!f)9-01---JENIS SUMBERDA YA TAMAN NASIONAL GUNUNG
HALIMUN YANG DIMANFAATKAN OLEH
MASYARAKAT DESA KlARASARI KECAMATAN
CIGUDEG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
Oleh:
ABU BAKAR BAHRUDIN
E 31.1445
JURUSAN KONSERVASI SUMBERDA VA HUT AN
FAKULTASKEHUTANAN
INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
RINGKASAN
Abu Bal{ar Bahrudin. E 31.1445. Jenis Sumberdaya Taman Nasional Gunung Halimun yang Dimaufaatkan oleh Masyarakat Desa Kiarasan Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Jawa Barat. Di bawah bimbingan Ir. Sambas Basuni, MS dan Ir. Tutut Sunarminto, MSi.
Taman nasional adalah suatu kawasan yang diperuntukkan bagi perlindungan kawasan alami dan berpemandangan indah yang penting, secara nasional atau seeara internasional serta memiliki nilai pemanfaatan ihniah, pendidikan dan rekreasi. Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak dapat diubah oleh kegiatan maniusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan (MacKinnon, MacKinnon, dan Child dan Thorsell, 1993). Keberhasilan pengelolaan kawasan taman nasional banyak tergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi oleh masyarakat disekitarnya. Di tempat dimana kawasan yang dilindungi dipandang sebagai penghalang, penduduk setempat dapat menggagalkan pelestarian. Tetapi bila pelestarian dianggap sebagai sesuatu yang positif manfaatoya, penduduk setempat sendiri yang akan bekeIja sama dengan pengelola dalam melindungi kawasan itu.
Dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan tersebut, saat ini Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) masih menghadapi masalah yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang dirasakan dominan dalam pelaksanaan pengelolaan TNGH adalah tekanan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil hutan tanpa izin, seperu: perambahan hutan untuk pertanian dan perladangan, penambangan emas liar, dan pemburuan satwa. Hal ini disebabkan antara lain oleh masih rendalmya kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan taman nasional sehinga pemallfaatan tersebut Icbih banyak ditujukan untuk pemelluhan kcbutuhan dasar mereka sehari-hari..
Kiarasari antara lain: kayu bakar dengan jumlab pemanfaat 79,68 %, bambu 44,51 %, puspa 31,77 %, bahan emas 30,67 %, rumput 18,08 %, rasamala 17,15 %, aren 6,10 %, terubuk 4,52 %, burung 4,22 %,
babi hutan 3,59 %, dan kerastulang 2,32 %. Dari 11 jenis sumberdaya tersebut bahan emas memiliki kontribusi terbesar (Rp 713199,7Ilbulan), sedangkan rasamala memiliki nilai manfaat yang terkeeil (Rp
1173,22lbulan).
Masyarakat sekitar TNGH yang memanfaatkan sumberdaya TNGH memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) pada kelompok Uluur kepala keluarga (KK), prosentase pemanfaat terbesar adalah KK dengan umur lebih dan 25 tahun (84,62 %); (b) tingkat pendidikan KK, prosentase pemanfaat tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan sampai dengan tamat SD/sederajat (97,92 %); (e) untuk jumlah anggota
fUmahtangganya, prosentase pemanfaat terdapat pada kelompok pemanfaat dengan jumlah anggota fUmahtangga lebih dan I (satu) orang (95,29 %); (d) dihubungkan dengan kepemilikan lahannya, maka pemilik lahan terluas pada umur 25-55 tahun sebagai pemanfaat terbesar (84,61 %); (d) matapeneaharian utama sebagai petani memiliki jumlah pemanfaat yang paling besar (65,71 %); (e) untuk latar belakang tingkat pendapatan, pemanfaat di luar sektor Kelmtanan, prosentase pemanfaat terbesar terdapat pada rumahtangga dengan tingkat pendapatan > Rp 416000,-Ibulan (69,78 %); (f) jarak tempat tinggal,
pemanfaat terbesar terdapat pada pemanfaat denganjarak tidak lebih dari 3 Km ( 94,04 %); (g) beberapa kosakata yang ditemui dalam aktivitas pemanfaatan sumberdaya TNGH antara lain: gurandil, gelundung, nganduk, dan japuk.
Bahan emas merupakan sumberdaya yang merr,iliki nilai ekonomi tertinggi adalah sebesar Rp 713199,76foulan. Sementara rasamala memiliki ョゥャセゥ@ pe!11anfaatan terkecil yaitu Rp 1173,22lbulan.
Bcrdasarkan luas kepemilikan lahannya, nilai pcmanfaatan terbesar terdapat pada pemilik lahan ;, 0,6
ha yaitu sebesar RP 5385317,-1 bulan atau 78 % dari total nibi pemanfaatan sumberdaya TNGH oleh
masyarakat Dcsa KiaraS2ri.
Nilai kontribusi 8umberdaya TNGH terhadap pendapatan perkapita masyarakat akan semakin
llIcningkat dengan semakin luasnya kepemilikan lahan. Besamya nilai kontribusi adalah sebagai berikut: pemilik lahan > 1.399 ha memiliki nilai kontribusi teroesar (3,12 %), sedangkan yagn tidak berlahan memiliki nilai kontribusi terkeeil (0,36 %).
Antisipasi terhadap aktivitas pemanfaatan SD TNGH adalal! dengan Il!engarahkannya pada pemanfaatan yang lebih efisien melalui program pembinaan baik dengan penyuluhan atau pembentukan kelembagaan yang dapat mengatur aktivitas pemanfaatan seperti koperasi untuk penambang liar yang bekeIjasama dengaIi pengelola TNGH sehingga tidak menjarah ke tempat yang lebih luas. Sebagian hasil pemanfaatan hams disisihkan untuk memperbaiki lingkungan sekitamya. Lewat koperasi ini juga bisa diterapkan aturan yang lebih tegas bagi anggota yang melanggar baik dalam kuota produksi maupun perambahan ke lokasi lain di kawasan TNGH.
Judul
Nama
NRP
Dosen Pembimbing Utama
Ie. H. Sambas Basuni, MS
TanggaJ : セ@ -\\
Tanggallulus: 30 September 1999
JENIS SUMBERDAYA TAMAN NASIONAL GUNUNG
HALIMUN YANG DIMANFAATKAN OLEH
MASYARAKAT DESA KIARASARI KECAMATAN
CIGUDEG KABUPATEN BOGOR JAWA BARA T. ABU BAKAR BAHRUDIN
E 31.1445
Menyetujui.
Dosen Pembimbing Kedua
lr. u!lit Sunarminlo. MSj
MOlo
ᄋGᄋャ|NゥャャゥQOセQAiヲエNャャゥ@ ({('aliai セ|Qオヲゥ。QャQュ。、IL@ jIpa(afi sl1ma ortlllg-orafl8 yallg befpcllgclafiu£1n 、セャii@
orlll18-or"
lIiJva
lIiJ Iida( 6crpelliJela
Ii
lIa
II"(QS
Jl
::;-2. IIilia r: 9).
")lrrllli mcngallg/(.al (cfemjat) orallg-orang )'ang 6en'111l1n {{iantam k..amu, aan oralIg-orang )'£1118
di6C1i i(lIIu pellgelalillall 6e6erapa aerajal. cDall jI[fali
セャQ。ャゥ。@)Hellgelaliui apa yallg Ii.plllu ('diyf(llll
..
(Q.S.
OQHMセQQiQェ。、。サ。ヲゥZQ@1).
Penulis dilahirkan di Tegal, pada tanggal 15 Maret 1976, anak pertama dari pasangan M.Agus Setiawan (ayah) dan Kiswati (ibu). Pada tahun 1980 penulis masuk TK Aisyiyah Karanganyar Kecamatan Dukurturi Kabupaten Tega!. Tahun 1982 melanjutkan ke SD Muhammadiyah Karanganyar, lulus pada tahun 1988. Kemudian melanjutkan ke SPMN 1 Tegal dan lulus pada tahun 1991. Pada tahun yang sarna penulis masuk SMAN 3 Tegal dan lulus pada tahun 1994.
JENIS SUMBERDAYA TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN
YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT DESA KIARASARI
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR JA WA BARAT
Oleh:
Abu Bakar Bahrudin
E 31.1445
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan
F akultas Kehutanan
lnstitut Pertanian Bogor
JURUSAN KONSERV ASI SUMBERDA Y A HUT AN
FAKULT AS KEHTJT ANAN
INSTITUT PERT ANIAN BOGOR
Puji ウケオセオイ@ penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul " Jenis Sumberdaya Taman Naasional Gunung HaIimun yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Kiarasari Keeamatan Cigudeg Kabupaten Bogor" ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian selama 2 (dua) bulan (Mei-Juni 1998).
Penulis menyampaikan terima kasih atas segala bimbingan, nasehat, dan bantuannya kepada: I. Ir.H. Sambas Basuni. MS sebagai dosen pembimbing utama dan Ir. Tutut Sunarminto, Msi sebagai
dasen pembimbing kedu3.
2. Ir. Poerwowidodo, MS sebagai dosen penguji dari Jurusan Manajemen Hutan dan Ir. Bambang Pranggodo sebagai dosen penguji dari Jurusan Teknologi Hasil Hutan.
3. Bapak Juneadi dan bapak Engkus yang telah banyak membantu memberikan sarana dan prasarana
selama peneiitian di Desa Kiarasari Kecamatan Cigudeg Kabupaaten Bogor.
4. Ayah, Ibu, Uee, Ade. Ria. dan Uei yang telah memberi dukungan materiil, moril dan doa bagi
kesuksesan pellulis.
5. Ternan-ternan di Pondok Pesantren AI-Azhhar (Yoga, Kholid, Asep, leal, Paimun) yang telah memberi semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpabkan berkah dan rahmat-Nya kepada semua pihak dan penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bennanfaat bagi pembaca sekalian daiam usaha mengembangkan wawasan keilmuan yang semakin pesat ini.
DaI1!laga, 30 September 1999
Daftar Is.
Hal KATA PENGANTAR ... .
DAFTAR ISl... ii
DAFTAR TABEL... ... ... ... ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR LAMPIRAN... v
A. PENDAHULUAN ... . 1. Latar Belakang ... . 2. Tltiuan .......... ,' .... , ... ,... ... 2
B. TINJAUAN PUSTAKA... 3
I. Taman Nasiona!... ... ... ... 3
2. Masyarakat Sekitar Taman ndsional. ... ,' 5
3. Pemanfaatan Sumberdaya Taman Nasional oleh Masyarakat Sekitar... ... ... 6
C. METODE PENELITIAN... 7
1. Langkah-Iangkah Penelitian.. ... ... ... ... ... ... ... 7
2. Tempat dan Waktu Penelitian ... " ... ... ... 7
3. Obyek Penelitian ... ' 7
4. Batasan Penelitian... ... ... ... ... ... ... ... 7
5. Pengumpulan Data... 8
6. Metode Pengambilan Contoh.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 9
7. Metode Pengolahan Data... .... ... ... 9
D. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... _... 11
I. Keadaan Umum TNGH... ... ... .... ... 11
2. Keadaan Umum Desa Kiaradari... ... 13
E. f1ASIL DAN PEMBAHASAN ... ,,,... 16
1. Katakteristik Masyarakat Pemanfaa! SD TNGH... 16
2. Jeni' Sumuerdaya TNGH yang Dimanfaatkan.... ... ... ... ... 23
3. Penilaian SD TNGH yang Dimanfaatkan... ... ... ... 24
4. Konrrioasi SD TNGH yar.g Dimanfaatkan ... ... 35
F. KESIMPULAN DAN SARAN... 37
1. Kesinlpulan... 37
o Saran... ... ... 39
DAFTAR PUST AKA LAPlRAN-LAMPIRAN
No. Tabel
I. JUI11iah penduduk Inenurut lIITIUr. ... , ... .
2. Jumlah kepala keluarga menurut luas kepemilikan lahan ... . Hal
14 14
3. Distribusi pemanfaat sumberdaya TNGH... ... 16 4. Hubungan antara nilai pemanfaatan dengan umur kepela keluarga... I ()
S. Hubungan antara pemanfaat dengan tingkat pendidikan ... .
6. Hubungan an tara pemunfaat dengan ll1atapencaharian utama ... . 7. Hubungan antara pemanfaat dengan jumlah anggota rumahtangga ... . 8. Hubungan antara nilai pemanfaatan dengan jumldh anggota rUlllahtangga ... .
9. Distribusi pemanfaat sumberdaya TNGH berdasarkan tingkat pendapatan di luar sek[or Kehutanan ... .
10. Distribusi nilai pemanfaatan sumberdaya TNGH berdasarkan tingkat pendapatan di luar sektor I<ehutanan ... . II. Hubungan antara pemanfaat sumberdaya TNGH dengan jarak tempat tinggal. ... . 13. Hubungan an tara pemanfaat denganjenis sumberdaya TNGH ... . 14. Jenis dan intensitas pemanfaatan sumberdaya TNGH ... : ... .. 15. lumlah unit sumberdaya TNGH yang 、ゥュ。ョヲ。。エォセョ@ ... .
16. Distribusi nilai tiap unit sumberdaya TNGH ... .
17. Distribusi nilai pemanfaatan sumberdaya TNGH ... . 18. Kontribusi sumberdaya TNGH bsgi masyarakat.. .... .
iii
17
IS
IX IR
19
19
20
0 '
[image:11.600.66.496.92.458.2]DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
1. Langkah-Iallgkah penelitian ... . 2. Lokasi Desa Kiarasari ... . 3. Gelundung sebagai alat pengoJah bahan emas ... .
4. Kegiatan pelnanfaatan aren ... .
5. Aktivitas pemanfaatan bahan emas... . ... . 6. K0l110diti terubuk ... . 7. Tananlan kerastulang... . ... . S. Hasil kerajinan dari batnbu ... .
iv
Iial 7
13
22 25
[image:12.599.71.496.115.268.2]No. Lampiran
I. Karakteristik pemanfaat sumberdaya TNGH ... .
2. Frekuensi pemanfaatan sumberdaya TNGH ... . 3. lumlah unit sumberdaya TNGH yang dimallfaatkan ... .
4. Nilai tiap unit sumberdaya TNGH ... .
5. Nilai pemanfaatan sumberdaya TNGH ... ..
6. Pendapatan perkapita masyarakat pemanfaat sUlllberdaya TNGH ... .
v
II "I
40 42 44 46 -1<)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Bclal<ang
Hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan secara terpadu dan herwawasan lingkungan untuk menjaga dan memelihara fungsi tanah, air, udara, iklim, dan lingkungan hidup serta mcmberikan manfaat yang sebesar-besamya bagi masyarakat (GBHN, 1993). Penetapan dan pengelolaan kawasaan yang dilindungi adalah salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin agar sumberdaya alam bumi dapat dilcstarikan. sehingga sumberdaya ini dapat !cbih memcnuhi kebutuhan umat manusia sekarang dan dimasa mendatang (MacKinnon, MacKinnon, (2hild dan Thorsell. 1990).
Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) mcrupakan suatu kawasan yang mcngandung
keanekaragaman tumbuhau. satw3, dan ekosistem yang tinggi. Kawasan yang karena kcadaan aJamnya ini
berfungsi melindllngi dan melestarikan sumberdaya alam yang tcrkandung di dalamnya, tempat pengembangan ilmu pengetahllan. pendidikan, dan wahana untuk wisata alam. Disamping itu TNGH juga memiliki fungsi
konser\'3si tanah. air. dan udara sebagai pengendali erosi dan banjir scrta mempunyai fungsi sosiaI ekonomi
bagi masyarakat sekitar.
TNGH ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 288IK.pts-IIIl992 tanggal 26 Februari 1992, merupakan taman nasional ketiga di Jawa Barat setelah Taman Nasional Gungung Gede-Pangrango dan Ujung Kulon. Sejalan dengan keputusan tersebut pengelolaan kawasan ini lebih diarahkan agar dapat berfungsi untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan kcanekaragaman jenis
tumbuhan, sat",a beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara icstari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Untuk mengoptimalkan fungsi dan mallfaat taman nasional baik langsung maupun tidak langsung perlu dilakukan penglolaan seeara baik.
Salah satu tolok ukur kcberhasilan pengelolaan taman il3sional adalah sHmpai sc-bcrapa jauh IU3s taman
nasional dapat dipcrtahankan dari bcrbagai bcntuk gangguan dari lum, disarIlpirrg pcrlindungan terhadClp
spesics flora rIan f.'HUla yang lcrar,cam punah dan dilindung!. Namun dcmikiCln, taman nasiOluli lclap ctitllI1tUt
juga agar :ncmberikCln fa<lnfaat sosial ekonomi yang kongkrit dan i」セャ。イゥ@ tcrutama m:isyarakat sckitarnYcL
Dalam rnngka mcncapai tujurm ーセョァ」ャッャ。。ャャ@ terscbnL saat ini TNGH Zョ。セゥィ@ mcng!muapi masalah y.mg
disebabkan oleh beberapa faklOr, baik internal maupun ekstemal. Salah satll faktor eksternal yang dirasakan
adalah tekanan ll1asyarakat dalam bcntuk pcmanfaatan sumberdaya hutan lanpa ijin sepcrti: perambahan lIulnn
unluk pcrlanian dan perladangan, pertambangan cll1as liar. pcrkcbunan, dan pemanfaatan hasil hutan baik
flora ll1aUplln fauna.
Menurut Alikodra (1987), masyarakat yang mempunyai ketergantungan hidup dengan taman nasional
pClda umumnya berasal dari desa-desa disekitarnya. Ketergantungan mcrcka pada
sa at
ini dapat dikategorikanDesa-desa di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (INGH) berjumlall 19 wilayah dalam 9 keeamalan. Sebagian besar desa-<lesa ini dibatasi oleh areal perkebunan dan Perum Perhutani Unit III Jawa b。イ。セ@ sementara sebagian keeil adalall wilayah eilclave (Rosdiana, 1994). Matapencallarian masyarakat sekitar TNGH umumnya di seklor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Kurangnya pendapatan dari seklor-sektor tersebut menyebabkan sebagian anggota masyarakat memanfaatkan sumberdaya alam TNGH untuk meningkatkan pendapatannya.
Desa Kiarasari merupakan salall satu desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGH. Masyarakat desa yang umunmya bermatapeneallarian di bidang pertanian, akhir-akltir ini mulai mengalihkan perhatian mereka kepada bidang pertambangan melalui kegiatan Penambangan Emas Tanpa !jin (PET!). Ketergantungan terhadap hasil hutan lainnya juga masih berlangsung seperti pengambilan kayu bakar. イオューオセ@ burung, kayu untuk bahan bangunan, dan tumbuhan abat. Aktivitas pemanfaatan (ersebut akan memperbesar tekanan kepada TNGH, sehingga memerlukan perhatian serius dalam pengawasan dan teknik pembinaan masyarakat dari pihak pengelola supaya sumberdaya TNGH tetap lestari. Untuk memprediksi besarnya tekanan masyarakat Desa Kiarasari dalam bentuk aktivitas pemanfatan sWllberdaya TNGH, maka perlu dilakukan penelitian tentang Jenis Sumberdaya Taman Nasional Gunung Halimun yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Desa Kiarasari Keeamatan Cigudeg Kabupaten Bogar Jawa Barat.
B, Tujuan Pcneli!ian.
Tujuan yang ingin dieapai dalam penelitian ini adalah untuk:
I. Mengetalmi jenis-jenis sumbcrdaya TNGH yang dimanfaatkan aleh masyarakat Desa Kiarasari 2. Mengetahui karakteristik sasial, ekanami, dan budaya masyarakat pemanfaat swnberdaya TNGH 3. Mengetahui kontribusi swnberdaya TNGH bagi masyarakat Desa Kiarasari.
C Manfaa! Pcnclitilm
Manfaat dan penelitian 1m adalah mendapatkan gambaran yang jelas tentahg jcnis-jellis dan
inicnsiw5 swrtberdaya TNGH yang dimanfaatkan oleh n13syarC!kM Desa Kiarasari, schingga bisa menjadi
bahan pe,JIllbangan dalam pereneanaan pengelolaan kawasan, terutama dalam upaya peningkalan kesejahteraan masyarakat Desa Kiarasari dan kelestarian sumberdayanya.
n.
TINJAUAN PUSTAKAA. Taman Nasional
Taman nasional adalah sua tau kawasan yang diperuntukkan bagi perlindungan kawasan alami dan berpemandangan indah yang penting, secara nasional atau intemasional serta memiliki nila; bagi pemanfaatan ihniall, pendidikan dan relaeasi. Kawasan alami ini relatif luas, materinya tidak diuball oleh kegiatan manusia serta pemanfaatan sumberdaya tambang tidak diperkenankan (MacKinnon. MacKinnon, Child dan Thorsell, 1993).
Basuni (1987). menyatakan bahwa taman nasional merupakan kawasan konservasi di darat at au di laut yang mcmiliki ciri-ciri keaslian dan keanekaragaman ekosistem yang khas karcna flora dan fauna atau geomorfologis danlatau budaya, mcmi1iki nilai keindahan yang secara
keseluruhan menyangkut kcpcntingan dan merupakan warisan kckayaan a13m nasional alan
intemasionaL dikelola untuk untuk tujuan pengawetan sumberdaya alanl, penelitian. pendidikan lingkungan. turisme dan relaeasi.
Undang-undang Republik Indonesia no. 5 tal,un 1990 tentang Konservassi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal I, ayat 14, menyebutkan ballWa taman nasional ack1lah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asIi. Dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian. ilmu pengetalman, pendidikan, manunjang budidaya. paariwisata dan relaeasi.
Secara umum kriteria penetapan taman nasional di Indonesia mengikuti petunjuk dari IUCN (Intemasional Union for Conservation of Nature and Natural Resources). Mennrut IUCN dalam kongresn),a di New Delhi (1969). taman nasional merupakan kawasan yang relatif luas dimana :
l. Satu atau beberapa ekosistem tidak terjadi perubahan yang disebabkan adanya kegiatan eksploitasi ataupun penyerobotan lalllUl (pemilikan), spesies flora dan fauna. geomorfologi. dan kondisi habitatnya mempunyai nilai ilmiah. pendidikan dan nila; relaeasi. ataupur. memiliki landsekap alam dan keindalllill yang tinggi
2. Pcmer:ntah pusat I11c!l"L'1ndang perIl!, serta mcmbcrikall perhatian untuk mel\ndungai at()upull
menyetop kegialan eksplO!tasi ataupun pemilikan lahan. scrtfl ュセャQ」。イゥ@ upaya yang c[ektir untuk mcmpertahankan kelestarian flora. fauna besi!rta ekosisternnya tcnnasuk kondisi
geomorfologi dan keindahan alamnya.
3. Adanya pola pengaturall pengunjung sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu untuk kepentingan pendidikan. kcbudayaan dan relaeasi serta untuk mendapatkan inspirasi.
Negar'd kita memiIiki potensi alam yang memenuhi kriteria untuk dikembangkan sebagai
taman nasional. maupun intemasional. Pcngembangan taman nasional ini disamping rncmpunyai
Secara keseIurulum dengan dikembangkannya suatu kawasan hutan menjadi tanum nasional akan diperoleh keuntungan baik
dari
segi perlindungan dan pelestarian alam maupun dari segi pemanfaatannya dalam bidang penelitiaa pendidikan maupun pariwisata!rekreasi (Alikodra,1987).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistenmya, kriteria pokok bagi pengembangan taman nasional, adalah:
1. Mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbulum dan satwa, sefta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
2. Di dalam taman nasional, dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuaa pendidikan, menunjang budidaya. budaya dan wisata alam.
3. Kegiatan (2). harus dilakukan tanpa mengurangi fungsi pokok kawasan.
4. Kawasan taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluan.
5. Pengelolaan taman nasionaL dilaksanakan oleh pemerintah.
6. Untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi. pemerintah dapa! memberikan hak pengusalman atas zona pemanfaatan tanum nasional dengan mengikutsertakan rakyat.
Sesuai dengan undang-Undang Republik Indonesia no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alanl Hayati dan Ekosistelunya, kawasan tmnan nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari:
!. Zona inti adalal! bagian kawasan taman nasional yang mutlak dilindungi dan tidak dibolel!kan adanya perubalum apapun oIel! aktivitas manusia.
2. Zona pemanfaatan adalah bagian dari kawasa laman nasional yang dijadikan pusal rokreasi dan kunjungan wisata.
3. Zona Iailmya adalall zona di Iuar kedua zona tersebul di alas karena ungsi dan kondisinya
ditetapkau seuagai zona terteniu seperti zona rimba. LGna pcmanfaatan tradisional. zona
rehabilitasL dan scbagainya.
Menurut B?S]Uli (1987). konsep pengelolaan laman nasional "dalah sebagai berikul :
1. Bcnvawasanlingkungan.
5
2. Berorientasi pada kelchasan sumberdaya dan pemakai:
Wakil d?,erah-daerah alami dapat dimanfaatkan secara lestari hanya jika gangguan-gangguan terhadapnya ditekan sekedl mungkin. Ekosistem-ekosistem yang rapuh hams dibebaskan dari konfllk penggunaan lahan. Penggunaan dan pengelolaan lahan untuk epentingan turisme dan rekreasi dapa! dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki daya tahan yang cukup terhadap dampak fisik aktivitas rekreasi. Monitoring lingkungan jangka panjang dari proyek-proyek penelitian memerlukan penggunaan dan pengelolaan tersendiri dari daerah-daerah tertentu. Pengunjung menginginkan dapat menikmati alam dan budidaya dalam suatu lingkungan yng relatifbebas dan tidak dibebani oleh peraturan-peraturan yang kurang perlu.
3. Berorientasi pada pembangunan wilayah. wisata ilmiah dan pendidikan;
Tujuan pengelolaan taman nasional untuk mengawetkan keindal1llI1 lingkungan alamnya dan untuk memajukan pembangunan daerah disekitamya melalui rekrrreasi dan pariwisata adalah saling bergantung satu sama lain. Makin banyak penduduk setempat mendapat keuntungan dari
adanya kegiatan pariwisata maka makin besar pula rasa mcmiliki dan tanggung jawab mcreka
akan kewajibannya untuk mengawetkan ciri-ciri dan fenomena lingkungan yang menarik
pariwisata.
B. Masyarakat Seldtar Taman Nasional
Menurut Alikodra (1994), yang dimaksud dengan masyarakat sekitar khususnya bagi taman nasional atau areal lindung lainnya, dibidang kehutanan adalah masyarakat pedesaan yang bermukim di sekitar kawasan yang bersangkutan.
Masyarakat yang berada di sektar Taman Naional Gunung Halimun hampir selurulmya tinggal di desa-desa daerah pedalaman yang memiliki sarana dan prasarana yang sangat terbatas (Hadi. 1994)
Roecek dan Warren (1963) da/om Leioo (1990) da/am Alokodrd (1994). menyatakan bahwa bebcrapa Giri kehidupan masyardkat di pedesaan dapat ditunjukkal1 oleh bebera!)a karakleri,Iik sebagai berkut :
1. Mereka mcmiliki sifat hcmogen dalam hal : lluilapencaharian. niIai. nilai budaya. dan
tingkah 13ku
2. Kehidupan di desa lebih menekal1kan anggota keluarga sebagai unil ekonomi
3. Faktor goegrafis sangat mempengaruhi kehidupan yang ada (IniSal, ketertikatan anggota masyarakat dengan tanall atau desa kelalliran).
4. Hubungan sesarna anggota masyarakat lebih umum da erat dari pada di kota, serlajumlah anak yang ada dalam kelarga itu kebih besarlbanyak.
Menurut Alikadra (1987), kandisi sasial ekanami masyarakat di sekitar taman nasianal yang relatif rendall merupakan faktar pendarong yang kuat untuk melakukan tekanan-tekanan terhadap sumberdaya alam taman nasi anal bagi peningkatan kandisi sasial ekanami masyarakat disekitarnya masih sangat rendall.
Pada umumnya masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasianal Gunung Halimun memiliki ketergantungan lerhadap keberadaan hutan, dimana semua kebutuhan tradisianal masyarakat diambil dari hulan (Hadi, 1994).
C. Pemanfaatan Sumberdaya Taman Nasional oleh Masyaral{at Sekitarnya
Hubungan antara lnanusia dengan lingkingan ltidupnya adalah sirkuler. Kegiatannya, scdikit atau banyal< akan merubah lingkungannya. Peruballan pada lingkungan itu pada gilirnnnya akan mempengaruhi manusia (SaemaIWata, 1994). Interaksi antara mausia dengan lingkungan ltidupnya tidaklall sederhana, melainkan kompleks, karena pada wnunmya dalam lingklmgan ltidup itu terdapat banyal< unsur. Pengaruh terhadap suatu unsur akan merambat pada unsur lain. sehingga pengaruimya terhadap manusia sering tidal< dapat terlihat dan terasal<an.
Bentuk-bentuk hubungan tradisional yang teIjadi di berbagai tanlan nasi anal sangat beranekaragarn. pada umunmya terdiri dari: pengarnbilan buall, bunga, kayu bakar, daUfl, rotafl, umbi, bambu, satwa liar, ikafl, rumput, pasir, dan batu karang serta penggembalaan ternak. Bentuk-bentuk hubungan di setiap taman nasianal hampir sama, hanya ada beberapa hal yang menanjal misalnya di Baluran ada pengambilan nener dan penggembalaan temak, dan di Gunung Pangranga ada pengambilan bunga edelweis dan sebagainya (Alikadra. 1987).
Rasdiana (1994) berdasarkan penelitiannya menyimpulkan bahwa kerjasama yang baik antara pihak pengelala taman nasianal dengan kelampok masyarakat perlu dikembangkan, antara lain dengall melibatkan lnasyarakat dala.!ll kegiatan pengelalaan kawaSlln laman nasi anal. Dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam mengelaia kawasan kanservasi maIm akan memberikan keuntungan baik bagi masyarakat itu sendiri. peagelola lllaupun sumberdaya yang aill!.
Masyarakat akan merasakan ma..1faat keberadaan kawasan taman nasional ysng dapat mendorong
II. METODE PENELITIAN
A. Langkah-langkah Pcnelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengiknti pola diagrnm yang digambarkan sebagai berikut:
Studi Literatur
セMMMMMi@
•.JI
Kerangka Penelitian1---1
...
1 Kuesioner'---'
l
l
Pedoman PengallIbilanData Sekunder
I"
Data Sekunder
,
r
Pengambilan Data Primer\.
I
Perbaikan KuesionerI
Uji Kuesioner
Dampak Terhadap
,..
SUlllberdaya TNGH [image:20.607.57.508.122.435.2]Rekolllendasi
Gambaran lenis dan Pelestarian
Pemanfaatan f--
.
•
PelllanfaatanSumberdaya TNGH Sumberdaya
4
Dalllpak Terhadap TNGHMasyarakat
Hasil Studi
Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Bulan !\lei-luni 1998 di kawasan Resort Cigudeg yang Bャ・イオーセォ。ョ@ kawasan dengan interaksi masyaFakat Desa Kiarasari denga.q TNGH rclaiif tinggi
C. OIJ)'ek PClleUtian
Obyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Kiarasari yang memanfaatkan sumberdaya TNGH. Kawasan TNGH berbatasan langsung dengan Desa Kiarasari termasuk dalam resort Cigudeg.
D. Batasan Penclitian
I. Penelitian ini dikJlUsuskan pada penggambaran jenis dan pe;nanfaatan swnberdaya TNGH oleh masyarakat Desa Kiarasari Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat.
2. Masyarakat desa yang dimaksud adalah masyarakat Desa Kiarasari yang memanfaatkan sumberdaya TNGH untuk melllnuhi kebutuhan hidupnya.
4. Sumberdaya yang dimaksud adalah benda-benda hayati dan non hayati (bahan emas yang menjadi modus) yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kiarasari di Kawasan TNGH.
S. Biaya: nilai yang dikorbankan untuk memperoleh sumberdaya TNGH yang diperJukann, yang dih.itung dengan menggunakan metode n.ilai pasar, n.ilai rela!if atau biaya pengadaan.
6. Nilai pasar adalah nilai atau harga yang ditetapkan dalam transaksi jual beli di pasar
7. Nilai rela!if adalah n.ilai yang ditelapkan berdasarkan harga barang tersebut jika ditukar alau dibandingkan dengan barang yang telah ada harga atall nilai pasarnya.
E. PengnmJlulan Data I. lenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian in.i berupa data primer dan sekunder
a. Data Primer
Data diperoleh langsung di lokasi penelitiam. meliputi:
I. umur kepala keluarga
ii. pendidikan kepala keluarga iii. pekeIjaan kepala keluarga iv. jumlah anggota keluarga v. luas kepemiIikan lahan
vi. budaya masyarakat Desa Kiarasari dalam memanfaatkan sumbrdaya TNGH
vii. jenis dan jumlall sumberdaya TNGH yagn dimanfaatkan oleh maslarakat Desa Kiarasari
viii. frekuensi pemanfaalan swnberdaya TNGl ix. peniIaian sumberdaya TNGH
b. Data Sekunder
I. peta-peta
II. monografi Desa Kiarasari Ill. data umwn lokasi penelitiail
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode antara lain:
a. observasi lapangan dengan mengamati segala hal yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya TNGH
b. wawancara dilakukan dengan semi terbuka kepada responden dan segala hal yang tercantwn dalam kuesioner dan dapat ditunjukkan secara langsung bila diperlukan
9
F. Metode Pengambilan Contoh
Langkah awal yang dilakukan adalah mengelompokkan kepala keluarga berdasarkan strata kepemilikan lahan, kemudian menentukan contoh di seliap strata untuk diambil sebagai reponden. Langkah selanjutnya adalall pendataan jenis sumberdaya TNGH yang dimanfaatkan oleh seliap strata. Dari sejumlah 140S kepala keluarga, diambil N contoh populasi sebanyak 140 responden yang dibagi kedalam lima strata. Pembagian strata kepcmilikan laillm ini disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga pada seliap luas lallan yang dimiliki yang didapat dari monografi Desa Kiarasari sebagai berikut: Penduduk yang menjadi kepala
keluarga di Desn Kiarasari yang memiliki lahan hanya berjumlah 981 orang, sedangkan sisanya adalah
pcnyakap (166 orang) d,1n Buruh Tani (311 orang). Dala mengenai kepala keluarga yang memiliki lahan dibagi kedalam beberapa k1asifikasi antara lain:
< 0.001 ha (SO orang). 0,001 - 0.599 ha (193 orang), 0.600 - 1.099 ha (210 orang). 1,100 - 1,599 ha (300 orang). 1.699 - 2,0 ha (1S2 orang), dan >2,0 ha (S orang). Dari data yang terdapm dalam monografi Desa
Kiarasari tcscbut kemudian dikelompokkan mcnjadi : Strata I Hョセ@ 19) セ@ > 1,599 ha
Strala II HョセSPI@ セ@ 1,100 - 1,599 ha Strata III HョセRQI@ セ@ 0,600 -1,099 ha Strata IV HョセRWI@ セ@ 0,00 I - 0,599 ha Strata V HョセTSI@ セ@ Tidak berlallan
G. Metode pengolahan data
Tahap-tahap dalam pengolallan data antara lain terdiri atas: editing data yang telall dikumpulkan,
tabulasi d.::ta. dan anal isis data. Untuk analisis data hasH pene!itian digunakan metode diskriptif.
Dalam analisis data mengenai penilaian sumberdaya TNGH yang dimanfaatkan oleh mas),aral""t sekitar TNGH digunakan langkah-langkah sebagai bcrikut :
(1) mendata jenis sumberd,1ya TNGH yang diman[aatkan. dan
(2) mcnghitlTng nilai 'Ulubcrdaya TNGH
Untuk sumbcrd,:iya yang sudah dikctahui pasarnya. ー」ョゥャエQゥセュョケ。@ dilCikukan dcngan menggunakan melvcie
harga pasar. Sumbcrdaya TNGH yang bclum dikctahui pasamya nallwn dapat dipcl1ukarkan atau
dibandingkan nilainya dongan sumberdaya TNGH yang tdah ada nilai pasamya, penilaiaunya dilakukan dengall menggunakan metode nitai retatif Apabila sumbcrdaya tersebut tid,1k dikenal nilai pasamya dan ticbk tennasuk dalam sistem pertukaran, maim penilaiannya dilaknkan dengan metode biaya pengadaon.
Nilai sumberdaya TNGH untuk setiap bulaIUlya diperoleh melalui perhitungan sebagai be,;kut : a. Mencari nilai sumberdaya TNGH dari tiap indiYidu yang melnanfaatkaunya
Nilai rata-rata pernanfaatan sumberdaya TNGH diperoleh dengan membagi nilai pernanfaatan sumberdaya selurull contoh dengan banyaknya contoh seperti dalam rumus berikut :
dengan:
a
p
=
n
P
=
Nilai rata-rata pemanfaatan sumberdaya TNGH liap individu contoh a=
Nilai pernanfaatan terhadap seluruh canto),n
=
Banyaknya contohNilai pemanfaatan total yang diperoleh dengan mengalikan nilai pemanfaatan rata-rata dengan total populasi:
dengan:
a
N =P.N n
Pt = Nilai pcmanfaatan liap populasi
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Vmum Taman Nasional Gunung Halimun
I. Letak Dan Luas
Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan berdasarkan SK Menhut No. 282fKpts11192 tanggal 26 Februari 1992, dengan luas 40.000 ha, dan secara gcorafis terletak diantara 6°36" -6°54" LS dan 106°11" - 106°38" BT.
Secara administratif taman nasional ini terletak di Kabupaten DATI II Sukabumi, Kabupaten DATI II Bogor, dan Kabupaten DATI II Lebak Propinsi DATI I Jawa Barat. Batas-batas kawasan TNGH meliputi:
1. Bagian utara, Kecamatan Nanggung, kecamatan Jasinga Kabupaten DATI II Bagar dan Kecamatan Cipanas Kabupmon DATI II Lebak.
2. Bagian barat, Kecamatan Leuwiliang Kabupatcn DATI II Bagar dan Kecamatan Kabandungan Kabupaten DATI II Sukabumi.
3. Bagian selatan, Kecamatan Cikidang dan Kecamatan Cisolok Kabupaten DATI II Sukabumi dan Kecamatan Bayah Kabupaten DATI II Lebak.
2. Topagrafi, Tanah dan IkIim
TNGH berada pada ketinggian yang berkisar antam 700 meter dan 1927 meter diatas
permukaan laut dcngan kondisi. topografi bervariasi dari landai s3mpai pcgunungan. Menurut
Lembaga penclitian (1987) dalalll Hadi (1994) jenis tanahnya terdiri dari asosiasi Andosal Caklat dan Regasal CakIat: Latosal Coklat: asasiasi Latasal Caklat dan Latasal Caklat Kckuningan: asasiasi Latosol CoklatKemcrahan dan Latasal Caklat: asasiasi Latosol Mcrah: Latasal Caklat k・ュセイ。ィZュ@ dan Literit Air Tr!nah. Kompleks Latosol Cokl,lt KC!llCrahan dan LilOS01; AS'Jsiasi
Latasa! Coklat dan Rcgosol Kelabu Curah hujan di dalam kawasan TNGH berkisar anta,a 4000· 6000 mm/tahun. Musim hujan tcIjadi pada bulan Oktabcr-April dcngan curah hujan bulanan rata-rata 400-600 mm, musim kemarau terjadi pada butan Mci-Septcmber. Bcrdasarkan klasifikasi iklim
dari Schmidt dan Ferguson tipe iklim kawasan tennasuk ke dalam tipe A dengan nilai Q berkisar
antara 5%-9%.
3. Tumbuhan dan Satwa
Di kawasan TNGH terdapat 246 jenis tumbuhan berkayu, 37 jenis liana, 23 jennis Anggrek yang terdiri dari 16 jenis Anggrek ephiphyt dan 7 jenis Anggrek teresterial. (Istiadi et ai, 1991; Rosdiana, 1994). Jenis-jenis yang menempati tajuk tertinggi adalah Rasamala (Altingia exeelsa) dan beberapa jenis Lauraeeae dan Fagaceae. Pada daeralHlaerah yang tinggi terdapat jeni-jenis Podoearpaeeae antara lain Jamuju (Podoearpus imbrieata), Ki putri (Podoearpus nerijolius), dan Podoearpus blumei (Rosdiana, 1994).
Satwa yang hidup di kawasan TNGH merupakan habitat dari berbagai jenis antara lain: Mamalia, Reptilia, Aves, dan Insekta. Istiadi et al (1991) dalam Rosdiana (1994) memperkirakan
jumlah jcnis satwa yang hidup di kawasan iui terdiri dari 22 jenis Mamaiia, 121 jcnis Avifauna.
Owa (Hylobates moloch), Surili (Presby this aygula), dan Lutung (Presby tis eristata) merupakan
satwa yang cndemik di lawn Barat yang hidup dcngan baik eli kawasan ini. Mamalia antara lain
seperti Bajing (Tupaia sp) dan Babi Hutan (Sus serola) papulasinya eukup banyak, sedangkan Maean Tutul (Panthera pardus) dan Kueing Hutan (Felis spp) sudah jarang dijumpai seeara langsung. dan Anjing Hutan (OlOn alpinus) semakin diragukan keberadaannya saat ini.
4. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TNGH
Masyarakat yang tinggal di sekitar TNGH menyebar di sekeliling kawasan dan beberapa diantaranya tinggal di daerah endave. Matapeneaharian masyarakat sekitar kawasan umumnya adalah bidang pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, kerajinan rakyat,
dan transportasi.
Masyarakat sekitar TNGH memiliki karakteristik budaya Sunda yang masih terpelihara dengan baik. Menurut Adimiharja (1992) dalam Rosdiana (1994) pala prilaku sosio budaya mereka hingga kini masih menunjukkan karakteristik budaya Sunda abad ke-16. Warga Kasepuhan memiliki hubungan yang erat dengan Kerajaan Sunda Hindhu terakhir di Jawa Barat yang berkedudukan di Bogor, yaitu Kerajaan Pajajaran. Masyarakat Kasepuhan mengaku sebagai
keturunan langsung dari salah scorang raja Pajajamn yaitu prabu Siliwangi yang tidak lain adalah
Sri Badugq Maharaja yang bertailta tahun 1482- I 52 I.
Masyara!;:at Kasepuhan mcmpunyai kcpcrcayaan Y;:lllg sangat kuat tcrhadap kekuatan alam
yang dikuasai oleh roh-roh.·nenek moyang. Hal ini 、ゥエuiセオォォ。ョ@ dalam sctiap kegiatan, mereka
masih mcmpunyai upaeara ritual yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Upaeara ritual tersebut umumnya dilakukan dengan eara bersila, membakar Kemenyan, dan mengunyah daun Pangia)' (Zingiber casumannar) yang disemburkan ke berbagai arah kemudian mengueapkan mantera atau
semacam permohonan kepada ncnek moyang dalam bahasa Sunda scsuai dcngan maksud upacara
tcrsebut. Bagi mereka upaeara adat dan kepereayaan itu merupakan pedoman hidup utama bagi
B. Keadaan Umum Wilayah Desa Kiarasari, 1. Letak dan luas.
13
Menurut data monografi Desa Kiarasari sampai dengan Maret 1998, seeara admiistratif Desa Kiarasari berada di wilayah Keeamatan Cigudeg Kabupaten DATI II Bogor, dengan batas-batas sebagai berikut:
- Bagian utara berbatasan dengan Desa Kiarapandak
- Bagian selatan berbatasan dengan Areal Taman Nasional Gunung Halimun - Bagian barat berbatasan dengan Desa Cisarua
- Bagian timur berbatasan dengan Desa Malasari (Keeamatan Nanggung)
Luas keseluruhan meneapai 1183.704 ha yang terdiri atas tanah sawah 302.436 ha. ladang 476.579 ha. kebunlperikanan 320,989 ha, tanah hutan negara 58,080 ha, dan [asilitas umum
1.402 ha. Wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Lokasi Desa Kiarasari dengan Latarbelakang Kawasan TNGH
2. Topografi, Tanah dan lklim.
[image:26.603.106.467.287.540.2]3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat (1). Jumlah dan komposisi penduduk
Penduduk Desa Kiarasari sampai dengan Maret 1998 berjumlah 6295 Jiwa, terdiri dari 3211 jiwa laki-Iaki dan 3084 jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 1408 KK. kepadatan penduduk di desa ini 5.309 m'Jjiwa. Data mengenai jumJah penduduk menurut umur dapat dilihat dalam Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel I. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Kiarasari Bulan Maret 1998
No. Kelompok Umur
(Tahun)
1. 0-4
2. 5-9
3. 10-14
4. 15-19
5. 20-24
6. 25-29
7. 30-34
8. 35-39
9. 40-keatas
Sumber : Monografi Desa Klarasan tahun 1998 (2). Tingkat pendidikan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
980 998 839 777 651 577 448 325 700
Pendidikan penduduk Desa Kiarasari sebagian besar tamat SD (4420 orang), selebihnya tidak tamat SD (202 orang), tamat SLTA (60 orang), dan tamat akademi (I orang). Adapun sarana pendidikan yang terdapat di Desa Kiarasari adalah I buah Sekolah Dasar Negeri dan I buah Sekoiah Dasar swasta. Data mengcnai tingkat pendidikan tersebut bersumber dari monogr;;fi Desa Kiarasari sampai Maret 1998.
(3) Luas Kepemilikan Lahan
Penduduk yang menjadi kepala keluarga di Dcsa Kiarasari yang memiliki lahall
hanya berjumlah 981 orang, scdangkan sisanya adalah penyakap (166 orang) dan Bnruh Talli (311 orang). Data mengcnai kcpala kcluarga yang mcmiliki lahan dapal dilihal
dalam Tabe! 2 dibawah ini.
Tabel 2. lumlah Kepala Keiuarga menurut Luas Kepemilikan Lahan
No. Luas Kepemilikan Lahan lumlahKK
(ha) (Jiwa)
I. <0.1 80
2. 0.1-0.5 193
3. 0.6 - 1.0 210
4. l.l - 1.5 308
5. 1.6 - 2.0 182
6. >2.0 8
[image:27.595.127.480.181.322.2] [image:27.595.124.482.552.653.2]15
(4). Matapencaharian penduduk
A. Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Snmberdaya TNGH
Desa Kiarasari merupakan salah satu desa yang beroatasan langsung dengan TNGH. Kandisi sasial ekanami dari masyarakat Desa Kiarasari relatif heterragen bila dilihat dari luas kepemilikan lahannya. Tingkat sasial ekanami yang masih rendah mengakibatkan terjadinya ketergantungan masyarakat desa terhadap keberadaan TNGH.
Karakteristik pemanfaat yang diteliti dalam hal ini meliputi: Ulnur. tingkat pendidikan.
matapencailarian, anggota rumailtangga, pendapatan, jarak tempat tinggal dan budaya masyarakat
setempat dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya TNGH. Hasil yang diperoleh tersaji dalalll TabeI 3
smnpai dengan Tabel 11.
Tabel 3. Distribusi Pemanfaat Sumberdaya TNGH Berdasarkan Umur Kepala Keluarga
Pemanfaat (%) Rata-rata
Klasifikasi Strata I Strata II Starta III Strata IV Strata V
(n=13) (n=30) (n=21) (n=27) (n=43)
Kurang dari 17 tahun 0 0 0 0 0 0
17 - 25 tahun 7.69 20 19.05 18.52 11.63 15.38
26 - 55 Tahun 84.61 70 76.19 70.37 76.74 75.58
Diatas 55 Tahun 7.7 10 4.76 lUI 11.63 9.04
JUllllah 100 100 100 100 100 100
Dari kclalllpak umur Kepala keluarga pemanfaat sUlllberdaya TNGH pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa pemanfaat suberdaya teroesar didaminasi aleh kepala keluarga yang berusia dibawah 55 tahun (90.96 %). Terlihat pula bahwa tefIlyata jumlah pemanfaat tertinggi ada pada strata I dcngan umur
kepala keluarga 26-55 tahun (84,51%). Hal ini membcrikan indikasi bahw3 percH lahan tidak banyak
Illclllpcngaruhi akti\'itas dalam melllanfaatkall sumbcrdaya TNGH.
T:Jbe! 4. Hubungan antara nHai Pcmanfaatan dC:lgan Umur Kepahl Kcluarga
Nilai Pemanfaatan Rata-rata (Rp/bulan)
Klasifikasi Strata I Strata II Starta III Strata IV Strata V JUllllah
(n= 13) (n=30) (n=21) (n=27) (n=43)
Kurang dari 17 tahun 0 0 0 0 0 0
17 - 25 tahun 24000 522582 608025 130064 279106 1563777
26 - 55 Tahun 179958 161195 362341 161226 231866 1096586
Diatas 55 Tahun 18100 16000 40000 176050 100192 350432
[image:29.600.79.504.294.398.2]17
Sementara Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa kelompok umur 17-25 tahun men;pakan pemanfaat dengan nilai rata-rata pemanfaatan terbesar. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pemanfaat sumberdaya terbesar dilakukan oleh kepela keluarga yang berusia produktif yang merupakan tenaga kerja potensial. Dengan melihat kenyataan diatas maka perlu adanya kerjasama antara pihak pengelola TNGH dengan aparat desa dan tokoh masyarakat setempat dalam menentukan kebijaksanaan untuk mengatasi ketergantungan masyarakat. Dari data diatas mengambarkan bahwa motivasi ー・ュ。ョヲ。。セQョ@ sumberdaya TNGH tidak sepenuhnya disebabkan sempitnya lahan untuk bertani,
sehingga arail kebijakan yang diambil adalah mengintensifkan penyuluhan tentang pentingnya mclestarikan sumberdaya dan upaya mengoptimalkan potcnsi desa dalam menunjang pendapatan
masyarakat.
Tabel 5. Hubungan Pemanfaat dengan Tingkat Pendidikan Kepala Kcluarga Pemanfaal (%)
Klasifikasi Strata I Strata Il Starta III Strata IV Strata V Rata-rata
(n= 13) (n=30) (n=21) (n=27) (n=43)
Tidak sekolah 0 10 9.52 22.22 11.63 10.67
Tidak tamat SD/Sederajat 30.77 20 47.62 44.44 55.82 39.73
Tamat SD/Sederajat 69.23 63.33 42.86 29.63 35.55 47.52
Tamat SMP/Sederajat 0 6.67 0 3.71 0 2.08
Tamat SL T AlSederajat 0 0 0 0 0 0
Jumlah 100 100 100 100 100 100
Dari Tabel 5 terlihat bahwa pemanfaat sumberdaya teroesar didominasi oleh kelompok tingkat pendidikan SD ke bawah (97,92%). Semenlara strata 1 dengan pendidikan tamat SDlsederajat
merupakanjumlah pemanfaat terbesar (69,23%). Kondisi lerscbul mel!urul Said (1931) da/am Sajogyo
(1990) tcnnasuk d,llam goJongan tingkai pendidikan tinggi. Keny'ataan ini mcmberikan indikasi
bahwa pcmanfnal umumnya belul11 menyadari akan pcntingnY3 pelestarian sumbcrdaya, sehingga perhl
adanya pcnyampaian inform2si 5ccara tCnJS-IllcIIerus mclalui ap::trat desa dan tokoh nmsyar{lkal sebagaj ujung :ombak yang langsung berinteraksi dengan masyarakal dcsa. Bagi mcreka yang belum scmpat
mengenyam pcndidikan formal c!iberikan Kejar Paket A dan Illcmberikan bcasiswa bagi para pclajar,
pengiriman putra-putra daerah dengan program ikatan dinas untuk belajar diberbagai lcmbaga
pcndidikan sehingga diharapkan nanlinya dapat kembali ke daerahnya dan menerapkan ihnu yang lclah didapat untuk ikut berperanserta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakal desa di
daerahllya. Dari program ini masyarakat diharapkan m3mpu uIltuk menyerap pengetahuan konsen'asi
[image:30.599.79.515.272.391.2]Tabel 6. Hubungan antara Pemanfaat Sumberdaya TNGH dengan Matapencaharian Utama Pemanfaat (%)
lenis
Strata I Strata II Strata III Strata IV Strata V Rata-rata Matapencaharian
(n=13) (n=30) (n=21) (n=27) (n=43)
Petani 76.69 93.33 85.71 51.85 20.93 65.71
Bukan Petani 23.31 6.67 14.29 48.15 79.07 32.29
lumlah 100 100 100 100 100 100
Masyarakat Desa Kiarasari umumnya bennatapencaharian sebagai petani, maka penghasilan utama adalah dari usaha bertani. Tabel 6 telah menunjukkan dengan jelas bahwa pemanfaat sebagian besar menggeluti sektor pertanian, sehingga salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang secara tidak langsung meningkatkan upah buruh tani. Selain itu dapat pula menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Adanya perbaikan pendapatan masyarakat diharapkan dapat memperkecil ketergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya alam yang ada dalam TNGH.
Tabel 7. Hubungan antara Pemanfaat dengan lumlah Anggota Rumahtangga
Anggota Rumahtangga Pemanfaat (%)
Rata-Strata I Strata II Strata 1II Strata IV Strata V (orang)
(n=13) (n=30) (n=21) (n=27) (n=43) rata
I 0 3.33 9.52 3.70 6.98 4.71
2-5 69.23 76.67 71.43 81.49 72.09 74.18
Lebih dari 5 30.77 20 19.05 14.81 20.93 21.11
lumlah 100 100 100 100 100 100
Kelompok pemanfaat terbesar seperti yang terlihat dari dala Tabel 7 adalah rumahtangga beranggotakan lebih dari I (satu) orang (95,29 %). Sementara untuk pemanfaatan tertinggi terdapat pada rumahtangga yang beranggotakan lebih dari 5 (lima) orang seperti yang disajikan pada Tabel 9
berikut ゥョセZ@
Tabei 8. Hubungan antara Nilai Pemanfaatall dengan Jumlah Anggota Rumahtangga
Anggota Rumahtangga Pemanfaat (%)
Rata-Strata I Strata II Strata 1II Strata IV Strata V (orang)
(n=13) (n=30) (n=21) (n=27) (n=43) rata
I 0 16000 91075 45760 202987 355822
2-5 16278 237093 517379 166373 265487 736610
Lebih dari 5 691067 183128 329100 143700 116627 1463622
[image:31.600.81.520.332.422.2] [image:31.600.85.518.543.636.2]19
Perhatian terhadap ketergantungan masyarakat akan sumberdaya alam di kawasan TNGH agaknya tidak sepenulmya pada rumahtangga dengan kepemilikan lahan sempit dan mempunyai banyak anggota rumahtangga, tetapi lebih pada upaya meningkaatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya alam, Tidak merusak atau mengeksploitasi secara berlebihan sehingga dapat merusak lingkungan yang nantinya akan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sendiri meskipun sekarang ini mereka memperoleh tambahan pendapatan yang tinggi, bahkan melebihi
pendapatan dari matapencaharian utamanya.
Tabel 9. Distribusi Pemanfaat Sumberdaya TNGH Berdasarkan Tingkat Pendapatan Oiluar Kehutanan
Pendapatan Diluar Pemanfaat (%)
Kehutanan*) Strata I Strata 1I Starta III (Rp/KapitafTahun) (n= 13) (n = 30) (n =21)
-Tenniskin 0 0 4.76
«
Rp 234000,-)- Miskin sekali 0 3.33 14.29
(Rp 234000,- - Rp 312000,-)
- Miskin 0 20 23.81
(Rp 312000,- - Rp 416000,-)
- Tidak miskin 100 76.67 57.14
(> Rp 416000,-)
Jumlah 100 100 100
Kcterangall: *) -Besarnya pengeluaran dlaStu1lSlkan sam3 dengan pendapatan - Dikonversi dengan harga beras di Desa Kiarasari Rp 1300fK.g
Strata IV Strata V Rata-rata (n=27) (n=43)
29.63 32.56 13.39
7.41 2.33 5.47
3.7 9.3 11.36
59.26 55.81 69.78
100 100 100
Data yang tersaji dalam T abel 9 memperlihatkan bahwa kelompok pemanfaat sumberdaya TNGH terbesar terdapat pada kelompok rlllllahtangga dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp 416 sebesar 69,78 %. Oari kenyataan ini dapat dikatakan bahw2 pemanfaaf mem,liki ban)'ak mod"1 IIntuk memanfaatkan sumberdaya TNGH baik langsung ataupun tidak langsllng dengan mempekcrjakan
orang lain dalam memanfaatkar. sumbcrdaya. Adapun nilai pcmanfaatannya pada keio!llpok pemanfaat
vng tidak miskin cukup besar yaitu Rp 819.690.- scperti yang tersaji dalam Tabe! 10 dibawah ini : Tabel 10. Distribusi Nilai Pemanfaatan Berdasarkan tingkat Pendapatan Diluar Kehutanan
Pendapatan Diluar Nilai Pemanfaatan (Rp)
Kehutanan*) Strata I Strata II Starta III Strata IV Strata V Rata-rata
(Rp/KapitafTahun) (n = lJ)' (n = 30) (n =21) (n=27) (n=43)
- Tenniskin 0 0 2412000 637547 721127 765572
«
Rp 234000,-)- Miskin sekali 0 76800 1078093 116472 602250 592325
(Rp 234000,- - Rp 312000,-)
- Miskin 0 361640 1790812 204600 1628415 1115135
(Rp 312000,- - Rp 4,6000,-)
- Tidak miskin 247666 964324 1364864 625638 847726 819690
[image:32.600.82.537.244.412.2] [image:32.600.80.549.566.707.2]Dari data tersebut menggambarkan dorongan terhadap pemanfaat bukan diarenakan kecilnya pendapatan, melainkan nilai ekonomi dari sumberdaya TNGH tersebut yang sangat tinggi sehingga ketertarikan untuk memanfaatkannya semakin lama bertambah tinggi. Apabila tidak segera dicegah melalui penyuluhan secara intensif misalnya, maka dikhawatirkan pemanfaatan seeara tidak terkendali terhadap sumberdaya alam di dekitar kawasan akan semakin mernperbesar kerusakan lingkungan. Penegasan hukum tentang konservasi alam harus disosialisasikan secara terpadu dengan segenap aparat pemerintah desa dan tokoh masyarakat sebagai kader konservasi, sehingga diharapkan dapat
memperkecil akivitas ekspolitasi terhadap sumbcrdayanya.
Tabel II. Hubungan antara Pemanfaat Sumberdaya TNGH dengan Jarak Tempat tinggal
Pcmanfaat (%)
Jarak Tempat Strata I Strata II Strata III Strata IV Strata V Rata-rata Tinggal (Km) (n = 13) (n = 30) (n=21) (n = 27) (n
=
43)<I 15.38 10 19.05 22.27 32.26 17.98
1-3 84.52 86.67 61.9 70.37 76.74 76.06
>3 0 3.33 19.05 7.41 0 5.96
Jumlah 100 100 100 100 100 100
Sebagian besar responden yang menjadi pemanfaat bertempat tinggal 1- 3 Km dari kawasan TNGH yaitu sebesar 76,06 %. Aksesibilitas yang modah untuk memasuki kawasan TNGH merupakan salah satu pendorong dalam aktivitas pemanfaatan sumberdaya alamo Pemanfaat umumnya bertcmpat tinggal cukup dekat dari kawasan yaitu 0,5 - 4 Km. Sebagian besar jalan menuju kawasan TNGH lllerupakan jalan setapak yang sering dilcwati untuk aktivitas pertanian. sehingga tidak banyak
kesuIitan yang dialami dalam memanfaatkan sumberdaya. Sistcm penyangga sosial yang telall dikcmbangkan seperti penanaman pollan kchiduPaI! dan pcningkatan pcmbinaan potcnsi dcsa
namp3knya tidak bCgllu efcktif untuk mengurangi akti\"iWs pcmanfaatan sumbcrdaya TNGH. bahkan jUl11la11 pcmanfaatnya justru Iebih banyak dari pcmilik lahan yang lua5. Sebagian responden menganggap balm'a Gunung Halimun adalah anugerah Tuhan untuk masyarakat desa yang harus
dimanfaatkan isinya. sehingga tidak perlu menghiraukan aturan yang datang dari pemerintah yang dalam hal ini adalah pengelola taman.
Dalam penelitian ini beberapa aspek budaya yang dikenali mencakup unsur bahasa berupa
[image:33.603.83.532.254.388.2]21
(a). Leuweung dan Tutupan
Kata Leuweung ditujukan untuk areal yang berada di luar kebun dan lahan garapan lainnya, serta ditumbuhi oleh pohon-pohon tinggi dan rapat. Kawasan ini merupakan batas disekitar lingkungan mereka. Kosakata lain seperti kata Tutupan ditujukan untuk menyebut kawasan TNGH. lstilah lain yang ditujukan untuk pihak pengelola hutan, yaitu istilah PA, ysng digunakan untuk menyebut petugas Perum Perhutani Unit III Resort Cisangku yang berbatasan langsung dengan
TNGH.
(b). Ngala dan Mora
Untuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya TNGH. masyarakat setempat membedakan kosakata
ngala dan JIIora. Ngala berarti meneari, memetik. mengambil, seperti misalnya : mengambil bambu (ngala awi), meneari kayu bakar (ngala suluh), mengambil rumput (ngala jukut). Sedangkan istilah
Mora digunakan untuk menjelaskan kegiatan berburu satwa dengan alat berburu baik senapan maupun golok. Misalnya: berburu babi hutan (moro bagong). berburu Burung (mora manuk). Kegiatan ngala lebih mengarah bada kegiatan pokok harian sedangkan mora hanya dilakukan untuk mengisi waktu luang saja seperti pada sore hari atau hari minggu.
(c). Gurandi/, Ngaglundung dan Nganduk
Dalam melakukan kegialan menambang Emas seeara lradisional beberapa kosakata muneul yang khuslls yang melekat pada diri peJaku penambang atau lingkungan sekitar keluarga Penambang Emas Tanpa /jin (PETI). Kosakata yang muneul antara ャ。ゥセ@ : Gurandil dan Nganduk.
Gurandil adalah istilah umum yang menjelaskan kegialan pellgambilan Bahan Emas baik berupa balu maupun lumpur pasir, dengan menggunakan alaI yang sederhana berupa paiu, pahat.
senter piring logam. dan karung beras. Kara gurandil dipakai juga untuk menyebul profesi seseorang sebagai PETI
Ngaglundung dan Ngonduk merupakall bagIan spesifik dari Gurandil. Ngaglundung merupakan kegiatan pengambilali Emas dengall Bahan Emas berupa bongkahan balu yang kemudian dihaneurkan dengan alat yang namanya Gelundung bcrbentuk tabung silinder yang berisi pelor baja yang digerakkan oleh tenaga air dengan banluan kineir air yang lerbuat dari ban bekas. Jadi kala ngaglundung diambil dari alaI pengolahnya yang berupa tabung silinder tersebut. Kala Nganduk menunjuk pada llama alat yang digunakan unluk menangkap pasir emas, yailu handuk yang diberi bingkai
Gambar 3. Gelundung sebagai Alat Pengolah Bahan Emas
(d). Anggola dan Japuk
Kata Anggola ditujukan sebaga; ァ・ャ。セ@ bam umnk personil ABRl dan Kepolisiar. yang turut
dalam kegiatan penambangan emas lanpa ijin (PET!). dimana mercka mcmung1l1 retribusi liar para
penambang yang berasal dari masyara!,at biasa. Pungutan yang diambil olch Anggota itu yang セ・ュオ、[Bョ@ dlsebu{ Japuk. Khusus Pegawai penmnbangaa dari PT.Aneka Tamb11r.g. masyarakat Illenyebutnya Upep yang lokasinya bcrada d0kat dengan TNGH dan Perum Pcrhutani Unit III Resort Cisangku.
Dari beberapa kosakata di atas menunjukkan adanya status yang melekat kepada pelaku pemanfaat
23
B. Jenis Sumberdaya TNGH dan Pemanfaatannya
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah sirkuler. Kegiatannya, sedikit atau banyak akan merubah lingkungannya. Perubahan pada lingkungan itu pada gilirannya akan mempengaruhi manusia (Soemarwoto, 1994).
Hubungan timbal balik antaua masyarakat sekitau TNGH adalah hubungan yang dibina dan dikembangkan oleh masyarakat dan TNGH. Bentuk interaksi masyarakat terhadap kawasan TNGH cukup bervariasi seperti pemanfaatan untuk persawahan, perladangan, perkebunan teh, penambangan emas. pembuatanjalan, pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu serta pengambilan satwa (Suhaeri, 1994).
Berdasarkan pengamatan, bentuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya TNGH oleh masyarakat Desa Kiarasari antara lain pemanfaatan kayu bakar, bahan emas. bambu, aren, rumput. kayu untuk bahan bangunan, burung. babi hutan, terubuk, dan kerastulang.
Tabel13. Hubungan antara Pemanfaat dengan Jenis Sumberdaya TNGH
Jenis Sumberdaya Pemanfaat (%)
No. hutan yang Strata I Strata II Strata III Strata IV Strata V Rata-rata Dimanfaatkan (n
=
13) (n=
30) (n=
21) (n=
27) (n=
43)1. Kayu Bakar 61.54 76.67 80.95 100 67.44 79.68
2. Bambu 46.15 16.67 61.90 8.89 69.77 44.51
3. Puspa 15.38 3.33 14.28 14.81 41.86 31.77
4. Bahan Emas 7.69 13.33 3.33 25.93 46.51 30.67
5. Rumput 30.77 16.67 38.09 29.63 20.93 18.08
6. Rasamala 0 6.67 23.81 18.52 13.95 17.15
7. Aren 0 6.67 0 7.41 2.32 6.1
8. Terubuk 0 3.33 3.33 7.41 2.32 4.52
9. Burung 0 3.33 4.76 3.7 4.65 4.22
10. I Babi Hutan
I
0 0 4.76 3.7 2.32 3.59セャZャH・イ。ウエオャ。ョァ@ 0 0 0 0 2.32 2.32
Tabel i3 dialas memperlihatkan bahwa kayu bakar merupakan sumberdaya TNGII yang mel11iliki
banyak pemallfaat (79.68 %). Daii kcnyataan ini dapat dikalakan bahwa sumber energi bagi masyarakat
Desa Kiarasari masih banyak menggunakan hasil dari lingkungan mereka sendiri. Dikailkan dengan kepemilikan lahan. beberapa sumberdaya TNGH cenderung meningkat dari Strata I sampai dengan Strata V seperti kayu bakar, bambu. puspa, bahan emas dan kerastulang. Semen tara sebagian sumberdaya mengalami penurunan seperti rumput, rasamala, aren, terubuk, burung, dan babi hutan.
Tabel 14. 1enis dan Intensitas Pemanfaatan Sumberdaya TNGH Di Lokasi Penelitian
1enis Sumberdaya Intensitas Pemanfaatan (KaliIBulan)
No. TNGHyang Strata I Strata II Strata III Strata IV Strata V Rata-rata Dimanfaatkan
I. Aren 0 44 0 44 50 45.2
2. Rumput 10 12 13.8 15 17.8 14.43
3. Kayu bakar 5 5.6 6.8 7,6 7.7 6.83
4. Bahan Emas 4 4 4 4 4,6 4.31
5. Bambu 2.82 3 4.2 4.2 4.9 4.29
6. Babi Hutan 0 0 3 3 4 3.33
7. Burung 0 0.83 2 2 4.25 2.67
8. Terubuk 0 0.83 0.92 1.5 I 1.11
9. Kerastulang 0 0 0 0 0.83 0.83
10. Puspa 0.08 0.08 0.08 0.1 0.2 0.16
II. Rasamala 0 0.08 0.1 0.17 0.17 0.14
Data di atas memperlihatkan bahwa aren mempunyai frekuensi pemanfaatan paling besar (45,2 kalil bulan). sedangkan rasamala mempunyai frekuensi pemanfaatan terkecil (0,14 kalilhulan) daripada sumberdaya yang lain. Dengan frekuensi pemallfaatan tersebut besamya unit sumberdaya TNGH yang tennanfaatKan terlihat seperti pada Tabel 15 dibawah ini.
Tabel 15. 1umlah Unit Sumberdaya TNGH yang Dimanfaatkan Di Lokasi Penelitian
I
No1enis Sumberdaya 1umlah Unit yang Dimanfaatan (UnitITahun)
TNGHyang Strata I Strata II Strata III Strata IV Strata V Rata-rata Dimanfaatkan (n = 19) (n
=
30) (n = 21) (n = 27) (n = 43)I. Bahan Emas (Kg) 800 550 400 160 176 2G7.69
2. Aren (Golong) 0 88 0 120 100 103.2
3. Kernstulang (Kg) 0 0 0 0 16.67 16.67
4. Rumput (Pikul) 10 12 14 15 17.3 14.47
5. Terubuk (Ikat) 0 8.33 9.17 15 15 11.95
6. KaYll Bakar (Pikul) 5 5.6 6.82 7.56 7.32
Vセ@
c-2:-
セI「オ@ Hb。セ⦅@ _4.2 __ イMセ@ 2.8 - 3 4.2 - 3.648. Babi Hulan (Ekor) , 0
o
H 2 5 2.5 2.5 2.089. Burung(Ekor)
I
0 0.42 C.S3 1.25 1.67 1.17iO. Puspa (Bataug)
I
I 0.08 O.OS O.OS 0.4 0.29II. Rasamala (Batang) 0 0.13
I
0.13 0.15 0.17 0.14 [image:37.603.67.512.81.271.2] [image:37.603.64.516.81.271.2] [image:37.603.86.512.390.573.2]25
(I) Aren
Pemanfaatan aren (Arenga pinnata) dilakukan oleh Strata II, IV dan V. Frekuensi tertinggi adalah Strata V (50 kalilbulan), sedangkan Strata II dan IV sarna frekuensinya (44 kalilbulan). JumIah unit pemanfaatan tertinggi terdapat pada Strata IV yaitu 120 golong/bulan, sedangkan Strata II dan V masing-masing 88 golong/bulan dan 100 golong/bulan. Kapaitas kerja perorang rata - rata 2 (dua) burnbung/ pohon. Air aren atau biasa disebut lahang dimanIaalkan olell penduduk untuk membuat gula aren. Pengambilan pertama dilakukan ketika aren mencapai dewasa kurang lebill 5 tahun (biasanya sudah memiliki 2-3 tangkai buah). Lallang yang dimanfaalkan mencapai 1-2 bumbung bambu/llariitangkai dengan ukuran bumbung kurang lebill l(satu) meter. Tabap pengambilan air aren meliputi : (a) pemancingan, adalall krgiatan untuk memancing agar air aren keluar dari tangkai buahnya, yaitu dengan menggoyangnya setiap hari sebanyak 100 kali selama 3 (tiga) bulan; (b) pemotongan, tangkai buall aren dipotong ujungnya kemudian dibersihkan supaya air aren tidak terkontaminasi oleh kotoran dari luar; dan (c) penyadapan, dengan meletakkan bumbung bambu tepat di bawall ujung tangkai yang telall dipotong tiap pagi dan sore.
[image:38.595.165.419.349.693.2]Satu sampai dua tangkai buah aren bisa menghasiikan gula Aren sebanyak 5 - 10 golong (potongan Bambu dengan ukuran diameter 5 em dan panjang 10 em), tergantung kualitas air aren. Harga gula aren pun bervariasi antara Rp 500.- - Rp 1000,-/golong. Kegiatan pemanfaatan air
areil dapat dilihat pada Gambar 3.
(2) Pengambilan Bahan Emas
Kegiatan dalam memanfaatkan batu bahan emas terkenal dengan nama Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Kegiatan PETI merupakan kegiatan rutin bagi sebagian penduduk Desa Kiarasari. mulai dati Kampung Cirewed, Pasir Bendera, Cibuluh, Pasir Ipis, Gunung Leutik. Cilongok, Cipendeuy dan Cirarak. Kegiatan ini semakin lama semakin ramai sejak selama beberapa tahun belakangan ini. Umumnya rumahtangga hanya bisa melakukan aktiitas sebagai tukang pikul dan hanya sebagian kecil saja rumahtangga pada Strata I dan 11 yang mampu
menjadi pemodal dalam aktivitas tersebut. Mereka masih belum banyak pengalaman dalam bidang pertambangan. Pengalaman tentang menggali bahan emas didapat dari informasi para pendatang.
Lokasi yang menjadi areal pertambangan sebagian merupakan kawasan TNGH yang terasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Nanggung, yaitu Gunung Pongkor. Sebanyak 39 responden berusia produktif melakukan pekerjaan ini, meskipun usaha PET! kadar ketidakpastiannya eukup besar, karena tidak semua penambang akan memperoleh keunlungan dari usaha PET!.
Pengetahuan yang dimiliki oleh para penambang dalam mengidentifikasi batu bahan emas relatif terbatas. sehingga hanya penambang-penambang yang mempunyai pengalaman kerja dalam bidang penambangan yang bisa memperoleh keuntungan eukup baik. Berdasarkan pengamatan pula. bahwa penambang umumnya masih produktif « 45 tahun) dan sebagian dari mereka pernah berpengal3I'lan kerja di kot3-kola sekitar labtabek.
27
Kelembagaan yang berlaku dalam kegiaan PET! tersebut umumnya adalah dengan sistem bagi hasil, yaitu membentuk kelompok kerja kemudian melakukan penggalian untuk mendapatkan batu bahan emas yang selanjutnya diproses menjadi emas. Biaya yang berhubungan dengan proses produksi mereka pikul bersama, serla hasil yang dperoleh dibagi seeara merata.
Pembagian keIja dalam kelompok PET! yang memakai sistem bagi hasil, yaitu: (a) pencari batu, meneari tugas untuk menggali terowongan untuk mendapatkan ballan emas, (b) pemikul batu, mempunyai tugas untuk memasukkan bahan emas kedalam karung untuk selanjutnya dibawa keluar terowongan, (c) tukang jaga, berkewajiban untuk mengkoordinasikan waktu . pengambilan bahan emas, menjaga keamanan lobang penggalian dengan memberi komando untuk masuk dan keluar lobang, dan meneari tenaga pembantu dalam pengiriman bahan emas ke tempat pengolahan; (d) tukang gelundung, mempunyai tugas untuk memproses batu bahan emas sampai pada proses pengikatan emas oleh air raksa, dan (e) tukang gebos, bertanggung jawab terhadap pemurnian emas dengan eara memanaskannya memakai kayu sebagai ballan bakar.
Tahapan proses kegiatan PET! iill antara lain sebagai berikut : pertama, dimu1ai dari pengambilan bahan emas pada lobang penggalian sampai dengan pengiriman bahan ke tempat pengolahan: kedua, menyiapkan bahan eampuran (semen, air raksa, dan bambu) dan alat pengolah. meneampur semua bahan dan mengo1ahnya; ketiga, proses akhir berupa penyaringan air raksa dan pembakaran untuk mendapatkan emas mentah. Kegiatan ini memakan waktu kurang lebih 6 jam untuk sekali kegiatan. Untuk 1ebihjelasnya kegiatan pemanfaatan bahan elllas tersebut dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Aktivitas Pemanfaatan Bahan Emas
Air raksa ini menurut Darmono (1995), sangat toksik dalam bentuk Alkil Merkuri yang dapat masuk dalalll tubuh hewan melalui paru (inhalasi) maupun melalui pakan. Lima minggu kemudian akan muneul gejala diare, keJumpuhan, batuk setelah minum, dan kemudian mati. Logam terse but pada manusia &kan menyebabkan gangguan syaraf, kelemahan, hiperestese (kepekaan berlebihan), konvlusi, koma dan meninggaJ. Merkuri dapat bertahan sampai 40 tahun dan selama kurun waktu tersebut akan mauk dalam rantai makanan. Dijelaskan pula bahwa menurut FAOIWHO batas maksimum toksik makanan dalam tubuh manusia adalah 30 Ilg.
Dampak I"in yang mulai dirasakan aJalah berkurangnya debit air yang mcngalir ke lahan pertanian AャQSセケ。イ。ォ。エ@ karena aliran air banyak yang mas uk ke dalam lobang galif!fl. Lonang gaIian yang mengalami Iongsor juga mendangkalkan sungai sehingga aEran sungai