• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) SKRIPSI."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus Pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

SARANITA KENCANA SARI NPM. 0642010035

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL

(Studi Kasus pada Konsumen Pasar Soponyono Rungkut) Oleh :

SARANITA KENCANA SARI 0642010035

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : 10 Juni 2010

Menyetujui,

TIM PENGUJI 1. Ketua

Dra. Hj. Suparwati, M.Si. NIP 195507181983022001

2. Sekretaris

Drs. Nurhadi, M.Si.

PEMBIMBING PENDAMPING NIP 196902011994031001

3. Anggota

Drs. Eddy Poernomo, S.E., M.M NIP 19540825198403001

Mengetahui, DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, M.Si NIP 195507181983022001 R.Y. Rusdianto, S.Sos., M.Si.

NPT 3 7206 95 00461 PEMBIMBING UTAMA

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PASAR

TRADISIONAL

Nama Mahasiswa : Saranita Kencana Sari

NPM : 0642010035

Jurusan : Administrasi Bisnis

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar Proposal

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. R.Y. Rusdiyanto, S.Sos., M.Si. NIP 030 175 349 NPT. 957 200 046

Mengetahui

Ketua Program Studi

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, serta tidak lupa

sholawat dan salam penulis ucapkan kepada baginda Rasul nabi Muhammad

SAW. Karena karunia – Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Hanya

kepadaNya – lah rasa syukur yang dipanjatkan atas selesainya skripsi ini yang

berjudul “Analisis Perilaku Konsumen yang Berbelanja pada Pasar Tradisional”.

Penulis mengakui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan

skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri,

kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita

miliki.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing

utama yakni Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. dan dosen pembimbing pendamping

yakni Bapak R. Y. Rusdianto, S.Sos., M.Si. yang telah bersedia memberi masukan

dan meluruskan kesalahan-kesalahan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Kepada pihak yang sengaja maupun yang tidak sengaja telah memberikan

sumbangasihnya, maka penulis “wajib” mengucapkan banyak terima kasih kepada

mereka yang disebut berikut :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(5)

2. Bapak Drs. Sadjudi, S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis, terima kasih banyak atas

ilmu yang diberikan kepada penulis.

5. Kedua orang tua serta adik-adik penulis yang selalu mendukung atas

terselesainya proposal ini.

6. Po yang selalu mendukung dan menemani penulis.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan – kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun. Terima kasih.

Surabaya, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Pemasaran ... 8

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran ... 8

2.1.1.2 Manajemen Pemasaran ... 10

2.1.1.3 Konsep Pemasaran ... 11

(7)

2.1.2 Perdagangan Eceran (Retailing) ... 14

2.1.2.1 Pengertian Perdagangan Eceran ... 14

2.1.2.2 Fungsi Perdagangan Eceran ... 15

2.1.2.3 Karakteristik Perdagangan Eceran ... 16

2.1.2.4 Bauran Eceran (Retailing Mix) ... 17

2.1.2.5 Tipe Bisnis Perdagangan Eceran ... 27

2.1.3 Perilaku Konsumen ... 33

2.1.3.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 33

2.1.3.2 Model Perilaku Konsumen... 34

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 36

2.1.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian ... 36

2.1.4.2 Peranan Pembelian... 37

2.1.4.3 Tahap-Tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian... 38

2.2 Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 42

3.1.1 Pendekatan Penelitian... 42

3.1.2 Jenis Penelitian... 42

3.2 Batasan Masalah Penelitian ... 43

3.3 Lokasi Penelitian ... 44

(8)

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.1 Populasi ... 45

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6.1 Jenis Data... 47

3.6.2 Sumber Data... 48

3.6.3 Pengumpulan Data ... 48

3.7 Teknik Analisis Data ... 48

3.8 Pengujan Keabsahan Data... 49

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 51

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 51

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 51

4.1.2 Visi dan Misi... 54

4.2 Penyajian Data ... 54

4.2.1 Deskripsi Hasil Penelitian... 55

4.2.2 Karakteristik Responden... 55

4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 58

4.2.3.1 Produk ... 59

4.2.3.2 Harga... 61

4.2.3.3 Lokasi... 63

4.2.3.4 Pelayanan ... 65

(9)

4.2.3.6 Kebersihan... 69

4.2.3.7 Fasilitas ... 71

4.3 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 80

5.1 Kesimpulan... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA... 82

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Perilaku Konsumen………....36

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin………..54

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden………...55

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Status Responden………..…………..55

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden………...56

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Tiap Bulan Responden………...57

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden………....57

Tabel 1.7 Produk apa yang biasa dibeli di Pasar Soponyono Rungkut...58

Tabel 1.8 Kelengkapan Produk di Pasar Soponyono Rungkut...59

Tabel 1.9 Kualitas Produk di Pasar Soponyono Rungkut...60

Tabel 1.10 Harga Produk di Pasar Soponyono Rungkut...60

Tabel 1.11 Pernah Menawar Harga Produk...61

Tabel 1.12 .. Selalu Menawar Produk yang akan dibeli...61

Tabel 1.13 Memperoleh Produk dengan Harga yang ditawar...62

Tabel 1.14 Harga yang di Tawar Merupakan Alasan Berbelanja Di Pasar Tradisional...62

Tabel 1.15 Lokasi di Pasar Soponyono Rungkut...63

Tabel 1.16 Jarak Rumah responden denga Pasar Soponyono Rungkut...63

Tabel 1.17 Akses Menuju Pasar Soponyono Rungkut Menjadi Pertimbangan Berbelanja...64

(12)

Tabel 1.19 Kejujuran Penjual di Pasar Soponyono Rungkut...65

Tabel 1.20 Keramahan Penjual di Pasar Soponyono Rungkut...65

Tabel 1.21 Kecepatan dalam Pelayanan Penjual...66

Tabel 1.22 Kecewa dengan Sikap Penjual...66

Tabel 1.23 Aman Berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut...67

Tabel 1.24 Petugas terkoordinasi dengan Baik...67

Tabel 1.25 Keamanan Fasilitas Parkir Kendaraan...68

Tabel 1.26 Faktor Keamanan Menjadi Pertimbangan dalam Berbelanja...68

Tabel 1.27 Kondisi Kebersihan Pasar Soponyono Rungkut...69

Tabel 1.28 Kondisi Lingkungan Pasar Soponyono Rungkut...69

Tabel 1.29 Faktor Kebersihan Menjadi Pertimbangan dalam Berbelanja...70

Tabel 1.30 Fasilitas Tempat Parkir di Pasar Soponyono Rungkut...70

Tabel 1.31 Fasilitas Toilet di Pasar Soponyono Rungkut...71

Tabel 1.32 Faktor Utama yang Mendorong Berbelanja...72

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Rekapitulasi Data ………83

Lampiran 2 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden...84

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi Produk………....86

Lampiran 4 Distribusi Frekuensi Harga ……….87

Lampiran 5 Distribusi Frekuensi Lokasi ………....89

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Pelayanan ………...90

Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Keamanan ………..92

Lampiran 8 Distribusi Kebersihan ………..93

Lampiran 9 Distribusi Fasilitas ...94

Lampiran 10 Distribusi Frekuensi lain – lain...95

(14)

ABSTRAKSI

SARANITA KENCANA SARI. ANALISIS PERILAKU KONSUMEN YANG BERBELANJA PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus Pada Konsumen di Pasar Tradisional)

Dewasa ini pembangunan ekonomi semakin tinggi ditandai dengan persaingan perusahaan selaku produsen yang menghasilkan barang dan jasa. Pemasar dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya salah satunya melalui perantara yang digunakan dalam penyebaran produknya yaitu melalui perdagangan eceran (retailing). Perdagangan eceran dapat dijumpai pada pasar tradisional yang menyediakan bermacam-macam produk dengan berbagai kualitas dan harga. Dan pada saat ini, banyak perdagangan eceran lain yang bermunculan dengan berbagai macam bentuk yaitu mini market dan supermarket baik yang dikelola oleh individu maupun perusahaan serta hypermarket sebagai pengecer asing. Dengan munculnya pengecer asing di pasar domestik akan mengancam kelangsungan hidup dari pasar tradisional tersebut khususnya Pasar Soponyono Rungkut yang terletak disebalah Pasar rungkut Baru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang ”karakteristik dan perilaku konsumen yang berbelanja di Pasar Soponyono Rungkut”’

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu yang digunakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang yang dapat diamati. Dalam penelitian ini digunakan 97 responden dengan menggunakan kuesioner. Dimana

responden diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan ekonomi semakin tinggi ditandai dengan

persaingan perusahaan selaku produsen yang menghasilkan barang dan jasa

atau produk-produk sejenis dengan berbagai macam kelebihan dari produk

yang dihasilkan oleh produsen. Dalam hal ini, tentulah konsumen yang

paling diuntungkan karena konsumen diberikan kesempatan lebih luas untuk

memilih dan membeli produk sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Namun pada dasarnya, konsumen akan membeli suatu produk yang dapat

memuaskan keinginan tidak hanya dalam bentuk fisik tetapi juga manfaat

dari produk tersebut.

Saat ini konsumen semakin pandai di dalam membelanjakan

uangnya. Konsumen membeli barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang

sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu konsumen juga menyesuikan harga

barang dengan kemampuan ekonomi mereka, karena konsumen semakin

sadar akan kebutuhan yang harus didahulukan dan yang harus ditunda

terlebih dahulu. Oleh karena itu, konsumen ditempatkan sebagai titik sentral

yang diperhatikan oleh pemasar. Setidaknya terdapat dua alasan, mengapa

pemasar perlu memahami perilaku belanja konsumennya.

Pertama, dengan pesatnya perkembangan perdagangan saat ini

(16)

daripada permintaan. Kelebihan dari penawaran ini menyebabkan banyak

produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kecilnya

permintaan daripada penawaran ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain secara umum adalah keadaan ekonomi dari konsumen itu sendiri.

Selain itu, naiknya harga yang ditetapkan oleh produsen yang tidak sesuai

dengan kualitas produknya, kurangnya produsen dalam mengkomunikasikan

produk serta kurangnya penyebaran produk di pasar sehingga konsumen

tidak mengetahui keberadaan produk tersebut.

Kedua, pemasar perlu mengetahui keinginan dan kebutuhan

konsumennya. Karena mengetahui secara tepat kebutuhan dan keinginan

konsumennya, perusahaan akan mampu memberikan produk dan jasa

dengan kualitas yang unggul sebagaimana yang diinginkan konsumennya.

Serta akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan

efisien.

Pemasar dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumennya,

salah satunya melalui perantara (saluran distribusi) yang digunakan dalam

penyebaran produknya yaitu melalui perdagangan eceran (retailing).

Dimana perdagangan eceran merupakan rantai terakhir saluran distribusi di

dalam menyampaikan suatu produk yang dihasilkan produsen sehingga

sampai ke tangan konsumen.

Perdagangan eceran mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kelancaran penjualan produk produsen, karena melalui pengecer dapat

(17)

pandangan konsumen mengenai kualitas produk, kepuasan konsumen atas

produknya serta produsen dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan

pesaingnya. Selain itu dengan adanya pengecer, konsumen dapat membeli

produk yang dibutuhkan dalam harga dan jumlah barang yang sesuai dengan

kebutuhannya.

Perdagangan eceran dapat dijumpai pada pasar tradisional yang

menyediakan bermacam-macam produk dengan berbagai kualitas dan harga.

Pada krisis ekonomi saat ini, berbelanja di pasar tradisional lebih diminati

oleh konsumen karena harga yang lebih terjangkau dan dapat ditawar.

Dalam pasar tradisional terdapat beberapa pedagang eceran yang menempati

kios-kios yang telah disediakan oleh pengelola pasar.

Pada saat ini, banyak perdagangan eceran lain yang bermunculan

dengan berbagai macam bentuk yaitu mini market dan supermarket baik

yang dikelola oleh individu maupun perusahaan serta hypermarket sebagai

pengecer asing. Pengecer-pengecer tersebut menjalankan bermacam-macam

strategi untuk memanfaatkan peluang pasar yang ada serta dapat menarik

konsumen sebanyak-banyaknya dengan memberikan pelayanan dan produk

sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga akan timbul

suatu kepuasan dan loyalitas pada tempat belanja tersebut.

Dengan munculnya pengecer asing di pasar domestik akan

mengancam kelangsungan hidup dari pasar tradisional tersebut. Persaingan

antara pasar tradisional dengan pengecer asing akan terus berlanjut hingga

(18)

pola konsumsi dan perilaku konsumen. Hal ini dapat diminimalkan, apabila

pasar tradisional dapat memperbaiki kinerja manajemennya terutama dari

sudut pemasaran dengan tetap memperhatikan keinginan dan kebutuhan

konsumennya agar mampu bertahan dengan masuknya dan semakin

berkembangnya pengecer asing di pasar domestik.

Situasi seperti diatas, sebelumnya di antisipasi oleh Pasar Soponyono

Rungkut. Dimana Pasar Soponyono Rungkut merupakan retailing yang

langsung berhubungan dengan konsumen akhir yang bertujuan melayani

kebutuhan sehari-hari konsumen. Pemilihan lokasi menjadi strategi utama

awal berdirinya Pasar Soponyono Rungkut yang berada pada Jalan Rungkut

Asri Utara no 2 Surabaya, dimana jalan tersebut akses menuju jalan raya

rungkut yang sering dilalui kendaraan. Pasar Soponyono Rungkut berdiri

pada tahun 1982, pada saat itu keberadaan Pasar Soponyono Rungkut sangat

diperlukan oleh masyarakat sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Namun pada kenyataannya, saat ini Pasar Soponyono Rungkut tidak hadir

sendiri di wilayah rungkut karena telah berdiri Carrefour selaku pengecer

asing di wilayah tersebut. Yang membedakan Pasar Soponyono dari

pesaingnya adalah sistem yang digunakan masih sederhana dan tradisional.

Munculnya beberapa hypermarket di sekitar Pasar Soponyono

Rungkut berdampak pada pasar bersangkutan. Karena pihak hypermarket

memberikan promosi dalam bentuk diskon besar-besaran pada awal

berdirinya hypermarket tersebut. Kondisi tersebut tentunya tidak akan

(19)

hanya berdampak sekitar 3 bulan, namun Pasar Soponyono Rungkut tetap

harus mengevaluasi dan memperbaiki kinerja manajemennya dan

memanfaatkan peluang-peluang yang ada dengan menjalankan

strategi-strategi pemasaran yang efektif dan efisien untuk menanggulangi penurunan

omzet pendapatan serta tetap memperhatikan perilaku belanja konsumennya

dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumennya. Karena

sebagian besar perilaku belanja konsumen pada Pasar Soponyono Rungkut

lebih berorientasi pada suasana lingkungan tempat berbelanja, dimana

perilaku belanja ini lebih dipengaruhi oleh strategi pemasaran dari tempat

berbelanja.

Berdasarkan uraian diatas, maka penting bagi pengelola untuk

memahami perilaku belanja konsumen dalam pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumennya. Melalui penelitian ini, peneliti memfokuskan pada

perilaku konsumen pada pasar tradisional berkaitan dengan semakin

banyaknya hypermarket yang berdiri.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

(20)

2. Bagaimanakah perilaku konsumen Pasar Soponyono Rungkut disaat

situasi persaingan dengan pengecer asing seperti hypermarket?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik perilaku konsumen di

Pasar Soponyono Rungkut

2. Mendekripsikan dan menganalisis perilaku konsumen di Pasar

Soponyono Rungkut

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku

konsumen sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan teori yang telah

penulis dapatkan di bangku kuliah dengan praktek secara langsung.

2. Bagi Pengelola Pasar

Memberikan informasi dan masukan bagi pengelola pasar sebagai dasar

perbaikan kinerja manajemen sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen dan mampu bertahan serta bersaing dalam bisnis

(21)

3. Bagi Fakultas

Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang administrasi

bisnis khususnya ilmu perilaku konsumen dan sebagai referensi bagi

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

2.1.1.1Pengertian Pemasaran

Pemasaran tidak hanya mencakup kegiatan pertukaran (jual-beli)

barang atau jasa yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membahas semua

sistematika yang menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha. Dimana

untuk tujuan jangka pendeknya perusahaan dapat menghasilkan produk

untuk memberikan kepuasan kepada konsumen, dan untuk tujuan jangka

panjangnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharap guna

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, setiap

perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokok kegiatan yaitu

pemasaran. Dimana menurut Ma’ruf (2005:3), fungsi pemasaran adalah

mewujudkan sasaran perusahaan dengan cara :

1. Menetapkan basis pelanggan (customer bases) secara strategis,

rasional, dan lengkap informasinya.

2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang

sekarang dan yang akan dating.

3. Menciptakan produk yang akan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan

dengan pas dan menguntungkan dan yang mampu membedakan

(23)

4. Mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada

pasar sasarn (target market).

5. Memimpin personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan tenaga

kerja yang disiplin, profesional, dan berpengetahuan serta punya

dedikasi bagi nilai dan sasaran perusahaan.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah suatu proses

sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Assauri (2000:4), pemasaran adalah kegiatan

manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan

keinginan melalui proses pertukaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pemasaran adalah suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan dari suatu

usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu dan kelompok

melalui pertukaran. Kebutuhan adalah suatu keadaan merasa tidak

memiliki kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan ini timbul bukan diciptakan

dari para ahli pemasaran atau masyarakat itu sendiri, tetapi

kebutuhan-kebutuhan itu telah ada dalam diri manusia sesuai dengan kehidupannya

dan setiap orang akan selalu memenuhi kebutuhan akan yempat tinggal,

(24)

Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan

yang lebih mendalam dan keinginan diciptakan oleh para ahli pemasaran

yang terbentuk sesuai dengan kebudayaan dan perkembangan seseorang.

Manusia mempunyai banyak keinginan tetapi tidak semuanya dapat

dipenuhi karena harus disesuaikan dengan pendapatan, waktu dan tenaga

yang ada sehingga harus menentukan pilihan keinginan yang mana yang

harus dipenuhi terlebih dahulu dengan membuat prioritas pertama terhadap

keinginan yang akan dipenuhi terlebih dahulu

Perusahaan selaku produsen apabila dapat merealisir kebutuhan

dan keinginan konsumen atau pasar akan menciptakan permintaan yang

efektif bagi perusahaan dan akan timbul suatu kepuasan dan loyalitan

konsumen terhadap produk perusahaan. Oleh karena itu pemasaran

memiliki peranan yang sangat penting sebagai ujung tombak suatu

perusahaan.

2.1.1.2Manajemen Pemasaran

Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah

proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi,

serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Sedangkan menurut Radiosunu (2003:3), manajemen pemasaran

adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

(25)

yang dijadilan sasaran dengan maksud untuk mencapai objective

organisasi pemasaran.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen

pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian pada suatu pertukaran produk yang

menghasilkan kepuasan bagi individu serta tercapainya tujuan organisasi.

2.1.1.3Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002:22) adalah

kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada

para pesaing dan memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Sedangkan menurut

Swastha (2000:17), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang

menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat

ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berientasi

pada kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha

pemasaran terpadu guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci

tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Tjiptono (2005:3) konsep pemasaran berientasi pada

konsumen, dimana konsumen hanya akan bersedia membeli

produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan serta

(26)

dalam mewujudkan tujuan perusahaan adalah berusaha memuaskan

pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen secara menyeluruh

yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang mengintegrasikan

kegiatan-kegiatan fungsional lainnya secara efisisen dan efektif

dibandingkan para pesaing.

Menurut Swastha (2001:18), selain berientasi pada konsumen

terdapat dua faktor lain yang merupakan dasar dalam konsep pemasaran

yaitu koordinasi dan integritas dalam perusahaan serta mendapatkan laba

melalui perusahaan konsumen.

Ketiga faktor penting dalam konsep pemasaran menurut Swastha

(2001:18), dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan

dipenuhi.

b. Memilih kebutuhan pembeli tertentu sebagai sasaran dalam

penjualannya.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai

dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau

(27)

2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua

elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan

diintegrasikan. Dengan kata lain, setiap orang dan setiap bagian dalam

perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir

untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan

dapat direalisir.

3. Mendapatkan laba melaui pemuasan konsumen

Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya adalh

mengoptimalkan laba yang disebut dengan orientasi laba. Dengan laba

ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan

kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan

yang lebih besar pada konsumen serta dapat memperkuat kondisi

perekonomian.

2.1.1.4Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang

memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.

Menurut Tull dan Kahle yang dikutip oleh Tjiptono (2002:6),

strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk

mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan

(28)

program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran

tersebut.

Sedangkan menurut Hawkins, Best dan Coney (2001:12),

marketing strategy is formulated in term of the marketing mix. This is, it

envolves determining the product features, price, communications,

distribution and services that will provide customers with superior value.

Atau strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari

segi bauran pemasaran. Yaitu yang menyangkut ciri-ciri (keistimewaan)

produk, harga, komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan

memberikan pelanggan nilai lebih.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi

pemasaran merupakan alat atau perumusan yang direncanakan dalam

memberikan arah untuk mencapai tujuan perusahaan melaui bauran

pemasaran yaitu produk, harga, komunikasi (promosi), distribusi dan

pelayanan yang saling berkaitan untuk melayani pasar sasarannya.

2.1.2 Perdagangan Eceran (Retailing) 2.1.2.1Pengertian Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran merupakan mata rantai terakhir dalam

penyaluran atau distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Secara harfiah kata eceran atau retail berarti eceran atau perdagangan

eceran, dan peritel atau retailer diartikan sebagai pengecer atau pengusaha

(29)

Menurut Kotler (2000:402), pedagang eceran adalah semua

kegiatan penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen untuk

keperluan pribadi, bukan untuk tujuan bisnis.

Sedangkan menurut Lamb, Hair dan Mcdaniel (2001:70),

perdagangan eceran adalah semua aktivitas yamg langsung berhubungan

dengan penjualan produk dan jasa kepada konsumen akhir untuk

penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

perdagangan eceran adalah suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada

konsumen akhir.

2.1.2.2Fungsi Perdagangan Eceran

Perdagangan eceran sangat penting artinya bagi produsen, karena

melalui pengecer produsen dapat memperoleh informasi berharga tentang

produknya. Menurut Tjiptono (2002:191), retailing memiliki empat fungsi

utama, yaitu :

1. Membeli dan menyimpan barang

2. Memindahkan hak milik barang tersebut kepada konsumen akhir

3. Memberikan informasi mengenai sifat dasar dan pemakaian barang

tersebut

4. Memberikan kredit kepada konsumen (dalam kasus tertentu)

Sedangkan menurut Sujana (2005:13), secara spesifik

perdagangan eceran (retailing) merupakan suatu fungsi atau mata rantai

(30)

1. Perantara antara distributor (wholesaler ataupun importer) dengan

konsumen akhir.

2. Penghimpun berbagai kategori atau jenis barang yang menjadi

kebutuhan konsumen.

3. Tempat rujukan untuk mendapatkan (to choose, to find) barang yang

dibutuhkannya.

4. Penentu eksistansi barang dari manufacture di pasar konsumsi

(consumption market).

2.1.2.3Karakteristik Perdagangan Eceran

Menurut Berman dan Evans yang dikutip oleh Sujana (2005:15),

perdagangan eceran (retailing) memiliki tiga karakteristik yang

membedakannyadengan entitas bisnis lainnya, yaitu :

1. Penjualan barang dan jasa dalam small enough quantity

Partai kecil, dalam jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam

periode waktu tertentu. Meskipun retailer mendapatkan barang dari

supplier dalam bentuk kartonan (cases), namun retailer mendisplay

dan menjualnya dalam bentuk pecahan per unit.

2. Impulse buying

Yaitu kondisi yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan

jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyaknya pilihan

(31)

3. Store condition

Yaitu kondisi lingkungan dan interior dalam toko yang dipengaruhi

oleh:

a. Lokasi toko

b. Efektivitas penanganan barang

c. Jam buka toko

d. Tingkat harga yang bersaing

2.1.2.4Bauran Eceran (Retailing Mix)

Strategi pemasaran pada umumnya terdiri dari bauran pemasaran

4P yang terdiri dari produk, harga, promosi dan distribusi. Strategi ini

dijalankan oleh perusahaan yang menghasilkan barang. Sedangkan para

pengecer menggabungkan unsur-unsur bauran eceran untuk menciptakan

suatu metode eceran tunggal untuk menarik pasar sasaran. Menurut Lamb,

Hair dan McDaniel (2001:96-111), bauran eceran (retailing mix) terdiri

dari enam P, empat P kombinasi pemasaran (product, place, promotion

dan price) ditambah dengan personnel dan presentation.

Kombinasi dari enam P ini memproyeksikan citra toko, yang

mempengaruhi persepsi para konsumen. Dengan menggunakan

kesan-kesan atas toko ini, para shopper memposisikan toko yang satu terhadap

yang lain. Menurut Ma’ruf (2005:113), bauran pemasaran dalam strategi

(32)

1. Lokasi

Memilih lokasi yang baik merupakan keputusan yang penting.

Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan

dengan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun

keduanya menjual produk yang sama, pramuniaga yang sama banyak

dan terampil, dan sama-sama punya setiing/ambiance yang bagus.

Dalam memilih lokasi yang baik si pengecer harus memperhatikan

beberapa hal, pertama-tama menentukan komitmen sumber daya

jangka panjang, apakah si pengecer menyewa atau membeli (Lamb,

Hair dan McDaniel, 2001:101).

Keputusan lokasi mempunyai implikasi yang permanen.

Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa depan. Area

yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi

sehingga ia dapat mempertahankan keberlangsungan toko semula dan

toko-toko di masa mendatang. Terakhir, lingkungan setempat dapat

saja berubah setiap waktu. Jika nilai lokasi memburuk, toko tersebut

mungkin saja harus dipindahkan atau ditutup. Lokasi dimulai dengan

memilih suatu komunitas. Keputusan ini sangat bergantung pada

potensi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas dan stabilitas persaingan

iklim politik, dan sebagainya.

Dalam pencarian sebuah lokasi dimana toko akan didirikan,

(33)

a. Akses

Lokasi yang strategis yang dilalui atau mudah dijangkau oleh

konsumen baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun

dengan sarana transportasi umum.

b. Fasilitas parkir

Tempat parkir yang luas, nyaman dan aman baik untuk kendaraan

roda dua maupun roda empat. (Tjiptono, 2005:147)

Jenis-jenis lokasi terdiri atas :

a. Gerai tunggal

Adalah toko yang berdiri sendiri tanpa ada toko lain di dekatnya.

Bahkan ada toko yang menjadi satu-satunya gerai yang berdiri di

suatu jalan.

b. Pertokoan

Yaitu deretan toko yang berdiri tanpa melalui perencanaan

terpadu. Toko-toko yang belakangan didirikan dibangun pada

lahan yang masih kosong sehingga setelah beberapa tahun atau

dasawarsa membentuk area pertokoan.

c. Central business discrict

Yaitu toko yang didirikan pada wilayah padat perkantoran. Di

area itu muncul gerai-gerai eceran yang menguntungkan karena

berlokasi ditempat yang kepadatan lalu lintasnya (kendaraan dan

(34)

d. Pusat belanja

Pusat belanja terdiri atas suatu bangunan komersial yang

memiliki atau dikelola oleh satu manajemen, dengan kombinasi

penyewa atau peeceran yang seimbang (tidak cenderung pada

satu kategori produk), dan memiliki lahan parkir (baik berupa

tanah lapang yang ditata atau berupa bangunan parkir).

Selain itu ada beberapa faktor dalam mempertimbangkan pilihan letak

atau tempat gerai akan didirikan, yaitu :

1. Lalu lintas pejalan kaki

2. Lalu lintas kendaraan

3. Fasilitas parkir

4. Transportasi umum

5. Komposisi toko

6. Letak berdirinya gerai

7. Syarat dan ketentuan pemakaian ruang

8. Penilaian keseluruhan

2. Merchandise (produk)

Unsur yang kedua dalam bauran eceran adalah produk yang

juga disebut keragaman produk (product assortment) atau bauran

barang dagangan (merchandise mix). Para pengecer memutuskan apa

yang akan dijual berdasarkan apa yang ingin di beli oleh pasar sasaran

(35)

pasar, penjualan sebelumnya, trend mode, permintaan pelanggan dan

sumber-sumber lain (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:97).

Menurut Ma’ruf (2005:135), merchandising adalah kegiatan

pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko

(produk berbasis makanan, pakaian, barang kebutuhan rumah tangga,

produk umum, dan lain-lain atau kombinasi) untuk disediakan dalam

toko pada jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai

sasaran toko atau perusahaan eceran. Merchandise toko meliputi :

a. Kualitas produk

Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan lamanya produk itu,

dapat dipercayainya produk tersebut dan ketepatan produk.

b. Keragaman produk

Menurut Ma’ruf (2005:144), keragaman produk dapat dilihat dari

dua hal, yaitu :

1. Wide atau lebar, yaitu banyaknya variable kategori produk

yang dijual.

a) Lebar : banyak ragam kategori produk

b) Sempat : sedikit ragam kategori produk

2. Deep atau dalam, yaitu banyaknya item pilihan dalam

masing-masing kategori produk.

a) Dalam : banyak pilihan (warna, ukuran, bahan, dan

lain-lain) dalam setiap kategori produk.

(36)

c. Variasi merk produk

Dengan adanya variasi merk produk yang dijual atau ditawarkan,

maka akan bermanfaat bagi konsumen di dalam mengidentifikasi

produk yang diinginkan atau dibeli konsumen.

d. Brand (merk)

Pengecer dapat membuat merk sendiri, atau yang sering disebut

dengan private label. Apabila berhasil dijalankan, maka akan

memperoleh keuntungan bagi perusahaan (Ma’ruf, 2005:151).

3. Harga (pricing)

Unsur penting lain dalam bauran eceran adalah harga.

penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit di antara

unsur-unsur dalam bauran pemasaran eceran. Harga adalah satu-satunya

unsur bauran pemasaran eceran yang akan mendatangkan laba bagi

pengecer. Harga juga merupakan elemen kunci bagi strategi toko

eceran dalam memposisikan diri dan pengklasifikasian.

Didalam penetapan harga, terdapat tiga pihak yang menjadi

dasar pertimbangan oleh sebuah perusahaan perdagangan eceran yaitu

konsumen, pengecer sendiri dan pesaing. Pengecer perlu

memperhatikan keinginan konsumen yaitu membayar harga yang

sepadan dengan nilai yang diperoleh (disebut value for money), lalu

keinginannya untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin, dan

(37)

4. Promosi

Strategi promosi eceran mencakup pengiklan, hubungan

masyarakat, publisitas publik dan promosi penjualan. Masing-masing

promosi tersebut dapat diterapkan dengan memanfaatkan berbagai alat

yang tersaji, alat tersebut antara lain :

1) Periklanan (Advertising)

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : iklan cetak dan

siaran, film, brosur dan buklet, poster dan selebaran, billboard

serta simbol dan logo.

2) Hubungan masyarakat (public relation)

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : kotak pers,

pidato, seminar, laporan tahunan, donasi atau sumbangan,

sponsor, publikasi, hubungan masyarakat, lobbying, majalah

perusahaan, peringatan peristiwa tertentu, berita, dan aktifitas

layanan masyarakat.

3) Publisitas Publik

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : koran, tabloid,

majalah, radio dan televisi.

4) Promosi Penjualan

Alat promosi yang dapat digunakan antara lain : kontes,

permainan, undian, lotere, premium dan hadiah, produk sampel,

pasar malam dan pameran dagang, pameran, demonstrasi,

(38)

uang, pendanaan dengan bunga rendah, hiburan, kelonggaran

tukar tambah, hadiah bagi pelanggan, coba gratis, jaminan

produk, promosi silang dan diskon.

Adapun tujuan dari promosi adalah untuk membantu

memposisikan suatu toko dalam benak para konsumen. Para

pengecer merancang iklan yang memancing, panggung acara

khusus, dan mengembangkan promosi yang diarahkan ke pasar

sasaran mereka. (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001:99)

5) Atmosfer dalam gerai

Atmosfer toko berperan penting untuk memikat pembeli,

membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan

mengingatkan mereka pada produk apa yang perlu dimiliki baik

untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga.

Gerai kecul yang tertata rapi dan menarik akan lebih

mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur biasa saja.

Untuk itu, perlu diketahui hal-hal apa saja yang dapat menunjang

terbentuknya suasana dalam gerai yang sesuai dengan harapan

konsumen. Suasana yang dimaksud dalam arti atmosfer yaitu

terciptanya dari gabungan antara display barang (etalase barang),

layout toko serta penampilan fisik toko atau bentuk fisik.

a. Display barang

Penataan barang pada rak-rak barang yang rapi dan

(39)

pengambilan produk. Apalagi dengan penataan ruang rak

yang besar dan display dalam toko dapar meningkatkan

penjualan. (Peter dan Olson, 2000:261)

b. Layout toko (tata letak toko)

Layout toko direncanakan sehingga semua ruang toko

tersebut digunakan secara efektif, termasuk

lorong-lorongnya, perlengkapan tetap, pemajangan barang dagangan,

dan wilayah bukan penjualan. Tata letak toko yang efektif

tidak hanya akan menjamin keamanan dan kemudahan,

melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola

lali lintas pelanggan dan perilaku belanja. (Lamb, Hair dan

McDaniel, 2001:105)

c. Bentuk fisik

Bentuk bangunan toko yang didukung dengan warna dan

cahaya lampu yang akan memberikan kenyamanan bagi

konsumennya untuk berbelanja.

6) Pelayanan toko (Retail service)

Retail service (pelayanan toko) bertujuan memfasilitasi

para pembeli saat mereka berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat

memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanana pelanggan,

personal selling, layanan transaksi berupa cara pembayaran yang

(40)

fasilitas-fasilitas seperti contoh toilet, tempat mengganti pakaian

bayi, food court, telepon umu dan sarana parkir.

Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran

eceran lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli

dalam berbelanja. Jenis-jenis pelayanan toko adalah :

a. Customer Service

(1)Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan SPG/sales

promotion girl) yang terampil dengan cara pelayanan dan

kesigapan membantu.

(2)Personal shopper, yaitu staf perusahaan eceran yang

melayani pembelian melalui telepon dan menyiapkan

barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh

pelanggan.

b. Terkait fasilitas gerai

Fasilitas ini terdiri atas jasa pengantaran (delivery), gift

certificate (voucher), jasa pemotongan pakaian jadi (atau

perbaikan), cara pembayaran dengan credit card atau debit

card, antrian pembayarab di kasir, fasilitas tempat makan

(food corner), fasilitas kredit, fasilitas kenyamanan dan

keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat, fasilitas

(41)

c. Terkait jam operasional toko

Service terkait dengan jam operasional toko seperti jam buka

yang panjang atau buka 24 jam nonstop.

d. Fasilitas-fasilitas lain

Fasilitas yang berkaitan denagn ruang atau lahan parkir, gerai

laundry, gerai cuci cetak film.

Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran

eceran lainnya mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli

dala berbelanja. Meskipun yang dijual oleh sebuah toko berupa

barang tangible, pada hakikatnya pembeli mencari barang untuk

memenuhi kebutuhannya. Misalnya, air minum dalam kemasan

yang dibeli sebenarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan

“menghilangkan rasa haus”.

2.1.2.5Tipe Bisnis Perdagangan Eceran

Menurut Davidson, Evans dan Berman yang dikutip oleh Sujana

(2005:16), klasifikasi tipe bisnis retail berdasarkan :

1. Kepemilikan (ownership)

(42)

Merupakan tipe bisnis retail yang paling banyak jumlahnya

dengan ukuran toko umunya dibawah 100 m², mulai dari kios

atau toko pasar tradisional sampai dengan minimarket modern

dengan kepemilikan individual.

b. Rantai toko retail

Adalah toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan

biasanya dimiliki oleh suatu instansi bisnis buka perorangan,

melainkan dalam bentuk perseroan. Bentuknya mulai dari toko

mini market dengan mega hyperstore.

c. Toko waralaba (franchise store)

Adalah toko retail yang dibangun berdasarkan kontrak kerja

waralaba (bagi hasil) antara terwaralaba (franchise) yakni

pengusaha investor perseorangan (independent bussines person)

dengan pewaralaba (franchisor) yang merupakan pemegang

lisensi bendera atau nama toko, sponsor dan pengelola usaha.

Bentuknya sangat beragam mulai dari fast food restaurant,

bengkel. Toko optikal sampai supermarket.

2. Kategori barang dagangan (merchandise category)

(43)

Merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang

atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang

relative sempit atau sedikit. Contohnya apotik, pasar seni, toko

perhiasan, toko buku, dan sebagainya.

b. Toko serba ada

Merupakan toko retail yang menjual sebagian besar kategori

barangnya adalah barang kebutuhan sehari-hari, umumnya toko

retail modern yang sudah mapan adalah berbasis sebagai grocery

retailer, dimana yang mereka jual lebih dari assortment (bauran

produk) adalah merupakan kebutuhan pokok (basic needs) harian

pribadi, keluarga atau rumah tangga. Contohnya Carrefour,

Makro, dan sebagainya.

c. Department store

Sebagian besar dari assortment yang dijual adalah merupakan

non-basic items (bukan kebutuhan pokok), fashionables, dan

branded items (bermerek) dengan lebih dari 80% pola

consignment (konsiyasi). Item-item grocery, kalaupun dijual

hanya sebagai pelengkap (complementary). Contohnya

(44)

d. Hyperstore

Menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang

sangat luas. Menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap

lapisan konsumen, mulai dari barang grocery, household, textile,

optical, dan lainnya dengan konsep one stop shopping

(everything in one roof), bahkan ganti oli dang anti ban mobil

dapat dilayani di dalam toko retail sejenis ini. Paling tidak

dibutuhkan sedikitnya 10.000 m² luasan sales area. Toko-toko

retail di Indonesia tampaknya belum ada yang dapat

dikategorikan dalam tipe hyperstore, bahkan Carrefour

sekalipun. Meskipun di negaranya (Perancis), Carrefour juga

telah mengoperasikan model ini.

3. Luasan area penjualan (sales area)

a. Kios (small store)

Adalah sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko

retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales

area kurang dari 100 m².

b. Minimarket

Dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 sampai dengan

(45)

c. Supermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area antara 1.000 sampai

dengan 5.000 m².

d. Hypermarket

Dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000 m².

4. Retailer tanpa toko (non-store retailer)

a. Multi Level Marketing (MLM)

Adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct

selling) dengan sistem komisi penjualan berperingkat

berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines (jalur

atau peringkat distribusi)

b. Mail and phone order retailer

Yakni perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan

pesanan melalui surat atau telepon. Perusahaan ini

mengkompensasikan overhead cost pengoperasian sebuah toko

(secara fisik) dengan pengoperasian delivery services.

Perusahaan ini sangat mengandalkan sifat kekhasan atau

spesifikasi produk dan penerapan kebijakan above the line

promotion (promosi di media cetak atau elektronik) yang gencar.

Contoh dari model non-store retailer ini, antara lain TV Media,

DRTV, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, contoh

(46)

dengan dibukanya showroom-showroom (konter) di hamper

seluruh kota besar.

c. Internet/online store (e-commerce)

Perkembangan teknologi informasi khususnya internet,

telah memungkinkan berkembangnya “toko retail” di dunia

maya. Menurut Colombo yang dikutip oleh Sujana (2005:21)

menyebutkan bahwa penyebab utama kegagalan banyak

e-commerce adalah karena bagitu didewakannya internet sehingga

memunculkan anggapan atau keyakinan semu e-commerce bisa

menggantikan kedudukan offline retail store. Padahal

menurutnya ada hal dari offline retail store yang tidak

tergantikan dengan online retailing.

Sedangkan e-commerce yang berhasil adalah yang mampu

membuat keseimbangan antara online dan offline business

processes. Yaitu keseimbangan antara aktifitas promosi dan

penjualan secara online di internet dengan aktifitas follow-op

(tindak lanjut)-nya secara fisik di dunia nyata. Proses follow-up

tersebut antara lain melalui penyediaan pusat layanan informasi

(47)

2.1.3 Perilaku Konsumen

2.1.3.1Pengertian Perilaku Konsumen

Konsumen adalah raja. Inilah ungkapan yang sering

dikemukakan oleh para produsen. Ungkapan ini tidak berlebihan, karena

konsumen adalah salah satu elemen yang paling penting dalam sistem

perekonomian modern. Sebaik apapun kualitas produk yang dihasilkan

produsen, sehebat apaun pelayanan yang diberikan produsen, barang dan

jasa tersebut tidak akan dibeli oleh konsumen jika konsumen tidak

membutuhkannya. Konsumen sebagai raja memiliki makna bahwa

produsen harus memahami perilaku konsumennya. Selanjutnya produsen

hendaknya membuat barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen

tersebut.

Menurut Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen adalah

studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang

melibatkan perolehan konsumsi dan pembuangan barang dan jasa,

pengalaman serta ide-ide. Sedangkan menurut Ma’ruf (2005:50), perilaku

konsumen adalah proses yang terjadi pada konsumen ketika ia

memutuskan membeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya.

Secara lebih luas Schiffman dan Kanuk (2001:16), menyatakan

bahwa studi perilaku konsumen merupakan studi bagaimana individu

membuat keputusan membelanjakan sumber daya yang tersedia dan

dimilikinya (waktu luang dan usaha) terhadap barang yang berkaitan

(48)

mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana

mereka menggunakannya.

2.1.3.2Model Perilaku Konsumen

Menganalisis perilaku konsumen merupakan hal yang sangat

kompleks, terutama banyak variable yang mempengaruhi dan

kecenderungannya untuk saling berinteraksi. Untuk memudahkan dalam

menganalisis konsumen perlu dibuat suatu model.

Zaltman dan Wallendorf yang dikutip oleh Mangkunegaran

(2001:21), mengemukakan bahwa suatu model adalah sesuatu yang

mewakili sesuatu dalam hal ini adalah suatu proses. Loundon dan Bitta

mengemukakan bahwa suatu model dapat didefinisikan sebagai suatu

wakil realitas yang disederhanakan. Sehingga dari beberapa definisi ini

dapat disimpulkan bahwa model perilaku konsumen adalah suatu bagan,

skema atau kerangka kerja yang disederhanakan untuk menggambarkan

aktivitas konsumen dalam keputusan membeli.

Menurut Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002:6), model

perilaku konsumen menunjukkan adanya interaksi antara pemasar dengan

konsumennya. Pada model perilaku konsumen ini terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor pertama adalah konsumen

individual, artinya pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek

tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. Faktor

(49)

Pilihan-pilihan konsumen terhadap produk dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya

serta adanya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang akan turut

mempengaruhi pola pilihan produk yang dibeli.

Faktor ketiga yaitu stimuli pemasaran atau disebut juga strategi

pemasaran. Strategi pemasaran merupakan satu-satunya variable dalam

model perilaku konsumen ini yang dikendalikan pemasar. Pemasar

berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan strategi

pemasarannya.

Selanjutnya, pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran

yang dilakukan dengan melihat respon konsumen untuk memperbaiki

strategi pemasaran di masa depan. Sementara itu konsumen individual

akan mengevaluasi pembelian yang telah dilakukannya. Jika pembelian

yang dilakukan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya, atau

dengan kata lain mampu memuaskan apa yang diinginkan dan

(50)
[image:50.612.132.526.157.403.2]

Gambar 2.1

Model Perilaku Belanja Konsumen

Umpan balik bagi konsumen

(Evaluasi pasca pembelian)

Umpan balik bagi pemasaran

Sumber : Henry Assael “Consumer Behavior and Marketing Action” dikutip oloh

Sutisna (2002:6)

2.1.4 Keputusan Pembelian

2.1.4.1Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Tjiptono (2003:20), proses pengambilan keputusan

sangat bervariasi. Proses pengambilan keputusan dimana konsumen

mengenal masalahnya kemudian diambil keputusan, suatu tindakan

keputusan mengkonsumsi.

Menurut Sunarto (2003:150), keputusan membeli adalah suatu

proses pengambilan keputusan yang dilakukan untuk menetapkan barang Konsumen Individu

Pengaruh-Pengaruh Lingkungan

Penerapan dari Perilaku Konsumen pada Strategi

Pemasaran

(51)

dan jasa yang perlu dibeli serta mengidentifikasi, mengevaluasi dan

memilih di antara alternatif merk.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan

keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif dimana dilakukan

untuk suatu proses pemecahan masalah dengan mempertimbangkan

berbagai perilaku konsumen.

2.1.4.2Peranan pembelian

Menurut Angipora (2002:140-141), peran yang dilakukan oleh

masing-masing orang dalam suatu keputusan pembelian, yaitu :

1. Inisiator (pemrakarsa), adalah orang yang pertama-tama memberikan

pendapat atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.

2. Influencer (pemberi pengaruh), adalah orang yang pandangan atau

nasehatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.

3. Decider (pengambilan keputusan), adalah orang yang sangat

menentukan sebagian atau keseluruhan pembelian , apakah membeli,

apa yang dibeli, kapan hendak membeli, dengan cara bagaimana

membeli atau dimana akan membeli.

4. Buyer (pembeli), adalah orang yang akan melakukan pembelian nyata.

(52)

2.1.4.3Tahap-tahap dalam Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Swastha (2000:103). Proses perilaku konsumen dalam

mengambil keputusan merupakan suatu pendekatan penyelesaian masalah

pada kegiatan manusia untuk membeli sesuatu barang atau jasa dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Proses pengambilan keputusan

yang dilakukan konsumen untuk membeli suatu produk, sama untuk setiap

orang hanya seluruh proses tersebut tidak selalu dilaksanak oleh

konsumen. Tahap dalam proses pengambilan keputusan oleh konsumen

untuk membeli suatu produk adalah sebagai barikut :

1. Menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan

Analisa untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang

belum dapat terpenuhi atau terpuaskan jika kebutuhan tersebut

diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya

kebutuhan yang belum terpenuhi atau masih ditunda pemenuhannya

serta kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Sebagai contoh sebelum

seseorang memutuskan untuk membeli kipas angin tersebut lebih

penting daripada kebutuhan lain yang harus dipenuhinya.

2. Pencarian informasi dan penelitian sumber-sumber

Tahap ini sangat berkaitan dengan pencarian informasi tentang

sumber-sumber dan menilainya, untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan yang dirasakan. Pencarian informasi bersifat aktif dan

pasif. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa

(53)

membuat perbandingan harga dengan kualitas. Sedangkan pencarian

informasi secara pasif saat dilakukan hanya dengan membaca suatu

iklan di surat kabar atau majalah tanpa mempunyai tujuan khusus

dalam pemikirannya tentang gambaran produk yang diinginkan.

3. Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian

Pada tahap ini konsumen akan menetapkan tujuan pembeli dan

menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian

berdasarkan tujuan pembeliannya. Jadi, selain konsumen dihadapkan

kepada suatu alternatif berdasarkan tujuan pembelian.

4. Keputusan untuk pembeli

Adalah proses dalam pembelian yang nyata. Jadi selain konsumen

harusmengambil keputusan apakah membeli atau tidak.

5. Perilaku setelah pembeli

Adalah tahap bersifat operatif. Selain penting bagi konsumen juga

merupakan hal yang penting bagi perusahaan, sebab perilaku

konsumen dapat mempengaruhi pendapatan bersih secara langsung

dan juga mempengaruhi ucapan konsumen kepada pihak lain tentang

produk perusahaan atau memberikan gambaran yang buruk

mengenai produk perusahaan tersebut. Untuk memperhatikan hal

tersebut hendaknya perusahaan dapat bertindak dengan menekan

(54)
[image:54.612.206.432.162.344.2]

2.2 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir

Seseorang yang akan membeli sebuah produk, mereka akan

melihat kebutuhan saat ini, oleh karena itu kebutuhan merupakan sesuatu

yang harus dipenuhi. Namun dalam realita seseorang ingin memenuhi

kebutuhan tersebut, hal ini menjadi sulit. Berbagai produk yang ada di

pasar pada dasarnya ditujukan untuk kebutuhan konsumen. Namun pada

sisi konsumen hal ini justru menambah kesulitan merka untuk menambah

produk mana yang harus mereka beli.

Konsumen menentukan pilihan, hal ini pada dasarnya seorang

konsumen telah mengubah kebutuhan mereka menjadi sebuah keinginan,

suatu kebutuhan yang dipengaruhi fakor budaya, sosial, pribadi, maupun

psikologis akan menjadi suatu keinginan. Individu

Menentukan Lokasi belanja

- Produk

- Harga

- Lokasi

- Pelayanan

- Keamanan

- Kebersihan

(55)

Hal yang sama akan dilakukan oleh seseorang ketika akan

memtuskan lokasi dimana mereka akan berbelanja, berbagai alternatif

lokasi belanja akan mereka peringkat dalam persepsi mereka sebagai

alternatif dalam menentukan lokasi tersebut.

Dari alternatif lokasi tersebut seorang akan menentukan pilihan

dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu lokasi, produk, harga,

kebersihan, keamanan, pelayanan dan fasilitas dan pada akhirnya

pengalaman mereka ketika berbelanja ini akan menjadi timbal balik bagi

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji hubungan antara

variabel sehingga tidak ada pengukuran antara variabel X dan Y.

Penelitian ini difokuskan pada perilaku konsumen di Pasar Soponyono

Rungkut Surabaya, sehingga peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif.

3.1.2 Jenis Penelitian

Pendekatan kualitatif dipilih dengan pertimbangan lebih mudah

apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, menyajikan secara langsung

hakekat hubungan antara peneliti dengan informan, lebih peka dan lebih

dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi, meskipun mempunyai bahasa bias

peneliti. Metode kualitatif yang digunakan adalah penelitian lapangan

(field research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam

penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data

kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan

untuk mengadakan pengamatan tentang fenomena dalam suatu keadaan

(57)

Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifat

sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Travers:1978). Sedangkan menurut

(Guy:1076), metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang

menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsungnya proses riset.

Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas

dari metode yang lain. Memberikan informasi yang mutakhir, sehingga

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat

diterapkan pada berbagai macam masalah.

3.2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada perilaku

konsumen dan karakteristik konsumen di Pasar Soponyono. Maka dalam

hal ini peneliti akan menyajikan definisi operasional yang akan diteliti.

1. Lokasi merupakan kondisi fisik pasar, kondisi penerangan serta

akses bagi konsumen untuk menuju ke pasar.

2. Produk merupakan kualitas produk yang ditawarkan serta

tersedianya variasi produk yang dicari oleh konsumen.

3. Harga merupakan pertimbangan konsumen dalam membeli produk

yang diharapkan setelah proses tawar menawar.

4. Keamanan merupakan kondisi keamanan Pasar Soponyono

(58)

5. Kebersihan merupakan kondisi kebersihan fisik gedung dan

lingkungan Pasar Soponyono Rungkut.

6. Pelayanan merupakan pedagang dalam melayani konsumen dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7. Fasilitas merupakan kondisi tempat parkir dan toilet dalam pasar.

3.3 Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2010

2. Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Pasar Soponyono Rungkut

Surabaya. Obyek penelitian ini adalah konsumen di Pasar Soponyono

Rungkut Surabaya

3.4 Unit Analisis Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan

faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk

menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber

dengan tujuan bukanlah memusatkan diri pada adanya

perbedaan-perbedaan yang nantinya akan dikembangkan atau digeneralisasikan.

Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak,

tetapi sampel bertujuan (purposive sampling). Di dalam teknik purposive

(59)

1. Rancangan sampel yang muncul, sampel tidak dapat ditentukan atau

ditarik terlebih dahulu.

2. Pemilihan sampel secara berurutan : Tujuan memperoleh variasi yang

sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan

sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis.

Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi

yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan

atau di sisi lain adanya kesengajaan informasi yang ditemui. Darimana

atau dari siapa ia memulai tidak menjadi persoalan , tetapi bila hal itu

sudah berjalan maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa

keperluan peneliti.

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah informasi yang

berupa narasi-narasi kualitatif yang dihasilkan dari jawaban responden

melalui kuesioner dan wawancara mendalam yang berkaitan dengan

perilaku konsumen di Pasar Soponyono Rungkut Surabaya.

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.5.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:72) populasi adalah wilayah yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen

(60)

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2005:73) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar

dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa

yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul

representatif (mewakili).

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu, Sugiyono (2005:78). Pertimbangan disini antara lain :

1. Konsumen Pasar Soponyono Rungkut Surabaya

2. Konsumen yang berumur diatas 17 tahun

3. Konsumen yang berbelanja lebih dari 1 kali

Penulis menentukan bahwa besarnya sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 97 responden dengan menggunakan rumus

sampel yang tidak diketahui populasinya (Unknow Population).

Rumus :

n ≥ p.q (Zα / 2)² ………(Husein Umar, 2002 :109)

Dimana :

n : jumlah sampel

p : proporsi

(61)

p × q : karena proposisi dalam populasi yang tersedia tidak diketahui,

maka variasi p dan q dapat diganti dengan harga maksimum yakni

(0,5 × 0,5 = 0,25)

Zα/2 : derajat koefisien kontingensi (1,96)

e : standar error (0,01)

Perhitungan :

n ≥ p.q (Zα / 2)² e

n ≥ 0,5.0,5 (1,96)² 0,01

n ≥ 96,04 → 97

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2 : Kerangka Berpikir
Gambar 4.1
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dari pembinaan perpustakaan desa di Desa Dangiang dan Desa Dawungsari Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut ini antara lain peserta dapat mengetahui dan memiliki

Hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Casmiati (2015) menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Kecerdasan

Dari hasil penelitian dilapangan data pengamatan dianalis dengan uji jarak berganda Duncan jenjang nyata 5 % menunjukan memberikan pengaruh beda nyata pada

Perubahan nyeri pada kelompok I lebih banyak daripada kelompok II sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh penurunan nyeri pada hold relax lebih baik dari

Pada penilaian elemen persiapan keadaan darurat di luar perusahaan poin maksimal yang diperlukan adalah 60 poin dengan mensyaratkan 3 hal penting yaitu gambaran

terjadi peningkatan aktiva produktif bermasalah dengan prosentase lebih besar daripada prosentase peningkatan aktiva produktif sehingga akan berdampak terhadap peningkatan

Puji dan syukur penulis haturkan pada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “ Half

Budidaya ikan air tawar yang dilakukan oleh kelompok pembudidaya ikan air tawar tersebut adalah ikan nila dan lele, hasil dari produksi budidaya yang dilaksanakan