Iklan Visual dan Minat Konsumsi
(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru,
Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang).
Dengan hormat,
Bersama dengan ini, saya Jordan Immanuel Naibaho mahasiswa program
studi Ilmu Komunikasi FISIP USU, dalam rangka penyelesaian skripsi akan
melakukan penelitian dengan judul “ Iklan Visual dan Minat Konsumsi (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Visual Rokok di Televisi Terhadap Minat Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang) “.
Informasi yang Saudara/I berikan merupakan bantuan yang sangat
berharga dalam mendukung saya menyelesaikan penelitian ini. Atas perhatian
dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang telah disediakan.
2. Isilah pernyataan di bawah ini dengan cara menceklis (√) pada kolom yang telah disediakan yang menurut Anda paling tepat.
3. Terimakasih atas kerjasamanya.
II. Profil Responden
1. Nama : ………..
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
Perempuan
3. Usia : ………..
4. Jenis Rokok : ………..
Universitas Sumatera Utara
1. Iklan visual rokok di televisi saat ini sangat menarik perhatian konsumen. 2. Visualisasi iklan visual rokok di
televisi memberikan khas tersendiri dalam menarik minat konsumen.
3. Pesan yang disampaikan oleh iklan visual rokok di televisi sangat unik. 4. Perpaduan warna yang terkandung
dalam iklan visual rokok sangat bervariasi sehingga dapat mencuri perhatian konsumen.
5. Warna-warna yang ditampilkan dari iklan visual rokok mempunyai makna dan ciri khas tersendiri.
6. Ilustrasi yang ditampilkan iklan visual rokok mengikuti trend masa kini. 7. Durasi tayangan iklan visual rokok
berpengaruh besar terhadap minat konsumen.
8. Durasi yang ditampilkan iklan visual rokok harus singkat namun tepat sasaran.
Variabel Terikat (Y)
9. Konsumen sangat selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan.
10. Jingle/musik iklan visual rokok harus sesuai dengan produk rokok yang ditawarkan.
11. Pemilihan jingle/musik iklan visual rokok harus memiliki ciri khas tersendiri dari produk rokok tersebut.
12. Model iklan yang ditampilkan harus semenarik mungkin menarik minat konsumen.
13. Semakin menarik model iklan
visual rokok merangsang minat konsumsi yang sangat kuat.
15. Karakteristik dari suatu iklan visual rokok dapat menarik perhatian konsumen.
16. Konsumen sangat selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan.
17. Harga dari jenis rokok yang
ditawarkan sangat berpengaruh terhadap minat konsumen.
18. Faktor usia konsumen berperan penting terhadap minat konsumsi suatu jenis rokok.
19. Jenis rokok yang ditawarkan iklan visual rokok berpengaruh terhadap minat konsumsi.
20. Hasrat konsumsi konsumen
tergantung dari seberapa menariknya visualisasi iklan yang ditampilkan.
21. Slogan dari iklan visual rokok di televisi juga dapat menentukan minat konsumen.
22. Kualitas dan kuantitas suatu jenis rokok menjadi nilai tersendiri dalam menarik minat konsumen.
23. Iklan visual rokok yang unik dan menarik dapat menentukan keputusan membeli konsumen.
Usia 26-30 Tahun diberi diberi= nilai 3
Djarum Mild diberi nilai 2
Usia 31-35 Tahun diberi
diberi= nilai 4
Dunhill Mild diberi nilai 3
Usia ≥36 Tahun diberi diberi= nilai
4
Universitas Sumatera Utara
Nama : Jordan Immanuel Naibaho
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 16 Mei 1992
Agama : Kristen Protestan
NIM : 090904067
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Ilmu Komunikasi Alamat : Jl. Garuda Raya No.59, Perumnas Mandala Anak ke : Empat dari empat bersaudara
Email : jordanaibaho@gmail.com
Pendidikan
TK Carolina Medan : 1995 - 1997
SD Antonius V-VI Medan : 1997 - 2003
SMP Swasta Budi Murni - 3 Medan : 2003 - 2006
SMA Negeri 18 Medan : 2006 - 2009
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU : 2009 - 2015
Orang Tua
Ayah : Efendy Naibaho
Buku
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Bimo, Walgito. 2001. Bimbingan dan Prestasi di Sekolah. Yogyakarta: FIP-IKIP.
Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu – ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
_____________. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu – ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
_____________.2011. Metode Penelitian Kuantitatfi, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
_______________. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
____________________. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
____________________. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
____________________. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Effendy, Rustam. 2004. Marketing Manajemen. Malang: Penerbit Institut Ekonomi dan Manajemen Widya Gama.
Universitas Sumatera Utara Grasindo.
Iskandar, Harun. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangkan Bakat. Jakarta: ST book. Jefkins, Frank. 2003. Periklanan. Jakarta: Erlangga.
Lee, Johnson. 2007. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Kholil, Syukur. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pranda Media Group.
_________________. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
__________________. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pranda Media Group.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media Televisi.
Jakarta: Rhineka Cipta Karya.
_________________. 2009. Teknik Praktis, Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Pranda Media Group.
Liliweri, Alo. 2003. Dasar – dasar Komunikasi Periklanan. Jakarta: Citra Aditya Bakti.
Morrisan, 2008. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mulyana, Dedy. 2004. Komunikasi Populer, Kajian Komunikasi, dan Budaya Kontemporer. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
_____________. 2007.Ilmu Komunukasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
_____________. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.
Rakhmat, Jalalluddin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
_________________. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Shrum, LJ. 2010. Psikologi Media Entertainment. Yogyakarta: Jalasutra.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
________________. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
________________. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
______. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Suyanto, M. 2005. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Universitas Sumatera Utara
Desfita, 2006.Daya Tarik Periklanan Menurut Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu (Studi Kasus Pada Rokok Sampoerna A Mild)
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Dahulunya, wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan
pemerintahhannya berpusat di Kota Medan. Dalam sejarahnya, wilayah ini terdiri
dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan
Deli yang berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang yang berpusat di
Perbaungan.
Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 33
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya berada di Lubuk
Pakam dengan Bupatinya yaitu Drs. H. AMri Tambunan. Memiliki
keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah
yang memiliki peluang investasi yang cukup menjajnjikan. Deli Serdang juga
memiliki keanekaragaman budaya, yang disemarakkan oleh hamper semua
suku-suku yang ada di nusantara. Adapun suku-suku asli yakni suku-suku Karo, Melayu, dan
Simalungun, serta beberapa suku pendatang yang dominan seperti suku Jawa,
Batak, Minang, Banjar, dan lain-lain. Dengan semua kelebihan sumber daya alam
dan keistimewaan yang dimilikinya, Deli Serdang juga memiliki Bandara Udara
Internasional Kuala Namu yang merupakan salah satu bandara udara terbesar di
Indonesia.
Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Deli Serdang dimana Perumnas Mandala salah satu bagian di dalamanya.. RT/RW
001 adalah salah satu lingkungan pemukiman penduduk yang ada di Perumnas
Mandala. Jumlah penduduknya sebanyak 231 jiwa dimana jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 121 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 110.
RT/RW 001 merupakan salah satu dari beberapa bagian lingkungan yang
ada di Perumnas Mandala yang memiliki keanekaragaman suku di dalamnya,
yang didominasi oleh suku Batak, Jawa, Karo, Minang, dan lain-lain.
Keanekaragaman suku tersebut menciptakan suatu kerukunan yang harmonis
antar sesame penduduknya. Keamanan dan saling menjaga antar warga juga
Universitas Sumatera Utara mengenal satu dengan lainnya, dan saling menjaga keharmonisan antar warga
sekitar.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang bertujuan untuk
meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat dengan memanipulasi satu atau
lebih variabel pada satu kelompok eksperimental dan membandingkan hasilnya
dengan kelompok control yang tidak mengalami manipulasi (Kriyantono,
2010:62). Variabel x dalam penelitian ini adalah iklan visual rokok di televisi, dan
variabel y adalah minat konsumsi rokok masyarakat.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, dapat berupa manusia,
wilayah geografis, waktu, organisasi, kelompok, lembaga, buku, surat kabar,
majalah dan sebagainya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek,
tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki objek yang diteliti. (Kholil,
2006:68).
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Kenangan
Baru, KecamatanPercutSei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang
yang berusia antara 17-38 tahun. Jumlah penduduk di Kelurahan Kenangan Baru,
Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang
adalah 231 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 45 kepala keluarga.
Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 121 jiwa, sedangkan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 110. (Sumber: Data Kepala Lingkungan di Kelurahan
Kenangan Baru, Kecamatan PercutSei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala,
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel
adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. (Nawawi,
1995:144).
70 orang
Keterangan:
N = jumlah populasi
n = sampel
d2 = presisi (digunakan 90% atau sig 0,1)
3.4 Teknik Penarikan Sampel 1. Purposive Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan
penelitian, di mana sampel yang digunakan sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Yang
masuk dalam kriteria adalah masyarakat yang sudah berumur 17 sampai
50 tahun, dan mengkonsumsi salah satu dari jenis rokok (Sampoerna
Mild, Djarum Super Mild, Dunhill Mild),
2. Accidental Sampling
Accidental Sampling yaitu penelitian yang dalam pengambilan sampelnya tidak ditetapkan terlebih dahulu. Menurut Sugiyono (2011:
67), teknik accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan
Universitas Sumatera Utara yang telah ditetapkan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan, menghubungkan penelitian dengan konteks yang
lebih luas. Di dalamnya harus terkandung bahan-bahan yang
mengarahkan tujuan penelitian, rancangan penelitian, dan tema
penelitian. Karena itu, suatu tinjauan kepustakaan harus komprehensif
walaupun tidak terlalu banyak (Rakhmat, 2000: 107).Penelitian ini
dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan datamelalui
literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.
Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca
buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan
sumber bacaan yang mendukung penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Pengumpulan data dengan melakukan survei ke lokasi penelitian melalui
kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang harus dijawab
secara tertulis oleh responden. Kuesioner yaitu alat pengumpulan data
dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditunjukan kepada responden
penelitian yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.
Pertanyaan bisa berbentuk tertutup dan bisa juga berbentuk terbuka.
Kuesioner adalah daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan
mengenai suatu hal atau suatu bidang. Kuesioner ini dimaksudkan
sebagai daftar pertanyaan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari para
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yanglebih mudah dibaca dan dipresentasikan. (Singarimbun, 2006:263). Data
yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dan diintepretasikan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai
berikut :
3.6.1 Analisis tabel tunggal
Analisis tabel tunggal adalah suatu analisis yang dilakukan dengan
membagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang
dilakukan atas dasar frekuensi dan persentase. Tabel tunggal merupakan
langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari dua kolom,
sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. (Singarimbun,
2006:226).
3.6.2 Analisis tabel silang
Analisis tabel silang adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis
dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel
lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut positif atau
negatif. (Singarimbun, 2008:273).
3.6.3 Uji Hipotesis
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif
yang digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat. Adapun metode yang digunakan untuk uji hipotesis ini adalah
Rank Order Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
Rho = koefisien korelasi rank order
D = perbedaan antara pasangan jenjang sigma atau jumlah
Universitas Sumatera Utara 6 = bilangan konstan
Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.
Jika rs < 0 maka hipotesis ditolak
Jika rs > 0 maka hipotesis diterima
Kemudian untuk melihat tinggi/rendahnya korelasi tersebut digunakan skala
Guilford atau koefisien asosiasi (Kriyantono, 2006: 169) sebagai berikut:
< 0,20 : hubungan rendah sekali
0,20 – 0,39 : hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat
> 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.
Berdasarkan nilai rs (rho), untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dilakukan uji Determinasi, adapun rumus yang digunakan:
D = rs² x 100%
Keterangan:
D = Kekuatan Determinan (Kekuatan Prediksi)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti berusaha untuk menguraikan hasil dari penelitian
yang telah dilakukan mengenai tayangan iklan visual rokok terhadap minat
konsumsi masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan,
RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang yang berjumlah 70 orang yang
sesuai dengan kriteria peneliti. Peneliti menggunakan rumus teknik penarikan
sampel yang dikemukakan oleh Arikunto, apabila sampel di bawah 100 orang
maka sampel menjadi keseluruhan populasi atau total sampling. Peneliti
menyebarkan kuesioner penelitian kepada responden dan untuk menghindari
kesalahan dalam pengisian kuesioner, peneliti selalu mendampingi responden saat
sedang melakukan pengisian. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak dimengerti oleh responden. Mayoritas dari
responden terkadang tidak mengerti beberapa pertanyaan yang diajukan dalam
kuesioner sehingga peneliti harus kembali menyederhanakan kata – kata yang
terdapat dalam pertanyaan tersebut agar responden mengerti.
Setelah seluruh data diperoleh kemudian peneliti melakukan uji validitas
dan reliabilitas kueisoner, lalu peneliti mengolah data tersebut kedalam tabel
tunggal dan tabel silang, dan akhirnya melakukan uji hipotesis dan mengambil
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian untuk kepentingan berbagai pihak.
4.1.2 Tahap Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan
data hasil jawaban mahasiswa dalam kuesioner penelitian. Pengolahan data ini
meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penomoran kuesioner
Proses ini dilakukan dengan memberikan nomor urut pengenal pada
Universitas Sumatera Utara Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki apabila ada kesalahan dalam
pengisian untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan
menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan anjuran pengisian kuesioner.
3. Coding
Merupakan proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke dalam kotak skor yang disediakan dalam bentuk angka.
4. Inventarisasi Variabel
Yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar tabel
foltron cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam kesatuan. 5. Tabulasi data
Memindahkan variabel responden yang sudah melalui pengkodean dan
inventarisasi variabel kedalam kerangka tabel. Adapun tabel sebanyak
jumlah pertanyaan dari kuesioner. Data disajikan dalam bentuk tabel
tunggal dan dirinci melalui kategori, frekuensi dan persentase. Selanjutnya
untuk memperjelas isi tabel dianalisis kecenderungan jawaban sebagai jawaban mayoritas yang menunjuk keadaan umumnya.
6. Pengujian hipotesis
Tahap pengujian data statistik untuk mengetahui apakah data yang
ditemukan menolak atau menerima hipotesa penelitian yang diajukan.
Guna mengukur hubungan tinggi atau rendahnya hubungan antar variabel digunakan rumus spearman rho koefisien.
4.2 Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal adalah suatu analisa yang dilakukan dengan
membagi-bagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar
frekuensi. Tabel tunggal merupakan awal dalam menganalisa kolom yang terdiri
bawah ini.
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Frekuensi %
Laki-laki 56 80.0
Perempuan 14 20.0
Total 70 100.0
Sumber : P1/FC3
Pada tabel 4.1 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan jenis
kelamin. Mayoritas responden sebanyak 56 responden (80%) adalah laki-laki dan
sisanya adalah responden perempuan yakni sebanyak 14 responden (20%). Dari
uraian diatas, dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih besar daripada
responden perempuan.
Sumber : P2/FC4
Pada tabel 4.2 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan usia
responden. Mayoritas responden berusia 26-30 tahun sebanyak 32 orang atau
45,7% dan jumlah responden yang paling sedikit adalah umur ≤ 17 tahun yakni sebanyak 10 orang atau 14,3%.
Tabel 4.2 Usia Responden
Usia Responden Frekuensi %
Usia ≤ 17 tahun 10 14.3
Usia 17-25 Tahun 16 22.9
Usia 26-30 Tahun 32 45.7
Usia 31-35 Tahun 12 17.1
Universitas Sumatera Utara Sumber : P3/FC5
Pada tabel 4.3 menunjukkan banyaknya responden berdasarkan jenis
rokok. Mayoritas responden perokok sampoerna mild sebanyak 33 responden
(47.1%), perokok djarum mild sebanyak 27 responden (38.6%), dan jenis rokok
responden yang paling sedikit adalah dunhill mild yakni sebanyak 10 responden
(14,3%). Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa responden laki-laki lebih besar
daripada responden perempuan.
Tabel 4.4
Kategori Tayangan Iklan Visual Rokok di Televisi
Kategori Iklan Visual
Rokok di Televisi (X) Frekuensi %
Diterima 68 97.1
Tidak Diterima 2 2.9
Total 70 100.0
Pada tabel 4.4 menunjukkan kategori iklan visual rokok di televisi adalah
68 responden (97,1%) menyatakan menerima tayangan iklan visual rokok di
televise dan sisanya mengatakan tidak sebanyak 2 responden (2,9%).
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa iklan visual rokok di televisi
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan sangat mempengaruhi konsumen
dalam memilih jenis rokok yang ditayangkan di televisi.
Jenis Rokok Frekuensi %
Sampoerna Mild 33 47.1
Djarum Mild 27 38.6
Dunhill Mild 10 14.3
Kategori Minat Konsumsi Merokok Masyarakat
Kategori Minat Konsumsi
Merokok Masyarakat (Y) Frekuensi %
Berminat 67 95.7
Tidak Berminat 3 4.3
Total 70 100.0
Pada tabel 4.5 menunjukkan kategori minat konsumsi merokok di
masyarakat adalah 67 responden (95,7%) menyatakan berminat dan 3 responden
(4,3%) menyatakan tidak berminat untuk mengkonsumsi rokok.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan merokok di
masyarakat masih sangat tinggi dikarenakan visualisasi tayangan iklan visual
yang selalu mencuri perhatian khususnya para konsumen rokok. Tayangan iklan
visual rokok yang baik dan tepat sasaran menjadi nilai tersendiri bagi kalangan
masyarakat terkhusus para konsumen rokok. Hal itu menjadi tolak ukur dimana
kecenderungan minat konsumsi masyarakat tergantung dari segi visualisasi
Universitas Sumatera Utara Iklan Visual Rokok di Televisi Menarik Perhatian Konsumen
Iklan Menarik Perhatian Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 13 18.6
Tidak Setuju 6 8.6
Setuju 23 32.9
Sangat Setuju 28 40.0
Total 70 100.0
Sumber : P4/FC6
Pada tabel 4.6 menunjukkan penilaian responden mengenai tayangan iklan
visual rokok di televisi dapat menarik perhatian konsumen sebanyak 28 responden
(40%) menyatakan sangat setuju dan 6 responden (8.6%) menyatakan tidak setuju.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tayangan iklan visual rokok di
televisi sangatlah menarik minat konsumen dan berpengaruh terhadap keputusan
membeli konsumen terhadap jenis rokok yang ditayangkan, Keunikan dan
karakteristik dari suatu tayangan iklan visual rokok memberikan nilai tersendiri
terhadap minat konsumen terkhusus masyarakat RT/RW 001. Masyarakat
berpendapat bahwa tayangan iklan visual rokok yang menarik menjadi magnet
tersendiri dalam mencuri perhatian konsumen. Terlebih tayangan iklan visual
suatu jenis rokok yang sudah terkenal, menjadi modal yang kuat bagi produk
Sumber : P5/FC7
Pada tabel 4.7 menunjukkan penilaian responden mengenai Visualisasi
iklan visual rokok di televisi memberikan khas tersendiri dalam menarik minat
konsumen adalah 29 orang atau 41.4 % menyatakan sangat setuju dan 8 orang
atau 11.4% menyatakan tidak setuju.
Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa visualisasi
tayangan iklan visual rokok di televisi mempunyai ciri khas tersendiri tergantung
dari jenis rokok yang ditawarkan dan memberikan suatu image tersendiri dari tayangan tersebut. Kecenderungan konsumen memilih suatu jenis rokok lebih
besar kepada seberapa menariknya visualisasi yang ditampilkan, mengingat
masyarakat saat ini sangat mudah terpengaruh oleh tayangan iklan visualisasi. Visualisasi Iklan Visual Rokok Memberikan Ciri Khas
Visualisasi Memberi Ciri Khas Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 8 11.4
Tidak Setuju 14 20.0
Setuju 19 27.1
Sangat Setuju 29 41.4
Universitas Sumatera Utara Pesan Yang Disampaikan Sangat Unik
Pesan Yang Unik Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 10 14.3
Tidak Setuju 7 10.0
Setuju 23 32.9
Sangat Setuju 30 42.9
Total 70 100.0
Sumber : P6/FC8
Pada tabel 4.8 menunjukkan penilaian responden mengenai pesan yang
disampaikan oleh iklan visual rokok di televisi sangat unik adalah 30 responden
(42.9 %) menyatakan sangat setuju, begitu juga sebanyak 23 responden (32.9%)
menyatakan setuju, sedangkan 10 responden (14.3%) menyatakan sangat tidak
setuju.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pesan-pesan yang
disampaikan oleh tayangan iklan visual rokok di televisi saat ini sangatlah unik.
Penyampaian pesan yang singkat namun tepat sasaran menimbulkan kesan yang
mudah diingat oleh para konsumen. Pesan unik yang disampaikan oleh tayangan
iklan visual rokok sejalan dengan kondisi ataupun kehidupan masyarakat
sehari-harinya. Oleh sebab itu, masyarakat sangat menerima dan sangat setuju dengan
Perpaduan Warna Mencuri Perhatian Konsumen
Perpaduan Warna Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 19 27.1
Tidak Setuju 13 18.6
Setuju 20 28.6
Sangat Setuju 18 25.7
Total 70 100.0
Sumber : P7/FC9
Tabel 4.9 menunjukkan penilaian responden mengenai perpaduan warna
yang terkandung dalam iklan visual rokok sangat bervariasi sehingga dapat
mencuri perhatian konsumen. Sebanyak 20 responden (28.6%) menyatakan setuju
akan hal itu dan 13 responden (18,6%) menyatakan tidak setuju.
Dapat disimpulkan bahwa tayangan iklan visual rokok saat ini sangat
pandai dalam hal pemilihan warna. Perpaduan warna yang ditampilkan dapat
mencuri perhatian konsumen dan juga merangsang para konsumen dalam memilih
jenis rokok yang ditawarkan. Konsumen juga menyadari warna-warna yang
terkandung juga sangat membosankan, dapat dilihat sebanyak 19 responden
(27.1%) menyatakan tidak setuju. Perbandingan penilaian responden sangatlah
Universitas Sumatera Utara Warna-warna Yang Ditampilkan Memiliki Makna dan Ciri Khas
Warna Memiliki Makna Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 13 18.6
Tidak Setuju 4 5.7
Setuju 17 24.3
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P8/FC10
Pada tabel 4.10 menunjukkan penilaian responden mengenai warna-warna
yang ditampilkan dari iklan visual rokok mempunyai makna dan ciri khas
tersendiri. Adalah 36 responden (51,4 %) menyatakan sangat setuju sedangkan
sebanyak 4 responden (5,7%) menyatakan tidak setuju.
Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemilihan dan
perpaduan warna dalam tayangan iklan visual rokok di televisi sangatlah menarik
dan juga memiliki arti dan makna tersendiri. Pada jenis rokok tertentu
warna-warna yang terkandung dalam tayangan iklan visualnya sudah mewakilkan cirri
khas yang ingin disampaikan. Ciri khas tersebutlah menjadi magnet yang dapat
merangsang konsumen agar tetap memilih jenis rokok tersebut dan tidak akan
Ilustrasi Yang Ditampilkan Mengikuti Trend Masa Kini
Ilustrasi Yang Modern Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 19 27.1
Tidak Setuju 3 4.3
Setuju 13 18.6
Sangat Setuju 35 50.0
Total 70 100.0
Sumber : P9/FC11
Pada tabel 4.11 menunjukkan penilaian responden mengenai ilustrasi yang
ditampilkan iklan visual rokok mengikuti trend masa kini. Sebanyak 35 responden
(50.0%) menyatakan sangat setuju dan 3 responden (4,3%) menyatakan tidak
setuju.
Dapat digambarkan bahwa ilustrasi yang ditampilkan tayangan iklan
visual rokok di televisi tidak jauh dari kehidupan masyarakat saat ini. Begitu juga
dengan perkembangan zaman modern yang sangat cepat, ilustrasi tayangan iklan
visual rokok juga tidak kalah pesatnya. Masyarakat sangat setuju dengan hal ini
dengan persentase yang cukup besar berbanding terbalik dengan responden yang
ridak menyetujui hal tersebut. Gambar ilustrasi yang ditampilkan jadi lebih mudah
dicerna dan dimengerti sehingga masyarakat tidak merasa kebingungan dengan
Universitas Sumatera Utara Durasi Tayangan Berpengaruh Terhadap Minat Konsumen
Durasi Tayangan Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 11 15.7
Tidak Setuju 7 10.0
Setuju 16 22.9
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P10/FC12
Pada tabel 4.12 menunjukkan penilaian responden terhadap durasi
tayangan iklan visual rokok yang berpengaruh besar terhadap minat konsumen.
Sebanyak 36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju, dan sebanyak 7
responden (10,0%) menyatakan tidak setuju.
Uraian diatas menyimpulkan bahwa durasi tayangan sangat berpengaruh
besar. Durasi yang singkat, padat, namun tepat sasaran dapat memancing
konsumen dalam memilih jenis rokok yang ditawarkan. Terlebih durasi tayangan
Durasi Iklan Harus Singkat Dan Tepat Sasaran
Durasi Iklan Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 15 21.4
Tidak Setuju 4 5.7
Setuju 15 21.4
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P11/FC13
Pada tabel 4.13 menunjukkan penilaian responden terhadapa durasi yang
ditampilkan iklan visual rokok harus singkat namun tepat sasaran. Sebanyak 36
responden (51,4%) menyatakan sangat setuju akan hal ini sedangkan 4 responden
(5,7%) menyatakan tidak setuju.
Dari tabel diatas masyarakat sangat setuju akan hal ini. Durasi tayangan
iklan harus sesuai dengan prosedur tayangan periklanan yang seharusnya. Pada
tahap ini peneliti menilai bahwa durasi tayangan iklan visual rokok yang disusun
secara rapi dan menarik dapat mencuri perhatian konsumen dan menjadi suatu
pemicu rangsangan yang kuat kepada konsumen khususnya perokok.
Keefektivitas pesan yang disampaikan harus sesingkat mungkin namun tetap
mengenai sasaran, sehingga konsumen dapat lebih selektif dalam memilih jenis
Universitas Sumatera Utara Konsumen Sangat Selektif Memilih Suatu Jenis Rokok
Konsumen Sangat Selektif Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 13 18.6
Tidak Setuju 6 8.6
Setuju 23 32.9
Sangat Setuju 28 40.0
Total 70 100.0
Sumber : P12/FC14
Pada tabel 4.14 menunjukkan penilaian responden konsumen sangat
selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan. Adalah 28 responden
40% menyatakan sangat setuju dan 6 responden (8,6%) menyatakan tidak setuju.
Dewasa ini konsumen sangatlah selektif dalam memilih suatu jenis
barang/jasa yang ingin dimiliki maupun dikonsumsinya. Konsumen perokok salah
satunya yang paling selektif dalam mementukan pilihannya. Jenis rokok yang
sudah sering dikonsumsi sangatlah berpengaruh bila ada salah satu dari jenis
rokok baru yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan bahwa peran tayangan iklan
visual rokok sangat berpengaruh terhadap suatu jenis rokok tersebut. Persaingan
pasar yang semakin pesat membuat produsen rokok berusaha semaksimal
Jingle/Musik Iklan Visual Rokok Harus Sesuai Dengan Jenis Rokok
Jingle/Musik Harus Sesuai Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 8 11.4
Tidak Setuju 14 20.0
Setuju 19 27.1
Sangat Setuju 29 41.4
Total 70 100.0
Sumber : P13/FC15
Pada tabel 4.15 menunjukkan penilaian responden mengenai jingle/musik
iklan visual rokok harus sesuai dengan produk/jenis rokok yang ditawarkan.
Sebanyak 29 responden (41.4%) menyatakan sangat setuju dan 8 responden
(11,4%) menyatakan tidak setuju.
Selain tayangan iklan visual rokok harus menarik dan tepat sasaran,
jingle/music yang ditampilkan oleh iklan visual juga harus dapat mewakili dari
jenis rokok tersebut. Pemilihan jingle/music yang pas harus disesusaikan dengan
target konsumen yang ingin dicapai. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa
responden sangat setuju dalam hal ini, dan suatu jenis rokok tertentu sudah
Universitas Sumatera Utara Pemilihan Jingle/Musik Harus Memiliki Ciri Khas Tersendiri
Pemilihan Jingle/Musik Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 10 14.3
Tidak Setuju 7 10.0
Setuju 23 32.9
Sangat Setuju 30 42.9
Total 70 100.0
Sumber : P14/FC16
Pada tabel 4.16 menunjukkan penilaian responden terhadap memilihan
jingle/musik iklan visual rokok harus memiliki ciri khas tersendiri dari produk
rokok tersebut. Sebanyak 30 responden (42.9%) menyatakan sangat setuju akan
hal ini sedangkan 7 responden (10,0%) menyatakan tidak setuju.
Pemilihan jingle/musik dalam tayangan iklan visual rokok harus
semenarik mungkin ditampilkan dengan tujuan menarik minat konsumen
khususnya konsumen rokok. Jingle/musik yang ditampilkan harus dapat mewakili
produk/jenis rokok yang ditawarkan. Ciri khas produk rokok dapat terlihat dari
pemilihan jingle/musik yang baik dan perpaduan musik yang ditampilkan dapat
mewakili jenis produk rokok tersebut. Dalam hal ini, konsumen dapat mengingat
Model Iklan Harus Menarik Minat Konsumen
Model Iklan Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 19 27.1
Tidak Setuju 13 18.6
Setuju 20 28.6
Sangat Setuju 18 25.7
Total 70 100.0
Sumber : P15/FC17
Pada tabel 4.17 menunjukkan tentang penilaian responden terhadap model
iklan yang ditampilkan harus semenarik mungkin dengan tujuan dapat menarik
minat konsumen. Sebanyak 20 responden (28.6%) menyatakan sangat setuju akan
hal ini dan 13 responden (18.6%) menyatakan tidak setuju.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan model dalam suatu
iklan harus teliti dan jeli mengingat tayangan iklan visul rokok sangat sering kita
lihat di televisi. Model iklan yang baik dapat seoptimal mungkin merangsang
perhatian konsumen khususnya konsumen rokok. Dari segi tampilan dan gaya
yang ditampilkan oleh model iklan haruslah terlihat elegant dan sebaik mungkin
agar konsumen tidak merasa bosan pada saat menonton tayangan iklan visual
Universitas Sumatera Utara Model Iklan Yang Menarik Dapat Merangsang Respon Konsumen
Model Iklan Harus Menarik Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 13 18.6
Tidak Setuju 4 5.7
Setuju 17 24.3
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P16/FC18
Pada tabel 4.18 menunjukkan tentang penilaian responden dimana
semakin menarik model iklan tersebut, semakin baik pula respon konsumen dalam
memilih produk rokok tersebut. Dari kuesioner yang disebar adalah 36 responden
(51.4%) menyatakan sangat setuju sedangkan 4 responden (5,7%) menyatakan
tidak setuju akan hal ini.
Uraian diatas menunjukkan bahwa responden sangat setuju dengan
pemilihan model yang menarik. Model yang baik dapat mempengaruhi respon
daripada konsumen. Apalagi model tersebut sudah terkenal, alhasil jenis/produk
rokok tersebut sudah dapat merangsang perhatian konsumen terkhusus perokok.
Masyarakat menyambut positif akan hal ini ditunjukkan dengan total persentase
sebesar 75.7% yang menyatakan setuju dan sangat setuju, dimana angka ini sudah
hampir mencapai total responden. Pemilihan model iklan yang menarik menjadi
suatu hal yang mendasar bagi promotor dalam menyajikan tayangan iklan visual
rokok yang dapat merangsang konsumen untuk memilih dan mengkonsumsi suatu
jenis rokok tersebut. Model iklan yang baik dalam tayangan iklan visual rokok
Keunikan Iklan Visual Rokok Merangsang Minat Konsumsi Yang Sangat Kuat
Keunikan Iklan Visual Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 19 27.1
Tidak Setuju 3 4.3
Setuju 13 18.6
Sangat Setuju 35 50.0
Total 70 100.0
Sumber : P17/FC19
Pada tabel 4.19 menunjukkan penilaian responden terhadap keunikan yang
ditampilkan iklan visual rokok merangsang minat konsumsi yang sangat kuat.
Sebanyak 35 responden (50,0%) menyatakan sangat setuju dan 3 responden
(4,3%) menyatakan tidak setuju.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa iklan visual rokok ditelevisi
harus dapat menarik minat konsumen juga harus menunjukkan sisi keunikan
didalamnya. Keunikan tersebut mencakup isi dari tayangan iklan visual rokok
yang dapat memberikan nilai positif dan juga ada unsur interaktif dari jenis/merk
rokok tersebut. Responden menilai bahwa rangsangan konsumsi yang kuat
terdapat dari segi keunikan yang dapat mewakili dari ciri khas jenis/merk rokok
Universitas Sumatera Utara Karakteristik Iklan Visual Rokok Dapat Menarik Perhatian
Konsumen
Karakteristik Iklan Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 13 18.6
Tidak Setuju 6 8.6
Setuju 23 32.9
Sangat Setuju 28 40.0
Total 70 100.0
Sumber : P18/FC20
Pada tabel 4.20 menunjukkan penilaian responden terhadap karakteristik
dari suatu iklan visual rokok dapat menarik perhatian konsumen. Adalah 28
responden (40,0%) menyatakan sangat setuju dan 6 responden (8,6%) menyatakan
tidak setuju.
Uraian pada tabel diatas dapat peneliti simpulkan bahwa iklan visual rokok
harus menunjukkan kualitas dan kuantitasnya dari sisi karakterikstik yang kuat
yang dapat mewakili ciri khas dari suatu jenis/merk rokok. Sebanyak 51
responden menyetujui akan hal ini mengingat karakteristik dari iklan visual rokok
harus menarik dan sebagai salah satu faktor yang dapat merangsang perhatian dari
Konsumen Sangat Selektif Dalam Memilih
Konsumen Selektif Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 8 11.4
Tidak Setuju 14 20.0
Setuju 19 27.1
Sangat Setuju 29 41.4
Total 70 100.0
Sumber : P19/FC21
Pada tabel 4.22 menunjukkan penilaian responden konsumen sangat
selektif dalam memilih suatu jenis rokok yang ditawarkan. Sebanyak 29
responden (41,1%) menyatakan sangat setuju dan 8 responden (11,4%)
menyatakan tidak setuju.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa responden rata-rata selektif
dalam memilih suatu jenis/merk rokok. Ketertarikan konsumen dapat dlihat dari
segi penyampain pesan yang baik dari iklan visual rokok dan juga kualitas
maupun kuantitas dari suatu jenis/merk rokok. Merk yang terkenal sudah pasti
diminati oleh para konsumen, namun tidak menutup kemungkinan peluang bagi
jenis/merk rokok yang baru bilamana dapat menyajikan suatu tayangan iklan
Universitas Sumatera Utara Harga Sangat Berpengaruh Terhadap Minat Konsumen
Harga Berpengaruh Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 10 14.3
Tidak Setuju 7 10.0
Setuju 23 32.9
Sangat Setuju 30 42.9
Total 70 100.0
Sumber : P20/FC22
Pada tabel 4.23 menunjukkan penilaian responden terhdap harga dari jenis
rokok yang ditawarkan sangat berpengaruh terhadap minat konsumen. Adalah 30
responden (42,9%) menyatakan sangat setuju sedangkan 7 responden (10%)
menyatakan tidak setuju.
Harga dari suatu jenis/merk rokok salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi minat konsumen. Harga dapat bersaing antara satu jenis/merk
rokok terhadap jenis/merk rokok yang lainnya. Semakin terkenal suatu jenis/merk
rokok maka harganya pun semakin tinggi, dikarenakan faktor kualitas dan
kuantitas yang ditawarkan. Namun harga yang relatif murah merupakan salah satu
senjata yang efektif dalam mencuri perhatian konsumen. Harga dapat disesuaikan
dengan kondisi konsumen saat ini. Masyarakat sangat selektif dan sensitif dengan
faktor harga. Harga ekonomis dapat dengan mudah menarik sebanyak mungkin
Faktor Usia Berperan Penting Terhadap Minat Konsumsi
Faktor Usia Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 19 27.1
Tidak Setuju 13 18.6
Setuju 20 28.6
Sangat Setuju 18 25.7
Total 70 100.0
Sumber : P21/FC23
Pada tabel 4.24 menunjukkan penilaian responden terhadap faktor usia
konsumen berperan penting terhadap minat konsumsi suatu jenis rokok. Sebanyak
20 responden (28,6%) menyatakan setuju akan hal ini dan 13 responden (18,6%)
menyatakan tidak setuju.
Uraian diatas menunjukkan minat konsumsi masyarakat sangat tinggi
terhadap jenis/merk terntentu, Dikarenaka oleh faktor usia dari masyarakat yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Usia produktif cenderung
mengkonsumsi jenis/merk rokok yang kadar nikotinnya masih rendah, sedangkan
responden yang berusia tua cenderung mengkonsumsi kadar nikotin yang tinggi.
Pemilihan jenis/merk suatu produk rokok dilihat dari ukuran kualitas dan
kuantitas produk rokok tersebut. Semakin baik kuantitas dan kualitasnya, semakin
banyak pula konsumen yang membeli dan mengkonsumsinya, dan begitu juga
Universitas Sumatera Utara Jenis Rokok Mempengaruhi Minat Konsumsi
Jenis Rokok Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 13 18.6
Tidak Setuju 4 5.7
Setuju 17 24.3
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P22/FC24
Pada tabel 4.25 menunjukkan penilaian responden terhadap jenis rokok
yang ditawarkan iklan visual rokok berpengaruh terhadap minat konsumsi.
Sebanyak 36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju sedangkan sebanyak 4
respoden (5,7%) menyatakan tidak setuju.
Jenis rokok yang beredar dikalangan masyarakat saat ini sangat beragam
dengan segala keunikan yang ditampilkan. Masyarakat juga sangat selektif dalam
memilih dan mengkonsumsi suatu jenis/merk rokok. Terdapat beberapa jenis
rokok antara lain mild, menthol, dan kretek. Dari keanekaragaman jenis rokok
tersebut mempunyai konsumen tersendiri tergantung dari minat konsumsi
masing-masing individu. Jenis rokok yang dipasarkan haruslah tepat sasaran dan dapat
diterima dengan baik terkhusus masyarakat RT/RW 001, dimana terdapat
berbagai kalangan dan profesi yang ada. Oleh karenanya, masyarakat sangat
Hasrat Konsumsi Tergantung Dari Seberapa Menariknya Visualisasi Iklan
Hasrat Konsumsi Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 19 27.1
Tidak Setuju 3 4.3
Setuju 13 18.6
Sangat Setuju 35 50.0
Total 70 100.0
Sumber : P23/FC25
Pada tabel 4.26 menunjukkan penilaian responden terhadap hasrat
konsumsi konsumen tergantung dari seberapa menariknya visualisasi iklan yang
ditampilkan. Sebanyak 35 responden (50%) menyatakan sangat setuju dan 3
responden (4,3%) menyatakan tidak setuju.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sangat pandai dalam
menentukan pilihannya terhadap suatu jenis/merk rokok. Visualisasi tayangan
iklan di televisi sangat mempengaruhi faktor tersebut. Visualisasi tayangan iklan
yang baik dan menarik dapat secepat mungkin menarik perhatian maupun minat
konsumsi masyarakat. Sebesar 50% dari responden menyatakan sangat setuju
terhadap hal ini, berbanding jauh dengan respon masyakarat yang tidak setuju.
Dapat ditarik garis besar bahwa visualisasi tayangan iklan visual berpengaruh
Universitas Sumatera Utara Slogan Dapat Menentukan Minat Konsumen
Slogan Menentukan Minat Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 11 15.7
Tidak Setuju 7 10.0
Setuju 16 22.9
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P24/FC26
Pada tabel 4.27 menunjukkan penilaian responden terhadap slogan dari
iklan visual rokok di televisi juga dapat menentukan minat konsumen. Sebanyak
36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju dan 7 responden (10%)
menyatakan tidak setuju.
Uraian diatas menunjukkan bahwa masyarakat sangat memperhatikan
slogan yang terdapat dalam tayangan iklan visual rokok tersebut. Seperti jenis
rokok Sampoerna Mild yang memiliki slogan “Go A Head” yang merupakan slogan jenis/merk rokok tersebut yang sudah dikenal baik oleh masyarakat. Begitu
juga dengan produk rokok yang lain yang memiliki slogan yang berbeda pula.
Slogan diciptakan untuk mewakili kualitas dan kuantitas jenis/merk rokok
tersebut. Slogan yang menarik dan masuk akal dapat merangsang pikiran maupun
hasrat konsumen secara menyeluruh, dan dapat menyedot perhatian masyarakat
Kualitas Dan Kuantitas Jenis Rokok Menjadi Nilai Tersendiri
Kualitas dan Kuantitas Frekuensi %
Sangat Tidak Setuju 15 21.4
Tidak Setuju 4 5.7
Setuju 15 21.4
Sangat Setuju 36 51.4
Total 70 100.0
Sumber : P25/FC27
Pada tabel 4.28 menunjukkan penilaian responden terhadap kualitas dan
kuantitas suatu jenis rokok menjadi nilai tersendiri dalam menarik minat
konsumen. Sebanyak 36 responden (51,4%) menyatakan sangat setuju dan 7
responden (10%) menyatakan tidak setuju.
Dari uraian tabel diatas menunjukkan respon positif dari masyarakat
terhadap kualitas dan kuantitas jenis/merk rokok. Kualitas suatu jenis/merk rokok
terdapat pada rasa tembakau yang dihadirkan oleh jenis/merk tersebut. Begitu
juga dengan kuantitas yang ditawarkan harus dapat semenarikmungkin mencuri
perhatian konsumen. Kualiatas dan kuantitas jenis/merk rokok yang baik dapat
Universitas Sumatera Utara Tabel 4.28
Tabulasi Silang Antara Iklan Visual Rokok di Televisi Dengan Minat Konsumsi Masyarakat
Count
Minat Konsumsi Rokok
Total Berminat Tidak Berminat
Iklan Visual Rokok Diterima 67 1 68
Tidak Diterima 0 2 2
Total 67 3 70
Dari analisis diatas, terdapat jumlah responden sebanyak 70 orang. Dari 70
orang responden, terdapat 68 responden yang mengkonsumsi rokok menerima
dengan baik tayangan iklan visual rokok di televisi. Selanjutnya dari 70 responden
tersebut terdapat 3 responden yang mengatakan mengkonsumsi rokok, dimana 2
responden tidak menerima dengan baik tayangan iklan visual rokok dan 1 orang
Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah rumus Spearman Rho Koefisien, yaitu metode untuk menganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal
Jika rho < 0, maka hipotesis ditolak
Jika rho > 0, maka hipotesis diterima.
Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi (derajat hubungan)
digunakan skala Guildford atau koefsien asosiasi, sebagai berikut < 0,20 : hubungan rendah sekali
0,20 – 0,39 : hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70 : hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi; kuat
> 0,90 : hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali.
Iklan Visual Correlation Coefficient
1.000 .953**
Sig. (2-tailed) . .000
N 70 70
Minat Konsumsi Rokok Correlation Coefficient .953** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 70 70
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Universitas Sumatera Utara
Sperman Rho Koefisien, terlihat angka ,953 yang diartikan sebagai 0,953. Angka tersebut adalah koefisien korelasi. Diambil dua digit
terakhir dibelakang koma menjadi 0,95. Angka tersebut menunjukkan
hubungan yang sangat tinggi dan kuat sekali karena terletak pada
interval 0,71-0,90 pada skala Guildford. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan atau diuraikan bahwa terdapat hubungan yang cukup
kuat antara iklan visual rokok ditelevisi dengan minat konsumsi
masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan,
RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli Serdang.
2. Signifikasi atau nilai korelasi Spearman dapat diuji dengan menyusun
hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh antara iklan visual rokok di televisi terhadap
minat konsumsi masyarakat.
Ha : Ada pengaruh antara iklan visual rokok di televisi terhadap minat
konsumsi masyarakat.
Pengujian dilakukan dengan dua sisi karena yang dicari adalah terdapat
atau tidaknya hubungan antara variabel. Nilai signifikasi pada tabel
menunjukan nilai 0,01 yang berarti menolak Ho dan menerima Ha.
3. Dasar pengambilan keputusan signifikasi:
Keputusan pada baris baik pada sel kanan atas maupun kiri bawah
(sig.(2-tailed)), angka t tabel adalah 0,01, dimana 0,01 < 0,05. Dengan
demikian dapat diambil keputusan bahwa iklan visual rokok ditelevisi
terhadap minat konsumsi masyarakat di Kelurahan Kenangan Baru,
Kecamatan Percut Sei Tuan, RT/RW 001, Perumnas Mandala, Deli
Banyak dari jenis - jenis rokok yang beredar di pasaran seperti yang di
produksi oleh 41 produsen rokok yang ada di Indonesia saat ini dan ada 3 jenis
rokok antaralain, rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya
daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu,
rokok kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu,
dan rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,
cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok merupakan salah satu pembunuh yang paling dekat dengan kita
sekarang ini, karena akses yang mudah untuk mendapatkannya dan hampir semua
kalangan dari mulai anak – anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia pun sudah
mengkonsumsinya. Pemerintah sudah mulai khawatir terhadap fenomena yang
sangat memprihatinkan yang menimpa generasi muda bangsa Indonesia karena
banyak dari generasi muda Indonesia sekarang yang berusia di bawah 17 tahun
yang sudah mulai mengkonsumsi rokok bahkan sudah menjadikan rokok sebagai
salah satu kebutuhan mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dewi (2010) mengenai Brand Exposure Dan Brand Recall (Studi Tentang Terpaan Iklan Rokok Sampoerna A Mild Terhadap Brand RecallPerokok
Mahasiswa Komunikasi FISIP UNS Angkatan Tahun 2007) menyimpulkan
bahwa brand exposure berpengaruh terhadap brand recall(positioning) pada
iklan rokok Sampoerna A Mild di kalangan perokok mahasiswa Fisip
Angkatan 2007 tahun 2010, dapat disimpulkan bahwa terpaan brand
exposureberpengaruh terhadap brand recall(positioning) pada iklan rokok
sampoerna A Mild dikalangan perokok mahasiswa Fisip Angkatan 2007. Hal
ini dapat dapat diketahui melalui hasil uji spearman ranksebesar 0,857 > 0,05.
Hasil penelitian di atas juga masih relevan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh mengenai Desfita (2006) mengenai Daya Tarik Periklanan
Menurut Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu (Studi Kasus Pada
Universitas Sumatera Utara produsen rokok A Mild meskipun iklan yang ditampilkan selalu berbeda dalam
waktu tertentu sedangkan mahasiswa yang tidak merokok sulit untuk memahami
iklan karena terlalu seringnya iklan rokok A Mild berubah dengan versi yang
berbeda dan mereka beranggapan bahwa tidak ada hubungannya antara iklan
dengan produk yang diiklankan. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa ada perbedaan jenis-jenis pesan iklan (humor, daya tarik rasa takut, slogan,
animasi dan iklan perbandingan) yang paling menarik di kalangan mahasiswa
dimana menurut mahasiswa perokok yang paling menarik adalah humor
sedangkan mahasiswa yang tidak merokok adalah animasi. Selain itu dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bentuk media periklanan
(televisi, radio, surat kabar, majalah dan brosur atau spanduk) yang paling
menarik di kalangan mahasiswa dimana menurut mahasiswa perokok dan
mahasiswa yang tidak merokok yang paling menarik adalah televisi. Dari hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan bentuk model atau
pendukung iklan (bintang film, orang tidak terkenal, atlet, model dan tokoh fiktif)
yang paling menarik di kalangan mahasiswa dimana menurut mahasiswa perokok
yang paling menarik adalah bintang film sedangkan mahasiswa yang tidak
merokok adalah tokoh fiktif.
Televisi dinilai oleh masyarakat sebagai kotak ajaib yang mampu
mempengaruhi sugesti dan alam pikiran masyarakat, hal itu dikarenakan bahwa
sebuah televisi selain memberikan informasi secara aktual dan faktual, televisi
juga menyajikan acara yang sifatnya menghibur. Televisi telah menjadi bagian
dari suatu kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar
informasi dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk yang paling ampuh
dalam menggiring pikiran masyarakat yang menjadi target audiensnya, untuk
masuk dalam jebakan melalui iklan televisi hingga pada akhirnya nanti pemirsa
rela merogoh kantongnya, hanya untuk mengikuti apa yang ditawarkan melalui
rangkaian gambar fantastik yang telah dikonstruksi maknanya. Iklan televisi telah
berkolusi dengan industri media televisi serta ideologi yang tertanam, banyak
“gaya hidup” di masyarakat yang cenderung konsumtif.
Dampak yang ditimbulkan dari pengaruh iklan televisi yang terselip dalam
tayangannya itu, merupakan cerminan budaya baru yang lagi ngetred hasil
lansiran Global Kapitalism Ideology. Dan kenyataan ini merupakan keadaan yang
kontradiktif terhadap budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai keluhuran
budi pekerti, sifat sabar dan norma kesantunan yang kita banggakan selama negeri
ini didirikan. Hegemoni budaya kapitalis yang terlahir merupakan cerminan dari
realitas kehidupan baru, tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dengan
tingginya intensitas itu, telah dikwatirkan banyak pihak akan melindas
kebudayaan sebelumnya yang sudah tertanam dengan mapan dalam relung-relung
kehidupan masyarakat. Guna mencegah dan meminimalisir dampak negatifnya,
maka diperlukan suatu sikap yang arif dalam melihat, mencerna dan memahami
hegemoni budaya asing ini dengan cermat, agar tidak terbius dari racun-racun
iklan televisi yang tak luput dari penglihatan masyarakat sehari-hari.
Komunikasi visual merupakan salah satu model komunikasi yang
menggunakan bahasa visual atau gambar dimana bahasa visual atau gambar
tersebut merupakan salah satu kekuatan yang paling utama dalam menyampaikan
sesuatu yang dapat dilihat dan dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan
yang memiliki arti tertentu agar pesan dapat tersampaikan secara jelas dan
dimengerti makna sesungguhnya. Dalam komunikasi visual ilustrasi – ilustrasi
atau gambar yang dipilih sangatlah berpengaruh dalam kesuksesan komunikator
dalam menyampaikan pesan kepada komunikan. Pemerintah dalam hal ini sudah
mulai menerapkan peraturan kepada seluruh produsen rokok di Indonesia untuk
menggunakan gambar peringatan tentang bahaya merokok di produk mereka
masing - masing dan dalam hal ini komunikasi visual digunakan sebagai sarana
penyampaian pesan yang menggunakan media gambar yang bertujuan untuk
mengurangi intensitas para perokok di Indonesia.
Iklan televisi sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian
tayangan program acara televisi, di mana kemunculannya selalu menghiasi dalam
hitungan menit di sela-sela ketika kita sedang menyaksikan televisi bertengger di
Universitas Sumatera Utara hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk paling ampuh dalam menggiring
pikiran masyarakat yang menjadi target audiensnya. Kita tanpa sadar telah
diperdaya oleh keberadaan iklan televisi untuk masuk dalam jebakannya, melalui
rangkaian gambar yang menarik hingga pada akhirnya nanti kita terprovokasi
olehnya dan rela merogoh kantong, hanya untuk mengikuti tawaran melalui
citraan gambar yang fantastik itu. Derasnya intensitas Iklan televisi yang
dilancarkan melalui media layar kaca itu, telah sedikit banyak mempengaruhi para
pemirsa untuk mengikuti jejak dari illustarsi yang telah mengopsesi para pemirsa
lewat citraan produknya itu, demi mendapatkan tuntutan ”gaya hidup” yang
notabene bagian penting dari kehidupan masyarakat modern.
Dewasa ini fenomena gaya hidup masyarakat modern dengan keragaman
kompleksitas problema yang ada, telah terserap oleh sebagian besar masyarakat,
hal ini dapat terjadi tidak lain dan tidak bukan dari pengaruh tayangan televisi
yang dilihatnya. Gejala ini dalam perkembangannya, begitu pesat masuk dalam
relung-relung kehidupan dari semua lapisan masyarakat, keberadaannya tumbuh
subur di masyarakat perkotaan bahkan hingga kini telah mengepedemi sampai
tingkat pedesaan, menyerang siapa saja yang menjadi targetnya, tak peduli
anak-anak, kaum remaja bahkan orang tuapun terseret dan telah menjadi mangsa dari
proses modernisasi gaya hidup. Derasnya durasi penayangan iklan televisi dari
berbagai macam merek produk, ditengah selipan acara-acara di televisi yang kita
tonton setiap hari, telah berdampak pada meningkatnya gaya hidup masyarakat
dan bercermin pada citraan iklan televisi.
Segala macam apa yang dicitrakan oleh beragam produk konsumtif lewat
iklan televisi, akan ditiru oleh masyarakat dan dianggap sebagai alat untuk
peningkatan kualitas identitas diri, dalam kehidupan masyarakat modern yang
semakin lama cenderung menuju ke arah kehidupan glamour dalam masyarakat
kapitalis dan hanyalah melahirkan manusia-manusia konsumtif dan hedonis. Lihat
saja cerminan realitas kehidupan remaja dewasa ini, seringnya di kalangan remaja,
gonta ganti assesoris mulai dari kemasan handphone, gelang, kalung, cincin
,minuman kaleng, tas, sepatu sampai pakaian ala artis idolanya serta rambut
ditimbulkan oleh iklan televisi tidak berhenti di situ saja, para anak-anak sekolah
dasarpun ikut bergaya memakai handphone yang tergolong mahal harganya. Fenomena ini akan mengejutkan lagi ketika sikap para orang tua merasa gatal
terbius oleh kegombalan iklan televisi dan ikut-ikutan mempercantik dirinya, ia
tak mau kalah dengan anak gadisnya dengan memotong rambutnya gaya seorang
artis idolanya menjadi bergelombang bagai rangkaian serutan kayu jati yang
melambai-lambai tertiup angin mamiri. Begitu dasyatnya pengaruh iklan televisi
terhadap pencitraan gaya hidup seseorang, hingga sampai-sampai orang mau
mengeluarkan segala macam kemampuan, meskipun dalam perjanannya diwarnai
dengan susah payah untuk meraihnya, demi untuk mengikuti trend gaya hidup
yang sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat modern.
Para pemasang iklan di media televisi telah menjalin hubungan yang erat
dengan industri televisi, karena keberadaan media ini dianggap sebagai suatu
sarana yang ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan provokatif terhadap target
audiens sebagai mangsanya. Peran iklan televisilah yang membuat siaran televisi
tetap hidup dan bisa bertahan dalam melangsungkan program penyiarannya.
Televisi dan iklan dapat diibaratkan burung jalak dengan badak yang saling
menguntungkan, dimana burung jalak mendapat makanan dari kutu-kutu yang
menempell di tubuh badak, sementara si badak tidak perlu repot membersihkan
badanya, mungkin binatang lain tentunya akan berguling-guling dalam
membersihkan kutu-kutunya. Demikian juga dengan kaiatan antara televisi dan
iklan, di mana keduanya merupakan menyatunya dua kepentingan dari segmentasi
pasar yang hampir sama. Hal ini dapat diartikan bahwa iklan memerlukan media
sebagai sarana penyampaian produk yang akan diinformasikan kepada masyarakat
luas, sementara televisi membutuhkan iklan guna pembiayaan operasional dan
pengembangan program siarannya.
Dalam sudut pandang komunikasi, “iklan merupakan pesan yang disebar
luaskan kepada khalayak untuk memberikan sesuatu atau menawarkan atau jasa
melalui media”. Penciptaan iklan televisi yang membawa pesan-pesan suatu
produk, dan dalam pengemasannya memakai cara-cara pendekatan secara
Universitas Sumatera Utara dalam mempengaruhi dan melumpuhkan pikiran konsumennya, bukan dengan
cara kekerasan, melainkan melalui pendekatan dengan penanaman ideologinya
yang terselip dalam “pencitraan produk”, hingga konsumen bertekuk lutut untuk
mau mengikuti ajakannya tanpa harus mengkritisinya. Inilah yang dikatakan oleh
Jacques Ellul tentang propaganda, “suatu cara untuk mencapai kekuasaan dengan
cara memanipulasi secara psikologis suatu kelompok atau massa, atau dengan
cara menggunakan kekuatan ini dengan dukungan dari massa”.
Tidak sedikit masyarakat yang termakan oleh ideologi iklan, lewat
tayangan televisi yang dikemas dan dikonstruksi sedemikian rupa serta
penyampaiannya begitu menarik dan atraktif, hingga masyarakat langsung
percaya dan meyakini tentang keistimewaan dari produk yang ditawarkan. Dalam
perancangannya, iklan televisi tak luput dari siklus trend yang berkembanmg
dimasyarakat, para kreator iklan sering menangkap isu yang bergaung dan
menjadi polemik di masyarakat, untuk kemudian diangkat menjadi suatu konsep
dalam perancangannya. Iklan televisi dewasa ini telah menjadi produk komuditas
baru yang mampu memenuhi keinginan para pemirsa dan tanpa disadari apa yang
tervisualisasi di hadapan mata, adalah hasil penciptaan suatu realitas baru yang
telah dikonstruksi ke dalam dunia maya itu, telah mengantarkan alam persepsi
pemirsa mengisyaratkan bahwa realitas imajinatif tersebut seolah-olah apa yang
mereka lihat adalah cerminan keaadaan yang sebenarnya. Persepsi inilah yang
muncul dalam pikiran pemirsa, hingga masyarakat selaku target iklan, mau
memakai produknya dan menghegemoni dalam kehidupan masyarakat luas
melalui praktik-praktik ekonomi, sosial dan budaya kapitalisme yang
mencerminkan budaya baru dalam lingkugan masyarakat kapitalis.
Dari pemaparan yang telah dibahas dengan beragam sudut pandang, maka
dapat ditarik benang merahnya. Televisi telah menjadi bagian dari suatu
kehidupan masyarakat modern yang berfungsi selain sebagai penyebar informasi
dan hiburan, juga sebagai suatu alat promosi produk yang paling ampuh dalam
menggiring pikiran masyarakat selaku target audiensnya, untuk masuk dalam
dengan segala macam ideologi yang banyak mencerminkan budaya dan faham
kapitalis pada setiap pesan yang terselip dalam produk citraanya, akan berdampak
pada penciptaan “gaya hidup” di masyarakat yang cenderung berjiwa konsumtif
dan hedonis. Timbulnya efek negatif pada perilaku insan negeri ini disebabkan
dari pengaruh iklan televisi, di mana dalam penayangannya merupakan cerminan
budaya baru yang lagi ngetrend di lingkungan masyarakat, hasil lansiran Global
Kapitalism yang terbawa oleh arus globalisasi. Kalau hal ini tidak diantisipasi
dengan baik, maka dikhawatirkan akan terus tumbuh subur, terutama di kalangan
remaja yang cenderung berpola hidup meniru dari tayangan televisi. Dan
kenyataan ini menimbulkan suatu pernyataan kontradiktif terhadap budaya
Indonesia yang terkenal menjunjung tinggi keluhuran budi pekerti, sifat sabar dan
norma kesantunan yang kita banggakan selama negeri ini didirikan.
Sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita semua, termasuk
kalangan berpendidikan tinggi baik dilingkungan pemerintahan, institusi sosial,
institusi pendidikan maupun masyarakat luas untuk senantiasa saling
mengingatkan, memberikan penerangan dan pencerahan kepada masyarakat,
bahwa segala macam yang tersembunyi di balik iklan televisi itu, tidak
selamanya benar. Bahkan ada teks serta makna media telah direkonstruksi dan
gambar-gambar fantastik hasil manipulasi hingga dapat menggiring persepsi
pemirsa ke arah yang bisa menyesatkan. Persepsi sangat bahaya sekali, bila
tayangan tersebut dilihat oleh orang-orang yang tak dibekali dengan daya nalar
tinggi untuk memahami makna-maknnya dengan benar.
Diperlukan suatu ketegasan dari pihak terkait, untuk mengapresiasi
tentang pengaplikasian kode etik periklanan dan jurnalistik dalam perancangan
program acara televisi, karena perencanaan yang tak berkonsep dengan matang
akan menimbulkan permasalahan di masyarakat. Pemerintah lewat Kementrian
Komunikasi dan Informasi, Komisi Penyiaran Indonesia, Institusi Masyarakat
Periklanan Indonesia, Lembaga Konsumen Indonesia hendaknya memberikan
sangsi yang keras kepada stasiun televisi dan pemasang iklannya yang ternyata isi
pesan dapat merusak moralitas bangsa. Karena dinilai telah melakukan