• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH MAHKOTA

DEWA (PHALERIA MACROCARPA [SCHEFF.] BOERL)

TERHADAP PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS

MUTANS (IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

BELLA SIREGAR NIM : 070600056

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Tahun 2011

Bella Siregar

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)

Xi + 46 Halaman

Karies merupakan masalah kesehatan yang umum di berbagai negara pada

semua kelompok usia khususnya anak-anak sehingga memerlukan perhatian yang

serius. Salah satu bakteri yang paling berperan dalam proses karies adalah S.mutans.

Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan pencegahan karies

adalah buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl). Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui apakah ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri

terhadap Streptococcus mutans dan pada konsentrasi berapa konsentrasi minimal

ekstrak buah mahkota dewa yang diperlukan untuk menghambat dan membunuh

pertumbuhan bakteri S.mutans.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test

only control group design. Sampel yang digunakan adalah S.mutans. Penelitian ini

dimulai dengan ekstraksi buah mahkota dewa dengan pelarut etanol 96% kemudian

pembuatan media bakteri selanjutnya uji aktivitas antibakteri yang dilakukan dengan

(3)

Hasil pengujian pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%,

1,56% didapat bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri

terhadap Streptococcus mutans. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan senyawa

flavonoid, fenol, alkaloid, terpenoid dan saponin yang berperan sebagai antibakteri.

Ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri sehingga

mampu menghambat pertumbuhan S.mutans. Efek antibakteri dinilai dari nilai KHM

dan KBM yang terdapat pada ekstrak etanol buah mahkota dewa pada konsentrasi

6,25% dengan jumlah koloni 0 CFU/ml.

(4)

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH MAHKOTA

DEWA (PHALERIA MACROCARPA [SCHEFF.] BOERL)

TERHADAP PERTUMBUHAN STREPTOCOCCUS

MUTANS (IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

BELLA SIREGAR NIM : 070600056

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

Di hadapan tim penguji

Medan, Agustus 2011

Pembimbing Tanda Tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada

9 Agustus 2011

TIM PENGUJI

KETUA : T. Hermina,drg

ANGGOTA : 1. Yati Roesnawi,drg

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang

memberikan RahmatNya kepada penulis, akhirnya skripsi ini telah disusun sebagai

salah satu syarat untuk untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bantuan,

bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin,drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Essie Octiara drg., Sp.KGA sebagai pembimbing yang telah begitu banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Yati Roesnawi,drg, selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak,

Taqwa Dalimunte,drg., Sp.KGA, T. Hermina drg, beserta seluruh staf

pengajar Departemen Kedokteran Gigi Anak.

4. Bakrie Soeyono,drg, selaku penasehat akademik yang membimbing

penulis selama menyelesaikan program akademik di Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara

5. Prof.Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG (K), yang bersedia memberikan

(8)

berlangsungnya seminar proposal penelitian.

6. Wahyu Hidayahtiningsih, S.Si., M.Kes. selaku peneliti pada Laboratorium

Tropical Disease Centre Universitas Airlangga yang telah banyak mem-

bantu terutama dalam kegiatan penelitian di laboratorium.

7. Awalludin, M.Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Obat Tradisional

Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membantu dan memberi

masukan kepada penulis terutama dalam kegiatan ekstraksi beserta Denni

sebagai asisten Laboratorium Farmakognosi.

8. Seluruh asisten Laboratorium Penelitian Farmasi USU yang membantu

penyelesaian proses rotary ekstrak penelitian.

9. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU.

10.Orangtua saya yaitu bapak (R.Siregar) dan mama (D.Simorangkir) serta nenek

beserta saudara saya yang banyak memberikan dukungan moril, materil serta

motivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat menjalankan pendidikan di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

11.Teman-teman seperjuangan skripsi S.mutans di Departemen Ilmu Kedokteran

Gigi Anak (Mita ’07 dan Coni ‘07), Carolina M. Kere ’07, asisten Lab. MIPA

(Asril dkk), teman-teman Falkutas Farmasi yang sudah ikut membantu, senior

saya yang banyak membantu dan memberi masukan yaitu kak Ina ’05 dan kak

Uci ’06 serta teman-teman stambuk 2007 yaitu Ester Sembiring, Dayuni,

Jesika, Ucup, Ristoria, Rindu, Haspeni, Natalia, Isfa, Lena, Merry, dan juga

teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

(9)

mohon maaf apabila ada kesalahan selama penyusunan skripsi ini. Penulis

mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan sumbangan pikiran

yang berguna bagi fakultas dan pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2011

Penulis

(10)
(11)

3.3 Variabel Penelitian 21

3.4 Defenisi Operasional 23

3.5 Bahan dan Alat Penelitian 24

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian 26

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 33

BAB 5 PEMBAHASAN 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 42

6.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema faktor-faktor penyebab karies 7

2. Gambaran mikroskopis Streptococcus mutans dengan teknik pewarnaan gram (Pembesaran : 4400x) 8

3. Gambaran metabolisme sukrosa oleh enzim ekstraseluler pada S. mutans 10

4. Buah mahkota dewa dan pohon mahkota dewa 12

5. Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa yang berasal dari Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Polonia 26

6. Buah mahkota dewa dicuci, ditimbang 2 kg, kemudian diiris halus 27

7. Sampel buah mahkota dimasukkan ke dalam lemari pengering sehingga diperoleh sampel kering 27

13. Suspensi bakteri Streptococcus mutans setelah berkontak dengan bahan coba pada berbagai konsentrasi 34

14. Pertumbuhan koloni yang terbentuk pada media MHA pada konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa 3,125% dengan pelarut etanol 35

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Hasil identifikasi / determinasi tumbuhan

2. Sertifikat hasil uji mikrobiologi

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Tahun 2011

Bella Siregar

Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa

[Scheff.] Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (in vitro)

Xi + 46 Halaman

Karies merupakan masalah kesehatan yang umum di berbagai negara pada

semua kelompok usia khususnya anak-anak sehingga memerlukan perhatian yang

serius. Salah satu bakteri yang paling berperan dalam proses karies adalah S.mutans.

Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan sebagai bahan pencegahan karies

adalah buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl). Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui apakah ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri

terhadap Streptococcus mutans dan pada konsentrasi berapa konsentrasi minimal

ekstrak buah mahkota dewa yang diperlukan untuk menghambat dan membunuh

pertumbuhan bakteri S.mutans.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test

only control group design. Sampel yang digunakan adalah S.mutans. Penelitian ini

dimulai dengan ekstraksi buah mahkota dewa dengan pelarut etanol 96% kemudian

pembuatan media bakteri selanjutnya uji aktivitas antibakteri yang dilakukan dengan

(15)

Hasil pengujian pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%,

1,56% didapat bahwa ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri

terhadap Streptococcus mutans. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan senyawa

flavonoid, fenol, alkaloid, terpenoid dan saponin yang berperan sebagai antibakteri.

Ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri sehingga

mampu menghambat pertumbuhan S.mutans. Efek antibakteri dinilai dari nilai KHM

dan KBM yang terdapat pada ekstrak etanol buah mahkota dewa pada konsentrasi

6,25% dengan jumlah koloni 0 CFU/ml.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karies merupakan masalah kesehatan yang umum yang terjadi di negara maju

maupun negara-negara berkembang pada semua kelompok usia khususnya pada

anak-anak sehingga memerlukan perhatian yang serius.1 Prevalensi karies di berbagai negara industri seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa Barat hampir mencapai

50 %.2 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi karies mencapai 90,05 %.1 Prevalensi karies gigi anak pada kelompok usia 12 tahun cenderung meningkat dari 69,74 di tahun 1978 menjadi 76,92 % pada tahun

1995.3 Angka ini menunjukkan bahwa jumlah penderita karies di Indonesia sangat tinggi. Data dari Bank WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO,

AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman

karies (DMFT) pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Indeks karies di Indonesia

sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia Regional Offices) saat ini 2,2,

untuk kelompok usia yang sama. Di negara berkembang lainnya indeks karies

mencapai 1,2 sementara indeks target WHO untuk tahun 2010 adalah 1,0.1 Hasil

survei kesehatan gigi dan mulut di tujuh wilayah pembangunan provinsi Jawa Barat

tahun 1994 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit karies gigi masyarakat provinsi

Jawa Barat rata-rata 78,9 % dengan angka DMF-T sebesar 5,74.4

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai oleh

(17)

menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi. Karies disebabkan oleh adanya

interaksi beberapa faktor antara lain mikroorganisme, diet, gigi dan waktu. Salah satu

bakteri yang paling berperan dalam proses terjadinya karies adalah Streptococcus

mutans (S.mutans). S.mutans berkolonisasi pada permukaan gigi dan mensintesis

polisakarida yang tidak larut (glukan) dari sukrosa dalam jumlah banyak serta mampu

memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat sehingga jaringan keras gigi akan

mengalami dekalsifikasi kemudian mengalami disolusi (larut) dan akhirnya

menimbulkan karies.5

Salah satu cara pencegahan karies adalah mengusahakan agar pembentukan

plak pada permukaan gigi dapat dibatasi dengan cara mencegah pembentukannya

atau dengan pembersihan plak secara mekanis dan kimia. Pembuangan plak secara

mekanis dengan penyikatan gigi secara teratur merupakan merupakan langkah awal

untuk mengontrol karies dan penyakit periodontal. Tindakan pembuangan plak secara

mekanis akan memberikan hasil yang jauh lebih efektif jika dilengkapi dengan

penggunaan bahan aktif yang mengandung antibakteri terutama untuk menekan

pertumbuhan dan metabolisme S.mutans. 6

Bahan aktif yang mengandung antibakteri dapat diformulasikan ke dalam

pasta gigi, bubuk (tooth powder), obat kumur dan gel sehingga dapat digunakan

untuk mengurangi pembentukan plak, membersihkan gigi dan memoles gigi.

Penggunaan pasta gigi bersama sikat gigi adalah salah satu cara yang paling banyak

digunakan oleh masyarakat saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan

rongga mulut. Penggunaan pasta gigi pada anak bermanfaat untuk mencegah

(18)

pada pasta gigi anak sehingga dapat menurunkan resiko kehilangan gigi yang dini

pada anak.7

Bahan alam (khususnya tumbuh-tumbuhan) merupakan keanekaragaman

hayati yang masih sangat sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia,

padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman

hayati terbesar di dunia dan tanaman obat Indonesia telah diketahui sebagai sumber

yang potensial sebagai agen antibakteria. Bahan alami yang mungkin dapat mungkin

dikembangkan sebagai bahan pencegahan karies adalah buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl). Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan

buah mahkota dewa yang memiliki senyawa aktif yang berkhasiat sebagai antibakteri

yaitu saponin, alkaloid, flavonoid, fenol, minyak atsiri dan tanin.8,9

Buah mahkota dewa merupakan tanaman obat tradisional yang sudah dikenal

dan saat ini semakin diminati masyarakat. Sejak dahulu kerabat keraton Solo dan

Yogyakarta memeliharanya sebagai tanaman yang dianggap sebagai pusaka dewa

karena kemampuannya menyembuhkan berbagai penyakit seperti antikanker,

antidisentri, alergi, impotensi, haemoroid, diabetes mellitus, penyakit jantung,

hepatotoksik, berbagai penyakit kulit, tekanan darah tinggi, stroke, migrain dan

pengobatan luka.9,10 Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai pengobatan

adalah batang, daun dan kulit buah dan buah. Bagian biji sangat beracun sehingga

hanya digunakan sebagai obat luar untuk mengobati penyakit kulit. Penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan senyawa flavonoid buah lebih tinggi

daripada bagian tanaman lainnya disamping senyawa alkaloid, saponin, fenolik

(19)

Literatur yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria

umumnya memiliki aktivitas antimikroba oleh karena kandungan senyawa yang ada

di dalamnya. Kiki Yunanto, Universitas Jember, telah melakukan penelitian

mengenai uji zona hambat infusum daun mahkota dewa pada pertumbuhan S.mutans.

Hasilnya menunjukkan bahwa infusum daun mahkota dewa memiliki kemampuan

dalam menghambat pertumbuhan dengan daya hambat terbesar pada konsentrasi

50%.12 Penelitian Lilis Suryani dan Selly Stepriyani mengemukakan bahwa infusum daun mahkota dewa memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

dengan KHM 3,125 gram% dan KBM 6,25% dan tidak memiliki daya antibakteri

terhadap Eschericia coli dengan KHM lebih besar dari 25 gram%.13 Penelitian lain oleh juga menunjukkan bahwa buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri

terhadap Enterococcus faecalis dengan KBM pada konsentrasi 12,5%. 14

Berdasarkan acuan dari penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa

kandungan senyawa aktif buah mahkota dewa lebih tinggi daripada bagian tanaman

lainnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang khasiat

antibakteri ekstrak buah mahkota dewa terhadap pertumbuhan S.mutans sebagai

bakteri utama penyebab karies yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pencegahan karies terutama pada anak-anak.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang, maka timbul permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri terhadap

(20)

2. Berapakah konsentrasi minimal ekstrak buah mahkota dewa yang diperlukan

untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri

terhadap Streptococcus mutans.

2. Untuk mengetahui berapa konsentrasi minimal ekstrak buah mahkota dewa yang

diperlukan untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat diketahui efek antibakteri ekstrak etanol buah mahkota dewa terhadap

Streptococcus mutans sebagai bakteri utama penyebab karies.

2. Dengan penelitian ini, diharapkan potensi pendayagunaan tanaman obat berkhasiat

yang ada di Indonesia dapat dikembangkan.

3. Penelitian ini merupakan penelitian awal untuk dikembangkannya ekstrak buah

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai oleh

rusaknya enamel, dentin dan sementum oleh aktivitas metabolisme plak dental yang

ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan.1 Proses pembentukan karies diketahui sejak tahun 1960 ketika Fitzsgerald dan Keyes melakukan percobaan pada binatang

bebas kuman memperlihatkan bahwa plak didominasi oleh bakteri Streptococcus

mutans dan Lactobacillus sp. sebagai bakteri penyebab karies.15

Proses terjadinya karies ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi

yang diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Demineralisasi terjadi ketika

karbohidrat yang dikonsumsi difermentasi oleh bakteri dalam plak sehingga

menghasilkan asam laktat. Adanya pembentukan asam akan menurunkan pH plak

gigi di bawah nilai pH kritis yaitu 5,2-5,5.16 Hal ini menimbulkan kerusakan enamel yang ditandai adanya pelepasan ion kalsium dan fosfat serta meningkatkan daya larut

kalsium hidroksiapatit pada jaringan keras gigi. Ion hirogen dari asam laktat sebagai

hasil metabolime plak berdifusi ke dalam enamel dan mengakibatkan enamel

kehilangan mineral. Proses remineralisasi bersamaan dengan proses demineralisasi.

Pada proses remineralisasi, mineral yang diperlukan berasal dari saliva dan pasta gigi

yang mengandung fluor. Pembentukan kavitas patogenik pada permukaan gigi akan

(22)

2.2 Etiologi Karies

Karies gigi disebabkan oleh faktor primer yang langsung mempengaruhi

biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan yang berasal dari saliva) dan faktor

modifikasi yang secara tidak langsung mempengaruhi biofilm. Selain peran

mikroorganisme, terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penyebab terbentuknya

karies, yaitu host atau tuan rumah, substrat dan waktu yang saling mendukung satu

sama lain. Oleh karena itu, karies merupakan penyakit multifaktorial (Gambar 1).1,15

Gambar 1: Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial

yang disebabkan faktor host agen, substrat, dan waktu 1 2.3 Streptococcus mutans

S.mutans merupakan salah satu bakteri dari tujuh spesies Streptococcus yang

berbeda (S.mutans, S.sobrinus, S.cricetus, S.ferus, S.rattus, S.macacae dan S.downei)

dan 9 serotipe (a, b, c, d, e, f, g, h dan k). Di antara kesembilan serotipe tersebut yang

paling banyak dijumpai dalam plak dan saliva manusia adalah serotipe c yaitu sekitar

70-80%. Hal ini disebabkan karena S.mutans serotipe c lebih banyak mensintesis

dekstran ikatan α (1→3) yang tidak larut dalam air sehingga efektif dalam

(23)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya S. mutans merupakan salah satu

bakteri dalam proses terjadinya karies. S.mutans masuk ke dalam genus mutans

streptococci. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, bersifat non

motil (tidak bergerak) dan tidak membentuk spora.19 Sel S.mutans bulat atau oval dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini memiliki diameter berkisar 0,5-7,5 µm.19

Gambar 2: Gambaran mikroskopis Streptococcus mutans dengan teknik pewarnaan

gram (Pembesaran : 4400x).16

S.mutans bersifat acidogenik yaitu mampu menghasilkan asam dan bersifat

acidodurik yaitu mampu tinggal pada lingkungan asam. S.mutans juga memiliki

sifat-sifat khusus yang berperan pada patogenesis karies yaitu mampu memproduksi

polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang memfasilitasi perlekatannya ke permukaan

gigi dengan bantuan adhesin serta polimer glukan yang tidak larut oleh air. Sebagai

konsekuensinya, S.mutans akan menempel pada komponen-komponen yang terdapat

pada permukaan gigi, seperti substrat, glikoprotein saliva, matriks ekstraseluler,

(24)

S.mutans hidup di rongga mulut pada permukaan yang keras dan solid seperti

gigi, gigi tiruan, dan alat ortodontik. Selain itu bakteri ini juga ditemukan dalam luka

gigitan. S.mutans sering tumbuh pada area tertentu pada permukaan gigi seperti pit

dan fisur, permukaan oklusal, area proksimal gigi, gingiva, atau pada lesi karies gigi.

Jumlah populasi S.mutans dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: diet sukrosa,

topikal aplikasi fluor, penggunaan antibiotik, obat kumur yang mengandung

antiseptik dan keadaan higiene oral.20

Penggunaan obat kumur telah dilakukan pada anak-anak untuk mencegah

pertumbuhan S.mutans. Penelitian di Swedia memperlihatkan pemberian klorheksidin

pada kelompok anak yang berumur rata-rata 3 tahun dapat mencegah pertumbuhan

Streptooccus mutans .20

2.3.1 Metabolisme Sukrosa oleh S.mutans dalam Proses Karies

Kemampuan bakteri S.mutans dalam melakukan metabolisme polisakarida

interseluler dan ekstraseluler merupakan hal yang penting terhadap terjadinya

pembentukan plak yang menjadi awal pembentukan karies. S.mutans mampu

menghasilkan energi dan membentuk senyawa glucans dan fructan dalam jumlah

besar dari sukrosa dengan bantuan enzim ekstraseluler yaitu glucosiltransferase

(GTF) dan fructotransferase. Melalui enzim ini, S.mutans dapat menghidrolisis

sukrosa yang dikonsumsi sehingga terbentuk glukosa dan fruktosa. Hasil

metabolisme gula tersebut terbentuklah rantai panjang dari glukosa yang disebut

glucans atau dekstran dan polimer rantai panjang dari fruktosa yang disebut fructan

(25)

Gambar 3 : Metabolisme sukrosa oleh enzim ekstraseluler pada S. mutans19

Enzim glucosyltransferase (GTF) berfungsi menyebabkan terjadinya

polimerase glukosa pada sukrosa dengan pelepasan dari fruktosa, sehingga

mensintesis molekul glukosa dengan berat molekul tinggi yang terdiri dari ikatan

glukosa α1-6 (dekstran) dan α1-3 (mutan). Pembentukan α1-3 ini sangat lengket

sehingga tidak dapat larut di dalam air. Hal ini mempermudah S.mutans untuk

berkembang dan membentuk plak pada permukaan gigi.21

Strain tertentu S.mutans dapat mensintesis fructan disamping glucans dari

sukrosa. Fructan atau levan merupakan polimer linear yang terdiri dari kelompok

fructosil yang disintesis dari sukrosa. Kelompok fruktosil membentuk ikatan β(2-6)

disebut sebagai levan, atau ikatan β (2-1) yang dijumpai di inulin dari umbi Dahlia.

Ikatan ini yang paling dominan dan sintesisnya dikatalisir oleh fructosyltransferase

(26)

sukrosa. Levan cepat dihidrolisis oleh bakteri-bakteri di dalam plak, oleh karena itu

levan tidak seefisien dekstran dalam membentuk plak gigi.21

Di dalam plak gigi, koloni S.mutans akan memetabolisme glukosa dan

fruktosa menjadi asam sehingga terjadi penurunan pH plak gigi. Ion hirogen dari

asam laktat sebagai hasil metabolime plak berdifusi ke dalam enamel dan

mengakibatkan demineralisasi enamel gigi, demikian permulaan proses karies gigi.

Pembentukan kavitas akan terjadi jika proses demineralisasi lebih dominan daripada

proses remineralisasi. Oleh karena itu, polisakarida ekstraseluler dan pengasaman dari

biofilm sangat penting untuk pembentukan plak gigi kariogenik.20

2.4 Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa [Scheff.] Boerl)

Alam Indonesia sangat kaya akan keaneknegararagaman hayati terutama

tumbuh-tumbuhan yang dapat berguna sebagai bahan baku obat-obatan.8 Keadaan ini sangat berguna untuk berbagai penyakit yang mengancam kehidupan manusia saat

ini. Tanaman buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) merupakan

salah satu tumbuhan obat Indonesia yang sudah digunakan secara turun-temurun.

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) berasal dari Papua. Sejak dahulu keraton Solo

dan Yogyakarta memeliharanya sebagai tanaman yang dianggap sebagai pusaka dewa

karena dianggap mampu mengobati berbagai penyakit. Selain itu, pohon ini sering

disebut Simalakama (Melayu), Makuto Rojo, Makuto Ratu, Obat Dewa (Jawa

(27)

devisi: Spermatopyta

subdivisi: Angiospermae

kelas: Dicotyledoneae ordo (bangsa): Thymalaeales

famili (suku): Thymelaeaceae

genus (marga): Phaleria

spesies: Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.22

Mahkota dewa termasuk tanaman perdu yang dapat tumbuh subur pada

dataran rendah hingga ketinggian 10-1200 m dpl. Tanaman mahkota dewa tergolong

tanaman perdu yang tumbuh pada tanah jenis apa saja, baik tanah subur maupun

tanah yang miskin unsur haranya. Buah mahkota dewa berbentuk bulat dengan

ukuran bervariasi sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel, dengan ketebalan

kulit 0,1-0,5 mm (Hermanto,2002). Buah mahkota dewa terdiri atas kulit, daging,

cangkang dan biji. Permukaan buah licin, beralur, berwarna hijau ketika masih muda

atau berwarna merah marun ketika sudah tua.23

(28)

Bagian daging buah putih, berserat dan berair, sedangkan bagian biji,

bentuknya bulat, keras, berwarna cokelat, sangat toksik sehingga tidak dapat

dimakan.23 Penelitian Harmanto tahun 2002 menyatakan buah mahkota dewa tidak

dikonsumsi secara langsung karena efek sampingnya cukup serius seperti sariawan,

bengkak, mati rasa pada lidah, kaku, demam bahkan dapat menyebabkan pingsan.

Oleh karena itu, sangat tidak dianjurkan konsumsi buah mahkota dewa secara

langsung, melainkan harus direbus terlebih dahulu.23

Pemanfaatan buah mahkota dewa secara empiris sebagai tanaman obat telah

lama digunakan untuk mengatasi kanker dan tumor, impotensi, haemorroid, diabetes

mellitus, alergi, hipertensi dan jantung, disentri, rematik, asam urat dan gangguan

ginjal, stroke, migraine, berbagai penyakit kulit, jerawat dan lain sebagainya. Bagian

tanaman yang digunakan sebagai bahan baku obat adalah batang, buah dan daun,

sedangkan bagian biji hanya digunakan sebagai obat luar atau untuk penyakit kulit

karena bersifat toksik. Bagian akar dan bunga mahkota dewa jarang digunakan

sebagai obat. Pemanfaatan buah mahkota dewa untuk pengobatan biasanya tidak

memisahkan daging buah dengan kulitnya sehingga kulit tidak perlu dikupas terlebih

dahulu. Bagian biji harus dipisahkan atau dibuang.9

Literatur sebelumnya menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria umumnya

memiliki aktifitas antibakteri. Aktivitas ini berkaitan dengan toksisitas (kandungan

racun) tanaman yang cukup tinggi sebagai salah satu bentuk mekanisme pertahanan

diri. Mahkota dewa mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri seperti

(29)

2.5 Nilai Farmakologis Mahkota Dewa

Bioaktifitas suatu tanaman berkaitan erat dengan senyawa kimia yang

terkandung dalam tanaman tersebut. Dari sejumlah pengalaman eksperimental

terbukti bahwa tanaman yang mempunyai aktivitas antimikroba juga menunjukkan

aktivitas antikanker, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena toksisitas

yang dimiliki tanaman sebagai antibakteri juga bekerja terhadap fase tertentu dari

siklus tumor. Penelitian Lisdawati pada tahun 2002 menunjukkan bahwa buah dan

daun mahkota dewa dapat menghambat pertumbuhan sel hela (sel kanker rahim).

Disamping itu terbukti juga bahwa adanya potensi antioksidan dan antikanker dari

ekstrak buah dan kulit buah mahkota dewa dengan nilai hambat 50% sel leukimia

setelah masa inkubasi 48 jam.8

Kulit buah mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid. Daging buah

mahkota dewa dan cangkang biji mengandung mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, fenol, lignan, tanin dan saponin. Sementara daun mahkota dewa

mengandung antihistamin, alkaloid, saponin dan polifenol (lignan).8,9,23

Flavonoid beperan sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa

kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran

bakteri. Alkaloid berperan untuk mengganggu komponen penyusun peptidoglikan

pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut. Tanin dapat merusak membran sel bakteri,

mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel

itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas

(30)

mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein (Masduki 1966).

Minyak atsiri juga bersifat antibakteri karena efeknya dapat mengganggu

pembentukan membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau

pembentukannya tidak sempurna.24

Untuk mendapatkan senyawa aktif seperti tanin, polifenol, flavonoid,

terpenoid, sterol dan alkaloid perlu diekstraksi dengan penambahan pelarut etanol.

Hal ini disebabkan karena pada proses perendaman simplisia dalam pelarut etanol, sel

tanaman mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan mengeluarkan zat aktif

yang diikat olet pelarut etanol tersebut.24

2.6 Peran Tanaman Mahkota Dewa Sebagai Antibakteri

Di Indonesia telah dilakukan penelitian mengenai efek antibakteri mahkota

dewa, misalnya penelitian uji zona hambat infusum daun mahkota dewa pada

pertumbuhan Streptococcus mutans. Penelitian ini dinyatakan bahwa semakin tinggi

konsentrasi infusum daun mahkota dewa, maka semakin besar pula zona inhibisinya

dan daya hambat terbesar pada konsentrasi 50 %. 12

Penelitian Tri Dewianti W, Wulan, dkk menunjukkan bahwa buah mahkota

dewa terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri pada produk kering dan

produk olahan yang diolah dengan panas tinggi (instant) dan panas rendah

(effervescent). Dari hasil penelitian ini juga ditunjukkan bahwa aktivitas antibakteri

tertinggi pada produk 50%, aktivitas tertinggi pada bakteri Staphylococus aureus

pada produk instant dan effervescent (18,3 mm) dan bakteri E.coli pada produk

(31)

Penelitian lain mendapatkan infusum daun mahkota dewa daya antibakteri

terhadap Stapylococcus aureus dengan KHM 3,125 gram% dan KBM 6,25%

sedangkan bakteri E.coli juga terdapat efek antibakteri namun tidak lebih besar dari

25 gram%. 13 Penelitian lain oleh Darwis A dan Lusiana B pada tahun 2010 juga menunjukkan bahwa ada daya antibakteri buah mahkota dewa terhadap Enterococcus

(32)

2.7 Kerangka Teori

SALIVA MIKROORGANISME

GLIKOPROTEIN STREPTOCOCCUS MUTANS

HOST

EFEK ANTIBAKTERI Plak kontrol

PLAK GIGI

Resiko berkurang

KARIES

ZAT AKTIF : ALKALOID,

FLAVONOID, FENOL, TERPEN

DAN SAPONIN EKSTRAK ETANOL BUAH

(33)

2.8 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis Penelitian

Dari skema kerangka konsep, lahir hipotesis penelitian bahwa ekstrak buah

mahkota dewa memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan

didapat KHM dan KBM terhadap S.mutans.

BUAH MAHKOTA DEWA STREPTOCOCCUS MUTANS

Membran sel terdiri dari

polisakarida, protein, dan

enzim (Fruktosil transferase)

& Glukosil transferase

Struktur dan komponen

membran sel bakteri

terganggu

Terjadi hambatan pertumbuhan

Streptococcus mutans

Mengandung zat aktif : flavonoid, saponin, fenol dan tanin

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan post test

only control group design.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

laboratorium Tropical Disease Universitas Airlangga. Jumlah pengulangan yang

dilakukan pada penelitian ini menggunakan rumus umum:

(t-1) x (r-1) ≥ 15

(7-1) x (r-1) ≥ 15

6 x (r-1) ≥ 15

6r-6 ≥ 15

6r ≥ 21

r ≥ 3,5 ≈ 4

Keterangan :

t : Jumlah perlakuan dalam penelitian.

(35)

Jumlah perlakuan (r) ulang yang digunakan adalah ≥ 4. Pada penelitian ini digunakan

6 kali pengulangan.

• Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 100 % = 6 sampel

• Kelompok II : ekstrak dengan konsentrasi 50% = 6 sampel

• Kelompok III : ekstrak dengan konsentrasi 25% = 6 sampel • Kelompok IV : ekstrak dengan konsentrasi 12,5% = 6 sampel

• Kelompok V : ekstrak dengan konsentrasi 6,25% = 6 sampel • Kelompok VI : ekstrak dengan konsentrasi 3,125 % = 6 sampel

• Kelompok VII : ekstrak dengan konsentrasi 1,56 % = 6 sampel

• Kelompok VIII : kontrol negatif (ekstrak buah mahkota dewa tanpa

suspensi S.mutans)= 1 sampel

• Kelompok IX : kontrol Mc Farland = 1 sampel

(36)

3.3 Variabel Penelitian

VARIABEL BEBAS :

Ekstrak buah mahkota dewa

dengan pelarut etanol dengan

konsentrasi 100%, 50%, 25%,

12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%.

VARIABEL TERGANTUNG

Pertumbuhan S.mutans pada

media MHA dengan

pengukuran KHM dan KBM

VARIABEL TERKENDALI

Rotary - evaporator 1 ATM dan

temperatur ≤ 60 0C

• Asal tumbuh buah mahkota dewa

(Karangsari, Medan Polonia)

Media untuk pertumbuhan S. mutans • Suhu inkubasi

• Waktu pengamatan dan pembiakan

suspensi bakteri S.mutans • Sterilisasi alat, bahan dan media • Waktu pengamatan

• Konsentrasi bahan coba suspensi

S.mutans pada saat diinokulasi pada

media.

• Jumlah sampel bahan percobaan yang diteteskan ke media padat (50µl).

VARIABEL TIDAK TERKENDALI

• Lamanya penyimpanan buah mahkota dewa

• Suhu dan pengiriman dari bahan coba

(37)

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yang termasuk pada penelitian ini adalah ekstrak buah

mahkota dewa pelarut etanol dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,

3,125% dan 1,56%.

3.3.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pertumbuhan S.mutans pada

media MHA dengan pengukuran nilai KHM dan KBM.

3.3.3 Variabel Terkendali

• Asal tumbuh buah mahkota dewa (Karangsari, Polonia Medan)

Media untuk pertumbuhan S. mutans

• Suhu inkubasi • Waktu inkubasi

• Sterilisasi alat, bahan dan media

• Waktu pengamatan • Konsentrasi bahan coba

Suspensi S.mutans pada saat diinokulasi pada media MHA

3.3.4 Variabel tidak terkendali

• Lamanya penyimpanan ekstrak buah mahkota dewa • Suhu dan pengiriman dari bahan coba

(38)

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional pada penelitian ini adalah:

Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) adalah buah

mahkota dewa yang tumbuh di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Medan

Polonia, Medan.

• Ekstrak buah mahkota dewa pelarut etanol adalah ekstrak yang diperoleh dengan

melakukan ekstraksi buah mahkota dewa yang telah dimaserasi dengan pelarut

etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak kental.

S.mutans adalah bakteri yang diambil dari plak gigi dan diperoleh dari

Laboratorium Tropical Disease Universitas Airlangga.

• KHM (Kadar Hambat Minimum) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang

mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam dan tidak

tumbuh koloni bakteri yang diketahui dengan cara mengamati kekeruhan pada

media perbenihan dengan menggunakan metode dilusi.

• KBM (Kadar Bunuh Minimum) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang

dapat membunuh bakteri sebesar 99 % atau 100 % pada media agar.

Kontrol Mc Farland berisi bakteri yang disuspensikan dengan menggunakan

larutan NaCl 0,9 % sampai diperoleh kekeruhan sesuai standar 0,5 Mc Farland

atau sebanding dengan jumlah bakteri 1x108 CFU/ml.

3.5 Bahan dan Alat Penelitian

3.5.1 Bahan Penelitian

(39)

• Buah mahkota dewa sebanyak 2 kg.

• Pelarut etanol 96% 5 liter (Kimia Farma, Indonesia)

Biakan murni S.mutans

Media MHA (Mueller Hinton Agar)

Media MHB (Mueller Hinton Broth)

Media nutrient agar

Spritus Alkohol 70%

Wipol

Kapas Steril Cotton Bud

Formalin 1% NaCl 0,85 %

Aquades

3.5.2 Alat Penelitian

Alat-alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah :

• Rotavapor

• Alat destilasi pelarut

Autoklaf (Yamamoto SN 210)

Oven (Gallenkomp)

(40)

• Destilator

Vaccum Rotary Evaporator

• Kaliper geser

Neraca Analitic Electric

Tabung reaksi (Pyrex)

• Blender

Electronic Balance (Chyo JP2-6000)

• Vortex

• Pisau

• Aluminium foil 1 gulungan • Erlenmeyer (Pyrex)

• Kertas saring • Gelas ukur

• Rak tabung reaksi

Sprayer

Hot Plate

• Cawan petri

Pipet mikro dan tissue

• Batang pengaduk • Kaca pembesar

• Bunsen

(41)

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

3.6.1 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Farmakognosi Farmasi USU

2. Laboratorium Penelitian Farmasi USU

3. Laboratorium Tropical Disease UNAIR

3.6.2 Waktu Penelitian: September 2010 - Juli 2011

3.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.7.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Buah Mahkota Dewa

Buah mahkota dewa yang dipakai adalah buah yang segar atau baru dipetik

dari pohon mahkota dewa yang ditanam di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Medan

Polonia, Medan, tidak cacat dan berwarna merah pada sore hari.

Gambar 5: Tanaman mahkota dewa dan buah mahkota dewa yang berasal dari Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Polonia.

Bahan baku berupa buah mahkota dewa sebanyak 2 kg dibersihkan dari

kotoran, dicuci bersih, ditimbang kemudian dibelah agar bagian cangkang dan bijinya

(42)

pengeringan dan mempermudah penggilingan lalu dikeringkan di lemari pengering

selama 14 hari.

Gambar 6 : Buah mahkota dewa dicuci, ditimbang 2 kg, kemudian diiris halus.

Gambar 7 : Sampel buah mahkota dewa dimasukkan ke dalam lemari pengering sehingga diperoleh sampel kering.

Kemudian sampel yang telah kering diblender sampai menjadi serbuk

simplisia sebanyak 190 gram kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan dimaserasi

selama 3 jam dengan pelarut etanol 96%. Selama proses maserasi, sel buah mahkota

dewa mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan mengeluarkan

senyawa-senyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol tersebut. Pelarut etanol akan

mengikat berbagai senyawa aktif seperti, polifenol, flavonoid, terpenoid, sterol dan

(43)

Gambar 8 : simplisia kering ditimbang lalu diblender kemudian dimaserasi

Setelah 3 jam, simplisia diperkolasi dengan menggunakan perkulator yang

ditutup aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam. Pada bagian ujung perkulator

disumbat dengan kapas basah dan dilapisi kertas saring. Setelah 24 jam, bagian ujung

perkulator yang juga disambungkan pada tabung untuk menampung cairan dapat

dibuka dengan kecepatan ± 20 tetes/menit. Prosedur penampungan maserat diulangi

sampai maserat yang dihasilkan berwarna jernih, dan didapat maserat cair sebanyak ±

4 liter.

(44)

Semua maserat digabung dan disaring, lalu diuapkan dengan menggunakan

Vaccum Rotary Evaporator pada tekanan, 1 ATM dengan temperatur ≤ 60 0C. Ekstrak kental yang dihasilkan didinginkan selama 24 jam kemudian dilakukan

pengeringan beku dalam freeze dryer selama 24 jam.

Gambar 10: Penguapan maserat Gambar 11: Ekstrak kental pada Vaccum Rota- pelarut etanol ry Evaporator

3.7.2 Pembuatan Media Bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media nutrient agar (NA) dengan cara

dimasak, sebanyak 2 gram nutrient agar dilarutkan ke dalam 100 ml akuades, lalu

media dipanaskan di atas tungku pemanas magnetik sampai mendidih sehingga media

NA benar-benar larut. Kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf selama

15 menit pada tekanan 2 atm, suhu 121 0 C.

Media MHB (Mueller Hinton Broth) dan MHA (Mueller Hinton Agar) dibuat

untuk menguji aktivitas antibakteri. Media MHB yang digunakan untuk melihat

KHM, dibuat dengan cara melarutkan 4,2 gram bubuk media MHB dalam aquades

(45)

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dilakukan sterilisasi dengan menggunakan

autoklaf selama 15 menit pada tekanan 2 atm, 115 0C. Media MHA yang digunakan sebagai media untuk melihat KBM, sebanyak 7,6 gram Mueller Hinton Agar

dilarutkan ke dalam 200 ml akuades, lalu dipanaskan di atas tungku pemanas

magnetik sampai mendidih. Kemudian media yang telah masak disterilkan di dalam

autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 2 atm, suhu 121 0C. Setelah

disterilkan, media disimpan ke dalam lemari pendingin. Jika akan digunakan kembali,

media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing

petri dan dibiarkan hingga dingin.

3.7.3 Pembiakan spesimen

Pembiakan spesimen S.mutans dilakukan dalam suasana aerob. Selanjutnya

pembiakan pada media nutrient agar yang telah disediakan sebelumnya pada cawan

petri. Biakan bakteri diinkubasi dalam suasana aerob pada suhu 370C selama 24 jam, lalu diamati apakah bakteri S.mutans telah tumbuh subur dan murni didapat. Apabila

pertumbuhan bakteri tidak subur dan terjadi kontaminasi bakteri lain atau jamur,

prosedur pembiakan bakteri dan pengamatan diulang kembali sampai biakan yang

didapat benar-benar murni. Kemudian sebanyak 1-2 ose dari biakan murni bakteri uji

tersebut disuspensikan dalam larutan NaCl 0,9 % pada tabung reaksi steril. Kemudian

suspensi bakteri divorteks hingga homogen sampai diperoleh kekeruhan sesuai

(46)

3.7.4 Penentuan KHM dan KBM Bahan Coba

Bahan coba ekstrak buah mahkota dewa yang dipakai terdiri dari konsentrasi

100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan 3,125% dan 1,56%. Dari masing-masing

konsentrasi tersebut diambil sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi

kemudian diberi label sesuai konsentrasi. Suspensi bakteri yang telah dipersiapkan

sebelumnya diambil 1 ml dengan menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke

dalam masing-masing tabung bahan coba yang telah diberi label kemudian divorteks

hingga homogen. Selanjutnya tabung tersebut diinkubasi pada suhu 370C selama 24

jam pada inkubator kemudian diamati kekeruhan yang terjadi dengan

membandingkan tabung-tabung tersebut dengan kontrol. Konsentrasi terendah dari

larutan sampel yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (ditandai dengan mulai

adanya kejernihan secara visual oleh tiga pengamat secara independen) ditentukan

sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM).

Penentuan KBM dilakukan pada pada konsentrasi 100%, 50%, 25% , 12,5%,

6,25% 3,125%, 1,56% sehingga semua kelompok larutan dilanjutkan dengan

perhitungan jumlah koloni metode Drop Plate Mills Mesra. Bahan coba dengan

konsentrasi diatas diambil 50µ l untuk tiap konsentrasi kemudian diteteskan pada

MHA sebanyak 6 replikasi. Spesimen didiamkan selama 15-20 menit sampai

mengering dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan prinsip satu sel bakteri hidup bila

dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi 1 koloni bakteri. Perhitungannya

(47)

bersinggungan dianggap 2 koloni. Satuan yang dipakai adalah CFU (Colony Forming

Unit) / ml cairan (suspensi).

Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing tetesan, kemudian

dibuat rata-ratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali. Pada

penelitian konsentrasi yang dilakukan perhitungan jumlah koloni merupakan

konsentrasi awal (sebelum dilakukan dilusi) maka faktor pengenceran x1, selain itu

karena pada penetesan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat sebanyak

50µ l, maka perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk mendapatkan

hasil yang sesuai standar (CFU/ml).

3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian diperoleh dengan cara mengamati KHM dan KBM bahan

coba pada berbagai konsentrasi. Konsentrasi bahan coba yang mulai jernih pada

konsentrasi terkecil sebagai KHM sedangkan konsentrasi bahan coba yang sudah

mampu membunuh bakteri atau tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni

(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Setelah diperoleh ekstrak kental pelarut etanol buah mahkota dewa, dilakukan

uji aktivitas antibakteri pada media MHA yang telah diinokulasi suspensi S.mutans.

Pengujian daya antibakteri dilakukan dengan mengamati perubahan kekeruhan pada

tiap konsentrasi bahan coba (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% dan 1,56%).

Metode yang digunakan adalah metode pengenceran ganda (dilusi) untuk mengetahui

KHM dan KBM bahan coba. Perubahan yang terjadi ditandai dengan hasil biakan

mulai tampak jernih bila dibandingkan dengan kontrol (Mc Farland yang diinkubasi

24 jam) ditandai sebagai KHM selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah koloni

bakteri dengan metode Drop Plate Mills Mesra yang bertujuan untuk membuktikan

adanya kemampuan untuk membunuh bakteri pada konsentrasi terkecil sebesar 99% -

100%, yang disebut dengan KBM (Kadar Bunuh Minimum).

(49)

Gambar 13 : Suspensi bakteri Streptococcus mutans setelah berkontak dengan bahan coba pada berbagai

konsentrasi.

Setelah peletakan bahan coba pada suasana aerob dengan inkubasi 37° C

selama 24 jam terlihat bahwa pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%

masih memberikan efek antibakteri yang ditandai dengan tidak dijumpai

pertumbuhan koloni bakteri sehingga dilakukan uji pada konsentrasi dibawahnya

yaitu konsentrasi 3,125% dan konsentrasi 1,56% guna mengetahui nilai KHM dan

KBM dari bahan coba.

(50)

D E F

Gambar 14 : Pertumbuhan koloni yang terbentuk pada media MHA pada konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa 3,125 % dengan pelarut etanol pada (A) replikasi 1, (B) replikasi 2, (C) replikasi 3, (D) replikasi 4, (E) replikasi 5, (F) replikasi 6

A B

Gambar 15: Pada konsentrasi 6,25% sudah tidak terjadi pertumbuhan bakteri (A); pada konsentrasi 1,56% terjadi pertumbuhan koloni yang tidak dapat dihitung.

Hasil didapat bahwa pada konsentrasi 6,25% tidak dijumpai adanya

pertumbuhan bakteri atau senilai 0 CFU/ml yang menunjukkan bahwa pada

konsentrasi ini sudah mampu memberikan daya antibakteri sedangkan pada

konsentrasi 3,125%, dijumpai adanya pertumbuhan bakteri, yaitu 122x20 CFU/ml

(51)

Tabel 1. Perhitungan jumlah bakteri untuk bahan coba ekstrak etanol buah mahkota dewa.

No PARAMATER Hasil Uji

Hasil Hitung Kuman

(52)
(53)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian tentang pengaruh ekstrak buah mahkota dewa dan bakteri S.mutans

membuktikan bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri.

Penelitian diatas dilakukan teknik pengenceran ganda (dilusi) melalui pengukuran

KHM dan KBM bahan coba terhadap pertumbuhan bakteri, yang bertujuan untuk

mengetahui adanya kekeruhan dan adanya pertumbuhan bakteri setelah diberikan

perlakuan ekstrak buah mahkota dewa dari berbagai konsentrasi (100%, 50%, 25%,

12,5%, 6,25%, 3,125% dan 1,56%). Metode dilusi oleh Fereira et al., 2002, dilakukan

untuk mengamati aktivitas antibakteri karena bahan coba langsung berkontak dengan

mikroorganisme. Nilai KHM diketahui dengan mengamati adanya kekeruhan

suspensi setelah diinkubasi 37°C selama 24 jam dan KBM diketahui dengan

menghitung jumlah koloni bakteri pada media padat.

Ada dua metode untuk menentukan daya antibakteri, yaitu agar diffusion test

dan dillution test. Pada metode agar diffusion test diukur zona hambat / inhibisi

bakteri yang tergantung pada kelarutan dan difusi bahan coba sehingga kurang efektif

untuk menghambat mikroorganisme. Sedangkan metode dilusi lebih efektif karena

bahan uji langsung berkontak dengan mikroorganisme sehingga hasil penelitian akan

lebih representatif. Atas dasar inilah peneliti memilih metode dilusi untuk menguji

(54)

Penelitian ini dimulai dengan melakukan ekstraksi buah mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl). Ekstraksi merupakan metode yang sering

digunakan untuk memisahkan komponen atau senyawa dari tumbuhan. Pemisahan

komponen atau senyawa tumbuhan dimulai dari proses maserasi. Selama proses

maserasi, sel buah mahkota dewa mengalami kondisi jenuh sehingga sel-selnya akan

mengeluarkan senyawa-senyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol

tersebut seperti flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Pelarut yang digunakan adalah

pelarut etanol. Alasan penggunaan pelarut etanol karena sifatnya yang dapat

melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan

aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non polar. Selain itu, pelarut etanol

diketahui lebih aman (tidak bersifat toksik) jika dibandingkan dengan pelarut

metanol. Selanjutnya dilakukan perkolasi hingga diperoleh maserat cair, yang akan

dilakukan penguapan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator yang bekerja dengan

cara menurunkan tekanan udara dari tekanan udara luar menjadi <1 ATM sehingga

tekanan uap pelarut serta titik didih pelarut menurun. Penurunan tekanan akan

berbanding lurus dengan penurunan temperatur sehingga menghindari terjadinya

penguraian kandungan kimia maserat cair yang diekstraksi.

Dalam hal ini, senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai

antibakteri adalah flavonoid, alkaloid, saponin, fenol dan tanin. Flavonoid akan

merusak membran sel bakteri karena sifatnya lipofilik. Alkaloid berperan sebagai

antimikroba karena sifatnya mampu berikatan dengan DNA. Efek antibakteri dari

senyawa saponin sebagai deterjen yang memiliki molekul ampifatik (mengandung

(55)

hidrofobik saponin berikatan pada region hidrofobik protein membran sel dengan

menggeser sebagian besar unsur lipid yang terikat. Ujung hidrofilik saponin

merupakan ujung yang bebas akan membawa protein ke dalam larutan sebagai

kompleks deterjen-protein sehingga sel bakteri menjadi lisis. Fenol bersifat toksik

terhadap bakteri yang dianggap bertanggung jawab terhadap toksisitas bakteri.

Setelah dilakukan pengujian nilai KHM dan KBM dalam berbagai konsentrasi,

tidak dijumpai adanya pertumbuhan bakteri (steril atau 0 CFU/ml) pada konsentrasi

100% hingga 6,25% yang artinya pada konsentrasi tersebut memberikan daya

antibakteri maka dilakukan pengenceran lagi di bawah konsentrasi 6,25% yaitu

konsentrasi 3,125% dan 1,56%. Pada konsentrasi 3,125%, pengenceran yang

dilakukan akhirnya mampu mengurangi daya hambat bahan uji terhadap pertumbuhan

bakteri sehingga terlihat adanya pembentukan koloni bakteri 122x20 CFU/ml pada

replikasi 1, sedangkan pada konsentrasi 1,56% terjadi pembentukan koloni bakteri

yang tidak dapat dihitung.

Efek antibakteri bahan coba dilihat dari besar nilai KHM dan KBM bahan

coba terhadap pertumbuhan bakteri dengan jumlah bakteri harus sama untuk setiap

perlakuan sesuai dengan standar 0,5 Mc Farland . Suspensi standar 0,5 Mc Farland

adalah adalah suspensi yang menunjukkan konsentrasi kekeruhan bakteri sama

dengan 108 CFU/ml maka suspensi bakteri dibuat terlebih dahulu kemudian disesuaikan kekeruhannya dengan 0,5 Mc Farland (1x108 CFU/ml) selanjutnya diinokulasi pada media cair dengan jumlah yang sama untuk berbagai konsentrasi.25

Nilai minimum yang ditunjukkan pada bahan coba dengan konsentrasi

(56)

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menguji daya antibakteri ekstrak

etanol buah mahkota dewa terhadap Enterococcus faecalis terdapat perbedaan KHM

dan KBM dengan KHM dan KBM berada pada konsentrasi yang lebih besar, yaitu

12,5%. Penelitian lain oleh Yunanto, K menyatakan bahwa infusum daun mahkota

memiliki daya hambat terbesar pada konsentrasi 50 %. 12 Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa lebih efektif menghambat pertumbuhan S.mutans

dibandingkan infusum daun mahkota dewa sedangkan pada pada penelitian lain

didapatkan infusum daun mahkota dewa memiliki daya antibakteri terhadap

Stapylococcus aureus dengan KHM 3,125 gram% dan KBM 6,25% sedangkan

bakteri E.coli juga terdapat efek antibakteri namun tidak lebih besar dari 25 gram%.13 Hal ini menunjukkan nilai KHM dan KBM infusum daun mahkota dewa terhadap

Stapylococcus aureus hampir sama dengan penelitian ini.

Metode dilusi dilakukan pada penelitian ini dengan pengenceran sebesar

setengah dari konsentrasi awal, yaitu konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% 6,25%,

3,125% dan 1,56% maka memungkinkan adanya konsentrasi lain >3,125% - 6,25%

yang dapat membunuh S.mutans sehingga perlu dilakukan pengujian antibakteri

dengan metode pengenceran lain. Selain itu, ekstrak etanol mahkota dewa yang

memiliki saponin dengan kandungan yang rendah berarti memiliki makna toksisitas

yang rendah dapat menjadi pertimbangan pengembangan ekstrak tersebut sebagai

(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri sehingga

mampu menghambat pertumbuhan S.mutans. Efek antibakteri dinilai dari nilai KHM

dan KBM yang terdapat pada ekstrak etanol buah mahkota dewa pada konsentrasi

6,25% dengan jumlah koloni 0 CFU/ml.

6.2 Saran

1. Perlu ada pengujian antibakteri lebih lanjut pada konsentrasi >3,125% - 6,25%

dapat membunuh S.mutans dengan metode lain.

2. Perlu dilakukan uji toksisitas pada ekstrak etanol buah mahkota dewa untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan sel.

3. Penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk penelitian

in vivo dalam penentuan konsentrasi KHM dan KBM ekstrak etanol buah

mahkota dewa yang aman jika dipakai sebagai bahan alternatif pencegahan

(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan

pemeliharaanya. Ed.I. Medan: USU Press. 2008:4-5,21.

2. Slavkin HC. Streptococcus mutans, early chilhood caries and new opportunities. J

Am Dent Assoc 1999; 130: 1787.

3. Desiree S, Sutadi H, Hayati R. Peran pasta gigi yang mengandung siwak

terhadap koloni Streptococcus mutans dalam plak gigi anak. J PDGI 2007:90.

4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa barat. Profil kesehatan Jawa barat tahun

1999-2003. Bandung; 2004: 61.

5. Dewo AT, Sutadi H, Suharsini M. Koloni Streptococcus mutans dalam saliva

anak yang menggunakan pasta gigi buah mahkota dewa dan pasta gigi siwak. J

PDGI 2007: 179-180.

6. Pratiwi R. Perbedaan daya hambat terhadap Streptococcus mutans dari beberapa

pasta gigi yang mengandung herbal. Maj. Ked. Gigi. (Dent J) 2005; 38: 64.

7. Riyanti E, Dede H, Iswari AP. Pemakaian propolis sebagai antibakteri pada pasta

gigi (the use of propolis as an antibacterial agent in dentifrice).

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/ pemakaian_propolis_se-

Bagai _antibakteri_pada_pasta_gigi.pdf (22 Februari 2011).

8. Lisdawati V. Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl)

toksisitas, efek antioksidan dan efek antikanker berdasarkan uji penapisan

farmakologi.

(59)

9. Dewanti T, Narsitoh S, Nur I. Aktivitas antioksidan dan antibakteri produk

kering, instant dan effervescent dari buah mahkota dewa.

(17-24 Desember 2004)

10. Anonymous. Mahkota dewa tanaman penuh khasiat. http:// forum.

tamanroyal.com /index.php?topic=331.0;prev_next=next (17 Maret 2008).

11. Soeksmanto A dkk. Kandungan antioksidan pada beberapa bagian tanaman

mahkota dewa, (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl) (Tymelaceae). J

Biodiversitas 2007; 8: 92-93.

12. Yunanto K. Uji zona hambat infusum daun mahkota dewa (Phaleria papuana

Warb. var. Wichannii) pada pertumbuhan Streptococcus mutans. Dalam: Skripsi

Universitas Jember Jawa Timur 2008 (abstrak).

gdl.php?mod=browse&op=read&id=gdlhub-gdl-kikiyunant-3810

13. Suryani L, Stepriyani S. Daya antibakteri daun mahkota dewa (phaleria

macrocarpa) terhadap Stapylococcus aureus dan Eschericia coli. Mutiara Medika

2007; 7 :23-24 (Abstrak).

14 Aswal D, Beatrice L. Daya antibakteri ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa [Scheff.] Boerl) terhadap Enterococcus faecalis (In vitro). Dentika

Dent J 2010; 6:35.

15. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Alih Bahasa: Sumawinata N, Faruk S.

(60)

16. Kunnel D. 26644C- Oral bacterium - Streptococcus mutans. http://education.

denniskunnel.com/catalog/product_info.php?products_id=9571&osCsi

17. Hamberg K. The mutans streptococci. http://www.whocollab.od.mah.se

/db/mutanslab01.html (18 Januari 2011).

18. Nakano K, et al. Protein antigen in serotipe k Streptococcus mutans clinical

isolates. J Dent Res 2008; 87(10): 964.

19. Kunnel D. Oral microbes - Bacteria (bacilli and cocci) and yeast.

20. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Alih Bahasa. Narlan Sumawinata,

Safrida Faruk. Jakarta: EGC; 1991.

21. Colby SM, Russel RRB. Sugar metabolism by mutans streptococci. J Appl

Bacteriol Symp Suppl 2007; 83: 80-83.

22. Nurhayati I. Conservation of asian-native medicinal plants on the university

campus. Dalam: Knowledge Marketplace Report. The 3RD IUCN World

Conservation Congress, Bangkok, Thailand 2004.

bitstream/handle/123456789/28597/b348.pdf?sequence=1

23. Soekmanto A. Pengaruh ekstrak butanol buah mahkota dewa (phaleria

macrocarpa) terhadap jaringan ginjal mencit (mus musculus). J Biodiversitas

2006; 7: 278.

24. Juliantina F, Citra DA, Nirwani B. Manfaat sirih merah sebagai agen anti

bakterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. JKKI

(61)

25. Anonymous. Mc Farland standard barium sulfate turbidy. PML Microbiological,

(62)

SERTIFIKAT HASIL UJI

Uraian Jenis Penguj ian

(63)
(64)

Cat at an: Hasil uj i hanya berl aku unt uk cont oh yang diuj i. Fakt or pengenceran 20 kal i. TBUD = Tidak Bisa Unt uk Dihit ung (at au > 300 kol oni).

Surabaya, 23 Jul i 2011

Penanggung Jawab Penguj ian

Gambar

Gambar 2: Gambaran mikroskopis   Streptococcus      mutans   dengan   teknik    pewarnaan
Gambar 3 : Metabolisme sukrosa oleh enzim ekstraseluler pada S. mutans19
Gambar 4:  Buah mahkota dewa (kiri) dan pohon mahkota dewa (kanan) 23
Gambar 6 : Buah mahkota dewa dicuci, ditimbang 2 kg, kemudian diiris halus.
+5

Referensi

Dokumen terkait

(BSLT) terhadap berbagai ekstrak buah tua dan buah muda mahkota dewa, yang dilanjutkan dengan uji aktivitas antihiperglikemik in vivo dari ekstrak buah tua mahkota dewa dengan

pada sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan krim ekstrak etanol buah

Penelitian ini bertujuan untuk membuat krim ekstrak etanol buah mahkota dan mengetahui aktivitas antibakteri krim terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis Metode

FORMULASI KRIM EKSTRAK ETANOLIK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) DENGAN BASIS A/M DAN M/A.. FORMULATION OF CREAM ETHANOLIC EXTRACT OF Phaleria

Skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dengan Basis HPMC”, disusun sebagai salah satu syarat

Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tentang formulasi gel ekstrak etanolik buah mahkota dewa dengan basis HPMC untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi basis HPMC

Ekstrak etanol buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) terhadap HeLa cell line tidak dapat memberikan efek sitotoksik. Kata kunci : Buah mahkota dewa,

Telah dilakukan pula penelitian yang menunjukkan bahwa ekstrak air buah mahkota dewa memberikan hasil positif dengan uji aktivitas antiradang menggunakan tikus Wistar betina yang