpang lengkuas setelah dipanen

Gambar 6 Rimpang lengkuas yang telah dicuci dan dibersihkan

!* & ) # #$"* )

(40)

Gambar 7 Alur/rantai pemasaran lengkuas di Desa Bojong Nangka

%'*")( ) . #( #$"* ) '( ) %:%#$ #$"

Produksi merupakan kegiatan menghasilkan suatu produk dengan penggunaan sejumlah input yang bertujuan untuk memaksimumkan penerimaan dengan mengalokasikan biaya secara efisien. Cara pengelolaan input sangat penting guna mendapatkan hasil produksi yang direncakan atau ditargetkan. Hasil produksi merupakan implikasi dari kombinasi input yang digunakan. Produksi dalam jumlah atau volume yang besar tidak selalu karena menggunakan input dalam jumlah yang besar. Petani yang menggunakan lahan luas, belum dapat dipastikan akan meperoleh hasil panen yang berbanding lurus dengan luasan lahan. Lahan hanya menjadi salah satu modal awal petani dalam menyiapkan kegiatan usahatani sehingga tidak menjadi jaminan dapat berpengaruh seca

Gambar

Tabel 1  Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia tahun 2009 – 2013  % %&amp;%'( ) %'*&#34;)( + $,   *&amp;-*
Tabel 2  Jumlah produksi lengkuas di Provinsi Jawa Barat (kg)
Gambar 1  Bagan alur kerangka pemikiran operasional
Tabel 3  Pengelompokan dan perhitungan komponen biaya tunai dan non tunai
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Kasus di Desa Rawapanjang Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat). oleh

akses pada tanah pertanian, dan (4) Mengetahui peran tanah bagi petani

Pada akhir-akhir ini masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dalam pertanian. Seiring dengan meningkatnya

Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein

Pennasalahan yang ditemukan dalam pemanfaatan sumberdaya TNGH antara lain: ketergantungan masyarakat terhadap bahan dan beberapa jenis flora dan fauna untuk

Proses perhitungan dan pemetaan risiko menunjukkan berapa besar probabilitas, dampak, dan status dari masing-masing sumber risiko. Selanjutnya, tahapan yang

Analisis risiko penggunaan tenaga kerja pada kedua usahatani sama-sama memiliki risiko yang cukup besar pada kegiatan pengolahan tanah, penyiangan dan penanaman, namun

Seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein