616.462
Ind
P
ISBN 978-979-18711-0-5
PETUNJUK TEKNIS
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO
DIABETES MELITUS
GェH セ@
セ@ セN@ GNセ@
".
..
.}.
,
,
.
セ@
.
.
セ@ ...
,.
.
..
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LlNGKUNGAN ' DIREKTORAT PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
KA TA PENGANT AR
DIREKTUR PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENLILAR
Diabetes Melitus (OM) merupakan penyakit degeneratif yang bersifat kronik dan sering menimbulkan komplikasi keseluruh organ tubuh sehingga diperlukan upaya pencegahan. Faktor Risiko Diabetes Melitus adalah hipertensi, hiperglikemi, obesitas abdominal/ sentral, berat badan lebih, kurangnya aktivitas fisik dan diet tidak sehat dan seimbang.
oengan mengetahui adanya faktor risiko lebih awal, maka pengendalian faktor risiko tersebut dapat dilakukan lebih dini, yang pada akhirnya prevalensi OM juga dapat ditekan. Sebagai langkah awal, diharapkan tersedianya data yang akurat tentang faktor risiko OM di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, diharapkan tersedia petunjuk teknis tentang pengukuran faktor risiko OM.
Buku petunjuk teknis ini terdiri atas pendahuluan, tujuan, pengertian, sasaran dan ruang lingkup serta metode pengukuran faktor risiko OM.
Saya sang at berbesar hati dengan telah tersusunnya buku pedoman ini, dengan harapan buku ini dapat dilaksanakan sebaikbaiknya oleh petugas kesehatan mulai dari Puskesmas, Rumah Sakit, oinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Propinsi dan Kementerian Kesehatan serta di masyarakat.
Ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada seluruh anggota tim yang telah menyumbangkan buah pikiran, tenaga dan waktunya untuk menyelesaikan petunjuk teknis pengukuran FR OM .
oisadari, bahwa petunjuk teknis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritikan membangun dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk perbaikan, sehingga pengelolaan program OM menjadi lebih baik dimasa mendatang.
Jakarta, Agustus 2011
Sekretaris Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal PP&PL
dr. Yusharmen, イオセセウZイゥセセ@
NIP. 195408051983121001
DAFTAR 151
KATA PENGANTAR ... ... ... ... ... ... .... .. ... ... ... ... .. ... ... .
Kata Sambutan .. ... ... ... ... .. ... .. .. ... ... ... .... ... .
DAFTAR lSI ... ... ... ... ... .... ... ... .. .. ... ... .. ... .... ... ... ... ... ..
ii
DAFTAR SINGKATAN .. ... ... ... .. .... ... .... .. ... iii
BAB I
PENDAHUlUAN .... ... ... ... ... ... ... ...
1
A.
latar Belakang ... .. .... ... .. ... ... ... .... .. ... ... ...
1
B. Tujuan ... ... .. ... ... ... ... .. ... .. ...
3
C. Sasaran .. .. ... .. ... ... .. .. ... ... .... .... .. ... .. .. ... . 3
BABII
DEFINISI OPERASIONAl DAN RUANG LlNGKUP ... .
4
A.
Definisi Operasional... ... .... ... .. .. ... ... 4
B. Ruang Lingkup ... .. ... .. .... .. ... .. ... .. ... .. .. .. .. .... ..
6
BAB III
METODE PENGUKURAN FAKTOR RISIKO DM ... ... .. .... ...
1'2
1. Pengukuran dan penilaian asupan gizi .. ... ...
12
2. Penilaian aktifitas fisik .... .... .. ... .. ... .. .. .. .. .. ...
12
3. Pengukuran BB, TB, lingkar perut dan penilaian IMT....
14
4. Pengukuran dan penilaian tekanan darah... ....
16
5. Pengukuran dan penilaian kadar gula darah, kolesterol
HDl darah dan trigliserida.. .... ... ... ... ... 17
6. Penilaian Riwayat Keturunan DM... .... 17
7, Penilaian Riwayat Melahirkan dengan BB lahir Bayi
>
4000 gram.... .. ... ... .. .... ... ... .. .. ... 24
8. Penilaian Riwayat BBlR
<
2500 gram ... .. ... ... ... 24
BAB IV
PENCATATAN DAN PElAPORAN ... .. ... .. ... ... 25
BABV
PENUTUP .. .... .. ... ... .... .. ... ... .. ... ... ... ... ...
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN .. ... .... .... .. ... .. ... ... .. ... .. .. ... 27
TIM PENYUSUN .. ... ... .. ... .. ... .... .. ... .. ... ... ... 28
lAMPIRAN.. . ... .. ... .. ... ... ... ... ... .. .. ... .. ... ... 2931
DAFTAR SINGKATAN
BB
: Berat Badan
BBLR
: Berat Badan Lahir Rendah
OM
: Diabetes Melitus
FAO
: Food and Agricultural Organization
FFA
: Free Fatty Acid
FR
: Faktor Risiko
GDPT
: Glukosa Darah Puasa Terganggu
HDL
: High Density Lipoprotein
IMT
: Indeks Massa Tubuh
IMT/U
: Indeks Massa Tubuhl Umur
JNC
: Joint National Committee
LILA
: Lingkar Lengan Atas
PTM
: Penyakit Tidak Menular
TGT
: Toleransi Glukosa Terganggu
TTGO
: Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO
: World Health Organization
3J
: Jadwal, Jumlah, dan Jenis
3P
: Poliuri, Polidipsi, Polifagi
BABI
BABI
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) meliputi penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
diabetes melitus dan penyakit metabolik, penyakit kronik dan degeneratif, serta
gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2020, penyakit tidak menular merupakan kontributor terbesar pada angka kesakitan (60%) dan kematian
(73%) di seluruh dunia .
Pada tahun 2003 prevalensi OM di dunia diperkirakan 194 juta. Jumlah ini diperkirakan
akan mencapai 333 juta pada tahun 2025 disebabkan karena umur harapan hidup
yang lebih lama, gaya hidup tidak sehat dan perubahan pola makan.
Menurut WHO, diabetesi ( penyandang OM ) di Indonesia tahun 2003 sebesar
13.797.470 orang, dan pada tahun 2030 sebesar 21.300.000 orang. Hal ini akan
menjadikan Indonesia sebagai nom or 4 (em pat) terbesar di dunia setelah India, Cina,
dan Amerika Serikat.
Hasil Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa secara
nasional, prevalensi OM sebesar 5,7%, sedangkan prevalensi faktor risiko OM antara
lain prevalensi TGT sebesar 10,2%. Obesitas sentral sebesar 18,8% , hipertensi pad a
kelompok umur >18 tahun adalah 29,8%, kurang makan buah dan sayur pada
kelompok umur >10 tahun sebesar 93,6% dan kurang aktivitas fisik pada kelompok
umur >10 tahun sebesar 48 ,2%.
Oi Indonesia prevalensi OM tipe 1 sang at jarang dan dari angka prevalensi OM
diberbagai negara tampak bahwa makin jauh letak suatu negara dari khatulistiwa
makin tinggi prevalensi OM tipe 1.
Diabetisi tipe 2 merupakan Diabetisi terbanyak dari Npe diabetisi lainnya (WHO, 2007).
Kalangan profesional menyatakan bahwa di Indonesia jenis Diabetes Melitus (OM)
yang terbanyak adalah OM tipe2, yang meliputi lebih dari 90 % dari semua populasi
OM.
Komplikasi OM dapat berupa akut yaitu hipoglikemi dan penyakit kronis seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, 9agal ginjal, gangguan penglihatan (mata),
impotensi, ulkus kaki, gangren dll. Dewasa ini diabetisi bukan hanya terdapat pad a
masyarakat yang berpenghasilan tinggi, tetapi juga pada masyarakat berpenghasilan
menengah dan rendah, baik yang bermukim di perkotaan maupun di perdesaan.
Kebijakan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam pengendalian PTM
termasuk OM adalah pengendalian FR , dimana pengendalian faktor risiko OM
ditujukan kepada seseorang atau masyarakat yang mempunyai faktor risiko OM.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, Sub Direktorat Diabetes Melitus dan Penyakit
Metabolik bersamasama dengan lintas program dan lintas sektor, dalam suatu jejaring
kerja menyusun buku petunjuk teknis pengukuran faktor risiko OM .
Buku petunjuk teknis pengukuran faktor risiko OM ini disusun dengan tujuan agar
upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko OM terutama OM tipe2 tersebut
dapat berhasil dan berdaya guna untuk petugas kesehatan baik di Pusat, Propinsi,
Kabupaten/Kota, Puskesmas dan sarana kesehatan lainnya serta di masyarakat.
Manfaat buku petunjuk teknis ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam
pengukuran faktor risiko Diabetes Melitus. Buku ini melengkapi bukubuku lainnya yang
telah disusun oleh Sub Direktorat Diabetes Melitus dan Metabolik, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Linglkungan Kementerian Kesehatan beserta Lintas Sektor dan Lintas Program seperti
buku Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik, Pedoman
Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit OM, Kurikulum dan Modul TOT Diabetes
Melitus, Metode Pencegahan dan Pengendalian Faktor risiko OM, Pedoman Surveilans
Epidemiolgi OM.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Meningkatnya kemampuan tenaga kesehatan dalam pengukuran faktor risiko
Diabetes Melitus.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam melakukan
pengukuran dan penilaian asupan gizi .
2. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam melakukan
penilaian aktifitas fisiko
3. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam melakukan
pengukuran BB, TB, lingkar perut dan penilaian IMT.
4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam melakukan
pengukuran dan penilaian tekanan dara1h.
5. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan dalam melakukan
pengukuran dan penilaian kadar gula darah, HDL darah dan trigliserida.
C. SASARAN
Sasaran dari buku petunjuk teknis pengukuran FR DM ini adalah tenaga kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan primer.
BAB II
BAB II
DEFINISI OPERASIONAL DAN RUANG LlNGKUP
A. Definisi Operasional
1. Petunjuk Teknis (Juknis) pengukuran faktor risiko adalah panduan teknis yang
berisikan metode, cara dan formulir dalam melaksanakan pengukuran dan
penilaian faktor risiko di masyarakat (kelompok atau perorangan).
2. Alat ukur adalah peralatan dengan teknik manual maupun digital dan instrumen
yang dipergunakan dalam melakukan pengukuran faktor risiko.
3. Puasa adalah tidak makan dan minum yang mengandung kalori paling sedikit 8
(delapan) jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air putih
diperbolehkan.
4. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) adalah pemeriksaan kadar gula darah puasa
dan kadar gula darah 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram .
5. Gula Oarah Puasa (GOP) adalah kadar glukosa darah yang diukur setelah puasa
terlebih dahulu .
6. Gula Oarah Sewaktu (GOS) adalah hasil pengukuran kadar glukosa darah tanpa
melakukan puasa terlebih dahulu.
7. Faktor Risiko OM yaitu umur, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat
melahirkan bayi dengan BB >4000 gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir
rendah/BBLR <2500 gram,berat badan lebih, obesitas abdominallsentral,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak seimbang dengan tinggi
gula dan rendah serat.
8. Obesitas adalah suatu keadaan yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara
asupan dan penggunaan kalori sehingga timbul akumulasi jaringan lemak yang
berlebihan sehingga dapat mengganggu kesehatan. Kriteria obesitas ditentukan
melalui penilaian indeks massa tubuh (IMT).
9. Obesitas sentral adalah akumulasi jaringan lemak yang berlebihan pad a daerah
abdominal, yang ditetapkan melalui pengukuran lingkar perut.
10. Aktivitas Fisik adalah setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan
mengeluarkan tenaga dan energi.
11. Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang memanfaatkan
gerakan tubuh yang berulang untuk mencapai kebugaran.
12. Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan
pekerjaan seharihari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.
13. Asupan gizi adalah frekuensi asupan sayur dan buah , gula , makanan pokok
perhari
14. Dislipidemia sebagai faktor risiko OM adalah gangguan profil lipid yang ditandai
oleh penurunan kolesterol HDL dan atau peningkatan kadar trigliserida.
(Pemeriksaan trigliserida dilakukan setelah puasa selama 1214 jam).
15. PreDiabetes adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah puasa dan
2 jam setelah pembebanan dengan glukosa 75 gram, belum memasuki kriteria
diabetes diatas tetapi sudah berada diatas normal. Dibedakan menjadi 2 :
a. Toleransi Gula Terganggu (TGT) adalah suatu keadaan prediabetik dimana
hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam PP setelah pembebanan
glukosa
75 gram oral (TTGO) hasilnya antara 140199 mg/ dL.
b. Glukosa Darah Puasa tergangu (GDPT) adalah suatu keadaan prediabetik
dimana hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara
100-125
mg/ dL.
16. Diabetes Melitus (OM) adalah Pen yak it menahun yang timbul pada seseorang
disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
17. Klasifikasi Diabetes Melitus adalah klasifikasi berdasarkan etiologis OM ada
4 jenis:
a. Melitus tipe 1 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula darah akibat destruksi (kerusakan) sel beta
pankreas
(kelenjar ludah perut) karena suatu sebab tertentu yang menyebabkan
produksi insulin tidak ada sama sekali sehingga penderita sangat
memerlukan tambahan insulin dari luar.
b. Diabetes Melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai
oleh kenaikan kadar gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel
beta pankreas dan atau fungsi insulin (resistensi insulin) .
c. Diabetes Melitus tipe lain adalah penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat defek genetik fungsi sel
beta , efek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang , sind rom
genetik lain yang berkaitan dengan OM.
d. Diabetes Melitus tipe Gestasional adalah penyakit gangguan metabolik
yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah yang terjadi pad a wanita
hamil, biasanya terjadi pada usia 24 minggu masa kehamilan, dan setelah
melahirkan kadar gula darah kembali normal.
18. Diabetisi adalah orang dengan diabetes melitus atau penyandang diabetes
melitus.
B. Ruang lingkup
Ruang lingkup pengukuran faktor risiko OM meliputi :
1. Pengukuran dan penilaian asupan gizi
Konsumsi makanan yang tidak seimbang, tinggi gula dan rendah serat akan
menyebabkan insulin resisten sehingga terjadi hyperinsulinemia , terjadi
mekanisme kompensasi tubuh agar glukosa darah normal, tapi juga tidak dapat
diatasi sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa yang mengakibatkan
kerusakan sel beta dan terjadilah OM. Perencanaan makanan yang dianjurkan
gizi seimbang dengan komposisi energi yang dihasilkan oleh karbohidrat, protein
dan lemak, yaitu : karbohidrat = 45. 65%, protein = 1020% dan lemak =
20-25%. Secara sederhana dapat diukur dengan food model atau proporsi makanan dalam piring.
DIET SEHAT DAN SEIMBANG
pi (SO gl atau
g sayur.m
=
1 gls k da n di エゥ@ セ ゥウォ。@ n. .セ@ glatau
uh Drrc """ IuI: 。 MMMZ エ h BM Mセ ゥョ N@---=' l, l G""--""セ i@ BBGk BB ijQ MMN LL MMMMMMMGGGGGGGGGGGセGGGGGGGG]イBtBjョ\MLMj@
2. Penilaian aktifitas fisik
Pada keadaan istirahat metabolisme otot hanya sedikit menggunakan glukosa
darah sebagai sumber energi, sedangkan pada saat beraktivitas fisik (Iatihan
fisikl olahraga), otot menggunakan glukosa darah dan lemak sebagai sumber
energi utama. Aktivitas fisik mengakibatkan sensititivitas dari reseptor dan insulin
semakin meningkat sehingga glukosa darah yang dipakai untuk metabolisme
energi semakin baik. Setelah berolahraga selama 10 men it, glukosa darah akan
meningkat sampai 15 (lima belas) kali jumlah kebutuhan pada keadaan biasa.
Setelah berolahraga 60 men it, kebutuhan glukosa darah dapat meningkat
sampai 35 (tiga puluh lima) kali.
Menurut Chaveau dan Kaufman (1889) latihan fisikl olahraga pada diabetisi
dapat menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa darah oleh otot yang aktif
sehingga latihan fisikl olahraga secara langsung dapat menyebabkan
penurunan kadar lemak tubuh, mengontrol kadar glukosa darah, memperbaiki
sensitivitas insulin , menurunkan stres sehingga dapat meneegah terjadinya OM
tipe 2 pada penderita gangguan toleransi glukosa dan lainlain.
3. Pengukuran BB, TB, lingkar perut dan penilaian IMT Indek Massa Tubuh
[image:15.499.116.448.205.362.2](IMT) セ@ 23 kg/m2
Tabel 1. Kategori Indeks Massa Tubuh ( IMT )
KATEGORI IMT
BB
Kurang <18,5BB
Normal 18,522,9BB
Lebih セRSLo@+Oengan risiko 23,024,9
+Obesitas I 25,029,9
+Obesitas" セSP@
Sumber: Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melltus Tlpe 2 dl Indonesia, PERKENI 2006 .
Pada Obesitas sentral terjadi resistensi insulin di hati yang mengakibatkan
peningkatan FFN Free Fatty Acid (asam 'Iemak bebas) dan oksidasinya. FFA menyebabkan gangguan metabolisme glukosa baik seeara oksidatif maupun
nonoksidatif sehingga mengganggu pemakaian glukosa oleh jaringan perifer.
Peningkatan FFA pada orang yang gemuk pada umumnya terjadi karena proses
lipolisis jaringan adiposa lebih sering dari orang normal. Peningkatan jumlah
lemak viseral (abdominal) mempunyai korelasi positif dengan hiperinsulin dan
berkorelasi negatif dengan sensitivitas insulin .
Obesitas, terutama obesitas abdominal! sentral seeara bermakna berhubungan
dengan sindroma dismetabolik (dislipidemia , hiperglikemia, hipertensi), yang
didasari oleh resistensi insulin. Obesitas abdominal dapat diketahui dengan
pengukuran lingkar peru!. Pada pria dikatakan obesitas abdominal! sentral
apabila pengukuran lingkar perut > 102 em (Asia> 90 em) dan pada wanita >
82 em (Asia> 80 em).
4. Pengukuran dan penilaian tekanan darah
Kategori hipertensi dapat dihitung dengan mengukur tekanan darah arieri brachia/is di lengan atas.
[image:16.500.104.455.181.291.2]Kategori tekanan darah dapat dilihat pada tabel berikul :
Tabel 2. Klasifikasi hipertensi menurut JNCVII 2003
Kategori Sistol ilk Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal C 120
:=
80Prehipertensi 121139 81 90
Hipertensi derajat 1 140 159 91 99
Hipertensi derajat 2 セ@ 160 セ@ 100
Sumber : JNCVII 2003
Pad a hipertensi akan menyebabkan insulin resisten sehingga terjadi
hiperinsulinemia, terjadi mekanisme kompensasi tubuh agar glukosa darah
normal, tapi akhirnya juga tidak dapat diatasi sehingga terjadi gangguan
toleransi glukosa (TGT) yang mengakibatkan kerusakan sel beta dan
terjadilah DM type 2.
5. Pengukuran dan penilaian kadar gula darah, HDL darah dan trigliserida
Tabel 3. Pengukuran gula darah :
Bukan OM Belum pasti OM
OM
Kadar gula darah < 100 100 -199 セ@ 200 Plasma vena
sewaktu mg/dl
..
-90 - 199 セ@ 200 Oarah kapiler < 90
Kadar gula darah < 100 100 - 125 セ@ 126 Plasma vena
puasa mg/dl
90 -99 セ@ 100 Oarah kapiler < 90
:
Sumber: pengelolaan dan pencegahan Diabetes melltus Tlpe 2 dl Indonesia. PERKENI 2006
[image:16.500.99.455.455.596.2]Tabel 4. Pengukuran kadar lemak darah
Kolesterol Total :5 190 mg/dl
Kolesterol LOL :5 115 mg/dl
Kolesterol HOL > 40 mg/dl ( L ) dan
> 45 mg/dl ( P )
Trigliserida < 150 mg/dl
Sumber: Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mehtus Tlpe 2 dl Indonesia, PERKENI 2006
Pada Toleransi Glukosa Terganggu terjadi akibat kegagalan sekresi insulin
fase 1 sedangkan Glukosa Oarah Puasa Terganggu (GOPT) terjadi akibat
resistensi insulin.Seseorang dengan TGT atau GOPT juga disebut sebagai
gangguan intoleransi glukosa (prediabetes) , merupakan tahapan sementara
menuju OM . Kedua keadaan tersebut merupakan faktor risiko untuk terjad inya
OM dan penyakit kardiovaskuler dikemudian hari . Seseorang dengan
prediabetes mempunyai kadar glukosa darah puasa dan atau glukosa 2 jam
setelah tes pembebanan glukosa (TTGO standar) melebihi normal, namun
belum masuk kategori OM.
Pemeriksaan penyaring ditujukan pada masyarakat yang mempunyai salah
satu faktor risiko OM namun tidak menunjukkan adanya gejala/ keluhan OM .
Pemeriksaan penyaring bertujuan untuk menjaring pasien OM , TGT dan GOPT,
sehingga dapat ditangani lebih dini secara tepat.
Oislipidemia menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas ( Free fatty acid)
sehingga terjadi lipotoksisity sehingga terjadi kerusakan sel beta yang akhirnya
mengakibatkan diabetes melitus.
Oislipidemia pada diabetisi lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler. Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada diabetisi
adalah peningkatan trigliserida ( :200 mg/dL) dan penurunan kadar kolesterol
HOL (:535 mg/dL) . Pemeriksaan profil lipid perlu dilakuka n pada saat diagnosis
OM ditegakkan, sedikitnya dilakukan setahun sekal i dan bila perlu dapat
dilakukan lebih sering . Pada masyarakat yang pemeriksaan profil lipid
menunjukkan hasil baik (Kolesterol HOL pria >40 mgt dL, dan wanita >50
mg/dL, dan Trigliserida <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan 2
tahun sekali.
6. Turunan pertama dari orang tua dengan OM
Risiko seorang anak mendapat OM tipe 2 adalah 15% bila salah seorang
tuanya menderita OM dan kemungkinan 75% bilamana keduaduanya
menderita OM. Pada umumnya jika seseorang menderita OM maka saudara
kandungnya mempunyai risiko OM sebesar 10%.
7. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram,atau riwayat
OM-gestasional.
Bayi gemuk pad a ibu diabetes atau ibu dengan gestasional diabetes itu akibat
glukosa darah yang tinggi masuk kedalam aliran plasenta yang menyebabkan
gula darah janin meningkat dan terjadi pertumbuhan sel yang meningkat
sehingga berat badan janin cepat meningkat.
8. Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) <2500 gram.
Seseorang yang lahir dengan BBLR «2500 gram) dimungkinkan memiliki
kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin
akan terganggu
BAB III
BAB III
METOOE PENGUKURAN FAKTOR RISIKO OM
A. Pengukuran dan penilaian asupan gizi
Pengukuran dengan observasi dan wawancara. Makan secara teratur setiap hari, 3 kali
makan utama (sarapan : jam 6.008.00, makan siang : jam 12.00 13.00 dan makan
malam: jam 18.0019.00) dan 3 kali makan selingan Uam 10.00, jam 15.00, jam 21.00)
dengan porsi cukup . Dalam penilaian diet pada masyarakat, yang lebih diprioritaskan
pada konsumsi sayursayuran dan buahbuahan sebanyak 34 porsi sehari, dan gula
pasir 23 sendok makan sehari. Contoh gizi seimbang dapat dilihat pada lampiran 3.
Cara menilai Diet Tak Seimbang, dengan Tinggi Gula dan Rendah Serat, dapat
ditanyakan kepada masyarakat (Iampiran 1).
B. Penilaian aktifitas fisik
Pengukuran aktivitas fisik menurut WHO, yang sesuai dengan pengendalian fakor risiko
OM adalah dengan melakukan latihan fisik sedang sampai berat selama 30 menit atau
lebih secara terus menerus dan dilakukan seminggu 3 (tiga) kali (selang sehari). Cara
menilai aktivitas fisik dapat ditanyakan kepada masyarakat (Iampiran 1).
C. Pengukuran BB, TB, lingkar perut dan penilaian IMT
1. Cara penimbangan berat badan
a. Alat timbangan harus diletakkan pada lantai yang rata
b. Masyarakat diminta untuk menitipkan barang yang dibawanya / dikenakannya
(perhiasan, jam tangan, kunci, hand phone dll) dan melepaskan alas kaki (sepatu,
sandal, kaos).
c. Pastikan timbangan pad a nilai pengukuran 0
d. Masyarakat diminta untuk berdiri tegak, lutut lurus (tidak ditekuk), tangan lurus ke
bawah menghadap ke dalam dan merapat pad a samping tubuh, kepala
menghadap kedepan dengan pandangan mata lurus ke depan sejajar telinga dan
tidak bergerak
e. Baca nilai berat badan yang muncul dalam Kg dan catat angka yang tertera pada
lampiran 2 kolom 6
2. Pengukuran tinggi bad an
a. Melepas alas kaki (sepatu, sandal, kaos kaki), topi,
kopiah, sanggul atau pita yang dikenakan.
b. Serdiri tegak menghadap pemeriksa, tumit kaki dan
punggung dirapatkan pada alat pengukur yang men em pel
didinding, lutut lurus (tidak ditekuk) dan tangan lurus ke
bawah menghadap ke dalam merapat dengan tubuh .
c. Kepala menghadap ke depan dengan pandangan mata lurus
ke depan sejajar telinga (tidak memandang pemeriksa).
d. Tarik alat pengukur tinggi badan dan letakkan di atas kepala
(upayakan menempel rapat dengan kulit kepala Uika rambut
sangat tebal atau disasak, harus disibakkan atau diratakan
dahulu) .
e. Saca centimeter tinggi badan pada garis/ titik yang tepat
dan catat mendekati angka 0,1 cm. Catat pada lampiran 2
kolom 7 dalam meter persegi (m2 ).
セ@
pw
3. Cara Pengukuran Lingkar Perut :
a. Sebelum melakukan pengukuran, seseorang diminta untuk berdiri
tegak dengan kedua tungkai dilebarkan 2030 cm dan bernafas normal,tidak menahan perutnyal nafasnya
b. Longgarkan ikat pinggang/lepaskan kancing celana
c. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah
d. Beri tanda titik batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan menggunakan spidoll pulpen
b. Tetapkan titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul
c. Beri tanda titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul
d. Tetapkan dan beri tanda titik tengah antara batas tepi tulang rusuk paling bawah dengan titik batas atas ujung lengkung tulang pangkal panggul
e. Lakukan pada kedua sisi tubuh seseorang
f. Pengukuran saat akhir ekspirasi normal
g. Lakukan pengukuran lingkar perut mulai dari titik tengah bagian kanan, secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan titik tengah bag ian kiri melewati bagian perut dan kembali menuju ke titik tengah bag ian kanan tubuh seseorang.
Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) diketahui dengan mengukur Berat Badan dan Tinggi
Badan, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
IMT= BB (kg)
{TB (m)}2
D. Pengukuran dan penilaian tekanan darah
Cara mengukur tekanan darah ( dengan Sphigmomanometer)
1. Duduk dengan tenang dan rileks sekitar 5 (lima) menit
2. Jelaskan manfaat rileks tersebut , yaiiu agar nilai tekanan darah yang terukur
adalah nilai yang stabil
3. Pasang manset pada lengan dengan ukuran yang sesuai , dengan jarak sisi
manset paling bawah 2,5 em dari siku dan rekatkan dengan baik
4. Posisikan tangan di atas meja dengan posisi sama tinggi dengan letak jantung
5. Bagian yang terpasang manset harus terbebas dari lapisan apapun
6. Pengukuran dilakukan dengan tangan di atas meja dan telapak tangan terbuka
ke atas
7. Rabalah nadi pada lipatan lengan , pompa alat hingga den yutan nadi tidak teraba
lalu dipompa lagi hingga tekanan meningkat sampai 30 mmHg di atas nilai
tekanan nadi ketika denyutan nadi tidak teraba
8. Tempelkan stetoskop pada perabaan denyut nadi, lepaskan pemompa
perlahan-lahan dan dengarkan suara bunyi denyut nadi.
9. Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi yang
pertama terdengar dan tekanan darah diastolik ketika bunyi keteraturan denyut
nadi tidak terdengar
10 . Sebaiknya pengukuran dilakukan 2 kali . Pengukuran kedua setelah selang
waktu 1 (satu) menit.
11 . Jika perbedaan hasil pengukuran pertama dan kedua adalah 10 mmHg atau
lebih harus dilakukan pengukuran ketiga
12 . Informasikan hasil pengukuran ke masyarakat .
13. Catat hasil pengukuran pada lampiran 2 kolom 10
E. Pengukuran dan penilaian kadar gula darah, HDL darah dan trigliserida
1. Pemeriksaan gula darah sewaktu
a. Alat dan Bahan:
1) Alat pemeriksa glukosa darah : Glukometer kapiler
2) Test strip (carik uji)
3) LanceV Autoclix
4) Alkohol 70%
5) Kapas
b. Cara Pengambilan Darah :
1). Bersihkan salah satu ujung jari pasien Uari manis, jari tengah, jari
telunjuk) dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%, keringkan
2). Tusukkan lanceV autoclix pad a ujung jari secara tegak lurus, cepat dan tidak
terlalu dalam
3). Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar dari ujung jari
4). Tekan ujung jari ke arah luar
5). Balikkan tangan dan biarkan darah keluar setetes/ dua tetes
6). Sentuhkan setetes/ dua tetes darah pada strip test
7). Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan instruksi masingmasing alat
periksa
Cara Menggunakan Glukometer
(Autoclix)
1. Putar ujung penutup Autoclix ke angkaangka yang sesuai dengan tebal tipisnya kulit jari tangan
2. Lepaskan penutup instrumen
3. Masukkan Autoclix lancet ke dalam tempat lancet. Putar pelindung penutup lancet.
4. Pasang penutup instrumen dan putar pada posisinya. Bunyi klik menandakan Autoclix siap digunakan
5. Tempelkan dan tekan Autoclix pad a bagian pinggir ujung jari tangan
6. Lepaskan penutup dan lancet yang telah digunakan.
Cara Mengunakan Glukometer
(disesuaikan dengan jenis glukometer ) :
1. Masukkan tes strip bila gambar strip tes muncul
2. Bersihkan ujung jari Uari manis/ jari tengah/ jari telunjuk) dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%, keringkan
3. Tusukkan lanceU autoclix pada ujung jari secara tegak lurus , cepat dan tidak terlalu dalam
4. Usap dengan kapas steril kering setelah darah keluar dari ujung jari . Tekan ujung jari ke arah luar
5. Sentuhkan satu/ dua tetes darah sampai memenuhi tengah medan test
6. Baca hasil glukosa darah yang muncul
2. Pemeriksaan kadar lipid
a. Alat dan Bahan:
1). Alat Pemeriksa Kadar Lipid : Analyzer
2). Test Strip:
a. Panel Test Strip yaitu pemeriksaan terhadap dua/lebih kadar lipid,
seperti
Lipid Panel Test Strip (Total Kolesterol+ Trigliserida+HDL
Kolestero!+LDL Kolesterol+Rasio Total Kolesteroll HDL).
Kolesterol+HDL +Glukosa Test Strip.
Trigliserida+HDL Kolesterol+Glukosa Test Strip.
Total Kolesterol+Glukosa Test Strip.
Total Kolesterol+ HDL Kolesterol Test Strip.
b. Single Test Strip yaitu pemeriksaan terhadap satu jenis kadar lipid,
seperti Total Kolesterol atau HDL Kolesterol atau LDL Kolesterol
atau Trigliserida .
3). Auto Lancet (Autoclix)
4). Lancet
5). Pipet ukuran 40 uL untuk Panel Test Strip dan 15 uL untuk Single Test
Strip
6). Alkohol 70%
7). Kapas
8). Tissue Kering
b . Prosedur Pemeriksaan Yang Benar :
1. Persiapan Alat Analyzer
1.Pasang Lancet pad a Auto Lancet (siap untuk di pakai)
2.Tekan salah satu tombol pada analyzer, tombol kiri (yes) atau kanan (next).
3.Pada layar akan keluar tampilan "INSTALL MEMOCHIP ".
4.Masukkan MemoChip pada port bagian atas analyzer. Tekan dengan mantap arah ke dalam sampai masuk dengan benar tapi jangan sampai terlalu keras.
5.Pada layar akan keluar tampilan "USE CODE" dan angka Nomor Lot test strip tersebut.Angka tersebut harus sama dengan Lot Number yang tertulis pada belakang MEMOCHIP atau tertulis pada botol TEST STRIP. Kalau tidak sama yaitu berarti memasukkan MemoChip yang salah .
6.Setelah itu akan keluar tampilan INSERT TEST STRIP . Kalau tulisan tsb tidak keluar kita tekan tombol "yes"
7.Masukkan Test Strip pad a port (ada pada bagian bawah analyzer) . Posisi test strip jangan sampai salah.
8.Pada layar akan keluar tampilan APPLY SAMPLE .
2. Cara Pengambilan Darah
1. Bersihkan salah satu ujung jari pasien Uari manis, jari tengah, jari telunjuk) dengan kapas yang telah diberi alkohol 70% , sebelum jari tangan ditusuk dengan lancet, ada baiknya dilakukan pijitan dari telapak tangan mengarah kearah jari tangan dan tangan dijuntaikan dulu kebawah . Hal ini akan membantu darah berkumpul diujung jari tangan .
2. Tusuk jari pasien dengan auto lancet yang telah dipasangi
lancet. Tusuk jari pada bag ian pinggir samping agak
kedepan .
3. Tetesan darah pertama dibuang dengan tissue kering .
4. Tetesan selanjutnya akan dijadikan sample . Bantu kelancaran darah untuk sample tsb dengan melakukan pijitan/ tekanan dari telapak tangan mengarah ke uj ung jari . Jangan memencetmencet bagian ujung jari terlalu keras sekitar tetesan darah karena sample darah yang keluar sudah tidak murni lagi .
5. Ambil darah dengan pipet sampai batas garis warna hitam/ merah . Saat mengambi l darah dari jari tangan, tempelkan saja ujung pipet tersebut,darah akan mengalir masuk sendiri kedalam pipet (pipet jangan dipen cet).
1) Panel Test Strips Harus pakai pipet 40 uL .
Tempelkan ujung Pipet disamping darah yang telah terkumpul di ujung jari pada posisi horizontal atau sekitar 45° Uangan pada posisi vertikal) . Pipet jangan dipencet saat mengambil darah.
2) Single Test Strip : Tidak harus pakai pipet (teteskan darah yg telah terkumpul cukup banyak pad a test strip yang telah terpasang di Analyzer atau teteskan darah pada test strips lebih dulu baru test strips tsb dimasukkan pada analyzer), walaupun dianjurkan memakai pipet ukuran 15 uL
6. Lakukan prosedur pemeriksaan sesuai dengan instruksi masingmasing alat periksa (analyzer)
3. Cara Meneteskan Darah
1. Teteskan darah pad a test strip secara baik , merata dan sampai
habis masuk dalam lubang pengetesan (port blood drop area
Artinya jangan ada yang tertinggal didalam pipet atau keluar
dari lubang pengetesan .
2. Kalau belum cukup sampa i batas volume yang diharuskan ,
lakukan pijitan lagi dari telapak tangan mengarah ke jari dan
darah akan keluar. Darah diambil lagi dengan pipet sampai
garis batas yang ada pad a pipet.
4. Tunggu Hasil
1. Tampilan pada layar akan keluar TESTING dan ada seperti
jarum jam bergerak memutar. Dalam hitungan antara 1 sampai
2 menit hasil akan tampil dilayar.
2. Jika melakukan pemeriksaan dengan lipid Panel, maka akan
keluar hasil satu persatu. Misal akan keluar CHOL
Kemudian tekan tombol "next'" akan keluar HDL dan
seterusnya tekan tombol "next" sampai semua parameter
keluar
3. Setelah hasil dibaca , cabut test strip dan biasakan lihat bagian
bawah test strips . Ada 3 lubang dibagian bawah test strip.
Kalau ketiga lubang tsb telah berubah warna menjadi biru
muda, berarti sample darah tadi sudah masuk secara merata .
Kalau tidak merata dapat mengakibatkan hasil tidak akurat.
Hal-hal yang selalu perlu diingat :
1. Jika hasil tes rendah di luar dugaan. yang harus dilakukan adalah :
a. Jika darah tidak mengenai lubang pengetesan (Blood Drop Area) dari test strip secara merata maka ulangi prosedur pemeriksaan dengan
strip yang baru.
b. Lihat ke belakang dari daerah reaksi, jika area tersebut tidak
seluruhnya berwarna maka ulangi prosedur pemeriksaan dengan
strip yang baru .
2. Jika hasil tes tinggi di luar dugaan, yang harus dilakukan adalah :
Mungkin terlalu banyak darah di lubang pengetesan. Jika ya, maka ulangi
prosedur pemeriksaan dengan strip yang baru.
A. Turunan pertama dari orang tua dengan OM
Metode penilaiannya dengan wawancara terhadap responden
B. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram,atau riwayat
OM-gestasional.
Metode penilaiannya dengan wawancara terhadap responden
C. Riwayat lahir dengan berat badan ahir rendah (BBLR) <2500 gram.
Metode penilaiannya dengan wawancara terhadap responden .
BAB IV
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. PENCATATAN
Hasil pengukuran faktor risiko dan deteksi dini OM dicatat pada formulir
( lampiran 2)
B. PELAPORAN
1. Mekanisme pelaporan
a. Mekanisme pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Puskesmas
ke Oinas Kesehatan Kotal Kabupaten, selanjutnya Oinas Kesehatan Kotal
Kabupaten melaporkan ke Oinas Kesehatan Propinsi dan selanjutnya
Oinas Kesehatan Propinsi melapor ke Oitjen PP & PL Kementerian
Kesehatan ( lampiran 4).
b. Kegiatan yang dilakukan oleh kader dilaporkan ke Puskesmas dan
selanjutnya dilaporkan sesuai mekanisme pada point 1 a) diatas (Iihat
lampiran 4)
2. Materi laporan
Laporan yang disampaikan, meliputi :
a. Jumlah orang yang diukur faktor risiko OM
b. Jumlah orang yang sudah mempunyai faktor risiko OM
BABV
PENUTUP
Buku Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus ini diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam
melakukan upaya pengukuran faktor risiko penyakit DM, sehingga dapat terlaksana
upaya pengendaliannya.
Dengan tersusunnya buku petunjuk teknis pengukuran faktor risiko penyakit DM
diharapkan tenaga kesehatan di Puskesmas dapat melakukan pengukuran faktor
risiko penyakit DM dengan sahih dan akurat sehingga diperoleh data FR DM yang
ada di masyarakat. Pencegahan dan penanggulangan Faktor Risiko DM, merupakan
bagian integral Pengendalian DM, oleh sebab itu diharapkan petunjuk teknis ini dapat
melengkapi buku petunjuk teknis lain yang berkaitan dengan DM.
Disadari bahwa buku petunjuk teknis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
masukan dan kritik membangun dari berbagai pihak tetap diperlukan guna perbaikan,
sehingga petunjuk teknis ini menjadi lebih baik dan dapat dilaksanakan di
masyarakat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan R.I , 2003 . Pedoman Umum Gizi. Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Departemen Kesehatan R.I , 2002 . Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa . Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta
IIlyas , E. 2006, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI. Jakarta.
Illyas, E. 2005, Latihan Jasmani bagi penyandang Diabetes Melitus. Penatalaksanaan Diabetes Terpadu 2005.
Illyas, E. 1995, Manfaat Olahraga bagi Diabetisi, Penatalaksanaan Terpadu Pelatihan Edukasi Diabetes Melitus. Jakarta
Soegondo, S. 2006. Diabetes Melitus; sebagai Faktor Risiko Utama Penyakit Kardiovaskular. 101. Jakarta
Soegondo, S. 2005. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Melitus Tekini. Penatalaksanaan Diabetes Terpadu.
Sukarji, K. 2004. Perencanaan Makan pada Diabetes Melitus. Pedoman Diet Diabetes Melitus.
Supariasa, ION. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC , Jakarta
Suyono, S. 2005. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.
Penatalaksanaan Diabetes Terpadu . FKUI. Jakarta .
TIM PENYUSUN
Editor:
dr. Yusharmen , D.CommH.Mkes.
dr. Tjetjep Ali Akbar
Kontributor
dr. Em. Yunir, SpPD
dr. Imran Agus N. SpKO
dr. Dwiretno Yuliarti, MKM
dr. Sophia nita, MOH
dr. Efrida Sinaga
dr. Stany M
dr. I Nyoman Putra
dr. Kiblat Puspa Vijaya
Ni GAK. Sadiastuti,MScPH.
Lucia Pardede Suharyati, MKM
Ninik S
Wuri Raspati
Dr. Ekowati Rahajeng, M. Kes
Dr. dr.Yustina Anie Indriastuti, MSc, SPGK
dr. Dyah Purnamasari
Hera Nurlita, S.ST.Y, M. Kes
dr. Enny Riangwati , SpKO
dr. Tri Juli Edi , SpPD
dr. Amin Amsyari, MSc.PH
Yulita, SKM
Sekretariat
Suharto
Endrawan
dr. Tjetjep Ali Akbar
Robert Meison Saragih , SKM ,Mkes .
Titi Sari Renowati, SKM ,MScPH.
dr. Uswatun Hasa nah
dr. Rainy F athiyah
dr. Yoan Hotnida Naomi
drg . Ruth Juliani Barus
Veronika Basaku Tarigan , M. Kes
Devi Suhailin, SKM
Dr. Rustika, SKM, MSi
Sastriwati, M.Kes
dr. Rimarky Oemar, M. Kes
Djoni Mardjozen, SKM
Andi Sari Bunga Untung, MSc.PH
dr. Sedya Dwisangka
dr. Aries Hamzah
Dwiati Sekarningsih, M .Kes
dr. Syafiwal Azzam, M.Kes
dr. Dewi Probo
Lampiran 1
FORMULIR PENGUKURAN FR OM
No .
A. IOENTITAS:
1 Nama UP
2 TempaU Tanggallahir Umur: tahun
3 Pekerjaan
..
4 Alamat
5 No . Telp
B. RIWAYAT FAKTOR RISIKO OM:
1 Mempunyai Keluarga yang menderita OM ya Tdk
2 Jika ya , hubungan anda dengan penderita tersebut a. Ibu Kandung b. Ayah Kandung
c. Saudara Perempuan d . Saudara LakiIaki
3 Pernah Melahirkan Bayi dengan BB > 4 kg ya Tdk
4 Kehamilan dengan gula darah tinggi ya Tdk
5 Apakah Saudaral i lahir dengan BB < 2,5 kg ya Tdk
C. PENGUKURAN FAKTOR RISIKO OM :
1 Berat Badan kg
2 Tinggi Badan cm
3 Indeks Massa Tubuh kg /m' (Lihat Grafik IMT)
4 Persentase Lemak Tubuh
5 Persentase Massa Otot
6 Tingkat Lemak Visceral
7 Persentase Massa Air
8 Metabolisme Basal
9 Lingkar Perut cm
10 Tekanan Oarah mmHg
11 Kadar Lipid Oarah
HOL mgl dL
. Trigliserida mgl dL
12 Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik ya I tidak
Bila ya teratur I tidak
Bila teratur kali I minggu
Hari : Senin , Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu , Minggu
Lama latihan menit
13 OieU Gizi
Berapa porsikah saudaral i mengkonsumsi sayur dan atau buah setiap hari?
a . j 2 porsi b. 35 porsi c. > 5 porsi
Berapa sendok makan (sdm) saudarall mengkonsumsi gula pasir setiap hari?
a. < 2 sdm b. 2 3 sdm c. > 3 sdm
(Lihat Gambar)
セ@ C 2. c:
"'"
Ci)f セ@"'"
iii· セ@to セ@
c: c:
"'"
Ql セ@;;r
..,
セ@ o :0 iii· セ@ o C) iii cr CD CD C/)セ@
セ@
C/) wo
l.atI1pnnlABEL REKAPAN PENGUKURAN FAKTOR RISIKO DIABETES MEUTUS
NO NAMA. JK UMUR BB TB IMT PERSEN TASE T1NGKAT PER SENTASE PERSENTASE UNGKAR TEKANAN POLA KON SUMSI RIW. KELUARGA MELAH IRKAN KEHAMILAN LAH IR DG
LEMAK TU BUH LEMAK VISCERAL MASSA OTOT MASSA AIR PERUT OARAH KADAR LIPID SAYUR DAN ATAU BUAH AKTlVfTAS FISIK DENGANDM BBBAYI > 4Kg OENGAN OM BB <2,5 Kg
SIS
I
DIAS HOll TRIGLI TERATUR TERATUR VA I 10K YA I IDKYA
I
TDK YAI
TDKYA I TDK YA I TDK
,
2 3•
5 6 7 8 9"
"
'2 13,.
"
'6 17 18 19 20KETERANGAN , JK : Jems Kelamin B8 Berat Badan T8 : Ti nggi Bada n IMT : Indeks Massa Tubuh SI S : Sistolik DIAS . Dlastollk TRIGI : Tngliserida RWY : Rtwayat Diperiksa seliap bulan Dlpenksa sellap 3 bulan Diperiksa sehap 6 bulan Dlperiksa setiap 1tahun
Lampiran 3
CONTOH GIZI SEIMBANG
Menu gizi seimbang untuk orang dewasa (> 18 tahun) dengan IMT normal (18,5-22,9 kg/ m2 ), berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan bagi
Bangsa Indonesia perorang per hari, yang dapat dipakai sebagai acuan setiap hari :
Bahan Makanan Kebutuhan 1 Porsi
Makanan Pokok 3 - 4 porsi - 3/4 gelas sedang nasi (100 g), atau
- 1 gelas mi kering (50 g), atau
- 3 iris roti putih (70 g)
Lauk Pauk Hewani 2 -3 porsi - 1 potong sedang daging sapi (30 g) atau
- 1 butir telur ayam kampung (55 g) atau
- 1 ekor sedang ikan segar (40g)
Lauk Pauk Nabati 2 -3 porsi - 2 potong sedang tempe (50 g) atau
- 1 potong besar tahu (110 g) atau
- 2 sendok makan kacang tanah (15 g)
Sayur-sayuran 3 - 4 porsi - 1 gelas setelah dimasak dan ditiriskan (100 g)
Buah-buahan 3 - 5 porsi - 1 buah kecil pisang ambon (50 g) atau
- 1 buah sedang jeruk garut (115 g) atau
- 1 potong besar papaya (190 g)
Gula Pasir 2 -3 porsi 1 sendok makan
Minyak 5-6 porsi 1 sendok teh (5 g)
Garam 1 sendok teh
Air Minum 2 liter = 8
gelas
Lampiran 4
ALUR PENGIRIMAN DATA DAN PELAPORAN
KEMENTERIAN KESEHATAN DIT JEN PP&PL
POSYANDU/ TINGKAT MASYARKAT
Keterangan :
- - . . : Arus Pelaporan
- - - -セ@ : Umpan Balik