• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas dan Wewenang Lurah dalam Hal Pembuatan e-KTP Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas dan Wewenang Lurah dalam Hal Pembuatan e-KTP Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

M. FIKRI FAISAL NIM : 100200145

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG

LURAH DALAM HAL PEMBUATAN e-KTP DITINJAU

DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

Oleh

M. FIKRI FAISAL NIM : 100200145

Disetujui Oleh

Departemen Hukum Administrasi Negara

SURIA NINGSIH, SH., M.Hum NIP. 196002141987032002

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum Afrita, SH, M. Hum

NIP. 196002141987032002 NIP. 197104301997022001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG LURAH DALAM HAL PEMBUATAN e-KTP DITINJAU DARI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA

(Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

*M. FIKRI FAISAL **Suria Ningsih

***Afrita

e-KTP atau kartu tanda penduduk elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat system keamananan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada pada database

kependudukan nasional. Penduduk hanya di perbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor induk Kependudukan (NIK). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tugas dan wewenang lurah. Bagaimana pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan.

Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.

Tugas Pokok Lurah adalah mengkoordinasikan dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan, pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam rangka urusan pemerintahan umum atas penyelenggaraan pemerintahan umum, dan urusan pemerintah daerah diwilayah kerjanya. Sedangkan wewenang Lurah berwewenang dan berkewajiban menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang Pemerintahan, Pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan, pelaksanaan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor dilaksanaka pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu setiap bulananya. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan antara lain : Masih banyaknya warga Kelurahan Gedung Johor yang belum terdata untuk perekaman e-KTP dan belum mengertinya masyarakat tentang prosedur pembuatan e-KTP. Belum siapnya sumber daya manusia khususnya Pemerintah Kelurahan Gedung Johor dalam pelaksanaan pembuatan e-KTP sehingga masyarakat terlalu lama menunggu dan kurangnya fasilitas yang dibutuhkan ketika kebijakan tersebut diterapkan

Kata Kunci : Pendataan, Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) *Mahasiswa

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingan-Nya maka penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Tugas Dan Wewenang Lurah Dalam Hal Pembuatan e-KTP Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Ibu Afrita SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

(5)

9. Teman-Teman stambuk 2010 yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2014 Hormat Saya

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Metode Penelitian ... 6

F. Tinjauan Kepustakaan ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TUGAS DAN WEWENANG LURAH ... 17

A. Tugas dan Fungsi Pemerintahan ... 19

B. Tugas dan Wewenang Lurah ... 19

BAB III PEMBUATAN e-KTP DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KOTA MEDAN ... 32

A. Gambaran Umum Kelurahan Gedung Johor Kota Medan ... 32

B. Kependudukan Menurut Undang-Undang Kependudukan .. 34

C. Pembuatan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor ... 37

BAB IV PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM PEMBUATAN e-KTP DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KOTA MEDAN ... 39

A. Masalah yang belum memiliki e-KTP ... 39

B. Kendala Kelurahan Gedung Johor Kota Medan dalam Pembuatan e-KTP ... 41

(7)
(8)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TUGAS DAN WEWENANG LURAH DALAM HAL PEMBUATAN e-KTP DITINJAU DARI HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA

(Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

*M. FIKRI FAISAL **Suria Ningsih

***Afrita

e-KTP atau kartu tanda penduduk elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat system keamananan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada pada database

kependudukan nasional. Penduduk hanya di perbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor induk Kependudukan (NIK). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tugas dan wewenang lurah. Bagaimana pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan.

Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.

Tugas Pokok Lurah adalah mengkoordinasikan dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan, pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam rangka urusan pemerintahan umum atas penyelenggaraan pemerintahan umum, dan urusan pemerintah daerah diwilayah kerjanya. Sedangkan wewenang Lurah berwewenang dan berkewajiban menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang Pemerintahan, Pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan, pelaksanaan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor dilaksanaka pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu setiap bulananya. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan antara lain : Masih banyaknya warga Kelurahan Gedung Johor yang belum terdata untuk perekaman e-KTP dan belum mengertinya masyarakat tentang prosedur pembuatan e-KTP. Belum siapnya sumber daya manusia khususnya Pemerintah Kelurahan Gedung Johor dalam pelaksanaan pembuatan e-KTP sehingga masyarakat terlalu lama menunggu dan kurangnya fasilitas yang dibutuhkan ketika kebijakan tersebut diterapkan

Kata Kunci : Pendataan, Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) *Mahasiswa

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan nasional Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya berdasarkan pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945 (selanjutnya dalam tulisan ini disebut). Dengan demikian usaha pembangunan berarti humanisasi atau peningkatan taraf hidup manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan dan senantiasa menciptakan keselarasan dan keseimbangan dalam hidupnya, baik secara rohani dan jasmani.

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya dalam tulisan ini disebut NKRI) terbagi atas daerah provinsi, dan provinsi terbagi atas daerah yang lebih kecil yaitu Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Daerah-daerah tersebut manjadi satu kesatuan dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu pembangunan harus tersebar secara merata dari seluruh wilayah NKRI agar terwujud masyarakat yang adil dan makmur.

Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, demikian pula halnya sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan sehingga dapat mengembangkan potensi alam secara maksimal agar tujuan pembangunan dapat tercapai.

(10)

Sejalan dengan Program e- KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional/nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin terbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan mengandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan untuk:

1. Menghindari pajak

2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat seluruh kota 3. Mengamankan korupsi

4. Menyembunyikan identitas {seperti teroris}

Oleh karena itu, didorong oleh pelaksanaan pemerintah elektronik (e-Government) serta untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia menerapkan suatu sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu Kartu Tanda Penduduk elektronik atau e-KTP.

Menteri Dalam Negeri dalam situs resmi e-KTP mengukapkan bahwa Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang diterapkan di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan KTP yang diterapkan di china dan india. e-KTP di Indonesia lebih komprehensif. Di cina, Kartu identitas elektronik (e-IC) nya tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedangkan di india, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data kependudukan adalah sistem UID (Unique Identification Data), sedangkan di Indonesia namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui pendaftaran pada 68 titik pelayanan, sedangkan program e-KTP di Indonesia dilaksanakan di lebih dari 6.214 Kecamatan. Dengan demikian, e-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan e-ID china dan UID india, karena e-KTP dilengkapi dengan biometrik dan chip.

(11)

kependudukan nasional. Penduduk hanya di perbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan paspor, surat Izin mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (sumber : Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk).1

e-KTP merupakan KTP Nasional yang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009 tentang penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan secara nasional, dan Peraturan Presiden No. 35 Tahun 2010 tentang perubahan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2009. Dengan peraturan tersebut maka E-KTP berlaku secara nasional, dengan demikian mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari lembaga Pemerintah dan Swasta karena tidak lagi memerlukan KTP setempat.

Penetapan pelaksanaan program e-KTP secara nasional sudah diluncurkan sejak tahun 2009 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Secara Nasional yang diubah dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Secara Nasional yang selanjutnya disebut Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010. Ketentuan mengenai penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional yang menjadi landasan pembentukan e-KTP dalam Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 ditetapkan pada Pasal 1 angka 3 yang bunyinya sebagai berikut: “KTP berbasis NIK adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP Nasional dengan sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana”. Dengan sistem pengamanan khusus dalam peraturan ini adalah suatu sistem kemananan yang dimiliki oleh pemerintah dalam bentuk kode-kode tertentu yang dibuat untuk melindungi data dan informasi pribadi penduduk.

       1

(12)

Kode keamanan yang dimaksud dalam Pasal 1 Angka 3 diatur dalam Pasal 1 Angka 8 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 yang menentukan bahwa kode keamanan adalah alat identifikasi jati diri yang menunjukkan identitas diri penduduk secara tepat dan akurat sebagai autentikasi diri yang memastikan dokumen kependudukan sebagai milik orang tersebut. Berdasarkan pasal 1 Angka 3 tersebut, dalam Pasal 2 Angka 1 Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 juga menyebutkan mengenai spesifikasi perangkat-perangkat yang diperlukan dalam pembuatan e-KTP, yaitu: Untuk keperluan penerapan KTP berbasis NIK secara nasional, Pemerintah menyediakan perangkat keras, perangkat lunak, dan blangko KTP berbasis NIK yang dilengkapi kode keamanan dan rekaman elektronik, serta pemberian bimbingan teknis pelayanan KTP berbasis NIK. Penyebutan kata elektronik dalam kartu tanda penduduk berbasis elektronik didasarkan atas dibuatnya rekaman elektronik dan kode keamanan tertentu dalam blangko KTP berbasis NIK yang nanti akan diberikan kepada penduduk, sehingga yang dimaksud dengan KTP berbasis NIK tidak lain adalah KTP berbasis elektronik (e-KTP) itu sendiri.

Dalam Perubahan Pertama Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 disebutkan mengenai batas waktu proses penyesuaian dari KTP lama menjadi KTP berbasis NIK yakni paling lambat akhir tahun 2012 yang sebelumnya pada Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 ditargetkan paling lambat akhir tahun 2011. Batas waktu tersebut dimuat dalam Pasal 10 Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010 yang bunyinya : “Pada saat Peraturan Presiden ini ditetapkan, KTP yang belum berbasis NIK tetap berlaku dan harus disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini paling lambat akhir tahun 2012”.

Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa pemerintah harus segera menginformasikan kepada penduduk dan segera menyesuaikan KTP lama yang dimiliki oleh penduduk agar disesuaikan dengan sistem KTP berbasis NIK berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2010 dan semua itu harus sudah selesai pada awal tahun 2013

(13)

Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

B. Perumusan Masalah

Dalam menyusun skripsi merumuskan beberapa masalah yang berkaitan dengan :

1. Bagaimana tugas dan wewenang lurah ?

2. Bagaimana pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan ?

3. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui tugas dan wewenang lurah

b. Untuk mengepembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan

c. Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan

2. Manfaat penulisan

Dari rumusan tujuan penulisan di atas, maka manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Segi teoritis

Memberikan sumbangan teoritis bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, dalam hal ini perkembangan dan kemajuan ilmu dibidang Hukum Administrasi Negara. Diharapkan penulisan ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi para akademisi, penulis dan kalangan yang berminat dalam bidang kajian yang sama.

b. Segi praktis

(14)

dijadikan sumber informasi dan sedikit referensi untuk menambah pengetahuan tentang penyelenggaraan Elektronik Kartu Tanda Penduduk yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan

D. Keaslian Penulisan

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan literatur yang diperoleh dari perpustakaan dan dari media massa baik media cetak maupun media elektronik. Skripsi ini merupakan hasil karya yang belum pernah diangkat oleh mahasiswa sebelumnya. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data yang terdaftar disekretariat jurusan Hukum Administrasi Negara.

Adapun judul yang ada di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah Zola Sondra Siregar (2014) dengan judul Proses Pendataan Perolehan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) Di Kecamatan Medan Amplas Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara, permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaturan Tentang Kependudukan? Bagaimana Implementasi Kebijakan e-KTP Di Kecamatan Medan Amplas? Bagaimana hambatan dalam Pendataan Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) di Kecamatan Medan Amplas Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara? Sedangkan judul yang akan diteliti adalah Tinjauan yuridis terhadap tugas dan wewenang lurah dalam hal pembuatan e-KTP ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan) dengan permasalahan sebagai berikut Bagaimana tugas dan wewenang lurah ? Bagaimana pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan ? Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan e-KTP di Kelurahan Johor Kota Medan. Sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

(15)

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.2 Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.3

Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum. 4 Dengan menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Statute Approach)5 Tugas dan Wewenang Lurah Dalam hal Pembuatan e-KTP Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi di Kelurahan Gedung Johor Kota Medan)

2. Sumber Data

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, antara lain; buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang merupakan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar penelitiannya, penulis menggunakan data primer dan sekunder, yakni bahan-bahan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya. Data sekunder yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:6

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat hukum, seperti Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,

Undang-       2

Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal 1.

3

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010, hal 87.

(16)

undang Nomor 32 Tahun 2004 yang telah direvisi dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Kependudukan, UU No.23 Tahun 2006 tentang Adminduk dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan nomor 3 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan dalam penelitian semacam ini, hukum ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non-hukum yang mempengaruhi non-hukum dipandang sebagai variabel bebas dan peraturan lainnya.7 Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan pihak Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor, Kota Medan yang menjadi bahan hukum primer yang membantu dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer.8

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lainnya.9

3. Pengumpulan data

Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai bahan dasar penelitian dikumpulkan dengan menggunakan studi dokumen (documents study) atau studi kepustakaan (library research) sebagai alat pengumpul data.10 Studi dokumen tersebut merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan hukum perbankan,

(17)

khususnya mengenai analisis hukum atas timbulnya kredit macet pada perjanjian kredit perbankan ditinjau dari segi hukum jaminan.

Selain studi dokumen, penulis juga menggunakan studi lapangan (field research) melalui alat wawancara sebagai alat pengumpul data guna mendapat data primer sehingga mampu untuk mendukung dan menguatkan bahan hukum primer yang telah pedomani sebelumnya.

4. Analisis data

Data yang di peroleh dari hasil penelitian kemudian di analisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, berdasarkan disiplin ilmu hukum dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian di kelompokkan, di hubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan hukum yang berkaitan dengan kredit pada perbankan. Dengan demikian, kegiatan analisis ini akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini baik secara normatif maupun secara faktual di lapangan.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian E-KTP dan Struktur dari E-KTP

Kata Elektronik dalam kamus bahasa Indonesia mengandung pengertian yaitu alat-alat yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip elektronika, hal atau benda yang mempergunakan alat – alat yang dibentuk atau bekerja atas dasar elektronika.11 Pengertian dari kartu dalam kamus bahasan Indonesia ialah kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis).12 Tanda memunyai pengertian yaitu bukti, pengenal, ciri-ciri, isyarat atau gelagat.13

Penduduk dalam UUD NKRI 1945 pada Pasal 26 ayat 2 mengandung pengertian yaitu warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia Sedangkan kartu tanda penduduk atau KTP memiliki pengertian

       11

Kamisa, 1997, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Besar. Kartika, Surabaya, hlm154

12

Ibid., hlm 285

13

(18)

yaitu identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah suatu Negara.

Jadi, secara keseluruhan pengertian dasar dari elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) adalah kartu identitas yang dimiliki oleh seorang warga negara sebagai tanda pengenal dirinya dengan menggunkan alat elektronika dengan sistem biometrik yang ada didalamnya dalam membangun database kependudukan secara nasional.

Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku untuk seumur hidup.

Nomor NIK yang ada di E-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan yaitu :14

a. Pasport

b. Surat Izin Mengemudi (SIM)

c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) d. Polis Asuransi

e. Sertifikat atas Hak Tanah

f. Penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No.23 Tahun 2006 tentang Adminduk

e-KTP ini telah banyak digunakan di negara-negara di Eropa antara lain Austria, Belgia, Italia, Finlandia, Serbia, Spanyol, dan Swedia. Di Timur Tengah yaitu, Ara Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir dan Maroko. Dan Asia yaitu India dan China. sedangkan untuk di Indonesia e-KTP sudah anyak diterapkan di 197 Kabupaten/Kota. Namun, pembuatan e-KTP disetiap kabupaten tetap dilayani secara regular dan belum dipungut biaya apapun. Proyek e-KTP ini dikerjakan dalam dua tahapan. Tahap pertama dimulai pada 2011 dan berakhir 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 197 kabupaten/kota. Tahap kedua dilakukan di 300 kabupaten/kota lain di Indonesiassepanjang 2012 untuk 105 juta penduduk. Secara keseluruhan , pada akhir 2012, setidaknya 172 juta penduduk sudah       

14

(19)

memiliki e-KTP. Kendati pengerjaan tahap pertama sudah selesai, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menegaskan, warga yang sudah berusia 17 tahun, baru pindah ke daerah tersebut, atau belum memproses e-KTP, tetap dapat merekam datanya. Penyediaan blangko dan pencetakan e-KTP, sepanjang belum mencapai 172 juta, juga bebas biaya. Direktur Jendral Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri Irman mengatakan, biaya pengadaan E-KTP selanjutnya lebih rendah sebab hanya untuk blangko Rp. 16.000. 15

2. Kewenangan

Masalah kewenangan tentu saja adalah bahasan yang sangat luas, karena berkembang dari hari ke hari, dan begitu banyak teori yang menggambarkan dan merefleksikan tetntang teori kewenangan.

Dalam ilmu Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara, istilah “kekuasaan” dan “wewenang” terkait erat dengan pelaksanaan fungsi pemerintah.16

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia17 kata wewenang memiliki arti : a. Hak dan kekuasaan bertindak

b. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain

c. Fungsi yang boleh tidak dilaksanakan Sedangkan kewenangan memiliki arti : a. Hal wewenang

b. Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu

Kewenangan merupakan salah satu konsep inti dalam Hukum Administrasi Negara. Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh UU) atau dari kekuasaan eksekutif administrasi.

       15

Ibid.

16

Indroharto, 1996, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan TataUsaha Negara Buku I, Beberapa Pengertian Dasar Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

17

(20)

Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, misalnya wewenang menandatangani/menerbitkan surat-surat izin dari seorang pejabat atas nama menteri, sedangkan kewenangan tetap berada di tangan menteri.

Teori kewenangan, ada banyak ahli memberikan tentang itu. Pada kamus besar bahasa Indonesia kata kewenangan disamakan dengan kata wewenang, yang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk bertindak, kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang/badan lain.18

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya memngambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat. Dalam hukum wewenang berarti hak dan kewajiban.19 Sedangkan menurut Lubis, istilah kewenangan berasal dari kata wewenang. Beliau menguraikan pengertian kewewenang dengan membedakan tugas (functie) adalah satuan urusan pemerintah yang dibebankan kepada organ tertentu untuk dilaksanakan, dan wewenang adalah pelaksanaan tekhnik urusan yang dimaksud.20

Soerjono Soekanto, menguraiakan bahwa beda antara kekuasaa dan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai dukungan atau memndapat pengakuan dari masyarakat.21

Wewenang dalam bahasa inggris disebut authority. Wewenang adalah otoritas yang dimiliki suatu lembaga untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Menurut Roobert Bierttedt, bahwa wewenang adalah

institutionalized power (kekuasaan yang dilembagakan). Sementara itu menurut       

18

Anton Meliono dkk, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm 101

19

Ridwan HR, 2007, Hukum Administrasi Negara (edisi revisi), Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm 99-100

20

M. Solly, Lubis 2002, Pergerseran Garis Politik dan Perundang-undangan Mengenai Pemerintah Daerah, Bandung, hlm. 56

21

(21)

Mirriam Budiardjo, wewenang adalah kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku terakhir sesuai degan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan.22

Terkait dengan sumber kekuasaan atau kewenangan, Aristoteles menyebutkan hukum sebagai sumber kekuasaan. Dalam pemerintahan yang berkonstitusi hukum haruslah menjadi sumber kekuasaan bagi para penguasa agar pemerintah terarah untuk kepentingan, kebaikan dan kesejahteraaan umum. Dengan meletakan hukum sebagai sumber kekuasaan, para penguasa harus menaklukan di di dalam hukum. Pandangan ini berbeda dengan pandangan pendahulunya yang meletakan pengetahuan sebagai sumber kekuasaan, karena menurut Plato, pengetahuan dapat membimbing dan menuntun manusia kepengenalan yang benar.23

Bila dilihat dari sifatnya, Marbun berpendapat bahwa wewenang pemerintah dapat dibedakan atas exprerssimlied dan vrij bestuur. Wewenang pemerintah yang bersifat exprerssilimed adlah wewenang yang jelas maksud dan tujuannya, terkait pada waktu tertentu dan tunduk pada batasan- batasan hukum tertulis dan tidak tertulis, isinya dapat bersifat umum dan dapat pula ber5sifat individual konkrit. wewenang pemerintah yang bersifat vrij bestuur adalah wewenang yang peraturan dasarnya memberikan ruanglingkup yang longgar kepada pejabat tata usaha negara untuk mempergunakan wewenang yang dimilikinya.

Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu (1) atribusi yakni pemberian wewenangan pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan, (2) delegasi yakni pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemrintahan yang lain dan, (3) mandat yakni

       22

Romi Librayanto, 2008, trias Politica dalam Struktur Ketatanegaraan Indonseia, Pukap:Makassar. hlm 11

23

(22)

kewenangan yang terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain.24

Dalam kajian Hukum administrasi Negara, mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang organ pemerintahan ini penting karena berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum dalam penggunaan wewenang tersebut, seiring dengan salah satu prinsip dalam Negara hukum ; “geen beveegdheid zonder verantwoordelijkheid atau there is no authority without responsibility “ (tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban).25

Berdasarkan keterangan tersebut diatas, tampak bahwa wewenang yang diperoleh secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain, organ pemerintahan memperoleh kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu dari suatu peraturan perundang-undangan. Dalam hal atribusi, penerima kewenangan dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang. Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang, namun hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Tanggungjawab yuridis tidak lagi berada pada pemberi delegasi, tetapi beralih kepada penerima delegasi. Sementara itu pada mandat, penerima mandat hanya bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat, tanggungjawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap berada pada pemberi mandat. Hal ini karena pada dasarnya, penerima mandat ini bukan pihak dari mandat.

Sementara itu, Mabrun memberikan pengertian berbeda anatara kewenangan dan wewenang. Menurutnya kewenangan adalah kekuasaan yang diformalkan baik terhadap segolongan orang tertentu maupun terhadap suatu bidang secara bulat. Sedangkan wewenang hanya mengikuti bidang tertentu saja. Dengan demikian kewenangan berarti kumpulan dari wewenang-wewenang, menunrut Mabrun wewenang adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan publik

       24

Ridwan H R., 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 108

25

(23)

atau kemampuan bertindak yang diberikan noleh undang-undang untuk melakukan hubungan hukum.26

Secara garis besar, istilah kewenangan tidak bisa disamakan dengan istilah urusan pemerintahan, karena kewenangan dapat diartikan sebagai hak atau kewajiban untuk menjalankan satu atau beberapa fungsi manajemen (pengaturan, perencanaan, pengorganisasian, pengurusan, pengawasan) atas suatu objek tertentu yang ditangani oleh pemerintah.

Lahirnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah adalah era baru bagi keberlangsungan pemerintah di daerah. Dalam UU tersebut terkandung makna distribusi kekuasaaan (distribution of power), daerah diberikan keleluasaan untuk mengatur serta mengurus pemerintahannya sendiri.

Ada pun kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam UU ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2. Perencanaan, Pemanfaatan dan pegawasan tata ruang

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum

5. Penanganan bidang kesehatan 6. Penyelenggaraan pendidikan 7. Penanggulangan masalah sosial 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan

9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah 10.Mengendalian lingkungan hidup

11.Pelayanan pertanahan

12.Pelayanan Kependudukan dan catatan sipil 13.Pelayanan administrasi umum pemerintahan 14.Pelayanan administrasi penanaman modal 15.Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya

16.Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan       

26

(24)

Menurut Humes IV dalam buku Nurcholis menjelaskan bahwa, dasar pendistribusian kewenangan antara pusat dan daerah terdiri atas dua pendekatan yaitu pendisribusian kewenangan berdasarkan pada kewilayahan (teritorial) dan berdasarkan pada basis fungsional.27

3. Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam Hukum

Dalam ilmu hukum terdapat pembagian hukum ke dalam dua macam yaitu Hukum Privat dan Hukum Publik. Penggolongan ke dalam Hukum Privat dan Hukum Publik itu tidak lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur, hubungan mana bersumber dari kepentingan- kepentingan yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan (individu/ privat) tetapi ada pula yang bersifat umum (publik). Hubungan hukum itu memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang melingkupi hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari dan terhadap siapa orang itu berhubungan.

Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur tiap – tiap hubungan di antara negara atau alat-alat negara sebagai pendukung kekuasaan penguasa di satu pihak dengan warga negara pada umumnya di lain pihak atau setiap hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapannya, begitu pula hubungan antara alat-alat perlengkapan negara yang satu dengan alat-alat perlengkapan negara yang lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara atau perlengkapannya dengan perseorangan (warga negara) yang satu dengan warganya atau hukum yang mengatur kepentingan umum, seperti Hukum Pidana, Hukum Tata Negara dan lain sebagainya.28 Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain atau mengatur kepentingan individu, seperi Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain sebagainya. Hukum Administrasi Negara itu merupakan bagian dari Hukum Publik karena berisi pengaturan yang berkaitan dengan masalah-masalah

       27

Hanif Nurcholis, 2007, Teori dan Praktik Pemerintah dan Otonomi Daerah (cetakan kedua), Grasindo, Jakarta hlm. 34

28

(25)

kepentingan umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah kepentingan nasional (bangsa), masyarakat dan Negara.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bagian bab ini akan membahas tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II TUGAS DAN WEWENANG LURAH

Pada bab ini akan membahas tentang makna dan fungsi pemerintah, pelayanan masyarakat sebagai fungsi utama pemerintah dan tugas serta wewenang lurah.

BAB III PEMBUATAN e-KTP DI KELURAHAN GEDUNG JOHOR KOTA MEDAN

Bab ini berisikan gambaran umum Kelurahan Gedung Johor Kota Medan, Kependudukan menurut Undang-Undang Kependudukan dan Pembuatan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor.

(26)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

Secara umum tingkat penerapan desentralisasi suatu negara mendasari cara negara (pemerintah) dalam mendefinisikan perannya dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya. Apakah negara harus terlibat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, ataukah negara hanya melibatkan diri sebatas pada bidang-bidang diluar kemampuan masyarakat? Apakah segala urusan harus dikendalikan pemerintah pusat, atau sejauh mungkin dilaksanakan oleh pemerintah lokal, kecuali hal-hal fundamental yang menyangkut kepentingan umum masyarakat negara? Hal-hal tersebut merupakan persoalan-persoalan yang signifikan.

Antara Pemerintah dan Swasta. Perbedaan cara pandang pelaksanaan fungsi pemerintah itu digambarkan oleh Pratikno, dari perspektif liberal dan perpektif sosialis. Dari perspektif pertama bahwa negara tidak perlu melakukan campur tangan dalam penyediaan pelayanan masyarakat, sementara dari perspektif terakhir diyakini bahwa kehadiran itu mutlak diperlukan. Dalam perspektif liberal, kehadiran pemerintah hanya diperlukan untuk menjaga keamanan. Fungsi utama pemerintah hanyalah kepolisian sementara fungsi-fungsi lainnya menjadi wewenang masyarakat, baik sebagai individu, kelompok sosial maupun pengusaha swasta. Perspektif ini membatasi fungsi pemerintahan sebagai fungsi

(28)

kelompok-kelompok masyarakat untuk menentukan kepentingan dan pilihannya sendiri, pada akhirnya dianggap membahayakan demokrasi.29

Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan dari sistem sosial, akan senantiasa menyangkut dengan unsur-unsur pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti keselamatan, istirahat, pakaian dan makanan. Dalam memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerja sama dan berkelompok dengan orang lain; dan bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan bahasa untuk berkomunikasi menurut makna yang disepakati bersama, dan institusi sosial yang berlaku sebagai kontrol dalam aktivitas dan mengembangkan masyarakat.

Sedangkan perspektif sosialis menganggap bahwa penetrasi pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa keperluan individu dan masyarakat mutlak dibutuhkan. Bagi mereka mekanisme pasar tidak bisa diandalkan menjamin tercapainya efisiensi. Mereka berasumsi bahwa persaingan bebas dalam mekanisme pasar meciptakan ketimpangan distribusi kesejahteraan, sebab kemampuan setiap orang untuk bersaing berbeda-beda. Akibatnya mereka yang kuat memenangkan persaingan dan akan memunculkan kemungkinan terjadinya praktek eksploitasi.

Terlepas dari perdebatan tersebut, dalam pelaksanaan fungsi pencapaian tujuan negara yang pada dasarnya pelayanan (dalam arti luas) kepada masyarakat, peran pemerintah sangat diperlukan, apalagi di dalam masyarakat yang modern. Antara Pusat dan Daerah. Perbedaan cara pandang dari dua perspektif sebagaimana tersebut di atas mempunyai implikasi yang cukup luas terhadap keberadaan pemerintahan daerah. Hal itu menyangkut persoalan desain kebijakan pemerintahan daerah sehingga diharapkan mampu mentransformasikan fungsi-fungsi sesuai cara pandang suatu rezim. Logika itu dapat dipahami dengan dukungan realitas yang ada bahwa pemerintah daerah merupakan sub-komponen geografis dari suatu negara berdaulat, sehingga ia berfungsi memberikan       

29

(29)

pelayanan umum pada suatu wilayah tertentu. Secara operasional refleksi perbedaan itu teraplikasi dalam prinsip pengorganisasian pemerintahan daerah yang bernuansa administratif atau politis. Secara empiris model-model pemerintahan daerah ala Rusia dan pemeritahan daerah model Inggris dapat dipandang sebagai reprensentasi keadaan tersebut.

Dalam sistem pemerintahan model Rusia, semua lembaga pemerintahan daerah merupakan bagian integral dari birokrasi pemerinahan nasional, peraturan di setiap tingkat didominasi oleh kebijakan partai tungal. Sedangkan pemerintahan daerah model Inggris, mempunyai karakteristik otonomii yang besar, semua kekuatan bertumpu pada dewan, menggunakan komite secara luas. Pemerintahan daerah model Rusia sangat bernuansa administratif, berdasar prinsip-prinsip pencapaian fungsi secara efektif dan efisien dengan mengesampingkan nilai-nilai demokratis. Sementara pemerintahan daerah model Inggris sangat bernuansa politis, sangat memperhatikan nilai-nilai demokratis, sehingga pemerintahan daerah di desain untuk keseimbangan keinginan negara dan masyarakat lokal.

Pemerintah adalah lembaga yang memiliki kekuasaan untuk memerintah. Pemerintah ini memiliki power yang lebih dari yang diperintah. Jadi dengan kata lain pemerintah memiliki fungsi untuk memerintah mayoritas atau orang banyak. Pemerintah memiliki dua macam fungsi, yaitu:30

1. Fungsi Primer

Fungsi Primer adalah fungsi yang terus menerus berjalan dan berhubungan positif dengan kondisi yang diperintah (masyarakat). Artinya, fungsi ini tidak akan berkurang dengan situasi dan kondisi dari masyarakat, baik dari segi ekonomi, politik, social dan budaya. Semakin meningkat kondisi yang diperintah maka fungsi ini akan lebih meningkat lagi. Jadi, fungsi ini tidak terpengaruh oleh apa pun. Pemerintah akan tetap konsisten dalam menjalankan fungsinya. Yang termasuk fungsi ini adalah sebagai berikut:

       30

(30)

a) Fungsi Pelayanan (Serving)

Tugas utama dari pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada yang diperintah. Masyarakat membentuk pemerintah karena masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan privatenya. Masyarakat mebutuhkan sebuah lembaga yang bisa untuk memberikan pelayanan yang prima, yaitu pemerintah. Fungsi pelayanan ini bersifat universal, maksudnya adalah dijalankan oleh semua pemerintahan di seluruh dunia, baik Negara maju, berkembang dan terbelakang.

b) Fungsi Pengaturan ( Reguling)

Fungsi pengaturan dikatakan sebagai fungsi primer, karena pemerintah diberikan kekuasaan yang lebih (powerful) oleh yang diperintah (powerless). Ini merupakan modal pemerintah untuk bisa mengatur masyarakat yang memiliki kuantitas jauh lebih besar. Pengaturan ini bisa berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Perda, atau pun sejenisnya. Pemerintah mengatur dengan tujuan untuk bisa menjaga keamanan masyarakat yang kondusif.

2. Fungsi Sekunder

Fungsi sekunder adalah fungsi yang berhubungan negative dengan situasi dan kondisi di masyarakat. Artinya adalah semakin tinggi taraf hidup yang diperintah, maka semakin kuat bargaining position. Sedangkan apabila semakin integrative masyarakat, maka fungsi sekundernya akan berkurang.

Yang termasuk dalam fungsi sekunder adalah:

a) Fungsi Pembangunan (development)

Fungsi ini dikatagorigan sekunder, karena fungsi ini dilakukan apabila sikon masyarakat lemah. Pembangunan akan berkurang apabila keadaan masyarakat membaik, artinya masyarakat sejahtera. Jadi, fungsi pembangunan akan lebih dilakukan oleh pemerintah atau Negara berkembang dan terbelakang, sedangkan Negara maju akan melaksanakan fungsi ini seperlunya.

b) Fungsi Pemberdayaan (Empowerment)

(31)

mampu mebawa masyarakat keluar dari zona ini dengan melakuan pemberdayaan. Pemeberdayaan dimaksud untuk bisa mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga pemerintah tidak terbebani. Pemeberdayaan dilakukan demi meningkatkan kualitas SDM atau masyarakat. Semakin masyarakat diperdayakan maka ketergantungan terhadap pemerintah akan makin berkurang. Jadi, pemerintah tidak memiliki suatu pekerjaan yang berat untuk mencapai visi dan misi organisasi.

B. Tugas dan Wewenang Lurah.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Medan nomor 3 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, struktur organisasi Kelurahan terdiri dari :

1. Pimpinan adalah Lurah

2. Pembantu Pimpinan adalah Sekertaris kelurahan

3. Pelaksana adalah seksi-seksi dengan struktur organisasi

Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin oleh kepala kelurahan disebut Lurah dan bertanggungjawab kepada Camat. Lurah beserta para jajarannya mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan umum.

1. Tugas Pokok dan Fungsi Lurah yaitu

a. Tugas Pokok Lurah adalah mengkoordinasikan dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan, pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dalam rangka urusan pemerintahan umum atas penyelenggaraan pemerintahan umum, dan urusan pemerintah daerah diwilayah kerjanya.

b. Fungsi Lurah :

(32)

2) Membagi petunjuk dan arahan kepada sekertaris, Seksi dan bawahan lainnya sesuai dengan bidangnya masing-masing agar pelaksanaan tugas sesuai tujuan yang hendak dipakai

3) Membagi tugas kepada sekertaris, Seksi dan bawahan lainnya sesuai dengan bidangnya masing-masing agara pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar

4) Menilai hasul kerja Sekertaris Seksi dan Bawahan lainnya dengan cara mengevaluasi pelaksanaan tugas

5) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku 6) Melaksanakan usaha dalam rangka menggerakkan dana menumbuh

kembangkan partisipasi masyarakat dan usaha gotong royong masyarakat untuk mempererat rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan sesuai denagn ketentuan yang berlaku

7) Melaksanakan kegiatan dalam rangka melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah sesuai denga progaram yang ditetapkan guna meningkatkan

8) Melaksanakan pembinaan terhadap organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam wilayah Kelurahan

9) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam ranglka penggalian potensi di Wilayah Kelurahan guna meningkatkan pendapatan asli Daerah

10)Memelihara dan meningkatkan hasil-hasil pembangunan di wilayah Kelurahan

11)Melakukan pemantauan dan evaluasi atas tugas umum pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan masyarakat

(33)

13)Melakukan pembinaan kesejahteraan sosial kemasyarakatan yang ,meliputi pembinaan keagamaan, pendidikan, keterampilan masyarakat, kesehatan masyarakat, dan sarana sosial kemasyarakatan lainnya

14)Melakukan pembinaan kebersihan, keindahan dan pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat

15)Melaksanakan pembinaan administrasi bidang umum kepegawaian, keuangan dan perlengkapan untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

16)Memberikan saran alternatif kepada Camat untuk kelancaran pelaksanaan tugas

17)Membuat laporan pelaksanaan tugas sebagai bahan evaluasi 18)Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan

2. Tugas Pokok dan Fungsi Sekertaris Lurah

a. Tugas pokok Sekertaris Lurah adalah menyusun rencana dan program, melaksanakan tugas-tugas Kesekretariatan yang meliputi Administrasi Kepegawaian, Keuangan, Umum dam membuat laporan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab

b. Fungsi Sekertaris Lurah :

1) Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya

2) Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar

3) Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas

4) Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier

5) Melaksanakan dan engolah manajemen kesekretariatan Kelurahan untuk kelancaran tugas

(34)

7) Memberikan layanan Teknis Administrasi kepada Lurah, Seksi-seksi dan seluruh staf untuk kelancaran tugas

8) Menginventarisasi, mengelola dan mengevaluasi data baik pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta informasi untuk pembinaan penyelenggaraan tugas umum, penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan

9) Memberikan saran alternatif kepada Lurah untuk kelancaran pelaksanaan tugas

10)Membuat laporan sebagai bahan pertanggung jawaban dan evaluasi pelaksanaan tugas

11)Mengkoordinasikan tugas-tugas seksi agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar

12)Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasannya

3. Tugas dan Fungsi Kasi Pemerintahan

a. Tugas pokok Kasi Pemerintahan adalah menyusun rencana dan program atas penyelenggaraan pemerintahan umum, pemerintahan Kelurahan, Pembinaan ketentraman dan ketertiban serta mebuat laporan atas pelaksanaan tugas kepada atasan.

b. Fungsi Kasi Pemerintahan

1) Menyusun rencana dan program sebagai pedoman kerja 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya

3) Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar

4) Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas

5) Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier

6) Mempersiapkan bahan dan data untuk penyelenggaraan pemerintahan umum dan pemerintahan Kelurahan

(35)

8) Memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban sesuai ketentuan yang berlaku

9) Melaksanakan tugas-tugas bidang keagrariaan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku

10)Membantu kelancaran pelaksanaan dan pengawasan penyelenggraan pemilihan umum

11)Membantu penyelenggaraan kegiatan administrasi pertahanan sipil 12)Membantu dan mengusahakan kegiatan yang berkaitan dengan

pembinaan kerukunan warga

13)Melaksanakan pembinaan idiologi Negara Kesatuan bangsa dan peningkatan partisipasi politik masyarakat

14)Memberikan saran alternatif kepada Lurah untuk kelancaran pelaksanaan tugas

15)Membuat laporan sebagai bahan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas

16)Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan

4. Tugas dan Fungsi Kasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat

a. Tugas Pokok Kasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat adalah menyusun rencana dan program kerja dalam rangka pembinaan pelaksanaan pembangunan fisik, penataanlingkungan hidup, pembinaan perekonomian dan peningkatan rakyat serta membuat laporan atas pelaksanaan tugas kepada atasan.

b. Fungsi Kasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat : 1) Menyusun rencana dan program sebagai pedoman kerja 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya

3) Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar

4) Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas

(36)

6) Mengumpulkan, mengolah, mengevaluasi data bidang pembangunan 7) Melakukan kegiatana pembinaan terhadapa perkoperasian, pengusaha

ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya

8) Melaksanakan kegiatan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan

9) Membantu pembinaan koordinasi pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup dan pemeliharaan kebersihan

10)Membantu membina dan penyiapan bahan-bahan dalam rangka pelaksanaan Musbang di Kelurahan

11)Melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesejahteraan rakyat yang sesuai ketentuan yang berlaku

12)Melakukan pembinaan dalam bidang kesehatan, keagamaan, pendidikan, Keluarga Berencana dan pendidikan kemasyarakatan sesuia ketentuan yang berlaku

13)Membantu pelaksanaan kegiatan pembinaan dan kesejahteraan keluarga

14)Membantu pelaksanaan kegiatan karang taruna

15)Membuat laporan sebagai bahan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas

16)Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan

5. Tugas dan Fungsi Kasi Pelayanan Umum

a. Tugas Pokok Kasi Pelayanan Umum adalah menyusun rencana dan program, dalam rangka pembinaan penyelenggaraan pelayanan umum dan perizinan serta membuat laporan pelaksanaan tugas.

b. Fungsi Kasi Pelayanan Umum adalah :

1) Menyusun rencana dan program sebagai pedoman kerja 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya

(37)

4) Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas

5) Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier

6) Melaksanakan pembinaan pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil

7) Melaksanakan kegiatan administrasi dn pelayanan bidang perizinan dan rekomendasi kepada masyarakat

8) Memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan

9) Melaksanakan sosialisasi setiap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pelayanan umum

10)Membantu tugas-tugas di bidang pajak bumi dan bangunan dan retribusi Daerah

11)Membuat lapotan sebagai bahan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas

12)Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan

6. Kepegawaian

Reformasi di bidang kepegawaian yang merupakan konsekuensi dari perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial yang begitu cepat terjadi sejak paruh pertama tahun 1998 ditandai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok kepegawaian. Peraturan perundang-undangan yang merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 dengan pokok bahasan yang sama tersebut, kemudian diikuti dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, baik yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden (Keppres), untuk menjamin terlaksananya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 ini secara baik dan terarah.

(38)

yang dipakai untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada daerah-daerah tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat setempat.

Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan. Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS. Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini.

Otonomi daerah yang telah berlangsung selama lebih dari delapan tahun ini tentunya memberikan implikasi tertentu pada sistem kepegawaian di Indonesia. Pada mulanya, sebelum dilaksanakannya era otonomi, sistem kepegawaian terpusat dalam arti segala kebijakan kepegawaian ada pada pemerintah pusat, daerah hanya menerima jatah dari pemerintah pusat sesuai dengan permintaan dan ketersediaan pegawai yang ada di pusat. Dan pegawai dari satu tempat dapat berpindah ke tempat lain sesuai dengan keputusan atasan, dan hal ini tentunya sangat berbeda dengan adanya kebijakan desentralisasi yaitu pegawai sulit berpindah antar satu tempat dengan tempat yang lain. Kebijakan kepegawaian yang demikian tentu saja memberikan implikasi yang positif maupun negatif bagi sistem kepegawaian dan kinerja organisasi pada khususnya.

(39)

guna merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam rangka penyusunan kebijaksanaan, pembuatan keputusan dalam berbagai bidang yang merupakan tugas pokok pemerintahan.

Kepegawaian dalam era otonomi daerah merekomendasikan manajemen kepegawaian yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pada era otonomi daerah ini ditegaskan sistem pembinaan karir tertutup dalam arti negara. Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil dilihat sebagai satu kesatuan, yang hanya berbeda tempat pekerjaannya. Dalam sistem ini dimungkinkan perpindahan dari suatu departemen/lembaga/provinsi/ kabupaten/ kota ke departemen/ lembaga /provins i/ kabupaten / kota lainnya.

(40)

A. Gambaran Umum Kelurahan Gedung Johor Kota Medan 1. Keadaan Geografis

Kelurahan Gedung Johor adalah merupakan salahsatu Keluruhan yang berada di wilayah Kecamatan Medan Johor dengan luas 315 ha yang terdiri atas 13 lingkungan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor .

b. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Namo Rambe Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang.

c. Sebelah Timur berbatas dengan sungai Deli. d. Sebelah Barat berbatas dengna Sungai Barbura.

2. Keadaan Demografis

Berdasrkan data-data yang dihimpun pada akhir Bulan desemberr 2013, Kelurahan Gedung Johor mempunyai susunan penduduk sebagai berikut:

No. Lingkungan Jumlah Kk Jumlah Jiwa

1. Lingkungan I 402 2,005

2 Lingkungan II 383 1,991

3 Lingkungan III 429 2,134

4 Lingkungan IV 532 5,101

5 Lingkungan V 437 1,988

6 Lingkungan VI 584 2,792

7 Lingkungan VII 482 2,223

8 Lingkungan VIII 667 2,700

9 Lingkungan IX 517 2,281

(41)

11 Lingkungan XI 441 2,198

12 Lingkungan XII 423 2,190

13 Lingkungan XIII 397 2,275

6.157 29,388

a. Data penduduk menurut jenis kelamin:

1) Laki-laki : 14,423 orang

2)Wanita : 14,965 orang

b. Data Penduduk Menurut Pekerjaan:

1) Islam : 28.008 orang

2)Kristen Protestan : 988 orang 3)Katholik : 41 orang 4)Hindu : 41 orang

5)Budha : 102 orang

c. Data Penduduk Menurut Pekerjaan:

1) PNS/TNI/POLRI : 2.935 orang 2)Pegawai Swasta / Karyawan /Buruh : 5.935 orang 3)Wiraswasta : 3.461 orang

4)Lain-lain : 4.554 orang

5)Tidak/ Belum Bekerja : 12.571 orang

Jumlah Penduduk Kelurahan Gedung Johor Yang Wajib KTP Per Januari 2013 : 22.634 Jiwa31

Laki – laki : 10.987 jiwa Perempuan : 11.647 jiwa

Jumlah Penduduk Kelurahan Gedung Johor Yang Telah Merekam e-KTP : 19.243 Jiwa

Laki : 8,735 jiwa Permpuan : 9.508 jiwa

       31

(42)

Kecamatan Medan Johor terdiri dari 6 Kelurahan yaitu: 1. Kelurahan Pangkalan Masyhur

2. Kelurahan Titi Kuning 3. Kelurahan Suka maju 4. Kelurahan Kedai Durian 5. Kelurahan Gedung Johor 6. Kelurahan Kwala Bekala

Dikarenakan perekaman data e-KTP di lakukan di Kantor Camat maka dibuatlah undangan agar supaya proses pembuatan dapat terjadwal dengan baik dan menghindari membludaknya warga yang mengantri di kantor Camat. Tidak semua warga yang namanya tertera di daftar Penduduk Wajib KTP yang dating untuk merekam data e-KTP dengan berbagai alas an antara lain :

1. Bekerja /kuliah di luar kota

2. Tidak mempunyai waktu untuk merekam data (bekerja full time) 3. Tidak dapat undangan perekaman e-KTP

4. KTP lamanya (KTP manual) maih panjang masa berlakunya. 5. Belum/tidak membutuhkan KTP.

6. Sudah pindah ke daerah lain.

B. Kependudukan menurut Undang-Undang Kependudukan

Dalam sistem kependudukan di Indonesia banyak sekali masalah-masalah yang dialami oleh dinas kependudukan Indonesia. Tidak baiknya sisitem pelayanan publik tentang administrasi kependudukan mengakibatkan banyaknya masyarakat yang tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia.32

Pendataran penduduk menjadi tugas bagian administrasi kependudukan yang sangat penting bagi warga negara Indonesia. Pengertian pendafataran penduduk adalah tidak dapat disangkal bahwa sistem administrasi kependudukan merupakan sistem yang mengatur seluruh administrasi yang menyangkut masalah kependudukan pada umumnya.

       32

(43)

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Pemerintah kabupaten/kota berkewajiban dan bertanggung jawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan, yang dilakukan oleh bupati/walikota dengan kewenangan meliputi koordinasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, pembentukan Instansi Pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang Administrasi Kependudukan, pengaturan teknis penyelenggaraan Administrasi Kependudukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan,pembinaan dan sosialisasi penyelenggaraan Administrasi Kependudukan, pelaksanaan kegiatan pelayanan rnasyarakat di bidang Administrasi Kependudukan, penugasan kepada desa untuk menyelenggarakan sebagian urusan Administrasi Kependudukan berdasarkan asas tugas pembantuan, pengelolaan dan penyajian Data Kependudukan berskala kabupaten/kota dan koordinasi pengawasan atas penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang seharusnya mampu menjamin pemenuhan akta kelahiran bagi anak justru di sisi lain menjadi penghambat. Dalam UU No. 23 Tahun 2006 terdapat pasal-pasal yang dianggap bermasalah dan menghambat pemenuhan hak atas identitas atau akta kelahiran, yaitu:

(44)

perspektif HAM, sebuah nama bersifat universal, terlepas dengan latar belakang politik, agama, dari orangtua mereka. Dalam perspektif seperti itu, pencatatan kelahiran merupakan kewajiban negara untuk mencatat kelahiran anak-anak di Indonesia. Dalam KHA hak identitas anak harus merupakan stelsel aktif dari pemerintah. Anak tidak minta,Negara wajib memberikan. Selain Pasal 3 tersebut terdapat juga Pasal 27 ayat (1) yang menunjukkan kewajiban penduduk untuk mendaftarkan kelahiran, bukan peran aktif pemerintah. Bunyi pasal 27 ayat (1) adalah sebagai berikut: Setiap kelahiran wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

Pasal 32 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2006 yang berbunyi : “Pencatatan kelahiran yang melampaui batas waktu 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan negeri.” Dasar filosofis adanya kewajiban permohonan Penetapan Pengadilan Negeri sebenarnya adalah legitimasi pembuktian. Hal tersebut sebenarnya juga merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap hak anak dimana hak anak untuk mengetahui asal usulnya dengan jelas. Ditakutkan identitas atau asal usul anak dapat dengan mudah dipalsukan. Namun pasal ini merupakan tembok besar penghalang pemenuhan hak anak atas identitas dikarenakan kondisi peradilan baik dari segi akses maupun sistem peradilan membuat masyarakat sulit untuk melakukan permohonan penetapan ke pengadilan. Terlebih terdapat lebih dari 50 juta anak yang tidak memiliki akta dan terlambat melakukan permohonan pencatatan. Jika menggunakan asas manfaat dalam permasalahan pemenuhan hak anak atas identitas Pasal 32 ayat (2) ini sudah seharusnya dibatalkan, terlebih lagi pasal tersebut sangat sulit dijalankan.

(45)

Pasal 3, Pasal 27 ayat (1) dan (2) serta pasal 32 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2006 menyebabkan jutaan anak saat ini tidak memiliki akta kelahiran karena sulitnya akses terhadap akta tersebut.Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menunjukan bahwa 50 juta dari 78 juta anak Indonesia yang berusia dibawah 18 tahun tidak memiliki akta kelahiran.

Selain masalah pencatatan kelahiran masih banyak lagi masalah yang dihadapi Indonesia tentang Administrasi Kependudukan yaitu masalah Pendaftaran Kependudukan atau Pendaftaran KTP. Belakangan ini Indonesia membuat suatu program baru yaitu e-KTP atau yang biasa disingkat e-KTP. Dalam pembuatan e-KTP masyarakat banyak sekali menemukan kendala-kendala. Pengurusan e-KTP tidak sesuai dengan target, ternyata banyak kendala dan masalah yang dihadapi oleh warga yang mau mengurus e-KTP tersebut. 33

C. Pembuatan e-KTP di Kelurahan Gedung Johor

Bersumber dari Kantor Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, berdasarkan data yang ada dimana Kelurahan Gedung Johor, memiliki jumlah penduduk yang belum memiliki e-KTP. Dimana dapat dilihat bahwa masih banyak warga masih mengurus e-KTP, karena disebabkan dari warga Kelurahan Gedung Johor sendiri yang kurang memiliki kesadaran untuk memiliki KTP. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari salah seorang warga Kelurahan Gedung Johor yang menyatakan bahwa untuk mengurus e-KTP membutuhkan waktu yang cukup lama, yang akhirnya membuat warga menjadi malas untuk mengurus e-KTP.34 Padahal dari pihak kelurahan sendiri menyatakan bahwa e-KTP merupakan hal yang wajib dimiliki oleh setiap warga Kelurahan Gedung Johor sebagai bukti identitas warga. e-KTP merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi warga untuk keperluan sehari-hari warga, misalnya untuk berobat, untuk membuat tabungan dibank, untuk membuat SIM, paspor, dan masih banyak lagi.

       33

Ibid

34

(46)

Untuk itu sebaiknya pemerintah juga terus berupaya untuk memberikan penjelasan agar warga Kelurahan Gedung Johor Kec. Medan Johor memiliki kesadaran untuk membuat e-KTP. Hal tersebut juga agar memudahkan pihak Kelurahan Gedung Johor sendiri untuk mendata warganya serta dapat menciptakan tertib administrasi.

Dikaitkan dengan pelaksanaan kebijakan KTP berbasis elektronik yang dilaksanakan di Kelurahan Gedung Johor, terdapat pemandatan tugas dalam pelaksanaannya. Dinas terkait yang diberikan mandat oleh Walikota untuk melaksanakan program tersebut adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan, mengingat karena salah satu tugas dan kewenangan dari kelurahan ialah melakukan pencataan data penduduk sangat terkait baik secara langsung atau tidak langsung terhadap pelaksanaan pengadaan KTP berbasis elektronik.

Struktur Organisasi Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor

EDWIN FAISAL, SH

SEKRETARIS LURAH

SRI SURYA NINGSIH, SE KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

 

Seksi Pemerintahan Seksi Ketentraman Seksi Pembangunan

(47)

A. Masalah yang belum memiliki e-KTP

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan yang merupakan penjabaran amanat Pasal 26 ayat (3) UUD 1945 bertujuan untuk mewujudkan tertib Administrasi Kependudukan dengan terbangunnya database kependudukan secara nasional serta keabsahan dan kebenaran atas dokumen kependudukan yang diterbitkan.

Administrasi kependudukan sebagai suatu sistem bagi penduduk diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak administrasi penduduk dalam pelayanan publik serta memberikan perlindungan yang berkenaan dengan penerbitan Dokumen Kependudukan tanpa ada perlakuan yang diskriminatif melalui peran aktif Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Penerapan e-KTP yang saat ini dilaksanakan merupakan bagian dari upaya untuk mempercepat serta mendukung akurasi terbangunnya database

kependudukan yang terintegrasi di seluruh kabupaten/kota, provinsi maupun database kependudukan secara nasional.

Penerapan e-KTP secara nasional merupakan hal yang penting dalam penataan sistem administrasi kependudukan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006). Adapun manfaat penerapan E-KTP adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP palsu, sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hukum bagi masyarakat; 2. Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat,

(48)

3. Dapat mendukung peningkatan keamanan negara sebagai dampak positif dari tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu, di mana selama ini para pelaku kriminal termasuk teroris, TKI Ilegal maupun perdagangan orang yang pada umumnya menggunakan KTP ganda dan KTP palsu; 4. Mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan untuk

pengurusan berbagai izin dari Lembaga Pemerintah dan Swasta, karena tidak lagi memerlukan KTP setempat;

5. Dapat dipergunakan sebagai ID Card untuk ATM, asuransi atau sebagai kartu pemilih pada Pemilu;

6. NIK yang ada di E-KTP juga menjadi dasar penerbitan paspor, SIM, NPWP, polis asuransi, sertifikat hak atas tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

Kementerian Dalam Negeri menyatakan bahwa penerapan E-KTP yang sudah dicapai sudah signifikan, yaitu telah mencapai 145.000.000 penduduk yang sudah terjamin ketunggalannya dari target 245.609.453 (80%). Dengan demikian, program E-KTP yang masih belum dapat terealisasi adalah 20%.35

Untuk pencapaian 100%, Pemerintah melakukan langkah strategis pada Tahun 2014 dan seterusnya, pencetakan e-KTP akan diserahkan kepada Pemerintah kabupaten/kota dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mensukseskan program e-KTP termasuk percepatannya pada Tahun 2014, Pemerintah telah melakukan koordinasi antar instansi dan antar daerah, membentuk sistem, pedoman, dan standar, serta melakukan pembinaan, pembimbingan, supervisi, pemantauan, evaluasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota.

Lebih lanjut masih diperlukan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar diperoleh kemudahan dan kelancaran dalam pelayanan publik di bidang       

35

Referensi

Dokumen terkait

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada Allah SWT, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah karya tulis

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa syukur kehadirat ALLAH SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tulisan skripsi yang

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum

Tak ada kata yang pantas penulis ucapkan selain Alhamdulillah kehadirat Allah SWT sebagai ungkapan syukur atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi

vi KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang