• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:

VERRA ANGGREINI A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

VERRA ANGGREINI. Analisis Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO).

Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan mempunyai kedudukan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Oleh karena itu, keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan. Dalam berproduksi, salah satu kendala utama bagi petani, yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi serangan tersebut, salah satunya dengan menggunakan pestisida kimia. Namun, dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia cukup besar dan para petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Sari mulai menerapkan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanaman padi non pestisida secara serempak untuk mengatasi hal tersebut.

Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura atau lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah para petani di kelompok tani Mekar Sari telah berusaha meminimalkan aplikasi pestisida untuk menghemat biaya produksi. Hasil produksi tidak jauh berkurang sekalipun tidak menggunakan pestisida. Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih enggan untuk menerapkannya. Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih tinggi nilainya. Nilai lebih ini akan merupakan insentif bagi petani yang menerapkan PHT.

Tujua n penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida. Pengumpulan data dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga pada bulan April−Mei 2005. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Responden berjumlah 40 orang, yaitu 20 orang petani dari kelompok tani Mekar Sari (responden padi non pestisida) dan 20 orang petani di luar kelompok tani Mekar Sari (responden padi pestisida). Pemilihan responden dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Analisis yang digunakan adalah pendapatan usahatani, rasio R/C, imbangan penerimaan untuk tiap pekerja dan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida. Pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel dan SAS.

(3)

Hasil dari ketiga analisis menunjukkan bahwa usahatani padi non pestisida menguntungkan. Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih enggan menerapkannya. Hal ini dikarenakan sulitnya memasarkan beras non pestisida, harga jual gabah basah padi pestisida dan non pestisida relatif sama dan penanganan yang lebih intensif dalam pengendalian hama merupakan kendala lain dalam usahatani padi non pestisida.

Model fungsi produksi yang digunakan adalah Cobb-Douglas. Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida pada taraf a lima persen, yaitu luas lahan, jumlah bibit dan pupuk KCl. Keuntungan dari model fungsi Cobb-Douglas adalah nilai koefisien regresinya menujukkan elastisitas produksinya. Nilai elasititas terbesar terdapat faktor produksi luas lahan sebesar 0.82415 dan yang terkecil adalah faktor produksi jumlah tenaga kerja sebesar -0.14241. Berdasarkan hasil uji restriksi diketahui bahwa usahatani padi pestisida dan non pestisida berada pada skala hasil konstan (constant return to scale). Hal ini berarti jika semua faktor produksi dinaikkan sebesar satu persen, maka hasil produksi akan naik secara proporsional sebesar satu persen.

Saran yang dapat diberikan adalah usahatani padi non pestisida sebaiknya diteruskan karena selain menguntungkan, usahatani ini juga ramah terhadap pelaku usahatani dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, para petani non pestisida, disarankan untuk menggunakan varietas (bibit) yang berkualitas serta jumlah penggunaan bibit sesuai dosis yang dianjurkan. Para petani padi non pestisida juga disarankan untuk menggunakan pestisida alami untuk mengatasi hama yang muncul, waktu pemberian pupuk yang tepat serta (komposisi) pupuk secara berimbang sehingga menghemat pengeluaran untuk pembelian pupuk dan menjaga terjadinya kemerosotan mutu lahan.

(4)

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

VERRA ANGGREINI A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Verra Anggreini

NRP : A14101021

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2005

Verra Anggreini A14101021

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 28 November 1982. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Eddy Azhari dan Yuminar Yatim.

Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1989 di SD Inpres Selayo, Solok selama dua tahun, kemudian pindah ke SD Negeri I Ciputat dan menyelesaikannya pada tahun 1995. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SLTP Negeri I Ciputat dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu, penulis diterima di SMU Negeri 74 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, SWT karena berkat rahmat dan ridha-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Padi merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengingat kedudukan komoditas beras sangat strategis, maka keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura. Oleh karena itu, diperlukan penelitian (usahatani padi pestisida & non pestisida) untuk mengetahui alternatif usahatani terbaik dalam meningkatkan pendapatan petani padi dan faktor- faktor yang mempengaruhi kedua usahatani tersebut.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para petani padi pada umumnya. Salah satu desa yang diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini adalah Desa Purwasari dan para petani padi yang berada di desa tersebut. Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS atas waktu dan pemikiran selama membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Anna Fariyanti, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada sidang skripsi.

3. Dra. Yusalina, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil komisi pendidikan pada sidang skripsi.

4. Euis Nawangsih, atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar hasil penelitian penulis.

5. Keluargaku tersayang: Mama, Papa, Neno & Kak Andry, Nepi dan Sari. Terima kasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat, teguran dan semangat serta pengorbanan yang sangat besar yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Keluarga besar (Alm.) Mohammad Yatim dan (Alm.) Baharuddin Satigarang, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

7. Keluarga Bapak M. Anduy dan para responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

(10)

9. Lilik dan keluarga, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

10. Teman-temanku: Manda, Rudi, Pipink, Puspa, Rena, Ditta, Agus, Susan, Mida, Yeni, Netli, Rindra, Arief dan Fikri. Teman-teman Agria Swara, KKP, AGB, EPS dan KPM’38. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

11. Ariyani, Yan- yan, Lenny, Nifar dan Jajang. Terima kasih atas doanya, semangat serta dorongan yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi.

(11)

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Oleh:

VERRA ANGGREINI A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

VERRA ANGGREINI. Analisis Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Di bawah bimbingan SRI HARTOYO).

Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan mempunyai kedudukan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Oleh karena itu, keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan. Dalam berproduksi, salah satu kendala utama bagi petani, yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi serangan tersebut, salah satunya dengan menggunakan pestisida kimia. Namun, dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia cukup besar dan para petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Sari mulai menerapkan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanaman padi non pestisida secara serempak untuk mengatasi hal tersebut.

Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura atau lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah para petani di kelompok tani Mekar Sari telah berusaha meminimalkan aplikasi pestisida untuk menghemat biaya produksi. Hasil produksi tidak jauh berkurang sekalipun tidak menggunakan pestisida. Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih enggan untuk menerapkannya. Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih tinggi nilainya. Nilai lebih ini akan merupakan insentif bagi petani yang menerapkan PHT.

Tujua n penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida. Pengumpulan data dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga pada bulan April−Mei 2005. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Responden berjumlah 40 orang, yaitu 20 orang petani dari kelompok tani Mekar Sari (responden padi non pestisida) dan 20 orang petani di luar kelompok tani Mekar Sari (responden padi pestisida). Pemilihan responden dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Analisis yang digunakan adalah pendapatan usahatani, rasio R/C, imbangan penerimaan untuk tiap pekerja dan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida. Pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel dan SAS.

(13)

Hasil dari ketiga analisis menunjukkan bahwa usahatani padi non pestisida menguntungkan. Namun, para petani di luar kelompok tani Mekar Sari masih enggan menerapkannya. Hal ini dikarenakan sulitnya memasarkan beras non pestisida, harga jual gabah basah padi pestisida dan non pestisida relatif sama dan penanganan yang lebih intensif dalam pengendalian hama merupakan kendala lain dalam usahatani padi non pestisida.

Model fungsi produksi yang digunakan adalah Cobb-Douglas. Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida pada taraf a lima persen, yaitu luas lahan, jumlah bibit dan pupuk KCl. Keuntungan dari model fungsi Cobb-Douglas adalah nilai koefisien regresinya menujukkan elastisitas produksinya. Nilai elasititas terbesar terdapat faktor produksi luas lahan sebesar 0.82415 dan yang terkecil adalah faktor produksi jumlah tenaga kerja sebesar -0.14241. Berdasarkan hasil uji restriksi diketahui bahwa usahatani padi pestisida dan non pestisida berada pada skala hasil konstan (constant return to scale). Hal ini berarti jika semua faktor produksi dinaikkan sebesar satu persen, maka hasil produksi akan naik secara proporsional sebesar satu persen.

Saran yang dapat diberikan adalah usahatani padi non pestisida sebaiknya diteruskan karena selain menguntungkan, usahatani ini juga ramah terhadap pelaku usahatani dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, para petani non pestisida, disarankan untuk menggunakan varietas (bibit) yang berkualitas serta jumlah penggunaan bibit sesuai dosis yang dianjurkan. Para petani padi non pestisida juga disarankan untuk menggunakan pestisida alami untuk mengatasi hama yang muncul, waktu pemberian pupuk yang tepat serta (komposisi) pupuk secara berimbang sehingga menghemat pengeluaran untuk pembelian pupuk dan menjaga terjadinya kemerosotan mutu lahan.

(14)

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA,

KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

VERRA ANGGREINI A14101021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Nama : Verra Anggreini

NRP : A14101021

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2005

Verra Anggreini A14101021

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 28 November 1982. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Eddy Azhari dan Yuminar Yatim.

Penulis memulai pendidikan dasar pada tahun 1989 di SD Inpres Selayo, Solok selama dua tahun, kemudian pindah ke SD Negeri I Ciputat dan menyelesaikannya pada tahun 1995. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di SLTP Negeri I Ciputat dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu, penulis diterima di SMU Negeri 74 Jakarta dan lulus pada tahun 2001.

(18)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, SWT karena berkat rahmat dan ridha-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Padi Pestisida Dan Non Pestisida Di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Padi merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mengingat kedudukan komoditas beras sangat strategis, maka keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan. Namun, tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura. Oleh karena itu, diperlukan penelitian (usahatani padi pestisida & non pestisida) untuk mengetahui alternatif usahatani terbaik dalam meningkatkan pendapatan petani padi dan faktor- faktor yang mempengaruhi kedua usahatani tersebut.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para petani padi pada umumnya. Salah satu desa yang diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini adalah Desa Purwasari dan para petani padi yang berada di desa tersebut. Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Bogor, Oktober 2005

(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS atas waktu dan pemikiran selama membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Anna Fariyanti, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada sidang skripsi.

3. Dra. Yusalina, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil komisi pendidikan pada sidang skripsi.

4. Euis Nawangsih, atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar hasil penelitian penulis.

5. Keluargaku tersayang: Mama, Papa, Neno & Kak Andry, Nepi dan Sari. Terima kasih atas doa, kasih sayang, kesabaran, nasehat, teguran dan semangat serta pengorbanan yang sangat besar yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

6. Keluarga besar (Alm.) Mohammad Yatim dan (Alm.) Baharuddin Satigarang, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

7. Keluarga Bapak M. Anduy dan para responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

(20)

9. Lilik dan keluarga, terima kasih atas dukungan moril dan materiil.

10. Teman-temanku: Manda, Rudi, Pipink, Puspa, Rena, Ditta, Agus, Susan, Mida, Yeni, Netli, Rindra, Arief dan Fikri. Teman-teman Agria Swara, KKP, AGB, EPS dan KPM’38. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

11. Ariyani, Yan- yan, Lenny, Nifar dan Jajang. Terima kasih atas doanya, semangat serta dorongan yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi.

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Padi... 8

2.2 Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ... 9

2.3 Usahatani... 10

2.4 Studi Terdahulu tentang Analisis Usahatani Padi... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 19

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1 Pendapatan Usahatani ... 22

3.1.2 Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)... 24

3.1.3 Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja... 25

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 25

IV. METODE PENELITIAN ... 27

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 27

4.3 Metode Pengambilan Contoh... 28

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 29

4.4.1 Pendapatan Usahatani ... 29

4.4.2 Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)... 29

4.4.3 Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja... 30

(22)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33 5.1 Wilayah Administrasi Desa... 33 5.2 Kependudukan dan Pendidikan... 34 5.3 Profil Kelompok Tani Mekar Sari... 35 5.4 Karakteristik Responden... 38 VI. PEMBAHASAN ... 42

6.1 Sejarah Berkembangnya Usahatani Padi Non Pestisida

di Desa Purwasari... 42 6.2 Penerapan Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida

di Desa Purwasari... 44 6.2.1 Pengolahan Lahan... 44 6.2.2 Persemaian dan Penanaman... 45 6.2.3 Pemupukan... 47 6.2.4 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

(Pengendalian HPT) ... 48 6.2.5 Panen dan Pemasaran... 50 6.3 Kendala dalam Usahatani Padi Non Pestisida... 50 6.4 Analisis Pendapatan Usahatani Padi Pestisida dan Non

Pestisida... 52 6.5 Analisis Rasio Penerimaan atas Biaya pada Usahatani Padi

Pestisida dan Non Pestisida... 60 6.6 Analisis Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja

Padi Pestisida dan Non Pestisida... 62 6.7 Perbandingan Analisis Usahatani Padi Pestisida

dan Non Pestisida... 63 6.8 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Penggunaan Lahan, Desa Purwasari, 2005 ... 33 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian,

Desa Purwasari, 2005 ... 34 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan,

Desa Purwasari, 2005 ... 35 4. Karakteristik Umur Responden Padi Pestisida

dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ... 38 5. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Padi Pestisida

dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ... 39 6. Luas Lahan Garapan Responden Padi Pestisida

dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ... 40 7. Status Lahan Garapan Responden Padi Pestisida

dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 ... 41 8. Hasil Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Padi

Pestisida (Musim Kemarau & Hujan) per Hektar, Desa

Purwasari, 2004–2005 ... 53 9. Hasil Analisis Penerimaan dan Biaya Usahatani Padi

Non Pestisida (Musim Kemarau & Hujan) per Hektar, Desa

Purwasari, 2004–2005 ... 57 10. Hasil Analisis Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja

Padi Pestisida (Musim Kemarau & Hujan), Desa Purwasari,

2004–2005... 62 11. Hasil Analisis Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja

Padi Non Pestisida (Musim Kemarau & Hujan), Desa

Purwasari, 2004–2005 ... 63 12. Hasil Analisis Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk

Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida, Desa Purwasari,

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengaruh Teknologi Terhadap Produksi... 20 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Usahatani

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produksi Padi, Indonesia, 2000−2004 ... 77

2. Perkembangan Luas Panen dan Produktivitas Padi Sawah

di Jawa Barat, 2000−2003 ... 77 3. Data Usahatani Padi Pestisida per Musim, Desa Purwasari,

2004–2005... 78 4. Data Usahatani Padi Non Pestisida per Musim, Desa

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertanian hingga kini masih merupakan mata pencaharian utama masyarakat Indonesia, sekalipun di berbagai daerah, ekosistem wilayahnya ada yang sudah berubah menjadi daerah perkotaan dan perindustrian (Adimiharja, 1999). Begitu juga di Propinsi Jawa Barat, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2003 berjumlah 5 158 605 jiwa atau 34.87 persen dari total jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat (yang berjumlah 14 795 247 jiwa) (BPS, 2004).

Perkembangan pertanian di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari perkembangan upaya pemenuhan bahan pangan nasional, terutama beras (Taryoto & Pranadji, 1995). Hal ini dikarenakan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan aktivitas produksinya yang melibatkan sekitar 40 persen tenaga kerja pertanian, merupakan komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Kelangkaan produk ataupun instabilitas harga beras dapat menimbulkan keresahan masyarakat yang selanjutnya dapat memicu gangguan stabilitas sosial, ekonomi serta keamanan (PSPLP-IPB, 2000).

Hasil produksi padi nasional saat ini cukup menggembirakan, walaupun sempat terjadi penurunan produksi pada tahun 2001 sebesar 1 438 070 ton (Lampiran 1). Hal ini dapat disebabkan oleh semakin berkurangnya penguasaan lahan oleh petani, terutama lahan sawah di Jawa19 dan kehilangan hasil pada saat

(27)

panen dan pasca panen juga merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi padi nasional (Maest et al., 1995). Namun di Jawa Barat, luas panen dan produktivitas padi sawah mengalami peningkatan dari tahun 2000−2003,

walaupun pada tahun 2003 terjadi penurunan luas panen sebesar 171 081 hektar (Lampiran 2).

Mengingat kedudukan komoditas beras sangat strategis, maka keberadaan usahatani padi perlu dipertahankan20 karena berdasarkan penelitian JICA (Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, 1997), pada tahun 2020 Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit beras sebesar 9.7 juta ton apabila tidak dilakukan upaya peningkatan produksi secara nyata (Alihamsyah, 2004).

Dalam berproduksi, petani dihadapkan pada penurunan produktivitas lahan, penyimpangan iklim serta serangan hama dan penyakit (Las et al., 2004). Selain itu, kendala lain yang dihadapi petani adalah kebijakan pemerintah sampai harga jual yang rendah21.

Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan kegagalan panen (Kartaatmadja & Sabri, 1995), seperti Wereng Coklat dan Tungro masih menjadi kendala utama bagi petani. Petani seakan sudah kehilangan akal untuk mengatasi dua serangan ini. Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit dan mengancam produksi beras nasional. Akibat serangan ini, produksi bisa turun dari serangan rendah (15 persen) sampai serangan berat (79 persen)22. Berbagai upaya telah

20

http://pse.litbang.deptan.go.id, ”Analisis Keuntungan Usahatani”, 2 Maret 2005, 8.40 PM 21

http://www.tanindo.com, ”Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi”, 2 Maret 2005, 8.40 PM

22 http://www.tanindo.com, ”Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Padi”, 2 Maret 2005,

(28)

dilakukan dalam mengendalikan kedua musuh ini. Salah satunya dengan menggunakan pestisida kimia.

Petani di Indonesia sudah mengenal pestisida sejak diperkenalkannya program Bimbingan Massal (BIMAS). Dalam program BIMAS, diperkenalkan usaha intensifikasi pertanian melalui panca usahatani. Salah satu dari kelima usaha tersebut adalah pemberantasan hama yang konotasinya menggunakan pestisida (Kartaatmadja & Sabri, 1995).

Namun, cara bertani dengan menggunakan pestisida merupakan proses kemiskinan secara pelan-pelan. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan-bahan kimia dalam teknologi pertanian, dalam jangka panjang, dapat memerosotkan mutu lingkungan dan kehidupan secara menyeluruh23.

Selain itu, dampak negatif yang ditimbulkan oleh program BIMAS adalah timbulnya resistensi hama terhadap pestisida. Menyadari dampak buruk tersebut, maka pada tahun 1987 pemerintah mengeluarkan keputusan pelarangan 57 jenis pestisida pada tanaman padi dan mulai menerapkan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Program PHT ini berhasil mengurangi penggunaan pestisida (Hafsah & Sudaryanto, 2004). Pada tahun 1992, para petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Sari (Desa Purwasari) mendapatkan penyuluhan dan pelatihan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Dua tahun kemudian (1994), dilakukan penanaman padi non pestisida secara serempak.

(29)

1.2Perumusan Masalah

Penanaman padi secara terus- menerus sepanjang tahun serta penggunaan irigasi dan pupuk kimia memungkinkan terciptanya habitat yang lebih subur bagi perkembangbiakan serangga, termasuk hama. Penanaman varietas unggul yang mengalami perubahan genetika dan tidak memiliki pertahanan sekuat varietas tradisional merupakan salah satu faktor pendukung berkembangbiaknya hama (Winarto, 1999).

Pengendalian hama ditujukan untuk mempertahankan stabilitas hasil, bukan meningkatkan hasil. Namun, petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida dapat meningkatkan hasil tanaman (Kartaatmadja & Sabri, 1995). Sebagai perangkat teknologi pengendali hama, introduksi pestisida acapkali tidak disertai dengan pengetahuan yang rinci tentang sifat dan daya kerja pestisida itu sebagai racun (Winarto, 1999).

Penggunaan pestisida dalam proses produksi pertanian juga mengakibatkan timbulnya residu pestisida pada hasil pertanian. Residu pestisida dapat terjadi pada tanaman (daun, buah, cabang, akar, kulit & sebagainya), tanah dan air yang selanjutnya dapat membahayakan kesehatan masyarakat (Laba et al., 1998).

Para petani di kelompok tani Mekar Sari menyadari dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida terhadap lingkungan dan kesehatan mereka sendiri sehingga mereka sepakat untuk tidak menggunakan pestisida. Hasil nyata dari kegiatan tersebut adalah rendahnya residu pestisida pada tanaman padi mereka, yaitu hanya sebesar 0.02 persen24.

(30)

Apabila terjadi ledakan populasi hama dan pengendalian dengan cara non kimia diperkirakan tidak efektif lagi, pestisida digunakan sebagai alternatif terakhir25. Namun demikian, penggunaannya sebaiknya sangat selektif. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, dapat ditempuh dengan penggunaan pestisida biologi, botani, atraktan dan repelen yang dapat menghemat biaya produksi (Laba et al., 1998).

Tingkat pendapatan yang diperoleh dari bertanam padi seringkali lebih rendah dibandingkan bertanam komoditi hortikultura atau komoditi lainnya. Dengan demikian, perlu adanya upaya agar produksi dan pendapatan petani padi meningkat (Supriadi & Setiawan, 2003).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, terutama para petani di kelompok tani Mekar Sari, yaitu mereka telah berusaha meminimalkan aplikasi pestisida. Ada dua faktor utama yang mempengaruhinya, yaitu: (1) sebagian besar petani memang telah mengenal prinsip penangggulangan hama terpadu dan (2) harga pestisida cukup mahal bagi petani (Sumaryanto, 2004).

Hasil produksi tidak jauh berkurang sekalipun tidak menggunakan pestisida26. Namun, penanaman padi non pestisida umumnya dihindari petani di luar kelompok tani Mekar Sari karena membutuhkan ketekunan lebih dalam membasmi hama dibandingkan menanam padi pestisida.

Apabila petani direkomendasikan untuk mengurangi atau tidak menggunakan pestisida, maka yang paling diuntungkan adalah konsumen akan tetapi konsumen ternyata masih mengutamakan penampilan produk daripada

(31)

keterbebasannya dari pestisida. Hal ini juga merupakan salah satu hambatan dalam melaksanakan penanaman padi non pestisida.

Produk pertanian yang bebas dari pestisida seharusnya lebih tinggi nilainya. Nilai lebih ini akan merupakan insentif bagi petani yang menerapkan PHT (Kartaatmadja & Sabri, 1995). Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat pendapatan atas biaya tunai dan total yang diperoleh petani padi pestisida dan non pestisida?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida?

1.3Tujuan Penelitian

1. Menganalisis tingkat pendapatan petani padi pestisida dan non pestisida. 2. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida

dan non pestisida.

1.4Kegunaan Penelitian

1. Bagi petani padi, hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi usahatani padi pestisida dan non pestisida serta dapat memberikan alternatif usahatani padi terbaik untuk meningkatkan pendapatan usahatani.

(32)

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai analisis usahatani padi pestisida dan non pestisida hanya menggunakan empat alat analisis, yaitu: analisis pendapatan usahatani, rasio R/C, nilai imbangan penerimaan untuk tiap pekerja dan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida.

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) tersebar di seluruh pelosok dunia, akan tetapi kebanyakan tanaman ini dibudidayakan di Asia. Diperkirakan pertanaman padi pertama kali diusahakan manusia di negara India sekitar tahun 2 500–3 000 S. M., kemudian tersebar ke Cina dan lebih jauh lagi sampai ke negara-negara di sebelah tenggara Asia, bahkan sampai ke Mesir, Eropa, Afrika dan bagian bumi sebelah barat.

Tanaman ini diperkenalkan ke Indonesia sewaktu ras suku Deutero-Melayu beremigrasi ke beberapa daerah di kepulauan nusantara sekitar tahun 1 500 S. M. Terdapat bermacam- macam jenis tanaman berdasarkan distribusi geografis dan bentuk morfologi tanamannya. Hal ini disebabkan karena sebarannya begitu luas dan dalam proses perkembangannya telah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya (Masyhudi, 1992).

Spesies yang dibudidayakan di negara penghasil padi, termasuk Indonesia, adalah jenis Oryza sativa L. Dalam perkembangannya, spesies O. sativa

berevolusi menjadi tiga tipe atau tiga ras ekografik, yaitu: Indika, Japonika dan Javanika (Las et al., 2004).

(34)

kemarau ketersediaan air terbatas sehingga hasil tanaman rendah atau air sama sekali tidak tersedia sehingga lahan dibiarkan bera (Irianto et al., 2004).

2.2 Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Hama merupakan salah satu kendala dalam usaha mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian, khususnya tanaman padi di Indonesia. Kurang lebih 100 spesies serangga hama menyerang tanaman padi, tetapi hanya 20 spesies menyebabkan kerusakan yang berarti (Laba, 1999).

Dalam mengatasi hama tanaman dipakai strategi Integrated Pest Control.

Strategi ini kemudian berkembang menjadi konsep Integrated Pest Management. Di Indonesia, konsep ini dinyatakan dengan istilah Pengendalian Hama Terpadu yang sebenarnya lebih tepat dinyatakan dengan istilah Pengelolaan Hama Terpadu (Soehardjan, 1990).

PHT adalah suatu teknologi pengendalian hama yang sangat lekat dengan lingkungan, membantu meningkatkan efisiensi masukan, memantapkan taraf produksi yang telah dicapai dan sekaligus meminimalkan kecelakaan atau keracunan bagi pelaku produksi dan konsumen. Dengan demikian, PHT ikut berperan meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan petani (Laba, 1999). PHT bertujuan untuk memanfaatkan metode- metode ya ng memenuhi syarat-syarat ekonomi, toksikologi dan ketentuan lingkungan (Yasin & Saenong, 2004).

(35)

melarang penggunaan 57 jenis pestisida berspektrum luas. Tujuan utama Inpres tersebut adalah mengubah landasan pengambilan keputusan petani dalam hal pengendalian hama, yakni mengubah perspektif petani dari membunuh hama dengan pestisida menjadi mengelola ekosistem. Pengelolaan ini dilakukan dengan menggunakan musuh alami terlebih dahulu dalam pengendalian hama dan menghindari penggunaan pestisida, kecuali sebagai upaya terakhir (Winarto, 1999).

Dalam menerapkan PHT, program nasional tersebut mengupayakan agar petani menganut tiga prinsip dasar, yaitu: membudidayakan tanaman agar tanaman menjadi kuat (sehat) sehingga produksinya tinggi, melestarikan musuh alami dan mengamati tanaman setiap minggu untuk dapat memutuskan tindakan yang menguntungkan (Soehardjan, 1990). Winarto (1999) menyebutkan empat prinsip dasar dengan tambahannya, yaitu menjadikan petani sebagai ahli PHT di lahannya sendiri. Petani diharapkan mampu menerapkan teknologi PHT secara mandiri terutama dalam memutuskan perlu tidaknya menggunakan pestisida yang dilandasi pengetahuan ambang pengendalian, keseimbangan hayati dan residu pestisida pada tanaman (Laba et al., 1998).

2.3 Usahatani

(36)

(bersama dengan fasilitas yang ada di atasnya seperti bangunan-bangunan, saluran air) dan tanaman atau hewan ternak. Istilah usahatani lebih tepat digunakan pada pertanian rakyat karena mencakup pengertian yang lebih luas, yaitu mulai dari bentuk yang paling bersahaja sampai pada bentuk yang paling moderen (Soeharjo & Patong, 1973).

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak dan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup (way of life) (Mubyarto, 1994). Kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumber daya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer disebut usahatani (Daryanto, 2004).

Menurut Soeharjo (n.d.), usahatani (farm) merupakan wadah kegiatan produsen untuk menghasilkan produk-produk primer dengan menggunakan empat faktor produksi, yaitu: tanah, kerja, modal dan manajemen. Faktor-faktor produksi ini tersedia dalam jumlah yang terbatas sehingga penggunaannya harus efektif dan efisien.

Tanah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu: (1) sebagai sumber hara yang diperlukan tanaman, (2) sebagai tempat berjangkarnya akar tanaman dan (3) sebagai sumber air yang diperlukan tanaman (Anwar & Djuniwati, 2004). Tanah pada setiap tempat berbeda tingkat kesuburannya, tekstur dan tebal atau dalamnya lapisan. Setiap jenis tanaman memerlukan syarat-syarat tanah tertentu untuk tumbuh baik (Soeharjo & Patong, 1973).

(37)

1. Pekerjaan dalam usahatani sifatnya tidak kontinu. Banyak dan lama waktu kerja tergantung pada jenis tanaman, waktu dan musim.

2. Dalam usahatani tidak terdapat spesialisasi pekerjaan.

3. Dalam usahatani terdapat suatu ikatan yang erat antara pekerjaan yang diupah dan petani sebagai laksanawan.

Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dua sumber, yaitu: (1) tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani dan (2) tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga.

Modal diartikan sebagai barang-barang bernilai ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan tambahan kekayaan atau meningkatkan produksi. Modal turut menentukan tingkat produksi. Modal usahatani dapat diklasifikasikan dalam enam golongan utama menurut bentuknya, yaitu: (1) tanah, (2) bangunan, (3) alat-alat pertanian dan mesin, (4) tanaman dan ternak, (5) bahan perlengkapan/sarana produksi dan (6) uang tunai.

Pengelolaan dalam usahatani terdiri dari beberapa deretan langkah menuju pengambilan keputusan dari sekian banyak alternatif yang tersedia. Dalam melakukan pengelolaan usahatani, diperlukan cabang ilmu pengetahuan lainnya, seperti fisika, biologi, kimia dengan menyelaraskan prinsip-prinsip ekonomi dalam hal cara mengalokasikan keuntungan dan untuk mendapatkan keuntungan bersih yang maksimum.

(38)

Ternak besar dipelihara sebagai sumber tenaga kerja. Sebagian besar dari jumlah kerja yang diperlukan berasal dari keluarga petani (Soeharjo & Patong, 1973).

Motif petani melakukan usahatani selain berusaha memaksimumkan keuntungan juga bertujuan untuk memperoleh posisi atau status sosial dan memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara menjamin sumber-sumber tunai untuk membeli barang dan jasa yang tidak dapat diproduksi sendiri dan mengakumulasikan tabungan guna investasi rumah tangga untuk keperluan usahatani maupun non usahatani yang berkaitan dengan kesejahteraannya (Sumaryanto, 2004).

Mutu usahatani yang relatif tinggi umumnya terjadi pada musim hujan dan sebaliknya pada musim kemarau. Hal ini karena kendala peningkatan produktivitas melalui peningkatan mutu usahatani relatif besar pada musim kemarau dan hal tersebut cenderung diantisipasi dengan penggunaan varietas padi yang berdaya hasil tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka efisiensi upaya peningkatan produktivitas padi sawah, pendekatan yang ditempuh, hendaknya dilakukan secara spesifik menurut musim tanam (Irawan, 2004).

(39)

2.4 Studi Terdahulu tentang Analisis Usahatani Padi

Penelitian mengenai Analisis Sistem Usahatani Padi Organik (Suatu studi perbandingan, Kasus: Desa Segaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah) yang dilakukan oleh Rohmani (2000) bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari praktek-praktek usahatani padi organik dan mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani organik dan anorganik. Penetapan sampel secara acak terkelompok (cluster random sampling) yang terdiri atas 10 petani padi organik dan 20 petani padi anorganik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan mendasar antara praktek-praktek usahatani padi organik dan anorganik adalah tidak digunakannya masukan dari luar yang bersifat kimia, baik itu pestisida maupun pupuk kimia. Sebagai gantinya, pestisida dan pupuk kimia digantikan dengan pupuk organik, yaitu pupuk kandang dan pestisida botani yang dibuat dari bahan-bahan alami.

Pendapatan yang diperoleh petani organik lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh petani anorganik/konvensional setempat pada masa tanam tersebut untuk karakteristik petani yang sama. Usahatani padi organik di Desa Segaran dihadapkan pada beberapa kendala, seperti terbatasnya persediaan pupuk kandang, kesulitan permodalan dan berbagai masalah teknis lainnya.

(40)

orang petani padi anorganik. Alat analisis yang digunakan adalah pendapatan usahatani serta penerimaan dan biaya.

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani, dapat dilihat bahwa pendapatan kotor dan bersih petani organik lebih besar jika dibandingkan dengan petani anorganik. Nilai rasio R/C usahatani padi organik atas biaya tunai dan biaya total juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani padi anorganik.

Meskipun usahatani padi organik lebih menguntungkan daripada usahatani padi anorganik, namun para petani khususnya di Kecamatan Tempuran tidak banyak yang mau menerapkannya. Hal ini disebabkan kebiasaan mereka yang turun temurun selalu menggunakan pestisida kimia dan penggunaan tenaga kerja yang diperlukan untuk pertanian organik lebih besar. Selain itu, tidak ada perbedaan harga antara padi yang menggunakan pestisida kimia maupun yang tidak menggunakan dan biasanya tengkulak lebih memilih padi yang menggunakan pestisida kimia karena secara fisik lebih bagus.

(41)

Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan kotor petani SLPHT Rp 4 535 103.66/ha sedangkan pendapatan kotor petani non SLPHT hanya Rp 4 284 052.85/ha. Pendapatan bersih petani SLPHT mencapai Rp 1 361 753.87/ha dan pendapatan bersih petani non SLPHT mencapai Rp 882 723.92/ha.

Nilai rasio R/C terhadap biaya tunai petani SLPHT 2.87 dan rasio R/C terhadap biaya tunai petani non SLPHT 2.54. Hal tersebut menunjukkan bahwa usahatani petani SLPHT lebih menguntungkan daripada usahatani petani non SLPHT.

Meskipun usahatani padi SLPHT lebih menguntungkan, namun belum banyak petani yang mengikuti kegiatan SLPHT. Petani juga tidak begitu berminat untuk tidak menggunakan pestisida kimia karena harga jual produksi yang diterima relatif sama. Secara fisik bulir padi yang menggunakan pestisida kimia lebih bagus bila dibandingkan dengan bulir padi yang tidak menggunakan pestisida kimia. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada usahatani padi anorganik lebih besar daripada padi organik.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa dalam pertanian organik atau dengan menggunakan konsep PHT, petani tidak menggunakan masukan dari luar yang bersifat kimia, baik itu pestisida maupun pupuk kimia. Sebagai gantinya, pestisida dan pupuk kimia digantikan dengan pupuk organik, yaitu pupuk kandang dan pestisida botani yang dibuat dari bahan-bahan alami.

(42)

menerapkannya. Hal ini dikarenakan kebiasaan mereka yang turun temurun selalu menggunakan pestisida kimia, tidak adanya perbedaan harga antara padi yang menggunakan pestisida kimia dan non pestisida kimia. Tengkulak lebih memilih padi yang menggunakan pestisida kimia karena secara fisik lebih bagus.

Terdapat perbedaan hasil penelitian antara Nainggolan (2001) dan Sumiati (2003) mengenai jumlah tenaga kerja usahatani padi organik. Nainggolan (2001) menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja usahatani padi organik lebih besar daripada usahatani padi anorganik. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Sumiati (2003).

Rosantiningrum (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis Produksi dan Pemasaran Usahatani Bawang Merah (Studi kasus: Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah). Salah satu tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistem produksi dan mengetahui efisiensi produksi usahatani bawang merah di Desa Banjaranyar. Penarikan sampel dalam analisis produksi menggunakan stratified random sampling.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa model fungsi produksi yang digunakan adalah model Cobb-Douglas terestriksi. Pengujian tersebut menghasilkan bahwa usahatani bawang merah di Desa Banjaranyar berada pada kondisi constant return to scale, artinya bila semua input dinaikkan sebesar 10 persen, maka tingkat produksi naik sebesar proporsi yang sama, yaitu 10 persen.

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah luas lahan (X1) nyata pada taraf a 15 persen, jumlah tenaga kerja (X3) nyata pada

taraf a 10 persen, pupuk P (X5) nyata pada taraf a 15 persen, pupuk K (X6) nyata

(43)

Peubah yang tidak berpengaruh nyata adalah jumlah bibit (X2), pupuk N (X4),

nilai pestisida (X7) dan dummy pendidikan (D4). Nilai elastisitas terbesar terdapat

pada faktor produksi luas lahan sebesar 0.2766, artinya bahwa peningkatan satu persen luas lahan akan meningkatkan produksi sebesar 0.2766 persen (ceteris paribus) sedangkan nilai elastisitas terkecil adalah faktor produksi pestisida sebesar 0.01251.

(44)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kegiatan produksi dalam pertanian sangat kompleks dan terus- menerus mengikuti perubahan teknologi. Tingkat tekno logi dalam proses produksi menentukan metode/produksi, yaitu bagaimana sebuah produk dapat dihasilkan dengan beragam cara dan biasanya petani akan menggunakan cara yang paling efisien.

Fungsi produksi menggambarkan hubungan input dan output, yaitu berapa sumber daya yang ditransformasikan menjadi produk. Bentuk fungsi produksi menunjukkan perubahan dalam output (Y) yang disebabkan perubahan jumlah input variabel. Hubungan input-output dalam pertanian sangat beragam dikarenakan tingkat input yang ditransformasikan menjadi output sangat beragam diantara tipe tanah, hewan, teknologi, jumlah curah hujan dan lain- lain.

Teknologi yang digunakan para petani padi di kelompok tani Mekar Sari berbeda dengan para petani padi di luar kelompok tani. Penanaman padi dilakukan tanpa menggunakan pestisida sejak diadakannya program SLPHT. Dengan adanya perubahan teknologi yang digunakan, maka kurva Produk Fisik Total (PFT)/kurva output bergeser ke atas (PFTpestisida? PFTnon pestisida) (Gambar 1).

Dengan terjadinya pergeseran kurva PFT ke atas, maka kurva Produk Fisik Marjinal (PFM) juga akan bergeser ke atas (PFMpestisida? PFMnon pestisida) (Gambar

(45)

Kurva PFT (Produk Fisik Total)

Output

Y0 Y1 Y3

PFTnonpestisida

Y’1 Y2

Y4 PFTpestisida

Y’4

input

Kurva PFM (Produk Fisik Marjinal)

Output

Px/Py

PFMpestisida PFMnon pestisida input

X4 X2 X3 X1

[image:45.596.188.431.103.489.2]

Sumber: Herdt & Mandac, n.d.

Gambar 1. Pengaruh Teknologi Terhadap Produksi

Pada saat jumlah input optimal (X1 untuk padi non pestisida & X2 untuk

padi pestisida), nilai Produk Fisik Marjina l/Produk Fisik Tambahan sama dengan rasio harga input-output (PFM = Px/Py). Output optimal berada pada Y1 (untuk

padi non pestisida) dan Y2 (untuk padi pestisida) (Gambar 1). Peningkatan

(46)

pestisida bisa melebihi pendapatan petani padi pestisida (Doll & Orazem, 1984; Herdt & Mandac, n.d.).

Faktor produksi (input) yang diduga mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida adalah luas lahan, jumlah bibit, jumlah pupuk (N, TSP & KCl), pestisida dan jumlah tenaga kerja. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan yang sebenarnya, bentuk aljabar fungsi produksi yang digunakan harus mudah diukur atau dihitung secara statistik serta fungsi produksi itu dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

Ada tiga bentuk aljabar yang penting dan sering digunakan dalam analisis, yaitu: polinominal kuadratik, polinominal akar pangkat dua dan fungsi Cobb-Douglas. Diantara ketiga bentuk fungsi produksi tersebut yang paling sering digunakan dalam bidang pertanian adalah Cobb-Douglas. Hal ini dikarenakan penggunaannya memiliki beberapa keuntungan, yaitu: dapat menyelesaikan persamaan yang mempunyai variabel input lebih dari tiga, perhitungannya sederhana karena dapat dibuat linier dan hasil penjumlahan koefisien elastisitas masing- masing faktor produksi dapat mencerminkan skala usaha produksi yang berlangsung (Soekartawi et al., 1986).

Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut: Y = f(X1, X2,X3,..., Xn)

Dimana: Y = Output X1,..., Xn = Input

(47)

Untuk melihat respon perubahan output padi pestisida dan non pestisida yang dihasilkan karena perubahan input yang digunakan, maka digunakan konsep elastisitas produksi (Ep) yang secara matematis dituliskan sebagai berikut:

Ep = dX/X dY/Y

=

Y X dX dY

×

3.1.1 Pendapatan Usahatani

Kegiatan usahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari pendapatannya yang merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan tersebut merupakan balas jasa dari kerjasama faktor- faktor produksi. Balas jasa yang diterima pemilik faktor-faktor produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu musim, satu tahun.

Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu: (1) menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani, analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu: keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

(48)

Pengeluaran usahatani meliputi biaya tunai dan diperhitungkan (Soeharjo & Patong, 1973). Pengeluaran tunai usahatani (farm payment) adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cashflow) (Soekartawi et al., 1986).

Pengeluaran yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Modal yang digunakan petani diperhitungkan sebagai modal pinjaman meskipun modal itu milik petani sendiri. Kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbangkan kerja dan pada tempat mereka bekerja. Pengeluaran juga mencakup penurunan nilai inventaris usahatani. Nilai inventaris berkurang karena hilang, rusak, atau karena penyusutan. Penyusutan terjadi karena pengaruh umur atau karena dipakai (Soeharjo & Patong, 1973).

Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani ialah nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Pendapatan kotor usahatani mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan di gudang.

(49)

termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani.

Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi et al., 1986).

3.1.2 Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi ya ng berlebihan. Oleh karena itu, analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Ukuran efisiensi pendapatan dapat dihitung melalui perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (rasio R/C) yang menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diterima untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi atau dengan kata lain nilai rasio R/C digunakan untuk mengukur efisiensi output- input.

(50)

dari satu, maka usahatani tersebut dapat dikatakan belum menguntungkan (Soeharjo & Patong, 1973).

3.1.3Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja

Ukuran lain yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pendapatan usahatani padi adalah imbangan penerimaan untuk tiap pekerja. Konsep ini dapat digunakan untuk mengetahui imbalan yang diperoleh tiap pekerja pada usahatani padi, baik itu usahatani padi pestisida maupun usahatani padi non pestisida. Hasil perhitungan imbangan penerimaan untuk tiap pekerja juga dapat menggambarkan usahatani padi mana yang lebih menguntungkan dalam hal imbalan yang akan diperoleh tiap pekerja pada kedua usahatani padi tersebut.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian tentang usahatani dimulai dengan pengidentifikasian terhadap karakteristik responden (nama, alamat, umur & jenis kelamin, tingkat pendidikan & pengalaman bertani) dan budidaya padi yang dilakukan oleh petani padi pestisida dan non pestisida. Setelah itu, dilanjutkan dengan analisis usahatani terhadap kedua kelompok.

(51)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida

Petani Padi Responden

Petani Padi Pestisida Petani Padi Non Pestisida

Analisis Rasio R/C

Analisis Imbangan Penerimaan

untuk Tiap Pekerja Budidaya Padi

Analisis Usahatani

Analisis Pendapatan

Usahatani

KESIMPULAN

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

[image:51.596.124.508.95.515.2]
(52)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April–Mei 2005. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Purwasari memiliki kelompok tani berprestasi tingkat nasional di bidang pertanian dan masih melakukan penanaman padi non pestisida serta lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal penulis.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data-data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui survei, yaitu wawancara dengan panduan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan mengenai karakteristik responden, seperti nama, alamat, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani.

(53)

Data sekunder yang digunakan sebagai data penunjang diperoleh dari studi yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu penelitian-penelitian terdahulu, buku, makalah dan jurnal penelitian yang diperoleh dari perpustakaan pusat IPB (LSI), Fakultas Pertanian IPB, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB dan Pusat Studi Ekonomi Pertanian (PSE) maupun dari instansi yang terkait seperti Desa Purwasari dan Badan Pusat Statistik serta internet.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Responden adalah para petani yang tergabung dalam kelompok tani Mekar Sari dan di luar kelompok tani. Kelompok tani Mekar Sari merupakan kelompok tani berprestasi dan sejak tahun 1994 telah melakukan penanaman padi non pestisida hingga saat ini. Petani di luar kelompok tani, yang dijadikan responden dan masih menggunakan pestisida kimia, sebenarnya merupakan anggota dari tiga kelompok tani lain di desa tersebut, yaitu kelompok tani Hegar Sari, Keramat Sari dan Rawa Sari. Namun pada saat ini, ke-3 kelompok tani tersebut sudah tidak aktif lagi dan ke-4 kelompok tani dapat mewakili populasi petani padi di Desa Purwasari karena anggotanya merupakan petani dari ke-7 Rukun Warga (RW) di desa tersebut.

(54)

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer diolah secara kuantitatif. Hasil olahan tersebut dan data sekunder dideskripsikan secara kualitatif. Pengolahan data untuk mengetahui tingkat pendapatan responden, nilai R/C dan nilai imbangan penerimaan untuk tiap pekerja menggunakan program Microsoft Excel sedangkan pengolahan data untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi pestisida dan non pestisida menggunakan program SAS. Selain itu, analisis data juga dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi. Analisis tabulasi bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca.

4.4.1 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua, yaitu: pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Secara umum, pendapatan diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani merupakan nilai dari total produksi yang dihasilkan.

Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan matematika sebagai berikut (Soeharjo & Patong, 1973):

Itunai = NP-BT

Itotal = NP-(BT+BD)

Dimana: Itunai = Tingkat pendapatan atas biaya tunai (Rp)

Itotal = Tingkat pendapatan atas biaya total (Rp)

NP = Nilai produk, merupakan hasil perkalian jumlah output (kg) dengan harga (Rp)

BT = Biaya tunai (Rp)

BD = Biaya diperhitungkan (Rp)

4.4.2 Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)

(55)

biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila rasio R/C lebih besar daripada satu. Semakin besar nilai rasio R/C, semakin menguntungkan usahatani tersebut. Penghitungan rasio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut (Soeharjo & Patong, 1973):

R/C atas Biaya Tunai =

(Rp) Tunai Biaya Total (Rp) Penerimaan Total

R/C atas Biaya Total =

(Rp) Total Biaya (Rp) Penerimaan Total

4.4.3 Imbangan Penerimaan untuk Tiap Pekerja

Angka ini diperoleh dari pembagian antara penerimaan dengan jumlah pekerja (berdasarkan hari kerja) yang bekerja pada usahatani padi pestisida maupun non pestisida. Angka perbandingan yang lebih tinggi, lebih baik daripada angka perbandingan yang lebih rendah. Secara matematis, nilai penerimaan untuk tiap pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut:

Penerimaan untuk tiap pekerja (Rp/Hari Kerja) =

Kerja) (Hari Pekerja Jumlah (Rp) Penerimaan

Semakin besar nilai penerimaan untuk tiap pekerja, semakin besar imbalan yang diperoleh pekerja dalam usahatani padi tersebut (Soeharjo & Patong, 1973).

4.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Pestisida dan Non Pestisida

(56)

menganalisis hubungan antara faktor produksi dan produksi, digunakan metode

Ordinary Least Square (OLS).

Secara matematis, model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut: 2 2 1 1 7 6 5 4 3 2

1 u aD a D

b 7 b 6 b 5 b 4 b 3 b 2 b 1

0X X X X X X X e

b

Y= + +

Model tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk linier logaritma untuk menduga fungsi produksi.

Dimana: Y = Hasil produksi padi (kg) X1 = Luas lahan usahatani padi (ha)

X2 = Jumlah bibit padi (kg)

X3 = Jumlah pupuk N (kg)

X4 = Jumlah pupuk TSP (kg)

X5 = Jumlah pupuk KCl (kg)

X6 = Nilai pestisida (kimia & alami) (Rp)

X7 = Jumlah tenaga kerja (HOK)

D1 = Dummy Musim, 0 untuk musim kemarau dan 1 untuk musim

hujan

D2 = Dummy usahatani, 0 untuk usahatani padi pestisida dan 1

untuk usahatani padi non pestisida b0 = Intersep (konstanta)

b1,...,b7 = Koefisien regresi masing- masing variabel bebas

a1,a2 = Koefisien dummy

e = 2.7182

u = Sisa (residual)

Jumlah elastisitas dari masing- masing faktor produksi yang diduga merupakan return to scale, yaitu konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah bila jumlah faktor produksi dilipatgandakan. Bila Sbi<1, maka

(57)

Hasil analisis dengan OLS dapat menghasilkan nilai R2, p-value untuk uji F dan t serta nilai VIF (Variance Inflation Factor). R2 atau koefisien determinasi merupakan parameter yang menjelaskan besarnya variasi dari variabel yang dijelaskan oleh variabel penjelas (faktor produksi).

P-value untuk uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan model dari parameter dan fungsi produksi atau untuk mengetahui apakah variabel bebas (Xi)

secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika p-value untuk uji F lebih kecil daripada nilai a yang ditentukan, maka variabel bebas dugaan secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, dan sebaliknya.

P-value untuk uji t digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah masing- masing variabel bebas (Xi) secara terpisah berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat (Y). Apabila p- value untuk uji t lebih kecil daripada nilai a yang ditentukan, maka variabel bebas dugaan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, dan sebaliknya.

Nilai VIF digunakan untuk mengetahui kehadiran multikolinearitas. Jika beberapa variabel bebas memiliki nilai VIF lebih dari 10, maka multikolinearitas adalah sebuah masalah. Pengujian untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi tidak dilakukan karena data penelitian (data primer) merupakan data Cross Section sedangkan masalah autokorelasi biasanya terjadi pada data Time Series.

(58)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Wilayah Administrasi Desa

Desa Purwasari terletak di Kecama tan Darmaga, Kabupaten Bogor dengan luas 211.016 hektar. Secara administratif, Desa ini berbatasan dengan Desa Petir di sebelah Utara, Desa Sukajadi di sebelah Selatan, Desa Situ Daun di sebelah Barat serta Desa Petir dan Sukajadi di sebelah Timur. Jarak Desa dari kota Kecamatan Darmaga adalah 7 kilometer dan 30 kilometer dari ibu kota Kabupaten Bogor.

Desa ini berada pada ketinggian 535 meter dpl dengan curah hujan 2 000–2 500 mm/thn yang cocok sebagai daerah penanaman padi. Desa Purwasari memiliki suhu udara dengan kisaran 28°–30°C.

[image:58.596.113.512.529.681.2]

Desa ini terdiri dari 30 Rukun Tetangga (RT), 7 RW dan 3 dusun. Dusun I meliputi RW 1 dan 3, Dusun II mencakup RW 2 dan 7 serta Dusun III terdiri dari RW 4, 5 dan 6.

Tabel 1. Penggunaan Lahan, Desa Purwasari, 2005

Keterangan Luas

1. Sawah Irigasi Teknis 99.382 ha 2. Sawah Irigasi Setengah Teknis 49.292 ha

3. Perladangan 9.507 ha

4. Pemukiman/Perumahan 29.767 ha

5. Empang 12.8 ha

6. Bangunan Umum 3.149 ha

7. Jalur Hijau 1.584 ha

8. Pekuburan 1.45 ha

9. Jalan 3 375 km

10. Lain-lain 0.75 ha

(59)

Menurut penggunaannya (Tabel 1), sebagian besar lahan di Desa Purwasari diperuntukkan untuk sawah dan ladang seluas 158.181 hektar. 99.382 hektar sawah menggunakan irigasi teknis, 49.292 hektar untuk irigasi setengah teknis dan 9.507 hektar untuk perladangan.

5.2 Kependudukan dan Pendidikan

[image:59.596.111.512.377.506.2]

Berdasarkan Data Monografi Desa Purwasari tahun 2005, jumlah penduduk adalah 8 467 orang, terdiri atas 4 080 orang laki- laki dan 4 387 orang perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebesar 1 453 orang. Semua penduduknya beragama Islam.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian, Desa Purwasari, 2005

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persen (%)

1. Buruh Tani 1 440 50.28

2. Petani Pemilik 960 33.52

3. Pedagang/Wiraswasta 240 8.38

4. Pertukangan 86 3.00

5. PNS 60 2.09

6. Jasa 54 1.89

7. Pensiunan 14 0.49

8. Pegawai Swasta 10 0.35

Total 2 864 100.00

Sumber: Data Monografi Desa Purwasari, 2005

(60)
[image:60.596.111.511.90.232.2]

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan, Desa Purwasari, 2005

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)

1. SD 2 521 56.61

2. SLTP 1 189 26.70

3. SLTA 514 11.54

4. Pondok Pesantren 95 2.13

5. TK 54 1.21

6. Akademi 27 0.61

7. Madrasah 23 0.52

8. Sarjana (S1–S3) 18 0.41

9. Pendidikan Keagamaan 12 0.27

Total 4 453 100.00

Sumber: Data Monografi Desa Purwasari, 2005

Berdasarkan Tabel 3, tingkat pendidikan pendud uk Desa Purwasari tergolong rendah karena 83.31 persen penduduk merupakan tamatan SD dan SLTP. Jumlah tamatan SLTA 11.54 persen, Taman Kanak-Kanak (TK) 1.21 persen, akademi 0.61 persen dan sarjana (S1–S3) 0.41 persen. Selain pendidikan umum, juga terdapat tamatan pendidikan khusus, yaitu lulusan pondok pesantren (2.13 persen), madrasah (0.52 persen) dan pendidikan keagamaan (0.27 persen).

5.3 Profil Kelompok Tani Mekar Sari

Kelompok tani Mekar Sari berdiri pada tahun 1981 dan dikukuhkan secara resmi oleh Kepala Desa Purwasari (Drs. H. Sarnata) pada tahun 1986. Tujuan didirikannya, yaitu sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi dan komunikasi diantara para petani, terutama petani padi, mengenai jadwal tanam.

(61)

Kepala Desa. Jumlah pengurus 11 orang dengan jumlah anggota 115 orang, termasuk 85 orang petani padi. Anggotanya berasal dari RW 1, 3 dan 7.

Pada tahun 1998, atas dasar kesepakatan bersama, Ketua kelompok mendirikan sebuah koperasi simpan-pinjam dengan jumlah pengurus 6 orang dan anggota 400 orang. Tujuan didirikannya adalah membantu para petani dalam permodalan. Namun saat ini, koperasi hampir tidak berjalan lagi karena terjadi masalah keuangan.

Kepala Desa Purwasari (H. Abdul Manan) berinisiatif mendirikan tiga kelo mpok tani lainnya pada tanggal 17 November 2000, yaitu: kelompok tani Rawa Sari (RW 6), Hegar Sari (RW 4 & 5) serta Keramat Sari (RW 2). Namun, kelompok tani yang masih berjalan hingga saat ini hanya kelompok tani Mekar Sari. Pada tahun 2001, didirikan juga koperasi simpan-pinjam di Rawa Sari.

Kelompok tani Mekar Sari telah melaksanakan SLPHT sebanyak tiga kali. SLPHT pertama diselenggarakan karena program nasional pada tahun 1991–1992. Pada tahun 1994, para petani mulai menanam padi non pestisida dan kemudian dilaksanakan lagi SLPHT pada tahun 1996–1997 dan ketiga kalinya adalah SLPHT tindak lanjut pada tahun 1999 yang pelaksanaannya dibantu mahasiswa APP (Akademi Penyuluh Pertanian).

Prestasi yang pernah diraih oleh kelompok tani Mekar Sari, yaitu:

• Tahun 1996/1997, Juara I Lomba Intensifikasi Mina Padi (Inmindi) Tingkat

Kabupaten Dati II Bogor (Dinas Perikanan Kabupaten Dati II Bogor).

• Tahun 1996/1997, Juara I Lomba Kelompok Tani Inmindi Tingkat Propinsi

(62)

• Tahun 1997, Penghargaan kepada kelompok tani Mekar Sari sebagai

Pemenang Harapan I Lomba Kelompok Tani Inmindi Tingkat Nasional Tahun 1997.

• Tahun 1996/1997, Penghargaan Camat Darmaga kepada kelompok tani Mekar

Sari dalam Lomba Inmindi.

• 28 Juli 1997, Penghargaan kepada M. Anduy sebagai Ketua Kelompok Tani

Pemenang Terbaik Lomba Inmindi Tingkat Propinsi Jawa Barat.

• 19 Januari 1998, Pemenang Harapan Pertama Perlombaan Inmindi Tingkat

Nasional Tahun 1997.

• Tahun 1998, Penghargaan kepada kelompok tani Tingkatkan Peranan

Kelompok Tani-Nelayan dalam Pelaksanaan Intensifikasi Pertanian

Berorientasi Agribisnis, Jakarta, 19 Januari 1998 oleh Presiden RI Soeharto. • 20 Januari 1998, Penghargaan kepada kelompok tani Mekar Sari sebagai

Pemenang Harapan I Lomba Kelompok Tani Inmindi Tingkat Nasional Tahun 1997 oleh Direktorat Jenderal Perikanan (FX Murdjito).

• 17 Juli 1998, Pemenang Harapan I Lomba Inmindi Tingkat Nasional Tahun

1997/1998.

• Tahun 2001, Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2001

(Istana Negara Jakarta, 16 September 2001).

• 18–24 September 2001 (Bogor): Penghargaan atas partisipasi dan kerjasama

dalam acara Forum Komunikasi Seminar Ilmiah Mahasiswa Perlindungan

Tanaman Indonesia XV (FX SIMPTI XV) MUNAS dan MUKERNAS IX:

(63)

Keamanan dan Ketahanan Pangan yang Berbasiskan Pertanian

Berkelanjutan Memasuki Era Pasar Bebas HIMASITA IPB.

• 9 Oktober 2001, Juara I Lomba Intensifikasi Khusus (Insus) Padi Tingkat

Propinsi Tahun 2001 oleh Gubernur Jawa Barat.

• 16 November 2001, Perlombaan Insus Padi Tingkat Propinsi Tahun 2001 oleh

Menteri Pertanian (Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, MEc).

• 3 Juni 2002, Penghargaan kepada M. Anduy sebagai Juara I Perlombaan

Intensifikasi Pertanian Tingkat Propinsi Jawa Barat.

5.4 Karakteristik Responden

[image:63.596.112.513.596.683.2]

Kuisioner yang disebarkan kepada 40 responden menjelaskan berbagai karakteristik responden. Karakteristik responden yang dideskripsikan adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kursus/pelatihan di bidang pertanian yang pernah diikuti, umur petani mulai terjun ke pertanian, anggapan terhadap mata pencaharian, jabatan dalam kelompok tani Mekar Sari, alasan masuk kelompok tani, luas lahan garapan, status lahan garapan dan alat-alat pertanian yang digunakan.

Tabel 4. Karakteristik Umur Responden Padi Pestisida dan Non Pestisida, Desa Purwasari, 2005 No. Keterangan Petani Padi Pestisida Petani Padi Non Pestisida

(tahun) Jumlah (org) Persen (%) Jumlah (org) Persen (%)

1. 0–25 0 0 0 0

2. >25–50 10 50 12 60

3. >50–75 9 45 7 35

4. >75 1 5 1 5

(64)
[image:64.596.114.510.273.360.2]

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa 50 persen umur responden padi pestisida dan 60 pe

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................33
Gambar 1. Pengaruh Teknologi Terhadap Produksi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Usahatani Padi Pestisida dan Non Pestisida
Tabel 1. Penggunaan Lahan, Desa Purwasari, 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada budget privat, total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi pada musim hujan lebih besar dibandingkan musim kemarau, namun dengan produktivitas dan harga gabah yang

Berdasarkan nilai R/C rasio atas biaya total dan biaya tunai, penurunan harga beras dan kenaikan biaya tunai sebesar 20 persen akan mengakibatkan usahatani padi ramah lingkungan

Biaya variabel meliputi pengeluaran untuk pembelian bibit, pupuk kimia (pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk phonska), pestisida, dan tenaga kerja.. Pembelian benih merupakan

Tujuan penelitian adalah menganalisis pendapatan usahatani padi anggota Gapoktan Widodo dan hubungan antara variabel independen berupa biaya bibit, biaya pupuk, biaya

Biaya variabel meliputi pengeluaran untuk pembelian bibit, pupuk kimia (pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk phonska), pestisida, dan tenaga kerja.. Pembelian benih merupakan

Untuk usahatani padi anorganik, variabel independen luas lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel jumlah

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi per hektar usahatani padi organik di kelompok tani Mandiri 1 pada Musim Kemarau I tahun 2015 sebesar 4.474,20 Kg,

Produksi Padi Musim Kemarau dan Musim Hujan di Desa Lamongan Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo Keterangan Rata- Rata Musim Kemarau Nilai Musim Hujan Nilai