• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pembangunan ekonomi wilayah dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja hasil pembangunan pasca pemekaran daerah di kota Banjar, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pembangunan ekonomi wilayah dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja hasil pembangunan pasca pemekaran daerah di kota Banjar, Jawa Barat"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DAN

TINGKAT KEPUASAN MAS~ARAKAT TERHADAP KUYEMA HASIL PEMBANGUNAN PASCA PEMEKARAN DAERAH

DI KOTA BANJAR, JAWA BARAT

OLEH KRISTANTO

A14303038

PROGRAM

STUD1

EKONOMI

PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN
(12)

KRISTANTO. Analisis Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Hasil Pembangunaa Puca Pemekaran Daerab di Kota Banjar, Jawa Barat. (Di Bawah Bimbingan AD1 HADIANTO)

Pemberlakuan Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerin&-

Daerah telah rnemberikan kesempatan kepada suatu daerah untuk mengatur dan mengurus urusannya sendiri (otonomi daerah). Kesempatan ini digunakan oleh daerah-daerah di Indonesia untuk rnelakukan pembentukan daerah yang bempa penggabungan, pemekaran, maupun penghapusan daerah. Upaya pernbentukm daerah tersebut adalah untuk meningkatkan pelayanan publik yang tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyamkat, serta rnengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam agar bisa lebih dinikmati masyarakat di daerah tersebut.

Tingginya tuntutan otonomi daerah yang ditandai dengan meningkatnya intensitas pernekaran wilayah akhir-akhir ini terlihat kurang didasarkan pada kebijakan pemekaran wilayah. Faktor politik disinyalir rnenjadi faktor dominan dalarn pemekaran wilayah. Pemekarsln wilayah seharusnya dilakukan untuk rnernenuhi kebutuhan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masydcaf. Aki banya, daerah-daerah hasil pemekaran tidak semakin sej ahtera kondisi masyarakatnya tetapi justru semakin rnenderita. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama adanya pemekaran wilayah yaitu meningkatkan kesejahtefaan masyarakat

.

Tujuan dari penelitian ini antara lain : Pertama, mengadisis pembangunan ekonomi Kota Banjar sebagai salah satu daerah hasil p e r n e b wilayah dari Kabupaten Ciamis. Kedua, menganalisis tingkat kepuasan masyardcat terhadap kinerja hasil pembangunan pasca pemekaran wilayah di Kota

Banjar berdasarkan persepsi masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Banjar yang sejak tahun 2003 memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi dilakukan secara scngaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah Banjar yang sudah 5 tahun rnemisahkan diri dari Kabupaten Ciamis sudah cukup Iayak

untuk

dievaiuasi. Peneli tian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Maret 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adaIah data sekunder clan data primer. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjar, Pemerintah Kota Banjar, dan Bappeda

Kota

Banjar. Sedangkan data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dilakukan di 4 (empat) kecamatan di Kota Banjar yaitu Kecarnatan Pataruman, Purwaharja, Langensari, dm Banjar.

Responden dalam penelitian ini adaiah masyarakat di Kota Banjar yang

ada di 4 (empat) kecamatan. Kemudian diambil samplingframe sebanyak 160 responden dengan tekni k stratified random sampling b e r k k a n j enis pekerjaan yang meliputi jenis pekerjaan Pegawai Negeri Sipil

(PNS),

wiraswasta, dan buruhltani.

Kuesioner dibagikan kepada responden di 4 (empat) kecamaiaa tersebut untuk mengumpulkan persepsi maiyarakat. Persepsi masyarakat yang diuji &an

(13)

pemekaran. Aspek kedua berkaitan dengan kemudahan akses pelayanan

pemerintah. Aspek ketiga berkai tan dengan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Dan aspek keempat rnengenai tingkat ketersediaan dan

kondisi fasilitas umum

Penelitian ini rnenggunakan metode analisis deskriptif untuk mengetahui perkembangan

PDRB

setelah pernekaran wilayah. Sedangkan untuk mengetahui

tingkat kepuasan masyarakat digunakan metode lndeks Kepuasan Masyarakat

berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No :

KEP/251M.PAN/2/2004 tentang Pedoman umurn penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat

(IKM)

unit pelayanan instansi pemerintah. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan alat bantu so fmare komputer microsoft ofice excel 2003.

Hasil analisis deskriptif dari data

PDRB

menunjukkan bahwa perkembangan

PDRB

Kota Banjar tabun 2003-2006 mengalarni p e r t u m b h

positif rneskipun masih berada di bawah perkernbangan ekonomi Propinsi Jawa

Barat. Dernikian pula, perkembangan

PDRB

sektora1 Kota Banjar mengalmi pertumbuhan positif. Laj u pertumbuhan ekonomi Kota Banjar menurut lapangan usaha terlihat bahwa sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Listrik, Gas

dan Air Bersih; d m sektor Jasa mengatami pertumbuhan di atas laju pertumbuhan

ekonomi Jawa Barat- Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi dari sektor Industri

Pengolahan; Bangunan, Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dm

Komunikasi ; dan Keuangan, Persewaan, dm Jasa Perusahaan tumbuh di bawah laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Sementara itu,

PDRB

per kapita Kota

Banjar terus mengalarni peningkatan meskipun masih jauh di bawah pendapatan per kapita Propinsi Jawa Barat.

Perkembangan penerimaan daerah Kota Banjar mengalami pertumbuhan yang positif setelah pemekaran wilayah. Penerimaan daerah masih didominasi dari dana perimbangan yaitu dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencgpai 75

persen dari seluruh penerimaan daerah Kota Banjar. Pemerintah Kota Banjar hams bekerja keras agar rnampu menciptakan kemandirian daerah sehiigga sedi ki t demi sedi ki t mengurangi ketergantungan terhadap Pemerintah pusat. OIeh karena itu, Pemerintah kota Banjar sedapat mungkin meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya dalam rangka menuju kemandirian daerah.

Persentase penyerapan tenaga kerja tahun 2006 didominasi oleh

sektor

perdagangan, hotel, dan restoran. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran

penyerapan tenaga kerja dari sektor permian ke sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor pertanian selalu menyerap tenaga kerja terbanyak sebelum tahun

2006.

Hasil

analisis Indeks Kepuasan Masyarakat rnenunjukkan bahwa secara umurn kondisi

Kota

Banjar semakin baik setelah adanya pemekaran wilayah yang ditunjukkan dengan Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 85,05.

Akan tetapi, jika diperhatikan Nilai Rata-rata per atribut rnenunjukkan bahwa atri but Lowongan Pekerj aan (1,3 25) dan Pasar Tradisional (1,294) dinilai oleh responden tidak ada perubahan atau sama saja kondisinya sebelum dm sesudah

pemekaran wilayah. Responden yang berprofesi sebagai PNS (86,50) merupakan responden yang memiliki tingkat kepuasan terbesar dari pernekaran wilayah. Responden yang belprofesi sebagai wiraswasta (85,25) mempemle h tingkat kepuasan terbesar ke dua dan responden yang berprofesi sebagai b d t a n i

(14)

ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI WILAYAH DAN

TINGKAT

KEPUASAN

MASYARAKAT TERHADAP KINEMA HASIL PEMBANGUNAN PASCA P E M E K A W

DAERAH

DI KOTA BANJAR, JAWA BARAT

OLEH KRISTANTO

A 14303038

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Permian lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM STUD1 EKONOMI PERTANIAN

DAN

SUMBEMAYA FAKULTAS PERTANIAN
(15)

Judul Skripsi

Nama

NRP

: ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI

WILAYAH DAN TTNGKAT KEPUASAN

MASYARAKAT TERHADAP KINERJA HASIL PEMBANGUNAN PASCA PEMEKARAN DAERAH Dl KOTA BANJAR, JAWA

BARAT

: KRISTANTO

Menyetu jui,

Dosen

Pe

b bing Skripsi

~ L - I

NIP. 132 31 1 723

Mengetahui,

Tanggal Kelulusan :

(16)

PERNYATAAN

DENGAN IN1 SAYA

MENYATAKAN

BAHWA SKRIPSI

YANG

BERJUDUL ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI WZLAYAH

DAN

TINGKAT

KEPUASAN

MASYARAKAT TERHIADAP KINERJA HASIL

PEMBANGUNAN PASCA PEMEKARAN DAERAH DI KOTA BANJAR, JAWA BARAT NI BENAR-BENAR HASIL

KARYA

SENDIRI

DAN

BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGT ATAU LEMBAGA MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR TIDAK MENGANDUNG

B M N -

BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PI=
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosobo,

I5

Januari 1985 sebagai putra ke dua dari dua bersaudara pasangan Diyatno dan Sulastri. Penulis memiliki seorang kakak perempuan bernama Emi Winarsih.

Pada tahun f 991 penulis memulai sekolah di SD Negeri Kapencar ldus pada tahun 1997. penu1is melanjutkan pendidikan menengah di SLTP 1 Kertek lulus pada tahun 2000. Kemudian menianjutkan pendidikan di SMU Negeri 1

Wonosobo lulus pada tahun 2003. tahun 2003 diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dm Sumberdaya

Semasa kuliah penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan di dalarn dan luar kampus. Penulis pernah menjadi staf PSDM BEM Fakultas Pertanian tahun 2004-2005. Tahun 2005-2006 penulis menjadi Sekertaris Eksekuti f Forum Komunikasi Rohis Departemen dan Ketua Ikatan Mahasiswa Wonosobo. Pada tahun 2006-2007 penulis aktif di

BEM K M

IPB sebagai Menteri Sosiai dm Lingkungan dan Ketua Pesantren Mahasiswa A1 Inayah.

Penulis juga berusaha berkontribusi dalam bidang Pendidikan dm Pelatihan. Pada tahun 2007 penulis mendirikan lembaga Pendidikan dan Pelatihan MATMKS Learning Centre yang berupa Bimbingan Belajar, Pelatihan Motivasi, dan Out bond. Lembaga ini sedang ddam proses menjadi suatu yayasan.

(18)

KATA PENGANTAR

Senandung puji syukur hanya untuk Allah SWT Tuhan seluruhalarn atas seluruh nikmat yang diberikm kepada seIuruh manusia. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Karya tutis be judul Analisis Pernbnngunan Ekonomi Wilayah dan

Tingkat Kepuasaa Masyarakat terhadap Kinerja HasiI Pembangunaa Pasca Pemekaran Daerah di Kota Banjar, Jawa Barat dibuat dalam rangka mernenuhi tugas

akhir,

sebagai syarat dalam memenuhi gelar Sarjaaa Pertanian di

Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumkrdaya. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Pa& pembahasan skripsi dinyatakan bahwa pemekaran wilayah merupakan salah satu cara pemerintah untuk mendekatkan playman kepada masyarakat sehingga pemerataan pernbangunan

dan

hasil-hasilnya untuk menuju rnasyarakat yang

adil

dan sejahtera bisa segera terwujud. Penulis menysdari

bahwa penyusunan karya tullis ini

masih

banyak

kekurangan baik dalam isi maupun tata bahasa. Akhirnya, semoga karya hrlis ini dapat bemadaat bagi kejayaan dmamater, bangs* dan negara.
(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji sepenuhnya hanya untuk Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan pada waktu yang tepat. Selesainya skripsi ini tidak lepad dari banuan dari berbagai pihak. Pada lernbaran ini penulis ingin menyarnpaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ayah dan Ibu atas kasih sayang dm keteladanan yang mampu menginspirasi perjalanan hidupku menjadi manusia yang selalu optimis dalam bekerja, sederhana dalam bersikap, bersyukur, dan bersabar atas segda ketetapan Allah SWT. Tidak lupa untuk kakak tercinta Emi

W

dan Yuwono

2. Adi Hadianto,

S.P.

sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, semangat, dan ilmu hingga skripsi ini bisa selesai

3. Ir. Nindyantoro, MSP. sebagai dosen penguji utama dan A. Faroby Falatehan,

M.E.

sebagai dosen penguji wakil departemen dalam sirlang skripsi yang teIah

memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini

4. Mbak Pini, Pak Basir, Pak Dayat, Pak Dedi,

Pak

Husein atas kesabarannya

dalam membantu kelancaran tugas akhir ini

5 . Mas Teuku, Teh Nurma, Mas Iman, Heru,

Pak

Ati yang telah membantu dalam kelancaran pengambilan data di Kota Banjar

6. Seiuruh masyarakat kota Banjar yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian ini

(20)

8. Teman-teman di Ponpes Mahasiswa A1 Inayah clan A1 'Iffah (Toni, Welly, Ahmad, Handika, Ginanjar, Oyok, Omen, Eko, Kamal, Rudi, Rangga, Habro, Anas, Hanif, Yudi, Yose, Faqih, Triyadi, Yaya, Sigit) yang terus mengobarkan

semangat dalam jihad ilmi

9. Teman-ternan BEM

KM

IPB Bersatu (Erick, Jayu, Yogo, Redi, Alim, Maryono, Mi&, Yudha, Ali, Andi, Kopral, Pipit, Linda, Rim, Lala, Rarnlah, Eva, Dara, dan teman yang laimya) yang terus belajar bersama untuk

bermanfaat bagi bangsa ini. Ingatlah, dari kitalah nasib bangsa ini akan ditentukan.

10. Spesial buat Srikandi-srikandi SosLing (Yanti, Jihan, Yun, Nda, Hida, Mardia, maya, mayang, Oca, dan Sesmenku IndY), Komar, Asep, %do, clan Alam yang te1ah menemani dalam pe juangan. Jadilah Manusia-manusia besar yang hidup bagi orang lain tidak hanya bagi diri sendiri.

1 1. Teman-ternan

PT

ABCo Motivatindo (Pak Aris AJ, Pak Zein, Pak Husen,

Pak

Jenal, Teh

Eka,

Wati, Mbak

Niken, Mbak

Novi) yang terus memompa semangat hidupku

12. Saudaraku di

MATRIX

(Akso, Barnbang, Burhan, Ahrnad, Marta, Tatang, Aswad). Dalam perjuangan, tak ada tangan yang tak bergerak, tak ada kaki yang talc melangkah, d m talc ada sawah kering yang berada di tepi sungai yang luas. Kuatkan tekad hingga menjelma menjadi padang yang luas

dm

biarkan kelelahan itu

akan

lelah mengitari padang luas itu.
(21)

DAFTAR

IS1

Halaman KATA PENCANTAR

...

i

.

.

...

UCAPAN TERIMA KASIH 11

DAFTAR .IS1

...

iv

...

DAFTAR

TABEL

vii

...

DAFTAR GAMBAR viii

. .

DAFTAR LAMPIRAN

...

ix

BAB

I

BAB

I1

PENDAHULU

AN

...

...

1.1 Latar Belakang

1.2 Penunusan Masalah

...

.

.

...

1.3 Tujuan Penehtian

. .

I

.

4 Kegunaan Penel~han

...

...

1.5 Ruang Lingkup

...

TINJAUAN PUSTAKA

...

2.1 Konsepsi Otonomi Daerah

2.2 Konsep Pemekaran Daerah

...

2.3 Landasan Kebijakan Pemekaran Daerah

...

...

2.4 fernbangunan Ekonorni

W

ilayah

...

2.5 Penelitian Terdahulu

...

BAB

111 KERANGKA PEMIKIRAN

. .

3.1 Kerangka Teont~s

...

...

3.1.1 Konsep Kepuasan Masyarakat

3.1.1 Perilaku Konsumen dan Masyarakat

...

...

3.1.2 Persepsi

...

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

...

BAB

IV

METODE PENELITIAN

...

4.1 Lokasi dan Waktu Penel itian

...

(22)

BAB

V

BAB VI

...

4.3 Teknik Pengumpulan Data

...

4.4 Metode Analisis Data

...

4.4.1 Analisis Deskrptif

...

4.4.2 Indeks Kepuasan Masyarakat

...

GAMBARAN

U M U M

WILAYAH PENELITIAN

...

5.1 Scjarah Berdirinya Kota Banjar

...

5.2 Keadaan Geografi

5.3 Profil Sosiai dan Budaya

...

5.3.1 Kependudukan dan Ketenagakerjaan

...

...

5.3.2 Kesehatan

. .

...

5.3.3

Pendidikan

...

5.4 Keadaan Perekonomian

...

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

6.1 Perkernbangan Pembangunan Ekonomi Kota Banjar Pasca

...

Pemekaran Daerah

...

6.1.1 Perkembangan PDR3

...

6.1.2 Perkembangan PDW Sektoral

6.1.3 PDRB Per Kapita Kota Banjar

...

...

6.1.4 Kapasitas Fiskal Daerah

...

6.1.5 Penyerapan Tenaga Kerja

6.2 Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerj a Hasil Pembangunan Pasca Pemekarm Daerah

...

6.2.1 Bidang Ekonomi Masyarakat..

...

...

6.2.2 Pelayanan Masyarakat

6.2.3 Partisipasi Masyarakat

...

...

6.2.4 Ketersedim dan Kondisi Fasilitas Umum

BAB

V11

ICESiMPULAN

DAN

SARAN

...

...

7.1 Kesimpulan

...

7.2 Saran

(23)

DAFTAR

TABEL

Nomor Tabel Teks Hnhman

...

1 Aspek. Variabel. dan Sumber Pengumpulan Data 33

2 Daftar Atribut Indeks Kepuasan Masyarakat

...

35

...

3 Luas Wilayah. Jurnlah Desa. RT. dm

RW

di Kota Banjar Tahun 2006 41 4 Jumlah Penduduk. Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Menurut

Kecamatan di Kota Banjar Thun 2006

...

41 5 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun

ke

Atas Yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha di Kota Banjar Thun 2006

...

42 6 Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan di Kota

Banjar Tahun 2006

...

43 7 Banyaknya Tenaga dan Sarana Kesehatan di Kota Banjar Tahun 2006

...

44

...

8 Jumlah Sekolah dan Guru Menurut Jenj ang Pendidikan Kota Ban. ar 45

...

9 Rasio Murid terhadap Sekolah dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan 46

1 0 Pertumbuhan Ekonomi

Kota

Banjar dan Propinsi Jawa Barat Tahun 2003-

2006 (Persen)

...

49 11 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Dirinci Menurut Lapangan Usaha di

...

Kota Banjar dm Propinsi Jawa Barat Tahun 2006 50

...

12 PDPa dan Distribusi Persentase Sektoral Tahun 2006 di Kota Banjar 51 13 PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian

Kota

Banjar

...

T a h ~ 2003.2006 54

14

PDRB.

Distribusi. dm Laju Perhunbuhan Sektor Penggalian Kota Banjar Tahun 2003.2006

...

56 15 PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Industri dan Pengolahan

Kota Banjar T&un 2003.2006

...

57

16 Tabel PDRB. Distribusi.

dan

Laju Pertumbuhan Sektor

List&

clan Air

Bersih Kota Banjar Tahun 2003.2006

...

59 17 PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Bangunan Kota Banjar

Tahun 2003.2006

...

60
(24)

vii

PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan

...

Komunikasi Kota Banjar Tahun 2003.2006 63

PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan. Persewaan.

...

dan Jasa Perusahaan Kota banjar Tahun 2003.2006 64

PDRB. Distribusi. dan Laju Pertumbuhan Sektor Jasa Kota Banjar Tahun 2003-2006

...

65

...

PDRB Per Kapita Kota Banjar dan Jawa Barat Tahun 2003-2006 65 Perkembangan Pendapatan Kota Banjar Tahun 2003-2006

...

66

Jumlah Penduduk Pencari Kerja dan Penduduk yang Beke j a Tahun 2003-

...

2006 di Kota Banjar 74

Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Banjar Tahun 2003.2006

...

75

Nilai Rata-rata per Atribut Bidang Ekonomi

...

78 NiIai Rata-rata per Atribut Bidang Ekonomi Berdasarkan Pekerjaan

...

Responden

...

.

.

.

.

79

Nilai Rata-rata per Atribut Pelayanan Masyarakat

...

80

Nilai Rata-rata per Atribut Pelayanan Masyarakat Berdasarkan Peke jaan Responden

...

81

...

Nilai Rata-rata per Atri but Partisipasi Masyarakat 82 Nilai Rata-rata per Atribut Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Pekejaan Responden

...

83 Nilai Rata-rata per Atribut Fasilitas Umum

...

84

Nilai Rata-rata per Atri but Fasili tas Umum Berdasarkan Pekerjaan responden

...

85
(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

I Alur Kerangka Pemikiran Operasional

...

31 2 Peta Administrasi Kota Banjar

...

40 3 Perkembangan PDRB Kota Banjar Tahun 2003.2006

...

49 4 Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kota Banjar Tahun 2003.2006

...

54

...

5 Perkembangan PDRB Sektor Penggalian Kota Banjar Tahun 2003.2006 55

6 Perkembangan PDRB Sektor Industri dan Pengolahan Kota Banjar

Tahun

2003.2006

...

57

7 Perkembangan PDRB Sektor Listrik dan Air Bersih Kota Banjar Tahun

2003-2006

...

58

8 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan Kota Banjar Tahun 2003.2006

...

59

9 Perkembangan PDRB Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Kota

...

Banjar Tahun 2003.2006 61

10 Perkembangan PDRB Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kota Banjar

Tahun

2003.2006

...

62 1 1 Perkembangan PDRB Keuangan, Persewam. dan Jasa Perusaham Kota

Banjar Tahun 2003.2006

...

63

...

12 Perkernbangan PDRB Sektor Jasa Kota Banjar Tahun 2003.2006 64

...

13 Perkembangan PAD Kota Banjar tahun 2004.2007 67

...

14 Perkembangan Dana Perimbangan Kota Banjar 2004.2007 68 15 Perkembangan

DAU

Kota Banjar Tahun 2004-2007

...

70
(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

I

PDRB

Kota Banjar

Tahun

2003-2006

Atas

Dasar

Harga Konstan

Tahun

2000 Menurut Lapangan Usaha

2 Dab Responden yang Berprofesi PNS

3 Daftar Responden yang Berprofesi Wiraswasta

(27)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah rnelahirkan paradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Undang-undang

No.

22 Tahun 1999 ini dianggap sebagai salah satu perwujudan reformasi pemerintahan bahkan dianggap sebagai suatu obat penawar gejoI& politik. Selarna ini penyelenggaraan pemerintahan di daerah sebagaimana diatur Undang-undang

No.

5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah mengandung asas dekonsentrasi, desentralisasi, d m pembantuan. Hal ini mengakibatkan dominasi pusat terhadap daerah sangat besar, sedangkan daerah dengan segala ketidakberdayaannya hams tunduk dengan keinginan pusat tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat daerah.
(28)

Ada perbedm perspektif dalarn mendefinisikan desentralisasi, namun keduanya rnemiliki d a m filosofis yang sama yaitu untuk mendekatkan negara kepada masyarakat. Demikian juga mengenai tujuan desentralisasi, walaupun

terdapat perbedtian antara perspektif desen tralisasi poli ti

k

dan desentralisasi administrasi dalam memberikan tekanan atas tujuan ymg hendak dicapai, namun secara prinsip terdapat persarnaan antara keduaxlya, yaitu untuk mewujudkan kernaslahatan bagi masyarakat di daerah dalam bentuk kesejahteraan dan kemakmum (Susanto ec a!, 2004).

Susanto et ul(2004) mengatakan bahwa tujuan desentralisasi hams dapat mengakomodasi aspek sosial dan aspek ekonomi yang hen& dicapai. Secara spesifiknya, berdasarkan kepentingan nasional tujuan utama dari desentralisasi adalah:

a. mernpertahankan dan memperkuat integrasi bangsa b. sarana untuk training bagi calon-calon pemimpin nasional

c. mempercepat pencapaian kesej ahteraan dm kemakmuran rakyat.

Sedangkan dari sisi kepentingan daerah, tujuan utama dari desentralisasi meliputi, antara lain :

a. mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal (political equality, local

accountabilir)l, dan local responsiveness) b. meningkatkan pelayanan publik

c. menciptakan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan pernbangunan

di

daerah.
(29)

daerah baru. Pem bentukan daerah yang di rnaksud dapat berupa penggabungan beberapa daerah menjadi satu daerah baru atau pemekaran dari satu daerah menjadi beberapa daerah yang baru. Sejatinya, upaya pembentukan daerah adalah untuk rneningkatkan pelayanan publik yang tujuan utamanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperluas ruang bagi pendidikan politik, memberdayakan masyarakat, serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam agar bisa lebih dinikmati masyarakat di daerah tersebut.

Pernbentukan daerah secara operasional telah diatur dalam pasal 5 dan 6 Undang-undang

No

22 Tahun 1999 (atau pasal4 sampai 8 dalam Undang-undang No 32

Tahun

2004) dan secara teknis diatur dalam Peraturan Pemerintah

No

129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan fiteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa daerah dapat di bentuk atau dime karkan j ika memenuhi syarat- syarat, antara lain : kernampurn ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, serta pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.

Diberlakukannya Peratwan Pemerintah

No.

- 129 Tahun 2000 ini memberikan kesempatan atau peluang kepada setiap daerah untuk melakukan pemekaran, penghapusan, atau penggabungan daerah. Akan tetapi, sebagian besar daerah mengusulkan adanya pemekaran wilayah yang tujuan akhirnya adalah membentuk pernerintahan yang baru. Usuian pemekan ini umumnya datang dari wilayah-wilayah yang kaya dengan sumberdaya alam. Mereka sangat kecewa karena sumberdaya alam yang dimiliki telah dimanfaatkan pernerintah pusat
(30)

mengelola sumberdayany a sendiri. Akibatnya, surnberdaya yang dimiliki Iebih banyak dikuasai dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang merniliki otoritas politik pemerintahan yang lebih tinggi (Lurnbessy, 2005). Sarnpai tahun 2007, sudah terbentuk 173 daerah otonom yang terdiri dari 7 propinsi, 135 kabupaten, dan 3 1

kota. Selarna periode 2005-2007 itu sendiri yang disetujui

DPR

bersama pemerintah ada 3 1 daerah.

'

Daerah Banjar merupakan salah satu daerah. yang rnencoba mengambil peluang tersebut. Daerah Banjar ditingkatkan statusnya dari Kota Administratif menjadi Pemerintahan Kota Banjar setelah usulan pernekaran diterima oleh pemerintah. Daerah Banjar dinilai telah memenuhi semua persyaratan untuk

menjadi daerah baru sesuai dengan pasal 3 Peraturan Pemerintah

No

129 Tahun 2000 tentang syarat-syarat pembentukan daemh. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi persyaratan kemampuan ekonorni, potensi daerah, sosial budaya, sosial poiitik, jumlah penduduk, dan luas daerah.

Kota Banjar merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Ciamis. Kota Banjar diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 21 Febmari 2002.

Berdasarkan Undang

-

undang

No.

27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar Propinsi Jawa Barat. Kota Banjar terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Banjar, Pat aruman, Purwahaj a, dm Langensari.

Penetapan Banjar sebagai kota membawa konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu, pemekaran juga diharapkan mampu mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga proses pembangunan menjadi lebih baik. Hal ini berarti

'

Pemekaran tak Terktndi
(31)

masyarakat memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya prig dimiliki

sehingga mampu memberikan nilai tambah yang akan meninghtkan f i v i t a s pere konomian wilayah. Akhirnya, kesej ahteraan masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan dapat terwuj ud.

Menurut Saefulhakim (2004), pemekaran wilayah hams didasarkan pada suatu logika pernbangunan, antara lain :

1. mendekatkan peiayanan kepada masyarakat dan memberikan kewemgan lebih kepada rnasyarakat lokal untuk mengeIola potensi sumberdaya wilayah secara ari f

2. partisipasi clan rasa memiliki dari masyarakat meningkat

3. efisiensi, produktivitas, serta perneliharaan kelestariannya

4. aklunulasi nilai tambah secara lo kal dan kesej ahteraan masyarakat meningkat 5. prinsip keadilan dalarn kesej ahteraan dan kesej ahteraan yang berkeadilan lebih

tercipta, sehingga ketahanan nasional semakin kuat.

Dengan demikian, maka pemekaran wilayah seharusnya mampu merealisasikan tujuannya sesuai dengan logika pembangunan tersebut dan sesuai dengan t u j m dari Undang

-

undang

No.

27 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kota Banjar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mmgetahui sejauh rnana hasil dan upaya pencapaian tujuan-tujuan dari ditetapkannya Banjar sebagai suatu kota hasil pemekaran dari kbupaten Ciamis.

1.2 Perurnusan Masalah

(32)

kebijakan pembmgunan. pemerintah propinsi, kabupatedkota maupun desa, akan

nlemperoleh kewnangan yang lebih besar untuk mengurus pemerintahannya sendiri. Hal ini bemuan agar lembaga-lembaga tersebut dapat menyusun berbagai program pembangunan daerah yang disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Pemerintah di daerah diniiai iebih mengetahui potensi dan aspirasi yang dimiliki daerahnya, sehingga diharapkan produk kebijaksanaan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dm aspirasi rakyat setempat. Adanya kebijakan otonomi daerah tersebut dapat dipahami oleh seluruh masyarakat bahwa pencapaian tujuan pembangunan nasional merupakan tanggung jawab bersarna antara pemerintah pusat, propinsi, dm kabupaten/kota.

Akan tetapi, semakin tingginya tuntutan otonomi daerah yang ditandai dengan semakin meningkatnya intensitas pemekaran wilayah akhir-akfiir ini terlihat kurang didasarkan pada kebijakan pemekaran wilayah. Padahat, masalah pemekaran wilayah dan kriterianya sudah ditetapkan melalui Peratwan Pemerintah No. 129 tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dm Penggabungan Daerah. Unsur politik disinyalir menjadi salah satu faktor dominan dalam pemekaran wilayah. Antara lain motivasi pemekaran wi layah adalah untuk meredam konfli

k.

Proses pemekaran wilayah juga disinydir bertujuan untuk memperoleh perimbangan keuangan dari pusat yang lebih besar. Kondisi ini mernberi peluang terjadinya peningkatan perekonornian di daerah pemekaran bukan h n a

(33)

APBN yang secara signifikan rnningkat selama periode 2001-2007. Total dana perirnbangan yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus rneningkat drastis dari 84,34 triliun pada tahun 2001 meningkat menjadi 250,34 triiiun pada tahun 2007.

Menurut Lumbessy (2005), otonomi daerah menjadi suatu komoditas yang dapat diperdagangkan yaitu untuk mernberikan kekuasaan kepada daerah tertentu

sehingga kaum-kaum elit daerah menjadi pihak yang paling diuntungkan. Adanya pemekaran rnemicu adanya posisi dan jabatan baru yang dapat dimadaatkan oleh

kaum-kaum elit tersebut. Walaupun pada betierapa kasus pemekaran wilayah memang menjadi tuntutan masyarakat akan perlunya otonomi.

Dalam laporan Departernen Dalm Negeri per 2006,

dari

148 daerah

otonom sejak tahun 1999 yang dievaluasi, lebih dari 80 persen daerah yang telah dievaluasi masuk kategori bermasalah dm gagal. Pernekaran wilayah pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, kestabiian pernbangunan, dan pemerataan pernbangunan. Akan tetapi, berdasarkan hasil evaluasi tersebut peme karan wilayah cenderung

bed

alan kurang baik.
(34)

sehingga untuk mengoptimalkannya dibutuhkan pembagian volume kerja di bidang penyeienggaraan pernerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayarian

kernasyarakatan.2

Berdasarkan uraian di atas, Kota Banjar sebagai salah satu dae& hasil pemekaran perlu dilakukan adanya evaluasi terkait dengan kondisi setelah adanya pemekaran. OIeh karena itu, penelitian ini mencoba mengetahui kondisi Kota Banjar pasca pemekaran yang didekati rneldui perkembangan pembangunan ekonomi clan tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja hasil pembangunan pasca pernekaran wilayah. Adapun tingkat kepuasan masyarakat ddam penelitian ini didasarkan pada persepsi masyarakat.

f .3 Tujuan Peuditian

Berdasarkan pernasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1 . MenganaIisis pembangunan ekonorni Kota Banjar pasca pemekaran wilayah. 2. Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja hasil

pembangunan pasca pemekaran wilayah di Kota Banjar berdasarkan persepsi masyarakat.

1.4 Kegunaan Penditian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi Pemerintah Kota Banjar dalam merumus kan kebij akan-kebijakan pasca pemekaran wilayah dalarn rangka mempercepat pembangunan ekonomi daerah

yang lebih maju untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

P e m e k m Wilsyah, Memekarkan ~ersoalan.

(35)

1.5 Ruang Lingkup

Batasan penelitian ini adalah :

1

.

Analisis pembangunan ekonomi dalam penelitian ini didekati melalui analisis perkembangan PDRBr PDRB perkapita masyarakat, kapasitas Gskal &erah, dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bmjar pasca pemekaran wilayah yaitu

tahun 2003 -2006

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsepsi Otoromi Daerah

Semenjak awal kernerdekaan sampai sekarang telah terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan otonomi

daerah.

Undang-undang No. 1 Tahun 1945 menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil. Undang-undang

No.

22 Tahun 1948 memberikan hak otonomi dan medebewind yang seluas-luasnya kepada daerah. Selanjutnya Undang-mdang No. 1 Tahun 1957 menganut sistem otonorni riil yang seluas-luasnya Kemudian Undang-undang

No.

5 Tahun 1974 menganut prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Sedangkan saat ini di bawah Undang-undang

No.

22 Tahun 1999 dianut prinsip otonomi daerah yang fuas, nyata,

dan

bertanggungjawab yang kemudian direvisi dengan Undang-undang

No

32 Tabun

Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri dan nornos yang berarti undmg-undang. Jadi, otonomi berarti perundangan sendiri.

(37)

Kewenangan otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah untuk

rnenyelengarakan pemerintahan yang mencakup kewenangm semua bidang pemerintahan kecudi kewenangan di bidang politik luar negeri, perkhanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Otonomi nyata adalah keIeiuasam d a d mtuk menyeienggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah. Sedangkan otonomi yang bertanggung jawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dm kewajiban yang dipikul oleh daerah ddam mencapai tuj uan pem berian otonomi, berupa peninghtan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang terdapat dalam Undang- undang No. 22 Tahun 1999 adalah :

1. Penyelengaraan otonorni daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. 2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi has, nyata, dan

bertangung jawab.

(38)

4. Pelaksanaan otonomi daerah hams sesuai dengan konstitusi negara sehingga

tetap terjarnin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah. 5. Pelaksanaan otonomi daerah hams lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalarn Daerah Kabupaten dan Daerah Kota tidak ada lagi wilayah administratif.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan

dm

fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawas, maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakkan pada Daerah Propinsi &lam kedudukannya sebagai Wilayah Administratif untuk melaksanakan pemerintafian tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari Pemerintah kepada Daerah, tetapi juga dari Pemerintah dan Daerah kepada Desa yang disertai dengan pembiayaan sarana dm prasarana, serta

sumberdaya manusia dengan kewaj i ban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang rnenugaskannya.

(39)

secara berkelanjutan. Selain itu, melalui undang-undang ini diharapkan

akan

rnenjarnin tercapainya keseimbangan kewenangan dm tanggung jawab antara pusat dan daerah.

Lahi rn ya undang-undang ini j uga akan rnemberikan darnpak positif bagi dinamika aspirasi masyarakat setempat. Kebijakan daerah tidak lagi bersifat selalu menerirna dan seragam dari Pemerintah Pusat, tetapi Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan lebih besar dalam rnerumuskan kebijakan daerah yang sesuai dengan aspirasi, potensi sosiai, dm budaya masyarakat setempat. Undang-

undang ini juga membuka jalan bagi terseienggaranya pernerintahan yang baik

(good governance) karena adanya otonomi, Pemerintahan KabupatenKota memiliki kewenangan yang memadai untuk mengembangkan program-program pernbangunan berbasis masyarakat

Ada lima kemungkinan yang bisa terjadi dari suatu proses transisi

demokrasi melalui pemberian otonomi daerah. Pertama, terbentuknya sistem otoriter dalarn bentuk baru. Kedua, terjadi revolusi sosial yang disebabkan oleh menajamnya konflik-konflik kepentingan di tengah masyarakat. Ketiga, liberalisasi terhadap sistem otoriter, yang dilakukan oleh penguasa pasca masa transisi, dengan tujuan untuk mendapat dukungan politis dan mengum@ tekanan- tekanan masyarakat. Keempat, merupakan kebalikan dari yang ketiga, yaitu penyempitan proses dernobi dari sistem liberal kepada demokrasi limitatif. Dan kelima, terbentuknya sistem pernerintahan yang demokratis (O'Donneil et al,

(40)

2.2 Konsep Pemekaran Daerah

Menurut Rasyid dalam Agusniar (2006), ada tiga pola dalarn pembentukan wilayah pemerintah di daerah selama ini, yaitu :

1. Pembentukan wilayah-wilayah pemerintahan yang sekaligus menjadi daerah otonom (propinsi. kabupatenkota) dengan persyaratan yang cukup objektif seperti jumlah penduduk dan potensi ekonomi (temtarna terlihat di Jawa dan Sumatra)

2. Pembentukan wilayah-wilayah administratif dan daerah otonom berdasarkan pertimbangan poli tik dengan jumiah penduduk relatif kecil tetapi memiIiki potensi ekonomi yang besar (seperti Papua) serta potensi ekonomi dan penduduk yang sedikit tetapi secara historis dipandang khas.

3. Pembentukan wilayah administratif pemerintah tanpa disertai pembentukan daerah otonom seperti lazim terjadi untuk pembentukan wilayah.

Pemekaran wilayah dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah. Terutama dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Rasyid dalarn Agusniar (2006) menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan jangkauan pelayanan kepada masyarakat, pemekaran wilayah hams didasarkan pada :

1. Pengembangan wilayah pemerintahan atau pemekaran daerah harus selaras dan sesuai, sehingza efektivitas penyelenggaraan pemerintahan tetap dengan

(41)

2. Pengembangan wilayah pernerintahan atau pemekaran daerah bertolak dari pertimbangan atas prospek pengembangan ekonomi yang layak dilakukan berdasarkan kewenangan yang akan diletakkan pada pemerintahan yang baru. 3. Kebijakan pengembangan wilayah harus menjamin bahwa aparatur

pemerintahan di daerah yang dibentuk memiliki kemampuan yang cukup untuk fungsi pemerintahan dm mendorong Iahirnya kebijakan yang konsisten

mendukung peningkatan kuali tas pelayanan publik

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah P a d 5 sebagai revisi dari Undang-undang

No

22 Tahun 1999 menyatakan bahwa pembentukan daerah harus memenuhi syarat adrninistrasi, teknis, dan fisik kewilayahan. Syarat administrasi untuk pernbentukan Kabupatenkta meliputi adanya persetujuan DPRD kabupatedkota dan bupatilwalikota yang bersmgkutan, persetujuan

DPRD

propinsi dan gubernur seria rekomendasi Menteri Dalam Negeri

.

Syarat teknis meIiputi faktor kernmpuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, kearnanan, dm

(42)

2.3 Landasan Kebijakan Pemekaran Daerah

Menurut Perrtturan Pemerintah No 129 Tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah dijelaskan pada pasal 1 bahwa :

1. Otonomi Daerah addah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat seternpat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

2. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Pembentukan Daerah adalah pemberian status pada wilayah tertentu sebagai Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota.

4. Pemekaran Daerah adalah pemecahan Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dm Daerah Kota menjadi lebih dari satu daerah.

5. Penghapusan Daerah adalah pencabutan status sebagai Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota.

6. Penggabungan Daerah adalah penyatuan daerah yang dihapus kepada daerah lain.

(43)

Dalam Pemerintah Pemerintah

No.

129 rahm 2000 pasal 2 duelaskan pula bahwa pembentukan, pemekaran, penghapusan, dan penggabungan d d bertuj uan untu k meningkatkan kesej ahteraan rnasy arakat dengan melalui :

a. peningkatan pelayanan kepada masyarakat b. percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi

c. percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah d. percepatan pengelolaan potensi daerah

e. peningkatan kearnanan dm ketertiban

f. peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

Selanjutnya pembentukan daerah baru sesuai p a l 3 didasarkan pada syarat-syarat sebagai berikut :

a. kemampuan ekonomi

b. potensi daerah

c. sosiai budaya d. sosial politik e. jumlah penduduk f. luas daerah

g. pertimbangan lain ymg memungkinkan terselenggaranya Otonomi D a d Kemarnpuan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam PasaI 3

h

d

a merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung di

suatu Daerah Propinsi, KabupatenlKota yang dapat

diukur

dari : a. produk domestik regional bruto (PDIIB)
(44)

Potensi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, merupakan cerminan tersedianya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat yang dapat

diukur dari :

a. lembaga keuangan b. sarana ekonomi c. sarana pendidikan d. sarana kesehatan

e. sarana transportasi dan komunikasi

f. sarana pariwisata

g. ketenagakerjaan

Sosial budaya sebagaimana dirnaksud dalam Pasd 3 huruf c merupakan cerminan yang berkaitan dengan struktur sosiaI dan pola budaya masyarakat, kondisi sosiaI budaya masyarakat yang dapat diukur dari :

a. tempat peribadatan

b. tempatkegiatan institusi sosial dan budaya

c.

sarana olah raga

Sosial politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari :

a. partisipasi myarakaf dalam berpolitik b. organisi kemasyarakatan

(45)

suatu daerah. Pertimbangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g, merupakan pertimbangan untuk terselenggaranya Otonomi Daerah yang dapat diukur dari :

a. Keamanan dm ketertiban

b. Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan

c. Rentang kendali

d. Propinsi yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan atau Kota

e. Kabupaten yang &an dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan f. Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri daFi 3 (tiga) Kecarnatan

2.4 Pembangunan Ekonomi Wilaylrh

Menurut Hasan dalam Agusniar (2006), pernbangunan ekonorni adalah serangkaian usaha dan

ke

bij

akan

yang bertuj uan untuk meningkah tar& hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dm tersier. Oleh karena itu, pernbangunan ekonomi tidak hanya menekankan pada peningkatan pendapatan s e m agregat saja akan tetapi hams ada pemerataan sehingga seluruh masyarakat bisa merasakan manf't dari pertumbuhan ekonomi tersebut. Hal ini juga tercantum pada salah satu butir trilogi pembangunan yaitu pemerataan pembangunan dm hasil-hasilnya.
(46)

perkapita rnasyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Menurut Kuznets dalam Jhingan (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan laju kenaikan produk perkapits yang tinggi dibarengi dengan faju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Pertumbuhan ekonomi terlihat dari sernakin meningkatnya Iaju pendapatan perkapita terutama sebagai akibat adanya perbdkan kualitas input yang meningkatkan efisiensi atau produktivitas per unit input.

3. Pectumbuhan ekonomi ditandai dengan adanya perubahan struktur ekonomi yaitu dari sektor pertanim

ke

sektor industri jasa

4. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk yang

berpindah dari perdesaan

ke

perkotaan

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi karena adanya ekspansi negm rnaju dan adanya

kekuatan dalam hubungan internasional

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi menurut Rostow dalam Deliamov

(2003) melalui beberapa tingkaian yaitu :

1. Tahap tradisional statis, yang dicirikan oleh keadaan ilmu pengetahuan dm

teknologi masih sangat rendah dan belum begitu berpengaruh terhadap kehidupan, pertanian masih didominasi sektor pertanian-perdesaan dan sruktur sosial politik bersifat kaku

(47)

mulai beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, dan struktur sosial politik semakin membaik

3. Tahap lepas landas, keadaan dimana hambatan-hambatan sosial politik rnulai dapat diatasi, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, investasi dan pertumbufian tetap tinggi, dan mulai terjadi ekspansi perdagangan luar negeri

4. Tahap dewasa, masyarakat dapat menggunakan ilmu pengetahuan dan

teknologi sepenuhnya, terj adi pembahan komposisi angkatan kerj a dimana jumlah tenaga kerja yang skilled lebih banyak dari yang unskilled, serikat- serikat dagang dan gerakan-gerakan buruh semakin maju dan berperan, pendapatan perkapita tinggi

5. Tahap konsumsi massa, masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan aman tentram, laju pertumbuhan penduduk

semakin

rendah.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah

PDRB

atau Produk Domestik Regional Bruto. Selain itu, PDFU3 juga dapat digunakan untuk melihat struktur ekonomi danproxy (pendekatan) untuk memperkirakan pendapatan per kapita di suatu daerah.

PDRB pada hakikatnya merupakan jumlah dari nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oIeh faktor-faktor produksi d a m suatu wilayah. Dengan

(48)

jasa y ang dihitung menggunakan harga yang berlaku setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan rnenggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga beriaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar.

Jika seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi di wilayah domestik tanpa memperhatikan faktor produksinya berasal dari luar region atau dimiliki oleh penduduk region tersebut, maka rnerupakan produk domestik region yang bersangkutan. Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi tersebut rnerupakan pendapatan domestik.

Wilayah domestik suatu region meliputi wilayah yang berada

di

ddam batas geografis region tersebut. Kenyataan menunjukkan ada sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu region b e d dari region lain dan sebaliknya ada faktor produksi yang dimiliki region tersebut t m t

dalam proses produksi di region lain. Hal ini rnenyebabkan nilai produk domestik di suatu region tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk region terse but.

Produk regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar region dilcurangi pendapatan yang dibayarkan ke luar region tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region tanpa memperhatikan di mana terjadinya proses produksi.

(49)

1. Pendekatan P d u k s i

PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu.

2. Pendekatan Pendapatan

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang

turut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanafi,bunga modal dankeuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung ainnya.

3. Pende katan Pengeluaran

PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintam akhir, meliputi : (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swata yang

idak

men& keuntungan; (2) pembentukan model tetap domestik bruto dm perubahan stok;

(3) pengeluaran konsumsi pemerintah; (4) ekspor netio dalam jangka waktu setahun.

Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai indikator untuk

menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut dapat dikatakan bertambah baik. Akan tetapi, dalam penelitian ini menggunakan PDRB perkapita karena adanya suatu keterbatasan

data

PDRB
(50)

menghasilkan sejumlah pendapatan dimana pendapatan tersebut belum tentu

seiuruhnya diterima dan dinikmati masyarakat suatu wilayah tersebut.

Dengan demi kian dapat di katakan bahwa pembangunan daerah merupakan kapasitas dari perekonomian suatu daerah untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan

PDRB

tahunan pada tingkat yang lebih tinggi. Fernbangunan sebagai suatu proses pembangunan yang berkeshambungan terhadap suatu masyarakat dan sistem sosial menuju kehidupan yang lebih baik ada tiga komponen nilai inti hams dijadikan pedornan praktis, yaitu : (1) kecukupan, addah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan, dm keamanan. (2) Jati diri addah dorongan diri sendiri untuk maju, menghargai diri sendiri, merasa diri pantas dan Iayak untuk meraih sukses, dan (3) kebebasan dari sikap menghamba (freedom) adalah kernampurn untuk mandiri sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek- aspek material semata (Todaro, 1998).

2.5 Penelitian TerdahuIu

(51)

pemekaran wilayah. Selain itu, Agusniar meneliti tentang keuangan daaemh

Kabupaten Aceh Singkil sebagai daerah hasil pemekaran.

Agusniar (2006) menyimpulkan bahwa pemekaran wilayah belum secara

nyata mampu meningkatkan pertumbuhan dan perekonomian wilayah. Distribusi manfaat pemekaran wilayah beiurn dapat dirasakan secara merata oleh m a s y d t di Kabupaten Aceh Singkil. Manfaat pemekaran wilayah terbesar dirasakan oleh

pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Singkil dan pengusaha

k.

Semenbra para pengusaha kecil dan rnenengah

.

masyarakat asli dan transmigran

dinilai sebagai sfukeholders yang relatif kecil menerima manfaat pemekaran. Sementara itu, kesejahteraan masyardcat dinilai semakin baik setelah pemekaran wilayah.

Lurnbessy (2005), telah rnelakukan penelitian tentang dampak pemekaran wilayah di Kabupaten Buru. Pada penelitian tersebut dibahas dampak pemekaran terhadap perkernbangan perekonomian wilayah dan peningkatan kesejahtemm masyarakat. Darnpak pemekaran wilayah tehadap perkernbangan perekonornian wilayah dilakukan dengan melihat perkembangan

PDRB,

mengetahui keunggulan komparatif wilayah Kabupaten Buru, dan untuk mengetahui pernusatan aktivitas ekonomi sebelum dm setelah pemekaran. Alat analisis y m g digunakan adalah analisis LQ (Location, Quotient), LI (Localization Index), SI (Specialization

Index), dan shiji share. Selain itu, pada penelitian ini juga dibahas pofa kelembagaan masyarakat yang berpengaruh terhadap distribusi manfaat dari

pemekaran wilayah. Sedangkan dampak pernekaran

wilayah

terhadap tingkat
(52)

pelayanan masyardcat, partisipasi masyarakat, fasilitas umum dm pemanfaatan sumberdaya alarn.

(53)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Konsep Kepuasan Masyarakat

Aritonang (2005) mengatrtkan bahwa kepuasan merupakan hasil penilaian pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Kotler (2005) mengatakan bahwa kepuasan merupakan suatu

perasaan senang dan kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap pelaksanaan dengan harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dan kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja dibawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang.

Rangkuti (2003) menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki produk

yang memiliki niiai bagi pelanggan. Sementara itu, pelanggan memiliki keinginan dan kebutuhan atau memiIiki harapan terhadap suatu produk tertentu. Kepuasan

(54)

3.1.2 Perilaku Konsumen dan Masyarakat

Engel et a1 (1994) mendefinisikan perilaku konsurnen sebagai tindakan-

tindakan langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, atau menghabiskan produk dm jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dm mengikuti tindakan-tindakan tersebut. Sedangkan perilaku rnasyarakat dapat diartikan sebagai suatu tanggapan atau reaksi rnasyarakat berupa tindakan Iangsung atau tidak tangsung dalam mendapatkan, menikmati tiap produk serta sikap kritis masyarakat dalam menanggapi kebijakan pemerintah.

Putri et al daIam Yudha (2007) mengatakan bahwa dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut konsumen dipenganrhi oleh betierapa faktor, yaitu : a. Pengaruh lingkungan, meliputi lingkungan budaya, kelas sosial, pengaruh

pribadi, kelwga, dm situasi

b. Perbedaan individu, rneliputi sumberdaya konsumsi, rnotivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi

.

c. Proses psikologis, meliputi pembelajaran, perubahan sikap, clan perilaku

3.1.3 Persepsi

Persepsi merupakan proses aktif yang dilakukan oleh seorang penerima pesan dalam menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan hal yang diaiaminya (Tubbs dan Moss, 1974). Ada tiga elemen dari pengertian persepsi tersebut yaitu

(55)

Persepsi j uga dapat didefinisikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpdkan infomasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1996). Kernudian Robbins (2001) mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang terjadi pada seseorang dalam

mengatur dan menginterpretasikan pen@ yang mereka terima dalam rangka memahami lingkungan mereka. Lebih lanjut Robbins (2001) menerangkan tentang faktor-faktor yang rnempengaruhi persepsi, yaitu :

a. Karakteristik penerima pengaruh : ketika seseorang melihat target dan berusaha untuk menginterpretasikannya, sangat dipengaruhi karakteristik individual seperti sikap, motivasi, minat, pengalaman sebelumnya, dm harapan

b. Target : karakteristik target seperti gemkan, suara, ukuran, dan atribut lain dari yang diobsewasi seseorang dapat mempengaruhi persepsinya

c.

Situasi : elemen dari lingkungan seperti Iokasi, cahaya, panas, maupun situasi yang lain dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

(56)

Secara

umum,

parameter keberhasilan suatu pemekaran wilayah

addah

ketika kondisi daerah setelah pemekaran lebih baik dibandingkan dengan sebelum pemekaran, baik wilayah induk maupun wilayah baru hasil pemekaran. Kondisi

umum ini dapat dilihat dari segi pembangunan ekonomi dan tingkat kepuasan masyarakat. Pembangunan ekonomi yang meningkat dihacapkan diikuti oleh peningkatan kepuasan yang langsung dapat dirasakan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi perkembangan pembangunan ekonorni Kota Banjar setelah menjadi daerah b m hasil pemekaran. Selain dari segi pembangunan ekonomi, penelitian ini juga ingin mengetahui tingkat kepuasan masyarakat Kota Banjar terhadap kinerja hasil pernbangurran

setelah pemekaran.

Pembangunan ekonomi wilayah dalarn penelitian ini didekati meldui perkembangan ekonomi berdasarkan data

PDRB

Kota banjar setelah pernekaran, PDREi perkapita, kapasitas fiskd daerah,

dan

penyerapan tenaga kerja. Datadata

tersebut diambil tahun 2003-2006. Sedangkan tingkat kepuasan masyarakat dilakukan dengan pengumpulan data primer kepada masyarakat Kota Banjar meldui penyebaran kuesioner.

(57)

Gambar 1. Alur Kerangkst Pemikiran Operasional Otonomi Daerah

L-i

Peningkatan Pelayanan Publik

Pemekaran Kota Banjar C

..

v v

Pembangunan Ekonomi

1. Perkem bangan PDRB

2. Perkembangan PDRB Perkapita 3. Kapasitas Fiskd Daerah

4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

Tingkat Kepuasan Masyarakat

1. Bidang Ekonomi 2. Pelayanan Pemerintah 3. Partisipasi Masyarakat

4. Ketersediaan dan kondisi Fasilitas Umum

Evaluasi

(58)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dam Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Banjar yang sejak tahun 2003 memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pwpsive)

dengan pertimbangan bahwa daerah Banjar yang sudah 5 (lirna) tahun memisahkan diri dari Kabupaten Ciamis sudah cukup layak untuk dievaluasi. Penelitian ini dilstksanakan pada bulan Februari hingga bulan Maret 2008.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banjar, Pemerintah Kota

(59)

Tabel 1 Aspek, Variabel, dan Sumber Pengumpulan Data

4.3 Teknik Pengurnpulan Data

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kota Banjar yang ada di 4

3

4

5

(empat) kecamatan. Kernudian diambil samplingkame sebanyak 160 responden dengan S u m b data

BPS, Bapptda BPS, Bappoda

tekn ik stratfzed random sampling berdasarkan jenis pekerjaan yang me1 iputi jenis VariabcI

Letak, luas wilayaah. topogmfi .

Jumlah penduduk, tinglcat pendidikan.

No 1

2

Tingkat perkembangan wilayah

Tingkat K e p w n Masyarakat

Kebijakan pembangunan Kota Banjar

pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, dan buruhltmi.

.

A

Gambar

Gambar  1.  Alur  Kerangkst  Pemikiran Operasional Otonomi Daerah
Tabel  1  Aspek,  Variabel, dan  Sumber Pengumpulan  Data
Tabel  2  Daftar  Atribut  Indeks  Kepuasan Mesyaraht
Gambar 2.  Peta  Administrasi Kota Banjar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Satu satu anak membaca Iqra Guru membimbingnya Buku kerja, kartu kata, gambar Buku kerja, kartu angka Buku Iqra Unjuk kerja Unjuk kerja Observasi Ketelitian motorik

(1) Kesepakatan Diversi untuk menyelesaikan tindak pidana yang berupa pelanggaran, tindak pidana ringan, tindak pidana tanpa korban, atau nilai kerugian korban

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan yang

Evaluasi Mutu Organoleptik Mayonnaise dengan Bahan Dasar Minyak Nabati dan Kuning Telur Ayam Buras.. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil

Demikian pengumuman ini disampaikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. KELOMPOK KERJA 20 ULP

Sesuai dengan hasil evaluasi kelompok kerja, maka perusahaan Saudara merupakan salah satu penyedia Barang/jasa untuk diusulkan sebagai calon pemenang pada paket tersebut di

Bagi para peserta penyedia jasa konsultansi yang telah berpartisipasi kami ucapkan terima kasih dan juga kami berikan kesempatan terhadap penyedia jasa konsultansi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Gambaran ISPA Pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Asianotik di Rumah Sakit PHC Surabaya yang dilakukan pada periode 13