i
MUTU KOMUNIKASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN
ORANG TUA BERDASARKAN PERBEDAAN
PERILAKU SEKS ANAK
RETARDASI MENTAL
DI SLB LAWANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakltas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh :
RABIATUL ADAWIYAH NIM. 07060075
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MUTU KOMUNIKASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA
BERDASARKAN PERBEDAAN PERILAKU SEKS
PADA ANAK RETARDASI MENTAL
DI SLB LAWANG
SKRIPSI
Disusun Oleh :
RABIATUL ADAWIYAH
NIM. 07060075
Skripsi Telah Disetujui
12 Agustus 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Ainur Rofieq, M.Kes Edi Purwanto,S.Kep.,Ns
NIP.19651001. 19900311.004 NIP.UMM. 11205080426
Mengetahui,
Ketua program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamamadiyah Malang
Ririn Harini, S.Kep.Ns
iii
LEMBAR PENGESAHAN
MUTU KOMUNIKASI DAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA BERDASARKAN PERBEDAAN PERILAKU SEK PADA ANAK
RETARDASI MENTAL DI SLB LAWANG
SKRIPSI
Disusun oleh : RABIATUL ADAWIYAH
NIM. 07060075 Telah diujikan
Pada Tanggal 15 Agustus 2011
Penguji I, Penguji II,
Drs. Ainur Rofieq, M.Kes Edi Purwanto,S.Kep.,Ns NIP.19651001. 19900311.004 NIP.UMM. 11205080426
Penguji III, Penguji IV,
Yoyok Bekti P, M.Kep., Sp. Kom Nur Lailatul M,S.Kep.,Ns NIP.19651001. 19900311.004 NIP.UMM. 11205010421
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya ang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rabiatul Adawiyah
Nim : 07060075
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM
Judul Skripsi : Mutu Komunikasi dan Tingkat Pengetahuan Orangtua
berdasarkan Perbedaan Perilaku Seks pada Anak Retardasi
Mental di SLB Lawang, Malang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.
Malang, 18 Agustus 2011
Yang Membuat Pernyataan,
v
Indah Seindah-indahnya . . .
“Dengarkanlah suara hatimu karena disanalah kamu akan mendapatkan ketenangan jiwa”
Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan.
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang
senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia
mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu tercinta) yang selalu memanjatkan doa kepada yaya dalam setiap sujudnya. Terima kasih untuk semuanya yang telah Ayah dan Ibu berikan . . .
Adek ku satu-satunya, adek Tika .. Semoga aku bisa jadi contoh yang baik buat kamu. I Love You Forever . . .
Keluarga besar ku Mak Ne, Nenek Hosniah, Tuk Tima, Nek Jena, Cik Adink, Cik basit, Cik Sadan, Cik Hasan, Cik Kalsum, Cik Nita, Cik Iis, Cik Nong, Cik Iin, Cik Ramli, Saudara2 ku semua.. terima kasih atasdukungannya.. bahagia aku bisa jadi bagian dari keluarga ini . .
N 2763 YT (Candra FP) terima kasih atas dukungannya, pengertian dan perhatiannya sehingga aku bisa menyelesaikan tugas skripsi ini . .
Teman2 senasib dan seperjuangan GieJee (Iik, Fitri, Lisa, Yanuar, Nirmala, Eva, Orin) yang telah berjuang bersama-sama, dan memberikan semangat dikala suka maupun duka. .
Teman-teman Kosan 1053 C, makasih telah menghiburku di saat aku lagi suntuk, bosen, jenuh ngerjain skripsi . .
Mbak putri, mbak ajeng, novi makasih telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini . .
Warga PSIK’07 yang telah bersama-sama selama 4 tahun mencari ilmu. Kalian is the best . .
Buat semua yang menjadi inspirasiku . .
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Puji Syukur Alhamdulillah, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Mutu Komunikasi dan Tingkat Pengetahuan Orangtua berdasarkan Perbedaan Perilaku Seks pada Anak Retardasi Mental di SLB Lawang”. Tugas Akhir Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
Bersamaan dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Ibu Tri Lestari Handayani, M. Kep, Sp. Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Ririn Harini, S. Kep, Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Drs. Ainur Rofieq, M. Kes selaku Pembimbing 1 yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berguna selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Edi Purwanto, S. Kep, Ns selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berguna selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Agus selaku wali guru siswa anak retardasi mental di SLB Lawang yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian di SLB Lawang.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan semangat dan bantuan selama menempuh pendidikan dan semua keluargaku yang telah memberikan bantuan baik secara materiil maupun spiritual.
7. Semua dosen PSIK UMM yang telah mengajar, mendidik dan membimbing selama masa belajar.
8. Teman-teman PSIK khususnya angkatan 2007.
vii
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga tugas akhir skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kesehatan khususnya bidang keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Wassalamualikum Wr. Wb
Malang, 18 Agustus 2011
viii
INTISARI
Mutu Komunikasi dan Tingkat Pengetahuan Orangtua berdasarkan
Perbedaan Perilaku Seks pada Anak Retardasi mental di SLB Lawang
Rabiatul Adawiyah1, Ainur Rofieq2, Edi Purwanto3
Latar belakang : perilaku seksual remaja retardasi mental adalah normal sama seperti remaja normal yang lainnya, tetapi perilaku seksual mereka mencerminkan ketidakmatangan perkembangan sosial dan emosional mereka. Hal tersebut dikarenakan ketidaktahuan mereka yang disebabkan karena ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi dengan efektif serta membentuk hubungan timbal balik dengan orang lain dan juga dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang seksualitas.
Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif analitik. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 responden yang terdiri dari 20 anak retardasi mental dan 20 orangtua dari anak retardasi mental. Dengan variabel independent mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan orangtua. Analisa data yang di gunakan yaitu dengan uji T dengan taraf signifikan 0,05 dan uji produck moment dengan taraf signifikan 0,05.
Hasil: dari uji t didapatkan hasil P<0,05, maka H0 ditolak. Dari uji produck moment didapatkan hasil p<0,05, maka H0 ditolak.
Kesimpulan: Mutu Komunikasi dan Tingkat Pengetahuan Orangtua berbeda secara signifikan berdasarkan perbedaan perilaku Seks pada Anak Retrdasi mental di SLB Lawang dan terdapat hubungan antara Mutu Komunikasi dan Tingkat Pengetahuan orangtua terhadap Perilaku Seks pada Anak Retardasi Mental di SLB Lawang.
Kata Kunci: Mutu Komunikasi, Tingkat Pengetahuan, Perilaku Seks, Anak
ix
ABSTRACT
Quality of Communication and Parent's Knowledge Level Based on
Differences Sexual Children's Behavior Mental Retardation in SLB Lawang
Rabiatul Adawiyah1, Ainur Rofieq2, Edi Purwanto3
Background: Mental retardation's sexual adolescent behavior is normal like any other normal teenager, but their sexual behavior reflects the immaturity of their social and emotional development. That is because their ignorance caused their inability to communicate effectively and establish reciprocal relationships with others and also due to lack of knowledge about sexuality.
Method: Design used in this research is analytical descriptive research design. The sample in this study 20 respondents consisted of 20 mentally retarded children and 20 parents of mentally retarded children. Independent variable of this study is quality of communication and level of knowledge parents. Analysis of data used T test with significant level of 0.05 and test produck moment with significant level 0.05.
Result: Result of the t test p <0.05, H0 is rejected, and result of produck moment test p <0.05, H0 is rejected.
Conclusion: quality of communication and parent's knowledge level is different significantly based on differences sexual children's behavior mental retardation in SLB Lawang and there is a relationship between communication quality and level of parent knowledge to sexual behavior in children mental retardation in SLB Lawang.
Keywords: Quality of Communication, Level of Knowledge, Sex Behavior,
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Surat Pernyataan keaslian tulisan ... iv
Persembahan ... v
Kata Pengantar ... vi
Intisari ... viii
Abstrack ... ix
Daftar isi ... x
Daftar tabel ... xiv
Daftar gambar ... xv
Daftar diagram ... xvi
Daftar lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Umum ... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.4.1 Bagi peneliti ... 6
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan ... 7
1.4.3 Bagi Lembaga yang diteliti ... 7
1.5 Definisi Istilah ... 7
1.6 Batasan Penelitian ... 8
1.7 Keaslian Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Retardasi Mental ... 11
2.1.1 Pengertian ... 11
xi
2.1.3 Tingkat Retardasi Mental ... 13
2.1.4 Karakteristik Anak Retardasi Mental ... 19
2.2 Konsep pengetahuan ... 20
2.2.1 Pengertian ... 20
2.2.2 Tingkat pengetahuan ... 21
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ... 23
2.3 Komunikasi ... 24
2.3.1 Pengertian komunikasi ... 24
2.3.2 Tujuan Komunikasi ... 24
2.3.3 Elemen-elemen Komunikasi ... 25
2.3.4 Komunikasi orangtua dan anak ... 27
2.3.5 Hal-hal yang Menentukan Keberhasilan Komunikasi Orangtua-Anak ... 28
2.4 Seksualitas ... 28
2.4.1 Pengertian ... 28
2.4.2 Perkembangan Seksual Remaja ... 29
2.4.3 Orientasi Seksual ... 29
2.4.4 Ekspresi Seksual ... 30
2.5 Perilaku Seks... 31
2.5.1 Pengertian ... 31
2.5.2 Perkembangan Perilaku Seksual ... 32
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual ... 34
2.5.4 Bentuk-bentuk perilaku seksual ... 36
2.6 Konsep Remaja ... 36
2.6.1 Pengertian ... 36
2.6.2 Tugas-tugas perkembangan remaja ... 37
2.7 Orangtua ... 38
2.7.1 Pengertian ... 38
2.7.2 Keterbukaan orangtua dan anak ... 39
2.8 Konsep SLB (Sekolah Luar Biasa) ... 39
2.8.1 Ciri-ciri pembelajaran di SLB ... 40
2.8.2 Prinsip-prinsip pembelajaran SLB ... 41
xii
2.10Hubungan pengetahuan seksualitas dengan perilaku seks ... 42
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESISI PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 46
3.2 Hipotesis ... 47
BAB IV METODE PENELITIAN ... 48
4.1 Desain Penelitian ... 48
4.2 Populasi, Sampel, dan Tekhnik Sampling ... 48
4.3 Variabel Penelitian ... 49
4.4 Definisi Operasional ... 49
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
4.6 Intrumen Penelitian ... 52
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 53
4.8 Teknik Analisis Data ... 54
4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 54
4.8.2 Analisis Uji t ... 55
4.8.3 Analisis Korelasi Produck Moment ... 57
4.9 Pengujian validitas instrument ... 57
4.10Etika Penelitian ... 59
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 61
5.1 Hasil Penelitian ... 61
5.2 Hasil Analisa Data ... 63
5.2.1 Hasil Analisa dengan Statistik Deskriptif ... 63
5.2.2 Hasil Analisis dengan Uji t ... 64
5.2.3 Hasil Analisis dengan Uji Produk Moment ... 67
5.3 Hasil Uji Instrument ... 67
BAB VI PEMBAHASAN ... 69
xiii
6.2 Perbedaan Tingkat Pengetahuan Orangtua Berdasarkan Kategori Perilaku
Seks Pada Anak Retardasi Mental ... 71
6.3 Hubungan Mutu Komunikasi dengan Tingkat Pengetahuan Orangtua terkait Perilaku Seks Anak Retardasi Mental ... 73
6.4 Keterbatasan Penelitian ... 74
6.5 Implikasi untuk Keperawatan... 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
7.1 Kesimpulan ... 76
7.2 Saran ... 76
Daftar Pustaka ... 78
Lampiran ... 81
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Definisi operasional variabel ... 49
Tabel 5.1: Nilai pengukuran data induk variabel bebas ... 62
Tabel 5.2: Nilai pengukuran data induk variabel terikat ... 62
Tabel 5.3: Hasil ringkas komputasi One-Sample Kolmogrov Smirnov Test ... 64
Tabel 5.4: Hasil uji homogenitas perilaku seks berdasarakan mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan ... 65
Tabel 5.5 Hasil uji t perilaku seks berdasarkan mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan ... 66
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTRAR DIAGRAM
Diagrm Batang 5.1: Perilaku seks anak retardasi mental ... 63 Diagrm Batang 6.1: Mutu komunikasi orangtua berdasarkan perilaku seks anak
retardasi mental ... 69 Diagrm Batang 6.2: Tingkat pengetahuan orangtua berdasarkan perilaku seks anak
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Permohonan izin penelitian ... 82
Lampiran 2 : Lembar permohonan inform consent ... 83
Lampiran 3 : Kuisioner mutu komunikasi ... 84
Lampiran 4 : Kuisioner tingkat pengetahuan ... 88
Lampiran 5 : Kuisioner perilaku seksual ... 90
Lampiran 6 : Analisis validitas dan reliabilitas ... 92
Lampiran 7 : Data induk penelitian ... 95
Lampiran 8 : Uji homogenitas ... 98
Lampiran 9 : Uji t ... 101
Lampiran 10: Lembar bimbingan skripsi ... 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak adalah anugerah yang diimpikan oleh orangtua dan semua orangtua
mendambakan anak lahir normal sehat wal’afiat secara sehat lahir dan batin.
Tetapi belakangan ini banyak sekali anak yang lahir secara tidak normal. Salah satu
contohnya yaitu keterbelakangan mental (retardasi mental). Anak-anak yang
mengalami keterbelakangan mental harus mempunyai perhatian yang khusus,
motivasi dari orang tua dan harus mendapatkan pendidikan di tempat yang khusus
pula (Nelson, 2002). Di Indonesia jumlah cacat mental cukup tinggi yaitu
mencapai 6,6 juta orang atau 3% dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam perkembangan fisik dan
mental anak karena dengan orangtua anak pertama kali berinteraksi (Soetjiningsih,
1998). Tingkat pengetahuan orang tua pada anak retardasi mental akan
mempengaruhi keadaan anak. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan-kebutuhan anak dan cara didik dari
anak retardasi mental. Sehingga rasa kasih sayang dan perhatian orangtua terhadap
anak retardasi mental juga berkurang. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat
pengetahuan orangtua semakin buruk dampaknya bagi anak retardasi mental.
Sebaliknya semakin baik tingkat pengetahuan orangtua maka semakin baik
dampaknya bagi perkembangan anak retardasi mental (Wahidin R, 2006).
Perkembangan tentang seksualitas pada remaja banyak dibahas dan
2
tentang seksualitas pada anak berkebutuhan khusus atau pada remaja
keterbelakangan mental. Menurut Schwier dan Hingsburger (2000), seksualitas
merupakan integrasi dari perasaan, kebutuhan dan hasrat yang membentuk
kepribadian unik seseorang, mengungkap kecenderungan seseorang untuk menjadi
pria atau wanita, dan seksualitas dibatasi sebagai pikiran. perasaan, sikap dan
perilaku seseorang terhadap dirinya (
http://www.pdfwindows.com/pdf/jurnal-seksualitas-remaja-autis/ diakses tanggal 19 Maret 2011 jam 19:05 WIB).
Kasus mengenai perilaku seksual pada remaja dari waktu ke waktu
semakin mengkhawatirkan. Sementara di masyarakat terjadi pergeseran nilai–nilai
moral yang semakin jauh sehingga masalah tersebut sepertinya sudah menjadi hal
biasa, padahal penyimpangan perilaku seksual merupakan sesuatu yang harus
dihindari oleh setiap individu. Salah satu contoh mengenai penyimpangan perilaku
remaja, khususnya perilaku seksualnya yaitu sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Centra Mitra Remaja (CMR) Medan, Sumatra Utara, diperoleh ada lima tahapan
yang sering dilakukan oleh remaja yaitu: dating, kissing, necking, petting dan
coitus. Diperoleh data bahwa hampir 10 % remaja sudah pernah melakukan
hubungan seks. Penelitian PKBI DI Yogyakarta selama tahun 2001 menunjukkan
data angka sebesar 722 kasus kehamilan tidak diinginkan pada remaja. Menurut
Fakta HAM 2002 data PKBI Pusat menunjukkan 2,3 juta kasus aborsi setiap
tahun dimana 15 % diantaranya dilakukan oleh remaja (belum menikah). Faktor
penyebab dari perilaku tersebut antara lain yaitu: semakin panjangnya usia remaja,
informasi tentang seks yang terbatas, melemahnya nilai-nilai keyakinan serta
lemahnya hubungan dengan orang tua (Yuwono, 2001).
Pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orang tua di
3
Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak
di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi
maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang
tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih
banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal
ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar
(http://www.pdfwindows.com/pdf/jurnal-seksualitas-remaja-autis/ diakses
tanggal 19 Maret 2011 jam 19:05 WIB).
Hasrat seks merupakan suatu hal yang alamiah. Masa puber yang terjadi
pada anak berkebutuhan khusus terkadang datang lebih awal dari anak normal,
tapi bisa juga datang lebih lama atau mengalami keterlambatan. Dalam hal ini anak
akan mengalami perubahan hormonal dan juga perubahan fisik berbeda pada anak
laki-laki dan perempuan (Nasar, 2005).
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didororng oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Wirawan, 2001). Era
globalisasi ini dapat membawa dampak negatif bagi remaja, membawa perubahan
pada perilaku seksual pada kaum remaja dan makin maraknya kasus-kasus yang
berhubungan dengan perilaku menyimpang seksual pada remaja. Salah satu faktor
penyebab terjadinya penyimpangan perilaku seks adalah minimnya pemahaman
tentang pendidikan seks di kalangan remaja, khususnya remaja retardasi mental.
Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar,
sehingga banyak remaja yang mencari informasi dengan cara yang salah.
Pendidikan seksualitas yang hingga saat ini masih dianggap tabu membuat
4
remaja ini. Padahal sebenarnya pendidikan seksualitas sangat penting untuk di
ajarkan kepada pelajar SMP, SMA maupun mahasiswa, dilihat makin berubahnya
perilaku seksual remaja dari tahun ke tahun (Saputri, 2007)
Menurut Nasar (2005), perilaku seksual remaja retardasi mental adalah
normal sama seperti remaja normal yang lainnya, tetapi perilaku seksual mereka
mencerminkan ketidakmatangan perkembangan sosial dan emosional mereka. Hal
tersebut dikarenakan perilaku seksual yang dilakukan remaja retardasi mental
dilakukan diluar kesadaran mereka dan terjadi karena ketidaktahuan mereka yang
disebabkan karena ketidakmampuan mereka untuk berkomunikasi dengan efektif
serta membentuk hubungan timbal balik dengan orang lain dan juga dikarenakan
kurangnya pengetahuan tentang seksualitas sehingga mereka tidak menyadari
bahwa perilaku seksual yang mereka lakukan merupakan hal yang tidak pantas
karena dilakukan didepan umum tanpa memperdulikan lingkungan disekitar
mereka. Oleh karena itu komunikasi yang efektif antara orangtua dengan anak
sangat penting untuk membentuk hubungan timbal balik.
Pengetahuan tentang masalah seks yang diberikan secara optimal, maka
diperlukan komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak, menurut Rakhmad
(1991) komunikasi orangtua dengan anak dikatakan efektif bila kedua belah pihak
saling dekat, saling menyukai dan komunikasi diantara keduanya merupakan hal
yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehinggan tumbuh sikap saling
percaya. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan dan
dukungan yang positif pada anak, agar anak dapat menerima dengan baik apa yang
disampaikan oleh orangtua. Magdalena (2000) juga mengemukakan bahwa
5
orangtua dengan anak ialah komunikasi yang timbal balik, ada keterbukan,
spontan, dan ada feedback dari kedua belah pihak.
Mutu komunikasi dalam sistem keluarga mempunyai suatu pengaruh besar
terhadap anggota individu. Selain itu komunikasi yang jelas dan fungsional
dikalangan anggota keluarga merupakan sarana yang penting, yang mana melalui
sarana ini perasaan penting menyangkut makna diri berkembang dan menjadi
terinternalisasi. Sebaliknya komunikasi-komunikasi yang tidak jelas diyakini
sebagai sebuah penyebab utama berfungsinya keluarga yang memprihatinkan
(Friedman, 1998).
Sekolah Luar Biasa Lawang adalah salah satu Sekolah Luar Biasa Lawang
di wilayah Kecamatan Lawang Kabupaten Malang yang jumlah keseluruhan siswa
siswinya mulai dari TK sampai SMA ada 123 siswa dimana TKLB terdiri dari 22
siswa, SDLB terdiri dari 39 siswa, SMPLB terdiri dari 28 siswa, dan SMALB
terdiri dari 30 siswa. Dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 4
Oktober 2010, kepada salah satu guru yang ada di Sekolah Luar Biasa Lawang,
remaja di Sekolah Luar Biasa kurangnya pendidikan seksualitas yang dicurigai
merupakan dampak dari kurangnya pengetahuan dan belum optimalnya
pelaksanaan pendidikan seks. Sehingga mereka sudah mempunyai keinginan untuk
menjalin hubungan khusus dengan lawan jenisnya. Serta ketidakmampuan remaja
dalam berkomunikasi yang efektif. Tidak adanya keterbukaan yaitu remaja tidak
dapat menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orangtua.
Berdasarkan data uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan orangtua
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan mutu komunikasi orangtua berdasarkan kategori
perilaku seks anak retardasi mental?
2. Bagaimana perbedaan tingkat pengetahuan orangtua berdasarkan kategori
perilaku seks anak retardasi mental?
3. Bagaimana hubungan mutu komunikasi dengan tingkat pengetahuan orangtua
terkait perilaku seks anak retardasi mental?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan orangtua
terhadap perilaku seks pada anak retardasi mental di SLB Lawang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perbedaan antara mutu komunikasi berdasarkan kategori
perilaku seks remaja retardasi mental
b. Mengetahui perbedaan antara tingkat pengetahuan orangtua berdasarkan
kategori perilaku seks remaja retardasi mental
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Dapat mengetahui mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan orangtua
7
menambah wawasan mengenai fenomena dan kejadian yang ada pada
remaja retardasi mental
b. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tinggi S1
Keperawatan
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Memberikan informasi tentang mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan
orangtua berdasarkan perbedaan perilaku seks pada anak retardasi mental
b. Sebagai data pendahuluan yang mungkin dapat digunakan sebagai data
untuk penelitian berikutnya.
3. Bagi Lembaga yang diteliti
Bahan bacaan untuk lebih meningkatkan pendidikan seks pada remaja
retardasi mental.
1.5 Definisi Istilah
1. Mutu Komunikasi
Mutu Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku
verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan
dua orang atau lebih (Deddy Mulyana, 2004).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya baik diperoleh
dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain (Notoadmodjo,
8
Tingkat pengetahuan terdiri dari enam tingkatan, yaitu: Tahu (Know),
Memahami (Comprehension), Aplikasi (Aplication), Analisis (Analysis), Sintesis
(Syenthesis), Evaluasi (Evaluation) (Notoadmodjo, 2002).
3. Kategori Perilaku Seks
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis (wirawan, 2001).
Kategori perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di didorong
oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis
berdasarkan kategori pernah dan tidak pernah.
4. Anak Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri
dari fungsi intelektual yang di bawah rata-rata dan gangguan dalam
keterampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun
(Semium, 2006).
1.6 Batasan Penelitian
Batasan-batasan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Lawang Malang.
b. Penelitian ini mengidentifikasi mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan
orangtua pada anak retardasi mental yang bersekolah di Sekolah Menengah
Pertama SLB Lawang.
1.7 Keaslian Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herman Hidayat (2002), didapatkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan perilaku seksual berpengaruh terhadap perilaku
seksual remaja. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu tingkat
9
sebagai variabel dependent. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMUN 1 Torjun
Kec. Torjun Kab. Sampang Madura pada tahun 2002 dengan menggunakan
analisa data: uji korelasi product moment.
Perbedaan antara penelitian Herman Hidayat (2002) dengan penelitian ini
adalah variabel yang digunakan, analisa data, tempat dan waktu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan
orangtua sebagai variabel independent dan perilaku seksual anak retardasi mental
sebagai variabel dependent. Tempat dan waktu penelitian adalah di SLB Lawang
Malang pada bulan Juni 2011. Analisa data yang digunakan yaitu uji T.
Persamaan antara penelitian Herman Hidayat (2002) dengan penelitian ini
yaitu terletak pada variabel dependent yaitu perilaku seksual serta metode yang
digunakan yaitu deskriptif korelasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yani Setiyowati (2010), didapatkan
hasil bahwa pola atau kualitas komunikasi orang tua berpengaruh terhadap
kenakalan remaja. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu kualitas
komunikasi sebagai variabel independent dan kenakalan remaja sebagai variabel
dependent. Penelitian tersebut dilaksanakan di SMAN 1 Pandaan siswa kelas II
pada tahun 2010 dengan menggunakan analisa data: Chi Square.
Perbedaan antara penelitian Yani Setiyowati (2010) dengan penelitian ini
adalah variabel yang digunakan, analisa data, tempat dan waktu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah mutu komunikasi dan tingkat pengetahuan
orangtua sebagai variabel independent dan perilaku seksual anak retardasi mental
sebagai variabel dependent. Tempat dan waktu penelitian adalah di SLB Lawang
10
Persamaan antara penelitian Yani Setiyowati (2010) dengan penelitian ini
yaitu terletak pada variabel independent yaitu kualitas komunikasi serta metode
yang digunakan yaitu deskriptif korelasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endarto dan Purnomo (2006),
didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
berpengaruh terhadap perilaku seksual. Variabel yang digunakan dalam penelitian
tersebut yaitu tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebagai variabel
independent dan perilaku seksual sebagai variabel dependent. Penelitian tersebut
dilaksanakan di Yogyakarta pada tahun 2006 dengan menggunakan analisa data uji
regresi.
Perbedaaan antara penelitian Endarto dan Purwono (2006) dengan
penelitian ini adalah variabel yang digunakan, analisa data, tempat dan waktu
penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah mutu komunikasi dan tingkat
pengetahuan orangtua sebagai variabel independent dan perilaku seksual anak
retardasi mental sebagai variabel dependent. Tempat dan waktu penelitian adalah
di SLB Lawang Malang pada bulan Juni 2011. Analisa data yang digunakan yaitu
uji T.
Persamaan antara penelitian Endarto dan Purwono (2006) dengan