• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum

forma citratum Back) TERHADAP INFESTASI LARVA LALAT

HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

LEMBAR PENYESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back)Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau(Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Nama : Dhiosi Oktavia Afrensi

NRP : B04103184

Disetujui

Dr. drh. Susi Soviana, MSi Ir. Agus Kardinan, MSc. APU Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan , MS. Wakil Dekan

(4)

ABSTRAK

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI. B04103184. Pengaruh minyak atsiri kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan AGUS KARDINAN

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 22 Oktober 1983 dari pasangan Bapak Basyarudin Effendi Djaya dan Ibu Hakimah Ismail. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1989-1995 di SDN 68 Bengkulu, Tahun 1995 sampai dengan 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTP 2 Bengkulu, kemudian melanjutkan ke SMUN 7 Bengkulu sejak tahun1999 sampai 2002. Penulis diterima di Perguruan Tinggi Negri Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 2003 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat dalam kehidupan, berkat petunjuk dan ridho-Nya maka skripsi ini selesai dituliskan. Salawat dan salam teruntuk Nabi Allah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan para pejuang yang tidak kenal lelah menegakkan kebenaran sampai akhir zaman.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Penghargaan dan terima kasih kepada: Dr. drh Susi Soviana MSi, sebagai dosen pembimbing pertama (terima kasih atas kesabaran, semangat, kasih sayang dan waktu yang telah diluangkan dalam pembuatan skripsi ini) dan Ir. Agus Kardinan MSc, APU sebagai pembimbing kedua atas semangat, kesabaran dan waktu yang telah diluangkan dalam pembuatan skripsi ini. Keluarga tersayang (Bapak, Ibunda yang selalu memberikan motivasi, kakak Retha, kakak Linda, kakak Iron, adik Hilda) atas dukungan, doa dan kasih sayang yang tulus diberikan. Dr.drh Setyo Widodo sebagai pembimbing akademik (terima kasih atas kesabaran, motivasi, semangat yang menyertai hari-hari kuliah di FKH). Terima kasih kepada tekhnisi labolatorium (Bapak Opik, Bapak Nanang, Mas Jack, Bapak Hery, Bapak Yusuf, Bapak Tedy) atas bantuan, kesabaran, perhatian dan nasehat yang diberikan. Staf Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet serta Staf Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) dan sahabatku (Lia, Prita, Lilis, Widya, Atin, Elia, Ani, Ramlah, Ochi, Ahmad nur, Supri, Aswad, Kukuh) serta teman seperjuangan Datthu yang selalu bersama menjalani penelitian ini. Tak lupa juga saudaraku tercinta di K-Link yang memberikan arti makna sebuah perjuangan kehidupan ”Sahabat sejati tidak akan pergi karena mereka selalu ada dihati”.

Penulis sangat menyadari kekurangan dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam proses pembuatannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Amin.

Bogor, September 2007

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN... x

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 3

Hipotesa ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Ciri Chrysomya megacephala ... 4

Biologi dan Perilaku Ketertarikan Chrysomya megacephala... 6

Penyebaran Chrysomya megacephala ... 8

Peran Chrysomyamegacephala... 9

Klasifikasi kemangi ... 9

Kandungan daun kemangi ... 11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode ... 13

Pembiakan Masal Lalat di Laboratorium ... 14

Penyulingan Daun Kemangi... 15

Pengujian ... 17

Analisis Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Hinggap Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Lalat ... 20

Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Jumlah Larva Lalat... 21

KESIMPULAN DAN SARAN... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN... 25

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi ... 11

2. Sifat fisik kimia minyak kemangi ... 12

3. Volume setiap kosentrasi pada awal ekstrak... 17

4. Rata-rata jumlah lalat yang hinggap ... 19

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Chrysomya megacephala ...4

2. Perbedaan Chrysomya megacephala jantan dan betina ... 5

3. Siklus hidup Chrysomya megacephala...8

4. Tanaman Kemangi ... 10

5. Kandang biakan massal lalat C. Megacephala ...13

6. Ikan mas dalam gelas air mineral... 14

7. Alat penyuling... 15

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jumlah rata-rata daya hinggap

Chrysomya megacephala pada media... 26

2. Infestasi larva lalat Chrysomya megacephala dengan berbagai kosentrasi... 26

3. Hasil uji ANOVA daya hinggap lalat... 27

4. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-1... 27

5. Hasil uji lanjut Dunca’s pada jam ke-2... 28

6. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-3………... 28

7. Hasil uji lanjut Duncan’s keseluruhan... 29

8. Hasil uji ANOVA infestasi larva lalat pada media……….. 29

(11)

HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PENGARUH MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum

forma citratum Back) TERHADAP INFESTASI LARVA LALAT

HIJAU (Chrysomya megacephala) PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Program Studi Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

LEMBAR PENYESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back)Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau(Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Nama : Dhiosi Oktavia Afrensi

NRP : B04103184

Disetujui

Dr. drh. Susi Soviana, MSi Ir. Agus Kardinan, MSc. APU Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan , MS. Wakil Dekan

(14)

ABSTRAK

DHIOSI OKTAVIA AFRENSI. B04103184. Pengaruh minyak atsiri kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) Terhadap Infestasi Larva Lalat Hijau (Chrysomya megacephala) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan AGUS KARDINAN

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 22 Oktober 1983 dari pasangan Bapak Basyarudin Effendi Djaya dan Ibu Hakimah Ismail. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1989-1995 di SDN 68 Bengkulu, Tahun 1995 sampai dengan 1998 penulis melanjutkan sekolah di SLTP 2 Bengkulu, kemudian melanjutkan ke SMUN 7 Bengkulu sejak tahun1999 sampai 2002. Penulis diterima di Perguruan Tinggi Negri Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 2003 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(16)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat dalam kehidupan, berkat petunjuk dan ridho-Nya maka skripsi ini selesai dituliskan. Salawat dan salam teruntuk Nabi Allah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan para pejuang yang tidak kenal lelah menegakkan kebenaran sampai akhir zaman.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Penghargaan dan terima kasih kepada: Dr. drh Susi Soviana MSi, sebagai dosen pembimbing pertama (terima kasih atas kesabaran, semangat, kasih sayang dan waktu yang telah diluangkan dalam pembuatan skripsi ini) dan Ir. Agus Kardinan MSc, APU sebagai pembimbing kedua atas semangat, kesabaran dan waktu yang telah diluangkan dalam pembuatan skripsi ini. Keluarga tersayang (Bapak, Ibunda yang selalu memberikan motivasi, kakak Retha, kakak Linda, kakak Iron, adik Hilda) atas dukungan, doa dan kasih sayang yang tulus diberikan. Dr.drh Setyo Widodo sebagai pembimbing akademik (terima kasih atas kesabaran, motivasi, semangat yang menyertai hari-hari kuliah di FKH). Terima kasih kepada tekhnisi labolatorium (Bapak Opik, Bapak Nanang, Mas Jack, Bapak Hery, Bapak Yusuf, Bapak Tedy) atas bantuan, kesabaran, perhatian dan nasehat yang diberikan. Staf Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet serta Staf Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO) dan sahabatku (Lia, Prita, Lilis, Widya, Atin, Elia, Ani, Ramlah, Ochi, Ahmad nur, Supri, Aswad, Kukuh) serta teman seperjuangan Datthu yang selalu bersama menjalani penelitian ini. Tak lupa juga saudaraku tercinta di K-Link yang memberikan arti makna sebuah perjuangan kehidupan ”Sahabat sejati tidak akan pergi karena mereka selalu ada dihati”.

Penulis sangat menyadari kekurangan dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam proses pembuatannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat. Amin.

Bogor, September 2007

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN... x

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 3

Hipotesa ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Ciri Chrysomya megacephala ... 4

Biologi dan Perilaku Ketertarikan Chrysomya megacephala... 6

Penyebaran Chrysomya megacephala ... 8

Peran Chrysomyamegacephala... 9

Klasifikasi kemangi ... 9

Kandungan daun kemangi ... 11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode ... 13

Pembiakan Masal Lalat di Laboratorium ... 14

Penyulingan Daun Kemangi... 15

Pengujian ... 17

Analisis Data ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Hinggap Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Lalat ... 20

Pengaruh Minyak Kemangi Terhadap Jumlah Larva Lalat... 21

KESIMPULAN DAN SARAN... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

LAMPIRAN... 25

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi ... 11

2. Sifat fisik kimia minyak kemangi ... 12

3. Volume setiap kosentrasi pada awal ekstrak... 17

4. Rata-rata jumlah lalat yang hinggap ... 19

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Chrysomya megacephala ...4

2. Perbedaan Chrysomya megacephala jantan dan betina ... 5

3. Siklus hidup Chrysomya megacephala...8

4. Tanaman Kemangi ... 10

5. Kandang biakan massal lalat C. Megacephala ...13

6. Ikan mas dalam gelas air mineral... 14

7. Alat penyuling... 15

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jumlah rata-rata daya hinggap

Chrysomya megacephala pada media... 26

2. Infestasi larva lalat Chrysomya megacephala dengan berbagai kosentrasi... 26

3. Hasil uji ANOVA daya hinggap lalat... 27

4. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-1... 27

5. Hasil uji lanjut Dunca’s pada jam ke-2... 28

6. Hasil uji lanjut Duncan’s pada jam ke-3………... 28

7. Hasil uji lanjut Duncan’s keseluruhan... 29

8. Hasil uji ANOVA infestasi larva lalat pada media……….. 29

(21)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta standar hidup manusia, perhatian para ahli serangga kesehatan bukan hanya bertumpu pada serangga-serangga yang berperan sebagai penular penyakit (vektor), tetapi juga pada kelompok serangga lain yang menimbulkan kerugian dalam arti yang luas, baik sebagai pengganggu ketenangan, penurunan kualitas bahan makanan, bahkan sebagai pengganggu estetika lingkungan.

Dengan demikian sekelompok serangga tidak hanya diperhitungkan dampak merugikan dari perannya sebagai penular penyakit melainkan juga dari gangguan akibat dari gigitannya bahkan hanya dari akibat keberadaannya dalam pemukiman manusia.

Hal yang serupa juga terjadi pada perhatian para ahli serangga kesehatan terhadap beberapa jenis lalat. Lalat mulai dirasakan sebagai bahaya mengancam, bukan hanya dari segi kesehatan karena kebiasaannya berkerumun pada sampah lalu dengan mudahnya hinggap pada makanan, tetapi juga dari segi estetika. Ancaman lalat mulai diperhitungkan terutama setelah timbulnya masalah sampah yang merupakan dampak negatif pertambahan pendududuk. Limbah yang jumlahnya terus bertambah baik dari rumah tangga, peternakan maupun industri akhirnya memasuki lokasi pemukiman. Hal ini mengundang lalat untuk datang dan akhirnya berkontak dengan manusia dengan seluruh permasalahannya.

Jenis lalat yang sudah sangat dikenal dengan penyebarannya kosmopolitan terutama di wilayah tropis adalah lalat Chrysomya megacephala (Fabricius) atau secara umum dikenal sebagai lalat hijau. Warna yang hijau dan memiliki ukuran yang besar dibandingkan ukuran lalat-lalat lain pada umumnya mudah dikenali. Apalagi dengan kebiasaanya berkerumun pada bahan makanan, sampah ataupun limbah yang membusuk menjadikan lalat ini begitu akrab sebagai serangga pemukiman yang kehadirannya selalu diidentikkan dengan kondisi yang jorok dan tidak sehat.

(22)

(belatungan). Miasis merupakan infestasi larva lalat atau belatung pada jaringan hewan hidup, maupun jaringan nekrotik. Miasis dikelompokkan menurut kebiasaan lalat, yaitu miasis obligat bila larva hanya ada pada jaringan hidup dan miasis fakultatif bila larva terdapat pada jaringan mati ataupun luka yang membusuk. Miasis telah lama menjadi masalah pada usaha pengolahan ikan asin terutama ikan asin berdaging tebal, sehingga mendorong nelayan pengolah menggunakan berbagai insektisida sintetik (Esser 1990).

Penggunaan insektisida pada bahan makanan dapat berdampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Insektisida sintetik sudah umum dilakukan karena cukup efektif dan relatif lebih mudah diaplikasikan namun, penggunaan insektisida sintetik pada usaha pengolahan ikan asin dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti banyaknya residu insektisida yang tertinggal, mencemari lingkungan dan pekerja yang dapat menimbulkan berbagai dampak serius terhadap kesehatan masyarakat. Dalam upaya untuk ikut mengurangi penggunaan insektisida sintetik diperlukan insektisida berasal dari alam yang penggunaannya aman bagi lingkungan. Insektisida nabati memiliki susunan molekul yang sebagian besar terdiri atas Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen yang mudah terurai menjadi senyawa yang tidak membahayakan lingkungan (Dadang 1998).

Sekitar 3.200 dari jenis tanaman dari suku paci-pacian merupakan tanaman pangan dan penghasil bahan pewangi. Ciri umum dari tanaman suku paci-pacian yaitu berbatang segi empat dan letak daunnya berhadap-hadapan. Bunga memiliki mahkota yang berbibir bawah lebar. Satu dari ribuan jenis tanaman diatas, yaitu kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back).

Asal usul tanaman kemangi tidak diketahui dengan pasti, sejak dahulu tanaman tersebut telah ada di Indonesia, tanaman kemangi dimanfaatkan untuk sayur atau lalap sebagai pemacu selera makanan. Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri seperti egenol, sineol, methyl chavicol, protein, fosfor, besi, belerang, Vitamin A, dan Vitamin C tetapi sejak dulu belum pernah dibudidayakan untuk dipungut minyaknya. Minyak atsiri (essential oil)

(23)

serangga yang membantu penyerbukan bunga dan mengusir serangga perusak. Minyak atsiri banyak terdapat pada daun yang masih muda dan menimbulkan bau wangi. Minyak tersebut juga menimbulkan rasa pedas bila dikunyah (Pitojo 1996).

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh minyak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) terhadap daya hinggap dan infestasi larva lalat hijau (Chrysomya megacephala) pada ikan mas ( Cyprinus carpio).

Hipotesa

Dengan bau minyak atsiri kemangi yang khas, maka jumlah lalat yang hinggap pada media ikan mas yang telah dilumuri minyak ini dan larva yang dihasilkan akan menurun sesuai dengan peningkatan konsentrasi minyak kemangi (Ocimum basilicum forma Back).

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Ciri Lalat Chrysomya megacephala (Fabrius).

Klasifikasi dan ciri umum lalat hijau Chrysomya megacephala (Fabrius) menurut Kurahashi (Evenhuis 1989 dalam Soviana 1996) sebagai berikut: Ordo : Diptera

Subordo : Cyclorrapha Famili : Calliphoridae Subfamili : Chrysomyniae Genus : Chrysomya

Spesies : Chrysomya megacephala

Gambar 1 Chrysomya megacephala

( Anonimous 2007a )

(25)

Penamaan khusus terhadap lalat Chrysomya megacephala dalam bahasa Indonesia tidak dikenal, sedangkan dalam istilah Inggris disebut sebagai “Oriental latrine fly”.

Ciri umum Chrysomya megacephala dewasa selain memiliki warna tubuh hijau kebiruan metalik, mengkilat, lalat ini memiliki ukuran kira-kira 1,5 kali lalat rumah. Sayatan jernih dengan guratan urat-urat yang jelas, seluruh tubuh tertutup dengan bulu-bulu keras dan jarang letaknya. Mempunyai abdomen berwarna hijau metalik (Cheng 1964 dalam Sigit 1978) dengan mata bewarna jingga dan bagian mulutnya bewarna kuning. Panjang lalat kurang lebih delapan mm dari kepala sampai ujung abdomen. Lalat jantan memiliki sepanjang mata yang cenderung bersatu atau holoptik sedangkan lalat betina memiliki sepasang mata yang sedikit terpisah antara satu dan lainnya atau dioptik. Mengenai ciri morfologi Chrysomya megacephala yang menonjol dibandingkan terhadap spesies lainnya pada genus yang sama, digambarkan oleh (White et al. 1940) bahwa pada lalat jantan terdapat bentuk mata faset yang membesar pada pertengahan atas mata sehingga memberi batas yang jelas dan seolah-olah membagi mata faset atas dua bagian.

(a) (b)

Gambar 2 Chrysomya megacephala (a) jantan (b) betina (Anonimous 2007b)

(26)

kelompok lalat megacephala yang terdiri dari tujuh spesies lalat yang terutama berasal dari wilayah Oseania dan Australia. Ketujuh spesies lalat itu adalah

Chrysomya saffranea (Bigot), C. phaonis (Seguy), C. bezziana (Villeneuve), C. thanomthini (Kurahashi dan Tumrasvin), C. pingguis (Wiedeman), C. defixa

(Walker) serta C. megacephala (Fabricius) sendiri.

Secara lebih terperinci Kurahashi (1984) memisahkan lalat C. megacephala

dari jenis lalat lain dalam kelompok megacephala berdasarkan adanya beberapa persamaan dan perbedaan morfologis. Bersama-sama dengan C. saffranea, C. phaonis dan C. bezziana, C. megacephala dipisahkan dari berbagai jenis lalat lain dalam kelompok megacephala berdasarkan kepada warna dasar skuama atas yang putih. Selanjutnya dengan bulu-bulu pada skuama atas dan bawah yang berwarna coklat kehitaman juga daerah sekitar mata yang orange kemerahan, lalat C. megacephala dan C. saffranea ini dapat dibedakan dengan C. phaonis dan C. bezziana yang memiliki warna bulu skuama putih. Sedangkan untuk membedakan dengan C. saffranea, jelas terlihat dari perbedaan warna bulu-bulu peritomal (sekitar mulut) yang hitam atau kehitaman pada C. megacephala dan kuning pada

C. saffranea.

Biologi dan Perilaku Ketertarikan Lalat Chrysomya megacephala

Dalam kehidupan alami, lalat C. megacephala mengalami metamorfosa sempurna yang diawali dengan telur, yang kemudian menjadi larva, pupa dan akhirnya menjadi bentuk dewasa. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dalam keadaan berkelompok-kelompok.

(27)

Pada umumnya telur yang menetas akan membentuk kelompok-kelompok kecil larva. Setelah berganti kulit dalam waktu 12-18 jam dan menjadi larva tahap kedua, setelah dua hari kemudian berkembang menjadi larva tahap ketiga. Larva yang cukup umur dapat berukuran satu cm dan berwarna kuning tua keputih-putihan, stadium larva dilalui selama 5-6 hari. Bila telah siap menjadi pupa, larva tersebut akan mencari tempat yang kering. Stadium pupa dilalui selama 7-9 hari dan akhirnya menjadi bentuk dewasa. Waktu yang diperlukan dari telur sampai menjadi lalat dewasa adalah kira-kira 14-15 hari (Soviana 1996). Seluruh siklus hidupnya, yaitu dari telur sampai menghasilkan telur lagi memerlukan waktu kira-kira tiga minggu.

Larva lalat Chrysomya megacephala menimbulkan masalah miasis. Larva terutama berkembang pada bangkai, atau jaringan yang membusuk dan sangat jarang ditemukan pada luka, walaupun seringkali lalat dewasa makan dari luka-luka (Spradbery 1991). Masalah miasis akibat infestasi larva lalat ini, terutama pada bahan makanan banyak dilaporkan pada usaha pengolahan ikan asin berdaging tebal seperti ikan kakap atau mayung. Bahkan dari penelitian terhadap koloni lalat C. megacephala yang ditangkap dari tempat usaha pembuatan ikan asin di Muara Angke, Jakarta Utara (Esser 1990 dalam Soviana 1996) ditemukan bahwa larva lalat ini dalam keadaan terpaksa masih dapat hidup dan berkembang pada daging ikan dengan kadar garam mencapai 40% dari berat bersih ikan.

(28)

Gambar 3 Siklus hidup C. megacephala

(Anonimous 2007c)

Penyebaran Lalat Hijau Chrysomya megacephala (Fabricius)

Kurahashi (1984) menyatakan bahwa lalat ini merupakan jenis lalat pengganggu yang umum di wilayah Asia Tenggara dan menyebar secara luas sampai ke Australia dan Oceania. Penyebaran yang luas agaknya dimungkinkan pula oleh daya adaptasinya yang tinggi. Penyebaran beragam jenis lalat famili Calliphoridae berdasarkan ketinggian pernah dilakukan di pegunungan Chiangmai, Thailand (Tumrasvin et al. 1978). Dilaporkan bahwa 35% dari sejumlah 2189 ekor lalat yang tediri dari 17 spesies lalat famili Calliphoridae yang tertangkap dilokasi penelitian baik di wilayah perkotaan di tepi pantai, maupun tempat-tempat dengan ketinggian 500 meter hingga 1700 meter diatas permukaan laut, adalah lalat C. megacephala.

(29)

manusia. Hal ini menunjukkan bahwa lokasi pemukiman menyediakan tempat yang menarik bagi lalat ini untuk datang.

Peran Lalat C. megacephala (Fabricius) dalam Dunia Kesehatan

Karena memiliki kebiasaan untuk dengan mudah berpindah dan hinggap dari kotoran baik berbagai sampah hingga tinja ke berbagai jenis bahan makanan, maka lalat hijau C. megacephala dapat berperan penting dalam penularan berbagai penyakit. Penelitian mengenai peran lalat Chrysomya megacephala

sebagai vektor mekanik penyakit kecacingan pernah dilakukan oleh (Monzo et al. 1991) di wilayah kumuh kota Manila, Filipina, yang menemukan 41,9% dari seluruh lalat C. megacephala yang tertangkap mengandung telur-telur cacing pada permukaan tubuhnya.

Sebagaimana lalat jenis lain dalam kelompok famili Calliphoridae, lalat C. megacephala juga berperan menimbulkan miasis atau belatungan terutama pada bahan makanan. Dalam survei lapangan, melalui wawancara (Esser 1990) melaporkan bahwa lalat C. megacephala menjadi penyebab utama kerusakan produk ikan asin di delapan propinsi di Indonesia dan tiga propinsi di Thailand, akibat terjadinya infestasi larva lalat tersebut pada produk ikan asin selama penjemuran. Sedangkan besarnya kerugian akibat infestasi larva itu dilaporkan oleh (Anggawati et al. 1992) dapat mencapai 30% terutama pada musim hujan.

Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back)

Tanaman kemangi menurut ilmu tumbuh-tumbuhan termasuk dalam sistematika sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta Sub-divio : Angiospermae Classis : Amaranthaceae Famili : Labiatae Genus : Ocimum

(30)
[image:30.612.194.442.87.265.2]

Gambar 4 Ocimum basilicum forma citratum Back

(Anonimous 2007d)

Kemangi merupakan tanaman setahun yang tumbuhnya tegak dengan cabang yang banyak. Tanaman ini berbentuk perdu, dengan tinggi 0,3 hingga 1,0 meter. Daun-daunnya hijau dan berbau harum. Bagian tangkai daun mempunyai panjang 2,5 cm, luas daun berbentuk elips dengan ukuran 2,5-5 cm x 1-2,5 cm (Siemonsma dan Pileuk 1994).

Tanaman kemangi memiliki rasa yang lebih tajam dan lebih pedas dari pada

Ocimums lainnya, sehingga menyerupai rasa kulit jeruk. Kemangi tahan terhadap cuaca panas dan dingin. Jika ditanam di daerah dingin daunnya lebih lebar dan lebih hijau, sedangkan di daerah panas daunnya kecil, tipis dan berwarna lebih pucat. Kemangi tidak menuntut syarat tumbuh yang rumit, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah, khususnya yang bertanah asam (Nazaruddin 1999).

Kemangi tumbuh pada tepi-tepi jalan, ladang dan sawah-sawah kering, dalam hutan jati, dan disemaikan di kebun-kebun. Tanaman ini dapat di temukan di seluruh pulau Jawa pada ketinggian 450-1100 meter di atas permukaan laut (Heyne 1987).

(31)

amorftena, burnesena, kardinena, kopaena, kubebena, pinena, santelena, terpinena, sitral, dan kariofilena.

[image:31.612.133.505.240.381.2]

Selain itu senyawa lain yang juga terkandung di dalamnya yaitu anetol, apigenin, asam karbonat, asam kafeat, eskuletin, eriodiktiol, eskulin, estragol, faenesol, histidin, magnesium, rutin tanin, ß-caroten dan ß-sitosterol (Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karyasari 2005).

Tabel 1 Kegunaan dari bagian-bagian tanaman kemangi

Bagian Tanaman Kegunaan

Akar Penyakit kulit

Daun

Tonikum, karminatif, stomatikum, obat borok, batuk, peluruh haid, demam, sariawan

Biji Penyakit mata, borok, sedatif, pencahar, sembelit, kejang perut

Semua bagian Pewangi, penambah nafsu makan, disentri, demam

(32)

Tabel 2 Sifat fisik kimia minyak kemangi

Karakteristik Nilai

Bobot jenis 15°/15oC (0.9246 – 0.9303)

Putaran optik (-7°0 - 8°15’) Indeks bias pada 20oC (1.49250 – 1.49497) Bilangan Asam (0.8 – 1.5)

(33)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak bulan Maret sampai dengan Mei 2007, di Insektarium, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan, Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : minyak kemangi, air gula 10%, susu bubuk, pakan ayam, ikan mas, aquades, teepol

(CH3(CH2)11OSO3Na+). Serangga uji yang digunakan adalah lalat hijau dewasa (Chrysomya megacephala) betina dan jantan.

[image:33.612.194.429.429.550.2]

Alat yang digunakan adalah kandang lalat, nampan, baskom plastik, pinset, gelas plastik, kapas, kuas, tabung reaksi, spoit, gelas ukur, label, kain kasa, pisau, spidol, alat penghitung (counter), alat penghitung waktu (jam tangan). Pengujian dilakukan dalam ruangan bersuhu 25o-27oC dengan kelembaban 60-80%.

Gambar 5 Kandang biakan masal lalat C. megacephala

Metode

Pembiakan Masal Lalat di Laboratorium (Rearing)

Pada penelitian ini digunakan biakan lalat hijau Chrysomya megacephala

(34)

meletakkan telur serta perkembangan larva digunakan media ikan mas yang dimasukkan kedalam gelas plastik. Didalam kandang disediakan susu bubuk dan air gula 10% sebagai sumber nutrisi. Dari hasil pembiakan inilah didapat persediaan (stok) lalat hijau dewasa untuk pengujian.

Gambar 6 Ikan mas dalam gelas air mineral

Penyulingan Daun Kemangi

Daun kemangi diperoleh dari pasar Anyar, Bogor dan telah dilayukan selama dua sampai tiga jam untuk mengurangi kadar airnya. Daun kemangi yang telah dilayukan siap untuk disuling untuk memperoleh minyaknya. Alat penyulingan berupa kukusan yang dilengkapi dengan tabung penyuling yang bagian ujungnya berupa kran tertutup agar uap tidak keluar melalui celah alat tersebut. Prinsip kerja alat penyulingan adalah pengukusan dengan air.

(35)

dianggap memiliki konsentrasi 100%. Penyulingan dilakukan di Laboratorium BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik), Cimanggu, Bogor.

[image:35.612.177.470.130.340.2]

(36)
[image:36.612.163.525.89.603.2]

Gambar 4 Bagan aliran proses penyulingan daun kemangi

Daun kemangi

Penyulingan air dan uap (100oC-105oC, 3 jam)

air

ampas

Minyak dan air

Pemisahan dengan menggunakan labu florentine

air

minyak

Penambahan Na2SO4 anhidrit

Air dan Na2SO4 anhidrit

Minyak kemangi

(37)

Pengujian

Minyak kemangi diencerkan dengan aquades dan beberapa tetes teepol.

Aquades dipilih sebagai pelarut karena aman, mudah didapat dan murah. Kosentrasi minyak kemangi yang digunakan pada pengujian adalah 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40%.

Teepol berperan sebagai pengemulsi (emulsifier) dan perata (spreader). Emulsifier adalah sebuah bahan yang memungkinkan suspensi butiran minyak yang kecil secara makroskopik dalam air membentuk sebuah emulsi. Molekul-molekul senyawa ini mempunyai afinitas terhadap kedua cairan tersebut. Daya afinitas parsial dan tidak sama terhadap kedua cairan tersebut. Spreader adalah bahan emulsifier bersifat secara langsung membantu kontak antara butiran cairan dengan target, sehingga kontak optimal dapat dicapai (Martin dan Woodcock 1983).

Cara membuat minyak kemangi berkonsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40% adalah dengan mencampurkan minyak atsiri dengan aquades serta menambahkan beberapa tetes teepol ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok supaya rata setelah itu dioleskan pada ikan mas yang telah diangin-anginkan dan disayat beberapa goresan pada tubuh ikan terlebih dahulu. Pengolesan minyak kemangi pada ikan mas dilakukan dari kepala hingga ekor. Cara pengenceran minyak kemangi sebagaimana tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Volume yang diinginkan pada setiap percobaan adalah 4 ml dengan kosentrasi awal ekstrak dianggap 100%

Konsentrasi Rumus V1xC1= V2xC2 Aquades yang Digunakan 2,5% V1x100 = 4 mlx2.5

V1=0,1 ml

4 ml – 0,1 ml =3,9 ml 5% V1x100 = 4 mlx5

V1 = 0,2 ml

4 ml – 0,2 ml = 3,8 ml 10% V1x100 = 4 mlx10

V1 = 0,4 ml

4 ml – 0,4 ml = 3,6ml 20% V1x100 = 4 mlx20

V1 = 0,8 ml

4 ml – 0,8 ml = 3,2 ml 40% V1x100 = 4 mlx100

V1= 1,6 ml

[image:37.612.125.513.533.684.2]
(38)

Rumus Pengencer

V1 X C1 = V2 X C2 Keterangan:

V1 = Volume yang dicari V2 = Volume yang diinginkan C1 = Kosentrasi ekstrak awal C2 = Kosentrasi yang diinginkan

Percobaan tersebut dilakukan dengan memasukkan lalat hijau hasil pembiakan masal berumur dua minggu sebanyak 50 ekor ke dalam kandang lalat dengan perbandingan lalat jantan dan betina 1 : 4 yang telah dipuasakan sehari sebelumnya.

Lalat tersebut diberi makan ikan mas yang telah diolesi campuran aquades ditambah dua tetes teepol dan minyak atsiri dengan kosentrasi yang berbeda-beda, sebagai sumber nutrisi dan energi bagi lalat juga disiapkan susu bubuk dan air gula yang ditempatkan pada gelas plastik yang bagian atasnya dilubangi untuk menempatkan kapas agar lalat dapat dengan mudah menghisap air gula tersebut.

Pengamatan pertama yang dilakukan mengamati jumlah lalat yang hinggap pada media ikan mas selama tiga jam pertama setiap 60 menit, kemudian setelah beberapa hari dilihat adanya larva lalat yang muncul maka seluruh media dikeluarkan dari kandang, jika terbentuk larva instar dua hitung jumlahnya untuk setiap perlakuan. Pengujian dilakukan sebanyak empat kali ulangan.

Analisis Data

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penyulingan tanaman kemangi (Ocimum basilicum forma citratum

[image:39.612.133.507.232.373.2]

Back) berupa minyak atsiri bewarna kuning dan berbau pekat. Pengamatan daya hinggap lalat tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata jumlah lalat yang hinggap pada media ikan mas perlakuan (ekor lalat)

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% (P<0,05).

Pengamatan ini dilakukan selama tiga jam pertama setiap 60 menit. Pada pengamatan jam pertama konsentrasi minyak kemangi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40% dapat mencegah lalat untuk hinggap pada media dan menunjukkan jumlah rata-rata lalat yang tidak berbeda, Jumlah lalat yang hinggap pada kosentrasi 5%, 10%, 20%, 40% tidak berbeda. Pada jam pertama minyak kemangi yang baru dioleskan pada media ikan belum mengalami penguapan yang cukup besar, sehingga menimbulkan bau minyak kemangi yang pekat. Bau minyak kemangi yang pekat tidak disukai oleh lalat untuk hinggap sehingga menolak lalat yang hinggap.

Pada jam kedua, tidak ada seekorpun lalat yang hinggap pada konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40% masing-masing tidak berbeda. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bau minyak atsiri kemangi yang tidak disukai oleh lalat masih ada sehingga dapat mencegah lalat untuk hinggap pada ikan.

Pada jam ketiga, jumlah lalat yang hinggap pada perlakuan 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40% masing-masing tidak berbeda. Hal ini menunjukan bahwa hingga tiga jam pertama pengamatan konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40% dapat mencegah

Waktu Konsentrasi

Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3

2,5 % 0,25a 0 a 0,25a

5% 0 a 0 a 0 a

10% 0 a 0 a 0 a

20% 0 a 0 a 0 a

(40)
[image:40.612.135.518.173.296.2]

lalat untuk hinggap pada media. Proses penguapan minyak kemangi pada jam pengamatan ini masih memberikan penolakan yang sangat besar serta bau yang dihasilkan minyak kemangi masih pekat untuk menolak lalat.

Tabel 5 Rata-rata infestasi larva lalat

Konsentrasi Minyak atsiri Jumlah rata-rata larva pada media ikan

2,5 % 120,2c

5 % 12,75ab

10 % 33,5b

20 % 8,25ab

40 % 0a

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5% (P<0,05).

Jumlah larva pada perlakuan 2,5% berbeda nyata dengan jumlah larva pada perlakuan 5%, 10%, 20%, 40%. Pada perlakuan 5% berbeda nyata dengan perlakuan 2,5% dan 40% tapi tidak berbeda dengan perlakuan 10%, 20%. Jumlah infestasi larva lalat terbesar terjadi pada perlakuan 2,5%, karena pada konsentrasi ini yang paling tidak menolak lalat. Pada konsentrasi 40% mampu memberikan penolakan terhadap infestasi larva lalat. Jumlah larva pada perlakuan 5%, 10%, 20% dan 40% satu sama lainnya tidak berbeda. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bau yang dihasilkan masing-masing perlakuan tersebut memberikan pengaruh penolakan yang hampir sama terhadap lalat untuk hinggap, menghasikan telur, dan akhirnya menjadi larva.

(41)

utama, yaitu timbul bau dan rasa tengik yang disebut ketengikan terjadi karena adanya proses oksidasi dan hidrolisa. Ketengikan ini timbul bila komponen bau dan cita rasa yang mudah menguap terbentuk sebagai akibat proses kerusakan tersebut dan adanya asam lemak tidak jenuh. Proses oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida yang kemudian terkonversi menjadi aldehid, keton dan asam lemak bebas. Sedangkan dalam proses hidrolisa hanya dihasilkan asam lemak bebas (Buckle 1987).

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak kemangi mampu mencegah infestasi larva lalat hijau pada media ikan.

2. Peningkatan konsentrasi perlakuan diikuti dengan tidak ada jumlah lalat yang hinggap dan penurunan jumlah larva lalat hijau.

3. Minyak kemangi dengan konsentrasi 5% efektif dan efisien digunakan untuk mencegah lalat hinggap dan infestasi larva lalat pada media ikan mas.

Saran

1. Perlu dilakukan uji toksikasi residu minyak kemangi pada produk ikan. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif minyak atsiri

(43)

DAFTAR PUSTAKA

[Anonimous]. 2007a. www. chrysomya/chrysomya_cycle. html. [28 Agustus 2007].

[Anonimous]. 2007b. www. chrysomya/chrysomya_cycle. html. [28 Agustus 2007]

[Anonimous]. 2007c. www. rootsimplex. com/Basril. html. [20 Juli 2007]. [Anonimous]. 2007d. www. Mardi.ny/bcd/bm/kemangi. html. [28 Agustus 2007] Anggawati AM, Indriati N, Madden JL, Rahayu S dan Suparno. 1992. Use of

Pyrimphomethyl (Minavet), deltamethrin and cycloprothin to control blowfly Infestation on drying fish dalam Liang, O.B.,A. Buchanan and D. Fardiaz, 1989. Development of Food Science and technology in Southeast Asia. IPB Press : 289-299.

Buckle. 1987. Produck of the fish. London : Crown agents for the Colonies Millbank.

Cheng TC. 1964. General Parasitology. New York and London. 24: 831-841. Danang. 1998. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida

Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Esser JR. 1990. Factor influencing oviposition, larva growth and mortality of Chrysomya megacephala (Diptera: Calliphoridae), a pest of salted dried fish in South East Asian. Bull. Ent Res. 80:369-376.

Evenhuis. 1989. Catalog of The Diptera of Australia and Oceania Regions. Bishop Museum Press and EJ Brill. Honohulu. Hawaii. 1155 helminthic parasites in typical Slum Area ofnmetropolitan Manila. SEJ Trop Med. Pub. hlm 22 : 222-228.

Greenberg B. 1973. Filies and Disease. Vol. 2. Biology and Disease Transmision. Princeton University Press. Prienceton, New York. hlm 324.

Jenning. 1987. Veterinary Parasitology. Glasgow: University of Glasgow press. Guenther E. 1990. Minyak Atsiri, Jilid IVB, diterjemahkan oleh Ketaren. UI

Press. Jakarta. hlm 759-833.

(44)

Heyne K. 1987. Tumbuh-tumbuhan berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI, Jakarta.

Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. PN Balai Pustaka, Jakarta.

Kurahashi H. 1984. Dispersal of Filth Flies Through Natural and Human Agencies: Origin and immigation of A Synantropic Form of Chrysomya megacephala dalam Laird (Ed.), Commerce and Spread of Pest and Disease Vector. Praeger Scientific, New York. hlm 576.

Martin H. and D. Woodocock. 1983. The Scientific Principles of Crop Protection.

Seventh Edition. Edeward Arnold Press, London.

Monzon RB. 1991. A comparison of the role of Musca domestika (Linnaeus) and

Chrysomya megacephala (Fabricius) as mechanical vector of helminthic Parasites in typical Slum Area of metropolitan Manila. SEJ Trop Med. 22 : 222-228.

Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Pitojo S. 1996. Kemangi dan Selasih. Trubus Agriwidya. Ungaran. hlm 1-4.

Siemonsm JS dan K Piluek. 1994. PROSEA : Vegetables. Prosea, Bogor. Soviana S, DJ Gunandini, S Akib. 1994. Studi Inventarisasi Lalat Penyebab

Miasis (Diptera : Calliporidae) di Tiga Wilayah Peternakan Sapi Pedaging di Jawa Barat. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian IPB. hlm 40.

Soviana. 1996. Beberapa Aspek Biologi Lalat Hijau Chrysomya megacephala (Fabricius) [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Spradbery JP. 1991. A Manual for the Diagnosis of Screw Worm Fly. CSIRO

Division of Entomology. Commonwealth of Australia. hlm 62.

Yayasan Pengembangan Tanaman Obat Karya Sari. 2005. Tanaman Obat, Materi Pelatihan Profesional Tanaman Obat Kelas Profesional.

Tumrasvin W. 1978. Studies on Medically Important Flies in Thailand. IV. Altitudinal Distribution of Flies Belonging to Muscidae and Calliphoridae in Indhanondh, Chiengmai, in Early Summer Season. Bull. Tokyomed. Dent. Univ. 25 : 77-81.

(45)
(46)

Lampiran 1 Rata-rata daya hinggap Chrysomya megacephala yang terdapat pada media ikan mas dengan minyak atsiri kemangi dalam berbagai kosentrasi

Ulangan ke- Konsentrasi

1 2 3 4

Rata-Rata 2,5% 5% 10% 20% 40% 7 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0,5 0 0 0 0

Lampiran 2 Infestasi larva lalat Chrysomya megacephala yang terdapat pada media dengan minyak atsiri kemangi dalam berbagai kosentrasi

Ulangan ke- Konsentrasi

1 2 3 4

Rata-Rata 2,5% 5% 10% 20% 40% 186 9 46 10 0 120 15 34 4 0 93 20 33 11 0 82 7 21 8 0 120,25 12,75 33,5 8,25 0

(47)

Lampiran 3 Hasil olahan data daya hinggap lalat

ANOVA

Sumber keragaman Df JK KT Fhitung Ftabel

Perlakuan 6 198 33 30,13043 2,246408 Waktu 2 2,571429 1,285714 1,173913 3,142809 Interaksi 12 8,428571 0,702381 0,641304 1,909325

Sisa 63 69 1,095238

Total 83 278

Berdasarkan analisis data:

• Untuk perlakuan konsentrasi : perlakuan konsentrasi memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap daya hinggap lalat hijau pada media. (Fhitung> Ftabel) perlu uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh berbeda antar perlakuan.

• Untuk waktu : waktu tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap daya hinggap lalat hijau pada media. (Fhitung < Ftabel

Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan perpengamatan waktu (perjam)

Jam ke-1

Duncan

Subset for alpha = .05 Konsentrasi Minyak

Atsiri Komansi N 1 2

5 % 4a .0000

10 % 4a .0000

20 % 4a .0000

40 % 4a .0000

2,5 % 4a .2500

(48)

Lampiran 5 Hasil uji lanjut Duncan perpengamatan waktu (perjam)

Jam ke-2

Duncan

Subset for alpha = .05 Konsentrasi Minyak

Atsiri Komansi N 1 2

2,5 % 4 .0000a

5 % 4 .0000a

10 % 4 .0000a

20 % 4 .0000a

40 % 4 .0000a

Sig. .0000 .000

Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan perpengamatan waktu (perjam)

Jam ke-3

Duncan

Subset for alpha = .05 Konsentrasi Minyak

Atsiri Komansi N 1 2

5 % 4 .0000a

10 % 4 .0000a

20 % 4 .0000a

40 % 4 .0000a

2,5 % 4 .2500a

Sig. .643 .000

(49)

Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan keseluruhan

Jumlah Lalat

Duncan

Subset Konsentrasi Minyak

Atsiri Komansi N 1 2

5 % 12 .0000

10 % 12 .0000

20 % 12 .0000

40 % 12 .0000

2,5 % 12 .1667

Sig. .734 .000

Lampiran 8 Hasil olahan infestasi larva pada m edia biakan

ANOVA

Sumber

keragaman df JK KT Fhitung Ftabel

Perlakuan 6 45801,71 7633,619 22,98212 2,572712 Sisa 21 6975,25 332,1548

Total 27 52776,96

Berdasarkan analisis data:

• Untuk perlakuan konsentrasi : perlakuan konsentrasi memberikan pengaruh

yang berbeda nyata terhadap infestasi larva lalat hijau pada media. (Fhitung> Ftabel) perlu uji lanjut Duncan untuk melihat pengaruh berbeda antar perlakuan.

(50)

Lampiran 9 Uji lanjut Duncan infestasi larva pada media biakan

Konsentrasi

Minyak Atsiri N Subset for alpha = .05

1 2 3

40 % 4 .0000a

20 % 4 8.2500 8.2500ab 5 % 4 12.7500 12.7500ab

10 % 4 33.5000b

2,5 % 4 120.2500c

Gambar

Gambar 1 Chrysomya megacephala ( Anonimous 2007a )
Gambar  2  Chrysomya megacephala (a) jantan (b) betina (Anonimous 2007b)
Gambar 3  Siklus hidup C. megacephala(Anonimous 2007c)
Gambar  4  Ocimum basilicum forma citratum Back (Anonimous 2007d)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi peneliti lain, diharapkan dapat melakuan penelitian yang lebih luas lagi megenai tingkat pengetahuan perawat dan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pada pasien

Dalam konteks mendasari pengetahuan pada siswa, maka guru harus melaksanakan pembelajaran dengan memberikan pengalaman belajar langsung yang bermakna dalam hidupnya sehingga

Kesimpulan penelitian ini adalah pengelolaan pemerintahan yang baik dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip supremasi hukum, keadilan, demokratisasi, partisipasi,

PERHITUNGAN ASAM LEMAK MINYAK KELAPA

Designing English Academic Writing Instructional Materials For The Dentistry Students At Gadjah Mada University Yogyakarta.. Yogyakarta: Sanata

production of basic commodities particularly food and energy in the individual member states of the region..

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan penerapan metode polya dalam menyelesaikan soal cerita maka terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam memahami soal cerita,

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah soal. cerita pokok bahasan pecahan sederhana dengan menggunakan