• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada Escherichia coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada Escherichia coli"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN

PROMOTOR sigB DARI Bacillus subtilis 168 DAN

EKSPRESINYA PADA Escherichia coli

ADE SAPUTRA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRAK

ADE SAPUTRA. Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada Escherichia coli . Dibimbing oleh GIYANTO.

Hama dan penyakit adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh petani dalam sistem pertanian. Banyak metode pengendalian yang dilakukan oleh petani untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit, salah satunya adalah penggunaan agens antagonis. Di alam, banyak organisme yang berpotensi menjadi agens antagonis bagi patogen tanaman. Organsime yang memiliki potensi tersebut dan digunakan dalam penelitian ini adalah Aeromonas caviae WS7b. Bakteri ini mampu mengendalikan beberapa cendawan patogen tanaman. Bakteri ini memiliki gen yang mampu menghasilkan enzim kitinase, yaitu gen chiA. Enzim ini mendegradasi dinding sel cendawan yang tersusun dari kitin. Tetapi bakteri ini tidak dapat langsung dilepas di alam sebagai agens antagonis karena bakteri ini bersifat patogen pada manusia. Sehingga perlu dilakukan rekayasa genetik terhadap gen chiA tersebut. Gen chiA ini akan digabung dengan promotor gen sigB yang terdapat pada Bacillus subtilis 168, gen

sigB ini akan terekspresi sebagai respon terhadap cekaman lingkungan secara umum. Sehingga gen chiA ini akan terekspresi saat bakteri berada dalam cekaman lingkungan. Tahap awal penelitian ini adalah ekstraksi DNA total dari Bacillus subtilis 168 dan Aeromonas caviae WS7b dengan metode yang berbeda untuk masing-masing bakteri. Kemudian dilakukan amplifikasi terhadap gen chiA dan promotor gen sigB menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Fragmen promotor sigB dan chiA berhasil diamplifikasi dengan PCR. Tahap berikutnya adalah penyiapan plasmid pDL2 yang akan digunakan sebagai pembawa gen rekombinan. Plasmid pDL2 diperbanyak dengan cara mentransformasikannya ke dalam bakteri Escherichia coli DH5 . Kemudian bakteri E. coli tersebut diperbanyak pada media nutrient agar (NA) yang mengandung ampisilin dengan konsentrasi 50 µg/ml. E. coli DH5 yang telah tertransformasi oleh pDL2 dibiakan pada media ampisilin dengan konsentrasi yang sama dengan saat melakukan trasnformasi. Plasmid yang telah diperbanyak dalam sel bakteri E. coli DH5 , kemudian diekstraksi. Hasil amplifikasi fragmen promoter sigB dan chiA, dipotong menggunakan enzim restriksi. Promoter gen

sigB dipotong menggunakan enzim restriksi HpaI dan NheI, sedangkan gen chiA dipotong menggunakan NheI dan ApaI. Promotor gen sigB dan chiA digabungkan dengan enzim ligasi. Kedua fragmen tersebut telah berhasil digabungkan, sehingga menjadi gen rekombinan. Plasmid pDL2 yang telah dipurifikasi, dipotong menggunakan dua enzim restriksi, yaitu HpaI dan ApaI, sehingga membentuk ujung yang sama dengan gen rekombinan. Kemudian gen rekombinan yang telah dihasilkan sebelumnya, digabungkan dengan plasmid dan direkatkan dengan enzim ligasi. DNA rekombinan yang telah disambungkan dengan plasmid, berhasil ditransfomasikan ke dalam sel bakteri E. coli DH5 . Bakteri transforman ini menunjukkan aktivitas kitinase pada media kitin, karena di sekitar koloni bakteri transforman tersebut terbentuk zona bening. Hal ini menandakan bahwa gen kitinase A. caviae WS7b mampu terekspresi dengan baik di bawah promotor

(3)

FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN

PROMOTOR sigB DARI Bacillus subtilis 168 DAN

EKSPRESINYA PADA Escherichia coli

ADE SAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

Judul Penelitian : Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada Escherichia coli

Nama Mahasiswa : Ade Saputra

NRP : A34053156

Disetujui

Pembimbing

Dr. Ir. Giyanto, MSi.

NIP: 19670709 199303 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Dadang, MSc.

NIP: 19640204 199002 1 002

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 6 Oktober 1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Reddy Susanto dan Nunik Kustianti. Penulis menyelesaikan sekolah di SMUN 6 Surabaya pada tahun 2005 dan diterima di IPB melalui jalur UMPTN pada tahun yang sama. Pada tahun kedua masuk ke Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya, penelitian yang berjudul “ Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae

WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada

Escherichia coli” dapat diselesaikan oleh penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan adikku tercinta (Reddy Susanto H, Nunik Kustianti dan Evi Yulianti), Dr. Giyanto, Dr. Kikin H Mutaqin, Dr. Tri Asmira Damayanti, Dr Dadan Hindayana, dan rekan-rekan Laboratorium Bakteriologi (Mbak Didi, Mbak Saksak, Mas Eko, Mbak Sulis, Mbak Nisa, Mbak Methy, Mbak Reni, Mbak Anggie, Mbak Ika, Mas Hakim, dan Mas Yoyo) serta teman-teman DPT’42 yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian.

Bogor, November 2009

(7)

DAFTAR ISI

Uji potensi antagonisme A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 terhadap cendawan patogen ... 8

Preparasi DNA kromosom dan plasmid pDL2 Ekstraksi DNA kromosom A. caviae WS7b ... 9

Ekstraksi DNA Bacillus subtilis 168 ... 9

Amplifikasi Gen chiA dan promotor sigB Amplifikasi promotor sigB dengan PCR ... 10

Amplifikasi promotor sigB dengan PCR ... 11

Purifikasi fragmen chiA dan promotor sigB ... 11

Penyambungan fragmen promotor sigB dan chiA Pemotongan fragmen promotor sigB dan chiA ... 12

Ligasi fragmen promotor sigB dan chiA ... 13

Penyisipan fragmen sigB-chiA pada plasmid pDL2 Pemotongan dan purifikasi plasmid pDL2 ... 14

Ligasi fragmen sigB-chiA dengan pDL2 ... 15

Transformasi plasmid rekombinan pada E. coli DH5 Penyiapan E. coli DH5 kompeten ... 15

Transformasi plasmid rekombinan ke dalam E. coli DH5 ... 15

Pengujian aktivitas kitinase transforman E. coli DH5 ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji aktivitas kitinase A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 ... 17

Uji potensi antagonisme A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 terhadap cendawan ... 17

Ekstraksi DNA A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 ... 19

Amplifikasi promotor sigB dengan PCR ... 20

Amplifikasi fragmen chiA dengan PCR ... 22

(8)

Penyisipan fragmen sigB-chiA pada plasmid pDL2 ... 25 Transformasi plasmid rekombinan ke dalam E. coli DH5 ... 26 Pengujian aktivitas kitinase transforman E. coli DH5 ... 27 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 28 Saran ... 28

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Aktivitas enzim kitinase A. caviae WS7b pada media kitin ... 6

Gambar 2 Skema uji dual culture antara bakteri dan cendawan uji ... 9

Gambar 3 Uji aktivitas kitinase E. coli transforman dan E. coli pembawa pDL2 pada media kitin ... 16

Gambar 4 Aktivitas kitinase A. caviae WS7b pada media agar kitin ... 17

Gambar 5 Uji dual culture Pythium sp dengan B. subtilis 168 dan A.caviae WS7b ... 18

Gambar 6 Uji dual culture R. solani dengan B. subtilis 168 dan A.caviae WS7b ... 18

Gambar 7 Uji dual culture F. oxysporum dengan B. subtilis 168 dan A.caviae WS7b ... 19

Gambar 8 Hasil ekstraksi DNA total A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 .. 20

Gambar 9 Hasil amplifikasi fragmen promotor sigB ... 21

Gambar 10 Sekuen nukleotida promotor sigB ... 22

Gambar 11 Hasil amplifikasi fragmen gen chiA ... 23

Gambar 12 Sekuen nukleotida fragmen gen chiA dengan ukuran 2,9 kb ... 24

Gambar 13 Situs restriksi pada fragmen promotor sigB ... 24

Gambar 14 Situs restriksi pada fragmen promotor chiA ... 25

Gambar 15 Hasil penggabungan fragmen sigB-chiA ... 25

Gambar 16 Hasil pemotongan plasmid pDL2 ... 25

Gambar 17 Skema hasil penggabungan fragmen sigB-chiA dengan pDL2 .. 25

Gambar 18 Skema letak fragmen DNA rekombinan pada plasmid pDL2 .... 26

Gambar 19 Hasil transformasi plasmid pDL2 ke dalam bakteri E. coli DH5 (a) Kontrol (b) pDL2 pembawa DNA rekombinan ... 26

Gambar 20 Aktivitas kitinase E. coli DH5 transforman pada media kitin .. 27

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama dan penyakit merupakan salah satu masalah utama dalam sistem

pertanian. Teknik pengendalian yang digunakan oleh petani untuk mengatasi

masalah ini, antara lain dengan pestisida, kultur teknis, mekanis, dan

menggunakan musuh alami. Namun, pengendalian terhadap hama dan penyakit

yang paling sering dilakukan oleh petani adalah pengendalian secara kimiawi.

Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah di

lingkungan. Menurut Delph (1994), fungisida yang telah dipergunakan oleh

masyarakat Jepang selama bertahun-tahun dan pada tahun 1971 terjadi resistensi

pada fungisida berbahan aktif kasugamicin dan diikuti oleh beberapa jenis

fungisida lainnya, seperti benzimidazole, dicarboximid, organofos, oksicarboksin,

sterptomicin, dan lain-lain. Penggunaan agens hayati di lapangan merupakan salah

satu alternatif pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Penggunaan

agens hayati di lapangan memiliki beberapa keuntungan, antara lain

meningkatkan produktivitas tanaman dengan sumberdaya yang ada, mencegah

terjadinya resistensi pathogen terhadap bahan kimia, aman bagi lingkungan, sesuai

dengan konsep pertanian berkelanjutan (Cook & Baker 1996). Menurut Soglio et al.. (1998), Trichoderma harzianum Th008 mampu menghambat pertumbuhan cendawan Rhizoctonia solani pada perakaran kedelai. Selain menjadi agens pengendali hayati, juga ada yang mikroorganisme yang menjadi pemicu

pertumbuhan tanaman, sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit, seperti

Bacillus subtilis, dan Pseudomonas fluorescens (Siddiqui 2006). Pada kondisi lapang di Thailand, plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) yang terdiri atas campuran B. amyloliquefaciens strain IN973a dan B. pumilus strain IN973a, dapat menginduksi ketahanan sistemik pada tanaman terhadap penyakit hawar

daun yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii, antraknosa pada cabai yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides, dan mosaik pada mentimun yang disebabkan oleh CMV (Siddiqui 2006).

(11)

FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN

PROMOTOR sigB DARI Bacillus subtilis 168 DAN

EKSPRESINYA PADA Escherichia coli

ADE SAPUTRA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)

ABSTRAK

ADE SAPUTRA. Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada Escherichia coli . Dibimbing oleh GIYANTO.

Hama dan penyakit adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh petani dalam sistem pertanian. Banyak metode pengendalian yang dilakukan oleh petani untuk mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama dan penyakit, salah satunya adalah penggunaan agens antagonis. Di alam, banyak organisme yang berpotensi menjadi agens antagonis bagi patogen tanaman. Organsime yang memiliki potensi tersebut dan digunakan dalam penelitian ini adalah Aeromonas caviae WS7b. Bakteri ini mampu mengendalikan beberapa cendawan patogen tanaman. Bakteri ini memiliki gen yang mampu menghasilkan enzim kitinase, yaitu gen chiA. Enzim ini mendegradasi dinding sel cendawan yang tersusun dari kitin. Tetapi bakteri ini tidak dapat langsung dilepas di alam sebagai agens antagonis karena bakteri ini bersifat patogen pada manusia. Sehingga perlu dilakukan rekayasa genetik terhadap gen chiA tersebut. Gen chiA ini akan digabung dengan promotor gen sigB yang terdapat pada Bacillus subtilis 168, gen

sigB ini akan terekspresi sebagai respon terhadap cekaman lingkungan secara umum. Sehingga gen chiA ini akan terekspresi saat bakteri berada dalam cekaman lingkungan. Tahap awal penelitian ini adalah ekstraksi DNA total dari Bacillus subtilis 168 dan Aeromonas caviae WS7b dengan metode yang berbeda untuk masing-masing bakteri. Kemudian dilakukan amplifikasi terhadap gen chiA dan promotor gen sigB menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Fragmen promotor sigB dan chiA berhasil diamplifikasi dengan PCR. Tahap berikutnya adalah penyiapan plasmid pDL2 yang akan digunakan sebagai pembawa gen rekombinan. Plasmid pDL2 diperbanyak dengan cara mentransformasikannya ke dalam bakteri Escherichia coli DH5 . Kemudian bakteri E. coli tersebut diperbanyak pada media nutrient agar (NA) yang mengandung ampisilin dengan konsentrasi 50 µg/ml. E. coli DH5 yang telah tertransformasi oleh pDL2 dibiakan pada media ampisilin dengan konsentrasi yang sama dengan saat melakukan trasnformasi. Plasmid yang telah diperbanyak dalam sel bakteri E. coli DH5 , kemudian diekstraksi. Hasil amplifikasi fragmen promoter sigB dan chiA, dipotong menggunakan enzim restriksi. Promoter gen

sigB dipotong menggunakan enzim restriksi HpaI dan NheI, sedangkan gen chiA dipotong menggunakan NheI dan ApaI. Promotor gen sigB dan chiA digabungkan dengan enzim ligasi. Kedua fragmen tersebut telah berhasil digabungkan, sehingga menjadi gen rekombinan. Plasmid pDL2 yang telah dipurifikasi, dipotong menggunakan dua enzim restriksi, yaitu HpaI dan ApaI, sehingga membentuk ujung yang sama dengan gen rekombinan. Kemudian gen rekombinan yang telah dihasilkan sebelumnya, digabungkan dengan plasmid dan direkatkan dengan enzim ligasi. DNA rekombinan yang telah disambungkan dengan plasmid, berhasil ditransfomasikan ke dalam sel bakteri E. coli DH5 . Bakteri transforman ini menunjukkan aktivitas kitinase pada media kitin, karena di sekitar koloni bakteri transforman tersebut terbentuk zona bening. Hal ini menandakan bahwa gen kitinase A. caviae WS7b mampu terekspresi dengan baik di bawah promotor

(13)

FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN

PROMOTOR sigB DARI Bacillus subtilis 168 DAN

EKSPRESINYA PADA Escherichia coli

ADE SAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(14)

Judul Penelitian : Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada Escherichia coli

Nama Mahasiswa : Ade Saputra

NRP : A34053156

Disetujui

Pembimbing

Dr. Ir. Giyanto, MSi.

NIP: 19670709 199303 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Proteksi Tanaman

Dr. Ir. Dadang, MSc.

NIP: 19640204 199002 1 002

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 6 Oktober 1987 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Reddy Susanto dan Nunik Kustianti. Penulis menyelesaikan sekolah di SMUN 6 Surabaya pada tahun 2005 dan diterima di IPB melalui jalur UMPTN pada tahun yang sama. Pada tahun kedua masuk ke Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(16)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya, penelitian yang berjudul “ Fusi Gen Kitinase Aeromonas caviae

WS7b dengan Promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan Ekspresinya pada

Escherichia coli” dapat diselesaikan oleh penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan adikku tercinta (Reddy Susanto H, Nunik Kustianti dan Evi Yulianti), Dr. Giyanto, Dr. Kikin H Mutaqin, Dr. Tri Asmira Damayanti, Dr Dadan Hindayana, dan rekan-rekan Laboratorium Bakteriologi (Mbak Didi, Mbak Saksak, Mas Eko, Mbak Sulis, Mbak Nisa, Mbak Methy, Mbak Reni, Mbak Anggie, Mbak Ika, Mas Hakim, dan Mas Yoyo) serta teman-teman DPT’42 yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian.

Bogor, November 2009

(17)

DAFTAR ISI

Uji potensi antagonisme A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 terhadap cendawan patogen ... 8

Preparasi DNA kromosom dan plasmid pDL2 Ekstraksi DNA kromosom A. caviae WS7b ... 9

Ekstraksi DNA Bacillus subtilis 168 ... 9

Amplifikasi Gen chiA dan promotor sigB Amplifikasi promotor sigB dengan PCR ... 10

Amplifikasi promotor sigB dengan PCR ... 11

Purifikasi fragmen chiA dan promotor sigB ... 11

Penyambungan fragmen promotor sigB dan chiA Pemotongan fragmen promotor sigB dan chiA ... 12

Ligasi fragmen promotor sigB dan chiA ... 13

Penyisipan fragmen sigB-chiA pada plasmid pDL2 Pemotongan dan purifikasi plasmid pDL2 ... 14

Ligasi fragmen sigB-chiA dengan pDL2 ... 15

Transformasi plasmid rekombinan pada E. coli DH5 Penyiapan E. coli DH5 kompeten ... 15

Transformasi plasmid rekombinan ke dalam E. coli DH5 ... 15

Pengujian aktivitas kitinase transforman E. coli DH5 ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji aktivitas kitinase A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 ... 17

Uji potensi antagonisme A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 terhadap cendawan ... 17

Ekstraksi DNA A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 ... 19

Amplifikasi promotor sigB dengan PCR ... 20

Amplifikasi fragmen chiA dengan PCR ... 22

(18)

Penyisipan fragmen sigB-chiA pada plasmid pDL2 ... 25 Transformasi plasmid rekombinan ke dalam E. coli DH5 ... 26 Pengujian aktivitas kitinase transforman E. coli DH5 ... 27 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 28 Saran ... 28

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Aktivitas enzim kitinase A. caviae WS7b pada media kitin ... 6

Gambar 2 Skema uji dual culture antara bakteri dan cendawan uji ... 9

Gambar 3 Uji aktivitas kitinase E. coli transforman dan E. coli pembawa pDL2 pada media kitin ... 16

Gambar 4 Aktivitas kitinase A. caviae WS7b pada media agar kitin ... 17

Gambar 5 Uji dual culture Pythium sp dengan B. subtilis 168 dan A.caviae WS7b ... 18

Gambar 6 Uji dual culture R. solani dengan B. subtilis 168 dan A.caviae WS7b ... 18

Gambar 7 Uji dual culture F. oxysporum dengan B. subtilis 168 dan A.caviae WS7b ... 19

Gambar 8 Hasil ekstraksi DNA total A. caviae WS7b dan B. subtilis 168 .. 20

Gambar 9 Hasil amplifikasi fragmen promotor sigB ... 21

Gambar 10 Sekuen nukleotida promotor sigB ... 22

Gambar 11 Hasil amplifikasi fragmen gen chiA ... 23

Gambar 12 Sekuen nukleotida fragmen gen chiA dengan ukuran 2,9 kb ... 24

Gambar 13 Situs restriksi pada fragmen promotor sigB ... 24

Gambar 14 Situs restriksi pada fragmen promotor chiA ... 25

Gambar 15 Hasil penggabungan fragmen sigB-chiA ... 25

Gambar 16 Hasil pemotongan plasmid pDL2 ... 25

Gambar 17 Skema hasil penggabungan fragmen sigB-chiA dengan pDL2 .. 25

Gambar 18 Skema letak fragmen DNA rekombinan pada plasmid pDL2 .... 26

Gambar 19 Hasil transformasi plasmid pDL2 ke dalam bakteri E. coli DH5 (a) Kontrol (b) pDL2 pembawa DNA rekombinan ... 26

Gambar 20 Aktivitas kitinase E. coli DH5 transforman pada media kitin .. 27

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama dan penyakit merupakan salah satu masalah utama dalam sistem

pertanian. Teknik pengendalian yang digunakan oleh petani untuk mengatasi

masalah ini, antara lain dengan pestisida, kultur teknis, mekanis, dan

menggunakan musuh alami. Namun, pengendalian terhadap hama dan penyakit

yang paling sering dilakukan oleh petani adalah pengendalian secara kimiawi.

Penggunaan pestisida secara tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah di

lingkungan. Menurut Delph (1994), fungisida yang telah dipergunakan oleh

masyarakat Jepang selama bertahun-tahun dan pada tahun 1971 terjadi resistensi

pada fungisida berbahan aktif kasugamicin dan diikuti oleh beberapa jenis

fungisida lainnya, seperti benzimidazole, dicarboximid, organofos, oksicarboksin,

sterptomicin, dan lain-lain. Penggunaan agens hayati di lapangan merupakan salah

satu alternatif pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. Penggunaan

agens hayati di lapangan memiliki beberapa keuntungan, antara lain

meningkatkan produktivitas tanaman dengan sumberdaya yang ada, mencegah

terjadinya resistensi pathogen terhadap bahan kimia, aman bagi lingkungan, sesuai

dengan konsep pertanian berkelanjutan (Cook & Baker 1996). Menurut Soglio et al.. (1998), Trichoderma harzianum Th008 mampu menghambat pertumbuhan cendawan Rhizoctonia solani pada perakaran kedelai. Selain menjadi agens pengendali hayati, juga ada yang mikroorganisme yang menjadi pemicu

pertumbuhan tanaman, sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit, seperti

Bacillus subtilis, dan Pseudomonas fluorescens (Siddiqui 2006). Pada kondisi lapang di Thailand, plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) yang terdiri atas campuran B. amyloliquefaciens strain IN973a dan B. pumilus strain IN973a, dapat menginduksi ketahanan sistemik pada tanaman terhadap penyakit hawar

daun yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii, antraknosa pada cabai yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides, dan mosaik pada mentimun yang disebabkan oleh CMV (Siddiqui 2006).

(21)

2

karena adanya aktifitas enzim kitinase di daerah perakaran yang dikoloni oleh

Trichoderma harzianum Th008. Aeromonas caviae menunjukkan aktivitas enzim kitinase yang tinggi pada saat ditumbuhkan pada media kitin. Enzim kitinase yang

dihasilkan oleh A. caviae mampu menghambat pertumbuhan cendawan patogen (Inbar & Chet,1991). Menurut Armini (2005), gen kitinase dari A. caviae WS7b yang dikloning pada tanaman kentang mampu menghambat pertumbuhan miselia

cendawan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici dan tidak mempengaruhi ukuran umbi. Tetapi untuk dilepas di lapang sebagai agens hayati, A. caviae sangat berbahaya karena dapat menyebabkan diare akut pada anak-anak (Janda 1991)

dan dewasa (Joseph 1996). Sehingga perlu dilakukan rekayasa genetik untuk

memodifikasi gen penghasil kitinase yang ada pada A. caviae WS7B ini dan memindahkannya ke bakteri lain yang aman untuk dilepas ke lapang. Bakteri yang

dipilih sebagai inang DNA rekombinan ini adalah Bacillus subtilis, karenabakteri ini terbukti aman bagi lingkungan dan diketahui sebagai salah satu bakteri plant growth promoting rhizobacteria (PGPR).

Bacillus subtilis memiliki kemampuan merespons cekaman lingkungan secara umum. Gen yang menyandikan kemampuan tersebut adalah gen sigB. Saat akan terjadi ekspresi suatu gen, ada dua proses yang harus dilalui yaitu transkripsi

dan translasi. Dalam proses transkripsi, daerah promotor dari suatu gen akan

selalu dikenali oleh RNA polimerase, demikian halnya dengan gen sigB. RNA polimerase akan mengenali promotor sigB saat akan terjadi proses transkripsi. Promotor gen ini memiliki potensi untuk meningkatkan frekuensi ekspresi dari

gen yang disambungkan dengannya saat terjadi cekaman. Gen yang akan

digabung dengan promotor tersebut dalam adalah gen chiA yang terdapat pada A. caviae WS7b. Gen ini pada A. caviae telah diketahui potensinya sebagai pengasil enzim kitinase (Sitrit et al. 1995).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendapatkan fusi gen kitinase Aeromonas caviae

WS7b dengan promotor sigB dari Bacillus subtilis 168 dan ekspresinya pada

(22)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Bacillus subtilis Sebagai Agens Hayati

Louis Pasteur pertama kali menggunakan Bacillus anthracis (Genus

Bacillus) sebagai vaksin antibakteri. Pada pertengahan abad ke-20, Bacillus telah diketahui secara keseluruhan peranannya dalam menginfeksi manusia, hewan, dan

serangga, serta diketahui bahwa bakteri ini menghasilkan antibiotik, protease, dan

produk berguna lainnya. Kemampuan Bacillus spp membentukan spora,

diketahui sebagai suatu fenomena biologi yang menarik dan menjadi salah satu

faktor dalam patogenesis. Penggunan B. subtilis sebagai percobaan untuk mempelajari regulasi gen, metabolisme, dan perbedaan bisa menjadi cara untuk

mempelajari bakteri ini. (Sonenshein 2002).

Menurut Hornby (1990), B. subtilis mampu menghasilkan antibiotik iturin A. Grup Bacillus mampu menghasilkan jenis antibiotik iturin yang lain, seperti

mycosubtilin, bacillomycin, fengymycin, mycobacillin, dan mycocerein yang

telah terbukti sangat efektif menghambat pertumbuhan cendawan, sehingga

mampu dilepas ke lapang sebagai agens hayati cendawan patogen. Bacillus subtilis starin 168 juga bermanfaat dalam bidang bioteknologi, yaitu sebagai inang kloning gen karena memiliki karakteristik, antara lain mampu tumbuh pada

media murah, non-patogenik, mampu menangkap molekul DNA, stabil dan

kultur, mempunyai informasi genetik yang lengkap, mempunyai genotipe spesifik

untuk efektifitas hasil kloning (Madigan et al. 1997).

Saat ini, Informasi genetik pada B. subtilis 168 telah diketahui secara lengkap. Terdapat 4.107 gen yang diduga ada dalam genom B. subtilis, sekitar 1.500 gen memiliki fungsi yang spesifik, dan 1.000 gen lainnya dapat

diklasifikasikan sebagai gen yang belum diketahui fungsi spesifiknya. Salah satu

gen yang bekerja berdasarkan respons lingkungan dan telah diketahui fungsinya

adalah sigB ( B). Gen sigB adalah gen yang respons terhadap berbagai jenis cekaman lingkungan, antara lain cekaman oxidatif (Mostertz & Hecker 2003),

(23)

4

(Price 2002). Sintesis protein dari gen ini bisa terjadi untuk melindungi sel bakteri

dari cekaman lingkungan. Respons ini menjadikan bakteri dapat bertahan pada

lingkungan alaminya, seperti pada saat sumber yang tersedia tidak mencukupi dan

interaksi antara bakteri tersebut dengan beberapa patogen. Respons terhadap

cekaman lingkungan ini diduga disandikan oleh lebih dari 200 gen yang secara

langsung atau tidak langsung dikendalikan sigB. Dalam beberapa kasus, operon yang dikendalikan sigB memiliki promotor yang kompleks dan bisa diaktivasi oleh faktor sigma yang lain (Helmann 2002). Dalam proses transkripsi ada

beberapa hal yang terjadi, antara lain mengenali promotor, inisiasi, elongasi dan

terminasi. Jadi pengenalan terhadap promotor adalah hal yang sangat penting

dalam melakukan transkripsi secara normal. Promotor adalah bagian dari segmen

DNA yang dikenali oleh RNA polimerase (Price 2002).

Aeromonas caviae

Aeromonas caviae adalah bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk batang, bakteri yang bersifat anaerob fakultatif yang hidup di perairan,

bakteri ini masuk ke dalam famili Aeromonadaceae. Bakteri jenis ini memiliki

kemiripan karakteristik biokimia dengan anggota dari Enterobacteriaceae, yang

membedakan hanya sifatnya yang oxidase positif (Popoff 1984). Aeromonas spp. menghasilkan berbagai jenis enzim hidrolisis seperti arilamidase, amilase,

deoksiribonuklease, esterase, peptidase, elastase, kitinase, dan lipase (Carnahan et al. 1988). A. caviae menunjukkan aktivitas kitinase yang tinggi pada saat ditumbuhkan pada media kitin. Pada kondisi rumah kaca, A. caviae mampu mengurangi perkembangan Rhizoctonia solani sebesar 78% dan Fusarium oxysporum f.sp. vasinfectum sebesar 57% pada tanaman kapas, sedangkan pada tanaman kacang buncis mampu mengurangi perkembangan Sclerotium rolfsii sebesar 60% (Inbar & Chet 1991). Menurut Soglio et al. (1998), pada

Trichoderma harzianum Th008, enzim ini bisa menghambat pertumbuhan

(24)

5

kitinase yang dihasilkan oleh A. caviae dapat menjadi masukkan penting untuk pengembangan biokontrol atau untuk merakit tanaman transgenik dengan ekspresi

kiitinase asal bakteri. Selama ini gen kitinase yang dipakai umumnya berasal daria

Serratia marcescens, yang hanya memiliki kemiripan 73% sekuen asam amino turunan dengan produk kitinase dari gen chiA pada A. caviae WS7B.

Bakteri A. caviae yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah A. caviae

WS7B. Menurut Wenuganen (1996), isolat bakteri tanah ini diperoleh dari Pulau

Bangka, Propinsi Sumatera Selatan, yang diisolasi dari areal pertanian yang

mengandung relatif sedikit nematoda patogen tumbuhan. Setelah dilakukan

pengujian menggunakan media kitin, bakteri ini menunjukkan aktivitas kitinase

yang tinggi (Gambar 1). Gen kitinase ini dikloning oleh Wenuganen (1996) pada

vektor plasmid pUC19 dan diberi nama pWS506. Gen kitinase tersebut dapat

diekspresikan dengan baik E. coli DH5 di bawah promotor gen penyandi enzim -galaktosidase (lacZ). Menurut Price (2002), mekanisme general strees respon

yang disandikan oleh gen sigB pada B. subtilis, berawal dari studi yang telah dipelajari pada E. coli. Pada B. subtilis banyak penanda genetik yang sama dengan

E. coli (Slepecky & Hemphill 1992). Pada E. coli juga terdapat mekanisme global stress respon, tetapi disandikan oleh gen barA yang memiliki kemiripan gen hingga 94% dengan gen yang sejenis pada bakteri lain (Nagasawa et al. 1992). Sehingga ada kemungkinan untuk mengkonstruksi gen chiA di bawah promotor

sigB dengan vektor kloning E. coli DH5 dan gen hasil konstruksi ini akan terekspresi,

(25)

6

Teknologi DNA Rekombinan

Teknologi DNA rekombinan disebut juga kloning gen atau molekuler

kloning, adalah memindahkan informasi genetik (DNA) dari suatu organism ke

organism lainnya. Eksperimen DNA rekombinan secara umum meliputi, (i)

pengekstraksian DNA dari organism donor, baik untuk DNA klon, DNA sisipan,

DNA target, maupun DNA asing, atau hasil pemotongan secara enzimatis, dan

penyambungan ke DNA vector untuk membentuk molekul DNA rekombinasi

baru, (ii) transfer hasil konstruksi vektor kloning-DNA sisipan ke dalam suatu sel

inang, dan pemeliharaan di dalam sel tersebut (transformasi) dan (iii) identifikasi

sel-sel inang yang menangkap dan membawa konstruksi DNA (transformans), dan

seleksinya (iv) konstruksi DNA mampu menghasilkan protein yang diinginkan

pada sel inang (Glick & Pasternak 2003).

Enzim Kitinase

Kitinase adalah enzim yang memiliki kemampuan mendegradasi kitin

(Gambar 1), yaitu polisakarida yang dibangun oleh satuan N-asetilglukosamin

dengan ikatan (1-4) merupakan biopolimer yang paling melimpah di alam

karena merupakan komponen structural dinding sel cendawan kecuali oomycetes,

kerangka luar artropoda, kerangka luar molusca, cangkang luar crustacean dan

nematoda (Cabib 1987 dalam Malik 2000).

Kitinase bakteri adalah kitinase yang dihasilkan oleh bakteri, mempunyai

mekanisme aktivitas anti cendawan yang berbeda dari kitinase tanaman. Kitinase

bakteri berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologis dengan

mendegradasi dan merubah kitin menjadi bentuk biologis yang bermanfaat,

disamping memanfaatkan kitin sebagai sumber nutrisi (Roberts & Selitrennikoff

1988).

Menurut Gan et al. (2007), hasil kloning gen penghasil enzim kitinase (Lpchi1) yang dihasilkan oleh Lecanicilium psalliotae (syn. Verticillium psalliotae) mampu mendegradasi cangkang telur Meloidogyne incognita. Telur nematoda yang diberi perlakukan enzim kitinase hasil purifikasi tidak menetas

(26)

7

antara kitinase dan protease terhambat penetasannya hingga 56,5%. Menurut

Downing et al. (2000), kointroduksi gen cry1Ac7 dan kitinase pada P. fluorescens

mampu meningkatkan kemampuan biokontrol terhadap serangga hama, dengan

konsentrasi Cry1Ac7 yang lebih rendah. Hal ini merupakan suatu keuntungan

karena dapat mengurangi resistensi serangga hama terhadap protein Cry1.

Enzim kitinase (ChiA dan ChiB) yang dihasilkan Serratia marcescens dan telah ditransformasikan ke dalam sel bakteri P. fluorescens atau E. coli menjadi agens biokontrol baru yang mampu menghambat pertumbuhan cendawan patogen

(27)

8

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

pada bulan Februari 2009 sampai Oktober 2009.

Uji Aktivitas Kitinase Aeromonas Caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168 Bakteri yang diuji adalah Aeromonas caviae WS7b dan Bacillus subtilis

168. Kedua bakteri ini merupakan isolat koleksi Laboratorium Bakteriologi,

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Isolat bakteri tersebut ditumbuhkan pada media NA (nutrient agar), kemudian setelah diinkubasi selama 1 hari, kedua bakteri ini ditumbuhkan pada media LB

(luria broth) masing-masing 10 ml, kemudian dishaker selama 12 jam. Bakteri yang telah ditumbuhkan selama 12 jam tersebut, diteteskan sebanyak 10 µl di atas

media kitin.

Uji Potensi Antagonisme Aeromonas caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168 terhadap Cendawan Patogen

Bakteri Aeromonas caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168 ditumbuhkan pada media LB selama 12 jam, kemudian diteteskan sebanyak 2 tetes di bagian

tepi media PDA (potato dextrose agar) sebanyak 5 µl (Gambar 2). Kedua bakteri tersebut masing-masing di uji dengan beberapa cendawan, yaitu Rhizoctonia solani, Sclerotium Rolfsii, Pyricularia oryzae, Fusarium oxysporum, dan Pythium sp.

(28)

9

Preparasi DNA Kromosom dan Plasmid pDL2 Ekstraksi DNA Kromosom Aeromonas caviae WS7b

Bakteri A. caviae ditumbuhkan pada 10 ml LB (luria broth) atau media cair lainnya selama 12 jam (sangat baik jika bakteri dipanen pada saat memasuki fase

stasioner, yaitu pada saat OD600 sebesar 1,2). Kemudian sel bakteri dipanen

sebanyak 2 ml dengan sentrifugasi berkecepatan 8000 rpm selama 5 menit, dibilas

dengan volume yang sama (2 ml) menggunakan 0,85% larutan NaCl dan

didiamkan selama 5 menit. Setelah itu, dibilas dengan larutan TES Buffer, yang

terdiri atas 10 mM tris-HCl pH 8, 25 mM EDTA, 150 mM NaCl. Sel

disuspensikan ke dalam 1 ml TE yang terdiri atas 10 mM tris-HCl pH 8 dan 25

mM EDTA, kemudian ditambahkan lisozim sebanyak 2 mg/ml TE dan 20% SDS

sebanyak 0,05 ml. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 370C hingga suspensi

terlihat jernih. Suspensi tersebut kemudian diekstraksi dengan

fenol-klorofom-isoamilalkohol sebanyak 1 ml, campurkan secara merata dengan cara

membalik-balikkan tabung reaksi. Setelah tercampur merata, suspensi tersebut disentrifugasi

dengan kecepatan 8000 rpm selama 10 menit. Fase atas diambil menggunakan

pipet tip yang telah digunting bagian ujungnya dengan gunting steril. Jika fase

atas yang terbentuk masih belum jernih bisa diambil (dipisahkan dari fenol), maka

perlu ditambahkan TE dan SDS (10% SDS sebanyak 0,1 ml/ml TE), dicampurkan

dengan baik dan diekstrak kembali dengan fenol-klorofom-isoamilalkohol

sebanyak 1 ml serta disentrifugasi kembali pada suhu ruangan karena pada suhu

rendah SDS akan berpresipitasi. Fase yang telah dipisahkan, ditambahkan 3 M

sodium asetat dengan pH 4,8 sebanyak 1/10 volume dan ditambahkan etanol

100% sebanyak 2 kali volume, dicampurkan secara merata. DNA yang terbentuk

bisa dipancing dengan pipet tip serta dibilas dengan alkohol 70% dan

dikeringanginkan atau dipresipitasikan dengan sentrifugasi berkecepatan 12000

rpm selama 10 menit. Kemudian DNA dilarutkan pada TE atau air steril.

Ekstraksi DNA Kromosom Bacillus subtilis 168

(29)

10

menit. Sel bakteri yang telah dipelet ditambahkan dengan 100 ml larutan TKE 1X,

yang terdiri atas 100 mM tris-HCl pH 8, 1 M KCl, dan 200 mM EDTA, serta

ditambahkan pula lisozim sebanyak 1-2 mg/ml TKE. Kemudian diinkubasi selama

1 jam pada suhu 370C dan ditambahkan larutan sarkosil (N-lauryl sarcosinate) hingga konsentrasi akhirnya 1%. Campuran tersebut akan menjadi bening yang

mengindikasikan bahwa sel telah mengalami lisis sempurna. Setelah itu,

ditambahkan fenol-klorofom-isoamilalkohol sebanyak 200 µl dan larutan TKE

sebanyak 100 µl, dicampurkan dengan cara divortex selama 10 detik. Campuran

tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm selama 3 menit pada suhu

40C, maka akan terlihat tiga fase. Fase paling atas diambil menggunakan pipet tip

yang telah digunting bagian ujungnya dengan gunting steril. Fase atas yang telah

dipisahkan tersebut, ditambahkan dengan alkohol 99% sebanayak 500 µl secara

perlahan-lahan, maka akan terbentuk dua fase. DNA diambil menggunkan pipet

tip dengan cara memutar-mutarkan beberapa kali, kemudian dibilas menggunakan

alkohol 70% dan dikeringanginkan dengan posisi pipet terbalik. Setelah

mengering, DNA dilarutkan ke dalam 50 µl H2O steril dan didiamkan selama

semalam pada suhu 40C.

Amplifikasi Gen chiA dan Promotor sigB Amplifikasi chiA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)

PCR dilakukan menggunakan tabung PCR dengan total volume 50 µl yang

terdiri atas bufer PCR 1X, dNTPmix 0,1µM, primer forward 20 pmol, primer

reverse 20 pmol, Taq polimerase 1,25 unit, DNA template 1 µg, dan air steril. Susunan primer yang digunakan untuk mengamplifikasi gen chiA sebagai berikut:

chiAF 5’- AATGTCGCTAGCGCGTACCTAGGATAGCGGGGCC - 3’ 34 mer

chiAR 5’-AATGTCGGGCCCCAGGATCTGCTGCTCAGCCTGTGG- 3’ 36 mer Susunan primer ini memiliki situs pemotongan oleh enzim restriksi NheI dan

ApaI, yaitu pada nukleotida yang diberi garis bawah.

(30)

11

selama 1 menit, elongation pada suhu 720C selama 3,25 menit. Tahap kedua dilakukan berulang sebanyak 30 siklus. Tahap ketiga, yaitu final elongation pada suhu 720C selama 5 menit.

Amplifikasi Promotor sigB dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)

PCR dilakukan pada larutan yang memiliki total volume 50 µl, terdiri atas

bufer PCR 1X, dNTPmix 0,1µM, primer forward 20 pmol, primer reverse 20 pmol, Taq polimerase 1,25 unit, DNA template 1 µg, dan air steril. Susunan primer yang digunakan untuk mengamplifikasi promotor gen sigB sebagai berikut:

sigBF5’-AGTATCGTTAACCGGTTTCTTGGAGCGTCCTGATCTG-3’(37 mer)

sigBR 5’- AATGTCGCTAGCCAGAAACATCGAGGAATTCGGC - 3’ (34 mer) Susunan nukleotida pada primer yang diberi garis bawah adalah situs pemotongan

enzim restriksi HpaI dan NheI.

Dalam proses amplifikasi promotor sigB ini, program PCR yang akan dilalui terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah pre-denaturation pada suhu 940C selama 2 menit. Tahap kedua, denaturation pada suhu 940C selama 30 detik, annealing pada suhu 550C selama 30 detik, elongation pada suhu 720C selama 3,5 menit. Tahap kedua ini dilakukan secara berulang sebanyak 30 siklus.

Tahap ketiga, yaitu final elongation pada suhu 720C selama 10 menit.

Purifikasi Fragmen chiA dan Promotor sigB dari Agarose

Purifikasi hasil amplifikasi gen dengan polymerase chain reaction (PCR) dari kedua jenis bakteri tersebut menggunakan Hi YieldTM Gel/PCR DNA

Extraction Kit (Research Biotech Corporation). Fragmen gen chiA dan promotor

sigB dielektroforesis menggunakan agarose. Agarose dipotong tepat di sekitar fragmen gen yang telah diamplifikasi dan dielektroforesis. Gel yang telah

dipotong, dimasukkan ke dalam tabung efendof terpisah untuk masing-masing

fragmen, kemudian dilelehkan pada suhu 550C. Gel agarose yang telah cair

ditambahkan bufer DF sebanyak 5 kali volume dan dicampurkan merata dengan

(31)

12

kolom DF yang ditempatkan pada tabung pengumpul dan disentrifugasi dengan

kecepatan 8000 rpm selama 30 detik. Supernatan yang terbentuk pada tabung

pengumpul dibuang, lalu tabung pengumpul dikembalikan pada posisi

sebelumnya. Bufer pencuci yang telah ditambahkan etanol dimasukkan ke dalam

kolom DF sebanyak 500 µl, setelah itu disentrifugasi dengan kecepatan 8000

selama 30 detik, supernatan yang terbentuk pada tabung pengumpul, dibuang dan

diletakkan kembali tabung pengumpul pada posisi semula. Untuk tujuan

pengeringan sisa-sisa cairan, tabung pengumpul dan DF disentrifugasi kembali

dengan kecepatan 14000 rpm selama 2 menit. Kolom DF dipindahkan ke dalam

tabung mikro yang baru dan ditambahkan bufer pelarut sebanyak 15 µl pada

bagian tengah kolom DF, didiamkan dengan posisi berdiri selama 2 menit. Setelah

bufer pelarut terserap sempurna pada bagian tengah kolom DF, dilakukan

sentrifugasi dengan kecepatan 14000 rpm selama 2 menit.

Penyambungan Fragmen Promotor sigB dan chiA Pemotongan Fragmen Promotor sigB dan chiA

Fragmen promotor sigB dipotong menggunakan dua enzim restriksi, yaitu

NheI dan HpaI. Enzim restriksi yang digunakan memiliki buffer yang berbeda, sehingga pemotongan gen menggunakan enzim restriksi dilakukan satu per satu.

Enzim yang pertama digunakan adalah NheI. Fragmen promotor sigB diambil sebanyak 10 µl, kemudian ditempatkan di dalam tabung efendof. Suspensi

restriksi fragmen promotor sigB terdiri atas bufer tango 1X, 1 unit enzim NheI, dan air steril. Suspensi tersebut diinkubasi selama 12 jam pada suhu 370C.

Setelah diinkubasi selama 12 jam, fragmen yang telah terpotong dipurifikasi

dengan metode presipitasi etanol. Ke dalam larutan yang mengandung fragmen

hasil pemotongan, ditambahkan 3M sodium asetat dengan pH 4,8 sebanyak 1/10

volume total larutan, kemudian ditambahkan etanol 99% sebanyak 2X volume

total larutan, campurkan larutan tersebut secara merata. Sebelum disentrifugasi,

larutan diinkubasi selama 2 jam pada suhu -800C. Kemudian disentrifugasi

dengan kecepatan 13000 rpm pada suhu 40C. Supernatan yang terbentuk dibuang,

(32)

13

kemudian dikeringanginkan. Setelah kering, ditambahkan air steril atau TE

sebanyak 50 µl.

Enzim restriksi kedua yang digunakan adalah HpaI. Larutan fragmen promotor sigB yang telah dipurifikasi, diambil sebanyak 10 µl, kemudian ditempatkan di dalam tabung efendof. Larutan restriksi fragmen promotor sigB terdiri bufer B 1X, 1 unit enzim HpaI, dan air steril. Larutan tersebut diinkubasi selama 12 jam pada suhu 370C. Kemudian dipurifikasi menggunakan metode

presipitasi etanol yang sebelumnya telah dijelaskan.

Fragmen chiA juga dipotong menggunakan dua enzim restriksi, yaitu NheI dan ApaI. Enzim restriksi yang digunakan memiliki bufer yang berbeda pula, sehingga pemotongan gen menggunakan enzim restriksi dilakukan satu per satu.

Enzim yang pertama digunakan adalah NheI. Fragmen gen chiA diambil sebanyak 10 µl, kemudian ditempatkan di dalam tabung efendof. Larutan restriksi fragmen

gen chiA terdiri atas bufer tango 1X, 1 unit enzim NheI, dan air steril. Suspensi tersebut diinkubasi selama 12 jam pada suhu 370C.

Setelah diinkubasi selama 12 jam, fragmen yang telah terpotong dipurifikasi

dengan metode presipitasi etanol. Enzim restriksi kedua yang digunakan adalah

ApaI. Fragmen chiA yang telah dipurifikasi, diambil sebanyak 10 µl, kemudian ditempatkan di dalam tabung efendof. Larutan restriksi fragmen gen chiA terdiri atas buffer B 1X, 1 unit enzim ApaI, dan air steril. Suspensi tersebut diinkubasi selama 12 jam pada suhu 370C. Kemudian dipurifikasi menggunakan metode

campuran kedua gen tersebut ditambahkan solution A sebanyak 40 µl dan solution

B sebanyak 10 µl, suspensi tersebut dicampurkan secara merata. Kemudian

(33)

14

hasil ligasi dipurifikasi menggunakan metode purifikasi etanol yang sama dengan

sebelumnya.

Penyisipan Fragmen sigB-chiA pada Plasmid pDL2 Pemotongan dan Purifikasi Plasmid pDL2

Plasmid pDL2 yang telah dipurifikasi, dipotong menggunakan dua enzim

restriksi, yaitu HpaI dan ApaI. Enzim restriksi yang digunakan memiliki bufer yang sama, sehingga pemotongan plasmid ini dapat langsung dilakukan oleh dua

enzim restriksi sekaligus. Hasil purifikasi plasmid pDL2 diambil sebanyak 10 µl,

kemudian ditempatkan di dalam tabung efendof. Ke dalam larutan plasmid

tersebut ditambahkan bufer B 1X, 5 unit enzim HpaI, 2 unit enzim ApaI, dan air steril. Larutan restriksi plasmid tersebut diinkubasi selama 12 jam pada suhu

370C.

Setelah diinkubasi selama 12 jam, plasmid yang telah terpotong dipurifikasi

dengan metode presipitasi etanol. Ke dalam larutan hasil resriksi plasmid

ditambahkan 3M sodium asetat dengan pH 4,8 sebanyak 1/10 volume, kemudian

ditambahkan etanol 99% sebanyak 2X volume, campurkan larutan tersebut secara

merata. Sebelum disentrifugasi, larutan diinkubasi selama 2 jam pada suhu -800C.

Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm pada suhu 40C. Supernatan

yang terbentuk dibuang, sedangkan pelet yang terbentuk dibilas dengan etanol

70% sebanyak 2 kali, kemudian dikeringanginkan. Setelah kering, ditambahkan

air steril atau TE sebanyak 50 µl.

Ligasi Fragmen sigB-chiA dengan pDL2

Larutan dari pDL2 hasil restriksi dan fragmen DNA hasil rekombinan

ditempatkan pada tabung efendof masing-masing sebanyak 5 µl. Ke dalam

campuran plasmid dan fragmen rekombinan tersebut ditambahkan solution A sebanyak 40 µl dan solution B sebanyak 10 µl, suspensi tersebut dicampurkan secara merata. Kemudian suspensi tersebut diinkubasi selama 4 jam pada suhu

160C. Setelah diinkubasi, suspensi dipurifikasi menggunakan metode presipitasi

(34)

15

Transformasi Plasmid Rekombinan pada E. coli DH5 Penyiapan E. coli DH5 Kompeten

E. coli DH5 dikulturkan di dalam 5 ml media LB pada suhu 370C selama 12 jam, kemudian kultur bakteri tersebut diinokulasikan sebanyak 300 µl ke

dalam 30 ml LB baru dan di-shaker selama 2 jam pada suhu 370C (nilai OD550 = 0,2-0,25). Bakteri tersebut kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm

selama 5 menit pada suhu 40C dan dipisahkan dengan supernatannya. Pelet bakteri

tersebut dicampurkan dengan 50 mM CaCl2 sebanyak 15 ml, kemudian campuran

tersebut didiamkan di dalam wadah berisi es selama 30 menit, setelah itu

disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit pada suhu 40C dan

dipisahkan dengan supernatannya. Pelet tersebut dicampurkankan kembali dengan

larutan stok yang terdiri atas 50 mM CaCl2 dan 20% gliserol sebanyak 3 ml.

Suspensi tersebut didiamkan di dalam lemari es pada suhu -700C.

Transformasi Plasmid Rekombinan ke dalam E. coli DH5

Sebanyak 100 µl E. coli DH5 kompeten didiamkan di dalam es selama 30 menit untuk mencairkan stok bakteri kompeten tersebut. Setelah itu ditambahkan

100 µl sel bakteri kompeten ke dalam larutan DNA yang terdiri atas 5 µl plasmid

pDL2, 10 µl 500 mM MgCl2-100 mM CaCl2, 8 µl polyethyleneglycol 30%, dan H2O steril hingga volume akhirnya mencapai 100 µl dicampurkan secara merata

dan diinkubasi pada kondisi dingin selama 20 menit. Campuran tersebut

diinkubasi pada suhu 420C selama 3 menit (heat shock), setelah itu diletakkan dalam es selama 2 menit. Kemudian ditambahkan 500 µl LB ke dalam campuran

tersebut, setelah itu pindahkan ke dalam tabung reaksi steril dan diinkubasi pada

suhu 370C selama 60 menit sambil di-shaker. Sel bakteri ditempatkan pada tabung efendof dan dipanen dengan sentrifugasi berkecepatan 8000 rpm selama 5 menit.

Supernatan yang terbentuk disisakan sebanyak 100 µl dan dicampurkan kembali

dengan pelet bakteri transforman dengan cara divortek selama 5-10 detik.

Campuran tersebut disebarkan di atas NA yang mengandung antibiotik ampisilin

dengan konsentrasi 50 µg/ml. Kemudian bakteri transforman diinkubasi pada suhu

(35)

16

Pengujian Aktivitas Kitinase E. coli DH5 Transforman

Bakteri yang digunakan sebagai uji adalah bakteri E. coli DH5 transforman dan E. coli DH5 pembawa plasmid pDL2. Kedua Bakteri E. coli DH5 tersebut ditumbuhkan pada media NA + ampisilin 50 µg/ml media, kemudian setelah

diinkubasi selama 1 hari, bakteri ini ditumbuhkan pada media LB + ampisilin 50

µg/ml media masing-masing 10 ml, kemudian dishaker selama 12 jam. Bakteri yang telah ditumbuhkan tersebut, diteteskan sebanyak 5 µl di atas media kitin

(Gambar 3). Pengamatan terhadap aktivitas kitinolitik kedua bakteri tersebut

dilakukan pada dua hari setelah perlakuan.

(36)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Aktivitas Kitinase Aeromonas Caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168 Pengujian aktivitas kitinase terhadap Aeromonas caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168, menunjukkan hasil positif pada A. caviae dan hasil negative pada B. subtilis. Seperti yang terlihat pada Gambar 4, zona bening terbentuk di sekitar koloni A. caviae, sedangkan di sekitar B. subtilis tidak terlihat zona bening. Menurut Wenuganen (1996), A. caviae WS7b menunjukkan aktivitas kitinase yang kuat pada media agar kitin. Gen yang menyandikan aktivitas kitinase pada A. caviae adalah gen chiA (Sitrit et al. 1995).

Gambar 4 Aktivitas kitinase A. caviae WS7b pada media agar kitin

Uji Potensi Antagonisme Aeromonas caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168 terhadap Cendawan Patogen

Pengujian dual culture A. caviae dan B. subtilis terhadap beberapa cendawan menunjukkan bahwa terjadi penghambatan pertumbuhan cendawan

(37)

18

sebelumnya, bahwa aktivitas kitinase aktif ini disandikan oleh gen chiA (Sitrit et al. 1995). Pada kondisi rumah kaca, A. caviae mampu mengurangi perkembangan

Rhizoctonia solani sebesar 78% dan Fusarium oxysporum f.sp. vasinfectum

sebesar 57% pada tanaman kapas, sedangkan pada tanaman kacang buncis mampu

mengurangi perkembangan Sclerotium rolfsii sebesar 60% (Inbar & Chet 1991). Menurut Soglio et al.. (1998), pada Trichoderma harzianum Th008, enzim ini bisa menghambat pertumbuhan Rhizoctonia solani. Menurut Boer & Veen (2001), mekanisme kitinolitik yang dilakukan bakteri untuk mendegradasi kitin belum

diketahui secara jelas. Pada pengujian A. caviae WS7b terhadap Pythium sp terlihat zona penghambatan, walaupun dinding sel cendawan ini tidak tersusun

dari kitin, karena cendawan ini masuk ke dalam kelompok Oomycetes. Hal ini

menunjukkan terdapat mekanisme penghambatan lain yang dilakukan oleh A. caviae WS7b terhadap Pythium sp (Gambar 5).

Gambar 5 Uji dual culture Pythium sp dengan B. subtilis 168 dan A. caviae

WS7b

(38)

19

Gambar 7 Uji dual culture F. oxysporum dengan B. subtilis 168 dan A.caviae

WS7b

Ekstraksi DNA Aeromonas caviae WS7b dan Bacillus subtilis 168 Hasil yang didapatkan dari ekstraksi DNA kromosom kedua bakteri tersebut

menunjukkan bahwa DNA kromosom total berhasil diekstraksi dengan baik.

Seperti pada Gambar 8, terlihat bahwa DNA kromosom total kedua jenis bakteri

tersebut utuh/tidak pecah dan tidak terdapat campuran 16S rRNA atau 23S rRNA.

DNA kromosom total dari Bacillus subtilis 168 dan Aeromonas caviae WS7b didapatkan dengan metode yang berbeda karena kedua bakteri tersebut dari

golongan gram yang berbeda. B. subtilis adalah bakteri golongan gram positif, yang berarti memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal, sehingga untuk

menghancurkan sel bakteri tersebut membutuhkan lisozim. Sedangkan A. caviae

adalah bakteri gram negatif yang memiliki lapisan peptidoglikan tipis, sehingga

untuk menghancurkan sel bakteri tersebut penggunaan lisozim tidak terlalu

dipentingkan. Hasil ekstraksi DNA B. subtilis 168totalmenunjukkan perpendaran warna kuning yang lebih terang dibandingkan hasil ekstraksi DNA total terhadap

A.caviae WS7b, hal ini disebabkan metode yang digunakan untuk mengekstraksi DNA total B. subtilis telah mengalami optimasi, sehingga memberikan hasil yang optimal dan khusus untuk mengekstraksi DNA dari B. subtilis, sedangkan metode yang digunakan untuk mengekstraksi DNA total dari A. caviae adalah metode yang biasa digunakan untuk mengekstraksi DNA total bakteri secara umum.

(39)

20

Gambar 8 Hasil ekstraksi DNA total A. caviae WS7b dan B. subtilis 168

Menurut Sambrook et al. (2000), proses pendegradasian dinding sel dilakukan secara enzimatik seperti penggunaan lisozim, sedangkan untuk

mendegradasi membran sel menggunakan deterjen.pada metode yang digunakan

yang berfungsi sebagai deterjen adalah sodium dedoxyl sulfat atau N lauryl sarcocinate. Penggunaan EDTA dalam proses ektraksi DNA bertujuan untuk menghindari rusaknya DNA karena larutan ini mengikat Mg2+. Ion ini dibutuhkan

oleh enzim DNase untuk mendegradasi DNA. Metode pemancingan DNA

kromosom menggunakan ujung tip bertujuan untuk meminimalkan terjadinya

campuran bahan-bahan lain yang tidak diinginkan, sehingga dengan penggunaan

metode ini hanya DNA kromosom yang terambil.

Menurut Old & Primrose (1986), pada dasarnya tahap yang dilalui dalam

ekstraksi DNA kromosom antara lain (i) penghancuran dinding sel, baik secara

mekanis atau enzimatis, sebagai contoh penggunaan lisozim, (ii) pelisisan sel,

dapat dilakukan dengan penambahan deterjen, seperti SDS, (iii) pembersihan

debris sel menggunakan pelarut organic fenol, kloroform, dan isoamil alcohol, (iv)

pengandapan DNA dari lisat jernih dengan menambahkan etanol dan garam

natrium.

Amplifikasi Promotor sigB dengan Polymerase Chain Reaction

Terlihat pada Gambar 9, bahwa fragmen promotor sigB telah teramplifikasi dengan baik dan tidak terdapat fragmen-fragmen non-spesifik. Fragmen promotor

(40)

21

warna kuning yang tajam. Hal ini menunjukkan bahwa fragmen promotor sigB berhasil diamplifikasi dalam jumlah yang sangat banyak.

Gambar 9 Hasil amplifikasi fragmen promotor sigB

Gen-gen yang terdapat pada B. subtilis 168, termasuk gen sigB paling mudah diamplifikasi karena bakteri tersebut memiliki subunit . Subunit adalah

protein yang sangat asam dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap RNA

polimerse in vitro, tapi tidak berpengaruh pada proses yang terjadi secara in vivo.

Keberadaan subunit pada proses transkripsi secara in vitro meningkatkan

selektivitas transkripsi, menekan terjadinya inisiasi pada bagian yang bukan

promoter (Helman & Moran dalam Sonenshein et al. 2002). Gen sigB dalam DNA B. subtilis total terletak pada urutan 522417 - 523211 basa (MBGD 2009). Menurut GenBank (2009), gen sigB memiliki ukuran sekitar 800 bp terletak pada 522862 – 523650 bp dengan persentase GC sebesar 45,374%. Gen sigBMenurut Price (2002), gen ini berperan merespon cekaman lingkungan secara umum.

(41)

22

841 cagcaggatctagggccgtacacaccttcgcacacagttgatcaattatcagaaggaggg 901 ctcggtctatatttaatggaaacgctcatggatgaagtcagagtgcaaaaccactccggc

961 gtcaccgtagcgatgacaaagtatttaaatggggagcgagttgatcatgacacaaccatc

1021 aaaaactacgaaactaactaaagatgaagtcgatcggctcataagcgattaccaaacaaa

Gambar 10 Sekuen nukleotida promotor sigB

Sekuens nukleotida hasil amplifikasi fragmen promotor sigB dengan PCR memiliki ukuran sekitar 1.4 kb. Pada hasil amplifikasi tersebut juga terdapat situs

restriksi untuk enzim HpaI dan NheI. Seperti yang terlihat pada Gambar 10, sekuen nukleotida yang diberi kotak warna hitam adalah situs penempelan primer

saat proses amplifikasi, sedangkan sekuen nukleotida yang ditebalkan hurufnya

(TTG) adalah metionin, yang menjadi kodon inisiasi proses translasi oleh RNA

polimerase saat terjadi ekspresi gen. Sekuen nukleotida fragmen sigB yang diberi garis bawah adalah sekuen konsensus. Menurut Kalman et al. (1991) pada fragmen sigB B. subtilis 168 terdapat sekuen konsensus, yaitu daerah yang dikenali oleh sigma faktor dalam proses transkripsi nukleotida -10 (GGGTAT),

dan -35 (AGGTTTAA), juga terdapat kodon yang diketahui sebagai kodon

inisiasi transkripsi +1 (TAG).

Amplifikasi Fragmen Gen chiA dengan Polymerase Chain Reaction Fragmen chiA telah berhasil diamplifikasi dengan baik, namun masih terdapat produk PCR non-spesifik yang memiliki ukuran lebih kecil dan terletak

tepat di bawah fragmen chiA. Dalam proses purifikasi fragmen chiA hasil amplifikasi, agarose dipotong tepat di sekitar fragmen gen yang diinginkan,

sehingga produk PCR non-spesifik tersebut tidak terambil. Perpendaran warna

kuning pada hasil amplifikasi menunjukkan bahwa fragmen ini berhasil

(42)

23

Gambar 11 Hasil amplifikasi fragmen gen chiA

Menurut Malik (2005), sekuen nukleotida lengkap gen chiA dari A. caviae WS7b terdiri dari 2.937 pasang basa (Gambar 12), yang mengandung suatu

kerangka baca terbuka sepanjang 2.595 nukleotida yang menyandikan 865 residu

asam amino. Pada kerangka baca tersebut tidak ditemukan daerah promotor

berupa sekuen consensus -35 dan -10, tetapi terdapat sinyal inisiasi transkripsi

berupa sekuen mirip sekuen pengikatan ribosom. Persentase GC dari gen ini

sebesar 63,74% (1656 basa), sedangkan persentase AT adalah 36,26% (936 basa).

1 ccggtctaag ggtctgcgta cctaggatag cggggccacc acaggttgta tcgtccatgg 61 gccaagccat ggctgcgatg ttgtctgcgt tacctggcag gttgcgttgc ctttttcgtt

121 gttaattcca ataacgaaat aaggaagttc aaatatgtta agtccaaaac tttccctgct

181 ggcgcttctg gtcggggggc tttgcactac ctccgccttc gccgctgccc cgggcaaacc 241 caccattggc tccggcccca ccaagtttgc catcgttgaa gtcaatcagg ccgcttcggc 301 ctacaaccag ttggtgaccg tccacaagga tggcgctccc gtcagcgtga cctggaacct 361 ctggtccggt gacgtcggac agaccgccaa ggtactgctc gacggcaagg aggtgtggtc 421 aggcccggcc ttcgccgcgg gtaccgccaa cttcaaggtc accaaggggg ggcgttacca 481 gatgcaggtg gccctgtgca acgcccatgg ctgcaccctc tccgacaaga aggagctgat 541 ggtcgccgat accgacggca gccacctggc gccgctcaat gcgcccctca aggagaacaa 601 caagccttac gccaacaagt ccggcaaggt ggtgggggcc tactacgtgg agtggggggt 661 ctatggtcgc aagttcaccg tggacaagat cccggcccag aacctgaccc atatcctcta 721 cggcttcacc cccatctgcg gtggcaacgg catcaacgac agcctcaaag agatctccgg 781 cagcttcgag gcgttgcagc gctcctgtgc gggccgcgaa gacttcaagg tctccatcca 841 tgatccctgg gcggcgatcc agatgtccca gggcaacctc agcgcctggg atgagcccta 901 caagggcaac ttcggcaacc tgatggcgct caaacaggcc catccggacc tcaagatcct 961 gccgtctgtc ggcggatgga ccctctcaga tcccttctat ttcctgggtg acaagaccaa 1021 gcgcgatacc ttcgtcgcct cggtcaaaga gttcctgcag acctggaaat tcttcgacgg 1081 cgtggacatc gactgggagt tcccgggcgg acagggggcc aaccccagcc tgggcggccc 1141 gaatgacggc gccacctatg tggtgctgat gaaggagctg cgagccatgc tcgatgaact 1201 ggaagccgag accggccgcc agtatgagct gacctcggcc atcagcgccg gcggtgacaa 1261 gattgccaag gtggattatc aggcggctca gcagtacatg gaccacatct tcctgatgag 1321 ctacgacttc agcggcgcct tcgacctgac gaatctgccc caccagacca acctctttgc 1381 ctccagctgg gatccggcca ccaagtacac cgccgacaag ggcgtcaagg cgctgctggg 1441 tcagggggtg acaccgggca agattgtggt gggggcggcc atgtatggcc gtggcatgac

(43)

24

1501 cggagtgaag aactaccagg ccggcaaccc ctgcaccggc accgccaccg gaccggtgag 1561 cggtacctgg gaaaatggcg tggtggatta ccgcgacatc gtcaacaacc gcatgggcgc 1621 aggctgggag cagggctatg acgagtcggc cgaggccccc tatgtcttca aggccagcag 1681 tggtgacctc atcaccttcg acaacgaccg ctcggtcaag gccaaggggc agtacgtgct 1741 ggcgaaccag ctcggcggtc tgttcgcctg ggaaattgat gcggacaacg gcgacatcct 1801 caacgccatg cacgaggggc tgggccacgg cgagggtacg ctgccgccgg tcaacaagcc 1861 gccggttgcc aatgccggca gcgatctgag tgccaccggc ccggccgagg tgaccctcaa 1921 gggcagtgcc tcccacgatc cggaaaacgg ggcgctgacc tacagctgga aacaggtctc 1981 cggaccccag gccagcctgc tggatgccac ccaggccaag gcccgtgtgg tactggatgc 2041 cgtcagcagc gacatcaatc tggtgttcga gctgaccgtg accgacgatc aggggctctc 2101 ggccaaggat caggtggtgg tcaccaacaa ggcgccgcag ccgaacctgc cccccgtggt 2161 cagcgtaccg gccagtgcga ccgtcgaggc cggcaagcag gtgagcatca aggccaccgc 2221 ttccgacccc aatggtgatg ccctgagcta tcagtggaca gtgccggccg ggctcagcgc 2281 caccggtctg gacagcgcga ccctggtggt cacgggctcg aacgtgacca gtgacacggc 2341 ctacgatctg accctggtgg tcaccgacgg ggcgctggat gccacagccg ttacccgcct 2401 gaccgtcaag ccggccagta caggtggtgg ctgtgaggcc tgcgatccgg atgcggccaa 2461 ccacccggcc tggagtgcag gtaccgtcta caacaccaat gacaaggtga gccacaacca 2521 gctggtgtgg caggccaagt attggaccca gggcaacgag ccgagccgca ccgccgatca 2581 gtggaaactg gtgagccagg tgcaactggg ttgggatgcc ggagtggtct acaacggtgg 2641 tgatgtcacc agccacaacg gccgtaagtg gaaggcccag tactggtcca agggcgatga

2701 gcccggcaag gccgccgtct gggtcgatca gggcgcggcg agctgcaact gatctgccgt

2761 gatgaaaaat ggggccgagg ggatttttgt cttgcgtggt cgggtgtgtg ttccctgtca 2821 ggggaaaggc gcactcgctt tgtcaaaaag gcccgtcagg gccttttttc atggtatgtc

2881 accggttcac agcggttttt gccacaggct gagcagcaga tcctg

Gambar 12 Sekuen nukleotida fragmen gen chiA dengan ukuran 2,9 kb

Menurut Malik (2005) Sekuen gen chiA memiliki situs pengikatan ribosom (shine Dalgarno) AGGA, kodon inisiasi translasi ATG, kodon terminasi translasi TGA , dan sekuen ulang terbalik sebagai terminasi transkripsi (hairpin structure). Sekuen nukleotida yang diberi kotak warna hitam adalah situs penempelan primer

saat proses amplifikasi.

Penyambungan Fragmen Promotor sigB dan chiA

Hasil amplifikasi fragmen promotor sigB memiliki situs restriksi yang sesuai dengan pDL2 dan fragmen chiA. Fragmen promotor sigB yang terpotong oleh enzim restriksi HpaI memiliki bentuk ujung tumpul, sedangkan fargmen yang terpotong dengan enzim restriksi NheI memiliki bentuk ujung berperekat (Gambar 13). Semua situs pemotongan pada fragmen gen bersifat palindromik.

(44)

25

Hasil amplifikasi gen chiA memiliki situs restriksi yang sesuai dengan pDL2 dan fragmen sigB. Fragmen chiA yang terpotong oleh enzim restriksi NheI dan ApaI memiliki bentuk ujung berperekat pada kedua sisinya (Gambar 14).

Gambar 14 Situs restriksi pada fragmen promotor chiA

Seperti yang terlihat pada Gambar 15, hasil restriksi fragmen promotor sigB dan chiA, disambung menggunakan enzim ligase yang terdapat di dalam DNA Ligation Kit ver. 1 (Takara Biotech.Inc). Ujung berperekat memiliki peluang

menyambung yang lebih besar daripada ujung tumpul. Hasil ligasi antara kedua

fragmen ini memiliki ukuran sekitar 4,3 kbps.

Gambar 15 Hasil penggabungan fragmen sigB-chiA

Penyisipan Fragmen sigB-chiA pada Plasmid pDL2

Plasmid pDL2 memiliki situs restriksi yang mampu dipotong oleh enzim

restriksi HpaI dan ApaI. Pemotongan ini akan menyebabkan pDL 2 memiliki ujung tumpul dan ujung berperekat pada masing-masing sisi perpotongannya

(Gambar 16).

Gambar 16 Hasil pemotongan plasmid pDL2

Hasil ligasi fragmen sigB dengan chiA disambungkan dengan plasmid pDL2 yang memiliki situs restriksi yang terpotong oleh enzim HpaI dan ApaI (Gambar 17 dan 18).

(45)

26

Gambar 18 Skema letak fragmen DNA rekombinan pada plasmid pDL2

Transformasi Plasmid rekombinan ke dalam E. coli DH5

Hasil transformasinya akan berupa koloni bakteri yang tumbuh pada media

NA (nutrient agar) yang telah diberi antibiotik penanda, yaitu ampisilin. Plasmid pDL2 membawa gen penyandi resisten terhadap ampisilin, sehingga bakteri yang

tidak mengandung plasmid pDL2 tidak akan tumbuh pada media tersebut, kecuali

bakteri tersebut mengalami mutasi secara spontan. Plasmid pDL2 yang digunakan

memiliki ukuran 9193 bps. Keberhasilan transformasi plasmid pDL2 terlihat

dengan perbandingan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada kontrol. Jumlah

koloni yang tumbuh pada kontrol harus jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

jumlah koloni yang tumbuh pada biakan yang mengandung plasmid (Gambar 19).

a b

Gambar

Gambar 1  Aktivitas enzim kitinase A. caviae WS7b pada media kitin
Gambar 2  Skema uji dual culture antara bakteri dan cendawan uji
Gambar 3  Uji aktivitas kitinase E. coli transforman dan E. coli pembawa pDL2 pada media kitin
Gambar 4  Aktivitas kitinase A. caviae WS7b pada media agar kitin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel persentase didapati menurut kebahasaan tersebut di atas didapati jumlah data adalah 5 data dengan persentase penggunaan adalah 20%, menurut kesejarahan

Dalam merancang alat pendeteksi dehidrasi pada manusia, proses yang dikerjakan dimulai dari proses inisialisasi sistem yakni pengaktifan awal, hingga pengiriman

Oleh Karena itu, dalam proses belajar mengajar guru harus lebih memper- hatikan komponen-komponen pembelajaran tersebut agar peserta didik dapat den- gan mudah memahami maksud

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak atsiri kemangi pada ikan mas terhadap daya hinggap dan infestasi larva lalat

Data jadwal berasal dari Sistem Generate Jadwal (GJ) UNS sedangkan modul jadwal berada di EIS. Sistem GJ dan EIS merupakan 2 sistem yang berbeda, sehingga

pemahaman konsep siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Karanganyar. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data motivasi belajar dan data pemahaman konsep siswa. Data

[r]

The central control console was all that was left of the TARDIS, and it now revolved through space like a giant spinning-top, while Zoe and Jamie held on to it with all