• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

!

"

#

"

(2)

!

"

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

#

"

(3)

" Kajian Aktivitas Ekstrak Air Kunyit (

Linn.) Terhadap Persembuhan Luka Pada Mencit albinus). Dibimbing oleh" ' " (! )dan *+,* " * + (! )

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit ( Linn.) dengan pelarut air dan aktivitas dari rimpang kunyit dalam bentuk sediaan salep terhadap proses persembuhan luka. Beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui hal tersebut yaitu penapisan fitokimia, pengamatan patologi anatomi dan pengamatan histopatologi. Ekstraksi rimpang kunyit dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 45 ekor mencit albino ( ) jantan berumur 2,2,5 bulan dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan; 1) kelompok kontrol positif, yaitu kelompok mencit yang dilukai dan diberi obat luka yang mangandung 5%, 2) kelompok kontrol negatif, yaitu mencit yang dilukai namun tidak diberi pengobatan, dan 3) kelompok mencit yang dilukai dan diberi salep fraksi air rimpang kunyit. Kemudian dilakukan pengamatan patologi anatomi setiap hari dan pengamatan histopatologi yang dilakukan pada hari ke 2, 4, 7, 14, dan 21. Peubah yang diamati pada patologi anatomi adalah ukuran luka, warna luka, kelembaban dan penyempitan luka. Pada pengamatan histopatologi, peubah yang diamati adalah jumlah sel polimorfonuklear (neutrofil), jumlah neovaskularisasi, persentase reepitelisasi dan persentase luas kolagen. Data mikroskopik diuji menggunakan Analisa Sidik Ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat dalam rimpang kunyit dengan pelarut air adalah kuinon. Pada pengamatan patologi anatomi, pemberian salep ekstrak air kunyit dapat mempercepat persembuhan luka namun tidak lebih baik dari kontrol positif. Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa salep fraksi air rimpang kunyit mampu mengurangi jumlah neutrofil dan pembentukan neovaskular serta meningkatkan persentase reepitelisasi dibanding kelompok positif yang diberi obat komersil dan kelompok kontrol negatif.

(4)

Judul Skripsi : Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (

Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit ( albinus)

Nama : Dewi Ratih Anggraeni

NIM : B04104130

Disetujui,

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi Dr. Dra. Hj. Ietje Wientarsih, Apt. MSc,

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Dr. Nastiti Kusumorini

(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Mama, Papa, kakak dan adik atas cinta dan kasih sayangnya, doa serta dukungannya selama ini.

2. Ibu Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Ibu Dr. Dra. Itje Wientarsih, Apt. MSc. selaku dosen pembimbing skripsi

3. Bapak drh. Isdoni, Biomed selaku dosen pembimbing akademik

4. Bu Rini dan Mba Lina yang telah membimbing dalam membuat obat kunyit. Terima kasih atas ilmunya.

5. Pak Endang, Pak Kasnadi, dan Pak Soleh yang telah membantu selama bekerja di laboratorium patologi.

6. “Anak Kunyit”, Dika, Weni, Rina, Tia, Agus atas kerjasama dan perjuangannya selama penelitian

7. Iswara crew, Nona, Lala, Eni, Nora, Tika, Izmie atas hari,hari yang menyenangkan selama di kostan.

8. Asteroidea tercinta. Terima kasih atas semua cerita indah yang terjadi di dalamnya.

9. Kakak,kakak angkatan 39 dan 40 atas bimbingan dan pembelajaran yang diberikan.

10. Adik,adik angkatan 42, 43, 44, dan 45 atas kebersamaan dan keceriaan selama di kampus.

11. Teman,teman seperjuangan di DKM An Nahl, Himpro Ruminansia, dan IMAKAHI

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kontribusinya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

(6)

"

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Oktober 1986 dari ayah drh. H. Amir Husein dan ibu Hj. Diartiningsih. Penulis merupakan putri ke dua dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Empang II Bogor (1992, 1998), SLTP Negeri 4 Bogor (1998,2001), dan SMU Negeri 1 Bogor (2001, 2004). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(7)

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

(8)
(9)

-Halaman 1. Penapisan fitokimia ekstrak rimpang kunyit dengan pelarut air ... 26 2. Tabel perbandingan patologi anatomi persembuhan luka kulit pada

mencit kontrol, perlakuan dengan sediaan komersil dan perlakuan

dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit ... 27 3. Rataan jumlah sel radang polimorfnuklear (neutrofil) pada

pemeriksaan mikroskopis ... 30 4. Rataan jumlah neovaskularisasi pada mencit kontrol, perlakuan

dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan salep

fraksi air rimpang kunyit ... 33 5. Rataan persentase reepitelisasi pada mencit kontrol, perlakuan

dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan

salep fraksi air rimpang kunyit ... 35 6. Rataan persentase luas kolagen pada mencit kontrol, perlakuan

dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan salep

(10)

Halaman

1. Rimpang kunyit ... 4

2. Struktur kimia kurkumin ... 5

3. Mencit laboratorium ... 6

4. Struktur skematis kulit normal ... 8

5. Gambaran sistematik jaringan granulasi dan angiogenesis ... 12

6. Diagram alir proses ekstraksi kunyit dengan pelarut air ... 18

7. Metode penentuan luas kolagen dan reepitelisasi ... 24

8. Gambaran patologi anatomi panjang luka pada kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan kelompok salep fraksi air rimpang kunyit pada hari ke,7... 28

9. Sel radang polimorfnuklar neutrofil dan makrofag pada hari ke,7 ….... 32

10. Neovaskularisasi pada jaringan granulasi pada hari ke,7 ... 34

11. Reepitelisasi dan jaringan ikat pada hari ke,14 ... 38

(11)

!

"

#

"

(12)

!

"

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

#

"

(13)

" Kajian Aktivitas Ekstrak Air Kunyit (

Linn.) Terhadap Persembuhan Luka Pada Mencit albinus). Dibimbing oleh" ' " (! )dan *+,* " * + (! )

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit ( Linn.) dengan pelarut air dan aktivitas dari rimpang kunyit dalam bentuk sediaan salep terhadap proses persembuhan luka. Beberapa uji yang dilakukan untuk mengetahui hal tersebut yaitu penapisan fitokimia, pengamatan patologi anatomi dan pengamatan histopatologi. Ekstraksi rimpang kunyit dilakukan dengan metode maserasi. Sebanyak 45 ekor mencit albino ( ) jantan berumur 2,2,5 bulan dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan; 1) kelompok kontrol positif, yaitu kelompok mencit yang dilukai dan diberi obat luka yang mangandung 5%, 2) kelompok kontrol negatif, yaitu mencit yang dilukai namun tidak diberi pengobatan, dan 3) kelompok mencit yang dilukai dan diberi salep fraksi air rimpang kunyit. Kemudian dilakukan pengamatan patologi anatomi setiap hari dan pengamatan histopatologi yang dilakukan pada hari ke 2, 4, 7, 14, dan 21. Peubah yang diamati pada patologi anatomi adalah ukuran luka, warna luka, kelembaban dan penyempitan luka. Pada pengamatan histopatologi, peubah yang diamati adalah jumlah sel polimorfonuklear (neutrofil), jumlah neovaskularisasi, persentase reepitelisasi dan persentase luas kolagen. Data mikroskopik diuji menggunakan Analisa Sidik Ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat dalam rimpang kunyit dengan pelarut air adalah kuinon. Pada pengamatan patologi anatomi, pemberian salep ekstrak air kunyit dapat mempercepat persembuhan luka namun tidak lebih baik dari kontrol positif. Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa salep fraksi air rimpang kunyit mampu mengurangi jumlah neutrofil dan pembentukan neovaskular serta meningkatkan persentase reepitelisasi dibanding kelompok positif yang diberi obat komersil dan kelompok kontrol negatif.

(14)

Judul Skripsi : Kajian Aktivitas Fraksi Air Rimpang Kunyit (

Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit ( albinus)

Nama : Dewi Ratih Anggraeni

NIM : B04104130

Disetujui,

Dr. Drh. Wiwin Winarsih, MSi Dr. Dra. Hj. Ietje Wientarsih, Apt. MSc,

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Dr. Nastiti Kusumorini

(15)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia, Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Mama, Papa, kakak dan adik atas cinta dan kasih sayangnya, doa serta dukungannya selama ini.

2. Ibu Dr. drh. Wiwin Winarsih, MSi dan Ibu Dr. Dra. Itje Wientarsih, Apt. MSc. selaku dosen pembimbing skripsi

3. Bapak drh. Isdoni, Biomed selaku dosen pembimbing akademik

4. Bu Rini dan Mba Lina yang telah membimbing dalam membuat obat kunyit. Terima kasih atas ilmunya.

5. Pak Endang, Pak Kasnadi, dan Pak Soleh yang telah membantu selama bekerja di laboratorium patologi.

6. “Anak Kunyit”, Dika, Weni, Rina, Tia, Agus atas kerjasama dan perjuangannya selama penelitian

7. Iswara crew, Nona, Lala, Eni, Nora, Tika, Izmie atas hari,hari yang menyenangkan selama di kostan.

8. Asteroidea tercinta. Terima kasih atas semua cerita indah yang terjadi di dalamnya.

9. Kakak,kakak angkatan 39 dan 40 atas bimbingan dan pembelajaran yang diberikan.

10. Adik,adik angkatan 42, 43, 44, dan 45 atas kebersamaan dan keceriaan selama di kampus.

11. Teman,teman seperjuangan di DKM An Nahl, Himpro Ruminansia, dan IMAKAHI

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kontribusinya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2008

(16)

"

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Oktober 1986 dari ayah drh. H. Amir Husein dan ibu Hj. Diartiningsih. Penulis merupakan putri ke dua dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Empang II Bogor (1992, 1998), SLTP Negeri 4 Bogor (1998,2001), dan SMU Negeri 1 Bogor (2001, 2004). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(17)

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

(18)
(19)

-Halaman 1. Penapisan fitokimia ekstrak rimpang kunyit dengan pelarut air ... 26 2. Tabel perbandingan patologi anatomi persembuhan luka kulit pada

mencit kontrol, perlakuan dengan sediaan komersil dan perlakuan

dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit ... 27 3. Rataan jumlah sel radang polimorfnuklear (neutrofil) pada

pemeriksaan mikroskopis ... 30 4. Rataan jumlah neovaskularisasi pada mencit kontrol, perlakuan

dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan salep

fraksi air rimpang kunyit ... 33 5. Rataan persentase reepitelisasi pada mencit kontrol, perlakuan

dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan

salep fraksi air rimpang kunyit ... 35 6. Rataan persentase luas kolagen pada mencit kontrol, perlakuan

dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan salep

(20)

Halaman

1. Rimpang kunyit ... 4

2. Struktur kimia kurkumin ... 5

3. Mencit laboratorium ... 6

4. Struktur skematis kulit normal ... 8

5. Gambaran sistematik jaringan granulasi dan angiogenesis ... 12

6. Diagram alir proses ekstraksi kunyit dengan pelarut air ... 18

7. Metode penentuan luas kolagen dan reepitelisasi ... 24

8. Gambaran patologi anatomi panjang luka pada kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan kelompok salep fraksi air rimpang kunyit pada hari ke,7... 28

9. Sel radang polimorfnuklar neutrofil dan makrofag pada hari ke,7 ….... 32

10. Neovaskularisasi pada jaringan granulasi pada hari ke,7 ... 34

11. Reepitelisasi dan jaringan ikat pada hari ke,14 ... 38

(21)
(22)

+ ( * . /

Kulit merupakan penutup dan pelindung bagi permukaan tubuh. Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai regulasi panas tubuh, ekskresi, dan untuk sensasi. Lapisan kulit bagian epidermis dapat menghalangi cedera pada struktur di bawahnya dan dapat mengurangi rasa sakit karena menutupi ujung akhir saraf sensorik di dalam dermis.

Pada kulit seringkali terjadi perlukaan, seperti luka akibat operasi, luka bakar, luka akibat kecelakaan dan lainnya. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Tawi 2008). Proses persembuhan luka yang baik akan sangat diharapkan dan dalam hal ini obat yang digunakan merupakan salah satu faktor penentunya.

Obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina, dan mengobati penyakit sehingga obat tradisional masih berakar kuat dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini. Keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya telah diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat (Balitro 2006).

Salah satu bahan alam yang telah lama dikenal dan dibudidayakan adalah tanaman kunyit. Rimpang kunyit terutama digunakan untuk keperluan dapur (bumbu dan zat warna makanan), kosmetika maupun dalam pengobatan tradisional, salah satunya sebagai obat luka. Beberapa penelitian secara

dan menunjukkan, kunyit mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi (antiperadangan), aktivitas terhadap , antitoksik, antihiperlipidemia, dan aktivitas antikanker (Sumiati dan Adnyana 2007).

(23)

,

1. Mengetahui senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit dengan pelarut air

2. Mengetahui efek dari pemberian salep fraksi air rimpang kunyit terhadap proses persembuhan luka dan membandingkannya dengan sediaan komersil yang beredar di masyarakat.

*(0 ! ) * * +

Penelitian mengenai aktivitas rimpang kunyit secara sebagai obat persembuhan luka masih sedikit. Informasi mengenai senyawa yang terdapat dalam rimpang kunyit yang mampu memberikan efek maksimal dalam proses persembuhan luka dengan menggunakan pelarut tertentu masih perlu diketahui.

1 + * * +

(24)

2 +

Sejarah Tanaman Kunyit

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300,1600 m di atas permukaan laut (dpl). Pendapat lain mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata berasal dari bahasa Arab yaitu

dan Yunani yaitu . Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina (Anonim 2008b).

Taksonomi Kunyit

Klasifikasi tanaman kunyit menurut Linnaeus (1758) dalam Winarto (2003) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub,divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae

Genus :

Species : Linn.

Morfologi Kunyit

(25)

induk berbentuk bulat telur, rimpang cabang letaknya lateral lurus atau sedikit melengkung, keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat, berwarna jingga, dan tunas muda berwarna putih. Akar serabut berwarna coklat muda (Syukur dan Hernani 2002).

Kunyit dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis mulai dari ketinggian 240,2.000 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan curah hujan 2.000, 4.000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di daerah dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun, tetapi diperlukan pengairan yang cukup dan tertata dengan baik (Syukur dan Hernani 2002).

Gambar 1. Rimpang kunyit. 2008

Kandungan dan Manfaat

Kunyit merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan masyarakat.

(26)

Rimpang kunyit banyak digunakan untuk keperluan dapur (bumbu dan zat

warna makanan), kosmetika maupun dalam pengobatan tradisional. Selain itu, rimpang kunyit bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, stimulan, gatal,gatal, gigitan serangga, diare, dan rematik (Rahardjo dan Rostiana 2005).

Gambar 2. Struktur kimia kurkumin (Mills. 2008)

Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan (Anonim 2008b). Menurut Rahardjo dan Rostiana (2005), kurkumin (zat warna kuning) dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak.

* 3 +

Biologi Mencit

(27)

Taksonomi mencit

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit laboratorium ( ). Klasifikasi mencit menurut Linnaeus (1758) dalam Ungerer (1985) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chrodata Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia Sub ordo : Myomorphoa Familia : Muridae Sub familia : Murinae

Genus :

Species :

Gambar 3. Mencit laboratorium (Sumber : Anonim 2008c)

Lama hidup mencit berkisar antara satu sampai dua tahun, bahkan beberapa di antaranya bisa mencapai tiga tahun. Umur mencit dewasa adalah 35 hari dan mencit dapat dikawinkan pada umur delapan minggu. Lama kebuntingan 19,21 hari dengan jumlah anak rata,rata 6 ekor. Bobot mencit jantan dewasa adalah 20,40 gram, sedangkan bobot mencit betina dewasa adalah 18,35 gram (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

(28)

(polipropilen atau polikarbonat), aluminium, atau baja tahan karat ( ). Prinsip dasarnya adalah kotak mencit harus mudah dibersihkan dan disterilkan. Selain itu, harus tahan lama dan tahan gigit sehingga mencit tidak mudah lepas (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

!+4 4/ +

Kulit merupakan salah satu organ yang paling besar dalam tubuh hewan. Kulit berfungsi untuk melindungi organ yang berada di bawahnya dari kerusakan mekanik, bahan beracun dan rangsangan penyinaran. Selain itu, kulit bekerja sebagai organ sensori, menghasilkan keringat dan minyak (sebum) serta mengatur suhu tubuh.

Kulit umumnya paling tebal pada permukaan dorsal dan permukaan lateral anggota tubuh. Paling tipis pada sisi ventral dan permukaan medial anggota tubuh. Terdapat perbedaan tergantung pada daerah tubuh, kelamin dan spesies. Lapisan kulit (Gambar 4) terdiri atas epidermis dan dermis. Di bawah dermis terdapat hypodermis atau jaringan subkutan yang merupakan jaringan ikat longgar yang mengandung sel,sel lemak ( ). Jaringan ini berfungsi untuk mempertautkan kulit dengan fascia atau otot kerangka dibawahnya dan memungkinkan fleksibilitas kulit serta gerakan bebas di sekitar daerah tersebut (Dellmann dan Brown 1992). Selain itu, subkutan akan menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi (Perdanakusuma 2008).

Epidermis

(29)

Gambar 4. Struktur skematis kulit normal (Sumber : Yahya 2006)

(30)

Dermis

Dermis tersusun atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada lapisan di bawahnya, yaitu jaringan subkutan (hipodermis). Permukaan dermis sangat tidak teratur dan memiliki banyak tonjolan (papila dermis) yang saling mengunci dengan juluran,juluran epidermis (rabung epidermis).

Dermis umumnya dibagi menjadi lapis superfisial (stratum papilare) yang yang berbatasan dengan lapis dalam (stratum retikular) tanpa adanya batas yang jelas. Lapis superfisial langsung berbatasan dengan epidermis dan menyesuaikan diri dengan garis bentuk stratum basalis. Terbentuk dari jalinan halus serabut kolagen, serabut retikuler dan elastik, fibrosit, makrofag, sel plasma dan sel mast. Seringkali melanosit dan sel lemak terdapat didalamnya (Dellmann dan Brown 1992). Struktur lapis dalam dermis lebih tebal, terdiri atas jaringan ikat padat tidak teratur. Oleh karena itu, lapisan ini memiliki lebih banyak serat dan lebih sedikit sel daripada lapis superfisial (stratum papilare). Selain komponen,komponen tersebut, dermis mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan terdapat banyak serat saraf

Vaskularisasi kulit

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis serta antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil yang meninggalkan pleksus ini akan memvaskularisasi papilla dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrisi dari dermis melalui membran epidermis (Perdanakusuma 2008).

*(!*0 ) .

(31)

parah seperti adanya kerusakan epitel yang menyebabkan kedua tepi luka

berjauhan maka disebut penyembuhan sekunder ( atau

penyembuhan dengan granulasi). Mekanisme tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen,komponen jaringan yang rusak tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan sebelumnya (Tawi 2008). Berdasarkan perubahan morfologik, terdapat tiga fase persembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi.

Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak. Setelah terjadi perlukaan yang menyebabkan pembuluh darah pecah, akan terjadi vasokonstriksi sesaat kemudian dilatasi berkepanjangan (Spector dan Spector 1993). Selain itu, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan hemostasis berupa keluarnya platelet. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan beberapa

substansi seperti yang akan mengaktifkan makrofag

dan fibroblast (Clark dan Singer 1999).

Saat terjadi dilatasi terjadi peningkatan aliran darah namun sirkulasi berjalan lambat. Pada saat yang sama terjadi perubahan pada dinding venula dan kapiler. Hal tersebut membuat tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat sehingga mengganggu keseimbangan di dalamnya yang menyebabkan leukosit dan cairan dapat keluar dari pembuluh darah kemudian memasuki jaringan (Underwood 1999). Leukosit, terutama neutrofil, akan membersihkan area luka dari benda asing, sel,sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan (Tawi 2008). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa neutrofil juga merupakan sumber sitokin yang memungkinkan sebagai sinyal awal aktivasi fibroblast lokal dan keratinosit (Martin 1997). Sitokin yang

meliputi (EGF),

(PDGF) dan ! (TGF,β) berperan dalam

(32)

Infiltrasi neutrofil hanya berlangsung beberapa hari. Neutrofil akan mati setelah melakukan fagositosis dan neutrofil yang mati akan difagositosis oleh makrofag. Makrofag juga akan mengeluarkan dan sitokin yang yang akan memperkuat sinyal awal dari degranulasi platelet dan neutrofil (Martin 1997).

Fase Proliferasi

Fase proliferasi kira,kira di mulai 4 hari setelah terjadi perlukaan dan selesai hingga 3,4 minggu atau lebih, tergantung pada ukuran luka. Fase ini ditandai dengan adanya pembentukan angiogenesis, reepitelisasi, dan fibroplasia (Ackermann 2007). Pada awal pembentukan neovaskuler, pertama,tama nampak sebagai pita yang padat dari sel,sel endotel yang tumbuh ke luar sebagai kuncup dari kapiler yang utuh pada tepi luka. Sel,sel muncul oleh aktivitas mitosis pada sel,sel pembuluh darah tetua diikuti oleh migrasinya ke arah luka. Pita endotel yang padat menjadi bersaluran dalam beberapa jam dan dalam lumen yang terbentuk demikian darah mulai mengalir (Spector dan Spector 1993). Jaringan vaskuler (angiogenesis) yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respon untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya dalam keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag ( ).

(33)

Peran fibroblast sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Menurut Tawi (2008), pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), keberadaan sel fibroblast sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, asam hyaluronat, fibronektin dan profeoglikan) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka (Perdanakusuma 2008).

Gambar 5. Gambaran sistematik jaringan granulasi dan angiogenesis. (Sumber: Wahl 2008).

Fase Maturasi ( )

Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan (Perdanakusuma 2008).

(34)

maturasi. Selain pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau , sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka (Tawi 2008).

Faktor,faktor yang mempengaruhi persembuhan luka

Seluruh proses peradangan bergantung pada sirkulasi darah ke daerah yang terluka. Jika suplai darah ke suatu daerah kurang, maka proses peradangan akan berjalan sangat lambat, infeksi menetap, dan terjadi persembuhan yang buruk (Price dan McCarty 1992). Selain itu, persembuhan luka dipengaruhi oleh umur, nutrisi yang tidak seimbang, keberadaan benda asing, radiasi, pengobatan anti inflamasi dan faktor kesehatan individu misalnya imunosupresan, stress dan diabetes mellitus (Perdanakusuma 2008).

Persembuhan luka pada individu yang berusia tua akan memakan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan individu yang masih muda. Hal ini terkait dengan suplai darah individu muda yang lebih baik dan adanya kemungkinan penyakit seperti artheroskeloris pada individu tua (Vegad 1995 dalam Handayani 2006). Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis (Tawi 2008).

* ( + (

(35)

.!+( .!

Ekstraksi adalah proses untuk mengisolasi senyawa dari suatu tumbuhan. Ragam ekstraksi bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi pada jenis senyawa yang diisolasi (Harborne 1987). Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar. Ekstraksi digolongkan ke dalam dua bagian besar berdasarkan bentuk fase yang diekstraksi yaitu ekstraksi cair,cair dan ekstraksi cair padat. Ekstraksi cair padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi dan ekstraksi soxhlet. Maserasi merupakan metode yang tepat untuk bahan,bahan yang tidak tahan panas dan digunakan untuk mengekstrak simplisia yang bahan aktifnya mudah larut dalam cairan pelarut. Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami perubahan, biasanya bahan yang dikeringkan (Wientarsih dan Bayu 2006). Bahan yang di ekstrak harus berukuran seragam untuk memudahkan kontak antara bahan dan pelarut. Keuntungan cara ini adalah cara pengerjaan dan peralatannya sederhana sedangkan kerugiannya yaitu pengerjaan yang lama dan proses ekstraksi kurang sempurna (Yuliani dan Rusli 2003). Hal yang harus diperhatikan dalam metode ekstraksi yaitu jumlah simplisia (10%), penambahan air ekstrak (2x), derajat kehalusan, cara pemanas, cara penyaringan dan perhitungan dosis pemakaian (Wientarsih dan Bayu 2006).

* 5 ! +4. 0

(36)

*5

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (Farmakope Indonesia 1979). Sediaan topikal ini digunakan untuk perlindungan setempat (lokal) atau dengan alasan terapeutik (Blodinger 1994). Salep terbuat dari dasar salep dan bahan aktif atau kombinasi bahan aktif. Dasar salep dapat berupa sistem sederhana (misalnya memakai vaselin) ataupun dengan sistem yang lebih kompleks (misalnya sistem yang memakai emulgator. Bahan dasar salep harus memenuhi persyaratan sehingga memiliki stabilitas yang baik. Persyaratan tersebut adalah salep sebaiknya memiliki daya sebar yang baik, tersatukan dengan bahan pembatu lain dan dengan obat yang dibutuhkan dalam terapi salep serta tidak mengandung lebih dari 102 bakteri/gram (Voigt 1994). Selain itu, syarat dasar salep meliputi harus mudah dipakai, tidak mudah tengik, tidak mengiritasi kulit, memiliki daya kerja yang baik, warna dan bau stabil selama penyimpanan, stabil secara fisik dan kimia serta harus halus sehingga mudah dioleskan pada permukaan kulit (Wientarsih dan Bayu 2006).

(37)

*05 + 6 " .+ * * +

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi dan Laboratorium Farmasi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dari bulan Juli 2007 sampai dengan April 2008

+ 6 )

Hewan Percobaan

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit ( albinus) jantan yang berumur 2,2,5 bulan dengan berat badan 20,40 gram sebanyak 45 ekor.

Rimpang kunyit

Rimpang kunyit yang digunakan berumur 9 bulan yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Tropis (BALITRO). Kunyit diidentifikasi di Herbarium Bogorience LIPI.

Bahan

Bahan yang digunakan antara lain sediaan komersil yang mengandung " # 5%, ekstrak placenta dan $ Simplisia rimpang kunyit, eter untuk euthanasi, aquades sebagai pelarut, larutan Netral Buffer Formalin (10%), dan kapas serta vaselin kuning. Bahan yang digunakan untuk membuat sediaan histopatologi yaitu larutan % & ' , larutan Eosin, Xylol, alkohol konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 90%, 95% dan 100%), larutan(

, Asam Asetat 1%, larutan , larutan ) % & ' ,

larutan Orange G 0,75% larutan * , Larutan

2,5%,+ , , dan parafin.

Alat

(38)

mikrotom, penangas air, gelas objek dan gelas penutup serta peralatan untuk ekstraksi kunyit yaitu corong pisah, evaporator, gelas erlenmayer 100 ml dan oven. Mikroskop cahaya dan mikroskop videomikrometer .

*+464 4/ * * +

Ekstraksi

Metode ekstraksi yang digunakan dalam pemisahan senyawa kunyit adalah dengan cara maserasi/perendaman. Simplisia kunyit direndam dalam pelarut etanol (alkohol 96%) dengan perbandingan 1:10 selama 24 jam dengan dilakukan pengadukan secara berkala untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia sehingga derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil,kecilnya tetap terjaga. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk mendapatkan filtrat. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk memaksimalkan penarikan zat aktif dalam simplisia. Kemudian dilakukan evaporasi terhadap filtrat tersebut selama 1,2 jam hingga menghasilkan ekstrak semi solid.

Ekstrak semi solid tersebut dilarutkan dengan etanol 96% sampai terbentuk larutan ekstrak. Lalu ditambahkan larutan hexan (non polar) dengan perbandingan 1:1 dan dimasukkan kedalam labu kocok (corong pisah). Pengocokan selama 15 menit dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan pelarut. Lapisan yang terbentuk paling bawah adalah etanol dan yang ada atas adalah hexan. Kemudian hexan ditampung. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan perlakuan yang sama.

(39)

Rimpang kunyit

Simplisia kunyit Maserasi dengan

ethanol 96%

Filtrat

Evaporasi

Ekstrak etanol semi solid Corong pisah

Etanol dan Hexan

Ethanol Fraksi Hexan

Corong pisah

Etil asetat dan Air

Fraksi Air Fraksi etil asetat

Evaporasi

Fraksi semi solid

Oven

Fraksi kental

(40)

Penapisan Fitokimia

Fitokimia merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi zat aktif yang terkandung dalam simplisia. Pengujian terhadap senyawa alkaloid, polifenat, tanin, flavonoid, kuinon dan saponoin dilakukan pada hasil ekstraksi kunyit dengan pelarut air.

Senyawa Alkaloid

Serbuk simplisia dibasakan dengan amonia, kemudian ditambahkan kloroform dan digerus kuat,kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring, kemudian ke dalamnya ditambahkan asam klorida 2N. Campuran dikocok kuat hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi 3 bagian: bagian 1 ditambahkan pereaksi Mayer (Kalium iodida dan raksa (II) klorida). Dilakukan pengamatan terhadap adanya endapan atau kekeruhan. Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna putih berarti di dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid. Bagian 2 ditambakan pereaksi Dragendorff (Bismuth Subnitras dan Raksa (II) klorida). Bila terjadi kekeruhan atau endapan berwarna jingga kuning berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid. Bagian 3 digunakan sebagai blangko.

Senyawa Polifenat

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air, kemudian disaring. Ditambahkan larutan pereaksi besi (III) klorida kedalam filtrat. Terbentuknya senyawa fenolat ditandai dengan terjadinya warna hijau,biru hingga hitam.

Senyawa Tanin

(41)

Senyawa Flavonoid

Simplisia dipanaskan dengan campuran logam magnesium dan asam klorida 5N, kemudian disaring. Adanya flavonoid akan menyebabkan filtrat berwarna merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol. Untuk lebih memudahkan pengamatan sebaiknya menggunakan percobaan blangko.

Senyawa Kuinon

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air kemudian disaring. Larutan KOH 5% ditambahkan ke dalam filtrat. Adanya senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya warna kuning hingga merah.

Senyawa Saponin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air kemudian disaring. Setelah dingin filtrat dalam tabung reaksi dikocok kuat selama 30 detik. Pembentukan busa sekurang,kurangnya setinggi 1 cm dan persisten selama beberapa menit serta tidak hilang pada penambahan satu tetes asam klorida encer menunjukkan bahwa dalam simplisia terdapat saponin

Pembuatan salep

Ekstrak kental kunyit dicampur dengan bahan dasar salep yaitu vaselin kuning di dalam mortar. Kemudian kedua bahan tersebut dihomogenkan dengan cara digerus terus,menerus secara bersamaan dalam satu arah putaran sampai hasilnya lembut (hingga butiran ekstrak kental tidak terasa). Setelah itu, preparat dimasukkan ke dalam wadah yang tertutup rapat agar tidak terkontaminasi dan tidak terjadi perubahan kimia.

Persiapan Kandang

(42)

kawat agar terjadi sirkulasi udara yang baik. Bagian dasar kandang diberi sekam untuk menjaga kelembaban kandang.

Mencit

Mencit yang digunakan berjumlah 45 ekor yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan; 1) kelompok kontrol positif, yaitu kelompok mencit yang dilukai dan diberi obat luka yang mangandung 5%, 2) kelompok kontrol negatif, yaitu mencit yang dilukai namun tidak diberi pengobatan, dan 3) kelompok mencit yang dilukai dan diberi salep fraksi air rimpang kunyit.

Perlukaan pada mencit

Sebelum penyayatan, rambut disekitar daerah sayatan dicukur hingga bersih kemudian diusap dengan alkohol 70% untuk membersihkan kulit yang kotor. Pada seluruh mencit, bagian punggung disayat secara aseptis menggunakan

dengan panjang sayatan 1,5 cm sejajar dengan tulang punggung.

Pemberian Obat Luka

Luka dioleskan dengan obat luka yang mengandung 5% dan salep fraksi air rimpang kunyit dengan menggunakan Aplikasi obat dilakukan satu kali setiap hari selama 21 hari.

Pengambilan sampel kulit

Mencit kontrol dan perlakuan di anasthesi menggunakan kapas yang telah ditetesi eter dalam toples. Mencit dimasukkan ke dalam toples dan ditunggu hingga mencit teranasthesi. Kemudian dilakukan pengambilan sediaan kulit berukuran 1,5 x 1,5 cm. Sample kulit diambil pada hari ke 2, 4, 7, 14 dan 21 pasca perlakuan. Kulit yang sudah dipotong difiksasi dengan larutan BNF (,

" ) 10%.

Pengamatan Patologi Anatomi

(43)

deskriptif selama proses persembuhan yang terjadi. Parameter yang diamati adalah panjang luka, warna luka, kelembaban dan penyempitan luka.

Fiksasi sediaan kulit dan pembuatan preparat histopatologi

Sediaan difiksasi menggunakan larutan" , 10% lalu dilakukan dan dimasukkan ke dalam kaset. Selanjutnya adalah proses dehidrasi, yaitu dengan mencelupkan kaset ke dalam alkohol dengan berbagai konsentrasi, mulai dari 70% hingga 100%. Kemudian dilakukan penjernihan (clearing) menggunakan xylol. Sediaan dicetak ( ) menggunakan parafin sehingga sediaan akan tercetak dalam blok,blok parafin dan disimpan dalam lemari es. Sediaan dalam blok parafin diiris dengan menggunakan mikrotom setebal 5 mikron. Pita ( ) hasil irisan diletakkan diatas permukaan air hangat untuk merentangkan jaringan yang keriput akibat pemotongan. Kemudiaan pita tersebut di lekatkan pada $ . Selanjutnya dilakukan

pewarnaan umum& ' dan pewarnaan khusus ! .

Pembuatan Sediaan Haematoxylin Eosin (HE)

Sediaan dimasukkan ke dalam Xylol dua kali selama dua menit. Kemudian direhidrasi yang dimulai dari alkohol absolut, alkohol 95%, dan alkohol 80% masing,masing selama dua menit. Selanjutnya sediaan dibilas dengan menggunakan air yang mengalir.

(44)

Pembuatan Sediaan Masson Trichrome (MT)

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan harus menglami proses deparafinasi dan rehidrasi. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam larutan Mordant selama 30,40 menit lalu dibilas dengan aquades. Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam larutan Carrazi’s Hematoxylin selama 40 menit dan dibilas dengan aquades. Setelah itu, sediaan dimasukkan ke dalam larutan Orange G 0,75% selama dua menit dan dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali. Tahap selanjutnya adalah mencelupkannya ke dalam larutan Ponceau Xylidine Fuchsin selama 15 menit dan dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali. Lalu sediaan dimasukkan ke dalam Phosphotungstic Acid 2,5% selama 10 menit dan dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali. Berikutnya adalah memasukkan sediaan ke dalam Anilin Blue selama 15 menit dan dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak dua kali. Kemudian sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 95% selama tiga menit. Tahap terakhir adalah sediaan didehidrasi dan

. Sediaan ditutup dengan gelas penutup.

Pengamatan Histopatologi

Pengamatan histopatologi dilakukan pada sampel kulit yang telah diambil pada hari ke 2, 4, 7, 14 dan 21 dengan menghitung jumlah sel radang polimorfnuklear (neutrofil), jumlah neovaskularisasi, persentase reepitelisasi, persentase luas jaringan ikat pada luka kulit.

(45)

Penentuan luasan jaringan ikat dilakukan dengan mengkonversi skala bar yang digunakan pada video mikrometer dengan pembesaran 180x, yaitu 200 m menjadi 3,6 cm

200 m X 180x = 3,6 x 104 m = 3,6 cm

Setelah itu, dibuat pola kotak,kotak berukuran 3,6 cm X 3,6 cm dengan plastik. Plastik yang telah berpola tersebut ditempelkan pada layar monitor video mikrometer. Standar perhitungan disamakan agar tidak terjadi banyak variasi yaitu dengan penentuan tiga kotak yang diambil dari tengah bagian luka untuk setiap perhitungan panjang luka. Jaringan ikat yang nampak pada monitor ditentukan luasnya dengan ketetapan sebagai berikut :

Jika luas jaringan ikat memenuhi lebih dari setengah bagian kotak, maka terhitung sebagai satu luasan. Jika jaringan ikat memenuhi kurang dari

setengah bagian kotak, maka tidak terhitung sebagai satu luasan

(46)

Perhitungan persentase luasan jaringan ikat ditentukan dengan menggunakan rumus:

Luas jaringan ikat yang terbentuk (kotak) X 100% Luas luka (kotak)

Sedangkan pada perhitungan persentase untuk luasan reepitelisasi adalah sebagai berikut :

Epitel yang baru terbentuk (kotak) X 100% Luas luka (kotak)

Analisa Data

(47)

6* + 1 . ! !* 2 ' 6 0 . 2 +

Air memiliki polaritas yang tinggi sehingga hanya menarik asam amino, jenis,jenis gula dan glikosida (Houghton dan Raman 1998).

Tabel 1. Penapisan fitokimia fraksi air rimpang kunyit

* 2 ' 6 0 ( 05 / . 2 + ! 5* 5 ! 1 +4. 0

Alkaloid ,

Flavonoid ,

Tanin dan polifenol ,

Saponin ,

Kuinon +

Keterangan : (,) tidak mengandung senyawa (+) mengandung senyawa

Hasil pengujian fitokimia menunjukkan bahwa ekstraksi kunyit dengan pelarut air hanya menarik senyawa kuinon. Reaksi positif ditandai dengan adanya warna kemerahan pada tabung reaksi. Kuinon adalah senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti kromofor pada benzikuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid (Harborne 1987). Menurut Robinson (1995), beberapa senyawa kuinon bersifat racun dan antimikroba yang akan mempercepat persembuhan luka Selain itu, kuinon berfungsi sebagai penghilang rasa sakit (Kumalaningsih 2008).

* / 0 + . *3 ( .(4!.45 !

(48)

Tabel 2. Tabel perbandingan patologi anatomi persembuhan luka kulit pada mencit kontrol, perlakuan dengan sediaan komersil dan perlakuan dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit.

( .*7

4 +(4 */ + 1 4 +(4 4! + 1 *5 ( .! (

05 / 2 + 1 Panjang luka 1,5 cm,

luka basah, merah dan terbuka

Panjang luka 1,5 cm, luka basah, merah dan terbuka

Panjang luka 1,5 cm, luka basah, merah dan terbuka

2 Panjang luka 1,36 cm, luka basah, merah dan terbuka

Panjang luka 1,30 cm, luka masih terbuka dan mulai mengering

Panjang luka 1,23 cm, luka basah, merah dan terbuka

3 Luka mulai mengering

dan menutup, kulit

4 Panjang luka 1,20 cm, luka kering dan berwarna merah pucat

Luka mulai menutup dan kering. Panjang luka 1 cm.

Panjang luka 1,16 cm, luka mengering, mulai menutup dan warna merah pucat

5 Tepi luka mengeras dan

panjang luka agak mengecil

Luka semakin menutup dan tepi luka mengeras

Luka telah mengering dan luka semakin menutup

6 Tepi luka mengeras dan

panjang luka agak mengecil

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

Tepi luka mengeras dan panjang luka agak mengecil

7 Luka semakin menutup,

panjang luka 1,07 cm

Luka semakin mengecil, panjang luka 0,27 cm.

Luka semakin mengecil, panjang luka 0,77 cm

8 Luka hampir menutup Luka semakin mengecil Luka hampir menutup

9 Luka semakin mengecil Luka telah menutup Luka semakin mengecil

10 Luka semakin mengecil Luka telah menutup

sempurna

Luka hampir menutup sempurna

11 Luka hampir menutup

sempurna

Luka telah tertutup epitel.

Luka telah tertutup epitel.

12 Luka telah tertutup epitel.

Terlihat adanya bekas luka

Terlihat adanya bekas luka

13 Terlihat adanya bekas luka 14 Masih terlihat bekas

luka dan mulai 15 Masih terlihat bekas

luka dan mulai ditumbuhi rambut

Bekas luka hampir tidak terlihat dan ditutupi rambut baru

Bekas luka hampir tidak terlihat dan ditutupi rambut baru 16,21 Masih terlihat sedikit

bekas luka dan mulai tertutupi rambut baru

Bekas luka tidak terlihat dan ditutupi rambut baru

(49)

a b c

Berdasarkan pengamatan patologi anatomi terlihat adanya perbedaan kecepatan persembuhan luka antara kelompok kontrol negatif (tanpa perlakuan), kelompok kontrol positif (luka diolesi dengan sediaan komersil yang mengandung 5%) dan kelompok yang menggunakan salep fraksi air rimpang kunyit sebagai obat persembuhan luka. Persembuhan luka pada kelompok perlakuan menggunakan salep fraksi air rimpang kunyit terlihat lebih cepat dari kelompok kontrol negatif namun tidak lebih baik dari kelompok kontrol positif. Hal tersebut dapat terlihat pada hari ke,7 dimana panjang luka pada kelompok salep fraksi air rimpang kunyit adalah 0,77 cm, kelompok kontrol negatif 1,07 cm dan pada kelompok kontrol positif adalah 0,27 cm.

Gambar 8. Gambaran patologi anatomi panjang luka pada kelompok kontrol positif (a), kontrol negatif (b) dan kelompok salep fraksi air rimpang kunyit (c) pada hari ke,7

Kulit yang tersayat akan kehilangan retraksinya sehingga membentuk celah. Kondisi ini terlihat secara makroskopis pada hari pertama dengan terbentuknya luka dengan tepi,tepi terpisah. Pada hari kedua perlakuan, terlihat adanya warna merah dan edema pada luka kulit mencit. Saat terjadi cedera pada kulit, terutama berupa insisi/penyayatan, pembuluh darah yang terkoyak akan menyebabkan banyak darah yang keluar. Platelet yang ikut keluar akan mengaktivasi benang,benang fibrin untuk menghentikan hemoraghi pada matriks ekstraseluler. Setelah terjadi luka pembuluh darah akan mengalami konstriksi singkat lalu diikuti dengan dilatasi yang berkepanjangan. Hal ini menyebabkan anyaman kapiler menjadi merah dengan darah sehingga secara makroskopis daerah luka terlihat berwarna merah. Dilatasi pembuluh darah ini disebabkan oleh mediator kimiawi inflamasi yaitu histamin.

(50)

kapiler. Hal tersebut membuat tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat sehingga mengganggu keseimbangan di dalamnya yang menyebabkan banyak cairan meninggalkan darah dan memasuki jaringan. Selain itu, dinding vaskular kehilangan terhadap albumin, globulin, dan fibrinogen sehingga protein tersebut keluar menuju jaringan. Pembengkakan yang terjadi merupakan suatu akumulasi cairan eksudat di dalam rongga ekstravaskular (Underwood 1999). Secara patologi anatomi, ketiga kelompok menunjukkan luka terlihat basah.

(51)

rimpang kunyit. Perlakuan yang menggunakan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit tidak memberikan efek yang lebih baik dari kelompok kontrol positif. Kandungan senyawa kuinon yang mempunyai fungsi antibakteri dan penghilang rasa sakit seharusnya akan mempercepat persembuhan luka karena akan menurunkan migrasi neutrofil ke daerah luka. Kemungkinan kadar kuinon yang tertarik oleh pelarut air sedikit sehingga belum memberikan efek yang optimal.

* / 0 + . *3 ( .(4!.45 !

Pengamatan terhadap sel polimorfonuklear (neutrofil)

Hasil pengamatan mikroskopis terhadap sel radang polimorfonuklear neutrofil pada mencit kelompok kontrol positif dengan sediaan komersil, kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan dan kelompok perlakuan dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit adalah sebagai berikut

Tabel 3. Rataan jumlah sel radang polimorfonuklear (neutrofil) *

) ( .*7

4 +(4 4! + 1 4 +(4 */ + 1 *5 ( .! (

05 / 2 +

2 9,01±4,40ab 15,71±5,24a 5,33±0,87b

4 4,07±1,09ab 3,70±1,29b 6,02±0,67a

7 14,50±0,00a 10,58±2,99a 11,01±5,34a

14 0,83±1,44b 3,00±2,00ab 6,33±3,06a

21 0,00±0,00a 0,00±0,00a 0,83±1,44a

Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata (P>0,05)

(52)

Leukosit migrasi dengan gerak amuboid yang aktif melewati dinding venula dan vena kecil (Underwood 1999). Oleh karena itu, jumlah neutrofil pada hari ke,2 cukup tinggi. Hasil pengujian statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) dari jumlah rataan sel neutrofil antara kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan menggunakan salep fraksi air rimpang kunyit pada hari ke,2. Perlakuan dengan menggunakan salep fraksi air rimpang kunyit memiliki jumlah neutrofil yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (Tabel 3). Lebih rendahnya jumlah neutrofil dapat disebabkan oleh bahan aktif yang larut dalam fraksi air rimpang kunyit yaitu kuinon. Robinson (1995) menyatakan bahwa beberapa senyawa kuinon bersifat racun dan antimikroba. Berkurangnya kontaminasi bakteri akibat senyawa tersebut akan mengurangi rangsangan terhadap migrasi neutrofil ke daerah luka. Pada kelompok kontrol positif, sediaan komersil yang mengandung 5%- bekerja sebagai senyawa antimikroba (Giguere 2006). Zat aktif tersebut mempengaruhi jumlah sel neutrofil hari ke,2 kelompok kontrol positif yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Jumlah sel neutrofil kelompok kontrol negatif tinggi pada hari ke,2 karena kelompok ini tidak diberi perlakuan apapun untuk mengurangi kontaminasi bakteri.

(53)

Keberadaan neutrofil kembali meningkat pada hari ke,7. Peningkatan jumlah neutrofil ini berkaitan dengan adanya pembentukan neovaskular yang belum kuat sehingga masih ada kemungkinan untuk bocor dan dikelilingi oleh plasma, korpuskel darah merah, seta leukosit namun hal ini memberi prasyarat yang esensial bagi regenerasi jaringan ikat yaitu suplai darah.

Selain itu, ada kemungkinan luka belum sembuh sehingga keberadaan neutrofil masih diperlukan. Kehadiran neutrofil (Gambar 9) pada luka dipengaruhi oleh produk,produk yang dilepaskan oleh bakteri dan sel,sel yang rusak atau mati. Pada ketiga kelompok perlakuan, terjadi penurunan jumlah neutrofil pada hari ke, 14 dan 21. Penurunan jumlah neutrofil pada hari ke,14 kelompok positif cukup signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok dengan perlakuan salep fraksi air rimpang kunyit. Hal ini menandakan bahwa proses peradangan pada kelompok kontrol positif berlangsung lebih singkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bila berdasarkan jumlah sel radang yang berada dalam daerah luka, persembuhan luka kelompok kontrol positif berlangsung lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok salep fraksi air rimpang kunyit. Persembuhan luka kelompok salep fraksi air rimpang kunyit tidak lebih cepat dari kelompok kontrol negatif karena jumlah neutrofil cukup tinggi pada hari ke,14.

Gambar 9. Sel radang Polimorfonuklar neutrofil (a) pada hari ke,7. Pewarnaan& . Pembesaran 100x. Bars = 20 m

(54)

tapi juga pada faktor yang dikeluarkan oleh sel yang rusak, terutama neutrofil yang rusak (Tizard 1988). Oleh karena itu, makrofag dapat dikatakan sebagai sel pertahanan kedua dan merupakan prasyarat bagi pembentukan neovaskular karena

suatu substansi kimawi, (VEGF)- dikeluarkan

makrofag untuk merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru.

Pengamatan terhadap pembentukan neovaskular

Hasil pengamatan mikroskopis terhadap pembentukan neovaskular pada mencit kelompok kontrol positif dengan sediaan komersil, kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan dan kelompok perlakuan dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Rataan jumlah neovaskularisasi *

) ( .*7

4 +(4 4! + 1 4 +(4 */ + 1 *5 ( .! ( 05 / 2 +

2 0,00±0,00a 0,00±0,00a 0,00±0,00a

4 0,33±0,58a 0,00±0,00a 0,00±0,00a

7 8,00±1,73a 0,67±1,15 b 1,67±0,58b

14 6,33±2,52a 5,00±1,00ab 2,33±1,53b

21 0,00±0,00b 6,00±1,00a 1,00±1,73b

Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata (P>0,05)

(55)

Pada hari ke,2 dan 4, belum terlihat adanya pembentukan neovaskular, tidak terdapat perbedaan yang nyata untuk ketiga kelompok perlakuan. Namun pada kelompok kontrol positif, keberadaan neovaskular sudah mulai terlihat pada hari ke,4. Hal tersebut menandakan bahwa sediaan komersil ini mengandung zat yang dapat memicu pembentukan pembuluh darah baru. Menurut Spector dan Spector (1993), tanda,tanda yang jelas bahwa pembuluh darah yang baru tumbuh pada daerah yang terluka yaitu pada hari ke,7. Pada awalnya neovaskular akan nampak sebagai pita yang padat dari sel,sel endotel yang tumbuh keluar sebagai kuncup dari kapiler yang utuh pada tepi luka. Sel,sel muncul sebagai akibat dari aktivitas mitosis pada sel,sel endotel pembuluh darah tetua dan diikuti oleh migrasinya ke arah luka. Cabang,cabang pembuluh kapiler baru ini kemudian akan saling beranastomose dan membentuk suatu jaringan sirkulasi darah yang padat di daerah luka.

Gambar 10. Neovaskularisasi yang terbentuk pada jaringan granulasi pada hari ke,7. Pewarnaan ! . Pembesaran 40x. Bars = 40 m

(56)

penurunan jumlah neovaskular dari kelompok kontrol positif dan kelompok salep fraksi air rimpang kunyit yang terjadi pada hari ke,14 dan semakin menurun pada hari ke,21. Hal ini menunjukkan bahwa fase proliferasi persembuhan luka sedang mendekati awal fase pematangan dimana peranan kapiler dalam menyediakan nutrisi bagi regenerasi sel,sel selama masa persembuhan luka mulai berkurang. Peristiwa ini juga merupakan telah terjadinya diferensiasi neovaskular menjadi arteriola dan venula. Pada akhirnya simpai kapiler awal akan lenyap lewat penyusutan pembuluh,pembuluh yang berlebihan sehingga suplai darah ke luka berangsur,angsur berkurang. Pada kelompok kontrol negatif terjadi peningkatan jumlah neovaskular hingga hari ke,21. Hal ini berbeda nyata dengan kelompok positif dan kelompok salep fraksi air rimpang kunyit. Kemungkinan jaringan luka membutuhkan nutrisi dan oksigen sehingga keberadaan neovaskular masih dibutuhkan.

Pengamatan terhadap reepitelisasi

Hasil pengamatan mikroskopis pembentukan epitel pada mencit kelompok kontrol positif dengan sediaan komersil, kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan dan kelompok perlakuan dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit adalah sebagai berikut

Tabel 5. Rataan persentase (%) reepitelisasi *

) ( .*7

4 +(4 4! + 1 4 +(4 */ + 1 *5 ( .! ( 05 / 2 + 2 33,33±33,35ab 44,43±19,28a 0,00±0,00b 4 33,33±33,35a 33,33±33,35a 11,10±19,23a 7 77,80±19,23a 77,80±19,23a 33,33±33,35a 14 66,67±57,74a 88,90±19,23a 100,00±0,00a 21 100,00±0,00a 100,00±0,00a 100,00±0,00a

Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata (P>0,05)

(57)

dan menyembuhkan luka yang ditandai dengan proliferasi sel. Poliferasi sel meliputi aktivitas mitosis dari sel,sel epidermis, sel,sel endotel, dan sel,sel

fibroblast. Fibroblast akan mengeluarkan . (KGF)

yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal (Tawi 2008). Aktivitas mitosis epitel terjadi lebih dari empat atau lima sel dari tepi luka karena empat atau lima sel ini telah rusak atau terpapar oleh lingkungan yang tidak menyenangkan (Spector dan Spector 1993). Epitel akan meluncur keluar dari tepi luka dengan gerakan amoeboid yang khas. Sel,sel akan menggunakan pita fibrin dan komponen matriks ekstrasel lainnya seperti fibronektin untuk mengarahkan jalur mitosis epitel. Migrasi dan mitosis akan terhenti jika lembaran epitel dari berbagai sudut luka bertemu di tengah. Hal ini terjadi karena adanya hambatan kontak (c ) yang mengatur pertumbuhan dan pergerakan sel. Masih ada tepi lesi yang masih tetap mengandung sel,sel yang dapat membelah diri untuk menutup kembali kerusakan itu.

(58)

Pengamatan terhadap luas kolagen

Hasil pengamatan mikroskopis luas kolagen pada mencit kelompok kontrol positif dengan sediaan komersil, kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan dan kelompok perlakuan dengan sediaan salep fraksi air rimpang kunyit adalah sebagai berikut

Tabel 6. Rataan persentase (%) luas kolagen *

) ( .*7

4 +(4 4! + 1 4 +(4 */ + 1 *5 ( .! ( 05 / 2 +

2 0,00±0,00a 0,00±0,00a 0,00±0,00a

4 0,00±0,00a 0,00±0,00a 0,00±0,00a

7 66,67±33,35a 33,30±0,00a 33,30±0,00a 14 100,00±0,00a 88,90±19,23a 88,90±19,23a 21 88,90±19,23a 77,80±19,23a 77,80±19,23a

Keterangan : Huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata (P>0,05)

Kolagen adalah serabut yang mendominasi jaringan ikat dan disintesis oleh fibroblast. Makrofag juga berperan dalam mensintesa kolagen sehingga kehadirannya merupakan syarat bagi terbentuknya kolagen. Jaringan ikat kolagen akan mengalami pematangan menjadi serabut yang lebih tebal dan besar serta memiliki ikatan silang intermolekuler yang lebih banyak. Kolagen memiliki fungsi yang lebih spesifik yaitu membentuk cikal bakal jaringan baru (

(59)

sesuai denagn fibroblast dan sel otot polos. Selain menghasilkan anyaman kolagen, berfungsi juga sebagai pengerutan luka sehingga ukuran luka akan bertambah kecil. Data Tabel 6 menunjukkan bahwa pada hari ke,14 persentase kolagen kelompok kontrol positif telah mencapai 100%.

Gambar 11. Reepitelisasi (a) dan jaringan ikat kolagen (b) kelompok salep fraksi air rimpang kunyit yang terbentuk pada hari ke,14. Pewarnaan

! . Pembesaran 4x. Bar = 200 m

(60)

I II III IV V

A.

B.

C.

Gambar 12. Gambaran histopatologi kontrol negatif (A), kontrol positif (B) dan perlakuan salep fraksi air rimpang kunyit (C) pada setiap panen yaitu pada hari ke 2, 4, 7, 14 dan 21. Pewarnaan !

(61)

*! 05

Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah :

1. Senyawa yang dapat ditarik oleh pelarut air dari rimpang kunyit adalah senyawa kuinon

2. Pemberian sediaan salep fraksi air rimpang kunyit dapat mempercepat proses reepitelisasi

3. Secara keseluruhan, sediaan salep fraksi air rimpang kunyit kurang efektif untuk dipergunakan sebagai obat persembuhan luka.

(

(62)

Anonim. 2008a. Mencit. http://id.wikipedia.org/wiki/Mencit. [12 Januari 2008]. ,,,,,,,,,,. 2008b. Kunyit. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf.

[8 Juli 2008].

,,,,,,,,,,. 2008c. Transgenic History. www.transgenicmouse.com/transgenesis, history.php. [17 September 2008]

Ackermann, MR. 2007. , / Disease. Missouri : Mosby

Elsevier

Ansel, H.C. 1989. , # . Edisi ke 4. Farida Ibrahim, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: 0

1

Arifin, S. 2007. CHE Around Us: Sabun.

http://www.majarikanayakan.com/2007/12. [8 Juli 2008]

[Balittro]. 2006. http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf/renstra/renstra2006, 2009.pdf. [22 Juli 2008]

Blodinger, J. 1994. , # / Drs. Sugiharto

Hadimoelj, Penerjemah. Surabaya: Airlangga University Press.

Terjemahan dari / 1

Clark, RAF dan AJ. Singer. 1999. Cutaneous wound healing. www.nejm.org. [artikel]

Dellmann HD, Brown EM. 1992. , ! ' & / . Ed ke 3. Hartono R, penerjemah. Jakarta: UI,Press. Hlm: 592,598.

Farmakope Indonesia. 1979. Edisi ke,3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Giguere, S, JE Prescott, JD Baggot, RD Walker dan PM Dowling. 2006.

+ ! / Edisi ke,4. USA :

Blackwell Publishing

Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 1997., +$ . . Cetakan 1. dr Irawati S, dr LMA Ken Ariata T, dr Alex Santoso, penerjemah : dr Irawati Setiawan, editor. Jakarta : EGC. Terjemahan dari : ! '

(63)

Handayani, I. 2006. Aktivitas Sediaan Gel Dari Ekstrak Lidah Buaya (+ Miller) untuk Proses Persembuhan Luka Pada Mencit ( ). Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. [skripsi]

Harborne, J.B. 1987. 2. Institut Teknologi Bandung: Bandung

Houghton, P.J. dan A. Raman. 1998. ( & !

" . London UK: Chapman & Hall

Junqueira, L.C, J. Carneiro, dan R.O. Kelley. 1998. & 1 . Cetakan 1. dr. Jan Tambayong, penerjemah : dr. Sugiarto Komala dan Alex Santoso, S.Ked, editor. Jakarta : EGC. Terjemahan dari :, & hlm 358, 368.

Kumalaningsih, S. 2008. Antioksisan_SOD (Super Oksida Dismutase). http://antioxidantcentre.com/index2.pdf. [22 Juli 2008]

Martin, P . 1997. Wound Healing, Aiming for Perfect Skin Regeneration. www.sciencemag.org. Vol 276. [artike]

Mills, R. www.delano.com/ferulic,curcumin,resembl.JPG. [8 September 2008]

Perdanakusuma, D.S. 2008. + .

http://www.surabayaplasticsurgery.blogspot.com/2008/05/.html. [10 Juli 2008]

Price, S.A. dan L. Mc Carty W. 1992. 3 . .

. Edisi ke 6. Volume 1. Brahm U.P, Huriawati H, Pita Wulansari dan Dewi Asih M, alih bahasa : Huriawati H, Natalia Susi, Pita W, dan

Dewi Asih M. Terjemahan dari : 3

1 . Hlm : 56,79

Rahardjo, M dan Otih R. 2005. Budidaya Tanaman Kunyit. http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf. [9 Juli 2008]

Robinson, T. 1995. . 4 ! ! ! . Edisi ke 6.

Kosasih Padmawinata, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari !

4 &

Purwanti, S. 2008. Kajian Efektifitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang Putih, dan Mineral Zink Terhadap Performa, Kadar Lemak, Kolesterol, dan Status Kesehatan Broiler. Bogor: Pascasarjana IPB. [Tesis].

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. -

& 1 ! . Jakarta : Penerbit Universitas

(64)

Spector, W.G dan T.D Spector. 1993. 5 . Edisi ke 3. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hlm : 130,145. Terjemahan

dari :+ 0 .

Sumiati, T. dan I Ketut Adnyana. 2007. Kunyit, Si Kuning yang Kaya Manfaat. http://www.halalguide.info/content/view/800/. [22 Juli 2008]

Syukur, C dan Hernani. 2002. , 1 ! 4 . . Jakarta:

Penebar Swadaya. Hlm. 76,77

Tawi, M. 2008. Proses Penyembuhan Luka.

http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/. [10 juli 2008]

Tizard, IR. 1988. 0 / . Soehardjo, penerjemah.

Surabaya : Airlangga University Press. Terjemahan dari : + 0

/ 0

Underwood, J.C.E. 1999. 5 # . Edisi 2. Prof. Dr. Sarjadi,

editor. Jakarta: ECG. Terjemahan dari # .

Hlm 232,241.

Ungerer, T. 1985. , 6 & (

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Voigt, Rf. 1994. , $ ! . Edisi ke 5. Noerono

Soendani, penerjemah. Samhoedi Raksohadiprojo, editor. Yagyakarta: Gajah Mada Press. Terjemahan dari Lehburch Der Pharmazeutischen Technologie.

Wahl, S. 2008. Cytokines in Wound Healing. www.scienceboard.net [14 Juli 2008]

Wientarsih, I dan Bayu FP. 2006. Diktat Farmasi dan Ilmu Reseptir. Bogor : PPDH FKH IPB

Winarto, WP. 2003. . ! . . Jakarta : PT Agromedia

Pustaka.

Yahya, Harun. 2006. Struktur kulit. www.harunyahya.com/imagestubuh/23/jpg [14 Juli 2008]

(65)
(66)

Lampiran 1 Hasil Penghitungan Statistik

4 04(1 . * ( * +(41 ) ( .*7$

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 3.79109744 1.89554872 5.35 0.0464

Error 6 2.12708628 0.35451438

Corrected Total 8 5.91818372

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.640585 18.96369 0.595411 3.139742

4 04(1 . * ( * +(41 ) ( .*78

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0.45756945 0.22878472 3.72 0.0889

Error 6 0.36874869 0.06145812

Corrected Total 8 0.82631814

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.553745 11.07892 0.247907 2.237649

4 04(1 . * ( * +(41 ) ( .*79

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 .62370955 0.31185478 1.01 0.4181

Error 6 1.84919256 0.30819876

Corrected Total 8 2.47290212

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.252218 15.85823 0.555157 3.500747

4 04(1 . * ( * +(41 ) ( .*7:8

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 3.44352514 1.72176257 4.89 0.0550

Error 6 2.11248676 0.35208113

Corrected Total 8 5.55601190

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

(67)

4 04(1 . * ( * +(41 ) ( .*7$:

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0.23344671 0.11672336 1.00 0.4219

Error 6 0.70034014 0.11672336

Corrected Total 8 0.93378685

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.250000 41.61417 0.341648 0.820990

*4; !. ( ! ! ) ( .*7$

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0 0 . .

Error 6 0 0

Corrected Total 8 0

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.000000 0 0 0.707107

*4; !. ( ! ! ) ( .*78

The GLM Procedure Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0.05954424 0.02977212 1.00 0.4219

Error 6 0.17863273 0.02977212

Corrected Total 8 0.23817698

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.250000 22.56617 0.172546 0.764622

*4; !. ( ! ! ) ( .*79

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 5.93718587 2.96859294 23.38 0.0015

Error 6 0.76180580 0.12696763

Corrected Total 8 6.69899168

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

(68)

*4; !. ( ! ! ) ( .*7:8

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 1.43241413 0.71620706 4.46 0.0649

Error 6 0.96276245 0.16046041

Corrected Total 8 2.39517658

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.598041 18.30384 0.400575 2.188475

*4; !. ( ! ! ) ( .*7$:

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 5.62712352 2.81356176 17.22 0.0033

Error 6 0.98025484 0.16337581

Corrected Total 8 6.60737836

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.851642 27.89774 0.404198 1.448855

**5 +* ! ! ) ( .*7$

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 55.35443706 27.67721853 5.02 0.0523

Error 6 33.07741936 5.51290323

Corrected Total 8 88.43185643

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.625956 57.63448 2.347957 4.073876

**5 +* ! ! ) ( .*78

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 12.46820025 6.23410013 0.49 0.6339

Error 6 75.96365618 12.66060936

Corrected Total 8 88.43185643

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

(69)

**5 +* ! ! ) ( .*79

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 30.42856500 15.21428250 2.71 0.1454

Error 6 33.74170013 5.62361669

Corrected Total 8 64.17026513

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.474185 31.59145 2.371417 7.506514

**5 +* ! ! ) ( .*7:8

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 16.25209952 8.12604976 0.81 0.4878

Error 6 60.10799636 10.01799939

Corrected Total 8 76.36009588

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.212835 36.02212 3.165122 8.786606

**5 +* ! ! ) ( .*7$:

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0 0 . .

Error 6 0 0

Corrected Total 8 0

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.000000 0 0 10.02497

! .4 /* ) ( .*7$

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0 0 . .

Error 6 0 0

Corrected Total 8 0

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

(70)

! .4 /* ) ( .*78

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0 0 . .

Error 6 0 0

Corrected Total 8 0

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.000000 0 0 0.707107

! .4 /* ) ( .*79

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 9.66527147 4.83263574 3.25 0.1105

Error 6 8.91866543 1.48644424

Corrected Total 8 18.58393691

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.520087 18.62352 1.219198 6.546552

! .4 /* ) ( .*7:8

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source DF Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0.74209415 0.37104707 0.50 0.6297

Error 6 4.45256487 0.74209415

Corrected Total 8 5.19465902

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

0.142857 8.955813 0.861449 9.618879

! .4 /* ) ( .*7$:

The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Source D

F

Sum of Square Mean Square F Value Pr > F

Model 2 0.74209415 0.37104707 0.33 0.7290

Error 6 6.67884731 1.11314122

Corrected Total 8 7.42094145

R,Square Coeff Var Root MSE Respon Mean

Gambar

Gambaran�sistematik�jaringan�granulasi�dan�angiogenesis�....................�����12�
Gambaran�sistematik�jaringan�granulasi�dan�angiogenesis�....................�����12�
Gambar�1.�Rimpang�kunyit.�2008�
Gambar�3.�Mencit�laboratorium�(Sumber�:�Anonim�2008c)��
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kunyit mempercepat penyembuhan luka. 2) Kunyit meningkatkan derajat re-epitelialisasi. 3) Kunyit menurunkan densitas neutrofil subepitelial. 5) Kunyit meningkatkan densitas kolagen.

Perbedaan yang nyata (P&lt;0.05) hanya ditemukan pada hari ke-4 pp yaitu antara kelompok minyak obat luka dan kontrol positif serta minyak obat luka dan kontrol negatif sedangkan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang gainbaran darah (jumlah eritrosit, jumlah leukosit, nilai hematohit, dan kadar hemoglobin)

Hasil pengamatan patologi anatomi terhadap proses persembuhan luka pada hewan coba mencit untuk kelompok perlakuan dengan salep placebo (kontrol negatif), kelompok

Hasil pengamatan gambaran histopatologis jaringan kulit mencit pada proses penyembuhan luka pada kontrol positif (K+), kontrol negatif (K), perlakuan pemberian salep

Perbedaan yang nyata (P&lt;0.05) hanya ditemukan pada hari ke-4 pp yaitu antara kelompok minyak obat luka dan kontrol positif serta minyak obat luka dan kontrol negatif sedangkan

Hasil pengamatan patologi anatomi terhadap proses persembuhan luka pada hewan coba mencit untuk kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, serta kelompok

Hasil pengamatan proses penyembuhan luka pada hewan uji pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 2 yang diberi gentamisin, diketahui bahwa tidak terdapat infeksi lokal dan reaksi