PENGUKURAN LAJU INFILTRASI PADA TATA GUNA LAHAN YANG BERBEDA DI DESA TANJUNG SELAMAT KECAMATAN MEDAN
TUNTUNGAN MEDAN
SKRIPSI
O L E H
JANUARDIN 030303034 ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
PENGUKURAN LAJU INFILTRASI PADA TATA GUNA LAHAN YANG BERBEDA DI DESA TANJUNG SELAMAT KECAMATAN MEDAN
TUNTUNGAN MEDAN
SKRIPSI
O L E H
JANUARDIN 030303034 ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Jamilah,SP.MP ) ( Ir.Hardy Guchi,MP ) NIP : 132172380 NIP : 131640255
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
This research is aim to measure the rate of infiltration at arranging to difference land use (land forest reboisation, land farm, and land scrub). At village of Tanjung Selamat District of Medan Tuntungan of medan at coordinate 3°32’26’’ N and 98°36’48’’ E for reboisation land forest, 3°32’19’’ N and 98°36’38’’ E for land farm, and 3°32’0’’ N and 98°36’37’’ E for land scrub, at elevation ± 49 meters above sea level. Measure of infiltration done at three point in one arranging land use, so to get nine measure point. Measure the infiltration rate done by double ring sample (infiltrometers). Influence of factor the infiltration rate that is texstur, rate of water, bulk density, persentase of organic matter, and soil porosity. From yield measure for the infiltration, the result measure the rate infiltration at arranging land use to the land farm is 18,3 cm/hours (quickly) or the most high, at arranging land use to the land forest reboisation is 11,75 cm/hour (rather quickly), and at arranging land use to the land shrub , that is 5,39 cm/hour (medium) or the most low. From done the analysis of laboratorium, at arranging land use to the forest, to get texture is sandy clay loam, bulk density is 1,07 g/cm3, porosity is 59,47 %, moisture content is 11,58 %, organic matter is 2,92 %, and structure is crumb-granullar. At arranging land use to the land farm, to get texture is clay, bulk density is 1,14 g/cm3, porosity is 56,89 %, moisture content is 9,13 %, organic matter is 2,71 %, and structure is crumb-granullar. At arranging land use to the land shrub, to get texture is clay, bulk density is 1,25 g/cm3, porosity is 53,01 %, moisture content is 9,89 %, organic matter is 2,08 %, and structure is granullar angular blocky-subangular blocky.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur laju infiltrasi pada tata guna lahan yang berbeda (lahan hutan sekunder, lahan usaha, dan lahan semak belukar) di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, pada koordinat 3°32’26’’ N dan 98°36’48’’ E pada lahan hutan penghijauan, 3°32’19’’ N dan 98°36’38’’E pada lahan usaha, dan 3°32’0’’ N dan 98°36’37’’ E pada lahan semak belukar. Dengan ketinggian tempat ± 49 m dari permukaan laut. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan pada tiga titik dalam satu tata guna lahan, sehingga diperoleh 9 titik pengukuran. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat infiltrometer cicin ganda. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu tekstur, struktur, kadar air, bulk density, total ruang pori dan kadar bahan organik tanah. Dari hasil pengukuran di lapangan, diperoleh pengukuran laju infiltrasi pada tata guna lahan usaha yaitu 18,3 cm/jam (cepat) atau yang paling tinggi, pada tata guna lahan hutan yaitu 11,75 cm/jam (agak cepat), dan pada tata guna lahan semak belukar yaitu 5,39 cm/jam (sedang) atau yang paling rendah. Dari analisis laboratorium yang dilakukan, pada tata guna lahan hutan, diperoleh teksturnya adalah lempung liat berpasir, bulk density = 1,07 g/cm3, total ruang pori = 59,47 %, kadar air = 11,58 %, bahan organik =2,92 %, dan strukturnya adalah remah-granular. Pada tata guana lahan usaha, diperoleh teksturnya adalah liat, bulk density = 1,14 g/cm3, total ruang pori = 56,89 %, kadar air = 9,13 %, bahan organik =2,71 %, dan strukturnya adalah remah-granular. Dan pada tata guna lahan semak belukar, diperoleh teksturnya adalah liat, bulk density = 1,25 g/cm3, total ruang pori = 53,01 %, kadar air = 9,89 %, bahan organik =2,08 %, dan strukturnya adalah gumpal-gumpal bersudut.
Kata kunci : Pengukuran, Infiltrasi, Tata guna lahan, Infiltrometer.
RIWAYAT HIDUP
Januardin, lahir di Medan, 01 Januari 1983 adalah anak ke-1 dari 4
bersaudara, dari pasangan J. Manullang dan M. Marbun, dengan riwayat
pendidikan penulis sebagai berikut:
1. Memasuki Sekolah Dasar Negeri No. 064990 Medan pada tahun 1991 dan
lulus pada tahun 1997.
2. Memasuki Sekolah Menengah Pertama Swasta HKBP Medan pada
tahun1997 dan lulus pada tahun 2000.
3. Memasuki Sekolah Menengah Umum Swasta Nasrani 1 Medan pada tahun
2000 dan lulus pada tahun 2003.
4. Memasuki Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Sumatera Utara melalui
jalur SPMB
Kegiatan Selama Melaksanakan Studi
1. Mengikuti ekstra kurikuler Paduan Suara Consolatio USU 2005-2006.
2. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Gunung Para pada
bulan juni 2007.
3. Melaksanakan penelitian, yang di laksanakan pada bulan Maret sampai
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya.
Adapun judul dari skipsi ini adalah “Pengukuran Laju Infiltrasi pada
Tata Guna Lahan yang Berbeda di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan” yang dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Jamilah, SP. MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Hardy Guchi, MP
selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaannya, untuk itu
diharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT………. i
ABSTRAK……… ii
RIWAYAT HIDUP………. iii
KATA PENGANTAR………. iv
DAFTAR ISI……… v
DAFTAR TABEL………... vi
DAFTAR LAMPIRAN……….. vii
PENDAHULUAN Latar Belakang………. 1
Tujuan Penelitian………. 2
Kegunaan Penelitian……… 2
TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi……… 3
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi Tekstur Tanah………... 4
Bulk Density Tanah……….. 4
Total Ruang Pori Tanah……… 5
Bahan Organik Tanah……….. 6
Kadar Air Tanah……….. 7
Struktur Tanah………. 7
Infiltrometer……… 8
Tata Guna Lahan………. 9
Lahan Usaha……… 9
Lahan Semak Belukar………. 10
Lahan Hutan Sekunder……… 10
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian………. 12
Bahan dan Alat……… 12
Metode Penelitian……… 13
Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan……….. 13
Tahap Kegiatan di Lapangan……….. 13
Parameter yang diamati……….. 13
Analisis Laboratorium……… 14
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Lokasi Penelitian……… 18
Iklim……… 18
Topografi……… 18
Vegetasi dan Penggunaan Lahan……… 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil………... 20
Pembahasan………... 23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……… 26
Saran………... 26
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Menentukan tipe iklim menurut Oldeman……… 18
2.Tabel 2. Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Lahan Hutan di Lapangan………
20
3. Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium dari Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi………
20
4. Tabel 4. Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Lahan Usaha di Lapangan…. 21
5. Tabel 5. Hasil Analisis Laboratorium dari Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi……….
21
6. Tabel 6. Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Lahan Semak - belukar di Lapangan………
22
7. Tabel 7. Hasil Analisis Laboratorium dari Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi……….
22
8. Tabel 8. Rangkuman hasil pengukuran laju infiltrasi dan analisis laboratorium………..
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Klasifiakasi infiltrasi………... 29
2. Lampiran 2. Gambar alat infiltrometer……… 29
3. Lampiran 3. Gambar lahan tempat penelitian………. 30
4. Lampiran 4. Data curah hujan……….. 31
5. Lampiran 5. Gambar diagram alir pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer cicinganda……… …... 32
6. Lampiran 6. Peta lokasi penelitian………... 33
7. Lampiran 7. Peta jenis tanah……… 34
8. Lampiran 8. Peta tata guna lahan………. 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Infiltrasi adalah suatu kegiatan masuknya air kedalam tanah secara vertikal
melalui permukaan tanah, kondisi ini sangat dipengaruhi oleh : sifat pori tanah,
kadar air, tekstur, struktur, kepadatan tanah, kandungan bahan organik tanah, dan
keadaan vegetasi permukaan tanah tersebut.
Kemampuan sistem lahan dalam meretensi air hujan sangat tergantung
kepada karakteristik sistem tajuk dan perakaran tipe vegaetasi penutupnya. Sistem
tata guna lahan dengan vegetasi penutup bertipe pohon yang disertai dengan
adanya tumbuhan penutup tanah adalah sistem lahan yang mempunyai
kemampuan meretensi air hujan lebih baik dari pada sistem lahan tingkat semai /
semak atau tiang. Dengan demikian vegetasi tingkat pohon mempunyai fungsi
yang lebih baik untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi dan menyimpan air
(Suharto, 2006).
Pukulan butir-butir hujan pada permukaan tanah yang terbuka
menghancurkan dan mendisfersikan agregat tanah yang menyebabkan
penyumbatan pori tanah di permukaan. Hal ini kan menurunkan laju infiltrasi.
Penurunan infiltrasi dapat juga terjadi karena pengalihan lahan, salah olah dan
pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat.
Permukaan yang tertutup oleh vegetasi dapat menyerap energi tumbuk
hujan dan karenanya mampu mempertahankan laju infiltrasi yang tinggi.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mulsa di permukaan tanah juga mampu meningkatkan laju infiltrasi sebaik
pengaruh vegetasi hidup.
Pada tata guna lahan yang berbeda akan dijumpai jenis vegetasi dan
tingkat pengolahan lahan yang berbeda. Dimana kedua hal tersebut juga akan
menyebabkan terjadinya laju infiltrasi yang berbeda.
Laju infiltrasi yang tinggi tidak hanya meningkatkan jumlah air yang
tersimpan dalam tanah untuk pertubuhan tanaman, tetapi juga mengurangi banjir
dan erosi yang diaktifkan oleh run off (Hakim, 1986).
Desa tanjung selamat merupakan daerah yang memiliki penggunaan lahan
yang beragam, daerah ini memiliki tiga tata guna lahan antara lain hutan buatan
yang homogen, padang semak belukar, dan lahan usaha dengan topografi datar.
Oleh sebab itu infiltrasi di daerah ini pada saat terjadi hujan akan berbeda-beda
tergantung dari tata guna lahan dan vegetasi di daerah ini.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui laju infiltrasi pada tata guna lahan hutan penghijauan
yang homogen, semak belukar, dan lahan usaha.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi
Infiltrasi ialah air hujan atau air irigasi yang melalui permukaan tanah dan
membasahi bagian tanah yang relatif kering merupakan salah satu proses alamiah
dasar. Habitat tanaman darat mencakup zona tanah basah yang bersiklus atau tetap
(Marsall and Holmes, 1988).
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)
masuk kedalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam
tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah vertikal). Setelah lapisan
tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam
sebagai akibat gaya gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi
(Asdak, 2002).
Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah. Hal ini terjadi
dalam tiga cara yaitu : Kandungan air yang meningkat mengisi ruang pori dan
mengurang kapasitas tanah untuk infiltrasi air selanjutnya, bila hujan membasahi
suatu permukaan tanah yang kering, gaya kapiler yang kuat diciptakan yang
cenderung untuk menarik air ke dalam tanah dengan laju yang jenuh lebih tinggi
dibandingkan laju yang dihasilkan dari gaya gravitasi saja, meningkatkan air
tanah yang menyebabkan pengembangan koloid dan mengurangi ruang pori
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi Tanah
Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir pasir ( 2 mm–50 µ),
debu (50-2µ), dan liat (<2µ) di dalam tanah. Kelas tekstur tanah dibagi dalam 12
kelas yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung
berdebu, debu, lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat
berpasir, liat berdebu, liat (Hardjowigeno, 1993).
Berdasarkan ukurannya, bahan padatan tanah digolongkan menjadi tiga
partikel atau juga disebut sebagai separat penyusun tanah yaitu pasir, debu, dan
liat. Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya
rendah (< 40 %), sebagian besar ruang pori berukuran besar, sehingga aerasenya
baik, daya hantar air cepat tetapi kemampuan menahan air dan zat hara rendah.
Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liatnya > 35 %, porositasnya relatif
tinggi (60 %), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil, daya hantar
air sangat lambat dan sirkulasi udara kurang lancar (Islami dan Utomo, 1995).
Pada tekstur tanah pasir , laju infiltrasi akan sangat cepat, pada tekstur
lempung laju infiltrasi adalah sedang hingga cepat dan pada tekstur liat laju
infiltrasi tanah akan lambat (Serief, 1989).
Bulk Density Tanah
Kerapatan massa adalah suatu ukuran berat yang memperhitungkan
seluruh volume tanah. Kerapatan massa ditentukan baik oleh banyaknya pori,
mempunyai berat persatuan volume (kerapatan massa) rendah dan tanah yang
lebih tinggi kerapatan massanya (Buckman and Brady, 1982).
Semakin tinggi kepadatan tanah, maka infiltrasi akan semakin kecil.
Kepadatan tanah ini dapat disebabkan oleh adanya pengaruh benturan-benturan
hujan pada permukaan tanah. Tanah yang ditutupi oleh tanaman biasanya
mempunyai laju infiltrasi lebih besar dari pada permukaan tanah yang terbuka.
Hail ini disebabkan oleh perakaran tanaman yang menyebabkan porositas tanah
lebih tinggi, sehingga air lebih banyak dan meningkat pada permukaan yang
tertutupi oleh vegetasi, dapat menyerap energi tumbuk hujan dan sehingga mampu
mempertahankan laju infiltrasi yang tinggi (Serief, 1989).
Kerapatan isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven, biasanya
ditetapkan sebagai g / m3. Contoh tanah yang ditetapkan untuk menentukan berat
jenis palsu harus diambil secara hati-hati dari dalam tanah, tidak boleh merusak
struktur asli tanah. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi pori-pori
tanah, demikian pula berat persatuan volume. Empat atau lebih bongkah (gumpal)
tanah biasanya diambil dari tiap horizon untuk memperoleh nilai rata-rata.
Kerapatan isi = Berat Tanah Kering Oven (gr) Volume Tanah (cm3)
(Hakim dkk, 1986).
Total Ruang Pori Tanah
Pada umumnya dalam tanah ada dua macam pori, pori makro dan pori
mikro. Meskipun tidak ada garis batas yang jelas, namun pori-pori makro
mempunyai ciri menunjukkan lalu lintas udara dan memudahkan perkolasi air.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
sangat dibatasi menjadi gerak kapiler yang lambat. Jadi dalam tanah pasir
meskipun jumlah ruang pori rendah, lalu lintas udara sangat lancar karena
pori-pori makro yang menguasai tanah tersebut (Buckman and Brady, 1982).
Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas tanah. Pada
porisitas yang tinggi, maka tanah akan dapat menyimpan air dalam jumlah yang
besar, sehingga air hujan yang datang akan dapat meresap atau mengalami
infiltrasi dengan cepat tanpa terjadinya aliran permukaan (Suryatmojo, 2006).
Porisitas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh udara dan air, sehingga
merupakan indikator kondisi drainase dan aerase tanah. Tanah porous merupakan
tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk
keluar tanah secara leluasa dan sebaliknya jika tanah tidak porous
(Hanafiah, 2005).
Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan, terdiri sebagian dari sisa
dan sebagian dari pembentukan dari sisa tumbuahan dan hewan. Bahan organik
yang dikandung oleh tanah hanya sedikit, kurang lebih hanya 3 % sampai 5 %
dari berat tanah dari topsoil tanah mineral yang mewakili. Baha organik berperan
sebagai pembentuk butir (granulator) dari butir-butir mineral yang menyebabkan
tejadinya keadaan gembur pada tanah produktif. Bahan ini biasanya berwarna
hitam atau coklat bersifat koloida. Daya menahan air dan ion-ion hara jauh lebih
besar dari pada lempung (Buckman and Brady, 1982).
Tidak adanya penambahan bahan organik dari hasil pemangkasan akan
menyebabkan bahan organik tanah akan menurun. Dengan penurunan kandungan
bahan organik, maka berakibat kurang terikatnya butir-butir primer menjadi
agregat oleh bahan organik sehingga porositas tanah menurun, penurunan
porositas dapat berakibat pada penurunan laju infiltrasi
(Anonimous, 2004).
Sumber primer bahan organak adalah jaringan tanaman berupa akar,
batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan akan terangkut kelapisan bawah serta di inkorporasikan dengan
tanah. Tunbuhab bukan saja sumber bahan organik tanah, tetapi sumber bahan
organik dari seluruh makluk hidup (Hakim dkk, 1986).
Kadar Air Tanah
Dengan adanya vegetasi atau tanaman pada suatu lahan akan dapat
meningkatkan kadar air kapasitas lapang dan kadar air maksimum, hal ini
disebabkan oleh pemberian mulsa hasil pangkasan yang menjadi bahan organik,
dimana diketahui bahan organik dapat mengikat air sampai enam kali beratnya
sendiri sehingga kemampuan infiltrasipun tinggi (Hakim dkk, 1986).
Berkurangnya laju infiltrasi karena bertambahnya kadar air dan
kelembaban dari tanah, sehingga menyebabkan butiran tanah berkembang, dengan
demikian menutup pori-pori tanah (Asdak, 2002).
Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan agregat-agregat primer tanah secara alami
menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang. Struktur tanah dapat
dinilai dari stabilitas agregat, kerapatan lindak, dan porositas tanah. Struktur tanah
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mangan, serta bahan organik koloidal gum yang dihasilkan oleh jasad renik
(Anonimous, 2004).
Bentuk struktur tanah yang membulat (granular dan remah) menghasilkan
tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah.
Struktur tanah remah (tidak mantap), sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan
menjadi butir-butir halus, sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya air
infiltrasi terhambat dan aliran permukaan meningkat (Anonimous, 2007).
Infiltrometer
Infiltrometer merupakan suatu tabung baja selindris pendek, berdiameter
besar (suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah.
Infiltrometer konsentrik yang merupakan tipe biasa, terdiri dari dua cicin
konsentrik yang ditekan kedalam permukaan tanah. Kedua cicin tersebut
digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe genang) secara terus-menerus
untuk mempertahankan tinggi yang konstan. Masing-masing penambahan air
untuk mempertahankan tinggi yang konstan ini hanya diukur (waktu dan jumlah)
pada cicin bagian dalam. Bagian luar digunakan untuk mengurangi pengaruh
batas dari tanah sekitarnya yang lebih kering. Kalau tidak air yang berinfiltrasi
yang dapat menyebar secara lateral di bawah permukaan tanah (Subagyo, 1990).
Alat infiltrometer biasanya digunakan adalah jenis infiltrometer ganda
(double ring infiltrometer) yaitu suatu infiltrometer silinder ditempatkan di dalam
infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer selinder yang lebih kecil
mempunyai ukuran diameter sekitar 30 cm dan infiltrometer yang besar
lebih kecil. Selinder yang lebih besar hanya digunakan sebagai penyangga yang
bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder (Asdak, 2002).
Tata Guna Lahan
Sistem tata guna lahan dengan vegetasi penutup bertipe pohon mempunyai
kapasitas simpan air tanah yang tinggi, sedangkan sistem tata guna lahan dengan
vegetasi penutup bertipe rumput dan semak belukar mempunyai kapasitas air
tanah yang rendah. Variabel yang menentukan kapasitas simpanan air tanah suatu
sistem tata guna lahan adalah besarnya tipe vegetasi penutup lahan. Drainase air
tanah ditentukan oleh besarnya kadar bahan organik pada lapisan permukaan
tanah. Dengan demikian sistem tata guna lahan tipe vegetasi hutan dan
perkebunan bertipe pohon merupakan landscap konvensional yang efektif untuk
konservasi sumber daya air dan tanah (Suharto, 2006).
Lahan Usaha
Bertanam tumpang gilir yaitu menanam dua atau lebih pertanaman pada
tanah yang sama dalam setahun, merupan bentuk pertanian yang sudah meluas di
daerah tropika. Di daerah berpola kelengasan tanah udika, selama berabad-abad
petani telah memanfaatkan suhu dan sinar matahari yang memadai sepanjang
tahun, juga ketersediaan air. Bertanam tumpang gilir juga dilakukan di daerah
ustika dan aridia selama musim hujan atau sepanjang tahun dengan menggunakan
irigasi (Shanchez, 1992).
Pada lahan yang diusahakan, akan terjadi pemadatan tanah akibat dari
penggunaan ala-alat berat dan lain-lain yang digunakan dalam mengelola lahan
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
semakin kecil, sehingga kemapuan infiltrasi dan menyimpan air akan semakin
berkurang yang berdampak kepada terjadinya aliran permukaan
(Anonimous, 2004).
Lahan Semak Belukar
Semak merupakan tumbuahan liar atau tumbuhan yang tumbuh pada
habitat alami. Manfaat dari tanaman semak adalah menambah kesuburan tanah,
mengurangi timbulnya erosi, sebagai bahan makan ternak, sebagai bahan penutup
tanah dalam bentuk mulsa dan seresah, dll (Sukman dan Yakup, 1995).
Semak disebut sebagai tanaman penutup tanah yang dapat berfungsi
sebagai pelindung permukaan tanah dari daya dispersi dan daya penghancur oleh
butir-butir hujan, memperlambat aliran permukaan, memperkaya bahan-bahan
organik tanah, serta memperbesar porositas tanah (Rismunandar,1989).
Lahan Hutan
Tanah hutan mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dan makroporositas
yang relatif banyak, sejalan dengan tingginya aktivitas biologi tanah dan turnover
perakaran. Kondisi ini mendukung kondisi air yang jatuh dapat mengalir kedalam
lapisan tanah yang lebih dalam dan juga mengalir secara lateral. Perkembangan
perakaran tanaman hutan mampu menekan dan memperenggang agregat tanah
yang berdekatan. Penyerapan air oleh akar tanaman hutan menyebabkan dehidrasi
tanah, pengkerutan, dan terbukanya rekahan-rekahan kecil. Kedua proses tersebut
dapat memacu terbentuknya pori yang lebih besar (makroporositas)
(Anonimous, 2007).
Hutan alam memiliki tajuk yang berlapis, seresah, dan humus yang tebal.
Perakaran bervariasi dari dangkal sampai dalam. Hal tersebut antara lain
menyebabkan hutan alam dan hutan tanaman, dimana hutan tanaman secara
umum ditanam secara monocultur dan seumur, maka tajuknya tidak berlapis
(hanya satu lapis dan tidak berstratum), kedalaman dan bentuk perakaran seragam,
serta ketebalan serasah dan humus yang lebih tipis. Apabila praktek pembukaan
lahan (land clearing) dalam pembangunan hutan di daerah tropis yang biasnya
menggunakan metode tebang dan bakar (slash and burn), sehingga pada beberapa
waktu diawal penggunaanya tidak memiliki seresah dan tumbuhan penutup lahan
(cover crop) (Anonimous, 2005).
Penghijauan (penghutanan) dalam jangka pendek nyata-nyata tidak begitu
mengurangi jumlah dan kecepatan air limpasan, tetapi penghijauan dalam jangka
panjang menyebabkan terjadinya peningkatan laju infiltrasi, sehingga terjadi
pengurangan laju muatan sedimen di sungai-sungai tersuspensi di sungai-sungai
dan erosi yang diendapkan (Hamilton and King, 1992).
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Selamat Kecamatan
Medan Tuntungan Medan pada koordinat 3°32’26’’ N dan 98°36’48’’ E untuk
lahan hutan penghijauan, 3°32’19’’ N dan 98°36’38’’E untuk lahan, dan 3°32’0’’
N dan 98°36’37’’ E untuk lahan semak belukar. pada ketinggian ± 49 m di atas
permukaan laut dan analisis dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Yang dilaksanakan mulai Maret – April 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi
penelitian, sampel tanah dan bahan-bahan kimia untuk menentukan tekstur, ruang
pori, bulk density, kadar bahan organik, dan struktur tanah serta air untuk
menentukan laju infiltrasi.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah infiltrometer
untuk menentukan laju infiltrasi, GPS (global position sistem) untuk menentukan
koordinat, ring sampel untuk mengambil contoh tanah dalam menentukan bulk
density, cangkul, ember, palu, parang, kertas label, rol plastik, dan alat-alat lain
yang menunjang proses penelitian.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan adalah metode double ring sample
(infiltrometer cincin ganda) untuk menentukan besarnya laju infiltrasi.
Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan
Sebelum melakukan penelitian di lapangan, terlebih dahulu dilakukan
konsultasi dengan komisi pembimbing, pengadaan peralatan, studi literatur, dan
penyusunan usulan penelitan.
b. Tahap Kegiatan di Lapangan
Penelitian ini dilakukan dimulai dengan melakukan survei pendahuluan di
lapangan dengan mengadakan orientasi di daerah penelitian dan pengambilan titik
untuk masing-masing tata guna lahan ada tiga titik seperti pada lahan hutan yaitu
titik H1, H2, dan H3, pada lahan usaha yaitu titik U1, U2, dan U3, dan pada lahan
semak belukar yaitu titik S1, S2, dan S3, dengan menggunakan GPS, setelah itu
dilakukan pelaksanaan survei utama dengan tujuan pengukuran laju infiltrasi,
pengambilan contoh tanah yang akan dianalisis, serta deskripsi tata guna lahan.
c. Parameter Yang Diamati
1. Tekstur tanah dengan menggunakan metode hidrometer
2. Bulk density tanah dengan menggunakan metode ring sample
3. Kadar bahan organik dengan menggunakan metode walkley-black
4. Struktur tanah dengan menggunakan metode by feel
5. Kadar air tanah
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
6. Ruang pori tanah
d. Analisis Laboratorium
Adapun bahan yang dianalisis adalah analisis tekstur, bulk density, ruang
pori, kadar air, kadar bahan organik, dan struktur tanah yang selanjutnya hasil
yang telah diperoleh kemudian sisesuaikan kreteria infiltrasi untuk menentukan
besar laju infiltrasi seperti yang tertera pada lampiran.
e. Pengukuran
e.I. Pengukuran volume
Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan volume air dilakukan dengan
mengukur volume air yang ditambahkan tiap selang waktu. Pengukuran volume
dapat dilakukan menggunakan gelas ukur, tabung mariotte, atau silinder
transparan berskala. Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan volume air mengikuti
langkah-langkah berikut.
1. Catat posisi waktu pada saat mulai pengukuran pada t = 0, pada formulir
2. Ukur volume air yang ditambahkan pada cincin dalam untuk menjaga
tinggi muka air pada tiap selang waktu..
3. Ukur volume air yang ditambahkan pada ruang antarcincin untuk
menjaga tinggi muka air pada tiap selang waktu.
4. Catat waktu sejak mulai pengukuran (t = 0) dan beda waktu
antarpengukuran. Selang waktu ditentukan, umumnya tiap 1 menit pada
10 menit pertama, tiap 2 menit pada menit ke 10 sampai dengan menit
ke 30, tiap 5 menit sampai dengan 10 menit pada menit ke 30 sampai
sampai diperoleh laju yang relatif konstan. Selang waktu ditentukan
juga berdasarkan laju infiltrasi yang terukur atau berdasarkan
pengalaman lapangan pelaksana pengukuran.
5. Bagian atas cincin ditutup untuk menghindari penguapan selama selang
pengukuran.
6. Hitung nilai f dari data volume air yang ditambahkan pada cincin
infiltrometer tiap selang waktu pengukuran menjadi laju infiltrasi
dengan persamaan. 60 ) ( × ∆ × ∆ = t A V f c c ………...(1) dengan:
f adalah laju infiltrasi (cm/jam)
∆Vc adalah volume air yang ditambahkan pada cincin infiltrometer
untuk menjaga muka air konstan tiap selang waktu (cm3).
Ac adalah luas bidang cincin dalam atau bidang antarcincin (cm2)
∆t adalah selang waktu pengukuran (menit)
7. Catat hasil penghitungan laju infiltrasi dari cincin dalam dan laju
infiltrasi dari ruang antarcincin pada formulir pengukuran
e.II. Pengukuran tinggi muka air
Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan perubahan tinggi muka air
mengikuti langkah-langkah berikut.
1. Catat posisi waktu pada saat mulai pengukuran pada t = 0, dan isikan
pada kolom pertama formulir pengukuran infiltrasi cincin ganda.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2. Ukur perubahan tinggi muka air pada cincin dalam tiap selang waktu.
Catat pada formulir pengukuran.
3. Ukur perubahan tinggi muka air pada ruang antarcincin tiap selang
waktu. Catat pada formulir pengukuran.
4. Setelah perubahan tinggi muka air dicatat, tambahkan air sampai
mencapai penanda tinggi muka air.
5. Catat waktu sejak mulai pengukuran pada formulir pengukuran dan
beda waktu antar pengukuran. Selang waktu ditentukan, umumnya tiap
1 menit pada 10 menit pertama, tiap 2 menit pada menit ke 10 sampai
dengan menit ke 30, tiap 5 menit sampai dengan 10 menit pada menit
ke 30 sampai dengan menit ke 60, selanjutnya tiap 15 menit sampai 30
menit sampai diperoleh laju yang relatif konstan. Selang waktu
ditentukan juga berdasarkan laju infiltrasi yang terukur atau
berdasarkan pengalaman lapangan pelaksana pengukuran.
6. Bagian atas cincin ditutup untuk menghindari penguapan selama selang
pengukuran.
7. Hitung nilai f dari data perubahan tinggi muka air tiap selang waktu
pengukuran menjadi laju infiltrasi dengan persamaan.
60 t
h
f c ×
∆ ∆
= ………(2)
Dengan: f adalah laju infiltrasi (cm/jam),
∆hc adalah perubahan tinggi muka air tiap selang waktu (cm),
∆t adalah selang waktu pengukuran (menit)
8. Catat hasil penghitungan laju infiltrasi dari cincin dalam pada formulir
pengukuran dan laju infiltrasi dari ruang antar cincin pada formulir
pengukuran.
(Anonimous, 2007).
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Selamat
Kecamatan Medan Tuntungan,Medan. Pada koordinat 3°32’20’’ N dan
98°36’40’’ E pada ketinggian ± 49 m di atas permukaan laut.
Iklim
Adapun jenis iklim di Indosesia adalah iklim tropis dan tipe iklim di lokasi
penelitian menurut Oldeman adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Menentukan tipe iklim menurut Oldeman
Dengan ketentuan : Bulan basah ≥ 200 mm/tahun
Bulan kering ≤ 100 mm/tahun
Tahun
Tipe 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 JLH Rata-rata
BB 6 11 5 9 5 10 7 4 8 7 72 7,2
BK 1 1 1 1 3 0 0 3 0 2 12 1,2
BB = Bulan Basah BK = Bulan Kering
Dari data curah hujan didapat tipe iklim di daerah lokasi penelitian adalah
tipe iklim B1 (lembab).
Topografi
Adapun lokasi dari daerah tempat penelitian adalah dilakukan di daerah
Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Adapun jenis vegetasi dan jenis penggunaan lahan adalah:
1. Lahan hutan sekunder, jenis vegetasinya adalah terdiri dari tanaman jati
(monocultur).
2. Lahan usaha, jenis vegetasinya adalah terdiri dari tanaman pisang, kelapa,
asam jeruk, dan tanaman nanas yang begitu mendominasi.
3. Lahan semak belukar, jenis vegetasinya adalah semak berdaun lebar,
semak rendah, semak tinggi, dan rumput.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Lahan Hutan
Adapun daerah ini ditumbuhi oleh vegetasi jati yang homogen (satu jenis
vegetasi saja), dimana hutan ini disebut juga dengan hutan penghijauan atau hutan
produksi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh besar laju infiltrsasi dan
hasil analisis sampel tanah di Laboratorium adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Lahan Hutan di Lapangan.
Titik Sampel Besar laju Infiltrasi (cm/jam ) Keterangan
H1 6,76 Agak Cepat
H2 22,33 Cepat
H3 10,16 Agak Cepat
Total 35,25
[image:30.595.118.511.521.681.2]Rata-rata 11,75 Agak Cepat
Tabel 3. Hasil Analisis Laboratorium dari Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi.
Titik Sampel
Tekstur Bulk Density ( g /cm3 )
Total Ruang Pori (%) Kadar Air (%) Bahan Organik (%) Struktur
H1 Lempung Berpasir
1,28 51,85 14,94 3,07 Granular
H2 Lempung Liat Berpasir
0,96 63,62 6,38 4,02 Remah
H3 Liat Berpasir 0,98 62,94 9,89 1,66 Remah
Total 3,22 178,42 34,75 8,75
Rata-rata Lempung Liat Berpasir
1,07 59,47 11,58 2,92 Remah-granular
Lahan Usaha
Adapun daerah ini ditumbuhi oleh vegetasi pisang, kelapa, asam jeruk,
nangka, dan yang mendominasi adalah vegetasi dari nanas.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh besar laju infiltrsasi dan
hasil analisis sampel tanah di Laboratorium adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Lahan Usaha di Lapangan
Titik Sampel Besar Laju Infiltrasi (cm/jam ) Keterangan
U1 23,30 Cepat
U2 27,41 Sangat Cepat
U3 4,20 Sedang
Total 54,9
[image:31.595.109.511.306.550.2]Rata-rata 18,3 Cepat
Tabel 5. Hasil Analisis Laboratorium dari Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi.
Titik Sampel
Tekstur Bulk Density ( g /cm3 )
Total Ruang Pori (%) Kadar Air (%) Bahan Organik (%) Struktur
U1 Liat 1,13 57,43 9,89 2,80 Granular
U2 Lempung Liat Berpasir
1,02 61,43 6,38 3,35 Remah
U3 Liat 1,28 51,81 11,11 1,97 Gumpal
Total 3,43 170,68 27,38 8,12
Rata-rata Liat 1,14 56,89 9,13 2,71 Remah-granular
Lahan Semak-belukar
Adapun daerah ini ditumbuhi oleh vegetasi semak tinggi, semak rendah,
rumput berdaun lebar dan jenis vegetasi semak lainnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh besar laju infiltrsasi dan
hasil analisis sampel tanah di Laboratorium adalah sebagai berikut:
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
[image:32.595.116.512.124.203.2]USU Repository © 2009
Tabel 6. Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi Lahan Padang Semak - belukar di Lapangan
Titik Sampel Besar Laju Infiltrasi (cm/jam ) Keterangan
S1 4,82 Sedang
S2 10,71 Agak Cepat
S3 0,64 Agak Lambat
Total 16,17
[image:32.595.113.513.268.439.2]Rata-rata 5,39 Sedang
Tabel 7. Hasil Analisis Laboratorium dari Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi.
Titik Sampel
Tekstur Bulk Density ( g /cm3 )
Total Ruang Pori (%) Kadar Air (%) Bahan Organik (%) Struktur
S1 Liat 1,20 54,75 9,89 2,33 Gumpal
S2 Liat 1,17 55,70 9,89 2,51 Gumpal
Bersudut
S3 Liat 1,36 48,57 9,89 1,39 Gumpal
Bersudut
Total 3,74 159,02 29,67 6,23
Rata-rata Liat 1,25 53,01 9,89 2,08 Gumpal-gumpal bersudut
Tabel. 8. Rangkuman hasil pengukuran laju infiltrasi dan analisis laboratorium.
Parameter Tata Guna Lahan Infiltrasi (cm/jam)
Tekstur Bulk Density (g/cm3)
Total Ruang Pori (%) Kadar Air (%) Bahan Organ ik (%) Struktur Lahan Hutan
11,75 Lempung Liat Berpasir
1,07 59,47 11,58 2,92 Remah-Granular
Lahan Usaha
18,3 Liat 1,14 56,89 9,13 2,71 Remah-Granular Semak
Belukar
5,39 Liat 1,25 53,01 9,89 2,08 Gumapal-Gumpal Bersudut
[image:32.595.118.510.475.650.2]Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa laju infiltrasi sangat
dipengaruhi oleh tata guna lahan dan jenis vegetasinya serta beberapa faktor
tertentu seperti tekstur, bulk density, kadar bahan organik, struktur, kadar air, dan
total ruang pori tanah.
Dari pengkuran laju infiltrasi di lapangan, dalam mempertahankan tinggi
muka air yang konstan, yang di ukur waktu dan jumlah laju infiltrasinya adalah
hanya pada cicin bagian dalam, Bagian luar hanya digunakan untuk mengurangi
pengaruh batas dari tanah sekitarnya yang lebih kering. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Subagyo (1990), yang menyatakan bahwa masing-masing
penambahan air untuk mempertahankan tinggi yang konstan ini hanya di ukur
(waktu dan jumlah) pada cicin bagian dalam, bagian luar digunakan hanya
digunakan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah sekitarnya yang lebih
kering.
Dari pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan, diperoleh hasil pengukuran
yang tertinggi adalah terdapat pada tata guna lahan usaha yaitu 18,3 cm/jam
(cepat), dan yang terendah adalah terdapat pada tata guna lahan padang semak
belukar yaitu 5,39 cm/jam (sedang). Hal ini dipengaruhi oleh faktor tanaman
penutup tanah pada lahan usah lebih banyak jenisnya dibanding pada tata guna
lahan hutan dan tata guna lahan padang semak belukar yang sedikit jenis tanaman
penutup tanahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Serief (1989), yang
menyatakan bahwa permukaan tanah yang ditutupi oleh tanaman biasanya
mempunyai laju infiltrasi lebih besar dari pada permukaan tanah yang terbuka.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap faktor infiltrasi, dapat
diketahui pada tata guna lahan hutan memiliki tekstur lempung liat berpasir, bulk
density adalah 1,07 g/cm3, total ruang pori adalah 59,47 %, kadar air adalah 11,58
%, bahan organik adalah 2,92 % dan struktur nya adalah remah granullar. Dari
hasil yang ada di atas tersebut semuanya lebih baik dari hasil yang diperoleh pada
tata guna lahan usaha dan lahan semak belukar tetapi satu faktor yang sangat
mempengaruhi sehingga laju infiltrasi lebih rendah di lahan hutan ini adalah
faktor kadar air yang dikandung oleh tanah lahan tersebut pada saat dilakukan
pengukuran. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Asdak (2002), yang
menyatakan bahwa berkurangnya laju infiltrasi dapat terjadi karena bertambahnya
kadar air atau kelembaban dari tanah, sehingga menyebabkan butiran tanah
berkembang dengan demikian menutup pori-pori tanah.
Penyebab lain dari lebih rendahnya laju infiltrasi pada tata guna lahan
hutan tersebut dibandingkan dengan lahan usaha adalah karena lahan hutan
tersebut adalah bukan hutan primer, tetapi hutan penghijauan (penghutanan)
sehingga laju infiltrasinya berbeda dengan hutan primer. Hal ini sesuai dean
pernyataan dari Hamilton and King (1992), yang menyatakan bahwa penghijauan
(penghutanan) dalam jangka pendek nyata-nyata tidak begitu mengurangi jumlah
dan kecepatan air limpasan, tetapi penghijauan dalam jangka panjang
menyebabkan terjadinya peningkatan laju infiltrasi.
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap faktor infiltrasi, dapat
diketahui pada tata guna lahan usaha teksturnya adalah liat, bulk density adalah
1,14 g/cm3, total ruang pori adalah 56,89 %, kadar air adalah 9,13 %, bahan
dibandingkan dengan faktor yang terdapat pada lahan hutan, faktor lahan hutan
merupakan mendominasi dalam kreteria infiltrasi yang baik, tetapi satu faktor
yang sangat mempengaruhi sehingga laju infiltrasi pada tata guna lahan usaha
lebih tinggi adalah bahwa kadar air yang dikandung oleh lahan usaha lebih rendah
jika dibandingkan dengan lahan semak belukar dan lahan hutan.
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap faktor infiltrasi, dapat
diketahui pada tata guna lahan semak belukar teksturnya adalah liat, bulk density
adalah 1,25 g/m3, total ruang pori adalah 53,01 %, kadar air adalah 9,89 %, bahan
organik adalah 2,08 %, dan strukturnya adalah gumpal – gumpal bersudut. Jika
dibandingkan dengan faktor yang diperoleh pada lahan hutan dan lahan usaha,
lahan semak belukar merupakan yang kurang baik dalam kreteria laju infiltrasi
yang baik, sehingga dari hasil pengukuran yang dilakukan di lapangan pun
didapat laju infiltrasi pada lahan ini paling rendah.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di lapangan, nilai laju infiltrasi pada
tata guna lahan hutan adalah 11,75 cm/jam (agak cepat), pada tata guna
lahan usaha yaitu 18,3 cm/jam (cepat) merupakan yang tertinggi, dan pada
tata guna lahan semak belukar yaitu 5,39 cm/jam (sedang) merupakan
yang terendah.
2. Faktor yang paling mempengaruhi laju infiltrasi pada penelitian ini adalah
tekstur, bulk density ,bahan organik, dan total ruang pori tanah
Saran
Sebaiknya dalam pengukuran laju infiltrasi di lapangan, sebaiknya tidak
dilakukan pada saat lahan tersebut dalam keadaan lembab, agar hasil pengukuran
yang didapat baik dan penelitian ini baik digunakan untuk konservasi air
lingkuangan hidup yang semakin menurun fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2004.
Anonimous, 2005. http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-onrizal11.pdf
Anonimous, 2007.
Anonimous, 2007.
Anonimous, 2007. http://www.worldagrorestrycentre.org/sea/Publication/files/ Journal/JA0021-04.PDF.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Buckman, H. O., dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah, Penerbit Bratharakarya Aksara, Jakarata.
Foth, D. H., 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Islami, T., dan W. H. Utomo., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman, Penerbit Ikip Semarang Press, Semarang.
Hakim, dkk., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Penerbit Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, K. A., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Penerbit PT Raja Grafindo, Persada. Jakarta.
Hamilton, L. S., and P. N., King.1992. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika, Terjemahan dari Tropical Forested Watersheds, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Indonesia.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis,Edisi Pertama, Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Mashall, T. J., and J. W. Holmes., 1988. Soil Physics, Cambridgge University Press, New York.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Sanchez, P. A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika, Penerbit ITB Bandung, Bandung.
Serief, H. E. S., 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian, Penerbit Pustaka Buana, Bandung.
Subagyo, S., 1990. Dasar-dasar Hidrologi, Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Suharto, E., 2006. Kapasitas Simpan Air Tanah Pada Sisitem Tata Guna Lahan LPP Tahura Raja Lelo, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, Volume 8. No. 1, Hlm. 44-49 ISSN 1441-0067, Bengkulu.
Sukman, Y., dan Yakup., 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suryatmojo, H., 2006. Konsep Dasar Hidrologi Hutan, Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi laju infiltrasi menurut Uhland and O’Neal (1951).
Kreteria Laju Infiltrasi (cm/jam)
Sangat Cepat > 25,4
Cepat 12,7-25,4
Agak Cepat 6,3-12,7
Sedang 2-6,3
Agak Lambat 0,5-2
Lambat 0,1-0,5
Sangat Lambat < 0,1
Lampiran 2. Gambar infiltrometer.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 3. Gambar Lahan Tempat Penelitian
Lahan Hutan Jati
Lahan Usaha
Lahan Semak Belukar
Lampiran 4. Data Curah Hujan
Data Curah Hujan Bulanan Medan Tuntungan.
TAHUN B U L A N
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOP DES
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1997 143 76 265 175 40 86 166 176 205 133 418 132
1998 233 108 103 10 152 438 365 565 252 410 0 0
1999 285 214 212 463 321 293 95 210 695 241 238 432
2000 92 186 387 195 229 159 159 292 658 447 128 197
2001 344 130 247 86 0 231 239 356 420 821 656 468
2002 173 94 125 42 262 28 217 144 570 431 204 154
2003 219 301 136 175 250 324 315 305 378 450 249 318
2004 103 108 288 170 179 228 317 231 547 460 192 221
2005 423 46 95 86 319 192 189 123 223 190 157 229
2006 176 117 142 159 303 382 316 249 402 380 268 237
2007 189 55 26 199 372 207 175 246 378 371 278 236 Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) Sampali Medan.
Januardin : Pengukuran Laju Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan Yang Berbeda Di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Mulai
Tentukan titik pengukuran
Periksa peralatan
keadaan baik
perbaiki
Pasang cincin
pemasangan benar
pindah titik
pasang jarum
tuangkan air sampai ujung jarum
t=0
ukur dan catat perubahan volume atau tinggi muka air
Hitung dan plot nilai fc
fc konstan
bandingkan kurva fc cincin dalam dengan kurva fc antar cincin
fc dalam < fc antara
bongkar cincin
bongkar cincin
Selesai tidak
ya
ya
tidak
ya
tidak
ya
Lampiran 5. Gambar diagram alir pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer cicin