• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI DESA TULABOLO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI DESA TULABOLO BARAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI DESA TULABOLO BARAT

(Prospects For Goat Business Development In West Tulabolo Village) Siskawati S. Ali1*, Mahludin Baruwadi1, St. Aisyah R1.

1Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo Moutong, Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango

*Penulis Koresponden: [email protected] Naskah Diterima : 14-12-2023

Naskah Disetujui : 17-01-2024 Naskah Diterbitkan: 08-02-2024

This is an open-access article under the CC-BY 4.0 License. Copyright © 2023 by authors

ABSTRACT

The goat-farming business has quite promising prospects for development. This research aims to analyze the prospects for developing goat farming businesses in West Tulabolo Village, East Suwawa District. Using snowball sampling techniques, six breeders, two village officials, and one extension officer were selected as informants for this study. This research uses primary and secondary data sources. Research data was analyzed using the SWOT analysis framework (strengths, weaknesses, opportunities, and threats). Based on the research results, it show that the IFE (internal factor evaluation) matrix score is 3,27 and the EFE (external factor evaluation) matrix score is 3,04. This shows that the prospects for developing the goat farming business in West Tulabolo Village are strong (3,0–4,0) in square one, consisting of market development and market penetration. Market development is done by improving the quality of breeder resources, and promoting and increasing public knowledge to encourage participation in goat production. Apart from that, it is important to implement a market penetration strategy to increase the market share of the goat farming business. Thus, we hope that establishing a goat farming business will provide a profitable opportunity for both breeders and the community in West Tulabolo Village.

Keywords: external, internal, goat, development, SWOT ABSTRAK

Usaha peternakan kambing mempunyai prospek yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis prospek pengembangan usaha peternakan kambing di Desa Tulabolo Barat, Kecamatan Suwawa Timur. Informan dalam penelitian ini meliputi enam orang peternak, dua orang apparat desa, dan satu orang penyuluh yang dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Data penelitian dianalisis menggunakan kerangka analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa skor matriks IFE (internal factor evaluation) sebesar 3,27 dan skor matriks EFE (external factor evaluation) sebesar 3,04. Hal ini menunjukkan bahwa prospek pengembangan usaha ternak kambing di Desa Tulabolo Barat menuju kuat (3,0 – 4,0) berada pada kuadrat satu terdiri dari pengembangan pasar dan penetrasi pasar. Pengembangan pasar dilakukan melalui peningkatan

(2)

kualitas sumber daya peternak, promosi dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk mendorong partisipasi dalam produksi ternak kambing. Selain itu, penting untuk menerapkan strategi penetrasi pasar untuk meningkatkan pangsa pasar usaha peternakan kambing. Dengan demikian, potensi didirikannya usaha peternakan kambing ini diharapkan dapat menjadi peluang yang menguntungkan baik bagi para peternak maupun masyarakat yang berada di Desa Tulabolo Barat.

Kata kunci: eksternal, internal, kambing, pengembangan, SWOT

PENDAHULUAN

Sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang masih terus berkembang pesat di berbagai negara. Salah satu subsektor pertanian yang mempunyai prospek pengembangan dimasa depan yaitu peternakan (Bangun et, al 2013). Salah satu sub sektor peternakan yang mempunyai potensi besar dalam mengembangkan usaha adalah ternak kambing. Ternak kambing sudah banyak dipelihara oleh peternak kecil di pedesaan.

Kambing mempunyai potensi besar untuk memberikan manfaat ekonomi yang relevan bagi peternak dan masyarakat secara keseluruhan (Wibowo et al, 2016).

Pengembangan usaha ternak kambing mempunyai peluang menjanjikan dengan alasan kambing adalah hewan yang mudah diakses oleh masyarakat karena biaya atau modal yang relatif rendah dan pemeliharaannya yang cukup sederhana.

Pengembangan usaha ternak kambing dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat (Firman et al, 2018). Usaha ternak kambing harus dikembangkan karena mempunyai peluang yang besar, selain memperoleh daging, juga menghasilkan kulit dan susu (Rusdiana et al, 2015).

Kambing adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang mudah dikembangkan dan dipelihara dibandingkan dengan ternak yang ruminansia besar seperti kerbau dan sapi. Kambing tergolong dalam polimorfisme yaitu dalam setahun beranak dua kali dan beranak lebih dari satu sehingga untuk dikembangan lebih efisien (Prakasa et al, 2019). Kambing sudah banyak dipelihara di pedesaan, terutama jenis kambing lokal

banyak yang dipelihara oleh peternak kecil antara lain kambing kacang, kambing peranakan etawa, kambing jawa randu, kambing safera, dan kambing kosta (Maesya et al, 2018).

Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan usaha ternak kambing. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo (2018-2022), populasi ternak kambing berturut-turut mulai 2018 sampai 2022 sebesar 99,456 ekor, 102.754 ekor, 105.089 ekor; 107.163 ekor;

108.992 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ternak kambing mengalami fluktuatif dikarenakan adanya covid19.

Desa Tulabolo Barat merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango. Salah satu mata pencaharian masyarakatnya pada sektor pertambangan. Akan tetapi, dampak dari sektor pertambangan ini bisa mengakibatkan kerugian bagi manusia dari segi kesehatan.

Dengan demikian, salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh masyarakat di Desa Tulabolo Barat yakni beternak kambing. Ini dapat dilihat dari potensi dalam mengembangan usaha ternak kambing yang dibuktikan dengan luas lahan perkebunan kelapa 261,20 Ha, luas perkebunan kakao 423,94 Ha, luas perkebunan kopi 39,09 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango 2022). Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan yang cukup luas berpotensi menyediakan pakan ternak berlimpah dari hasil limbah perkebunan.

Oleh karena itu, memelihara ternak kambing dapat dijadikan sebagai alternatif dalam

(3)

perkembangan keuangan bagi peternak (Rusdiana et al, 2016).

Penelitian mengenai pengembangan usaha ternak secara umum baik ternak kambing, sapi perah, sapi potong dan domba sudah banyak dilakukan. Penelitian- penelitian sebelumnya hanya berfokus secara deskriptif, kelayakan dan menggunakan pola sistem integrasi (Aisyah et al, 2021; Otoluwa et al, 2016; Wi et al, 2017; Hermanto et al, 2020; Rokhayati et al, 2022; Maesyah et al, 2018; Abas & Baruwadi, 2023). Akan tetapi, penelitian prospek pengembangan usaha ternak kambing menggunakan informan dan teknik analisis data SWOT (strength, weakness, opportunity and threats) masih jarang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis prospek pengembangan ternak kambing, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat peternak di Desa Tulabolo Barat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Tulabolo Barat, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango pada bulan Februari sampai Juli 2023.

Informan dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang yang terdiri dari enam orang peternak, dua orang aparat desa dan satu orang penyuluh. Data diambil menggunakan teknik snowball sampling.

Menurut Sugiyono (2016), informan adalah seseorang yang mempunyai informasi atau data yang banyak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Pengambilan sampel secara snowball sampling adalah wawancara mengenai usaha ternak kambing pada informan yang benar-benar paham dalam usaha ternak kambing, jika belum lengkap informasi yang didapat pada satu informan perlu menanyakan kepada informan lainnya yang paham tentang beternak kambing sampai bisa menemukan informasi yang jenuh. Jenuh artinya informasi yang didapat sudah jelas (Zanra et al, 2022).

Pengambilan data menggunakan sumber data primer dan data sekunder dengan jenis

data yang digunakan yakni data kuantitatif dan kualitatif.

Metode pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara bersama informan dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis SWOT (strength, weakness, opportunity and threats) merupakan analisis dari faktor eksternal dan faktor internal yang telah diaplikasikan di berbagai bagian dalam membesarkan rencana strategi dan untuk mengetahui faktor lingkungan yang ada di Desa Tulabolo Barat. Menurut Santoso et al (2018), adapun tahapan dalam analisis data SWOT :

1. Analisis IFE (Internal Factor Evaluation) yaitu hasil dari pemahaman mengenai faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan terhadap usaha ternak kambing.

2. Analisis EFE (Eksternal Factor Evaluation) yaitu hasil dari ancaman dan peluang yang terdapat dari faktor eksternal bagi pengembangan usaha ternak kambing.

3. Matriks SWOT adalah matriks menggambarkan beberapa strategi dari penggabungan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Berikut empat bagian strategi SWOT : 1. Strategi S-O yaitu memaksimalkan

faktor kekuatan dan memanfaatkan faktor peluang.

2. Strategi W-O adalah mengurangi faktor kelemahan serta memanfaatkan faktor peluang.

3. Strategi S-T yaitu memaksimalkan faktor kekuatan dan menjauhi faktor ancamaan.

4. Strategi W-T adalah yang mengurangi faktor kelemahan serta menjauhi faktor ancaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi

Desa Tulabolo Barat berada di Kecamatan Suwawa Timur, salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Bone

(4)

Bolango yang terdiri dari sembilan Desa yaitu: Tulabolo, Dumbaya Bulan, Tilongkabila, Tulabolo Timur, Tulabolo Barat, Poduomo, Panggulo, Tinemba, dan Pangi. Untuk luas Kecamatan Suwawa Timur secara keseluruhan yaitu sebesar 127,80 km.

Desa yang mempunyai wilayah terluas di Kecamatan Suwawa Timur yaitu Tulabolo Timur sebesar 20,95% dengan desa yang memiliki luas wilayah terkecil yaitu Desa Pangi sebesar 1,64%. Desa Tulabolo Barat memiliki luas wilayah sebesar 31,94/km dengan jumlah penduduk mencapai 550 orang, yang sebagian besar berusia produktif kisaran 20-60 tahun (Badan Pusat Statistik, Kabupaten Bone Bolango 2022).

Berdasarkan data Desa Tulabolo Barat karakteristik sosial ekonomi masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai sektor pertambangan sebanyak 22 orang, masyarakat disektor pertanian sebanyak 96 orang, sektor perkebunan 26 orang, sektor perikanan satu orang, perusahaan besar 11 orang, perusahaan pemerintah tiga orang, dan pegawai negeri sipil delapan orang, wiraswasta enam orang, dan yang mempunyai pekerjaan tetap 24 orang.

Dengan demikian, diketahui bahwa masyarakat Desa Tulabolo Barat memiliki ketergantungan pada sektor pertanian berdasarkan potensi wilayah Desa Tulabolo Barat lebih ke pertanian, perkebunan, dan

peternakan. Contohnya seperti tanaman holtikultura dan tanaman pangan antara lain sayuran, buah-buahan, jagung, cabe, dan kacang-kacangan.

Identitas Informan

Informan adalah orang yang dianggap paham mengenai masalah yang diteliti dan bersedia memberikan informasi pada peneliti.

Informasi yang didapat dari informan berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh peneliti yang mengandung jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini menggunakan informan sebanyak sembilan orang. Informan peneliti temui di Desa Tulabolo Barat sebanyak lima orang. Selain di Desa Tulabolo Barat, peneliti mendapatkan informan dari luar Desa Tulabolo Barat yaitu di lokasi Kota Gorontalo sebanyak satu orang, di Kecamatan Bongomeme sebanyak dua orang dan di Kecamatan Dungingi sebanyak satu orang.

Penelitian kualitatif yang menggunakan informan tidak mengenal jumlah sampel yang digunakan, bahkan kasus-kasus tertentu hanya mengggunakkan satu informan.

Setidaknya sudah ada syarat untuk menentukan informan seperti kesamaan dan kelengkapan (Martha et al, 2016).

Tabel 1. Informan berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki – laki 5 55,56

2 Perempuan 4 44,44

Jumlah 9 100

Jenis Kelamin

Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak lima orang dengan persentase 55,56% sedangkan untuk jenis kelamin perempuan hanya empat orang dengan persentase 44,44%. Hal ini

dikarenakan lebih dominan peternak laki- laki karena usaha ternak kambing banyak melibatkan aktivitas fisik atau pekerjaan yang berat sehingga membutuhkan tenaga laki- laki, meskipun masih ada peternak kambing yang berjenis kelamin perempuan.

(5)

Umur

Tabel 2. Informan berdasarkan umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 20 – 30 1 11,11

2 31 – 40 2 22,22

3 41 – 50 3 33,33

4 51 – 60 2 22,22

5 61 - 70 1 11,11

Jumlah 9 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa umur peternak kambing ada pada kisaran 20 – 70 tahun, rata-rata berumur 41 – 50 tahun. Umur 29 tahun sebanyak satu orang dengan persentase 11,11%, umur 31 – 40 tahun sebanyak dua orang dengan persentase 22,22%, umur 41 – 50 tahun sebanyak tiga orang dengan persentase 33,33%, umur 51 60 tahun sebanyak dua orang dengan persentase 22,22%, dan umur 70 tahun sebanyak satu

orang dengan persentase 11,11%. Hasil ini membuktikan bahwa informan peternak kambing sebagian besar berusia produktif dilihat dari usia informan. Sebagian besar informan berusia produktif mampu untuk berpikir bagaimana melakukan pemeliharaan ternak kambing dengan baik dan mampu untuk menerima perubahan-perubahan baru yang berguna untuk kemajuan usaha peternakan kambing kedepannya.

Tingkat Pendidikan

Tabel 3. Informan berdasarkkan tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tamat SD 2 22,22

2 Tamat SMP 0 0,00

3 Tamat SMA 1 11,11

4 S – 1 6 66,67

Jumlah 9 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan informan adalah tamatan SD sebanyak 2 orang dengan persentase 22,22%, tamatan SMA sebanyak satu orang dengan persentase 11,11%, tamatan S-1 sebanyak enam orang dengan persentase 66,67%. Hal ini terbukti bahwa tingkat pendidikan informan sebagian besar berpendidikan tinggi, informan yang berpendidikan S-1 menjadikan usaha ternak kambing sebagai

usaha sampingan. Para peternak ini memiliki kemampuan atau pengetahuan dalam beternak kambing semakin besar sehingga ternak kambing yang mereka pelihara semakin berkualitas serta dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah menjadi pupuk organik dan susunya dapat diolah sebagai susu kesehatan dan bahan kecantikan kulit kemudian dijual untuk kebutuhan konsumen.

(6)

Proses Produksi Ternak Kambing

Gambar 1. Grafik proses produksi ternak kambing

Persiapan lahan

Pemeliharaan ternak kambing tidak membutuhkan lahan yang luas untuk pemeliharaan hanya menggunakan lahan sepetak cukup untuk pembangunan kandang dan untuk ternak yang pengembala bisa dilepas dilahan tetangga yang telah selesai pemanenan atau dilepas dilahan yang tidak memiliki tanaman.

Proses pembibitan

Ternak kambing betina yang ingin memiliki calon bibit ternak yaitu ternak normal, tidak berlebihan gemuknya, sehat dan tidak cacat. Sementara calon pejantan yaitu penampilan ternak gagah, normal buah tesisnya, aktif dan nafsu kawinnya tinggi (Sirat et al, 2022).

Sistem reproduksi

Hasil reproduksi ternak kambing adalah hasil perkawinan antara kambing betina dan kambing jantan yang secara alami.

Tanda-tanda kambing betina mengalami birahi berdasarkan perubahan perilaku dan

fisik seperti ternak kambing selalu menggoyangkan ekornya, selalu mondar mandir dan berteriak, kemauan untuk makan berkurang dan pembengkakan vulva. Selain itu, terjadi keluarnya lendir dari vagina.

Pergeseran perilaku yang paling nyata adalah ketika kambing betina tidak bergerak saat sedang ditunggangi oleh pejantan, yang menunjukkan waktu kawin yang optimal karena menandakan puncak hasrat seksual dan kemungkinan besar terjadinya pembuahan (Zaenuri et al, 2022).

Waktu pengawinan yang tepat

Kambing dikawinkan 12-18 jam setelah ternak mengalami birahi, jika perkawinan mengalami kegagalan atau tidak terjadinya kehamilan maka dilakukan kembali perkawinannya, tidak terjadi kehamilan dengan munculnya tanda-tanda birahi lagi, untuk menghindari adanya keterlambatan dalam masa birahi sebaiknya ternak betina digabungkan dengan ternak

Sistem Reproduksi

Sistem Perkandangan Waktu Pengawinan Yang

Tepat

Pengendalian &

Pencegahan Penyakit Teknik

Pemasaran Usia Ternak Persiapan

Lahan

Proses

Pembibitan Pemberian

Pakan

(7)

kambing jantan didalam kandang (Lubis, 2016).

Usia ternak

Kambing berumur enam sampai delapan bulan memasuki remaja kelamin, kambing sudah siap dikawinkan pada umur 10-12 bulan, dengan lamanya waktu kehamilan empat bulan atau lima bulan.

Tanda-tanda kambing mau melahirkan yaitu:

pecah ketuban, tidak mau diam ditempat dan untuk jumlah anak kambing yang dilahirkan dalam sekali tiga sampai empat ekor, lamanya waktu menyusui anak kambing empat sampai lima bulan, waktu birahi berulang tiap 19 hari apabila tidak terjadinya kebuntingan.

Pemberian pakan

Pemberian pakan adalah faktor utama dalam pemeliharaan ternak kambing, selain faktor utama pakan dapat meningkatkan perkembangan ternak kambing. Pakan yang diberikan pada ternak harus terdapat kandungan gizi untuk pertumbuhan ternak.

Sistem perkandangan

Sistem perkandangan dalam pemeliharaan ternak kambing terdapat dua macam yaitu (intensif dan semi intensif) yakni pemeliharaan dikandangkan dan pemeliharaan diluar kandang.

Pengendalian & pencegahan penyakkit Masyarakat yang memelihara ternak kambing harus benar-benar paham untuk cara pemeliharaan ternak kambing mengenai kesehatan, sehingga ternak kambing tidak terkena penyakit. Penyakit yang sering menyerang ternak kambing diantaranya, kutu, mencret, perut kembung, mastitis atau radang ambing.

Teknik pemasaran

Pemasaran merupakan bentuk keseluruhan dari usaha ternak kambing untuk menghasilkan proses produksi yang mempunyai peran penting bagi pengusaha ternak. Pemasaran yaitu proses hasil produk yang ditawarkan produsen ke konsumen.

Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing di Desa Tulabolo Barat

Identifikasi Faktor Internal

Berdasarkan hasil analisis faktor internal yang diperoleh untuk mengidentifikasi kekuatan antara lain:

1. Keuntungan beternak kambing yang diperoleh dari harga yang bervariatif.

Hal ini sesuai dengan penelitian Firdaus et al (2020) bahwa keuntungan beternak kambing dapat dilihat pada peningkatan harga menjelang lebaran idul adha atau pada saat aqiqah.

2. Pengalaman beternak yang cukup.

Peternak sudah paham mengenai usaha ternak kambing baik dari segi pemeliharaan kambing, pemberian pakan, pemberian obat-obatan.

Pengalaman sangat dibutuhkan dalam usaha ternak kambing sehingga ternak menghasilkan bobot yang tinggi dan sehat.

3. Ketersediaan sumber daya manusia dan pakan hijauan. Dengan tersedianya pakan hijauan, modal, dan waktu dapat mempermudah pencapaian target dalam pengelolaan usaha ternak kambing.

4. Ternak kambing sehat dan berkualitas dapat menaikan harga jual ternak serta dapat menarik perhatian pembeli untuk membeli ternak kambing agar peternak mendapatkan keuntungan yang tinggi.

5. Lokasi yang strategis adalah lokasi yang cocok untuk beternak kambing dari segi potensi wilayah, lahan yang luas, ketersediaan pakan sangat berlimpah.

Adapun faktor kelemahan dalam pengembangan ternak kambing di Desa Tulabolo Barat antara lain :

1. Adanya anjing yang mengganggu anak kambing bahkan sampai dimakan ketika kambing tidak dikandangkan atau tidak dalam pemantauan 24 jam maka banyak hewan liar yang menganggu anak kambing.

2. Sebagian peternak belum paham dengan penggunaan obat-obatan. Ini diakibatkan

(8)

karena kurang pengetahuan mengenai pengelolaan ternak kambing yang baik.

3. Kotoran ternak berserakan di area kandang, peternak membersihkan kandang sebulan sekali, bahkan sampai menumpuk tebal di area kandang sehingga dapat mengakibatkan ternak gampang terpapar penyakit serta tidak sehat untuk pertumbuhan kambing.

4. Akses pemasaran melalui website masih rendah. Ini diakibatkan masih terbatas pengetahuan peternak mengenai pemasaran melalui website yang dilihat dari pengelolaan dan pemasaran yang dilakukan dari mulut ke mulut.

Identifikasi Faktor Eksternal

Hasil dari analisis faktor eksternal berupa peluang dalam pengembangan ternak kambing yang diperoleh sebagai berikut : 1. Kotoran ternak dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk. Kebanyakan peternak tidak memanfaatkan kotoran ternak kambing sebagai pupuk, mereka hanya membiarkan kotoran ternak menumpuk tidak diolah menjadi pupuk. Jika peternak mengolah kotoran kambing bisa menjadi usaha tersendiri selain dari beternak kambing.

2. Kambing jawa randu selain digunakan sebagai kambing potong, aqiqah, dan qurban. Disisi lain, jenis ternak tersebut dapat menghasilkan susu. Susu kambing mempunyai keunggulan yang lebih mudah dikonsumsi atau dicerna dan cepat diserap tubuh, serta menjadi penguat tubuh atau imunisasi (Lad et al, 2017).

3. Permintaan ternak kambing cukup tinggi saat menjelang lebaran idul adha. Ternak

kambing memiliki pangsa pasar yang menjanjikan (Adawiyah et al, 2016).

Pangsa pasar ternak kambing mempunyai siklus yang tepat sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk pengembangan usaha ternak kambing.

4. Hubungan terhadap konsumen yang baik.

Hubungan yang baik terhadap pembeli dapat meningkatkan pemasaran ternak.

Adapun faktor ancaman dalam pengembangan ternak kambing di Desa Tulabolo Barat

1. Kambing dapat mengalami sakit perut, kembung dan mencret yang diakibatkan oleh pemberian pakan yang masih muda.

2. Perubahan cuaca dapat mengakibatkan kambing sering terkena penyakit dan kurangnya pakan hijauan.

3. Kinerja penyuluh yang kurang maksimal dalam memberikan informasi mengenai peternakan kambing.

4. Virus yang menyerang kambing secara tiba-tiba disebabkan karena gigitan hewan ataupun serangga, lalat, kutu, dan nyamuk sehingga mengalami luka dan infeksi Matriks IFE

Analisis IFE (Internal Faktor Evaluation) dilakukan dengan memikirkan matang-matang mengenai faktor-faktor internal (Zakir et al, 2023). Pengembangan ternak kambing di Desa Tulabolo Barat terdiri dari kelemahan dan kekuatan.

Kemudian dari hasil analisis matriks IFE dihasilkan oleh faktor kelemahan dan faktor kekuatan terdiri dari skor, rating, dan bobot dilihat pada Tabel 4.

Analisis Matriks IFE Dan Matriks EFE

Tabel 4. Matriks IFE ((internl faktor evaluation) prospek pengembangan ternak kambing di Desa Tulabolo Barat.

Faktor internal Bobot Rating Skor

Kekuatan Keuntungan dari beternak kambing yang diperoleh dari harga yang bervariatif

0.17 4 0.67

(9)

Pengalaman beternak kambing yang cukup

0.13 3 0.40

Ketersediaan sumber daya manusia dan pakan hijauan

0.10 3 0.30

Ternak kambing sehat dan berkualitas 0.13 4 0.53

Lokasi yang strategis 0.10 3 0.30

Sub Total 2.20

Kelemahan Akses pemasaran melalui website masih rendah

0.07 4 0.27

Adanya anjing yang mengganggu anak kambing bahkan sampai dimakan

0.07 3 0.20

Sebagian peternak kambing belum paham dengan penggunaan obat-obatan

0.10 2 0.20

Kotoran ternak kambing berserakan diarea kandang serta menumpuk tebal

0.13 3 0.40

Sub Total 1.07

Total 1.00 3.27

Tabel 4 menunjukan hasil analisis matriks IFE terdapat skor untuk kekuatan sabanyak 2,20 dan skor untuk kelemahan sebanyak 1,07. Selain itu, skor untuk keseluruhan dari faktor internal memperoleh 3,27 berarti faktor internal dalam pengembangan ternak kambing untuk saat ini sudah sangat baik dan dapat dikatakan usaha pengembangan ternak kambing sudah cukup kuat (3,0 - 4,0). Ini membuktikan bahwa memanfaatkan data kekuatan yang ada

seperti pada harga ternak kambing yang bervariatif serta ternak kambing sehat dan berkualitas.

Faktor eksternal berguna untuk membuktikan peluang dan ancaman terkait dengan prospek pengembangan usaha ternak kambing di Desa Tulabolo Barat. Hasil dari analisis matriks EFE yang dihasilkan oleh faktor ancaman dan peluang yang terdiri dari skor, rating dan bobot dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Matriks EFE Matriks EFE (external factor evaluation) prospek pengembangan ternak kambing di Desa Tulabolo Barat.

Faktor eksternal Bobor Rating Skor Peluang Permintaan ternak kambing cukup

tinggi

0.15 3 0.44

Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

0.15 4 0.59

Kambing jawa randu selain digunakan sebagai kambing potong, aqiqah,dan qurban. disisi lain dapat menghasilkan susu

0.15 3 0.44

Hubungan dengan konsumen yang baik 0.11 4 0.44

Sub Total 1.93

Ancaman Kinerja penyuluh yang kurang maksimal

0.11 3 0.33

(10)

Kambing mengalami sakit perut, kembung, dan mencret yang diakibatkan pemberian pakan yang masih basah

0.11 2 0.22

Perubahan cuaca/iklim 0.11 2 0.22

Virus yang menyerang kambing secara tiba-tiba

0.11 3 0.22

Sub Total 1.11

Total 1,00 3.04

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil matriks EFE diperoleh skor peluang sebesar 1,93 dan skor ancaman sebesar 1,11 serta skor untuk keseluruhan dari faktor eksternal adalah 3,04. Hal ini membuktikan bahwa faktor eksternal untuk peluang dan ancaman dalam prospek pengembangan ternak kambing saat ini cukup baik. Skor tersebut membuktikan bahwa usaha prospek pengembangan ternak kambing menuju kuat (3,0 – 4,0).

Matriks IF (Internal dan Eksternal) Matriks ini diperoleh untuk melihat posisi kuadrat yang ditentukan dengan menghitung selisih antara skor kekuatan dan kelemahan, peluang dengan ancaman. Untuk hasil selisih dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Selisih total skor faktor eksternal dan internal

Kekuatan 2.20 Peluang 1.93 Kelemahan 1.07 Ancaman 1.11 Selisih 3.27 Selisih 3.04

Tabel 6 menunjukan bahwa selisih yang didapat skor kekuatan dengan

kelemahan dan peluang dengan ancaman bermanfaat positif. Faktor internal sebesar 3,27 dan faktor eksternal sebesar 3,04 menandakan bahwa keadaan usaha ternak kambing ada pada kuadrat satu dimana kuadrat satu membuktikan bahwa usaha ternak kambing mempunyai gabungan antara kekuatan dan peluang sehingga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan usaha kedepannya. Kuadrat satu terdiri dari pengembangan pasar dan penetrasi pasar. (1).

Pengembangan pasar adalah meninggikan mutu untuk sumber daya peternak kambing, meningkatkan promosi usaha ternak dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar ikut memelihara ternak kambing. (2).

Penetrasi pasar, adalah yang menetapkan luas pangsa pasar untuk usaha ternak kambing.

Penetrasi pasar terdiri dari banyaknya pesaing baru dengan menawarkan harga yang berbeda-beda untuk meninggikan penjualan dengan menentukan harga yang paling rendah dibandingkan dengan pesaing baru, sehingga dapat menghasilkan penjualan ternak kambing dengan jumlah besar, setelah konsumen atau pelanggan terbentuk maka harga kambing kembali ke harga yang normal (Rorah et al, 2022).

(11)

Pertumbuhan pasar yang cepat

Kuadrat II Kuadrat I a) Pengembangan pasar a) Pengembangan pasar

b) Penetrasi pasar b) Penetrasi pasar

Posisi yang kompetitif Posisi yang kompetitif yang lemah yang kuat

Kuadrat III Kuadrat IV a) Penciutan a) Diversifikasi

b) Diversifikasi

Pertumbuhan pasar yang lemah

Gambar 2. Posisi prospek pengembangan usaha ternak kambing dalam tahapan pencocokan.

Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah salah satu dari tahapan pencocokan yang terdiri dari empat strategi yaitu strategi kekuatan dan strategi peluang (SO), strategi kelemahan dan strategi

peluang (WO), strategi kekuatan dan strategi ancaman (ST), dan strategi kelemahan dan ancaman (WT). Tahapan ini dilakukannya pencocokan antara internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Strategi SWOT

Faktor Internal Kekuatan (Strengths) S-1 = Keuntungan dari beternak kambing diperoleh dari harga yang bervariatif S-2 = pengalaman beternak kambing yang cukup S-3 = ketersediaan sumber daya manusia dan pakan hijauan

S-4 = Ternak kambing sehat dan berkualitas

S-5 = Lokasi yang strategis

Kelemahan (Weaknesses) W-1 = Akses pemasaran melalui website masih rendah W-2 = Adanya anjing yang mengganggu anak kambing bahkan sampai dimakan W-3 = Sebagian peternak kambing belum paham dengan penggunaan obat-obatan W-4 = Kotoran ternak kambing berserakan diarea kandang serta menumpuk tebal

(12)

Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities) O-1 = Permintaan ternak kambing cukup tinggi O-2 = Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk O-3 = Kambing jawa randu selain digunakan sebagai kambing potong, aqiqah,dan qurban. disisi lain dapat menghasilkan susu O-4 = Hubungan dengan konsumen baik

Strategi S-O

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak kambing (S 1, S 4, O 1).

2. Memanfaatkan lokasi strategis dan pakan yang tersedia (S3, S 5).

3. Melakukan diversifikasi usaha ternak kambing di Desa Tulabolo Barat (S 3, O 2, 0 3).

Strategi W-O

1. Mempermudah akses pemasaran kambing (W 1, O 1, O5).

2. Melakukan penguatan pengetahuan kepada peternak kambing (W 3).

Ancaman (Threats)

T-1 = Kinerja penyuluh yang kurang maksimal

T-2 = kambing mengalami sakit perut diakibatkan oleh pemberian pakan hijauan yang masih basah T-3 = Perubahan cuaca T-4 = Virus yang menyerang kambing secara tiba-tiba

Strategi S-T

1. Mengatasi gangguan penyakit terhadap ternak (S 4, T 3, T 4).

2. Meningkatkan harga jual kambing (S 1, S3).

Strategi W-T

1. Memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya (W4,)

Sumber: Data primer yang telah diolah, 2023.

Strategi S-O

Strategi strengths dan opportunities dihasilkan dari kekuatan dan peluang diperoleh dengan mengoptimalkan potensi lokasi. Lokasi yang strategis dengan banyaknya pakan yang tersedia menjadikan ternak kambing sehat dan berkualitas, serta dapat memenuhi permintaan pasar (Purnomo et al, 2017). Selain itu, permintaan kambing cukup tinggi dengan kenaikan harga yang bervariatif dilihat berdasarkan umur, jenis

dan besar bobot dari kambing. Mulai harga

Rp. 500.000 sampai dengan Rp. 3.000.000 perekornya tergantung dari

jenis kambing. Terakhir, memanfaatkan lokasi strategis dan pakan yang tersedia, lokasi yang strategis cocok dijadikan untuk potensi pembangunan usaha ternak kambing dengan melihat banyak pakan hijauan yang berlimpah dari pakan rumput gajah, daun, lamtoro daun gamal, dan macam-macam

rumput liar lainnya (Ginting, 2011; Nuryati et al, 2021; Marhaeniyanto et al, 2020).

Pakan tersebut dapat membantu pertumbuhan ternak kambing dari segi bobot kambing dan kesehatan agar kambing tumbuh sehat berkualitas dan melakukan diversifikasi usaha ternak kambing di Desa Tulabolo Barat. Selain kotoran ternak, susu kambing juga bisa diolah sebagai susu kesehatan dan bahan kecantikan kulit.

Strategi W-O

Strategi weaknesses dan opportunities dihasilkan dari kelemahan dan peluang yang ada. (Karim et al, 2019).

Pelatihan bagi peternak kambing yang dibutuhkan untuk menambah pengetahuan bagi tenaga kerja maupun peternak yang berpendidikan SD (sekolah dasar). Selain itu, mempermudah akses pemasaran kambing.

(13)

Strategi S-T

Strategi strengths dan threats yang dihasilkan oleh faktor kekuatan dan ancaman.

Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan dalam menutup keleluasan ancaman untuk mengganggu pengembangan usaha ternak kambing.

Seperti yang dipaparkan oleh Rusdiana et al (2015) bahwasanya produksi ternak kambing rata-rata dilihat dari bobot kambing, jenis kelamin, dan umur. Pertumbuhan ternak kambing dapat mempengaruhi faktor genetik dan lingkungan sekitar 30% - 70%. Bagian pakan memiliki dampak yang begitu besar yaitu 60% sehingga membuktikan bahwa potensi ternak itu tinggi akan tetapi bobot pakannya tidak diamati sehingga pertumbuhan yang optimal tidak berhasil (Kaunang et al, 2015). Selain itu, mengatasi gangguan penyakit terhadap ternak, seperti:

kembung, mencret, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembersihan lingkungan sekitar kandang, area kandang, serta sering-sering memeriksa ternak apabila kedapatan ternak kambing kurang sehat (Sirat et al, 2021). Terakhir, meningkatkan harga jual kambing disaat menjelang lebaran idul adha.

Strategi W-T

Strategi weaknesses dan threats dihasilkan dari faktor kelemahan dan ancaman. Hasil penelitian Hajirin et al (2020), bahwasanya keberhasilan pengembangan usaha ternak kambing ditunjukkan melalui adanya pengetahuan terhadap peternak kambing itu sendiri dengan memanfaatkan kotoran ternak diolah untuk meningkatkan nilai ekonomis seperti mengolahnya menjadi pupuk organik agar tidak terbuang begitu saja dan dimanfaatkan sebagai kebutuhan petani untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat menghasilkan tanaman yang subur dan berkualitas. Selain itu, hasil penelitian (Salman et al, 2020) bahwa kotoran ternak bisa diolah menjadi biogas sebagai sumber energi. Oleh karena itu, pentingnya memberikan edukasi kepada masyarakat

terkait pemanfaatan kotoran ternak sapi berbasis zero waste (Aisyah et al, 2023).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa skor matriks IFE ((internl faktor evaluation) sebesar 3,27 dan skor matriks EFE (external factor evaluation) sebesar 3,04 yang menunjukkan bahwa prospek pengembangan usaha ternak kambing di Desa Tulabolo Barat menuju kuat (3,0 -4,0) berada pada kuadrat satu terdiri dari pengembangan pasar dan penetrasi pasar.

Pengembangan pasar dilakukan dengan meningkatkan mutu sumber daya peternak, promosi dan kesadaran masyarakat agar ikut memelihara ternak kambing. Selain itu, perlu dilakukan penetrasi pasar dengan cara memperluas pangsa pasar untuk usaha ternak kambing. Oleh karena itu, diharapkan prospek pengembangan usaha ternak kambing ini menjadi peluang yang dapat memberikan nilai profit bagi peternak maupun masyarakat di Desa Tulabolo Barat.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo dan Masyarakat yang ada di Desa Tulabolo Barat yang telah membantu secara moril ataupun material sehingga penulisan artikel dan penelitian ini berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Abas, N., & Baruwadi, M. 2023. Analisis Kelayakan Usaha Sapi Potong Dalam Berbagai Tingkat Kepemilikan di Desa Tulabolo Barat. Ziraah'ah Majalan Ilmiah Pertanian, 48(3), 413- 428.

Adawiyah , C. R., & Rusdiana, S. 2016.

Usahatani Tanaman Pangan dan Peternakan Dalam Analisis Ekonomi di Petani Dipedesaan. Jurnal Riset Agribisnis & Peternakan, 1(2), 37-49.

(14)

Aisyah, S., Saleh, Y., & Hippy, M. Z. (2023).

Edukasi Pemanfaatan Kotoran Ternak Berbasis Zero waste Pada Usaha Peternakan Sapi Potong di Desa Tulabolo Barat. Jurnal Abdi Insani, 10(4), 2314-2323.

Badan Pusat Statistik. 2022. Kecamatan Suwawa Timur dalam angka.

Tilongkabila: BPS Kabupaten Bone Bolango

Badan Pusat Statistik 2018. Provinsi Gorontalo Dalam Angka. BPS- Statistics of Gorontalo Province Badan Pusat Statistik 2019. Provinsi

Gorontalo Dalam Angka. BPS- Statistics of Gorontalo Province Badan Pusat Statistik 2020. Provinsi

Gorontalo Dalam Angka. BPS- Statistics of Gorontalo Province Badan Pusat Statistik 2021. Provinsi

Gorontalo Dalam Angka. BPS- Statistics of Gorontalo Province Badan Pusat Statistik 2022. Provinsi

Gorontalo Dalam Angka. BPS- Statistics of Gorontalo Province Badan Pusat Statistik. 2022. Kabupaten Bone

Bolango dalam angka. BPS-Statistics of Bone Bolango Regency

Bangung. E, S., T. Sebayang., dan Salmiah.

2013. Analisis produktifitas dan pendapatan usaha ternak kambing pedaging sistem kandang (Kasus:

Kelurrahan Tanah Medan Marelan.

Kota Medan, Jurnal oof Agriculture annd Agribusiness Socioeconomics.

2(7).

Firdaus , Kadir , I. A., & Makmur , T. 2020.

Strategi Pengembangan Uaha Ternak Kambing Potong Abu Aqiqah di

Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 5(2), 169-170.

Firman, A., Sulaeman, M. M., Herlina, L., &

Sulistyati, M. 2018. Analisis Neraca Pasokan dan Kebutuhan Sapi dan Daging Sapi di Jawa Barat. Mimbar Agribisnis: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 4(2), 98-108.

Ginting, S. P. (2011). Teknologi peningkatan daya dukung pakan di kawasan hortikultura untuk ternak kambing. Wartazoa, 21(3), 99-107.

Hajirin , Hubeis, M., & Suryahadi. 2020.

Strategi Pengembangan Sapi Potong di Wilayah Pengembangan Sapi Bali Kabupaten Barru. Manajemen IKM, 15(1), 48-61.

Hermanto , A., Muatip, K., & Haryoko, I.

2020. Prospek dan Kendala Pengembangan Usaha Ternak Domba di Kecamatan Cilongok, Bayumas.

Journal of Animal Science and Technology, 2(2).

Karim , I., Makmur , Dahniar, & Mandasari, N. A. 2019. Optimalisasi Pengembangan Produk Core Competence pada Uaha Wajik Lokal Mandar Seabagai Alternatif Pendapatan. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Informatika, 16(1), 64-92.

Kaunang, C. L., & Tulung, Y. L. (2015).

Analisis potensi dan strategi pengembangan sapi potong dengan pola integrasi kelapa–sapi di kabupaten halmahera selatan provinsi maluku utara. Zootec, 35(2), 187- 200.

(15)

Lad , S. S., Aparnathi, K. D., Mehta, B., &

Velpula, S. 2017. Goat Milk in Human Nutrition and Health A Review. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 6(5), 1781-1792.

Lubis, E. M. (2016). Efisiensi reproduksi kambing perankan etawa di lembah gogoniti farm di desa kemirigede kecamatan kesamben Kabupaten Blitar. AVES: Jurnal Ilmu Peternakan, 10(1), 5-5.

Maesyah , A., & Rusdiana, S. 2018. Prospek Pengembangan Uaha Ternak Kambing dan Memacu Peningkatan Ekonomi Peternak. Jurnal sosial Ekonomi dan Kebjakan Pertanian, 7(2), 135.

Marhaeniyanto, E., Susanti, S., & Murti, A.T.

(2020). Buku Potensi Konsentrat Hijau Untuk Pakan Kambing.

Penerbit CV IRDH. Malang

Martha, E., & Kresno, S. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta

Nuryati, R., Faqihuddin, F., Bunda, C. A. P.,

& Ruslan, J. A. (2021). Peningkatan

produktivitas ternak

Domba/Kambing melalui penyuluhan dan pelatihan teknologi pengolahan pakan. Riau Journal of Empowerment, 4(3), 175-183.

Otoluwa, M. A., Salehedu, A. H., Rintjap, A.

K., & Massie, M. T. 2016. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Bolangitang Timur Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal Zootek, 36(1), 191-197.

Prakasa , R. A., Ramdiana , Y., Humaidi, M.

H., Hardianto, D., & Rosalina, F.

2019. Pemanfaatan Limbah

Peternakan Kambing Peranakan Etawa (PE). Jurnal Warta Desa, 1(1).

Purnomo , S. H., Rahayu, E. T., & Antoro, S.

B. 2017. Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri. Buletin Peternakan, 41(4), 484-494.

Rokhayati , U. A. 2022. Prospek Usaha Ternak Kambing Peranakan Etawa (PE) di Desa Tapa Luluo Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.

Seminar Nasional Teknologi Sains dan Humaniora, 4(1), 131-136.

Rorah, I. R., Poluan, M., Paath, F., &

Wongkar, M. (2022). Analisis Penetrasi Pasar dan Pengembangan Pasar terhadap retensi Pelanggan oleh Petani Cabe Keriting di Kelurahan Kakaskasen I dan Kakaskasen II Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon Propinsi Sulawesi Utara. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi)., 9(3), 1335-1347.

Rusdiana , S., & Sutedi, E. 2016. Analisis Ekonomi Usaha Tanaman Pangan dan Kambing Kosta di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang, Banten.

Buletin Peternakan, 40(3), 228-236.

Rusdiana, S., Praharani , L., & Sumanto.

2015. Kualitas dan Produktivitas Susu Kambing Perah Persilangan di Indonesia. Agriekonomika, 4(1), 80- 96.

Salman, D., Aisyah, R. S., Siregar, A. R., &

Baba, S. 2020, March. Coexistence mode of production based dairy cow supporting farming in producing biogas as renewable energy resources.

In IOP Conference Series: Earth and

(16)

Environmental Science (Vol. 473, No.

1, p. 012113). IOP Publishing.

Santoso, A. B., & Aji, J. M. M. 2019. Strategi Pemasaran Dan Pengembangan Tepung Cassava Pada Agroindustri UD. Nula Abadi Di Kabupaten Bondowoso. JSEP (Journal of Social and A gricultural Economics), 11(3), 39-52.

Sirat, M. M. P., Erwanto, E., Wanniatie, V., Ermawati, R., Lidyana, A., Rivai, M.,

& Surmini, S. (2022). Penyuluhan

Manajemen Reproduksi,

Pemeliharaan dan Fermentasi Pakan Serta Pengobatan Masal Ternak Kambing di Desa Marga Agung Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Pengabdian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, 1(2), 419-434.

Sirat, M. M. P., Hartono, M., Santosa, P. E., Ermawati, R., Siswanto, S., Setiawan, F., ... & Fatmawati, S. T. (2021).

Penyuluhan Manajemen Kesehatan, Reproduksi, Sanitasi Kandang, Dan Pengobatan Massal Ternak Kambing. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah

Pengabdian Kepada

Masyarakat, 7(3), 303-313.

St Aisyah, R., Syarif, A., & Hiola, S. K. Y.

2021. Analisis Potensi Wilayah Pengembangan Peternakan Sapi

Perah di Kabupaten

Enrekang. JURNAL GALUNG TROPIKA, 10(3), 348-355.

Wi, W., & Gunawan . 2017. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Dalam Usaha Tani Kakao di Desa Banjarharjo dan Banjarroya, Kalibawang, Kulon Progo. 377-384.

Wibow , B., Rusdiana , S., & Adiati, U. 2016.

Pemasaran Ternak Domba Di Pasar Hewan Palasari Kabupaten Indramayu. Agriekonomika, 5(1), 86- 88.

Zaenuri, L. A., Sumadiasa, I. W. L., &

Rodiah, R. (2022). Upaya Peningkatan Produktivitas Kambing Melalui Persilangan Kambing Lokal dengan Kambing Boer di Desa Cendi Manik Kecamatan Sekotong Tengah. Jurnal Abdi Insani, 9(2), 618-626.

Zakir , I., Bakari, Y., Rauf, A., & Hippy, M.

Z. 2023. Prioritas Persepsi Permodalan dan Strategi Prioritas Sumber Modal Usahatani Padi Sawah: Analisis AHP dan SWOT.

Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 16(1), 13-24.

Referensi

Dokumen terkait

Mentari Sigi dipengaruhi oleh faktor internal yang meliputi kekuatan, yaitu (a) sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan cukup berpengalaman, (b) struktur organisasi lengkap,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa AW ternak kado dalam kondisi sosial ekonomi dan teknis yang ada saat ini merupakan usaha yang mempunyai kekuatan dan peluang positip

Analisis strategi menggunakan pendekatan analisis SWOT, memperhatikan faktor internal kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weakness ) serta faktor external

a. Menyusun faktor internal dan eksternal hasil identifikasi dalam matrik SWOT. Menginterpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan peluang

Memperhatikan potensi hijauan dan pakan yang banyak tersedia pada ke dua desa lokasi kelompok peternak, serta pemanfaatan waktu per hari per petani rata-rata hanya 2,3

Analisis SWOT Prospek Pengembangan Broiler Ditinjau Dari Aspek Teknis Di Kelurahan Balanipa Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar Internal Kekuatan Kelemahan • Usia

Matriks Analisis SWOT IFAS EFAS Kekuatan Strength Kelemahan Weaknesses  Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal  Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Peluang

Faktor Internal dan Eksternal Desa Wisata Suranadi NO FAKTOR INTERNAL STRENGTHS S WEAKNESSES W S1 Kehidupan budaya antara Suku Bali Hindu dan Sasak Islam yang harmonis W1