• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Hasil Kerja Praktek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Hasil Kerja Praktek"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Jurusan Fisika merupakan salah satu jurusan di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam ITS yang berupaya mengembangkan sumber daya manusia serta Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dengan mendidik mahasiswa menjadi manusia

Indonesia yang bermutu dan inovatif baik secara intelegen maupun skill yang menerapkan

ilmu yang diajarkan pada perkuliahan untuk menjawab permasalahan yang ada di Indonesia.

Matakuliah yang diberikan dalam perkuliahan di Jurusan Fisika bertujuan untuk membekali

mahasiswa dalam menjawab permasalahan tersebut ketika lulus nanti. Salah satu mata kuliah

tersebut ialah Coop Penelitian/kerja Praktek yang bertujuan untuk memberikan wawasan dan

gambaran nyata di lapangan kepada mahasiswa serta pembelajaran/pengalaman penerapan

ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Diharapkan kerja praktek ini dapat

meningkatkan wawasan, keahlian dan keterampilan mahasiswa untuk menjawab

permasalahan yang ada.

Krisis energi merupakan permasalahn yang dialami hampir semua negara di dunia

termasuk Indonesia. Cadangan energi di indonesia terutama energi fosil (minyak bumi dan

batubara) semakin hari semakin menyusut. Hal ini juga diperparah dengan pemborosan dalam

penggunaan energi fosil. Penduduk yang semakin meningkat juga menyebabkan ketersediaan

energi fosil semakin berkurang karena konsumsi energi per kapita akan meningkat.

Penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan tanpa kendali dapat mengakibatkan

pemanasan global yang disebabkan semakin banyaknya kandungan CO2 di udara. Untuk

mengurangi emisi gas CO2 bisa dengan cara membatasi penggunaan energi fosil. Salah satu

solusi untuk mengatasi kelangkaan energi fosil dan pemanasan global adalah penggunaan

energi terbarukan yang ramah lingkungan sebagai sumber energi alternatif. Penggunaan

energi terbarukan ini tentunya juga harus memperhatikan lingkungan, ketersediaan sumber

daya serta teknologi untuk mengkonversi. Oleh karena itu dibuatlah undang-undang Nomor

27 Tahun 2003, mengenai sumber energi geothermal. Sumber energi geothermal adalah

sumber energi panas bumi yang cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya

yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) terjaga. Energi

(2)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 2 kebutuhan energi domestik akan semakin maksimal, dengan demikian energi panas bumi

akan menjadi energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan

Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis. Dan Indonesia sendiri merupakan

negara yang memiliki potensi Geothermal terbesar di dunia dengan cadangan sekitar 40%

dari cadangan energi panas bumi dunia. Di sisi lain sesuai dengan Peraturan Presiden RI

Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) bahwa pemanfaatan panas

bumi ditargetkan menjadi energi primer yang optimal dengan pemanfaatan lebih dari 17 %

pada tahun 2025. Badan Geologi Kementrian ESDM pada Desember 2012 menyatakan

bahwa energi potensi dari geotermal dengan 299 total lokasi di seluruh Indonesia adalah

sebesar 28.617 Mwe. Jumlah ini terbagi dalam 12.133 Mwe sumber daya, 16.484 Mwe.

Dimana cadangan itu terbagi menjadi 13.373 Mwe masih terduga, 823 Mwe masih mungkin,

dan 2.288 Mwe yang terbukti. Dari total potensi yang telah terbukti baru 1.341 Mwe yang

termanfaatkan.

Tabel 1.1 Informasi Potensi Panas Bumi di Indonesia

Dengan demikian energi panas bumi tersebut perlu untuk dipelajari lebih lanjut untuk

(3)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 3 pengembangannya di industri. Oleh karena itu dalam Coop Penelitian/Kerja Praktek ini

diambil tema monitoring panas bumi dengan micro earthquake untuk studi lanjut mengenai

pengembangan panas bumi serta penerapan seismologi pada panas bumi. Kerja praktek ini

dilakukan di PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG, karena

perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang

pemanfaatan energi panas bumi. Selain itu, PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

AREA KAMOJANG juga sedang aktif melakukan penelitian dan pengemabangan metode

microearthquake (MEQ) untuk memonitor produksi panas bumi.

1.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan yang ingin dicapai pada kerja praktek ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan khusus dilakukanya kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan pengalaman dalam suatu lingkungan kerja dan mendapat

peluang untuk berlatih menangani permasalahannya.

2. Mendapatkan pengalaman dalam bersosialisasi dengan lingkungan kerja.

3. Mengetahui penggunaan ilmu Fisika (Fisika Bumi) dalam dunia kerja.

4. Membuat masukan positif dalam rangka continuous process improvement secara

langsung maupun tidak langsung dari pelaksanaan KP.

5. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang mendukung penelitian Tugas

Akhir.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dilakukannya kerja praktek ini ialah untuk mempelajari Microearthquake

(MEQ) untuk monitoring panas bumi dan sistem panas bumi yang terdapat di PT.

PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY secara spesifik serta aplikasi MEQ diantaranya:

relokasi hiposenter gempa, Passive Seismic Tomography, dan Moment Tensor

(4)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 4 1.3 Manfaat Kerja Praktek

Kegiatan kerja praktek ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai sarana pengenalan dan pembelajaran tentang kenyataan yang ada dalam dunia

industri, sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah di dapat

dalam bidang industri.

2. Kerja praktek yang dilakukan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan

tentang realita dunia kerja serta mampu mengaplikasikan ilmu Fisika (Fisika Bumi)

secara nyata.

3. Mampu menghasilkan lulusan yang profesional dalam bidang yang dikuasai dan

dapat membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan dunia kerja

serta instansi yang bersangkutan.

4. Mahengetahui cara monitoring kondisi reservoir geothermal dengan microearthquake

(MEQ) beserta pengolahan datanya, dan mengetahui sistem panas bumi di daerah

penelitian, serta mengetahui pemanfaatan geothermal sebagai pembangkit listrik.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup permasalahan yang dibahas pada kerja praktek ini adalah energi panas bumi sebagai energi terbarukan dan pemanfaatannya, industri panas bumi di PGE area Kamojang,

Geologi setting area Kamojang, sistem panas bumi area Kamojang, dan monitoring Panas

Bumi dengan micro earthquake (MEQ) dan beberapa aplikasinya khususnya menentukan

lokasi hiposenter MEQ.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab dan lampiran. Secara garis besar

masing-masing bab akan membahas hal-hal sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tetntang latar belakang, tujuan, ruang lingkup masalah serta

sistematika penulisan

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

(5)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 5 KAMOJANG serta sejarah singkat perusahaan tersebut.

BAB III : PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Bab ini berisi time line kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek beserta

beberapa dokumentasinya.

BAB IV : HASILPELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Pada bab ini dijelaskan hasil kerja praktek yaitu teori-teori yang didapat dalam

studi literatur, presentasi dan pembimbingan serta hasil pengolahan data MEQ

untuk menentukan lokasi gempa mikro.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari kerja praktek yang telah dilakukan.

(6)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 6 BAB II

GAMBARAN UMUM

PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)

2.1 Pertamina Geothermal Energy (PGE)

Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan PT Pertamina (Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan 14 Wilayah

Kerja Pengusahaan Geothermal di Indonesia. Perusahaan yang menyediakan energy tanpa

polusi ini, 90% sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 10% dimiliiki oleh PT

Pertamina Dana Ventura. Era baru bagi energi geothermal diawali dengan peresmian

Lapangan Geothermal kamojang pada tanggal 29 Januari 1983 dan diikuti dengan

beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit-1 (30MW) pada tanggal 7

Pebruari 1983, dan lima tahun kemudian 2 unit beroperasi dengan kapasitas masing-masing

55 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama kali beroperasi Monoblok 2 MW di daerah

Sibayak-Brastagi sebagai Power Plant pertama dan pada Agustus 2001 PLTP pertama 20

MW beroperasi di daerah Lahendong. Seiring dengan perjalanan waktu Pemerintah melalui

Keppres No. 76/2000 mencabut Keppres terdahulu dan memberlakukan UU No. 27/2003

tentang geothermal, dimana PT Pertamina tidak lagi memiliki hak monopoli dalam

pengusahaan energi geothermal tetapi sama dengan pelaku bisnis geothermal lainnya di

Indonesia. Dalam mengimplementasikan undang-undang tersebut Pertamina telah

mengembalikan 16 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) Geothermal kepada Pemerintah dari

31 WKP yang diberikan untuk dikelola.

Pada tanggal 23 Nopember 2001 pemerintah memberlakukan UU MIGAS No. 22/2001

tentang pengelolaan industri migas di Indonesia. UU ini memjbawa perubahan yang sangat

besar bagi sektor migas, termasuk Pertamina. Pasca berlakunya UU tersebut Pertamina

memiliki kedudukan yang sama dengan pelaku bisnis migas lainnya. Pada tanggal 17

September 2003 PERTAMINA berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melalui

Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2003 diamanatkan untuk mengalihkan usaha geothermal

yang selama ini dikelola oleh PT Pertamina ntuk dialihkan kepada Anak Perusahaan paling

lambat dua tahun setelah perseroan terbentuk. Untuk itu PT Pertamina membentuk PT

(7)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 7 kegiatan usaha dibidang geothermal. Berikut adalah perkembangan PGE mulai tahun 1974

sampai dengan tahun 2012.

 1974 - Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi geothermal di Indonesia telah diinisiasi

oleh PT Pertamina (Persero).

 1982 - Pengoperasian PLTP Unit I Kamojang yang menghasilkan listrik sebesar 30

MW.

 1983 - Peresmian lapangan geothermal Kamojang pada tangggal 29 Januari 1983.

 2006 - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berdiri sebagai anak perusahaan PT

Pertamina (Persero) dengan PT Pertamina Dana Ventura. PGE didirikan berdasarkan

Akta Pendirian No. 10 tanggal 12 Desember 2006 dan telah mendapatkan pengesahan

dari Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat

Keputusan nomor W7-00089 HT.01.01-TH.2007 tertanggal 3 Januari 2007.

 2012 - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) area Ulubelu siap beroperasi secara komersial dengan total kapasitas sebesar 2x55 MW. Area tersebut diresmikan oleh

Presiden RI pada 6 Desember 2012.

(8)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 8 2.2 Deskripsi Bisnis

PGE menghasilkan uap dan energi listrik untuk masyarakat Indonesia yang diambil dari sumber panas bumi di bawah permukaan. Kegiatan tersebut dilakukan melalui beberapa

tahapan, di antaranya :

 Preliminary Survey

Kegiatan yang meliputi pengumpulan, analisis dan penyajian data yang berhubungan

dengan informasi kondisi geologi, geofisika, dan geokimia untuk memperkirakan

letak dan adanya sumber daya Panas Bumi serta Wilayah Kerja.

 Eksplorasi

Rangkaian kegiatan yang meliputi penyelidikan geologi, geofisika, geokimia,

pengeboran uji, dan pengeboran sumur eksplorasi yang bertujuan untuk memperoleh

dan menambah informasi kondisi geologi bawah permukaan guna menemukan dan

mendapatkan perkiraan potensi Panas Bumi. Pemegang IUP wajib menyampaikan

rencana Eksplorasi dan kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai

dengan kewenangan masing-masing, yang mencakup rencana kegiatan dan rencana

anggaran.

 Studi Kelayakan

Tahapan kegiatan untuk menentukan kelayakan usaha pertambangan Panas Bumi,

termasuk penyelidikan atau studi jumlah cadangan yang dapat dieksploitasi.

 Eksploitasi

Rangkaian kegiatan pada suatu wilayah kerja tertentu yang meliputi pengeboran

sumur pengembangan dan sumur reinjeksi, pembangunan fasilitas lapangan dan

operasi produksi sumber daya Panas Bumi. Pemegang IUP wajib menyampaikan

rencana jangka panjang Eksploitasi kepada Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota

sesuai dengan kewenangan masing-masing yang mencakup rencana kegiatan dan

(9)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 9  Produksi Uap dan Arus Listrik

Produksi uap dan listrik kepada konsumen untuk kemakmuran Indonesia, mengurangi

dampak pemanasan global, menghemat subsidi bbm terutama untuk sektor

pembangkitan.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan

 VISI : World Class Geothermal Energy Enterprise.

 MISI : Melakukan Usaha Pengembangan Energy Geothermal secara optimal yang berwawasan lingkungan dan memberi nilai tambah bagi stakeholder.

2.4 Wilayah Kerja Perusahaan

PT Pertamina Geothermal Energy mengelola 14 wilayah kerja pengusahaan, sembilan diantaranya dioperasikan sendiri oleh PT Pertamina Geothermal Energy, lima wilayah kerja

pengusahaan lainnya dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (KOB).

(10)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 10 2.5 Area Panas Bumi Kamojang

Area panasbumi Kamojang merupakan salah satu daerah kerja PERTAMINA Unit EP III

yang berlokasi di daerah Jawa Barat.Terletak kurang lebih 40 Km sebelah tenggara kota

Bandung dengan ketinggian sekitar 1500m dpl, daerah potensial panas bumi kamojang

meliputi luas kurang lebih 21 km persegi.Kamojang yang juga di sebut kaldera Kamojang

merupakan wilayah vulkanis yang berada dalam gugusan gunung Guntur dan Masigit.

Ekspolarasi Pertama,1926 – 1928. Daerah yang sekarang ini dikenal dengan nama

Kamojang,pada waktu dulu sebenarnya bernama Kampung Pangkalan,secara administratif

masuk ke wilayah Kabupaten Bandung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut.

Penelitian vulkanologi di daerah priangan yang sudah di lakukan pada waktu itu adalah

terhadap gunung Tangkuban Perahu dan Papandayan. Baru pada sekitar tahun 1926 – 1928,

Pemerintahan Hindia Belanada melakukan penyelidikan di daerah kamojang yang bertujuan

untuk mengetahui keberadaan sumber energi panas bumi yang terkandung di daerah ini.Pada

masa ini telah di lakukan eksplorasi dengan pengeboran lima sumur (pengeboran dangkal)

dengan kedalaman antara 66 sampai dengan 128 meter. Salah satu sumber eksplorasi hasil

peninggalan pengeboran Pemerintah Hindia Belanda yang sampai saat ini masih

menyemburkan uap kering adalah Sumur Kamojang – 3 (KMJ-3),yang memiliki kedalaman

60 meter,suhu 1400 C dan tekanan sebesar 2,5Kg/cm2.

Pada tahun 1971 Pemerintah RI bekerjasama dengan Pemerintah New Zealand

mengadakan proyek kerjasama penelitian studi kelayakan potensi panasbumi di Indonesia.

Kerjasama tersebut tertuang dalam Colombo Plan Technical Aid program yang di lakukan

oleh New Zealand Geothermal Project dan Geological survey of Indonesia (GSI). Sala satu

daerah penelitiannya adalah Kawasan Panas Bumi kamojang.Penyelidikan dan penelitian

lanjutan dan kemudian dilakukan atas kerjasama PERTAMINA,dan GSI yang meliputi aspek

geologi,geofisika,geokimia,pengeboran dangkal,studi dampak lingkungan serta kajian social

ekonomi.

Hasil penelitian yang di lakukan antara tahun 1972 sampai tahun 1975 memberikan

petunjuk positif bahwa daerah Kamojang merupakan daerah Panasbumi yang potensial serta

mempunyai resesvoir jenis”Vapour Dominated” (dominasi uap). Untuk langkah lebih lanjut

pemanfaatan panasbumi sebagai sala satu alternatif di bidang energi,pada tanggal 27

November 1978 telah dipasang Pembangkit Listrik Mini (Monoblock) yang pengoprasian

(11)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 11 Hal ini memberikan harapan yang positif,sehingga memantapkan rencana pengembangan

Kamojang sebagai daerah sumber panasbumi. Pengeboran sumur eksplorasi selanjutnya

diarahkan kepada upaya untuk memenuhi kebutuhan uap total lebih kurang 1.100 ton per jam

untuk kebutuhan pasokan PLTP unit II dan unit III yang masing-masing berkapasitas 55

Mwe.Persiapan tersebut diselesaikan pada tahun 1987.Pengoperasian PLTP unit II dan unit

III diresmikan pada tanggal 2 Febuari 1988.

Dengan demikian kapasitas terpasang PLTP Kamojang seluruh unit menjadi sebesar 140

Mwe yang di salurkan untuk mencukupi kebutuhan listrik di daerah Garut dan Bandung

selatan dihubungkan pula dengan jaringan kabel tegangan tinggi transmisi Jawa (Interkoneksi

Jawa). Pada kurun waktu 1989 sampai 1996 di lakukan persiapan pemanfaatan uap

panasbumi untuk peningkatan kapasitas menjadi 200 Mwe melalui rencana pembanguna

PLTP unit IV 60 Mwe. Pengeboran yang di lakukan menghasilakan 13 buah sumur,dengan

keberhasilan 9 sumur yang dapat di produksikan,sedangkan sisanya merupakan dry hole atau

sumur yang kurang ekonomis untuk di produksikan. Bersamaan dengan penyiapan

sumur-sumur untuk pasok uap ke PLTP unit IV 60 Mwe tersebut,pada tahun 1994 telah di

tandatangani kontrak jual beli uap antara PERTAMINA dengan PT.Latoka Trimas Bina

Energy dan PT.PLN. Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan

pembangunan PLTP unit IV mengalami hambatan sehingga terhenti pelaksanaanya.baru pada

tahun 2001 dilanjutkan kembali dengan perkiraan akan diselesaiakan pada tahun 2003.

2.6 Struktur Organisasi Perusahaan

Setiap wilayah kerja atau area geothermal PGE dipimpin oleh seorang pemimpin area yang membawahi sekertaris dan beberapa fungsi/divisi yang secara garis besar

dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu :

 Fungsi Engineering

Fungsi ini bertugas dalam pengembangan panas bumi dan penyediaan sumur produksi

uap. Fungsi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a) Reservoir

b) Perencanaan dan evaluasi

c) Geoscience

(12)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 12  Fungsi Operasi

Fungsi ini bertugas dalam menjalankan operasioanal sumur produksi, perawatan dan

pemeliharaan peralatan sumur produksi secara berkala untuk kelancaran penyalutan

uap ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Fungsi ini dibagi menjadi

beberapa bagian yaitu :

a) Operasi produksi dan well testing

b) Fasilitas produksi dan pemeliharaan

c) Laboratorium

 Fungsi Keuangan

Fungsi ini bertugas untuk memberikan pelayanan kepada fungsi engineering dan

operasi. Fungsi ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a) Anggaran

b) Pembendaharaan

 Fungsi Pelayanan

Fungsi ini bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi ini

dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

a) Sumber Daya Manusia (SDM)

b) Hukum

c) Pelayanan Masyarakat

d) Pengadaan

2.6.1 Fungsi Engineering

Kepala fungsi engineering ini membawahi beberapa bagian yang memiliki tugas antara

lain sebagai berikut.

a) Reservoir. Bagian ini memiliki tugas :

- Penataan dan pengelolaan aset “Core Cutting Storage

- Melakukan persiapan pengeboran dan pengembangan sumur panas bumi

(13)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 13 - Memantau temperatur dan tekanan dan sumur-sumur guna mengetahui

karakteristik sumur saturated atau superhated.

b) Perencanaan dan evaluasi. Bagian ini bertugas :

- Memonitor realisasi anggaran biaya operasi dan investasi

- Menyusun laporan rutin kerja mingguan dan bulanan

- Membuat forecast pemakaian uap, pembangkit listrik dan revenue

- Bersama tim melaksanakan pelanggan pengadaan barang

c) Geoscience (Geologist, Geophysicsist & Geochemist). Bagian ini bertugas :

- Melakukan pengembangan potensi sumur-sumur panas bumi di daerah produksi

- Mengevaluasicsecara geologi, geokimia dan geofisika daerah produksi panas

bumi.

d) Teknik Produksi. Bagian ini bertugas :

- Mengawasi penyaluran uap ke PLTP

- Mengawasi pengoperasian sumur produksi dan sumur reinjeksi

2.6.2 Fungsi Operasi

Kepala fungsi operasi ini membawahi beberapa bagian yang memiliki tugas antara lain

sebagai berikut.

a.)Operasi produksi dan Well testing. Bagian ini bertanggung jawab atas pengoperasian

sumur –sumur produksi dan sumur-sumur injeksi.

b.)Fasilitas Produksi. Bagian ini bertanggung jawab atas pengadaan barang dan bertugas

dalam pemeliharaan fasilitas produksi.

c.)Laboratorium. Bagian ini bertanggung jawab mengawasi komposisi kimia pada uap

panas bumi.

2.6.3 Fungsi Keuangan

Kepala fungsi keuangan ini membawahi beberapa bagian yang memiliki tugas antara lain sebagai berikut.

a.) Kontroler Anggaran. Bagian ini bertugas menganggarkan biaya dan investasi

(14)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 14 b.) Perbendaharaan. Bagian ini bertugas menghitung keuangan dan mengatur masalah

perpajakan perusahaan.

2.6.4 Fungsi Pelayanan Umum

Kepala fungsi pelayanan umum ini membawahi beberapa bagian yang memiliki tugas

antara lain sebagai berikut.

a.) Sumber Daya Manusia. Bagian ini bertugas untuk memberdayakan sumber daya

manusia yang merupakan aset terpenting dalam perusahaan.

b.) Hukum. Bagian ini bertugas dalam perizinan tanah dan menangani masalah

perpajakan.

c.) Pelayanan Masyarakat. Bagian ini bertugas melayani masyarakat sekitar

pengoperasian kegiatn perusahaan dengan memberdayakan masyarakat.

d.) Pengadaan. Bagian ini bertugas mengadakan barang dan jasa bagi perusahaan dan

masyarakat sekitar.

(15)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 15 BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) Waktu dan tempat pelaksanaan KP adalah sebagai berikut.

Waktu : 23 Juni - 22 Juli 2014

Tempat : PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE) AREA

KAMOJANG

Alamat : Jl.Raya Kamojang No.10 , Desa Laksana, Kecamatan Ibun,

Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Divisi : Engineering (Geosains)

3.2 Timeline Kegiatan Kerja Praktek Tabel 3.1 Timeline kegiatan kerja praktek

No Hari, Tanggal Jam Masuk Jam Keluar Kegiatan

1. Senin, 23 Juni 2014 07.15 WIB 15.45 WIB - Administrasi

-Penyampaian profil singkat

PGE Area Kamojang dan

briefing safety HSE/K3

-Penempatan KP

2. Selasa, 24 Juni 2014 07.15 WIB 15.45 WIB - Mengecek kondisi alat MEQ

di salah satu stasiun di area

panas bumi

-Studi literatur

3. Rabu, 25 Juni 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Studi Literatur

4. Kamis, 26 juni 2014 07.15 WIB 15.45 WIB -Studi literatur

-Pemasangan alat MEQ

Pertamina UTC bersama tim

dari Pertamina dan Teknik

Geofisika ITB

(16)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 16 6. Senin, 30 Juni 2014 07.15 WIB 15.45 WIB -Presntasi I : Konsep dasar

panas bumi dan Micro

earthquake (MEQ)

-Diskusi

-Studi Literatur

7. Selasa, 1 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB -Studi dan diskusi mengenai

metode penentuan hiposenter

MEQ : SED, JHD, DD

-Diskusi mengenai prinsip dan

teknik picking gelombang P

dan gelombang S

8. Rabu, 2 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Latihan picking gelombang P

dan gelombang S pada

beberapa event gempa

9. Kamis, 3 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Picking gelombang P dan

gelombang S pada event

gempa dari tanggal 1 Mei s.d

10 Mei 2014

10. Jumat, 4 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Picking gelombang P dan

gelombang S pada event

gempa dari tanggal 1 Mei s.d

10 Mei 2014

11. Senin, 7 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB -Studi dan diskusi mengenai

pengolahan data MEQ

-Studi dan diskusi mengenai

software Geiger Adaptive

Damping (GAD)

-Latihan penggunaan software

GAD

12. Selasa, 8 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Diskusi dan latihan

penggunaan software GAD

(17)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 17 14. Kamis, 10 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Ploting Episenter pada Google

Earth

15. Jumat, 11 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Tidak Masuk Kantor (sakit)

16. Senin, 14 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Tidak Masuk Kantor (sakit)

17. Selasa, 15 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Tidak Masuk Kantor (sakit)

18. Rabu, 16 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Tidak Masuk Kantor (sakit)

19. Kamis, 17 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB -QHSSE Meeting : Meeting

seluruh elemen perusahaan

PGE area Kamojang

-Koreksi hasil hiposenter

20. Jumat, 18 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Koreksi hasil hiposenter

21. Senin, 21 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB Koreksi hasil hiposenter

22. Selasa, 22 Juli 2014 07.15 WIB 15.45 WIB -Presentasi II : Pengolahan data

MEQ dan hasil akhir

Hiposenter

-Presentasi III (akhir) :

Kegiatan dan hal-hal yang

didapatkan selama KP

(18)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 18 3.3 Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktek

Gambar 3.1 Mengecek Peralatan MEQ di salah satu stasiun

(19)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 19

Gambar 3.3 Pemasangan alat MEQ Pertamina UTC bersama tim dari ITB

(20)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 20

Gambar 3.5 Salah satu sumur produksi panas bumi

(21)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 21

Gambar 3.7 Salah satu unit PLTP di Area Kamojang

(22)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 22 BAB IV

HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

4.1 Hasil Pembelajaran Mengenai Konsep Panas Bumi

Pada subbab ini dipaparkan hasil pembelajaran yang didapatkan selama pelaksanaan

kerja praktek. Hasil pembelajaran ini diperoleh dari studi literatur, presentasi dan

pembimbingan dari pembimbing kerja praktek di PT.PERTAMINA GEOTHERMAL

ENERGY AREA KAMOJANG.

4.1.1 Pengertian Panas Bumi

Panas bumi atau Geothermal berasal dari dua kata yaitu geo dan thermos. Geo yang

berarti bumi dan thermos yang berarti panas, sehingga Geothermal berarti panas yang

beorasal dari dalam bumi. Panas berasal dari radiasi matahari yang diserap oleh permukaan

bumi, peluruhan radioaktif di dalam bumi yang terjadi terus menerus sehingga menimbulkan

panas, dan panas yang berasal dari aktifitas tektonik. Energi panas bumi adalah energi yang

ditimbulkan oleh panas yang berasal dari dalam bumi. Energi panas yang kita kenal sebagai

energi geothermal bersumber dari panas akibat peristiwa tektonik lempeng. Menurut Leibniz

(1978) mendefisikan energi panas bumi adalah energi panas alami dari dalam bumi yang

terjebak cukup dekat dengan permukaan yang dapat diekstraksi/dimanfaatkan secara

ekonomis.

Panas yang dimanfaatkan sebagai energi berasal dari aktivitas tektonik. Energi panas

tersebut terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas

yang berada dalam satu sistem yang tak terpisahkan. Sehingga secara garis besar energi panas

bumi didefinisikan sebagai sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air,

dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat

dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses

penambangan (eksplorasi, eksploitasi dan pemrosesan). Pembentukan panas bumi ini tak

dapat dipisahkan dari tektonik lempeng dan gunung api/aktivitas vulkanik karena sangat

(23)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 23 4.1.2 Tektonik Lempeng dan Vulkanisme

Panas yang berasal dari dalam bumi berasal dari aktifitas tektonik. Aktifitas tektonik

berasal dari gaya endogen. Gaya endogen adalah gaya yang berasal dari dalam bumi yang

sifatnya membangun. Gaya endogen timbul dari gaya yang timbul dari inti bumi yang

kedalamannya 6371 Km dari permukaan bumi (jari-jari bumi). Gaya endogen tersebut

berasal dari arus konveksi. Bumi terdiri dari beberapa lapisan penyusun, jadi bumi dapat

dianalogikan seperti bawang yang berlapis-lapis. Bumi memiliki empat lapisan utama yaitu

inti dalam, inti luar, mantel/selubung dan kerak bumi/crust. Dalam teori tektonik lempeng

(plate tectonic), lithosphere yang biasanya disebut lempeng. Lithosphere adalah lapisan bumi

paling luar yang dibagi menjadi 2 macam yaitu, lempeng benua dan lempeng samudera.

Lempeng benua adalah dasar dari daratan yang kita pijak, sedangkan empeng samudera

adalah dasar dari samudera yang ada di seluruh dunia. Pergerakan lempeng tersebut

disebabkan oleh adanya arus konveksi dari inti bumi. Akibatknya lempeng tektonik akan

bergerak saling bertumbukan atau saling menjauh. Di dalam bumi terdapat arus konveksi

yang memindahkan panas melalui zat cair atau gas. Fenomena ini seperti , air yang dekat

dengan api akan naik, saat dingin di permukaan air kembali turun. Para ilmuwan menduga

arus konveksi dalam selubung itulah yang membuat lempeng-lempeng bergerak. Karena suhu

selubung amat panas, bagian-bagian di selubung bisa mengalir seperti cairan yang tipis.

Lempeng benua memiliki ketebalan 100 – 125 km, sedangkan lempeng samudera

memiliki ketebalan 70 km. Akibat adanya gaya endogen yang mengakibatkan lempeng benua

dan lempeng samudera bergerak. Pergerakan keduanya terjadi saling bertumbukan atau saling

menjauh. Pertumbukan antara dua lempeng dinamakan zona konvergen, lempeng yang

bergerak saling mejauh dinamakan zona divergen. Sedangkan lempeng yang bergerak sejajar

namun berlawanan arah dinamakan transform. Akibat dari pergerakan lempeng tersebut

terjadi tumbukan antar lempeng, anatra lempeng benua dan lempeng samudera. Lempeng

samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng benua di

zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami

perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan

penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi

tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah

patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan

(24)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 24 perpindahan panas dari inti bumi ke selimut bumi arus panas bergerak lambat dan stabil,

ketika selimut bumi mendingin digantikan oleh salimut baru yang panas. Para ilmuan yakin

bahwa selimut bumi tidak bereaksi pada peristiwa jangka pendek seperti hal nya gempa bumi.

Akan tetapi bumi bereaksi pada peristiwa jangka panjang yang berlangsung selama puluhan

juta tahun dan menggerakannya perlahan-lahan selimut bumi perlahan-lahan berubah ketika

pergantian arus panasdan kemudian sebagian unsurnya menjadi magma yang membentuk tepi

baru lempeng.

(a) (b)

(25)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 25

Gambar 4.2 Pergerakan lempeng tektonik: konvergen, divergen dan transform.

Salah satu akibat dari pertemuan dari lepeng tektonik adalah terbentunya gunung api.

Pada saat kedua lepeng saling bertumbukan terjadi pergesekan antara kedua lempeng.

Akibatnya timbul panas yang mampu meleburkan batuan menjadi cair atau disebut magma.

Batuan yang mencair akan memberikan tekanan ke atas permukaan, karena memiliki tekanan

tinggi. Akibat tekanan ini maka timbulah gunung api. Gunung api memiliki peran yang

sangat penting dalam panas bumi yaitu sebagai sumber panas yang nantinya terbentuk dalam

satu sistem panas bumi. Tidak semua gunung api dapat dijadikan sumber panas, gunung api

yang sudah tidak aktif lagi adalah syarat utama untuk dijadikan sebagai sumber energi

geotermal. Gunung api tua memiliki energi yang lebih rendah daripada gunung api aktif. Dari

segi kebencanaan gunung api aktif lebih berbahaya karena sewaktu-waktu akan mengalami

(26)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 26

Gambar 4.3 Gunung api yang dapat dijadikan sumber panas bumi dan yang tidak

4.1.3 Manifestasi Panas Bumi

Manisfestasi panas bumi adalah kenampakkan di permukaan sebagai akibat dari

keberadaan panas bumi. Suatu daerah dikatakan memiliki potensi panas bumi apabila

memiliki kenampakkan-kenampakkan di permukaan sebagai berikut :

 Erupsi Hidrotermal (Hot Pools)

Berupa larutan hasil diferensiasi magma di mana tidak ada magma yang terlibat

Umumnya berbentuk lingkaran berdiameter 1 hingga beberapa ratus meter. Keluaran

panas dapat terbentuk di sekitarnya.

Gambar 4.4 Erupsi Hidrotermal (Hot Pools) di Kawah Kamojang, Jawa Barat

(a) Tidak cocok (Gunung

Merapi, Yogyakarta)

(b) Cocok (Gunung Ijen, Jawa

(27)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 27  Mata Air Panas (Hot Spring)

Mata air hangat: bersuhu < 50°C, pH umumnya asam lemah. Mata air panas:

bersuhu > 50°C, pH umumnya netral, dapat membentuk teras sinter. Spouting spring

terbentuk bila kondisi artesian terjadi (sumber mata airnya dalam). Mata air ini

diassosiasikan sebagai direct discharge fluida dari reservoir kepermukaan bumi.

Umumnya mengandung ion klorida yang tinggi sehingga sering kali disebut air

klorida. Disekitar mata air panas ini sering dijumpai endapan silika sinter dan

mineral-mineral sulfida seperti galena, pyrit dll.

Gambar 4.5 Mata air panas di Kawah Kamojang, Jawa Barat

 Fumarol

Fumarol adalah lubang di sekitar daerah yang mengeluarkan uap panas beserta

gas-gas yang berasal dari dalam bumi seperti H2S, sulfur dioksida, asam hidrollorik,

dan CO2. Fumarol yang mengeluarkan gas-gas oksida belerang tersebut disebut

solfatara. Solfatara mudah dikenali karena udara sekitarnya berbau busuk seperti

kentut, sebagai bau khas gas-gas oksida belerang. Dalam konsentrasi tinggi, gas emisi

ini juga berbahaya bagi hewan dan manusia. Sedangkan lapangan fumarol adalah

wilayah mata air panas dan semburan gas di mana magma/batuan beku yang panas di

(28)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 28

Gambar 4.6 Fumarol di kawah Kamojang (kawah kereta api) , Jawa Barat

 Tanah Beruap (Steaming Ground)

Dimana uapnya berasal dari evaporasi air panas di dekat permukaan atau keluar

dari bawah permukaan. Daerah ini memiliki anomali vegetasi dimana dapat dideteksi

dengan pengukuran infra-red dari satelit.

(29)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 29  Tanah Hangat

Adanya tanah hangat, dimana gradien temperatunya rentang 25 – 30oC/m. Panas

dikeluarkan secara konduksi. Umumnya berada di sekitar keluaran panas yang lebih

besar. Tidak ada anomali pada vegetasi. Tidak terdeteksi oleh pengukuran infra-red.

Survei dilakukan dengan hand auger hingga kedalaman 1-2 m untuk mengetahui

gradien temperatur. Tidak diperhitungkan dalam pengukuran hilang panas alamiah.

Gambar 4.10 Tanah hangat di Waiotopu, NewZealand

 Kolam Lumpur (Mud Pools)

Kolam lumpur adalah salah satu bentuk manifestasi panas bumi yang terbentuk

akibat oleh kondensasi uap air dan gas di dekat permukaan, suhunya < 100 o

C, panas

(30)
[image:30.595.77.481.47.346.2]

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 30

Gambar 4.11 Kolam lumpur di Kawah Kamojang, Jawa Barat

 Geyser

Geyser adalah sejenis mata air panas yang menyembur secara periodik

mengeluarkan air panas dan uap air ke udara atau dapat disebut juga aliran air hangat

yang menyembur ke permukaan tanah. Pembentukan geyser bergantung kepada

keadaan hidrogeologi tertentu yang hanya terdapat di beberapa tempat di Bumi, dan

karena itu geyser adalah fenomena yang jarang ditemui. Sekitar 1000 ada di seluruh

dunia, sekitar setengahnya di Yellowstone National Park, Amerika Serikat. Aktivitas

semburan geyser dapat berhenti karena pengendapan mineral di dalam geyser, gempa

bumi, dan campur tangan manusia.

[image:30.595.175.469.567.747.2]
(31)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 31  Batuan Alterasi

Selain manifestasi berupa air,uap dan gas yang keluar dari dalam bumi ada juga

manifestasi panas bumi yang bisa di amati pada batuan yaitu alterasi. Alterasi

merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan ( dalam keadaan padat ) karena

adanya pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia

menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi

merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme yang merupakan

peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami

pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air meteorik

[image:31.595.110.525.317.520.2]

(meteoric water ) untuk dapat mengubah komposisi mineralogi batuan.

Gambar 4.13 Batuan alterasi

4.1.4 Sistem Panas Bumi

Energi panas bumi tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang

terkandung di dalamnya. Sistem panas bumi terdiri dari elemen-elemen yang meyusun sistem

tersebut. Elemen-elemen penting penyusun sistem geothermal terdiri dari tiga yaitu : Sumber

panas (heat source), batuan reservoir yang permeabel (reservoir rock), dan adanya fluida

yang membawa aliran panas (water recharge) . Pada reservoir hidrotermal ada clay cap/cap

(32)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 32 panas berasal dari panas yang dihasilkan dari intrusi batuan beku, sementara fluida

terakumulasi di reservoir berasal dari air tanah dan air hujan.

[image:32.595.128.453.157.379.2]

BAB V PENUTUP

Gambar 4.14 Sistem panas bumi

a. Klasifikasi sistem panas bumi menurut temperatur fluida

Klasifikasi sistem panas bumi menurut Hochstein (1990), berdasarkan pada besarnya

temperatur, dibedakan menjadi tiga, yaitu :

 Sistem bertemperatur rendah, yaitu sistem yang reservoirnya mengandung

fluida dengan temperatur lebih rendah dari 125°C.

 Sistem bertemperatur sedang, yaitu sistem yang reservoirnya mengandung

fluida bertemperatur antara 125°C sampai dengan 225°C.

 Sistem yang bertemperatur tinggi , yaitu sistem yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur di atas 225°C.

b. Klasifikasi sistem panas bumi menurut sumber panas

Berdasarkan sumber panasnya, Ronald Di Pippo (2005), membedakan sistem panas bumi

menjadi empat, anatara lain :

 Sistem Geopressured

Lokasi reservoir ini cukup dalam yaitu sekitar 2400-9100 m. Reservoir ini

memiliki kadar garam tinggi, tetapi memiliki temperatur yang rendah. Sistem ini

(33)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 33 berisi air panas yang mengandung banyak sekali gas metana sehingga berada pada

lingkungan yang gradien tekanannya lebih besar dari gradien hidrostatik.

Percobaan dalam skala laboratorium sudah dilakukan yaitu dengan

memproduksikan fluida tersebut ke permukaan. Kemudian gas metana dipisahkan

dari air panasnya. Gas metana dibakar untuk memanaskan air sehingga

[image:33.595.169.481.240.480.2]

meningkatkan harga entalpi air.

Gambar 4.15 Sistem Geopressured

 Sistem Hot Dry Rock

Reservoir ini memiliki kedalaman yang snagat dalam sehingga

permeabilitasnya menjadi lebih kecil. Sumber panas yang tinggi dalam batuan

impermeabel berasal dari intrusi magma atau gradien geotermalnya. Tidak

terdapat fluida pada batuan yang impermeabel. Pemanfaatannya dilakukan dengan

cara membor reservoir ini dengan membuat artificial reservoir (injeksi air dingin

pada lapisan batuan panas yang impermeabel), kemudian dilakukan hydraulic

fracturing (rekahan buatan) di mana air diinjeksikan dengan tekanan yang besar

(34)
[image:34.595.193.460.97.352.2]

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 34

Gambar 4.16 Sistem Hot Dry Rock Reservoir

 Sistem Magma

Eksploitasi pada reservoir ini sangat berbahay asehingga belum banyak yang

mengkajinya. Caranya adalah dengan mencari reservoir yang berisi magma pada

kedalaman yang relatif dangkal kemudian mengambil magma tersebut dari sebuah

sumur unuk memanasi heat exchanger.

 Sistem Hidrotermal

Pada reservoir ini, air berasal dari permukaan yang diperoleh dari air hujan

(natural recharge). Air ini kemudian masuk karena adanya perekahan batuan

melalui saluran pori-pori di antara butir-butir batuan. Air tersebut kemudian

terakumulasi di dalam reservoir sampai penuh dan terpanaskan oleh batuan beku

panas (pluton). Pada reservoir yang sudah berisi air, terjadilah arus konveksi

(35)
[image:35.595.100.482.66.415.2]

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 35

Gambar 4.17 Sistem Hidrotermal

c. Klasifikasi Sistem Hidrotermal Menurut Dominasi Fluida

Sistem hidrotermal berdasarkan jenis fluida yang mendominasi reservoir

menurut Nenny (2005) dibedakan menjadi dua yaitu:

 Sistem dominasi uap merupakan sistem yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir geotermalnya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan

dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori

batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di

kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistem dominasi uap terjadi pada

reservoir yang memiliki porositas dan permeabilitas yang rendah sehingga sangat

sedikit air yang dapat terakumulasi di reservoir akibatnya reservoir tesrebut

didominasi oleh uap. Area panas bumi kamojang termasuk dalam reservoir sistem

(36)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 36  Sistem dominasi air merupakan sistem geotermal yang umum terdapat didunia

dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun

“boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung

uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.

Berdasarkan klasifikasi sistem tersebut, sistem Geotermal di Indonesia umumnya

merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225°C), hanya

[image:36.595.156.463.294.579.2]

merupakan sistem hidrotermal dominasi uap.

Gambar 4.18 Sistem hidrotermal menurut dominasi fluidanya : (a) dominasi uap (b) dominasi air

4.1.5 Geologi Area Panas Bumi Kamojang

Apabila diurutkan dari tua ke muda, secara garis besar geologi daerah Kamojang disusun oleh formasi Rakutatk, formasi Gandapura, dan formasi Pangkalan. Formasi Rakutak

terdiri atas batuan andesit basaltik, seangkan formasi Gandapura menempati daerah sebelah

timur Kamojang terdiri atas batuan andesit piroksen yang umumnya mengalami alterasi

(37)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 37 yang terdiri atas batuan piroklastik. Gunung gandapura merupakan bagian jalur gunung api

akibat dari pengembunan deretan gunung Papandayan-gunung Sanggar- pasir Jawa ke arah

Utara dan Timurlaut. Deretan pegunungan ini membentuk dinding kaldera pangkalan sebelah

barat. Gunung Gandapura dan lava yang berumur lebih tua dari kompleks gunung Guntur

yang berkomposisi andesit piroksen merupakan lava yang paling umun dijumpai di daerah

ini. Kompleks ini sebagian runtuh pada sisi sebelah utara dan tenggara. Sekitar 1 Km sebelah

bart puncak gunung Gandapura dijumpai satu sesar ke arah utara-selatan, dengan blok barat

relatif turun terhadap terhadap blok timur. Adapun didaerah area panas bumi Kamojang

dilalui oleh dua sistem sesar utama, yakni sistem sesar normal ke arah baratlaut-tenggara dan

sistem sesar normal lainnya ke arah selatan-utara. Sesar-sesar ini mendominasi struktur

kompleks Guntur-Gandapur. Satu struktur yang penting adalah sesar kendang, yang

berkembang dari puncak Kendang hingga ujung selatan pasir Jawa sejauh 15 km. Dinding

terjal utama menghadimurlaut pasir Jawa tidak jelas, kemungkianan besar karena telah

tertutup oleh aliran-aliran lava dari gunung Gandapura.

Berdasarkan penelitian startigrafi yang dilakukan oleh Divisi Geothermal Pertambangan

Pusat, daerah Kamojang disusun oleh sembilan satuan batuan. Adapun ringkasan mengenai

distribusi lateral dan vertikal (dari tua ke muda) adalah sebagai berikut :

 Endapan hasil erupsi gunung Meungpeuk dijumpai pada daerah yang sanagt kecil di

sebelah timur batuan hasil erupsi gunung Kiamis.

 Bahan hasil erupsi gunung Masigit terdapat di sebelah timur batuan hasil erupsi

gunung Guntur.

 Batuan hasil erupsi gunung Kiamis tersebar di sebelah selatan batuan hasil erupsi

gunung Cibatupis.

 Batuan hasil erupsi gunung Kancing menempati daerah yang relatif kecil di bagian

timur batuan hasil erupsi gunung Gandapura.

 Batuan hasil erupsi gunung Guntur tersebar di sebagian besar daerah sebelah selatan

batuan hasil erupsi gunung Gandapura

 Batuan hasil erupsi gunung Cibatupis dijumpai di sebelah baratdaya danau

Pangkalan yang membentang hampir sejajar dengan distribusi lateral gunung

Pangkalan.

 Batuan hasil erupsi gunung Pangkalan tersebar cukup luas menmpati sebelah barat

(38)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 38

 Batuan hasil erupsi gunung Gandapura menempati sebagian besar area panas buni

Kamojang.

 Endapan kuarter atas merupakan satuan vulkanik termuda, yang terutama tersebar di

sekitar danau Pangkalan, sedikit di sebelah barat danau Pangkalan.

4.2 Hasil Pembelajaran Konsep Microearthquake (MEQ)

Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar microearthquake, metode penetuan

lokasi gempa bumi, dan penentuan pusat gempa menggunakan software GAD.

4.2.1 Pengertian Microeartquake

Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi

secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi

energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng

tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi

sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Gempa bumi dibagi menjadi

gempa lokal, gempa regional , teleseismic, volcano earthquake, tremor (low frequency

event). Namun yang dibahas di dalam penelitian ini hanyalah gempa mikro, di mana gempa

ini terjadi pada magnitudo di bawah 3.Gempa mikro secara umu disebabkan oleh :

1. Zona lemah yang terbuka atau bergeser dari air yang diinjeksikan dan meningkatnya

tekanan dalam batuan, sehingga menghasilkan intensitas gempa yang semakin tinggi

dengan bertambahnya tekanan dan volume injeksi.

2. Adanya kontak antara air dingin dengan batuan beku panas (heat source). Hal ini

terjadi ketika batuan reservoir terkena air injeksi secara langsung.

3. Berkurangnya tekanan pori yang mengakibatkan menutupnya pori batuan reservoir

karena hilangnya fluida pengisi pori batuan (akibat produksi fluida).

Energi gempa merambat di dalam medium bumi dalam bentuk gelombang seismik.

Gelombang seismik adalah perambatan gelombang elastik oleh adanya gempa bumi yang

merambatkan energi melalui pergerakan partikel penyusun material bumi. Metode

monitoring aktivitas gempa mikro ini dikenal sebagai metode seismik pasif atau

(39)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 39 hidrotermal. Pengamatan gempa mikro pada eksplorasi geotermal adalah untuk meneliti

retakan berpotensi (sesar aktif) yang mempunyai permeabilitas dan porositas tinggi,

melokalisasi perkiraan daerah prospek geotermal dan kalau memungkinkan dapat membantu

menentukan posisi bor (Reynolds, 1997). Dalam proses produksi, dari pola kejadian gempa

mikro yang dipantau dan juga reinjeksi air, akan dapat ditarik kesimpulan mengenai

karakteristik pengisian recharge retakan-retakan besar yang sangat mempengaruhi pengisian

reservoir secara keseluruhan. Karakteristik pengisian kembali reservoir ini penting diketahui

untuk melakukan pemeliharaan agar tidak terjadi ketimpangan air dalam reservoir yang pada

gilirannya nanti akan mengakibatkan penurunan produksi.

4.2.2 Teori Penjalaran Gelombang Seismik

Mekanisme gempa bumi dikontrol oleh pola penjalaran gelombang seismik di dalam bumi. Pola mekanisme ini tergantung pada medium penjalaran atau keadaan struktur kulit

bumi serta distribusi gaya atau stress yang terjadi. Gelombang gempa bumi merupakan

gelombang elastik yang terjadi karena adanya pelepasan energi dari sumber gempa yang

dipancarkan ke segala arah, gelombang gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok yaitu gelombang badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave).

1. Gelombang Badan (Body Wave) adalah gelombang yang

merambat melalui lapisan dalam bumi. Gelombang ini terdiri

dari 2 macam gelombang yaitu:

a. Gelombang Longitudinal, yaitu gelombang dimana gerakan partikelnya menjalar searah

dengan arah penjalaran gelombang. Gelombang Longitudinal ini dikenal dengan nama

gelombang Primer (P), karena gelombang ini tiba lebih dahulu pada permukaan bumi.

b. Gelombang Transversal, yaitu gelombang dimana gerakan partikelnya menjalar dengan

arah tegak lurus terhadap arah penjalaran gelombang. Gelombang transversal ini dikenal

dengan nama gelombang S (Sekunder), karena gelombang ini tiba pada permukaan bumi

(40)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 40 2. Gelombang Permukaan (Surface Wave) yaitu gelombang yang menjalar sepanjang

permukaan atau pada suatu lapisan dalam bumi, gelombang ini terdiri dari:

a. Gelombang Lovedan Gelombang Rayleighyaitu gelombang yang menjalar melalui

permukaan yang bebas dari bumi.

b. Gelombang Stonely, seperti Gelombang Rayleightetapi menjalarnya melalui batas dua

lapisan di dalam bumi.

c. Gelombang Channel, yang menjalar melalui lapisan yang berkecepatan rendah di dalam

bumi.

Untuk mengamati penjalaran gelombang ditunjukkan dari data seismik yang secara alami

merupakan sinyal nonstasioner yang mempunyai berbagai macam frekuensi dan dalam

bentuk waktu.

(a)

(41)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 41

(c)

[image:41.595.146.429.107.458.2]

(d)

Gambar 4.19 (a)perambatan gelombang-P (b)perambatan gelombang-S (c)perambatan gelombang love (d)perambatan gelombang Rayleigh

4.2.3 Magnitudo Gempa

Magnitudo gempa adalah besaran yang menyatakan besarnya energi seismik yang

dipancarkan oleh sumber gempa. Besaran ini akan berharga sma, meskipun dihitung dari

tempat yang berbeda.. Umumnya magnitudo diukur berdasarkan amplitudo dan periode fase

gelombang tertentu. Rumus untuk menentukan magnitudo gempa yang umum dipakai pada

saat ini adalah:

M = log (a/T) +f (Δ,h) + CS + C R...(4.1)

dengan,

M : magnitudo,

a : amplitudo gerakan tanah (dalam mikron),

(42)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 42

Δ : jarak pusat gempa atau episenter,

h : kedalaman gempa,

CS : koreksi stasiun oleh struktur lokal (= 0 untuk kondisi tertentu)

CR: koreksi regional yang berbeda untuk setiap daerah gempa.

Ada beberapa jenis magnitude gempa diantaranya sebagai berikut.

Magnitude Lokal (ML)

Magnitude lokal (ML) pertama kali diperkenalkan oleh Richter di awal tahun 1930-an

dengan menggunakan data kejadian gempabumi di daerahCalifornia yang direkam oleh

Seismograf Woods-Anderson. Menurutnya dengan mengetahui jarak episenter ke seismograf

dan mengukur amplitude maksimum dari sinyal yang tercatat di seismograf maka dapat

dilakukan pendekatan untuk mengetahui besarnya gempabumi yang terjadi. (USGS, 2002)

Magnitude lokal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan empiris sebagai berikut :

ML = log A – log A0 ...(4.2)

Saat ini penggunaan ML sangat jarang karena pemakaian seismograf Woods-Anderson yang

tidak umum. Nilai amplitudo yang digunakan untuk menghitung magnitudo lokal adalah

amplitudo maximum gerakan tanah (dalam mikron) yang tercatat oleh seismograph torsi

(torsion seismograph) Wood-Anderson, yang mempunyai periode natural = 0,8 sekon,

magnifikasi (perbesaran) = 2800, dan faktor redaman = 0,8. Selain itu penggunaan kejadian

gempabumi yang terbatas pada wilayah California dalam menurunkan persamaan empiris

membuat jenis magnitude ini paling tepat digunakan untuk daerah tersebut saja. Karena itu

dikembangkan jenis magnitude yang lebih tepat untuk penggunaan yang lebih luas dan

umum. ML mempunyai standard epicenter 100 km. Jadi untuk mengatasi gempa yang

mempunyai episenter kurang dari atau lebih dari 100 km digunakan sistem nomograph untuk

menormalisasi amplitudo bumi dekat atau jauh dari 100 km berdasarkan atenuasi energi

seismik di kalifornia. Selain itu ML akan mengalami saturasi pada gempa dengan kekuatan

(43)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 43

Magnitude Bodi (Mb)

Terbatasnya penggunaan magnitude lokal untuk jarak tertentu membuat dikembangkannya

tipe magnitude yang bisa digunakan secara luas. Salah satunya adalah mb atau magnitude bodi

(Body-Wave Magnitude). Magnitude ini didefinisikan berdasarkan catatan amplitude dari

gelombang P yang menjalar melalui bagian dalam bumi (Lay. T and Wallace.T.C. 1995).

Secara umum Mb) dirumuskan dengan persamaan :

Mb = log(a/T) + Q (h,D) ...(4.2)

dengan,

a = amplitude getaran (mm),

T = periode getaran (detik)

Q ( h,D ) = koreksi jarak D dan kedalaman h yang didapatkan dari pendekatan empiris.

Selain terdapat mb adalagi yang disebut mB , mB digunakan untuk periode panjang

sedangkan mb untuk peride pendek.

Magnitude Permukaan (MS)

Selain Magnitude bodi dikembangkan pula Ms, Magnitude permukaan (Surface-wave

Magnitude). Magnitude tipe ini didapatkan sebagai hasil pengukuran terhadap gelombang

permukaan (surface waves). Untuk jarak D > 600 km seismogram periode panjang

(long-period seismogram) dari gempabumi dangkal didominasi oleh gelombang permukaan.

Gelombang ini biasanya mempunyai periode sekitar 20 detik. Magnitudo ini juga akan

mengalami saturasi pada gempa yang mempunyai kekuatan di atas 8 skala richter.

Amplitude gelombang permukaan sangat tergantung pada jarak D dan kedalaman sumber

gempa h. Gempabumi dalam tidak menghasilkan gelombang permukaan, karena itu

persamaan Ms tidak memerlukan koreksi kedalaman. Magnitude permukaan mempunyai

bentuk rumus sebagai berikut

Ms = log a + a log D + b ...(4.3)

deengan,

a = amplitude maksimum dari pergeseran tanah horisontal pada periode 20 detik,

D = Jarak (km), (a dan b adalah koefisien dan konstanta yang didapatkan dengan pendekatan

empiris. Persamaan ini digunakan hanya untuk gempa dengan kedalaman sekitar 60 km).

(44)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 44 Mb = 2.5 + 0.63 Ms ...(4.4)

atau

Ms = 1.59 Mb– 3.97 ...(4.5)

Magnitude Momen (Mw)

Kekuatan gempabumi sangat berkaitan dengan energi yang dilepaskan oleh sumbernya.

Pelepasan energi ini berbentuk gelombang yang menjalar ke permukaan dan bagian dalam

bumi. Dalam penjalarannya energi ini mengalami pelemahan karena absorbsi dari batuan

yang dilaluinya, sehingga energi yang sampai ke stasiun pencatat kurang dapat

menggambarkan energi gempabumi di hiposenter. Berdasarkan Teori Elastik Rebound

diperkenalkan istilah momen seismik (seismic moment). Momen seismik dapat diestimasi

dari dimensi pergeseran bidang sesar atau dari analisis karakteristik gelombang gempabumi

yang direkam di stasiun pencatat khususnya dengan seismograf periode bebas (broadband

seismograph).

Mo = µ D A ...(4.6)

Secara empiris hubungan antara momen seismik dan magnitude permukaan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

log Mo = 1.5 Ms + 16.1 ...(4.7)

Ms = magnitude permukaan (Skala Richter). Kanamori (1997) dan Lay. T and Wallace. T. C,

(1995) memperkenalkan Magnitude momen (moment magnitude) yaitu suatu tipe magnitude

yang berkaitan dengan momen seismik namun tidak bergantung dari besarnya magnitude

permukaan :

Mw = ( log Mo / 1.5 ) – 10.73 ...(4.8)

Dengan, Mw = magnitude momen,, Mo = momen seismik. Meskipun dapat menyatakan

jumlah energi yang dilepaskan di sumber gempabumi dengan lebih akurat, namun

pengukuran magnitude momen lebih komplek dibandingkan pengukuran magnitude ML, Ms

dan mb. Karena itu penggunaannya juga lebih sedikit dibandingkan penggunaan ketiga

(45)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 45  Magnitude Durasi (MD)

Menurut Lee dan Stewart, (1981) sejak tahun 1972, studi mengenai kekuatan gempabumi

dikembangkan pada penggunaan durasi sinyal gempabumi untuk menghitung magnitude bagi

kejadian gempa yste, diantaranya oleh Hori (1973), Real dan Teng (1973), Herrman (1975),

Bakum dan Lindh (1977), Gricom dan Arabasz (1979), Johnson (1979) dan Suteau dan

Whitcomb (1979). Maka diperkenalkan Magnitude Durasi (Duration Magnitude) yang

merupakan fungsi dari total durasi sinyal ystem . (Massinon, B, 1986). Magnitudo Durasi

(MD) untuk suatu stasiun pengamat persamaannya adalah :

MD = a1 + a2 log t + a3D + a4 h ...(4.9)

dengan,

MD = Magnitude durasi

t = durasi sinyal (detik),

D = jarak episenter (km),

h = kedalaman hiposenter (km) a1,a2,a3, dan a4 adalah konstante empiris.

Magnitude durasi sangat berguna dalam kasus sinyal yang sangat besar amplitudenya

(off-scale) yang mengaburkan jangkauan dinamis ystem pencatat sehingga memungkinkan

terjadinya kesalahan pembacaan apabila dilakukan estimasi menggunakan ML (Massinon. B,

1986).

4.2.4 Istilah-istilah dalam Gempa Bumi

Seperti ilmu atau bidang lainnya, di dalam gempa bumi ada beberapa istilah yang

digunakan yaitu sebagai berikut.

1. Seismologi : ilmu yang mempelajari tentang gempa bumi

2. Seismograf : alat pencatat gempa

3. Seismogram : hasil catatan seismograph berupa grafik

4. Hiposentrum : pusat gempa di dalam bumi

(46)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 46 6. Homoseista : garis khayal pada permukaan bumi yang mencatat gelombang primer

pada waktu yang sama

7. Pleistoseista: garis khayal pada permukaan bumi yang membatasi daerah dengan

kerusakan terbesar akibat gempa

8. Isoseista : garis pada peta yang menghubungkan daerah dengan kerusakan yang

sama akibat gempa

9. Makroseisme :gempa yang sangat kecil dan hanya dapat direkam oleh alat pencacat

gempa

10.Mikroseisme : gempa yang sangat besar dan dapat dirasakan tanpa menggunakan alat

perekam

4.2.5 Metode Penentuan Lokasi Hiposenter dan Episenter Gempa

Menentukan lokasi gempa merupakan hal yang snagat penting dalam mengidentifikasi gempa, sehingga hal ini juga menjadi hal yang sangat penting dalam kajian seismologi. Dalam

ilmu seismologi ada tiga metode yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi gempa,

diantaranya : Single Event Determination (SED), Joint Hypocenter Determination (JHD), dan

Double Difference (DD).

a. Single Event Determination (SED)

Geiger (1910) memperkenalkan prosedur penentuan lokasi hiposenter gempa

berdasarkan kuadrat terkecil. Metode Geiger adalah sebuah proses iterasi menggunakan

optimasi Gauss-Newton untuk menentukan lokasi gempa bumi atau peristiwa seismik.

Awalnya metode ini dikembangkan untuk mendapatkan waktu asal untuk penentuan

hiposenter, yaitu waktu mulai dari terjadinya gempa. Lokasi gempa didefinisikan dengan

lokasi hiposenter gempa (x0, y 0, z0) dan waktu asal t0. Hiposenter adalah lokasi fisik dari

sumber gempa, biasanya diberikan dalam longitude (x0), latitude (y0), dan kedalaman di

bawah permukaan (z0 [km]). Saat hiposenter dan waktu asal ditentukan oleh waktu

kedatangan fase seismik dimulai oleh gempa pertama, lokasi akan dihitung sesuai dengan

titik di mana gempa dimulai. Dimulai dari t adalah waktu tiba pertama (first arrival time)

(47)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 47 (x0, y 0, z0), tcal adalah waktu tempuh kalkulasi berdasarkan model kecepatan 1D bawah

permukaan dan t0 adalah waktu asal (origin time). Secara matematis dirumuskan sebagai

berikut :

re = t – t0 – tcal ...(4.10)

dengan,

r : residual atau error

t : waktu tiba gelombang (arrival time)

t0 : waktu asal (origin time)

tcal : waktu tempuh gelombang (travel time calculated)

t - t0 : tobs

e : indeks stasiun pengamatan

Apabila suatu gempa terjadi pada posisi x0, y 0, z0 pada waktu t0 di stasiun e dengan posisi

xe, ye, ze akan tercatat waktu tiba gelombang gempa tersebut pada waktu ti, maka waktu

tempuh gelombang seismik dapat diketahui (x0, y 0, z0, t0).

Dari persamaan (4.10) diketahui apabila waktu tiba gelombang pada stasiun pengamat

sama dengan jumlah dari waktu t empuh dan waktu asal, maka akan menghasilkan residual

(error) yang bernilai nol, dapat diperkirakan bahwa posisi dan waktu asal gempa tersebut

benar. Fungsi matematis kuadrat terkecil (minimum) dari residual atau error adalah:

F(x) = ΣMe=1 (re)2 ...(4.11)

Dengan M adalah jumlah stasiun dan x adalah parameter hiposenter yang ingin diket ahui

(x0, y0, z0, t0). Kenyataan bahwa struktur bawah permukaan yang kompleks mengakibatkan

sulitnya menentukan model kecepatan yang sama dengan keadaan sebenarnya dan karena

adanya faktor kesalahan pembacaan waktu tiba, maka persamaan 2.12 adalah persa maan

non-linear. Penyederhanaan dilakukan untuk menyelesaikan persamaan diatas dengan

mengasumsikan model kecepatan sudah mendekati keadaan sebenarnya dan pembacaan

(48)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 48 selisih parameter hiposenter dugaan dan sebenarnya.Linearisasi persamaan 4.11 ditulis dalam

bentuk:

re = ...(4.12)

dengan,

t : waktu asal

T : waktu tempuh gelombang

e : indeks stasiun pengamatan

x0, y0, z0 : lokasi hiposenter dugaan

r : residual atau error

Bila persamaan (4.12) disusun untuk semua sistem pengamat yang merekam gempa maka

akan terbentuk sebuah matriks persamaan residual waktu tempuh. Matriks tersebut dapat

dituliskan dalam persamaan :

JΔm = Δd ...(4.13)

dengan J adalah matriks kernel, atau biasa dikenal dengan sebutan matriks Jacobian, berisi

partial derivative residual waktu tempuh tiap stasiun terhadap parameter hiposenter (x0, y0,

z0, t0), berukuran n x 4, dengan nadalah jumlah stasiun pengamat dan 4 adalah representasi

jumlah parameter hiposenter yang dicari. Matriks Δm adalah model yang ingin diketahui,

berisi posisi hiposenter (x,y,z) dan waktu terjadi gempa (t0) berukuran 4 x 1. Dan Δd adalah

parameter yang diperoleh dari pengamatan (data), berupa residual waktu tiba gelombang

gempa di stasiun pengamat (tobs)dengan ukuran n x 1 (Havskov, J., dan Ottemöller, L.,

2010).

Model yang ingin diketahui dapat diperoleh dengan mengubah matriks tersebut menjadi

matriks inversi melalui perkalian inversi matriks jacobian (J-1) sehingga penyelesaian inversi

matriks diatas diberikan oleh persamaan :

[J]T[J]Δm = [J]TΔd ...(4.14)

[JTJ]-1JTΔm = [JTJ]-1JTΔd...(4.15)

Δm = [JTJ]-1Jd ...(4.16)

(49)

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 49 ...(4.17)

...(4.18)

...(4.19)

x0 + dx = x...(4.20)

y0 + dy = y...(4.21)

z0 + dz = z...(4.21)

t0 + dt = t...(4.21)

dengan,

x0, y 0, z0 : lokasi hiposenter dugaan

dx, dy, dz, dt : selisih hiposenter dugaan dengan hasil kalkulasi

x, y, z : lokasi hiposenter setelah dikoreksi

t0 : waktu asal (dugaan)

t : waktu asal setelah dikoreksi

Persamaan di atas mengkalkulasi waktu tempuh gelombang dan waktu asal dengan

menghitung jarak antara lokasi stasiun dengan perkiraan lokasi hiposenter yang

dikombinasikan dengan model kecepatan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah itu

dihitung selisih waktu tempuh hasil kalkulasi tcal dengan waktu tempuh hasil observasi tobs

(diperoleh dari waktu tiba gelombang tp/ts atau waktu tempuh tp-t0), sehingga akan

didapatkan nilai residual yang sebanding dengan perbedaan jarak dan waktu (dx, dy, dz, dt)

kejadian gempa tersebut. Perbaikan posisi hiposenter akan tersu dilakukan dengan melakukan

(50)
[image:50.595.76.514.48.435.2]

JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 50

Gambar 4.20 Diagram alir metode SED. mn pada awal proses awal dapat diperbaiki dengan menjumlahkan ∆m untuk menghasilkan mn+1. m merupakan solusi saat hasil forward modeling r ≈ 0.

b. Joint Hypocenter Determination (JHD)

Penentuan relokasi hiposenter dengan metode JHD dianggap dapat memperbaiki

kesalahan model kecepatan 1D yang digunakan pada metode SED. Karena metode JHD ini

akan menginversi waktu tempuh kelompok hiposenter untuk mendapatkan lokasi hiposenter

baru yang lebih akurat dengan seperangkat ko

Gambar

Gambar 2.3 Organigram PGE Area Kamojang
Gambar 3.1 Mengecek Peralatan MEQ di salah satu stasiun
Gambar 3.3 Pemasangan alat MEQ Pertamina UTC bersama tim dari ITB
Gambar 3.5 Salah satu sumur produksi panas bumi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerja praktek yang dilaksanakan di kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Diskominfotik Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu tempat pelaksanaan kerja praktek sesuai

Penulis merasa sangat bersyukur selama melaksanakan Kerja Praktek di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bengkalis, karena dengan adanya pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis

Laporan Kerja Praktek ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban setelah penulis melaksanakan Kerja Praktek di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, yang diajukan sebagai syarat

Penulis merasa sangat bersyukur selama melaksanakan Kerja Praktek di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Bengkalis karena dengan adanya pelaksanaan Kerja

Penulis merasa sangat bersyukur selama melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Riau, karena dengan adanya pelaksanaan Kerja Praktek ini

Bab III Kegiatan Dan Pembahasan Kritis Berisikan tahap persiapan, deskripsi pekerjaan, lingkungan kerja praktek, pelaksanaan kerja praktek, jadwal kegiatan kerja praktek, laporan

Kerja praktek yang dilaksanakan di kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Diskominfotik Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu tempat pelaksanaan kerja praktek sesuai

Penulis merasa sangat bersyukur selama melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DISPERSIP Bengkalis, karena dengan adanya pelaksanaan Kerja Praktek ini