• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang)"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

Iklan Visual dan Minat Konsumsi

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru,

Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang).

Dengan hormat,

Bersama dengan ini, saya Jordan Immanuel Naibaho mahasiswa program

studi Ilmu Komunikasi FISIP USU, dalam rangka penyelesaian skripsi akan

melakukan penelitian dengan judul “ Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang) “.

Informasi yang Saudara/I berikan merupakan bantuan yang sangat

berharga dalam mendukung saya menyelesaikan penelitian ini. Atas perhatian

dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

I. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang telah disediakan.

2. Isilah pernyataan di bawah ini dengan cara menceklis (√) pada kolom yang telah disediakan yang menurut Anda paling tepat.

3. Terimakasih atas kerjasamanya.

II. Profil Responden

1. Nama : ………..

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

3. Usia : ………..

4. Jenis Rokok : ………..

(2)

Universitas Sumatera Utara

1. Iklan visual rokok di televisi saat ini sangat menarik perhatian konsumen. 2. Visualisasi iklan visual rokok di

televisi memberikan khas tersendiri dalam menarik minat konsumen.

3. Pesan yang disampaikan oleh iklan visual rokok di televisi sangat unik. 4. Perpaduan warna yang terkandung

dalam iklan visual rokok sangat bervariasi sehingga dapat mencuri perhatian konsumen.

5. Warna-warna yang ditampilkan dari iklan visual rokok mempunyai makna dan ciri khas tersendiri.

6. Ilustrasi yang ditampilkan iklan visual rokok mengikuti trend masa kini. 7. Durasi tayangan iklan visual rokok

berpengaruh besar terhadap minat konsumen.

8. Durasi yang ditampilkan iklan visual rokok harus singkat namun tepat sasaran.

Variabel Terikat (Y)

9. Konsumen sangat selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan.

10. Jingle/musik iklan visual rokok harus sesuai dengan produk rokok yang ditawarkan.

11. Pemilihan jingle/musik iklan visual rokok harus memiliki ciri khas tersendiri dari produk rokok tersebut.

12. Model iklan yang ditampilkan harus semenarik mungkin menarik minat konsumen.

13. Semakin menarik model iklan

(3)

visual rokok merangsang minat konsumsi yang sangat kuat.

15. Karakteristik dari suatu iklan visual rokok dapat menarik perhatian konsumen.

16. Konsumen sangat selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan.

17. Harga dari jenis rokok yang

ditawarkan sangat berpengaruh terhadap minat konsumen.

18. Faktor usia konsumen berperan penting terhadap minat konsumsi suatu jenis rokok.

19. Jenis rokok yang ditawarkan iklan visual rokok berpengaruh terhadap minat konsumsi.

20. Hasrat konsumsi konsumen

tergantung dari seberapa menariknya visualisasi iklan yang ditampilkan.

21. Slogan dari iklan visual rokok di televisi juga dapat menentukan minat konsumen.

22. Kualitas dan kuantitas suatu jenis rokok menjadi nilai tersendiri dalam menarik minat konsumen.

23. Iklan visual rokok yang unik dan menarik dapat menentukan keputusan membeli konsumen.

(4)
(5)
(6)
(7)

Usia 26-30 Tahun diberi diberi= nilai 3

Djarum Mild diberi nilai 2

Usia 31-35 Tahun diberi

diberi= nilai 4

Dunhill Mild diberi nilai 3

Usia ≥36 Tahun diberi diberi= nilai

4

(8)

Universitas Sumatera Utara

Nama : Jordan Immanuel Naibaho

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 16 Mei 1992

Agama : Kristen Protestan

NIM : 090904067

Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Ilmu Komunikasi Alamat : Jl. Garuda Raya No.59, Perumnas Mandala Anak ke : Empat dari empat bersaudara

Email : jordanaibaho@gmail.com

Pendidikan

TK Carolina Medan : 1995 - 1997

SD Antonius V-VI Medan : 1997 - 2003

SMP Swasta Budi Murni - 3 Medan : 2003 - 2006

SMA Negeri 18 Medan : 2006 - 2009

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU : 2009 - 2015

Orang Tua

Ayah : Efendy Naibaho

(9)

Buku

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bimo, Walgito. 2001. Bimbingan dan Prestasi di Sekolah. Yogyakarta: FIP-IKIP.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu – ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

_____________. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu – ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

_____________.2011. Metode Penelitian Kuantitatfi, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

_______________. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

____________________. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

____________________. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

____________________. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Effendy, Rustam. 2004. Marketing Manajemen. Malang: Penerbit Institut Ekonomi dan Manajemen Widya Gama.

(10)

Universitas Sumatera Utara Grasindo.

Iskandar, Harun. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangkan Bakat. Jakarta: ST book. Jefkins, Frank. 2003. Periklanan. Jakarta: Erlangga.

Lee, Johnson. 2007. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kholil, Syukur. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pranda Media Group.

_________________. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

__________________. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pranda Media Group.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi.

Jakarta: Rhineka Cipta Karya.

_________________. 2009. Teknik Praktis, Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pranda Media Group.

Liliweri, Alo. 2003. Dasar – dasar Komunikasi Periklanan. Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Morrisan, 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyana, Dedy. 2004. Komunikasi Populer, Kajian Komunikasi, dan Budaya Kontemporer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

_____________. 2007.Ilmu Komunukasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

(11)

_____________. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Rakhmat, Jalalluddin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_________________. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shrum, LJ. 2010. Psikologi Media Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

________________. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

________________. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

______. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suyanto, M. 2005. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

(12)

Universitas Sumatera Utara

Desfita, 2006.Daya Tarik Periklanan Menurut Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu (Studi Kasus Pada Rokok Sampoerna A Mild)

(13)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Dahulunya, wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan

pemerintahhannya berpusat di Kota Medan. Dalam sejarahnya, wilayah ini terdiri

dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan

Deli yang berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang yang berpusat di

Perbaungan.

Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 33

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya berada di Lubuk

Pakam dengan Bupatinya yaitu Drs. H. AMri Tambunan. Memiliki

keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah

yang memiliki peluang investasi yang cukup menjajnjikan. Deli Serdang juga

memiliki keanekaragaman budaya, yang disemarakkan oleh hamper semua

suku-suku yang ada di nusantara. Adapun suku-suku asli yakni suku-suku Karo, Melayu, dan

Simalungun, serta beberapa suku pendatang yang dominan seperti suku Jawa,

Batak, Minang, Banjar, dan lain-lain. Dengan semua kelebihan sumber daya alam

dan keistimewaan yang dimilikinya, Deli Serdang juga memiliki Bandara Udara

Internasional Kuala Namu yang merupakan salah satu bandara udara terbesar di

Indonesia.

Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Deli Serdang dimana Perumnas Mandala salah satu bagian di dalamanya.. RT/RW

001 adalah salah satu lingkungan pemukiman penduduk yang ada di Perumnas

Mandala. Jumlah penduduknya sebanyak 231 jiwa dimana jumlah penduduk

laki-laki sebanyak 121 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 110.

RT/RW 001 merupakan salah satu dari beberapa bagian lingkungan yang

ada di Perumnas Mandala yang memiliki keanekaragaman suku di dalamnya,

yang didominasi oleh suku Batak, Jawa, Karo, Minang, dan lain-lain.

Keanekaragaman suku tersebut menciptakan suatu kerukunan yang harmonis

antar sesame penduduknya. Keamanan dan saling menjaga antar warga juga

(14)

Universitas Sumatera Utara mengenal satu dengan lainnya, dan saling menjaga keharmonisan antar warga

sekitar.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk

meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat dengan memanipulasi satu atau

lebih variabel pada satu kelompok eksperimental dan membandingkan hasilnya

dengan kelompok control yang tidak mengalami manipulasi (Kriyantono,

2010:62). Variabel x dalam penelitian ini adalah iklan visual rokok di televisi, dan

variabel y adalah minat konsumsi rokok masyarakat.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat berupa manusia,

wilayah geografis, waktu, organisasi, kelompok, lembaga, buku, surat kabar,

majalah dan sebagainya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek,

tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki objek yang diteliti. (Kholil,

2006:68).

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Kenangan

Baru, KecamatanPercutSei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang

yang berusia antara 17-38 tahun. Jumlah penduduk di Kelurahan Kenangan Baru,

Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang

adalah 231 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 45 kepala keluarga.

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 121 jiwa, sedangkan jumlah penduduk

perempuan sebanyak 110. (Sumber: Data Kepala Lingkungan di Kelurahan

Kenangan Baru, Kecamatan PercutSei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala,

(15)

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang

menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel

adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. (Nawawi,

1995:144).

70 orang

Keterangan:

N = jumlah populasi

n = sampel

d2 = presisi (digunakan 90% atau sig 0,1)

3.4 Teknik Penarikan Sampel 1. Purposive Sampling

Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan

penelitian, di mana sampel yang digunakan sesuai dengan

kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Yang

masuk dalam kriteria adalah masyarakat yang sudah berumur 17 sampai

50 tahun, dan mengkonsumsi salah satu dari jenis rokok (Sampoerna

Mild, Djarum Super Mild, Dunhill Mild),

2. Accidental Sampling

Accidental Sampling yaitu penelitian yang dalam pengambilan sampelnya tidak ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Sugiyono (2011:

67), teknik accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan

(16)

Universitas Sumatera Utara yang telah ditetapkan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan, menghubungkan penelitian dengan konteks yang

lebih luas. Di dalamnya harus terkandung bahan-bahan yang

mengarahkan tujuan penelitian, rancangan penelitian, dan tema

penelitian. Karena itu, suatu tinjauan kepustakaan harus komprehensif

walaupun tidak terlalu banyak (Rakhmat, 2000: 107).Penelitian ini

dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan datamelalui

literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.

Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca

buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

Dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan

sumber bacaan yang mendukung penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data dengan melakukan survei ke lokasi penelitian melalui

kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan atau

mengirimkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang harus dijawab

secara tertulis oleh responden. Kuesioner yaitu alat pengumpulan data

dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditunjukan kepada responden

penelitian yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.

Pertanyaan bisa berbentuk tertutup dan bisa juga berbentuk terbuka.

Kuesioner adalah daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan

mengenai suatu hal atau suatu bidang. Kuesioner ini dimaksudkan

sebagai daftar pertanyaan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari para

(17)

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yanglebih mudah dibaca dan dipresentasikan. (Singarimbun, 2006:263). Data

yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dan diintepretasikan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai

berikut :

3.6.1 Analisis tabel tunggal

Analisis tabel tunggal adalah suatu analisis yang dilakukan dengan

membagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang

dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Tabel tunggal merupakan

langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom,

sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. (Singarimbun,

2006:226).

3.6.2 Analisis tabel silang

Analisis tabel silang adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis

dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel

lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut positif atau

negatif. (Singarimbun, 2008:273).

3.6.3 Uji Hipotesis

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif

yang digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas dengan variabel

terikat. Adapun metode yang digunakan untuk uji hipotesis ini adalah

Rank Order Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

Rho = koefisien korelasi rank order

D = perbedaan antara pasangan jenjang sigma atau jumlah

(18)

Universitas Sumatera Utara 6 = bilangan konstan

Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Jika rs < 0 maka hipotesis ditolak

Jika rs > 0 maka hipotesis diterima

Kemudian untuk melihat tinggi/rendahnya korelasi tersebut digunakan skala

Guilford atau koefisien asosiasi (Kriyantono, 2006: 169) sebagai berikut:

< 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,39 : hubungan rendah tapi pasti

0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

> 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.

Berdasarkan nilai rs (rho), untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dilakukan uji Determinasi, adapun rumus yang digunakan:

D = rs² x 100%

Keterangan:

D = Kekuatan Determinan (Kekuatan Prediksi)

(19)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menguraikan hasil dari penelitian

yang telah dilakukan mengenai tayangan iklan visual rokok terhadap minat

konsumsi masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan,

RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang yang berjumlah 70 orang yang

sesuai dengan kriteria peneliti. Peneliti menggunakan rumus teknik penarikan

sampel yang dikemukakan oleh Arikunto, apabila sampel di bawah 100 orang

maka sampel menjadi keseluruhan populasi atau total sampling. Peneliti

menyebarkan kuesioner penelitian kepada responden dan untuk menghindari

kesalahan dalam pengisian kuesioner, peneliti selalu mendampingi responden saat

sedang melakukan pengisian. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak dimengerti oleh responden. Mayoritas dari

responden terkadang tidak mengerti beberapa pertanyaan yang diajukan dalam

kuesioner sehingga peneliti harus kembali menyederhanakan kata – kata yang

terdapat dalam pertanyaan tersebut agar responden mengerti.

Setelah seluruh data diperoleh kemudian peneliti melakukan uji validitas

dan reliabilitas kueisoner, lalu peneliti mengolah data tersebut kedalam tabel

tunggal dan tabel silang, dan akhirnya melakukan uji hipotesis dan mengambil

kesimpulan dan saran dari hasil penelitian untuk kepentingan berbagai pihak.

4.1.2 Tahap Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan

data hasil jawaban mahasiswa dalam kuesioner penelitian. Pengolahan data ini

meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penomoran kuesioner

Proses ini dilakukan dengan memberikan nomor urut pengenal pada

(20)

Universitas Sumatera Utara Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki apabila ada kesalahan dalam

pengisian untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan

menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan anjuran pengisian kuesioner.

3. Coding

Merupakan proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke dalam kotak skor yang disediakan dalam bentuk angka.

4. Inventarisasi Variabel

Yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar tabel

foltron cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam kesatuan. 5. Tabulasi data

Memindahkan variabel responden yang sudah melalui pengkodean dan

inventarisasi variabel kedalam kerangka tabel. Adapun tabel sebanyak

jumlah pertanyaan dari kuesioner. Data disajikan dalam bentuk tabel

tunggal dan dirinci melalui kategori, frekuensi dan persentase. Selanjutnya

untuk memperjelas isi tabel dianalisis kecenderungan jawaban sebagai jawaban mayoritas yang menunjuk keadaan umumnya.

6. Pengujian hipotesis

Tahap pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang

ditemukan menolak atau menerima hipotesa penelitian yang diajukan.

Guna mengukur hubungan tinggi atau rendahnya hubungan antar variabel digunakan rumus spearman rho koefisien.

4.2 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah suatu analisa yang dilakukan dengan

membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar

frekuensi. Tabel tunggal merupakan awal dalam menganalisa kolom yang terdiri

(21)

bawah ini.

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin Frekuensi %

Laki-laki 56 80.0

Perempuan 14 20.0

Total 70 100.0

Sumber : P1/FC3

Pada tabel 4.1 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan jenis

kelamin. Mayoritas responden sebanyak 56 responden (80%) adalah laki-laki dan

sisanya adalah responden perempuan yakni sebanyak 14 responden (20%). Dari

uraian diatas, dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih besar daripada

responden perempuan.

Sumber : P2/FC4

Pada tabel 4.2 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan usia

responden. Mayoritas responden berusia 26-30 tahun sebanyak 32 orang atau

45,7% dan jumlah responden yang paling sedikit adalah umur ≤ 17 tahun yakni sebanyak 10 orang atau 14,3%.

Tabel 4.2 Usia Responden

Usia Responden Frekuensi %

Usia ≤ 17 tahun 10 14.3

Usia 17-25 Tahun 16 22.9

Usia 26-30 Tahun 32 45.7

Usia 31-35 Tahun 12 17.1

(22)

Universitas Sumatera Utara Sumber : P3/FC5

Pada tabel 4.3 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan jenis

rokok. Mayoritas responden perokok sampoerna mild sebanyak 33 responden

(47.1%), perokok djarum mild sebanyak 27 responden (38.6%), dan jenis rokok

responden yang paling sedikit adalah dunhill mild yakni sebanyak 10 responden

(14,3%). Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih besar

daripada responden perempuan.

Tabel 4.4

Kategori Tayangan Iklan Visual Rokok di Televisi

Kategori Iklan Visual

Rokok di Televisi (X) Frekuensi %

Diterima 68 97.1

Tidak Diterima 2 2.9

Total 70 100.0

Pada tabel 4.4 menunjukkan kategori iklan visual rokok di televisi adalah

68 responden (97,1%) menyatakan menerima tayangan iklan visual rokok di

televise dan sisanya mengatakan tidak sebanyak 2 responden (2,9%).

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa iklan visual rokok di televisi

dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan sangat mempengaruhi konsumen

dalam memilih jenis rokok yang ditayangkan di televisi.

Jenis Rokok Frekuensi %

Sampoerna Mild 33 47.1

Djarum Mild 27 38.6

Dunhill Mild 10 14.3

(23)

Kategori Minat Konsumsi Merokok Masyarakat

Kategori Minat Konsumsi

Merokok Masyarakat (Y) Frekuensi %

Berminat 67 95.7

Tidak Berminat 3 4.3

Total 70 100.0

Pada tabel 4.5 menunjukkan kategori minat konsumsi merokok di

masyarakat adalah 67 responden (95,7%) menyatakan berminat dan 3 responden

(4,3%) menyatakan tidak berminat untuk mengkonsumsi rokok.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan merokok di

masyarakat masih sangat tinggi dikarenakan visualisasi tayangan iklan visual

yang selalu mencuri perhatian khususnya para konsumen rokok. Tayangan iklan

visual rokok yang baik dan tepat sasaran menjadi nilai tersendiri bagi kalangan

masyarakat terkhusus para konsumen rokok. Hal itu menjadi tolak ukur dimana

kecenderungan minat konsumsi masyarakat tergantung dari segi visualisasi

(24)

Universitas Sumatera Utara Iklan Visual Rokok di Televisi Menarik Perhatian Konsumen

Iklan Menarik Perhatian Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 13 18.6

Tidak Setuju 6 8.6

Setuju 23 32.9

Sangat Setuju 28 40.0

Total 70 100.0

Sumber : P4/FC6

Pada tabel 4.6 menunjukkan penilaian responden mengenai tayangan iklan

visual rokok di televisi dapat menarik perhatian konsumen sebanyak 28 responden

(40%) menyatakan sangat setuju dan 6 responden (8.6%) menyatakan tidak setuju.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tayangan iklan visual rokok di

televisi sangatlah menarik minat konsumen dan berpengaruh terhadap keputusan

membeli konsumen terhadap jenis rokok yang ditayangkan, Keunikan dan

karakteristik dari suatu tayangan iklan visual rokok memberikan nilai tersendiri

terhadap minat konsumen terkhusus masyarakat RT/RW 001. Masyarakat

berpendapat bahwa tayangan iklan visual rokok yang menarik menjadi magnet

tersendiri dalam mencuri perhatian konsumen. Terlebih tayangan iklan visual

suatu jenis rokok yang sudah terkenal, menjadi modal yang kuat bagi produk

(25)

Sumber : P5/FC7

Pada tabel 4.7 menunjukkan penilaian responden mengenai Visualisasi

iklan visual rokok di televisi memberikan khas tersendiri dalam menarik minat

konsumen adalah 29 orang atau 41.4 % menyatakan sangat setuju dan 8 orang

atau 11.4% menyatakan tidak setuju.

Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa visualisasi

tayangan iklan visual rokok di televisi mempunyai ciri khas tersendiri tergantung

dari jenis rokok yang ditawarkan dan memberikan suatu image tersendiri dari tayangan tersebut. Kecenderungan konsumen memilih suatu jenis rokok lebih

besar kepada seberapa menariknya visualisasi yang ditampilkan, mengingat

masyarakat saat ini sangat mudah terpengaruh oleh tayangan iklan visualisasi. Visualisasi Iklan Visual Rokok Memberikan Ciri Khas

Visualisasi Memberi Ciri Khas Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 8 11.4

Tidak Setuju 14 20.0

Setuju 19 27.1

Sangat Setuju 29 41.4

(26)

Universitas Sumatera Utara Pesan Yang Disampaikan Sangat Unik

Pesan Yang Unik Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 10 14.3

Tidak Setuju 7 10.0

Setuju 23 32.9

Sangat Setuju 30 42.9

Total 70 100.0

Sumber : P6/FC8

Pada tabel 4.8 menunjukkan penilaian responden mengenai pesan yang

disampaikan oleh iklan visual rokok di televisi sangat unik adalah 30 responden

(42.9 %) menyatakan sangat setuju, begitu juga sebanyak 23 responden (32.9%)

menyatakan setuju, sedangkan 10 responden (14.3%) menyatakan sangat tidak

setuju.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pesan-pesan yang

disampaikan oleh tayangan iklan visual rokok di televisi saat ini sangatlah unik.

Penyampaian pesan yang singkat namun tepat sasaran menimbulkan kesan yang

mudah diingat oleh para konsumen. Pesan unik yang disampaikan oleh tayangan

iklan visual rokok sejalan dengan kondisi ataupun kehidupan masyarakat

sehari-harinya. Oleh sebab itu, masyarakat sangat menerima dan sangat setuju dengan

(27)

Perpaduan Warna Mencuri Perhatian Konsumen

Perpaduan Warna Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 19 27.1

Tidak Setuju 13 18.6

Setuju 20 28.6

Sangat Setuju 18 25.7

Total 70 100.0

Sumber : P7/FC9

Tabel 4.9 menunjukkan penilaian responden mengenai perpaduan warna

yang terkandung dalam iklan visual rokok sangat bervariasi sehingga dapat

mencuri perhatian konsumen. Sebanyak 20 responden (28.6%) menyatakan setuju

akan hal itu dan 13 responden (18,6%) menyatakan tidak setuju.

Dapat disimpulkan bahwa tayangan iklan visual rokok saat ini sangat

pandai dalam hal pemilihan warna. Perpaduan warna yang ditampilkan dapat

mencuri perhatian konsumen dan juga merangsang para konsumen dalam memilih

jenis rokok yang ditawarkan. Konsumen juga menyadari warna-warna yang

terkandung juga sangat membosankan, dapat dilihat sebanyak 19 responden

(27.1%) menyatakan tidak setuju. Perbandingan penilaian responden sangatlah

(28)

Universitas Sumatera Utara Warna-warna Yang Ditampilkan Memiliki Makna dan Ciri Khas

Warna Memiliki Makna Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 13 18.6

Tidak Setuju 4 5.7

Setuju 17 24.3

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P8/FC10

Pada tabel 4.10 menunjukkan penilaian responden mengenai warna-warna

yang ditampilkan dari iklan visual rokok mempunyai makna dan ciri khas

tersendiri. Adalah 36 responden (51,4 %) menyatakan sangat setuju sedangkan

sebanyak 4 responden (5,7%) menyatakan tidak setuju.

Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemilihan dan

perpaduan warna dalam tayangan iklan visual rokok di televisi sangatlah menarik

dan juga memiliki arti dan makna tersendiri. Pada jenis rokok tertentu

warna-warna yang terkandung dalam tayangan iklan visualnya sudah mewakilkan cirri

khas yang ingin disampaikan. Ciri khas tersebutlah menjadi magnet yang dapat

merangsang konsumen agar tetap memilih jenis rokok tersebut dan tidak akan

(29)

Ilustrasi Yang Ditampilkan Mengikuti Trend Masa Kini

Ilustrasi Yang Modern Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 19 27.1

Tidak Setuju 3 4.3

Setuju 13 18.6

Sangat Setuju 35 50.0

Total 70 100.0

Sumber : P9/FC11

Pada tabel 4.11 menunjukkan penilaian responden mengenai ilustrasi yang

ditampilkan iklan visual rokok mengikuti trend masa kini. Sebanyak 35 responden

(50.0%) menyatakan sangat setuju dan 3 responden (4,3%) menyatakan tidak

setuju.

Dapat digambarkan bahwa ilustrasi yang ditampilkan tayangan iklan

visual rokok di televisi tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini. Begitu juga

dengan perkembangan zaman modern yang sangat cepat, ilustrasi tayangan iklan

visual rokok juga tidak kalah pesatnya. Masyarakat sangat setuju dengan hal ini

dengan persentase yang cukup besar berbanding terbalik dengan responden yang

ridak menyetujui hal tersebut. Gambar ilustrasi yang ditampilkan jadi lebih mudah

dicerna dan dimengerti sehingga masyarakat tidak merasa kebingungan dengan

(30)

Universitas Sumatera Utara Durasi Tayangan Berpengaruh Terhadap Minat Konsumen

Durasi Tayangan Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 11 15.7

Tidak Setuju 7 10.0

Setuju 16 22.9

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P10/FC12

Pada tabel 4.12 menunjukkan penilaian responden terhadap durasi

tayangan iklan visual rokok yang berpengaruh besar terhadap minat konsumen.

Sebanyak 36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju, dan sebanyak 7

responden (10,0%) menyatakan tidak setuju.

Uraian diatas menyimpulkan bahwa durasi tayangan sangat berpengaruh

besar. Durasi yang singkat, padat, namun tepat sasaran dapat memancing

konsumen dalam memilih jenis rokok yang ditawarkan. Terlebih durasi tayangan

(31)

Durasi Iklan Harus Singkat Dan Tepat Sasaran

Durasi Iklan Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 15 21.4

Tidak Setuju 4 5.7

Setuju 15 21.4

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P11/FC13

Pada tabel 4.13 menunjukkan penilaian responden terhadapa durasi yang

ditampilkan iklan visual rokok harus singkat namun tepat sasaran. Sebanyak 36

responden (51,4%) menyatakan sangat setuju akan hal ini sedangkan 4 responden

(5,7%) menyatakan tidak setuju.

Dari tabel diatas masyarakat sangat setuju akan hal ini. Durasi tayangan

iklan harus sesuai dengan prosedur tayangan periklanan yang seharusnya. Pada

tahap ini peneliti menilai bahwa durasi tayangan iklan visual rokok yang disusun

secara rapi dan menarik dapat mencuri perhatian konsumen dan menjadi suatu

pemicu rangsangan yang kuat kepada konsumen khususnya perokok.

Keefektivitas pesan yang disampaikan harus sesingkat mungkin namun tetap

mengenai sasaran, sehingga konsumen dapat lebih selektif dalam memilih jenis

(32)

Universitas Sumatera Utara Konsumen Sangat Selektif Memilih Suatu Jenis Rokok

Konsumen Sangat Selektif Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 13 18.6

Tidak Setuju 6 8.6

Setuju 23 32.9

Sangat Setuju 28 40.0

Total 70 100.0

Sumber : P12/FC14

Pada tabel 4.14 menunjukkan penilaian responden konsumen sangat

selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan. Adalah 28 responden

40% menyatakan sangat setuju dan 6 responden (8,6%) menyatakan tidak setuju.

Dewasa ini konsumen sangatlah selektif dalam memilih suatu jenis

barang/jasa yang ingin dimiliki maupun dikonsumsinya. Konsumen perokok salah

satunya yang paling selektif dalam mementukan pilihannya. Jenis rokok yang

sudah sering dikonsumsi sangatlah berpengaruh bila ada salah satu dari jenis

rokok baru yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan bahwa peran tayangan iklan

visual rokok sangat berpengaruh terhadap suatu jenis rokok tersebut. Persaingan

pasar yang semakin pesat membuat produsen rokok berusaha semaksimal

(33)

Jingle/Musik Iklan Visual Rokok Harus Sesuai Dengan Jenis Rokok

Jingle/Musik Harus Sesuai Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 8 11.4

Tidak Setuju 14 20.0

Setuju 19 27.1

Sangat Setuju 29 41.4

Total 70 100.0

Sumber : P13/FC15

Pada tabel 4.15 menunjukkan penilaian responden mengenai jingle/musik

iklan visual rokok harus sesuai dengan produk/jenis rokok yang ditawarkan.

Sebanyak 29 responden (41.4%) menyatakan sangat setuju dan 8 responden

(11,4%) menyatakan tidak setuju.

Selain tayangan iklan visual rokok harus menarik dan tepat sasaran,

jingle/music yang ditampilkan oleh iklan visual juga harus dapat mewakili dari

jenis rokok tersebut. Pemilihan jingle/music yang pas harus disesusaikan dengan

target konsumen yang ingin dicapai. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa

responden sangat setuju dalam hal ini, dan suatu jenis rokok tertentu sudah

(34)

Universitas Sumatera Utara Pemilihan Jingle/Musik Harus Memiliki Ciri Khas Tersendiri

Pemilihan Jingle/Musik Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 10 14.3

Tidak Setuju 7 10.0

Setuju 23 32.9

Sangat Setuju 30 42.9

Total 70 100.0

Sumber : P14/FC16

Pada tabel 4.16 menunjukkan penilaian responden terhadap memilihan

jingle/musik iklan visual rokok harus memiliki ciri khas tersendiri dari produk

rokok tersebut. Sebanyak 30 responden (42.9%) menyatakan sangat setuju akan

hal ini sedangkan 7 responden (10,0%) menyatakan tidak setuju.

Pemilihan jingle/musik dalam tayangan iklan visual rokok harus

semenarik mungkin ditampilkan dengan tujuan menarik minat konsumen

khususnya konsumen rokok. Jingle/musik yang ditampilkan harus dapat mewakili

produk/jenis rokok yang ditawarkan. Ciri khas produk rokok dapat terlihat dari

pemilihan jingle/musik yang baik dan perpaduan musik yang ditampilkan dapat

mewakili jenis produk rokok tersebut. Dalam hal ini, konsumen dapat mengingat

(35)

Model Iklan Harus Menarik Minat Konsumen

Model Iklan Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 19 27.1

Tidak Setuju 13 18.6

Setuju 20 28.6

Sangat Setuju 18 25.7

Total 70 100.0

Sumber : P15/FC17

Pada tabel 4.17 menunjukkan tentang penilaian responden terhadap model

iklan yang ditampilkan harus semenarik mungkin dengan tujuan dapat menarik

minat konsumen. Sebanyak 20 responden (28.6%) menyatakan sangat setuju akan

hal ini dan 13 responden (18.6%) menyatakan tidak setuju.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan model dalam suatu

iklan harus teliti dan jeli mengingat tayangan iklan visul rokok sangat sering kita

lihat di televisi. Model iklan yang baik dapat seoptimal mungkin merangsang

perhatian konsumen khususnya konsumen rokok. Dari segi tampilan dan gaya

yang ditampilkan oleh model iklan haruslah terlihat elegant dan sebaik mungkin

agar konsumen tidak merasa bosan pada saat menonton tayangan iklan visual

(36)

Universitas Sumatera Utara Model Iklan Yang Menarik Dapat Merangsang Respon Konsumen

Model Iklan Harus Menarik Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 13 18.6

Tidak Setuju 4 5.7

Setuju 17 24.3

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P16/FC18

Pada tabel 4.18 menunjukkan tentang penilaian responden dimana

semakin menarik model iklan tersebut, semakin baik pula respon konsumen dalam

memilih produk rokok tersebut. Dari kuesioner yang disebar adalah 36 responden

(51.4%) menyatakan sangat setuju sedangkan 4 responden (5,7%) menyatakan

tidak setuju akan hal ini.

Uraian diatas menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan

pemilihan model yang menarik. Model yang baik dapat mempengaruhi respon

daripada konsumen. Apalagi model tersebut sudah terkenal, alhasil jenis/produk

rokok tersebut sudah dapat merangsang perhatian konsumen terkhusus perokok.

Masyarakat menyambut positif akan hal ini ditunjukkan dengan total persentase

sebesar 75.7% yang menyatakan setuju dan sangat setuju, dimana angka ini sudah

hampir mencapai total responden. Pemilihan model iklan yang menarik menjadi

suatu hal yang mendasar bagi promotor dalam menyajikan tayangan iklan visual

rokok yang dapat merangsang konsumen untuk memilih dan mengkonsumsi suatu

jenis rokok tersebut. Model iklan yang baik dalam tayangan iklan visual rokok

(37)

Keunikan Iklan Visual Rokok Merangsang Minat Konsumsi Yang Sangat Kuat

Keunikan Iklan Visual Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 19 27.1

Tidak Setuju 3 4.3

Setuju 13 18.6

Sangat Setuju 35 50.0

Total 70 100.0

Sumber : P17/FC19

Pada tabel 4.19 menunjukkan penilaian responden terhadap keunikan yang

ditampilkan iklan visual rokok merangsang minat konsumsi yang sangat kuat.

Sebanyak 35 responden (50,0%) menyatakan sangat setuju dan 3 responden

(4,3%) menyatakan tidak setuju.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa iklan visual rokok ditelevisi

harus dapat menarik minat konsumen juga harus menunjukkan sisi keunikan

didalamnya. Keunikan tersebut mencakup isi dari tayangan iklan visual rokok

yang dapat memberikan nilai positif dan juga ada unsur interaktif dari jenis/merk

rokok tersebut. Responden menilai bahwa rangsangan konsumsi yang kuat

terdapat dari segi keunikan yang dapat mewakili dari ciri khas jenis/merk rokok

(38)

Universitas Sumatera Utara Karakteristik Iklan Visual Rokok Dapat Menarik Perhatian

Konsumen

Karakteristik Iklan Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 13 18.6

Tidak Setuju 6 8.6

Setuju 23 32.9

Sangat Setuju 28 40.0

Total 70 100.0

Sumber : P18/FC20

Pada tabel 4.20 menunjukkan penilaian responden terhadap karakteristik

dari suatu iklan visual rokok dapat menarik perhatian konsumen. Adalah 28

responden (40,0%) menyatakan sangat setuju dan 6 responden (8,6%) menyatakan

tidak setuju.

Uraian pada tabel diatas dapat peneliti simpulkan bahwa iklan visual rokok

harus menunjukkan kualitas dan kuantitasnya dari sisi karakterikstik yang kuat

yang dapat mewakili ciri khas dari suatu jenis/merk rokok. Sebanyak 51

responden menyetujui akan hal ini mengingat karakteristik dari iklan visual rokok

harus menarik dan sebagai salah satu faktor yang dapat merangsang perhatian dari

(39)

Konsumen Sangat Selektif Dalam Memilih

Konsumen Selektif Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 8 11.4

Tidak Setuju 14 20.0

Setuju 19 27.1

Sangat Setuju 29 41.4

Total 70 100.0

Sumber : P19/FC21

Pada tabel 4.22 menunjukkan penilaian responden konsumen sangat

selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan. Sebanyak 29

responden (41,1%) menyatakan sangat setuju dan 8 responden (11,4%)

menyatakan tidak setuju.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa responden rata-rata selektif

dalam memilih suatu jenis/merk rokok. Ketertarikan konsumen dapat dlihat dari

segi penyampain pesan yang baik dari iklan visual rokok dan juga kualitas

maupun kuantitas dari suatu jenis/merk rokok. Merk yang terkenal sudah pasti

diminati oleh para konsumen, namun tidak menutup kemungkinan peluang bagi

jenis/merk rokok yang baru bilamana dapat menyajikan suatu tayangan iklan

(40)

Universitas Sumatera Utara Harga Sangat Berpengaruh Terhadap Minat Konsumen

Harga Berpengaruh Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 10 14.3

Tidak Setuju 7 10.0

Setuju 23 32.9

Sangat Setuju 30 42.9

Total 70 100.0

Sumber : P20/FC22

Pada tabel 4.23 menunjukkan penilaian responden terhdap harga dari jenis

rokok yang ditawarkan sangat berpengaruh terhadap minat konsumen. Adalah 30

responden (42,9%) menyatakan sangat setuju sedangkan 7 responden (10%)

menyatakan tidak setuju.

Harga dari suatu jenis/merk rokok salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi minat konsumen. Harga dapat bersaing antara satu jenis/merk

rokok terhadap jenis/merk rokok yang lainnya. Semakin terkenal suatu jenis/merk

rokok maka harganya pun semakin tinggi, dikarenakan faktor kualitas dan

kuantitas yang ditawarkan. Namun harga yang relatif murah merupakan salah satu

senjata yang efektif dalam mencuri perhatian konsumen. Harga dapat disesuaikan

dengan kondisi konsumen saat ini. Masyarakat sangat selektif dan sensitif dengan

faktor harga. Harga ekonomis dapat dengan mudah menarik sebanyak mungkin

(41)

Faktor Usia Berperan Penting Terhadap Minat Konsumsi

Faktor Usia Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 19 27.1

Tidak Setuju 13 18.6

Setuju 20 28.6

Sangat Setuju 18 25.7

Total 70 100.0

Sumber : P21/FC23

Pada tabel 4.24 menunjukkan penilaian responden terhadap faktor usia

konsumen berperan penting terhadap minat konsumsi suatu jenis rokok. Sebanyak

20 responden (28,6%) menyatakan setuju akan hal ini dan 13 responden (18,6%)

menyatakan tidak setuju.

Uraian diatas menunjukkan minat konsumsi masyarakat sangat tinggi

terhadap jenis/merk terntentu, Dikarenaka oleh faktor usia dari masyarakat yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Usia produktif cenderung

mengkonsumsi jenis/merk rokok yang kadar nikotinnya masih rendah, sedangkan

responden yang berusia tua cenderung mengkonsumsi kadar nikotin yang tinggi.

Pemilihan jenis/merk suatu produk rokok dilihat dari ukuran kualitas dan

kuantitas produk rokok tersebut. Semakin baik kuantitas dan kualitasnya, semakin

banyak pula konsumen yang membeli dan mengkonsumsinya, dan begitu juga

(42)

Universitas Sumatera Utara Jenis Rokok Mempengaruhi Minat Konsumsi

Jenis Rokok Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 13 18.6

Tidak Setuju 4 5.7

Setuju 17 24.3

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P22/FC24

Pada tabel 4.25 menunjukkan penilaian responden terhadap jenis rokok

yang ditawarkan iklan visual rokok berpengaruh terhadap minat konsumsi.

Sebanyak 36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju sedangkan sebanyak 4

respoden (5,7%) menyatakan tidak setuju.

Jenis rokok yang beredar dikalangan masyarakat saat ini sangat beragam

dengan segala keunikan yang ditampilkan. Masyarakat juga sangat selektif dalam

memilih dan mengkonsumsi suatu jenis/merk rokok. Terdapat beberapa jenis

rokok antara lain mild, menthol, dan kretek. Dari keanekaragaman jenis rokok

tersebut mempunyai konsumen tersendiri tergantung dari minat konsumsi

masing-masing individu. Jenis rokok yang dipasarkan haruslah tepat sasaran dan dapat

diterima dengan baik terkhusus masyarakat RT/RW 001, dimana terdapat

berbagai kalangan dan profesi yang ada. Oleh karenanya, masyarakat sangat

(43)

Hasrat Konsumsi Tergantung Dari Seberapa Menariknya Visualisasi Iklan

Hasrat Konsumsi Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 19 27.1

Tidak Setuju 3 4.3

Setuju 13 18.6

Sangat Setuju 35 50.0

Total 70 100.0

Sumber : P23/FC25

Pada tabel 4.26 menunjukkan penilaian responden terhadap hasrat

konsumsi konsumen tergantung dari seberapa menariknya visualisasi iklan yang

ditampilkan. Sebanyak 35 responden (50%) menyatakan sangat setuju dan 3

responden (4,3%) menyatakan tidak setuju.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat pandai dalam

menentukan pilihannya terhadap suatu jenis/merk rokok. Visualisasi tayangan

iklan di televisi sangat mempengaruhi faktor tersebut. Visualisasi tayangan iklan

yang baik dan menarik dapat secepat mungkin menarik perhatian maupun minat

konsumsi masyarakat. Sebesar 50% dari responden menyatakan sangat setuju

terhadap hal ini, berbanding jauh dengan respon masyakarat yang tidak setuju.

Dapat ditarik garis besar bahwa visualisasi tayangan iklan visual berpengaruh

(44)

Universitas Sumatera Utara Slogan Dapat Menentukan Minat Konsumen

Slogan Menentukan Minat Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 11 15.7

Tidak Setuju 7 10.0

Setuju 16 22.9

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P24/FC26

Pada tabel 4.27 menunjukkan penilaian responden terhadap slogan dari

iklan visual rokok di televisi juga dapat menentukan minat konsumen. Sebanyak

36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju dan 7 responden (10%)

menyatakan tidak setuju.

Uraian diatas menunjukkan bahwa masyarakat sangat memperhatikan

slogan yang terdapat dalam tayangan iklan visual rokok tersebut. Seperti jenis

rokok Sampoerna Mild yang memiliki slogan “Go A Head” yang merupakan slogan jenis/merk rokok tersebut yang sudah dikenal baik oleh masyarakat. Begitu

juga dengan produk rokok yang lain yang memiliki slogan yang berbeda pula.

Slogan diciptakan untuk mewakili kualitas dan kuantitas jenis/merk rokok

tersebut. Slogan yang menarik dan masuk akal dapat merangsang pikiran maupun

hasrat konsumen secara menyeluruh, dan dapat menyedot perhatian masyarakat

(45)

Kualitas Dan Kuantitas Jenis Rokok Menjadi Nilai Tersendiri

Kualitas dan Kuantitas Frekuensi %

Sangat Tidak Setuju 15 21.4

Tidak Setuju 4 5.7

Setuju 15 21.4

Sangat Setuju 36 51.4

Total 70 100.0

Sumber : P25/FC27

Pada tabel 4.28 menunjukkan penilaian responden terhadap kualitas dan

kuantitas suatu jenis rokok menjadi nilai tersendiri dalam menarik minat

konsumen. Sebanyak 36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju dan 7

responden (10%) menyatakan tidak setuju.

Dari uraian tabel diatas menunjukkan respon positif dari masyarakat

terhadap kualitas dan kuantitas jenis/merk rokok. Kualitas suatu jenis/merk rokok

terdapat pada rasa tembakau yang dihadirkan oleh jenis/merk tersebut. Begitu

juga dengan kuantitas yang ditawarkan harus dapat semenarikmungkin mencuri

perhatian konsumen. Kualiatas dan kuantitas jenis/merk rokok yang baik dapat

(46)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.28

Tabulasi Silang Antara Iklan Visual Rokok di Televisi Dengan Minat Konsumsi Masyarakat

Count

Minat Konsumsi Rokok

Total Berminat Tidak Berminat

Iklan Visual Rokok Diterima 67 1 68

Tidak Diterima 0 2 2

Total 67 3 70

Dari analisis diatas, terdapat jumlah responden sebanyak 70 orang. Dari 70

orang responden, terdapat 68 responden yang mengkonsumsi rokok menerima

dengan baik tayangan iklan visual rokok di televisi. Selanjutnya dari 70 responden

tersebut terdapat 3 responden yang mengatakan mengkonsumsi rokok, dimana 2

responden tidak menerima dengan baik tayangan iklan visual rokok dan 1 orang

(47)

Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis

adalah rumus Spearman Rho Koefisien, yaitu metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal

Jika rho < 0, maka hipotesis ditolak

Jika rho > 0, maka hipotesis diterima.

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi (derajat hubungan)

digunakan skala Guildford atau koefsien asosiasi, sebagai berikut < 0,20 : hubungan rendah sekali

0,20 – 0,39 : hubungan rendah tapi pasti

0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti

0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat

> 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali.

Iklan Visual Correlation Coefficient

1.000 .953**

Sig. (2-tailed) . .000

N 70 70

Minat Konsumsi Rokok Correlation Coefficient .953** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(48)

Universitas Sumatera Utara

Sperman Rho Koefisien, terlihat angka ,953 yang diartikan sebagai 0,953. Angka tersebut adalah koefisien korelasi. Diambil dua digit

terakhir dibelakang koma menjadi 0,95. Angka tersebut menunjukkan

hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali karena terletak pada

interval 0,71-0,90 pada skala Guildford. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan atau diuraikan bahwa terdapat hubungan yang cukup

kuat antara iklan visual rokok ditelevisi dengan minat konsumsi

masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan,

RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang.

2. Signifikasi atau nilai korelasi Spearman dapat diuji dengan menyusun

hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada pengaruh antara iklan visual rokok di televisi terhadap

minat konsumsi masyarakat.

Ha : Ada pengaruh antara iklan visual rokok di televisi terhadap minat

konsumsi masyarakat.

Pengujian dilakukan dengan dua sisi karena yang dicari adalah terdapat

atau tidaknya hubungan antara variabel. Nilai signifikasi pada tabel

menunjukan nilai 0,01 yang berarti menolak Ho dan menerima Ha.

3. Dasar pengambilan keputusan signifikasi:

Keputusan pada baris baik pada sel kanan atas maupun kiri bawah

(sig.(2-tailed)), angka t tabel adalah 0,01, dimana 0,01 < 0,05. Dengan

demikian dapat diambil keputusan bahwa iklan visual rokok ditelevisi

terhadap minat konsumsi masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru,

Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli

(49)

Banyak dari jenis - jenis rokok yang beredar di pasaran seperti yang di

produksi oleh 41 produsen rokok yang ada di Indonesia saat ini dan ada 3 jenis

rokok antaralain, rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya

daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu,

rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau

dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu,

dan rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,

cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu.

Rokok merupakan salah satu pembunuh yang paling dekat dengan kita

sekarang ini, karena akses yang mudah untuk mendapatkannya dan hampir semua

kalangan dari mulai anak – anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia pun sudah

mengkonsumsinya. Pemerintah sudah mulai khawatir terhadap fenomena yang

sangat memprihatinkan yang menimpa generasi muda bangsa Indonesia karena

banyak dari generasi muda Indonesia sekarang yang berusia di bawah 17 tahun

yang sudah mulai mengkonsumsi rokok bahkan sudah menjadikan rokok sebagai

salah satu kebutuhan mereka.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Dewi (2010) mengenai Brand Exposure Dan Brand Recall (Studi Tentang Terpaan Iklan Rokok Sampoerna A Mild Terhadap Brand RecallPerokok

Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS Angkatan Tahun 2007) menyimpulkan

bahwa brand exposure berpengaruh terhadap brand recall(positioning) pada

iklan rokok Sampoerna A Mild di kalangan perokok mahasiswa Fisip

Angkatan 2007 tahun 2010, dapat disimpulkan bahwa terpaan brand

exposureberpengaruh terhadap brand recall(positioning) pada iklan rokok

sampoerna A Mild dikalangan perokok mahasiswa Fisip Angkatan 2007. Hal

ini dapat dapat diketahui melalui hasil uji spearman ranksebesar 0,857 > 0,05.

Hasil penelitian di atas juga masih relevan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh mengenai Desfita (2006) mengenai Daya Tarik Periklanan

Menurut Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu (Studi Kasus Pada

(50)

Universitas Sumatera Utara produsen rokok A Mild meskipun iklan yang ditampilkan selalu berbeda dalam

waktu tertentu sedangkan mahasiswa yang tidak merokok sulit untuk memahami

iklan karena terlalu seringnya iklan rokok A Mild berubah dengan versi yang

berbeda dan mereka beranggapan bahwa tidak ada hubungannya antara iklan

dengan produk yang diiklankan. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa ada perbedaan jenis-jenis pesan iklan (humor, daya tarik rasa takut, slogan,

animasi dan iklan perbandingan) yang paling menarik di kalangan mahasiswa

dimana menurut mahasiswa perokok yang paling menarik adalah humor

sedangkan mahasiswa yang tidak merokok adalah animasi. Selain itu dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bentuk media periklanan

(televisi, radio, surat kabar, majalah dan brosur atau spanduk) yang paling

menarik di kalangan mahasiswa dimana menurut mahasiswa perokok dan

mahasiswa yang tidak merokok yang paling menarik adalah televisi. Dari hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan bentuk model atau

pendukung iklan (bintang film, orang tidak terkenal, atlet, model dan tokoh fiktif)

yang paling menarik di kalangan mahasiswa dimana menurut mahasiswa perokok

yang paling menarik adalah bintang film sedangkan mahasiswa yang tidak

merokok adalah tokoh fiktif.

Televisi dinilai oleh masyarakat sebagai kotak ajaib yang mampu

mempengaruhi sugesti dan alam pikiran masyarakat, hal itu dikarenakan bahwa

sebuah televisi selain memberikan informasi secara aktual dan faktual, televisi

juga menyajikan acara yang sifatnya menghibur. Televisi telah menjadi bagian

dari suatu kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar

informasi dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk yang paling ampuh

dalam menggiring pikiran masyarakat yang menjadi target audiensnya, untuk

masuk dalam jebakan melalui iklan televisi hingga pada akhirnya nanti pemirsa

rela merogoh kantongnya, hanya untuk mengikuti apa yang ditawarkan melalui

rangkaian gambar fantastik yang telah dikonstruksi maknanya. Iklan televisi telah

berkolusi dengan industri media televisi serta ideologi yang tertanam, banyak

(51)

“gaya hidup” di masyarakat yang cenderung konsumtif.

Dampak yang ditimbulkan dari pengaruh iklan televisi yang terselip dalam

tayangannya itu, merupakan cerminan budaya baru yang lagi ngetred hasil

lansiran Global Kapitalism Ideology. Dan kenyataan ini merupakan keadaan yang

kontradiktif terhadap budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai keluhuran

budi pekerti, sifat sabar dan norma kesantunan yang kita banggakan selama negeri

ini didirikan. Hegemoni budaya kapitalis yang terlahir merupakan cerminan dari

realitas kehidupan baru, tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dengan

tingginya intensitas itu, telah dikwatirkan banyak pihak akan melindas

kebudayaan sebelumnya yang sudah tertanam dengan mapan dalam relung-relung

kehidupan masyarakat. Guna mencegah dan meminimalisir dampak negatifnya,

maka diperlukan suatu sikap yang arif dalam melihat, mencerna dan memahami

hegemoni budaya asing ini dengan cermat, agar tidak terbius dari racun-racun

iklan televisi yang tak luput dari penglihatan masyarakat sehari-hari.

Komunikasi visual merupakan salah satu model komunikasi yang

menggunakan bahasa visual atau gambar dimana bahasa visual atau gambar

tersebut merupakan salah satu kekuatan yang paling utama dalam menyampaikan

sesuatu yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan

yang memiliki arti tertentu agar pesan dapat tersampaikan secara jelas dan

dimengerti makna sesungguhnya. Dalam komunikasi visual ilustrasi – ilustrasi

atau gambar yang dipilih sangatlah berpengaruh dalam kesuksesan komunikator

dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Pemerintah dalam hal ini sudah

mulai menerapkan peraturan kepada seluruh produsen rokok di Indonesia untuk

menggunakan gambar peringatan tentang bahaya merokok di produk mereka

masing - masing dan dalam hal ini komunikasi visual digunakan sebagai sarana

penyampaian pesan yang menggunakan media gambar yang bertujuan untuk

mengurangi intensitas para perokok di Indonesia.

Iklan televisi sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian

tayangan program acara televisi, di mana kemunculannya selalu menghiasi dalam

hitungan menit di sela-sela ketika kita sedang menyaksikan televisi bertengger di

(52)

Universitas Sumatera Utara hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk paling ampuh dalam menggiring

pikiran masyarakat yang menjadi target audiensnya. Kita tanpa sadar telah

diperdaya oleh keberadaan iklan televisi untuk masuk dalam jebakannya, melalui

rangkaian gambar yang menarik hingga pada akhirnya nanti kita terprovokasi

olehnya dan rela merogoh kantong, hanya untuk mengikuti tawaran melalui

citraan gambar yang fantastik itu. Derasnya intensitas Iklan televisi yang

dilancarkan melalui media layar kaca itu, telah sedikit banyak mempengaruhi para

pemirsa untuk mengikuti jejak dari illustarsi yang telah mengopsesi para pemirsa

lewat citraan produknya itu, demi mendapatkan tuntutan ”gaya hidup” yang

notabene bagian penting dari kehidupan masyarakat modern.

Dewasa ini fenomena gaya hidup masyarakat modern dengan keragaman

kompleksitas problema yang ada, telah terserap oleh sebagian besar masyarakat,

hal ini dapat terjadi tidak lain dan tidak bukan dari pengaruh tayangan televisi

yang dilihatnya. Gejala ini dalam perkembangannya, begitu pesat masuk dalam

relung-relung kehidupan dari semua lapisan masyarakat, keberadaannya tumbuh

subur di masyarakat perkotaan bahkan hingga kini telah mengepedemi sampai

tingkat pedesaan, menyerang siapa saja yang menjadi targetnya, tak peduli

anak-anak, kaum remaja bahkan orang tuapun terseret dan telah menjadi mangsa dari

proses modernisasi gaya hidup. Derasnya durasi penayangan iklan televisi dari

berbagai macam merek produk, ditengah selipan acara-acara di televisi yang kita

tonton setiap hari, telah berdampak pada meningkatnya gaya hidup masyarakat

dan bercermin pada citraan iklan televisi.

Segala macam apa yang dicitrakan oleh beragam produk konsumtif lewat

iklan televisi, akan ditiru oleh masyarakat dan dianggap sebagai alat untuk

peningkatan kualitas identitas diri, dalam kehidupan masyarakat modern yang

semakin lama cenderung menuju ke arah kehidupan glamour dalam masyarakat

kapitalis dan hanyalah melahirkan manusia-manusia konsumtif dan hedonis. Lihat

saja cerminan realitas kehidupan remaja dewasa ini, seringnya di kalangan remaja,

gonta ganti assesoris mulai dari kemasan handphone, gelang, kalung, cincin

,minuman kaleng, tas, sepatu sampai pakaian ala artis idolanya serta rambut

(53)

ditimbulkan oleh iklan televisi tidak berhenti di situ saja, para anak-anak sekolah

dasarpun ikut bergaya memakai handphone yang tergolong mahal harganya. Fenomena ini akan mengejutkan lagi ketika sikap para orang tua merasa gatal

terbius oleh kegombalan iklan televisi dan ikut-ikutan mempercantik dirinya, ia

tak mau kalah dengan anak gadisnya dengan memotong rambutnya gaya seorang

artis idolanya menjadi bergelombang bagai rangkaian serutan kayu jati yang

melambai-lambai tertiup angin mamiri. Begitu dasyatnya pengaruh iklan televisi

terhadap pencitraan gaya hidup seseorang, hingga sampai-sampai orang mau

mengeluarkan segala macam kemampuan, meskipun dalam perjanannya diwarnai

dengan susah payah untuk meraihnya, demi untuk mengikuti trend gaya hidup

yang sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat modern.

Para pemasang iklan di media televisi telah menjalin hubungan yang erat

dengan industri televisi, karena keberadaan media ini dianggap sebagai suatu

sarana yang ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan provokatif terhadap target

audiens sebagai mangsanya. Peran iklan televisilah yang membuat siaran televisi

tetap hidup dan bisa bertahan dalam melangsungkan program penyiarannya.

Televisi dan iklan dapat diibaratkan burung jalak dengan badak yang saling

menguntungkan, dimana burung jalak mendapat makanan dari kutu-kutu yang

menempell di tubuh badak, sementara si badak tidak perlu repot membersihkan

badanya, mungkin binatang lain tentunya akan berguling-guling dalam

membersihkan kutu-kutunya. Demikian juga dengan kaiatan antara televisi dan

iklan, di mana keduanya merupakan menyatunya dua kepentingan dari segmentasi

pasar yang hampir sama. Hal ini dapat diartikan bahwa iklan memerlukan media

sebagai sarana penyampaian produk yang akan diinformasikan kepada masyarakat

luas, sementara televisi membutuhkan iklan guna pembiayaan operasional dan

pengembangan program siarannya.

Dalam sudut pandang komunikasi, “iklan merupakan pesan yang disebar

luaskan kepada khalayak untuk memberikan sesuatu atau menawarkan atau jasa

melalui media”. Penciptaan iklan televisi yang membawa pesan-pesan suatu

produk, dan dalam pengemasannya memakai cara-cara pendekatan secara

(54)

Universitas Sumatera Utara dalam mempengaruhi dan melumpuhkan pikiran konsumennya, bukan dengan

cara kekerasan, melainkan melalui pendekatan dengan penanaman ideologinya

yang terselip dalam “pencitraan produk”, hingga konsumen bertekuk lutut untuk

mau mengikuti ajakannya tanpa harus mengkritisinya. Inilah yang dikatakan oleh

Jacques Ellul tentang propaganda, “suatu cara untuk mencapai kekuasaan dengan

cara memanipulasi secara psikologis suatu kelompok atau massa, atau dengan

cara menggunakan kekuatan ini dengan dukungan dari massa”.

Tidak sedikit masyarakat yang termakan oleh ideologi iklan, lewat

tayangan televisi yang dikemas dan dikonstruksi sedemikian rupa serta

penyampaiannya begitu menarik dan atraktif, hingga masyarakat langsung

percaya dan meyakini tentang keistimewaan dari produk yang ditawarkan. Dalam

perancangannya, iklan televisi tak luput dari siklus trend yang berkembanmg

dimasyarakat, para kreator iklan sering menangkap isu yang bergaung dan

menjadi polemik di masyarakat, untuk kemudian diangkat menjadi suatu konsep

dalam perancangannya. Iklan televisi dewasa ini telah menjadi produk komuditas

baru yang mampu memenuhi keinginan para pemirsa dan tanpa disadari apa yang

tervisualisasi di hadapan mata, adalah hasil penciptaan suatu realitas baru yang

telah dikonstruksi ke dalam dunia maya itu, telah mengantarkan alam persepsi

pemirsa mengisyaratkan bahwa realitas imajinatif tersebut seolah-olah apa yang

mereka lihat adalah cerminan keaadaan yang sebenarnya. Persepsi inilah yang

muncul dalam pikiran pemirsa, hingga masyarakat selaku target iklan, mau

memakai produknya dan menghegemoni dalam kehidupan masyarakat luas

melalui praktik-praktik ekonomi, sosial dan budaya kapitalisme yang

mencerminkan budaya baru dalam lingkugan masyarakat kapitalis.

Dari pemaparan yang telah dibahas dengan beragam sudut pandang, maka

dapat ditarik benang merahnya. Televisi telah menjadi bagian dari suatu

kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar informasi

dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk yang paling ampuh dalam

menggiring pikiran masyarakat selaku target audiensnya, untuk masuk dalam

(55)

dengan segala macam ideologi yang banyak mencerminkan budaya dan faham

kapitalis pada setiap pesan yang terselip dalam produk citraanya, akan berdampak

pada penciptaan “gaya hidup” di masyarakat yang cenderung berjiwa konsumtif

dan hedonis. Timbulnya efek negatif pada perilaku insan negeri ini disebabkan

dari pengaruh iklan televisi, di mana dalam penayangannya merupakan cerminan

budaya baru yang lagi ngetrend di lingkungan masyarakat, hasil lansiran Global

Kapitalism yang terbawa oleh arus globalisasi. Kalau hal ini tidak diantisipasi

dengan baik, maka dikhawatirkan akan terus tumbuh subur, terutama di kalangan

remaja yang cenderung berpola hidup meniru dari tayangan televisi. Dan

kenyataan ini menimbulkan suatu pernyataan kontradiktif terhadap budaya

Indonesia yang terkenal menjunjung tinggi keluhuran budi pekerti, sifat sabar dan

norma kesantunan yang kita banggakan selama negeri ini didirikan.

Sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita semua, termasuk

kalangan berpendidikan tinggi baik dilingkungan pemerintahan, institusi sosial,

institusi pendidikan maupun masyarakat luas untuk senantiasa saling

mengingatkan, memberikan penerangan dan pencerahan kepada masyarakat,

bahwa segala macam yang tersembunyi di balik iklan televisi itu, tidak

selamanya benar. Bahkan ada teks serta makna media telah direkonstruksi dan

gambar-gambar fantastik hasil manipulasi hingga dapat menggiring persepsi

pemirsa ke arah yang bisa menyesatkan. Persepsi sangat bahaya sekali, bila

tayangan tersebut dilihat oleh orang-orang yang tak dibekali dengan daya nalar

tinggi untuk memahami makna-maknnya dengan benar.

Diperlukan suatu ketegasan dari pihak terkait, untuk mengapresiasi

tentang pengaplikasian kode etik periklanan dan jurnalistik dalam perancangan

program acara televisi, karena perencanaan yang tak berkonsep dengan matang

akan menimbulkan permasalahan di masyarakat. Pemerintah lewat Kementrian

Komunikasi dan Informasi, Komisi Penyiaran Indonesia, Institusi Masyarakat

Periklanan Indonesia, Lembaga Konsumen Indonesia hendaknya memberikan

sangsi yang keras kepada stasiun televisi dan pemasang iklannya yang ternyata isi

pesan dapat merusak moralitas bangsa. Karena dinilai telah melakukan

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang : UKM futsal STIE Yogyakarta yang mengalami penurunan kelincahan dikarenakan kurangnya menguasai teknik dasar permainan futsal, sehingga pemain

Pada hari ini Rabu tanggal Dua Puluh Sembilan bulan Agustus tahun Dua ribu dua belas , Kami selaku Panitia Pengadaan Barang / Jasa Pekerjaan Kontruksi Rehabilitasi 2

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Pengawasan Pembangunan Gedung Siaga dan Shelter Kendaraan Kantor SAR Ambon Nomor : BA.06/PL.004-ULP/VI/SAR AMB-2016

Timestamp

Perancangan sistem pada proses kenaikkan golongan ataupun pengambilan data akan menghasilkan output yang sangat berguna baik bagi perusahaan ataupun pegawai yang akan

Misalnya halaman a.html memanggil halaman b.html Agar halaman b.html tidak bisa memanggil halaman a.html melalui tombol back di browser masukan kode di page a.html

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jika ditilik lebih lanjut sebenarnya makna kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah memang suatu pemikiran filosofis

Dalam tahap eksplorasi ini, p&gt;eneliti mengadakan observasi selama setengah semester (lihat Bab III.A.3). Setelah satu bulan berjalan, peneliti mengadakan wawancara baik