• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA SUKU

JAWA di KELURAHAN KENANGAN BARU PERUMNAS

MANDALA KECAMATAN PERCUT SEI TUAN DELI

SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

Dwi Puspita Sari

051101018

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang

Peneliti : Dwi Puspita Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Nim : 051101018

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 01 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS Cholina T Siregar, M.Kep, Sp.KMB NIP. 19710305 200112 2 001 NIP. 19770726 200212 2 001

Penguji II

Iwan Rusdi, S.Kp, MNS

NIP. 19730909 200003 1 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 01 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Sedang.

Nama : Dwi Puspita Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S, Kep) Tahun : 2010

ABSTRAK

Keluarga merupakan faktor utama untuk mengatasi masalah kesehatan dalam hal ini, fungsi utama keluarga adalah pemeliharaan kesehatan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, keluarga mempunyai tugas didalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 04 Januari sampai 29 Januari 2010 dengan menggunakan desain deskriptif. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling diperoleh sampel sebanyak 28 keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi serta persentase.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa 75% berada dalam kategori baik. Hal ini dilihat dari pemahaman keluarga sudah baik dalam mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan.

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah- Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang”.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, saya banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen pebimbing skripsi yang selalu sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

3. Ibu Jenny M Purba, S. Kp, M. Kep selaku dosen penguji I serta ibu Lufthiani, S. Kep selaku dosen penguji II pada seminar proposal.

(5)

5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah banyak mendidik penulis dalam proses perkuliahan serta civitas akademik Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bantuan demi kemajuan kelancaran administrasi.

6. Bapak Lurah Kenangan Baru Perumnas Mandala yang telah banyak membantu penulis selama proses perizinan pembuatan skripsi ini.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua saya tersayang yaitu Bapak Alm. Adi Sulitio dan Ibu Jumilah yang selalu mendoakan, membesarkan, mendidik sejak saya masih kanak-kanak sampai saya dapat menyelasaikan pendidikan di perguruan tinggi dan kakakku Ika Nirmalasari serta adik-adikku Dimas, dan Nining (i love you all).

8. Bapak Alm. dr. H. Adi Soetjipto, Sp. A(K)/tante Ivi, bapak Prof. dr. H. Adi Koesoema Aman, Sp. PK-KH/tante Linda, tante Diah, ibu Sri dan ibu Syafarida yang telah banyak bantu penulis baik moril dan materi selama saya menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Kepada bu’de Ima, bapak alm. Letnan Kolonel Rasyid Saida/bu’de Nani, dan abangda Asdjuliar Finas Lubis, ST/mbak Sri serta bang Andhika yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat ku Putri, Ayu, Imel, Mila, Eka, Eko, Fadlun, Andre dan Yuli yang setia menemani dan mendengarkan keluh kesah penulis. Teman-teman saya Ocha, Dicky, Indah, Bang Hery dan Kevin yang sedikit banyaknya telah membantu dalam penelitian ini.

(6)

Keperawatan USU S1-A 2005 yang tak bisa disebut namanya satu per satu yang sedikit banyak kalian telah memberikan dorongan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Juni 2010

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Ujian Sidang Skripsi ... i

Absrak ... ii

2. Pertanyaan Penelitian... 6

3. Tujuan Penelitian ... 6

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Keluarga ... 8

Definisi Keluarga ... 8

Karakteristik Keluarga ... 8

Tipe keluarga 9 Fungsi Keluarga ... 10

Struktur Keluarga ... 11

Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ... 12

2. Konsep Budaya... 14

Definisi Budaya ... 14

Jenis Budaya 14... 3. Budaya Jawa ... 15

Budaya Dasar Masyarakat Jawa ... 15

Nilai-nilai Budaya Masyarakat Jawa ... 16

Sistem Kekerabatan Suku Jawa ... 17

Sistem Kesenian Suku Jawa ... 19

Tradisi Perilaku Kesehatan Suku Jawa ... 21

4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa ... 23

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 1. Kerangka Konsep ... 26

2. Definisi Operasional ... 27

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi dan Sampel ... 28

2.1. Populasi ... 28

2.2. Sampel ... 29

3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

(8)

3.2. Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik ... 30

5. Instrumen Penelitian ... 31

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

7. Teknik Pengumpulan Data ... 33

8. Analisa Data ... 34

BAB 5. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 35

Karakteristrik Responden ... 35

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa ... 36

Pertanyaan Terbuka ... 48

2. Pembahasan ... 51

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga ... 52

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga ... 53

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit ... 54

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 55

Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan ... 56

Analisa Mengenai Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa ... 56

BAB 6. KESIMPULAN dan SARAN 1. Kesimpulan ... 58

2. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Reliabilitas

4. Hasil Tabel Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terkait Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa

5. Izin Survei Awal

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden .... 36 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga ... 37 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga ... 38 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga. ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarga yang Sakit... 43 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

(10)

Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 44 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga ... 45 Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan ... 46 Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan

Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan... 47 Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi dan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku

Jawa ... 47 DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Pelaksanaan Tugas Kesehatan

(11)

Judul : Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Sedang.

Nama : Dwi Puspita Sari

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S, Kep) Tahun : 2010

ABSTRAK

Keluarga merupakan faktor utama untuk mengatasi masalah kesehatan dalam hal ini, fungsi utama keluarga adalah pemeliharaan kesehatan. Untuk menjalankan fungsi tersebut, keluarga mempunyai tugas didalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 04 Januari sampai 29 Januari 2010 dengan menggunakan desain deskriptif. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Purposive Sampling diperoleh sampel sebanyak 28 keluarga. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi serta persentase.

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa 75% berada dalam kategori baik. Hal ini dilihat dari pemahaman keluarga sudah baik dalam mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Keluarga terdiri dari ayah dan ibu sebagai pemimpin dalam keluarga serta anak sebagai anggota keluarga yang melaksanakan peranan dan tugas-tugas yang telah ditetapkan oleh orang tua (Effendy, 1998). Di Indonesia masih menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, selain dari itu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, keluarga juga memiliki anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah misalnya nenek, kakek, paman dan bibi. Dalam keluarga terdapat lima fungsi dasar keluarga, yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan. Maka dari itu, di dalam keluarga mempunyai peran masing-masing baik ayah, ibu maupun anak (Friedman, 1998).

(13)

Sesuai dengan fungsi utama tersebut, keluarga mempunyai tugas di dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan oleh keluarga yaitu: mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2004).

Setiap keluarga memiliki struktur keluarga yang dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari empat elemen utama yaitu struktur peran keluarga, struktur kekuatan keluarga, pola komunikasi keluarga serta nilai-nilai dan norma keluarga (Suprajitno, 2004). Keempat elemen tersebut sangat berpengaruh dalam pemberian perawatan kesehatan dalam keluarga, salah satunya adalah nilai-nilai dalam keluarga. Sistem ini sangat mempengaruhi sikap dan perilaku keluarga untuk memainkan perannya sebagai pemberi perawatan kesehatan yang di dasari oleh latar belakang budaya dan keyakinan yang telah turun temurun dilakukan oleh keluarga (Friedman, 1998).

(14)

lain. Indonesia terdiri dari 33 propinsi memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini tidak hanya dilihat dari sisi nilai dan sikap suatu kelompok, tetapi juga konsepsi sehat-sakit kebudayaan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi praktik perawatan kesehatan keluarga.

Setiap budaya memiliki sistem memiliki sistem perawtan kesehatan indigeus yang berlawanan dengan sistem perawatan ilmiah atau profesional. Sistem perawatan kesehatan indegius biasanya menggunakan perawatan tradisional yang menjadi penyembuhnya adalah dukun atau paranormal, sedangakan sistem perawatan ilmiah atau profesional biasanya menggunakan pengobatan atau perawatan medis dengan alat-alat yang canggih dan modern yang menjadi penyembuh adalah dokter atau petugas kesehatan lainnya. Namun bukan berarti sistem parawatan kesehatan profesional atau ilmiah meremehkan signifikansi dan nilai-nilai praktik serta perawatan kesehatan tradisional. Akan tetapi perawatan ilmiah atau profesional lebih menyesesuaikan diri secara kultural terhadap sistem ini agar dapat bekerja secara kooperatif dengan sistem-sistem tardisional (Leininger, 1976 dalam Friedman, 1998).

(15)

dengan upacara atau sesaji (Maas, 2004). Biasanya penyembuh penyakit yang disebabkan oleh konsep personalistik ini melalui seorang dukun atau “Wong Tua” (Sastromidjojo, 1962 dalam Depdikbud, 1995).

Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah seseorang yang pandai mengobati penyakit melalui “Japa Mantra”, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Pemberian doa dibedakan 2 macam yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung doa dibacakan di hadapan pasien sedangkan secara tidak langsung doa ditulis pada sehelai kertas lalu dicelupkan pada air dalam gelas kemudian diminum oleh pasien. Selain itu bisa dengan cara dioleskan pada bagian tubuh yang sakit (dilomoti) (Sastromidjojo, 1996 dalam Depdikbud, 1995).

Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural dan mempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan, racun, bisa, kuman, atau kecelakaan. Disamping itu ada unsur lain yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angina, atau udara lembab (Maas, 2004). Adapun penyembuhnya dengan pengobatan tradisional atau reramuan/jamu. Misalnya orang sakit masuk angin penyembuhnya dengan cara “kerokan” agar anginanya keluar kembali. Begitu pula penyakit badan dingin atau

(16)

bagian yang sakit. Misalnya untuk penyakit yang hubungannya dengan tulang seperti reumatik, sakit pinggang, keseleo dan sebagainya, pada umunya diobati dengan bobo beras kencur dan jeruk nipis (Sastromidjojo, 1962 dalam Depdikbud, 1995).

(17)

Masyarakat Jawa masih meyakini konsep personalistik dan naturalistik ini sesuai dengan sistem perawatan kesehatan terdisional. Berdasarkan uraian studi literatur dan gambaran fenomena diatas, penelitian tertarik untuk mmeneliti bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumans Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa?

3. Tujuan Penelitian

Menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Pendidikan Keperawatan

Memberikan pengetahuan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

4.2. Pelayanan Keperawatan

(18)

4.3. Penelitian Keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keluarga

1.1. Definisi Keluarga

Menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya (Effendy, 1998). Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan yang lainnya; memiliki emosi; terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki (Murray & Zentner, 1997 dan Friedman, 1998 dalam Akhmadi, 2009).

1.2. Karakteristik Keluarga

Menurut Friedman (1998) karakteristik keluarga dibagi atas :

Pertama, keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

Kedua, para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai mereka.

Ketiga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam

(20)

Keempat, keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur

yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. 1.3. Tipe Keluarga

Bentuk keluarga tradisional :

Nuclear Family atau Keluarga Inti yaitu ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

Reconstitude Nuclear yaitu pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami atau istri. Tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

Niddle Age atau Aging Couple yaitu suami sebagai pencari uang, istri dirumah

atau kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan/meniti karier.

Keluarga Dyad/Dyadie Nuclear yaitu suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

Single Parent yaitu orang tua (ayah atau ibu) sebagai akibat perceraian atau

kematian pasangan dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah. Dual Carrier yaitu suami istri/keluarga orang karier dan tanpa anak.

Commuter Married yaitu suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah

pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

Single Adult yaitu wanita atau pria dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan

(21)

Three Generation yaitu tiga generasi atau lebih tinggal bersama dalam satu rumah

tangga.

Keluarga Usila yaitu usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.

Bentuk keluarga non tradisional :

Commune Family yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. Cohibing Coiple yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

kawin.

Homosexual/Lesbian yaitu pasangan sejenis hidup bersama sebagai suami-istri.

Institusional yaitu anak-anak/orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

Unmaried Parent and Child yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak

dikehendaki, anaknya diadopsi (Setiadi, 2007). 1.4. Fungsi Keluarga

Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:

Fungsi pertama afektif. Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif meliputi :

Saling mengasuh. Kasih sayang, saling menerima, kahangatan, saling mendukung

antara anggota keluarga.

Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengetahui

(22)

Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.

Fungsi kedua, sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.

Fungsi ketiga, reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan manambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi keluarga ini sedikit terkontrol.

Fungsi keempat, ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah).

Fungsi kelima, perawatan kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan keluarga, yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

1.5. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009), terdapat struktur keluarga yaitu terdiri dari :

Pertama, pola komunikasi dalam keluarga. Komunikasi dalam keluarga

(23)

Kedua, struktur peran dalam keluarga. Peran keluarga setiap anggota keluarga

juga dapat berfungsi dengan baik. Ayah sebagai kepala keluarga maka dia yang berperan untuk mengatur semua anggota keluarga dan tanpa meninggalkan komunikasi dengan isteri dan anak-anaknya. Demikian juga peran ibu dan anak yang menjalankan sesuai dengan posisinya masing-masing dalam keluarga.

Ketiga, struktur kekuatan keluarga. Struktur kekuatan keluarga memegang peran

penting untuk mempengaruhi anggota keluarga. Orang tua mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi anak-anaknya untuk makan makanan yang bergizi.

Keempat, nilai-nilai dalam keluarga. Setiap keluarga juga mempunyai nilai-nilai

yang dianut oleh keluarga. Nilai-nilai ini menjadi pedoman keluarga sebagai suatu sistem.

1.6. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi, (2007) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu :

Pertama, mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga.

(24)

keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

Kedua, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat bekurang atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan tempat tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

Ketiga, memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang

tidak dapat membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

Keempat, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Kelima, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari

(25)

2. Konsep Budaya

2.1. Definisi Budaya

Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Menurut Sri Edward Taylor (1871) dalam Andrew & Boyle (1995), budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan sebagai anggota komunitas setempat.

Kebudayaan merupakan sebuah mal (cetakan) yang darinya kita semua menjadi pelakon. Kebudayaan memaksa kita dan mangatur perilaku, sikap dan nilai-nilai kita dalam cara-cara yang tidak kelihatan dan manifest. Oleh karena manusia mangandalkan perilaku atau budaya yang dipelajari untuk kelangsungan hidupnya, kebudayan merupakan sumber utama bagi adaptasi manusia (Friedman, 1998).

Menurut konsep budaya Leininger (1978:1984) dalam Friedman, (1998) karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: (1) budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis: (2) budaya bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kapada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan: dan (3) budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.

2.2. Jenis Budaya

(26)

3. Budaya Jawa

3.1. Budaya Dasar Masyarakat Jawa

Budaya masyarakat Jawa tidak dapat dipisahkan dengan sumber budaya keraton atau kerajaan Yogyakarta Hadiningrat maupun Surakarta Hadiningrat. Dapat dikatakan bahwa Yogya dan Surakarta mewakili masyarakat Jawa dengan memiliki sikap dan ciri-ciri tersendiri. Ciri tersebut menunjukan sikap masyarakat Jawa atau Wong Jawa adalah lamban dalam arti orang Jawa tidak menyukai serba tergesa-gesa dalam melaksanakan pekerjaan. Dengan sikap lamban keluarlah ungkapan yaitu alon-alon waton kelakon. Ada yang mengatakan ungkapan, yang hampir sama yaitu alon-alon asal kelakon. Alon-alon waton kelakon adalah suatu pekerjaan dilaksanakan dengan waton artinya aturan dan

ketentuan yang berlaku. Konsep alon-alon waton kelakon merupakan sikap masyarakat Jawa yang mengutamakan keselarasan, keserasian dan keharmonisan seperti bunyi gending yang diiring dengan instrumen gamelan Jawa.

Budaya Jawa telah mengakar beratus-ratus tahun dan telah mendarah daging bagi masyarakat Jawa. Sikap masyarakat Jawa memilki identitas tersendiri yang dilandasi dengan nasihat-nasihat dari nenek moyang sampai turun temurun. Sampai sekarangpun masih tetap hidup di tengah-tengah masyarakat yang serba modern. Sikap hidup masyarakat Jawa jelas tidak terlepas pula dengan pandangan hidup atau filsafat Jawa. Di dalam kehidupan rohani yang menjadi landasan dan memberi dasar awal segala sesuatu.

(27)

bahwa masyarakat harus tetap menunjukan hormat terhadap milik bangsa sendiri dan tetap teguh berakar dalam kebudayaan bangsanya. Hal ini sesuai dengan sikap masyarakat Jawa yang tetap teguh terhadap akar budaya Jawa yang telah berabad-abad hidup (Bratawijaya, 1997).

3.2. Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Jawa

Menurut Herusastoto (2000) dalam Kusrestuwardhani, (2003) budaya Jawa adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa, bertempat tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta mereka yang berasal dari daerah-daerah tersebut. Dari beberapa wilayah kebudayaan yang terdapat di dalam budaya Jawa, Naringgung merupakan wilayah kebudayaan Jawa yang nilai-nilai budaya Jawanya paling berakar pada kebudayaan Jawa tradisional, yaitu kebudayaan keraton era kerajaan Mataram. Wilayah kebudayaan Neringgung terdiri dari masyarakat yang enkulturasi dan proses sosialisasinya berada dan tinggal di seputar kota Surakarta dan Yogyakarta, yang merupakan pusat kerajaan Mataram. Kebudayaan Jawa di wilayah ini sering dianggap sebagai peradaban Jawa yang sebenarnya.

(28)

Dalam budaya Jawa, terkandung nilai untuk menghargai pendapat orang lain karena didasari bahwa semua orang mempunyai pendapat yang sama. Masyarakat Jawa senantiasa berusaha sopan dan menghormati orang lain. Dalam budaya Jawa terdapat aturan yang mengatur cara bersikap yang sopan dan hormat. Sikap seperti itu terutama dilakukan terhadap orang yang lebih tua, baik lebih tua dalam umur, urutan dari keturunan, urutan kepangkatan/kedudukan, maupun terhadap seseorang yang dituakan. Terhadap orang yang lebih tua atau dituakan, harus berbicara dengan suara yang rendah dan bahasa yang lebih halus (kromo). Perilaku harus lebih santun dan hormat, misalnya dengan sedikit membungkukkan badan. Bagi orang Jawa, melanggar aturan menghormati orang tua ini dipercaya akan kualat (mendapat hukuman dari Tuhan) (Sedyawati, 2003).

3.3. Sistem Kekerabatan Pada Suku Jawa

Sistem kekerabatan orang Jawa berdasarkan prinsip keturunan bilateral (garis keturunan diperhitungkan dari dua bela pihak, ayah dan ibu). Dengan prinsip bilateral atau parental ini maka ego mengenal hubungannya dengan sanak saudara dari pihak ibu maupun dari pihak ayah, dari satu nenek moyang sampai generasi ketiga, yang disebut sanak saudulur (kindred). Khusus di daerah Yogyakarta bentuk kerabat disebut alur waris, yang terdiri dari enam sampai tujuh generasi.

Dari sistem kekerabatan ini maka :

1. Seorang ego mempunyai dua orang kakek dan dua orang nenek 2. Suku Jawa mengenal keluarga luas (kindred)

(29)

4. Adat setelah menikah adalah Neolokal

5. Perkawinannya bersifat Eksogami, meskipun ada yang melakukan perkawinan Cross Cousin

6. Perkawinan yang dilarang antara lain:

a. Perkawinan dengan saudara sekandung (tabu incest).

b. Perkawinan pancer lanang (perkawinan antara anak-anak dari dua orang tua yang bersaudara laki-laki.

c. Kawin lari

7. Suku Jawa mengenal (diijinkan).

Perkawinan Ngarang Wulu yaitu perkawinan duda dengan saudara perempuan isterinya yang sudah meninggal (sororat).

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah-istilah kekerabatan untuk menyebut seseorang di dalam kelompok kerabatnya adalah sebagai berikut:

a. Ego menyebut orang tua laki-laki dengan Bapak atau Rama. b. Ego menyebut orang tua perempuan dengan Simbok atau Biyung.

c. Ego Menyebut kakak laki-laki dengan Kangmas, Mas, Kakang Mas, Kakang, Kang.

d. Ego menyebut kakak perempuan degan Mbak Yu, Mbak, Yu. e. Ego menyebut adik laki-laki dengan Adhi, Dhimas, Dik, Le

f. Ego menyebut adik perempuan dengan Adhi, Dhi Ajeng, Ndhuk, Dhenok. g. Ego menyebut kakak laki-laki dari ayah atau ibu dengan Pak Dhe, Siwa, Uwa. h. Ego menyebut kakak perempuan dari ayah atau ibu dengan Bu Dhe, Mbok

(30)

i. Ego menyebut adik laki-laki dari ayah atau ibu dengan paman, Pak Lik, Pak Cilik.

j. Ego menyebut adik perempuan dari Ayah atau ibu dengan Bibi, Buklik, Ibu Cilik, Mbok Cilik.

k. Ego menyebut orang tua Ayah atau ibu baik laki-laki maupun perempuan dengan Eyang, Mbah, Simbah, Kakek, Pak Tua. Sebaliknya Ego akan disebut Putu.

l. Ego menyebut orang tua laki-laki/perempuan dua tingkat diatas Ayah dan Ibu ego dengan Mbah Buyut. Sebaliknya ego akan disebut dengan Putu Buyut, Buyut.

m. Ego menyebut orang tua laki-laki/perempuan tiga tingkat diatas Ayah dan ibu ego dengan Mbah Canggah, Simbah Canggah, Eyang Canggah. Sebaliknya ego akan disebut Putu Canggah, Canggah (Lesmana, 2008).

3.4. Sistem Kesenian Pada Suku Jawa

Masyarakat Jawa sangat kaya terhadap kesenian yang terdiri dari seni bangunan, seni tari, seni musik, seni pertunjukan dan seni kerajinan.

Seni Bangunan. Seni bangunan yang dimaksud adalah arsitektur rumah adat. Di

(31)

Seni Tari. Tarian rakyat masyarakat Jawa sangat beragam jenisnya. Diantaranya

adalah sebagai berikut.

Tari Reog, tarian terkenal dari Ponorogo. Penari utamanya mengenakan topeng

berukuran sangat besar dan berat yang dibawa atau dipakai dengan cara menggit bagian belakang topeng tersebut.

Tari Tayuban, adalah tari untuk meramaikan suasana bila ada acara seperti

khitanan, perkawinan, atau pesta-pesta lainnya. Penarinya biasanya terdiri dari beberapa orang perempuan yang memakai selendang di lehernya. Mereka ini disebut tayub/ ledek. Laki-laki yang diberi selendang yang mereka pakai akan menari bersama. Tayuban diiringi gamelan dan para sinden.

Tari Serimpi, adalah tari asli kraton atau disebut tari klasik. Tari ini bersifat sakral

dengan irama lembut tapi tetap agung.

Tari penggalan kisah Ramayana dan Mahabarata. Contohnya tari Bambang Cakil

yang mengisahkan perjuangan Arjuna melawan Raksasa Cakil, melambangkan penumpasan angkara murka.

Selain itu masih banyak tari-tari lainnya, seperti tari ngremo, gambyong, kuda lumping, tari lengger (Bayuwangi) dan lain-lain.

Seni Musik. Gamelan merupakan seni musik Jawa yang sangat terkenal. Gamelan

(32)

Salawatan adalah seni musik rakyat bersifat keagamaan di daerah Yogyakarta. Kata Solawatan berasal dari bahasa Arab sholawath yang berarti pujaan dan sanjungan terhadap Allah SWT dan Rosul Muhammad SAW. Alat-alat musik yang dipergunakan terdiri dari lima buah terbang (sejenis rebana) dari berbagai ukuran dan dua buah angklung.

Seni Pertunjukan. Seni pertunjukan masyarakat Jawa yang paling terkenal

adalah Wayang. Wayang ini ada banyak jenisnya seperti : Seperti Wayang kulit, Wayang golek, Wayang orang, Wayang klitik dan Wayang beber. Cerita yang dibawakan kebanyakan merupakan cerita dari Mahabarata atau Ramayana. Pertunjukan wayang diiringi oleh musik gamelan, lengkap dengan sindennya. Seni pertunjukan lain dari masyarakat Jawa adalah ketoprak, ludruk, dan kentrung. Pertunjukan ini lebih bersifat teatrikal dan ceritanya tidak terbatas ada cerita Mahabarata dan Ramayana.

Seni Kerajinan. Suku bangsa Jawa memiliki beberapa macam kerajinan. Batik

merupakan kerajinan kain/ tekstil yang dibuat dengan cara dilukis menggunakan canting dan lilin malam atau dicap. Corak batik sangat beragam yang juga ditentukan tempat pembuatannya seperti Yogyakarta, Solo dan Pekalongan. Seni kerajinan antara lain misalnya: ukiran seperti yang terdapat di Jepara, perak, tembikar (Rohmawati, 2009).

3.4 Tradisi Perilaku Kesehatan Suku Jawa

(33)

teknik-teknik pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak interaksi antar pasien dengan si penyembuh, Apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke dalam dua konsep yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit-penyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, makhluk halus dan lain-lain termasuk konsep personalistik. Sementara yang termasuk dalam konsep naturalistik adalah penyakit-penyakit yang disebabkan kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain.

Kelurga Jawa masih meyakini dan termasuk konsep personalistik yang percaya bahwa penyakit yang timbul akibat gangguan makhluk halus atau setan. Untuk mengusir dengan menggunakan dukun atau paranormal dengan mantra-mantra, sebagian berkembang setaman dan makanan, serta membakar dupa atau kemenyan (Sudiharto, 2007).

Banyak keluarga Jawa yang masih mempertahankan pengobatan warisan leluhur yang berupa jamu/ramuan tradisional. Para Kyai juga banyak yang dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan yang dialami keluarga (Sudardi, 2002).

(34)

memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi porsi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di keluarga Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain pada keluarga di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan (Wibowo, 1993 dalam Maas, 2004).

4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa

Pelaksanaan tugas keesehatan keluarga pada suku jawa yaitu :

Pertama, mengenal masalah kesehatan keluarga. Menurut orang Jawa, ”sehat”

(35)

bagi anak-anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah main.

Kedua, mengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Dalam keluarga Jawa peran bapak atau ”Rama” sangat penting karena peran bapak atau ”Rama” adalah sebagai kepala keluarga, mencari nafkah, mendidik anak-anaknya dan melindungi serta memberi rasa nyaman setiap anggotanya. Jika dalam keluarga hanya ada ibu dan anaknya yang disebabkan karena perpisahan akibat perceraian atau kematian atau karena bapak yang mengalami sakit, maka keputusan diambil oleh ibu atau anaknya yang dianggap sudah dapat bertanggung jawab dan mampu mengatasi masalah ini. Namun ada kalanya jika keluarga tidak mampu lagi dalam mengatasi hal ini maka keluarga tersebut meminta bantuan kepada keluarga yang lain. Keluarga harus memilih tindakan apa yang harus dilakukan sesuai dengan pengobatan yang diinginkan keluarga. Biasanya keluarga Jawa memutuskan terlebih dahulu untuk berobat ke paranormal atau dukun.

Ketiga, merawat kesehatan anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan. Keluarga Jawa lebih mengutamakan pengobatan atau perawatan tradisional yang penyembuhan menggunakan dukun atau paranormal. Setelah pengobatan yang dilakukan belum menyembuhkan penyakit, maka si sakit baru dibawa ke dokter atau petugas kesehatan (perawatan ilmiah atau medis).

Keempat, mempertahankan suasana rumah yang dapat menguntungkan

(36)

mengutamakan kerapian dan kebersihan rumah dengan cara membersihkannya setiap hari. Kebersihan di dalam maupun diluar sekitar rumah, dilakukan bersama-sama dan saling membantu dengan anggota keluarga yang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga misalnya membersihkan kamar mandi dan menguras bak mandi, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan pekarangan rumah dan lain sebagainya. Ini semua tergantung dari tingkat kesadaran dan keadaan ekonomi keluarga. Jika tingkat kesadaran keluarga rendah walaupun keadaan ekonominya mapan, hal ini jarang dilakukan dan bila dilakukanpun berdasarkan kemauan dan keinginan keluarga untuk melakukannya. Dan jika tingkat kesadarannya tinggi walaupun keadaan ekonominya rendah hal ini tetap dilakukan setiap hari sesuai kemampuan keluarga.

Kelima, pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. Dikeluarga Jawa biasanya hal

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan meliputi : mengenal gangguan masalah kesehatan anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (Friedman, 1998).

Kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam skema. 1 berikut :

Keterangan : = variabel yang diteliti Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada

Suku Jawa :

• Mengenal gangguan masalah kesehatan keluarga.

• Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

• Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

• Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

• Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

• Baik

(38)

2. Definisi Operasional

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dalam pemenuhan fungsi sebagai pemeliharaan kesehatan dan saling memilihara. Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga antara lain :

- Mengenal masalah kesehatan keluarga meliputi pengertian sehat-sakit, kondisi sehat-sakit, tanda dan gejala penyakit serta penyebab penyakit menurut keluarga yang bersuku Jawa.

- Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga meliputi penetuan siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

- Memberi keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usinya yang terlalu muda meliputi jenis pengobatan yang digunakan oleh keluarga.

- Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga meliputi personal hygiene, kebersihan rumah, dan komunikasi keluarga.

(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisa hubungan antar variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dan analisa statistik yang digunakan (Hidayat, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan masalah penelitian keperawatan yang terjadi pada suatu kasus berdasarkan distribusi tempat, waktu, umur, jenis kelamin, cara hidup, sosial ekonomi, pekerjaan dan lain-lain (Hidayat, 2003). Dalam penelitian ini digunakan untuk menguraikan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

2. Populasi dan Sampel

2.1. Populasi

(40)

2.2. Sampel

2.2.1. Ukuran Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan mengambil 10 % dari populasi (Arikunto, 2006). Berdasarkan data tersebut di atas jumlah sampel adalah 28 keluarga yang bersuku Jawa.

2.2.2. Metode

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu setiap responden yang memenuhi kriteria sampel dimasukan

dalam penelitian ini dalam waktu yang telah ditentukan (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel adalah (1) keluarga yang bersuku Jawa asli (tidak campuran), (2) bersedia untuk menjadi responden.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

3.1. Tempat Penelitian

(41)

3.2. Waktu

Pengumpulan data dilakukan pada bulan 4 Januari – 29 Januari 2010 di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

(42)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peniliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang terdiri dari 3 bagian yaitu : kuesioner data demografi, kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dan kuesioner pertanyaan terbuka mengenai pelaksanaan tugas kesehatan pada keluarga Jawa.

Bagian pertama, kuesioner data demografi keluarga meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, pekerjaan dan penghasilan.

(43)

kuesioner 25 s/d 30. cara mengisi lembar kuesioner adalah dengan menggunakan tanda cheklist pada tempat yang tersedia.

Bagian ketiga, berisi tentang pernyataan terbuka mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Berdasarkan rumus statistik p= rentang/banyak kelas (Hidayat, 2007), dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 90 dan 3 kategori kelas untuk pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (baik, cukup baik, kurang baik). Menggunakan p=30 dan nilai terendah 29 sebagai batas kelas interval pertama, data rentang pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagai berikut :

30 – 59 = kurang baik 61 – 89 = cukup baik 91 – 120 = baik

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

(44)

dan Huengler (1999) mengatakan bahwa suatu instrumen dikatakan realibel jika memiliki nilai reabilitas lebih dari 0,70. Instrumen diujikan pada 10 responden yang memenuhi kriteria. Hasil uji reabilitas pada kuesioner pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa didapat dengan nilai 0,750.

7. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu peneliti meminta surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan USU kemudian peneliti mengajukan surat penelitian kepada Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang setelah mendapat izin, peneliti melakukan penelitian kepada responden yang dilakukan pada tanggal 4 Januari – 29 Januari 2010.

Pada saat penelitian, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan penelitian dilakukan, bila calon responden menyetujui untuk menjadi responden, selanjutnya responden dipersilahkan untuk menandatangani perjanjian menjadi responden. Setelah itu peneliti memberikan lembar kueioner kepada responden.

(45)

peneliti dengan dibantu oleh satu orang asisten yang telah dilatih sebelumnya oleh peneliti.

8. Analisa Data

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Januari sampai 29 Januari 2010 di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang.

Hasil penelitian dibagi tiga bagian yaitu hasil penelitian tentang karakteristik responden, hasil mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku jawa yang diidentifikasi melalui kuesioner dan hasil dari pertanyaan terbuka mengenai pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa.

1.1. Karakteristik Responden

(47)

Berikut ini merupakan distribusi frekuensi dan persentase karakteristik keluarga (tabel 5.1).

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase % 1. Usia 3. Tingkat Pendidikan

SD

Rp. 800.000 – Rp.1.500.000 Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000 > Rp. 3.000.000

1.2. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa

(48)

menguntungkan bagi keluarga, (5) mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari lembaga-lembaga kesehatan.

1. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 17 keluarga (60,7%) menyatakan paham pengertian dari sehat-sakit. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan sering mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga. Sebanyak 11 keluarga (39,3%) menyatakan sering mengetahui penyebab dari perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan selalu menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit. Sebanyak 17 keluarga (60,7%) menyatakan selalu dapat membedakan kondisi sehat-sakit setiap anggota keluarga dan sebanyak 12 keluarga (42,9%) menyatakan keluarga beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

(49)

Lanjutan tabel

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

3 Keluarga mengetahui penyebab dari

perubahan yang terjadi pada anggota keluarga yang sakit

7 25,0 11 39,3 10 35,7 0 0

4. Keluarga menanyakan keluhan yang dirasakan

6. Keluarga beranggapan bahwa seseorang yang sakit tidak dapat melakukan aktivitas

11 39,3 4 14,3 12 42,9 1 3,6

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa dalam mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga adalah baik sebanyak 20 keluarga (7,4%) dan cukup baik sebanyak 8 keluarga (28,6%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 20 71,4

(50)

2. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 23 keluarga (82,1%) menyatakan selalu kepala keluarga yang berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan. Sebanyak 14 keluarga (50,0%) menyatakan kadang-kadang keluarga menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat. Sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu Keluarga menanyakan pendapat dari anggota keluarga yang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat. Sebanyak 22 keluarga (78,6%) menyatakan selalu memberikan perawatan sederhana dirumah sebelum mengambil keputusan yang tepat dan sebanyak 11 keluarga (39,3%) menyatakan sering keputusan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan adalah Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit dan sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan sering keputusan yang diambil keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

7. Kepala keluarga

berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

23 82,1 3 10,7 1 3,6 1 3,6

8. Keluarga menanyakan pendapat dari orang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat

(51)

Lanjutan tabel

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku jawa dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga adalah baik sebanyak 25 keluarga (89,2%) dan cukup baik sebanyak 3 keluarga (10,8%). Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas

Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat bagi Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 25 89,2

9. Keluarga menanyakan pendapat dari anggota

10. Sebelum mengambil keputusan untuk

11. Keputusan keluarga dalam mengatasi

12. Keputusan yang diambil keluarga dapat mengatasi masalah kesehatan

(52)

3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya Yang Sakit

Dari hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 13 keluarga (46,4%) menyatakan selalu membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari seperti mandi, makan, minum obat, dll. Sebanyak 10 keluarga (35,7%) menyatakan selalu melanjutkan pengobatan di rumah sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan. Sebanyak 19 keluarga (67,9%) menyatakan selalu keluarga lebih mengutamakan pengobatan medis dibandingakan pengobatan tradisional. Sebanyak 15 keluarga (53,6%) menyatakan sering memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit. Sebanyak 22 keluarga (78,6%) menyatakan selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit dan sebanyak 21 keluarga (75,0%) menyatakan selalu memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

(53)

Lanjutan tabel

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

14. Keluarga melanjutkan pengobatan di rumah sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan

10 35,7 8 28,6 8 28,6 2 7,1

15. Keluarga lebih mengutamakan keluarga yang sakit

12 42,9 15 53,6 1 3,6 0 0

17. Keluarga memberikan perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit

22 78,6 3 10,7 2 7,1 1 3,6

18. Keluarga memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit seperti menyuruh minum air putih yang banyak, mengompres jika terjadi demam

21 75,0 6 21,4 1 3,6 0 0

(54)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarga yang Sakit di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 24 85,8

2. Cukup Baik 4 14,2

4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Manguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga

(55)

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Kepribadian Anggota Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

19. Keluarga mampu menyediakan keperluan

20. Keluarga menyediakan waktu untuk

membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari

10 35,7 16 57,1 2 7,1 0 0

21. Keluarga membuat jadwal khusus untuk

23. Keluarga ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah

10 35,7 6 21,4 9 32,1 3 10,7

24. Keluarga menyediakan waktu untuk setiap anggota keluarga

(56)

Berdasarkan perhitungan jawaban dari 28 keluarga yang diteliti, diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada Suku Jawa dalam mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga adalah baik sebanyak 15 keluarga (53,6%) dan cukup baik (46,4%).

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam mempertahankan Suasana di Rumah yang Menguntungkan bagi Keluarga di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 15 53,6

2. Cukup Baik 13 46,4

5. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan

(57)

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi dan Persentase Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Pernyataan

Kategori Penilaian

SL SR KK TP

F % F % F % F %

25. Keluarga percaya kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

12 42,9 8 28,6 7 25,0 1 3,6

26. Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas, Bidan, atau Rumah Sakit

13 46,4 8 28,6 7 25,0 0 0

27. Keluarga dapat menjangkau

29. Keluarga mendukung program kesehatan

30. Keluarga merasa puas terhadap pelayanan kesehatan tersebut

9 32,1 11 39,3 6 21,4 2 7,1

(58)

kesehatan adalah baik sebanyak 16 keluarga (57,1%) dan cukup baik sebanyak 12 keluarga (42,9%).

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga pada Suku Jawa dalam mempertahankan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n = 28).

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 16 57,1

2. Cukup Baik 12 42,9

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas, secara keseluruhan diketahui bahwa pelaksanaan tugas kesehatan pada suku jawa di kelurahan kenangan baru Perumnas Mandala dalam kategori baik sebanyak 21 keluarga (75%), kategori cukup baik sebanyak 7 keluarga (25%) dan tidak ada keluarga dalam kategori kurang baik.

Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Kategori Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)

No. Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 21 75,0

2. Cukup Baik 7 25,0

(59)

1.3. Pertanyaan Terbuka Mengenai Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala

1. Apa saja pantangan-pantangan suku Jawa yang tidak boleh dilakukan mengenai kesehatan?

Dari hasil penelitian sebanyak 28 responden, ada 15 responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan 13 responden lagi tidak berkenan untuk menjawab. Dari ke 15 responden tersebut, diantaranya menjawab sebagai berikut :

- Pada suku Jawa untuk menghindari terjadinya penyakit-penyakit yang berat seperti hipertensi, stroke dan lain-lain, mereka menghindari minum es dan makan makanan yang berasal dari laut yaitu ikan atau seafood serta makanan yang mengandung lemak yang tinggi.

- Kepercayaan mengenai ibu hamil, menurut orang Jawa ibu hamil tidak boleh makan buah seperti nenas, durian dan tidak boleh makan tapai karena menurut mereka jika memakan tersebut dapat mengakibatkan keguguran

- Setelah melahirkan tidak boleh duduk sembarangan atau mengangkang dan jalanpun tidak boleh cepat-cepat atau berlari. Setiap duduk atau berjalan harus pelan-pelan dan merapatkan kedua kakinya.

(60)

- Menurut keyakinan dengan hal-hal yang gaib, orang Jawa tidak boleh menjenguk atau mengobati orang sakit pada hari Sabtu dan Selasa dan tidak boleh keluar atau bepergian pada saat pergantian waktu dari siang ke malam hari yaitu waktu terbenamnya matahari, karena pada saat itu setan-setan atau makhluk gaib sedang berkeliaran sehingga dapat menyebabkan orang kesapuh atau keteguran makhluk halus dan menjadi sakit

2. Apa perbedaan yang dimiliki oleh suku Jawa dengan suku lain dalam hal kesehatan?

(61)

3. Apa anjuran yang harus dilakukan suku Jawa untuk meningkatkan taraf kesehatan keluarganya?

Dari hasil penelitian sebanyak 28 responden ada 15 responden yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penelitian dan 13 responden tidak bersedia untuk menjawab. Dari 15 responden diantaranya menjawab sebagai berikut : - Mengkonsumsi air putih yang banyak setiap hari, lebih baik dilakukan

pada pagi hari setelah bangun tidur

- Banyak makan sayur-sayuran yang hijau dan segar serta makanan yang sehat, misalnya bayam, kangkung, wortel, tomat serta jenis kacang-kacangan misalnya kacang kedelai.

- Minum reramuan, misalnya jamu kunyit baik dikonsumsi dalam keadaan sehat, sakit atau pun setelah melahirkan untuk melancarkan peredaran darah

- Mengkonsumsi makan yang lebih bervariasi setiap hari dan sesuai dengan makanan empat sehat lainnya atau ditambah dengan makanan yang sehat lainnya

- Bangun pagi dan sering berolahraga terutama jalan pagi

(62)

2. Pembahasan

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Effendy (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dengan demikian kedudukan keluarga merupakan inti yang paling penting dari masyarakat.

Pada dasarnya keluarga dijadikan unit pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan, karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pemeliharaan kesehatan (Effendy, 1998).

(63)

2.1. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mengenal Gangguan Masalah Kesehatan Setiap Anggota Keluarga.

Keluarga merupakan unit pelayanan dalam mengatasi masalah kesehatan. Dalam hal ini keluarga harus paham dan mengerti pengertian dari sehat – sakit. Berdasarkan hasil penelitian dari 28 keluarga menunjukkan bahwa 60,7% keluarga paham dengan pengertian sehat – sakit dan 60,7% keluarga selalu dapat membedakan kondisi sehat – sakit setiap anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syamsuddin (2009) yang dikutip dari hasil wawancara yang mengatakan bahwa : “Apabila seseorang tetap mampu menjalankan peran sosialnya seperti bekerja diladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisi ini dikatakan sehat dan pada saat menjalankan kegiatan mulai terganggu, barulah dikatakan tidak sehat (sakit)”. Selain itu keluarga harus mengetahui perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian dari 28 keluarga menyatakan bahwa 53,6% keluarga sering mengetahui perubahan yang terjadi jika timbul keluhan penyakit pada salah satu anggota keluarga yang sakit 53,6% keluarga selalu menanyakan keluhan yang dirasakan anggota keluarga yang sakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (2005) yang mengatakan bahwa keluarga harus perhatian dengan perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarganya.

(64)

2.2. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Pada Suku Jawa dalam Mengambil Keputusan Untuk Melakukan Tindakan yang Tepat Bagi Keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 82,1% keluarga menyatakan selaku kepada keluarga yang berperan penting dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan 46,4% keluarga selalu menanyakan pendapat dari anggota keluarga yang lain untuk menentukan tindakan kesehatan yang tepat 78,6% keluarga selalu memberikan perawatan sederhana di rumah kepada anggota keluarga yang sakit sebelum dibawa ke puskesmas, bidan, atau rumah sakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendy (1998) yang mengatakan bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan. Hal ini dibuktikan dengan hasil data demografi yang didapat 78,6% kepala keluarga berada pada usia 21 – 40 tahun dari 64,3% keluarga dengan pendidikan tamatan SMU. Kedua faktor ini mempengaruhi pola pikir seseorang, termasuk dalam mengambil keputusasn untuk mengatasi masalah kesehatan (Potter dan Perry, 2005) dan keluarga memberikan pertolongan kesehatan yang sederhana di rumah kepada anggota keluarganya yang sakit sebelum membawanya ke pelayanan kesehatan (Sudiharto, 2007).

(65)

bahwa : “Keluarga Jawa umumnya memiliki untuk menggunakan pengobatan tradisional yang menjadi penyembuhnya adalah para normal atau dukun”.

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga sudah baik.

2.3. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa Dalam Memberikan Perawatan Kepada Keluarganya yang Sakit

Memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit dapat dilakukan di rumah atau membawanya ke pelayanan kesehatan untuk mendapat tindak lanjutan agar, tidak terjadi masalah yang lebih parah lagi (Setiadi, 2007). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 46,4% keluarga selalu membantu anggota keluarga yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari 53,6% keluarga sering memperhatikan perkembangan kesehatan anggota keluarga yang sakit, 78,6% keluarga selalu memberikan perhatian yang lebih kepada anggota keluarga yang sakit, 75,0% keluarga selalu memberikan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang sakit. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa di dalam sebuah keluarga harus memiliki rasa solidaritas yang tinggi antara sesama anggota keluarga, sehingga ketika salah satu anggota keluarga terserang suatu penyakit, maka tugas kesehatan keluarga dalam memberikan perawatan kepada keluarganya yang sakit dapat terlaksana dengan baik. Kemudian keluarga terbebas dari penyakit.

(66)

2.4. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Suasana Rumah yang Menguntungkan Kesehatan dan Perkembangan Anggota Keluarga

Lingkungan rumah yang bersih yang dapat menguntungkan kesehatan, maka dari itu keluarga hendaknya mempertahankan suasana rumah yang seperti itu demi meningkatkan status kesehatan di keluarga. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 46,4% keluarga selalu menyediakan keperluan sehari-hari setiap anggota keluarga seperti perlengkapan mandi, makan ataupun perlengkapan untuk merawat diri, 87,1% keluarga sering menyediakan waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah setiap hari, 38,7% keluarga selalu ikut serta dalam membersihkan lingkungan sekitar rumah, 42,9 keluarga sering menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga untuk mengetahui kondisi dan perkembangan dari setiap anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum dapat berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal dan komunikasi yang terbuka, sopan dan jelas dapat mempengaruhi kesehatan serta perkembangan setiap anggota keluarga (Friedman, 1998).

(67)

2.5. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa dalam Mempertahankan Hubungan Timbal Balik Antara Keluarga dengan Lembaga-lembaga Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 42,9% keluarga selalu percaya kepada Petugas Kesehatan yang ada di puskesmas, Bidan atau Rumah Sakit 46,4% keluarga selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke Puskesmas, Bidan atau Rumah Sakit, 46,4% keluarga selalu dapat menjangkau puskesmas, bidan atau rumah sakit, 53,6% keluarga selalu memanfaatkan puskesmas, bidan atau rumah sakit sesuai dengan kebutuhan, 53,6% keluarga selalu mendukung program kesehatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan, 39,3% keluarga merasa puas terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Sudiharto (2007) yang mengatakan bahwa keluarga Jawa masih percaya dengan pengobatan tradisional yang penyembuhnya adalah dukun atau paranormal. Namun demikian pelaksanaan tugas kesehatan keluarga pada suku Jawa dalam mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga-lembaga kesehatan sudah berjalan dengan baik.

2.6. Analisa Mengenai Gambaran Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Suku Jawa

Gambar

Tabel 5.1.  Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Kelurahan Kenangan Baru Perumnas Mandala 2010 (n=28)
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan kasih dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

Dari tabel skor adaptasi psikososial wanita menopause baik pekerja maupun bukan pekerja tentang konsep diri terlihat bahwa kedua kelompok responden sama- sama memiliki konsep

Peranan kepolisian dalam memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat dari tindakan yang melanggar hukum di Kelurahan Kenangan Kecamatan Percut Sei Tuan

melakukan penelitian dengan judul “ Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat

Kenyataan itu dapat dilihat dari tingginya angka rakyat miskin di Indonesia yang anaknya tidak bersekolah atau putus sekolah karena tidak ada biaya, kurangnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kemampuan (p value = 0,000 ) dengan kinerja petugas kesehatan di Puskesmas Kenangan Percut Sei Tuan

Karakteristik responden kedua kelompok penelitian tidak dikontrol (tidak sama), dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik usia, pendidikan dan

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998 dalam Murwani, 2007) a) Mengenal masalah kesehatan b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat c)