OLEH
DEVI NURMALASARI H14103018
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
(dibimbing oleh IDQAN FAHMI).
Dalam beberapa tahun, retail moderen dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok daerah. Menurut AC Nielsen seperti yang dikutip dalam KPPU (2004), kontribusi pasar tradisional terhadap pertumbuhan pasar nasional masih paling besar/cukup dominan sebesar 79,8 persen pada tahun 2000 namun laju pertumbuhannya terus mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan pasar moderen terus mengalami peningkatan. Penurunan ini dapat diduga sebagai salah satu konsekuensi langsung dari pesatnya pertumbuhan pasar moderen yang pangsa pasarnya mengalami peningkatan yang pesat. Kondisi pasar tradisional yang identik dengan kumuh, becek, semrawut, bau dan sebagainya menambah keterpurukan pasar tersebut. Sebagai implikasinya adalah terjadi penurunan daya saing pasar tradisional.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dan dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Dalam penelitian ini, pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 12, Microsoft Excel dan Eviews 4.1.
Berdasarkan hasil analisis porter’s diamond didapatkan bahwa kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk dimata konsumen baik dari bangunan maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama produk-produk segar dan pasar tradisional belum dapat memenuhi tuntutan diluar sisi harga seperti kenyamanan, dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi. dan jarak antara pasar moderen dan pasar tradisional, industri pendukung dan terkait: rantai distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar.
melakukan peningkatan fungsi dan daya tarik pasar tradisional dalam bentuk lain yang menciptakan sesuatu yang khas dan keunikan namun tingkat kenyamanan, keamanan, kebersihan, ketertiban menjadi terpelihara dengan baik. Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional . Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional dengan menegakkan dan mematuhi peraturan yang telah dibuat.
Oleh Devi Nurmalasari
H14103018
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Devi Nurmalasari
Nomor Registrasi Pokok : H14103018 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. NIP. 131 803 657
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Musrifah. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diantaranya menamatkan sekolah dasar pada SDN 06 PT Tebet Timur, kemudian melanjutkan ke SLTPN 73 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 26 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar yaitu Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional”. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis yang tak hanya sekedar bimbingan skripsi namun pengetahuan yang lain yang mudah-mudahan menambah pemahaman serta pengetahuan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan diantaranya kepada:
1. Orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Terima kasih atas semangat dan doanya selama ini.
2. Kakak (Mas Opi) dan adik-adik tersayang (Aan, Syakila dan Jilan) yang memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis.
3. Sahabat-sahabat (Ka Ami, Lida, Esi, Citra, Rico dan Inun) yang sangat setia memberikan semangat dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi.
4. Keluarga besar LP3M2-YPI, terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.
6. Asih, Tyas, Yusuf Harry, Wawan, Aji, Giri, Aga, Weni, Nadia, Eka, Aci dan teman-teman IE 40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.
7. Habib, Aan, Riska, Robby, Mba Leli, Mba May, Yana, Rien, Wati dan Kokom atas semangat dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia termasuk dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan sangat berharap masukan-masukannya agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga karya ini bisa mengawali langkah penulis selanjutnya dalam menggapai cita-cita dan harapan yang diinginkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR ISI
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13
2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 15
2.3. Preferensi Konsumen ... 17
2.4. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond... 18
2.5. Keterkaitan antara Daya Saing dan Preferensi Masyarakat .... 20
OLEH
DEVI NURMALASARI H14103018
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
(dibimbing oleh IDQAN FAHMI).
Dalam beberapa tahun, retail moderen dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok daerah. Menurut AC Nielsen seperti yang dikutip dalam KPPU (2004), kontribusi pasar tradisional terhadap pertumbuhan pasar nasional masih paling besar/cukup dominan sebesar 79,8 persen pada tahun 2000 namun laju pertumbuhannya terus mengalami penurunan, sedangkan pertumbuhan pasar moderen terus mengalami peningkatan. Penurunan ini dapat diduga sebagai salah satu konsekuensi langsung dari pesatnya pertumbuhan pasar moderen yang pangsa pasarnya mengalami peningkatan yang pesat. Kondisi pasar tradisional yang identik dengan kumuh, becek, semrawut, bau dan sebagainya menambah keterpurukan pasar tersebut. Sebagai implikasinya adalah terjadi penurunan daya saing pasar tradisional.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional, menganalisa faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dan merumuskan rekomendasi strategi yang dapat dilakukan pasar tradisional untuk meningkatkan daya saingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional dan dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional. Dalam penelitian ini, pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 12, Microsoft Excel dan Eviews 4.1.
Berdasarkan hasil analisis porter’s diamond didapatkan bahwa kondisi faktor: pasar tradisional merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok dan citra pasar tradisional buruk dimata konsumen baik dari bangunan maupun infrastrukturnya, kondisi permintaan: produk yang berkualitas terutama produk-produk segar dan pasar tradisional belum dapat memenuhi tuntutan diluar sisi harga seperti kenyamanan, dan pelayanan, strategi perusahaan, struktur dan persaingan: konsep tawar menawar dan belum ada aturan yang jelas dan tegas seperti peraturan presiden mengenai lokasi, komoditi, waktu operasi. dan jarak antara pasar moderen dan pasar tradisional, industri pendukung dan terkait: rantai distribusi barang masih panjang namun pasar tradisional mampu menyediakan barang dengan siklus harian sehingga barang lebih segar.
melakukan peningkatan fungsi dan daya tarik pasar tradisional dalam bentuk lain yang menciptakan sesuatu yang khas dan keunikan namun tingkat kenyamanan, keamanan, kebersihan, ketertiban menjadi terpelihara dengan baik. Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional . Pemerintah pusat maupun daerah harus bersinergi dan mendukung pemberdayaan pasar tradisional dengan menegakkan dan mematuhi peraturan yang telah dibuat.
Oleh Devi Nurmalasari
H14103018
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Devi Nurmalasari
Nomor Registrasi Pokok : H14103018 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. NIP. 131 803 657
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Musrifah. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis diantaranya menamatkan sekolah dasar pada SDN 06 PT Tebet Timur, kemudian melanjutkan ke SLTPN 73 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 26 Jakarta dan lulus pada tahun 2003.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar yaitu Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional”. Penulis sangat berharap hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Idqan Fahmi, M.Ec. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu bagi penulis yang tak hanya sekedar bimbingan skripsi namun pengetahuan yang lain yang mudah-mudahan menambah pemahaman serta pengetahuan penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan diantaranya kepada:
1. Orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Terima kasih atas semangat dan doanya selama ini.
2. Kakak (Mas Opi) dan adik-adik tersayang (Aan, Syakila dan Jilan) yang memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis.
3. Sahabat-sahabat (Ka Ami, Lida, Esi, Citra, Rico dan Inun) yang sangat setia memberikan semangat dan dukungan untuk penulis menyelesaikan skripsi.
4. Keluarga besar LP3M2-YPI, terima kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini.
6. Asih, Tyas, Yusuf Harry, Wawan, Aji, Giri, Aga, Weni, Nadia, Eka, Aci dan teman-teman IE 40 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama ini.
7. Habib, Aan, Riska, Robby, Mba Leli, Mba May, Yana, Rien, Wati dan Kokom atas semangat dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa tak ada yang sempurna di dunia termasuk dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini dan sangat berharap masukan-masukannya agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga karya ini bisa mengawali langkah penulis selanjutnya dalam menggapai cita-cita dan harapan yang diinginkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bogor, Agustus 2007
DAFTAR ISI
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 13
2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 15
2.3. Preferensi Konsumen ... 17
2.4. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond... 18
2.5. Keterkaitan antara Daya Saing dan Preferensi Masyarakat .... 20
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30
IV. GAMBARAN UMUM PASAR TRADISIONAL ... 34
4.1. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Indonesia ... 34
4.1.1. Perkembangan Kebijakan untuk Pengembangan Pasar Tradisional... 34
4.1.2. Kondisi Umum Pasar Tradisional ... 40
4.2. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kota dan Kabupaten Bogor ... 43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
5.1. Potensi dan Kondisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Pasar Tradisional ... 45
5.2. Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari ... 58
5.2.1. Karakteristik responden ... 58
5.2.2. Hubungan Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja dengan Fakror Pribadi, Pola dan Perilaku Belanja... 59
5.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat dalam Berbelanja Kebutuhan Sehari-hari di Pasar Tradisional ... 66
5.3. Rekomendasi Strategi untuk Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional... 69
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
6.1. Kesimpulan ... 78
6.2. Saran... 79
6.3. Keterbatasan Penelitian ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1.1. Kontribusi Penjualan Retail Moderen Terhadap Pasar Nasional
Periode April 2000-Maret 2003 (persen)... 2 1.2. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional dan Pasar Moderen
di Indonesia Periode 1995-2005 ... 4 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan
Pasar Moderen... 13 5.1. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pekerjaan ... 60 5.2. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pendapatan ... 61 5.3. Hubungan antara Preferensi Belanja dengan Pola Belanja ... 62 5.4. Hubungan antara Preferensi dengan Kendaraan yang Digunakan .... 63 5.5 Berbelanja di luar Rencana atau Tidak Terduga (Impuls buying) ... 63 5.6. Hubungan Preferensi ke-1 dan Preferensi ke-2 Masyarakat dalam
Berbelanja ... 64 5.7. Hasil Estimasi Model Binary (Probit) ... 67
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 15 2.2. Porter’s Diamond Model... 19 2.3. Alur Kerangka Pemikiran ... 26 5.1. Analisis daya saing pasar tradisional dengan pendekatan
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi telah merubah tatanan kehidupan masyarakat dunia ke arah liberalisasi. Dampak liberalisasi tersebut tak hanya di satu bidang saja tetapi berbagai bidang yang ada termasuk ekonomi. Liberalisasi ekonomi yang terjadi merupakan konsekuensi logis dari fenomena globalisasi yang harus dihadapi oleh negara Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut sistem perekonomian terbuka. Liberalisasi ekonomi yang terjadi juga berarti adanya liberalisasi perdagangan. Secara otomatis, hal ini tentu berpengaruh terhadap sektor perdagangan, dimana kepemilikan asing telah memasuki subsektor perdagangan eceran.
2004. Berdasarkan data tersebut dan nilai transaksi dari sektor perdagangan, sinyal positif dari pertumbuhan sektor perdagangan lebih didorong oleh subsektor perdagangan eceran yang mencapai 82,20 persen dari total nilai transaksi dibandingkan perdagangan besar yang hanya sebesar 17,80 persen (Departemen Perdagangan, 2006).
Peranan dari pertumbuhan subsektor perdagangan eceran telah menunjukkan bahwa industri ritel nasional telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi pertumbuhan sektor perdagangan. Namun, terdapat indikasi bahwa berkembangnya industri ritel nasional lebih didorong oleh pemain baru dalam industri tersebut yaitu ritel moderen dibandingkan ritel tradisional yang merupakan pemain lama. Dalam beberapa tahun saja, retail moderen dapat terus meningkatkan pangsa pasarnya, tidak hanya di daerah perkotaan tapi juga sudah sampai ke pelosok-pelosok daerah. Berdasarkan Tabel 1.1, meskipun kontribusi pasar tradisional terhadap pertumbuhan pasar nasional masih paling besar/cukup dominan sebesar 79,80 persen pada tahun 2000 namun laju pertumbuhannya terus mengalami penurunan. Menurut AC Nielsen seperti yang dikutip dalam KPPU (2004) penurunan ini dapat diduga sebagai salah satu konsekuensi langsung dari pesatnya pertumbuhan pasar moderen yang pangsa pasarnya mengalami peningkatan yang pesat.
Tabel 1.1. Kontribusi Penjualan Retail Moderen Terhadap Pasar Nasional Periode April 2000-Maret 2003 (persen)
Jenis Retail 2000 2001 2002 2003
Supermarket/hyper 16,70 20,50 20,20 21,20
Minimarket 3,40 4,60 4,90 5,10
Pasar Tradisional 79,80 74,90 74,90 73,80
Tabel 1.2 menunjukkan jumlah perkembangan pasar moderen yang semakin meningkat selama periode 1995-2005 hingga 1277 unit sedangkan jumlah pasar tradisional secara rata-rata mengalami penurunan. Ekspansi dari pasar moderen inilah yang turut mendorong jumlah omset penjualan pasar moderen semakin meningkat. Ekspansi ini pun dipermudah oleh Pemerintah Daerah dalam proses perizinan dan pendiriannya sejak diberikannya wewenang kekuasaan pada daerah atau dengan kata lain sejak otonomi daerah dilakukan. Hal ini dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka ingin mengejar dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) yang sekarang ini menjadi tujuan utama otonomi daerah.
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Indonesia Periode 1994-2005 (unit) Tahun Pasar Tradisional Pasar Modern
1995 9140 925
2000 8309 1119
2005 7394 1277
Sumber : Departemen Perdagangan dalam Hartati, 2006
nyaman, tidak bau, ber-AC, dan bersih. Bahkan dalam perkembangannya, pasar moderen juga menyediakan tempat hiburan, arena bermain untuk anak-anak, restoran dan lain sebagainya.
Istilah “Siapa yang kuat/unggul dialah yang menang” mungkin bisa saja terjadi dalam konteks ini, apabila pasar tradisional tidak segera memperkuat posisinya untuk meningkatkan daya saingnya. Perlahan tapi pasti, pergeseran minat masyarakat dalam berbelanja akan cenderung beralih dari pasar tradisional ke pasar moderen, meskipun hal ini mungkin tidak akan terjadi hingga 100 persen karena pasar tradisional masih memiliki langganannya terutama masyarakat kelas bawah. Seandainya pasar tradisional dapat lebih memanfaatkan kesempatan dan peluang ini untuk berusaha lebih kreatif dalam meningkatkan daya saingnya, pergeseran belanja konsumen dari pasar tradisional ke pasar moderen setidaknya dapat diminimalisir. Dalam artian pangsa pasar untuk pasar tradisional minimal dapat dipertahankan sampai periode-periode berikutnya.
gulung tikar karena dagangannya selalu rugi dan tidak dapat bertahan di tengah derasnya persaingan usaha yang semakin ketat dengan pasar moderen, hasilnya adalah jumlah pengangguran Indonesia yang akan meningkat. Selain itu, pasar tradisional juga dianggap sebagai pusat jalur pemasaran hasil produksi kalangan pengusaha kecil maupun sumber pasokan bahan baku yang dibutuhkan industri yang dinilai sangat strategis bagi pengembangan ekonomi masyarakat.
Persaingan diantara pasar tradisional dan moderen memberikan keuntungan bagi konsumen karena konsumen memiliki pilihan tempat berbelanja yang lebih banyak. Konsumen yang rasional akan berusaha memilih tempat berbelanja yang dapat memberikan tingkat kepuasaan kepadanya.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja terutama pasar tradisional yang menjadi fokus penelitian. Informasi ini tentunya sangat bermanfaat untuk pengembangan pasar tradisional dalam rangka meningkatkan daya saingnya. 1.2. Perumusan Masalah
tahunnya tumbuh 31,40 persen, dengan penetrasi hingga ke daerah-daerah kecil. Sedangkan pertumbuhan pasar tradisional minus 8 persen (Pikiran Rakyat, 2006).
Booming pasar moderen di era tahun 90-an telah menyedot perhatian para konsumen Indonesia. Agresifitasnya untuk memperluas pangsa pasar telah menimbulkan kekhawatiran di pihak lain dalam dunia ritel nasional yaitu pasar tradisional. Dalam beberapa tahun saja, gerai-gerai pasar moderen di Indonesia sampai akhir 2002 telah mencapai 2.408 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia, yang terdiri dari Minimarket 972 gerai, Supermarket 683 gerai, Departemen Store 376 gerai dan Hypermarket sebesar 17 gerai (Visdatin, 2003). Perkembangan pasar moderen yang telah mencapai kategori tak terkendali memang telah menyisakan kekhawatiran bahkan fobia pasar tradisional. Kondisi pasar
tradisional yang terkenal dengan ketidaknyamanannya, becek, kotor, tidak teratur, dan sebagainya telah menjadi salah satu faktor menurunnya daya saing pasar tersebut.
menggunakan pendekatan preferensi masyarakat dalam berbelanja. Preferensi konsumen (masyarakat) menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai alternatif pilihan tempat berbelanja dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dari pemahaman tersebut, perlu diketahui alasan dan motivasi masyarakat dalam memilih tempat berbelanja. Hal ini dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan pasar tradisional yang bisa jadi selama ini belum digarap dengan baik dan optimal. Secara sistematis, masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional?
3. Strategi apa yang dapat direkomendasikan untuk peningkatan daya saing pasar tradisional?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang akan diajukan, ada beberapa tujuan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional.
2. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat dapat memilih berbagai alternatif pilihan tempat berbelanja. Penelitian ini diasumsikan bahwa masyarakat berbelanja di pasar tradisional atau selain pasar tradisional (pasar moderen dan warung). Objek penelitian untuk mengetahui preferensi masyarakat dalam berbelanja dibatasi dan difokuskan kepada ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan ibu rumah tangga lebih memahami dan kompeten untuk mengurus kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangganya. Penelitian ini untuk mengetahui preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional hanya dilakukan di Bogor. Ada kemungkinan pengambilan wilayah ini tidak dapat merepresentasikan preferensi masyarakat secara nasional. Hal ini dikarenakan preferensi masyarakat di tiap wilayah memiliki perbedaan baik dari kondisi demografis, faktor budaya hingga kebijakan pemerintah daerahnya masing-masing. Meskipun dalam hal ini, untuk pasar tradisional hampir sebagian besar di Indonesia memiliki karakteristik dan kondisi yang tak jauh berbeda.
1.5. Manfaat Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Konsep Pasar dan Klasifikasinya
Menurut Mariana dan Paskarina (2006), pasar memiliki berbagai definisi
yang berkembang. Dari definisi yang ada, pasar dapat didefinisikan sebagai suatu
kelompok penjual dan pembeli yang mempertukarkan barang yang dapat
disubstitusikan. Konsep dan pemaknaan pasar sesungguhnya sangat luas,
mencakup dimensi ekonomi dan sosial-budaya. Dalam perspektif ekonomi pasar
secara fisik diartikan sebagai tempat berlangsungnya transaksi barang dan jasa
dalam tempat tertentu. Sedangkan secara ekonomi, pasar merupakan tempat
bertemunya permintaan dan penawaran, yaitu ada yang menawarkan barang dan
ada yang menginginkannya dengan harga yang disepakati kedua belah pihak.
Dalam perspektif sosial-budaya, pasar merupakan tempat berlangsungnya
interaksi sosial lintas strata. Dikotomi tradisional dan moderen yang dikenakan
terhadap jenis pasar bersumber dari pergeseran pemaknaan terhadap pasar, yang
semula menjadi ruang bagi berlangsungnya interaksi sosial, budaya, dan ekonomi
kemudian tereduksi menjadi ruang bagi berlangsungnya transaksi ekonomi dan
pencitraan terhadap modernisasi yang berlangsung dalam masyarakat (Mariana
dan Paskarina, 2006). Bagi sektor perdagangan, pasar merupakan tempat
pedagang berusaha, sebagai sarana distribusi barang bagi produsen dan petani,
tempat memonitor perkembangan harga dan stok barang beserta lapangan kerja
bagi masyarakat luas (Sukesih, 1994).
Sukesih (1994) menyatakan bahwa citra pasar dalam arti fisik telah
seiring dengan kemajuan pembangunan ekonomi. Menariknya sarana tempat
berdagang tersebut baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, ditentukan
oleh pengelola pasar/tempat perdagangan dan tidak kalah pentingnya yang
dilakukan/peranan pedagang itu sendiri. Pengelola hanya menyediakan fasilitas
dan kemudahan untuk keperluan pedagang dan pengunjung, sedangkan para
pedagang perlu memperhatikan:
1. Kelengkapan Barang
Barang-barang harus lengkap agar pembeli tidak perlu mencari-cari ke
toko lain atau ke pasar lain. Pengertian lengkap ini bukan hanya barangnya
saja tetapi yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan antara satu barang
dengan barang lainnya, sehingga barang itu dapat dipakai atau digunakan
dan saling melengkapi.
2. Display
Penataan barang atau pengaturannya (display) selain dapat menarik
pembeli, cara ini dapat memberi kesan serba rapi dan teratur artinya
mudah dicari dan mudah mengontrolnya.
3. Kualitas Barang
Kualitas barang banyak berpengaruh terhadap mengapa orang datang pada
suatu toko. Adakalanya pembeli lebih senang dengan harga yang lebih
mahal dengan kualitas terjamin, kecuali utnuk barang-barang yang
4. Harga Barang
Harga bersaing, artinya jangan ada kesan barang yang sama lebih mahal
dibandingkan di pasar lainnya. Bila terpaksa dan tidak bisa dielakkan lagi
maka perlu diberi alasan yang kuat mengapa barang tersebut menjadi lebih
mahal. Mungkin karena faktor kualitas, pelayanan atau ada hal-hal lainnya
yang menyebabkan barang berbeda harganya.
5. Kemudahan Berbelanja
Berbelanja ingin praktis, ia tidak mau direpotkan harus membawa tempat
berbelanjaan dari rumah. Dengan tersedianya kantong-kantong
plastik/kertas yang menarik sudah merupakan keharusan dalam pelayanan.
6. Ketepatan Ukuran
Adanya jaminan yang sesuai dengan timbangan, takaran dan ukuran dapat
membuat kepuasan pembeli. Bila pedagang memberi harga murah tetapi
kuantitasnya dikurangi, cara ini dapat membahayakan dan dapat membuat
orang jera untuk berbelanja di toko tersebut.
Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.23/MPP/Kep/1/1998 tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, pasar
didefinisikan sebagai tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli untuk
melakukan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut kelas mutu
pelayanan, dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern
(Departemen Perdagangan, 2006) :
1. Pasar Modern merupakan pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta
dan shopping center dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen
berada di satu tangan, bermodal relatif kuat dan dilengkapi dengan label
harga yang pasti.
2. Pasar Tradisional merupakan pasar yang bentuk bangunannya relatif
sederhana, dengan suasana yang relatif kurang menyenangkan (ruang
usaha sempit, sarana parkir kurang memadai, kurang menjaga kebersihan
pasar dan penerangan yang kurang baik). Barang yang diperdagangkan
adalah kebutuhan sehari-hari, harga barang relatif murah dengan mutu
yang kurang diperhatikan dan cara pembeliannya dilakukan dengan tawar
menawar.
Untuk dapat lebih memahami mengenai pasar tradisional dan pasar
modern, perlu diketahui dahulu perbedaan karakteristik antara kedua pasar
tersebut. Perbedaan karakteristik tersebut dapat dilihat di Tabel 2.1.
2.2. Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi (2003), perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
ini. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang
tepat pemasar harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka
rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa serta dimana
(kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang
Tabel 2.1. Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan Pasar Moderen
No. Aspek Pasar Tradisional Pasar Modern 1 Histori Evolusi panjang Fenomena baru 2 Fisik Kurang baik, sebagian baik Baik dan mewah 3 Pemilikan/
5 Konsumen Golongan menengah ke bawah
Ada ciri swalayan, pasti
7 Status tanah Tanah negara, sedikit sekali swasta
Tanah
swasta/perorangan 8 Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi Tidak ada subsidi 9 Pembangunan Umumnya pembangunan
dilakukan oleh terkait denga modal luar negeri (manajemen tersentralisasi)
Sumber: CESS (1998) dalam KPPU, 2004
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi (2003), keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.
Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar,
tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Faktor-faktor kebudayaan, diantaranya adalah: kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil
yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk
para anggotanya, kelas sosial adalah kelompok-kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang
serupa.
2. Faktor-faktor Sosial diantaranya adalah kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Para
pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok referensi dari
konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh
kelompok referensi mereka. Keluarga, dalam kehidupan pembeli dapat dibedakan antara dua keluarga, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang
mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan
ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi
pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan
organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan
dalam peran dan status.
3. Faktor Pribadi diantaranya adalah umur, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor-faktor Psikologi diantaranya adalah motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
2.2.2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut :
pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Urutan kejadian tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
(Setiadi, 2003)
Gambar 2.1. menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima tahap
seluruhnya dalam setiap pembelian. Secara terinci tahap-tahap tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah. Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan
antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan. Kebutuhan
ini dapat disebabkan oleh ransangan internal dalam kasus pertama dari
sehingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan. Atau
suatu kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal.
2. Pencarian Informasi. Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Salah satu faktor
kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang
dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif dari
masing-masing sumber terhadap keputusan-keputusan membeli.
3. Evaluasi Alternatif. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat
kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk
penilaian tehadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar
dan rasional.
4. Keputusan Membeli. Ada dua faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mngurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal (1) Intensitas sikap
negatif orang lain terhadap alternatif pilihan konsumen dan (2) Motivasi
konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Faktor yang
kedua adalah keadaan yang tidak terduga.
5. Perilaku Pasca Pembelian. Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkatan
dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk
yang akan menarik minat pemasar.
2.3. Preferensi Konsumen
Kotler (1997) mendefinisikan preferensi konsumen sebagai suatu pilihan
suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang
dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai
pilihan produk yang ada. Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat
kepuasan bagi konsumen. Dalam ilmu ekonomi teori pilihan dimulai dengan
menjelaskan preferensi (pilihan) seseorang. Preferensi ini meliputi pilihan dari
yang sederhana sampai kompleks, untuk menunjukkan bagaimana seseorang dapat
merasakan atau menikmati segala sesuatu yang ia lakukan. Setiap orang tidak
bebas untuk melakukan segala sesuatu yang diinginkan karena terkendala oleh
waktu, pendapatan dan banyak faktor lain dalam menentukan pilihannya.
Terdapat banyak aksioma yang digunakan untuk menerangkan tingkah
laku individu dalam masalah penetapan pilihan. Menurut Nicholson (2001),
terdapat tiga sifat dasar preferensi, yaitu :
1. Kelengkapan (Completeness)
Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang selalu harus bisa
menspesifikasikan apakah :
a. A lebih disukai daripada B
b. B lebih disukai daripada A
Dengan proposisi ini tiap orang diasumsikan selalu dapat menentukan pilihan
diantara dua alternatif yang ditawarkan.
2. Transitivitas (Transitivity)
Jika seseorang mengatakan bahwa ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih
menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C.
3. Kontinuitas (Continuity)
Jika seseorang mengatakan “A lebih disukai daripada B” maka situasi yang
mirip dengan A harus lebih disukai daripada B. Dengan proposisi ini tiap
orang harus konsisten dalam setiap penetapan pilihan yang diambilnya.
Ketiga proposisi diatas diasumsikan tiap orang dapat membuat atau
menyusun rangking semua kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai
hingga yang paling tidak disukai. Pada sejumlah alternatif yang ada, orang lebih
cenderung memaksimumkan kepuasannya.
2.3. Konsep Daya Saing Porter’s Diamond
Daya saing usaha dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu
perusahaan dalam suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang
dihadapi (Porter, 1995). Dalam ilmu ekonomi, daya saing merupakan konsep yang
bersifat relatif (Relative Concept). Dalam pemahaman tersebut, konsep daya saing identik dengan konsep efisiensi. Dengan menggunakan kriteria atau melihat
indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya
Gambar 2.2. Porter’s Diamond Model a. Kondisi Faktor
Kondisi faktor dalam analisis Porter adalah variabel-variabel yang sudah
ada dan dimiliki oleh suatu industri seperti sumber daya manusia (human resource), modal (capital resource), infrastruktur fisik (physical infrastructure), infrastruktur informasi (information infrastructure), infrastruktur administrasi (administrative infrastructure), serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas faktor input ini, maka semakin besar
peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas.
b. Kondisi Permintaan
Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and demanding local customer. Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan asal untuk barang dan jasa. Semakin maju
suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau
melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal yang tinggi. Strategi Perusahaan,
Struktur dan Persaingan
Kondisi Faktor Permintaan Kondisi
Namun dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak hanya berasal
dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri.
c. Industri Pemasok dan Terkait
Adanya industri pemasok dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan
sinergi dalam suatu industri. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama
transaction cost, sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain
industri pemasok dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan
produktivitas yang meningkat.
d. Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan
Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi
baru. Dengan adanya persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu
mencari strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan
efisiensi.
2.5. Keterkaitan antara Daya Saing Dengan Preferensi Masyarakat
Tweeten dalam Saragih (2000) lebih lanjut mendefinisikan keunggulan
bersaing sebagai kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar secara menguntungkan dan berkelanjutan melalui
pemanfaatan keunggulan komparatifnya. Konsep keunggulan bersaing dengan
deskripsi tersebut secara eksplisit menyertakan preferensi atau selera konsumen
saing. Harga yang murah dan kompetitif sebagai implikasi dari orientasi biaya
produksi minimum (efisiensi) di pasar bukanlah suatu determinan tunggal dalam
keunggulan bersaing. Preferensi konsumen merupakan sebuah cetak biru (blue print) yang harus digarap secara serius. Terlebih pada struktur pasar yang mengarah pada mekanisme liberalisasi perdagangan tanpa distorsi.
2.6. Model Probit
Menurut Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel dependen yang diteliti mengikuti fungsi distribusi kumulatif yang
berbentuk normal. Oleh karena didasarkan atas normal cumulative distribution function, maka model ini disebut juga sebagai model normit(normit model).
Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas (dependen) yang dummy atau dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai berikut :
Yi = α + β Xi + Ui...(2.1)
Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi € (Yi/
Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.
Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan
dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J =
0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika pilihannya 0.
mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linear normal yang
dinyatakan sebagai berikut :
Yi* = Xi’ β + εi...(2.2)
Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang
sebenarnya dibuat oleh individu i.
Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.
Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel dummy Y yang didefinisikan sebagai berikut :
Y = 1 jika Yi* > 0
Y = 0 jika sebaliknya
Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > - β’ Xi)
= 1 – F (- β’ Xi)...(2.3)
Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat
direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti diatas.
Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah :
L = П yi = 0 F(- β’ Xi) Пyi = 1 [ 1 - F(- β’ Xi) ]...(2.4)
2.7. Penelitian Terdahulu
Sukesih (1994) dalam penelitiannya yang berjudul “Pasar Swalayan dan Prospeknya” menyatakan bahwa di kota-kota besar (khususnya Jakarta) telah
terjadi gejala pergeseran yang cepat dalam pola berbelanja masyarakat.
Pendapatan masyarakat yang meningkat menyebabkan jumlah barang dan jenis
barang yang dikonsumsi masyarakat semakin bertambah, dan tingkat pendidikan
dibeli sesuai dengan seleranya. Wanita yang bekerja semakin banyak
menyebabkan pola belanja yang berubah. Pola hidup masyarakat kelompok atas,
negara maju semakin mempengaruhi pola hidup kelompok masyarakat atas di
kota-kota besar yang pada gilirannya akan dicontoh oleh lapisan menengah
sampai golongan bawah. Semua perubahan ini mempengaruhi pertumbuhan pasar
swalayan yang pesat.
KPPU (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Bidang Industri dan Perdagangan Sektor Ritel” menyatakan bahwa ketika taraf hidup masyarakat
meningkat, disamping membutuhkan ketersediaan berbagai macam barang yang
lengkap dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier, masyarakat juga
membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung seperti kenyamanan, kebebasan
ataupun jaminan harga murah dan kualitas baik. Kenyamanan menjadi alasan
utama untuk beralihnya tempat berbelanja bagi masyarakat dari pasar tradisional
ke pasar moderen, meskipun masyarakat tidak mungkin meninggalkan pasar
tradisional 100 persen. Berdasarkan survey yang dilakukan, untuk pakaian jadi,
67,5 persen orang membeli di pasar moderen, tetapi untuk sayur mayur 92,5
persen orang masih membeli di pasar tradisional.
Hartati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pergeseran Perdagangan Eceran Dari Sektor Tradisional Ke Moderen” menunjukkan bahwa
telah terjadi pergeseran perdagangan eceran baik di tingkat nasional maupun
propinsi dengan indikator jumlah pasar pada kurun waktu 1995 dan 2000 serta
2000 dan 2005 dimana jumlah pasar tradisional selam periode tersebut terus
pada periode yang sama. Selain itu, laju pertumbuhan omset juga mengalami hal
yang sama, laju pertumbuhan omset pasar tradisional mengalami hal sebaliknya.
Hal ini mengindikasikan konsumen lebih tertarik untuk berbelanja di pasar
moderen daripada pasar tradisional.
Sridawati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Penggunaan Kartu
Pembayaran Elektronik” dengan menggunakan alat analisis regresi logistik
menyatakan bahwa ada delapan variabel yang nyata mempengaruhi preferensi
masyarakat dalam menggunakan kartu pembayaran elektronik, diantaranya: jenis
kelamin, umur, pendidikan, pendapatan rata-rata per bulan, pengeluaran, lokasi,
teknologi dan motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketiga kartu bervariasi,
pada kartu kredit yang mempengaruhi penggunaannya adalah pendidikan,
pengeluaran, dan teknologi. Pada kartu debet yang mempengaruhi penggunaannya
adalah jenis kelamin, pendapatan dan motivasi. Sedangkan pada kartu ATM yang
mempengaruhi penggunaannya adalah umur, pendidikan, pendapatan dan lokasi.
Pada penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi
masyarakat dalam berbelanja yang akan membentuk preferensi masyarakat dan
selanjutnya membentuk persepsi konsumen terhadap pasar tradisional yang dapat
dijadikan acuan/rekomendasi untuk meningkatkan daya saing sebuah pasar.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis probit.
Sedangkan untuk menganalisa potensi dan kondisi faktor-faktor yang
2.8. Kerangka Pemikiran
Penurunan pertumbuhan jumlah maupun omset penjualan pasar tradisional
dari tahun ke tahun telah menunjukkan gejala pergeseran pola belanja masyarakat
Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa preferensi masyarakat dalam
berbelanja lebih cenderung ke pasar moderen dibandingkan ke pasar tradisional.
Dengan kata lain pasar tradisional sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat yang
lebih memilih berbelanja di pasar moderen. Padahal seperti diketahui pasar
tradisional merupakan sarana pengembangan ekonomi rakyat yang menjadi salah
satu saluran distribusi yang cukup efektif untuk menyalurkan dan
mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen.
Adanya gejala pergeseran pola berbelanja masyarakat tentunya
menguntungkan bagi pasar moderen sedangkan bagi pasar tradisional ini
merupakan sebuah ancaman. Referensi dalam meningkatkan daya saing sebuah
pasar khususnya pasar tradisional dapat dilihat dari sisi konsumen dengan
menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam
berbelanja di pasar tradisional. Faktor-faktor ini akan membentuk preferensi
masyarakat (dalam hal ini preferensi masyarakat adalah preferensi IRT),
selanjutnya membentuk persepsi konsumen terhadap pasar tradisional. Informasi
dari persepsi konsumen terhadap pasar tradisional diharapkan dapat menghasilkan
informasi yang bermanfaat untuk pengembangan pasar tradisional yang selama ini
belum digarap dengan baik dan optimal.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis
dependennya berskala biner. Potensi dan kondisi faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing pasar tradisional dianalisa dengan menggunakan
analisis daya saing porter’s diamond. Hasil analisis deskriptif dan probit tersebut dirumuskan untuk menyusun rekomendasi strategi dalam peningkatan daya saing
pasar tradisional. Alur kerangka pemikiran konseptual penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Alur Kerangka Pemikiran Terjadi gejala pergeseran
masyarakat berbelanja dari pasar tradisional ke pasar moderen
Persepsi konsumen terhadap pasar tradisional Pasar Tradisional
Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat berbelanja
di pasar tradisional Potensi dan kondisi
faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing pasar tradisional
Preferensi IRT
2.9. Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di
pasar tradisional adalah
1. Umur berpengaruh positif artinya semakin tua umur seseorang semakin
besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.
2. Pendidikan berpengaruh negatif artinya semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin kecil peluang masyarakat yang preferensi belanjanya
ke pasar tradisional.
3. Dummy pekerjaan artinya peluang bagi IRT yang bekerja lebih kecil yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional dibandingkan dengan IRT yang
tidak bekerja.
4. Pendapatan rata-rata keluarga perbulan berpengaruh negatif artinya
semakin tinggi pendapatan seseorang semakin kecil peluang masyarakat
yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.
5. Intensitas belanja berpengaruh positif artinya semakin tinggi intensitas
belanja seseorang di pasar tradisional semakin besar peluang masyarakat
yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.
6. Harga barang artinya semakin murah harga barang di pasar tradisional
semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar
7. Kualitas barang artinya semakin baik kualitas barang di pasar tradisional
semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar
tradisional.
8. Kelengkapan barang artinya semakin lengkap barang di pasar tradisional
semakin besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar
tradisional.
9. Kebersihan pasar artinya semakin bersih pasar tradisional semakin besar
peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.
10. Kenyamanan pasar artinya semakin nyaman pasar tradisional semakin
besar peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.
11. Keamanan pasar artinya semakin aman pasar tradisional semakin besar
peluang masyarakat yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional.
12. Dummy tempat tinggal artinya peluang bagi IRT yang tinggal di Kota Bogor yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional lebih kecil
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi
dilakukan secara purposive karena Bogor merupakan salah satu wilayah dari Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang mengalami penurunan
jumlah pasar tradisional yang cukup signifikan. Sedikitnya 100 pasar dari sekitar
800 pasar tradisional yang tersebar di Jawa Barat kolaps (Murwanto, 2006). Selain
itu, lokasinya terjangkau oleh peneliti dan efisien dalam waktu, biaya dan tenaga.
Waktu penelitian ini dimulai dari Juni 2007 sampai Juli 2007.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
melalui metode survei dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara.
Kuisioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan yang telah disusun dengan
rapi. Data sekunder berupa studi literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan
topik penelitian ini diperoleh dari berbagai dokumen yang tersedia antara lain
majalah, buku, surat kabar, artikel di internet, Departemen Perdagangan, Asosiasi
Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) serta instansi terkait lainnya.
3.3. Metode Penarikan Contoh
Penelitian ini menggunakan metode penarikan contoh yang disesuaikan
dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode penarikan contoh untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam berbelanja di
dilakukan di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, stasiun, masjid,
pemukiman, dan kampus yang ada di wilayah Bogor. Penarikan contoh tidak
diambil di pasar tradisional maupun selain pasar tradisional (pasar moderen dan
warung). Hal ini dilakukan dalam rangka menghindarkan bias yang akan terjadi
jika penarikan contoh diambil dari masing-masing tempat belanja tersebut.
Responden yang diambil sebagai sampel adalah Ibu Rumah Tangga (IRT)
karena umumnya IRTlah yang melakukan aktivitas belanja kebutuhan sehari-hari
sehingga IRT dianggap lebih memahami dan kompeten dalam urusan ini. Jumlah
sampel yang dijadikan responden sebanyak 97 orang, yang terdiri dari IRT yang
preferensi belanjanya ke pasar tradisional sebanyak 42 orang sedangkan IRT yang
preferensi belanjanya selain ke pasar tradisional sebanyak 55 orang.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit. Dalam penelitian ini, pengolahan data dengan menggunakan
softwareSPSS 12, Microsoft Excel dan Eviews 4.1.
Penelitian ini mengikuti beberapa tahapan yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, yaitu :
1. Deskriptif data
Tahapan ini dilakukan untuk melihat karakteristik seluruh data yang
diperoleh. Sebelum dilakukan pengolahan data dilakukan pengkodean data
kualitatif dan mengklasifikasikan kategori jawaban untuk disesuaikan dengan
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan porter’s diamond, metode frekuensi dan crosstabs. Analisis dengan pendekatan porter’s diamond digunakan untuk menganalisa kondisi dan potensi daya saing pasar tradisional.
Analisis dengan menggunakan metode frekuensi digunakan untuk menjelaskan
berbagai variabel yang berkaitan dengan jumlah dan persentase karakteristik
responden. Sedangkan metode crosstabs digunakan untuk membandingkan antara IRT yang preferensi belanjanya ke pasar tradisional dan selain pasar tradisional
dengan kategori yang ditentukan.
3. Model Probit
Model Probit digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat berbelanja di pasar tradisional. Variabel
dependen yang digunakan untuk model Probit dalam penelitian ini adalah preferensi IRT yang berbelanja ke pasar tradisional. Model Persamaan regresinya
dapat ditulis sebagai berikut:
Y = β1 + β2X1 + β3X2 + β4D1 + β5X3 + β6X4 + β7X5 + β8X6 + β9X7 + β10X8 + β11X9
+ β12X10 + β13D2 + ui………...(3.1)
Keterangan :
Y = 1 jika IRT preferensi belanjanya ke pasar tradisional
0 jika IRT preferensi belanjanya selain ke pasar tradisional
X1 = Umur (tahun)
X2 = Pendidikan (tahun)
X3 = Pendapatan rata-rata keluarga per bulan (Rupiah)
X4 = Intensitas belanja (kali/bulan)
X5 = Harga barang
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga
5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju
dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju
terhadap pernyataan “harga barang di pasar tradisional murah”.
X6 = Kualitas barang
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga
5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju
dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju
terhadap pernyataan “kualitas barang di pasar tradisional baik”.
X7 = Kelengkapan barang
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga
5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju
dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju
terhadap pernyataan “barang yang dijual dipasar tradisional lengkap”.
X8 = Kebersihan pasar
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga
5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju
dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju
X9 = Kenyamanan pasar
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga
5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju
dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju
terhadap pernyataan “berbelanja di pasar tradisional merasa nyaman”.
X10 = Keamanan pasar
Penilaian terhadap variabel ini yaitu skala ordinal yang bernilai 1 hingga
5. Nilai 1 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat tidak setuju
dan nilai 5 adalah untuk pendapat masyarakat yang sangat setuju
terhadap pernyataan “berbelanja di pasar tradisional merasa aman”.
D2 = Dummy tempat tinggal
1 jika IRT tinggal di Kota Bogor
0 jika IRT tinggal di Kabupaten Bogor
i = Responden ke-i
ui = error
β1 = Intersep
IV. GAMBARAN UMUM PASAR TRADISIONAL
4.1. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Indonesia
Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi produsen untuk menyampaikan produk yang dihasilkannya kepada masyarakat luas. Salah satu sarana pemasaran tersebut adalah melalui pasar. Pasar merupakan sarana bagi pengecer/peritel dalam melakukan seluruh aktivitasnya yang berhubungan antara lain dengan penawaran, penjualan barang dan jasanya kepada konsumen akhir. Istilah aktivitas digunakan oleh karena di dalam perdagangan eceran/ritel tersebut kegiatan yang lebih daripada sekedar menjual. Aktivitas tersebut meliputi kegiatan antara lain menangani pemasaran, manajemen personalia, manajemen operasional, manajemen keuangan, sistem dan prosedur arus barang dan sebagainya. Kegiatan uasaha perpasaran/ritel baik yang berskala kecil, menengah maupun besar merupakan bagian dari kegiatan perdagangan jasa yang memiliki nilai strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini karena perannya yang dapat mendorong pertumbuhan produksi, distribusi, pemenuhan kebutuhan konsumen serta penciptaan lapangan kerja (Direktorat Bina Pasar dan Distribusi, 2005).
ini. Di era 70an hingga 80an, pasar tradisional masih memegang peranan yang dominan dalam formasi pasar nasional yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia.
Upaya pengembangan pasar terus dilakukan oleh pihak pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan tersebut. Hal ini terbukti, pada tahun 1976, pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan menyediakan sarana usaha perdagangan berupa tempat usaha yang dituangkan untuk pertama kalinya dalam Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1976 tentang Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar, yang dikenal sebagai Program Inpres Pasar. Program Inpres Pasar tersebut diharapkan dapat mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya atau dengan kata lain distribuasi pendapatan dari kegiatan usaha perdagangan tersebut dapat lebih merata secara
proporsional terutama dalam pemerataan kesempatan berusaha. Selain itu, Pemerintah juga menyediakan dana untuk membangun Pusat
Pertokoan melalui Inpres Nomor 8 Tahun 1979 tentang Program Bantuan Kredit
Kontruksi Pembangunan dan Pemugaran Pusat Pertokoan/Perbelanjaan/Perdagangann
Adanya kebijakan pemerintah untuk mendirikan atau memugar pasar dan pertokoan melalui Inpres ini ternyata memberikan dampak yang positif bagi berkembangnya jumlah pasar tradisional dan pasar swalayan di berbagai ibukota propinsi dan ibukota kabupaten. Seiring berjalannya waktu, ternyata Program Inpres ini sudah kurang kondusif bagi pendorong perkembangan pasar khususnya pasar tradisional. Hal ini karena telah tejadi perubahan tren lingkungan akibat dari adanya globalisasi. Pasar tradisional kurang cukup antisipatif dalam melihat perubahan lingkungan yang terjadi sedangkan pasar moderen sendiri dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Hingga pada perkembangannya, pasar moderen dapat memperluas usahanya dan menarik perhatian konsumen Indonesia untuk beralih memenuhi kebutuhannya di pasar tersebut.
tak terbatas hanya pada kalangan menengah ke atas saja namun sudah berkembang ke kalangan menengah ke bawah. Contoh pasar moderen ini adalah Ramayana dan Robinson.
Liberalisasi perdagangan juga turut mendorong perkembangan pasar moderen di Indonesia. Pemerintah melalui Keppres No. 118 Tahun 2000 telah membuka sebagian sektor perdagangan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) seperti perdagangan eceran skala besar (Mall, perdagangan besar, distributor/wholesaler, perdagangan ekspor dan impor). Sumber daya manusia yang baik dan manajemen yang profesional mengakibatkan pasar moderen asing dapat cepat tumbuh dan berkembang. Contohnya adalah Carrefour yang berasal dari Perancis, Giant dari Malaysia, dan lain-lain. Semakin banyak pemain dalam bisnis eceran ini menunjukkan persaingan yang semakin ketat baik bagi pasar moderen lokal maupun pasar tradisional.
pesat. Hal ini diduga terdapat indikasi terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pasar moderen terhadap peraturan tersebut.
Selain itu, kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan pada Pemerintah Daerah menyebabkan kemudahan akses perizinan pasar moderen yang tidak lagi harus meminta perizinan kepada Pemerintah Pusat kecuali pada daerah dan jenis pasar moderen tertentu. Kemudahan akses ini dipergunakan pasar moderen untuk melebarkan usahanya ke berbagai daerah hingga ke pelosok. Motivasi Pemerintah Daerah yang besar terhadap upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terkadang melupakan pengembangan pasar tradisional yang telah ada di daerahnya dan menyuburkan pendirian pasar moderen.
Berdasarkan fasilitas yang dimiliki serta luas areal yang dipakai untuk aktivitas perdagangan eceran, pasar moderen dapat dibedakan menjadi :
1. Hypermarket
2. Supermarket
Supermarket adalah toko moderen yang memiliki rata-rata luas antara 600-1000 m2 yang biasanya berada di mall, pusat perbelanjaan, atau gedung milik sendiri. Komoditi utama yang biasa dijual umumnya adalah barang-barang/bahan pangan dan peralatan dapur. Model kepemilikan dari supermarket umumnya adalah milik swasta baik lokal maupun asing. Milik swasta lokal biasanya berasal dari kepemilikan kelompok atau group perusahaan yang mendirikan cabang perusahaan di berbagai daerah seperti Matahari Supermarket, Ramayana Supermarket, dan lain-lain. Berdasarkan data dari Data Consult (2000) menunjukkan bahwa supermarkat yang terbanyak dan terluas dibandingkan dengan supermarket lainnya yang ada di Indonesia adalah Hero yang mempunyai 71 gerai.
3. Department Store
4. Minimarket
Minimarket adalah pasar swalayan yang berukuran kecil, umumnya dengan luas antara 100-300 m2 per outlet. Minimarket dapat menempati pertokoan, perkantoran, mall atau pun gedung sendiri. Minimarket menerapkan sistem waralaba (franchising) bagi masyarakat yang ingin membuka gerai minimarket tersebut pada lokasi pilihan. Sistem waralaba (franchising) adalah perjanjian kontrak dimana perusahaan induk (franchisor) memberi hak kepada anak perusahaan atau perorangan (franchisee) di bawah kondisi khusus. Minimarket lebih mudah untuk berekspansi ke berbagai daerah yang ada hingga ke daerah pemukiman dengan menerapkan sistem ini.
Berdasarkan jenis pasar moderen yang ada, minimarketlah yang pertumbuhan jumlahnya cukup pesat karena didukung oleh sistem ekspansi yang mudah dan lahan yang tidak terlalu luas. Contoh minimarket berskala nasional yang mempunyai outlet yang menyebar hingga ke daerah-daerah pemukiman yaitu Indomaret dan Alfamart.
4.1.2. Kondisi Umum Pasar Tradisional
jumlah pasar tradisional meningkat dari tahun 1995 ke 2000 sebesar 1,89 persen sedangkan dari tahun 2000 ke 2005 mengalami penurunan sebesar 29,70 persen. Kenyataan ini menunjukkan adanya kecenderungan penurunan pertumbuhan pasar tradisional secara nasional selama jangka waktu 10 tahun terakhir dan juga menunjukkan bahwa pasar tradisional semakin ditinggalkan oleh konsumennya (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, 2006). Sedangkan menurut hasil survey lembaga riset AC Nielsen terhadap pasar moderen dan tradisional di Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan ritel tradisional mengalami penurunan dengan nilai pertumbuhan minus 8,10 persen. Pada tahun 2001 jumlah ritel tradisional berjumlah 1.899.736 kios, namun pada tahun 2003 mengalami penurunan dengan 1.745.589 kios (Munadiya, 2007). Tabel 4.1. Jumlah Pasar Tradisional di Indonesia
Tahun Jumlah (unit) Laju Pertumbuhan (persen)
1995 7377 -
2000 7517 1,89
2005 7294 -2,97
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, 2006
dan pengelola pasar untuk memelihara fisik pasar tradisional. Pemeliharaan yang kurang serta umur bangunan yang tua menimbulkan kesan pasar tidak terawat, kumuh, tidak aman dan nyaman. Kondisi tersebut diperparah dengan pola pengelolaan pasar tradisional masih belum profesional dan transparan. Meskipun demikian, tidak seluruh pasar tradisional memiliki kondisi fisik yang demikian, terdapat diantaranya yang masih rapih, bersih dan aman, tetapi masih dengan pola pengelolaan yang tradisional (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, 2006).
Tabel 4.2. Pangsa Penjualan Barang Kebutuhan Sehari-hari (persen) Tahun Pasar Moderen Pasar Tradisional
2001 24,80 75,20
2002 25,10 74,80
2003 26,30 73,70
2004 30,40 69,60
2005 32,40 67,60
Sumber : AC Nielsen dalam www.bisnis.com, 2006
Berdasarkan Tabel 4.2, sumbangan penjualan barang kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Jika pada tahun 2001 penjualan barang kebutuhan sehari-hari yang dimiliki pasar tradisional masih menguasai pangsa 75,2 persen dari total penjualan di dalam negeri, namun pada tahun 2005 pangsanya tinggal 67,6 persen. Menurut AC Nielsen (2006), penurunan pangsa pasar tradisional ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain pertumbuhan pasar moderen, perubahan perilaku belanja konsumen serta stagnasi pasar tradisional sendiri.
menjadi 12 unit pada tahun 2002 dan 13 unit pada tahun 2003. Pada tahun 2004 mengalami penurunan dengan jumlah 11 unit. Wilayah Kabupaten Bogor dari tahun 2001 hingga 2004 memiliki 23 pasar tradisional. Data terakhir dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor pada tahun 2007 menyatakan jumlah pasar tradisional di Kota Bogor berjumlah 7 unit, yaitu Pasar Kebon Kembang (Pasar Anyar), Pasar Baru Bogor, Pasar Jambu Dua, Pasar Merdeka, Pasar Padasuka, Pasar Sukasari, dan Pasar Gunung Batu.