KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL
RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
MENTARI KUSUMA RINI 20120320054
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BANGSAL
RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING SLEMAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
MENTARI KUSUMA RINI 20120320054
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mentari Kusuma Rini
NIM : 20120320054
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakulitas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Juni 2016
Yang membuat pernyataan,
iii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
taufik, dah hidah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bangsal Rawat Inap Medikal Bedah Rumah Sakit PKU. Muhammadiyah Gamping Sleman “ dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan dari penyusunan KTI ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Semua proses penyusunan KTI ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan
semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat dan ridha-Nya
2. Dr.Ardi Pramono, Sp. An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Sri Sumaryani, Ns., M.kep., Sp.Mat., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep.,Ns.,MNS selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu, nasehat dan arahannya kepada peneliti.
5. Ibu Novita Kurnia Sari, Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran kepada peneliti sehingga menjadikan Karya Tulis
Ilmiah ini semakin berkualitas.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, karyawan Tata Usaha dan
karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
7. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman yang telah membantu
iv
8. Kedua orang tua saya tercinta Drs. M. Nuri Ilyas dan Sri Mardyana yang
sangat sabar mendengarkan keluh kesah saya dan tak henti-hentinya
mendoakan, menyemangati serta memotivasi saya untuk memberikan hasil
terbaik dalam setiap hal yang saya lakukan.
9. Kakak-kakak saya tercinta Helmi Aziz, Martin Pratama, Nirva Indriani, Mufti
Ramadhani, Wiryo Saputra, Selvia Febriyanti dan Anggia Restu serta adik
saya tersayang Amelia Kurniawati yang tidak pernah bosan memberikan
dukungan dan mendoakan saya.
10.Desi Ariska, Putri Amalia Rahma, Yeni Agustin, Ria Anggraini, Dea Safira,
Rio Wahyu Septianto, Aglita Janis, Yunita Resty, Anisa Fauziah , Helena
Widiastuti, Suci Aprilia, Indah D, Rizaluddin A, Herka Setiadi, Yurika
chendy, Defi Arumsari, Agus Gunadi.
11.Teman-teman bimbingan bu Yusi yang telah menyemangati satu sama lain.
12.Seluruh Mahasiswa Ilmu Keperawatan angkatan 2012.
13.Kepada perawat rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman yang
telah bersedia menjadi responden penelitian.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari
sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk
perbaikan selanjutnya. Wasaalamu’alaukum Wr. Wb.
Yogyakarta, Juni 2016
5 DAFTAR ISI
KARYA TULIS ILMIAH ... i
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ...iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... 5
DAFTAR TABEL ... 5
DAFTAR GAMBAR ... 8
DAFTAR LAMPIRAN……….…...x
INTISARI ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
BAB I ... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. TujuanPenelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Keasliaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB II ... Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
A. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.
1. Kewaspadaan Isolasi ... Error! Bookmark not defined.
2. Alat Pelindung Diri (APD) ... Error! Bookmark not defined.
3. Hand Hygiene / Mencuci Tangan ... Error! Bookmark not defined.
4. Pengetahuan ... Error! Bookmark not defined.
B. Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.
6
METODELOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
F. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
G. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined.
I. Pengelolaan Data dan Metode Analisa Data ... Error! Bookmark not defined.
J. Etik Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ... Error! Bookmark not defined.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V ... Error! Bookmark not defined.
KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penggunaan APD sesuai Transmisi ... 21 Tabel 2. Definisi Operasional ... 36 Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner ... 37 Tabel 4. Karakteristik Perawat di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman ... 48 Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Perawat di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Sleman tentang Penggunaan
APD ... 49 Table 6. Tabulasi Silang Gambaran Karakteristik Responden dengan Tingkat
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi
Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan dari PKU Gamping
Lampiran 5 Surat Izin Etik Penelitian dari UMY
Lampiran 6 Surat Izin Uji Validitas dari UMY
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari UMY
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
10
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya….
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Terimakasih kepada kedua
orang tuaku tercinta Drs.M Nuri Ilyas dan Sri Mardyana yang tiada lelah mendoakan,
kepada kakak dan adik ku yang selalu mendukung satu sama lain. Dan terimkasih
untuk seseorang yang namanya selalu ku sebut dalam setiap doa-doan ku, terimaksih
untuk kalian semua akhrnya saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua,
orang-orang yang saya sayangi dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
Mentari Kusuma Rini. (2016). The Descriptive of Nurse’s Knowledge about use of Personal Protective Equipment (PPE) in Medical Surgical Wards PKU Muhammadiyah Hospital Gamping Sleman
Advisor:
Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MNS
ABSTRACT
Background: Nurses tend to have higher risk of work accidents than other industry workers, therefore it is important for health workers such as nurses use Personal Protective Equipment (PPE) as the protector of the sources of danger. Knowledge is an important factor in the use of PPE to prevent things that are not desirable for both patients and nurses themselves. The aim of this study was to determine the description of the level of knowledge of nurses on the use of PPE in medical-surgical inpatient wards PKU Muhammadiyah Hospital in Sleman Gamping.
Methods: The study was a descriptive cross sectional approach and the population was nurses working in medical-surgical wards in PKU Muhammadiyah Hospital Gamping Sleman, sample number were 68 respondents with a total sampling technique. Collecting data were using valid questionnaires (Pearson Product Moment = 0.344) and reliable (Cronbach Alpha = 0.894). Univariate analysis with frequency distribution was used to data analysis.
Results: The results of this study showed that most nurses had good knowledge 50 respondents (73,5%). On aged 26-35 years 25 respondents (69.4%), in the male gender 11 (90.9%), at educated respondents D3 40 (72.5%), the working period of 1-5 years 48 (70.8%), sources of information on the Internet 8 people (100%).
Conclusion: Nurses who work in medical-surgical wards mostly have good knowledge as many as 50 respondents. It can be suggested to the hospital for doing periodicly training about Personal Protective Equipment application.
Mentari Kusuma Rini. (2016). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di Bangsal Medikal Bedah Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman
Pembimbing:
Yusi Riwayatul Afsah, S.Kep., Ns., MNS
INTISARI
Latar Belakang: Perawat cenderung mempunyai resiko lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja industri lainnya, oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan seperti perawat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai pelindung dari sumber-sumber bahaya. Pengetahuan menjadi faktor penting dalam penggunaan APD yang dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bagi pasien maupun perawat itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di bangsal medikal bedah rawat inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman, jumlah sampel 68 responden dengan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang valid (Pearson Product Moment=0,344) dan reliabel (Cronbach Alpha=0,894). Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik 50 responden (73,5%). Perawat usia 26-35 tahun 25 responden (69,4%), jenis kelamin laki-laki 11 orang (90,9%), responden yang berpendidikan D3 sebanyak 40 0rang (72,5%), masa kerja 1-5 tahun 48 orang (70,8%), responden yang sumber informasi dari internet yang keseluruhan berjumlah 8 orang (100%) .
Kesimpulan: Perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 50 responden. Diharapkan bagi rumah sakit untuk melakukan pelatihan berkala mengenai penggunaan APD.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/MENKES/SK/IV/2007 menyebutkan bahwa potensi bahaya yang terjadi
dirumah sakit sangat beragam, mulai dari infeksi sampai penyakit kronis. Sumber
bahaya lain yang terdapat di rumah sakit seperti peledakan, kebakaran, radiasi,
bahan kimia berbahaya serta gas-gas anastesi. Bahaya-bahayayang terdapat di
rumah sakit tersebut tentu menjadi ancaman keselamatan jiwa seseorang yang
berada di rumah sakit seperti tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung rumah
sakit itu sendiri.Bahaya-bahaya tersebut baik fisik, biologis maupun kimiawi
perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan yang aman, nyaman dan sehat
(KEPMENKES, 2007).
International Labour Organization (ILO) tahun 2013, menyatakan 1 pekerja
di dunia meninggal setiap 15 detik karena Kecelakaan Akibat Kerja(KAK) dan
160 pekerja mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK). Tahun 2012 ILO mencatat
angka kematian dikarenakan KAK dan PAK sebanyak 2 juta kasus setiap
tahun.Menurut WHO (2002) dari 35 juta pekerja kesehatan, 3 juta diantaranya
terpajan patogen darah (2 juta pekerja kesehatan terpajan virus hepatitis C dan
170.000 terpajan HIV/AIDS) dan lebih dari 90% terjadi di negara berkembang.
HIV dan setiap tahun 600.000–1.000.000 luka tusuk jarum yang dilaporkan
(diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan). Sout California-Amerika mencatat
frekuensi angka KAK di Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain,
dengan angka KAK terbesar adalah cedera jarum suntik (NSI-Needle Stick
Injuries), serta 41% perawat rumah sakit mengalami cedera tulang belakang
akibat kerja (occupational low back pain), sedangkan diIndonesia keluhan
subyektif cedera tulang belakang didapat pada 83.3% pekerja instalasi bedah
sentral di RSUD di Jakarta 2006.Penelitian Dr. Joseph tahun 2005-2007 mencatat
bahwa angka KAK mencapai 38-73 % dari total petugas kesehatan
(KEPMENKES, 2010).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1087/MENKES/SK/VII/2010 tentang standar kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit menjelaskan bahwa pekerja kesehatan cenderung mempunyai resiko
lebih tinggi mengalami kecelakaan kerja dibandikan dengan pekerja industri
lainnya (KEPMENKES, 2010).Banyaknya kasus kecelakaan kerja yang terjadi
merupakan sebuah tanda bahwa penting untuk menerapkan standar kewaspadaan
infeksi atau yang sering disebut dengan standar precautiondi tempat kerja. Fungsi
dari standar precaution yaitu untuk melindungi pekerja maupun pasien agar
terhindar dari pajanan yang ada di rumah sakit.Penerapan standar precaution
diantaranya pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan untuk menghindari infeksi
silang dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)(Sari, dkk, 2014). Pengendalian
sedangkan penggunaan alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir (Tarwaka,
2008).
Setiap tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medis di rumah sakit
sangat penting menggunakan APD untuk menghindari adanya kontaminasi,selain
itu juga APD berfungsi sebagai pelindung dari kemungkinan terjadinya infeksi
nosokomial yang didapatkan dari pasien ke perawat maupun dari perawat
kepasien (Sari, dkk, 2014). Menggunakan alat pelindung diri merupakan suatu
bentuk pencegahan dari sesuatu yang dapat membahayakan keadaan diri kita
maupun orang lain dalam menjalankan suatu pekerjaan. Islam juga telah
menjelaskan dalam Al-quran surah Ar-Ra’du ayat 11 yang berbunyi :
….
Yang Artinya “…. Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri.”
Hikmah yang didapat dari kandungan ayat tersebut yaitu kita harus berusaha
mencegah sesuatu yang buruk agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Ayat tersebut juga menjelaskan bahwa yang bisa merubah keadaan kita yaitu kita
sendiri, oleh karena itu wajib bagi perawat memperhatikan sesuatu yang mungkin
membahayakan dirinya dan mencegah hal yang tidak diinginkan dengan cara
menggunakan APD.
Ketika seorang perawat tidak menggunakan alat pelindung diri dalam
umumnya berkaitan dengan faktor biologik (kuman patogen yang umumnya
berasal dari pasien)danfaktor kimia (pemaparan dengan dosis kecil namun secara
terus menerus seperti penggunaan antiseptik pada kulit dan anastesi yang dapat
merusak hati). Apabila perawat mengalami PAK maka akan mempengaruhi
kinerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan akan
mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan yang diberikan (KEPMENKES,
2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan APD
yaitu pengetahuan, sikap, nilai dan keyakinan (Adhiatma, dkk, 2013). Faktor lain
yang mempengaruhi karyawan atau seseorang menggunakan APD yaitu
ketersediaan APD di rumah sakit dan peraturan penggunaan APD itu sendiri di
rumah sakit (Darmawati, dkk, 2014). Pengetahuan tentang APD dan manfaatnya
sangat penting dimiliki oleh seorang perawat untuk mencegah terjadinya transmisi
infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi merupakan langkah pertama
dalam pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Setianingsih, 2014).
Penelitian oleh Darwati, dkk (2014), menyebutkan keseluruhan responden
yaitu sebanyak 31 orang perawat, 22 orang (91,7%) diantaranya memiliki
pengetahuan baik tentang pencegahan infeksi patuh dalam penggunaan sarung
tangan saat pemasangan infus dan 4 orang (57,1%) perawat yang memiliki
pengetahuan cukup tentang pencegahan infeksitidak patuh dalam menggunakan
pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap
penggunaan APD.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II
Yogyakarta pada bulan Januari 2016 didapatkan bahwa jumlah perawat yang
bekerja di bangsal rawat inap medikal bedah sebanyak 80 perawat. Selain itu
peneliti telah melakukan wawancara kepada 5 perawat mengenai tingkat
pengetahuan terhadap APD. Dari hasil wawancara bahwa masih ditemukan
beberapa perawat yang belum memahami waktu pemakaian APD, seperti dalam
penggunaan gown perawat tidak mengganti gown tersebut setelahmelakukan
tindakan dari pasien TB ke pasien lain. Setelah dikaji lebih dalam ternyata
perawat tersebut tidak mengetahui jika hal tersebut bisa menularkan bakteri TB ke
pasien yang lain. Selain itu penelitian tingkat pengetahuan tentang APD belum
pernah dilakukan sebelumnya di rumah sakit PKU Muhammadiyah II
Yogyakarta.
Dari uraian yang telah dijabarkan tentang tingkat pengetahuan, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terkait Gambaran Tingkat Pengetahuan
Perawat Terhadap Pengunaan APD di Bangsal Medikal Bedah Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah II Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Bangsal Rawat Inap Medikal Bedah
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman?”
C. TujuanPenelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan perawat tentang penggunaan APD di bangsal rawat inap medikal
bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiya Gamping Sleman.
2. Tujuan Khusus
Untuk melihat pengetahuan perawat berdasarkan data demografi (Usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, sumber informasi mengenai
APD).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Rumah sakit
Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi rumah sakit untuk
mempertimbangkan kewajiban perawat dalam penggunaan APD berdasarkan
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan.
2. Bagi Intitusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pertimbangan institusi
dalam memberikan pendidikan dan skill kompetensi kepada mahasiswa
tentang pentingnya APD.
Sebagai dasar pengembangan penelitian yang sejenis dengan
menggunakan metode kualitatif dan mendapatkan informasi yang lebih
mendalam tentang pengetahuan perawat dalam penggunaan APD.
4. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi perawat untuk
meningkatkan kesadaran akan pentingnya APD saat menjalankan tugas dan
perannya di rumah sakit.
E. Keasliaan Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Darwati, dkk pada tahun 2014 dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi dengan
Kepatuhan Menggunakan Sarung Tangan dalam Pemasangan Infus.” Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang
pencegahan infeksi dengan kepatuhan menggunakan sarung tangan saat
pemasangan infus. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional. Hasil dari penelitian ini
menujukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah 31 orang perawat
22 orang (91,7%) diantaranya memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan
infeksi patuh dalam penggunaan sarung tangan saat pemasangan infus dan 4
orang (57,1%) perawat yang memiliki pengetahuan cukup tentang pencegahan
infeksi tidak patuh dalam menggunakan sarung tangan saat pemasangan infus.
mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel
penelitian, tempat dan waktu penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Gultom, dkk pada tahun 2013 dengan judul
“Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Perawat Tentang Kewaspadaan
Universal di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan
Barat.” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan
perilaku perawat tentang kewaspadaan universal di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Soedarso Pontianak Kalimantan Barat. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil
dari penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan responden yang berjumlah
71 orang, memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 54,93%, memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 45,07%, dan hasil gambaran perilaku yang
baik sebanyak 91,55%, memiliki perilaku yang cukup baik sebanyak 7,04%
dan yang memiliki perilaku yang kurang sebanyak 1,41%. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel
penelitian, waktu dan tempat penelitian.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Handojo pada tahun 2015 dengan judul “
Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial di Ruang D2 dan D3
Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya.” Tujuan penelitian ini
untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang infeksi nosokomial di
digunakan adalah deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
keseluruhan responden yang berjumlah 44 orang 77% diantaranya memiliki
pengetahuan yang baik tentang infeksi nosokomial, pengetahuan perawat ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, lama kerja, tingkat
pendidikan, serta pelatihan yang diikuti. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel penelitian, waktu dan
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan isolasi adalah tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang disusun olehCenter for Desease Control(CDC) dan harus
diterapkan di rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan
isolasi diterapkan untuk menurunkan resiko trasmisi penyakit dari pasien
ke pasien lain atau ke pekerja medis.Kewaspadaan isolasi memiliki 2 pilar
atau tingkatan, yaitu Kewaspadaan Standar (Standard/Universal
Precautions) dan Kewaspadaan berdasarkan cara penularan (Transmission
based Precautions) (Muchtar, 2014; Akib, dkk, 2008; Rosa, 2015).
a. Kewaspadaan Standar (Standard/Universal Precautions)
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua
pasien di semua fasilitas kesehatan.Kewaspadaan Universal yaitu
tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi
menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan (Nursalam, 2007).Tindakan dalam kewaspadaan standar
1) Kebersihan tangan.
2) APD : sarung tangan, masker,goggle, face shield , gaun.
3) Peralatan perawatan pasien.
4) Pengendalian lingkungan.
5) Penatalaksanaan Linen.
6) Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.
7) Penempatan pasien
8) Hygiene respirasi/Etika batuk
9) Praktek menyuntik aman
10)Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi (Transmission based
Precautions).
Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan untuk
kewaspadaan standar, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang dilakukan setelah jenis infeksinya sudah terdiagnosa atau
diketahui (Akib, dkk, 2008).Tujuannya untuk memutus mata rantai
penularan mikroba penyebab infeksi, jadi kewaspadaan ini diterapkan
pada pasien yang memang sudah terinfeksi kuman tertentu yang bisa
ditransmisikan lewat udara, droplet, kontak kulit atau lain-lain
(Muchtar, 2014). Berdasarkan IPC tahun 2008, jenis kewaspadaan
1) Kewaspadaan transmisi kontak
Transmisi kontak merupakan cara transmisi yang terpenting
dan tersering menimbulkanHealthcare Associated
Infections(HAIs).Kewaspadaan transmisi kontak ini ditujukan
untuk menurunkan resiko transmisi mikroba yang secara
epidemiologi ditransmisikan melalui kontak langsung atau tidak
langsung.
a) Kontak langsung
Meliputi kontak permukaan kulit terluka/abrasi orang
yang rentan/petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau
kolonisasi.Misal perawat membalikkan tubuh pasien,
memandikan, membantu pasien bergerak, dokter bedah dengan
luka basah saat mengganti verband, petugas tanpa sarung
tangan merawat oral pasien dengan Virus Herpes Simplex
(HSV) atau scabies.
b) Transmisi kontak tidak langsung
Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda
yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan,
instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan
terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung tangan yang tidak
diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas atau
benda mati dilingkungan pasien.
Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata,
hidung, mulut saat masih memakai sarung tangan
terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.Petugas harus
menghindari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang
tidak berhubungan dengan perawatan pasien misal: pegangan
pintu, tombol lampu, telepon.
2) Kewaspadaan transmisi droplet
Diterapkan sebagai tambahan Kewaspadaan Standar terhadap
pasien dengan infeksi diketahui mengidap mikroba yang dapat
ditransmisikan melalui droplet( > 5μm). Droplet yang besar terlalu
berat untuk melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak 1 m dari
sumber. Transmisi droplet melibatkan kontak konjungtiva atau
mucus membrane hidung/mulut, orang rentan dengan droplet
partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap
atau carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama
prosedur suction, bronkhoskopi.
Transmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus
membrane atau terinhalasi. Transmisi droplet ke kontak, yaitu
droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke
sisi lain misal: mukosa membrane. Transmisi jenis ini lebih sering
respiratory syncitial virus (RSV). Transmisi ini dapat terjadi saat
pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal, batuk
akibat induksi fisioterapi dada, resusitasi kardiopulmoner.
c. Kewaspadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions )
Kewaspadaan transmisi melalui udara diterapkan sebagai
tambahan kewaspadaan standar terhadap pasien yang diduga atau telah
diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemiologi penting dan
ditransmisikan melalui jalur udara.Seperti transmisi partikel terinhalasi
(varicella zoster) langsung melalui udara.Kewaspadaan transmisi
melalui udara ditunjukan untuk menurunkan resiko transmisi udara
mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet
nuklei (sisa partikel kecil < 5μm evaporasi dari droplet yang bertahan
lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab
infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2m dari sumber,
dapat terinhalasi oleh individu rentan di ruang yang sama dan jauh dari
pasien sumber mikroba, tergantung pada faktor lingkungan, misal
penanganan udara dan ventilasi yang penting dalam pencegahan
transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit luka
terkontaminasi bakteriS. aureus.
2. Alat Pelindung Diri (APD) a. Definisi
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang membantu
macam bahaya yang dapat mengancam jiwa di tempat kerja
(Permenaker, 2010). Menurut Budiono (2006), APD merupakan
seperangkat alat yang melindungi sebagian atau keseluruhan tubuh dari
kemungkinan bahaya yang akan muncul di tempat kerja. Dari
penjelasan tentang APD dapat diambil kesimpulan bahwa alat
pelindung diri merupakan alat yang dapat membantu dan melindungi
seseorang dari bahaya yang akan terjadi.
b. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)
1) Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan merupakan bagian terpenting dari
standar precaution bagi perawat yang sering berinteraksi dengan
pasien maupun alat-alat yang terkontaminasi. Sarung tangan dapat
membantu perawat untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, eksreta, kulit yang tidak
utuh, selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi (Depkes
RI, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
sarung tangan meliputi (WHO, 2004) :
a) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
menggunakan sarung tangan
b) Mengganti sarung tangan jika berganti pasien atau sobek
c) Mengganti sarung tangan segera setelah melakukan tindakan
d) Menggunakan sarung tangan saat menggunaka alat yang
e) Menggunakan satu sarung tangan untuk satu prosedur tindakan
f) Menghindari kembali atau mendaur ulang sarung tangan sekali
pakai
Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya perlu
memperhatikan jenis dari sarung tangan yang digunakan.Sarung
tangan secara umum terdiri dari dua jenis yaitu sarung tangan
bersih dan sarung tangan steril. Perawat perlu menggunakan sarung
tangan bersih jika akan berkontak dengan kulit, luka, atau benda
yang terkontaminasi. Sarung tangan steril dapat digunakan dalam
tindakan bedah maupun kontak dengan alat-alat steril (Potter &
Perry, 2005).
2) Alat Pelindung Wajah
Alat pelindung wajah merupakan peralatan wajib perawat
untuk menjaga kemanana dirinya dalam menjalankan asuhan
keperawatan.Alat pelindung wajah dapat melindungi selaput lendir
dibagian mulut, hidung dan mata perawat terhadap resiko percikan
darah maupun cairan tubuh pasien (Hegner, 2010).Alat pelindung
wajah terdiri dari dua alat yaitu masker dan kaca mata pelindung
(Depkes RI, 2003).Kedua jenis alat pelindung tersebut dapat
digunakan terpisah maupun bersamaan sesuai jenis tindakan.
Masker bagian alat pelindung wajah khususnya untuk
melindungi membrane mukosa pada mulut dan hidung perawat
digunakan perawat ketika melakukan tindakan dengan semua
pasien khususnya pasien Tuberkulosis (Depkes RI, 2003).Hal ini
diharapkan mampu melindungi perawat terhadap transmisi infeksi
melalui udara.Secara umum masker dibagi menjadi dua jenis yaitu
masker standar dan masker khusus yang dibuat untuk menyaring
partikel-partikel atau mikroorganisme kecil (Rosdahl & Marry,
2008). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
masker :
a) Memasang masker sebelum memasang sarung tangan
b) Tidak dianjurkan menyentuh masker ketika menggunakannya
c) Mengganti masker ketika kotor dan lembab
d) Melepas masker dilakukan setelah melepas sarung tangan dan
cuci tangan
e) Tidak membiarkan masker menggantung dileher
f) Segera melepas masker ketika jika tidak digunakan
g) Tidak dianjurkan kembali menggunakan masker sekali pakai
Kaca mata sebagai bagian dari APD yang bertujuan
melindungi mata.Kaca mata digunakan untuk mencegah masuknya
cairan darah maupun cairan tubuh lainnya pada mata (Potter &
Perry, 2005).Penggunaan kaca mata digunakan sesuai kebutuhan
dan tindakan yang memiliki resiko tinggi terpapar dengan darah
ataupun cairan tubuh lainnya.
Penutup kepala sebagai bagian dari standard precaution
memiliki fungsi dua arah.Fungsi pertama, penutup kepala
membantu mencegah terjadinya percikan darah maupun cairan
pasien pada rambut perawat.Selain itu, penutup kepala dapat
mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut maupun
kulit kepala kearah steril (Depkes RI, 2003).
4) Gaun Pelindung (Cover Gown)
Gaun pelindung dapat memberikan manfaat bagi perawat
untuk melindungi kulit dan pakaian dari kontaminasi cairan tubuh
pasien.Gaun pelindung wajib digunakan ketika melakukan
tindakan irigasi, menangani pasien dengan perdarahan massif,
melakukan pembersihan luka, maupun tindakan lainnya yang
terpapar dengan cairan tubuh pasien (Depkes RI, 2003).
Gaun pelindung terdiri dari beberapa macam berdasarkan
kegunaannya.Terdapat dua jenis gaun pelindung yaitu gaun
pelindung steril dan non steril (Depkes RI, 2003).Gaun steril
digunakan untuk memberikan perlindungan ketika berada diarea
steril seperti di ruang bersalin, ICU, rawat darurat dan pada
tindakan yang memerlukan keseterilan.Gaun non steril digunakan
pada tindakan selain tindakan sebelumnya.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu
mengetahui penggunaan gaun pelindung secara benar.Penggunaan
infeksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam
penggunaan gaun pelindung meliputi (Rosdahl & Marry, 2008):
a) Bagian dalam gaun adalah bersih dan bagian luarnya yang
nantinya harus dijaga
b) Ukuran gaun pelindung harus cukup panjang dan dapat
menutupi seragam perawat bagian depan dan belakang tetapi
tidak menutupi bagian lengan
c) Jika menggunakan seragam lengan panjang, seragam harus
digulung diatas siku dan perawat baru menggunakan gaun
pelindung
d) Ketika hendak melepaskan gaun pelindung, cara
melepaskannya adalah dari dalam keluar untuk mencegah
kontaminasi cairan dengan seragam
e) Setelah melepas gaun jangan lupa untuk selalu mencuci tangan
sebelum melakukan aktivitas lain.
5) Sepatu pelindung (Pelindung Kaki)
Sepatu pelindung adalah sepatu khusus yang digunakan oleh
petugas yang bekerja diruangan tertentu misalnya ruang bedah,
laboratorium, ICU, ruang isolasi dan petugas sanitasi, tidak boleh
dipakai ke ruangan lainnya.Tujuannya untuk melindungi kaki
petugas dari tumpahan atau percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau
c. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri
Penggunaan APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan
merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya KAK dan PAK oleh
bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan
atau dikendalikan (Suma’mur, 2006).
Menurut Power & Polovich (2015), APD digunakan sebagai
pelindung kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan,
terutama petugas yang bekerja dan beresiko terkena paparan radiasi.
Berdasarkan penjelasan tentang manfaat dan tujuan alat pelindung diri
dapat diambil kesimpulan bahwa APD memiliki manfaat dan tujuan
sebagai pelindung tubuh pekerja dari bahaya-bahaya yang berada di
tempat kerja.
d. Prinsip dalam Penggunaan APD
Prinsip penggunaan APD berdasarkan Panduan Pemakaian Alat
Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
II tahun 2015, yaitu:
1) Setiap pegawai RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II harus
dapat menggunakan APD dengan baik dan benar.
2) Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan potensi
3) Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan
disetiap instalasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
4) Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian dalam
menggunakan APD di rumah sakit, bukan merupakan tanggung
jawab rumah sakit.
e. Penggunaan APD
Tabel 1. Penggunaan APD sesuai transmisi
Kontak Droplet Udara/Airborne
APD setelah kontak dengan bahan infeksius (feses, cairan drain).
− Melepaskan sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien, permukaan lingkungan, ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain. respirator (N95) saat masuk ruangan pasien atau suspek TB paru.
− Orang yang rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun. − Bila terpaksa harus
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul koloid yang maengandung partikel-partikel padat atau cairan yang sangat halus(aerosol).
f. Penetapan Jenis APD
Penetapan Jenis APD ruang rawat inap berdasarkan Panduan
Pemakaian Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II tahun 2015, yaitu:
1) Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, Bedah Minor,
rawat luka pasien resiko rendah (pasien tanpa HIV, Hepatitis B / C,
dan penyakit menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat
cairan tubuh) :
a) Pelindung Pernafasan : masker bedah
b) Pelindung tangan : sarung tangan bersih atau sarung tangan
steril menyesuaikan dengan jenis tindakan dan kondisi luka
2) Pelayanan pasien dengan luka, tindakan menjahit, bedah minor,
rawat luka pasien resiko tinggi (pasien dengan HIV, Hepatitis B/C,
dan penyakit menular berbahaya lainnya yang ditularkan lewat
cairan tubuh) :
a) Pelindung mata: Spectacle Google
b) Pelindung kepala: Tutup kepala
c) Pelindung respirasi/hidung/mulut: Masker bedah
d) Pelindung Tubuh: Apron/scotch/celemek /gaun
e) Pelindung tangan: Sarung tangan bedah bersih dipasang double
dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di
double dengan sarung tangan sejenis.
3) Pelayanan pasien dengan penyakit paru menular berbahaya (TBC,
Pneumonia) :
a) Pelindung pernafasan : Masker respirator N95
b) Pelindung tangan : Sarung tangan bedah bersih
4) Pelayanan pasien dengan kemungkinan sangat tinggi terpapar
cairan tubuh baik pada pasien infeksius maupun tidak.
a) Pelindung mata Pelindung mata: Spectacle Google
b) Pelindung kepala: Tutup kepala
c) Pelindung respirasi/hidung/mulut: Masker bedah
d) Pelindung Tubuh: Apron/Scotch/Celemek
e) Pelindung tangan: Sarung tangan bedah bersih dipasang double
dengan sarung tangan panjang bila ada. Bila tidak ada di
double dengan sarung tangan sejenis.
f) Pelindung kaki: sepatu boot karet.
5) Pelayanan pasien dengan penyakit kulit menular
a) Pelindung hidung/mulut: masker bedah
b) Pelindung tangan: sarung tangan bedah bersih
6) Pelayanan pasien dengan risiko terpapar cairan tubuh minimal
a) Pelindung hidung/mulut: masker bedah
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Penggunaan APD
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan tahu terjadi dari
proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
tersebut terjadi dengan panca indera manusia yaitu pendengaran,
penglihatan, perasa, penghidu dan peraba (Notoatmodjo, 2007)
tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari proses
penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam pembentukan tindakan atau perilaku
seseorang.
Pengetahuan perawat tentang APD dan manfaatnya sangat
penting agar terciptanya perilaku penggunaan APD secara tepat
yang bermanfaat untuk mencegah transmisi infeksi di rumah sakit
dan upaya pencegahan infeksi merupakan langkah pertama dalam
pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu (Setianingsih,
2014).
2) Pengawasan
Dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit diperlukan pengawasan dan pembinaan yang
dilakukan oleh menteri kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dan
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai fungsi dan tugasnya
masing-masing (KEMENKES RI, 2010). Pengawasan dilakukan
melakukan pekerjaan sesuai dengan SPO.Begitu pula pada
penerapan penggunaan alat pelindung diri harus diatas pengawasan
yang tepat agar terlaksana sesuai dengan SPO yang ada di rumah
sakit (Siburian, 2012).
Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sesuai
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II Nomor : 0255/PS.1.2/III/2015 Tentang
Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri, Kepala Instalasi/Kepala
Ruangan bertugas untuk memastikan Penggunaan APD sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan dan mengidentifikasi setiap
kelalaian yang timbul dalam pelaksanaan penggunaan APD dan
memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah
terulangnya kembali insiden tersebut.
3) Standar Prosedur Operasional ( SPO)
Menurut Direktorat Jenderal Medis Depkes RI
2002,SPOadalah instruksi atau langkah-langkah yang dilakukan
untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, yang berupa
kebijakan yang telah ditetapkan. SPO bertujuan untuk memberikan
langkah-langkah yang benar agar mengurangi terjadinya kesalahan
dan pelayanan di bawah standar dalam melaksanakan berbagai
kegiatan dari fungsi pelayanan (Siburian, 2012).Maka dari itu
diperlukannya peraturan atau acuan untuk melaksanakan
Rumah sakit harus memiliki SPO yang mengatur dan sebagai
acuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pasien, petugas, pengunjung, jenis-jenis tindakan, alat-alat, isolasi,
pemberian obat, pengaturan ruang, transportasi, ruang perawatan
maupun penggunaan APD (Siburian, 2012). RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II telah memiliki SPO yaitu
Keputusan Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II Nomor : 0255/PS.1.2/III/2015 Tentang
Panduan Pemakaian Alat Pelindung Diri.
4) Fasilitas APD di Rumah Sakit
APD yang tersedia di rumah sakit seperti sarung tangan,
masker, baju pelindung, kacamata pelindung dan sepatu pelindung.
Fasilitas APD yang tersedia di rumah sakit ini sangat berpengaruh,
karena walaupun tingkat pengetahuan tenaga keperawatan sudah
baik, adanya pelatihan dan terdapat SPO apabila fasilitas
pendukung APD rumah sakit tidak terpenuhi/tidak sesuai standar
maka penggunaan APD oleh perawat tidak maksimal (Amalia dkk,
2011; WHO, 2009).
3. Hand Hygiene / Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan salah satu bagian pentingdalam
penggunaan APD,khususnya pada penggunaan sarung tangan(CDC,2002).
mendasar dalam mencegah dan mengendalikan penularan infeksi (Potter &
Perry, 2006).
Larson (1995) mendefinisikan mencuci tangan adalah menggosok
dengan sabun secara bersamaan seluruh kulit permukaan tangan dengan
kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dengan air yang mengalir.Tujuan
melakukan mencuci tanganadalah untuk membuang kotoran dan
organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah
mikroba yang ada saat itu serta mencegah perpindahan organisme multi
resisten dari lingkungan rumah sakit ke pasien dan dari pasien ke petugas
kesehatan begitu juga sebaliknya (Perdalin, 2010; Potter & Perry, 2005).
Menurut CDC (2002) mencuci tangan direkomendasikan dalam
situasi sebelum dan setelah kontak dengan pasien, sebelum memakai
sarung tangan steril dan sebelum melakukan prosedur invasive seperti
pemasangan kateter intravascular atau kateter menetap, setelah kontak
dengan kulit klien (misalnya, ketika mengukur tekanan darah atau nadi,
dan mengangkat klien), setelah kontak dengan sumber mikroorganisme
(darah atau cairan tubuh, membrane mukosa, kulit yang tidak utuh,
melakukan pembalutan luka walaupun tangan tidak terlihat kotor), setelah
kontak dengan benda-benda (misalnya peralatan medis) yang
bersangkutan atau terkontaminasi dengan klien, dan setelah melepaskan
4. Pengetahuan
a. Definis Pengetahuan
Menurut Potter & Perry pada tahun 2005, pengetahuan
merupakanhasil dari penginderaan yang berupa fakta-fakta dan
informasi yang mampu menarik atau mempengaruhi individu
tersebut.Penginderaan manusia biasanya terjadi melalui proses panca
indera, diantaarnya yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Biasanya pengetahuan manusia akan diperoleh melalui
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan menjadi domain penting bagi terbentuknya tindakan
dan perilaku pada manusia. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan penjelasan tentang
pengetahuan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil
dari berbagai macam penginderaan yang dapat mempengaruhi
seseorang.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu yaitu mengingat suatu hal yang telah didapat dan
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.
4) Analisis(analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang sudah ada sebelumnnya.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah
ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Mubarak (2007) adalah pendidikan, informasi, budaya, pengalaman,
pekerjaan, umur dan minat. Selain itu faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah :
1) Umur
Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam
penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal
yang mempengaruhi pengetahuan.Umur adalah lamanya hidup
seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin
tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau
pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan seseorang
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang
diperoleh dari orang lain. Berikut kategori umur menurut Depkes
RI (2009) :
a) Masa remaja akhir ( 17-25 tahun)
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan
secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi
pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan
yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan
mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).
Muagman (1980) dalam Sarwono (2006)
mendefinisikan remaja berdasarkan definisi konseptual
World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan
remaja berdasarkan 3 (tiga) kriteria, yaitu : biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah situasi masa
ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia
mencapai kematangan seksual, remaja adalah suatu masa
ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. remaja
adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
b) Masa dewasa awal (26-35 tahun)
Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal
adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan
lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal
lainnya. Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan
masa muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi
dan pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada
masa muda rata-rata terjadi 2 sampai 8 tahun, tetapi dapat
juga lebih lama. Dua kriteria yang diajukan untuk
menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa
dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian
dalam membuat keputusan. Mungkin yang paling luas
diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika
seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang
kurang lebih tetap.
c) Masa dewas akhir (36-45 tahun)
Pada usia tersebut peran dan tanggung jawab
semakin bertambah besar, tidak tergantung secara
ekonomis, sosiologis maupun psikologis. Pada usia
tersebut termasuk usia yang produktif, kemandirian secara
ekonomis, kemandirian dalam membuat keputusan.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan
seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan,
sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses
perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat
pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan
teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan
memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan
maka hidup manusia akan semakin berkualitas karena pendidikan
yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik.
3) Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik
maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan yang dimiliki.
4) Sosial Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder
keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding orang dengan status ekonomi rendah. Semakin tinggi
status sosial ekonomi seseorang semakin mudah pula dalam
mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih
berkualitas.
5) Hubungan sosial
Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu
sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan
individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan
bertambah.
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya
diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan
misalnya sering mengikuti organisasi.
5. Kriteria Responden
a. Perawat yang bekerja di bangsal rawat inap rumah sakit PKU
Muhammadiyah Gamping
Perawat yang bekeja di bangsal rawat inap yang di maksud
adalah perawat pelasana. Menurut Gaffar dalam Praptianingsih (2006)
peran sebagai pelaksana bertidak sebagai Comforter and protector
(melindungi pasien dan mengupayakan terlaksananya hak dan
kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), commmunicator
(tampak ketika perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien
dengan anggota tim kesehatan) serta rehabilitator (perawat membantu
pasien untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya).
b. Perawat yang berstatus pegawai tetap dan kontrak di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
Menurut Hasibuan (2002) karyawan tetap merupakan karyawan
yang telah memiliki kontrak ataupun perjanjian kerja dengan
(permanent). Karyawan tetap biasanya cenderung memiliki hak
yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan tidak tetap.
Selain itu, karyawan tetap juga cenderung jauh lebih aman (dalam
hal kepastian lapangan pekerjaan) dibandingkan dengan karyawan
B. Kerangka Konsep
Keterangan:
= Diteliti
Gambar1. Kerangka Konsep
1. Baik
2. Cukup 3. Kurang Faktor yang mempengaruhi
tingkatpengetahuan : 1. Umur 2. Pendidikan
3. Paparan media massa 4. Sosial ekonomi 5. Hubungan sosial 6. Pengalaman
Tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan alat pelindung
diri (sarung tangan, alat pelindung wajah, penutup kepala, gaun
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau
rerata suatu variabel (Dahlan, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam penggunaan APD di Bangsal
Medikal Bedah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta. Pendekatan
pada penelitian ini adalah cross sectional.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi penelitian adalah kumpulan individu yang memenuhi kriteria
penelitian. Pada penelitian bukan hanya subjek atau objek saja yang harus
dipahami tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang ada pada subjek dan
objek tersebut, untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal (Swarjana,
2012). Subjek penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Sleman.
2. Sampel
Sampel adalah populasi terjangkau yang bisa dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Teknik sampling yang
ini adalah perawat yang bekerja di bangsal medikal bedah rawat inap yang
berjumlah 68 perawat.
a. Kriteria Inklusi
1) Perawat yang bekerja di bangsal rawat inap medikal bedah Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
2) Perawat yang berstatus pegawai tetap dan kontrak di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
b. Kriteria Eksklusi
Perawat yang menolak menjadi responden
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Lokasi merupakan tempat dilakukannya penelitian (Hidayat, 2008).
Penelitian ini dilakukan di bangsal Na’im, Wardah, Firdaus, Ar-Royyan,
Al-Kautsar dan Zaitun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
2. Waktu
Waktu penelitian merupakan rencana dilakukan kegiatan penelitian
(Hidayat, 2008). Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei
2016.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai benda
penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2013).
Tabel 2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Skala APD yang benar dan sesuai SPO yang ada di rumah sakit.
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan
data, instrumen pada penelitian ini berupa: kuesioner tingkat pengetahuan dan
kuesioner data demografi (Notoatmodjo, 2012).
1. Data Demografi
Kuesioner pertama berupa kuesioner data demografi yang peneliti buat
kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja dan sumber informasi mengenai
APD.
2. Kuesioner Tingkat Pengetahuan
Pada kuesioner kedua merupakan kuesioner tingkat pengetahuan yang
diadopsi dari Putra (2012) dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri pada
Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Univesitas Indonesia”. Pada
kuesioener penelitian tersebut terdapat 17 item pertanyaan, kemudian peneliti
melakukan modifikasi dan menambahkan 3 item pertanyaan yang sesuai
dengan apa yang ingin diteliti. Jumlah pertanyaan pada kuesioner tingkat
pengetahuan setelah dimodifikasi menjadi 20 item pertanyaan.
Tabel 3. Kisi-Kisi Pertanyaan Positif Negatif Jenis Pertanyaan Positif
(favorable)
Lembar kuesioner tingkat pengetahuan digunakan untuk mengukur
tingkat pengetahuan perawat tentang penggunaan APD. Kuesioner ini
menggunakan skala Gutmant dengan jenis pertanyaan positif memiliki nilai 1
jika benar dan 0 jika salah. Sedang pada pertanyaan negatif berlaku sebaliknya
skala ordinal. Skor penilaian akan dikategorikan menjadi baik jika memiliki
rentang nilai 16-20 (76-100%), cukup jika 15-11 ( 56-75%) dan kurang jika
10-0 (< 56%) (Nursalam, 2013).
G. Alur Penelitian 1. Tahap Persiapan
Penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Penelitian meneliti tentang gamabaran tingkat pengetahuan perawat
tentang penggunaan APD di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
Peneliti terlebih dahulu membawa surat izin studi penelitian pendahuluan yang
dibuat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta untuk meminta izin kepada Direktur rumah sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Sleman untuk melakukan studi pendahuluan dan
mengetahui jumlah populasi perawat yang ada di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Sleman.
Peneliti kemudian membuat surat izin uji validitas dan izin penelitian dan
mengajukan etik penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah mendapatkan data populasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping Sleman, kemudian peneliti menggunakan total sampling dalam
menentukan sampel. Sehingga bangsal yang digunakan pada penelitian ini
butir soal pada perawat di rumah sakit tersebut. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data primer, karena peneliti mendapatkan langsung dari
subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan data dengan cara membagikan
kuesioner yang dimasukan kedalam amplop terbuka bersama dengan surat
permohonan untuk menjadi responden, serta informed consent yang ditujukan
kepada perawat.Kuesioner dikumpulkan kembali kepada peneliti, pemberian
kuesioner menggunakan amplopyang sudah tertutup rapat. Amplop berfungsi
untuk menjaga kerahasian dan keaslian data responden, setelah itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada responden atas partisipasi dan persetujuannya
menjadi responden dalam penelitian ini.
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas
Kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan teknik yang digunakan untuk
mengukur validitas kuesioner yaitu dengan menggunakan rumus pearson
product moment. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan rumus
pearson product moment dengan nilai signifikansi p<0,05 (Sugiono, 2013).
Pada penelitian ini, kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD telah diujikan kepada 35 responden yang memiliki kriteria
inklusi yang sama di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil
uji validitas untuk kuesioner ini terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid yaitu
pada nomor 8,13, 18, 20, dikarenakan item pertanyaan tersebut penting
dimengerti oleh responden. Setelah diperbaiki kuesioner diujikan kembali ke
rumah sakit PKU Muhammdiyah Yogyakarta kemudian keseluruahan item
pertanyaan menjadi valid. Uji validitas menggunakan Person Product
Moment memberikan hasil valid apabila nilai uji validitas lebih besar dari
nilai r-tabel (n=35), dimana r-tabel sebesar 0,343-0,798 (valid apabila>0,344).
Hasil dari uji valid menyatakan bahwa 20 pertanyaan valid dengan nilai
>0,344 (Sugiyono, 2013).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach alpha yang
diujikan kepada responden yang memiliki kriteria inklusi yang sama dengan
responden. Pada penelitian ini kuesioner diujikan kepada 35 responden.
Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai ≥0,6 (Arikunto, 2010).
Pada penelitian ini, kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang
penggunaan APD telah diujikan kepada 35 responden yang memliki kriteria
inklusi yang sama di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil
uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan adalah 0,894 yaitu >0,6 yang
artinya reliabel (Arikunto, 2010).
I. Pengelolaan Data dan Metode Analisa Data 1. Pengelolaan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan
penelitian setelah kegiatan pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).