• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL

RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MENTARI KUSUMA RINI 20120320054

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL

RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

MENTARI KUSUMA RINI 20120320054

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mentari Kusuma Rini

NIM : 20120320054

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakulitas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Juni 2016

Yang membuat pernyataan,

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,

taufik, dah hidah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bangsal Rawat Inap Medikal Bedah Rumah Sakit PKU. Muhammadiyah Gamping Sleman “ dapat diselesaikan dengan baik.

Tujuan dari penyusunan KTI ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Semua proses penyusunan KTI ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat dan ridha-Nya

2. Dr.Ardi Pramono, Sp. An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Sri Sumaryani, Ns., M.kep., Sp.Mat., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS selaku pembimbing yang telah

memberikan waktu, nasehat dan arahannya kepada peneliti.

5. Ibu Novita Kurnia Sari, Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran kepada peneliti sehingga menjadikan Karya Tulis

Ilmiah ini semakin berkualitas.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, karyawan Tata Usaha dan

karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman yang telah membantu

(5)

iv

8. Kedua orang tua saya tercinta Drs. M. Nuri Ilyas dan Sri Mardyana yang

sangat sabar mendengarkan keluh kesah saya dan tak henti-hentinya

mendoakan, menyemangati serta memotivasi saya untuk memberikan hasil

terbaik dalam setiap hal yang saya lakukan.

9. Kakak-kakak saya tercinta Helmi Aziz, Martin Pratama, Nirva Indriani, Mufti

Ramadhani, Wiryo Saputra, Selvia Febriyanti dan Anggia Restu serta adik

saya tersayang Amelia Kurniawati yang tidak pernah bosan memberikan

dukungan dan mendoakan saya.

10.Desi Ariska, Putri Amalia Rahma, Yeni Agustin, Ria Anggraini, Dea Safira,

Rio Wahyu Septianto, Aglita Janis, Yunita Resty, Anisa Fauziah , Helena

Widiastuti, Suci Aprilia, Indah D, Rizaluddin A, Herka Setiadi, Yurika

chendy, Defi Arumsari, Agus Gunadi.

11.Teman-teman bimbingan bu Yusi yang telah menyemangati satu sama lain.

12.Seluruh Mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan 2012.

13.Kepada perawat rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman yang

telah bersedia menjadi responden penelitian.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk

perbaikan selanjutnya. Wasaalamu’alaukum Wr. Wb.

Yogyakarta, Juni 2016

(6)

5 DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... 5

DAFTAR TABEL ... 5

DAFTAR GAMBAR ... 8

DAFTAR LAMPIRAN……….…...x

INTISARI ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

BAB I ... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. TujuanPenelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Keasliaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II ... Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

1. Kewaspadaan Isolasi ... Error! Bookmark not defined.

2. Alat Pelindung Diri (APD) ... Error! Bookmark not defined.

3. Hand Hygiene / Mencuci Tangan ... Error! Bookmark not defined.

4. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.

B. Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.

(7)

6

METODELOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

F. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

G. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.

I. Pengelolaan Data dan Metode Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.

J. Etik Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ... Error! Bookmark not defined.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined.

KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(8)

7

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggunaan APD sesuai Transmisi ... 21 Tabel 2. Definisi Operasional ... 36 Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner ... 37 Tabel 4. Karakteristik Perawat di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman ... 48 Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman tentang Penggunaan

APD ... 49 Table 6. Tabulasi Silang Gambaran Karakteristik Responden dengan Tingkat

(9)

8

DAFTAR GAMBAR

(10)

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan dari PKU Gamping

Lampiran 5 Surat Izin Etik Penelitian dari UMY

Lampiran 6 Surat Izin Uji Validitas dari UMY

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari UMY

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

(11)

10

HALAMAN PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya….

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT akhirnya skripsi ini dapat

dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Terimakasih kepada kedua

orang tuaku tercinta Drs.M Nuri Ilyas dan Sri Mardyana yang tiada lelah mendoakan,

kepada kakak dan adik ku yang selalu mendukung satu sama lain. Dan terimkasih

untuk seseorang yang namanya selalu ku sebut dalam setiap doa-doan ku, terimaksih

untuk kalian semua akhrnya saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua,

orang-orang yang saya sayangi dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

(12)
(13)

Mentari Kusuma Rini. (2016). The Descriptive of Nurse’s Knowledge about use of Personal Protective Equipment (PPE) in Medical Surgical Wards PKU Muhammadiyah Hospital Gamping Sleman

Advisor:

Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MNS

ABSTRACT

Background: Nurses tend to have higher risk of work accidents than other industry workers, therefore it is important for health workers such as nurses use Personal Protective Equipment (PPE) as the protector of the sources of danger. Knowledge is an important factor in the use of PPE to prevent things that are not desirable for both patients and nurses themselves. The aim of this study was to determine the description of the level of knowledge of nurses on the use of PPE in medical-surgical inpatient wards PKU Muhammadiyah Hospital in Sleman Gamping.

Methods: The study was a descriptive cross sectional approach and the population was nurses working in medical-surgical wards in PKU Muhammadiyah Hospital Gamping Sleman, sample number were 68 respondents with a total sampling technique. Collecting data were using valid questionnaires (Pearson Product Moment = 0.344) and reliable (Cronbach Alpha = 0.894). Univariate analysis with frequency distribution was used to data analysis.

Results: The results of this study showed that most nurses had good knowledge 50 respondents (73,5%). On aged 26-35 years 25 respondents (69.4%), in the male gender 11 (90.9%), at educated respondents D3 40 (72.5%), the working period of 1-5 years 48 (70.8%), sources of information on the Internet 8 people (100%).

Conclusion: Nurses who work in medical-surgical wards mostly have good knowledge as many as 50 respondents. It can be suggested to the hospital for doing periodicly training about Personal Protective Equipment application.

(14)

Mentari Kusuma Rini. (2016). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Pembimbing:

Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MNS

INTISARI

Latar Belakang: Perawat cenderung mempunyai resiko lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja industri lainnya, oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan seperti perawat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai pelindung dari sumber-sumber bahaya. Pengetahuan menjadi faktor penting dalam penggunaan APD yang dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bagi pasien maupun perawat itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di bangsal medikal bedah rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman, jumlah sampel 68 responden dengan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang valid (Pearson Product Moment=0,344) dan reliabel (Cronbach Alpha=0,894). Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik 50 responden (73,5%). Perawat usia 26-35 tahun 25 responden (69,4%), jenis kelamin laki-laki 11 orang (90,9%), responden yang berpendidikan D3 sebanyak 40 0rang (72,5%), masa kerja 1-5 tahun 48 orang (70,8%), responden yang sumber informasi dari internet yang keseluruhan berjumlah 8 orang (100%) .

Kesimpulan: Perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 responden. Diharapkan bagi rumah sakit untuk melakukan pelatihan berkala mengenai penggunaan APD.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 menyebutkan bahwa potensi bahaya yang terjadi

dirumah sakit sangat beragam, mulai dari infeksi sampai penyakit kronis. Sumber

bahaya lain yang terdapat di rumah sakit seperti peledakan, kebakaran, radiasi,

bahan kimia berbahaya serta gas-gas anastesi. Bahaya-bahayayang terdapat di

rumah sakit tersebut tentu menjadi ancaman keselamatan jiwa seseorang yang

berada di rumah sakit seperti tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung rumah

sakit itu sendiri.Bahaya-bahaya tersebut baik fisik, biologis maupun kimiawi

perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan yang aman, nyaman dan sehat

(KEPMENKES, 2007).

International Labour Organization (ILO) tahun 2013, menyatakan 1 pekerja

di dunia meninggal setiap 15 detik karena Kecelakaan Akibat Kerja(KAK) dan

160 pekerja mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK). Tahun 2012 ILO mencatat

angka kematian dikarenakan KAK dan PAK sebanyak 2 juta kasus setiap

tahun.Menurut WHO (2002) dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta diantaranya

terpajan patogen darah (2 juta pekerja kesehatan terpajan virus hepatitis C dan

170.000 terpajan HIV/AIDS) dan lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.

(16)

HIV dan setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum yang dilaporkan

(diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan). Sout California-Amerika mencatat

frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain,

dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick

Injuries), serta 41% perawat rumah sakit mengalami cedera tulang belakang

akibat kerja (occupational low back pain), sedangkan diIndonesia keluhan

subyektif cedera tulang belakang didapat pada 83.3% pekerja instalasi bedah

sentral di RSUD di Jakarta 2006.Penelitian Dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat

bahwa angka KAK mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan

(KEPMENKES, 2010).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1087/MENKES/SK/VII/2010 tentang standar kesehatan dan keselamatan kerja di

rumah sakit menjelaskan bahwa pekerja kesehatan cenderung mempunyai resiko

lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandikan dengan pekerja industri

lainnya (KEPMENKES, 2010).Banyaknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi

merupakan sebuah tanda bahwa penting untuk menerapkan standar kewaspadaan

infeksi atau yang sering disebut dengan standar precautiondi tempat kerja. Fungsi

dari standar precaution yaitu untuk melindungi pekerja maupun pasien agar

terhindar dari pajanan yang ada di rumah sakit.Penerapan standar precaution

diantaranya pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan untuk menghindari infeksi

silang dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)(Sari, dkk, 2014). Pengendalian

(17)

sedangkan penggunaan alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir (Tarwaka,

2008).

Setiap tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medis di rumah sakit

sangat penting menggunakan APD untuk menghindari adanya kontaminasi,selain

itu juga APD berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan terjadinya infeksi

nosokomial yang didapatkan dari pasien ke perawat maupun dari perawat

kepasien (Sari, dkk, 2014). Menggunakan alat pelindung diri merupakan suatu

bentuk pencegahan dari sesuatu yang dapat membahayakan keadaan diri kita

maupun orang lain dalam menjalankan suatu pekerjaan. Islam juga telah

menjelaskan dalam Al-quran surah Ar-Ra’du ayat 11 yang berbunyi :

….

Yang Artinya “…. Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri.”

Hikmah yang didapat dari kandungan ayat tersebut yaitu kita harus berusaha

mencegah sesuatu yang buruk agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa yang bisa merubah keadaan kita yaitu kita

sendiri, oleh karena itu wajib bagi perawat memperhatikan sesuatu yang mungkin

membahayakan dirinya dan mencegah hal yang tidak diinginkan dengan cara

menggunakan APD.

Ketika seorang perawat tidak menggunakan alat pelindung diri dalam

(18)

umumnya berkaitan dengan faktor biologik (kuman patogen yang umumnya

berasal dari pasien)danfaktor kimia (pemaparan dengan dosis kecil namun secara

terus menerus seperti penggunaan antiseptik pada kulit dan anastesi yang dapat

merusak hati). Apabila perawat mengalami PAK maka akan mempengaruhi

kinerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan akan

mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan yang diberikan (KEPMENKES,

2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan APD

yaitu pengetahuan, sikap, nilai dan keyakinan (Adhiatma, dkk, 2013). Faktor lain

yang mempengaruhi karyawan atau seseorang menggunakan APD yaitu

ketersediaan APD di rumah sakit dan peraturan penggunaan APD itu sendiri di

rumah sakit (Darmawati, dkk, 2014). Pengetahuan tentang APD dan manfaatnya

sangat penting dimiliki oleh seorang perawat untuk mencegah terjadinya transmisi

infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi merupakan langkah pertama

dalam pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Setianingsih, 2014).

Penelitian oleh Darwati, dkk (2014), menyebutkan keseluruhan responden

yaitu sebanyak 31 orang perawat, 22 orang (91,7%) diantaranya memiliki

pengetahuan baik tentang pencegahan infeksi patuh dalam penggunaan sarung

tangan saat pemasangan infus dan 4 orang (57,1%) perawat yang memiliki

pengetahuan cukup tentang pencegahan infeksitidak patuh dalam menggunakan

(19)

pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap

penggunaan APD.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II

Yogyakarta pada bulan Januari 2016 didapatkan bahwa jumlah perawat yang

bekerja di bangsal rawat inap medikal bedah sebanyak 80 perawat. Selain itu

peneliti telah melakukan wawancara kepada 5 perawat mengenai tingkat

pengetahuan terhadap APD. Dari hasil wawancara bahwa masih ditemukan

beberapa perawat yang belum memahami waktu pemakaian APD, seperti dalam

penggunaan gown perawat tidak mengganti gown tersebut setelahmelakukan

tindakan dari pasien TB ke pasien lain. Setelah dikaji lebih dalam ternyata

perawat tersebut tidak mengetahui jika hal tersebut bisa menularkan bakteri TB ke

pasien yang lain. Selain itu penelitian tingkat pengetahuan tentang APD belum

pernah dilakukan sebelumnya di rumah sakit PKU Muhammadiyah II

Yogyakarta.

Dari uraian yang telah dijabarkan tentang tingkat pengetahuan, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian terkait Gambaran Tingkat Pengetahuan

Perawat Terhadap Pengunaan APD di Bangsal Medikal Bedah Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah II Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian

(20)

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Bangsal Rawat Inap Medikal Bedah

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman?”

C. TujuanPenelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di bangsal rawat inap medikal

bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiya Gamping Sleman.

2. Tujuan Khusus

Untuk melihat pengetahuan perawat berdasarkan data demografi (Usia,

jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, sumber informasi mengenai

APD).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Rumah sakit

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi rumah sakit untuk

mempertimbangkan kewajiban perawat dalam penggunaan APD berdasarkan

Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pertimbangan institusi

dalam memberikan pendidikan dan skill kompetensi kepada mahasiswa

tentang pentingnya APD.

(21)

Sebagai dasar pengembangan penelitian yang sejenis dengan

menggunakan metode kualitatif dan mendapatkan informasi yang lebih

mendalam tentang pengetahuan perawat dalam penggunaan APD.

4. Bagi Perawat

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi perawat untuk

meningkatkan kesadaran akan pentingnya APD saat menjalankan tugas dan

perannya di rumah sakit.

E. Keasliaan Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Darwati, dkk pada tahun 2014 dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi dengan

Kepatuhan Menggunakan Sarung Tangan dalam Pemasangan Infus.” Tujuan

penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang

pencegahan infeksi dengan kepatuhan menggunakan sarung tangan saat

pemasangan infus. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional. Hasil dari penelitian ini

menujukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 31 orang perawat

22 orang (91,7%) diantaranya memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan

infeksi patuh dalam penggunaan sarung tangan saat pemasangan infus dan 4

orang (57,1%) perawat yang memiliki pengetahuan cukup tentang pencegahan

infeksi tidak patuh dalam menggunakan sarung tangan saat pemasangan infus.

(22)

mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel

penelitian, tempat dan waktu penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Gultom, dkk pada tahun 2013 dengan judul

“Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Perawat Tentang Kewaspadaan

Universal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan

Barat.” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan

perilaku perawat tentang kewaspadaan universal di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat. Metode yang digunakan

pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil

dari penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah

71 orang, memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 54,93%, memiliki

pengetahuan yang cukup sebanyak 45,07%, dan hasil gambaran perilaku yang

baik sebanyak 91,55%, memiliki perilaku yang cukup baik sebanyak 7,04%

dan yang memiliki perilaku yang kurang sebanyak 1,41%. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel

penelitian, waktu dan tempat penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Handojo pada tahun 2015 dengan judul “

Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial di Ruang D2 dan D3

Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya.” Tujuan penelitian ini

untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial di

(23)

digunakan adalah deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

keseluruhan responden yang berjumlah 44 orang 77% diantaranya memiliki

pengetahuan yang baik tentang infeksi nosokomial, pengetahuan perawat ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, lama kerja, tingkat

pendidikan, serta pelatihan yang diikuti. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian, waktu dan

(24)
(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian

infeksi yang disusun olehCenter for Desease Control(CDC) dan harus

diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan

isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien

ke pasien lain atau ke pekerja medis.Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar

atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar (Standard/Universal

Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara penularan (Transmission

based Precautions) (Muchtar, 2014; Akib, dkk, 2008; Rosa, 2015).

a. Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)

Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan

dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua

pasien di semua fasilitas kesehatan.Kewaspadaan Universal yaitu

tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan

pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi

menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas

kesehatan (Nursalam, 2007).Tindakan dalam kewaspadaan standar

(26)

1) Kebersihan tangan.

2) APD : sarung tangan, masker,goggle, face shield , gaun.

3) Peralatan perawatan pasien.

4) Pengendalian lingkungan.

5) Penatalaksanaan Linen.

6) Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.

7) Penempatan pasien

8) Hygiene respirasi/Etika batuk

9) Praktek menyuntik aman

10)Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi

b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based

Precautions).

Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk

kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian

infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau

diketahui (Akib, dkk, 2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai

penularan mikroba penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan

pada pasien yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa

ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain

(Muchtar, 2014). Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis kewaspadaan

(27)

1) Kewaspadaan transmisi kontak

Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting

dan tersering menimbulkanHealthcare Associated

Infections(HAIs).Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan

untuk menurunkan resiko transmisi mikroba yang secara

epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak

langsung.

a) Kontak langsung

Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang

yang rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau

kolonisasi.Misal perawat membalikkan tubuh pasien,

memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah dengan

luka basah saat mengganti verband, petugas tanpa sarung

tangan merawat oral pasien dengan Virus Herpes Simplex

(HSV) atau scabies.

b) Transmisi kontak tidak langsung

Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda

yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan,

instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan

terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung tangan yang tidak

diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan

(28)

terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau

benda mati dilingkungan pasien.

Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata,

hidung, mulut saat masih memakai sarung tangan

terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.Petugas harus

menghindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang

tidak berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan

pintu, tombol lampu, telepon.

2) Kewaspadaan transmisi droplet

Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap

pasien dengan infeksi diketahui mengidap mikroba yang dapat

ditransmisikan melalui droplet( > 5μm). Droplet yang besar terlalu

berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari

sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungtiva atau

mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet

partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap

atau carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama

prosedur suction, bronkhoskopi.

Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus

membrane atau terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu

droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke

sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi jenis ini lebih sering

(29)

respiratory syncitial virus (RSV). Transmisi ini dapat terjadi saat

pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk

akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.

c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions )

Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai

tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah

diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan

ditransmisikan melalui jalur udara.Seperti transmisi partikel terinhalasi

(varicella zoster) langsung melalui udara.Kewaspadaan transmisi

melalui udara ditunjukan untuk menurunkan resiko transmisi udara

mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet

nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan

lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab

infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber,

dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari

pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal

penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan

transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka

terkontaminasi bakteriS. aureus.

2. Alat Pelindung Diri (APD) a. Definisi

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang membantu

(30)

macam bahaya yang dapat mengancam jiwa di tempat kerja

(Permenaker, 2010). Menurut Budiono (2006), APD merupakan

seperangkat alat yang melindungi sebagian atau keseluruhan tubuh dari

kemungkinan bahaya yang akan muncul di tempat kerja. Dari

penjelasan tentang APD dapat diambil kesimpulan bahwa alat

pelindung diri merupakan alat yang dapat membantu dan melindungi

seseorang dari bahaya yang akan terjadi.

b. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

1) Sarung Tangan

Pemakaian sarung tangan merupakan bagian terpenting dari

standar precaution bagi perawat yang sering berinteraksi dengan

pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi. Sarung tangan dapat

membantu perawat untuk melindungi tangan dari kontak dengan

darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, eksreta, kulit yang tidak

utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi (Depkes

RI, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

sarung tangan meliputi (WHO, 2004) :

a) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah

menggunakan sarung tangan

b) Mengganti sarung tangan jika berganti pasien atau sobek

c) Mengganti sarung tangan segera setelah melakukan tindakan

d) Menggunakan sarung tangan saat menggunaka alat yang

(31)

e) Menggunakan satu sarung tangan untuk satu prosedur tindakan

f) Menghindari kembali atau mendaur ulang sarung tangan sekali

pakai

Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya perlu

memperhatikan jenis dari sarung tangan yang digunakan.Sarung

tangan secara umum terdiri dari dua jenis yaitu sarung tangan

bersih dan sarung tangan steril. Perawat perlu menggunakan sarung

tangan bersih jika akan berkontak dengan kulit, luka, atau benda

yang terkontaminasi. Sarung tangan steril dapat digunakan dalam

tindakan bedah maupun kontak dengan alat-alat steril (Potter &

Perry, 2005).

2) Alat Pelindung Wajah

Alat pelindung wajah merupakan peralatan wajib perawat

untuk menjaga kemanana dirinya dalam menjalankan asuhan

keperawatan.Alat pelindung wajah dapat melindungi selaput lendir

dibagian mulut, hidung dan mata perawat terhadap resiko percikan

darah maupun cairan tubuh pasien (Hegner, 2010).Alat pelindung

wajah terdiri dari dua alat yaitu masker dan kaca mata pelindung

(Depkes RI, 2003).Kedua jenis alat pelindung tersebut dapat

digunakan terpisah maupun bersamaan sesuai jenis tindakan.

Masker bagian alat pelindung wajah khususnya untuk

melindungi membrane mukosa pada mulut dan hidung perawat

(32)

digunakan perawat ketika melakukan tindakan dengan semua

pasien khususnya pasien Tuberkulosis (Depkes RI, 2003).Hal ini

diharapkan mampu melindungi perawat terhadap transmisi infeksi

melalui udara.Secara umum masker dibagi menjadi dua jenis yaitu

masker standar dan masker khusus yang dibuat untuk menyaring

partikel-partikel atau mikroorganisme kecil (Rosdahl & Marry,

2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

masker :

a) Memasang masker sebelum memasang sarung tangan

b) Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika menggunakannya

c) Mengganti masker ketika kotor dan lembab

d) Melepas masker dilakukan setelah melepas sarung tangan dan

cuci tangan

e) Tidak membiarkan masker menggantung dileher

f) Segera melepas masker ketika jika tidak digunakan

g) Tidak dianjurkan kembali menggunakan masker sekali pakai

Kaca mata sebagai bagian dari APD yang bertujuan

melindungi mata.Kaca mata digunakan untuk mencegah masuknya

cairan darah maupun cairan tubuh lainnya pada mata (Potter &

Perry, 2005).Penggunaan kaca mata digunakan sesuai kebutuhan

dan tindakan yang memiliki resiko tinggi terpapar dengan darah

ataupun cairan tubuh lainnya.

(33)

Penutup kepala sebagai bagian dari standard precaution

memiliki fungsi dua arah.Fungsi pertama, penutup kepala

membantu mencegah terjadinya percikan darah maupun cairan

pasien pada rambut perawat.Selain itu, penutup kepala dapat

mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut maupun

kulit kepala kearah steril (Depkes RI, 2003).

4) Gaun Pelindung (Cover Gown)

Gaun pelindung dapat memberikan manfaat bagi perawat

untuk melindungi kulit dan pakaian dari kontaminasi cairan tubuh

pasien.Gaun pelindung wajib digunakan ketika melakukan

tindakan irigasi, menangani pasien dengan perdarahan massif,

melakukan pembersihan luka, maupun tindakan lainnya yang

terpapar dengan cairan tubuh pasien (Depkes RI, 2003).

Gaun pelindung terdiri dari beberapa macam berdasarkan

kegunaannya.Terdapat dua jenis gaun pelindung yaitu gaun

pelindung steril dan non steril (Depkes RI, 2003).Gaun steril

digunakan untuk memberikan perlindungan ketika berada diarea

steril seperti di ruang bersalin, ICU, rawat darurat dan pada

tindakan yang memerlukan keseterilan.Gaun non steril digunakan

pada tindakan selain tindakan sebelumnya.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu

mengetahui penggunaan gaun pelindung secara benar.Penggunaan

(34)

infeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam

penggunaan gaun pelindung meliputi (Rosdahl & Marry, 2008):

a) Bagian dalam gaun adalah bersih dan bagian luarnya yang

nantinya harus dijaga

b) Ukuran gaun pelindung harus cukup panjang dan dapat

menutupi seragam perawat bagian depan dan belakang tetapi

tidak menutupi bagian lengan

c) Jika menggunakan seragam lengan panjang, seragam harus

digulung diatas siku dan perawat baru menggunakan gaun

pelindung

d) Ketika hendak melepaskan gaun pelindung, cara

melepaskannya adalah dari dalam keluar untuk mencegah

kontaminasi cairan dengan seragam

e) Setelah melepas gaun jangan lupa untuk selalu mencuci tangan

sebelum melakukan aktivitas lain.

5) Sepatu pelindung (Pelindung Kaki)

Sepatu pelindung adalah sepatu khusus yang digunakan oleh

petugas yang bekerja diruangan tertentu misalnya ruang bedah,

laboratorium, ICU, ruang isolasi dan petugas sanitasi, tidak boleh

dipakai ke ruangan lainnya.Tujuannya untuk melindungi kaki

petugas dari tumpahan atau percikan darah atau cairan tubuh

lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau

(35)

c. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri

Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan

merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya KAK dan PAK oleh

bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan

atau dikendalikan (Suma’mur, 2006).

Menurut Power & Polovich (2015), APD digunakan sebagai

pelindung kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan,

terutama petugas yang bekerja dan beresiko terkena paparan radiasi.

Berdasarkan penjelasan tentang manfaat dan tujuan alat pelindung diri

dapat diambil kesimpulan bahwa APD memiliki manfaat dan tujuan

sebagai pelindung tubuh pekerja dari bahaya-bahaya yang berada di

tempat kerja.

d. Prinsip dalam Penggunaan APD

Prinsip penggunaan APD berdasarkan Panduan Pemakaian Alat

Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit

II tahun 2015, yaitu:

1) Setiap pegawai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II harus

dapat menggunakan APD dengan baik dan benar.

2) Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi

(36)

3) Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan

disetiap instalasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

4) Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam

menggunakan APD di rumah sakit, bukan merupakan tanggung

jawab rumah sakit.

e. Penggunaan APD

Tabel 1. Penggunaan APD sesuai transmisi

Kontak Droplet Udara/Airborne

APD setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain).

− Melepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain. respirator (N95) saat masuk ruangan pasien atau suspek TB paru.

− Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun. − Bila terpaksa harus

Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul koloid yang maengandung partikel-partikel padat atau cairan yang sangat halus(aerosol).

(37)

f. Penetapan Jenis APD

Penetapan Jenis APD ruang rawat inap berdasarkan Panduan

Pemakaian Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II tahun 2015, yaitu:

1) Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, Bedah Minor,

rawat luka pasien resiko rendah (pasien tanpa HIV, Hepatitis B / C,

dan penyakit menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat

cairan tubuh) :

a) Pelindung Pernafasan : masker bedah

b) Pelindung tangan : sarung tangan bersih atau sarung tangan

steril menyesuaikan dengan jenis tindakan dan kondisi luka

2) Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, bedah minor,

rawat luka pasien resiko tinggi (pasien dengan HIV, Hepatitis B/C,

dan penyakit menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat

cairan tubuh) :

a) Pelindung mata: Spectacle Google

b) Pelindung kepala: Tutup kepala

c) Pelindung respirasi/hidung/mulut: Masker bedah

d) Pelindung Tubuh: Apron/scotch/celemek /gaun

e) Pelindung tangan: Sarung tangan bedah bersih dipasang double

dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di

double dengan sarung tangan sejenis.

(38)

3) Pelayanan pasien dengan penyakit paru menular berbahaya (TBC,

Pneumonia) :

a) Pelindung pernafasan : Masker respirator N95

b) Pelindung tangan : Sarung tangan bedah bersih

4) Pelayanan pasien dengan kemungkinan sangat tinggi terpapar

cairan tubuh baik pada pasien infeksius maupun tidak.

a) Pelindung mata Pelindung mata: Spectacle Google

b) Pelindung kepala: Tutup kepala

c) Pelindung respirasi/hidung/mulut: Masker bedah

d) Pelindung Tubuh: Apron/Scotch/Celemek

e) Pelindung tangan: Sarung tangan bedah bersih dipasang double

dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di

double dengan sarung tangan sejenis.

f) Pelindung kaki: sepatu boot karet.

5) Pelayanan pasien dengan penyakit kulit menular

a) Pelindung hidung/mulut: masker bedah

b) Pelindung tangan: sarung tangan bedah bersih

6) Pelayanan pasien dengan risiko terpapar cairan tubuh minimal

a) Pelindung hidung/mulut: masker bedah

(39)

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Penggunaan APD

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan tahu terjadi dari

proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

tersebut terjadi dengan panca indera manusia yaitu pendengaran,

penglihatan, perasa, penghidu dan peraba (Notoatmodjo, 2007)

tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari proses

penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting dalam pembentukan tindakan atau perilaku

seseorang.

Pengetahuan perawat tentang APD dan manfaatnya sangat

penting agar terciptanya perilaku penggunaan APD secara tepat

yang bermanfaat untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit

dan upaya pencegahan infeksi merupakan langkah pertama dalam

pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Setianingsih,

2014).

2) Pengawasan

Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di

rumah sakit diperlukan pengawasan dan pembinaan yang

dilakukan oleh menteri kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dan

dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai fungsi dan tugasnya

masing-masing (KEMENKES RI, 2010). Pengawasan dilakukan

(40)

melakukan pekerjaan sesuai dengan SPO.Begitu pula pada

penerapan penggunaan alat pelindung diri harus diatas pengawasan

yang tepat agar terlaksana sesuai dengan SPO yang ada di rumah

sakit (Siburian, 2012).

Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sesuai

dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II Nomor : 0255/PS.1.2/III/2015 Tentang

Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri, Kepala Instalasi/Kepala

Ruangan bertugas untuk memastikan Penggunaan APD sesuai

dengan prosedur yang telah ditentukan dan mengidentifikasi setiap

kelalaian yang timbul dalam pelaksanaan penggunaan APD dan

memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah

terulangnya kembali insiden tersebut.

3) Standar Prosedur Operasional ( SPO)

Menurut Direktorat Jenderal Medis Depkes RI

2002,SPOadalah instruksi atau langkah-langkah yang dilakukan

untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, yang berupa

kebijakan yang telah ditetapkan. SPO bertujuan untuk memberikan

langkah-langkah yang benar agar mengurangi terjadinya kesalahan

dan pelayanan di bawah standar dalam melaksanakan berbagai

kegiatan dari fungsi pelayanan (Siburian, 2012).Maka dari itu

diperlukannya peraturan atau acuan untuk melaksanakan

(41)

Rumah sakit harus memiliki SPO yang mengatur dan sebagai

acuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

pasien, petugas, pengunjung, jenis-jenis tindakan, alat-alat, isolasi,

pemberian obat, pengaturan ruang, transportasi, ruang perawatan

maupun penggunaan APD (Siburian, 2012). RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta Unit II telah memiliki SPO yaitu

Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II Nomor : 0255/PS.1.2/III/2015 Tentang

Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri.

4) Fasilitas APD di Rumah Sakit

APD yang tersedia di rumah sakit seperti sarung tangan,

masker, baju pelindung, kacamata pelindung dan sepatu pelindung.

Fasilitas APD yang tersedia di rumah sakit ini sangat berpengaruh,

karena walaupun tingkat pengetahuan tenaga keperawatan sudah

baik, adanya pelatihan dan terdapat SPO apabila fasilitas

pendukung APD rumah sakit tidak terpenuhi/tidak sesuai standar

maka penggunaan APD oleh perawat tidak maksimal (Amalia dkk,

2011; WHO, 2009).

3. Hand Hygiene / Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan salah satu bagian pentingdalam

penggunaan APD,khususnya pada penggunaan sarung tangan(CDC,2002).

(42)

mendasar dalam mencegah dan mengendalikan penularan infeksi (Potter &

Perry, 2006).

Larson (1995) mendefinisikan mencuci tangan adalah menggosok

dengan sabun secara bersamaan seluruh kulit permukaan tangan dengan

kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dengan air yang mengalir.Tujuan

melakukan mencuci tanganadalah untuk membuang kotoran dan

organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah

mikroba yang ada saat itu serta mencegah perpindahan organisme multi

resisten dari lingkungan rumah sakit ke pasien dan dari pasien ke petugas

kesehatan begitu juga sebaliknya (Perdalin, 2010; Potter & Perry, 2005).

Menurut CDC (2002) mencuci tangan direkomendasikan dalam

situasi sebelum dan setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai

sarung tangan steril dan sebelum melakukan prosedur invasive seperti

pemasangan kateter intravascular atau kateter menetap, setelah kontak

dengan kulit klien (misalnya, ketika mengukur tekanan darah atau nadi,

dan mengangkat klien), setelah kontak dengan sumber mikroorganisme

(darah atau cairan tubuh, membrane mukosa, kulit yang tidak utuh,

melakukan pembalutan luka walaupun tangan tidak terlihat kotor), setelah

kontak dengan benda-benda (misalnya peralatan medis) yang

bersangkutan atau terkontaminasi dengan klien, dan setelah melepaskan

(43)

4. Pengetahuan

a. Definis Pengetahuan

Menurut Potter & Perry pada tahun 2005, pengetahuan

merupakanhasil dari penginderaan yang berupa fakta-fakta dan

informasi yang mampu menarik atau mempengaruhi individu

tersebut.Penginderaan manusia biasanya terjadi melalui proses panca

indera, diantaarnya yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Biasanya pengetahuan manusia akan diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan menjadi domain penting bagi terbentuknya tindakan

dan perilaku pada manusia. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan penjelasan tentang

pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil

dari berbagai macam penginderaan yang dapat mempengaruhi

seseorang.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu yaitu mengingat suatu hal yang telah didapat dan

(44)

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

4) Analisis(analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata sintesis adalah

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang sudah ada sebelumnnya.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

(45)

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah

ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Mubarak (2007) adalah pendidikan, informasi, budaya, pengalaman,

pekerjaan, umur dan minat. Selain itu faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah :

1) Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam

penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal

yang mempengaruhi pengetahuan.Umur adalah lamanya hidup

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin

tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau

pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang

diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang

diperoleh dari orang lain. Berikut kategori umur menurut Depkes

RI (2009) :

a) Masa remaja akhir ( 17-25 tahun)

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan

secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi

pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan

(46)

yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan

mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).

Muagman (1980) dalam Sarwono (2006)

mendefinisikan remaja berdasarkan definisi konseptual

World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan

remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis,

psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah situasi masa

ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia

mencapai kematangan seksual, remaja adalah suatu masa

ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan

pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. remaja

adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang relatif lebih mandiri.

b) Masa dewasa awal (26-35 tahun)

Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal

adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan

lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal

lainnya. Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan

masa muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi

dan pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada

(47)

masa muda rata-rata terjadi 2 sampai 8 tahun, tetapi dapat

juga lebih lama. Dua kriteria yang diajukan untuk

menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa

dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian

dalam membuat keputusan. Mungkin yang paling luas

diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika

seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang

kurang lebih tetap.

c) Masa dewas akhir (36-45 tahun)

Pada usia tersebut peran dan tanggung jawab

semakin bertambah besar, tidak tergantung secara

ekonomis, sosiologis maupun psikologis. Pada usia

tersebut termasuk usia yang produktif, kemandirian secara

ekonomis, kemandirian dalam membuat keputusan.

2) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan

seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan,

sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses

perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat

pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan

teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan

(48)

memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan

maka hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan

yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik.

3) Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik

maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan

memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan yang dimiliki.

4) Sosial Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder

keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi

dibanding orang dengan status ekonomi rendah. Semakin tinggi

status sosial ekonomi seseorang semakin mudah pula dalam

mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih

berkualitas.

5) Hubungan sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu

sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan

individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan

bertambah.

(49)

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan

misalnya sering mengikuti organisasi.

5. Kriteria Responden

a. Perawat yang bekerja di bangsal rawat inap rumah sakit PKU

Muhammadiyah Gamping

Perawat yang bekeja di bangsal rawat inap yang di maksud

adalah perawat pelasana. Menurut Gaffar dalam Praptianingsih (2006)

peran sebagai pelaksana bertidak sebagai Comforter and protector

(melindungi pasien dan mengupayakan terlaksananya hak dan

kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), commmunicator

(tampak ketika perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien

dengan anggota tim kesehatan) serta rehabilitator (perawat membantu

pasien untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya).

b. Perawat yang berstatus pegawai tetap dan kontrak di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

Menurut Hasibuan (2002) karyawan tetap merupakan karyawan

yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja dengan

(50)

(permanent). Karyawan tetap biasanya cenderung memiliki hak

yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak tetap.

Selain itu, karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam

hal kepastian lapangan pekerjaan) dibandingkan dengan karyawan

(51)

B. Kerangka Konsep

Keterangan:

= Diteliti

Gambar1. Kerangka Konsep

1. Baik

2. Cukup 3. Kurang Faktor yang mempengaruhi

tingkatpengetahuan : 1. Umur 2. Pendidikan

3. Paparan media massa 4. Sosial ekonomi 5. Hubungan sosial 6. Pengalaman

Tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan alat pelindung

diri (sarung tangan, alat pelindung wajah, penutup kepala, gaun

(52)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian

deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau

rerata suatu variabel (Dahlan, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam penggunaan APD di Bangsal

Medikal Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Pendekatan

pada penelitian ini adalah cross sectional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi penelitian adalah kumpulan individu yang memenuhi kriteria

penelitian. Pada penelitian bukan hanya subjek atau objek saja yang harus

dipahami tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang ada pada subjek dan

objek tersebut, untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal (Swarjana,

2012). Subjek penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman.

2. Sampel

Sampel adalah populasi terjangkau yang bisa dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Teknik sampling yang

(53)

ini adalah perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap yang

berjumlah 68 perawat.

a. Kriteria Inklusi

1) Perawat yang bekerja di bangsal rawat inap medikal bedah Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

2) Perawat yang berstatus pegawai tetap dan kontrak di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

b. Kriteria Eksklusi

Perawat yang menolak menjadi responden

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi merupakan tempat dilakukannya penelitian (Hidayat, 2008).

Penelitian ini dilakukan di bangsal Na’im, Wardah, Firdaus, Ar-Royyan,

Al-Kautsar dan Zaitun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

2. Waktu

Waktu penelitian merupakan rencana dilakukan kegiatan penelitian

(Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei

2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai benda

(54)

penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan perawat tentang

penggunaan APD.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2013).

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala APD yang benar dan sesuai SPO yang ada di rumah sakit.

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan

data, instrumen pada penelitian ini berupa: kuesioner tingkat pengetahuan dan

kuesioner data demografi (Notoatmodjo, 2012).

1. Data Demografi

Kuesioner pertama berupa kuesioner data demografi yang peneliti buat

(55)

kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja dan sumber informasi mengenai

APD.

2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan

Pada kuesioner kedua merupakan kuesioner tingkat pengetahuan yang

diadopsi dari Putra (2012) dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat

Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada

Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia”. Pada

kuesioener penelitian tersebut terdapat 17 item pertanyaan, kemudian peneliti

melakukan modifikasi dan menambahkan 3 item pertanyaan yang sesuai

dengan apa yang ingin diteliti. Jumlah pertanyaan pada kuesioner tingkat

pengetahuan setelah dimodifikasi menjadi 20 item pertanyaan.

Tabel 3. Kisi-Kisi Pertanyaan Positif Negatif Jenis Pertanyaan Positif

(favorable)

Lembar kuesioner tingkat pengetahuan digunakan untuk mengukur

tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD. Kuesioner ini

menggunakan skala Gutmant dengan jenis pertanyaan positif memiliki nilai 1

jika benar dan 0 jika salah. Sedang pada pertanyaan negatif berlaku sebaliknya

(56)

skala ordinal. Skor penilaian akan dikategorikan menjadi baik jika memiliki

rentang nilai 16-20 (76-100%), cukup jika 15-11 ( 56-75%) dan kurang jika

10-0 (< 56%) (Nursalam, 2013).

G. Alur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Penelitian meneliti tentang gamabaran tingkat pengetahuan perawat

tentang penggunaan APD di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.

Peneliti terlebih dahulu membawa surat izin studi penelitian pendahuluan yang

dibuat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta untuk meminta izin kepada Direktur rumah sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman untuk melakukan studi pendahuluan dan

mengetahui jumlah populasi perawat yang ada di rumah sakit PKU

Muhammadiyah Gamping Sleman.

Peneliti kemudian membuat surat izin uji validitas dan izin penelitian dan

mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah mendapatkan data populasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Gamping Sleman, kemudian peneliti menggunakan total sampling dalam

menentukan sampel. Sehingga bangsal yang digunakan pada penelitian ini

(57)

butir soal pada perawat di rumah sakit tersebut. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mendapatkan langsung dari

subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan

kuesioner yang dimasukan kedalam amplop terbuka bersama dengan surat

permohonan untuk menjadi responden, serta informed consent yang ditujukan

kepada perawat.Kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti, pemberian

kuesioner menggunakan amplopyang sudah tertutup rapat. Amplop berfungsi

untuk menjaga kerahasian dan keaslian data responden, setelah itu peneliti

mengucapkan terimakasih kepada responden atas partisipasi dan persetujuannya

menjadi responden dalam penelitian ini.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan teknik yang digunakan untuk

mengukur validitas kuesioner yaitu dengan menggunakan rumus pearson

product moment. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus

pearson product moment dengan nilai signifikansi p<0,05 (Sugiono, 2013).

Pada penelitian ini, kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang

penggunaan APD telah diujikan kepada 35 responden yang memiliki kriteria

inklusi yang sama di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil

uji validitas untuk kuesioner ini terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid yaitu

pada nomor 8,13, 18, 20, dikarenakan item pertanyaan tersebut penting

(58)

dimengerti oleh responden. Setelah diperbaiki kuesioner diujikan kembali ke

rumah sakit PKU Muhammdiyah Yogyakarta kemudian keseluruahan item

pertanyaan menjadi valid. Uji validitas menggunakan Person Product

Moment memberikan hasil valid apabila nilai uji validitas lebih besar dari

nilai r-tabel (n=35), dimana r-tabel sebesar 0,343-0,798 (valid apabila>0,344).

Hasil dari uji valid menyatakan bahwa 20 pertanyaan valid dengan nilai

>0,344 (Sugiyono, 2013).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach alpha yang

diujikan kepada responden yang memiliki kriteria inklusi yang sama dengan

responden. Pada penelitian ini kuesioner diujikan kepada 35 responden.

Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai ≥0,6 (Arikunto, 2010).

Pada penelitian ini, kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang

penggunaan APD telah diujikan kepada 35 responden yang memliki kriteria

inklusi yang sama di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil

uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan adalah 0,894 yaitu >0,6 yang

artinya reliabel (Arikunto, 2010).

I. Pengelolaan Data dan Metode Analisa Data 1. Pengelolaan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

Gambar

Tabel 1. Penggunaan APD sesuai transmisi
Tabel 2. Definisi Operasional
Tabel 3. Kisi-Kisi Pertanyaan Positif Negatif
Tabel 4. Karakteristik Perawat di Bangsal Medikal Bedah Rawat          Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman, April-Mei 2016 (n=68)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

Catatan : Daftar Nominatif ini dapat berubah jika ada sanggahan, pengaduan, duplikasi dan sebab lainnya.. Instansi

Prosedur kerja dalam menerapkan pelatihan dan pembinaan kepada Kelompok sadar Wisata Tunjung Mekar Desa Sambangan dan Kelompok Sadar Wisata Bhuana Shanti Desa Bebetin

Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok Bahan Makanan sebesar 0,15 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Cooperative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa pada materi pokok

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh produk fermentasi dari Bacillus subtilis terhadap kadar nitrogen, asam urat dan produksi amonia

Pada hakekatnya Notaris selaku Pejabat Umum, hanyalah mengkonstatir atau merelateer atau merekam secara tertuiis dan otentik dari perbuatan hukum pihak-pihak yang