• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI ANTI FUNGI EKSTRAK KASAR BUAH MAHKOTA

DEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] UNTUK

MENGENDALIKAN CENDAWAN PATOGEN TERBAWA

BENIH UBI GEMBILI (Dioscorea spp.)

ZAKARIAS WENS PIKINDU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Potensi Antifungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] Untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2014

Zakarias Wens Pikindu

(4)
(5)

ABSTRAK

ZAKARIAS WENS PIKINDU. Potensi Antifungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.). Dibimbing oleh BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi cendawan patogen terbawa benih pada umbi gembili serta menguji potensi ekstrak kasar buah mahkota dewa untuk mengendalikan cendawan patogen pada umbi gembili. Hasil menunjukkan bahwa cendawan Fusarium sp. merupakan yang paling dominan pada umbi gembili. Uji potensi ekstrak kasar buah mahkota dewa secara

in vitro dengan konsentrasi 10%, 5%, 2%, dan 1%, menunjukkan hasil yang signifikan dibanding kontrol negatif. Perlakuan ekstrak kasar daging buah dan biji mahkota dewa secara terpisah dengan konsentrasi 10 % lebih efektif dibanding dengan perlakuan lainnya dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan koloni Fusarium sp. dengan daya hambat masing-masing sebesar 43.9% dan 45.4%. Berdasarkan uji in vivo, ekstrak kasar daging buah dan biji mahkota dewa dengan konsentrasi 10% secara terpisah dapat memperpanjang masa inkubasi

Fusarium sp. secara signifikan dengan masa inkubasi masing-masing 3.3 dan 2.8 hari. Selain itu, kedua ekstrak tersebut dapat memperpanjang masa busuk total pada umbi yaitu 7.9 dan 8.5 hari pada ekstrak kasar daging buah dan biji mahkota dewa 10% secara berturut-turut, dan 6.6 hari pada kontrol negatif. Berdasarkan uji

in vitro dan in vivo, ekstrak kasar buah mahkota dewa memiliki aktivitas antifungi untuk untuk mengendalikan cendawan Fusarium sp. pada umbi gembili.

(6)
(7)

ABSTRACT

ZAKARIAS WENS PIKINDU. Antifungal Potential of Crude Extract of Phaleria [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] Fruit for Controlling Pathogens Carried Fungus Dioscorea Seed potato (Dioscorea spp.). Superivised by BONNY POERNOMO WAHYU SOEKARNO.

This study was aimed to detect and identify the seed-borne fungal pathogens on gembili tubers and examine the potential of the phaleria crude extract to control fungal pathogens on gembili tubers. The results showed that the fungus

Fusarium sp. was most dominant on gembili tubers. The potential assay of phaleria crude extract in vitro with a concentration of 10, 5, 2, and 1% showed the significant result compared to the control,and treatment of the fruit flush and seed crude extract of phaleria separately with a concentration of 10% more effective than others treatments in inhibiting the growth and development of colonies of

Fusarium sp. Colonies 43.9 and 45.4% respectively. Bassed on in vivo test, the fruit flesh and seed crude extract of phaleria at a concentration of 10% could prolong the incubation period of Fusarium sp. Significantly with incubation period 3.3 and 2.8 days in addition compared to the negative control, both extract could prolong the total rot incubation period on tubers, i.e 7.9 and 8.5 days in the fruit flesh and seed crude extract of of phaleria respectively, and 6.6 days in the negative control. Based on in vitro and in vivo assays, crude extract of phaleria had antifungal activity to control Fusarium sp. on gembili tubers.

(8)
(9)

@Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentigan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

POTENSI ANTI FUNGI EKSTRAK KASAR BUAH MAHKOTA

DEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] UNTUK

MENGENDALIKAN CENDAWAN PATOGEN TERBAWA

BENIH UBI GEMBILI (Dioscorea spp.)

ZAKARIAS WENS PIKINDU

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)

Judul Skripsi : Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)

Nama : Zakarias Wens Pikindu

N I M : A34080099

Disetujui oleh

Dr Ir Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi Ketua Departemen

(14)
(15)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih anugrah dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman dari bulan Maret 2013 sampai Februari 2014. Pembuatan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr Ir Bonny Poernomo Wahyu Soekarno MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan pengetahuan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga kepada Dr Ir Idham Sakti Harahap MSi selaku dosen penguji tamu serta kepada seluruh dosen dan staf pegawai Departemen Proteksi Tanaman yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, motivasi dan pengetahuan yang sangat luas kepada penulis. Tidak lupa juga penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dadang Surachman sebagai laboran di Laboratorium Mikologi yang telah memberikan masukan dan membantu fasilitas dalam penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta khususnya kedua orangtua tercinta ayah Kostan Pikindu (almr.) dan Mama Theresia Nabar Pikindu dan keluarga Sakir, BA, beserta kakak-kakak tersayang Martinus Pikindu S.Kom, Yustus Pikindu, Marthen Pikindu, dan Laurensius Pikindu, SAP, Drs Celsius Watae,M Hum, Drs Anton Sumel, Natalia Nabar SPd(almarhuma), Arbin Siagian, SSos, Laurens Borotian SP serta keluarga besar Yuruf dan Jifanggri yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya kepada penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada PEMDA Kabupaten Keerom Papua yang telah membiayai kuliah dan kebutuhan selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Kakak-kakak senior IMAPA Bogor: Zackeus Z. Rumpeday SE, Yunus Yumte, S Hut, drh Kukuh Galih Waskita, Semuel Pattiran. AmdKom, Zeth Tabuni serta teman-teman PTN 45, 46, dan 47 beserta rekan kerja di Laboratorium Mikologi dan teman-teman seperjuangan yaitu Bush Airi, SP, Rado Puji Santoso SP, Syaiful Khoiri SP, Nicko Surya Putra Siswoyo SP, Aris Pracoyo SP, Rikardo Sembiring SP, Risa SA, SP. Gusto Sitomorang, Meirza Safitri Risky SP, Desni Roham MS, SP. Dian Marhamma SE. Irma Suryani Kawai, ST, Novelin Rawar ST, drh Siti Astuti, Iwan Sarjono, Robert Dese Bobii SSi , Yuliana Fatie, Fenny Hindom SHut, Risman R, Serfasius Kotouki, Jhon Pekei, Fuadi Rois, Hery Bert, kakak-kakak Pascasarjana Papua, kakak Ai Rosa SHut MSi dan adik-adik IMAPA Bogor yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doanya. Penulis menyadari karya ini mungkin masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat, sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertanian berkelanjutan di Papua dan Indonesia.

Bogor, Juni 2014

(16)
(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

BAHAN DAN METODE ... 4

Tempat Penelitian ... 4

Bahan dan Alat ... 4

Metode ... 4

Pengambilan Sampel Bibit Ubi Gembili ... 4

Penyiapan Media Tumbuh PDA ... 4

Deteksi, Identifikasi, dan Isolasi cendawan ... 4

Penyiapan Isolat Cendawan ... 5

Uji Sifat Patogenitas ... 5

Pembuatan Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa ... 5

Pengujian In Vitro ... 5

Pengujian In Vivo ... 6

Rancangan Percobaan dan Analisi Data ... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

Isolaso Cendawan Patogen ... 7

Uji In Vitro ... 8

Uji In Vivo ... 11

PENUTUP ... 13

Simpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

LAMPIRAN ... 16

(18)
(19)

DAFTAR TABEL

1 Kejadian penyakit pada umbi gembili (Dioscorea spp.) yang disebabkan oleh cendawan 2 2 Hasil penapisan fitokimia pada berbagai ekstrak buah mahkota dewa 3 3 Hasil deteksi dan identifikasi cendawan patogen terbawa benih ubi gembili 7 4 Rata-rata diameter koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai perlakuan secara in vitro pada 7 HSP 9 5 Rata-rata diameter koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan ekstrak kasar biji buah mahkota dewa (BBMD) dengan berbagai perlakuan secara in vitro pada 7 HSP 10 6 Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging dan biji buah

mahkota dewa terhadap pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA setelah 7 HSP 11 7 Rata-rata masa inkubasi Fusarium sp dan kemampuan Fusarium sp.

menimnulkan busuk total pada potongan umbi gembili 11

DAFTAR GAMBAR

1 Uji patogenitas Fusarium sp. pada potongan umbi gembili 7 2 Gejala awal serangan Fusarium sp. di lapang 7 3 Koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA umur 10 hari (A) dan

makrokonidia serta mikrokonidia cendawan Fusarium sp. dibawah

mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 (B) 8 4 Koloni Fusarium sp.pada uji in vitro 7 HSP yaitu kontrol negatif (a),

perlakuan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa konsentrasi 1% (b), 2% (c), 5% (d), 10% (e), dan kontrol positif (f) perlakuan

ekstrak biji mahkota dewa dengan konsentrasi 1% (g), 2% (h), 5%

(i), dan 10 % (j) 8 5 Pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA

dan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) selama 7 HSP 9

6 Pertumbuhan dan perkembangan koloni cendawan Fusarium sp. pada campuran media tumbuh PDA dan ekstrak kasar biji buah mahkota

dewa (BBMD) selama 7 HSP 10 7 Uji in vivo secara prefentif; Kontrol Negatif (a), Kontrol positif (b),

(20)
(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rata-rata diameter kolini cendawan Fusarium sp. pada media PDA danEkstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai perlakuan secara in vitro pada 7 HSP 17

2. Rata-rata diameter cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak kasar biji buah

mahkota dewa (BBMD) secara in vitro pada 7 HSP 17

3. Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging buah

mahkota dewa (DBMD) dan biji buah mahkota dewa (BBMD) terhadap pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA

setelah 7 HSP 18

4. Rata-rata masa inkubasi dan kemampuan Fusarium sp.

dalam menimbulkan busuk totalpada potongan umbi gembili 7 HSP 18

(22)
(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gembili (Dioscorea spp.) merupakan tanaman pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi, terutama kandungan karbohidrat. Tanaman ini belum dimanfaatkan sebaik-baiknya di Indonesia. Dioscorea spp. termasuk jenis tanaman ubi-ubian yang berasal dari Asia Tenggara yang telah lama dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pangan oleh penduduk di beberapa daerah Indonesia seperti Jawa, Sulawesi dan Papua (Solikin 2003). Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki sumberdaya hayati yang tinggi, namun pengelolaannya belum dilakukan secara maksimal. Perlu dilaksanakan pengembangan potensi lokal untuk bahan baku pangan dan industri sebagai usaha meningkatkan ketahanan pangan nasional (Rofiq dan Subagio 2009 dalam Wardah 2010). Ubi gembili mengandung karbohidrat 15 sampai 25%, protein 1 sampai 2.5% dan lemak 0.05 sampai 0.25% (Purseglove 1972) dan kalsium 10 sampai 62 mg, fosfor 35 sampai 53 mg, besi 0.3 sampai 1.0 mg, 0.10 thiamin mg, 0.10 riboflavin mg, 0.8 niacin mg dan 10 sampai 15 asam askorbat mg (Coursey1967). Tanaman Dioscorea spp

memiliki sejumlah jenis antara lain spesies uwi (D.alata L.), gembili (D. esculenta (Lour) Miq.), gembolo (D. blbifera L.), gadung (D. hispida

Dennst.), tomboreso (D. pentaphyllaL.), dan jebubuk (D. numularia L.) (Purnomo

et al .2008). Balai Penelitian Teknologi Papua (BPTP) Papua telah melakukan survei dan mengidentifikasi keanekaragaman tanaman gembili yang terdapat di Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Merauke untuk ditanam di Kebun Percobaan (BPTP 2008). Tanaman gembili dikembangkan juga oleh beberapa negara di benua Afrika seperti Nigeria, telah dilaporkan bahwa tanaman Dioscorea

merupakan makanan utama sebagian besar masyarakat Nigeria dengan produksi yang mencapai 65 sampai 70% (FAO.2007).

Benih merupakan salah satu komponen utama menjadi faktor pembatas dalam sistem produksi pertanian. Selain mutu genetis dan mutu fisiologis, kesehatan benih juga menjadi kriteria kualitas benih. Kesehatan benih menggambarkan potensi benih sebagai pembawa mikroorganisme penyebab penyakit tanaman. Dewasa ini telah diketahui berbagai mikroorganisme terbawa benih mampu menimbulkan penyakit ketika benih berkecambah, tanaman muda, dan tanaman dewasa (Soekarno 2003; Hidayat 2006). Oleh sebab itu perlu dilakukan deteksi dan identifikasi dengan metode yang tepat.

Hama dan penyakit merupakan faktor utama yang memberikan efek negatif secara langsung yang dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil. Cendawan adalah kelompok terbesar patogen terbawa dan tertular benih dan merupakan penyebab sebagian besar penyakit tanaman. Cendawan terbawa benih dapat menyebabkan gejala busuk benih, rebah kecambah, lodoh pada bibit, busuk akar dan batang, hangus, hawar daun, dan puru.sebagian menunjukkan gejala khas dan sebagian tidak menunjukkan gejala pada benih.

(24)

2

golongan penyakit yang disebabkan cendawan meliputi Aspergilus niger Van

Tiegh, Hendersonula rotuloidea, Macrophoma phaseoli, Rhizopus nodosus

Namyslowski, Botrodiploidia theobrome, Fusarium monoliform var subgluctinanus Wollenw dan dan Reinking, Penicellium sclerotigenum Yammota dan Rosella bundodes (Berk & Br) sacc. (Ogundana et al. 1970; Adeniji1970; Ogundana 1972; Okigbo and Ikediugwu 2000) (Table 1). Cendawan lain yang dilaporkan dapat menyerang tanaman Dioscorea yaitu Fusarium oxysporum

Schlecht, Geotrichum candidum, Cladosporium spearospermum, Fusarium solani

(Okafor 1996; Coursey 1967).

Cendawan patogen terbawa umbi Dioscorea spp. yang telah diidentfikasi dan diketahui (Okigbo dan Nmeka. 2005), mempunyai tingkat kejadian penyakit seperti pada tabel di bawah ini:

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tanaman penghasil obat tradisional dan telah digunakan secara luas di Indonesia telah digunakan sebagai obat alternatif kanker pada manusia. Secara empirik, mahkota dewa digunakan untuk pengobatan medis. Bagian batang digunakan untuk pengobatan kanker tulang, daun digunakan untuk pengobatan impotensi, alergi, diabetes mellitus, dan tumor, sedangkan cangkang biji buah mahkota dewa digunakan untuk pengobatan penyakit kanker payudara, kanker rahim, penyakit paru-paru, dan penyakit hati (Aditama 2002). Berdasarkan evaluasi fitokimia, simplisa buah mahkota dewa mengandung alkaloid, flavonoid, fenol/polifenol, tannin, saponin dan terpenoid/sterol (Lisdawati 2002). Menurut Gotama et al. (1999) dalam Pertamawati (2008), juga kulit buah mahkota dewa masak fisiologis yang sudah berwarna merah mengandung senyawa alkaloid, saponin, fenol dan flavonoid, sedangkan menurut Willaman (1995) dan de Padue et al (1999) flavonoid bersifat anti HIV, immunostimulan, antioksidan, analgesik, anti radang, anti virus, anti bakteri, anti fungal, anti diare, antihepatotoksik, antihiper-glikemik dan sebagai vasodilatot.

(25)

3

kandungan kimia tumbuhan yang terdapat di dalam buah mahkota dewa dengan berbagai perlakuan ekstrak, kandungan flavonoid dan fenol sangat positif dalam berbagai ekstrak , seperti terlihat pada table berikut:

Tabel 2 Hasil penapisan fitokimia pada berbagai ekstrak buah mahkota dewa Uji Fitokimia Ekstrak Ekstrak Ekstrak Ekstrak air Ekstrak air methanol etil asetat n-butanol hasil fraknasi hasil rebusan

Uji Alkaloid - - - - - Uji Flavonoid + + + + + Uji Fenol + + + + + Uji Saponin - - - - - Uji Tannin + + + + + Uji Stroid- - + - - - triterpenoid

Uji Molih + + + + + Uji Buret - - - - - Uji Ninhidrin - - - - - Sumber : Sri Sugiwati,2005

Berdasarkan hasil penemuan tersebut, maka buah mahkota dewa berpotensi menjadi agen pengendali hayati yang efektif dan ramah lingkungan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi cendawan patogen terbawa benih umbi gembili serta menguji potensi ekstrak kasar buah mahkota dewa untuk mengendalikan cendawan patogen terbawa benih gembili.

Manfaat Penelitian

(26)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Maret 2014.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh bibit ubi gembili dari daerah endemik penyakit di Kabupaten Keerom dan Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, dan buah mahkota dewa diambil dari kebun tanaman obat dan keluarga Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, media tumbuh Potato Dextrose Agar (PDA), air destilata steril, fungisida mankozeb 80%, dan alkohol 70%,

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri, labu Erlenmeyer, tabung reaksi, vortex, pipet mikro, shaker, tabung eppendorf, laminar air flow, spektrofotometer, haemacytometer, jarum inokulasi, autoklaf, mikroskop, mortar,

sprayer, gelas ukur, sarung tangan, plastik wrap, kertas label, kertas whatman no 1, plastik bening, blender, kain saring, dan aluminium foil.

Metode

Pengambilan Sampel Bibit Ubi Gembili (Dioscorea spp.)

Contoh bibit ubi gembili diambil dari lokasi endemik penyakit di Kabupaten Keerom dan Jayapura Papua. Setiap jenis contoh ubi gembili diambil pada 5 lokasi kebun yang berbeda, masing-masing sebanyak 1 kg.

Penyiapan Media PDA sebagai Media Tumbuh

Pembuatan media tumbuh (PDA) dilakukan dengan cara menyiapkan umbi kentang sebanyak 200 gram, selanjutnya umbi kentang dicuci dengan air bersih, dikuliti dan dipotong-potong, dimasukkan ke dalam panci penangas, ditambah air akuades sebanyak 1000 ml (1liter) kemudian dimasak, ditunggu ± 30 menit mendidih lalu diangkat dan didinginkan selam 3 menit setelah itu air rebusan tersebut disaring dan dilarutkan dengan dextrose sebanyak 20 gram dan agar 20, gram kemudian dimasak lagi sampai mendidih, dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer, disumbat dengan kapas berlemak dan aluminium foil. Kemudian disterilkan dalam autoklaf selama 180 menit (3 jam) pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 15 menit (Navitasari 2007).

Deteksi, Identifikasi, dan Isolasi Cendawan Patogen

(27)

5

untuk mengetahui jenis-jenis cendawan terbawa benih. Cendawan yang tumbuh pada jaringan umbi selanjutnya diisolasi pada media tumbuh PDA untuk dilakukan pemurnian sebagai isolat yang akan digunakan pada uji in vitro dan uji

in vivo.

Penyiapan Isolat Cendawan Patogen

Isolat cendawan murni dipelihara pada media tumbuh PDA di dalam cawan petri. Isolat tersebut akan digunakan pada uji in vitro dan in vivo.

Uji Patogenitas

Ubi yang segar dicuci dengan air steril, selanjutnya umbi dipotong melintang setebal 1 cm, rendam di dalam larutan kloroks 5,25% selama 3 menit dan dibilas dengan air steril sebanyak tiga kali, kemudian dikeringanginkan, selanjutnya potongan umbi dimasukkan ke dalam cawan petri yang beralaskan 3 lembar kertas lembab. Inokulasi dilakukan dengan cara meneteskan 10 µl suspensi konidia cendawan dengan kerapatan 108 pada permukaan potongan ubi. Percobaan diulang sebanyak 10 kali atau 10 ulangan. Selanjutnya dilakukan pengamatan tiap hari selama 1 minggu (6-7 hari). Pengamatan terdiri atas masa inkubasi dan gejala yang timbul.

Pembuatan Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (BMD)

Pembuatan ekstrak buah mahkota dewa dilakukan dengan metode maserasi yaitu 50 gram daging buah dan 50 gram biji mahkota dewa masing-masing ditambah 50 cc (50 ml) air steril kemudian dihancurkan dengan ”blender”dan dilakukan penyaringan bertahap. Pertama ekstrak disaring dengan kain kasa berlapis tiga, kemudian disaring dengan tiga lembar kertas Whatman No 1, dan terakhir disaring dengan saringan selulosa sehingga akan diperolah ekstrak kasar dengan konsentrasi 100%.

Pengujian In vitro

Pengujian in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kasar buah mahkota dewa dengan konsentrasi 10%, 5% , 2% dan 1% terhadap pertumbuhan dan pekembangan koloni cendawan patogen terbawa umbi gembili pada media tumbuh PDA. Satu potongan isolat cendawan berdiameter 1 mm diletakkan pada media PDA yang telah diberi perlakuan ekstrak kasar BMD. Sebagai kontrol positif cendawan ditumbuhkan pada media PDA yang diberi perlakuan fungisida mankozeb 80% dengan konsentrasi anjuran 0.02% (v/v), sedangkan kontrol negatif adalah media tumbuh PDA tanpa perlakuan fungisida maupun ekstrak kasar BMD. Tiap perlakuan diulang 10 kali. Selanjutnya cendawan uji tersebut diinkubasi pada suhu ruang dengan penyinaran lampu NUV 12 jam terang dan 12 jam gelap. Pengamatan dilakukan tiap hari sampai koloni cendawan pada kontrol negatif memenuhi cawan petri. Keefektifan ekstrak kasar buah mahkota dewa menghambat pertumbuhan dan perkembangan koloni Fusarium sp. dihitung dengan rumus :

Daya hambat

(28)

6

Pengujian In Vivo secara Preventif

Potongan ubi dicuci dengan air steril dan dikeringanginkan, selanjutya di rendam dala larutan kloroks selama tiga menit dan dibilas tiga kali dengan air steril, selanjutnya potongan umbi direndam dalam ekstrak kasar daging dan biji buah mahkota dewa terpilih (10%) selama 30 menit, potongan umbi dikeringanginkan dalam laminar air flow dan diinkubasi dalam baki yang telah diberi tiga lapis kertas saring lembab dan selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang dengan penyinaran lampu NUV 12 jam terang dan 12 jam gelap selama 24 jam. Setelah inkubasi, suspensi konidia cendawan Fusarium sp. dengan kerapatan 108 diteteskan pada permukaan potongan umbi gembili. Percobaan diulang sebanyak tiga kali dan tiap ulangan terdiri dari 5 potongan umbi. Sebagai kontrol positif (Kp), umbi gembili direndam dalam suspensi fungisida mankozeb 80% dengan konsentrasi 0.02% (v/v) selama 30 menit. Sedangkan sebagai kontrol negatif (Kn), potongan umbi direndam dalam air steril selama 5 menit. Pengamatan dilakukan tiap hari terhadap gejala yang muncul pertama kali ( masa inkubasi pada setiap potongan ubi dan perkembangan penyakit selama 14 hari). Pengamatan dilakukan setiap hari untuk menentukan intensitas serangan cendawan dengan rumus sebagai berikut :

IS

Keterangan :

IS = Intensitas serangan

V = Jumlah umbi yang terserang n = Nilai skor setiap kelas Z = Jumlah umbi yang diamati

N = Nilai skor kelas luas yang tertinggi

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Cendawan Patogen

Cendawan yang dapat diisolasi dari umbi gembili asal Keerom adalah

Fusarium spp. dan Alternaria sp. sedangkan asal Jayapura adalah Fusarium spp. ( Tabel 3).

Table 3 Hasil deteksi dan identifikasi cendawan patogen terbawa benih umbi gembili

Jenis ubi gembili Daerah endemik Jenis patogen

Fam rasi Kabupaten Keerom I – V Fusarium spp.

Alternaria sp.

Maninggombu Kabupaten Jayapura : I-V Fusarium spp.

Uji patogenisitas menunjukkan bahwa isolat Fusarium spp. merupakan cendawan patogen utama yang menyebabkan busuk pada potongan umbi gembili (Gambar 1).

Gambar 1 Uji patogenitas Fusarium sp. pada potongan umbi gembili

Serangan Fusarium sp. pada umbi gembili menyebabkan umbi menjadi mengkerut dan busuk (Gambar 2). Busuk umbi merupakan penyakit pada umbi gembili yang tersebar luas di Keerom dan Jayapura Papua. Hal ini sangat terkait dengan pola budidaya masyarakat Papua yang berpindah-pindah dan mereka mempunyai hubungan kekerabatan antar keluarga sehingga mereka saling membagi bibit atau benih ubi gembili untuk ditanam di daerah yang berbeda. Kejadian ini memberikan bukti bahwa benih atau bibit berperan dalam kejadian penyakit tanaman di lapang karena benih atau bibit sebagai sarana potensial dan efektif dalam penyebaran penyakit dan patogen.

(30)

8

Koloni miselium Fusarium sp. pada media tumbuh PDA berwarna putih dengan bentuk dasar koloni bulat melingkar sesuai masa inkubasi dan perkembangan miselium dengan hifa berwarna putih (Gambar 3A). Berbagai spesies dari cendawan Fusarium, merupakan cendawan patogen tanaman yang sering menyebabkan berbagai penyakit tanaman, seperti busuk pangkal batang, tumor akar (root crown), penyakit pembulu xylem, dan penyakit pascapanen (Wang dan Jeffer 2000; Ploetz 2005).

B

Gambar 3 Koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA umur 10 hari (A) dan makrokonidia serta mikrokonidia cendawan Fusarium

sp. dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 (B).

Uji In Vitro

Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) maupun ekstrak kasar biji mahkota dewa (BBMD) pada media PDA mampu menekan pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. secara signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. Pada akhir pengamatan (hari ke 7), persentase daya hambat ekstrak kasar DBMD terhadap pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. berkisar 28.1 sampai 439%. Konsentrasi ekstrak kasar DBMD merupakan konsentrasi ekstrak yang paling efektif menekan pertumbuhan cendawan Fusarium sp. (Gambar 4).

a. b. c. d. e.

f. g h i j

Gambar 4 Koloni Fusarium sp.pada uji in vitro 7 HSP: kontrol negatif (a), perlakuan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa dengan konsentrasi 1% (b), 2% (c), 5% (d), 10% (e), dan kontrol positif (f), perlakuan ekstrak biji mahkota dewa dengan konsentrasi 1% (g), 2% (h), 5% (i), dan 10 % (j)

(31)

9

Gambar 5 Pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA dan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) selama 7 HSP

Tabel 4 Rata-rata diameter kolini cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan Ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai perlakuan secara in vitro pada 7 HSP

a( Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata 5%. Senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kasar BMD yaitu alkaloid, saponin, fenol, tanin, dan flavonoid. Senyawa alkaloid berperan sebagai pelindung dari serangan herbivora yang mempengaruhi tingkah laku dan fisiologi serangga, namun umumnya akan lebih toksik pada vertebrata. Asam fenolik dan tannin berperan sebagai pelindung tanaman dari patogen dan juga flavonoid sebagai pengatur pertumbuhan berbagai tumbuhan (Dadang dan Prijono 2008). Seperti halnya ekstrak DBMD, penambahan ekstrak kasar biji buah mahkota dewa (BBMD) pada media tumbuh PDA mampu menekan pertumbuhan koloni

(32)

10

Gambar 6 Pertumbuhan dan perkembangan koloni cendawan Fusarium sp. pada campuran media tumbuh PDA dan ekstrak kasar biji buah mahkota dewa (BBMD) selama 7 HSP

Tabel 5 Rata-rata diameter cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak kasar biji buah mahkota dewa (BBMD) secara in vitro pada 7 HSP

( Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata 5%.

Secara keseluruhan daya hambat ekstrak kasar BBMD terhadap pertumbuhan koloni Fusarium sp. lebih rendah dibandingkan ekstrak kasar DBMD. Persentase daya hambat BBMD terhadap pertumbuhan koloni Fusarium

sp. berkisar 18.3 sampai 45.4%. Konsentrasi ekstrak kasar BBMD 10% merupakan konsentrasi paling efektif menekan pertumbuhan dan perkembangan

(33)

11

Tabel 6 Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dan biji buah mahkota dewa (BBMD) terhadap

Ket: Ekstrak kasar BMD dengan konsentrasi 10% (P4), konsentrasi 5 % (P3), konsentrasi 2%(P2) dan konsentrasi 1% (P1).

Menurut Wati (2007), ekstrak air dan ekstrak etanol biji mahkota dewa mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap Staphylococcus aureus dan

Pseudomonas aeruginosa, dan sebagai anti jamur terhadap Candida albicans

tidak menunjukkan aktivitas anti fungal. Sedangkan menurut Pertamawati (2007), ekstrak pekat buah mahkota dewa mempunyai efek dapat menghambat pertumbuhan sel Hela (sel kanker rahim) secara in vitro.

Uji In Vivo

Berdasarkan daya hambat yang paling efektif terhadap pertumbuhan

Fusarium sp. pada media tumbuh PDA (uji in vitro), ekstrak kasar DBMD 10% dan BBMD 10% digunakan pada uji in vivo, yaitu perlakuan preventif pada potongan umbi gembili. Pada perlakuan umbi gembili dengan ekstrak kasar DBMD 10% dan BBMD 10% secara terpisah mampu memperpanjang masa inkubasi Fusarium sp. secara signifikan dibanding dengan kontrol negatif, masing-masing 3.3 hari, 2.8 hari dan 1.9 hari (Tabel 7, Gambar 7). Pada pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa umbi gembili yang diberi perlakuan ekstrak kasar DBMD 10% maupun BBMD 10% lebih lama untuk mencapai kondisi busuk total dibanding dengan kontrol negatif. Pada perlakuan DBMD 10% dan BBMD 10% busuk total pada umbi terjadi setelah 7.9 hari dan 8,5 hari setelah perlakuan dibanding dengan kontrol negatif 6.6 hari ( Tabel 7, Gambar 7)

Tabel 7 Rata-rata masa inkubasi dan kemampuan Fusarium sp. dalam menimbulkan busuk totalpada potongan umbi gembili 7 HSP

Perlakuan

(34)

12

a b

c d

Gambar 7 Uji in vivo secara prefentif; Kontrol negatif (a), Kontrol positif (b), Ekstrak kasar BBMD 10% (c), dan Ekstrak kasar DBMD 10% (d)

Masa inkubasi patogen merupakan salah satu indikator ketahanan tanaman terhadap infeksi suatu patogen, semakin lama masa inkubasi suatu patogen pada suatu tanaman inang, maka semakin tinggi ketahanan tanaman tersebut semakin baik menekan serangan patogen.

Menurut Sinaga (2003), secara umum sistem pertahanan tanaman terhadap infeksi patogen dapat terjadi melalui satu atau kombinasi secara struktural dan reaksi biokimia. Ketahanan secara struktural dengan membentuk penghambat fisik yang menyebabkan patogen tidak dapat berpenetrasi dan berkembang. Sedangkan ketahanan secara reaksi biokimia dengan menghasilkan senyawa yang bersifat toksik atau menghambat pertumbuhan patogen. Senyawa fenolik merupakan produk metabolism sekunder dari tanaman, pada tanaman sehat, senyawa fenolik terdapat dalam jumlah yang sedikit, jika tanaman terinfeksi, akan terjadi peningkatan atau akumulasi senyawa fenolik. Contoh senyawa fenolik yaitu fitoaleksin, asam kafein, asam khlorogenik, skopoletin yang semuanya bersifat toksik bagi patogen. Dengan demikian ekstrak kasar buah mahkota dewa, DBMD maupun BBMD bersifat anti fungal. Menurut Gotama et al. (1999) dalam

(35)

PENUTUP

Simpulan

Cendawan Fusarium sp. merupakan cendawan patogen utama yang terbawa benih atau bibit umbi gembili dari Keerom dan Jayapura. Ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) 10% dan biji buah mahkota dewa (BBMD) 10% sangat potensial untuk digunakan dalam pengendalian Fusarium sp. terbawa benih umbi gembili.

Saran

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY. Kanker 2001. Medisinal Jurnal Kedokteran, 2. 1-5

Booth C. 1971. The genus Fusarium. Commonw. Mycol. Inst., Kew. 237 pp. [BPTPP] Balai Penelitian Teknologi Pertanian Papua. 2008. Karakterisasi,

Identifikasi dan Konservasi Tanaman Gembili di Papua. Jayapura.

Brunt AA, Crabtree K, Gibbs A. 1990. Virus of Tropical Plants Wallingford, CAB International, Oxon. UK. Pp.707.

Dadang, Priyono J. 2008. Insektisida Nabati Prinsip, Pemanfaatan, dan Pengembangan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Coursey DG. 1967. Yams.Tropical Agriculter Series, Longman, London.Harlom. de Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMS. 1999. Plant Resources of

South East Asia No 12 (1). Medical and Poisonous Plant 1. Printed in Bogor Indonesia (PORSEA). Leiden the Netherlands, Buckhuys Publishers, 36-48.

Food Agriculture Organization (FAO 2007) FAO Online publication. FAOSTAT, 2007

Gotama IBI, Sugiarto S, Nurhadi M, Widiastuti Y, Wahyono S, Prapti JJ. 1999. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia Jilid V. Jakarta (ID), Departemen Kes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyrakat. 147-148. Hughes JDA, Dungo L, and Atiri GI. 1997. Viruses infecting cultivadted yam

(Dioscorea alata and D. rotunda) in Nigeria. Phytopathology 87:545. Hidayat SH. 2006. Arti penting mikroorganisme pembawa penyakit. Modul

Pelatihan Teknis Uji Serologi; Jakarta 6-11 Maret 2006. Jakarta (ID) : BUS Karantina Tumbuhan dan BBKT Tanjung Priok.

Lisdawati V. 2002. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), bioassay antikanker In Vitro dengan sel leukemia L1210 dan isolasi penentuan struktur molekul senyawa kimia dari buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] [Tesis] Jakarta(ID). Jurusan Farmasi FMIPA UI.

Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

dan Minitab. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr.

Navitasari L. 2007. Aplikasi ekstrak tumbuhan untuk perlakuan benih padi dan kedelai [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Odu BO, Hughes J, Shhoyinka SA, Dongo LN. 1999. Isolation. Characterization and identification of a Potyvirus from Dioscorea alata L. (water yam) in Nigeria. Annals Applied Biology. 134: 65-71.

Okafor N. 1996. Microbial rotting of stored yams (Dioscorea spp.) in Nigeria.

Exp. Agric. 2 : 179-182.

Okigbo RN, Nmeka IA. 2005. Control of yam tuber rot with leaf extracts of

Xylopia aethiopica and Zingiber officinale. African Journal of Biotechnology. 4(8), 804-807. Departemen Of Microbiology, Michael Okpara University of Agriculture in Nigeria.

Pertamawati. 2007. Pengaruh sitotoksik ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) terhadap beberapa mikroba penyebab infeksi kulit. [Skripsi]. Bandung (ID). Universitas Padjdjaran Bandung.

(37)

15

Kekerabatannya Berdasarkan Morfologi Organ Vegetatif. Prosiding Seminar NasionalBiodiversitas. UNAIR, Surabaya (ID).

Purseglove JW. 1972. Monocotyledons. Tropical Crops. Jhon Wiley and Sons. New York(US). hlm 166-169.

Rofiq A , Subagio. Pengembangan Potensi Lokal Untuk Bahan Baku Pangan dan Industri Sebagai Usaha Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional. Majalah Pangan Nomor 54/XVIII/April-Juni 2009. hlm. 36-42.

Rostinawati T 2007. Uji aktivitas hasil penyarian biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl ) terhadap beberapa mikroba penyebab infeksi kulit. Bandung (ID). Fakultas Farmasi. Universitas Padjadjaran Bandung. Sinaga MS. 2003. Dasar-dasar Ilmur Penyakit Tumbuhan. Jakarta (ID). Penebar

Swadaya.

Solikin. 2003. Pertumbuhan vegetatif gembili [Dioscorea esculenta (Lour.) Burk.] pada beberapa diameter umbi. Purwodadi (ID). LIPI

Soekarno WPB. 2003. Pengujian kesehatan benih: peluang, tantangan, dan taruhan. Modul Pelatihan Pengujian Kesehatan Benih. Jakarta, 4 Agustus 2003. Jakarta (ID): Badan Karantina Pertanian.

Soekarno WPB. 2007a.

Sugiwati S. 2005. Aktivitas antihiperglikemik dari ekstrak buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] sebagai inhibitor alfa-glukosidae in vitro dan in vivo pada iikus. [Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Wardah. 2010. Inventarisasi dan karakterisasi tumbuhan liar berpotensi sebagai

sumber pencukupan gizi masyarakat. Cibinong(ID). LIPI.

Watanabe T. 2002. Pictorial Atlas Of Soil and Seed Fungi Morphologies of Cultured Fungi and Key to Spesies. 2 Ed. London (GB) : CRC Pr.

(38)
(39)
(40)
(41)

17

Lampiran 1 Rata-rata diameter kolini cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan Ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai perlakuan secara in vitro pada 7 HSP

Perlakuan

Dimeter Cendawan Fusarium sp. 7HSP

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 Kontrol 0.87 a 2.16 a 2.43 a 2.9 a 3.54 a 3.99 a 4.62 a DBMD 1% 0.76 b 1.35 b 1.83 b 2.45 b 2.81 b 3.17 b 3.32 b DBMD 2% 0.78 b 1.35 b 1.85 b 2.2 c 2.62 c 2.99 c 3.23 b DBMD 5% 0.79 b 1.34 b 1.82 b 2.2 c 2.62 c 2.96 c 3.2 b DBMD 10% 0.59 c 1.07 c 1.57 c 1.98 d 2.2 d 2.38 d 2.59 c Fungisida 0 d 0 d 0 d 0 e 0 e 0 e 0 d

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata 5%.

Lampiran 2 Rata-rata diameter cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak kasar biji buah mahkota dewa (BBMD) secara in vitro pada 7 HSP

Perlakuan Dimeter Cendawan Patogen 7 HSP

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 Kontrol 0.65 a 1.1 a 1.74 a 2.68 a 3.14 a 3.53 a 3.88 a BBMD 1% 0.25 b 0.95 b 1.44 b 2.03 b 2.39 b 2.87 b 3.17 b BBMD 2% 0.24 b 0.79 c 1.47 b 2.03 b 2.32 b 2.52 c 3.03 b BBMD 5% 0.27 b 0.7 c 1.34 b 1.85 c 2.01 c 2.50 c 2.82 c BBMD 10% 0.24 b 0.59 d 1 c 1.27 d 1.39 d 1.76 d 2.12 d

Fungisida 0 c 0 e 0 d 0 e 0 e 0 e 0 e

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata

(42)

18

Lampiran 3 Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dan biji buah mahkota dewa (BBMD) terhadap pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA setelah 7 HSP

Ket: Ekstrak kasar BMD dengan konsentrasi 10% (P4), konsentrasi 5 % (P3), konsentrasi 2%(P2) dan konsentrasi 1% (P1).

Lampran 4 Rata-rata masa inkubasi dan kemampuan Fusarium sp. dalam menimbulkan busuk totalpada potongan umbi gembili 7 HSP

Perlakuan

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Yuruf, Kecamatan Web, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua pada 12 Maret 1985 dari ayah Kostan Pikindu dan ibu Theresia Nabar. Penulis merupakan putra kelima dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD YPPK Yuruf pada tahun 1997; pendidikan tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Web pada tahun 2000; pendidikan lanjutan tingkat atas di SMK Negeri 4 Pertanian Jayapura tahun 2003. Penulis diangkat menjadi CPNS tahun 2003 kemudian tahun 2005 menjadi PNS. Pada tahun 2007, penulis lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah. Pada tahun yang sama penulis mengikuti program Pra Universitas selama satu tahun dan pada tahun 2008 masuk Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima pada program studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan, penulis aktif dalam Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KEMAKI), sebagai ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Sepak Bola IPB (UKM SB IPB) masa bakti 2009/2010. Pada periode 2011/2012, penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi bekerjasama dengan rekan-rekan dari Fakultas Pertanian, Fakultas Ekologi Manusia, dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Desa Mulyasari, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor, penulis membuat tugas akhir yang berjudul “ Potensi Antifungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea

Gambar

Tabel 2 Hasil penapisan fitokimia pada berbagai ekstrak buah mahkota dewa
Gambar 3 Koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA umur 10 hari
Gambar 5  Pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA
Gambar 6  Pertumbuhan dan perkembangan koloni cendawan Fusarium sp. pada

Referensi

Dokumen terkait

(2009).Penerapan Model Pembelajaran Inovatif TTW (Think, Talk, Write) dengan Menyatakan Hand Out Terhadap Hasil Belajar Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Pada Siswa

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul “ Pengaruh Penyuluhan Tentang Deteksi Dini Kanker Payudara Terhadap

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan me- ningkatkan profesionalisme akuntan publik,

menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, Pihak

PENGARUH KOMITMEN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CICALENGKA KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia

Pengukuran secara subjektif dilakukan dengan mengukur perasaan lelah dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2) yang disusun oleoleh

bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan dan pengembangan pengendalian Dampak Lingkungan Daerah, dipandang perlu untuk membentuk Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian

The CityGML UtilityNetwork ADE was applied in the SIMKAS 3D project which aimed at identifying and analysing the mutual interdependencies of critical infrastructures and