• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL TIME TOKEN BERBANTUAN AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAKUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VC SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL TIME TOKEN BERBANTUAN AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAKUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VC SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG"

Copied!
257
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL

TIME TOKEN

BERBANTUAN

AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAKUALITAS

PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VC SDN

PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

SKRIPSI

diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Semarang

Oleh

IIS YUDIS TRISNAWATI 1401411106

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii Nama : Iis Yudis Trisnawati NIM : 1401411106

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang

menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 19 Maret 2015

(3)

iii

Skripsi atas nama Iis Yudis Trisnawati, NIM 1401411106, dengan judul

“Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

(4)

iv

“Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual untuk Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada: hari : Senin

tanggal : 30 Maret 2015

(5)

v

MOTTO

“Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan

memudahkan orang itu karena ilmu tersebut jalan menuju surga” (HR.Muslim) ”Orang-orang hebat tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi” (Ernest Newman)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada: Kedua orang tuaku (Bapak Muh Jianto dan Ibu Sri Daryanti) yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendo’akan.
(6)

vi

inayah-Nya, Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang” dapat peneliti selesaikan dengan optimal. Skripsi ini merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan.

Peneliti mendapat bentuan dan dukungan dari berbagai pihak selama

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti menyelesaikan studi.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian dan persetujuan pengesahan skripsi ini.

3. Dra. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyusun skripsi.

4. Dra. Arini Estiastuti, M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. Dosen Penguji utama yang telah memberikan saran dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi.

6. Drs. Mujiyono, M.P Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan bimbingan peneliti selama proses penyelesaian skripsi.

7. Sofiyah, S.Pd. Kepala SDN Purwoyoso 03 Semarang yang telah memberikan

(7)

vii pelaksanaan penelitian.

10.Seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan untuk semua

pihak.

Semarang, 19 Maret 2015

(8)

viii

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Arini Esti Astuti, M.Pd.

Pembelajaran IPS memberi bekal kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, dan kemampuan, serta berbagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Latar belakang masalah, guru kurang tepat dalam memilih model pembelajaran, kurang menarik perhatian siswa, belum ada pemerataan kesempatan kepada siswa untuk ikut berkontribusi pada saat pembelajaran. Sebagian siswa tidak ikut berperan serta dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa rendah dengan ketuntasan klasikal 44%. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang? Tujuan penelitian adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS menggunakan model Time Token berbantuan audiovisual kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Semarang. Variabel penelitian adalah keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Teknik pegumpulan data menggunakan tes dan nontes. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan deskripsi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 21 kriteria baik, meningkat pada siklus II memperoleh skor 27 kriteria baik dan siklus III meningkat dengan memperoleh skor 34 kriteria sangat baik. (2) aktivitas siswa pada siklus I memperoleh skor 15,02 kriteria baik, pada siklus II memperoleh skor 19,66 kriteria baik dan meningkat pada siklus III memperoleh skor 22,85 kriteria sangat baik. (3) Hasil belajar dengan ketuntasan klasikal pada siklus I 60,98%, meningkat pada siklus II menjadi 75,61%, dan siklus III meningkat menjadi 90,24%.

Simpulan penelitian adalah penerapan model Time Token berbantuan audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Semarang. Saran dari penelitian ini adalah hendaknya guru dapat menerapkan model pembelajaran Time Token dan media audiovisual dalam pembelajaran karena dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

(9)

ix

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR GAMBAR ………....……...……... DAFTAR LAMPIRAN ... xiii xiv BAB I PENDAHULUAN………..………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 1.2.1 1.2.2 Rumusan dan Pemecahan Masalah ... Rumusan Masalah ... Pemecahan Masalah... 9 9 10 1.3 1.3.1 1.3.2 Tujuan Penelitian ... Tujuan Umum ……….……….. Tujuan Khusus……….……….. 11 11 12 1.4 1.4.1 1.4.2 Manfaat Penelitian ... Manfaat Teoretis………..……….. Manfaat Praktis………..……….... 12 12 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA………..…………...……... 14

2.1 Kajian Teori ... 14

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 14

2.1.2 Kualitas Pembelajaran ... 16

2.1.3 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial... ... 39

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif………...…….……… 47

2.1.5 Model Pembelajaran Time Token... 48

2.1.6 Media Pembelajaran ... 50

2.1.7 Media Audiovisual ... 53

2.1.8 Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran IPS melalui Model Time Token Berbantuan Audiovisual... 58

(10)

x

3.1.1 Perencanaan ... 72

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 73

3.1.3 Observasi ... 73

3.1.4 Refleksi ... 74

3.2 Siklus Penelitian ... 75

3.2.1 Siklus I ... 75

3.2.2 Siklus II ... 79

3.2.3 Siklus III ... 83

3.3 Subjek Penelitian ... 87

3.4 Tempat Penelitian ... 87

3.5 Variabel Penelitian ... 87

3.6 Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 88

3.6.1 Sumber Data ... 88

3.6.2 Jenis Data ... 89

3.6.3 3.7 Teknik Pengumpulan Data ... Teknik Analisis Data ... 90 92 3.7.1 Data Kuantitatif ... 92

3.7.2 Data Kualitatif ... 93

3.8 Indikator Keberhasilan ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….………....……... 98

4.1 Hasil Penelitian ... 98

4.1.1 4.1.2 Deskripsi Data Prasiklus ... Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 99 100 4.1.3 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 132

4.1.4 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 160

4.2 Pembahasan ... 187

4.2.1 Pemaknaan Temuan Peneliti ... 187

4.2.2 Uji Hipotesis ... 217

4.2.3 Implikasi Hasil Penelitian ...217

BAB V PENUTUP... 221

5.1 Simpulan ... 221

5.2 Saran ... 223

DAFTAR PUSTAKA ... 224

(11)

xi Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25

Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru ... Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa... Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Ranah Afektif ... Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ... Nilai Hasil Belajar Prasiklus (Rata-rata Ulangan Harian I,II,III). Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa... Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus I ... Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus I... Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif... Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siklus I... Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik.... Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II... Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus II... Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siklus II... Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus III... Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus III... Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siklus III... Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru ... Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa ... Peningkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif ... Hasil Observasi Peningkatan Ranah Afektif ... Hasil Observasi Peningkatan Ranah Psikomotorik ...

(12)

xii

(13)

xiii Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20

Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I ... Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... Diagram Ketuntasan Klasikal Siklus I... Diagram Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus I... Diagram Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siklus I... Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II ... Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... Diagram Ketuntasan Klasikal Siklus II ... Diagram Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus II... Diagram Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siklus II... Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III ... Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... Diagram Ketuntasan Klasikal Siklus III ... Diagram Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus III... Diagram Hasil Observasi Ranah Psikomotorik Siklus III... Diagram Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru ... Diagram Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa ... Diagram Peninggkatan Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif... Diagram Hasil Observasi Peningkatan Ranah Afektif... Diagram Hasil Observasi Peningkatan Ranah Psikomotorik ...

(14)

xiv Lampiran 2

Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8

Kisi-Kisi Instrumen ... Instrumen Penelitian ... Instrumen Penelitian Siklus I ... Instrumen Penelitian Siklus II ... Instrumen Penelitian Siklus III ... Surat-Surat Penelitian ... Foto-Foto Penelitian ...

(15)

1

14

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak. Pendidikan bertujuan agar siswa menjadi warga negara yang berkesadaran tinggi dan bertanggungjawab terhadap bangsanya. Pendidikan dalam ilmu pengetahuan sosial yaitu memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(16)

pada tahun 1993 (dalam Sapriya, 2014: 10) sebagai berikut.

Social studies the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

Ilmu pengetahuan sosial adalah studi terintegrasi tentang ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk membentuk warga negara yang baik/ berkompeten. Program IPS di sekolah merupakan gambaran kajian sistematis dan koordinatif dari disiplin ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu pengetahuan politik, psikologi, agama, dan sosiologi, juga yang bersumber dari humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama dari ilmu pengetahuan sosial adalah untuk membantu generasi muda mengembangkan kemampuannya untuk membuat keputusan-keputusan yang beralasan dan sebagai warga negara yang bertanggung jawab pada suatu masyarakat yang berbeda budaya, masyarakat demokratis dunia yang saling tergantung.

(17)

disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.

Tujuan pembelajaran IPS menurut (BSNP, 2007: 89) adalah agar peserta didik: (1) memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Gross (dalam Solihatin, 2011: 14) tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya sebagai bagian dari masyarakat dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

(18)

bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Jadi rancangan pembelajaran oleh guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Proses pembelajaran pendidikan IPS dijenjang persekolahan, baik pada tingkat pendidikan dasar ataupun menengah menurut Susanto (2014: 2-3) perlu adanya pembaharuan yang serius, karena pada kenyataanya masih banyak model pembelajaran yang bersifat konvensional, guru lebih cenderung menggunakan ceramah yang menuntut siswa pada kekuatan ingatan, tanpa mengembangkan wawasan berfikir dan penyelesaian masalah yang memungkinkan peserta didik belajar lebih aktif. Selain itu masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan IPS, sekalipun berbagai inovasi telah dilakukan tetapi hasilnya belum memuaskan.

(19)

kelompok. Guru belum memanfaatkan media yang mampu menarik perhatian siswa sehingga kualitas pembelajaran IPS di kelas VC menjadi kurang optimal.

Hasil rata-rata tiga kali ulangan harian mata pelajaran IPS, diperoleh nilai terendah 38,33 sedangkan nilai tertinggi 85. Sebanyak 41 siswa yang mencapai nilai diatas KKM hanya 18 siswa (44%) sedangkan 23 siswa (56%) nilainya dibawah KKM yaitu 70. Dari data hasil belajar tersebut, maka perlu diadakan perbaikan kualitas pembelajaran karena lebih dari 50% dari keseluruhan siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 kurang pemahaman pada materi IPS yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah.

(20)

dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kelebihan model pembelajaran Time Token menurut Shoimin, (2014: 216) antara lain: (1) mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi; (2) siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali; (3) siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran; (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi; (5) melatih siswa mengungkapkan pendapatnya; (6) menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan, dan keterbukaan terhadap kritik. Sedangkan kekurangan penerapan model pembelajaran Time Token menurut Sahrudin (2012) adalah siswa yang aktif akan dibatasi oleh jumlah kupon yang diberikan guru.

(21)

paling mudah diproduksi; (2) serba guna, mudah digunakan, dan cukup efektif dalam pembelajaran kelompok atau perorangan dan belajar mandiri; (3) dapat menginformasikan atau mendorong lahirnya respons emosional; (4) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media audiovisual dapat membantu siswa dalam menyerap isi pelajaran dan memberikan motivasi serta membangkitkan minat siswa untuk lebih giat belajar.

Penelitian ini diperkuat dengan penelitian tentang pembelajaran kooperatif yang sebelumnya dilakukan oleh Ebrahim, yang berjudul: “The Effect Of

Cooperative Learning Strategies On Elementary Students’ Science Achievement And Social Skills In Kuwait (Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar di Kuwait)”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: Analisis dari nilai hasil belajar dan keterampilan sosial siswa menggunakan strategi pembelajaran kooperatif secara signifikan lebih banyak memberi efek positif pada hasil belajar dan keterampilan sosial siswa.

(22)

siswa praktek secara langsung mengenai anatomi manusia.

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Time Token yang dilakukan oleh Harja, yang berjudul: “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPS melalui Model Time Token di SDN 04 Terandam

Padang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa: (1) aktivitas berdiskusi

siswa kelas V di SDN 04 Terandam Padang dapat meningkat dengan menggunakan model Time Token pada siklus 1 persentasenya sebesar 33,33% meningkat pada siklus II menjadi 86,10%; (2) aktivitas menjawab pertanyaan siswa kelas V di SDN 04 Terandam Padang dapat meningkat dengan menggunakan model Time Token pada siklus I persentasenya sebesar 52,77% meningkat pada siklus II menjadi 80,55%; (3) aktivitas mengemukakan pendapat siswa kelas V di SDN 04 Terandam Padang dapat meningkat dengan menggunakan Time Token pada siklus I persentasenya sebesar 38,88% meningkat pada siklus II menjadi 80,55%; (4) persentase aktivitas guru pada siklus I yaitu 72,22% dan pada siklus II 87,03%, berarti sudah mencapai target yang ditetapkan yaitu 80%. Tes akhir siklus berupa ulangan harian juga sudah dapat dikatakan meningkat dari 72,22% pada siklus I menjadi 88,88% pada siklus II dan ini berarti sudah mencapai target yang di tetapkan yaitu 80% serta mampu mencapai KKM yang diinginkan yaitu 70. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dalam proses pembelajaran.

(23)

pembelajaran IPS dapat meningkat serta menumbuhkan minat belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat, serta memberi motivasi kepada pihak sekolah melakukan inovasi pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Peneliti mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul

“Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual untuk Meningkatkan

Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang”

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah umum penelitian ini adalah “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang?”.

Rumusan masalah khusus penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. 1) Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS

KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual pada siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang?

(24)

Purwoyoso 03 Kota Semarang?

3) Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual pada siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Aletrnatif tindakan yang dapat dilakukan melalui model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual. Adapun langkah–langkah model pembelajaran Time Token menurut Shoimin (2014: 216) yang diterapkan dalam pembelajaran:

1) guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi; 2) guru memberi tugas kepada siswa;

3) guru memberi sejumlah kupon bicara dengan waktu ±30 detik per kupon pada setiap siswa;

4) guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainya. siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis;

(25)

Time Token berbantuan audiovisual pada pembelajaran IPS, yaitu: 1) siswa mengamati slide dan video yang berhubungan dengan materi;

2) siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai slide suara dan video yang ditayangkan;

3) siswa berkelompok, sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kupon bicara dengan waktu ±30 detik per kupon (jumlah kupon bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan);

4) setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, siswa harus menempelkan kupon bicara pada papan Time Token;

5) jika kupon yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh bicara lagi sampai semua temannya juga menghabiskan kupon mereka;

6) jika semua kupon telah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kupon lagi dan mengulangi prosedur kembali;

7) siswa mengamati PPT yang berisikan tentang materi diskusi

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

(26)

1) Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual pada siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang.

2) Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual pada siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang.

3) Meningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS KD 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual pada siswa kelas VC SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoretis

(27)

1.4.2.1 Bagi Guru

Implementasi model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual di SD diharapkan dapat mendorong para guru agar dapat mengadakan modifikasi pembelajaran dengan menerapkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan metode yang bervariasi.

1.4.2.2 Bagi Siswa

Penerapan model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan menumbuhkan minat belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

(28)

14

14

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar berasal dari kata ajar yang berarti mencoba yaitu kegiatan mencoba sesuatu yang belum atau tidak diketahui. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks, terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat, yang ditandai adanya: bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat, adanya penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan menyimpulkan sesuai dengan realitas, adanya perubahan sebagai pribadi (Siregar, 2014 : 3).

Djamarah (2011: 13), belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Rifa’i (2011: 82), menjelaskan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, dan kepribadian seseorang.

(29)

satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang (Arsyad, 2014: 1).

Ada 4 pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), dan belajar untuk menjadi (learning to be). Keseluruhan pilar tersebut harus bisa diterapkan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. (UNNESCO dalam Anitah, 2013: 2.6)

Siregar (2014: 17) pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian intern yang berlangsung pada siswa. Ciri – ciri pembelajaran adalah merupakan upaya sadar dan disengaja, pembelajaran harus membuat siswa belajar, tujuan pembelajaran harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang meliputi isi, waktu, proses, maupun hasilnya terkendali .

Piaget (dalam Dimyati, 2013: 14), langkah–langkah pembelajaran adalah menentukan topik pembelajaran, mengembangkan aktivitas kelas dengan topik pembelajaran yang telah dipilih, mengemukakan pertanyaan pada proses pemecahan masalah, menilai setiap kegiatan pembelajaran, memperhatikan keberhasilan dan melakukan revisi.

(30)

lingkungannya. Pembelajaran adalah usaha untuk mencapai perubahan perilaku pada peserta didik yang direncanakan oleh pendidik. Di dalam usaha tersebut menggambarkan aktivitas peserta didik dan guru serta menerapkan prinsip pemberian penguatan bagi peserta didik yang saling mempengaruhi.

2.1.2. Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. Aspek–aspek efektivitas belajar, adalah peningkatan pengetahuan, peningkatan keterampilan, perubahan sikap, perilaku, kemampuan adaptasi, integrasi, partisipasi, dan interaksi kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa kualitas pembelajaran ditentukan oleh efekivitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar (Daryanto, 2010: 58–59).

Departemen Pendidikan Nasional (2004: 8-10), merumuskan indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain: perilaku pembelajaran oleh pendidik (dosen/guru), perilaku dan dampak belajar peserta didik, iklim belajar, materi, media, dan sistem pembelajaran yang berkualitas.

(31)

Peneliti membatasi kualitas pembelajaran yang akan diteliti menjadi 3 fokus, yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Hal ini dikarenakan, bersumber dari 3 fokus inilah kualitas pembelajaran dapat terlihat. Dengan keterampilan guru dalam pengkondisian kelas, penggunaan media, serta penggunaan model pembelajaran yang inovatif, aktivitas siswa tentu saja akan mengalami perbaikan, sehingga berdampak pula pada hasil belajar yang didapatkan siswa.

2.1.2.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran

Guru adalah variabel bebas yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hal ini disebabkan karena guru adalah sutradara sekaligus aktor dalam proses pengajaran. Kompetensi profesional yang dimiliki guru sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Kompetensi adalah kemampuan dasar yang dimiliki guru, baik bidang kognitif, seperti penguasaan bahan, bidang, sikap, seperti mencintai profesinya, dan bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, penggunaan metode-metode pembelajaran, menilai hasil belajar siswa (Hamdani 2011: 79).

(32)

keterampilan ini perlu dikuasai oleh semua guru guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Peneliti menyimpulkan, keterampilan mengajar adalah usaha yang dilaksanakan oleh guru melalui bahan pengajaran yang diarahkan kepada siswa agar dapat membawa perubahan baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keterampilan dasar mengajar dalam program pengajaran dikelas terdiri dari : 2.1.2.1.1. Keterampilan Dasar Bertanya

Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir siswa, selain itu kesempatan siswa untuk berfikir juga sangat penting karena kemampuan anak berbeda-beda oleh karena itu jangan terlalu cepat mengalihkan pertanyaan kesiswa lain (Djamarah 2010: 99).

Turney (dalam Mulyasa, 2013: 70), bertanya adalah kegiatan yang terdapat dalam kegiatan sehari-hari untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang belum diketahui. Keterampilan bertanya bertujuan untuk memperoleh informasi untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Pertanyaan yang diberikan bisa bersifat suruhan maupun kalimat yang menuntut respon siswa. Tujuan dari menguasai keterampilan bertanya untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran dan perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran.

(33)

siswa, membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan (Hasibuan, 2009: 62).

2.1.2.1.2. Keterampilan Dasar Memberi Penguatan

Djamarah (2010: 99), memberikan penguatan dapat diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu, guru dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjadi teladan.

Turney (dalam Mulyasa, 2013: 77), penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan berupa respon positif (pujian) ditujukan terhadap perilaku yang baik sehingga frekuensinya berulang atau bertambah, sedangkan respon negatif (hukuman) ditujukan terhadap frekuensi perilaku yang buruk sehingga frekuensinya berkurang.

(34)

2.1.2.1.3. Keterampilan Dasar Menggunakan Variasi

Hasibuan, (2009: 64), menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar–mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.

Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat komponen, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi dan variasi dalam kegiatan (Mulyasa, 2013: 78).

Penelitian ini, menggunakan variasi mengajar berupa media yang dapat menarik perhatian siswa terhadap materi. Arsyad (2014: 9) semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Oleh karena itu peneliti menggunakan media audiovisual.

2.1.2.1.4. Keterampilan menjelaskan

Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penjelasan guru harus berfokus pada inti pelajaran, keterangan guru menarik perhatian siswa, keterangan guru mudah ditangkap oleh siswa (Djamarah, 2010: 99).

(35)

yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan.

Prinsip–prinsip yang diperlukan oleh guru dalam menjelaskan materi, adalah penjelasan dapat dilakukan diawal, ditengah atau diakhir pembelajaran, penjelasan dapat diselingi tanya jawab, materi penjelasan harus bermakna bagi siswa (Hasibuan, 200 : 70).

2.1.2.1.5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran. Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan (Turney dalam Mulyasa, 2013: 83).

Hasibuan (2009: 73), membuka pelajaran dapat diartikan tidakan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menarik perhatian siswa agar fokus terhadap pembelajaran. Sedangkan menutup pembelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti dengan memberikan ulasan pembelajaran pada hari ini, mengetahui pencapaian siswa, tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk: 1) Menimbulkan perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran.

(36)

4) Memberikan kemungkinan pada siswa untuk dapat mengaitkan fakta, keterampilan, dan konsep pada suatu peristiwa.

5) Memungkinkan siswa dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran.

2.1.2.1.6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan

Mulyasa (2013: 92), pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.

Hasibuan (2009: 77) menjelaskan bahwa membimbing diskusi kelompok kecil diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3 – 8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah organisator, sumber informasi untuk siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, membantu kesulitan belajar siswa, penyedia materi.

2.1.2.1.7. Keterampilan mengelola kelas

Hasibuan (2009: 82) menjelaskan bahwa mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mampu mengembalikan kondisi kelas menjadi optimal jika terdapat gangguan dengan mendisiplinkan kelas maupun melakukan remedial.

(37)

pada kondisi belajar yang optimal serta mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Komponen keterampilan mengelola kelas antara lain:

1. keterampilan yang bersifat preventif berkaitan dengan usaha mencegah terjadinya gangguan dengan cara menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian, memberi petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan;

2. keterampilan yang bersifat represif berkaitan dengan usaha mengatasi gangguan yang muncul dengan cara memodifikasi tingkah laku, pengelolaan kelompok, menemukan, dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah (Mulyasa, 2013: 91).

2.1.2.1.8. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Mulyasa (2013: 89), diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara kelompok. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil terdapat beberapa komponen yaitu memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi, memperluas masalah atau urunan pendapat, menganalisis pandangan siswa, meningkatkan partisipasi siswa, menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan menutup diskusi.

(38)

dalam interaksi tatap kooperatif secara optimal yang bertujuan untuk berbagi informasi, mengambil keputusan atau memecahkan masalah.

Disimpulkan bahwa keterampilan guru merupakan suatu kompetensi yang harus dikuasi guru dalam proses pembelajaran IPS melalui model Time Token berbantuan audiovisual, untuk menuju guru yang baik salah satunya adalah harus dapat menguasai keterampilan-keterampilan tersebut sebagai bekal dalam mengajar di kelas. Delapan keterampilan di atas menjadi pedoman ketika guru mengadakan kegiatan belajar mengajar IPS kelas VC di SDN Purwoyoso 03 Kota Semarang. Pada penelitian ini, keterampilan guru dan indikatornya disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token berbantuan audiovisual (Hasibuan,2009: 58-89), sebagai berikut. .

1. Keterampilan membuka pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual.

1) Menarik perhatian siswa 2) Menimbulkan motivasi.

3) Menjelaskan tujuan pembelajaran

4) Membuat kaitan antara pendahuluan dengan inti pelajaran. 2. Keterampilan bertanya menggunakan media audiovisual.

1) Pertanyaan yang disampaikan guru jelas.

2) Pertanyaan ditujukan keseluruh kelas lebih dahulu, baru menunjuk salah satu siswa.

(39)

3. Keterampilan menjelaskan menggunakan media audiovisual.

1) Memberikan ilustrasi yang relevan dengan materi lewat tayangan media audiovisual.

2) Menjelaskan materi dengan media audiovisual menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami.

3) Menjelaskan materi menggunakan media audiovisual sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan.

4) Mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan lewat tayangan media audiovisual.

4. Keterampilan menggunakan variasi menggunakan media audiovisual.

1) Guru memberi variasi dalam nada suara, volume suara, kecepatan bicara. 2) Guru menggunakan variasi media pembelajaran.

3) Guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting. 4) Media yang digunakan dapat menarik minat siswa

5. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil menggunakan model Time Token.

1) Membagi perhatian secara merata.

2) Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi sesuai prosedur Time Token. 3) Memberi waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab

permasalahan.

(40)

6. Keterampilan mengelola kelas.

1) Mengkondisikan siswa secara fisik dan psikis. 2) Menegur siswa yang mengganggu pembelajaran.

3) Memusatkan siswa pada kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. 4) Menciptakan interaksi belajar positif dengan siswa.

7. Ketarampilan guru mengajar kelompok kecil dan perorangan menggunakan model Time Token.

1) Membimbing siswa untuk berpikir.

2) Mendorong siswa menyampaikan pendapatnya menggunakan Time Token. 3) Mendengarkan pendapat yang disampaikan siswa.

4) Memberi respon pada jawaban/ pendapat siswa. 8. Keterampilan memberi penguatan.

1) Memberikan penguatan secara verbal berupa kata-kata.

2) Memberikan penguatan secara gestural berupa gerakan, tepuk tangan, atau acungan jempol.

3) Memberikan penguatan dengan sentuhan dirambut atau pundak. 4) Memberikan penguatan dengan tanda/ benda berupa stiker. 9. Keterampilan menutup pelajaran.

1) Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

2) Melaksanakan refleksi. 3) Memberikan evaluasi.

(41)

2.1.2.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Anitah, (2013: 2.13) proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah siswa itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda.

Djamarah (2011: 38) berpendapat bahwa belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Sedangkan Dierich dalam Hamalik (2006: 172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu: aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas metrik, aktivitas mental, aktivitas emosional, komponen-komponen masing-masing aktivitas, yaitu:

1) Aktivitas visual.

Komponen-komponennya: membaca, mengamati, dan mempelajari gambar. 2) Aktivitas lisan (oral).

(42)

3) Aktivitas mendengarkan.

Komponen-komponennya: mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan penjelasan teman satu kelompok, dan mendengarkan penjelasan kelompok lain.

4) Aktivitas menulis.

Komponen komponennya: menulis laporan, mengerjakan tes, dan menulis rangkuman.

5) Aktivitas menggambar.

Kompenen-kompenennya: misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.

6) Aktivitas motorik.

Komponen-komponennya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.

7) Aktivitas mental.

Komponen-komponennya: mengingatkan teman, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan kerjasama.

8) Aktivitas emosional.

Komponen-komponennya: berani, fokus, minat.

(43)

aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional yang digunakan dalam penelitian ini.

Indikator aktivitas siswa yang dilakukan dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Time Token berbantuan audiovisual pada berbagai kegiatan (Hamalik, 2006: 172), sebagai berikut.

1. Melaksanakan kegiatan pembelajaran awal dengan tertib (aktivitas emosional, lisan, mental).

1) Mempersiapkan seluruh perlengkapan belajar.

2) Memberikan tanggapan pada apersepsi yang diberikan guru. 3) Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran.

4) Siswa menyampaikan pengetahuan awal yang dimiliki sesuai dengan isi materi.

2. Memperhatikan media (aktivitas visual, mendengarkan, mental).

1) Memperhatikan tayangan dari awal audiovisual yang ditampilkan sampai akhir.

2) Bertukar pendapat dengan teman saat penayangan berlangsung. 3) Pandangan fokus saat video yang ditayangkan.

4) Mencatat hal-hal penting dari video yang ditayangkan. 3. Mengajukan pertanyaan (aktivitas lisan, emosional, mental). 1) Berani bertanya tentang materi yang kurang dipahami. 2) Bertanya dengan suara yang jelas.

(44)

4. Menjawab pertanyaan dari guru (aktivitas lisan, mental, emosional). 1) Berani menjawab pertanyaan dari guru.

2) Sering menjawab pertanyaan dari guru.

3) Jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diberikan.

4) Menjawab pertanyaan dari guru dengan kalimat yang jelas.

5. Melakukan diskusi kelompok menggunakan Time Token (aktivitas lisan, mental, motorik, mendengarkan).

1) Mengungkapkan pendapat saat diskusi kemudian menempelkan kartu bicara pada papan Time Token.

2) Menanggapi pendapat teman kemudian menempelkan kartu bicara pada papan Time Token.

3) Memecahkan permasalahan dan memberi saran positif pada kelompoknya.

4) Bekerjasama dengan anggota kelompok.

6. Melaporkan hasil diskusi kelompok (aktivitas lisan, menulis, mental). 1) Menyampaikan laporan hasil diskusi di depan kelas.

2) Jelas dalam menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. 3) Siswa merespon tanggapan yang muncul.

4) Menulis rangkuman hasil diskusi.

7. Melakukan refleksi (aktivitas lisan, mental, emosional). 1) Mencatat hasil refleksi.

(45)

4) Refleksi yang dibuat sesuai dengan materi yang telah dipelajari.

Siswa melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran tersebut, diharapkan dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep materi pembelajaran dengan bantuan guru. Keberhasilan siswa dalam belajar berdasarkan pada aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran.

2.1.2.3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut berdasarkan pada materi yang telah dipelajari oleh siswa, oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Rifa’i 2011: 85).

Anitah, (2013: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah anak Sekolah Dasar, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan:

1) kemampuan membaca, mengamati, materi yang disampaikan guru;

(46)

3) kemampuan mengorganisasi hasil–hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut pandang perbedaan dan persamaan.

Kemampuan tersebut sudah dapat diterapkan secara menyeluruh khususnya pada kelas tinggi. Sehingga pada penelitian di kelas VC SDN Purwoyoso 03 dapat menggunakan teori ini dalam mengkaji hasil belajar siswa.

Bloom (dalam Poerwanti. 2008: 1.23), mengelompokkan kemampuan manusia kedalam dua ranah utama yaitu ranah kognitif dan non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

2.1.2.3.1 Ranah Kognitif

Ranah kognitif memegang tempat utama yang sangat penting yang merupakan tujuan pengajaran di sekolah, aspek kognitif yang sudah direvisi dibedakan atas enam jenjang (Bloom dalam Mohamad: 2011) https://www.academia.edu/6274013/Revisi_Taksonomi_Bloom, yaitu:

1) Mengingat (C1)

(47)

2) Memahami (C2)

Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b) menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: memperhitungkan, memperkirakan, menduga, menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.

3) Mengaplikasikan (C3)

Jenjang kognitif ini menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.

4) Menganalisis (C4)

(48)

digunakan antara lain: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan, memilih, dan memisahkan.

5) Mengevaluasi (C5)

Jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. Kata operasional yang digunakan terdiri dari: mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan menceritakan.

6) Mencipta (C6)

Jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain: menafsirkan, menentukan, menduga, mempertimbangkan, membenarkan, dan mengkritik.

Adapun Indikator ranah kognitif adalah :

1) menjelaskan beberapa usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan (C2);

2) mendeskripsikan peristiwa persiapan kemerdekaan (C2); 3) mendeskripsikan peristiwa Rengasdengklok (C2);

(49)

5) menyebutkan peran PPKI dalam persiapan kemerdekaan Indonesia (C1); 6) menjelaskan proses perumusan dasar negara (C2);

7) menuliskan tokoh-tokoh yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia (C1); 8) menentukan peran tokoh-tokoh dalam kemerdekaan Indonesia (C3);

9) memaparkan cara menghargai jasa pahlawan (C4). 2.1.2.3.2 Ranah Afektif

Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif, sebagai berikut.

1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.

2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan, membaca, melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan. 3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena

(50)

yang digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.

4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilainilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, dan memodifikasikan.

Indikator dalam ranah afektif yaitu membentuk karakter siswa yang meliputi: 1. disiplin, indikatornya membiasakan hadir tepat waktu, mematuhi aturan

diskusi kelompok dengan model Time Token, menyelesaikan soal tepat waktu, menjalankan tata tertib kelas;

2. tanggung jawab, indikatornya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh tanggung jawab, membuat laporan diskusi sesuai dengan petunjuk guru, memberikan konstribusi dan berperan aktif dalam diskusi kelompok, menjaga suasana diskusi yang kondusif;

3. toleransi, indikatornya menghargai pendapat teman dalam pembelajaran, mendengarkan saat teman bertanya atau berpendapat, memberikan kesempatan bertanya pada teman ketika berdiskusi, menjaga suasana yang harmonis dengan kelompok lain;

(51)

Pada tingkat ranah afektif ini, siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

2.1.2.3.3 Ranah Psikomotorik

Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:

1. muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, dan menampilkan,

2. manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk,

3. neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memotong, menarik, dan menggunakan,

Indikator dalam aspek psikomotorik pada anak, lebih menekankan pada unjuk kerja (keterampilan berbicara) selama pembelajaran (Sugiarto, 2013: 7), dengan indikator sebagai berikut.

1. Bertanya.

1) Bertanya dengan jelas.

2) Pertanyaan yang diajukan berbobot. 3) Pertanyaan sesuai dengan materi.

(52)

2. Menyampaikan pendapat.

1) Menyampaikan pendapat dengan jelas. 2) Pendapat yang disampaikan berbobot. 3) Menyampaikan pendapat secara runtut.

4) Waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pendapat ≥ 30 detik. 3. Berdiskusi.

1) Beperan aktif dalam memecahkan masalah. 2) Menjaga situasi kondusif dalam kelompok.

3) Keaktifan memberikan ide dalam membuat laporan diskusi.

4) Waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan pendapat ≥ 30 detik. 4. Presentasi hasil diskusi.

1) Membacakan hasil diskusi.

2) Mempresentasikan hasil diskusi dengan percaya diri.

(53)

2.1.3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.3.1. Pengertian IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial sebenarnya sudah melekat pada diri masing-masing individu dengan kadar yang berbeda sejak lahir, namun secara formal baru dikenal setelah memasuki jenjang pendidikan formal. Hidayati (2008: 1.19) hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada, artinya bahwa bidang studi IPS tidak mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah terpisah, melainkan semua dipadukan menjadi satu bernama IPS, dikarenakan mata pelajaran tersebut mempunyai ciri– ciri yang sama.

Ilmu pengetahuan sosial atau IPS menurut Somantri (dalam Sapriya, 2014: 11) adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

(54)

Peneliti menyimpulkan, IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya.

2.1.3.2. Tujuan IPS

Tujuan pembelajaran IPS menurut BSNP (2007: 175), agar peserta didik: (1) memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social, dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan utama pengajaran IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik (Taneo 2010: 1.27).

Tujuan pendidikan IPS menurut Nursid Sumaatmadja (dalam Hidayati 2008:

1.24) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang

memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi

(55)

anak untuk memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ideide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimaginasi, minat belajar, kemampuan merumuskan masalah, dan hipotesis pemecahannya, keinginan melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan data.

Melalui pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.

2.1.3.3. Karakteristik IPS

Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Sadeli (dalam Hidayati (2008: 1-26) menyatakan bahwa bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu. Karena IPS terdiri dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakterisitik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya.

(56)

2.1.3.3.1. Materi IPS

Dilihat dari sudut materi mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Menurut Mulyono (dalam Hidayati, 2008: 1.26) ada beberapa sumber materi IPS meliputi: (1) segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar; (2) kegiatan manusia; (3) lingkungan geografi dan budaya; (4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh, dan kejadian-kejadian yang besar; (5) anak sebagai sumber materi.

Materi IPS yang dikaji dalam penelitian ini yaitu persiapan kemerdekaan Indonesia. Dengan rincian pembahasan sebagai berikut.

1. Usaha Bangsa Indonesia Memperoleh Kemerdekaan. 1) Pembentukan BPUPKI.

2) Pembentukan PPKI. 3) Peristiwa Rengasdengklok. 4) Perumusan Teks Proklamasi.

5) Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

2. Sidang-Sidang BPUPKI dan PPKI (proses perumusan dasar negara). 1) Pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 diselenggarakan sidang BPUPKI

yang pertama.

(57)

3) Sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan rumusan dasar negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945. 3. Tokoh-tokoh yang Berperan Dalam Kemerdekaan.

Tokoh-tokoh yang berperan dalam kemerdekaan yaitu: 1) Ir. Soekarno; 2) Drs. Moh. Hatta; 3) Ahmad Soebarjo;4) Ibu Fatmawati; 5)Sutan Syahrir; 6) Laksamana Maeda; 7) Sukarni; 8) Sayuti Melik; 9) Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat.

4. Menghargai Jasa-Jasa Pahlawan.

Ada beberapa cara mengenang dan menghormati jasa para pahlawan, di antaranya sebagai berikut.

1)Pada waktu upacara di sekolah atau di kantor, dilakukan acara mengheningkan cipta yang tujuannya untuk mengenang jasa para pahlawan.

2)Melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan dan mendoakan semoga arwahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

3)Meneladani semangat perjuangan para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.

4)Mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif dan membangun Indonesia supaya lebih maju (Syamsiyah, 2008: 99).

2.1.3.3.2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS.

(58)

anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia.

Masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di lingkungan masyarakat (Hidayati, 2008: 1.27).

2.1.3.3.3. Ruang Lingkup IPS

Kurikulum Pengetahuan Sosial SD dan MI, ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi aspek KTSP 2006: (1) sistem sosial dan budaya; (2) manusia, tempat, dan lingkungan; (3) perilaku ekonomi dan kesejahteraan; (4) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 5) sistem berbangsa dan bernegara.

Penelitian ini menekankan pada ruang lingkup waktu dan sistem bernegara yang menerangkan tentang usaha-usaha persiapan kemerdekaan. Materi ini merupakan kejadian yang telah terjadi di masa lampau, yaitu pada tahun 1945, serta menerangkan awal mula kemerdekaan Negara Indonesia yang ditandai oleh pembacaaan Naskah Proklamasi.

2.1.3.3.4. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

(59)

Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik (Winataputra, 2004: 1.39).

Sardjiyo (2008: 1.28) tujuan pendidikan IPS di SD sebagai berikut. 1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna

dalam kehidupannya kelak di masyarakat.

2) Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.

5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

(60)

1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3). 1) Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah 2) Suka memuji diri sendiri.

3) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting.

4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya.

5) Suka meremehkan orang lain.

2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6). 1) Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. 2) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.

3) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.

4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

(61)

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif dengan bercirikan: (1) memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana dapat hidup berdampingan dengan sesama manusia; (2) pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten dalam memberikan penilaian. Pembelajaran kooperatif tidak bisa disamakan dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedural model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menciptakan pengelolaan kelas lebih efektif (Suprijono, 2014: 46).

Shoimin (2014: 216), pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, dalam belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inquiri dengan anggota kelompok 4 – 5 orang siswa.

(62)

kelompok yang memberi kesempatan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.5. Model Pembelajaran Time Token

Time Token adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Pengaplikasian model pembelajaran Time Token ini dengan cara berkelompok, yang dalam pembelajaran ini mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa diam sama sekali dalam berdiskusi. Guru memastikan semua anggota kelompok telah menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya (Shoimin, 2014: 216).

Model pembelajaran Time Token menurut Aqib (2014: 33) adalah pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, selain itu juga untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.

Langkah–langkah model pembelajaran Time Token yang diterapkan dalam pembelajaran meliputi:

1) guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi; 2) guru memberi tugas kepada siswa;

3) guru memberi sejumlah kupon bicara dengan waktu ±30 detik per kupon pada setiap siswa;

(63)

tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainya. siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak menyampaikan pendapatnya;

5) guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa (Shoimin, 2014: 216).

Kelebihan model pembelajaran Time Token menurut Huda (2013: 241): 1) mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi;

2) menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak sama sekali;

3) membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran;

4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara); 5) melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya;

6) melatih siswa untuk terbiasa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan, dan memiliki keterbukaan terhadap kritik;

7) mengajak siswa untuk mencari solusi permasalahan secara bersama-sama; 8) tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

(64)

kupon bicaranya habis tidak boleh berbicara lagi, dan siswa yang masih mempunyai kupon bicara harus berbicara sampai kupon bicaranya habis.

2.1.6. Media Pembelajaran

Pembelajaran dapat mencapai tujuan jika pesan yang disampaikan oleh guru dapat sampai kepada

Gambar

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kredit mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau badan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang

Karena mengetahui HIV/AIDS di kalangan sopir pete-pete kampus Unhas tidak menjamin untuk tidak berperilaku beresiko terjadinya HIV/AIDS maka upaya-upaya untuk

While this is ideal for several use cases, it does not support the exchange of datasets containing multivariate time series (i.e. multiple variables recorded for each data

TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR BOYOLALI..

[r]

Kasus Hak Cipta yang ditangani Polri .... Faktor dan Kendala Penegakan Hukum

Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur akuntansi yang

The research of the influence of discovery learning model toward the student’s achievement, creativity and cooperation in teaching of salt hydrolysis was be