• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS EKONOMI KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN SOWANG (Tumbuhan Endemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapura Papua)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI DAN ANALISIS EKONOMI KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN SOWANG (Tumbuhan Endemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapura Papua)"

Copied!
293
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI DAN (Tumbuhan Endemik

INSTITUT PE

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS EKONOMI KEANEKARAGAMA HAYATI TUMBUHAN SOWANG

ndemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapu

RISKY NOVAN NGUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Identifikasi Dan Analisis Ekonomi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Sowang (Tumbuhan Endemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapura Papua) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

(3)

Abstract

RISKY NOVAN NGUTRA, 2011. Identification and Economic Analysis of Plant Biodiversity Sowang (Endemic Plants in Mountain Cycloops Jayapura Regency Papua). Supervised by EKA INTAN K. PUTRI as the leader and SAHAT MH.SIMANJUNTAK as member of supervisory commission.

Plant Sowang (Xanthosthemon Novaguineense Valet) is a plant endemic to the island of New Guinea. Population growth is increasing rapidly, causing pressure on the local economic development, resulting in the need for agricultural / farming increase, illegal logging by the company to take advantage of communities, settlements and infrastructure. Of the phenomenon resulted in the conversion of land to nature reserve Mountains region Cycloops be an option that can not be avoided and cause damage to areas including nature reserves have been damaged Sowang Plant species biodiversity. Total economic value (TEV) of plant Sowang IDR 19.284.348.053.906 ($ 2,142,705,339) per year, consists of the use of plants directly Sowang IDR 179.326.000, Willingness to Pay (WTP) Values of IDR 84.462.106, bequest value of IDR 34.182.274.440 and Existence value of IDR 19.249.901.991.360. The role of indigenous peoples is very important in preserving plant Sowang have rules that are used, because the forest is a "natural mother" of indigenous peoples.

(4)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar di IPB.

(5)

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS EKONOMI KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN SOWANG

(Tumbuhan Endemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapura Papua)

RISKY NOVAN NGUTRA

Tesis

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Tesis : IDENTIFIKASI DAN ANALISIS EKONOMI KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN SOWANG

(Tumbuhan Endemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapura Papua)

Nama : Risky Novan Ngutra

NRP : H351090111

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S Ir. Sahat M H Simanjuntak, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Tanggal Ujian: 21 Juli 2011 Tanggal Lulus: Ketua Program Studi

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(8)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Amsal 1 : 7

“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”

Amsal 2 : 6

“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulutNya datang pengetahuan dan kepandaian”

Tesis ini saya persembahkan buat :

Tuhan Yesus Kristus,

Bapa, Sahabat Sejati yang selalu setia dalam hidup saya dan memberikan hikmat dan kepandaian

Mama dan Bapak

Kedua orang tua yang luar biasa buat saya. Buat semua cinta kasih yang diberikan  Kakak ku tercinta Deddy R Ngutra bersama keluarga

Adik-adik tercinta Laurens M Ngutra dan Ester P Korwa

Om Jannes Korwa dan Tante Elsyan Marlissa dan adik-adik ku tercinta Steny, Christian dan Stevi

Keluarga besar Ngutra & Korwa

Charlota Stella Kakisina

(9)

PRAKATA

Segala pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala peryertaan, kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Identifikasi dan Analisis Ekonomi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Sowang (Tumbuhan Endemik di Pegunungan Cycloops Kabupaten Jayapura Papua)” dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari sungguh, bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasannya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk penyempurnaan tesis ini, dan tentunya akan menghasilkan suatu penelitian lanjut yang memberikan kontribusi sesuai dengan harapan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak ada arahan dan bimbingan dari komisi pembimbing, dan bantuan dari pihak-pihak lainnya. Untuk itu, di kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penulis hormati atas segala ilmu dan semua arahan yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ir. Sahat M H Simanjuntak, M.Sc selaku pembimbing dan juga sebagai orang tua kepada penulis atas segala ilmu dan semua arahan serta semangat yang telah diberikan kepada penulis.

3. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc selaku Ketua Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan – IPB yang selalu memberikan ilmu dan pelajaran kepada penulis selama menempuh dan menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

4. Seluruh jajaran dosen dan staf Departemen ESL atas bantuannya selama penulis menempuh pendidikan pascasarjana.

5. Universitas Cenderawasih yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan studi S2 di IPB.

6. Bapak Dekan dan Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih yang telah memberikan ijin untuk melanjutkan studi S2 di IPB.

7. Dr. Yundy Hafizrianda, SE.,M.Si beserta keluarga yang telah membantu penulis dan membimbing penulis selama ini.

(11)

9. Orang tua tercinta, Bapak Yosias M. Ngutra.,S.Th dan Mama Fransina Korwa (Alm), dan kakak tersayang Deddy R Ngutra.ST bersama keluarga dan adik-adik tersayang Laurens M Ngutra.ST dan Ester P Korwa atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

10. Orang tua tercinta Jannes G Korwa, SE.,MM dan Dr. Elsyan R. Marlissa, SE.,M.Si dan adik-adik tersayang Steny, Christian, Stevi dan Kak Engge atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

11. Keluarga Besar Ngutra dan Korwa atas doa, dukungan untuk penulis selama ini.

12. Charlota Stella Kakisina.ST.,M.Si yang telah memberikan cinta, semangat, serta mendampingi dan membantu penulis selama ini.

13. Rekan-rekan seperjuangan ESL dan ESK angkatan 2009 untuk kebersamaan yang dibangun selama ini.

14. Teman-teman dan sahabat penulis Charles I Wiyono, Kak Halamoan, kak Balthazar, Kak Dominggus Marei, Edoward R, Yesaya, Marsiadi, Oktovianus G, Edy dan teman-teman kos Wisma Galih atas bantuannya yang diberikan kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga bantuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak yang turut memberikan andil dan dukungan dalam penyelesaian Tesis ini mendapatkan balasan dari Bapa disorga. Amin

Bogor, Juli 2011

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorong pada tanggal 22 November 1984 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Yosias M Ngutra,S.Th dan Fransina Korwa (Alm). Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan tingkat menengah atas di SMU Negeri 1 Sentani Kabupaten Jayapura. Selanjutnya pada tahun yang sama, penulis diterima pada Program Studi Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih. Penulis mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 2006.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI……….. xiv

DAFTAR TABEL……… xvi

DAFTAR GAMBAR………. xvii

1 PENDAHULUAN………...………..………. 1

1.1.Latar Belakang ……….……. 1

1.2.Tumbuhan Sowang ……….… 3

1.3.Rumusan Masalah ……….… 7

1.4.Tujuan Penelitian ……….. 9

1.5.Manfaat Penelitian……….. 9

1.6.Ruang Lingkup Penelitian………... 10

2 TINJAUAN PUSTAKA………. 12

2.1. Pengertian Keanekaragaman Hayati dan Nilai Keanekaragaman Hayati ……….…………..………. 12

2.2. Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Keanekaragaman Hayati Papua ………... 19

2.3. Kawasan Konservasi Cagar Alam ………..… 22

2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan ………....……….. 22

3 KERANGKA PEMIKIRAN……… 27

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……… 27

3.1.1. Nilai Ekonomi Total untuk Keanekaragaman Hayati………… 27

3.1.2. Nilai Faktor Diskonto untuk Tumbuhan Sowang ……… 37

3.2 Kerangka Operasional………... 38

4 METODE PENELITIAN……….. 41

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………. 41

4.2 Jenis dan Sumber Data ……….………... 41

4.3 Metode Pengambilan Sampel ……….. 42

4.4 Metode Analisa Data ………... 44

4.4.1. Analisis Nilai Ekonomi Total………. 44

4.4.2. Analisis Nilai Willingness to PayTumbuhan Sowang…………. 45

4.4.3. Analisis Kesediaan Membayar untuk Nilai WTP……… 49

4.5 Pengujian Parameter ………... 51

4.5.1. Odds Ratio………. 51

4.5.2. Likelihood Ratio………..………. 51

4.5.1. Koefisien Determinasi (R2)………. 52

4.6 Analisis Faktor Diskonto untuk Tumbuhan Sowang………... 53

(14)

4.8 Asumsi-asumsi Ekonomi dalam pengelolaan Tumbuhan Sowang…... 56

5 GAMBARAN UMUM……….. 59

5.1 Kawasan Pegunungan Cycloops ………….………. 59

5.1.1 Letak Geografis………. 61

5.1.2 Profil Kampung Doyo Baru Distrik Waibu……….. 61

5.1.3 Profil Kampung Maribu Distrik Sentani Barat……….. 65

5.2 Karakteristik Responden dan Stakeholder……….. 68

6 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN, PENGELOLAAN DAN KEPUNAHAN TUMBUHAN SOWANG……… 78

6.1 Keanekaragaman Hayati di Kawasan Pegunungan Cycloops….……. 78

6.2 Identifikasi Pola Pemanfaatan Tumbuhan Sowang………. 83

6.3 Identifikasi Dampak Negatif Kepunahan Tumbuhan Sowang………… 91

7 NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG……… 99

7.1 Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang………..….……. 99

7.1.1 Analisis Nilai Ekonomi Secara Langsung….………... 99

7.1.2 Analisis WTP untuk Tumbuhan Sowang……… 102

7.1.3 Analisis WTP untuk Nilai Warisan……… 107

7.1.4 Analisis WTP untuk Nilai Keberadaan.……… 110

7.1.5 Analisis Variable yang Mempengaruhi Nilai WTP………. 115

7.2 Nilai Faktor Diskonto untuk Tumbuhan Sowang……… 118

8 PERAN MASYARAKAT ADAT SERTA IMPLIKASI KEBIJAKAN… 122 8.1 Masyarakat Adat Pada Kawasan Pegunungan Cycloops..…..….……. 122

8.2 Peran Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Tumbuhan Sowang…… 124

8.3 Penilaian Responden Terhadap Lingkungan Pegunungan Cycloops… 142 8.4 Implikasi Kebijakan Tumbuhan Sowang……… 155

9 KESIMPULAN DAN SARAN……….… 159

9.1 Kesimpulan………....…..….……. 159

9.2 Saran………..……… 160

DAFTAR PUSTAKA………. 162

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kelebihan dan Kelemahan Kelima Metode Penentuan Nilai WTP… 34

Tabel 2. Matriks Penelitian…………..……….. 58

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kampung Doyo Baru……….. 63

Tabel 4. Penduduk Usia 15 Tahun ke-atas……….. 64

Tabel 5. Status Burung di Hutan Pegunungan Cycloops.……….. 81

Tabel 6. Manfaat dan Fungsi Hutan Pegunungan Cycloops..……….. 83

Tabel 7. Pengelolaan Tumbuhan Sowang……….……….. 89

Tabel 8. Jumlah Penduduk pada Kawasan Pegunungan Cycloops……….. 94

Tabel 9. Daftar Harga Penukaran Tumbuhan Sowang Dengan Alat Tradisional… 100 Tabel 10. Daftar Harga Tumbuhan Sowang yang Diperjualbelikan….………….. 102

Tabel 11. Total Ekonomi Penggunaan Langsung Tumbuhan Sowang………….. 102

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nilai WTP……….. 103

Tabel 13. Persepsi Responden yang Tidak Ikut Memberikan Nilai WTP…..…….. 105

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Nilai WTP…….. 105

Tabel 15. Distribusi Nilai WTP Tumbuhan Sowang………..……….. 106

Tabel 16. Distribusi Kesediaan Membayar Nilai Warisan……….….……… 107

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nilai Warisan….………….. 108

Tabel 18 Nilai Statistik dari WTP untuk Nilai Warisan…….…………..……….. 109

Tabel 19. Deskripsi Nilai WTP untuk Nilai Keberadaan……….……..……….. 111

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nilai Keberadaan.………….. 111

Tabel 21. Nilai Statistik dari WTP untuk Nilai Warisan………..……….. 112

Tabel 22. Estimasi Nilai Keberadaan (Existence Value) Indonesia.……….. 113

Tabel 23. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang…….……….. 115

Tabel 24. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter……….………. 116

Tabel 25. Nilai Faktor Diskonto Tumbuhan Sowang….………….……..……….. 119

Tabel 26. Nilai Faktor Diskonto Tumbuhan Sowang Dalam Dollar ($)..………… 119

(16)

Tabel 28. Nilai Tumbuhan Sowang Waktu Tak Terhingga Dalam Dollar ($)…… 121

Tabel 29. Struktur Pemerintahan Adat Sentani………..…….……….. 126

Tabel 30. Struktur Pemerintahan Adat Mooi………..…….……….. 131

Tabel 31. Struktur Pemerintahan Adat Numbay..…………..…….……….. 135

Tabel 32. Penggunaan tumbuhan Sowang oleh masyarakat Adat.……….. 137

Tabel 33. Persentase Tingkat Keseringan Persoalan Lingkungan….……….. 142

Tabel 34. Distribusi frekuensi responden menurut kegiatan……..……….. 150

Tabel 35. Presentase Pernyataan responden………..……….. 152

Tabel 36. Matriks Komponen SWOT………..……….. 157

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tumbuhan Sowang………..… 4

Gambar 2. Bunga dan daun dari Tumbuhan Sowang…………..……….…. 5

Gambar 3. Tumbuhan Sowang untuk penyangga rumah..………. 6

Gambar 4. Nilai Ekonomi Total Terhadap Nilai Keanekaragaman Hayati…..… 28

Gambar 5. Kerangka Penelitian………..……….…. 40

Gambar 6. Lokasi Penelitian………. 41

Gambar 7. Teknik perhitungan Nilai Ekonomi Total ……….. 45

Gambar 8. Diagram komponen SWOT……….. 56

Gambar 9. Peta Sketsa Kampung Doyo Baru……….………. 62

Gambar 10. Peta Sketsa Kampung Maribu…..………. 65

Gambar 11. Distibusi Frekuensi Responden menurut Jumlah Keluarga.…………. 68

Gambar 12. Distibusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Umur.…………. 69

Gambar 13. Distibusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pendidikan…… 70

Gambar 14. Distibusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pekerjaan.……. 71

Gambar 15. Distibusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pendapatan..…. 72

Gambar 16. Distibusi Frekuensi Responden menurut Kelompok Pengeluaran…… 73

(17)

Gambar 18. Distibusi Frekuensi Responden menurut Jarak……….…… 74

Gambar 19. Distibusi Frekuensi Responden menurut Umur ………..…...…… 75

Gambar 20. Distibusi Frekuensi Responden menurut Pendidikan ..………...…… 76

Gambar 21. Diagram fishbonepada Pengelolaan Tumbuhan Sowang………...…. 86

Gambar 22. Rumah Ondoafi……… 87

Gambar 23. Tambak Ikan yang Menggunakan Kayu Sowang……….……… 88

Gambar 24. Pengelolaan Tumbuhan Sowang untuk Kayu Arang…….…….……. 89

Gambar 25. Penebangan Liar dan Perladangan pada Kawasan CAPC.……… 93

Gambar 26. Kayu Sowang yang Ditebang untuk Diperjualbelikan….…….……… 95

Gambar 27. Pembangunan Ruas Jalan ……….……… 96

Gambar 28. Hewan yang diburu..………..……….…….……… 97

Gambar 29. Kerusakan pada kawasan CAPC………..……….……… 98

Gambar 30. Nilai WTP tumbuhan Sowang…………..……….…….……… 104

Gambar 31. Rumah masyarakat Sentani……….… 125

Gambar 32. Sistem pemerintahan Ondoafi Suku Sentani…..……….……… 126

Gambar 33. Harta Masyarakat Sentani dan Ondoafi Sentani Timur..…….……… 128

Gambar 34. Sistem pemerintahan Ondoafi Suku Mooi………...… 130

Gambar 35. Gambar Rumah Adat Suku Numbay………...…. 134

Gambar 36. Sistem pemerintahan Ondoafi Suku Numbay..……… 134

Gambar 37. Peran Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Tumbuhan Sowang…… 141

Gambar 38. Distribusi Frekuensi Masyarakat Adat menurut Persoalan Lingkungan………..….. 143

Gambar 39. Distribusi Frekuensi Masyarakat Adat Tentang Pengetahuan CAPC………..….… 145

Gambar 40. Distribusi Frekuensi Masyarakat Adat menurut Tujuan Penetapan CAPC……… 146

Gambar 41. Distribusi Frekuensi Masyarakat Adat menurut Persepsi Kondisi……… 147

Gambar 42. Distribusi Frekuensi Masyarakat Adat menurut Kunjungan..……….. 148

Gambar 43. Distribusi Frekuensi Masyarakat Adat menurut Lama kunjungan…… 149

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(19)

BAB VI

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN, PENGELOLAAN DAN KEPUNAHAN TUMBUHAN SOWANG

6.1. Keanekaragaman Hayati di Kawasan Pegunungan Cycloop

Iklim tropis yang dimiliki oleh pulau Papua yang secara terus menerus, menyebabkan terjadinya kelembaban pada cagar alam Pegunungan Cycloops. Curah hujan bulanan rata-rata di kawasan Sentani dan kawasan Jayapura dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir adalah sebesar 164,6 mm. Curah hujan tertinggi tercatat sebesar 233,3 mm pada bulan April dan terendah sebesar 94,1 mm pada bulan September. Perbedaan antara musim penghujan dengan musim kemarau, serta musim angin barat dengan musim angin Timur relatif tidak nyata, hal itu disebabkan oleh hujan turun hampir sepanjang tahun. Jumlah hari hujan rata-rata tahunan tercatat sebesar 188 hari. Musim Barat berlangsung antara bulan November hingga Desember. Suhu udara bulanan rata-rata adalah sebesar 27,50C, kelembaban udara rata-rata bulanan tercatat sebesar 28,3%. Musim penghujan yang bertiup dari Barat Laut menurunkan hujan sepanjang Pantai Utara pulau Papua, selama musim ini gelombang laut semakin besar dan menghantam pantai membentuk rona pantai baru, Selain itu musim ini juga mengakibatkan tanah longsor, akibat curah hujan yang tinggi (BMG Jayapura, 2010).

Kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops terdiri dari vegetasi: hutan primer, hutan sekunder, padang rumput, rawa dan tanah tergenang dan hutan ultrabasik. Pada ketinggian lebih dari 600 meter dpl terdapat jenis flora, seperti Castanopis Acuminatisima, Lithocarpus, Quercus sp.

(20)

kampung Ormu2bila perjalanan lewat laut tidak aman. Kameabun (2000) melakukan studi tentang keanekaragaman spesies pohon di hutan dataran rendah Yongsu Dosoyo di sisi Utara kawasan Pegunungan Cycloops. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Xanthosthemon terdapat di hutan hujan dataran rendah tetapi sering juga terdapat di hutan savanna. Xanthosthemon sering terdapat di tanah berpasir dan berbatu serta tempat yang curam di sepanjang pesisir pantai. Xanthosthemon umumnya berasosiasi dengan Shorea, Tristania, dan spesies Xanthosthemonlain.

Dari data yang diperoleh dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Papua, jenis flora di Papua yang dikelompokkan menurut status:

a) Tumbuhan Endemik. b) Tumbuhan Eksotik. c) Antropogenik

Selain itu di Cagar Alam Pegunungan Cycloops juga memiliki kekayaan fauna yang sangat banyak (BKSDA Papua,2011) antara lain:

a) Berbagai jenis burung kurang lebih 641 jenis b) Berbagai jenis mamalia kurang lebih 154 jenis c) Berbagai jenis reptilia kurang lebih 252 jenis d) 500 jenis insecta

Menurut kajian lapangan yang dilakukan tahun 1999 oleh Farid dan De Fretes (2000) di kawasan hutan Yemang keragaman flora yang dijumpai tidak kurang dari 125 jenis tumbuhan (per hektar) dengan tinggi pohon yang bervariasi bahkan dapat mencapai ketinggian hingga 40-50m dengan rata-rata tinggi pohon berkisar antara 20–30 m. Banyaknya pohon yang berukuran cukup tinggi (20 – 30 m) diduga disebabkan kerapatannya yang juga cukup tinggi yaitu 130 individu pohon per 0,25 hektar, sehingga di kawasan ini pohon tumbuh vertikal (Wompere dkk, 2000). Pada ketinggian (0–200 m dpl) kawasan hutan didominasi oleh flora dari kelompok Chrysobalanaceae dan Clusiaceae, sedangkan pada ketinggian 300–400 m dpl didominasi oleh tumbuhan dari kelompok Burseraceae atau dari jenis

2

(21)

Kenarian (ada 6 jenis). Dari ketinggian tersebut tumbuhan yang dominan adalah dari kelompok Myrticaceae atau Pala-Palaan dan Myrtaceae atau Jambu-Jambuan.

Di kawasan Pegunungan Cycloops terdapat tumbuhan berspora yang berbatang lembut termasuk jenis Paku Mulia (Cyathea sp), Rotan (Calamus sp) dan berbagai jenis Anggrek (lampiran 1). Pada ketinggian lebih dari 600m dpl dijumpai beberapa jenis flora seperti Castanopsis acuminatisima, Lithocarpus, Quercus sp, Berkella sp, Palaquium sp, Planconella sp, Callophyllum sp, Ficus sp dan Syzigium sp, di bagian Selatan terutama pada daerah miring dijumpai Araucaria cunninghamii.

Luas hutan primer di cagar alam Pegunungan Cycloops diketahui semakin berkurang dan berubah menjadi hutan sekunder dan tanaman campuran, yang antara lain diakibatkan oleh intensitas gangguan oleh aktivitas manusia, seperti pembukaan hutan untuk berladang dan berkebun. Pada kawasan ini dapat dijumpai pohon Canarium sp (kenari), Araucaria sp, Octomeles sp, Artrocarpus sp, Cocos nucifera (kelapa), Mangifera sp (mangga), Pometia sp, Eugenia sp(jambu-jambuan), Musa sp (pisang), dan Callophyllum sp. Selain itu dijumpai juga Glychema sp, Caladium sp, Thysanotis sp, Deplanchea sp, dan tumbuhan semak lainnya.

Lahan bekas perladangan yang ditinggalkan umumnya berupa padang rumput atau padang ilalang yang ditumbuhi oleh ilalang (Imperata cylindrica), Temeda australis, Spathoglottis sp (Anggrek tanah), Thysanotis sp, Musa sp, dan semak lainnya, seperti Lantana sp. Di daerah berawa dijumpai Metroxylon sp (Sagu), Pandanus sp (pandan), dan di daerah dekat sungai atau tepian sungai dijumpai tumbuhan berhizoma, seperti dari kelompok Zingiberaceae, Impatiens sp, dan Begonia sp.

(22)

Kasuari(Casuarius casuarius), Rangkong, kelompok Merpati (Goura sp), Mambruk (Goura victoria), Kakatua jambul kuning (Cacatua galerica), Kakatua raja/hitam (Probuseiger oasuarius), Nuri merah kepala hitam (Lorius ivory), dan sebagainya. Jenis burung lainnya terdiri dari burung-burung pengisap madu, jenis-jenis dari kelompok Columbidae, jenis-jenis burung Betet (Parrot), dan sebagainya. Secara umum keragaman avifauna yang paling beraneka dijumpai di kawasan hutan dataran rendah. Berdasarkan kajian yang dilakukan di hutan dataran rendah Yemang saja, tercatat tidak kurang dari 78 jenis burung yang berhasil diidentifikaksi (lampiran 2). Sekitar 82% adalah burung endemik yang terdiri dari 42% jenis endemik Papua dan 40% jenis endemik Indonesia. Walaupun sebagian besar jenis burung ini termasuk endemik, namun baru 40% yang berstatus dilindungi (Tabel 5). Di kawasan hutan dataran rendah di Pegunungan Cycloops keragaman jenis merpati (Columbidae) adalah yang tertinggi, diikuti oleh kelompok burung paruh bengkok (Psittacidae) dan kelompok burung pengisap madu (Meliphagidae).

Tabel 5 Status Burung di Hutan Dataran Rendah Kawasan Pegunungan Cycloops

Status Jumlah Jenis Prosentase**)

Dilindungi 29 40

Endemik Papua 30 42

Endemik Indonesia 28 40

Sumber : Farid & De Fretes, 2000

Keterangan :

*) 0 – 400 m dp

**) Jumlah tidak 100%, oleh karena status endemik ada yang telah atau belum ditetapkan sebagai satwa dilindungi

Jenis mamalia di kawasan Pegunungan Cycloops relatif lebih terbatas dibandingkan jenis burung, diperkirakan tidak kurang dari 86 spesies meliputi 11 jenis kelelawar, 20 jenis mamalia berkantung (Marsupialia) dan sebagainya. Jenis kelelawar yang telah teridentifikasi adalah dari jenis Syconicteris australis, Nyctimene albiventer, Paranyctimene raptor, Rousettus ampexicaudatus, Dobsonia

(23)

kelelawar endemik, yaitu Emballonura furax (kelelawar ekor trubus besar) dan Hipposideros wollastoni(kelelawar ladam wollastoni) yang berstatus vulnerable.

Selain fauna yang akrab dengan kehidupan manusia, seperti babi hutan dan tikus tanah, juga dijumpai spesies eksotik. Kehadiran fauna eksotik yang didatangkan dari daerah lain ke Papua adalah jenis rusa (Cervus timorensis) yang diinformasikan dijumpai di sekitar Sentani. Jenis herpetofauna di sekitar Yemang dan Yongsu Desoyo (Lampiran 3) dijumpai tidak kurang dari 21 jenis kadal, 3 jenis ular, 2 jenis penyu, dan 8 jenis kodok. Selain dijumpai di Yemang, di Kabupaten Jayapura tercatat juga adanya ular endemik Papua, yaitu Lialis jicari (ular kadal) dan Heurnia ventromaculata (ular sungai Memberamo). Jenis fauna terestrial lainnya yang menonjol adalah kelompok invertebrata, salah satunya adalah Kupu-Kupu sayap biru (Papilio ulysses autolycus),Kumbang besar, Laba-Laba. Jenis Kupu-Kupu di sekitar Yemang tercatat tidak kurang dari 66 jenis (lampiran 4).

Di kawasan Jayapura tercatat jenis ikan asli endemik Papua, di antaranya adalah Kanseli (Hemipimelodus velutinus), Holiya (Neosilusnavae guinea), Humen/Gabus (Ovyeleotris mierops),Gete-Gete (Apogon wichmani),Kaskado/Hewu (Chailaterina sentaniensis), Kahilo (Anguilla australis), Hiu Gergaji (Pristis microdon), Barra (Carranv stelanus), Kaijako/Belanak (Mugil cephalus), dan Bandeng (Chanos chanos). Sedang di Yemang, Yongsu Desoyo, dan Spari. Cagar alam Pegunungan Cycloops tercatat tidak kurang dari 34 jenis ikan dari 15 famili berada dalam kawasan ini. Ikan Lentipes merupakan jenis yang baru dideskripsikan. Jenis ikan asli atau juga endemik akan terancam keberadaannya oleh hadirnya jenis ikan eksotik yang sengaja ditanam di perairan, misalnya jenis-jenis ikan di Danau Sentani (lampiran 5).

(24)

tumbuhan yang mungkin sebagian dari jenis itu merupakan jenis endemik yang dimiliki oleh pulau Papua. Beberapa responden yang ditanyai dalam wawancara mengenai penurun populasi di cagar alam ini, mengatakan bahwa sebagian populasi di dalam kawasan ini sudah jarang dan bahkan sudah tidak lagi terlihat di pinggiran kawasan cagar alam ini. Oleh sebab itu, diharapakan dari pihak pengambil kebijakan supaya dapat berupaya bersama masyarakat agar dapat melindungi dan memerangi perburuan liar, penebangan kayu secara illegal, dan juga perkebunan dikawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

6. 2. Identifikasi Pola Pemanfaatan Tumbuhan Sowang

Secara umum hutan yang berada di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops jika dilihat manfaat dan fungsinya memiliki nilai yang sangat tinggi dan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, berikut beberapa manfaat dan fungsi yang terdapat dari hutan cagar alam Pegunungan Cycloops.

Tabel 6. Manfaat dan Fungsi Hutan Pegunungan Cycloops Sumber untuk Barang

 Sebagai tempat untuk menyerap karbon

Sumber: Dikembangkan dari penelitian David P & Dominic M, 1994

(25)

Pola pemanfaatan dari Tumbuhan Sowang bagi masyarakat asli dan pendatang sangatlah berbeda. Bagi masyarakat asli sebagai pemilik lahan atau yang memiliki hak ulayat hutan yang berada di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops ini memiliki aturan atau hukum yang sangat ditekankan bagi masyarakat asli, tetapi sebaliknya bagi masyarakat pendatang dalam penggunaan atau pemanfaatan Tumbuhan Sowang ini tidak dibatasi atau dilarang dari aturan adat setempat, sehingga dalam pola pemanfaatan Tumbuhan Sowang, sering kali masyarakat asli sebagai pemilik hak ulayat hutan seringkali dirugikan dengan terjadinya penebangan liar dan juga pencurian kayu yang diakibatkan oleh masyarakat pendatang.

Dalam pengambilan Tumbuhan Sowang di hutan yang telah ditentukan bagi masyarakat asli yang hendak mengambil atau menggunakan kayu ini, biasanya harus diketahui oleh Kepala adat (Ondofolo/Ondoafi) atau Tua-tua adat yang dipercayakan sebagai pemimpin masyarakat untuk memberikan izin pengambilan kayu tersebut. Pengambilan Tumbuhan Sowang, biasanya masyarakat asli tidak pergi mengambil sendirian tetapi dibantu oleh para tetangga atau sanak saudara yang diminta untuk membantu memikul atau membawa kayu tersebut dari dalam hutan.

(26)

Dari data dan hasil wawancara dengan kepala Kampung Doyo Baru dan Maribu, didapatkan informasi bahwa proses pemanfaatan dari Tumbuhan Sowang, dipercaya hanya boleh digunakan oleh kepala adat atau Ondoafi dan Ondofolo yang memerintah atas suatu daerah di daerah kawasan Pegunungan Cycloops. Masyarakat yang tidak mendengarkan atau melanggar aturan tersebut akan dikenakan sanksi, yang mana masyarakat itu harus keluar dari kampung dan hidup di luar dari kawasan kekuasaan Ondofolo atau Ondoafi tersebut. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan jaman, maka aturan-aturan dalam pemanfaatan Tumbuhan Sowang ini bagi masyarakat sudah mulai hilang.

(27)

Gambar 21. Diagramfishbone pada Pengelolaan Tumbuhan Sowang

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa fungsi dan manfaat dari Tumbuhan Sowang pada kawasan hutan pada cagar alam Pegunungan Cycloops, sangatlah banyak untuk kehidupan manusia yang tinggal dan bermukim disekitar kawasan tersebut. Contohnya bila nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak langsung diusik oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, maka akan berdampak pada terjadinya gangguan-gangguan pada fungsi hutan tersebut. Demikian juga untuk nilai pilihan, nilai keberadaan dan nilai warisan dari Tumbuhan Sowang bila diusik maka akan mengalami degradasi lingkungan dan kerusakan bahkan kepunahan dari Tumbuhan Sowang pada hutan di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

Tumbuhan Sowang ini banyak digunakan untuk bahan konstruksi oleh masyarakat asli maupun pendatang, antara lain:

1. Membangun jembatan kampung

2. Membangun tiang rumah adat maupun rumah masyarakat 3. Pagar rumah maupun pagar dari hewan piaraan

(28)

Selain dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi oleh masyarakat, Tumbuhan Sowang juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar peralatan rumah tangga seperti; perkakas rumah tangga, peralatan seni tradisional, peralatan makan. Tumbuhan Sowang juga digunakan sebagai salah satu sumber energi sebagai kayu bakar oleh masyarakat asli maupun masyarakat pendatang. Seringkali digunakan oleh masyarakat asli yang mendiami kawasan Pegunungan Cycloop untuk upacara ritual adat.

Umumnya Tumbuhan Sowang banyak digunakan sebagai bahan bangunan (tiang rumah) dan jembatan oleh masyarakat asli yang berdomisili di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops maupun di daerah pinggiran Danau Sentani dan pesisir pantai di kawasan cagar alam ini. Tumbuhan Sowang dapat bertahan hingga puluhan tahun, dan dapat digunakan hingga turun temurun oleh anak cucu. Gambar di bawah ini adalah rumah kepala Kampung Asei, Bapak Ohee yang merupakan Ondoafi Ohee yang menggunakan Tumbuhan Sowang sebagai tiang raja dan tiang penyangga rumah. Rumah tersebut sudah ditempati secara turun temurun hingga generasi ketiga.

Gambar 22. Rumah Ondoafi

(29)

Kampung Ormu sebagai tiang kurungan ikan yang dikombinasikan dengan kawat harmoni ataupun jaring keramba. Tumbuhan Sowang dianggap sangat kuat dan dapat tahan lama baik yang ditanam di dalam tanah maupun di dalam air dan tahan terhadap penggerek perusak kayu.

Gambar 23. Tambak Ikan yang Menggunakan Kayu Sowang

(30)

Tabel 7. Pengelolaan Tumbuhan Sowang

Sumber: Data Peneliti (2011)

Masyarakat pendatang biasanya menjual arang Sowang dalam karung beras yang berukuran 25 kg dengan harga Rp.25.000,-. Para pedagang mencari atau memesan kepada para penebang pohon Sowang dalam beberapa hari untuk dicarikan, karena saat ini, kondisi pohon Sowang sendiri sudah mulai susah ditemukan dan juga sudah mulai berkurang pada daerah sekitar kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

Gambar 24. Pengelolaan Tumbuhan Sowang untuk Kayu Arang

Masyarakat adat yang mendiami kawasan Pegunungan Cycloops pada umumnya telah memiliki konsep tradisional bagaimana mengelola hutan agar tetap

No Peralatan Kegunaan

1. Perkakas

 Hulu Penggaruk  Hulu Kapak  Tugal / Klenyem

2. Gagang

 Sekop  Parang  Pisau

3. Alat Makan

 Garpu / Hiloy  Sendok / Yanggalu  Sendok Nasi

4. Seni Tradisional

(31)

lestari. Konsep tersebut telah digunakan oleh masyarakat adat yang mendiami wilayah Sentani, Tepera, dan Mooi. Sistem tersebut antara lain :

a. Masyarakat Adat Sentani

Weykla, Howangkla, Naukala, Hoplokala: artinya bahwa tempat untuk

mengambil Tumbuhan Sowang yang digunakan sebagai bahan bangunan (Tiang Rumah adat, Pagar, tali noken, bahan baku pukat, obat-obatan tradisional). Pengelolaan hutan pada kawasan ini biasanya ada aturan-aturan untuk mengambil kayu Sowang, dimana apabila hutan tersebut dalam kondisi yang rawan, atau gundul maka biasanya masyarakat dilarang untuk mengambil kayu Sowang atau mengelola kawasan tersebut.

Poylo waybolokla: Hutan alam yang dilindungi dan berfungsi sebagai tempat

bersemayam para dewa atau penguasa alam. Dalam kawasan ini masyarakat adat tertentu yang dapat memasuki daerah tersebut, karena dipercaya oleh orang tua dahulu, bahwa hutan tersebut telah dimiliki oleh para dewa atau para penguasa alam.

Nobukla/Faukla: Kawasan pemukiman kampung sekaligus dengan kebun

tanaman jangka panjang. Kawasan ini biasanya dihuni oleh masyarakat adat dengan memanfaatkan lahan baik untuk berkebun maupun kegiatan lain yang dapat memberikan penghasilan/pendapatan untuk kehidupan masing-masing masyarakat.

Onggikla/Yalikla: tempat berkebun sewaktu-waktu, bila ada acara dikampung

(berburu dengan menggunakan bantuan anjing, tanaman obat-obatan tradisional, berkebun dengan pola ladang berputar).

b. Masyarakat Adat Tepera

Yo/Buso: Pemukiman kampung dan ladang halaman.

(32)

c. Masyarakat Adat Mooi

Kudben : Hutan dipuncak umumnya sebagai hutan alam yang dilindungi. Boynugum : Hutan bekas kebun yang bertumbuh menjadi hutan alam yang

dilindungi.

Busyo/Pay : Hutan perladangan pertanian berjalan Muay Knip : Kawasan pemukiman penduduk.

Masyarakat adat yang mendiami kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops khususnya di Kampung Doyo Baru dan Maribu sudah mempunyai pola pikir dan kemauan untuk menjaga serta melestarikan hutan dan semua yang ada di dalam kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Masyarakat adat mempunyai nilai orientasi bahwa hubungan manusia dengan alam harus terjaga baik. Dalam pandangan masyarakat tradisional, manusia adalah bagian yang integral dengan ekosistemnya. Pandangan dan keyakinan demikian menyebabkan terbentuknya norma-norma dan nilai-nilai tertentu yang berfungsi sebagai pengendali sosial bagi masyarakat pendukungnya untuk berinteraksi dengan ekosistem. Norma-norma itu menetapkan apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk hubungan-hubungan sosial maupun dalam pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang ada, misalnya larangan-larangan untuk membunuh jenis-jenis hewan tertentu, menebang sembarangan pohon-pohon di kawasan hutan tertentu, merusak atau mencemarkan lingkungan alam tertentu atau melakukan perbuatan kurang baik di tempat-tempat tertentu. Perbuatan membunuh hewan, menebang hutan, merusak dan mencemarkan lingkungan yang dikeramatkan disamakan dengan membunuh masyarakat setempat.

6.3. Identifikasi Dampak Negatif Kepunahan Tumbuhan Sowang

(33)
(34)

Gambar 25. Penebangan Liar dan Perladangan pada Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops

Beberapa faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kepunahan dari Tumbuhan Sowang dan kerusakan hutan pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dan mengakibatkan kehilangan manfaat dan fungsi dari hutan, antara lain : 1. Pemukiman dan Pertambahan Penduduk

(35)

Tabel 8. Jumlah Penduduk pada Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops

Kelurahan/Kampung Jumlah (Jiwa)

Angkasapura 3938

Bhayangkara 12347

Kloofkamp 15555

Polimak 7,470

Skyline 6.629

Waena 10.139

Ifar Gunung 2007

Doyo Baru 3.620

Maribu 1020

Sumber: Data BKSDA Provinsi Papua (2010)

Dari data jumlah pemukiman didalam kawasan cagar alam sudah tidak sesuai dengan prosedur dan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura yang menyebabkan terjadinya pemukiman liar serta munculnya pemukiman baru disekitar maupun di dalam kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Tingginya angka pertambahan penduduk setiap tahun jika tidak diimbangi dengan tersedianya lahan maka akan menambah jumlah pemukiman liar didalam kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Jika masalah pemukiman masyarakat yang tidak teratur serta tidak sesuai dengan prosedur ini dibiarkan terus menerus dan tidak mendapat penanganan yang baik dari pihak terkait maka dikhawatirkan dalam jangka waktu beberapa tahun kedepan wilayah perbatasan kawasan cagar alam yang berfungsi sebagai zona penyangga kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops akan berubah menjadi pemukiman bahkan bisa jadi pemukiman tersebut masuk didalam zona inti kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

2. Perladangan

Hasil pengolahan data primer menunjukan bahwa rata-rata responden bermata pencaharian pokok sebagai petani/peladang yaitu 192 KK atau 55,81%. Pola perladangan masyarakat di beberapa lokasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat dikatakan sangat aktif dan sebagian besar responden menggunakan sistem perladangan berpindah-pindah (shifting cultivation).

3. Penebangan Kayu

(36)

masyarakat. Pada umumnya pengambilan/penebangan kayu yang dilakukan masyarakat didalam kawasan digunakan untuk keperluan memasak, bahan bangunan rumah serta untuk dijual. Hal ini disebabkan karena memasak dengan kayu bakar merupakan cara praktis dan membutuhkan biaya yang sedikit sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat yang terbatas yang mana kurang mampu membeli peralatan masak seperti kompor minyak sehingga menggunakan kayu bakar sebagai perlengkapan memasak sehari-hari.

Jenis-jenis pohon yang ditebang pada umumnya adalah kayu Matoa (Pometia sp), kayu besi (Intsia bijuga), kayu Merah (Homalium sp) dan kayu Sowang. Kayu

Sowang merupakan jenis kayu yang mempunyai nilai ekonomis yaitu Rp.100.000,-hingga Rp.200.000,- perbatang.

Gambar 26. Kayu Sowang yang Ditebang untuk Diperjualbelikan

Hal lain yang turut mempengaruhi adalah langkanya BBM khususnya minyak tanah beberapa tahun terakhir ini. Akibatnya distribusi minyak tanah kepada masyarakat sangat sulit sehingga walaupun ada keluarga yang mempunyai kompor tetapi tidak bisa menggunakannya karena kelangkaan tersebut.

4. Pembangunan Jalan

(37)

Pegunungan Cycloops. Jalan tersebut diantaranya meliputi: a) Ruas Jalan Sentani – Waena, ruas jalan yang dibuat dari Sentani ke Waena dibangun pada zona penyangga hingga masuk dalam kawasan cagar alam. b) Pembangunan ruas jalan alternatif dari Waena ke Jayapura dan Pembangunan ruas jalan dari Pasir VI menuju Ormu. Pembangunan jalan ini masuk dalam kawasan cagar alam. Dampak yang ditimbulkan dari pembangunan jalan ini adalah rusaknya habitat dan satwa yang ada di kawasan tersebut serta banyak masyarakat yang akan bermukim disepanjang jalan tersebut dan sudah pasti melakukan aktifitas di dalam kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

Gambar 27. Pembangunan Ruas Jalan Raya

5. Penggalian Bahan Galian C

(38)

Yapis, Kali Kayabu, Kali Jabawi, Kali Ular, Waena, Harapan dan Hotel Sentani Indah.

6. Perburuan Satwa

Perburuan satwa secara liar juga tidak dapat dihindari, yang dilakukan oleh masyarakat yang bermukim di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Jenis-jenis satwa yang menjadi sasaran buruan adalah; Kangguru pohon, Kus-Kus, Burung Cenderawasih, Burung Kakatua Raja, dan Burung Nuri Kepala Hitam.

Gambar 28. Hewan yang Diburu

(39)

yang menghancurkan vegetasi tutupan lahan di punggung dan lembah Pegunungan Cycloops yang membawa korban harta dan jiwa di Kabupaten dan Kota Jayapura.

(40)

BAB VII

NILAI EKONOMI TUMBUHAN SOWANG

7. 1. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang

Kelestarian dari keberadaan Tumbuhan Sowang di kawasan Pegunungan Cycloops ini perlu dijaga nilainya. Nilai ekonomi dari Tumbuhan Sowang diukur dari nilai manfaat (use value) maupun nilai bukan manfaat (non use value). Nilai manfaat Tumbuhan Sowang dihitung berdasarkan penggunaan secara langsung dan nilai penggunaan tidak langsung oleh masyarakat adat maupun masyarakat pendatang. Nilai bukan manfaat diukur dari setiap responden yang memberikan nilai untuk pelestarian dan perlindungan Sowang baik untuk nilai warisan maupun nilai keberadaan untuk Tumbuhan Sowang pada kawasan Pegunungan Cycloops.

7.1.1. Analisis Nilai Ekonomi Pengelolaan Tumbuhan Sowang Secara Langsung 1. Penggunaan oleh Masyarakat Adat

(41)

oleh beberapa suku asli yang berada pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops yang jika dinilai dengan nilai rupiah.

Tabel 9. Daftar Harga Penukaran Tumbuhan Sowang dengan Alat Tradisional

Suku Alat

(Ukiran kayu) 1 buah 1 meter Rp.200.000,- /1 buah Kholai

(gayung air minum)

1 buah 30 cm Rp.25.000,-/ 1 buah Hiloi (Garpu

utama (tiang raja) Rp.5.000.000,-/ batu Piring Batu 1 buah Biasanya disertakan

(42)

Mooi

- - -

-Ket : masyarakat adat Mooi, mereka tidak melakukan pertukaran

atau penjualan kayu Sowang, dikarenakan mereka menjunjung tinggi pentingnya nilai hutan bagi kehidupan mereka. Sebab itu ada larangan-larangan bagi masyarakat adat untuk tidak menebang pohon atau mengadakan transaksi pasar dengan sebarangan di kawasan cagar alam pegunungan Cycloops.

Total Rp.

26.326.000,-Sumber: Data Olahan (2011)

Tabel perhitungan penggunaan langsung dari Tumbuhan Sowang oleh beberapa masyarakat yang mendiami kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops, dalam pertukaran benda-benda tradisional tersebut, harus melalui proses musyawarah masyarakat adat yang biasanya dipimpin oleh kepala suku besar atau Ondofolo.

2. Penggunaan oleh Masyarakat Pendatang

(43)

Tabel 10. Daftar Harga Tumbuhan Sowang yang Diperjualbelikan

Penggunaan Ukuran Jumlah Waktu Harga

Tiang

10 karung 15 hari Rp. 3.750.000,-1 karung =

25.000,-Total Rp.

12.750.000,-Total x 12 bulan

Rp.153.000.000,-Sumber: Data Diolah (2011)

Dari penggunaan secara langsung Tumbuhan Sowang baik dari masyarakat adat maupun masyarakat pendatang dapat dihasilkan nilai ekonomi Tumbuhan Sowang secara langsung, nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan penggunaan Tumbuhan Sowang oleh masyarakat adat maupun masyarakat pendatang.

Tabel 11. Total Ekonomi Penggunaan Langsung Tumbuhan Sowang

Penggunaan Nilai Ekonomi

Masyarakat Adat Rp.

26.326.000,-Masyarakat Pendatang Rp.

153.000.000,-Total Rp.

179.326.000,-Sumber: Data diolah (2011)

7.1.2. Analisis Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) untuk Tumbuhan Sowang

(44)

Ancaman terhadap kelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops saat ini terus berlangsung seperti illegal logging, perambahan, pembakaran, pertambangan, perkebunan. Jika ancaman tersebut terus berlangsung maka kelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan Pegunungan Cycloops akan terancam yang berakibat kurang atau punahnya Tumbuhan Sowang.

Tumbuhan Sowang saat ini sudah mulai berkurang dan dibeberapa bagian tempat di kawasan Pegunungan Cycloops sudah tidak ditemukan lagi dan hilang. Satu-satunya cara untuk tetap mempertahankan kelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan Pegunungan Cycloops adalah dengan dibiayai iuran/pajak khusus dari masyarakat untuk turut serta menjaga dan melestarikan dari Tumbuhan Sowang. Masyarakat diminta kesediaannya untuk membayar iuran tersebut yang akan digunakan untuk mempertahankan dan mengelola kelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan Pegunungan Cycloops. Selanjutnya dana tersebut akan dialokasikan sebagai dana operasional yang digunakan untuk biaya pelestarian dan menjaga Tumbuhan Sowang dari kepunahan dan kerusakan pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

Hasil survei menunjukkan bahwa nilai maksimum dari kesediaan responden untuk membayar (Willingness to Pay/WTP) untuk kelestarian dari Tumbuhan Sowang berkisar antara Rp.500,- hingga Rp 15.000. Distribusi frekuensi responden menurut nilai maksimumWTP-nya dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Responden menurut Nilai WTP

WTP Jumlah Persentase (%)

Rp.500,- 24 6.98

Rp.1.000,- 150 43.60

Rp.1.500,- 42 12.21

Rp.2.000,- 22 6.40

Rp.2.500,- 11 3.20

Rp.3.000,- 4 1.16

Rp.5.000,- 8 2.33

Rp.10.000,- 4 1.16

Rp.15.000,- 1 0.29

Total 266 100,0

(45)

0 sebanyak 43,60% bersedia Tumbuhan Sowang pada sebanyak 6,98% respo responden bersedia memba Rp.2.000,-. berjumlah 6 sebanyak 3,20%. Sebanyak Sedangkan 2,33% responden bersedia membayar Rp.

Hasil penelitian dari atau 22,67% responden terjaganya Tumbuhan Sowang mereka tidak bersedia memba cagar alam Pegunungan kelestarian dan terjagan Tumbuhan Sowang pada tanggung jawab pemerintah tanggungan untuk keluarga

8 11 22 24 42 150

tabel 12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bersedia membayar Rp.1.000,- untuk kelestarian dan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops,

responden bersedia membayar Rp.500,-. Sebanyak bersedia membayar Rp.1.500,-. Responden yang bersedia

6,40%. Sementara responden bersedia membayar Sebanyak 1,16% responden bersedia membayar

responden bersedia membayar Rp.5.000,-. Responden yar Rp.10.000,- sebanyak 1,16%. Dan sebanyak 0,29% yar Rp.15.000,-. Responden yang tidak memberikan nilai

sebanyak 22,67% atau 78 responden. Dari data ini terlihat b cenderung semakin sedikit seiring dengan peningkatan dapat ditunjukan dengan gambar berikut.

. Nilai WTP tumbuhan Sowang

dari 344 responden yang diteliti menunjukkan

responden yang tidak bersedia membayar untuk kelestarian Tumbuhan Sowang di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops

bersedia membayar untuk kelestarian Tumbuhan Sowang pada Pegunungan Cycloops, antara lain : adanya dana dari pemerintah

terjaganya Tumbuhan Sowang, pengelolaan untuk Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops

pemerintah Kabupaten maupun Kota Jayapura, terlalu tanggungan untuk keluarga, dan besarnya pengeluaran rumah tangga.

150

(46)

Tabel 13. Persepsi Responden yang Tidak Ikut Memberikan Nilai WTP

No Alasan Responden Jumlah Persentase (%)

1 Pemerintah masih memiliki dana untuk kelestarian dan keterjagaan dari tumbuhan Sowang

21 26.93

2 Pengelolaan untuk kelestarian dan keterjagaan tumbuhan Sowang adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten maupun Kota Jayapura

25 32.05

3 Besar tanggungan untuk keluarga 15 19.23 4 Besar pengeluaran rumah tangga 17 21.79

Total 78 100.00

Sumber: Data diolah (2011)

Berdasarkan pengelompokan nilai WTP menjadi 5 kelompok, dapat dilihat distribusi frekuensi responden seperti yang tampak pada tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Nilai WTP

Interval Nilai WTP (Rp) Jumlah Persentase (%)

Rp. 500 – Rp. 1.000 174 65.41

Rp. 1.500 – Rp.2.000 64 24.06

Rp. 2.500 – Rp.3.000 15 5.64

Rp. 3.500 – Rp. 5.000 8 3.01

Rp. 10.000 – Rp.15.000 5 1.88

Total 266 100,00

Sumber: Data Diolah (2011)

Tabel 14 menunjukan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 65,41% hanya bersedia membayar Rp.500,- sampai Rp.1.000,- untuk kelestarian dari Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops, sedangkan 24,06% responden bersedia membayar sebesar Rp.1.500,- sampai dengan Rp.2.000,-; 5,64% responden bersedia membayar Rp.2.500,- sampai Rp.3.000,-; 3,01% responden bersedia membayar antar Rp.3.500,- sampai Rp.5.000,- dan 1.88% responden bersedia membayar sebesar Rp.10.000,- sampai Rp.15.000,-.

(47)

Tabel 15. Deskripsi Nilai WTP Tumbuhan Sowang

Kisaran WTP Frekuensi Nilai WTP

Rp.500,- 24 12.000

Rp.1.000,- 150 150.000

Rp.1.500,- 42 63.000

Rp.2.000,- 22 44.000

Rp.2.500,- 11 27.500

Rp.3.000,- 4 12.000

Rp.5.000,- 8 40.000

Rp.10.000,- 4 40.000

Rp.15.000,- 1 15.000

Total WTP 403,500

Rata-rata WTP 1516.92

Median 1000

Max 15000

Min 500

Std. Dev 1573.57

Total 266

Sumber: Data Diolah (2011)

Tabel di atas menunjukan bahwa nilai rata-rata dari keseluruhan WTP responden adalah sebesar Rp. 1516.92. Berdasarkan nilai rata-rata WTP di atas, dapat dihitung nilai ekonomi Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops berdasarkan nilai WTP masyarakat.

Estimasi nilai ekonomi Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops diperoleh dari hasil kali nilai rata-rata WTP dalam satu bulan (sebesar Rp.1516.92,-) dengan jumlah populasi masyarakat di Kampung Doyo Baru dan Kampung Maribu yaitu sebanyak 4640 orang. Perhitungan estimasi nilai ekonomi WTP Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dalam 1 tahun adalah:

WTP Tumbuhan Sowang = Rp. 1516.92/orang/bulan 4640 orang 12 bulan = Rp. 84.462.106 ,- / tahun

(48)

Tumbuhan Sowang ini, maka dapat dipastikan nilai ekonomi akan lebih besar lagi sehingga pelaksanaan kelestarian dari Tumbuhan Sowang ini pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dapat dilakukan lebih maksimal lagi.

7.1.3. Nilai Willingness To Pay/ WTP untuk Nilai Warisan

Dalam penelitian ini juga dilakukan suatu survei khusus untuk nilai warisan untuk Tumbuhan Sowang. Jumlah responden yang ditemui di lapangan sebanyak 56 responden yang berada di wilayah Kabupaten dan Kota Jayapura. Nilai minimum dan maksimum dari kesediaan responden untuk membayar (willingness to pay/WTP) untuk kelestarian dari Tumbuhan Sowang dari nilai warisan adalah antara Rp.500,-hingga Rp 30.000,-.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ada responden yang bersedia dan juga ada responden yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam pelestarian Tumbuhan Sowang. Tabel 16 berikut menunjukkan data dari responden yang bersedia dan tidak bersedia mengambil bagian dalam pelestarian Tumbuhan Sowang untuk nilai warisan.

Tabel 16. Deskripsi Kesediaan Membayar Nilai Warisan Tumbuhan Sowang

Deskripsi Frekuensi Persentase%

 Nilai Warisan Bersedia Tidak Bersedia

50 6

89,29 10.71

Total 56 100.00

(49)

Distribusi frekuensi responden menurut nilai minimum dan maksimum WTP untuk nilai warisan dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Nilai WTP Nilai Warisan

WTP Jumlah Persentase (%)

Rp. 500,- 1 2.0

Rp.1.000,- 14 28.0

Rp.1.500,- 3 6.0

Rp.2.000,- 6 12.0

Rp.2.500,- 3 6.0

Rp.5.000,- 3 6.0

Rp.10.000,- 7 14.0

Rp.15.000,- 6 12.0

Rp.20.000,- 3 6.0

Rp.25.000,- 3 6.0

Rp.30.000,- 1 2.0

Total 50 100,0

Sumber: Data Diolah(2011)

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa dari responden yang bersedia ikut serta dalam program pelestarian dari Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops yaitu 28% responden hanya bersedia membayar Rp.1.000,-untuk nilai warisan. Kemudian sebanyak 2% responden memberikan masing-masing untuk nilai WTP sebesar Rp.500 dan Rp.30.000. Sebanyak 6% responden bersedia masing-masing membayar pada nilai Rp.1.500; Rp.2.500; Rp.5.000; Rp.20.000,- dan Rp.25.000,-., Sedangkan untuk nilai WTP sebesar Rp.2.000,- dan Rp.15.000,-sebanyak 12% responden yang bersedia membayar, dan Rp.15.000,-sebanyak 14% responden bersedia membayar pada nilai Rp.10.000- untuk nilai warisan dari Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops.

Dari 56 responden yang diteliti, ternyata ada 6 orang atau 10,71% yang tidak bersedia membayar untuk kelestarian dan terjaganya Tumbuhan Sowang untuk nilai keberadaan pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Alasan mereka tidak bersedia membayar untuk kelestarian Tumbuhan Sowang adalah:

(50)

merasakan warisan bukan hanya orang asli yang memiliki tanah ini tetapi juga masyarakat pendatang.

 Pemerintah merupakan pihak yang memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian Tumbuhan Sowang

 Tidak memiliki pendapatan yang mencukupi.

Hasil perhitungan untuk mengetahui nilai statistik dari nilai Tumbuhan Sowang pada nilai warisan yaitu rata-rata dari nilai WTP, median, maksimum, minimum, jumlah dan standard deviasi, diperoleh hasil yang dapat dilihat tabel 18 berikut:

Tabel 18. Nilai Statistik dari WTP Tumbuhan Sowang untuk Nilai Warisan

Kisaran WTP Frekuensi Nilai WTP

Rp. 500,- 1

500,-Rp.1.000,- 14

14.000,-Rp.1.500,- 3

4.500,-Rp.2.000,- 6

12.000,-Rp.2.500,- 3

7.500,-Rp.5.000,- 3

15.000,-Rp.10.000,- 7

70.000,-Rp.15.000,- 6

90.000,-Rp.20.000,- 3

60.000,-Rp.25.000,- 3

75.000,-Rp.30.000,- 1

30.000,-Total WTP 378500

Rata-rata WTP 7570

Median 2500

Max 30.000

Min 500

Std. Dev 8204.65

Total 50

Sumber: Data Diolah (2011)

(51)

Estimasi nilai ekonomi Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops diperoleh dari hasil kali nilai rata-rata WTP dalam satu bulan (Rp.7.570,-) dengan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Jayapura dan Kotamadya Jayapura yaitu 376.2913. Perhitungan estimasi nilai ekonomi Tumbuhan Sowang untuk nilai warisan pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dalam 1 tahun adalah:

Nilai Warisan = Rp. 7.570,- /orang/bulan 376.291 orang 12 bulan = Rp.34.182.274.440,-/ tahun

Nilai ini dihitung berdasarkan total responden dalam penelitian ini yang menilai warisan Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops di Kabupaten Jayapura bagi generasi yang akan datang. Bila kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops ini dikenal lebih luas sampai ke luar negeri dan dapat menarik responden untuk menilai atau ikut bersedia dalam program pelestarian dari Tumbuhan Sowang bagi nilai warisan ini, maka dapat dipastikan nilai ekonomi akan lebih besar lagi sehingga usaha menjaga kelestarian dari Tumbuhan Sowang ini pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dapat dilakukan lebih maksimal lagi.

7.1.4. Nilai Willingness To Pay/ WTP untuk Nilai Keberadaan

Penelitian ini juga menghitung nilai keberadaan Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Sebanyak 20 responden dari beberapa daerah di Provinsi Papua dan beberapa wilayah di Indonesia dijumpai di lapangan untuk memberikan penilaian terhadap nilai keberadaan Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Survei untuk nilai keberadaan ini dilakukan di luar kawasan cagar alam Pegunungan Cycloop dengan maksud untuk mendapatkan suatu nilai dari beberapa responden yang bersedia ikut berpartisipasi dalam pelestarian Tumbuhan Sowang. Nilai minimum dan maksimum dari kesediaan

3

(52)

responden untuk membayar (willingness to pay/WTP) untuk kelestarian Tumbuhan Sowang bagi nilai keberadaan adalah antara Rp.1.000,- hingga Rp 35.000,-.

Hasil dari penelitian, ada responden yang bersedia dan juga ada responden yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam pelestarian Tumbuhan Sowang untuk nilai keberadaan, yang diperlihatkan dalam tabel 19 berikut.

Tabel 19. Deskripsi Kesediaan Membayar untuk Nilai Keberadaan

Deskripsi Frekuensi Persentase (%)

Distribusi frekuensi responden menurut nilai maksimumWTP-nya untuk nilai keberadaan dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20.Distribusi Frekuensi Responden Menurut nilai WTP Nilai Keberadaan

WTP Jumlah Persentase (%)

(53)

Rp.31.000,-sebanyak 5,56%, Dan Rp.31.000,-sebanyak 5,56% responden membayar Rp.35.000,-. Dari data ini terlihat bahwa jumlah responden cenderung semakin sedikit seiring dengan peningkatan nilai WTP.

Dari 20 responden yang diteliti, ternyata ada 2 orang atau 10% yang tidak bersedia membayar untuk kelestarian dan terjaganya Tumbuhan Sowang untuk nilai keberadaan di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Alasan mereka tidak bersedia membayar untuk kelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops adalah:

 Pemerintah setempat khususnya pemerintah Papua sudah atau masih memiliki dana untuk kelestarian dan keterjagaan dari Tumbuhan Sowang di kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops tersebut.

 Tidak mengetahui dengan pasti mengenai Tumbuhan Sowang.

Hasil perhitungan untuk mengetahui nilai statistik dari nilai Tumbuhan Sowang pada nilai keberadaan yaitu rata-rata dari nilai WTP, median, maksimum, minimum, jumlah dan standard deviasi, ditunjukkan dalam tabel 21 berikut:

Tabel 21. Nilai Statistik dari WTP Tumbuhan Sowang untuk Nilai Keberadaan

Kisaran WTP Frekuensi Nilai WTP

Rp.1.000,- 1

1.000,-Rp.1.500,- 1

1.500,-Rp.2.000,- 2

4.000,-Rp.4.000,- 1

4.000,-Rp.10.000,- 3

30.000,-Rp.20.000,- 5

100.000,-Rp.30.000,- 3

90.000,-Rp.31.000,- 1

31.000,-Rp.35.000,- 1

35.000,-Total WTP 296.500

Rata-rata WTP 16.472

Median 20.000

Max 35.000

Min 1000

Std. Dev 11705

Total 18

Sumber: Data Diolah (2011)

(54)

mengurangi bias yang disebabkan karena tanggapan / respon dari responden (protes respon). Dari tabel di atas menunjukan bahwa nilai rata-rata dari keseluruhan WTP responden adalah sebesar Rp.16.472,-. Berdasarkan nilai rata-rata WTP di atas dapat dilakukan perhitungan nilai ekonomi Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops berdasarkan nilai WTP masyarakat.

Estimasi nilai ekonomi Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloop diperoleh dari hasil kali nilai rata-rata WTP dalam satu bulan (sebesar Rp.16.472,-) dengan jumlah responden yang berasal dari hasil total responden dikalikan dengan total penduduk Indonesia (total usia kerja dikurangi dengan total penganguran Indonesia) dengan menggunakan asumsi, setiap orang yang berada di Indonesia yang bekerja dan memiliki penghasilan akan memberikan penilaian terhadap nilai keberadaan dari Tumbuhan Sowang. Hasil perhitungan total penduduk Indonesia pada tabel berikut.

Tabel 22. Estimasi nilai keberadaan (existence value) Indonesia

No. Estimasi nilai Jumlah

1. Total Penduduk Indonesia > 15 tahun * 172.070.339

2. Total Usia Kerja Indonesia (15-64 tahun) * 116.527.546

3. Total Pengangguran Indonesia * 8.319.779

4. Total responden yang membayar dibagi

dengan total responden nilai keberadaan 18 / 20 = 0,9

5. Jumlah (( 2 – 3 ) x 4)) 97.386.990 Sumber: Data Badan Pusat Statistik Indonesia, Juni 2011 *

Perhitungan estimasi nilai ekonomi Tumbuhan Sowang untuk nilai keberadaan pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dalam 1 tahun adalah:

Nilai Keberadaan = Rp.16.472,-/orang/bulan97.386.990 orang12 bulan = Rp.19.249.901.991.360,-/ tahun

(55)

Khusus untuk perhitungan nilai keberadaan harus diakui bahwa, sampel yang dipakai terlalu sedikit atau terlalu kecil yakni hanya 20 responden saja, ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan biaya, sehingga total responden yang digunakan dalam perhitungan ini adalah keseluruhan dari total penduduk Indonesia yang diasumsikan telah bekerja dan semuanya memberikan nilai untuk keberadaan nilai Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops. Nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan dianggap terlalu berlebihan (over estimate) karena asumsi yang digunakan adalah bahwa semua responden yang ada di Indonesia akan memberikan nilai untuk keberadaan Tumbuhan Sowang pada kawasan Pegunungan Cycloops. Dan jika dilihat secara menyeluruh dari penelitian ini, responden yang tidak memberikan nilai WTP untuk nilai keberadaan tidak hanya 2 responden saja, tetapi dari total penduduk Indonesia yang diasumsikan tidak memberikan nilai untuk nilai keberadaan Tumbuhan Sowang yang dipastikan akan lebih dari 2 responden tersebut, sehingga nilai keberadaan dipastikan akan jauh lebih kecil dari nilai yang berlebihan (over estimate). Tetapi untuk nilai keberadaan dari Tumbuhan Sowang yang telah didapatkan, tidak dapat dipungkiri bahwa Tumbuhan Sowang merupakan tumbuhan endemik yang hanya terdapat di Pegunungan Cycloops dan hanya berada di timur Indonesia, yang mempunyai nilai tersendiri di dunia dan tidak dimiliki dan tidak tumbuh di tempat lain.

(56)

Tabel 23. Nilai Ekonomi Total Tumbuhan Sowang

No. Distribusi Nilai Rupiah (Rp) Dollar ($)

1. Nilai Manfaat :

a. Nilai penggunan langsung dari tumbuhan Sowang oleh masyarakat adat serta masyarakat pendatang pada kawasan cagar alam pegunungan Cycloops.

Rp. 179.326.000,- $ 19,925

b. Nilai Total Willingness to Pay dari tumbuhan Sowang pada Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (Nilai Manfaat Langsung)

Rp. 84.462.106,- $ 9,385

2. Nilai Bukan Manfaat :

a. Nilai Keberadaan

$ 2,138,877,999

b. Nilai Warisan Rp. 34.182.274.440,- $ 3,798,030

Nilai Ekonomi Rp.19.284.348.053.906,- $ 2,142,705,339 Sumber: Data Diolah (2011).

7.1.5. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Membayar

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar untuk pelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logit, dengan variabel respon (dependent) adalah peluang responden bersedia membayar atau tidak bersedia membayar dalam upaya pelestarian Tumbuhan Sowang. Jika responden menyatakan bersedia membayar maka diberi nilai1 (satu), sedangkan responden yang tidak bersedia membayar diberi nilai 0 (nol).

Variabel yang diduga akan menjelaskan variabel respon terdiri dari delapan varibel penjelas (independent). Variabel-variabel penjelas tersebut terdiri dari jumlah keluarga, usia/umur responden, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, jarak tempat tinggal, asal responden.

(57)

Tabel 24. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Membayar dalam Upaya Pelestarian Tumbuhan Sowang.

Sumber: Data Olahan (2011)

* = Pada tingkat kepercayaan 95 persen

Berdasarkan analisis regresi logit (Lampiran 6), dengan melakukan pengujian melalui metode enterdiketahui bahwa nilai -2 Log - Likelihoodsebesar 206.497, Cox & Snell R Square (R2) sebesar 0,389, dan Nagelkerke R square sebesar 0,541 yang memiliki analogi sama seperti regresi linear, menyatakan bahwa sebanyak 38,9 persen keragaman dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya sebesar 61,1 persen dijelaskan oleh variabel diluar model. Selain itu dengan melihat perhitungan Goodness-of-Fits test: Hosmer and Lemeshow Test sebesar 0,162 dimana nilai Sig 0,011 lebih besar dari α = 0,15 dan Overall Percentage sebesar 86.1 persen maka model regresi yang dihasilkan dalam analisis regresi logit merupakan model yang baik. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :

Li = 1,199 - 0.400 Jmlh Klg - 0.405 Pdptn3 + 0.590 Pdptn4 + εi

Berdasarkan model yang dihasilkan dengan analisis regresi logit diketahui variabel-variabel penjelas yang memiliki pengaruh nyata terhadap kesediaan

Variabel Koefisien Sig Exp(β) Keterangan

Constant 1.199 0.246 3.318 (-)

Jumlah keluarga -0.400 0.011 0.670 Berpengaruh nyata*

Umur 0.007 0.970 1.007 Berpengaruh tidak nyata Pendidikan 0.255 0.201 1.290 Berpengaruh tidak nyata Pekerjaan(1) 0.136 0.674 1.146 Berpengaruh tidak nyata Pekerjaan(2) 0.446 0.118 1.562 Berpengaruh tidak nyata Pekerjaan (3) -0.542 0.162 0.581 Berpengaruh tidak nyata Pendapatan(1) 0.330 0.776 1.391 Berpengaruh tidak nyata Pendapatan(2) -0.105 0.532 0.900 Berpengaruh tidak nyata

Pendapatan(3) -0.405 0.033 0.667 Berpengaruh nyata* Pendapatan(4) 0.590 0.046 1.803 Berpengaruh nyata*

(58)

membayar untuk kelestarian Tumbuhan Sowang adalah jumlah keluarga responden dan pendapatan responden.

Variabel jumlah keluarga memiliki nilai Sig sebesar 0,011 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar dalam upaya pelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan Pegunungan Cycloops pada taraf (α) 5 persen. Sedangkan nilai koefisien bertanda negatif (-) dan nilai Exp (ß) atau odds ratio sebesar 0,670 pada variabel jumlah keluarga berarti bahwa semakin banyak jumlah keluarga responden maka semakin kecil kecenderungan peluang responden untuk bersedia membayar bagi kelestarian Tumbuhan Sowang. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak jumlah keluarga responden dengan tanggungan didalam keluarga yang semakin besar.

Variabel tingkat pendapatan(3) sebesar Rp.1.600.000 - Rp.2.000.000 memiliki nilai Sig sebesar 0.033 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan(3) berpengaruh secara nyata terhadap nilai WTP responden Tumbuhan Sowang pada taraf kepercayaan (α) 5 persen. Nilai koefisien bertanda negatif (-) dan nilai Exp(β) atau odds ratio sebesar 0.667 menunjukan peluang kesediaan membayar responden akan semakin kecil. Dengan tingkat pendapatan(3) dari setiap responden, kecenderungan peluang responden membayar untuk pelestarian Tumbuhan Sowang pada kawasan cagar alam Pegunungan Cycloops semakin kecil dengan kemungkinan berbagai kebutuhan dari setiap responden dengan penghasilan pendapatan di tingkat Rp1.600.000 – Rp.2.000.000.

Gambar

Tabel 7.  Pengelolaan Tumbuhan Sowang
Gambar 25. Penebangan Liar dan Perladangan pada Kawasan Cagar Alam
Gambar 26. Kayu Sowang yang Ditebang untuk Diperjualbelikan
Gambar 27. Pembangunan Ruas Jalan Raya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan Cagar Alam Dolok Saut sebagai bagian dari kawasan hutan lindung memiliki potensi hasil hutan, khususnya berupa tumbuhan obat.. Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat

Selain tanaman vegetasi pohon, banyak sumber hasil hutan bukan kayu yang dapat dihasilkan oleh hutan, diantaranya adalah anggrek alam sebagai sumber plasma nutfah

Pembentukan organisasi dan aturan main melibatkan banyak aktor yang berperan, yaitu: petani (E1, E2) yang berperan di usaha hutan rakyat, pemilik industri rental (E7) yang

Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan dan masih terdapat banyak hutan semak belukar yang termasuk salah satu tempat yang di sukai oleh ternak

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei eksploratif, dengan cara menjelajahi seluruh kawasan hutan Cagar Alam Gunung Ambang

Keunikan dusun ini karena memiliki batu yang bisa menghasilkan musik (Selo Bonang). Wilayah Sumbercandik memiliki iklim hutan yang sejuk, keadaannnya lembab dan subur. Tumbuhan

pertumbuhan dalam PDRB lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi referensi, serta memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB yang lebih

Hasil observasi ditemukan pada lahan perkebunan yang memiliki tanah lebih gembur dibandingkan dengan area pemakaman sehingga peluang tumbuh spesies lebih banyak, selain itu serapan hara