• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN TEGAL BARAT KOTA TEGAL"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KINERJA GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK

DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN TEGAL BARAT

KOTA TEGAL

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Retno Wihyanti

1401411241

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah: 5 dan 8)

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

(QS. Ar-Rahman: 25)

PERSEMBAHAN

Almarhumah Ibu dan Bapak yang telah menjadi perantara sumber motivasi yang luar biasa.

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memeroleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan dan arahan selama pendidikan, penelitian, serta penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. 3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di Jurusan PGSD dalam penelitian ini.

(7)

vii

5. Ika Ratnaningrum, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sejak permulaan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini.

6. Dosen PGSD UPP Tegal yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan.

7. Staf TU dan karyawan yang telah membantu kegiatan administrasi dalam penyusunan skripsi.

8. Mahasiswa PGSD UPP Tegal angkatan 2011, yang telah memberikan bantuan dan kerja sama sejak mengikuti perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca.

Tegal, 10 Juni 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Wihyanti, Retno. 2015. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Ika Ratnaningrum, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Guru Bersertifikat Pendidik; Kecerdasan Emosional; Kinerja Guru Pendidikan merupakan salah satu bidang yang berperan penting dalam meningkatkan pembangunan bangsa. Komponen yang memberikan peranan penting dalam pendidikan salah satunya yaitu guru. Pentingnya peran guru menyebabkan kinerjanya menjadi hal yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru perlu ditingkatkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu kecerdasan emosional. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional dan kinerja guru serta untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Variabel dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosional sebagai variabel bebas dan kinerja sebagai variabel terikat. Populasi penelitian berjumlah 172 guru yang tersebar di 31 sekolah dasar negeri, sedangkan jumlah sampel penelitian yaitu 123 guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan dokumentasi. Pengujian instrumen dilakukan terhadap 30 responden di luar sampel, tetapi masih di dalam populasi penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji prasyarat analisis yang digunakan yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Hasil uji menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan linear. Dengan demikian, dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi linier sederhana. Kegiatan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows 20.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

Bab 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Umum ... 10

1.5.2 Tujuan Khusus ... 10

(10)

x

1.6.1 Manfaat Teoritis... 11

1.6.2 Manfaat Praktis ... 11

2 KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Guru ... 13

2.1.2 Sertifikasi Guru ... 20

2.1.1 Kinerja Guru ... 22

2.1.2 Kecerdasan Emosional... 30

2.1.3 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru ... 33

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

2.3 Kerangkan Berpikir ... 40

2.4 Hipotesis ... 42

3 METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Metode Penelitian ... 43

3.2 Variabel Penelitian... 44

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

3.4 Populasi dan Sampel ... 44

3.4.1 Populasi ... 44

3.4.2 Sampel ... 46

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 48

(11)

xi

3.5.2 Dokumentasi ... 49

3.6 Instrumen Penelitian ... 49

3.6.1 Instrumen Variabel Kinerja Guru ... 49

3.6.2 Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional... 50

3.6.3 Pengujian Instrumen ... 51

3.7 Metode Analisis Data ... 51

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 52

3.7.2 Uji Validitas ... 54

3.7.3 Uji Reliabilitas ... 55

3.8 Uji Asumsi Klasik ... 55

3.8.1 Uji Normalitas ... 56

3.8.2 Uji Linearitas ... 56

3.9 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 57

3.9.1 Analisis Korelasi ... 57

3.9.2 Analisis Regresi Linear Sederhana ... 58

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 61

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

4.2.1 Distribusi Frekuensi Identitas Responden ... 62

4.2.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

4.2.3 Analisis Distribusi Jawaban Responden ... 69

(12)

xii

4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 80

4.3 Pembahasan ... 84

4.3.1 Deskripsi Umum Hasil Penelitian ... 85

4.3.2 Kinerja Guru di SD Negeri Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal ... 86

4.3.3 Kecerdasan Emosional Guru di SD Negeri Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal ... 87

4.3.3 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru ... 88

4.3.5 Besar Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru SD Negeri Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal ... 89

5 PENUTUP ... 90

5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

LAMPIRAN ... 96

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian ... 45

3.2 Sampel Penelitian ... 47

3.3 Kisi-kisi Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Kinerja Guru ... 50

3.4 Kisi-kisi Instrumen yang Diperlukan untuk Mengukur Kecerdasan Emosional ... 50

4.1 Demografi Responden Menurut Usia ... 62

4.2 Demografi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 63

4.3 Demografi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 64

4.4 Demografi Responden Menurut Masa Kerja ... 65

4.5 Demografi Responden Menurut Jabatan Pekerjaan ... 66

4.6 Uji Validitas Variabel Kinerja Guru ... 67

4.7 Uji Validitas Variabel Kecerdasan Emosional ... 68

4.8 Realibility Statistics Variabel Kinerja Guru ... 68

4.9 Realibility Statistics Variabel Kecerdasan Emosional ... 69

4.10 Descriptive Statistics Variabel Kinerja Guru ... 73

4.11 Distribusi Variabel Kinerja Guru ... 74

4.12 Descriptive Statistics Variabel Kecerdasan Emosional ... 77

4.13 Distribusi Variabel Kecerdasan Emosional ... 78

4.14 Tabel ANOVA Hasil Uji Linearitas ... 79

(14)

xiv

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Paradigma Penelitian ... 41

4.1 Diagram Karakteristik Usia ... 63

4.2 Diagram Karakteristik Jenis Kelamin ... 63

4.3 Diagram Karakteristik Pendidikan ... 64

4.4 Diagram Karakteristik Masa Kerja ... 65

4.5 Diagram Karakteristik Jabatan Pekerjaan ... 66

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Data nama SD Negeri di Kecamatan Tegal Barat ... 99

2 Data Nama responden sebagai Sampel Penelitian ... 98

3 Data Nama responden untuk Uji Coba Instrumen ... 101

4 Instrumen Penelitian ... 102

5 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 110

6 Distribusi jawaban Instrumen Uji Coba Variabel Kecerdasan Emosional 111 7 Distribusi jawaban Instrumen Uji Coba Variabel Kinerja Guru ... 113

8 Output SPSS Uji Validitas Instrumen Kecerdasan Emosional ... 117

9 Output SPSS Uji Validitas Instrumen Kinerja ... 118

10 Jawaban Responden Instrumen Variabel Kinerja ... 120

11 Jawaban Responden Instrumen Variabel Kecerdasan Emosional ... 124

12 Output SPSS Uji Normalitas Data Cara Normal P-P Plots ... 130

13 Output SPSS Uji Normalitas Data Cara Histogram ... 131

14 Output SPSS Casewise Diagnostics ... 132

15 Distribusi Jawaban Instrumen Kinerja Guru ... 135

16 Distribusi Jawaban Instrumen Kecerdasan Emosional ... 139

17 Dokumentasi Kegiatan ... 141

18 Surat Izin menggunakan Instrumen Kecerdasan Emosional ... 145

19 Surat pemberian izin menggunakan instrumen kecerdasan emosional ... 146

20 Surat Izin penelitian ke BAPPEDA Kota Tegal ... 147

(17)

xvii

(18)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut ini merupakan pembahasan selengkapnya:

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pembangunan bangsa, tidak terkecuali pelaksanaan pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17, “Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.”. Pentingnya peran tersebut disebabkan sumber daya siswa dapat dikembangkan dan dioptimalkan melalui proses pendidikan, sehingga mampu berkontribusi dalam kegiatan pembangunan bangsa.

(19)

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru merupakan komponen terpenting dari pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan sumber daya siswa. Pentingnya peran guru juga disampaikan Ho Chi Minh (t.t.) dalam Surya (2013:3) “tanpa adanya guru, maka pendidikan tidak akan ada, dan apabila pendidikan tidak ada maka tidak ada perkembangan ekonomi dan sosial”. Oleh karena itu, berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42 ayat (1), “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan

sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Menurut Darwis (2006:22), guru adalah orang dewasa yang memiliki keunggulan daripada manusia dewasa lain. Keunggulan yang dimaksud yaitu: (1) Guru sudah dididik serta dipersiapkan khusus di bidang pendidikan. (2) Guru menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan beserta metodologi pembelajaran yang dapat dijadikan stimulus bagi proses perkembangan anak. Jadi, guru adalah subjek yang telah dipersiapkan di bidang pendidikan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Bekal tersebut digunakan guru untuk memberikan pendidikan, pengajaran, pelatihan, pembimbingan, pengarahan, penilaian hingga tindakan evaluasi pada subjek didikan.

(20)

yang sudah mendapatkan sertifikasi, pola pembelajaran sebagai seorang profesional belum terlihat secara signifikan perubahannya (Masaong 2012:202). Tidak sedikit guru yang kehilangan jiwa keteladanannya sebagai pendidik. Jiwa keteladanan sebagai pendidik yang dimaksud menurut Suyatno (2007:18-9) yaitu: (1) Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran yang bermutu. (2) Meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. (3) Objektif terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. (4) Menjujung tinggi hukum. (5) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Namun, pada kenyataannya menurut Masaong (2012:202), muncul permasalahan pada guru bersertifikat pendidik seperti: (1) Masih rendahnya hasil uji kompetensi awal. (2) Sikap jujur suatu sekolah dalam penyelenggaraan ujian nasional masih ada yang belum ditegakkan. (3) Tunjangan profesi yang diberikan belum signifikan mengangkat sebagian besar kinerja guru dalam pembelajaran. (4) Sistem penilaian yang belum berorientasi penilaian otentik (kinerja siswa). (5) Tingkat kesadaran guru tersertifikasi untuk mengembangkan profesinya dalam kegiatan-kegiatan ilmiah masih rendah. dan (6) Tunjangan profesi oleh sebagian guru lebih dimaknai sebagai tunjangan kesejahteraan sehingga anggaran untuk peningkatan profesi pendidik masih rendah.

(21)

beberapa faktor, baik yang bersumber dari pekerja maupun dari organisasi. Faktor yang bersumber dari pekerja dipengaruhi oleh kemampuan atau kompetensinya. Menurut Goleman (1994) dalam Efendi (2005:173), kecerdasan emosional juga memiliki peranan penting terhadap keberhasilan seseorang karena intelektualitas saja tidak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Dengan demikian, selain mengembangkan intelektual dan spiritual, guru perlu meningkatkan kecerdasan emosional.

Kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional merupakan tiga kecerdasan yang harus dikembangkan secara seimbang. Pada kenyataannya, saat ini meningkatkan kemampuan intelektual dianggap sebagai keputusan paling baik untuk menjadi guru bagi siswa-siswanya. Hal tersebut dikarenakan sekolah adalah tempat menuntut ilmu pengetahuan dan guru berperan sebagai penyampai informasi, sehingga guru harus mengetahui segala informasi pengetahuan.

Informasi pengetahuan dalam hal ini berarti ilmu-ilmu yang ada di dalam mata pelajaran atau tema. Padahal, seperti yang telah ditulis sebelumnya, menurut Goleman (1994) dalam Efendi (2005:181), perlu adanya perhatian khusus terhadap pengembangan kecerdasan emosional. Hal tersebut dikarenakan kecerdasan emosional menjadi faktor yang lebih banyak menentukan kesuksesan daripada kecerdasan intelektual.

(22)

kesadaran sosial; dan (4) pengelolaan relasi. Kompetensi tersebut terdiri dari berbagai komponen yang akan menunjang profesi guru ketika dikembangkan seperti: (1) Guru perlu memiliki kepercayaan diri, dapat dipercaya. (2) Memiliki komitmen, inisiatif, dan selalu optimis. (3) Mampu memahami orang lain baik rekan sesama guru, siswa, dan yang lainnya. (4) Mampu menciptakan kerja sama di tempat kerja; dan sebagainya.

Menurut Goleman (1998) dalam Efendi (2005:183), kecerdasan emosional sangat diperlukan agar dapat berprestasi, sehingga guru-guru yang mampu mengembangkan kecerdasan ini cenderung akan berkinerja lebih baik. Kecakapan yang ditemukan dan terbukti menjadi kunci utama keberhasilan seseorang yaitu kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional guru yang kurang dikembangkan menyebabkan guru tidak dapat menggunakan kognitif dan [sic] intelektual mereka sesuai dengan potensinya.

(23)

Sehubungan dengan peran pengawas terhadap pengembangan kualitas guru, peneliti juga telah melakukan wawancara kepada pengawas Daerah Binaan (Dabin) 1 Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal pada Jumat, 19 Desember 2014. Meskipun demikian, masih ada saja guru-guru yang bertindak tidak seharusnya seperti tidak menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membantu siswa kelas 6 menentukan jawaban soal Ujian Nasional, hadir di sekolah tidak sesuai jadwal yang ditentukan, dan sebagainya. Selain itu, guru tidak hanya harus pintar, tetapi juga harus cerdas karakter, emosi, spiritual, dan juga sosial. Guru di Kecamatan Tegal Barat juga masih ada yang belum lulus sertifikasi, sehingga kualitas pelayanan guru dianggap akan kurang optimal karena secara formal belum dinyatakan sebagai guru yang profesional.

Berkaitan dengan hal tersebut, masih ada guru-guru yang tidak menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara baik, sehingga mempengaruhi kinerjanya. Dengan demikian, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kinerja guru di Kecamatan Tegal Barat, tetapi belum diketahui secara pasti deskripsinya.

(24)

Menurut (Suyatno 2007:14), sepuluh komponen yang dimaksud yaitu: (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian atasan dan pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Selain itu, peserta juga dinilai berhasil memenuhi nilai standar dalam pelaksanaan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri ujian yang mencakup 4 kompetensi guru.

Empat kompetensi guru yang terdiri dari (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional masing-masing memiliki indikator penilaian dan peserta mampu melewati penilaian tahap ini (Suyatno 2007:15). Berdasarkan mekanisme penilaian sertifikasi tersebut, guru yang telah bersertifikat pendidik memiliki tanggung jawab lebih terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk pengembangan mutu pendidikan. Kecerdasan emosional guru bersertifikat pendidik tersebut menjadi hal yang perlu dikaji lebih dalam melalui kegiatan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja guru. Pengkajian mengenai kecerdasan emosional dengan kinerja pada penelitian sebelumnya juga sudah pernah dilakukan.

(25)

Kecerdasan emosional dan kepribadian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru SMK Swasta di Surabaya Barat.

Penelitian Javidparvar, dkk. (2013) yang berjudul The Relationship between Emotional Intelligence and Leadership Performance in Primary Schools

Managers of Isfahan (Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja

Kepemimpinan Manager di Sekolah Dasar Isfahan) menghasilkan kesimpulan bahwa kecerdasan emosional dan komponennya, sebaik kinerja manajer. Selain itu, koefisien determinasi antara komponen-komponen kecerdasan emosional dan kinerja signifikan (R2= 0.443 dan ρ=0,000). Dengan demikian, secara empiris pada hasil penelitian terdahulu yang relevan, kecerdasan emosional memiliki pengaruh pada pengembangan kinerja guru.

Berdasarkan permasalahan guru di bidang pendidikan, amanah Undang-Undang, tugas guru yang sudah bersertifikat pendidik, kinerja guru, dan kecerdasan emosional, maka perlu pengkajian lebih lanjut. Pengkajian tersebut yaitu lebih kepada mengenai kondisi psikologis guru dalam bentuk penelitian. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk menindaklanjuti pengkajian tersebu dalam bentuk penelitian dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap

Kinerja Guru Bersertifikat Pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal”.

1.2

Identifikasi Masalah

(26)

(1) Sekolah dasar di Kota Tegal, baik berstatus negeri maupun swasta terdiri dari komponen guru yang memiliki tingkat kecerdasan emosional berbeda-beda. Kondisi tersebut akan menimbulkan kesenjangan.

(2) Guru di sekolah dasar di Kota Tegal ada yang sudah bersertifikat pendidik dan ada yang belum, sehingga kualitas pelayanan guru dianggap kurang optimal.

(3) Deskripsi faktor penyebab rendahnya kinerja guru SD bersertifikat pendidik di Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal belum diketahui.

(4) Guru bersertifikat pendidik masih ada yang belum melakukan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sesuai dengan aturan yaitu sebagai guru penyandang sertifikat pendidik.

1.3

Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, diperlukan pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus serta lebih efektif dan efisien. Pembatasan pada penelitian ini yaitu:

(1) Kecerdasan yang dikaji yaitu ranah kecerdasan emosional menurut teori Goleman.

(2) Guru yang menjadi subjek penelitian yaitu guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik di sekolah dasar negeri di Kecamatan Tegal Barat. (3) Penilaian kinerja guru dalam penelitian ini merujuk kepada perencanaan,

(27)

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

(1) Bagaimana tingkat kecerdasan emosional guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?

(2) Bagaimana kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?

(3) Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?

(4) Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal?

1.5

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang dikelompokkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Penjabaran dari setiap tujuan tersebut yaitu: 1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru sekolah dasar bersertifikat pendidik di Kecamatan Tegal Barat.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilaksanakannya penelitian ini yaitu:

(28)

(2) Untuk mengetahui tingkat kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

(3) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

(4) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

1.6

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Berikut ini merupakan penjabarannya:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pelaksanaan penelitian ini yaitu hasil penelitian akan dapat memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi pendidikan. Selain itu, dapat digunakan juga sebagai pedoman dalam penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan kinerja guru.

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian ini terdiri dari manfaat bagi peneliti, guru, dan sekolah.

1.6.2.1 Bagi Guru

(29)

pengembangan kinerja guru. Dengan demikian, pengembangan kualitas profesional guru akan semakin baik.

1.6.2.2 Bagi Sekolah

Manfaat praktis yang dapat diperoleh sekolah dari penelitian ini yaitu sekolah sebagai lingkungan pendidikan di jalur formal akan memiliki sumber daya guru yang memiliki kecerdasan emosional dan kinerja guru yang terus berkembang. Dengan demikian, sekolah sebagai tempat belajar akan semakin mendukung proses pendidikan yang berkualitas.

1.6.2.3 Bagi Peneliti

(30)

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, hasil penelitian terdahulu yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Berikut ini merupakan penjabaran selengkapnya:

2.1

Landasan Teori

Bagian ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori yang terdapat dalam landasan teori adalah guru, kinerja guru, kecerdasan emosional, sertifikasi guru, dan pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja guru.

2.1.1 Guru

Berikut ini merupakan pembahasan mengenai guru yang meliputi pengertian, peran, dan karakteristik guru.

2.1.1.1Pengertian Guru

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Menurut Darwis (2006:22), guru adalah orang dewasa yang memiliki keunggulan daripada manusia dewasa lain.

(31)

keterampilan untuk memberikan pendidikan, pengajaran, pelatihan, pembimbingan, pengarahan, penilaian hingga tindakan evaluasi pada siswa. Menurut Permadi dan Arifin (2013: 23-24), guru sebagai profesi memiliki ciri-ciri di antaranya: (1) Memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat. (2) Menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan dari lembaga yang bertanggung jawab. (3) Memiliki kompetensi yang didukung disiplin tertentu; (4) Memiliki kode etik. (5) Berhak memperoleh imbalan finansial atau material. Selain itu, salah satu ciri guru yang sangat penting yaitu mempunyai kemampuan sesuai standar kompetensi yang ditetapkan.

Berdasarkan berbagai pendapat, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang dewasa yang sudah menjadi pendidik profesional. Oleh karena itu, sebagai seorang profesional guru memiliki berbagai kemampuan standar dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas utama sebagai pendidik profesional.

2.1.1.2 Peran Guru

(32)

guru tidak hanya memiliki peranan di sekolah saja, tetapi juga di lingkungan masyarakat.

Artinya, ketika guru mampu menjalankan semua peranannya, baik di sekolah, keluarga, maupun di masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut adalah guru yang baik dan efektif. Selain itu, peranan guru juga dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, salah satunya berdasarkan hubungannya dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, orientasi dirinya pribadi, dan psikologis guru.

Peranan guru berdasarkan hubungannya dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan yaitu: (1) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai aktivitas-aktivitas pendidikan. (2) Wakil masyarakat di sekolah. (3) Seorang pakar dalam bidangnya. (4) Seseorang yang menegakkan disiplin. (5) Pelaksana administrasi pendidikan. (6) Pemimpin generasi muda. (7) Penerjemah kepada masyarakat. Peranan guru menurut Djamarah (2010 (43-48), terdiri dari: (1) korektor, (2) inspirator, (3) informator, (4) organisator, (5) motivator, (6) inisiator, (7) fasilitator, (8) pembimbing, (9) demonstrator, (10) pengelola kelas, (11) mediator, (12) supervisor, dan (13) evaluator.

(33)

penilai hasil pembelajaran; (4) pengarah pembelajaran; dan (5) sebagai pembimbing siswa di sekolah.

Menurut Permadi dan Arifin (2013: 64-69), dalam pembelajaran guru memiliki beberapa peran. Peran yang dimaksudkan yaitu sebagai: (1) pendidik, (2) pengajar, (3) pengembang kurikulum, (4) pembimbing, (5) pembaharu/inovator, (6) model dan teladan, dan (7) peneliti. Selain itu, dalam pengelolaan pembelajaran siswa, guru harus mampu menguasai baik pemahaman siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, maupun pengembangan siswa.

2.1.1.2 Karakteristik Perkembangan Psikologis Guru

Menurut Surya (2013:234-242), guru merupakan seorang individu yang berada pada taraf perkembangan yaitu masa dewasa. Berdasarkan karakteristik yang menonjol, masa dewasa dibagi menjadi tiga tahapan yaitu: (1) masa dewasa awal; (2) masa dewasa madya; dan (3) masa dewasa akhir. Tahapan tersebut dibedakan berdasarkan rentang usia guru. Masa dewasa awal berlangsung pada rentang usia antara 24 sampai dengan 40 tahun, masa dewasa madya berada pada rentang usia 40 sampai dengan 60 tahun, dan masa dewasa akhir berlangsung pada rentang usia 60 tahun dan seterusnya. Selain itu, Surya (2013:242) menyatakan bahwa pada setiap tahapan-tahapan yang ada ini, memiliki karakter dan tugas perkembangan yang berbeda.

1) Masa dewasa awal

(34)

(1) Periode produktif, yaitu suatu periode yang ditandai dengan kemampuan untuk menghasilkan keturunan. Guru laki-laki maupun perempuan telah memasuki dunia pernikahan, membentuk keluarga, dan mempunyai anak. (2) Periode kemantapan, artinya individu mencapai suasana yang lebih tenang

dan mencapai kemantapan dalam perjalanan hidupnya. Pada umumnya individu telah memperoleh kemantapan dalam kehidupan keluarga, kemapanan pekerjaan, sosial, pribadi, dan ekonomi.

(3) Periode bermasalah, artinya bahwa dalam periode ini individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perkembangan terutama dalam segi pribadi, sosial, keluarga, dan pekerjaan. Tantangan penyesuaian ini sering dapat menimbulkan konflik dan ketegangan yang dapat menimbulkan sejumlah masalah.

(4) Periode ketegangan-ketegangan emosional, artinya dalam periode ini sering terjadi ketegangan emosional sebagai konsekuensi dari perubahan-perubahan yang terjadi di dalam periode ini.

(5) Periode isolasi sosial, yaitu guru akan merasakan adanya keterpencilan sosial karena harus mengurangi kehidupan-kehidupan kelompok sebaya seperti yang biasa dilakukan pada masa remaja

(6) Periode perubahan, yaitu dengan memasuki dunia dewasa dengan pola dan karakteristik tertentu, maka nilai-nilai yang mendasari perilakunya mengalami perubahan.

(35)

(1) kreativitas dalam mengelola rumah tangga; (2) masalah ekonomi; (3) mendidik anak; (4) hubungan sosial; dan (5) masalah pekerjaan.

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa madya tahap awal ini yaitu ketertarikan guru untuk mulai terlibat dalam mengikuti organisasi persatuan guru. Selain itu, guru juga mulai menyadari bahwa pelaksanaan tugas sebagai guru bukan lagi sebatas pemenuhan kewajiban, tetapi pemenuhan tanggung jawab profesi. Dengan demikian, guru menjalankan tugas mengajar sebagai perwujudan kontribusi terhadap perkembangan kualitas peserta didik sebagai generasi yang akan datang.

2) Masa dewasa madya

Karakteristik pokok dari masa ini yaitu ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:

(1) Masa transisi, yaitu adanya penyesuaian terhadap perubahan fisik pada masa dewasa madya meliputi penyesuaian terhadap perubahan penampilan kecakapan pengindraan, fungsi-fungsi fisiologis, kesehatan, dorongan dan perilaku seksual. Menurunnya kondisi fisik sering diikuti dengan berbagai sikap untuk menangani kekecewaan yang sifatnya cenderung menunjukkan kehebatan dirinya dan keinginan menjadi pusat perhatian. Peristiwa ini sering disebut sebagai “puber kedua”.

(36)

(3) Usia yang penuh kecanggungan, yaitu keadaan yang menyebabkan guru mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri baik terhadap perubahan dalam dirinya maupun hubungan pihak lain. Dinamika fisik yang cenderung mulai menurun membuat terjadinya berbagai perubahan sikap dan perasaan. (4) Masa berprestasi, artinya meskipun dalam hal aspek fisik terjadi perubahan

dan cenderung penurunan, namun dalam aspek kecakapan kognitif atau intelektual cenderung menjadi lebih baik terutama di kalangan yang tergolong memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

(5) Masa penilaian, yaitu cara berpikir dan penalaran menjadi lebih jernih dan wawasan menjadi luas, sehingga mampu membuat pilihan tindakan yang lebih bijaksana, perubahan minat pada masa ini timbul terutama karena perubahan perasaan yang diakibatkan oleh berkurangnya pendapatan.

(6) Masa membosankan, yaitu ketika minat-minat mulai mengalami perubahan. Perubahan tersebut berkenaan dengan penampilan, cara berpakaian, uang, agama, rekreasi, dan sebagainya.

Kemudian, masa dewasa madya juga memiliki tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan pada masa dewasa madya yaitu berkaitan dengan perubahan fisik, perubahan minat, penyesuaian, pekerjaan, dan perubahan dalam kehidupan keluarga.

3) Masa dewasa akhir

(37)

yang bervariasi. Selain itu, pada masa ini pula, individu yang berprofesi sebagai guru sudah berada pada masa pensiun, sehingga akan timbul berbagai masalah setelah pensiun. Masalah-masalah yang dimaksud yaitu penyesuaian diri menghadapi berbagai aspek baik aspek ekonomi, psikologis, fisik, dan sosial.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seorang individu menjalankan profesinya sebagai guru hanya sampai dengan usia 60 tahun (sampai usia pensiun). Masa perkembangan psikologis seorang guru yang masih produktif dalam bekerja menjalani profesinya berada pada masa dewasa awal hingga masa dewasa madya. Tugas perkembangan dan karakter seorang guru pada setiap tahapan baik masa dewasa maupun masa madya juga memiliki perbedaan.

2.1.2 Sertifikasi Guru

Menurut Suyatno (2007:12), sertifikasi guru adalah pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik yang dimaksudkan adalah sebuah sertifikat yang telah ditandatangani salah satu Perguruan Tinggi penyelenggara sertifikasi. Sertifikat tadi dijadikan bukti formal atas pengakuan profesionalitas guru yang kemudian diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.

Dasar hukum penyelenggaraan sertifikasi guru yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa “sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi

yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah”.

(38)

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan; meningkatkan martabat guru. (3) Meningkatkan profesionalitas guru. Selanjutnya, sertifikasi guru juga mempunyai manfaaf. Manfaat yang dimaksudkan yaitu: (1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru. (2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. (3) Meningkatkan kesejahteraan guru. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi guru akan memiliki manfaat yang dapat dirasakan apabila pemilik dari sertifikat pendidik tersebut dapat menggunakannya kepada peningkatan kualitas.

Selain tujuan dan manfaat, kebijakan sertifikasi guru juga mempunyai prinsip. Berikut ini merupakan prinsip sertifikasi guru menurut Suyatno (2007: 26-9): (1) Pelaksanaannya bersifat objektif, transparan, dan akuntabel. (2) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui pengangkatan guru dan kesejahteraan guru. (3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. (4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis. (5) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.

Menurut Suyatno (2007:12), pelaksanaan sertifikasi guru dilakukan melalui mekanisme tertentu melalui dua jalur. Jalur yang dimaksudkan yaitu:

2.1.2.2Penilaian Portofolio bagi Guru dalam Jabatan

(39)

pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian atasan dan pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

2.1.2.3 Pendidikan Profesi bagi Calon Guru

Pendidikan dan pelatihan profesi guru merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi tersebut tentunya sudah memiliki otoritas untuk melaksanakan sertifikasi guru bagi peserta sertifikasi yang belum lulus penilaian portofolio. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi guru diakhiri dengan ujian yang meliputi 4 kompetensi guru. Empat kompetensi tersebut yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru adalah pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah dinyatakan profesional melalui proses atau mekanisme yang telah ditentukan. Pelaksanaan sertifikasi guru melalui dua jalur yaitu penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan dan pendidikan profesi bagi calon guru.

2.1.3 Kinerja Guru

Berikut ini merupakan pembahasan mengenai kinerja guru yang meliputi pengertian dari berbagai tokoh dan komponen kinerja guru.

2.1.2.1Pengertian Kinerja Guru

(40)

adalah pelaksanaan tugas pekerjaan pada waktu tertentu dan suatu proses untuk mencapai hasil kerja. Kinerja menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004) dalam Susanto (2013:29), kinerja seorang pegawai berkaitan dengan unjuk kerja, hasil kerja, dan prestasi yang diperlihatkan pada waktu tertentu. Tujuannya untuk memenuhi sasaran kerja pegawai yang nantinya akan memberikan sumbangan kepada sasaran organsisasi.

Menurut Rachmawati dan Abdullah (2013:16), kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja yang baik yaitu ketika hasil yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Peter (1991) dalam Usman (2008:488), kinerja digunakan apabila seseorang menjalankan tugas atau proses dengan terampil sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil atau prestasi yang dicapai guru. Pencapaian hasil atau prestasi tersebut tentunya berkaitan dengan pelaksanaan guru dalam tugas dan fungsinya yang dilakukan secara profesional.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

(41)

Noermijati, dan Susilowati (2013) menyatakan bahwa komitmen organisasi dan kompetensi individual memberikan pengaruh yang positif secara signifikan terhadap kinerja guru.

Menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007:99), faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu:

(1) Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.

(2) Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

(3) Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja.

(4) System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi.

(5) Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Menurut Rachmawati dan Abdullah (2013:19-44), keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak lepas dari pengaruh faktor internal dan faktor eksternal yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Faktor yang mempengaruhi kinerja guru tersebut yaitu:

1) Kepribadian atau dedikasi

(42)

terdiri dari unsur psikis dan fisik. Artinya, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan gambaran dari kepribadiannya. Kepribadian guru sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan guru dalam pandangan siswanya. Selain itu, keakraban hubungan dengan siswa ternyata juga ditentukan oleh kepribadian guru..

Meikeljohn (t.t) dalam Djamarah (2010:41), seorang individu akan menjadi guru yang baik ketika menjadikan dirinya sebagai bagian dari siswanya yang berusaha untuk memahami semua siswa dan kata-katanya. Menurut Agustian (2011:64), sikap memahami orang lain, memiliki tekad yang tangguh, konsisten, dan lain-lain merupakan sikap dalam kecerdasan emosional.

Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Pengaruh aspek kepribadian dan dedikasi yang tinggi terhadap kinerja yaitu dapat meningkatkan kesadaran pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dalam suatu organisasi. Guru yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan serta dedikasinya dalam melakukan pekerjaan mendidik. Guru yang mampu memberikan motivasi atau penguatan yang positif kepada siswa dengan pembawaan yang baik, maka siswa akan mendapatkan rangsangan yanng positif.

2) Pengembangan profesi

(43)

secara efektif cenderung cekatan dan berorientasi pada tugas, juga fleksibel dan adaptif ketika diperlukan demi membantu keberhasilan siswa. Mereka berpengetahuan tidak hanya materi yang akan diajarkan, tetapi dalam hal pedagogi dan siswanya. Dengan demikian, harapan kinerja guru akan lebih baik akan tercapai.

3) Kemampuan mengajar

Kemampuan mengajar yang baik, akan mendorong guru melakukan inovasi dari materi yang ada dalam kurikulum. Dengan demikian, guru maupun peserta didik akan lebih efektif dalam menjalankan tugas masing-masing dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar.

4) Antar hubungan dan komunikasi

Hubungan dan komunikasi yang dikembangkan guru di sekolah memberi peluang terciptanya situasi yang kondusif untuk dapat memperlancar pelaksanaan tugas. Tanpa adanya hubungan dan komunikasi yang baik di dalam lingkungan sekolah, guru akan mengalami hambatan.

5) Hubungan dengan masyarakat

(44)

6) Kedisiplinan

Tujuan disiplin menurut Arikunto (1993) dalam Rachmawati dan Abdullah (2013:38), agar kegiatan sekolah berlangsung efektif dan setiap guru beserta karyawan dalam organisasi sekolah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya. Apabila guru bekerja dengan kedisiplinan yang baik, maka akan mempengaruhi penyelesaian tugas-tugasnya dengan efektif dan efisien. Hal tersebut dikarenakan guru yang disiplin akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam kerjanya. 7) Kesejahteraan

Langkah strategis yang dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan kinerja guru yaitu memberikan kesejahteraan yang layak sesuai volume kerja guru dan memberikan intensif pendukung. Dengan demikian, apabila kesejahteraan terpenuhi, maka guru akan lebih fokus dalam menjalankan kerjanya di sekolah. Artinya, guru tidak lagi mencari tambahan pekerjaan di luar mengajar untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, guru lebih optimal untuk senantiasa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mendukung kerjanya, seperti membeli komputer, buku, dan lain-lain.

8) Iklim kerja

(45)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja ada yang berasal dari dalam dan dari luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu: (1) kepribadian atau dedikasi; (2) pengembangan profesi; (3) kemampuan mengajar; (4) antar hubungan dan komunikasi; (5) hubungan dengan masyarakat; (6) kedisiplinan; (7) kesejahteraan, dan (8) iklim kerja.

2.1.2.2 Penilaian Kinerja Guru

Menurut Rachmawati dan Abdullah (2013:121), kinerja guru dapat diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Proses tersebut yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Usman (2008: 490) menyatakan bahwa tujuan penilaian kinerja yaitu: (1) Menjamin objektivitas dalam pembinaan calon pegawai (capeg) dan pegawai sesuai sistem karier dan sistem prestasi kerja. (2) Memperoleh bahan pertimbangan objektif dalam pembinaan capeg dan PNS pada pembuatan kebijakan. (3) Memberi masukan untuk mengatasi masalah yang ada. (4) Mengukur validitas metode penilaian kinerja yang digunakan. (5) Mendiagnosa masalah organisasi; (6) Umpan balik bagi capeg dan pegawai, serta pimpinan.

(46)

indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu:

1) Perencanaan program kegiatan pembelajaran

Tahap ini berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut Susanto (2013:40), perencanaan pembelajaran meliputi kegiatan memilih dan mengembangkan bahan pelajaran, merumuskan tujuan pembelajaran, merencanakan kegiatan pembelajaran, dan merencanakan penilaian.

2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai dengan adanya pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Menurut Susanto (2013:49), pelaksanaan pembelajaran harus mencakup membuka, melaksanakan, dan menutup pelajaran. Tugas tersebut merupakan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaan menuntut kemampuan guru.

3) Evaluasi atau penilaian pembelajaran

(47)

2.1.3 Kecerdasan Emosional

Berikut ini merupakan pembahasan mengenai kecerdasan emosional yang meliputi definisi dan komponen kecerdasan emosional:

2.1.3.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Menurut Chaplin (2009:165), emotional (emosi) adalah (1) berkaitan dengan ekspresi emosi, atau dengan perubahan-perubahan yang mendalam yang menyertai emosi. (2) mencirikan individu yang mudah terangsang untuk menampilkan tingkah laku emosional. Goleman (1999) dalam Efendi (2005:82) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri, dan hubungannya dengan orang lain”.

Menurut Agustian (2009:64), kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami emosi dan menjadikan sumber informasi yang pokok untuk memahami diri sendiri dan orang lain, sebagai langkah untuk mencapai tujuan. Cooper & Sawaf (1997) dalam Masaong (2012:207) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif

menetapkan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh manusiawi”. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan dari waktu ke waktu. Hal tersebut pula yang menjadi pembeda kecerdasan emosional yang dapat terus berkembang daripada kecerdasan intelektual.

(48)

mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, mampu memotivasi dan mengelola emosi diri sendiri, serta mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain.

2.1.3.2 Komponen Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional memiliki komponen-komponen tertentu. Komponen kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) dalam Efendi (2005:203) yaitu:

1) Kesadaran diri

Komponen kesadaran diri mencakup guru mengetahui tentang dirinya sendiri, mengamati diri sendiri, mengenali perasaan sendiri, menghimpun kosakata perasaan, menerima diri sendiri, mengenali hubungan antara diri, lingkungan, dan tuhan, serta mengenali hubungan antara gagasan, perasaan, dan reaksi .

2) Pengaturan diri

Menurut Goleman (2015:38), aspek ini merupakan penanganan perasaan agar dapat terungkap dengan tepat. Komponen pengaturan diri mencakup beberapa aspek. Aspek tersebut di antaranya: (1) Guru mampu memahami apa yang ada di balik perasaan. (2) Guru mengetahui cara menangani kecemasan, amarah, dan kesedihan, tanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan, serta tindak lanjut kesepakatan.

(49)

3) Motivasi

Komponen motivasi mencakup beberapa aspek. Aspek yang dimaksud di antaranya guru mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain. Menurut Goleman (2015:38), menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, serta untuk berkreasi. Kendali diri emosional yang menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati merupakan landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Artinya, tidak terkecuali dengan bidang pendidikan yang menjadi tempat guru bekerja. Apabila guru mampu menyesuaikan diri, maka akan memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Dengan demikian, guru yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan

4) Empati dan keterampilan sosial

(50)

Menurut Goleman (2015: 56-57), empati merupakan kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional dan merupakan keterampilan bergaul. Guru yang memiliki empati yang baik akan lebih mampu peka pada hal sosial yang tersembunyi, tetapi mengisyaratkan apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Berkaitan dengan keterampilan sosial atau membina hubungan dengan orang lain, menurut Goleman merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. keterampilan ini menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Guru yang baik dalam keterampilan ini akan sukses dalam kinerjanya, terutama yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, komponen kecerdasan emosional guru ada lima. Kelima komponen tersebut yaitu: (1) mengenali emosi diri (kesadaran diri); (2) mengelola emosi (pengelolaan diri); (3) memotivasi diri sendiri (motivasi); (4) mengenali emosi orang lain (empati); dan (5) membina hubungan dengan orang lain (kesadaran sosial). Kemudian, pada masing-masing komponen kecerdasan emosional tersebut, memiliki aspek atau indikator tersendiri.

2.1.5 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru

(51)

maupun penilaian hasil belajar siswa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Rachmawati dan Abdullah (2013:19-20), kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang itu.

Kepribadian tersebut yang akan menentukan apakah menjadi pendidik dan pembina yang baik atau tidak, sehingga menjadi faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Oleh karena itu, semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Menurut Goleman (1998) dalam Efendi (2005:191-192), sikap etik dasar dalam kehidupan baik guru maupun profesi lainnya berasal dari kecerdasan emosional.

Selain itu, Goleman (1998) dalam Efendi (2005:183), kecerdasan emosional merupakan kecakapan utama. Kecakapan tersebut berupa kemampuan yang secara mendalam dapat mempengaruhi semua kemampuan lainnya. Komponen yang termasuk ke dalam kemampuan yang ada di dalam kecerdasan emosional yaitu: (1) kesadaran diri; (2) pengendalian diri; (3) motivasi; (4) empati; dan (5) membina hubungan baik dengan orang lain.

(52)

Penelitian tersebut menyatakan secara empirik bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh dominan terhadap kinerja guru SMP Negeri Surabaya.

Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan tersebut, aspek-aspek kecerdasan emosi terdiri dari lima komponen. Lima komponen tersebut terdiri dari kesadaran diri, pengendalian diri, empati, motivasi, dan berhubungan baik dengan orang lain memiliki pengaruh terhadap pengembangan kinerja guru.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini merupakan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

Saptoto (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adaptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: “terdapat korelasi antara EI dengan Kemampuan Coping Adaptif”.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Menggunakan dua variabel. (2) Menjadikan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas. (3) Jenis rumusan masalah yang digunakan yaitu asosiatif. (4) Analisis statistik yang digunakan melalui uji korelasi sederhana.

(53)

ada dan tidak adanya hubungan, sedangkan dalam penelitian ini ada atau tidak adanya pengaruh.

Wibowo (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Komunikasi Organisasi, Kecerdasan Emosi dan Pengambilan Keputusan terhadap Implementasi Peran Kepemimpinan Kepala SD dengan seluruh kepala sekolah dasar baik negeri maupun swasta di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan komunikasi organisasi (adjusted r2 = 48,1%), kecerdasan emosi (adjusted r2= 55,3%) dan pengambilan keputusan (adjusted r2= 63,6%) terhadap implementasi peran kepemimpinan kepala sekolah dasar se-kecamatan Wonosari kabupaten Gunungkidul, dan secara bersama-sama pengaruhnya (adjusted R2) sebesar 66,5%.”

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Menjadikan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas. (2) Jenis rumusan masalah yang digunakan yaitu asosiatif. (3) Analisis statistik yang digunakan melalui uji regresi sederhana. (4) Lokasi penelitian yaitu meliputi sekolah dasar negeri se-kecamatan. (5) Hipotesis penelitian yang terbentuk yaitu ada dan tidak adanya pengaruh. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Penelitian tersebut terdiri dari 3 variabel, sedangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 2 variabel. (2) Variabel terikat dalam penelitian tersebut yaitu implementasi peran kepemimpinan, sedangkan dalam penelitian ini yaitu kinerja. (3) Penelitian tersebut meliputi sekolah dasar negeri dan swasta, sedangkan dalam penelitian ini hanya meliputi sekolah dasar negeri saja.

(54)

SMK Swasta di Wilayah Surabaya Barat menghasilkan kesimpulan bahwa komitmen organisasional tidak mempengaruhi kinerja karyawan. Namun, kecerdasan emosional dan kepribadian mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru SMK Swasta di Surabaya Barat.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Kecerdasan emosi sebagai variabel bebas. (2) Jenis rumusan masalah asosiatif. (3) Analisis statistik yang digunakan melalui uji regresi sederhana. (4) Hipotesis penelitian yaitu kausal. (5) Variabel terikatnya yaitu kinerja guru. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Penelitian tersebut terdiri dari 4 variabel, sedangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 2 variabel. (2) Lokasi penelitian tersebut yaitu di SMK, sedangkan dalam penelitian ini di SD.

Penelitian Yogaswara (2010) yang berjudul Kontribusi Manajerial Kepala Sekolah dan Sistem Informasi Kepegawaian terhadap Kinerja Mengajar Guru (Analisis Deskriptif pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta) menghasilkan kesimpulan bahwa:

Terdapat kontribusi yang siginifikan antara kemampuan managerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada kategori sedang (45, 10%) dan sistem informasi kepegawean terhadap kinerja mengajar guru pada kategori rendah (61,60%) dan kemampuan manajerial kepala sekolah dan sisrem informasi kepegawean secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru pada kategori sedang (65,30%).

(55)

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Penelitian tersebut terdiri dari 3 variabel, sedangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari 2 variabel. (2) Jenis penelitian tersebut yaitu penelitian deskriptif, sedangkan penelitian ini yaitu survei. (3) Rumusan masalah dalam penelitian tersebut hanya rumusan masalah deskriptif saja, sedangkan dalam penelitian ini selain rumusan masalah deskriptif juga ada rumusan masalah asosiatif. Variabel bebas dalam penelitian tersebut yaitu manajerial kepala sekolah dan sistem informasi kepegawaian, sedangkan dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosional (4) Penelitian tersebut diadakan SMP, sedangkan dalam penelitian ini hanya dilakukan terhadap SD saja.

Penelitian Fitriani (2014) yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru dalam Menjalankan Tugas di SDN 001 Teratak Kecamatan Rumbiojaya menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru di SDN 001 Teratak adalah motivasi kerja, iklim kerja, kedisiplinan kerja dan kesejahteraan guru. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Mengkaji kinerja guru. (2) Lokasi penelitiannya yaitu di SD.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Penelitian tersebut hanya dilakukan di satu sekolah saja, sedangkan penelitian ini di 31 sekolah. (2) Penelitian tersebut mengarah kepada analisis faktor, sedangkan penelitian ini mengarah kepada mencari pengaruh.

(56)

1) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dengan kinerja guru. 2) terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja guru, dan 3) terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi guru dan supervisi akademik secara bersama-sama dengan kinerja guru. Persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 7,731 + 0,303 X1 + 0,434 X2.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Menjadikan kinerja sebagai variabel terikat. (2) Jenis rumusan masalah yang digunakan yaitu asosiatif. (3) Analisis statistik yang digunakan melalui uji korelasi sederhana. (4) Lokasi penelitian dilakukan se-kecamatan. Subjek penelitian yaitu guru yang mengajar di sekolah negeri.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Variabel bebas dalam penelitian tersebut yaitu kompetensi guru dan supervisi akademik, sedangkan dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosional. (2) Penelitian tersebut hanya sampai pada uji korelasi sederhana karena rumusan masalah hanya mencari ada tidaknya hubungan, sedangkan dalam penelitian ini setelah melakukan uji korelasi dilanjutkan dengan uji regresi. (3) Hipotesis penelitian yang terbentuk dalam penelitian tersebut yaitu ada dan tidak adanya hubungan, sedangkan dalam penelitian ini ada atau tidak adanya pengaruh. (4) Lokasi penelitian tersebut di SMP, sedangkan dalam penelitian ini di SD.

Penelitian Ahmad (2012) yang berjudul Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kompetensi Kepribadian Guru menghasilkan kesimpulan bahwa:

(57)

Persamaan penelitiannya yaitu: (1) Dua variabel dan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas. (2) Rumusan masalah asosiatif. (3) Analisis statistik melalui uji korelasi sederhana. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Variabel terikat penelitian tersebut Kompetensi Kepribadian Guru. (2) Hipotesis penelitian tersebut yaitu ada dan tidak adanya hubungan.

Penelitian Bahri (2011) yang berjudul Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Guru SD di Dataran Tinggimoncong Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan menghasilkan kesimpulan bahwa:

Tingkat kinerja guru berada pada kategori baik (rerata = 100,93 dari skor maksimum 119). Hasil analisis korelasi parsial menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel kemampuan mengajar, persepsi tentang lingkungan kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru berturut-turut: r1y (2,3) sebesar 0,647; r2y (1,3) sebesar 0,367; r3y (1,2) sebesar 0,271. Hasil analisis regresi ganda menunjukkan koefisien korelasi R sebesar 0,774. Besarnya pengaruh Ry(1,2,3) teramati dari besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 59,29%. Besarnya sumbangan efektif tersebut diperoleh dari kemampuan mengajar 52%; persepsi tentang lingkungan kerja sebesar 4,8%; motivasi kerja sebesar 3,2%.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu: (1) Mengkaji kinerja guru. (2) Penelitian di lingkungan sekolah dasar. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu penelitian tersebut mengarah kepada analisis faktor, sedangkan penelitian ini mengarah kepada mencari pengaruh.

2.3 Kerangka Berpikir

(58)

dari indikatornya. Indikator dari kinerja guru yaitu kemampuannya pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Pelaksanaan kinerja guru akan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya kecerdasan emosional guru.

Apabila guru memiliki komponen kecerdasan emosional yaitu: (1) kesadaran diri; (2) pengendalian diri; (3) motivasi; (4) empati, dan (5) hubungan dengan orang lain yang terus berkembang, maka kinerja akan berkembang pula. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di objek penelitian, peneliti menemukan adanya kesesuaian antara teori yang dikaji yaitu mengenai kecerdasan emosional dengan kinerja guru serta hasil penelitian yang relevan memiliki kesesuaian dengan objek.

[image:58.595.144.484.555.680.2]

Oleh karena itu, kerangka pemikiran penelitian ini yaitu apabila kecerdasan emosional merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, maka pengaruh tersebut akan dapat membangkitkan, mendorong, dan memelihara perilaku seseorang mencapai tujuan.

Gambar 2.1 Paradigma penelitian Kecerdasan Emosional (X)

-kesadaran diri -pengendalian diri

-motivasi -empati -hubungan sosial

Kinerja (Y) -merancang pembelajaran -melaksanakan pembelajaran

(59)

Berdasarkan pola hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja guru yang akan diteliti tersebut, maka penelitian ini memiliki paradigma penelitian seperti pada gambar 2.1.

2.5

Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis penelitiannya yaitu:

Ho: Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

Ho:

ρ

= 0

Ha: Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan kinerja guru bersertifikat pendidik di sekolah dasar Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.

(60)

43

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian, variabel, definisi operasional, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Berikut ini merupakan penjabarannya:

3.1

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan metode yang digunakan, yaitu metode survai. Menurut Sukmadinata (2005:82-83), “survai ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi,” yang mana “dapat digunakan untuk mengumpulkan data berkenaan

dengan sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, pendirian, keinginan, cita-cita, perilaku, kebiasaan, dll.”. Menurut Sugiyono (2011:12), peneliti dalam penelitian survei mengumpulkan data dari beberapa orang sebagai responden. Data yang terkumpul berisi mengenai perilaku diri sendiri baik yang telah lalu maupun sekarang masih terjadi.

(61)

3.2 Variabel penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosional, sedangkan variabel bebasnya yaitu kinerja guru.

3.2

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional bertujuan untuk pengujian hipotesis, mengukur variabel, dan menyamakan persepsi terhadap pendefinisian perbedaan variabel yang dianalisis. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan kinerja guru. Definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Kinerja guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugas profesinya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

(2) Kecerdasan emosional adalah kemampuan guru dalam memahami gejala emosi secara tepat yang terdiri dari kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

3.3

Populasi dan Sampel

Berikut ini akan dijabarkan populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini:

3.3.1 Populasi

(62)
[image:62.595.112.461.153.657.2]

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

NO Nama Sekolah

Jumlah Guru Bersertifikat

Pendidik

1 SD Negeri Tegalsari 01 5

2 SD Negeri Tegalsari 02 5

3 SD Negeri Tegalsari 03 7

4 SD Negeri Tegalsari 04 7

5 SD Negeri Tegalsari 05 6

6 SD Negeri Tegalsari 06 4

7 SD Negeri Tegalsari 08 6

8 SD Negeri Tegalsari 10 8

9 SD Negeri Tegalsari 11 5

10 SD Negeri Tegalsari 12 2

11 SD Negeri Tegalsari 13 6

12 SD Negeri Pekauman 01 5

13 SD Negeri Pekauman 02 5

14 SD Negeri Pekauman 03 6

15 SD Negeri Pekauman 05 5

16 SD Negeri Pekauman 07 5

17 SD Negeri Pekauman 08 5

18 SD Negeri Kraton 01 4

19 SD Negeri Kraton 02 5

20 SD Negeri Kraton 03 6

21 SD Negeri Kraton 04 5

22 SD Negeri Kraton 05 5

23 SD Negeri Kraton 06 6

24 SD Negeri Kemandungan 01 6

25 SD Negeri Kemandungan 02 8

26 SD Negeri Kemandungan 03 4

27 SD Negeri Pesurungan Kidul 01 3 28 SD Negeri Pesurungan Kidul 02 6

29 SD Negeri Muarareja 01 7

30 SD Negeri Muarareja 02 10

31 SD Negeri Debong Lor 5

JUMLAH 172

(63)

karakteristik guru SD di kecamatan ini memiliki permasalahan berkaitan dengan guru bersertifikat pendidik di SD Negeri.

Status PNS dan telah bersertifikat pendidik menjadi penting karena status tersebut menjadikan seorang guru memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Guru yang telah PNS dianggap memiliki kemampuan lebih daripada yang belum. Demikian pula yang telah bersertifikat pendidik. Guru yang telah lulus dari uji sertifikasi, secara formal dianggap sebagai guru profesional.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam situs Lumbung Pendidikan Jawa Tengah tahun 2014, Kecamatan Tegal Barat memiliki 172 guru bersertifikat pendidik yang mengajar di SD Negeri. Dalam hal ini, kepala sekolah diikutsertakan dalam populasi, sehingga jumlah 172 tersebut terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, dan guru olahraga. Dengan demikian, populasi penelitian berjumlah 172 guru yang telah bersertifikat pendidik di seluruh SD Negeri Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal yang telah bersertifikat pendidik.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan kesempatan

bagi setiap anggota populasi untuk dipilih (Sugiyono 2011:122). Teknik probability sampling yang diterapkan yaitu teknik proportionate stratified

random sampling. Teknik ini dipilih karena guru-guru bersertifikat pendidik di

(64)
[image:64.595.113.430.202.703.2]

Berikut ini sebaran jumlah sampel guru bersertifikat pendidik SD negeri di Kecamatan Tegal Barat:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

NO Nama Sekolah Sampel pada

setiap SD

1 SD Negeri

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma penelitian
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kinerja  Guru

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan di atas maka dalam penelitian ini akan dilakukan pemodelan tiga dimensi struktur bawah permukaan pulau Flores dan sesar naik belakang busur ( back

Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana,ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus orofaring, sedangkan dengan

Secara umum penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Sidrap khususnya di daerah perkotaan dan perdesaan sudah dilakukan berdasarkan rencana tata ruang yang ada,

He was standing on the tracks, listening to death’s locomotive whistle, and he was very clear about the important things in life” (Albom, 1997: 65-66). Morrie knows death very

Secara umum, kemampuan SFI lebih bagus dibandingkan SFD yaitu: (1) SFI mengajukan 7 masalah sementara SFD hanya mengajukan 5 masalah yang berkaitan dengan aritmetika sosial, (2)

Isolat avian influenza A/ Chicken / West Java /Smi27M-2/2005 yang diisolasi dari sebuah peternakan bibit broiler di Sukabumi pada bulan Februari 2005 menunjukkan homologi

Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Saintifik Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk Ditinjau dari Kemampuan Berikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar

Dari hasil penelitian yang didapat, waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan jenis resep di Apotek Panacea Kupang yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat berdasarkan