• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Bursa Komoditi Dan Derivatif Indonesia Terhadap Ekspor Timah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Bursa Komoditi Dan Derivatif Indonesia Terhadap Ekspor Timah"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN BURSA KOMODITI DAN DERIVATIF

INDONESIA TERHADAP EKSPOR TIMAH

R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia terhadap Ekspor Timah (2009-2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI. Kebijakan Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia terhadap Ekspor Timah. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Indonesia merupakan produsen timah terbesar ke-2 di dunia setelah Cina dan menguasai 26 persen dari jumlah produksi timah dunia. Komoditi timah diperdagangkan di bursa berupa dokumen kontrak dengan mengacu pada harga timah internasional seperti London Metal Exchange (LME). Akan tetapi, harga acuan di LME sering mengalami fluktuasi harga yang besar. Pemerintah kemudian memberlakukan Permendag nomor 32/M-DAG/PER/6/2013 tentang kewajiban ekspor timah melalui bursa fisik sejak 30 Agustus 2013. Sesuai kebijakan baru tersebut dibentuklah Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) yang bertujuan agar Indonesia dapat menjadi acuan harga komoditi dunia terutama timah sehingga tidak harus bergantung pada harga timah di LME. Oleh sebab itu, perlu dianalisis bagaimanakah hubungan antara harga timah BKDI dan LME dengan metode Granger Causality dan uji kointegrasi. Terdapat hubungan dua arah yang signifikan dan hubungan jangka panjang antara harga timah LME dan BKDI. Berdasarkan hasil analisis dengan Gravity Model diperoleh bahwa kebijakan BKDI, volume ekspor, GDP negara tujuan, nilai tukar, dan populasi berpengaruh terhadap nilai ekpor timah.

Kata kunci: BKDI, Ekspor timah, Granger Causality, Gravity Model

ABSTRACT

R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI. Indonesia Commodity and Derivatives Exchange’s Policy on Tin Exports. Supervised by SRI MULATSIH

Indonesia is the second largest tin producer in the world after China and controls 26 percent of total global output. Tin commodity traded on the exchange floor in the form of contract documents by reference to the international tin prices such as the London Metal Exchange (LME). However, prices in the LME benchmark often experience large price fluctuations. The government then enforces Regulation No.32/M-DAG/PER/6/2013 concerning the tin export obligation through physical exchanges since August 30, 2013. Under the new policy, Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) aims to make Indonesia to become a world commodity reference price, so it does not have to depend on the LME’s tin price. Therefore, it should be analyzed how the relationship between price and LME tin ICDX with Granger Causality model and Cointegration Test. There are significant two-way relationships and long-term relationship between LME tin prices and ICDX. The analysis of Gravity Model showed that the ICDX policy, exports volume, destination country’s GDP, the exchange rate, and population affect the value of tin exports.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

KEBIJAKAN BURSA KOMODITI DAN DERIVATIF

INDONESIA TERHADAP EKSPOR TIMAH

R. AYU ANINDHIA PUSPHA SARI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah perdagangan, dengan judul Kebijakan Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia terhadap Ekspor Timah.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, antara lain kepada:

1. Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si. selaku dosen penguji utama yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 3. Dr. Muhammad Findi Alexandi, SE, M.E. selaku Komisi Pendidikan yang

telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Para dosen, staff, dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi.

5. Orang tua penulis (R. Hotmir dan Risnasari) serta adik (Anggun Novia Dwijayanti) atas doa, motivasi, dan dukungan moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman satu bimbingan Lita Rudoturahman, Mas Ayu Faradiah, Siska Nurwulan, dan Marsella atas kerjasama, motivasi dan doa selama proses penyelesaian skripsi.

7. Sahabat-sahabat penulis (Pristi Sukmasetya, Khairunnisa, Claudia, Sami, Maya, Rabbani, Putu Gayatri, Cahyaning Rosy, Pristi Panggabean, Widya, Hirza, dan Husnal) serta teman-teman ESP 48 atas kebersamaan, semangat, bantuan dan motivasi selama menjalankan studi.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

METODE PENELITIAN 21

Uji kointegrasi Johansen 22

Granger Causality Test 23

Metode Data Panel 23

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Ekspor Timah Indonesia 27

Hubungan Jangka Panjang dan Kausalitas antara Harga Timah Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal

Exchange (LME) 31

Analisis Pengaruh Kebijakan Ekspor Timah Melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) terhadap Ekspor Timah 34

SIMPULAN DAN SARAN 38

Simpulan 38

Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 43

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kerangka identifikasi autokorelasi 27

2 Rata-rata produksi timah murni dunia per dekade (000 ton) 27

3 Hasil Unit Root Test 34

4 Hasil Uji kointegrasi Johansen 35

5 Hasil estimasi Granger Causality antara harga LME dan ICDX 35

6 Hasil estimasi Gravity Model nilai ekspor timah Indonesia 36

DAFTAR GAMBAR

1 Volume produksi timah batangan Indonesia periode 2008-2014 1

2 Perbandingan volume ekspor dan impor timah Indonesia ke dunia

periode 2004-2013 3

3 Kurva perdagangan internasional 12

4 Kerangka pikir konseptual 20

5 Rata-rata ekspor negara eksportir timah (HS 800110) ke dunia tahun

2009-2013 25

6 Ekspor timah (HS 800110) Indonesia ke dunia tahun 2004-2013 26

7 Ekspor timah (HS 800120) Indonesia ke dunia tahun 2004-2012 26

8 Ekspor timah (HS 800300) Indonesia ke dunia tahun 2004-2013 27 9 Rata-rata ekspor timah Indonesia (HS 800110) ke 6 negara importir

utama tahun 2008-2013 27

10Rata-rata harga timah London Metal Exchange (LME) sebelum

Kebijakan BKDI diterapkan 28

11Perbandingan harga timah sebelum dan sesudah Kebijakan BKDI

dilaksanakan 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Top 10 produsen timah murni 2013-2014 43

2 Modal saham P.T. Timah (Persero) Tbk 43

3 Unit root test pada tingkat level 43

4 Unit root test pada tingkat first difference 44

5 Hasil uji kointegrasi Johansen 45

6 Hasil Granger Causality Test 45

7 Data untuk Gravity Model 46

8 Hasil uji Hausman 47

9 Hasil uji Chow 47

10Hasil FEM 48

11Hasil uji heteroskedastisitas 48

12Hasil uji normalitas 49

13Hasil uji multikolinearitas 49

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya logam dan mineral, seperti emas, timah, tembaga, dan nikel. Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar ke-2 di dunia setelah Cina dan menguasai 26 persen dari jumlah produksi timah dunia dengan cadangan timah yang menduduki peringkat ke-5 atau sebesar 8.10 persen dari cadangan timah dunia. Produksi timah Indonesia mencapai 100 000-120 000 ton per tahun dan hampir semuanya diekspor keluar negeri, sedangkan yang diserap di dalam negeri hanya 5 persen (Media Penilai 2013). Kebutuhan timah dunia saat ini mencapai 300 000 ton per tahun dan negara-negara yang paling banyak mengkonsumsi timah adalah Cina, Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara produsen elektronik. Indonesia pun menghasilkan laba bersih Rp202.70 milyar pada semester pertama 2014 (P.T. Timah 2015).

Timah Indonesia diproduksi sebagian besar oleh P.T. Timah yang merupakan produsen timah terbesar ke-3 di dunia pada tahun 2014 menurut International Tin Research Institute (ITRI) (Lampiran 1). Produksi timah mentah Indonesia yang tinggi tidak sebanding dengan produksi timah batangan yang jauh lebih rendah. Produksi timah batangan terus mengalami penurunan dalam periode 6 tahun seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1. Produksi timah tahun 2013 hanya mencapai 23 718 ton dan lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 29 512 ton. Cadangan timah Indonesia pada tahun 2013 sebesar 259 432 ton yang lebih rendah dari produksi timah tahun 2011 sebesar 387 967 ton.

Sumber: P.T. Timah 2014

Gambar 1 Volume produksi timah batangan Indonesia periode 2008-2013 Ekspor timah termasuk salah satu komoditi yang berpengaruh besar terhadap neraca perdagangan Indonesia, sekitar 90 persen produk logam timah diekspor ke pasar global sehingga Indonesia menjadi salah satu pemasok timah terbesar di pasar global. Ekspor timah Indonesia dilakukan di bursa timah dunia London Metal Exchange (LME). Harga yang berlaku di LME sering mengalami fluktuasi tajam (Gambar 10) dan pernah turun hingga Indonesia sebagai eksportir timah terbesar melakukan moratorium ekspor pada Oktober 2011.

(14)

2

Moratorium tersebut diakukan bertujuan untuk meningkatkan harga timah di pasar global dari sekitar US$21 000 per ton menjadi US$25 000 per ton berbeda dengan LME yang menetapkan harga timah untuk 9 Desember 2011 sebesar US$20 475 per ton atau semakin turun (Putri 2011). Fluktuasi harga timah bisa mencapai 30 persen karena banyaknya spekulan yang bermain dengan dokumen kontrak perdagangan timah. Stok timah di LME sering terjadi ketidaksesuaian dengan data ekspor Kementerian Perdagangan seperti terjadi penurunan stok timah karena disembunyikan oleh para spekulan.

Pemerintah kemudian menetapkan kebijakan khusus bagi perdagangan timah, yang dilatarbelakangi oleh faktor timah sebagai sumber daya alam yang unrenewable sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Sifat timah yang tidak dapat diperbarui, jika bijihnya terlalu banyak diekspor maka berpengaruh besar terhadap lingkungan khususnya degradasi lingkungan akibat eksploitasi dan eksplorasi seperti penambangan ilegal di Bangka dan Belitung. Sepanjang 2006 cadangan timah yang dimiliki Indonesia sebesar 900 000 ton. Cadangan yang dimiliki saat ini hanya tersisa untuk 10 sampai 12 tahun ke depan apabila setiap tahunnya diekspor sebesar 60 000 sampai 90 000 ton, (Solihin et al. 2014). Pemerintah mengharapkan dapat memaskimalkan nilai ekspor maksimal dengan dampak lingkungan yang dapat diminimalisasi.

Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 32/M-MDAG/PER/6/2013 tentang kewajiban ekspor timah yang diperdagangkan melalui bursa fisik timah sejak 30 Agustus 2013 pun diterapkan. Kebijakan ini merupakan perubahan dari Permendag Nomor 78/M-DAG/PER/2012 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Sesuai kebijakan baru tersebut dibentuklah bursa timah INATIN melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau secara global dikenal sebagai Indonesia Comodity and Derivative Exchange (ICDX) yang bertujuan agar Indonesia dapat berperan sebagai penentu harga komoditi dunia terutama timah. Perdagangan timah langsung di bursa tersebut dapat mencegah terjadinya praktik under invoice, meningkatkan penerimaan royalti, mencegah adanya praktik perdagangan timah ilegal, serta meningkatkan daya saing timah Indonesia (Bappebti 2013).

Pembentukan BKDI atau ICDX pada awalnya karena Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya sebuah sarana lindung nilai di Indonesia atas tata kelola bisnis hasil produksi sumber daya alam sehinga harapan semua lapisan rakyat Indonesia menjadi tuan di rumahnya sendiri dalam pengelolaan bisnis sumber daya alam tersebut mejadi nyata. Hal tersebut menyebabkan keberadaan Bursa Dagang Komoditi Indonesia pun semakin penting. Pada tahapan selanjutnya Bursa Komoditi Indonesia mulai menawarkan sektor bisnis lainnya yakni, sektor soft agri seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil), kopi dan coklat, sektor logam seperti emas dan timah, dan sektor energi seperti batu bara dan minyak bumi mentah (Agin 2015).

(15)

3 Tercatat sampai November 2014, 22 perusahaan timah asal Provinsi Bangka Belitung telah melakukan perdagangan timah di BKDI. Terdapat lima jenis kontrak yang diperdagangkan di BKDI antara lain TINPB300, yaitu batas maksimal unsur pengotor timbal (PB) sebesar 300 part per million (PPM). Selain itu juga ada TINPB200, TINPB100, TINPB50 dan TIN4NINE dan kandungan timah batangan yang diperdagangkan di bursa wajib memiliki kualitas dan spesifikasi standar yang tinggi dengan kandungan stanum (Sn) sebesar 99.99 persen dengan satuan per lot untuk pasar timah ini yaitu 5 mton (Kemendag 2013).

Pembentukan BKDI dapat meningkatkan pendapatan para smelter timah yang sebelumnya hanya US$19 795 per ton dan setelah adanya BKDI meningkat sampai US$22 757 per ton (2 962 US$/ton) dan totalnya US$191.12 juta per ton per 31 Oktober 2014 kemarin. Peningkatan pendapatan negara sebelum terbentuknya BKDI hanya US$593.85 per ton, setelah ada BKDI kini menjadi US$682.71 per ton (US$88.86 per ton) dengan total US$5.73 juta per ton (Reportase Bangka 2014). Oleh sebab itu, dengan dibentuknya BKDI diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekspor Indonesia melalui komoditi timah secara signifikan.

Perumusan Masalah

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 tahun 2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah sebagai revisi dari Permendag Nomor 32/M-DAG/PER/6/2013 berpotensi menimbulkan penyelundupan timah ilegal karena ekspor produk timah murni bukan batangan, timah solder, serta timah paduan bukan solder harus memiliki izin eksportir terbatas dan produk timah tidak murni tersebut dapat diekspor tanpa harus melewati BKDI. Menurut estimasi ITRI, sebanyak 52 000 ton bijih timah yang ditambang dari Indonesia tidak dilaporkan secara resmi hampir sama banyaknya dengan jumlah logam timah yang diproduksi oleh Indonesia, yaitu 55 400 ton (P.T. Timah 2011).

Sumber: Comtrade 2015

Gambar 2 Perbandingan volume ekspor dan impor timah Indonesia ke dunia tahun 2004-2013

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(16)

4

Data Kementerian Perdagangan dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa ekspor timah pada 2013 sampai 2014 mencapai 1.02 juta ton sementara data negara pengimpor mencapai 1.33 juta ton. Hal ini berarti bahwa ada selisih 301 800 ton yang diduga adalah ekspor timah secara ilegal oleh oknum-oknum tertentu. Jumlah tersebut setara dengan nilai penjualan yang mencapai US$4 368 miliar atau 50.12 triliun (Harian Ekonomi Neraca 2014). Gambar 2 menunjukkan volume ekspor timah batangan dengan HS 800110 selalu lebih rendah dari volume impor timah yang dilaporkan negara pengimpor. Tahun 2013 volume ekspor timah Indonesia ke dunia sebesar 88 441.47 ton sedangkan data negara pengimpor mencapai 101 414.45 ton.

Masalah yang kemudian terjadi dalam BKDI adalah para pembeli dan penjual tidak menemui kesepakatan yang sesuai antara harga jual dan beli. Pergerakan harga timah tersebut tergantung penawaran dan permintaan (Nurtia 2013). Hal tersebut membuat nilai transaksi di bursa timah pada September 2014 turun sebesar 49.28 persen menjadi US$54.55 juta atau Rp656.94 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya senilai US$108.72 juta atau Rp1.30 triliun (Rianto 2014). Berdasarkan data BKDI, harga jual timah batangan per awal Januari 2015 sebesar US$19 320 per ton. Harga ini jauh rendah jika dibandingkan dengan harga jual timah batangan pada tahun 2014 yang mencapai lebih dari US$23 000 per ton. Hingga akhir Desember 2014, produksi timah Indonesia hanya 71 151 ton atau turun 19.10 persen dibandingkan dengan produksi 2013 sebanyak 88 000 ton.

Fluktuasi harga timah yang tajam serta harga timah yang semakin menurun akibat penyelundupan ilegal membuat Indonesia harus melakukan strategi tertentu untuk meningkatkan harga timah serta menjadi acuan harga bagi dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa, analisis mengenai pengaruh kebijakan ekspor timah melalui BKDI terhadap kinerja ekspor timah perlu dilakukan untuk mengetahui mampu tidaknya kebijakan tersebut meningkatkan harga timah Indonesia di dunia meningkatkan pendapatan ekspor timah, dan menekan penyelundupan ilegal. Berdasarkan uraian masalah sebelumnya muncul beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penelitian, yaitu

1. Bagaimanakah hubungan kausalitas dan jangka panjang antara harga timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal Exchange (LME)?

2. Apakah kebijakan ekspor timah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) berpengaruh terhadap nilai ekspor timah?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

1. Menganalisis hubungan kausalitas dan jangka panjang antara harga timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal Exchange (LME).

(17)

5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang diharapkan dapat membantu khalayak banyak, diantaranya adalah

1. Penelitian ini sebagai sarana pembelajaran sehingga dapat menambah wawasan serta pemahaman tentang perdagangan internasional pada ekspor timah Indonesia bagi penulis.

2. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai kondisi ekspor timah Indonesia dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam upaya peningkatan efektivitas kebijakan perdagangan fisik timah lewat bursa komoditi berjangka.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Cakupan penelitian terbatas pada 10 negara importir timah Indonesia yaitu Amerika Serikat, Belanda, Cina, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Thailand, dan Turki. Singapura dan Malaysia juga merupakan negara tujuan utama eskpor timah Indoensia akan tetapi kedua negara tersebut tidak dimasukkan dalam penelitian karena merupakan negara trader.Volume ekspor timah dengan Harmonized System (HS) 800110 (tin not alloyed, unwrought) sesuai dengan Permendag Nomor 44/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah yang mewajibkan perdagangan timah dengan kode HS tersebut.

Periode analisis pengaruh kebijakan Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) terhadap volume ekspor timah Indonesia yaitu dari tahun 2009 sampai 2013. Penggunaan data time series periode 30 Agustus 2013 sampai 31 Maret 2015 untuk harga timah (cash-settlement price) di London Metal Exchange (LME) dan bursa Indonesia Commodity dan Derivative Exchange (ICDX). Cakupan data tersebut digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan jangka panjang antara harga LME dan BKDI.

TINJAUAN PUSTAKA

Profil Timah

(18)

6

pengolahan, pembasahan dan mengikuti potensial dan elektrodeposisi kompatibilitas.

Timah yang merupakan logam ramah lingkungan biasa digunakan untuk kaleng makanan dan tidak berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk pelapis atau pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam dan seng. Konsumsi timah putih dunia untuk pelat menyerap sekitar 34 persen untuk solder 31 persen (Bappebti 2013). Mineral yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit sebagai mineral utama, pirit, kuarsa, zirkon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, kuprit, senotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Mineral-mineral ikutan pada bijih timah akan terpisahkan pada proses pengolahan, sehingga berpotensi menjadi produk sampingan.

Ketentuan Ekspor Timah

Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) melaporkan, pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah yang merupakan amandemen dari Permendag Nomor 32/2013. Timah yang diatur dikelompokkan menjadi

1. Timah Murni Batangan, timah murni dengan kandungan stanum (Sn) paling rendah 99.9 persen yang merupakan hasil dari kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih timah oleh smelter (Pos tarif/HS 8001.10.00.00).

2. Timah Murni Bukan Batangan, yaitu timah murni dengan kandungan stanum (Sn) paling rendah 99.93 persen dalam bentuk selain batangan atau dalam bentuk lainnya yang berbahan baku timah murni batangan (Pos tarif/HS 8001.10.00.00).

3. Timah Solder, yaitu timah paduan dengan kandungan stanum (Sn) paling tinggi 99.7 persen dalam bentuk batangan atau bentuk lainnya yang digunakan untuk menyolder dan mengelas (Pos tarif/HS 8003.00.10.00, ex.8003.00.90.00, ex.8311.30.90.10, ex.8311.90.00.00, ex.3810.10.00.00).

4. Timah Paduan Bukan Solder, yaitu timah paduan dengan kandungan stanum (Sn) paling tinggi 96 persen dalam bentuk batangan atau bentuk lainnya yang tidak digunakan untuk menyolder dan mengelas (Pos tarif/HS 8001.20.00.00, 8007.00.20.00, 8007.00.99.90).

Perusahaan Timah wajib memperoleh pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar Timah (ET-Timah) yang terdiri dari

1. Eksportir Terdaftar Timah Murni Batangan yang selanjutnya disebut ET-Timah Murni Batangan adalah perusahaan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan Ekspor Timah Murni Batangan; dan

2. Eksportir Terdaftar Timah Industri yang selanjutnya disebut ET-Timah Industri adalah perusahaan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan Ekspor Timah Murni Bukan Batangan, Timah Solder, dan/atau Timah Paduan Bukan Solder.

(19)

7 memiliki kandungan stanum (Sn) dengan standar paling rendah 99.9 persen. Timah-timah tersebut wajib diperdagangkan melalui Bursa Timah dan harus berasal dari ET-Timah. Mayoritas timah yang banyak diperjualbelikan di BKDI yaitu TINPB300 maksudnya adalah batas maksimal unsur pengotor timbal (PB) 300 part per million (PPM). Ketentuan tersebut mulai berlaku sejak 30 Agustus 2013 untuk timah batangan dan timah bentuk lainnya mulai 1 Januari 2015.

P.T. Timah sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 2 Agustus 1976 dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Lampiran 2) yang bergerak di bidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995. P.T. Timah merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen usaha pertambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. P.T. Timah sebagai sebuah perusahaan tambang yang terutama bergerak di pertambangan timah, secara terus menerus melakukan kegiatan eksplorasi timah baik di darat maupun dilaut. Luas seluruh Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dimiliki oleh P.T. Timah di darat 331 580 hektar, sedangkan luas IUP di laut 184 400 hektar.

Total sumber daya timah yang dimiliki oleh P.T. Timah per 31 Desember 2013 adalah 699 325 ton Sn (cutoff grade 0.2 kg/m3), yang tersebar di seluruh wilayah IUP yang dikelolanya dan sebanyak 67 persen dari sumber daya tersebut terdapat di laut, yakni di perairan Bangka Belitung dan Kundur. Tercatat hingga 31 Desember 2013, total cadangan timah Perusahaan tercatat sebanyak 259 432 ton Sn, naik 4 persen dari cadangan per akhir 2012 sebanyak 250 323 ton Sn dan lebih dari 92 persen cadangan timah perusahaan berada di laut.

Timah adalah komoditi yang sangat bernilai. Komposisi timah biasanya diperlukan untuk sektor elektronik seperti solder. Solder diperlukan untuk menghubungkan komponen-komponen di hampir setiap produk elektronik seperti handphone, lapisan terluar baterai. Timah juga digunakan dalam bentuk tinplate atau baja dengan lapisan tipis timah yang digunakan dalam kemasan makanan dan minuman serta kontainer produk lainnya. Timah disukai karena fungsinya sebagai salah satu metode pengawetan makan.

Penggunaan terbesar timah adalah sebagai bahan kimia timah organik di PVC pada produk konstruksi seperti pintu dan jendela yang berguna untuk menghentikan penyusutan akibat panas dan sinar matahari. Selain itu, bahan kimia timah anorganik dapat digunakan sebagai katalis untuk berbagai proses industri, pelapis kaca, fire retardants, serta pada industri keramik dan semen. Timah juga dapat dipadukan dengan perunggu dan kuningan, logam bantalan, dan bahkan superkonduktor, yang masing-masing banyak ditemukan dalam produk industri (ITRI 2012).

Bursa Berjangka Komoditi

(20)

8

hasil formulasi dengan menggunakan harga future atau forward luar negeri sebagai acuan kecuali untuk beberapa komoditi tertentu (Bappebti 2015).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opini atas Kontrak Berjangka. Perdagangan kontrak berjangka komoditi menurut Hafidz (2013) adalah suatu perjanjian untuk menjual atau membeli suatu komoditi yang dijadikan sebagai subjek kontrak dengan spesifikasi yang jelas berkaitan dengan jumlah, jenis, dan mutu tertentu untuk penyelesaian pada waktu tertentu di kemudian hari dengan harga yang telah disepakati di bursa berjangka. Fungsi dari perdagangan berjangka komoditi yaitu hedging (pelindung nilai), fungsi investasi serta tempat terbentuknya harga sebuah komoditi yang transparan.

Perdagangan berjangka dilakukan di bursa berjangka, yang selanjutnya disebut dengan bursa yang memperdagangkan kontrak berjangka berbagai komoditi. Tempat kontrak berjangka diperdagangkan disebut pasar berjangka. Hal ini menyebabkan dalam bursa akan terdapat banyak pasar berjangka sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi untuk penyerahan di kemudian hari sesuai isi atau spesifikasi kontrak di bursa (Bappebti 2015). Harga yang terbentuk di lantai bursa menjadi harga referensi yang menjadi acuan bagi pelaku pasar. Harga tersebut akan tetapi tidak mencerminkan tingkat supply dan demand sebenarnya di pasar spot (Hafidz 2013).

Pasar berjangka menurut Samsul (2009) adalah tempat atau sarana kontrak jual beli produk yang disepakati saat ini tentang harga, kuantitas, kualitas, syarat pembayaran, dan syarat penyerahan, tetapi pelaksanaan kontrak dilakukan kemudian hari. Dengan kata lain kontrak jual beli dimuka tetapi pelaksanaannya dilaksanakan setelahnya bahwa bursa berjangka memiliki beberapa fungsi penting seperti penimbun, stabilisasi harga, distribusi, spekulasi, lindung nilai (hedging), dan arbitrase. Bursa timah adalah pasar timah internasional di Indonesia yang merupakan pasar terorganisir dan merupakan bagian dari bursa berjangka.

Pasar fisik komoditi berjangka sesuai dengan Ketentuan 77/BAPPEBTI/Per/12/2009 pasal 1, yaitu

1. Pasar fisik komoditi berjangka selanjutnya disebut pasar fisik adalah pasar fisik yang dilaksanakan secara elektronik dan difasilitasi bursa berjangka.

2. Peserta pasar fisik komoditi adalah pihak yang bertindak selaku penjual dan atau pembeli komoditi bursa berjangka yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan bursa berjangka.

Tata cara perdagangan melalui Automated Trading Platform (ATP) di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI)

Automated Trading Platform (ATP) adalah sistem perdagangan elektronik yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak serta aplikasi, yang disediakan oleh bursa untuk menerima amanat jual dan amanat beli secara online dalam rangka pelaksanaan transaksi nasabah.

(21)

9 1. Market order, yaitu amanat untuk membeli atau menjual kontrak berjangka

yang dilaksanakan pada harga pasar.

2. Pending order, yaitu amanat untuk membeli atau menjual kontrak yang dilaksanakan jika harga pasar telah mencapai level amanat tersebut.

Jenis pending order yang disediakan oleh ATP adalah a. Limit Order

(i) Limit Order Beli yaitu suatu amanat untuk membeli kontrak berjangka pada harga tertentu, yang akan menjadi market order jika harga pasar berada pada posisi yang sama atau lebih rendah dari harga tertentu dimaksud. (ii)Limit Order Jual yaitu suatu amanat untuk menjual kontrak berjangka pada

harga tertentu, yang akan menjadi market order jika harga pasar berada pada posisi yang sama atau lebih tinggi dari harga tertentu dimaksud. b. Stop Order

(i) Stop Order Beli yaitu suatu amanat untuk membeli kontrak berjangka pada harga tertentu, yang akan menjadi market order jika harga pasar berada pada posisi yang sama atau lebih tinggi dari harga tertentu dimaksud. (ii) Stop Order Jual yaitu suatu amanat untuk menjual kontrak berjangka pada

harga tertentu yang akan menjadi market order jika harga pasar berada pada posisi yang sama atau lebih rendah dari harga tertentu dimaksud. Prioritas pelaksanaan amanat

1. Market order diberikan prioritas lebih tinggi dari pada pending order.

2. Semua market order ditentukan berdasarkan urutan waktu masuknya amanat. 3. Semua pending order ditentukan berdasarkan persyaratan masing-masing

amanat.

4. Proses mempertemukan antara amanat jual dan beli (matching) dalam ATP yang ditetapkan berdasarkan prioritas harga (price priority) dan prioritas waktu (time priority). Prioritas harga (price priority) mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dari pada prioritas waktu (time priority).

Periode pembukaan perdagangan

1. Periode pembukaan perdagangan dilaksanakan pada jam perdagangan sesuai dengan ketentuan pada masing-masing kontrak berjangka. Periode pembukaan perdagangan disediakan selama 5 menit atau selama periode waktu yang ditentukan oleh direksi, sebelum periode perdagangan dibuka.

2. Selama periode pembukaan perdagangan, jenis amanat pending order dapat diteruskan ke dalam Daftar Amanat Elektronis, tetapi tidak dapat dilakukan penyepadanan (matching) sampai pada saat dibukanya Periode Perdagangan. 3. Amanat penawaran beli dan jual yang telah diteruskan ke ATP pada periode

pembukaan perdagangan dapat diubah atau dibatalkan sebelum dilakukan proses penyepadanan (matching).

4. Lima detik sebelum dibukanya periode perdagangan, ATP akan melaksanakan proses penyepadanan (matching) terhadap amanat yang ada pada Daftar Amanat Elektronis dengan prosedur sebagai berikut

(22)

10

b. Semua penawaran beli lebih dari atau sama dengan current price, dan semua penawaran jual kurang dari atau sama dengan current price akan dialokasikan berdasarkan prioritas.

Periode selama sesi perdagangan

1. Selama periode perdagangan berlangsung, terhadap semua amanat beli dan jual akan terjadi

a. proses validasi yang meliputi penelitian terhadap kode akses (User ID & Password) nasabah dan kecukupan margin;

b. penyepadanan semua amanat sesuai dengan aturan urutan prioritas harga dan waktu;

c. hasil penyepadanan tersebut ditampilkan dan dikonfirmasikan kepada nasabah.

2. Pialang bertanggung jawab untuk meneliti uraian transaksi yang terjadi dan wajib melaporkan ke petugas bursa apabila terjadi kesalahan selambat-lambatnya sebelum sesi perdagangan pada hari berikutnya dibuka.

Periode penutupan perdagangan

1. Semua amanat beli dan jual yang tidak sepadan (unmatched) pada akhir hari perdagangan diperlakukan sesuai dengan validitas amanat seperti yang dipilih pengguna. Validitas amanat dapat berlangsung satu hari perdagangan, atau sampai hari Jumat minggu berjalan, atau sampai amanat terpenuhi.

2. ATP akan mencetak daftar semua amanat yang dihapus tersebut.

3. Harga penutupan (Closing Price) akan ditetapkan berdasarkan harga transaksi terakhir (Last Done Price).

Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak alam produksi barang tersebut. Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

(23)

11 Teori Modern David Ricardo

David Ricardo seorang tokoh aliran klasik menyatakan bahwa nilai penukaran ada jika barang tersebut memiliki nilai kegunaan. Suatu barang dapat ditukarkan apabila barang tersebut dapat digunakan. Seseorang akan membuat suatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna yang dibutuhkan oleh orang. David Ricardo beranggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya berlaku antara dua negara yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta kedua negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum pemasaran bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan teori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan absolut, akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan perdagangan.

David Ricardo juga membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis ternama, barang kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan.

Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Perdagangan internasional menurut Teori Heckscher-Ohlin yang menyatakan bahwa suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain karena negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan tersbut berasal dari teknologi dan keunggulan faktor produksi. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.

Indonesia dalam hal ini merupakan tiga besar produsen dan eksportir timah di dunia dengan spesialisai produksi timah khususnya di daerah Bangka dan Belitung. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor Barang-barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya. Singapura sebagai importir timah utama Indonesia tidak memiliki faktor produksi yang memadai dengan lahan sempit dan padat sehingga tidak memungkinkan untuk produksi maksimal.

Konsep Perdagangan Internasional

(24)

12

Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti 2009). Teori perdagangan internasional dalam aspek ilmu makroekonomi membahas tentang mekanisme penyesuaian dalam ketidaksesuaian neraca pembayaran (defisit dan surplus).

Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Ekspor dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri, permintaan, dan penawaran domestik, jumlah komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat memengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung (Salvatore 1997).

X : jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB : harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdangangan

M : jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P* : harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdangangan internasional

0Q* : keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara; jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M)

(25)

13 Kurva pada Gambar 3 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional harga di negara A sebesar PA, sedangkan di negara B sebesar PB.

Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari PA sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga

internasional lebih rendah dari PB. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan

PA maka negara B akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga

internasional sama dengan PB maka di negara A akan terjadi excess supply sebesar

A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P dan dengan perdagangan tersebut, maka negara A akan mengekspor komoditi sebesar X. Kesimbangan harga yang terjadi di pasar dunia adalah sebesar P* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan jumlah yang diimpor Q* dengan asumsi perdagangan hanya antar 2 negara.

Konsep Kointegrasi

Pendekatan kointegrasi berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi seperti yang disyaratkan oleh teori ekonomi. Uji kointegrasi bertujuan untuk menentukan apakah variabel-variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Konsep kointegrasi dipopulerkan oleh Engle dan Granger (1987) sebagai kombinasi linear dari dua atau lebih variabel yang tidak stasioner akan menghasilkan variabel yang stasioner. Kombinasi liner ini dikenal dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan sebagai hubungan keseimbangan jagka panjang di antara variabel (Firdaus 2011).

Terdapat 3 cara untuk menguji kointegrasi yaitu (1) Uji kointegrasi Engle-Granger, (2) Uji Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW), dan (3) Uji kointegrasi Johansen (Firdaus 2011). Pendekatan yang digunakan untuk menguji kointegrasi dalam penelitian ini adalah metode yang dikembangkan oleh Johansen. Uji kointegrasi Johansen menggunakan analisis trace statistic dan nilai kritis pada tingkat kepercayaan = 5 persen. Hipotesis nolnya apabila nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan = 5 persen atau nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari = 5 persen maka terindikasi kointegrasi (Saputra et. al 2012).

Unit Root Test (Uji Akar-Akar Unit)

Sebelum melakukan uji kointegrasi maka data yang akan dianalisis harus diperiksa kestasionerannya. Uji stasioneritas ini dilakukan untuk menghindari model yang lancung atau bias (tidak efisien). Uji Stasioner penelitian ini adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).

Nachrowi dan Usman (2006) menyebutkan formulasinya sebagai berikut

Keterangan: m adalah panjang lag yang digunakan.

Berdasarkan model tersebut kita dapat memilih 3 model yang akan digunakan untuk melakukan uji ADF, yaitu

(26)

14

2. Model yang hanya instersep saja ( , yaitu

3. Model tanpa intersep dan tren (slope), yaitu

Metode Granger Causality

Metode Granger Causality dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan 2 arah atau hanya 1 arah saja. Pada Granger Test yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang, sehingga data yang digunakan adalah data time series (Nachrowi dan Usman 2006). Menurut Granger (1969), Granger Causality dikembangkan untuk memeriksa apakah dimasukkannya nilai-nilai dari variabel masa lalu dapat membantu atau tidak dalam prediksi nilai sekarang dari variabel. Jika kejadian A terjadi sebelum B, maka ada kemungkinan bahwa A menyebabkan B. Namun, tidak mungkin B menyebabkan A. Hal ini berarti bahwa peristiwa di masa lalu dapat menyebabkan peristiwa hari ini sedangkan kejadian di masa depan tidak bisa (Ranjan dan Chintu 2013).

Inovasi dari perhitungan dengan Granger Causality adalah bahwa metode tersebut dapat diterapkan di semua periodisitas (misalnya dalam jangka pendek, selama frekuensi siklus bisnis, dan dalam jangka panjang) (Tiwari 2012). Berikut ini merupakan metode yang digunakan untuk dalam Granger Causality Test dalam Badikenita (2004)

Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linear sebelumnya akan menghasilkan kemunginan-kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi sebagai berikut

1. Jika ∑ dan ∑

Maka terdapat kausalitas 1 arah dari Y ke X. 2. Jika ∑ dan ∑

Maka terdapat kausalitas 1 arah dari X ke Y. 3. Jika ∑ dan ∑

Maka Y dan X bebas antara satu dengan yang lainnya. 4. Jika ∑ dan ∑

(27)

15 Konsep Gravity Model

Analisis faktor penentu perdagangan antar 2 negara dapat menggunakan sebuah model yang telah digunakan secara luas, yakni gravity model. Model ini merupakan pendekatan yang sederhana tetapi dapat memperkirakan dengan kuat aliran perdagangan bilateral pada data cross section atau data panel (Anderson dan van Wincoop 2003). Model ini mengenalkan 3 faktor penentu yang secara luas dapat menjelaskan ukuran aliran perdagangan bilateral: permintaan importir, penawaran eksportir, dan biaya perdagangan internasional, Artinya, model ini digunakan untuk menjelaskan pola aliran perdagangan bilateral "alami" dengan faktor ekonomi yang konstan. Bergstrand (1985) merumuskan model ini sebagai berikut

Keterangan:

Xij : nilai ekspor dari negara i ke negara j

Yi(j) : Gross Domestic Product (GDP) negara i ( j ) Ni(j) : populasi di negara i ( j )

Dij : jarak antara negara i dan negara j

Rij : variabel dummy yang membatasi perdagangan antara negara i dan j uij : random error term

Kesimpulan dari konsep gravity model ini, terdapat variabel utama berupa Gross Domestic Product (GDP), jarak ekonomi, populasi negara tujuan, serta beberapa variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengekspor dan negara pengimpor dengan variabel pendukung seperti variabel nilai tukar.

Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu variabel utama dalam analisis aliran perdagangan Gravity Model. GDP adalah ukuran dari jumlah perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian. GDP dapat menunjukkan besarnya kemampuan perekonomian suatu negara. Semakin besar GDP yang dihasilkan suatu negara, maka semakin besar kemampuan suatu negara untuk melakukan perdagangan. Komponen GDP terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta net ekspor. Sesuai dengan persamaan umum GDP dalam perekonomian dapat ditulis seperti dibawah ini

Y = C + I + G + NX Keterangan:

C : konsumsi I : investasi

G : pengeluaran pemerintah NX : net ekspor

(28)

16

untuk suatu komoditi atau produk tertentu apabila pendapatan per kapita negara tersebut cukup tinggi.

Populasi

Populasi suatu negara yang terus bertambah berpengaruh pada ekspor suatu komoditi melalui sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi permintaan, Besarnya jumlah populasi berdampak pada bertambah besarnya permintaan domestik. Pada sisi penawaran adalah bertambahnya tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekspor (Salvatore 1997). Pengaruh variabel populasi pada arus perdagangan secara ketat tak menentu. Ukuran populasi dapat meningkatkan perdagangan dan menghambat perdagangan.

Populasi yang besar dapat menunjukkan kekayaan sumber daya yang besar, swasembada, dan berkurangnya ketergantungan pada perdagangan internasional. Jika efek ini mendominasi, maka tanda variabel akan negatif. Kemungkinan lain bahwa pasar domestik yang besar (populasi) mempromosikan pembagian kerja dan, dengan demikian, menciptakan peluang untuk perdagangan lebih banyak jenis barang. Berdasarkan hal tersebut tanda variabel populasi diharapkan positif (Papazoglou 2007).

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar (exchange rate) antara 2 negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk dari kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Nilai tukar rill menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang disuatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs Rill kadang-kadang disebut juga terms of trade (Mankiw 2007). Menurut Nopirin (1996) nilai tukar atau kurs adalah pertukaran antara 2 mata uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Sedangkan menurut Lipsey (1998), nilai tukar berarti nilai pada tingkat di mana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lain.

Nilai tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap ekspor Indonesia (Ginting 2013). Nilai tukar riil di antara kedua mata uang kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dikalikan dengan rasio tingkat harga di kedua negara tersebut. Hubungan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal itu, dapat diformulasikan sebagai berikut

REER : real effective exchange rate (nilai tukar riil)

ER : exchange rate nominal yang dapat dinyatakan dalam direct term (dalam rupiah/1 dolar) maupun indirect term (dolar/1 rupiah)

(29)

17 Jarak Ekonomi

Variabel utama pada konsep Gravity Model adalah jarak. Variabel jarak sebagai proxy dari biaya transaksi termasuk biaya transportasi. Variabel jarak geografis mutlak adalah jarak antara ibukota, sebagai proxy untuk pusat ekonomi suatu negara. Peningkatan jarak antar negara diharapkan dapat meningkatkan biaya transportasi, sehingga mengurangi perdagangan. Variabel ini diharapkan bernilai negatif (Hatab et. al 2010)

Pada penelitian ini jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi karena jarak geografis antar ibukota negara tidak berubah (konstan). Oleh karena itu, jarak geografis tidak dapat digunakan untuk melihat faktor terhadap ekspor tetapi dapat dilihat melalui share GDP yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Jarak ekonomi merupakan jarak geografis antara ibukota Indonesia (negara i) dengan ibukota negara tujuan (negara j) dikalikan dengan share GDP negara j terhadap total GDP-nya. Secara matematis dapat dirumuskan seperti berikut

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan komoditi timah. Kamil (2006) menganalisis faktor-faktor permintaan ekspor timah putih Indonesia oleh Singapura tahun 1979 sampai 2003. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis regresi, Ordinary Least Square. Hubungan antara permintaan ekspor timah putih Indonesia dengan variabel yang diasumsikan berpengaruh terhadap permintaan ekspor timah putih Indonesia ke Singapura tersebut. Variabel yang digunakan adalah permintaan ekspor timah putih sebagai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu harga timah internasional, kurs nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah, PDB riil Singapura, harga tembaga internasional.

Hasil penelitian menunjukkan harga timah putih internasional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan ekspor timah putih oleh Singapura. Nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor timah putih oleh Singapura. PDB Singapura berpengaruh positif dan tidak signifika terhadap permintaan ekspor timah putih oleh Singapura. Harga tembaga internasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor timah putih oleh Singapura.

Penelitian terkait dengan komoditi timah lainnya yaitu oleh Effendy (2011). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume permintaan ekspor timah Bangka Belitung ke Singapura, dan menganalisis faktor yang paling berpengaruh. Data yang digunakan adalah sekunder, time series 1986 sampai 2010, dan alat analisis yang digunakan adalah metoda Two Stage Least Squares (TSLS) model persamaan simultan permintaan dan penawaran.

(30)

18

kurs rupiah terhadap dolar Singapura, harga timah dan alumunium di pasar internasional (London) sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurs rupiah terhadap dolar Singapura dan harga alumunium di pasar internasional (London) berpengaruh terhadap volume permintaan ekspor timah Bangka Belitung ke Singapura, dan faktor yang paling berpengaruh adalah harga alumunium, sedangkan GDP Singapura dan harga timah tidak berpengaruh terhadap volume permintaan ekspor timah.

Penelitian terdahulu terkait dengan metode Granger Causality dan kointegrasi dalam jurnal ekonomi dan pembangunan oleh Kumari dan Malhotra (2014). Penelitian tersebut menganalisis pertumbuhan ekspor di India dengan mengeksplorasi hubungan kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan Johansen Cointegration dan pendekatan Granger Causality. Data yang digunakan berupa time series tahunan ekspor variabel dan PDB per kapita di India periode 1980 sampai 2012 untuk menguji hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan temuan dengan pendekatan kointegrasi menyimpulkan bahwa ada tidak ada keseimbangan jangka panjang hubungan antara ekspor dan PDB per kapita. Uji Granger Causality memperlihatkan kausalitas dua arah berjalan dari ekspor terhadap PDB per kapita dan GDP per kapita untuk ekspor.

Penelitian lainnya mengenai metode Granger Causality dan kointegrasi. Pelawi (2010) dalam penelitiannya tentang kausalitas dan uji kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara, dalam periode 1975 sampai 2007. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik (saling memengaruhi), hubungan searah, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara. Penelitian tersebut menggunakan model dinamis dengan metode uji Granger Causality.

Hasil dari estimasi adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (tingkat pertumbuhan ekspor memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi). Ekspor adalah fungsi dari pertumbuhan ekonomi dan dengan kata lain, ekspor memengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1975 sampai 2007. Setelah mengetahui hubungan antara variabel, uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel tersebut. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut di Sumatera Utara dalam kurun waktu 1975 sampai 2007.

Penelitian terdahulu mengenai metode data panel dengan pendekatan Gravity Model. Papazoglou (2007) dalam penelitiannya menganalisis tentang apakah rendahnya keterbukaan ekonomi di Yunani adalah refleksi dari rendahnya integrasi perdagangan terutama sebagai akibat dari kinerja ekspor yang buruk. Analisis dengan Gravity Model menggunakan panel data lintas negara, yang meliputi arus perdagangan bilateral 15 anggota Uni Eropa dengan periode 1993 sampai 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GDP negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antar negara, dan dummy keanggotaan Uni Eropa, hambatan perdagangan serta dampak perdagangan intra industri berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor Yunani.

(31)

19 perdagangan sektor manufaktur di ASEAN+6. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis keunggulan komparatif sektor manufaktur di 12 negara ASEAN+6 dengan periode tahun 2007 sampai 2012. Sedangkan model gravitasi data panel digunakan untuk mengestimasi hubungan variabel trade facilitation terhadap arus perdagangan sektor manufaktur di ASEAN+6. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa arus perdagangan sektor manufaktur ASEAN+6 dipengaruhi signifikan oleh variabel GDP per kapita negara pengekspor, GDP per kapita negara pengimpor, kurs, jarak ekonomi, port efficiency, custom environment, regulatory environment, dan dummy krisis.

Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan mengenai analisis pengaruh kebijakan bursa komoditi dan derivatif Indonesia memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu. Produk atau komoditi yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan komoditi timah Indonesia yang potensial di negara tujuan. HS yang digunakan tergolong dalam kelompok HS 6 digit, yakni HS 800110 dari tahun 2009 sampai 2013. Negara yang diteliti yaitu Amerika Serikat, Belanda, Cina, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Thailand, dan Turki.

Penelitian ini menganalisis hubungan kausalitas (sebab akibat) dan jangka panjang antara harga di LME dan BKDI menggunakan metode Granger Causality dan uji kointegrasi Johansen. Menganalisis pengaruh kebijakan termasuk faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan ekspor timah Indonesia mengggunakan analisis Gravity Model dengan memasukan beberapa variabel seperti volume ekspor, GDP riil negara tujuan, nilai tukar riil rupiah terhadap dolar, populasi negara tujuan, dan jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan.

Kerangka Pemikiran

Timah merupakan salah satu komoditi ekspor terbesar Indonesia dengan Bangka Belitung sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Perdagangan timah sebelumnya mengacu pada harga timah internasional di LME. Akan tetapi, harga yang berlaku di LME sering berfluktuasi secara besar. Saat ini, perdagangan timah harus melalui bursa fisik di BKDI berlaku sejak 30 September 2013 sesuai dengan Permendag Nomor 32/M-DAG/PER/6/2013 dan BKDI memiliki harga acuan sendiri.

(32)

20

Gambar 4 Kerangka pikir konseptual

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang ada dan beberapa penelitian terdahulu. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Volume ekspor timah berhubungan negatif terhadap harga timah. Nilai ekspor timah akan meningkat karena dipengaruhi oleh bertambahnya volume ekspor.

b. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika diduga memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor timah Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang mengalami depresiasi akan mengakibatkan barang-barang domestik cenderung lebih murah, sehingga akan meningkatkan kesempatan untuk meningkatkan ekspor karena negara tujuan cenderung meningkatkan impornya terhadap timah Indonesia sehingga pendapatan ekspor pun meningkat.

c. GDP riil negara tujuan ekspor timah dari Indonesia memiliki hubungan positif terhadap volume ekspor timah. Peningkatan GDP riil maka akan meningkatkan nilai ekspor timah Indonesia.

d. Jarak ekonomi memiliki hubungan negatif terhadap volume ekspor timah. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk transportasi maka akan menurunkan nilai ekspor timah.

e. Populasi negara importir memiliki hubungan positif terhadap volume ekspor timah Indonesia. Semakin besar populasi negara pengimpor, pendapatan per kapita pun semakin besar sehingga meningkatkan daya beli dan permintaan ekspor.

Ekspor Timah Indonesia

Pengaruh kebijakan ekspor timah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) terhadap ekspor timah

Gravity Model

Strategi dan Rekomendasi kebijakan ekspor timah Indonesia Hubungan kausalitas dan jangka

panjang antara harga timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal Exchange (LME)

Granger Causality  Uji kointegrasi Johansen

(33)

21 f. Variabel dummy yang digunakan memengaruhi volume ekspor timah pada

saat kebijakan tersebut berlaku.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) dan cross section. Metode Granger Causality dan uji kointegrasi Johansen menggunakan data harian periode 30 Agustus 2013 sampai 31 Maret 2015. Data time series panel Gravity Model yang digunakan meliputi data tahunan periode 2009 sampai 2013 sedangkan data cross section meliputi data 10 negara tujuan ekspor timah Indonesia yaitu Amerika Serikat, Belanda, Cina, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Thailand, dan Turki. Objek penelitian ini menggunakan komoditi timah dengan kode Harmonized System (HS) 800110 (tin not alloyed, unwrought).

Data-data yang diperlukan antara lain harga timah di London Metal Exchange (LME), harga timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), nilai dan volume ekspor timah Indonesia ke negara tujuan, nilai tukar rupiah terhadap dolar, jarak Indonesia ke negara tujuan ekspor GDP riil serta populasi negara tujuan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti Westmetal, ICDX, COMTRADE, World Bank, UNCTAD.stat, dan CEPII.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas (sebab akibat antar variabel) dan jangka panjang antara harga timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) dan London Metal Exchange (LME) adalah Granger Causality dan uji kointegrasi Johansen. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh kebijakan ekspor timah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) adalah metode data panel dengan pendekatan Gravity Model. Data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6.0.

Unit Root Test (Uji Akar-Akar Unit)

Uji akar-akar unit dilakukan sebelum melakukan analisis kointegrasi. Uji Stasioneritas ini dilakukan untuk menghindari model yang lancung atau bias (tidak efisien). Sebelum akan menggunakan ADF tes, kita akan merumuskan hipotesis yang merupakan hipotesis nol atau alternatif dan masing-masing dilambangkan sebagai H0 atau H1 (Ranjan dan Chintu 2013) sebagai berikut

H0 : data yang digunakan tidak stasioner dan memiliki akar unit

(34)

22

Penelitian menggunakan data harian harga BKDI dan LME periode 30 Agustus 2013 sampai 31 Maret 2015 dan sehingga model transformasi ke bentuk logaritma natural (ln) sebagai berikut

1. Persamaan untuk deret waktu ICDX

2. Persamaan untuk deret waktu LME

Jika nilai absolute statistic ADF lebih besar dari nilai kritis Mackinnon maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolute statistic ADF lebih kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam Uji ADF adalah menentukan panjangnya lag. Panjangnya lag dapat ditentukan berdasarkan kriteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC digunakan untuk panjangnya lag yang optimal.

Uji kointegrasi Johansen

Kointegrasi berarti bahwa meskipun secara individu non stasioner, kombinasi dari dua atau lebih time series dapat menjadi stasioner. Kointegrasi dari dua atau lebih time series menunjukkan bahwa ada keseimbangan atau hubungan jangka panjang antara mereka (Kumari dan Malhotra 2014). Penelitian ini mengguakan pendekatan Johansen untuk menguji kointegrasi didasarkan pada 2 uji statistik, yaitu Trace Test Statistic dan Maximum Eigen Value Test Statistic. 1. Trace Test Statistic

Pada uji ini, model dapat ditetapkan sebagai berikut ∑ ,

Di mana λi adalah eigen value terbesar ke-i dari matriks and T adalah jumlah observasi. Pada Trace Test Statistic, hipotesis nol adalah jumlah kointegrasi yang berbeda vektor (s) kurang dari atau sama dengan jumlah hubungan kointegrasi (r).

2. Maximum Eigen Value Test Statistic

Uji ini meneliti hipotesis nol dari kointegrasi hubungan (r) terhadap alternatif hubungan kointegrasi r + 1 dengan tes statistik

,

Di mana adalah squared eigen value terbesar ke-(r+1). Dalam trace test, hipotesis nol r = 0 diuji terhadap alternatif kointegrasi vektor r + 1 (Kumari dan Malhotra 2014).

(35)

23 alternatifnya H1 = kointegrasi. Jika trace statistic > critical value, kita tolak H0

atau terima H1 yang artinya terjadi kointegrasi (Firdaus 2011).

Granger Causality Test

Pengujian kausalitas dalam pengertian Granger (1969) dilakukan dengan menggunakan F-test untuk menguji apakah lag informasi dalam variabel Y memberikan informasi statistik tentang variabel X dalam menjelaskan perubahan X. Jika tidak, Y tidak ada hubungan sebab akibat Granger dengan X (Firdaus 2011). Eviews akan menjalankan estimasi dengan bentuk persamaan transformasi logaritma natural menggunakan lag 1

Keterangan:

LNICDX : harga timah di BKDI (persen) LNLME : harga timah di LME (persen)

u : error term

, , , : koefisien regresi

Pada persamaan pertama, hipotesis nol-nya adalah x tidak memengaruhi Granger y sedangkan y tidak memengaruhi Granger x pada persamaan kedua. Model menggunakan lag yang terkecil, yaitu lag = 1 berarti kita hanya menggunakan variabel bebas Yt-1 dan Xt-1. Hal ini dianjurkan karena umumnya

pengaruh lag yang berdekatan lebih tinggi dibandingkan lag yang lebih jauh (Nachrowi dan Usman 2006).

Metode Data Panel

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan Gravity Model. Gravity Model merupakan suatu model yang digunakan untuk mengukur laju perdagangan antar daerah maupun negara secara makroekonomi. Model tersebut dapat melihat hubungan permintaan ekspor timah dengan variabel yang menjadi penyusunnya. Beberapa variabel independen yang digunakan dalam model antara lain variabel volume ekspor, GDP riil negara tujuan, nilai tukar riil rupiah terhadap dolar, populasi, dan jarak ekonomi antara Indonesia dan negara tujuan ekspor. Variabel dependen adalah nilai ekspor komoditas HS 801100 (tin not alloyed, unwrought) antara Indonesia dengan negara mitra dagang. Berikut model yang dirumuskan

Keterangan:

X : volume ekspor timah (kg) XP : harga timah internasional (US$)

: populasi negara tujuan (orang)

GDPRD : Gross Domestic Product riil negara tujuan (US$)

: nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (Rp/US$)

(36)

24

DUMMY : variabel dummy, nilai ”0” jika kebijakan BKDI belum diterapkan

dan nilai “1” jika kebijakan diterapkan

: konstanta

: parameter yang diduga (n = 1, 2, 3,4) i : negara ; dan t : periode waktu ke-t

: error term

Model tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk ln (logaritma natural) untuk mengurangi kendala heteroskedastisitas, memenuhi uji asumsi klasik, dan menghindari model dari bias. Hasil dugaan persamaan permintaan ekspor timah Indonesia yang telah ditransformasikan, yaitu

Keterangan:

X : volume ekspor timah (persen) XP : harga timah internasional (persen)

: populasi negara tujuan (persen)

GDPRD : Gross Domestic Product riil negara tujuan (persen)

: nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (persen)

: jarak ekonomi (persen)

DUMMY : variabel dummy, nilai ”0” jika kebijakan BKDI belum diterapkan dan nilai “1” jika kebijakan diterapkan

: konstanta

: parameter yang diduga (n = 1, 2, 3,4) i : negara ; dan t : periode waktu ke-t

: error term

Estimasi Model

Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model efek tetap merupakan model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa variabel-variabel yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan perubaha-perubahan intersep ini, lalu model diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) sehingga pendekatan ini dapat dikenal pula dengan sebutan Least Square Dummy Variable (LSDV) (Firdaus 2011).

Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

(37)

25 Uji Kesesuaian Model

Pemilihan model terbaik

Pada analisis Gravity Model akan digunakan tahapan pengolahan data yang meliputi 3 pendekatan yaitu common effect atau Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Model terbaik dapat diperoleh dengan melakukan uji statistika yang terdapat dalam regresi data panel untuk menentukan model terbaik, yaitu

1. Chow test

Chow test atau biasa disebut dengan Uji F-statistics merupakan pengujian statistik yang bertujuan memilih model terbaik antara Fixed Effect Model (FEM) atau Pooled Least Square (PLS). Hipotesis dari uji adalah sebagai berikut

H0 : Pooled Least Square

H1 : Fixed Effects Model

Pada uji ini, apabila nilai probabilitas uji Chow pada hasil estimasi menggunakan E-views6 menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada taraf nyata (5 persen) bahwa model yang terbaik berdasarkan uji ini adalah Fixed Effects Model.

2. Hausman test

Uji ini merupakan pengujian statistika untuk menganalisis model yang terbaik antara Fixed Effects Model (FEM) atau Random Effects Model (REM) yang memiliki hipotesis sebagai berikut

H0 : Random Effects Model

H1 : Fixed Effects Model

Apabila hasil pengujian uji Hausman pada E-views6 menunjukkan nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata (5 persen), maka dapat dikatakan bahwa cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol, sehingga model yang terbaik adalah Fixed Effects Model (FEM).

3. Uji LM atau The Breusch Pagan

Uji LM merupakan pengujian untuk memilih model terbaik antara Random Effects Model (REM) dan Pooled Least Square (PLS). Hipotesis pada pengujian ini adalah sebagai berikut

H0 : Pooled Least Square

H1 : Random Effects Model

Dasar penolakan terhadap pengujian dapat diperoleh dengan menggunakan hitung statistika terhadap chi squared. Apabila hasil statistika uji LM lebih besar daripada tabel chi squared, maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol, sehingga dapat dikatakan model terbaik adalah Random Effects Model (REM).

Uji Asumsi Klasik

Gambar

Gambar 2 Perbandingan volume ekspor dan impor timah Indonesia ke dunia tahun
Gambar 4 Kerangka pikir konseptual
Tabel 2 Rata-rata produksi timah murni dunia per dekade (000 ton)
Gambar 6 Ekspor timah (HS 800110) Indonesia ke dunia tahun 2004-2013
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kabanjahe, 21 September 2012 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARO. TAHUN ANGGARAN 2012

MiniMax and by its development team has built a long list of various software products which serve a verity of institutions of different fields, And to keep its products

Berdasarkan analisis tingkat kematangan proses TI terpilih pada kondisi saat ini pada tahap sebelumnya maka selanjutnya dapat dilakukan analisis yang

Untuk menganalisa investasi (investment analysis) apabila PT SK KERIS menggunakan batu bara atau gas sebagai bahan bakar maka dapat dilakukan perbandingan untuk masing masing

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem kerjasama dan bagi hasil pada usahatani padi sawah dan menganalisis pendapatan petani penggarap di Desa Muara

Sebagai masukan bagi sekolah yang bersangkutan dalam usahanya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas siswa sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi hasil

Simulasi sistem OFDM kanal akustik bawah air untuk perairan dangkal, dengan dipengaruhi delay berdasarkan perhitungan menggunakan metode ray tracing , kondisi kanal

Dengan demikian perkebunan besar kelapa sawit di Kalimantan Barat yang memiliki areal seluas 192 .547 Ha berpotensi untuk memiliki kapasitas tampung ternak sebesar 519 .876,9