TERJADINYA KITAB MAZMUR
1.
P E N G A N TA RDalam beberapa dasawarsa terakhir ini studi tentang susunan dan terjadinya kitab Mazmur serta apa
teologinya banyak dilakukan serta membawa kemajuan yang cukup berarti dalam pemahatnan kita
tentang kitab ini. Persoalannya ialah apakah kitab Mazmur memiliki suatu kesatuan dan kesatuan yang
bagaimana? Bagaimana
susunannya?
Bagaimana kiranya proses terjadinya dan apa
tujuan
pembukuannya? Siapa penulisnya dan
bagi siapa
ditulis? Itulah sejumlah pertanyaan besar dan
menyeluruh yang perlu dilakukan terhadap kitab ini agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sama sekali tidak mudah dijawab.Dari sebab itu, untuk memudahkan
pemahamannya, maka langsung di sini kami berikan jawabannya secara singkat. Kitab Mazmur a)
sebenarnya merupakan kitab yang terdiri atas kumpulankumpulan mazmur b) yang dikumpulkan secara
bertahap dalam kurun waktu beberapa abad c) oleh sekelompok penyair dan akhirnya diterbitkan
oleh kaum bijak d) dengan tujuan untuk digunakan dalam ibadat dan untuk menjadi bahan renungan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut.
2.
S U AT U K U M P U L A N YA N G TERDIRI ATA S5 JILID
Redaktor membagi Kitab Mazmur atas 5 jilid (=buku) dan masing-masing jilid ditutup atau
berakhir dengan suatu doksologi yang cukup mirip satu sama lain. Kami berikan hal itu dalam suatu
bagan:
Jilid L Mzm 1- Jilid 11: Mzm 42- Jilid IIL Mzm Jilid IV: Mzm Jilid V: Mzm
41 (=41 mazmur) 72 (=31 mazmur) 73-89(=17 90-106 (=17 107-150 (=44
r mazmur) mazmur) mazmur)
41:14, Terpujilah 72:18-19, 89:53, Terpujilah 106:48, (145:21 ,, dan
TUHAN, Allah Terpujilah TUHAN Terpujilah biarlah segala
Israel TUHAN, Allah TUHAN, Allah makhluk memuji
Israel yang Israel nama-Nya yang
melakukan kudus)
perbuatan ajaib seorang diri! Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia
dari selama- selanra-lamanya :rntuk selanra- dari selama- (untuk selamalamanya sampai dan kiranya lamanya lamanya sampai lamanya dan selama-lamanya kemuliaan-Nya selanra-laman,}xr
seterusnya) memenuhi seluruh bumi.
Amin, ya anrin. Amin, ya anrin. Anrin, ya anrin. dan biarlah Tidak ada
seluruh umat
mengatakan, __
' Jilid I dan V merupakan jilid-jilid yang paling tebal.
"Arnin!" I
Haleluya!
Dapat dilihat dari bagan ini bahwa tidak ada doksologi yang persis sama, sedang jilid V tidak
memiliki doksologi seperti keempat jilid yang lain.
Unsur yang paling mendasar dari doksologi itu ialah seruan "Terpujilah TUHAN!" dan
jawaban "Amin". Menurut Mzm 106:48 jawaban ini harus diberikan oleh seluruh jemaat. Jadi
doksologi itu sendiri tidak diucapkan oleh jemaat.Merek&
•
hanya mengukuhkan pujian itu
dengan jawaban Amin. Pada Mzm 72 seruan "terpujilah" bahkan digunakan dua kali.
Seruan "terpujilah TUHAN/Tuhan/Allah" termasuk suatu seruan ibadat dan dijumpai khususnya dalam
kitab Mazmur( 28:6; 31:22; 66:20; 68:20,36; 119:12; 124:6; 135:21; 144:1; bdk 18:41).
Kadang-kadang disisipkan "Engkau" menjadi "terpujilah Engkau, ya TUHAN (119:12; 1 Taw 29:10).Nama
ilahi bisa pula digantikan dengan "gunung batuku" (2 Sam 22:47) atau "nama-Nya yang mulia"
(72:19). Menarik bahwa pada Mzm 66, 68 dan 135 doksologi ini dijumpai sebagai penutup
masing-mas
•i
ng mazmur.
Doksologi yang paling panjang ialah yang terdapat pada penutup jilid 11. Lalu mengapa jilid V tidak
memiliki doksologi yang serupa? Mungkin karena Mzm 146-150 sudah merupakan suatu doksologi
tersendiri dan dapat dilihat sebagai suatu doksologi akbar untuk jilid V ini dan untuk seluruh kitab
Mazmur. Kelima mazmur ini semuanya berbentuk madah atau nyanyian pujian kepada Tuhan. Di
samping itu seruan haleluya (=pujilah TUHAN, hai kamu sekalian) dijumpai pada mazmur-mazmur ini
sampai 10 kali dan seruan ini mencapai. puncaknya pada Mzm 150. Seluruh mazmur ini berbentuk
undangan untuk memuji Tuhan dan undangan itu diserukan sampai 10 kali pula. Seluruh alam semesta
harus memperdengarkan suatu simfoni pujian kepada Tuhan.
Lalu mengapa kitab Mazmur dibagi dalam lima jilid? Apakah setiap jilid mempunyai kesatuannya
sendiri-sendiri yang membedakannya dari jilid yang lain? Rupanya tidak ada alasan intern dari
pembagian ini. Pembagian ini rupanya mau mencontoh pembagian kitab Taurat. Sebagaimana Taurat
terdiri atas lima jilid, demikian pula kitab nyanyian pujian kepada Tuhan hendaknya terdiri atas lima
jilid pula. Kemiripan ini memberi kewibawaan kepadanya.
Doksologi pada akhir setiap jilid mungkin mengisyaratkan bahwa kitab Mazmur itu dibukukan
dalam bentuknya yang sekarang ini untuk digunakan dalam ibadat.
3. KITAB KUMPULAN-KUMPULAN MAZMUR
Dari mana diketahui adanya kumpulan-kumpulan mazmur dalam kitab Mazmur? Pertama, dari adanya
pengelompokan mazmur-mazmur yang sejudul seperti "mazmur Daud" dalam Mzm 3-41 dan 51-72.
Bukti yang paling jelas bahwa mazmur-mazmur Daud ini adalah suatu kumpulan ialah dari kata-kata
yang terdapat pada penutup Mzm 72:20: "Sekianlah doa-doa Daud bin Ls
•a
i " .
Kata-kata ini jelas
tidak dimaksudkan untuk menutup Mzm 72 karena mazmur ini berjudul "dari Salomo". Kata-kata ini
mesti menunjuk pada suatu kumpulan mazmur dan kumpulan itu ialah Mzm 51-70(71)
3. Mzm 72
dengan demikian termasuk "kumpulan mazmur Daud".
Kedua,
dari adanya mazmur-mazmur yang sama dalarn kumpulan yang berbeda (mis Mzm 14=53).
Ketiga,
dari adanya pengelompokan mazmur-mazmur yang sama temanya seperti Mzm 93,95-99
yang disebut "madah TUHAN Raja" atau sama penggunaannya seperti Mzm 120-134 yang disebut
mazmur-mazmur ziarah.
Keempat,
dari adanya pengelompokan mazmur-mazmur yang menggunakan nama Yahweh atau
Elohim pada salah satu bagian. Pembagiannya dapat diperlihatkan dalam bagan berikut ini
4:
Yahweh=TUHAN Elohim=Allah
Mzm 1-41 278x 15x
Mzm 42-83 44x 210x
Mzm 84-89 31 x 7x
Mzm 90-150_____________________339x_____________________________6x_____________________________ 4 . BAGAIMANA KIRANYA PROSES TERJADINYA KITAB MAZMUR?
Kitab Mazmur terjadi secara bertahap dalam kurun waktu beberapa abad. Bagaimana persis terjadinya
tidak dapat lagi diketahui dengan pasti.
sAkan tetapi, dari sejumlah tanda seperti
adanya atau tidak
adanya judul mazmur, tempat jenis jenis mazmur tertentu dalam keseluruhan buku dan
perbandingan antara satu kelompok mazmur dengan kelompok yang lain
dapat diberikan gambaran
tentang proses terjadinya Mazmur itu sebagai berikut:
Yang paling pertama dikumpulkan mungkin adalah "kumpulan mazmur-mazmur Daud I" (Mzm
3-41)
6dan "kumpulan mazmur-mazmur Daud II" (Mzm 51-72) masing-masing dengan
doksologinya sendiri-sendiri. Jadi doksologi yang terdapat pada kedua kumpulan ini aslinya
bukanlah doksologi jilid, lnelainkan doksologi dari kumpulan mazmur yang bersangkutan (Mzm
3-41, 51-72). Hal ini dapat dibuktikan dari rumusan "sekianlah doa-doa Daud bin Isai"(72:20) setelah
doksologi. Rumusan ini rupanya
baru ditambahkan
ketika kumpulan-kumpulan mazmur Asaf (Mzm
73-83) dan bani Korah (Mzm 42-49 dan 84-88) disatukan dengan kumpulan mazmur-mazmur Daud.
7Rumusan ini i6dipakai untuk menandakan di mana kumpulan mazmur-mazmur Daud 11 berakhir dan
sekaligus mengisyaratkan bahwa ada kumpulan baru sesudalulya (bdk Ayb 31:40, "sekianlah
kata-kata Ayub"). Akan tetapi, patut dicatat bahwa doksologi yang terdapat pada 72:18-19 aslinya bisa
merupakan doksologi mazmur yang bersangkutan dan bukan doksologi kumpulan mazinur-mazmur
Daud II
8.
Pengumpulannya mungkin dilakukan sudah dalam
periode kerajaan
dandikerjakan secara terpisah
oleh dua kelompok yang berbeda Hal ini dapat dibuktikan dari adanya mazmur yang sama dalam
kedua kumpulan yang berbeda ini (Mzm 14=53 dan Mzm
° Bdk David C.Mitchell, "' God will Redeem My Soul from Sheol': The Psalms of the Sons of Korah," .7SOT
30:3(2006),(365-384) 367 catatan kaki 4.
S Studi tentang proses terjadinya, susunan dan tujuan kitab Mazmur mendapat perhatian cukup besar akhirakhir ini, bdk a.l.
Ulrich Berges, "Die Knechte in Psalter. Ein Beitrag zur Kompositionsgeschichte." Bib 81:2 (2000), 153-178, yang menunjuk pula kepustakaan tentang tema ini.
6 Di tengah kumpulan mazmur-mazmur Daud I terdapat satu mazmur yang tidak berjudul yakni Mzm 33. 7 Bdk Christoph
Levin, "Die Entstehung der Biichereinteilung des Psalters," VT 54 (2004),(83-90)83-85. 8 Tentang pro-kontranya, bdk
70=40:14-18). Bagaimana persis terjadinya kumpulan ini masing-masing sulit disimpulkan dari teks.
Bagaimanapun juga dalam periode kerajaan ini kumpulan mazmur-mazmur Daud 11 ditutup dengan doa
bagi raja (Mzm 72). Judul judul mazmur yang dihubungkan dengan hidup Daud praktis seluruhnya
terdapat dalam kedua kumpulan mazmur Daud ini atau empat dalam kumpulan
mazmur-mazmur Daud I ( M z m 3,7,18,34) dan tujuh dalam kumpulan mazmur-mazmur-mazmur-mazmur Daud 11
(51,52,54,56,59,60,63).
Pada kedua kumpulan mazmur Daud ini kemudian ditambahkan "kumpulan mazmur-mazmur Asaf'
(Mzm 50,
973-83) dan dua "kumpulan mazmur-mazmur bani Korah" (Mzm 42-49 dan Mzm
84-85,87-88). Kumpulan-kumpulan ini masing-masing tidak mempunyai doksologi. Bagaimana
terjadinya kumpulan-kumpulan ini juga sulit ditelusuri karena perbedaan latar belakang dari
mazmur-mazmur yang terdapat di dalamnya. Memang,Asa f dan bani Korah termasuk di antara
orang-orang yangAi
Wa1
'
Daud meniadi Denvanvi di rumah Tuhan (1 Taw 6:16-28/31-43; bdk pula
2 Taw 29:30; Neh 12:46 )
10,tetapi Mzm 74 dan 79 yang termasuk kumpulan Asaf jelas berasal dari
periode pembuangan. Kumpulan-kumpulan ini meskipun kecil kiranya tidak sekali jadi. Menarik
bahwa di tengah kumpulan mazmur-mazmur bani Korah yang kedua diselipkan "doa Daud" (Mzm 86).
Ketika ketiga jilid pertama diterbitkan
di
zaman pembuangan, seluruh kumpulan ini diberi
bingkai rajawi yakni Mzm 2 dan 89, yang satu berbicara tentang pelantikan raja (Mzm 2), sedang
yang lain menangisi penolakannya oleh Tuhan (Mzm 89). Dengan pembingkaian ini
mazmur-mazmur yang terdapat dalam ketiga jilid pertama atau kumpulan-kumpulan ini diberi tafsiran rajawi.
Para penerbit percaya akan janji Tuhan kepada Daud dan berharap agar kerajaannya dipulihkan."
Mereka memiliki pengaharapan mesianis. Ketika diterbitkan, ketiga jilid ini ditutup dengan
doksologi. Doksologi pada Mzm 89:53 jelas merupakan suatu tambahan dan tidak termasuk bagian
dari mazmur itu sendiri'
2.Pada kumpulan rajawi ini kemudian ditambahkan kumpulan-kumpulan berikut ini yakni
"mazmur-mazmur Tuhan Raja" (Mzm 93-99), ""mazmur-mazmur-"mazmur-mazmur Daud III "(Mzm 101-103
)13dan
"mazmur-mazmur haleluya" (Mzm 104-106
14). Kapan, bagaimana dan berapa lama terjadinya proses
penambahan ini tidak dapat ditelusuri lagi, tetapi kiranya terjadi sesudah pembuangan (bdk Mzm
106:47 yang berisi doa supaya Israel yang
tercerai berai di antara bangsa-bangsa dikumpulkan
kembali).'
s9 Mengapa Mzm 50 ini terpisah dari kumpulannya sulit dijelaskan.
lo Baiklah diperhatikan bahwa kitab Tawarikh ditulis dalam periode sesudah pembuangan sekitar abad ke-4 SM. Ibadat yang dirayakan pada zamannya praktis dikembalikan seluruhnya pada usaha Daud.
11 Bdk Gerald H.Wilson, "The Use of Royal Psalms at the `Seams' of the Hebrew Psalter,"
JSOT
35(1986),85-94. Pengarang termasuk salah satu pakar terkemuka dalam studi tentang terjadinya kitab Mazmur.'Z Pendapat ini ditentang oleh G.Barbiero, "Alcune osservazioni sulla conclusione del Salmo 89(vv 47
53),"Bib
88(2007),536-546, yang berpendapat bahwa tanpa ayat-ayat penutup ini pengertian mazmur itu kehilangan beberapa unsur mendasar.13 Kumpulan ini dapat disebut kumpulan mini karena terdiri hanya atas tiga mazmur 'a Termasuk kumpulan mini pula.
Lalu bagaimana dengan doksologi yang terdapat pada Mzm 106:48? Apakah ditambahkan
setelah kitab Mazmur dibagi dalam lima jilid ataukah termasuk asli dari mazmur yang bersangkutan?
Para penafsir berbeda pendapat tentang soal ini.
16Kami cenderung melihatnya sebagai asli mazmur
ini karena fungsi mazmur ini sebagai penutup jilid ke-4 tidak mempunyai keterangan. Ketika para
redaktor mau membagi kitab Mazmur dalam lima jilid, mereka menemukan doksologi ini dan
menjadikannya doksologi jilid pula. Doksologi ini memiliki ciri yang khas yakni
mengundang
umat agar mengamini pujian itu dengan menjawab "Amin". Bahasa yang digunakan mungkin
merupakan suatu ruinusan karena mirip dengan yang terdapat dalam Ul 27:16-26.
Proses terakhir dari terjadinya kitab Mazsnur ialah penambahan kumpulan mazmurmazmur
"haleluya" (Mzm 111-118 yan~ disebut pula Halel Mesir atau Halel Paskah), mazmur-mazmur
ziarah (Mzm 120-134)
7 ,kumpulan mazmur-mazmur Daud IV dan V (Mzm 108-110 dan 138-145)
18dan mazmur-mazmur haleluya (Mzm 146-150). Bagaimana dan berapa lama proses penambahan ini
terjadi tidak dapat ditelusuri lagi, tetapi rupanya dilakukan dalam periode sesudah pembuangan. Pada
suatu waktu di zaman sesudah pembuangan kitab Mazmur itu pernah ditutup dengan Mzm 119. Mazmur
yang panjang ini berada
di
luar kumpulan-kumpulan itu dan kebetulan temanya sama dengan Mzm 1
yakni tentang taurat Tuhan. Kedua mazmur yang tidak berjudul ini membingkai seluruh terbitan ini dan
sekaligus memberi
SEMANGAT KEBIJAKSANAANkepadanya. Mazmur-mazrnur ini mau dipakai oleh
guru-guru kebijaksanaan sebagai bahan renungan dan pemhinaan untuk menjadi orang b yak.
19Dengan penambahan mazmur-mazmur haleluya (Mzm 111-118, 135-136 dan khususnya Mzm
146-150) kitab Mazmur dijadikan kitab puji-pujian, tetapi unsur kebijaksanaannya tidak ditinggalkan karena
Mzm 1 tetap dipertahankan sebagai pembukanya.
Kitab Mazmur itu terjadi secara bertahap dan dalam kurun waktu beberapa abad. Lalu siapa yang
melakukan pengumpulan mazmur-mazmur itu? Tidak hanya oleh satu kelompok! Ada dugaan bahwa
kelompok pertama yang mengerjakan pengumpulan itu ialah para imam dan penyanyi bait suci.
Alasannya ialah karena banyak mazmur berlatar belakang ibadat. Akan tetapi, mereka bukan satu-satunya
keloinpok yang mengerjakan kitab mazmur. Kaum byak Israel pun ikut memberikan sumbangannya.
Apakah mereka juga menjadi redaktor final masih menjadi pertanyaan.
5 . SUSUNAN KITAB MAZMUR
Apakah kitab Mazmur mempunyai susunan yang `teratur' dan apakah ada teologi di balik susunan ini?
Ada susunan yang 'teratur' dan secara garis besar kitab Mazmur tersusun sebagai berikut:
16 Bdk Christoph Levin, artcit., 86-89.
1 7 Ada yang menafsirkan mazmur-mazmur ziarah ini sebagai mazmur kepulangan dari pembuangan Babel. Mzm 120 yang menjadi pembukanya menunjukkan hal itu (bdk Mzm 126). Untuk Mzm 121 judul aslinya sedikit berbeda yakni "Mazmur
untuk
ziarah". Selanjutnya, bdk tulisan saya "Zaman Baru dan WisataRohani," dlm Valentinus-Yustinus (ed.), Mereguk Air Hidup (Seri Filsafat Teologi Widya Sasana vo1.19.no.seri 18; Malang: STFT Widya Sasana,2009), (63-80)73-75.
18 Judul Mzm 142:1 menghubungkan doa permohonan ini dengan Daud ketika dia berada dalam gua.
19 Tentang hubungan mazmur-mazmur yang menyanyikan Taurat Tuhan dengan mazmur-mazmur lain dan tentang kedudukannya dalam kitab Mazmur, bdk James Luther Mays, "The Place of the Torah-Psalms in the Psalter,"
JBL
Jilid I dan II(Mzm 1-41,42-72) Jilid III (Mzm 73-89) J i l i d [ V d a n V ( M z m 90 106,107-150)
Doa permohonan perseorangan Doa permohonan masih Ciri kejen:aatan mazmur dan paling menonjol. Sebagian menonjol, tetapi lebih bersifat
madah
makin kuat dan Mzmterbesar mazmur dalam kedua
jemaat.
Semua mazmur dalam 146-150 menjadi sepertijilid ini berjudul. jilid ini berjudul. doksologi akbarnya.
Separoh
mazmur dalam kedua jilid ini
______________________________tidak beriudul.20_____________________
Dapat dilihat dari bagan ini bahwa kitab Mazmur tersusun rupanya dengan mengikuti suatu pola yakni
dari doa permohonan ke pujian atau madah serta dari doa yang bersifat perseorangan ke doa dan
pujian yang bersifat jemaat.Susunan semacam ini bahkan terlihat pula pada jilid terakhir. Sebelum
doksologi akbar dikumandangkan (Mzm 145150), kita masih mendengar jeritan penderitaan manusia
(Mzm 140-143~
21. Pujian bukan hanya merupakan puncak kitab Mazmur,melainkan roh dan jantungnya.
2Kitab Mazmur pantas disebut Kitab Puji-pujian.
Di lain pihak dari tinjauan kita tentang terjadinya kitab Mazmur itu tampak bahwa mazmur-mazmur
kebijaksanaan (Mzm 1 dan 119) serta mazmur-mazmur raja (Mzm 2, 72 dan 89) menduduki tempat yang
khusus di tengah kumpulan-kumpulan yang ada. Penempatan mazmur-mazmur ini tampaknya disengaja.
Itu berarti bahwa ada teologinya
23.Unsur-unsur keb~aksanaan dan rajawi beberapa kali bahkan
ditempatkan berdampingan (Mzm 1-2;18-21;118-119). Apakah hal ini mau menunjukkan hubungan
seorang raja dan Taurat Tuhan (bdk U1 17:14-20)? Bisa saja demikian, tetapi baiklah diperhatikan
bahwa kitab Mazmur lahir ketika kekuasaan raja pada Israel sudah tidak ada
lagi.
24Kitab Mazmur tidak disusun berdasarkan isi meskipun kadang-kadang ditemukan mazmur-mazmur
yang berpasangan seperti Mzm 20-21,38-39, 50-51. Tema dan jenis pasangan ini berbeda-beda.
Tidak ada tema yang dikembangkan dalam masing-masing jilid. Kitab Mazmur memiliki susunan
yang cukup teratur, tetapi juga ada wama warninya. Itulah keindahannya! (Malang, 10 Februari 04;
direvisi Januari 06/September 08/Jan 2010)
20 Bdk Gerald H.Wilson, "The Use of the `Untitled' Psalms in the Hebrew Psalter,"
ZA W
97(1985),404413. 21 Bdk Philip S.Johnston, "The Psalms and Distress," dlm Philip S.Johnston-David G.Firth (eds.),Interpreting
the Psa'lms (Leicester:Apollos,2005),(63-84)82-83.
22 Bdk James Hely Hutchinson, "The Psalms and Praise," ibid., 85-100.
23 Menurut B.Weber, "Psalm 78 als `Mitte' des Psalters?-ein Versuch," Bib 88 (2007),305-325, Mzm 78 ditinjau dari sudut pengembangan tema dan teologinya mungkin merupakan pusat dari kitab Mazmur. Studi tentang susunan dan teologi kitab Mazmur makin berkembang pada akhir-akhir ini.
5
~Ti-fz~
NAMA, TEMPAT DAN ARTI MAZMUR
DALAM KANON
5.1 Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Ibrani
Jemaat jemaat Yahudi yang berbahasa Ibrani atau Aram menyebut Kitab Mazmur sefer tebillim, artinya kitab puji-pujian, atau singkatnya tellillim. Dalam bahasa Arab doa pujian disebut tahlil dan kata ini telah masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia. Sementara umat Kristen di Indonesia menerjemahkan kata tersebut dengan "nyanyian pujian". Nama
tekllim dengan jelas menunjukkan bahwa Kitab Mazmur dipakai sebagai buku nyanyian dan doa dalam ibadat Yahudi.
Sebagai judul buku istilah "nyanyian pujian" kiranya kurang tepat karena selain pujian Kitab Mazmur terdiri atas berbagai jenis nyanyian dan doa seperti permohonan, pernyataan kepercayaan dan renungan. Judul ini dapat dipahami hanya apabila kita mengerti setiap doa dan renungan sebagai pengakuan akan keagungan Tuhan. Hal itu tampak cukup jelas dalam ibadat. Doadoa permohonan dan kepercayaan mazmur sendiri kadang-kadang ditutup dengan suatu pemyataan pujian kepada Tuhan. Mungkin itulah alasannya mengapa kitab ini disebut tehilim.
Tradisi Yahudi menggolongkan Mazmur dalam kelompok ketubim, artinya kitab-kitab (lain). Dalam kodeks-kodeks yang terkenal, Mazmur selalu menempati urutan pertama. Apakah kumpulan-kumpulan ini pernah disebut sebagai "Mazmur" (Mowinckel, 11, 198; L. Sabourin 1, 2), sangat diragukan, karena penulis-penulis Perjanjian Baru termasuk Lukas 24:44 memakai Septuaginta dan bukan Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani. Mazmur disebut
secara istimewa dalam Lukas 24:44 karena memang kitab ini termasuk yang paling banyak digunakan dalam gereja para rasul untuk menerangkan misteri Kristus.
5.2 Nama dan tempat Mazmur dalam kanon Kristen
Sebagaimana telah dikatakan di atas, gereja para rasul menggunakan Kitab Suci berbahasa Yunani, yakni Septuaginta. Dalam Septuaginta kitab mazmur ini disebut Psalmoi, artinya: nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi dengan musik, khususnya kecapi. Kata psalmos
adalah terjemahan dari kata Ibrani mizmor yang dipakai sebagai judul dalam 57 mazmur (lihat ps. 7 di bawah). Kata Indonesia mazmur berasal dari bahasa Arab. Artinya tepat sama dengan kata mizmor. Nama yang dipakai oleh Septuaginta ini kemudian diambil-alih oleh Perjanjian Baru (Luk. 20:42; 24:44; Kis. 1:20; 13:33 dsb.) dan sejak waktu itu menjadi nama yang lazim dipakai oleh orang Kristen.
Di samping "mazmur", Al-Quran juga menggunakan istilah zabur yang berarti kitab (dari akar kata zbr, artinya: menyalin suatu buku). Jelas bahwa istilah zabur ini kurang tepat. Dalam tradisi Kristen, Mazmur digolongkan dalam kelompok "kitab-kitab kebijaksanaan dan nyanyian". Dalam urutan kelompok tempatnya sesudah Kitab Ayub.
5.3 Mazmur dan Perjanjian Baru
bersangkutan. Kutipan-kutipan itu jelas menunjukkan bahwa Mazmur banyak digunakan dalam katekese.
Kepada jemaat-jemaat di Efesus dan Kolose St. Paulus mengajak mereka bukan hanya mengucap syukur kepada Allah dengan menyanyikan maztnur (Ef. 5:19; Kol. 3:16), tetapi juga supaya "berkata-kata seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani" (Ef. 5:19). Katakata mazmur dapat meneguhkan iman dan mengajar (bnd. selanjutnya ps. 12 hlm. 80-88).
6
TERJADINYA KITAB MAZMUR 6.1 Pembagian dalam panca jilid
Kitab Mazmur tidak dikarang oleh satu orang saja dan proses terjadinya adalah panjang dan rumit. Hampir tidak mungkin menerangkan seluruh proses terbentuknya secara pasti, namun suatu garis besar dapat diberikan di sini. Kita akan mulai dengan bagian yang paling jelas sampai kepada yang kurang jelas.
Hal yang pertama tampak ialah bahwa kitab ini terbagi atas lima jilid atau buku. Pembagiannya adalah sebagai berikut:
jilid L Mzm. 1-41; jilid 11: Mzm. 42-72; jilid III: Mzm. 73-89; jilid IV: Mzm. 90-106;
jilid• V: Mzm. 107-150. .
Apa dasar pembagian dalam panca jilid ini? Apa tujuannya? Apakah ada prinsip kesatuan dalam masing-masing jilid? Pertanyaan-pertanyaan ini kita ajukan untuk mengerti kitab ini dengan lebih baik. Harus diakui bahwa sukar ditemukan prinsip kesatuan dalam masing-masing jilid. Yang dapat dicatat hanyalah satu dua kenyataan literer seperti berikut.
Kedua, doksologi jilid 11 (Mzm. 72:18-19) dan IV (Mzm. 106:43)
mungkin bukanlah doksologi jilid, melainkan masing-masing dari
mazmur yang bersangkutan. Hal ini dapat dibuktikan dari
kenyataan-kenyataan berikut (dan masih ada alasan-alasan lain yang akan kita lihat
kemudian).
Setelah doksologi dalam jilid II, masih terdapat kata-kata ini:
"Sekianlah doa-doa Daud bin Isai" (Mzm. 72:20). Kata-kata ini jelas
merupakan kesimpulan asli dari suatu kumpulan doa. Kumpulan mana
yang dimaksud akan kita lihat di bawah. Selanjutnya dari
perbandingan dengan 1 Tawarikh 16:34-36 temyata bahwa doksologi
yang terdapat dalam Mzm. 106:48 termasuk asli dari mazmur yang
bersangkutan dan bukan tambahan kemudian oleh penerbit. Doksologi
yang serupa terdapat pula dalam 1-45:21.
Dari hal-hal yang disebutkan di atas jelaslah bahwa pembagian dalam
panca jilid ini tidak mempunyai siiatu dasar intern. Pembagian ini
mungkin hanya merupakan suatu tiruan atas Pentateukh. Pembagian
dalam panca jilid ini merupakan tahap terakhir dari suatu proses
pembentukan yang panjang dan rumit. Hal ini akan segera kita lihat.
6.2 Kitab Mazmur terbentuk dari kumpulan-kumpulan
yang lebih kecil
Adanya kumpulan-kumpulan yang lebih kecil ini dapat disimpulkan dari
ter
dapatnya mazmur-mazmur yang sama dalam jilid yang berbeda
kesatuan
pemakaian nama untuk Allah, susulan mazmur-mazmur yang "sejudul"
(me
ngenai apa yang dimaksud dengan "judul", lihat ps. 7 di bawah) dan
kesatuan
susunan mazmur-mazmur yang sejenis dan sama temanya.
a) Dalam Mazmur terdapat beberapa mazmur
sejajar,yakni 14 = 53;
70 = 40:14-18; 108 = 57:8-12 + 60:7-14. Dapatlah ditanyakan apakah
144:1-11 bukanlah merupakan suatu gubahan kembali dari 18:1-51.
Bagaimanapun juga adanya mazmur-mazmur sejajar itu menunjukkan
bahwa mereka tidak mungkin dikumpulkan oleh tangan yang sama
dan dimasukkan dalam kumpulan yang sama. Hal itu akan
menjadi lebih jelas, apabila kita melihat hal-hal berikut.
b) . Mengenai nama yang dipakai untuk Allah terdapat tiga
Apakah ketiga kelompok ini masing-masing pernah berdiri sendiri
sebagai kumpulan, dapat ditentukan dengan menyelidiki ciri-ciri
literernya.
c) Dalam kelompok pertama semua mazmur, kecuali Mz.m. 2 dan 33
yang memang tidak berjudul, memuat nama Daud dalam judulnya.
Dalam terjemahan Septuaginta, Mzm. 33 juga diberi judul "untuk
Daud". Kelompok Mzm. 3-41 biasanya disebut "kumpulan mazmur
Daud yang pertama". Mzm. 2 berada di luar kumpulan ini dan
merupakan suatu tambahan kemudian. Ditambahkan di sini
mungkin karena mazmur ini berbicara tentang raja dari dinasti
Daud di Yerusalem.
Dalam kumpulan mazmur Daud yang pertama ini tidak
diketemukan adanya suatu prinsip susunan. Rupanya kumpulan ini
terjadi begitu saja dan mungkin secara bertahap. Di dalamnya
diketemukan segala jenis nyanyian, namun terutama doa
permohonan, kepercayaan dan ucapan syukur perseorangan. Apakah
kumpulan ini aslinya dimaksudkan untuk menyertai ibadat, sukar
dipastikan.
d) Kelompok kedua, yakni 42-83, sebenarnya terdiri dari tiga
kumpulan dengan susunan sebagai berikut:
Mzm. 42-49: kumpulan bani Korah;
Mzm. 50:
mazmur Asaf;
Mzm. 51-72: kumpulan mazmur Daud yang kedua (kecuali Mzm.
66
dan 67 yang meskipun berjudul, tidak memuat
nama
Daud; Mzm. 71 tidak berjudul dan Mzm. 72
berjudul
"dari Salomo");
140.Mzm. 73-83: kumpulan Asaf.
Dari susunan di atas timbul pertanyaan mengapa Mzm. 50
dipisahkan dari kumpulannya, yakni Mzm. 73-83. Mazmur ini telah
dilepaskan dari kumpulannya, mungkin karena isinya yang erat
berhubungan dengan Mzm. 51 (Mowinckel 11, 194).
Seperti "kumpulan mazmur Daud yang pertama", demikian pula "kumpulan mazmur Daud yang kedua" ini memuat lebih dari separuh jenis doa permohonan. Mengapa kedua kumpulan mazmur Daud ini terpisah satu sama lain, sukar diterangkan.
e) Kelompok ketiga, yakni Mzm. 84-150, terdiri atas lebih banyak kumpulan lagi. Susunannya dapat diberikan sebagai berikut:
Mzm. 84-85, 87-88: kumpulan bani Korah. Mzm. 86 adalah "doa Daud";
Mzm. 93, 95-99: kumpulan mazmur "Tuxa,N Raja"; 94: suatu doa permohonan;
Mzm. 104-106: kumpulan mazmur Haleluya; Mzm. 108-110: kumpulan mazmur Daud; Mzm. 111-118: kumpulan mazmur Haleluya; Mzm. 120-134: kumpulan mazmur ziarah; Mzm. 138-145: kumpulan mazmur Daud; Mzm. 146-150: kumpulan mazmur Haleluya.
Melihat susunan ini, jelaslah bahwa tidak mudah kita mengikuti proses per kembangan bagian ketiga ini dan menerangkan susunannya. Baiklah kita mencatat beberapa hal mengenai kumpulan-kumpulan ini.
Kumpulan bani Korah yang kedua menggunakan nama TUHAN dan bukan Allah seperti kumpulan pertama. Sukar diketahui mengapa kumpulan ini di pisahkan dari yang pertama. Tidak jelas mengapa Mzm. 86 diberi judul "doa Daud" dan disisipkan di sini. Pertanyaan yang serupa berlaku pula untuk Mzm. 94 dalam kumpulan mazmur "Tu x n N Raja."
Mengapa ketiga kumpulan mazmur Haleluya itu dipisahkan satu sama lain, tidaklah jelas. Ada yang melihatnya sebagai penutup setiap kumpulan, dengan menghitung Mzm. 135-136 sebagai kumpulan mazmur Haleluya dan kumpulan bani Korah yang kedua sebagai tambahan bagian kedua, yakni Mzm. 42-83 (Eissfeldt,
The
OT. an
Introduction
449-450; bnd. G. Fohrer,Introduction to the OT,
294). Kebanyakan mazmur Haleluya termasuk jenis madah.Juga tidak jelas mengapa kedua kumpulan mazmur Daud dalam bagian ini terdapat terpisah. Hampir separuh dari mazmur-mazmur ini termasuk jenis permohonan perseorangan (Mzm. 109; 140; 141; 142; 143).
Perlu dicatat secara istimewa di sini mengenai apa yang disebut "mazmur mazmur ziarah". Arti istilah aslinya, yakni
sir hamma'alot
masih dipersoalkan para ahli. Kebanyakan menafsirkannya sebagai buku nyanyian para peziarahdalam perjalanannya ke Yerusalem dan/atau dalam upacara perarakan sebelum para peziarah memasuki Bait Suci. Hal ini terasa hanya dalam Mzm. 121-122 dan 132,. tetapi tidak dalam mazmur lainnya. Kumpulan ini terdiri dari aneka ragam jenis nyanyian. Kecuali Mzm. 132 yang cukup panjang, kumpulan ini terdiri dari mazmur-mazrnur yang cukup pendek. Puisinya cukup indah dan menyegarkan. Mzm. 122; 124; 131 dan 133 mendapat judul tambahan "Daud", sedang Mzm. 127 "Salomo".
Berbeda dengan bagian pertama dan kedua, bagian ketiga Kitab Mazmur ini hampir tidak mempunyai catatan pengantar liturgis dan musik (mengenai catatan pengantar, lihat ps. 7 di bawah).
Seperti bagian pertama dan kedua, juga di sini terdapat mazmur-mazmur sisipan atau yang ditambahkan kemudian, yakni Mzm. 86; 94; 100; 101 ("mazmur Daud"), 107; 119; 135; 136 dan 137.
6.3 geauks" M(K6uVUav1
Di atas, kita telah mencatat bahwa Kitab Mazmur terdiri dari kumpulan-kumpulan yang lebih kecil. Kita belum menanyakan siapa-siapakah yang membuat kumpulan itu, kapan, bagaimana terjadinya masing-masing kumpulan dan bagaimana terjadinya pembukuannya sampai selesai. Sayang sekali, hampir semua pertanyaan ini terbukti terlalu besar untuk dapat dijawab dengan pasti. Ada dua hal pokok yang menyulitkan kita: 1) kebanyakan mazmur tidak dapat ditentukan dengan pasti latar belakang sejarahnya. Dalam sejarah penafsiran, muncul dua kutub pendapat: sebagian sarjana beranggapan bahwa sebagian besar mazmur berasal dari zaman sesudah pembuangan dan yang lain sebelumnya; 2) tidak semua mazmur yang termasuk dalam satu kumpulan, berasal dari periode yang sama. Sebagai contoh kita ambil Mzm. 42-49, yakni dari "kumpulan bani Korah yang pertama". Kebanyakan mazmur dari kumpulan ini kemungkinan besar berasal dari periode kerajaan, namun Mzm. 49 agaknya dari zaman sesudah pembuangan. Mengenai arti mazmur yang mempu -nyai judul dengan nama orang, akan kita lihat di bawah (ps. 7).
(Ketuvim). Jadi Ki
bt
1Vlazmur mungkin telah dibukukan sebelum permulaan abad ke-2 sM. Kapan ~ ersis tAhunnya tidak dapat dipastikan.Siapa(-siapakah) yang mengerjakan pembukuan ini? Mungkin oleh kelompok "orang bijak". Hal ini dapat disimpulkan dari adanya sejumlah mazmur kebijaksanaan dalam kitab ini. Bahkan mereka menempatkan salah satu dari puisi kebijaksanaannya sebagai pembukwn kitab Puji-pujian ini (Mzan. 1).
6.4 Tujuan
Mengapa kumpulan-kumpulan mazmur ini dibukukan? Apa latar belakangnya? Apa tujuannya? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak mudah dijawab mengingat tidak jelasnya sifat dan tujuan sejumlah kumpulan. "Kumpulan bani Korah yang pertama" (Mzm. 42-49), misalnya terdiri dari aneka ragam nyanyian yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Mzm. 42-43; 45 dan 49 jelas dikarang tidak dengan tujuan untuk dipakai dalam ibadah seperti halnya Mzm. 46; 47 dan 48. Jadi kita tidak dapat mengatakan bahwa kumpulan aslinya dibuat untuk dipakai dalam ibadah. Arti asli judul "Untuk pemimpin biduan" (Mzm. 42; 45; 49),Inasih belum jelas bagi para ahli. Juga kumpulan-kumpulan mazmur Daud
(Mzm. 3-41; 51-72; 108-110; 138-145); kumpulan Asaf (Mzm. 73-83), kumpulan bani Korah yang kedua (Mzm. 84-85; 87-88) dan kumpulan mazmur ziarah (Mzm. 120-134) tidak jelas tujuan aslinya, karena masing-masing memuat baik mazmur-mazmur yang berlatar belakang ibadat maupun yang bukan. Lain halnya dengan kumpulan mazmur "TUHAN Raja" (Mzm. 93, 95-99) dan kumpulan-kumpulan mazmur "Haleluya" (Mzm. 104-106; 111-118 dan 146-150). Latar belakang ibadat cukup terasa dalam kumpulan-kumpulan ini, baik karena isinya maupun karena seruan-seruannya, terutama "Haleluya".
Mengingat adanya dua kelompok sifat dan tujuan kumpulan-kumpulan ini, maka orang tidak dapat mengatakan bahwa alasan dan tujuan pertama dari pembukuan ini ialah supaya jemaah Yahudi sesudah pembuangan mempunyai suatu buku nyanyian untuk ibadat dalam Bait Suci di Yerusalem. Sekiranya itu tujuan utamanya,maka para pera penyusun tidak akan memasukkan puisi-puisi kebijaksanaan tersebut ke dalam buku ini dan bahkan salah satu puisi itu dipakai sebagai pembukaan Kitab Mazmur. Buku ini diberi judul
tehillim
mungkin untuk mengatakan bahwa mulai sekarang setiap nyanyian yang dipakai untuk menyertai ibadat, harus diambil dari buku ini (bnd. ps. 5. 1). Halini terbukti misalnya dari Mzm. 30. Aslinya mazmur ini adalah suatu nyanyian syukur perseorangan. Dalam zaman Makabe (1 Mak. 4:52-59) nyanyian ini dipakai "untuk penahbisan Bait Suci" (Mzm. 30:1). Lalu apakah gerangan alasan dan tujuan pertama pembukuan ini? Pembukuan kumpulan-kumpulan mazmur itu adalah suatu proses yang terjadi dengan sendirinya. Adanya cukup banyak unsur madah dan doa dalam kitab-kitab kebijaksanaan seperti Ayub, dan Sirakh membuktikan bahwa dalam "sekolah kebijaksanaan" kumpulankumpulan mazrnur itu mendapat tempat yang cukup penting sebagai bahan studi dan meditasi (bnd. Sir. 39:1-6). Dalam keadaan seperti ini tentulah pro-ses pembukuan mazmur-mazmur sangat dibutuhkan. Karena pembukuan terjadi dalam konteks sekolah maka dengan sendirinya tujuan pertamanya bukanlah supaya a~da suatu buku nyanyian untuk ibadat. Pembukuan diadakan supaya kitab
4llim
menjadi salah satu sumber hikmat "sekolah kebijaksanaan".6.5 Penomoran Mazmur
Ada dua tradisi penomoran Mazmur, yang satu menurut Kitab Suci Ibrani dan yang lain menurut terjemahan Septuaginta yang kemudian diikuti oleh Vulgata. Kita perlu mengetahui kedua tradisi penomoran ini, karena sampai sekarang masih terdapat dalam terjemahan-terjemahan modem. Ada yang mengikuti tradisi Ibrani dan ada pula yang menuruti tradisi Septuaginta dengan menyertakan penomoran Ibrani dalam knrung. Perbedaan penomoran tersebut dapat dilihat dalam hal berikut:
Ibrani (LAZ ) Septuaginta/Vulgata
Mzm.l-8 ~ Mzm.l-8
Mzm. 9 dan 10 Mzm. 9 (A dan B)
7
M z m . l l - 11 3 Mzm.10-112 Mzm. 114 dan 115 -fiMzm. 113 (A dan B)Mzm. 116 ~ Mzm. 114 dan 115 Mzm. 117-146 S Mzm. 116-145
~ a
Mzm. 147 ~ Mzm. 146 dan 147 ~ Mzm. 148-150 Mzm. 148-150
Dari pembagian di atas tampak bahwa perbedaan terjadi mulai dengan Mzm. 9. Septuaginta secara tepat memasukkan Mzm. 9 dan 10 sebagai satu mazmur, karena dalam aslinya kedua mazmur ini tersusun menurut abjad Ibrani (lihat ps. 8.6) dan mempunyai perbendaharaan dan gaya bahasa yang sama (lihat tafsiran). Sebaliknya sama sekali tidak tepat menggabungkan Mzm. 114 dan 115 menjadi satu mazmur. Juga agaknya tidak tepat membagi Mzm. 116 menjadi 2 mazmur. Apakah Mamzur 147 dapat dibagi menjadi dua mazmur, hal itu sulit ditentukan.
Lalu berapa jumlah mazmur sebenarnya? Sukar ditentukan. Mzm. 42-43 jelas merupakan satu mazmur. Hal itu dapat dilihat dari refrein (lihat ps. 8.5) dan isinya. Mengapa kedua tradisi ini tidak menghitungnya sebagai satu mazmur, tidak diketahui. Di samping itu masih dipersoalkan apakah beberapa mazmur (mis. 19; 22; 27)a;ang masing-masing dihitung sebagai satu mazmur, sebenarnya tidak terdiri
Zi
dua mazmur. Perlu diingat pula adanya beberapa mazmur ganda yang telah dilihat di atas (ps. 6.2).Dalam tafsiran ini kita mengikuti penomoran Ibrani. .
%
JUDUL-JUDUL MAZMUR
7.1 Pengantar
Istilah-istilah atau keterangan-keterangan lain yang terdapat pada kepala mazmur biasanya disebut "judul". Judul ini terdapat pada 116 mazmur. Ada yang pendek, ada yang cukup panjang.
Dalam banyak hal arti judul judul tersebut tidak pasti. Terjemahannya kebanyakan merupakan perkiraan belaka. Hal itu sudah tampak pada terjemahan-terjemahan yang paling tua, seperti Septuaginta dan Targum. Kitab-kitab ini pun memiliki tafsiran dan istilah-istilah yang berbeda. Hal itu membuktikan bahwa ada judul yang sudah sangat tua. Namun ada judul seperti keterangan-keterangan tentang alat musik dan lagu yang harus digunakan, agaknya berasal dari zaman sesudah pembuangan, barangkali dari lingkungan kaum Lewi yang bertugas sebagai penyanyi-penyanyi dalam ibadat di Bait Suci (bnd. 1 Taw. 23:30; 25:1-2).
Judul judul mazmur selalu mengikuti tata susunan atau urutan. yang berikut: a) untuk pemimpin biduan;
b) istilah atau keterangan mengenai penggunaan alat musik dan lagu; c) istilah-istilah yang menunjukkan semacam "jenis" mazmur dan judul de
ngan nama orang;
d) istilah atau keterangan yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur; e) keterangan tentang latar belakang mazmur.
7.2 Untuk pemimpin biduan
• Aslinya lamnasseakh terdapat sebagai judul pada 55 mazmur. Kecuali dalam Mzm. 88 judul "untuk pemimpin biduan" terdapat sebagai yang pertama. Maksud asli dari kata Ibrani tersebut masih diperdebatkan oleh para ahli. Usul terjemahan yang lain: "supaya dibawakan dengan musik". Terjemahan LAI merupakan terjemahan yang lazim dipakai, namun perlu diingat bahwa Septuaginta dan Vulgata tidak memakai terjemahan tersebut Kedua kitab ini menerjemahkannya masing-masing dengan eis to telos dan ad finem artinya sampai akhir. Tetapi apa maksudnya?
Adalah menarik bahwa semua judul yang menunjukkan penggunaan alat musik dan lagu selalu dijumpai bersama dengan judul "untuk pemimpin biduan". Sebaliknya judul ini dapat berdiri sendiri. Ini mungkin berarti bahwa judul judul musik dan lagu merupakan keterangan-keterangan lebih lanjut atas lamnasseakh. Usul terjemahan "supaya dibawakan dengan musik" tampaknya lebih tepat.
7.3 Istilah atau keterangan mengenai penggunaan musik dan lagu
• Dengan permainan kecapi (aslinya binginot) terdapat pada Mzm. 4; 6; 54; 55; 61; 67; 76. Kata neginot mungkin adalah suatu istilah umum untuk alat-alat musik petik yang terdiri dari kecapi (Ibraninya kinnor) dan gambus (Ibraninya nebel). Dalam Mazmur kedua alat musik petik ini kerap disebut bersama-sama (mis. Mzm. 33:2; 57:9; 92:4). Kecapi adalah suatu alat musik yang dapat dibawa dan dimainkan sambil berjalan. Alat musik ini dimainkan pada berbagai kesempatan, seperti mengantarkan tamu atau keluarga yang berangkat (Kej. 31:27), pada perjamuan (Yes. 5:12), untuk memasukkan nabi dalam ekstase (1 Sam. 10:5; 2 Raj. 3:15), menghibur (1 Sam. 16:16; 18:10), dalam perarakan (2 Sam. 6:5) dan nyanyian syukur (Yes. 38:20). Akan tetapi kecapi tidak digunakan di saat berkabung (bnd. Mzm. 137:2).
• Dengan permainan suling (aslinya 'el hannekhilot) terdapat hanya pada Mzm. 5:1. Namun arti istilah aslinya masih sukar ditentukan. Bahasa Ibrani untuk suling adalah halil
dan 'ugab.
• Menurut lagu: Gitit (Mzm. 8; 81; 84); yang kedelapan (Mzm. 6; 12); Rusa di kala fajar (Mzm. 22); Mutlaben (Mzm. 9); Mahalat (Mzm. 53; 88); merpati di tempat (atau: di pohon-pohon tarbantin) yang jauh (Mzm. 56);
bunga bakung (Mzm. 45; 69); bunga bakung kesaksian (Mzm. 60; 80); jangan memusnahkan (Mzm. 57; 58; 59; 75); dengan lagu: Alamot (Mzm. 46); menurut Yedutun (Mzm. 62; 77). Semua terjemahan kesebelas judul ini tidak pasti. Pada umumnya ditafsirkan sebagai keterangan yang menunjukkan lagu dan cara menyanyikan mazmur-mazmur yang bersangkutan, yakni menurut lagulagu rakyat yang terkenal. Gejala yang serupa terlihat dan muncul kembali dalam sementara nyanyian gerejani.
Judul yang menunjukkan penggunaan alat musik selalu disebut lebih dahulu dari judul yang menunjukkan lagu. Keduanya selalu menyusul judul
untuk pemimpin biduan".
Mazmur-mazmur yang mendapat tambahan judul musik dan lagu terdapat terutama dalam jilid 1-111. Hal ini dapat dimengerti karena doa-doa permohonan perseqrdngan terdapat terutama dalam jilid jilid ini.
7/4
Istilah-istilah yang menunjukkan "jenis" mazmur dan judul dengan nama orang• Nyanyian (aslinya syir): digunakan baik untuk nyanyian rohani maupun profan. Dapat diandaikan bahwa dalam membawakannya juga diiringi dengan musik. Sebagai judul istilah ini biasanya ditemukan bersama istilah mazmur, langsung di depan (Mzm. 48; 66; 83; 88; 108), di belakang (Mzm. 67; 68; 87) atau terpisah oleh keterangan lain (Mzm. 65; 75; 76). Hanya dua kali istilah ini ditemukan tersendiri (Mzm. 18 dan 46). Dari kenyataan ini jelaslah bahwa sukar ditentukan perbedaan antara kedua istilah ini.
• Mazmur (aslinya mizmor): istilah ini ditemukan 57 kali (44 kali tersendiri dan 13 kali bersama "nyanyian"). Adalah menarik bahwa kata "mazmur" digunakan di luar Kitab Mazmur hanya dalam Sirakh 49: 1: "Kenangkenangan akan Yosia adalah laksana dupa campuran ... Di setiap mulut kenang-kenangannya adalah manis' seperti madu dan laksana mazmur ( T B : musik) dalam pesta anggur". Kata kerja bermazmur selalu dipakai dalam hubungan dengan Tuhan. Melihat kenyataan ini kita dapat berkata bahwa kata mazmur mungkin digunakan terutama untuk nyanyian rohani.
•:• Nyanyian pengajaran (aslinya
maskil):
sebagai judul terdapat pada Mzm. 32, 42, 44-45, 52-55, 74, 78, 88, 142 dan pada 47:8. Usul terjemahan LAI memberi kesan bahwa mazmur-mazmur ini mengandung unsur pengajaran. Namun hal ini sama sekali tidak tampak kecuali pada Mzm. 32 dan 78. Ada yang mengusulkan terjemahan: "nyanyian yang tersusun indah dandengan bijak".
• Nyanyian ratapan (aslinya
syiggayon);
terdapat hanya pada Mzm. 7. Terjemahan ini diterima oleh kebanyakan ahli berdasarkan persamaannya dengan katasegu
dalam bahasa Akadis.• Puji-pujian (aslinya
tehillah);
istilah ini yang menjadi judul Kitab Mazmur Ibrani terdapat hanya pada Mzm. 145.• Doa (aslinya
tefilla):
istilah ini terdapat sebagai judul pada Mzm. 17, 86; 90, 102, 142 dan 72:20 (penutup kumpulan mazmur Daud yang kedua). Istilah aslinya mungkin berarti doa yang dipanjatkan dalam kesusahan dan kesesakan. Kerap dijumpai dalam tubuh mazmur (30 kali).
• Nyanyian ziarah (aslinyasyir hamma'alot):
lihat keterangan pada pasa16.2. Itulah judul judul yang menunjukkan "jenis" mazmur. Dari catatan di atas jelaslah bahwa istilah jenis tidak boleh dimengerti dalam arti kata modem (lihat ps. 9). Tidak jelas misalnya mengapa Mzm. 88 mendapat tiga "jenis" judul ("nyanyian", "mazmur" dan "nyanyian pengajaran"); Mzm. 142 dua judul ("nyanyian pengajaran", "doa"). Tidak jelas pula mengapa istilah doa tidak digunakan pada semua doa permohonan yang dipanjatkan dalam kesusahan dan kesesakan.
+ Judul dengan nama orang: dibicarakan bersama dengan judul-judul
"jenis" karena keduanya sebap&gian besar terdapat bersama-sama. Apabila disebut bersama-sama, maka hampir selalu jenisnya disebut lebih dahulu, kecuali dalam Mzm. 32, 44, 45, 46, 47 dan 49 yang pengarangnya lebih dahulu. Kadang-kadang keduanya disebut terpisah seperti dalam Mzm. 30, 46, 88 dan 142. Judul "jenis" dan judul dengan nama orang selalu d,isti~'>~~gan judul n yang n~ u~a ~u~>~lekan penggunaan alat musik dan lagu kecuali dalam Mzm. 46 dan 88.
Ada 102 mazmur yang dalam judulnya memuat nama orang. Perinciannya adalah sebagai berikut: 73 menyebut nama Daud, 12 Asaf, 11 bani Korah (mengenai mazmur-mazmur yang menyebut ketiga nama ini masing-masing, lihat ps. 6.2), 2 Salomo (Mzm. 72 dan 127), 1 Musa (Mzm. 90), 1, Heman
(Mzm. 88), 1 Etam (Mzm. 89) dan 1 Yedutun (Mzm. 39). Judul dengan nama orang ini terdapat terutama dalam Mzm. 1-89 atau jilid 1-111. Hanya ada 8 mazmur yang tidak mempunyai judul itu (Mzm. 1; 2; 10; 33; 43; 66; 67; 71).
Sebaliknya 42 mazmur dari 61 mazmur yang terdapat dalam Mzm. 90 -150 atau dalam jilid IV dan V tidak mempunyai judul dengan nama orang.
Penyebutan nama-nama ini dalam bahasa Ibraninya selalu didahului oleh kata depan
le
yang dapat diterjemahkan dengan 'dari', 'kepada', 'untuk' dan
'tentang'. Bagaimana kata depan
le
ini harus diterjemahkan? Apakah kata depan itu mau menunjukkan pengarangnya ataukah harus diartikan lain? Kita mulai dengan mazmur-mazmur yang menyebut nama Daud, karena selain jumlahnya terbesar juga telah menduduki tempat yang cukup menonjol dalam sejarah penafsiran mazmur.Daud terkenal sebagai penyanyi (Am. 6:5; Sir. 47:8), penyair (2 Sam. 1:17, 19 2Z;_3:3~4) dan pemain musik (1 Sam. 16:16-23; 18:10). Di sam ping itu dia adalah pendorong dan pencinta perayaan ibadat secara meriah (bnd. 1 Taw. 15-16). Dalam hal yang terakhir ini perlu diingat bahwa sang ahli tarikh, yang mengarang kitab-kitab Tawarikh, Ezra dan Nehemia, mengidealisir Daud dan zamannya. Mengingat semuanya ini tidaklah mengherankan bahwa sejumlah besar mazmur menyebut nama Daud dalam judulnya. Daud dilihat sebagai bapak rohani penyair-penyair mazmur. Kemungkinan besar kumpulan-kumpulan pertama terjadi di bawah pengaruhnya. Judul aslinya
ledawid
mungkin berarti 'untuk (menghormati) Daud' atau 'kepada Daud (sebagai kenangan atasnya)'. Setelah zaman pembuangan, kata depan
le
ini ditafsirkan sebagai 'karangan (Daud)', tetapi dalam arti rohani yang lebih dalam. Daud adalah bapak rohani setiap jiwa yang berseru kepada Tuhan. Dalam menggunakan mazmur-mazmur yang bersangkutan sebagai doa, orang teringat kepada peristiwa-peristiwa yang dialami Daud dalam hidupnya. Dalam kejadian-kejadian itu Daud pasti akan mengambil mazmur-mazmur ini untuk doanya (lihat selanjutnya di bawah ps. 7.6). Dalam perjalanan sejarah kenangan akan Daud ini cenderung menjadi lebih kuat. Dalam Septuaginta ada 83 mazmur Daud dan ada banyak tambahan keterangan yang dihubungkan dengan peristiwa hidup Daud, misalnya "ketika orang mengejar dia" (Mzm. 142) dan "terhadap Goliat" (Mzm. 143).argumen-argumen yang disimpulkan dari kedua mazmur itu tidak terlalu meyakinkan. Mzm. 18:7 bahkan menyebut Bait Suci.
Tafsiran ledawid yang diberikan di atas tidak bertentangan dengan semangat atau mengurangi kekuatan argumen beberapa pemyataan Perjanjian Baru yang secara eksplisit menyebut Daud sebagai pengarang Mazmur (Mrk. 12:36 dan paralel; Kis. 1:16; 2:25, 34; 4:25; Rm. 4:6). Yesus dan para rasul mengikuti pandangan zamannya bahwa mazmur-mazmur tersebut adalah karangan Daud dan bersifat mesianis. Para pendengar zaman itu telah menangkap pesannya. Itulah yang pokok dan yang kita terima dalam iman.
Bagaimana kata- depan le harus ditafsirkan dalam hubungannya dengan nama-nama lain? Nama Asaf disebut dalam Kitab Tawarikh (1 Taw. 6:39; 16:5; 25: 1) sebagai salah satu pemimpin penyanyi yang ditugaskan oleh Daud untuk melayani Tuhan dengan nyanyian-nyanyian syukur dan puji-pujian. Sesudah zaman pembuangan anak-anaknya kembali menjadi penyanyi di Bait Suci di Yerusalem (Ezr. 2:41). Asaf yang disebut dalam judul judul mazmur (Mzm. 50; 73-83) agaknya adalah Asaf penyanyi ini. Meskipun latar bela
kang sejarah mazmur sukar ditentukan, namun Asaf kiranya bukanlah penyair Mzm. 74 dan 79 yang kemungkinan besar mengandaikan keruntuhan Yerusalem (586 sM). Dengan demikian judul "Mazmur AsaP' haruslah ditafsirkan sebagai mazmur yang dikarang oleh salah seorang anggota keluarga keturunan Asaf atau yang termasuk dalam kumpulan nyanyian dari keluarga penyanyi ini. Hal yang sama haruslah dikatakan mengenai judul "mazmur bani Korah" (Mzm. 42-49; 84-85; 87-88). Bani Korah bertugas pertama sebagai penjaga pintu (1 Taw. 9:19; 26:1, 19), lalu kemudian sebagai penyanyi (2 Taw. 20:19). Mereka mungkin bahkan berjuang untuk masuk dalam jabatan imam (Bil. 16:1a, 2b-11, 16-24, 27a, 35).
Mzm. 88 dan 89 disebut masing-masing sebagai nyanyian pengajaran Heman dan Etan, kedua-duanya orang Ezrahi. Dalam 1 Raja-raja 5:11 (LAI 4:3 1) kedua orang ini disebut sebagai orang bijak. Mereka bukan orang Israel, melainkan orang Kanaan. Dalam 1 Tawarikh 6:33, 44, 15:19 kedua nama ini muncul kembali bersama Asaf sebagai pemimpin penyanyi. Dalam 1 Tawa
rikh 25:1 nama Etan tidak disebut; sebagai gantinya muncul nama Yedutun (Mzm. 39). Dalam 2 Tawarikh 5:12 Asaf, Heman dan Yedutun disebut kembali bersama-sama sebagai penyanyi-penyanyi Salomo. Masuknya kedua orang bijak Kanaan ini, yakni Heman dan Etan ke dalam kelompok penyanyi Daud dan Salomo mungkin termasuk salah satu unsur politik keagamaan Daud
setelah ia merebut Yerusalem dari orang Yebusy. Bagaimanapun juga kenangan akan kedua orang ini tidak terlupakan sampai mereka disebut sebagai pengarang kehormatan kedua mazmur itu. Mzm. 88 kemudian diambil oleh keluarga penyanyi Korah ke dalam kumpulannya. Sebaliknya Mzm. 39 yang mengenang Yedutun dimasukkan dalam kumpulan mazmur Daud.
Kata depan le di muka nama Musa dalam judul Mzm. 90 haruslah ditafsirkan sebagai penunjukan nama pengarang. Namun semua ahli sepakat bahwa Mzm. 90 tidak mungkin berasal dari zaman Musa. Mazmur ini adalah doa seorang yang telah berpengalaman dalam hidup dan yang telah mengalami sendiri pahit getimya hidup. Mungkin karena itu dia ditempatkan dalam mulut Musa.
Akhimya kata depan le di muka nama Salomo pada Mzm. 72 dan 127 juga haruslah ditafsirkan sebagai menunjukkan pengarangnya. Pada Mzm. 72 judul ini, yang tidakAerdapat pada beberapa manuskrip, pastilah merupakan suatu tambahan dan agaknya berdasarkan ayat 1, 8, 10 dan 15. Judul pada Mzm. 127 juga pasti merupakan suatu tambahan. Kata "rumah" pada ayat 1 ditafsirkan sebagai "Bait Suci".
7.5 Istilah-istilah yang menunjukkan penggunaan liturgis mazmur
Untuk korban syukur (aslinya letoda): terdapat pada Mzm. 100. Keterangan ini diberikan berdasarkan ayat 4. Korban syukur yang dimaksud di sini agaknya bukan yang bersifat perseorangan (bnd. Im. 7:12-15), melainkan jemaah (bnd. 2 Taw. 29:31).
•:• Nyanyian untuk penahbisan Bait Suci (aslinya syir hanukkat); terdapat pada Mzm. 30 (lihat keterangan pada ps. 6.4).
:• Nyanyian untuk hari Sabat (aslinya syir leyom hassabat): terdapat pada Mzm. 92. Tidak dapat disimpulkan bahwa nyanyian ini aslinya dikarang untuk hari sabat.
Dalam Septuaginta judul dengan nama hari masih diberikan pada beberapa mazmur lain: Mzm. 24, untuk hari Minggu; 48, untuk hari Senin; 94, untuk hari Selasa dan 93, untuk hari Jumat.
7 .6 Ketera nga n tenta ng la tar bela ka ng mazmur
Dalam 14 mazmur (Mzm. 3; 7; 18; 34; 51; 52; 53; 54; 56; 57; 59; 60; 63; 102 dan 142) kita menjumpai keterangan yang cukup panjang tentang latar belakang dari mazmur-mazmur yang bersangkutan. Kecuali Mzm. 102 ketiga belas mazmur-mazmur yang lain dihubungkan dengan Daud dan ditafsirkan sebagai "karangan Daud" atau bisa juga "digunakan sebagai doa oleh Daud". Mazmur-mazmur ini dihubungkan dengan salah satu peristiwa dalam hidup Daud seperti yang dapat dibaca dalam Kitab Samuel. Mzm. 38 dihubungkan dengan suatu perbuatan kultis Raja Daud yang dapat terjadi berulangkali.
Apabila kita membandingkan keterangan sejarah pada judul mazmur dengan mazmur yang bersangkutan, maka pada hampir semua mazmur sukar sekali disimpulkan dari kata-katanya kejadian yang disebutkan dalam judul itu. Bahkan ada mazmur yang menyebut Bait Suci yang belum ada pada zaman pemerintahan Daud (Mzm. 18:7; 52:10; bnd. 51:16-19). Dapat ditanyakan apakah Mzm. 60 yang menyebut penderitaan hebat yang dialami Israel (kekalahan di Edom?) mungkin berasal dari zaman Daud. Dari kenyataankenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa judul ledawid pada mazmur-mazmur ini tidaklah boleh ditafsirkan sebagai menunjukkan pengarang dalam arti modern.
7.7 Istilah-istilah musik dalam tubuh mazmur
Meskipun tidak termasuk judul, baiklah di sini dibicarakan dua istilah yang, walaupun terdapat dalam tubuh mazmur, mempunyai fungsi yang serupa dengan judul. Kedua istilah itu ialah sela (aslinya sela) dan higayon (aslinya higgayon).
Sela dijumpai dalam 39 mazmur dan seluruhnya berjumlah 71 kali. Ke cuali pada Mzm. 140 dan 143 seluruhnya terdapat pada mazmur-mazmur dalam jilid 1-111. Di luar mazmur terdapat hanya pada Habakuk 3:3, 9, 13. Pada beberapa mazmur istilah ini dijumpai pula sampai 3 kali (Mzm. 3; 32; 46; 66; 68; 77) dan pada Mzm. 89 bahkan sampai 4 kali.
Berbagai tafsiran telah diberikan kepada istilah ini, terutama karena tidak jelas akar katanya. Septuaginta menerjemahkannya dengan diapsalma artinya 'selingan musik'. Tafsiran-tafsiran modern mengartikannya dengan: 1) perhentian untuk menaikkan nada lagu ta s,~r a; a.) perhe ian untuk meng angkat mata dan mengulang kembali~ ~ ) ~ 1aba-ala bag~ umat agar membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan. Sela dapat dibandingkan
t dengan rak_'at-daimrr salat dalam agama Islam.
Higayon terdapat hanya dalam Mzm. 9:17 dan bersamaan dengan sela. Akar katanya ialah haga dan dapat berarti 1) menggeram (Yes. 31:4); 2) menciap-ciap (Yes. 38:14); 3) mengeluh dan mengaduh (Yes. 16:7); 4) mendaras dengan suara halus (Mzm. 1:2). Kata Haga dapat pula berarti merenungkan dan higgayon; renungan (Mzm. 19:15; Rat. 3:62). Dalam Mzm. 92:4 kata higgayon dihubungkan dengan kecapi, sehingga harus diterjemahkan "dengan iringan kecapi". Melihat semuanya itu istilah higgayon dalam Mzm. 9:17 mungkin berarti: saat istirahat untuk renungan dan diiringi dengan kecapi.
7.8 Nilai judul dan keterangan lain untuk pengertian mazmur
Dari tinjauan di atas dapatlah dilihat bahwa judul judul yang terdapat pada kepala mazmur bukanlah suatu pengantar kepada isi mazmur. Antara judul dan isi tidak ada hubungan pengertian tentang isi. Walaupun demikian, judul dan keterangan yang lain yang terdapat dalam mazmur memberikan kita suatu pengertian yang lebih mendalam tentang Kitab Mazmur, yakni 1) tentang terjadinya kitab ini (lihat ps. 6.2 dan 6.3); 2) tentang hubungannya dengan liturgi Israel; dan 3) tentang bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu agaknya dibawakan.
bahkan oleh orang yang mengatakan bahwa nama-nama itu ditambahkan pada tahap terakhir redaksi sebagai penafsiran yang bersifat midrasy.
Hubungan antara mazmur dan liturgi adalah jelas dengan sendirinya dari judul judul liturgis. Sebaliknya judul judul musik dan lagu belum tentu me nunjukkan hubungan suatu mazmur dengan liturgi. Namun dari perbandingan dengan Kitab Tawarikh, kita dapat menyimpulkan bahwa judul judul ini ditambahkan dalam hubungan dengan penggunaan liturgisnya. Tawarikh secara jelas menyebutkan alat-alat musik manakah yang harus digunakan dalam liturgi (bnd. 1 Taw. 15:19-21; 2 Taw. 7:6) dan mazmur kerap disebut dalam hubungan ini (bnd. 1 Taw. 16:41;42; 2 Taw. 5:11-14; 7:6). Jadi judul judul musik dan lagu ini ditambahkan ketika mazmur-mazmur itu secara resmi diterima dalam liturgi. Hal ini diperkuat lagi oleh kenyataan bahwa judul-judul tersebut dengan satu-dua kekecualian (yakni Mzm. 109; 139; 140) terdapat hanya dalam ketiga jilid yang pertama (Mzm. 3-89). Mzm. 90-150 tidak membutuhkan tambahan ini karena penggunaannya dalam liturgi cukup jelas.
Bagaimana mazmur-mazmur itu harus dibawakan? Dari judul judul itu je las bahwa mazmur dan musik, mazmur dan nyanyian, tidak dapat dipisahkan. Sayang, mengenai bagaimana mazmur-mazmur itu dahulu dinyanyikan, tidak dapat diketahui lagi.
Sela dan higayon menunjukkan bahwa ada unsur istirahat dalam membawakan mazmur: atau untuk meresapkan dan merenungkan ayat-ayat pokok atau untuk bersujud dan menyembah Tuhan.
8 "
PUISI MAZMUR 8 .1 Apakah puisi itu?Mazmur berbentuk puisi. Namun apakah puisi itu? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Karena tidak ada satu definisi pun yang dapat memuaskan semua orang dan mengungkapkan secara tepat keanekaragaman fenomena puisi itu dari segala zaman dan tempat, maka di bawah ini kami mencoba menjelaskannya dalam beberapa kalimat. Puisi adalah suatu fenomena bahasa. Puisi adalah bahasa dalam bahasa, kata dalam kata. Dia bukan saja bekerja dengan kata, tetapi menciptakan kata. Dalam puisi, bahasa bukan saja sarana pengungkapan, tetapi juga isi pengungkapan. Seorang penyair berjuang dengan kata-kata untuk mengungkapkan pengalaman dan pengamatannya. Apa yang dikatakan seorang penyair selalu mengandung bekas dari apa yang tak dikatakan. Dia ingin mendekati kenyataan yang dialaminya secara penuh, namun selalu terhalang oleh kata-kata. Persoalan puisi ialah "berhasil mengatakan apa yang ia katakan dengan cara yang demikian rupa, sehingga dalam waktu yang sama ia menyampaikan apa yang tidak dapat dikatakan" (Jean Claude Renard).
Puisi sebagai bahasa dalam bahasa, kata dalam kata, juga mempunyai sarana. Sarana-sarananya yang terutama ialah irama, bahasa gambaran dan seni bunyi. Mereka berfungsi bukan saja sebagai sarana, tetapi isi pengungkapan. Dalam puisi pengarang ingin berbicara kepada manusia bukan pertama kepada pikirannya, tetapi kepada segala daya kemampuan insaninya. Dia ingin menyentuh segala dawai insani kita untuk memuja kebenaran dan merasakan keindahannya.
Mazmur adalah suatu buku kumpulan puisi-puisi. Pengarangnya banyak. Tidaklah mengherankan bahwa mutu puisi-puisinya sangat berbeda-beda; ada yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang dikatakan rendah. Kesempurnaan bukanlah sesuatu yang insani.
8 .2 Ira ma puisi Ibra ni
a) Puisi terdiri dari baris-baris (nama lain untuk baris ialah larik, kolon atau stikhus). Setiap ayat puisi Ibrani pada umumnya terdiri dari dua baris atau bikolase, tetapi kadang-kadang juga tiga baris atau trikolase. Apabila dalam satu ayat ada empat baris, maka hal itu menunjukkan bahwa ayat itu terdiri dari dua bikolase atau mungkin juga trikolase serta baris terakhir membentuk bikolase dengan baris pertama dari ayat yang berikut. Dalam Alkitab baris kedua dicetak sedikit lebih ke dalam, sedang apabila ada trikolase baris ketiga dicetak sejajar dengan baris kedua.
Puisi Ibrani mengenal dua macam irama, yakni irama tekanan suku kata dan irama arti. Para ahli yang meneliti teks aslinya mengalami banyak persoalan dalam menentukan bentuk irama tekanan kata dalam puisi Ibrani, terutama dalam mazmur. Hal itu disebabkan karena tidak diketahui lagi ucapan asli kata-kata Ibraninya. Tradisi ucapan yang sekarang kita miliki berasal dari abad ke-10 M, pada saat bahasa Ibrani sudah menjadi bahasa mati. Dan apakah gerangan ada ucapan asli dari suatu kumpulan puisi yang mewakili suatu kurun waktu yang berabad-abad? Alasan lain yang menyebabkan kesukaran menentukan irama tekanan kata ialah bahwa teks Ibrani yang kita miliki sekarang ini banyak yang rusak. Karena rusak para penyalin kadangkadang tidak segan menyelipkan keterangan tambahan.
Meskipun ada persoalan-persoalan tersebut, para ahli pada umumnya sepakat dan mengakui adanya irama tekanan kata dalam puisi Ibrani. Setiap baris dapat terdiri dari 2, 3 atau 4 tekanan suku kata, sehingga apabila ada
bikolase bentuknya dapat menjadi sebagai berikut: 2 + 2, 3 + 3, 4 + 4,4 + 3, 3 + 4, 3 + 2. Hal di atas dapat kita pakai sebagai pedoman untuk menilai suatu terjemahan puisi dengan tepat.
b) Hal yang lebih penting dalam usaha mengerti mazmur ialah mengenal ira ma artinya. Hal ini dapat dialihkan dalam suatu terjemahan, sehingga kita da pat menikmati keindahannya.
Yang dimaksud dengan irama arti ialah kesejajaran atau perimbangan gagasan atau pikiran antar-baris. Istilah yang lebih terkenal ialah paralelisme
atau parallelismus membrorum. Paralelisme ini termasuk ciri khas bukan saja dari puisi Ibrani, tetapi puisi Semit pada umumnya. Paralelisme ini tampak dalam empat macam bentuk.
1) Paralelisme yang sinonim (= searti), artinya gagasan dalam baris pertama (disebut pula_k9lsma) diperdalam dalam baris kedua (disebut pula kolon b) dengarrkata-kata lain.
Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka, dan membuang tali-tali mereka dari kita (2:3)
Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan dan bukit-bukit seperti anak domba (114:4).
2) Paralelisme yz* antitesis, artinya baris kedua menegaskan gagasan dari baris pertama dari sudut yang berlawanan:
Mereka rebah dan jatuh,
tetapi kita bangun berdiri dan tetap tegak (20:9)
Sesungguhnya, orang-orang yang diberkati-Nya akan mewarisi negeri, tetapi orang-orang yang dikutuk-Nya akan dilenyapkan (37:22).
3) Paralelisme yang sintetis, artinya baris kedua melanjutkan atau melengkapi gagasan dalam baris pertama:
Akulah yang telah mglantik raja-Ku, i Sio gunung-Ku
yang kudus (2:6) .
Ketika TuHa.tv memulihkan keadaan Sion,
keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi (126: 1).
4) Paralelisme perbandingan, artinya baris yang satu memperjelas gagasan
dalam baris yang lain melalui suatu perbandingan: - ~Zd?c L%n"'„ye) u*AA-Seperti rusa
yang merindukan sungai yang berair, & - l - O V ' L L i ( ' " 1 demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah (42:2).
Sesungguhnya, orang ini hamil dengan kejahatan ia mengandung kelaliman
dan melahirkan dusta (7:15).
Bersorak-soraklah bagi TuxnN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TtrtuN dengan sukacita,
datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai (100:1b-2)
Dari kedua contoh di atas, kita•dapat melihat bahwa di sini bukan saja terdapat paralelisme yang sinonim, tetapi juga ada perkembangan pikiran dari
baris yang satu ke baris yang lain.
Dalam menciptakan paralelisme itu para pengarang mazmur tidak jarang
memperhatikan pula unsur keindahan dan ingatan seperti misalnya dalam bentuk khiasme (= menyilang, seperti dalam tanda kali x) artinya: bagian pertama baris pertama bersilang dengan bagian kedua baris kedua dan sebaliknya:
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu,
menurut rahmat-Mu yang besar hapuskanlah pelanggaranku! (TB hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar). Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku
dan dari dosaku tahirkanlah aku! (51:3-4) (TB dan tahirkanlah aku dari dosaku!). Janganlah percaya kepada pemerasan,
kepada perampasan janganlah menaruh harap yang sia-sia; (TB janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan)
Apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya (62:11).
Sayang bentuk khiasme ini tidak selalu dapat dialihkan dalam suatu terje mahan seperti dalam terjemahan baru Alkitab LAI.
Di samping keindahan, para pengarang mazmur juga dapat menciptakan
semacam rasa ketegangan (suspense) pada kita dengan suatu paralelisme sinonim yang disebut paralelisme yang menanjak; objeknya disebutkan pada baris kedua dan semakin diperjelas lagi pada baris ketiga.
Sungai-sungai telah mengangkat, ya TuHaN,
sungai-sungai telah mengangkat suaranya,
sungai-sungai (telah) mengangkat bunyi hempasannya (93:3)
Kadang-kadang paralelisme itu terdapat antar dua bikolase atau bahkan lebih. Gagasan yang sama diulang atau diperdalam dalam bikolase(-bikolase) yang berikut dengan kata-kata lain:
Bersyukurlah kepada Tui-ia,N, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bemyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya,
perc. apkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
Ue _•• •. .. di dalam nama-Nya yang kudus, ` '
biarlah bersuka hati orang-orang yang mencari TuFtnN!
(105:1-3; bnd. selanjutnya 19:8-9; 29:1-2; 33:14-15; 40:17; 118:8-9; 124:1-5;, 127:1; 130:1-2).
c) Perlu dicatat di sini bahwa ada baris uisi mazmur yang berdiri sendiri atau tidak paralel dengan baris yang ~=xUWa. Hal ini tampak secara menyolok pada Mzm. 111 dan 112 dalam hampir semua ayatnya. Namun dalam bahasa aslinya kedua mazmur ini mempunyai bentuk seni yang lain, yakni setiap baris dimulai dengan huruf baru menurut urutan abjad (lihat di bawah ad. 6).
8.3 Bahasa gambaran
a) Komunikasi puisi melewati dan terus-menerus melewati suatu persim pangan jalan yang tidak ternilai dayanya untuk pernafasan manusia, yakni bahasa gambaran. Bahasa gambaran termasuk jantung hati puisi. Semakin dalam pengalaman manusia, semakin besar kebutuhannya akan bahasa gambaran. Kebutuhan ini semakin terasa lagi apabila pengalaman yang akan disampaikan itu merupakan pengalaman iman, seperti halnya dalam mazmur. Dengan memakai bahasa gambaran, perbedaan antara dunia pengalaman dan apa yang dikatakan mengenai Tuhan tetap ada, tetapi hal itu tidak lagi menjadi halangan. Bahasa gambaran memberikan rangsangan untuk melihat, berpikir, merasakan dan mengalami kembali.
Puisi adalah seni kata yang secara fundamental berakar dan diambil dari pengalaman. Bahasa gambaran puisi mazmur dengan sendirinya diambil dan terikat dengan keadaan geografi Palestina dan dunia sekitar yang dikenalnya, keadaan iklim, flora dan faunanya, kebiasaan dan cara hidupnya, pandangan hidup dan sejarahnya. Pendeknya, bahasa gambaran itu diambil dan terikat pada pengalaman hidup mereka yang konkrit dalam arti yang sepenuh-penuhnya.
Tuhan dengan "tanah yang kering dan tandus, tiada air" (Mzm. 6~: 2,; 143:6). Juga dalam gambaran ini Tuhan dilihat sebagai sumber air yang hidup. Keke ringan kerap menimpa Palestina dan kesuburan tanahnya yang tandus bergantung semata dari hujan yang hanya sedikit.
Dengan sangat indah pengarang Mzm. 23 menggambarkan dan menyanyikan perlindungan, bimbingan dan kekuatan yang dilimpahkan Tuhan kepadanya di tengah segala marabahaya dengan gaya metafora, "TUHAN adalah gembala-Ku". Gaya bahasa metafora ini jelas diambil dari lingkungan Palestina dan dunia Timur Tengah kuno. Peternakan domba dan kambing termasuk mata pencaharian utama, dan seorang gembala yang baik mengenal, membimbing, membela domba-dombanya dan bahkan menyerahkan nyawanya untuk mereka (bnd. Yoh. 10). Menarik bahwa dalam mazmur ini gambaran gembala disatukan dengan gambaran "tuan rumah yang menyediakan jamuan besar bagi tamunya."
Dalam Mzm. 62 pengalaman yang serupa dilukiskan dengan gaya bahasa metafora "gunung batu" dan "kota benteng".
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. (ayat 3, 7; bnd. 18:3; 31:4).
Gambaran ini jelas diambil dari keadaan tanah Palestina yang bergunung gunung dan banyak bukit batunya. Bukit batu adalah tempat perlindungan alamiah dari serangan musuh (bnd. Hak. 15:8, 11, 13; 20:45, 47; 1 Sam. 14:4-5).
Kesendirian dan keterasingan seorang yang sakit keras dilukiskan pengarang Mzm. 102 dengan gambaran yang cukup mengesankan:
Sebab hari-hariku habis seperti asap, tulang-tulangku membara seperti perapian.
Hatiku terpukul dan layu seperti rumput, sehingga aku lupa makan rotiku.
Oleh sebab keluhanku yang nyaring, aku tinggal tulang-belulang.
Aku sudah menyerupai burung undan di padang gurun, sudah menjadi seperti burung ponggok pada reruntuhan. Aku tidak bisa tidur dan sudah menjadi
seperti burung terpencil di atas sotoh (ayat 4-8).
Mungkin perbandingan yang paling mengesankan dari lukisan di atas ialah "menyerupai burung undan di padang gtuun", "seperti burung ponggok pada reruntuhan" dan "seperti burung terpencil di atas sotoh". Burung undan adalah
sebangsa pelikan yang hidup di air; burung ponggok adalah sebangsa elang malam. Dalam gambaran ini kedua jenis burung ini berada di tempat di mana tidak ada hidup bagi mereka. Gambaran yang terakhir jelas menunjukkan keterasingan. Perhatikanlah burung-burung di atas sotoh rumah!
c) Kita masih dapat memperbanyak contoh untuk menunjukkan kekuatan dan kekayaan bahasa gambaran dalam mengungkapkan pengalaman-pengalaman manusia, untuk menjelaskan hubungan bahasa gambaran dengan dunia pengalaman sehari-hari dan akhirnya untuk menerangkan bentuk-bentuk literer ba hasa gambaran seperti perbandingan, metafora, alegori (Mzm. 80) dan personifikasi (Mzm. 65:12-14). Puisi mazmur cukup kaya dengan bahasa gambaran. Namun baiklah kita melihat sebentar pe0angan yang kerap dijumpai dalam nyanyian-nyanyian pujian, yakni undangan kepada seluruh ciptaan untuk bersoA-sorai dan memuji Tuhan (Mzm. 96:11-13; 97:1; 98:7-8; 148; 150:6). Bagi para pengarang mazmur semesta alam ini tidak bisu, meskipun alam semesta tidak mempunyai suara (Mzm. 19:1-4). Mereka menceritakan dan memberitakan keagungan Allah. Hanya orang yang menyukai dan mere nungkan perbuatan-perbuatan Tuhan yang dapat menyuarakan pujian seluruh ciptaan ini (Mzm. 111:2). Orang-orang ini mendengar suara Tuhan dalam badai dan taufan (Mzm. 29) dan melihat kebesaran-Nya dalam segala ciptaan-Nya (Mzm. 104). Dari sebab itu,mereka berseru kepada seluruh ciptaan, kepada "segala yang bemafas" (Mzm. 150:6) untuk memuji Tuhan. Seruan ini keluar dari pengalarnan emosional yang mendalam, namun bukan tanpa isi intelektual dan berakar pada stniktttr di bawah sadar jiwa manusia.
8.4 Seni bunyi
Puisi mazmur juga mengenal seni bunyi atau "musik kata". Kadang-kadang seorang penyair memperhatikan bunyi kata-kata untuk mendukung isi dan/atau pesan yang mau disampaikan. Penyair juga mau menyentuh pendengaran manusia. Bentuk-bentuk seni bunyi itu, di samping irama tekanan kata, ialah aliterasi (persamaan bunyi dan gema konsonan-konsonan dan kumpulan konsonan-konsonan), asonansi (persamaan bunyi vokal) dan sajak (persamaan bunyi pada akhir atau awal baris).
Ada sejumlah mazmur yang yang memiliki "musik kata" yang cukup menge sankan (mis. Mzm. 93). Sayang, hal ini tidak dapat dialih-bunyikan dalam suatu terjemahan.
_
-, 8.5 Bait 1Seperti prosa mengenal pembagian
dalam alinea (paragraf), demikian pula
puisi dalam bait. bait. Menurut pengertian umum bait adalah bagian puisi yang mempunyai kesatuan isi dan terdiri atas sejumlah larik yang sama panjangnya dan sama susunan serta iramanya. Dalam nyanyian setiap bait mempunyai lagu lengkap. Pengertian ini tidak berlaku sepenuhnya untuk puisi mazmur. Bait-bait suatu puisi Ibrani bisa berbeda panjang, susunan dan iramanya.
Pada umumnya semua ahli sepakat bahwa puisi mazmur mengenal pembaitan. Hal ini dapat dibuktikan antara lain dari:
1. adanya refren yang terdapat pada kurang lebih 15 mazmur (Mzm. 8; 39; 42-43; 46; 49; 56; 57; 59; 62; 67; 80; 99; 107; 136; 144). Penggunaan dan bentuk-bentuk refren pada mazmur-mazmur ini cukup berbeda satu sama lain. Ada refren yang kembali sesudah sejumlah baris yang sama (Mzm. 46; 67; 99), tetapi ada yang tidak (mis. Mzm. 8; 49; 80; 107). Bentuk refren yang paling khas terdapat pada Mzm. 136. Refrennya diulang sesudah setiap larik.