• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo (Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING

DI KABUPATEN KARO

(Studi Kasus : Desa Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo)

SSKKRRIIPPSSII

RONALD.A.SITEPU 030334028 SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAAN

FAKULTAS PERTANIAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING

DI KABUPATEN KARO

(Studi Kasus : Desa Gurukinayan ,Kecamatan Payung,Kabupaten Karo)

SKRIPSI RONALD.A.SITEPU

030334028 SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Menyelesaikan Studi pada FakultasPertanian, Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

( Ir.Lily Fauzia,M.Si ) ( Ir.Hasudungan Butar-Butar,M.Si )

Ketua Anggota

Diketahui oleh :

(Ir.Luhut Sihombing,MP) Ketua Jurusan

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan

yang Maha Pengasih atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Adapun skripsi ini berjudul “ PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA

TERNAK KAMBING DI KABUPATEN KARO” ( Studi Kasus : Desa

Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara) dan

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bapak Ir.Hasudungan Butar-Butar,M.Si selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

Bapak Ir. Luhut Sihombing,MP selaku Ketua Departemen Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan.

− Seluruh staff pengajar dan Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian

USU, Medan yang turut berperan dalam studi penulis.

− Kepada Kepala Desa Gurukinayan, Bapak Arifin Sembiring yang

(4)

− Kepada para peternak sebagai sampel yang bersedia memberikan

informasi selama penulis dalam penelitian, khususnya mama Sekarang

Sembiring

− Kepada rekan-rekan mahasiswa (yang tidak dapat disebut satu per satu)

yang memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan

tulisan ini.

Kemudian ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga,

ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan pengorbanan yang tidak

terhingga hingga penulis dapat menyelesaikan studinya. Juga adik saya, Lysa

Sitepu yang turut memberikan dorongan dan doa kepada penulis.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini

berguna bagi peternak kambing dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.

Medan, Oktober 2008

(5)

DAFTAR ISI 1.1.Latar Belakang……….. 1

1.2.Identifikasi Masalah……….. 7

1.3.Tujuan Penelitian………..…... 7

1.4.Kegunaan Penelitian………... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1.Tinjauan Pustaka………... 9

2.2.Landasan Teori………..14

2.3.Kerangka Pemikiran………..18

2.4.Hipotesis Penelitian……….…..20

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penentuan Daerah………21

3.2.Metode Penentuan Sampel………21

3.3.Metode Pengumpulan Data………...21

3.4.Metode Analisis Data……….. .22

3.5.Definisi dan Batasan Operasional………... ..25

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK KAMBING 4.1.Deskripsi Daerah Penelitian a. Luas dan Kondisi desa………...26

b. Tata guna tanah………...26

c. Keadaan Penduduk………...27

4.2.Karakteristik Peternak Kambing………..28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

b. Kandang………. 30

c. Pakan Hijauan……… 31

d. Modal………. 32

d.Pengolahan Hasil………. 35

e.Peralatan……….. 35

5.3.Faktor Sosial / Ekonomi a. Kesempatan Kerja………..35

b. Hasil Produksi………... 36

5.4.Analisa Kelayakan a. Nilai R / C Ratio……….39

b. Return of Investment (ROI)………40

5.5.Analisa SWOT a. Faktor internal………...41

b. Faktor eksternal……….43

c. Strategi………...44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan……….45

6.2.Saran a. Bagi Peternak………46

b. Bagi Peneliti Selanjutnya………..46

(7)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL Hal

1.1 PERKEMBANGAN POPULASI KAMBING PER KABUPATEN

SUMATERA UTARA………..4

1.2 PERSENTASE PERKEMBANGAN POPULASI KAMBING DI KABUPATEN KARO………..5

1.3 PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK KAMBING PER KECAMATAN DI KABUPATEN KARO………....5

1.4. POPULASI TERNAK KAMBING PER DESA DI KECAMATAN PAYUNG………...6

4.1 TATA GUNA TANAH DESA, TAHUN 2006………...27

4.2 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DI DESA GURUKINYAN, TAHUN 2006………...27

4.3 KARAKTERISTIK PETERNAK KAMBING………...28

5.1 JUMLAH MODAL USAHA TERNAK KAMBING………...32

5.2 KEBUTUHAN TENAGA KERJA………...33

5.3 KEBUTUHAN TENAGA KERJA UNTUK SATU TAHUN……….36

5.4 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TERNAK KAMBING………...37

5.5 RATA-RATA PENERIMA PETERNAK PER TAHUN………...38

5.6 PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING………...39

5.7 NILAI R/C USAHA TERNAK KAMBING………...39

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Karakter Peternak Kambing

Lampiran 2. Jumlah Dan Nilai Ternak

Lampiran 3. Jumlah Curahan Tenaga Kerja Dan Biaya Tenaga Kerja Pertahun

Lampiran 4. Jumlah dan Nilai Peralatan Ternak Kambing

Lampiran 5. Penyusutan Peralatan dan Kandang

Lampiran 6. Total Biaya Produksi Per Tahun

Lampiran 7. Penerimaan Peternak

Lampiran 8. Nilai Investasi Usaha Ternak Kambing

Lampiran 9. Rata-rata Pendapatan Peternak

Lampiran 10. Nilai R/ C

(9)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL Hal

1. DIAGRAM MATRIKS SWOT………..17

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya

sebahagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi

sebagian besar penduduknya dan memberikan lapangan pekerjaan bagi semua

angkatan kerja yang ada. Dengan menyempitnya lahan pertanian yang digarap

petani mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan melalui

kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah kegiatan

usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan seperti: sebagai

tambahan sumber pendapatan, untuk memanfaatkan limbah pertanian, sebagai

penghasil daging dan susu, kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk

organik dan kulitnya juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di pedesaan,

ternak kambing cukup popular sebagai usaha sampingan. Bahkan kambing

dianggap sebagai tabungan keluarga, karena dapat dijual setiap saat, khususnya

ditengah kebutuhan ekonomi yang mendesak (Kanisius, 1993 : 23).

Usaha ternak kambing sudah saatnya dijadikan usaha pokok, karena kambing

relatif cepat berkembang biak dan merupakan salah satu jenis ternak yang akrab

dengan sistem usaha tani di pedesaan. Hampir setiap rumah tangga memelihara

kambing. Sebagian dari mereka menjadikannya sebagai salah satu sumber

penghasilan keluarga. Saat ini pemeliharaan kambing bukan hanya di pedesaan,

(11)

kambing yang muncul disebabkan oleh permintaan daging dan susu kambing yang

terus mengalami peningkatan (Sarwono, 2007 : 13 ).

Beternak kambing memang tidak selalu memerlukan uang kontan yang

besar jumlahnya. Petani-ternak skala kecil masih mampu membiayai

pemeliharaan ternak kambing. Di daerah pedesaan, ternak kambing biasanya

dipelihara secara tradisional dengan sistem pemeliharaan:

1. ternak kambing dikandangkan terus-menerus

2. ternak kambing dikandangkan,juga digembalakan pada jam tertentu

3. ternak kambing dilepas di padang pengembalaan sepanjang hari

Cara pemeliharaan kambing yang banyak dilakukan petani-ternak di pedesaan

umumnya dikandangkan. Penggembalaan biasanya dilakukan secara

berpindah-pindah. Kambing yang dipelihara dengan cara dikandangkan, dan pada waktu

tertentu digembalakan atau digembalakan terus-menerus sepanjang hari, hasilnya

lebih baik. Sebab dengan sistem pengelolaan seperti ini, ternak kambing

memperoleh faktor pendukung yang lebih kuat. Ditinjau dari aspek tingkah

lakunya ternak kambing memang hewan gembalaan, dan jika ditinjau dari aspek

tersedianya hijauan pakan ternak kambing yang dilepas di padang penggembalaan

akan bebas dan dapat memilih hijauan pakan sesuai dengan yang disenanginya.

Berbeda halnya bila dikandangkan, hijauan pakan serba terbatas dan tergantung

dari pengelolanya. Dengan demikian penggembalaan sendiri akan memberi

pengaruh yang positif terhadap kondisi serta fungsi fisiologis tubuh ternak

kambing untuk memiliki kesanggupan meningkatkan daya tahan tubuh dan fungsi

(12)

Nilai ekonomi, sosial, budaya yang diperankan kambing sangat nyata.

Ternak kambing dapat menyumbangkan 14-25% dari total pendapatan keluarga

petani. Potensi ternak kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang.

Peternak banyak kurang atau belum memperhatikan peluang pasar. Sistem

penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai, sehingga

pengelolaan kambing ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas

pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan.

Nilai positif ternak kambing bagi kepentingan petani di pedesaan, antara lain:

1. Ternak kambing dapat dipotong sewaktu-waktu untuk keperluaan sendiri,

pesta adat, atau menjamu tamu yang datang.

2. Kambing merupakan sumber penghasilan dan tabungan.

3. Kambing mudah dirawat, karena hampir semua jenis tanaman dapat

digunakan sebagai sumber pakan.

4. Kambing dapat berkembang biak dengan cepat.

5. Kotoran kambing yang terkumpul dapat digunakan untuk pupuk sehingga

dapat menyuburkan tanaman dan memperbaiki mutu tanah pertanian.

6. Modal yang diperlukan untuk memulai beternak kambing tidak besar.

(Mulyono dan Sarwono, 2007 : 14-15).

Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah yang potensial untuk usaha

ternak kambing di Sumatera Utara. Populasi ternak kambing disetiap Kabupaten /

Kotamadya dapat dilihat pada tabel berikut:

(13)

Tabel 1.1Perkembangan Populasi Kambing Perkabupaten Sumatera Utara

Sumber : Dinas Perternakan Tingkat II, 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten Karo menunjukkan

peningkatan dalam pengembangan ternak kambing dan setiap kecamatan terlihat

adanya peningkatan pemeliharaan ternak kambing dan lebih jelasnya dapat dilihat

(14)

Tabel 1.2 Persentase Perkembangan Populasi Kambing di Kab. Karo

Tahun Perkembangan Populasi Kambing Persen(%)

2004 14338 3,67

2005 18883 4,04

2006 19327 3,46

Sumber : Dinas Peternakan Tingkat II, 2007

Dari tabel 1.2 diketahui bahwa persentase perkembangan populasi

kambing di Kab. Karo terbesar pada tahun 2004 sekitar 3,67 % dan tahun 2005

sekitar 4,04 % serta pada tahun 2006 sekitar 3,46 %. Walaupun peningkatan

secara persentase berfluktuasi tetapi jumlah absolutnya setiap tahun bertambah

yaitu tahun 2004 sekitar 14338 ekor dan tahun 2005 sekitar 18883 ekor serta

tahun 2006 sekitar 19327 ekor.

Peningkatan dalam pengembangan ternak kambing dari setiap kecamatan

terlihat adanya peningkatan pemeliharaan ternak kambing dan lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.3 Perkembangan Populasi Ternak Kambing Perkecamatan di Kabupaten Karo

No. Kecamatan Ternak Kambing

(15)

Dari tabel diatas terlihat Kecamatan Payung termasuk daerah nomor 2

yang paling banyak populasi ternak kambing yaitu tahun 2005 sekitar 2201 ekor

dan tahun 2006 sekitar 2905 ekor serta tahun 2007 sekitar 3066 ekor. Kecamatan

Payung yang terdiri dari 8 desa ternyata 4 desa diantaranya panduduknya

memelihara kambing.

Untuk lebih jelasnya populasi kambing di setiap desa di kecamatan

Payung dapat dilhat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.4. Populasi Ternak Kambing Perdesa di Kecamatan Payung

NO. DESA TERNAK KAMBING (EKOR)

1 Batu Karang -

2 Rimo Kayu -

3 Cimbang -

4 Ujung Payung 28

5 Payung 38

6 Suka Meriah 45

7 Guru Kinayan 109

8 Selandi -

JUMLAH 220

Sumber: Kepala Desa Kecamatan Payung tahun 2007

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa populasi kambing terbesar terdapat

di desa Guru Kinayan, walaupun diduga bahwa pelaporan data untuk setiap

daerah belum lengkap dengan jumlah ternak kambing di daerah Guru Kinayan

hanya sekitar 109 ekor. Tetapi perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui

(16)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana ketersediaan input (lahan pengembalaan, kandang, pakan, tenaga

kerja) untuk usaha ternak kambing di daerah penelitian?

2. Bagaimana penerapan teknologi usaha ternak kambing di daerah penelitian?

3. Apakah usaha ternak kambing mampu memberi kesempatan kerja bagi

penduduk ?

4. Seberapa besar sumbangan pendapatan dari usaha ternak terhadap total

pendapatan keluarga?

5. Apakah usaha ternak kambing layak dikembangkan secara ekonomi di daerah

penelitian?

6. Bagaimana strategi pengembangan ternak kambing di masa depan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ketersediaan input untuk usaha ternak kambing di daerah

penelitian.

2. Untuk mengetahui penerapan teknologi pada usaha ternak kambing.

3. Untuk mengetahui usaha ternak ternak kambing mampu memberikan

kesempatan kerja bagi penduduk.

4. Untuk mngetahui seberapa besar kontribusi pendapatan dari usaha ternak

(17)

5. Untuk mengetahui usaha ternak kambing layak dikembangkan di daerah

penelitian.

6. Untuk mengetahui strategi pengembangan ternak kambing di masa depan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang mengembangkan ternak kambing di

Kecamatan Payung untuk mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

3. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap usaha ternak

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Kambing lokal (Capra aegagrus hicrus) adalah sub spesies dari kambing

liar yang tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Adapun klasifikasi kambing

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Familia : Bovidae

Sub familia : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : C.aegagrus

Sub spesies : C.a.hircus

(Linnaeus, 1758 : 32 )

Kambing merupakan suatu jenis binatang memamah biak yang berukuran

sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun

tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya kambing mempunyai jenggot,

dahi cembung, ekor agak keatas, dan kebanyakan berbulu halus dan kasar. Habitat

yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu. Dalam

(19)

betina yang paling tua. Kambing jantan berfungsi sebagai penjaga keamanan

rombongan. Waktu aktif mencari makanannya siang maupun malam hari.

Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan. Kambing berbeda

dengan domba (Linnaeus, 1758 : 32).

Kambing berkembang biak dengan melahirkan dua hingga tiga ekor anak,

setelah bunting selama 150 hingga 154 hari dan dewasa kelaminnya dicapai pada

usia empat bulan. Dalam setahun kambing dapat beranak sampai dua kali.

Menurut jenisnya kambing dapat dibagi empat jenis antara lain:

a. Kambing Kacang

Kambing kacang adalah kambing yang pertama kali ada di Indonesia.

Badannya kecil, tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65

sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada jantan bisa

mencapai 25 kilogram, sedang yang betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak,

berbulu halus dan pendek. Baik betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk

yang pendek.

b. Kambing Etawa

Kambing ini datangnya dari India. Badannya besar, tinggi gumba yang

jantan 90 sentimeter hingga 127 sentimeter dan yang betina hanya mencapai 92

sentimeter. Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kilogram, sedangkan betina

hanya mencapai 63 kilogram. Telinganya panjang dan terkulai kebawah. Dahi dan

hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing

(20)

c. Kambing Jawarandu/Peranakan Etawa

Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan antara kambing etawa

dengan kambing kacang. Kambing ini memiliki ciri separuh mirip kambing Etawa

dan separuh lagi mirip kambing kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu

sebanyak 1,5 liter/hari.

d. Kambing Saenen

Kambing ini berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun

betinanya tidak memiliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung,

telinga dan ambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan

telinganya berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing

penghasil susu. (Mulyono dan Sarwono, 2007 : 33-34).

Pemilihan bibit kambing atau bakalan yang akan di pelihara tergantung

dari selera petani-ternak dan kemampuaan modal yang dimiliki. Namun secara

umum yang menjadi pilihan petani-ternak adalah kambing yang umumnya paling

mudah di pasarkan. Pemilihan bibit kambing secara praktis yang di pergunakan

dalam penilaian individual adalah mengamati bentuk luar tubuh, yakni yang

menyangkut bentuk tubuh umum, ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, normal

tidaknya pertumbuhan organ kelamin. Syarat yang paling penting untuk seleksi

calon bibit kambing adalah kambing harus sehat, usia masih muda dan tidak

pernah terkena penyakit berbahaya/menular. Secara garis besar syarat-syarat

(21)

a. Calon induk

1. tidak memiliki kecacatan fisik

2. bentuk perut normal

3. telinga kecil hingga sedang

4. berbulu halus dan bersih

5. roman muka baik

6. ekor tumbuh normal

7. usia tidak lebih dari satu tahun

8. berat tubuh sekitar 20-45 kg

b. Calon pejantan/pemacak

1. tidak memiliki kecacatan fisik

2. bentuk tubuh baik dan normal

3. kaki kokoh dan otot-otot kuat

4. telinga kecil hingga sedang

5. berbulu halus dan bersih

6. memiliki scrontum yang lebih besar dan tumbuh normal

7. usia tidak lebih dari satu tahun

8. berat tubuh sekitar 20-25 kg

(Kanisius, 1993:36).

Sebelum beternak kambing, pertama kali yang perlu disiapkan adalah

membangun kandang. Kandang merupakan tempat istirahat dan berteduh bagi

kambing. Kandang yang baik berfungsi memudahkan dalam pemeliharaan ternak

(22)

vaksinasi. Lokasi kandang sebaiknya dipilih di tempat yang teduh, tetapi cukup

mendapatkan sinar matahari di waktu pagi. Kondisi kandang adalah bentuk atau

model kandang yang bisa membantu ternak terhindar dari gangguan alam secara

langsung seperti hembusan angin, terpaan hujan, dan sengatan terik matahari.

Untuk mendapatkan kandang yang optimal di perlukan perencanaan konstruksi

yang baik. Model kandang untuk kambing umumnya berbentuk panggung yang di

bangun di atas permukaan tanah sehingga terdapat kolong di bawah kandang.

Tinggi kolong dari permukaan tanah sekitar 0,5m (Sarwono, 2007 : 22).

Konstruksi kandang yang baik adalah kokoh, kuat, dan tahan lama.

Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi lancar, dindingnya

kuat dan baik, atap tidak bocor, serta lantainya tidak mudah lembab. Atap

kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas matahari, hujan dan angin.

Bahan atap dapat dibuat dari genting, asbes, ijuk, atau rumbia. Lantai kandang di

buat dari bilah-bilah bambu, papan, atau lapisan semen. Agar tidak menimbulkan

kecelakaan bagi ternak, sebaiknya lantai dibuat rata, datar, tidak licin, tidak terlalu

keras dan tajam, serta tidak tembus air. Lantai kandang dibuat sejajar dengan

papan lantai dengan lebar celahnya antara 1-1,5 cm sehingga kotoran dan air

kencing dapat jatuh ke bawah. Selain itu, lantai bercelah juga memudahkan

pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang. Keadaan lantai harus selalu

bersih, kering, tidak becek atau lembab, dan mudah di bersihkan. Kambing jantan

dan betina sebaiknya dipelihara secara terpisah. Begitu juga anak-anak kambing

setelah lepas sapih, yaitu berumur 2-4 bulan. Kandang untuk pejantan dibuat

khusus dengan ukuran 125 cm x 150 cm/ekor atau minimal 150 cm2 luas

(23)

cm x 125 cm/ekor. Untuk induk betina yang sedang bunting tua atau siap

melahirkan anak, sebaiknya ditempatkan di kandang yang khusus yang berukuran

125 cm x 150 cm x175 cm/ekor. Anak kambing lepas sapih yang berusia 2-4

bulan harus dibuat kandang tersendiri berukuran 100 cm x 125 cm x 175 cm/ekor

atau dibuat seperti kandang kambing betina yang pelihara secara kelompok, yaitu

tanpa dinding penyekat sehingga anak-anak kambing lebih bebas bergerak.

(Sarwono, 2007:22).

2.2. Landasan Teori

Sektor pertanian sejak awal masa pembangunan merupakan sektor yang

mampu menyerap tenaga kerja paling besar. Mungkin hal tersebut disebabkan

oleh besarnya penduduk yang tinggal di pedesaan dan berprofesi sebagai petani.

( Silitonga C , 1995 : 9 )

Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting dan sangat dan perilaku

petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. Suatu

barang mempunyai harga karena dua sebab yaitu barang itu berguna dan

jumlahnya terbatas. Suatu barang merupakan barang ekonomi dalam ilmu

ekonomi dinyatakan barang tersebut mempunyai permintaan dan penawaran.

Suatu barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna, sedangkan

barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas ( Mubyarto,

1996 : 16 ).

Untuk dapat merencanakan dan merencanakan proyek yang efektif harus

mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan

(24)

Seluruh aspek-aspek ini saling berhubungan. Suatu putusan mengenai suatu aspek

akan mempengaruhi putusan-putusan terhadap aspek- aspek lainnya (Mubyarto,

1996:18).

Return on Investment (ROI ) merupakan analisa untuk mengetahui tingkat

keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya

ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal dan keuntungan bersih yang

dicapai.

Laba Bersih

ROI = x 100% Investasi

Semakin besar keuntungan yang diterima makan semakin besar tingkat

pengembalian modal, dan sebaliknya. Kelayakan usaha diketahui dengan

membandingkan ROI dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu usaha

dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan

tidak layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman

(Downey dan

1. Tahap pengumpulan data, Erickson, 1992 : 46).

Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap,yaitu:

2. Tahap analisis,

3. Tahap pengambilan keputusan.

(Rangkuti, 2003 : 23)

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.

Data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh

(25)

- Matrik faktor strategi eksternal

- Matrik faktor strategi internal

(Rangkuti, 200 : 23).

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam

model-model kua ntitatif perumusan strategi. Model ini digunakan adalah matrik

SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treaths) (Rangkuti, 2003: 24).

Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi dalam perusahaaan dan disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat sel alternative

strategis, yaitu :

a. Strategi SO ( Strength-Opportunity)

Strategi berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan

seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST ( Strength-Treaths)

Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

c. Strategi WO ( Weakness-Opportunity)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT ( Weakness-Treaths)

Strategi ini didasrakan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha

(26)

Gambar 1: Diagram Matrik SWOT

IFAS

EFAS

Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O) Strategi (S)

Ciptakan strategi yang

Treaths (T) Strategi ST

Ciptakan strategi yang

Opportunities (O) : Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Treaths (T) : Tentukan 5-10 faktor ancaman internal

Strength (S) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W) : Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

(Rangkuti, 2003:25-26).

Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan

diambil. Keputusan didasarkan atas justifikasi yang dibuat secara kualitatif

maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dengan penggunaan

model tercanggih maupun tradisional. Keputusan yang berbobot hanya dapat

dibuktikan oleh waktu artinya, keputusan yang akan diambil akan benar-benar

(27)

Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan periode

prospek suatu produk antara lain adalah : kemampuan produsen untuk memenuhi

permintaan pasar, jenis komoditi yang sesuai dengan keinginan konsumen,

kemampuan memenuhi mutu sesuai keinginan pasar, menyediakan komoditi yang

sesuai dengan permintaan, ketetapan dalam pengiriman dan tingkat harga yang

sesuai (Nazarudin, 1993 : 25).

2.3. Kerangka Pemikiran

Berhasilnya usaha ternak sangat dipengaruhi oleh ketersedian input

misalnya: bibit, lahan/kandang, pakan, modal, tenaga kerja dan peralatan.

Demikian juga seberapa besar pengaruh usaha terhadap faktor sosial peternak

dapat dilihat dari kemampuan usaha tersebut untuk dapat member kesempatan

kerja dan seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak tersebut.

Pendapatan peternak akan meningkat apabila usaha tersebut memberikan

keuntungan dan sebaliknya pendapatan akan turun apabila usaha ternak tersebut

mengalami kerugian. Selain pruduktivitas ternak, pendapatan peternak juga sangat

dipengaruhi oleh faktor ekonomi yaitu permintaan dan harga. Apabila permintaan

suatu komoditi meningkat maka harga akan naik dan apabila harga naik maka

permintaan akan turun.

Adanya masalah-masalah yang dihadapi bukan berarti usaha tersebut tidak

layak, karena setiap usaha tidal luput dari berbagai masalah/hambatan, yang perlu

diperhatikan adalah sejauh mana hal-hal yang menguntungkan mampu menutupi

setiap hambatan dan masalah. Semua faktor dalam kegiatan ini, mulai dari

(28)

SWOT. Apabila semua factor tersebut mendukung pengembangan usaha ternak

kambing maka usaha tersebut layak. Apabila salah satu saja tidak mempengaruhi

maka bukan berarti tidak layak, akan tetapi usaha tersebut tidak mendapatkan

hasil yang optimal.

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan : = Mempengaruhi

Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran

Peternak kambing

(29)

2.4. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesa dirumuskan

sebagai berikut:

1. Input (lahan pengembalaan, kandang, pakan, tenaga kerja, modal, tenaga

kerja) untuk usaha ternak kambing tersedia di daerah penelitian.

2. Penerapan teknologi usaha ternak kambing di daerah penelitian masih

sederhana.

3. Usaha ternak kambing mampu member kesempatan kerja bagi penduduk.

4. Usaha ternak kambing memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga.

5. Usaha ternak kambing layak dikembangkan secara ekonomi di daerah

penelitian.

6. Strategi pengembangan ternak kambing antara lain dengan memperbaiki

ketersediaan input, teknologi dan mengaktifkan lembaga-lembaga yang terkait

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Guru Kinayan Kecamatan Payung

Kabupaten Karo yang ditentukan secara purposive . Penentuan desa ini karena di

Kecamatan Payung tersebut yang paling banyak populasi ternak kambing.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dari penelitian adalah petani sekaligus beternak kambing dengan

melakukan sensus sesuai dengan petunjuk kepala desa setempat dengan jumlah

sekitar 30 responden. Penentuan jumlah sampel tersebut dilakukan secara acak

sederhana ( simple random ) dimana ukuran sampel telah memberikan ragam

sampel yang stabil atau homogen ( Sugiarto,2003 :10 ).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para

peternak kambing dengan menyediakan daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang ada

(31)

3.4 Metode Analisa Data

Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan

mengamati sejauh mana ketersediaan input (lahan pengembalaan, kandang, pakan,

tenaga kerja, modal, peralatan) di daerah penelitian.

Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan

mengamati sejauh mana penerapan teknologi pada usaha ternak kambing di

daerah penelitian.

Hipotesis 3 diuji dengan analisa deskriptif, yaitu dengan mengamati

seberapa besar tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha ternak kambing.

Hipotesis 4 diuji dengan perhitungan pendapatan dengan rumus sebagai

berikut:

Pd = TR - TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usaha ternak(Rp)

TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp)

(Soekartawi, 1994 :32).

Dengan kriteria:

- Jika pendapatan Usaha ternak ≥ 50 % dari pendapatan keluarga, maka

kontribusi besar

- Jika pendapatan Usaha ternak < 50% dari total pendapatan, maka kontribusi

(32)

Hipotesis 5 diuji dengan menggunakan metode analisis R/C Ratio dan

ROI (Return of Invesment).

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal perbandingan

atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan

sebagai berikut:

a = R/C

R = Py.y

C = FC + VC

a = ( Py . Y ) / ( FC + VC )

R = penerimaan (Rp)

C = biaya (Rp)

Py = harga output(Rp)

Y = output (Rp)

FC = biaya tetap(fixed cost) (Rp)

VC = biaya tidak tetap ( variable cost) (Rp)

Ketentuan:

Jika R/C ≥ 1 , maka layak untuk dikembangkan.

Jika R/C < 1, maka tidak layak untuk dikembangkan(Soekartawi, 1994 : 32-33).

Return Of Investment (ROI) merupakan suatu ukuran ratio untuk mengetahui

tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah

(33)

Rumus yang digunakan:

Pendapatan Bersih(Net Income)

ROI = x 100% Total Aset (modal)

Keterangan:

Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku , maka usaha ini efisien untuk

dilaksanakan.

Jika ROI < tingkat suku bunga bank yang berlaku, , maka usaha ini tidak efisien

untuk dilaksanakan (Sunarjono, 2000 : 34).

Hipotesis 6 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan

Matrik SWOT. Matrik ini akan menggambarkan secara jelas bagaimana peluang

dan ancaman eksternal yang dihadapi peternak kambing di daerah penelitian dan

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan

gambaran tersebut kita akan dapat melihat bagaimana prospek pengembangan

usaha ternak kambing di daerah penelitian.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan hasil penelitian ini

,maka dibuat beberapa definisi dengan batasan operasional sebagai berikut :

1. Sampel adalah petani yang mengusahakan ternak kambing.

2. Produksi adalah output baik berupa susu dan daging kambing untuk dijual

(34)

3. Tujuan utama usaha peternakan adalah penjualan daging sedangkan susu

dijual pada saat tertentu (permintaan ada)

4. Penerimaan adalah harga jual dikali produksi ternak kambing.

5. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan

kambing

6. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi

7. Prospek pengembangan ternak kambing adalah peluang peningkatan atau

keberhasilan atas usaha ternak kambing.

Batasan operasional

1. Daerah penelitian adalah desa Guru Kinayan Kec. Payung Kab. Karo

2. Waktu penelitian adalah tahun 2008

(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETERNAK KAMBING

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

a. Luas dan Kondisi Desa

Desa Gurukinayan berada di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

Sumatera Utara. Desa ini mempunyai luas wilayah desa 1130 km2 dengan batas

wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka Meriah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Payung

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Selandi

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat

Desa ini berjarak 7 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Payung dan

berjarak 24 km dari ibukota Kabupaten Karo dan berjarak 104 km dari ibukota

Propinsi Sumatra Utara yaitu Medan. Desa ini berada diatas permukaan laut 850

s/d 1200 meter.

b. Tata Guna Tanah

Berdasarkan penggunaan tanah Desa Gurukinayan dapat dilihat pada tabel

(36)

Tabel 4.1 Tata Guna Tanah Desa, Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 75 6,64

2 Tanah Kering 548 48,50

3 Bangunan / Pekarangan 8 0,70

4 Lainnya 499 44,16

Jumlah 11130 100,00

Sumber : Kecamatan Payung Dalam Angka 2007

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan produktif terbesar

untuk pertanian (tanah sawah, tanah kering) sekitar 55,14 % , hal ini disebabkan

desa penelitian merupakan daerah pertanian dengan mata pencaharian sebagai

petani.

c. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Gurukinayan adalah 2207 jiwa dengan jumlah

Kepala keluarga ( kk ) sebanyak 643 kk. Jumlah penduduk menurut kelompok

umur kelompok umur dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Gurukinayan,

Tahun 2006

Kelompok Umur Jumlah

( Jiwa )

(37)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia wajib sekolah relatif besar

sekitar 21,16 % dan lansia sekitar 6,89 % serta usia produktif didaerah penelitian

relative besar sekitar 72,68 % ( usia 10 s/d 64 tahun ) yang merupakan modal

dasar yang dimiliki desa untuk mengadakan pembangunan dengan menggali

potensi desa yang ada.

4.2 Karakteristik Peternak Kambing

Adapun karakteristik peternak yang menjadi sampel dalam penelitian ini

meliputi jumlah ternak, umur, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga,

pengalaman beternak dan skala usaha yang dikelola, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel: 4.3 Karakteristik Peternak Kambing

Uraian

Strata I ( 1 – 20 ) ekor

Strata II ( >20 ) ekor

Rata-rata Rentang Rata-rata Rentang

Jumlah ternak (ekor) 12,33 2 – 20 30,22 21 – 50

(38)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah ternak strata I adalah

12 ekor per peternak dengan umur rata-rata 42 tahun dan strata II adalah 30 ekor

per peternak dengan umur rata-rata 43 tahun. Dari umur peternak tersebut dapat

dikategorikan masih umur produktif sehingga dapat diasumsikan bahwa peternak

kambing masih sangat potensial dalam mengelola usaha ternak.

Pendidikan formal yang pernah diikuti peternak kambing rata-rata 8 tahun

(tidak tamat SMP ) baik strata I dan strata II. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan peternak masih relatif rendah. Demikian juga jumlah tanggungan

rata-rata strata-rata I adalah 4,52 jiwa dan strata-rata II adalah 3,67 jiwa. Sedangkan

pengalaman beternak strata I adalah 3,37 tahun dan strata II adalah 5.56 tahun.

Dengan demikian, pengalaman peternak strata II lebih memadai dari peternak

strata I atau sudah cukup berpengalaman. Dan pendapatan keluarga untuk strata I

sekitar Rp 13.357.000,- /tahun dan strata II sekitar Rp 16.315.000,- , dimana

kontribusi usaha ternak kambing untuk pendapatan keluarga strata I sekitar 41,18

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor Produksi / Input a. Bibit

Peternak kambing didaerah penelitian memperoleh bibit dari peternak di

desa itu sendiri atau desa tetangga yaitu campuran dari kambing kacang dan

etawa, dimana kambing etawa sebagai jantan dan kambing kacang sebagai induk.

Harga bibit bervariasi antara Rp 300.000,- s/d Rp 350.000,- per ekor . Cara

perkawinan yang dilakukan peternak adalah kawin secara alamiah dimana

kambing jantan diperoleh secara pinjam dengan bayaran memberi anakan ( bibit )

dengan harga yang lebih murah sesuai dengan jumlah anak kambing tersebut.

Demikian juga kebutuhan bibit hingga saat penelitian masih dapat dipenuhi di

daerah penelitian dan seluruh peternak yang ada di daerah penelitian memiliki

jenis bibit kambing campuran.

b. Kandang

Di daerah penelitian kandang dibangun dengan arah Utara- Selatan, agar

sinar matahari pada waktu pagi hari tetap masuk kandang dan tidak begitu panas.

Sinar matahari pada pagi hari mengandung sinar ultraviolet sangat penting untuk

membasmi dan membantu pembentukan vitamin pada ternak kambing. Didalam

usaha ternak kambing kebutuhan kandang sangat penting sekali sebagai pelindung

panas, hujan, dingin dan tiupan angin yang sangat kencang. Di daerah penelitian

kandang kambing terbuat dari atap rumbia/ nipah karena harga lebih murah dan

(40)

begitu menyerap panas matahari sehingga kondisi kandang tidak terlalu panas

pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari. Dinding terbuat dari

papan dan kayu ataupun bambu, dengan melakukan pembatas kandang antara satu

dengan lainnya serta lantai terbuat dari bambu juga. Perkandangan kambing

sebahagian besar di belakang rumah penduduk dan ada juga di ladang. Di daerah

penelitian ukuran kandang 2,5 x 5 m dengan kapasitas 20 ekor dan kandang dibagi

3 ( tiga ) bagian untuk pemisahan kambing sesuai dengan kondisi kambing ( anak

dan induk dipisahkan ). Dengan demikian, rata-rata kepadatan kambing 1,6

ekor/m2 sedangkan ukuran kepadatan yang baik adalah 1,5 m2 per ekor ( induk )

dan anak 0,04 m2 per ekor ( Mulyono, 2007 : 27 )

Di daerah penelitian kebersihan kandang cukup baik, dimana kebersihan

kandang dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari pada saat pemberian

makanan ( pakan hijauan ). Kebersihan kandang sangat perlu untuk kesehatan

ternak kambing untuk menjaga kelembaban kandang.

c. Pakan Hijauan

Pakan hijauan merupakan makanan pokok bagi ternak kambing. Ternak

kambing memperoleh pakan di kandangnya sendiri, karena peternak yang

mengambil ke lokasi perladangan yaitu pagar-pagar ladang dan ada juga khusus

tanaman hijauan di tempat tertentu ( ladang ).

Pemberian makanan ada yang melakukan 2 x sehari yaitu pagi ( 1000 –

1100 ) dan sore hari ( 1500- 1600 ), tetapi sebahagian besar peternak memberi

makan di sore hari hanya peternak populasi sedikit yang memberi makan 2 kali

sehari. Penyediaan pakan hijauan tergantung pada peternak, ada yang

(41)

air minum untuk ternak kambing pada saat musim kemarau selalu diberikan

setiap hari tetapi musim penghujan hal ini tidak dilakukan karena air sudah cukup

dari pakan hijauannya.

d. Modal

Adapun modal untuk usaha ternak kambing adalah modal investasi

( tanah, kandang dan peralatan) dan modal operasional ( pakan hijauan, air ).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Jumlah Modal Usaha Ternak Kambing ( Ribuan Rupiah)

Strata

Sumber : Data primer ,2008. ( Diolah dari Lampiran 8)

Dari tabel dapat dilihat bahwa modal usaha ternak kambing untuk strata I

sekitar Rp 1.431.100,- per tahun dan strata II sekitar Rp 2.9554.670,- per tahun.

Modal peternak tersebut merupakan modal sendiri atau pinjaman dari keluarga

mereka. Pada awalnya mereka beternak dalam skala kecil, setelah modal kembali

mereka memperbanyak ternaknya. Modal investasi awal yang paling besar adalah

kandang dan tanah. Pada umumnya mereka menempatkan kandang kambing di

belakang rumah untuk menghindari pencurian kambing pada malam hari. Dengan

demikian modal untuk peternakan kambing di daerah penelitian tersedia.

e. Tenaga Kerja

(42)

Di daerah penelitian pada umumnya tenaga kerja untuk ternak kambing adalah

pria ( kepala rumah tangga ) dan untuk lebih jelasnya kebutuhan tenaga kerja

untuk ternak kambing dapat dilihat sbb:

Tabel 5.2 Kebutuhan Tenaga Kerja ( HKP/Tahun)

No Jenis Pekerjaan

Kebutuhan TK ( HKP/Tahun )

STRATA I STRATA II

Peternak Per 12 ekor

Peternak Per 30 ekor

1 Pengambilan Pakan 38,76

49,61

Sumber: Data primer, 2008 ( Diolah dari Lampiran 3)

Dari tabel dapat dilihat bahwa kebutuhan tenaga kerja ( TK ) untuk strata

I adalah 88,37 HKP/tahun per 12 ekor dan strata II adalah 134,77 HKP/tahun per

30 ekor . Tetapi kebutuhan tenaga kerja tersebut dilakukan oleh pemilik ternak

kambing sehingga biaya tenaga kerja tidak pernah diterima secara langsung oleh

pemilik ternak.

f. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk usaha ternak kambing cukup sederhana

seperti ember, sabit, cangkul, beko, sapu lidi, dan tali. Ember digunakan untuk

mengangkat air dan tempat minuman ternak; sabit untuk memotong pakan

hijauan; cangkul untuk mengambil kotoran ternak dari bawah kandang; beko

untuk mengangkat pakan hijauan dan kotoran ternak; sapu lidi untuk

(43)

penyabitan ke sekitar kandang. Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di

pekan terdekat di daerah penelitian dengan harga yang terjangkau.

Dengan penjelesan atau keterangan di atas peneliti menyimpulkan bahwa

faktor produksi/ input untuk ternak kambing tersedia didaerah penelitian. Dengan

demikian hipotesisis 1 yang mengatakan bahwa “ Input untuk usaha ternak

kambing tesedia di daerah penelitian diterima”.

5.2 Teknologi

a. Bibit

Peternak mempunyai jenis bibit ternak kambing campuran ( kambing etawa dan

kambing kacang ). Cara perkawinan yang dilakukan peternak adalah kawin secara

alamiah yaitu proses pemasukan sperma pada alat kelamin betina yang dilakukan

pejantan itu sendiri/ kontak langsung. Perkawinan antara induk dan pejantan

terjadi di kandang itu sendiri ( tanpa pengawasan ).

b. Pakan

Seluruh pakan yang diberikan berasal dari tanaman hijauan yang diambil dari

lokasi perladangan peternak. Jenis pakan hijauan yang diberikan adalah jenis

gajah, kalendra, rambatan dsb dan ternak kambing dapat memperoleh pakan di

kandangnya sendiri. Banyaknya pakan hijauan yang diberikan tergantung pada

populasi ternak kambing.

c. Obat-obatan

Peternak kambing di daerah penelitian umumnya memberikan obat-obatan bila

ternak kambing sudah menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit, dimana

penyakit yang sering timbul adalah penyakit kulit ( kurap ) pada mulut dan badan,

(44)

sedangkan masuk angin peternak mengoleskan afitson ke perut kambing atau

menyayat sedikit kuping kambing hingga mengeluarkan sedikit darah.

d. Pengolahan Hasil

Hasil utama peternak kambing di daerah penelitian adalah daging dan anakan

untuk bibit. Pengolahan daging , susu dan kulit kambing di daerah penelitian

belum ada.

e. Peralatan

Di daerah penelitian peternak kambing mempergunakan peralatan yang cukup

sederhana seperti ember, sabit, cangkul, beko, sapu lidi dan tali.

Peralatan-peralatan tersebut dapat diperoleh di pecan-pekan terdekat di daerah penelitian

dan Kabanjahe dengan harga yang terjangkau. Ada juga peralatan yang diperoleh

diladang peternak sendiri misalnya bambu untuk kandang ternak.

Dari keterangan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan

teknologi di daerah penelitian tidak ada, mulai dari penyediaan bibit, penyediaan

pakan, pemakaian obat-obatan, pengolahan hasil dan penggunaan alat-alat.

Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa “ Penerapan teknologi di

daerah penelitian masih sederhana " diterima.

5.3.Faktor Sosial/ Ekonomi

a. Kesempatan Kerja

Sesuai dengan penelitian, usaha ternak kambing yang ada di daerah

(45)

Adapun kebutuhan tenaga kerja untuk satu tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 5.3 Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Satu Tahun

No JENIS PEKERJAAN KEBUTUHAN TK (HKP/TAHUN)

STRATA I STRATA II

Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 2)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan Tenaga Kerja (TK) per

tahun pada Strata I adalah 88,37 HKP/tahun per 12 ekor dan kebutuhan TK per

tahun pada Strata II adalah 134,77 HKP/tahun per 30 ekor.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa usaha peternak kambing

di daerah penelitian dapat memberikan kesempatan kerja bagi penduduk ,

walaupun tidak memberikan peluang dengan cukup besar. Dengan demikian

hipotesis 3 yang mengatakan bahwa “ Usaha ternak kambing mampu memberi

kesempatan kerja “ diterima.

b. Hasil Produksi

Hasil utama peternakan kambing di daerah penelitian adalah daging

(kambing dewasa) dan anakan, dimana umur dewasa yang layak dijual 1 tahun

(25-30)kg dan anakan berumur 4 bulan. Selain itu kotoran kambing dapat

digunakan untuk pupuk tanaman dengan perkiraan 30 ekor kambing dewasa dapat

menghasilkan 10 kaleng kotoran setiap minggu dengan harga 1 kaleng Rp5000,-.

(46)

1. Biaya Produksi

Biaya produksi dalam pengelolahan usaha ternak kambing meliputi biaya

pembelian bibit, biaya penyusutan, biaya pemeliharaan. Biaya penysutan terdiri

dari biaya kandang dan alat-alat, biaya pemeliharaan terdiri dari pengadaan pakan

hijauan atau biaya pengambilan pakan hijauan dengan menggunakan sepeda

motor atau kendaraan roda empat (BBM). Untuk lebih jelasnya biaya produksi

usaha ternak kambing dapat dilihat sbb:

Tabel 5.4 Total Biaya Produksi Usaha Ternak Kambing (Rupiah)

No Jenis Biaya Jumlah Biaya (Rupiah)

Strata I Strata II

1.

2.

3.

Penyusutan alat dan kandang

Pengambilan Pakan / BBM

Tenaga Kerja

Total 5.138.250 8.983.470

Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 6)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya rata-rata per tahun setiap

peternak pada strata I sebesar Rp 5.138.250,- dan strata II sebesar Rp 8.983.470,-,

dengan pengertian bahwa biaya tenaga kerja secara langsung tidak pernah

diberikan karena pemilik ternak yang melakukan pekerjaan tersebut, sehingga

merupakan penambahan pendapatan. Selain itu dapat juga disimpulkan dari

keterangan tersebut diatas semakin banyak ternak yang dipelihara semakin sedikit

(47)

2. Penerimaan

Penerimaan adalah besarnya hasil yang diperoleh peternak dari usaha

ternak (pertambahan nilai ternak, penjualan anakan/ kambing dewasa dan kotoran

ternak). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5 Rata-rata Penerimaan Peternak ( Rupiah Per Tahun)

No Jenis Penerimaan Jumlah Penerimaan(Rp)

Strata I Strata II

1 Pertambahan Nilai Ternak 1.475.000 3.827.780

2 Penjualan Ternak 4.800.000 6.733.330

3 Kotoran 702.860 1.560.000

Total 6.977.860 12.121.110

Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 2 dan 7)

Dari tabel dapat dilihat bahwa penerimaan pada strata I sebesar Rp

6.977.860,- dan Strata II sebesar Rp 12.121.110,-. Dengan demikian, semakin

banyak jumlah ternak semakin banyak penerimaan.

3. Pendapatan Peternak

Pendapatan utama peternak berasal dari penjualan kambing dewasa dan

anakan serta kotoran ternak. Adapun pendapatan yang diperoleh peternak adalah

total penerimaan dikurangi total biaya produksi. Tabel dibawah ini menunjukkan

(48)

Tabel 5.6 Pendapatan Usaha Ternak Kambing (Rupiah Per Tahun)

No Strata I Jumlah Pendapatan

Peternak(Rp)

1 I 1.865.760

3.137.650

2 II

Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 9)

Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah pendapatan peternak

kambing per tahun untuk strata I adalah Rp 1.865.760,- sekitar 41,18 %

kontribusinya terhadap pendapatan keluarga atau < 50 % yang berarti

kontribusinya kecil dan strata II Rp 3.137.650,- sekitar 50,15 % kontribusinya

terhadap pendapatan keluarga atau > 50 % yang berarti kontribusinya besar.

Dengan demikian hipotesis 4 yang mengatakan bahwa “usaha ternak

kambing dapat memberi kontribusi terhadap pendapatan peternak “diterima.

5.4 Analisis Kelayakan

1. Nilai R/C Ratio

Untuk melihat aspek kelayakan untuk dikembangkan atau tidak,

digunakan analisis R/C Ratio atau dikenal sebagai perbandingan ( nisbah ) antara

penerimaan dan biaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7 Nilai R/C Usaha Ternak Kambing

No STRATA PENERIMAAN

( Rupiah)

BIAYA ( Rp 000,-)

R/C

(49)

2 II 12.121.110 8.983.460 1,35

Sumber: Data primer, 2008 (Diolah dari Lampiran 10)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai R/C 1 maka usaha ternak

kambing di daerah penelitian layak dikembangkan atau dapat memberikan

keuntungan pada peternak.

2. Return on Investment ( ROI )

Return on Investment ( ROI ) digunakan untuk mengetahui tingkat

pengembalian modal. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat modal dan

keuntungan bersih yang diperoleh.

Adapun nilai ROI dari usaha ternak kambing di daerah penelitian adalah

sbb :

Tabel 5.8 Nilai ROI Usaha Ternak Kambing

No STRATA NILAI ROI (%)

1 I 130,31

2 II 106.95

Sumber : Data primer, 2008 (diolah dari Lampiran 8 dan 11)

Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai ROI pada strata I sebesar 130,31 %

dan srata II sekitar 106,95 %. Nilai ROI tersebut diatas suku bunga bunga bank (

13,5 % ) menunjukkan bahwa usaha ternak kambing di Desa Gurukinayan layak

untuk dikembangkan. Dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan”usaha

ternak kambing di daerah penelitian layak untuk dikembangkan “diterima.

(50)

Analisa SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisa SWOT didasarkan pada logika yang

dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (0pportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman

(Threats).

Matrix Analisa SWOT

Internal Faktor Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Pemasaran baik

Lahan cukup tersedia

Kotoran ternak untuk pupuk tanaman

• Modal tersedia

• Peternak sudah pengalaman

• Tenaga Kerja sedikit

• Peralatan sederhana

• Membuka diri untuk masyarakat luas

a. Faktor Internal

(51)

Adapun faktor internal yang menjadi kekuatan dari usaha peternakan

kambing di daerah penelitian adalah pemasaran baik, dimana pembeli datang ke

daerah tersebut. Sehingga tidak kesulitan dalam hal pemasaran dan sangat

membantu para petani.

Modal utama dari usaha ternak kambing ini adalah lahan untuk pembuatan

kandang ukuran 2,5 x 5 m dengan kapasitas 20 ekor. Dengan demikian

pemenuhan lahan sebagai modal utama peternakan tersebut cukup mudah, karena

peternak memiliki tanah sendiri dengan luas yang relatif sempit/ sedikit. Kotoran

ternak kambing sangat membantu petani dalam hal pertanian karena kotoran

tersebut dicampur dengan pupuk organik sehingga memberikan hasil yang

maksimal untuk pertanian.

Pengalaman peternak cukup memadai dalam hal pengetahuan untuk

merawat ternak kambing khusus masalah penyakit. Tenaga kerja yang dibutuhkan

dalam usaha ternak kambing sangat kecil, contoh: kebutuhan tenaga kerja Strata II

per tahun 145,25 HKP dengan demikian rata-rata per hari 0,40 HKP. Untuk

peternak kambing 20 ekor keatas hanya dibutuhkan TK yang bekerja 2,8 jam per

hari.

Peralatan-peralatan yang dibutuhkan peternak kambing cukup sederhana

dan mudah didapatkan di daerah penelitian. Adapun peralatan tersebut yaitu

ember,beko, sabit, cangkul, tali, sapu lidi dan semuanya dapat diperoleh di daerah

penelitian atau ada juga yang membeli langsung ke Kabanjahe dan harganya

terjangkau oleh peternak sendiri.

(52)

Faktor kelemahan dari faktor internal usaha ternak kambing di daerah

penelitian adalh pengambilan pakan. Pakan dengan jumlah relatif besar tidak

mencukupi dari pagar tanaman, sehingga harus mengumpulkan/ menyabitnya ke

daerah-daerah yang kurang produktif sehingga menambah ongkos pengabilan

(BBM). Dan jika pengambilan pakan hijauan sembarangan akan menimbulkan

perselisihan antar sesama peternak. Kelemahan lainnya adalah pengetahuan

tentang penyakit tentang perut kembung. Maka satu-satunya usaha yang dilakukan

peternak adalah memberikan pakan tepat waktu sehingga tidak terjadi

keterlambatan untuk makan (pagi dan sore) dan membersihkan kandang setiap

hari atau kandang harus bersih dan kering. Dengan demikian, hipotesis 6 yang

menyatakan bahwa “ penyediaan input ( pakan ) merupakan masalah ” diterima

b. Faktor Eksternal

Peluang (O)

Faktor eksternal yang merupakan peluang bagi peternak dalam

pengembangan usahanya adalah pemasaran kulit kambing dan susu kambing. Hal

ini dapat dilakukan peternak jika pengetahuan peternak cukup tentang manfaat

susu kambing dan kulit kambing.

Dengan adanya kawin campur antara kambing kacang ( betina ) dan

kambing etawa ( jantan ) di daerah penelitian maka bibit yang tersedia cukup baik,

sehingga perlu dilakukan suatu usaha dalam penyediaan khusus bibit untuk

desa-desa sekitarnya yang dapat menambah pendapatan peternak. Dan lahan di daerah

penelitian cukup memadai dan memungkinkan pengembangan usaha dan

pengadaan bahan untuk kandang mudah diperoleh di daerah penelitian.

(53)

Faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi peternak adalah adanya

persaingan dalam hal pakan oleh peternak lembu dan selain itu pencuri ternak

pada malam hari. Dalam hal ini belum terlihat adanya kerja sama antar sesama

peternak dalam hal keamanan.

c. Strategi

SO strategi

Dengan melihat kekuatan (S) dan peluang (O) maka untuk

mengembangkan ternak kambing di daerah penelitian adalah dengan cara

memaksimalkan lahan yang tersedia/ada. Dan perlu informasi tentang

pengetahuan manfaat susu kambing untuk kesehatan yang dapat menambah

pendapatan peternak.

WO Strategi

Dengan melihat kelemahan(W) dan peluang (O) yang ada maka strategi

yang perlu dilakukan adalah menanami lahan-lahan yang kurang produktif dengan

tanaman-tanaman yang dapat dikomsumsi ternak kambing. Selain itu perlu adanya

kedisplinan bagi peternak dalam hal pemberian pakan (pagi dan sore) pada waktu

yang sudah ditentukan dan pembersihan kandang yang benar dan perlu tukar

informasi antar sesama peternak kambing dalam hal perawatan dan pemasaran.

ST Strategi

Dengan melihat kekuatan (S) dan ancaman (T) yang ada dalam usaha

ternak kambing di daerah penelitian maka strategi yang perlu dilakukan adanya

kerja sama yang baik antara sesama peternak baik dalam pengadaan pakan hijauan

di lahan yang kurang produktif dan keamanan ternak untuk mendapatkan hasil

(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor produksi tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di daerah

penelitian yaitu lahan, bahan kandang, modal, peralatan, tenaga kerja dan

bibit.

2. Tidak ada penggunaan teknologi dalam pakan dan obat-obatan yang

digunakan untuk usaha ternak

3. Usaha ternak kambing memberi kesempatan kerja bagi keluarga

khususnya bagi kepala rumah tangga ( bapak atau pria dewasa ).

4. Usaha ternak kambing untuk setiap strata dapat memberi kontribusi

terhadap pendapatan keluarga dimana pendapatan peternak per tahun strata

I sebesar Rp 1.865.760. dan strata II sebesar Rp.3.137.650,- .

5. Dilihat dari nilai R/C ratio maka usaha ternak kambing layak untuk

dikembangkan, dimana untuk strata I nilai R/C ratio adalah 1,36 dan strata

II nilai R/C ratio adalah 1,35 .

5. Masalah yang dihadapi dalam usaha ternak kambing dalam skala besar

(55)

6. Strategi pengembangan sesuai dengan analisa SWOT adalah memperluas

usaha ternak dengan menanam pakan di lahan kurang produktif.

7. Usaha ternak kambing di desa Gurukinayan mempunyai prospek dan layak

untuk dikembangkan.

6.2 Saran

a. Bagi Peternak

1. Agar peternak lebih teliti dalam penyediaan kambing jantan untuk

memperoleh bibit yang lebih baik lagi untuk penyediaan bibit bagi

peternak didesa-desa sekitarnya.

2. Dinilai dari R/C dan ROI yang meningkat maka peternak disarankan

untuk meningkatkan skala usahanya dengan penanaman pakan hijauan

di lahan kurang produktif.

3. Agar peternak lebih terbuka untuk memberi informasi kepada pihak

lain sehingga pihak lain tersebut mampu mengusahakan ternak

kambing.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar diteliti nilai tambah dari kulit dan susu

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik 2007. Sumatera Utara Dalam Angka.

Badan Pusat Statistik 2007. Kecamatan Payung dalam Angka.

Downey W.D.dan Erickson S.P., 1992.Manajemen Agribisnis. Diterjemahkan

oleh Rochi dayat G.S dan Alfonsus S. Erlangga, Jakarta.

Linnaeus,1758.Teknik Beternak Kambing.Wikipedia Indonesia.

Mubyarto,1996. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S,Jakarta.

Mulyono dan Sarwono,2007.Beternak Kambing.Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo,A.B,1993. Kambing Sebagai Ternak Potong Dan Perah. Kanisius,

Yogyakarta.

Rangkuti,F., 2006. Analisis SWOT . Gramedia, Jakarta.

Sarwono,B., 2007. BeternakKambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwono B. dan Mulyono S., 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Silitonga C. dkk,1995. Perkembangan Ekonomi Pertanian Nasional.

Perhepi,Jakarta.

Singarimbun M.,1995. Metode Penelitian Survey. LP3S, Jakarta.

(57)

Sujana,2003. Metoda Statistika. Bandung.

Sukartawi,1994. PembangunanPertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sukartawi,1995. Analisis Usaha Tani

No

. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Lampiran 1 : Karakteristik Peternak Kambing

Umur

Pendapatan/Tahun ( Rp. 000,- )

(58)

30 70 50 12 1 6 12000 11000 23100

Total 393 272 75 33 50 73200 73640 146840

Rataan 43,67 30,22 8,33 3,67 5,56 8133,33 8182,22 16315,56

Lampiran 2 : Jumlah Dan Nilai Ternak

(59)

30 30 11000 20 25000 50 36000 20 10000 30 35000 50 45000 9000

Lampiran 3 : Jumlah Curahan Tenaga Kerja Dan BiayaTenaga Kerja Pertahun

Lama Pekerjaan (jam) Jumlah HKP

Total HKP

(60)

29 32 547,5 730 68,44 91,25 159,69 6387,6

Lampiran 4 : Jumlah dan Nilai Peralatan Ternak Kambing

No

Jumlah Ternak (ekor)

(61)

000,-Keterangan :

1. Ember (harga 1 ember Rp 6.000) 4. Sabit (harga 1 sabit Rp10.000) 2. Cangkul (harga 1 cangkul Rp 45.000) 5. Sapu Lidi (harga 1 sapu lidi Rp 3000) 3. Beko (harga 1 beko Rp 175.000) 6. Tali (harga seutas tali Rp 6.000)

Lampiran 5 : Penyusutan Peralatan dan Kandang

No Jumlah Ternak

Nilai Pembuatan / Pembelian (Rp

000,-) Umur Pemakaian (Thn) Nilai Penyusutan (Rp 000,-)

(62)

2. Cangkul (harga 1 cangkul Rp 45.000)

3. Sabit (harga 1 sabit Rp 10.000)

4. Ember (harga 1 ember Rp 6.000)

5. Tali (harga seutas tali Rp 6.000)

6. Sapu Lidi (harga 1 sapu lidi Rp 6000)

7. Beko (harga beko Rp. 175.000)

Lampiran 6 : Total Biaya Produksi Pertahun

No Jumlah Ternak (Ekor)

Biaya Produksi (Ribuan Rp) Total

(Ribuan Rp)

Penyusutan Alat + kandang

Pengambilan

Pakan (BBM) Tenaga Kerja

(63)

Lampiran 7 : Penerimaan Peternak/Tahun

(64)

24 3350 6000 1500 10850

Rataan 3827,78 6733,33 1560,00 12121,11

Lampiran 8 : Nilai Investasi Usaha Ternak Kambing

No Jumlah Ternak (Ekor)

Nilai Investasi (Rp 000,-)

(65)

24 25 2400 288 2688

Lampiran 9 : Rata-rata Pendatan Peternak

No Jumlah Ternak (Ekor)

Per tahun (Ribuan) Pendapatan

(66)
(67)

24 25 10850 8207,73 1,32

Lampiran 11 : Nilai ROI Usaha Ternak Kambing

No Jumlah

Ternak

Laba Bersih Investasi ROI (%)=

(Rp. 000) (Rp. 000) (Laba Bersih/Investasi)

(68)

23 25 2292,77 2688 85,30

24 25 2642,27 2688 98,30

25 25 2533,87 2688 94,27

26 30 3419,87 2688 127,23

27 30 2657,47 2688 98,86

28 30 3975,87 2688 147,91

29 32 3546,07 2688 131,92

30 50 5015,27 5088 98,57

Total 272 28238,83 26592 962,54

Gambar

Tabel 1.1Perkembangan Populasi Kambing Perkabupaten  Sumatera Utara
Tabel 1.3   Perkembangan Populasi Ternak Kambing Perkecamatan di                       Kabupaten  Karo
Tabel 1.4.   Populasi Ternak Kambing Perdesa di Kecamatan Payung
Gambar 1: Diagram Matrik SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan Sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja pada usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian cukup

Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.. Universitas

Hasil penelitian menyimpulkan Sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja pada usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian cukup

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usaha peternakan kambing etawa dan menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan kelayakan usaha

Kambing Etawa merupakan jenis kambing unggul yang sangat potensial.. dipelihara sebagai kambing perah maupun

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS DI UKM KAMBING DESA CIKARAWANG KECAMATAN DARMAGA

Hasil penelitian menyimpulkan Sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja pada usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian cukup

Hasil penelitian menunjukkan sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja pada usahatani tembakau rakyat di daerah