• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi dan Persepsi Manfaat Minuman Probiotik pada Lansia di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsumsi dan Persepsi Manfaat Minuman Probiotik pada Lansia di Kota Bogor"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

PRITA DHYANI SWAMILAKSITA A54104030

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

Prita Dhyani Swamilaksita (A54104030). Persepsi, Konsumsi, dan Manfaat

Minuman Probiotik pada Lansia di Kota Bogor. (Di bawah bimbingan Dr. Ir.Ahmad Sulaeman, MS)

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara konsumsi, dan persepsi manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) mempelajari karakteristik produk (komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim) minuman probiotik, (2) mempelajari konsumsi minuman probiotik contoh (merek, frekuensi, jumlah, alasan konsumsi, dan pembelian), (3) mengetahui sumber informasi mengenai produk minuman probiotik yang dikonsumsi contoh, (4) mengetahui persepsi contoh terhadap minuman probiotik yang dikonsumsi, (5) mengetahui persepsi contoh terhadap manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi minuman probiotik, (6) menganalisis hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik (7) menganalisis hubungan antara persepsi dan pengetahuan contoh, dan (8) menganalisis hubungan konsumsi minuman probiotik terhadap penyakit dan keluhan kesehatan (maag, konstipasi, dan pegel linu). Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi serta memberikan informasi kepada masyarakat terutama lansia mengenai hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik. Selain itu, bagi pemasar produk minuman probiotik dapat membuat strategi pemasaran yang tepat dan untuk pengembangan upaya perlindungan konsumen minuman probiotik.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengamatan dilakukan pada satu periode waktu yang bersamaan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang yang dipilih secara random sampling dengan kriteria contoh adalah lansia berusia ≥ 60 tahun. Selain itu, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunkasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai.

Merek-merek minuman probiotik yang beredar di pasaran seperti Yakult, Yakult ACE, Taurus Bio-Yoghurt, Vitacharm, Biokul, Queen Yoghurt, Yummy, Mella Yough-Aroom, Calpico, Dutch Mill, dan Activia memiliki karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pengalaman mengkonsumsi, sebagian besar contoh (87%) pernah mengkonsumsi minuman probiotik dengan merek yakult (78.1%), mengkonsumsi dengan alasan manfaat kesehatan (54.3%), memiliki frekuensi konsumsi 1 hari sekali (41.9%), dan jumlah konsumsi 1 botol (86.0%). Proporsi terbesar contoh melakukan pembelian sendiri (44.0%), membeli minuman probiotik di toko/minimarket (43.8%), dan hampir seluruh contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik (99.0%) membeli minuman probiotik yang tersimpan di kulkas. Menurut ketersediannya, sebagian besar contoh (84.0%) menyatakan bahwa minuman probiotik yang diinginkan selalu tersedia di pasaran dan lebih dari separuh contoh memiliki loyalitas terhadap merek minuman probitoik yang dikonsumsi (65.7%).

(3)

berbagai karakteristik minuman probiotik yang mencakup atribut fisik dan atribut manfaat yang dimiliki produk. Hampir sebagian besar contoh merasakan manfaat konsumsi probiotik (74.0%) dengan proporsi terbesar merasakan manfaat lebih mudah buang air besar (45.1%) dan sebagian besar contoh yang menkonsumsi minuman probiotik (78.0%) tidak merasakan efek samping setelah mengkonsumsi minuman probiotik

(4)

KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK

PADA LANSIA DI KOTA BOGOR

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:

PRITA DHYANI SWAMILAKSITA A54104030

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(5)

JUDUL : KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK PADA LANSIA DI KOTA BOGOR

Nama : Prita Dhyani Swamilaksita Nomor Pokok : A54104030

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS. NIP. 131 803 658

Mengetahui , Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

RIWAYAT HIDUP

(7)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan pada penulis sejak persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dan Bapak Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan masukkan selama kegiatan perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes selaku dosen penguji dan pemandu seminar yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua (Bapak dan Mama), Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan materil maupun moril, doa, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, jerih payah, dan restunya yang selalu dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu dan memotivasi hingga terselesaikannya skripsi ini:

1. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan berserta staf atas bantuannya dalam perizinan penelitian di Kecamatan Tanah Sareal

2. Kepala Wilayah Kecamatan Tanah Sareal beserta staf jajaran kecamatan.

3. Kepala Wilayah Kedung Badak, Kencana, dan Kedung Waringin beserta staf jajaran tingkat kelurahan.

4. Staf Badan Pemerintahan Daerah atas bantuannya dalam penyediaan data lansia di Kota Bogor.

5. Petugas perpustakaan Kota Bogor (Bapak Yanto dkk), Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Faperta, PAU, dan LSI (Bapak Tony dkk). 6. Bapak Ugan, Mas Rena, dan petugas PAP yang telah bersedia

memberikan pelayanan administrasi dengan sangat baik.

(8)

8. Teman-teman statistik’42 (Dini dkk) atas bantuan dan kesabarannya selama pengolahan data.

9. Kak Anita dan Kak Andi atas semangat dan sarannya.

10. Devi Ruspriana atas persahabatan, perhatian, bantuan, kekompakan, semangat, sabar mendengarkan keluh kesah, serta bersama-sama menjalani penelitian di Kota Bogor (I’ll never forget it all…).

11. Rika Yulianti atas doa, bantuan, dan semangatnya (Jangan pernah putus asa ya…semangat!).

12. Teman-teman (Fera, Novita Melanda, Sri) yang telah bersedia menjadi pembahas. (Suci, Kiki, Pitri, dan Shinta) atas tempat kosan, semangat, dan sarannya serta seluruh teman-teman Gamasaker’s 41 lainnya yang telah berbagi ruang dan waktu selama di GMSK, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Terlepas dari kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan pada penulis sejak persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dan Bapak Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan masukkan selama kegiatan perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes selaku dosen penguji dan pemandu seminar yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua (Bapak dan Mama), Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan materil maupun moril, doa, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, jerih payah, dan restunya yang selalu dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Terlepas dari kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Probiotik ... 5

Manfaat Probiotik ... 6

Lanjut Usia ... 10

Penurunan Fisiologis ... 11

Penyakit dan Keluhan Kesehatan ... 11

Sumber Informasi ... 12

Persepsi ... 13

Persepsi Minuman Probiotik ... 14

Konsumsi Pangan ... 15

Karakteristik Individu ... 16

Umur dan Jenis Kelamin ... 16

Pendidikan dan Pekerjaan ... 16

Pendapatan ... 16

Pengetahuan ... 17

Keluarga ... 18

Karakteristik Produk ... 18

Harga ... 18

Merek ... 19

Kemasan ... 19

Label ... 19

Klaim ... 19

KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 21

METODOLOGI ... ... 24

(11)

Oleh:

PRITA DHYANI SWAMILAKSITA A54104030

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

Prita Dhyani Swamilaksita (A54104030). Persepsi, Konsumsi, dan Manfaat

Minuman Probiotik pada Lansia di Kota Bogor. (Di bawah bimbingan Dr. Ir.Ahmad Sulaeman, MS)

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara konsumsi, dan persepsi manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) mempelajari karakteristik produk (komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim) minuman probiotik, (2) mempelajari konsumsi minuman probiotik contoh (merek, frekuensi, jumlah, alasan konsumsi, dan pembelian), (3) mengetahui sumber informasi mengenai produk minuman probiotik yang dikonsumsi contoh, (4) mengetahui persepsi contoh terhadap minuman probiotik yang dikonsumsi, (5) mengetahui persepsi contoh terhadap manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi minuman probiotik, (6) menganalisis hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik (7) menganalisis hubungan antara persepsi dan pengetahuan contoh, dan (8) menganalisis hubungan konsumsi minuman probiotik terhadap penyakit dan keluhan kesehatan (maag, konstipasi, dan pegel linu). Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi serta memberikan informasi kepada masyarakat terutama lansia mengenai hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik. Selain itu, bagi pemasar produk minuman probiotik dapat membuat strategi pemasaran yang tepat dan untuk pengembangan upaya perlindungan konsumen minuman probiotik.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengamatan dilakukan pada satu periode waktu yang bersamaan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang yang dipilih secara random sampling dengan kriteria contoh adalah lansia berusia ≥ 60 tahun. Selain itu, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunkasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai.

Merek-merek minuman probiotik yang beredar di pasaran seperti Yakult, Yakult ACE, Taurus Bio-Yoghurt, Vitacharm, Biokul, Queen Yoghurt, Yummy, Mella Yough-Aroom, Calpico, Dutch Mill, dan Activia memiliki karakteristik yang berbeda. Berdasarkan pengalaman mengkonsumsi, sebagian besar contoh (87%) pernah mengkonsumsi minuman probiotik dengan merek yakult (78.1%), mengkonsumsi dengan alasan manfaat kesehatan (54.3%), memiliki frekuensi konsumsi 1 hari sekali (41.9%), dan jumlah konsumsi 1 botol (86.0%). Proporsi terbesar contoh melakukan pembelian sendiri (44.0%), membeli minuman probiotik di toko/minimarket (43.8%), dan hampir seluruh contoh yang mengkonsumsi minuman probiotik (99.0%) membeli minuman probiotik yang tersimpan di kulkas. Menurut ketersediannya, sebagian besar contoh (84.0%) menyatakan bahwa minuman probiotik yang diinginkan selalu tersedia di pasaran dan lebih dari separuh contoh memiliki loyalitas terhadap merek minuman probitoik yang dikonsumsi (65.7%).

(13)

berbagai karakteristik minuman probiotik yang mencakup atribut fisik dan atribut manfaat yang dimiliki produk. Hampir sebagian besar contoh merasakan manfaat konsumsi probiotik (74.0%) dengan proporsi terbesar merasakan manfaat lebih mudah buang air besar (45.1%) dan sebagian besar contoh yang menkonsumsi minuman probiotik (78.0%) tidak merasakan efek samping setelah mengkonsumsi minuman probiotik

(14)

KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK

PADA LANSIA DI KOTA BOGOR

Skripsi

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh:

PRITA DHYANI SWAMILAKSITA A54104030

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

(15)

JUDUL : KONSUMSI DAN PERSEPSI MANFAAT MINUMAN PROBIOTIK PADA LANSIA DI KOTA BOGOR

Nama : Prita Dhyani Swamilaksita Nomor Pokok : A54104030

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS. NIP. 131 803 658

Mengetahui , Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(16)

RIWAYAT HIDUP

(17)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan pada penulis sejak persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dan Bapak Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan masukkan selama kegiatan perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes selaku dosen penguji dan pemandu seminar yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua (Bapak dan Mama), Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan materil maupun moril, doa, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, jerih payah, dan restunya yang selalu dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu dan memotivasi hingga terselesaikannya skripsi ini:

1. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan berserta staf atas bantuannya dalam perizinan penelitian di Kecamatan Tanah Sareal

2. Kepala Wilayah Kecamatan Tanah Sareal beserta staf jajaran kecamatan.

3. Kepala Wilayah Kedung Badak, Kencana, dan Kedung Waringin beserta staf jajaran tingkat kelurahan.

4. Staf Badan Pemerintahan Daerah atas bantuannya dalam penyediaan data lansia di Kota Bogor.

5. Petugas perpustakaan Kota Bogor (Bapak Yanto dkk), Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Faperta, PAU, dan LSI (Bapak Tony dkk). 6. Bapak Ugan, Mas Rena, dan petugas PAP yang telah bersedia

memberikan pelayanan administrasi dengan sangat baik.

(18)

8. Teman-teman statistik’42 (Dini dkk) atas bantuan dan kesabarannya selama pengolahan data.

9. Kak Anita dan Kak Andi atas semangat dan sarannya.

10. Devi Ruspriana atas persahabatan, perhatian, bantuan, kekompakan, semangat, sabar mendengarkan keluh kesah, serta bersama-sama menjalani penelitian di Kota Bogor (I’ll never forget it all…).

11. Rika Yulianti atas doa, bantuan, dan semangatnya (Jangan pernah putus asa ya…semangat!).

12. Teman-teman (Fera, Novita Melanda, Sri) yang telah bersedia menjadi pembahas. (Suci, Kiki, Pitri, dan Shinta) atas tempat kosan, semangat, dan sarannya serta seluruh teman-teman Gamasaker’s 41 lainnya yang telah berbagi ruang dan waktu selama di GMSK, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Terlepas dari kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008

(19)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat hidayah, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir jaman.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran, membimbing, mengarahkan, memberi saran serta dorongan pada penulis sejak persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dan Bapak Ir. Eddy S. Mudjajanto selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi dan masukkan selama kegiatan perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MKes selaku dosen penguji dan pemandu seminar yang telah meluangkan waktu serta memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Terima kasih tak terhingga penulis haturkan kepada orangtua (Bapak dan Mama), Adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan materil maupun moril, doa, kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, jerih payah, dan restunya yang selalu dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Terlepas dari kekurangan tersebut, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca atau pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2008

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Probiotik ... 5

Manfaat Probiotik ... 6

Lanjut Usia ... 10

Penurunan Fisiologis ... 11

Penyakit dan Keluhan Kesehatan ... 11

Sumber Informasi ... 12

Persepsi ... 13

Persepsi Minuman Probiotik ... 14

Konsumsi Pangan ... 15

Karakteristik Individu ... 16

Umur dan Jenis Kelamin ... 16

Pendidikan dan Pekerjaan ... 16

Pendapatan ... 16

Pengetahuan ... 17

Keluarga ... 18

Karakteristik Produk ... 18

Harga ... 18

Merek ... 19

Kemasan ... 19

Label ... 19

Klaim ... 19

KERANGKA PEMIKIRAN ... ... 21

METODOLOGI ... ... 24

(21)

Cara Penarikan Contoh ... 24

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 25

Pengolahan dan Analisis Data ... 25

Definisi Operasional ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 29

Karakteristik Contoh ... 31

Karakteristik Produk Minuman Probiotik ... 34

Konsumsi Minuman Probiotik ... 37

Sumber Informasi ... 44

Persepsi Contoh terhadap Manfaat yang Dirasakan ... 47

Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman Probiotik dengan Manfaat ... 50

Persepsi Contoh terhadap Produk Minuman Probiotik ... 50

Hubungan Persepsi terhadap Konsumsi Minuman Probiotik .... 52

Hubungan Pengetahuan dengan Persepsi ... 53

Konsumsi Pangan ... 54

Penyakit dan Keluhan Kesehatan ... 55

Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman probiotik dengan Keluhan Konstipasi ... 59

Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman probiotik dengan Keluhan Pegel linu ... 59

Hubungan Frekuensi Konsumsi Minuman probiotik dengan Maag... 60

KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

Kesimpulan ... 61

Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(22)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan terkahir ... 32 2. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ... 33 3. Sebaran contoh berdasarkan besar pendapatan ... 33 4. Sebaran contoh berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 34 5. Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan komposisi

dan kandungan gizi ... 35 6. Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan kandungan

bakteri asam laktat ... 36 7. Karakteristik produk minuman probiotik berdasarkan klaim

kesehatan ... 37 8. Persentase contoh berdasarkan alasan konsumsi minuman

probiotik ... 38 9. Persentase contoh berdasarkan alasan tidak mengkonsumsi

minuman probiotik ... 39 10. Persentase contoh berdasarkan merek minuman probiotik yang

dikonsumsi ... 39 11. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi minuman

probiotik ... 40 12. Sebaran contoh berdasarkan pembelian minuman probiotik ... 42 13. Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian minuaman

probiotik ... 42 14. Sebaran contoh berdasarkan bentuk loyalitas terhadapketersediaan

minuman probiotik ... 44 15. Persentase contoh berdasarkan sumber informasi ... 45 16. Persentase contoh berdasarkan sumber informasi terpercaya ... 46 17. Persentase contoh berdasarkan informasi yang diinginkan ... 46 18. Persentase contoh berdasarkan perhatian utama dalam

pembelian ... 47 19. Persentase contoh berdasarkan manfaat konsumsi minuman

probiotik ... 48 20. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keyakinan ... 48 21. Tabulasi silang frekuensi konsumsi minuman probiotik

(23)

22. Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi ... 51 23. Sebaran persepsi contoh terhadap berbagai atribut minuman

probiotik ... 51 24. Sebaran persepsi contoh terhadap berbagai manfaat minuman

probiotik ... 52 25. Tabulasi silang persepsi dengan konsumsi minuman probiotik ... 52 26. Tabulasi silang pengetahuan gizi dengan persepsi ... 53 27. Tabulasi silang pengetahuan produk dengan persepsi ... 53 28. Sebaran contoh berdasarkan konsumsi pangan ... 55 29. Persentase contoh berdasarkan jenis penyakit yang pernah

diderita ... 56 30. Persentase contoh berdasarkan jenis penyakit yang sedang

(24)

v

DAFTAR GAMBAR

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penduduk Lanjut Usia (Lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Mursito (2004) menyatakan bahwa tingkat kesehatan kelompok lanjut usia dapat digunakan sebagai tolak ukur tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya. Semakin banyak jumlah penduduk lanjut usia maka tingkat kesehatan masyarakat tersebut semakin baik.

Pertumbuhan penduduk lansia (umur > 60 tahun) meningkat secara cepat pada abad 21 ini, yang pada tahun 2000 di seluruh dunia telah mencapai 425 juta jiwa (± 6,8 persen). Angka pertumbuhan lansia di Indonesia mencapai 2,5 persen per tahun, lebih besar dari angka pertumbuhan populasi dunia yang hanya 1,7 persen per tahun. Hingga 30 tahun mendatang, diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk lansia mencapai 200-400 persen. Sementara kenaikan populasi penduduk lansia di Indonesia antara tahun 1990 dan 2025 akan mencapai 41, 4 persen dari 32 juta penduduk pada tahun 2002. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan penduduk lansia terjadi secara konsisten dari waktu ke waktu. Pada tahun 2020 jumlah lansia tetap meningkat dan ternyata jumlah Lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (Hermana 2007).

Bersamaan dengan bertambahnya usia, terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ, dan sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia. Masalah lain yang timbul adalah menurunnya kemampuan kognitif (gejala ringan adalah mudah lupa dan jika parah akan menyebabkan kepikunan). Ada banyak faktor yang terkait dengan menurunnya kemampuan kognitif pada kelompok lansia seperti faktor gizi dan pola hidup yang sehat. Kemunduran kesehatan pada lansia pun dapat memunculkan berbagai keluhan kesehatan seperti yang pada umumnya terjadi antara lain defisiensi gizi, konstipasi atau sembelit, gangguan tidur, kulit kering, penurunan daya konsentrasi, dan sebagainya (Makalloe 2004).

(27)

termasuk minuman probiotik. Menurut Ramadhani (2007) minuman probiotik termasuk ke dalam minuman jenis yoghurt yang berkhasiat untuk memperbaiki penyerapan gizi makanan, mengurangi gangguan usus, memperlambat proses degeneratif alamiah akibat perkembangan bakteri-bakteri merugikan dalam sistem pencernaan serta memperkuat fungsi usus dengan menjaga keseimbangan flora usus.

Dewasa ini, kesadaran masyarakat terhadap tindakan preventif pada kesehatan dengan mengkonsumsi minuman probiotik semakin meningkat. Hal tersebut diiringi dengan munculnya beragam produk minuman probiotik dengan berbagai merek yang terdapat di pasaran. Promosi mengenai minuman probiotik pun semakin gencar dengan disertai klaim bombastis yang mengindikasikan kearah pengobatan dan manfaatnya terhadap kesehatan. Klaim umum yang terdapat pada minuman probiotik adalah melancarkan gangguan pencernaan dan melindungi pencernaan akibat berbagai kondisi seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) yang terjadi terutama pada orang tua (Nirmala 2006). Selain itu, baru-baru ini muncul produk yang mengklaim sebagai minuman probiotik rendah lemak. Bentuk produk probiotik pun kini tidak hanya terbatas pada cairan dan krim, tetapi produk probiotik juga dapat diperoleh dalam bentuk suplemen kapsul, dan pil. Bahkan selain dalam bentuk yoghurt dan susu, probiotik pun sudah dapat dijumpai dalam bentuk makanan ringan dan sereal.

Konsumsi probiotik secara teratur dapat memberikan beberapa efek positif lain bagi kesehatan. Beberapa manfaat probiotik yang telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah adalah untuk perawatan diare (khususnya diare yang disebabkan oleh rotavirus), mencegah dan merawat infeksi saluran kencing dan saluran genital perempuan, merawat radang usus, mengurangi kanker kandung kemih, perawatan setelah operasi usus, dan mencegah eksim pada anak-anak. Probiotik juga bermanfaat untuk mengurangi efek samping penggunaan antibiotik dan mengurangi gejala-gejala Lactose Intolerance atau gangguan pada perut karena minum susu (Nirmala 2006) .

(28)

3

Jumlah bakteri dalam minuman probiotik sangat penting untuk diperhatikan karena berhubungan dengan kemanjuran produk probiotik bersangkutan dan juga untuk mencegah agar tidak terjadi “overdosis’ meskipun belum ada laporan mengenai efek samping negatif probiotik dalam konsentrasi tinggi. Kelebihan probiotik dalam tubuh biasanya dapat dikeluarkan melalui tinja. Efek samping probiotik cenderung ringan dan bersifat digestif seperti buang angin dan kembung. Namun, efek yang lebih serius bisa saja terjadi. Secara teoretis probiotik dapat menyebabkan infeksi yang membutuhkan perawatan dengan antibiotik, aktivitas metabolik yang tidak sehat, stimulasi sistem kekebalan yang berlebihan, dan transfer gen atau penyisipan material genetik ke dalam sel (Nirmala 2006). Berdasarkan masalah yang telah diuraikan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik pada kelompok masyarakat lanjut usia.

Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mempelajari karakteristik produk (komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim) minuman probiotik.

2. Mempelajari konsumsi minuman probiotik contoh (merek, frekuensi, jumlah, alasan konsumsi, dan pembelian).

3. Mengetahui sumber informasi mengenai produk minuman probiotik yang dikonsumsi contoh.

4. Mengetahui persepsi contoh terhadap minuman probiotik yang dikonsumsi.

5. Mengetahui persepsi contoh terhadap manfaat yang dirasakan setelah mengkonsumsi minuman probiotik.

6. Menganalisis hubungan antara konsumsi dan persepsi manfaat minuman probiotik.

7. Menganalisis hubungan antara persepsi dan pengetahuan contoh.

(29)

Kegunaan Penelitian

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Probiotik

Probiotik adalah suatu preparat yang terdiri dari mikroba hidup, yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia secara oral dengan harapan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia melalui perbaikan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba alami yang tinggal di dalam tubuh manusia. Mikroba alami yang terdapat dalam saluran pencernaan mempunyai peran yang sangat penting bagi kesehatan dan kebugaran tubuh seseorang. Berdasarkan hal tersebut maka teknik probiotik diterapkan untuk meningkatkan kesehatan saluran pencernaan serta sistem imunitas tubuh (Winarno 1997).

Salminen et al (2004) mendefinisikan probiotik sebagai sediaan sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan dan kehidupan inangnya. Kriteria yang harus dimiliki oleh suatu probiotik adalah bersifat nonpatogenik dan mewakili mikrobiota normal usus dari inang tertentu, serta masih aktif pada kondisi asam lambung dan konsentrasi garam empedu yang tinggi dalam usus halus. Selain itu, mampu tumbuh dan melakukan metabolisme dengan cepat serta terdapat dalam jumlah yang tinggi dalam usus, dapat mengkolonisasi beberapa bagian dari saluran usus untuk sementara, dapat memproduksi asam-asam organik secara efisien, memiliki sifat antimikroba terhadap bakteri merugikan, mudah diproduksi, mampu tumbuh dalam sistem produksi sekala besar, dan hidup selama kondisi penyimpanan.

Vrese et al (2001) menyatakan bahwa tidak semua bakteri asam laktat yang digunakan pada pembuatan yoghurt dapat berfungsi sebagai probiotik, dengan alasan bakteri asam laktat yang terdapat pada yoghurt-yoghurt tradisional ternyata tidak mampu bertahan hidup hingga usus halus. Susanti et al (2007) menyatakan bahwa bakteri-bakteri yang tidak berfungsi sebagai probiotik lebih sensitif terhadap pH lambung, garam empedu, lisozim, dan senyawa antimikroba seperti bakteri-bakteri yang digunakan secara luas pada produk fermentasi susu.

(31)

infants, Enterococcus faecium, dan Loctococcus lactis. Menurut Nirmala (2006) bakteri yang memiliki sifat probiotik diantaranya adalah golongan Bifidobacterium (B. Bifidum, B. breve, B. longum, B. Infants, dan B. Adolescents) dan golongan Lactobacillus (L. casei, L. acidophilus, L. Johnsonii, dan L. reuteri). Jenie (2007) menyatakan bahwa Bifidobacterium animalis adalah salah satu golongan Bifidobacterium yang memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan usus.

Manfaat Probiotik

Di saluran usus manusia terdapat lebih dari 100 trilyun bakteri yang terdiri dari sekitar 100 spesies. Bakteri-bakteri tersebut bersama dengan mikroba lain secara kolektif membentuk kelompok masyarakat mikroba di dalam tubuh manusia yang disebut miklofora usus atau kadang-kadang secara singkat hanya disebut sebagai flora usus. Terdapat dua kelompok bakteri dalam flora usus, yaitu yang membantu kesehatan dan yang bersifat pathogen (Winarno 2003). Jenie (2007) menyatakan bahwa koloni bakteri dominan di dalam usus adalah bifidobacteria dengan jumlah 108-109 cfu/g.

Bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh artinya dapat melakukan peranan yang sangat berguna dalam aspek gizi, serta pencegahan penyakit. Mereka mampu memproduksi zat-zat gizi essensial seperti vitamin dan asam organik, yang kemudian diserap dari usus dan dimanfaatkan oleh epitelium dinding usus dan organ vital tubuh lain seperti hati. Asam organik yang diproduksi memiliki kemampuan menekan pertumbuhan kuman patogen dalam usus dengan cara menurunkan pH usus. Sedangkan bakteri patogen adalah bakteri yang mampu menghasilkan racun, seperti hasil metabolisme dan senyawa yang bersifat karsinogenik. Bila bakteri patogen tersebut lebih mendominasi kehidupan bakteri yang bermanfaat maka zat gizi essensial tidak lagi dapat diproduksi dan sebaliknya jumlah senyawa yang membahayakan semakin meningkat sehingga dapat menjadi faktor penunjang terhadap berlangsungnya proses penuaan, menstimulir timbulnya penyakit kanker, penyakit hati dan ginjal, hipertensi, aterosklerosis, dan menurunnya imunitas tubuh (Winarno 1997).

(32)

7

Bifidobacteria setiap satu g atau ml produk probiotik. Jumlah minimal sel probiotik yang dapat memberikan efek kesehatan kurang lebih 1x105 sel hidup setiap g atau ml produk. Namun, jumlah tersebut sebenarnya sangat tergantung dari jenis makanan serta strain yang digunakan (Rahayu 2004).

Antoine (2007) menyatakan bahwa probiotik memiliki banyak fungsi di dalam usus yaitu membantu fermentasi dalam usus besar, detoksifikasi, mempersingkat waktu transit, metabolisme kolesterol, sistem pertahanan, respon imun, mencegah laktosa intoleran, keseimbangan epitel, dan membantu metabolisme sel. Sedangkan Varavithya (2007) mengungkapkan bahwa bakteri baik yang terkandung dalam probiotik dapat mencegah Irregular bowel movement, mencegah konstipasi, mencegah infeksi serta mencegah dan mengatasi penyakit alergi. Disamping itu, probiotik juga memiliki berbagai fungsi yang lain, yaitu:

1. Menghambat proses penuaan

Pada orangtua (lansia) jumlah Bifidobacteria mengalami penurunan drastis atau bahkan menjadi musnah. Clostridia termasuk C. perferinges secara bermakna meningkat jumlahnya dan Lactobacilli, Streptococci, serta Enterobactericiae juga meningkat. Fenomena tersebut merupakan akibat dari suatu proses penuaan yang sedang terjadi. Kenyataan tersebut menunjukan bahwa manfaat mempertahankan kehadiran bakteri Bifidobacteria di dalam usus besar untuk menghambat proses penuaan (Winarno 1997).

2. Meningkatkan pertumbuhan dan daya cerna

Winarno (1997) menyatakan bahwa keberadaan Bifidobacteria longun dalam usus erat kaitannya dengan meningkatnya jangka hidup pada tikus percobaan. Sebagian besar spesies Bifidobacteria mampu memetabolisir seyawa polisakarida dan oligosakarida yang tidak dapat dicerna sehingga menjadi asam asetat dan asam laktat dimana E. coli dan C. perferingens tidak mampu melakukannya. Sedangkan Nakazawa dan Hosono (1992) menyatakan bahwa tikus yang diberi yoghurt menunjukan pertambahan berat badan dan ini semua berhubungan dengan daya cerna/absorpsi yang baik. 3. Mempercepat waktu transit (Mencegah Konstipasi)

(33)

4. Mengatasi Laktose Intolerance

Laktose intolerance merupakan gejala malabsorpsi laktosa yang banyak dialami oleh penduduk di beberapa negara Asia dan Afrika. Faktor utama penyebabnya adalah terbatasnya enzim laktase tubuh sehingga tidak mampu mencerna dan menyerap laktosa dengan sempurna. Hal tersebut mengakibatkan mual, diare, atau gejala sakit perut setelah mengkonsumsi susu. Penelitian membuktikan bahwa susu dapat dikonsumsi oleh penderita Lactose intolerance apabila di dalamnya ditambahkan kultur starter. Menurut Jenie (2007), probiotik dapat mengatasi lactose intolerance karena bakteri asam laktat di dalamnya dapat menguraikan laktosa susu menjadi monosakarida, yaitu glukosa dan galaktosa. Kedua monosakarida tersebut mudah dicerna atau diserap oleh tubuh.

5. Memberi pengaruh pada jalur gastrointestinal

Pengaruh yang diberikan antara lain menurunkan bakteri yang merugikan pada usus dan menekan aktivitas metaboliknya. Selain itu, bakteri asam laktat juga memberi efek menurunkan bakteri yang merugikan serta dapat meningkatkan total motilitas pada usus.

6. Menormalkan pergerakan usus

Bakteri asam laktat berperan dalam pergerakan usus karena kegiatannya pada jalur gastrointestinal. Padatan yang terdapat pada fase normal adalah 10-30%. Bila jumlah padatan pada feses melebihi 30% maka seseorang dapat dikatakan mengalami konstipasi, sedangkan bila dibawah 10% maka dikatakan sebagai diare (Hartanti 2007). Nakazawa dan Hosono (1992) menunjukan bahwa konsumsi yoghurt dapat meningkatkan Bifidobacterium spp. pada usus dan menormalkan pergerakan usus.

7. Mencegah Diare

L. casei, L. acidophilus, dan L. Bulgaricus memproduksi agen antimikoba seperti acidophilin dan bulgarican yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam usus (Jenie 2007).

8. Menigkatkan sistem imunitas

(34)

9

9. Menurunkan kolesterol darah

Bakteri asam laktat dapat mengatur pelepasan kolesterol dari hati menuju darah (Nakazawa dan Hosono 1992). Kusumawati (2002) juga menyatakan bahwa isolate bakteri asam laktat dapat mereduksi kolesterol serum darah dan dapat mempertahankan keseimbangan mikroflora usus.

10. Mencegah kanker

Winarno (1997) menyatakan bahwa bakteri asam laktat dapat membuat senyawa racun menjadi tidak aktif. Senyawa racun tersebut merupakan zat karsinogenik yang dihasilkan dari metabolisme triptofan, fenol, amine, dan senyawa nitroso yang diproduksi bakteri usus. Selain itu, senyawa racun dihasilkan dari pencernaan lemak dalam jumlah yang besar yang akan menstimulasi sekresi empedu sehingga asam empedu dan kolesterol meningkat. Peningkatan senyawa tersebut dirubah oleh bakteri usus ke dalam asam empedu sekunder, derivatif, aromatik polisiklik hidrokarbon, astrogen, dan epoxida yang ada hubungannya dengan proses karsinogenik. 11. Mencegah infeksi urogenital

Berdasarkan penelitian terhadap wanita yang mengalami infeksi vagina,

kemudian mengkonsumsi yoghurt secara teratur yang mengandung L. acidophilus maka kejadian infeksi mengalami penurunan dibandingkan

dengan wanita yang tidak mengkonsumsi yoghurt (Jenie 2007). 12. Mengobati TBC

Penderita TBC umumnya mengalami defisiensi gizi meskipun tidak semuanya. Jika tidak terjadi defisiensi gizi, penderita cukup diberikan suplemen peningkat sistem kekebalan tubuh. Sedangkan jika mengalami defisiensi gizi yang ditandai dengan kadar albumin rendah maka diperlukan suplemen dan multivitamin. Selain vitamin A, penderita TBC dengan defisiensi gizi membutuhkan tambahan mineral seng serta zat besi (Fe).

(35)

Lanjut Usia (Lansia)

Usia lanjut merupakan masa penutup dari tahapan kehidupan manusia. Usia 60 tahun biasa dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. Namun demikian, akhir-akhir ini besar umur tidak digunakan sebagai patokan yang pasti karena adanya perbedaan antara individu yang satu dengan yang lain. Hal tersebut seiring dengan kondisi kehidupan dan perawatan kesehatan fisik dan mental yang lebih baik sehingga banyak orang yang sudah berusia 65 tahun sampai awal 70-an belum menunjukan tanda-tanda fisik dan mentalnya (Nasoetion dan Wirakusumah 1991).

Tahapan kehidupan terakhir ini sering dibagi menjadi “tahapan usia lanjut dini” yang berkisar antara 60-70 tahun dan “usia lanjut” yang berkisar antara 70 tahun sampai akhir kehidupan (Nasoetion dan Wirakusumah 1991). Sementara Latifah (1999) menyatakan bahwa dalam data kependudukan Indonesia, istilah lansia mengacu kepada orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Untuk analisis kependudukan lebih rinci biasanya penduduk lansia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu young-old (60-69 tahun) dan old-old (70 tahun ke atas).

Wirakusumah (2000) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang menjadi tua, baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan, yaitu:

1. Faktor genetika yang merupakan faktor bawaan (keturunan) yang berada pada setiap individu

2. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang berkaitan dengan diet, kebiasaan merokok, minum alkohol, kafein, tingkat polusi, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya.

3. Faktor endogenik yang terkait dengan proses penuaan (perusakan sel yang berjalan seiring perjalanan waktu).

Sementara Astawan dan Wahyuni (1988) menyatakan bahwa proses menua timbul karena berkurangnya jumlah sel-sel baru yang mempunyai kemampuan mengganti sel-sel yang vital bagi kehidupan, sel-sel yang dibentuk di usia lanjut berbeda dan tidak lebih baik kualitasnya dari sel-sel yang dibentuk pada usia muda. Terjadinya proses metabolisme kompleks selama hidup menyebabkan semakin ausnya organ-organ tubuh, keturunan (hereditas), dan farktor psikologis yang bersifat menekan kejiwaan.

(36)

11

di dalam tubuh. Penuaan eksternal dan internal tidak dapat dipisahkan dan terus berlangsung. Penuaan yang terjadi pada masa ini akan berpengaruh terhadap masalah gizi dan kesehatan (Turner et al 1991).

Penurunan Fisiologis

Perubahan komposisi tubuh yang terjadi saat seseorang memasuki usia lanjut meliputi dua hal yaitu peningkatan dan penurunan fungsi organ. Peningkatan yang terjadi adalah peningkatan jumlah lemak. Sedangkan penurunan yang terjadi adalah kekuatan otot, jumlah total air tubuh, penciuman, perasa, produksi asam lambung dan enzim pencernaan, lapisan otot halus, fungsi hati, sistem kekebalan, kerja jantung, fungsi paru-paru, dan penurunan kemampuan otak (Wirakusumah 2000).

Astawan dan Wahyuni (1988) menyatakan bahwa keadaan fisiologik kesehatan yang semakin melemah serta daya tahan tubuh para lanjut usia yang cenderung menurun terhadap gangguan dari luar akan lebih mempermudah serangan penyakit bila tidak disertai tindakan-tindakan pencegahan dalam hal kesehatan. Hampir seluruh sistem dalam tubuh mengalami gangguan antara lain sistem imunologik (kekebalan), sistem pencernaan, sistem metabolik, sistem pancaindera, sistem penglihatan, sistem pernafasan, dan sistem persendian.

Penurunan sistem dan fungsi tubuh tersebut mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit seperti kardiovaskular (hipertensi, jantung koroner, dan stroke), penyakit persendian dan tulang, penyakit metabolik (diabetes mellitus), penyakit paru-paru, penyakit saluran pencernaan, dan penyakit mata (Nasoetion dan Briawan 1993). Selain itu, sikap hidup, cara hidup dan perasaan atau emosi akan mempengaruhi perubahan mental lansia (Wirakusumah 2000).

Penyakit dan Keluhan Kesehatan

(37)

sering kali ditandai dengan keadaan tulang yang menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah karena menurunnya massa tulang (Kasdu 2002).

Proses penuaan juga merupakan penyebab meningkatnya prevalensi penderita osteoarthritis dan arthritis gout akut akibat pengapuran. Pengapuran menyebabkan tulang rawan pada sendi menipis sehingga timbul tulang muda (spur) sebagai kompensasi menggantikan tulang yang menipis tadi. Kondisi inilah yang mengakibatkan rasa nyeri yang umum terjadi di daerah lutut, pinggul, dan pinggang bawah (Wirakusumah 2000).

Menurut Oswari (1997), pada lansia sering pula terjadi gangguan mata akibat proses menua. Katarak adalah suatu penyakit kekaburan lensa mata. Orang yang terkena katarak, penglihatannya makin lama makin kabur seperti tertutup asap. Sakit dada di daerah jantung yaitu pada kiri depan yang terjadi mendadak juga perlu mendapat perhatian. Sakit demikian bisa disebabkan oleh gangguan otot jantung dan peradangan pada pembungkus jantung. Sakit dada yang tembus ke belakang kadang-kadang disebabkan oleh masuk angin atau dapat pula disebabkan oleh tukak lambung (sakit maag). Sedangkan gejala hipertensi adalah pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, dan tengkuk terasa pegal. Kondisi hilangnya atau menurunnya selera makan yang terjadi pada seseorang disebut dengan anoreksia. Gustatory papillae (bintil perasa) mulai kurang sensitif menjelang usia lanjut sehingga selera makan menurun (Wirakusumah 2000).

Wirakusumah (2000) pun menyatakan bahwa konstipasi sangat umum diderita lansia. Gerakan otot pada usus dan aktivitas gastrointestinal semakin menurun dengan bertambahnya usia. Selain kurangnya serat, dehidrasi atau kurangnya aktivitas juga merupakan penyebab utama terjadinya konstipasi. Pencegahan yang sederhana adalah dengan meningkatkan konsumsi serat dan cairan dalam diet serta konsumsi minuman probiotik. Selain itu, Anemia juga merupakan penyakit yang sering terjadi pada lansia akibat penurunan kapasitas sumsum tulang belakang dan respon hormonal terhadap tekanan secara haematologi.

Sumber Informasi

(38)

13

informasi yang salah bukan hanya akan berakibat fatal, tetapi juga akan menghilangkan kepercayaan konsumen kepada produsen (Mather 2006).

Kebutuhan informasi semakin penting pada era industrialisasi ini karena beragam produk makanan dan minuman menghadirkan berbagai macam merek kepada konsumen. Kotler (2002) menggolongkan informasi konsumen ke dalam empat kelompok, yaitu (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, dan kenalan), (2) sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, dan pajangan di toko), (3) sumber publik (media massa), dan (4) sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Selain itu, Kotler (2002) menyatakan bahwa jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi tersebut berbeda tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli.

Menurut Kotler (2002), pada umumnya konsumen mendapatkan sebagian besar informasi tentang suatu produk dari sumber komersial, yaitu sumber yang didominasi oleh pemasar. Namun, informasi yang paling efektif berasal dari sumber pribadi. Tiap informasi menjalankan fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi komersial biasanya menjalankan fungsi pemberi informasi, sedangkan sumber pribadi menjalankan fungsi legitimasi dan evaluasi.

Persepsi

Schiifman dan Kanuk (1994) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam pemahaman dan gambar-gambar yang masuk akal. Menurut Mowen dan Minor (2002), persepsi merupakan suatu proses dimana individu mencari informasi, memperoleh informasi, dan memahaminya. Sedangkan Sumarwan (2004) mendefinisikan persepsi adalah bagaimana seorang konsumen melihat relitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya. Pengetahuan dan persepsi biasanya berbentuk kepercayaan, yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut (Schiifman dan Kanuk 1994).

Mowen dan Minor (2002) menyatakan bahwa adanya perbedaan persepsi antara konsumen yang satu dengan yang lain dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan budaya. Sedangkan menurut Kotler (2002), persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama disebabkan oleh proses pembentukan persepsi yang mengalami tiga tahap, yaitu perhatian selektif, distorsi selektif, dan ingatan atau retensi selektif.

(39)

orang yang menghubungkan kinerja perilaku dengan motivasi eksternal. Insentif menggambarkan alasan eksternal untuk pembelian produk. Konsumen yang membeli suatu produk disertai oleh insentif kurang, mungkin menghubungkan pembelian tersebut dengan sikap yang mendukung produk dibandingkan dengan konsumen yang membeli tanpa insentif. Insentif mencakup jajaran luas alat-alat promosi seperti korting harga, premium, kontes, undian, rabat, dan kupon.

Persepsi Terhadap Minuman Probiotik

Engel et al (1995) menyatakan bahwa proses keputusan pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebagai suatu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses kebutuhan. Berdasarkan penelitian Ramadhani (2007), seseorang cenderung mengkonsumsi minuman probiotik untuk manfaat utama sebagai minuman yang menunjang kesehatan. Sedangkan alasan atau motivasi utama karena kandungan probiotiknya yang baik untuk kesehatan. Lingkungan sosial yang mempengaruhi persepsi dalam mengkonsumsi minuman probiotik adalah keluarga, saudara, dan teman atau kenalan, yang cenderung memilih minuman probiotik yang mempunyai banyak pilihan rasa. Ramadhani (2007) pun mengungkapkan bahwa sumber informasi yang digunakan oleh konsumen berasal dari berbagai macam media dengan informasi produk yang dirasa penting oleh konsumen adalah tanggal kadaluwarsa. Mengenai manfaat lain dari minuman probiotik selain manfaat utama sebagai minuman yang dapat membantu kesehatan preventif, sebagian besar konsumen tidak mengetahuinya. Namun sebagian kecil responden mengetahui manfaatnya hanya sebagai pelepas dahaga.

Bagi konsumen, kemasan merupakan hal yang penting dari suatu produk khususnya minuman probiotik karena akan memberikan kesan ketika pertama kali konsumsi. Kemasan yang paling banyak diinginkan adalah kemasan sederhana yang meliputi tampilan warna, informasi produk, dan bahan kemasan yang cenderung biasa dengan harapan kemudahan serta kenyamanan dari kemasan tetap baik (Ramadhani 2007). Selain kemasan, atribut lain yang penting dalam minuman probiotik adalah klaim.

(40)

15

Konsumsi Pangan

Konsumsi adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Menurut Hardinsyah dan Martianto (1989), konsumsi makanan adalah jumlah makanan (tunggal atau beragam) yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang dengan tujuan tertentu. Sedangkan Harper et al (1985) menyatakan bahwa konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi yang pada gilirannya zat gizi tersebut berfungsi untuk menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan pertumbuhan, serta memperbaiki jaringan tubuh. Selain dipengaruhi oleh karakteristik individu, Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pandangan dan kepercayaan penduduk termasuk juga pengetahuan mereka tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari berbagai faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan.

Menurut Suhardjo (1989), terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan , yaitu (1) Karakteristik individu yang meliputi umur, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan; (2) Karakteristik makanan yang meliputi rasa, rupa, tekstur, bentuk, bumbu, tipe, dan kombinasi; (3) Karakteristik lingkungan yang meliputi musim, pekerjaan, mobilitas, perpindahan penduduk, jumlah keluarga, dan tingkat sosial.

Nasoetion dan Briawan (1993) menyatakan bahwa konsumsi pangan yang tidak teratur dan tidak seimbang dapat menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Sebaliknya, konsumsi pangan yang cukup dan seimbang dapat membantu terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh. Konsumsi pangan pada lanjut usia hendaknya memperhatikan faktor-faktor berikut Nasoetion dan Briawan (1993):

a) Mengandung cukup zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan manula dalam jumlah maupun komposisinya

b) Susunan konsumsi makanan berasal dari kelompok pangan yang beragam

c) Makanan hendaknya banyak mengandung serat (seralia, sayuran, dan buah) untuk menghindari konstipasi

(41)

e) Menghindari pemakaian garam terlalu banyak, merokok, dan minuman beralkohol.

Konsumsi pangan yang salah akan menyebabkan ketidakseimbangan zat gizi makro ataupun mikro yang akan memperburuk keadaan kondisi lansia yang kondisinya memang sudah menurun (Nasoetion dan Briawan 1993).

Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa memahami usia konsumen adalah penting karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda pula. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Menurut Kotler (2002), umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam pembuatan keputusan untuk menerima segala sesuatu yang baru seperti barang dan jasa. Hal tersebut disebabkan oleh umur yang berpengaruh terhadap kecepatan seseorang dalam menerima informasi baru. Seorang yang berumur relatif muda akan relatif lebih cepat dalam menerima sesuatu yang baru.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1994), pada setiap masyarakat sangat umum sekali untuk menemukan sesuatu produk yang khusus diasosiasikan pada jenis kelamin tertentu. Oleh sebab itu, jenis kelamin telah menjadi dasar segmentasi pasar yang digunakan pada berbagai produk.

Pendidikan dan Pekerjaan

Menurut Sumarwan (2004), pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang konsumen. Selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi proses keputusan pada konsumsi seseorang. Konsumen yang memiliki pendidikan baik akan sangat responsif terhadap informasi yang diterimanya. Pendidikan juga dapat mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk atau merek. Perbedaan pendidikan akan menyebabkan perbedaan selera konsumen. Semua konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda adalah konsumen yang potensial bagi barang dan jasa. Pendapatan

(42)

17

serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh, rentan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja, dan menurunkan pendapatan. Pada akhirnya masalah pendapatan rendah, kurangnya konsumsi, kurang gizi, dan rendahnya mutu hidup dapat membentuk siklus yang amat berbahaya. Besar kecilnya pendapatan yang diterima keluarga dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan status pekerjaan maka semakin besar pendapatan keluarga.

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa pendapatan merupakan sumberdaya material bagi konsumen untuk membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan yang diperoleh akan menggambarkan besarnya daya beli konsumen. Pendapatan yang diukur dari konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima individu, melainkan pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga. Menurut Tucker dan Bunarapin (2001), lansia sangat bergantung pada keluarganya dalam masalah ekonomi, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima atau tidak memiliki pendapatan sama sekali.

Pengetahuan

Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan (Engel et al 1994). Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002), pengetahuan konsumen adalah sejumlah pengalaman dan informasi tentang produk atau jasa tertentu yang dimiliki oleh seseorang.

Meningkatnya pengetahuan konsumen akan memungkinkan bagi konsumen tersebut berpikir tentang produk di antara sejumlah dimensi yang lebih besar dan membuat perbedaan yang baik diantara merek-merek. Berikut ini adalah cara untuk memperoleh pengetahuan (Mowen dan Minor (2002):

1. pembelajaran kognitif (membentuk asosiasi di antara konsep),

2. pembelajaran melalui pendidikan (perolehan informasi melalui iklan, wiraniaga, dan usaha konsumen sendiri dalam mencari data), dan 3. pembelajaran melalui pengalaman (pengetahuan melalui kontak nyata

dengan produk).

(43)

faktor seperti sumber informasi yang digunakan sehingga mempengaruhi pengetahuan gizinya (Nauli 2006).

Keluarga

Keluarga adalah lingkungan mikro atau lingkungan yang paling dekat dengan konsumen. Keluarga adalah tempat konsumen tinggal dan berinteraksi dengan angota-anggota keluarga lainnya. Keluarga akan mempengaruhi perilaku konsumen karena disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) berbagai macam produk dan jasa dibeli oleh beberapa orang konsumen yang mengatasnamakan sebuah keluarga dan (2) produk dan jasa yang digunakan oleh keluarga seringkali dibeli oleh anggota (individu), tetapi pengambilan keputusannya dipengaruhi oleh keluarga (Sumarwan 2004).

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi barang atau jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengkonsumsi pangan lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumah tangga.

Karakteristik Produk Harga

Menurut Sumarwan (2004), harga adalah atribut produk atau karakteristik produk yang paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk. Harga merupakan faktor utama yang dipertimbangkan masyarakat dalam memilih produk atau jasa sehingga konsumen menjadi sangat sensitif terhadap harga.

Harga merupakan salah satu kriteria evaluasi yang penting bagi konsumen. Pilihan terhadap suatu produk akan sangat dipengaruhi oleh pertimbangan harga yang dialami konsumen. Meskipun begitu, terdapat variasi yang luas dalam kepentingan harga antar konsumen maupun produk sehingga kepekaan harga konsumen kerap digunakan sebagai dasar untuk pemasaran. Namun, konsumen tidak selalu mencari harga semurah mungkin atau bahkan rasio harga-kualitas terbaik. Faktor-faktor lain seperti kenyamanan atau nama merek mungkin lebih dianggap penting (Engel et al 1994).

(44)

19

memiliki beragam informasi terhadap suatu produk maka kecil kemungkinan menggunakan harga sebagai indikator kualitas produk.

Merek

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa yang digunakan sebagai simbol atau indikator kualitas dari sebuah produk. Merek-merek produk yang sudah dikenal akan menjadi sebuah citra atau bahkan menjadi simbol status bagi produk tersebut. Menurut Engel et al (1994), merek memiliki tiga dimensi yaitu atribut fisik (warna, harga, dan bahan), atribut fungsional (konsekuensi pemakaian), dan karakterisasi atau kepribadian merek yang dirasakan oleh konsumen.

Kemasan

Teks atau tulisan pada kemasan biasanya memuat hal-hal seperti klaim yang menunjukan manfaat produk, komposisi kandungan bahan dari produk yang dilengkapi dengan jumlah kadarnya, dosis yang menunjukan aturan pakai, indikasi yang menunjukan keuntungan dari konsumsi produk, dan petunjuk lainnya seperti cara penyimpanan yang baik dan peringatan pemakaian jika produk tersebut memiliki efek yang keras (Olivia et al 2006).

Label

Label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, bahwa selain wajib mencantumkan label dalam kemasan, dan atau di kemasan pangan, keterangan pada label harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau bentuk apapun lainnya (Badan POM 2003).

Klaim

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa klaim merupakan salah satu bentuk informasi yang diberikan oleh produsen kepada konsumen. Terdapat dua jenis klaim yaitu klaim objektif dan klaim subjektif. Klaim objektif merupakan suatu informasi yang diberikan oleh produsen mengenai karakteristik suatu produk. Kebenarannya dapat dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada. Sedangkan, Klaim subjektif merupakan informasi yang bersifat subjektif dan sukar dibuktikan kebenarannya.

(45)
(46)

KERANGKA PEMIKIRAN

Seiring dengan jumlah lansia di Indonesia yang semakin meningkat maka perhatian yang harus diberikan kepada kelompok ini pun semakin besar. Gizi dan kesehatan lansia adalah salah satu masalah yang harus segera diperhatikan karena dengan keadaan gizi yang baik diharapkan para manula akan tetap sehat, segar, dan bersemangat dalam berkarya. Melalui gizi yang baik, usia produktif dapat ditingkatkan sehingga tetap dapat ikut serta dalam pembangunan (Astawan dan Wahyuni 1988). Namun kenyataannya, pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan seperti proses penurunan fungsi-fungsi organ tertentu dan tubuh secara umum yang tak dapat terhindarkan.

Proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperi stress, trauma, dan penyakit. Menurut teori kekebalan, pada masa lansia, tubuh kehilangan kemampuan untuk menjaga diri dari penyakit dan sel yang malfungsi Latifah (1999). Selain itu, pada masa lansia tubuh mulai rentan dikarenakan daya tahan tubuh yang semakin menurun. Hal inilah yang kemudian memunculkan berbagai penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan pada lansia seperti pegel linu, lemah, letih, lesu, pusing, nyeri pinggang, sesak nafas, kesemutan, nafsu makan menurun, susah buang air besar, mual, dan sariawan.

Kondisi tubuh yang kurang sehat akibat pola hidup sehat yang tidak dipenuhi dengan baik pada lansia dapat dicegah salah satunya dengan cara mengkonsumsi minuman kesehatan, seperti minuman probiotik. Menurut Suhardjo (1989), tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan , yaitu karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendapatan, pengetahuan gizi, dan kesehatan), karakteristik makanan (rasa, rupa, tekstur, bentuk, komposis, tipe, dan kombinasi), dan karakteristik lingkungan (musim, pekerjaan, mobilitas, jumlah keluarga, dan tingkat sosial). Disamping itu, konsumsi pangan pun sangat dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap pangan yang akan dikonsumsi Schiifman dan Kanuk (1994).

(47)
(48)

23

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian Manfaat Kesehatan yang

dirasakan

Karakteristik Produk

Frekuensi Konsumsi pangan Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Produk

Persepsi terhadap produk Sumber

Informasi

Pendapatan Riwayat

kesehatan

(49)

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengamatan dilakukan pada satu periode waktu yang bersamaan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Lokasi penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan: (1) Kemudahan akses karena dekat dengan domisili peneliti, (2) Tempat yang strategis (pusat kota) yang berkembang dengan pesat dan diduga banyak mendapatkan dampak akibat perkembangan masyarakat, teknologi, dan industri, serta (3) Keragaman latar belakang soisal ekonomi masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2008 hingga April 2008.

Cara Penarikan Contoh

Nasoetion dan Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa penduduk lansia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu usia lanjut dini (60-70 tahun) dan usia lanjut (70 tahun ke atas). Berdasarkan hal tersebut maka contoh dalam penelitian adalah lansia berusia ≥ 60 tahun. Selain itu, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunkasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai.

Jumlah total penduduk usia lanjut di kota Bogor tahun 2006 adalah sebanyak 50.156 jiwa (Badan Pusat Statistik 2007). Dengan menggunakan rumus Slovin dengan batas kesalahan 10%, menghasilkan jumlah responden minimal yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebanyak 100 orang. Berikut ini adalah rumus perhitungan ukuran responden menurut Slovin (Umar 2005):

n = N (1+ N e2)

n = 50.156 (1+ (50.156 x 0.12) = 99,8

= 100 orang Keterangan :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

(50)

25

Berdasarkan jumlah contoh minimal tersebut diambil 105 orang contoh dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam pengambilan contoh adalah probability sampling, yaitu dengan random sampling. Contoh dipilih secara acak pada lokasi yang telah ditentukan secara purposive.

Kota Bogor (Purposive)

Kecamatan Tanah Sareal (Purposive)

Kelurahan Kedung Badak Kelurahan Kencana Kelurahan Kedung Waringin (n=35) (n=35) (n=35)

Gambar 2 Bagan metode pengambilan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan pengisian langsung dengan responden yang meliputi karakteristik sosial ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat konsumsi pangan, konsumsi minuman probiotik, persepsi, sumber informasi, pengetahuan gizi, pengetahuan produk, manfaat konsumsi, dan efek samping konsumsi minuman probiotik. Sedangkan data mengenai karakteristik produk yang mencakup merek-merek minuman probiotik yang ada di pasaran beserta ukuran kemasan, berat isi, harga, komposisi dan kandungan gizi, kandungan bakteri asam laktat, dan klaim dikumpulkan dengan cara survei pasar dan pencatatan. Sebelum disebarkan kepada contoh, dilakukan pengujian terhadap reabilitas alat ukur pengetahuan gizi, pengetahuan produk, dan persepsi. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 15 orang dengan nilai Alpha Cronbach sebesar 0.736 untuk pengetahuan gizi, 0.626 untuk pengetahuan produk, dan 0.691 untuk persepsi. Berdasarkan Simamora (2004), pada α = 0.05 dan n = 15, maka data tersebut telah reliabel (nilai Alpha Cronbach > 0.513). Data sekunder berupa karakteristik lingkungan lokasi penelitian dikumpulkan melalui pencatatan berdasarkan data yang tersedia di lokasi penelitian.

Pengolahan dan Analisis Data

(51)

dilakukan dengan menghitung frekuensi contoh berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status pernikahan, besar keluarga, pengetahuan gizi, pengetahuan produk, sumber informasi, konsumsi produk, persepsi, dan riwayat konsumsi pangan. Sedangkan analisis inferensia yang digunakan adalah korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara persepsi, konsumsi, dan manfaat minuman probiotik.

Tingkat pengetahuan gizi contoh diperoleh dengan cara memberikan 20 pertanyaan berbentuk benar dan salah mengenai gizi dan kesehatan secara umum. Sedangkan tingkat pengetahuan produk diperoleh dengan cara memberikan 10 pertanyaan berbentuk benar dan salah mengenai karakteristik produk secara umum. Masing-masing pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Skor pengetahuan gizi dan pengetahuan produk contoh merupakan perbandingan antara skor yang diperoleh dengan skor maksimal yaitu 20 untuk pengetahuan gizi dan 10 untuk pengetahuan produk, kemudian dikalikan 100%. Selanjutnya, tingkat pengetahuan gizi contoh dikategorikan dengan menetapkan cut off point dari skor. Menurut Khomsan (2000), kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Baik (skor>80%),

2. Sedang (Skor 60-80%) 3. Kurang (skor<60%).

Persepsi contoh terhadap minuman probiotik diukur dengan meminta contoh untuk memberikan penilaian terhadap karakteristik produk minuman probiotik secara umum. Penilaian tersebut merupakan penilaian contoh berdasarkan hasil tangkapan seluruh indera, pengetahuan, dan pengalaman contoh dalam mengkonsumsi minuman probiotik. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala Likert dengan lima skala, yaitu tidak tahu (1), sangat tidak setuju (2), tidak setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5).

Tingkat persepsi contoh ditentukan berdasarkan kelas interval dari total skor persepsi contoh. Adapun penentuan kelas interval persepsi contoh adalah sebagai berikut (Nauli 2006):

1. Kurang : 20≤skor≤46.7 2. Sedang : 46.7<skor≤73.3 3. Baik : 69.7<skor≤95

(52)

27

Definisi Operasional

Lanjut usia adalah tahapan kehidupan terakhir yang terbagi menjadi “tahapan usia lanjut dini” yang berkisar antara 60-70 tahun dan “usia lanjut” yang berkisar antara 70 tahun sampai akhir kehidupan (Nasoetion dan Wirakusumah 1991).

Contoh adalah orang yang berusia ≥ 60 tahun, bugar, tidak mengalami gangguan pendengaran dan buta huruf, mampu berkomunikasi dengan baik, serta bersedia untuk diwawancarai..

Minuman probiotik adalah minuman kesehatan yang mengandung bakteri baik, yang sangat berguna bagi kesehatan.

Frekuensi konsumsi probiotik adalah berapa kali contoh mengkonsumsi minuman probiotik yang dikategorikan berdasarkan hari.

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh minuman probiotik.

Kemasan adalah wadah minuman probiotik yang berfungsi untuk melindungi produk dan menarik perhatian konsumen.

Persepsi adalah hasil penilaian terhadap berbagai atribut atau karakteristik produk minuman probiotik yang didasarkan atas hasil tangkapan seluruh indera, pengetahuan, serta, pengalaman contoh dalam mengkonsumsi minuman probiotik tersebut.

Sumber informasi adalah media-media yang digunakan contoh untuk memperoleh informasi mengenai minuman probiotik seperti teman, keluarga, televisi, radio, Koran, majalah, dan sebagainya.

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh contoh.

Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan contoh yang dihasilkan per bulan dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, atau pemberian dari orang lain yang dinilai dalam rupiah.

Tingkat pengetahuan gizi adalah skor yang diperoleh contoh dari 20 pertanyaan mengenai gizi yang diajukan dalam kuesioner.

Tingkat pengetahuan produk adalah skor yang diperoleh contoh dari 10 pertanyaan mengenai minuman probiotik yang diajukan dalam kuesioner. Manfaat kesehatan adalah dampak positif bagi kesehatan yang dirasakan

(53)

Efek Samping adalah dampak negatif bagi kesehatan yang dirasakan contoh setelah mengkonsumsi minuman probiotik.

Penyakit yang pernah diderita adalah penyakit yang diderita contoh semasa hidupnya (dari lahir) dan sudah tidak diderita selama satu bulan terakhir. Penyakit yang sedang diderita contoh adalah penyakit yang dialami contoh

Gambar

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian
Gambar 3 Komposisi penduduk Kelurahan Kedung Badak
Gambar 4 Komposisi Penduduk Kelurahan Kencana
Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan Data Produksi Dan Penjualan Pada Pabrik Penggergajian..

Menyerang tanaman lada pada pucuk daun, pucuk yang terserang warnay berubah muali dari hijau muda hingga coklat kemudian mengering.

Di dalam model pembelajaran DMR terdapat langkah-langkah pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dalam langkah guru menumbuhkan minat

rasa ingin tahu, yaitu bertanya tentang materi matematika yang belum. dipahami dan dan aktif dalam mencari informasi yang belum

dimoderasi ‘independensi’ terhadap ‘kualitas audit’. Maka hasil tersebut menyatakan hipotesis ditolak. Hal ini menggambarkan bahwa kompetensi seorang auditor yang

Dari hasil hubungan antara kuat lentur dengan variasi luas penampang pipa pada dimensi benda uji menunjukan bahwa semakin besar dimensi pipa pada benda uji, maka kuat

4.4 Table of the Result of the Questionnaire of the Anxiety of English Public Speaking at Performance Stage of the Fourth Semester Students of English

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan (size), leverage, profitabilitas, tipe industri (profile), ukuran dewan komisaris, kepemilikan